Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENERAPKAN MODEL “TANDUR” UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR Tanty Tiarareja Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pedagogik, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia Babang Robandi dan Agus Fany Chandra1 Abstrak: Pembelajaran IPA dengan Menerapkan Model “TANDUR” Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. Tujuan penelitian ini ialah, memperoleh gambaran tentang perencanaan, pelaksanaan, dan peningkatan hasil belajar pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model TANDUR. Metode yang digunakan dalam penelitian ialah penelitian tindakan kelas yang mengadaptasi model Kemmis & Mc.Taggart dengan tiga siklus. Hasil belajar siswa pada siklus I mencapai ketuntasan 57%, siklus II mencapai ketuntasan 84% dan siklus ke III mencapai ketuntasan 88%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA dengan model TANDUR dapat meningkatkan hasil belajar siswa sekolah dasar. Kata kunci: TANDUR, IPA, hasil belajar Abstract: Learning Science with Applying Model "TANDUR" to Increase Elementary Student’s Learning Achievement. The purpose of this study is, to obtain an overview of the planning, implementation, and student’s learning achievement in science teaching with model TANDUR. The method used in this study was classroom action research Kemmis & Mc.Taggart adapt the model in three cycles. Student learning outcomes in the first cycle achieve mastery 57%, the second cycle to reach mastery cycle to 84% and the third cycle 88% achieve mastery. Based on these results it can be concluded that the model of learning science with TANDUR can increase elementary students' learning achievement. Keywords : TANDUR, IPA, learning achievement
1
Penulis Penanggung Jawab
1
Tanty Tiarareja. Pembelajaran IPA dengan Menerapkan Model “Tandur” Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar
Dalam KTSP (2006), standar kompetensi mata pelajaran IPA, bahwa ”Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.” Pada dasarnya pembelajaran IPA mengajak siswa mengalami langsung untuk mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah dalam menemukan konsep. Siswa dilibatkan langsung dalam proses penemuan secara ilmiah, sehingga pembelajaran menjadi sebuah pengalaman. Pemahaman mengenai IPA akan sangat membantu dalam memecahkan masalahmasalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi, kenyataan dilapangan berdasarkan hasil observasi di kelas IV A SDN Pasirwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, siswa tidak dilibatkan langsung dalam proses penemuan ilmiah. Kemampuan siswa dalam memahami gejala-gejala alam dan pengungkapan ide pun kurang, siswa cenderung menjawab pertanyaan dengan kalimat sesuai dengan yang ada di dalam buku. IPA menjadi mata pelajaran yang kurang menyenangkan dan tidak memberikan pengalaman yang konkrit. Kondisi tersebut dibuktikan pada materi perubahan kenampakan bumi dengan nilai harian hasil belajar siswa kelas IV A ialah 10 orang atau sekitar 34,4% dari keseluruhan siswa yang mendapat nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 62 sedangkan siswa lainnya sebesar 65,6% masih mendapatkan nilai di bawah nilai KKM. Adapun faktor penyebab permasalahan tersebut diantaranya adalah proses pembelajaran IPA di kelas masih berpusat pada guru, alat dan sumber belajar yang digunakan masih terbatas, siswa tidak dilibatkan secara langsung dalam menemukan konsep, pembelajaran masih bersifat verbal dan tidak konkrit.
