Pengetahuan Dan Perilaku Dini Kanker Mulut Rahim Ibu-Ibu Desa Potorono, Daerah Istimewa Yogyakarta Christina Pernatun Kismoyo1, Eka Nur Rahayu2
ABSTRACT: Currently cervical cancer ranks second of cancer that affects women in the world and the first order for women in developing countries . Data from the World Health Organization (WHO), 493.243 inhabitants per year of new cervical cancer in the world with a death rate due to cancer is as much as 273 505 people per year. Ignorance of the women who are married to the threat of cervical cancer have also helped many women who die from this disease. To improve the knowledge of mothers about early detection of cervical cancer in order to improve the quality of life of rural communities Potorono, Bantul, Yogyakarta. Method used in the application of science and technology is counseling and examination IVA (Inspection Visual Acetic Acid). Target activities are all mothers who have had sexual intercourse, and or have a history of giving birth aged 30-60 years in the village Potorono. Prior to the IVA inspection conducted counseling about cervical cancer and its early detection means, participants attended 62 mothers. After 1 week of examination IVA with 40 attendees. Results: IVA inspection participants aged 20-35 years with a 39 % and at the age of 36-50 years 37 % . Maternal parity checks IVA most two children for a total of 45 %. IVA examination results with 97 % negative category and there are 3% of participants were found with polyps in the mouth of her womb. Mothers Potorono village has been able and willing to perform preventive measures with oral cancer examination Rahim IVA, as preventive measures and early detection are easy cheap and practical in order to realize a healthy and harmonious family. Keywords: counseling, early detection of cancer, IVA ABSTRAK: Saat ini kanker serviks menempati urutan kedua kanker yang mempengaruhi perempuan di dunia dan urutan pertama bagi perempuan di negara berkembang. Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 493,243 penduduk per tahun dari kanker serviks baru di dunia dengan tingkat kematian akibat kanker adalah sebanyak 273 505 orang per tahun . Pengetahuan yang rendah pada wanita yang menikah beresiko terkena kanker serviks mendukung meningkatnya kematian ibu akibat penyakit kanker mulut Rahim. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang deteksi dini kanker serviks paska penyuluhan dan kesediaan ibu hadir melakukan deteksi dini kanker mulut Rahim pada ibu-ibu desa Potorono, DIY. Metode yang digunakan dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah konseling dilanjutkan posttest dan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat). Pengetahuan diukur menggunakan pertanyaan tertutup dan kesediaan diukur berdasarkan hasil pemeriksaan IVA. Sasaran adalah semua ibu yang telah melakukan hubungan seksual, dan atau memiliki riwayat melahirkan berusia 30-60 tahun di desa Potorono. Sebelum IVA pemeriksaan dilakukan konseling tentang kanker serviks dan sarana deteksi awal, peserta mengikuti 62 ibu. Hasil: 71% pengetahuan baik, 10% pengetahuan cukup, 6% pengetahuan kurang. Pemeriksaan IVA dilakukan pasca penyuluhan 1 minggu hadir 40 peserta (64,5%). Hasil: peserta IVA inspeksi berusia 20-35 tahun dengan 39% dan pada usia 36-50 tahun 37 %. Paritas ibu memeriksa IVA paling banyak dua anak dengan total 45%. Pemeriksaan IVA hasil dengan 97% kategori negatif dan ada 3 % dari peserta ditemukan dengan polip di mulut rahimnya. Deteksi dini tentang penyakit degenaratif sangat penting untuk diinformasikan kepada seluruh masyarakat bebas karena dampak perilaku yang tidak baik dan cukup lama sangat beresiko mengalami penyakit kanker. Peran petugas kesehatan untuk lebih aktif melakukan penyuluhan atau memberikan KIE aktif kepada ibu yang beresiko. IVA merupakan salah satu tes deteksi yang mudah murah dan dapat dilaksanakan dengan perlengkapan alat yang sederhana. Kata Kunci: Pengetahuan, perilaku, deteksi dini kanker, IVA 1 2
