BAB IV
PENGETAHUAN HEURISTIS SEBAGAI SUMBER BASIS PENGETAHUAN
IV.1 Pendahuluan
Pengetahuan yang dimiliki oleh ahli di pabrik berkembang sejalan dengan lama beroperasinya pabrik tersebut. Permasalahan proses yang dihadapi harus diatasi berdasarkan pengetahuan yang telah dikuasai. Tanpa dasar pengetahuan proses yang mendalam, penyelesaian masalah dilakukan dengan cara mencoba-coba tindakan yang mungkin dapat mengatasi masalah dengan resiko terjadinya kesalahan-kesalahan. Hal seperti ini terutama dominan pada awal operasi pabrik atau bagi tenaga operasi pabrik yang belum berpengalaman. Berdasarkan
pengalaman
dalam
menghadapi
permasalahan
proses
dan
menemukan cara untuk menyelesaikannya, berkembang penguasaan pengetahuan yang disebut pengetahuan heuristis, yang dapat menjadi acuan penting dalam menyelesaikan permasalahan selanjutnya. Selama belum dipunyai pengetahuan yang mendalam mengenai proses, maka cara penyelesaian dengan pengetahuan heuristis terus dilakukan. Selain berdasarkan pengalaman dari internal pabrik, pengetahuan heuristis dapat pula dimiliki dengan mengadopsi pengalaman para ahli dari luar yang sesuai dengan kondisi proses di pabrik.
IV.2 Pengetahuan Heuristis Berdasarkan Pengalaman Internal Pabrik
Dalam pengoperasian pabrik, begitu banyak variabel proses yang harus dipantau agar proses tetap stabil dan mengantisipasi terjadinya penyimpangan. Variabel proses saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain, perubahan pada satu variabel akan berpengaruh terhadap variabel lainnya pada unit proses terkait. Misalnya penurunan laju alir umpan ammonia ke reaktor sintesis urea akan berpengaruh terhadap kondisi operasi dan produk dari reaktor. Perubahan pada kondisi proses di reaktor akan mempengaruhi unit proses berikut dan seterusnya, mengikuti efek sebab-akibat interaksi antar variabel proses. Untuk mengendalikan operasi proses di pabrik diperlukan pengetahuan mengenai variabel-variabel proses yang saling terkait dan berinteraksi serta batasan-batasan kondisi operasi
43
normal untuk menghindarkan kondisi proses yang menyimpang. Kegagalan dalam mengamati dan mengendalikan kondisi operasi yang mulai menyimpang dari kondisi normal dapat berakibat terjadinya masalah proses yang tidak dihendaki. Peran operator dalam mengidentifikasi gejala-gejala penyimpangan variabel proses yang terindikasi atau tercatat di ruang kendali, maupun gejala-gejala penyimpangan
kerja
alat
proses
di
lapangan
sangat
penting.
Ketika
mengoperasikan pabrik dan mengendalikan kondisi operasi lewat variabel proses, operator pabrik berpatokan pada nilai proses, setting kendali serta grafik data untuk mendeteksi kondisi proses yang tidak normal. Hal tersebut dilakukan dengan cara membandingkan data variabel proses tersebut dengan data normal berdasarkan pengalaman di waktu yang lalu. Begitu pula dengan pemantauan peralatan proses di lapangan, selain berpatokan terhadap indikasi yang ada operator dapat mengenali penyimpangan kerja alat proses lewat gejala-gejala seperti suara yang lebih keras dari biasanya, permukaan alat yang terasa lebih panas, atau getaran yang lebih kuat. Dengan cara demikian terjadinya masalah proses dapat diketahui lebih dini. Kemampuan dalam mengenali dan mengambil tindakan terhadap penyimpangan proses seperti itu terbentuk dan berkembang sejalan dengan waktu berdasarkan apa yang dialami selama mengoperasikan pabrik. Kemampuan yang demikian merupakan contoh pengetahuan heuristis yang terbentuk berdasarkan pengalaman operasional pada berbagai situasi dalam pengoperasian pabrik. Pengetahuan heuristis tersebut diaplikasikan ketika menghadapi situasi atau masalah yang sama dengan cara melakukan hipotesis dan analisis secara cepat untuk kemudian bertindak sesuai dengan apa yang telah diketahuinya berdasarkan pengalaman yang lalu. Apabila yang dihadapi merupakan masalah yang baru dan belum pernah dialami, maka berlangsung proses pembentukan heuristis yang baru. Tanpa pengetahuan yang pasti mengenai suatu masalah yang belum pernah dihadapi sebelumnya, maka langkah-langkah dalam melakukan hipotesis, analisis dan
mengambil
tindakan
cenderung
bersifat
perbendaharaan pengetahuan yang telah dikuasai.
44
coba-coba
sesuai
dengan
Pengetahuan yang berkembang berdasarkan pengalaman seperti itu dapat juga terjadi pada unit-unit kerja lain di pabrik, seperti pemeliharaan, inspeksi teknik, rekayasa proses dan yang lainnya sesuai dengan ruang lingkup permasalahan yang dihadapi masing-masing. Pengetahuan heuristis yang telah dikuasai di pabrik merupakan asset berharga, meskipun untuk pemanfaatan yang optimal perlu memperhatikan
beberapa
hal
sesuai
karakteristiknya.