Atas dasar permasalahan tersebut, peneliti mencoba memberikan alternatif pemecahan masalah dengan memperbaiki proses pembelajaran IPA di kelas agar memberikan pengalaman nyata kepada siswa dan melibatkan siswa dengan aktif. Model pembelajaran yang digunakan adalah model TANDUR. TANDUR singkatan dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan yang merupakan kerangka dari Quantum Teaching. Dalam samatowa (2009:5) Piaget mengatakan “bahwa pengalaman langsung memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak.” Anak akan lebih lama mengingat sesuatu yang menarik, berbeda dari biasanya, dan menyimpulkan suatu kejadian dengan pemikirannya sendiri. Jika pembelajaran IPA dibawakan dengan verbal tanpa ada keterlibatan langsung serta menggunakan sistem menghapal teks, siswa akan merasa jenuh dan ingatannya pun tidak akan bertahan lama. Berbeda halnya dengan siswa belajar karena merasa perlu, pembelajaran disajikan dengan menarik, menantang, nyata, terlibat langsung. Desmita (2012:35) “anak-anak usia ini memiliki karakteristik berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Ia senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.” Melihat karakteristik anak usia sekolah dasar tersebut, sebaiknya dalam proses pembelajaran guru membuat siswa aktif, seperti permainan, berkelompok, dan pembelajaran yang melibatkan siswa. Siswa dianggap sebagai subjek didalam kelas bukan objek sehingga pembelajaran berpusat pada siswa (student centered). Mengingat bahwa anak usia sekolah dasar temasuk ke dalam tahap operasional konkret, yang artinya pengetahuan mereka masih berpatok pada hal-hal yang nyata. 2
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan guru menurut Samatowa (2009:10) dalam memberdayakan anak melalui pembelajaran IPA yang dapat disimpulkan yaitu (1) guru harus memahami bahwa setiap anak memiliki pengetahuan awal yang relevan dengan apa yang akan dipelajari, (2) kegiatan pembelajaran harus berisi pengalamanpengalaman atau kegiatan yang nyata, (3) adanya kegiatan tanya jawab, karena bertanya merupakan ciri utama dalam pembelajaran IPA, (4) siswa diajak untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dengan mengajukan pendapat. Dalam Sudjana (2010:3) ”penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.” Nilai-nilai hasil belajar tersebut dapat berupa nilai harian maupun nilai evaluasi siswa. Adanya keselarasan antara pembelajaran IPA dan karakteristik anak usia sekolah dasar dengan model TANDUR. Model TANDUR memanfaatkan kondisi psikologis siswa untuk memudahkannya dalam memahami pembelajaran. Model ini terdiri dari lima tahap, yaitu (1) Tahap Tumbuhkan yang berarti menumbuhkan minat dan motivasi siswa sebelum dimulainya pembelajaran, (2) Tahap Alami yaitu dengan menciptakan kondisi pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung dalam menemukan konsep, seperti berkelompok dan melakukan eksperimen, (3) Tahap Namai, yaitu memberi kata kunci atau pertanyaan tuntunan untuk memberikan identitas pada temuannya. (4) Tahap Demonstrasikan, yaitu dengan menkonfirmasi kegiatan yang telah dilakukan dengan cara demonstrasi ataupun permainan, (5) Tahap Ulangi, yaitu dengan mengulang materi pembelajaran untuk memperkuat.dan mempertajam koneksi saraf dengan memberikan pertanyaan ataupun kuis, (6) Tahap Rayakan (R), yaitu merayakan keberhasilan para peserta didik, menghargai usaha, kerja keras, 3
dengan memberi penghargaan atau pujian, pameran, tepuk tangan, dan yel-yel. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang penggunaan model TANDUR pada Pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang perencanaan, pelaksanaan, dan peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model TANDUR di kelas IV A SDN Pasirwangi. METODE Berdasarkan kajian dari permasalahan yang ditemukan di lapangan, maka peneliti menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Metode PTK digunakan karena masalah yang ditemukan terdapat di dalam kelas dan memerlukan upaya perbaikan. Wiriaatmadja (2009:13) mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasi kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. Pada hakikatnya PTK dilakukan dalam rangka memperbaiki kualitas mengajar guru yang berdampak pada kualitas hasil belajar siswa. Selain itu, guru sebagai peneliti dengan mempraktikkan PTK di ruang kelasnya menunjukkan guru yang profesional. Adapun karakteristik Penelitian Tindakan Kelas menurut Iskandar (2012:24), diantaranya: (1) Berdasar pada masalah yang dihadapi guru di dalam kelas, (2) Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya, (3) Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang berefleksi, (4) Bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran, (5) Penelitian dilaksanakan dalam beberapa siklus. Melihat karakteristik PTK, maka PTK baik dilaksanakan oleh guru karena
Tanty Tiarareja. Pembelajaran IPA dengan Menerapkan Model “Tandur” Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar sesuai dengan profesinya, dan tidak mengganggu proses pembelajaran. Guru dapat merefleksikan dirinya untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru. Dengan melaksanakan PTK, dapat menambah wawasan guru karena guru sebagai peneliti akan berusaha mencari dan mengkaji teori-teori yang relevan untuk mencari alternatif pemecahan masalah yang dihadapinya di dalam kelas. Jenis PTK yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) partisipan. Yang dimaksud dengan PTK partisipan adalah peneliti terlibat langsung
dalam penelitiannya sebagai yang meneliti dan yang diteliti. Peneliti terlibat sejak awal penelitian, dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, memantau, mencatat, mengumpulkan data dan menganalisis data hingga penyusunan laporan penelitian. Model PTK yang dikembangkan adalah model spiral Kemmis dan Mc. Taggart, yang terdiri dari empat tahap yaitu Perencanaan (Planning), Tindakan (Action), Pengamatan (Observation), Refleksi (Reflection). Adapun gambar desain model PTK yang dikembangkan adalah sebagai berikut.