Staf Pengajar Akademi Kebidanan Yogyakarta (
[email protected]) Staf Pengajar Akademi Kebidanan Yogyakarta
32
Pendahuluan Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki urutan ke dua dari penyakit kanker yang menyerang perempuan didunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang berkembang. Dari data Badan Kesehatan Dunia (WHO), diketahui terdapat 493.243 jiwa per tahun penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini sebanyak 273.505 jiwa per tahun (Emilia, 2010) bahkan sekitar 500.000 wanita di seluruh dunia di diagnosa menderita kanker serviks dan rata-rata 270.000 meninggal setiap tahun. Insidensi dilaporkan lebih tinggi terjadi di negara berkembang daripada di negara maju. Pada tahun 2030 diperkirakan terjadi kasus kanker baru sebanyak 20 hingga 26 juta jiwa dan 13 hingga 17 juta jiwa meninggal akibat kanker serviks. Peningkatan angka kejadian kanker diperkirakan sebesar 1% per tahun. Pada tahun 2008 disampaikan dalam world cancer report bahwa terdapat 12 juta jiwa pasien yang baru didiagnosis kanker serviks. Di dunia, setiap 2 menit seorang wanita meninggal akibat kanker serviks. Di Indonesia setiap 1 jam wanita meninggal akibat kanker serviks. Ketidaktahuan para wanita yang sudah menikah akan ancaman kanker serviks juga turut membantu banyaknya wanita yang meninggal akibat penyakit ini. Berdasarkan survey yang melibatkan 5.423 wanita yang sudah menikah di Asia dan dilakukan pada sembilan negara termasuk Indonesia, data menunjukkan hanya 2% wanita yang mengetahui Human Papilloma Virus (HPV) merupakan penyebab dari kanker serviks yang ditularkan melalui hubungan seksual. Menurut Kementrian Kesehatan RI, penyakit kanker serviks saat ini menempati urutan pertama daftar kanker yang diderita oleh wanita. Saat ini di Indonesia ada sekitar 100 kasus per 100 ribu penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya. Kanker serviks yang sudah masuk ke stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu yang relatif cepat. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus HPV (Human Pappiloma Virus) yang tidak sembuh dalam waktu yang lama. Jika kekebalan tubuh berkurang, maka infeksi ini bisa mengganas dan menyebabkan terjadinya kanker serviks. Pada umumnya penderita kanker serviks adalah umur 30-60 tahun tetapi sangat rentan terjadi pada wanita usia 35-55 tahun. Kanker ini biasa juga di sebut kanker leher rahim, atau kanker mulut rahim. Kanker ini merupakan kanker yang menyerang kaum wanita. Dari seluruh penderita kanker di Indonesia, sepertiganya adalah penderita kanker serviks. Kanker ini memang merupakan pembunuh wanita yang menakutkan. Apakah sebenarnya kanker serviks? Kanker serviks atau kanker leher rahim terjadi di bagian organ reproduksi seorang wanita. Leher rahim adalah bagian yang sempit di sebelah bawah antara vagina dan rahim seorang wanita. Di bagian inilah tempat terjadi dan tumbuhnya kanker serviks. Serviks merupakan bagian rahim yang berhubungan dengan vagina. Skrining kanker serviks dapat dilakukan dengan cara pap smear, kolposkopi, gineskopi, tes IVA, servikografi, konisasi, tes HPV-DNA. Pengobatan kanker serviks pada stadium lebih dini, hasilnya lebih baik, mortalitas akan menurun. Salah satu metode pendeteksian dini Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA). Metode ini tergolong sederhana, nyaman dan praktis. Dengan mengoleskan asam cuka (asam asetat) pada leher rahim dan melihat reaksi perubahan, prakanker dapat dideteksi. Biaya yang dikeluarkan pun juga murah. Selain prosedurnya tidak rumit, pendeteksian dini ini tidak memerlukan persiapan khusus dan juga tidak akan menyakitkan pasien.