Langkah-langkah
penyelesaian sebuah kasus menggunakan pengetahuan heuristis bisa berbeda antar individu atau kelompok berdasarkan pengalaman masing-masing, oleh karena itu perlu diidentifikasi untuk menentukan cara penyelesaian yang dianggap terbaik dari berbagai alternatif yang ada. Selanjutnya pengetahuan proses yang dapat menjelaskan secara rinci suatu permasalahan proses berdasarkan teori-teori ilmu pengetahuan sangat perlu dikembangkan, sehingga cara-cara penyelesaian yang bersifat coba-coba dan beresiko di lapangan dapat dieliminasi.
IV.3 Pengetahuan Heuristis Dari Eksternal Pabrik
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, banyak pengetahuan yang belum dikuasai oleh para tenaga ahli di pabrik. Karena penguasaan pengetahuan yang mendalam memerlukan waktu, biaya dan sumberdaya lain yang tidak sedikit, maka adopsi pengetahuan dari luar pabrik dapat dilakukan dengan mengaplikasikan bentuk-bentuk pengetahuan heuristis seperti engineering practices, rule of thumbs atau aturan-aturan berbasis pengalaman yang sesuai dengan proses di pabrik. Pengetahuan heuristis tersebut merupakan hasil formulasi dari para ahli berdasarkan pengalaman mereka. Ruang lingkup di mana heuristis
tersebut
dapat
diaplikasikan
meliputi
bidang-bidang
operasi,
pemeliharaan, inspeksi, perancangan peralatan, perancangan proses hingga perancangan pabrik. Penggunaan teknik-teknik pengetahuan heuristis dalam bentuk panduan-panduan praktis, rumus, korelasi, tabel, grafik yang relevan dapat sangat membantu dalam melakukan pendekatan untuk menyelesaikan permasalahan proses dengan cara mudah dan cepat. Namun dalam penerapannya perlu diingat karaketristik dari
45
setiap heuristis [Turton, 1998] yaitu : tidak menjamin suatu penyelesaian, dapat bertentangan dengan heuristis lain, dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan persoalan, serta kesesuaiannya tergantung kondisi tertentu bukan pada setiap keadaan. Dalam menyelesaikan permasalahan proses, penggunaan pengetahuan dari heuristis dapat dilakukan dalam tiga langkah yaitu prediksi, analisis dan evaluasi [Turton, 1998]. Langkah pertama adalah mengaplikasikan heuristis yang ada untuk membuat prediksi dan asumsi dalam menentukan solusi. Berikutnya adalah melakukan analisis rinci berdasarkan pengetahuan proses lewat persamaan, korelasi, atau penelitian terhadap permasalahan untuk menemukan kemungkinan solusi yang terbaik. Langkah ketiga adalah membandingkan hasil alternatif solusi terbaik pada langkah kedua dengan prediksi solusi menggunakan heuristis dari langkah
pertama.
Jika
prediksi
berdasarkan
heuristis
menunjukkan
ketidaksesuaian, maka cara penyelesaian berdasarkan heuristis pada langkah pertama harus dikoreksi. Dengan demikian tetap perlu dikembangkan penguasaan pengetahuan berdasarkan teori-teori ilmu pengetahuan yang akan mengarahkan pada penyelesaian yang lebih pasti terhadap permasalahan proses yang dihadapi.
IV.4 Peran Pengetahuan Heuristis Dalam Basis Pengetahuan
Seperti telah dibahas di atas, jelas bahwa pengetahuan heuristis berperan penting dan banyak digunakan dalam menyelesaikan permasalahan proses di pabrik. Pada Gambar IV.1 ditampilkan peran shallow knowledge dan deep knowledge sebagai basis pengetahuan dalam penyelesaian permasalahan [Hui, 2006]. Pengetahuan heuristis yang merupakan contoh dari tipe shallow knowledge, yaitu pengetahuan yang tanpa didasari penjelasan atas hubungan sebab akibat pada suatu proses. Sedangkan deep knowledge adalah pengetahuan mengenai hubungan sebab akibat dari komponen atau variabel terkait berdasarkan prinsip-prinsip fundamental yang berlaku pada sebuah proses. Pengetahuan yang didapatkan dan dikembangkan oleh operator pabrik berdasarkan pengalamannya dalam mengatasi permasalahan proses selama mengoperasikan pabrik merupakan contoh shallow knowledge.
46
Berbagai kasus operasi mungkin dapat diatasi oleh operator, namun umumnya tidak diketahui penjelasannya.
problem
shallow knowledge
sebab & solusi
deep knowledge
Gambar IV.1 Penyelesaian masalah melalui deep knowledge atau shallow knowledge Pengetahuan heuristis yang telah dimiliki merupakan sumber berharga bagi basis pengetahuan di pabrik yang dapat dipakai untuk penyelesaian permasalahan proses tertentu yang spesifik. Karena sifatnya yang ringkas, maka pengetahuan heuristis akan mudah direpresentasikan dalam basis pengetahuan yang menjadi komponen utama dalam sistem berbasis pengetahuan. Namun untuk ke masa depan, model pengembangan heuristis yang mendasarkan atas pengalaman yang bersifat coba-coba dengan resiko terjadinya kesalahan, tidak dapat terus diandalkan tanpa mengembangkan deep knowledge. Pengembangan deep knowledge berupa model proses yang dibangun berdasarkan prinsip-prinsip dan hukum fundamental yang mampu menjelaskan perilaku proses dari variabelvariabel proses yang terlibat sangat diperlukan. Selain sebagai penjelasan bagi pengetahuan heuristis yang telah ada, model proses dapat digunakan untuk mempelajari kemungkinan-kemungkinan masalah yang bisa terjadi sehingga langkah-langkah penyelesaian yang lebih pasti dapat ditentukan, tidak harus mengalami dan melakukan kesalahan terlebih dahulu.
47