Gambar 1. Adopsi Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Kemis dan Mc Taggart (Wiriaatmadja, 2009) Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Pasirwangi, yang berlokasi di Desa Gudangkahuripan, kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas IV A yang berjumlah 26 orang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan orientasi di kelas untuk mengenal siswa.
Setelah itu, peneliti melakukan observasi di kelas dan mengidentifikasi masalah. Setelah memperoleh data awal dan berdasarkan temuan masalah yang ada di lapangan, maka peneliti membuat rancangan siklus penelitian sebagai upaya memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian terdiri dari tiga siklus, setiap siklus berisi perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hal yang dilakukan dalam perencanaan tindakan ini adalah peneliti 4
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS, soal evaluasi, lembar observasi kegiatan guru dan siswa, menentukan observer, menentukan waktu pelaksanaan. Langkah-langkah di dalam RPP yang dibuat menerapkan tahap-tahap model TANDUR. Hal yang dilakukan dalam pelaksanaan tindakan adalah implementasi dari RPP yang telah dibuat dengan menerapkan tahap-tahap model TANDUR dengan alokasi waktu 2x35 menit, dan diakhiri dengan pengerjaan soal evaluasi. Observasi dilakukan terhadap tindakan aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran, dengan menggunakan lembar observasi. Metode observasi yang digunakan adalah observasi terbuka. Yang menjadi observer adalah guru kelas. Refleksi dilakukan setelah pembelajaran pada setiap siklus selesai, dengan berdiskusi antara peneliti dan observer dalam hal kekurangan dan kesalahan yang ditemukan ketika proses pembelajaran berlangsung. Refleksi dilakukan untuk perbaikan pada siklus selanjutnya. Instrumen pembelajaran dalam penelitian ini diantaranya, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Instrumen pembelajaran digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. RPP dibuat sebelum tindakan setiap siklus dengan alokasi waktu 2 x 35 menit mengenai materi perubahan kenampakan Bumi dengan menerapkan model TANDUR. LKS digunakan sebagai pedoman untuk melakukan percobaan yang diberikan kepada kelompok. LKS berisi tujuan percobaan, alat dan bahan, langkah kerja, pertanyaan, pembahasan, kesimpulan, dan gambar peristiwa. Sedangkan Instrumen penelitian digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes tertulis dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Tes tertulis dilaksanakan setiap akhir pembelajaran pada setiap siklusnya untuk mengetahui hasil belajar 5
siswa. Tes tertulis berupa soal uraian, banyaknya soal sesuai dengan banyaknya indikator di dalam RPP pada setiap siklusnya. Tes berkenaan dengan materi pembelajaran perubahan kenampakan Bumi. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan guru dalam menerapkan model pembelajaran dan aktivitas siswa selama pembelajaran. Setelah data dikumpulkan, data kemudian diolah dan dideskripsikan. Pertama dimulai dari hasil observasi mengenai kegiatan pembelajaran dan respon siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan, dianalisis untuk mengetahui kelemahan dalam perencanaan dan pelaksanaan tindakan yang kemudian diperbaiki pada siklus selanjutnya. Data kedua yaitu hasil tes siswa pada setiap pertemuan, diberi skor sesuai jumlah jawaban benar yang berpacu pada pedoman penskoran. Jumlah siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPA akan dihitung presentasenya, sebagai perbandingan peningkatan hasil belajar siswa yang mencapai KKM pada setiap siklusnya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perencanaan pembelajaran IPA materi perubahan Kenampakan Bumi dengan menggunakan model TANDUR diterapkan melalui Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP yang disusun sesuai dengan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 mengenai Standar Proses yang didalamnya memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. RPP dibuat secara lengkap