33
Melihat data ibu-ibu yang tinggi menderita kanker mulut Rahim, pengurus kader PKK dusun Potorono mencanangkan program deteksi dini kanker mulut Rahim. Dimana kader PKK mempunyai peran dan fungsi menjaga kesehatan reproduksi ibu-ibu warga dusun agar dapat mendampingi keluarga dengan sehat dan mampu mendeteksi dini kebutuhan diri sejak awal. Adapun tujuan umum pengabdian ini adalah meningkatkan pengetahuan para ibuibu tentang deteksi dini kanker mulut rahim guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa Potorono, Banguntapan, Bantul. Dengan harapan ibu-ibu paham tentang penyakit kanker mulut Rahim, bersedia mengikuti pemeriksaan deteksi dini kanker mulut rahim dengan metoda IVA, dan ibu-ibu mampu serta bersedia melakukan tindakan-tindakan preventif kanker mulut rahim. Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diajukan rumusan masalah bagaimana pengetahuan ibu-ibu PKK dusun Potorono tentang kanker mulut rahim dan kesediaannya melakukan IVA tes. Metode Penelitian WHO menyebutkan bahwa IVA dapat mendeteksi lesi tingkat pra kanker (highGrade Precanceraus Lesions) dengan sensitivitas sekitar 66-96% dan spesifitas 6498%. Sedangkan nilai prediksi positif (positive predective value) dan nilai prediksi negatif (negative predective value) masing-masing antara 10-20% dan 92-97% (Wiliam, 2010). IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin. IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5% (Wiliam, 2010). Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan skrining alternatife dari pap smear karena biasanya murah, praktis, sangat mudah untuk dilaksanakan dan peralatan sederhana serta dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan selain dokter ginekologi. Tujuan IVA untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada leher rahim. Keuntungan IVA dibandingkan tes-tes diagnosa lainnya adalah: mudah, praktis, mampu laksana, Dapat dilaksanakan oleh seluruh tenaga kesehatan, alat-alat yang dibutuhkan sederhana, sesuai untuk pusat pelayanan sederhana (Kemenkes RI, 2010). Keuntungan IVA lainnya kinerja tes sama dengan tes lain, Memberikan hasil segera sehingga dapat diambil keputusan mengenai penata laksanaannya. Program Skrining Oleh WHO diharapkan: skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun. Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 25-60 tahun. Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup memiliki dampak yang cukup signifikan. Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+) adalah 1 tahun dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun. Syarat mengikuti test IVA adalah a) sudah pernah melakukan hubungan seksual, b) tidak sedang datang bulan/haid, c) tidak sedang hamil dan d) 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual. Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat dan alat sebagai berikut: a) ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi. b)
34
meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi litotomi. c) terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks, d) spekulum vagina, e) asam asetat (35%), f) swab-lidi berkapas, g) sarung tangan sepasang. Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan mengenai prosedur yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam pemeriksaan ini. Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (berbaring dengan lutut ditekuk dan kaki melebar). Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan bantuan pencahayaan yang cukup. Spekulum akan dibasuh dengan air hangat dan dimasukkan ke vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk melihat leher rahim. Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas steril basah untuk menyerapnya. Dengan menggunakan pipet atau kapas, larutan asam asetat 3-5% diteteskan ke leher rahim. Dalam waktu kurang lebih satu menit, reaksinya pada leher rahim sudah dapat dilihat. Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan, kemungkinan positif terdapat kanker. Asam asetat berfungsi menimbulkan dehidrasi sel yang membuat penggumpalan protein, sehingga sel kanker yang berkepadatan protein tinggi berubah warna menjadi putih. Bila tidak didapatkan gambaran epitel putih pada daerah transformasi hasilnya negatif (Kemenkes RI, 2010). Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah: a) IVA negatif = menunjukkan leher rahim normal, b) IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya (polip serviks). c) IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau kanker serviks in situ). d) IVA-Kanker serviks = Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA).