Tanty Tiarareja. Pembelajaran IPA dengan Menerapkan Model “Tandur” Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar dan sistematis dengan menerapkan tahaptahap model TANDUR agar memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, adanya proses pemberian pengalaman dengan melakukan percobaan, pemberian nama, demonstrasi, pengulangan, dan merayakan keberhasilan. Tahapan yang diterapkan dalam penyusunan perencanaan pembelajaran mengacu pada tahapan model TANDUR yaitu, Tumbuhkan (T), Alami (A), Namai (N), Demonstrasikan (D), Ulangi (U), dan Rayakan (R). Perencanaan pembelajaran yang disusun dalam setiap siklus tidak begitu berbeda. Akan tetapi, terdapat beberapa perubahan yang terjadi dalam setiap perencanaan. Adanya beberapa perubahan cara atau teknik yang dilakukan setelah adanya refleksi pada setiap siklus. Adapun perbedaan perencanaan dari siklus pertama ke siklus dua mengenai cara atau teknik guru dalam pembelajaran adalah menetapkan dan membatasi waktu pada langkah pembelajaran, pada tahap alami sebelum percobaan dilakukan guru memberi petunjuk kepada seluruh siswa untuk membaca LKS terlebih dahulu, untuk meningkatkan tanggungjawab siswa terhadap perlengkapan kelompok, guru memberi penghargaan berupa poin bulan sabit pada setiap alat yang dibawa kelompok dengan menempel papan penilaian kelompok, mengatur posisi meja dan kursi dengan posisi bentuk U, tahap namai peneliti memilih langsung siswa yang tidak aktif sebagai perwakilan kelompok untuk menuliskan nama peristiwa di papan tulis, tahap ulangi peneliti memberi pertanyaan untuk ditujukan kepada siswa yang kurang aktif secara langsung, tahap rayakan siswa dibimbing guru mengatur hasil karya dalam meja khusus di depan area kelompoknya, mengulas kembali dalam appersepsi dengan menggunakan bantuan media gambar pengaruh bulan dan matahari terhadap pasang surut air laut. Perubahan perencanaan terjadi dalam rangka memperbaiki cara guru yang kurang
efektif. Perubahan perencanaan pada siklus III yaitu, setelah kegiatan refleksi pada siklus II diantaranya pada tahap tumbuhkan untuk meningkatkan motivasi peneliti mencoba melakukan demonstrasi mengenai bentuk-bentuk gunung berapi dan memberi pertanyaan awal mengenai bentuk gunung yang ada di Indonesia, pada tahap alami pengecekkan peralatan dengan menghitung jumlah peralatan yang dibawa dan memberi poin sesuai jumlah peralatan yang dibawa kepada kelompok dilakukan di awal untuk menghemat waktu, peneliti membimbing per kegiatan langkah percobaan sehingga seluruh kelompok melakukan percobaan dengan serempak, tahap namai pemberian poin diberikan kepada perwakilan kelompok yang maju ke depan dengan tertib, tahap rayakan pemajangan hasil karya dilakukan di meja kelompok yang masih berbentuk U, untuk memudahkan interaksi dengan kelompok lain. Beberapa perencanaan pembelajaran dipertahankan karena telah dianggap baik dan efektif, seperti pemberian poin bulan sabit, posisi tempat duduk berbentuk U, permainan, demonstrasi dan pemajangan hasil karya. Pembelajaran dilakukan dengan berbagai multimetode yang terkandung dalam model TANDUR diantaranya metode tanya jawab, percobaan, diskusi, dan demonstrasi. Selain cara atau teknik pembelajaran, peneliti membuat media pada setiap siklus. Media yang dibuat diantaranya media gambar peristiwa, peta, dan miniatur bentuk gunung. Media dan alat untuk sumber belajar dipilih dan dibuat dengan memperhatikan kondisi lingkungan sekolah maupun siswa. alat dan bahan percobaan yang ditugaskan disesuaikan dengan kondisi siswa, alat dan bahan mudah di dapat karena ada di lingkungan sekitar. Menurut Sagala (2007:163) “telah banyak alat maupun media yang tersedia bagi guru, Tetapi yang penting dalam merencanakan pembelajaran dan mengimplementasikannya dalam mengajar 6
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