Gambar 1: Penampakan hasil pemeriksaan IVA Pemeriksaan IVA dilakukan dengan spekulum melihat langsung leher rahim yang telah dipulas dengan larutan asam asetat 3-5%, jika ada perubahan warna atau tidak muncul plak putih, maka hasil pemeriksaan dinyatakan negatif. Sebaliknya jika leher rahim berubah warna menjadi merah dan timbul plak putih, maka dinyatakan positif lesi atau kelainan pra kanker. Namun jika masih tahap lesi, pengobatan cukup mudah, bisa langsung diobati dengan metode Krioterapi atau gas dingin yang menyemprotkan gas CO2 atau N2 ke leher rahim. Sensivitasnya lebih dari 90% dan spesifitasinya sekitar 40% dengan metode diagnosis yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit tersebut, lesi prakanker bisa dideteksi sejak dini. Dengan demikian, bisa segera ditangani dan tidak berkembang menjadi kanker stadium lanjut.
35
Metode krioterapi adalah membekukan serviks yang terdapat lesi prakanker pada suhu yang amat dingin (dengan gas CO2) sehingga sel-sel pada area tersebut mati dan luruh, dan selanjutnya akan tumbuh sel-sel baru yang sehat (Kemenkes RI, 2010). Kalau hasil dari test IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang terlihat dari adanya perubahan dinding leher rahim dari merah muda menjadi putih, artinya perubahan sel akibat infeksi tersebut baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa dimatikan atau dihilangkan dengan dibakar atau dibekukan. Dengan demikian, penyakit kanker yang disebabkan human papillomavirus (HPV) itu tidak jadi berkembang dan merusak organ tubuh yang lain.Tempat pelayanan IVA bisa dilakukan di tempat-tempat pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pemeriksaan dan yang bisa melakukan pemeriksaan IVA diantaranya oleh: Perawat terlatih, Bidan, Dokter Umum, Dokter Spesialis Obsgyn.
ibu-ibu usia 30 tahun
Gambar 2:
pengetahuan tentang pemeriksaan IVA untuk deteksi kanker
pemeriksaan IVA
Kerangka pemecahan masalah (Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Metode yang digunakan dalam penerapan IPTEKS ini adalah penyuluhan dan pemeriksaan IVA. Sasaran dalam kegiatan adalah semua ibu-ibu yang telah melakukan hubungan seksual, berusia 30-60 tahun dan memiliki riwayat persalinan di desa Potorono. Tempat dan waktu pelaksanaan sosialisasi tentang IVA, Minggu 20 April 2014 pada pukul 16.30-17.30 WIB. Tempat aula pasar tradisional Sekarsuli peserta hadir 62 ibu. Petugas pelaksana Christina Pernatun Kismoyo, S.SiT.,MPH Pemeriksaan IVA dilaksanakan pada hari Sabtu 26 April 2014 pukul 15.00-18.30WIB. Tempat rumah bidan Christina, Potorono, RT 03, Potorono, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Petugas Christina Pernatun Kismoyo, S,SIT.,MPH dan Eka Nur Rahayu, S.SiT.,MPH serta dibantu 6 mahasiswa kebidanan semester IV. Hasil Dan Pembahasan Kegiatan persiapan dilaksanakan sejak adanya permintaan pemeriksaan IVA oleh ibu-ibu pengurus PKK dusun Potorono, diawali dengan pertemuan kesepakatan sosialisasi dan pelaksanaan serta petugas yang membantu pendataan dan pelaksanaan. Awal rencana telah disepakati pelaksanaan kegiatan di rumah ibu dukuh, namun mengingat tempat dan sebagainya akhirnya menempati ruang praktik bidan Christina
36
yang rumahnya hanya disamping ibu dukuh dusun Potorono. Sosialisasi terlaksana sesuai rencana di pendopo pasar tradisional desa Sekarsuli berjalan dengan lancar dan peserta sangat antusias dimana cukup banyak pertanyaan dan kesediaan untuk hadir pada acara pemeriksaan IVA.