ialah bagaimana menggunakan alat-alat media pendidikan ini sebagai suatu sistem yang terintregasi dalam pembelajaran.” Dalam mempersiapkan media dan alat sumber belajar, guru terlebih dahulu terampil dan merencanakan penempatan waktu penggunaan media dan alat sumber belajar. Sehingga ketika proses pembelajaran berlangsung guru telah menguasai dan media dapat dimanfaatkan dengan optimal sebagai alat bantu untuk mempermudah pemahaman konsep dan mencapai tujuan yang diharapkan. Peneliti pun membuat perencanaan evaluasi berupa soal yang akan diberikan kepada siswa setelah proses pembelajaran dan evaluasi untuk diri peneliti sendiri dengan menggunakan lembar observasi aktivitas pembelajaran. Evaluasi sangat penting seperti pendapat yang dikemukakan oleh Sagala (2007:164) yaitu bagaimanapun penetapan proses pembelajaran secara keseluruhan, termasuk tujuan yang akan dicapai oleh siswa, media pembelajaran, teknik pendekatan dalam pembelajaran, bahkan sifat efektif seorang guru memerlukan evaluasi. Evaluasi dilakukan sebelum, saat, dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, untuk mengetahui kekurangan dan mendiagnosis masalah belajar yang akan diperbaiki pada pembelajaran selanjutnya. Menurut pendapat Dr. Michael Gazzaniga dalam DePorter et.al. (2007:11) “bahwa dorongan biologis alamiah itu sederhana kemampuan atau keterampilan baru akan berkembang jika diberikan lingkungan model yang sesuai.” Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pemilihan model yang sesuai dalam perencanaan menentukan hasil yang diharapkan. Perencanaan yang baik, matang, dan teruji akan mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa yang diharapkan. Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP yang telah dibuat sebelumnya dengan menerapkan model TANDUR. Kegiatan pembelajaran disusun 7
dengan tahap-tahap model TANDUR yang terdiri dari lima tahap, yaitu tahap Tumbuhkan (T), Alami (A), Namai (N), Demonstrasikan (D), Ulangi (U), dan Rayakan (R). Pelaksanaan pembelajaran dilakukan sebanyak tiga siklus dengan setiap siklus terdiri dari satu pertemuan yang beralokasi waktu 2 x 35 menit. Pengaturan bangku dilakukan pada siklus II dan III berdasarkan refleksi pada siklus I, posisi tempat duduk diatur menjadi bentuk U sesuai kelompok untuk memudahkan mobilitas dan kenyamanan siswa. Menurut DePorter et.al. (2007:71) ingatlah, baik anda mengajar dengan bangku yang dapat diubah-ubah maupun tidak, anda mengubah lingkungan untuk memaksimalkan momen belajar. Setelah penataan suasana lingkungan kelas dengan mengatur posisi tempat duduk, pembelajaran dimulai dengan menerapkan tahapan pada model TANDUR. Tahap Tumbuhkan (T) diawali dengan appersepsi dan motivasi berupa pertanyaan awal yang berhubungan dengan materi, memperhatikan gambar, dan demonstrasi. Tahap ini bertujuan untuk menarik minat dan motivasi sebelum pembelajaran, sehingga siswa terdorong untuk belajar. Pemberian motivasi dilakukan dengan memberikan gambaran tentang materi yang akan dipelajari dengan apa yang dapat mereka alami ataupun apa yang dapat terjadi, sehingga siswa merasa penting untuk mempelajari pelajaran ini. Ketika siklus satu siswa yang menjawab pertanyaan masih di dominasi siswa yang aktif dan memiliki prestasi belajar yang baik, kemudian pada siklus dua dilakukan refleksi dan perbaikan sehingga jumlah siswa yang merespon pertanyaan dan memperhatikan gambar semakin meningkat. Hingga pada siklus tiga seluruh siswa aktif merespon pertanyaan dan demonstrasi guru. Kondisi psikologis saat pembelajaran berpengaruh pada respon siswa dalam penerimaan materi pelajaran. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh DePorter et.al. (2007:24) bahwa “ikatan
Tanty Tiarareja. Pembelajaran IPA dengan Menerapkan Model “Tandur” Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar emosional juga sangat mempengaruhi memori dan ingatan mereka akan bahanbahan yang dipelajari.” Oleh karena itu, menciptakan kondisi belajar yang nyaman dan perasaan gembira dapat membuat siswa siap belajar dengan tulus. Tahap Alami (A) bertujuan untuk memberi pengalaman langsung dalam belajar, sehingga siswa mudah mengingat dan menemukan sendiri konsep. Seperti pendapat yang diungkapkan oleh Gagne (1984) dalam Sagala (2007:13) “belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.” Siswa dikatakan belajar jika mengalami dan adanya perubahan tingkah laku. Dalam tahap alami, siswa diajak untuk melakukan percobaan agar mempermudah pemahaman dan mengalami langsung. Usia siswa kelas IV SD yaitu antara 9-10 tahun masuk ke dalam masa operasional konkrit, dimana cara berpikir siswa masih berpatok pada hal-hal yang nyata atau konkrit. Maka dari itu, percobaan dapat memperjelas materi yang bersifat abstrak menjadi lebih konkrit. Pada siklus satu siswa masih belum terbiasa belajar dengan percobaan sehingga percobaan memakan waktu yang lama. Setelah melakukan refleksi dan perbaikan dengan pemberian petunjuk yang disampaikan peneliti pada sikus II respon siswa mulai terbiasa dengan percobaan, Tetapi masih terlihat bingung. Hingga pada siklus tiga dilakukan perbaikan dengan melakukan percobaan bersama-sama dipandu guru, percobaan berjalan lancar dan siswa terlihat antusias serta gembira. Respon siswa tersebut diperlihatkan dengan keinginannya untuk terus melakukan percobaan. Dari siklus I hingga siklus III terjadi perubahan perilaku siswa dalam melakukan percobaan dimulai dari belum mengertinya siswa cara melakukan percobaan karena baru pertama kali, kemudian siswa sudah mulai memahami cara membaca LKS walaupun percobaan masih perlu bimbingan dari guru, hingga siswa dapat melakukan percobaan
mengikuti langkah-langkah dalam LKS dan berhasil. Tahap Namai (N), bertujuan untuk memberi peluang untuk pemberian makna. Pelaksanaan pembelajaran pada tahap ini yaitu dengan pemberian nama pada gambar peristiwa perubahan kenampakan Bumi yang dilakukan perkelompok. Setelah melakukan rangkaian percobaan, saatnya siswa menerapkan pemahaman mereka dengan pemberian nama apa yang mereka pelajari pada gambar peristiwa yang ditampilkan guru. Masing-masing kelompok mengirimkan perwakilannya untuk menuliskan nama peristiwa pada gambar di papan tulis. Seluruh kelompok dapat menuliskan nama peristiwa dengan tepat. Untuk meningkatkan motivasi siswa, guru memberikan poin bulan sabit pada kelompok. Tahap Demonstrasikan (D), bertujuan untuk menkonfirmasi kegiatan yang telah dilakukan dengan permainan maupun demonstrasi yang dilakukan oleh guru. Siklus satu hingga tiga cara yang dilakukan yaitu dengan permainan dan demonstrasi kegiatan percobaan yang dilakukan guru. Hampir semua siswa aktif dalam permainan pada setiap siklus, hanya satu orang yang malu-malu untuk mengikuti permainan. Ketika guru mendemonstrasikan ulang percobaan yang dilakukan siswa, siswa mengamati dan mengambil kesimpulan bersama. Tahap Ulangi (U), bertujuan untuk memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa ingin tahu. Pelaksanaan pembelajaran pada tahap ulangi yaitu dengan melakukan Tanya jawab kepada seluruh siswa. Pada siklus satu hanya siswa yang sudah aktif sejak awal yang mengacungkan tangan. Setelah dilakukan refleksi, pada siklus II peneliti menunjuk siswa yang kurang aktif untuk menjawab pertanyaan kemudian diberi penguatan. Pada siklus III seluruh siswa menjadi aktif dan berani untuk menjawab pertanyaan yang ditujukan oleh siswa. peneliti terus memberi penguatan kepada siswa yang 8
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
menjawab dan memberinya poin bulan sabit. Peningkatan tersebut sesuai dengan pendapat DePorter et.al. (2007:23) “bahwa studi-studi menunjukan bahwa siswa lebih banyak belajar jika pelajarannya memuaskan, menantang, dan ramah serta mereka mempunyai suara dalam pembuat keputusan.” Ketika siswa merasa diakui oleh guru maka kepercayaan dirinya akan meningkat dan ia menjadi lebih berani untuk mengungkapkan pendapatnya. Begitu pun yang terjadi pada kelas IV A, seluruh siswa aktif dan berani mengungkapkan pendapatnya. Tahap Rayakan (R), bertujuan untuk memberi rasa rampung, menghormati setiap usaha, ketekunan, dan kesuksesan. Perayaan dilakukan dengan pemajangan hasil karya pada setiap percobaan yang dilakukan, kemudian diperlihatkan kepada setiap kelompok. Untuk menghormati setiap usaha dan kesuksesan peneliti memberi tepuk tangan dan yel-yel keberhasilan di akhir pembelajaran. Siswa terlihat senang, bersorak gembira dan merasa bangga akan kerja keras yang dilakukan kelompoknya menghasilkan sebuah karya. DePorter et.al. (2007:30) mengungkapkan, “mengadakan perayaan bagi siswa akan mendorong mereka