Gambar 3:
Sosialisasi pentingnya pemeriksaan IVA bagi ibu-ibu (Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Sehari sebelum pelaksanaan secara gotong-royong ibu-ibu mempersiapkan tempat bersama bidan pelaksana di klinik bidan. Para tenaga administrasi laboratorium Akademi Kebidanan Yogyakarta membantu dalam penyiapan beberapa instrument steril serta bahan habis pakai, antara lain: speculum gynecologi, korentang, kom, hanscoon, betadin dan asam cuka.
Gambar 4:
Persiapan alat steril dan non steril pemeriksaan IVA (Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Kegiatan dilaksanakan pada Sabtu jam 16.00-18.30 WIB, peserta yang telah hadir mengisi daftar hadir dan dilakukan anamneses sederhana oleh mahasiswi Akademi Kebidanan Yogyakarta, tentang nama, umur, lama pernikahan, jumlah anak dan haid terakhir. Pemeriksaan dilakukan di dua bilik dengan pelaksana pemeriksa Christina Pernatun Kismoyo dan Eka Nur Rahayu. Sekaligus memberikan kesempatan belajar bagi para mahasiswa, diminta secara bergantian hands on dengan bedside teaching pembimbing. Total peserta yang hadir sejumlah 40 ibu namun mengundurkan 2 karena ada urusan keluarga, seluruh peserta dengan tertib menunggu giliran pemeriksaan dan secara umum hasilnya normal.
37
Gambar 5:
Bilik pemeriksaan IVA (Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Pelaksanaan pemeriksaan IVA berjalan dengan lancer, tidak ditemukan hambatan yang berarti, dibawah ini data peserta dan hasil pemeriksaan. Tabel 1:
Data peserta pemeriksaan IVA berdasarkan umur di dusun Potorono Umur Jumlah Persentase (%) 20-35 tahun
15
39
36-50 tahun
14
37
51-60 tahun
9
24
Total
38
100
Berdasarkan data peserta pemeriksaan IVA dengan umur 20-35 tahun sejumlah 39% dan 37% pada usia 36-50 tahun.
Gambar 6:
Data peserta pemeriksaan IVA berdasarkan paritas di dusun Potorono (Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Jumlah anak atau paritas ibu yang melakukan pemeriksaan IVA terbanyak dua anak yaitu sejumlah 45%.
38
Gambar 7:
Data peserta pemeriksaan IVA berdasarkan riwayat kontrasepsi yang digunakan di dusun Potorono (Sumber: Dokumentasi Peneliti) Tabel 2: Data hasil pemeriksaan IVA di dusun Potorono Hasil IVA Jumlah Persentase (%) Negative 37 97 Radang/polip 1 3 Positive 0 0 Kanker serviks 0 0 Jumlah 38 100
Data tabel 2 dapat dijelaskan 97% peserta pemeriksaan IVA dengan hasil kategori negative dan hanya ada 3% yang ditemukan dengan polip pada daerah mulut rahimnya. Bagi ibu yang telah selesai dilakukan pemeriksaan IVA langsung disampaikan hasilnya dan diberikan KIE agar tetap menjaga kebersihan alat genetalianya dan melakukan kontrol ulang pemeriksaan IVA minimal 6 bulan lagi atau apabila ada keluhan. Seorang ibu mendapatkan antibiotika (Metronidazole) karena keputihan dan bau serta dilanjutkan pelepasan IUD untuk mengurangi penyebaran infeksi, serta 3 orang ibu mendapatkan penyuluhan intensif sehubungan didapatkan erosi portio serta seorang ibu mengalami polip pada mulut rahimmnya.Berdasarkan hasil evaluasi secara umum pada ibu-ibu peserta pemeriksaan IVA merasa puas, bagi mahasiswa dirasakan menyenangkan karena dapat melakukan pemeriksaan IVA secara langsung. Rencana awal peserta ditargetkan sejumlah 70 ibu hanya hadir 43 orang, dikarenakan tanpa sepengetahuan pengurus PKK telah dilakukan pemeriksaan IVA oleh salah satu klinik kesehatan bertempat di halaman belakang masjid dusun Potorono berdekatan dengan tempat pemeriksaan. Berdasarkan pendataan sebagian ibu telah mengikuti pemeriksan yang dilakukan oleh pihak lain, karena kesalahan informasi. Desa Potorono secara geografis masuk wilayah kecamatan Banguntapan, kabupaten Bantul dengan terbagi menjadi 9 dusun. Dusun Potorono sendiri terbagi menjadi 9 Rukun Tetangga (RT). Pertemuan ibu-ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) adalah salah satu kegiatan sosial masyarakat yang aktif digalakkan dengan pertemuan setiap sebulan sekali tepatnya pada tanggal sepuluh senantiasa dihadiri oleh para ibu-ibu perwakilan dari setiap RT. Sepuluh pokok program PKK di dusun Potorono senantiasa dilaksanakan untuk mewujudkan kesejahteraan warganya. Kesehatan merupakan bagian penting berawal dari keluarga baik mulai pendidikan dan perilaku yang diterapkan, guna mewujudkan kesejahteraan keluarga menuju kesejahteraan bangsa Indonesia. Sebelum dilakukan pemeriksaan IVA petugas melakukan persiapan dengan memberikan informasi tentang penyakit kanker mulut rahim/serviks dan menjelaaskan keuntungan dan kerugian apabila melakukan pemeriksaan IVA sebagai salah satu