memperkuat rasa tanggungjawab dan mengawali proses belajar mereka sendiri. Perayaan akan mengajarkan kepada mereka mengenai motivasi hakiki tanpa ‘insentif’. Siswa akan menanti kegiatan belajar, sehingga pendidikan mereka lebih dari sekedar mencapai nilai tertentu.” Siswa terlihat antusias ketika melakukan perayaan bersama-sama, di setiap akhir pembelajaran dan selalu menanyakan percobaan apa lagi yang akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya. Pelaksanaan pembelajaran materi perubahan Kenampakan Bumi pada pembelajaran IPA dengan menerapkan model TANDUR terjadi perubahan perilaku belajar siswa diantaranya, seluruh siswa menjadi aktif, berani, dan percaya diri untuk mengungkapkan pendapatnya maupun keinginan untuk turut berpartisipasi, siswa dapat melakukan percobaan sesuai dengan langkah-langkah di dalam LKS, siswa menjadi senang dan menikmati pembelajaran IPA. Hasil belajar siswa pada materi perubahan kenampakan Bumi diperoleh dari nilai evaluasi setiap siklus yang dilakukan di akhir pembelajaran. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 2. Persentase Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
84%
57% Hasil Belajar
34%
Pra Siklus
9
88%
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Tanty Tiarareja. Pembelajaran IPA dengan Menerapkan Model “Tandur” Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar Tindakan pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model TANDUR pada siklus I, II, dan III terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan tersebut dapat terlihat dari persentase jumlah siswa yang dapat mencapai KKM mata pelajaran IPA yaitu 62. Berdasarkan grafik di atas, terjadi peningkatan persentase jumlah siswa yang telah mencapai KKM dalam setiap siklusnya. Pada siklus I, jumlah siswa yang telah mencapai KKM sebanyak 15 orang siswa (57%) dan yang belum mencapai KKM adalah sebanyak 11 siswa (43%). Pada siklus II, terjadi peningkatan jumlah siswa yang telah mencapai KKM yaitu menjadi 21 orang siswa (84%) dan yang belum mencapai KKM adalah sebanyak 5 siswa (16%). Pada siklus III, jumlah siswa yang telah mencapai KKM sebanyak 23 orang siswa (88%) dan yang belum mencapai KKM adalah sebanyak 3 siswa (12%). Peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I, siklus II, dan siklus III meningkat hingga 31%. Prinsip-prinsip yang diterapkan ketika pembelajaran dengan memperhatikan prinsip Quantum teaching, bahwa segalanya berbicara dimulai dari lingkungan kelas dengan menata posisi bangku, bahasa tubuh melalui pemberian motivasi maupun kegiatan selama proses pembelajaran semuanya mengirimkan pesan tentang belajar. Kemudian segalanya bertujuan, guru menginformasikan kepada siswa pentingnya belajar mengenai kondisi lingkungan sekitar dengan memberikan gambaran apa yang sudah terjadi dan apa yang akan terjadi. Pengalaman sebelum pemberian nama, siswa diajak untuk melakukan percobaan dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, setelah mengalami siswa memberi nama apa yang telah mereka pelajari. Akui setiap usaha, siswa berhak diakui keberaniannya, kepercayaan dirinya walaupun kurang tepat dalam menjawab pertanyaan, dengan mengakui usaha mereka akan merasa dianggap ada dan bisa. Merayakan
keberhasilan, dengan memajang hasil karya, memberi yel-yel keberhasilan yang positif, dapat memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan emosi positif terhadap belajar. Memanfaatkan seluruh komponen yang mendukung dalam pembelajaran, menciptakan iklim belajar yang kondusif, menyenangkan, dengan menerapkan multimetode, penggunaan media, yang dikemas ke dalam model TANDUR. Dr. Venon A. Magnesen, 1983 dalam DePorter et.al. (2007:57) mengungkapkan kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan. Penerapan model TANDUR pada pembelajaran IPA materi perubahan kenampakan Bumi yang optimal dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Mengingat bahwa kondisi psikologis yang baik dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Oki Taufik Hidayat dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Model TANDUR dalam pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa”. Dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan setelah menerapkan model TANDUR pada pembelajaran IPA motivasi belajar siswa meningkat yang juga berpengaruh pada prestasi belajar siswa, pembelajaran lebih menyenangkan, dan mampu mengubah minat siswa yang semula kurang menyukai pelajaran IPA menjadi antusias dan tampak senang. KESIMPULAN Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan dengan tiga siklus di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pasirwangi Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Berdasarkan hasil temuan dapat disimpulkan bahwa penggunaan model