39
metode deteksi dini kanker mulut rahim. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pemeriksaan IVA ini sangat penting guna memberikan keyakinan pada peserta untuk melakukan pemeriksaan. Pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman dan berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat, dan lain sebagainya. Latifah (2011) yang menyatakan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan. Hal ini sesuai dengan teori Notoamodjo (2007), bahwa selain pengetahuan, ada banyak faktor yang mempengaruhi perilaku diantaranya adalah kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, tersedia tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan serta perilaku petugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan teori Notoamodjo (2007), bahwa selain pengetahuan, ada banyak faktor yang mempengaruhi perilaku diantaranya adalah kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, tersedia tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan serta perilaku petugas kesehatan. sebagian besar responden yang melakukan IVA Test sudah pernah mendapatkan informasi mengenai kanker serviks. Mubarak (2007) menyebutkan bahwa kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan baru. Hal ini menunjukkan bahwa informasi yang didapatkan oleh seseorang memiliki pengaruh terhadap perilaku seseorang. Informasi paling banyak diperoleh dari tenaga kesehatan. Menurut Purwanti dan Hendarsih (2008) bahwa peran tenaga kesehatan sangat besar pengaruhnya dalam menyampaikan informasi yang benar dan tepat mengenai kanker serviks baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Pelaksanaan pemeriksaan IVA merupakan salah satu bukti nyata bagi masyarakat bahwa pemeriksaan ini mudah, murah dan sederhana namun memberikan manfaat yang luar biasa untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Ibu sehat adalah ibu yang bijaksana. Berdasarkan tabel 1 data peserta pemeriksaan IVA pada kelompok ibu usia reproduksi sehat (20-35tahun) yaitu sejumlah 39% dan 36% pada usia diatas 36-50 tahun. Bertambahnya usia menunjukkan suatu kematangan perilaku dan kematangan pola pikir. Bertambahnya usia juga sejalan dengan bertambahnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki seseorang. Hasil ini juga diperkuat dalam teori Mubarok (2007) mengatakan bahwa dalam perubahan umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan mental, sedangkan umur itu sendiri merupakan kedewasaan fisik dan kematangan ciri kepribadian seseorang yang berkaitan erat dengan pengambilan keputusan. Berdasarkan laporan WHO tahun 1992, kanker serviks ditemukan paling banyak pada usia setelah 40 tahun dan lesi derajat tinggi pada umumnya dapat dideteksi sepuluh tahun sebelum terjadi kanker dengan puncak terjadinya displasia pada usia 35 tahun. Pada tabel 2 menunjukkan data 100% peserta pemeriksaan dengan hasil negatif, ini menunjukkan bahwa kesehatan ibu khususnya dalam hal kesehatan reproduksinya sangat bagus. Salah satu kategori yang dipergunakan adalah IVA negatif menunjukkan leher rahim normal (Kemenkes RI, 2010). Hal ini menunjukkan keuntungan IVA adalah kinerja tes sama dengan tes lain dan memberikan hasil segera sehingga dapat diambil keputusan mengenai penatalaksanaannya. IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin (NN, 2010). IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5% (Purwanti, 2008). Berdasarkan dari hasil evaluasi pelaksanaan pemeriksaan IVA tanpa ada kendala yang berarti hal ini menunjukkan sifat kerja pemeriksaan IVA yang sederhana.