10
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
TANDUR pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa.. Perencanaan pembelajaran IPA Bumi dengan menerapkan model TANDUR dikembangkan dan diperbaiki sesuai dengan temuan dan hasil refleksi pada setiap siklus. Perencanaan dimulai dari pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan model TANDUR. Tumbuhkan (T), pada tahap ini guru memotivasi siswa untuk menumbuhkan minat siswa untuk belajar. Alami (A), pada tahap ini guru dan siswa menyiapkan alat dan sumber belajar untuk melakukan percobaan. Namai (N), pada tahap ini guru menyiapkan kata-kata kunci berupa gambar untuk memberikan identitas dan pemberian makna. Demonstrasikan (D), pada tahap ini guru merancang permainan dan demonstrasi, dengan memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu. Ulangi (U), pada tahap ini guru mengingatkan kembali apa yang sudah dipelajari dengan menyiapkan pertanyaan untuk menguatkan konsep siswa. Rayakan (R), pada tahap ini guru membuat yel untuk menghargai usaha, kerja keras, dan penghargaan bagi kelompok. Pelaksanaan pembelajaran IPA materi perubahan kenampakan Bumi dengan menerapkan model TANDUR pada kegiatan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP yang terdiri dari lima tahap. Tahap tumbuhkan, cara yang dapat dilakukan dengan memperlihatkan gambar, Tanya jawab, dan demonstrasi. Tahap Alami, kegiatan yang dilakukan yaitu mengelompokkan siswa dan melakukan percobaan, cara yang efektif yaitu dengan guru membimbing siswa secara serempak mengikuti langkahlangkah dalam LKS. Tahap Namai, kegiatan yang dilakukan yaitu menuliskan nama peristiwa yang ada pada gambar. Tahap Demonstrasikan, cara yang efektif yaitu dengan mendemonstrasikan percobaan, dan melakukan permainan mengenai materi. Tahap Ulangi, cara yang 11
efektif yaitu dengan mengajukan pertanyaan kepada kelas dan kepada siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM dengan memberi poin bulan sabit. Tahap Rayakan, kegiatan yang dilakukan yaitu dengan memajang hasil karya pada percobaan untuk di meja kelompok yang berbentuk U, yel-yel dan pujian. Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan model TANDUR dapat meningkatkan perilaku belajar siswa menjadi lebih aktif baik dalam partisipasi, percobaan, dan menjawab pertanyaan guru. Hasil belajar siswa pembelajaran IPA materi pokok perubahan kenampakan Bumi dengan menggunakan model TANDUR mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dilihat dari jumlah siswa yang mendapat nilai di atas KKM pada setiap siklus meningkat. Pada siklus I jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM adalah 57%, siklus II meningkat menjadi 84%, dan pada siklus III meningkat menjadi 88%. DAFTAR PUSTAKA DePorter, B et.al. (2007). Quantum Teaching Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Kaifa Depdiknas (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas Depdiknas (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA untuk SD/MI. Jakarta: Depdiknas Desmita. (2012). Panduan bagi Orang Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP, SMA. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Hidayat, O. (2010). Penerapan Model TANDUR dalam pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Skripsi Jurusan PGSD FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Tanty Tiarareja. Pembelajaran IPA dengan Menerapkan Model “Tandur” Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar Iskandar. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Referensi Makmun, A. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Ruhimat, T et.al. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: UPI PRESS
Sagala, S. (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Samatowa, U. (2010). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Wiriaatmadja, R. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya
12