40
Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan skrining alternatife dari pap smear karena murah, praktis, sangat mudah untuk dilaksanakan dan peralatan sederhana serta dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan selain dokter ginekologi (Kemenkes RI, 2010) Simpulan Dan Implikasi Kesimpulan: Ibu-ibu telah memahami tentang penyakit kanker mulut Rahim dimana dari peserta yang hadir pada saat sosialisasi dapat hadir dan bersedia mengikuti tes IVA, bagi ibu yang tidak dapat hadir dikarenakan datang bulan da nada keperluan pribadi. Ibu-ibu telah mampu dan mau melakukan tindakan-tindakan preventif terkena kanker mulut Rahim dari hasil wawancara pada saat pemeriksaan dan konseling hasil 98% mengatakan telah melakukan cara-cara personal hygiene dengan baik, dan akan melakukan pemeriksaan IVA kembali setelah 6 bulan kedepan. Saran: Pengabdian kepada masyarakat ini dapat sebagai sumbangan ilmu pengetahuan untuk menambah wawasan tentang penyakit kanker mulut rahim, tindakan preventif dan deteksi dini dengan mudah murah dan praktis guna membina keluarga yang sehat dan harmonis khususnya di dusun Potorono. Guna memberikan dampak sustainable kiranya dapat dilaksanakan deteksi dini dengan IVA secara rutin pada daerah binaan atau daerah pengabdian dosen agar diketahuinya secara dini adanya tanda-tanda kanker mulut rahim dan dapat dilakukan pemeriksaan lanjut serta pengobatan segera sebagai aplikasi nyata dari ilmu dosen di institusi dan di masyarakat. Daftar Pustaka Lippincot, Williams., & Wilkins. (2010). Pembunuh ganas itu bernama kanker servik. (Wijaya D, Penerjemah). Yogyakarta: Sinar Kejora. Mubarok. (2007). Promosi kesehatan sebuah pengantar proses belajar mengajar dalam pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. NN. (2010). Kenali lebih dini gejala kanker leher rahim. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Notoatmojdo, S. (2010). Promosi kesehatan: teori dan aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. Nurhidayati & Mamnuah. (2005). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Dengan Tingkat Kecemasan Pada Klien Kanker Serviks. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan. 1(2), 96-104. Prawirohardjo, S. (2006). Onkologi dan ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo. Purwanti, Y., & Hendarsih, S. (2008). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Kanker Leher Rahim dan Pap Smear Terhadap kesadaran Mengikuti Pap Smear pada Ibuibu Mlisi Lor Tirtonirmolo Kasihan Bantul. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan. 4(1), 48-58. Rasjidi, I. (2008). Manual prakanker serviks. Jakarta: CV Sagung Seto. Saifuddin, A.B. (n.d.). Buku acuan nasional onkologi ginekologi. Jakarta: YBPSP. Wiknjosastro, H., Saifuddin, B., Rachimhadi, Trijatmo. (2005). Ilmu kandungan (vols. 2-3). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo. Wiyono, S., Iskandar, T.M., & Suprijono. (2008). Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) untuk Deteksi Dini Lesi Prakanker Serviks. Media Medika Indonesiana, 43(3), 116-121.
41