PENGEMBANGAN PERANGKAT PRAKTIKUM LISTRIK DINAMIS PADA MATA KULIAH EKSPERIMEN FISIKA MATERI JEMBATAN WHEATSTONE
Artikel disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika
oleh Puji Iman Nursuhud 4201412036
JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016
2
PENGESAHAN Artikel ilmiah yang berjudul Pengembangan Perangkat Praktikum Listrik Dinamis pada Mata Kuliah Eksperimen Fisika Materi Jembatan Wheatstone disusun oleh Puji Iman Nursuhud 4201412036 Berdasarkan skripsi yang telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada tanggal 23 Juni 2016. Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Siti Khanafiyah, M.Si. NIP. 195205211976032001
Dr. Mahardika Prasetya Aji, M.Si. NIP. 198108152003121003
3
PENGEMBANGAN PERANGKAT PRAKTIKUM LISTRIK DINAMIS PADA MATA KULIAH EKSPERIMEN FISIKA MATERI JEMBATAN WHEATSTONE Puji Iman Nursuhud*, Siti Khanafiyah, Mahardika Prasetya Aji Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang E-mail:
[email protected] Abstrak Praktikum jembatan wheatstone merupakan materi eksperimen fisika yang membutuhkan kemampuan pemahaman konsep dan analisis. Namun kenyataannya, penguasaan konsep materi masih tergolong rendah sehingga mengakibatkan kesalahan dalam menentukan rangkaian alat praktikum. Fokus penelitian ini adalah memodifikasi dan mengembangkan perangkat praktikum yaitu alat dan modul praktikum pada mata kuliah eksperimen fisika materi jembatan wheatstone. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) dengan model pengembangan 4-D. Prosedur penelitian 4-D meliputi (1) pendefinisian, (2) perancangan, (3) pengembangan, (4) penyebaran. Kelayakan perangkat praktikum diukur melalui uji kelayakan dan angket respon. Uji akurasi alat praktikum menghasilkan kriteria teliti dan tepat dalam mengukur nilai tahanan resistor. Hasil uji kelayakan alat dan modul praktikum menunjukkan kriteria sangat layak. Respon mahasiswa terhadap alat dan modul praktikum pada kegiatan eksperimen fisika menghasilkan kriteria baik. Sedangkan, hasil belajar mahasiswa pada aspek psikomotorik dan aspek kognitif memperoleh kriteria sangat baik. Kata kunci: Perangkat praktikum, hasil belajar, jembatan wheatstone
Abstract The experiment of wheatstone bridge is an experiment that needed the ability of concept understanding and analysis. Unfortunately, the concept understanding of material is relatively low, it caused an error in determining the set of experiment tool. The focus of this study are modification and development of experiment device, that is the tool and module of the wheatstone bridge experiment on physics experiment subject. The method of this study is Research and Development with 4-D developing model. The research procedures of 4-D are (1) definition, (2) design, (3) development, (4) diffusion. Appropriateness of the experiment tools measured through feasibility test dan responses questionnaire. The accuracy test of the experiment tools shows the precise and accuracy criteria on measuring resistance of resistors. The result of the feasibility test of the tool and the module shows that the criteria is very feasible. Students responses toward the tool and the module on physics experiment is in the good criteria. Meanwhile, the learning result of students on psychomotor and cognitive aspect is in very good criteria. Keywords: Experiment Tools, learning result, wheatstone bridge
PENDAHULUAN Praktikum jembatan wheatstone adalah materi eksperimen pada mata kuliah Fisika Dasar 2 yang membutuhkan kemampuan pemahaman konsep dan analisis. Materi ini merupakan bagian dari konsep listrik dinamis yang membutuhkan pemahaman terhadap hukum Ohm dan hukum-hukum Kirchhoff. Pemahaman yang rendah terhadap konsep materi dan alat praktikum mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam menentukan rangkaian. Hal ini mengindikasikan bahwa perlu dilakukan pengembangan perangkat untuk
meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap praktikum jembatan wheatstone. Perangkat praktikum yang dikembangkan berupa modul dan alat praktikum. Metode pembelajaran tanya jawab merupakan suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh anak didik (Djamarah, 2000: 203). Metode tanya jawab memiliki kelebihan yaitu bisa lebih mengaktifkan siswa. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Critelli & Tritapoe (2010) yang menyimpulkan bahwa metode tanya jawab dapat meningkatkan keaktifan peserta didik. Pengembangan modul praktikum berdasarkan
4 metode tanya jawab bertujuan meningkatkan kemampuan mengamati, menginterpretasi, mengklasifikasi, membuat kesimpulan, menerapkan, dan mengkomunikasikan. Modul praktikum yang dikembangkan berisi pertanyaanpertanyaan untuk membimbing dan menggali kemampuan pemahaman mahasiswa terhadap materi praktikum jembatan Wheatstone. Menurut Djamarah (2000: 196) metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses percobaan. Dengan metode ini anak didik diharapkan sepenuhnya terlibat merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, menemukan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variabel, dan memecahkan masalah yang dihadapi secara nyata. Tujuan eksperimen menurut Putra (2013: 134) sebagai berikut: Siswa mampu mengumpulkan fakta-fakta, informasi atau data-data yang diperoleh. Melatih siswa dalam merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan percobaan. Melatih siswa dalam menggunakan logika guna menarik kesimpulan dari fakta, informasi, atau data yang terkumpul melalui percobaan. Praktikum jembatan wheatstone menggunakan galvanometer analog. Galvanometer analog menggunakan jarum yang dapat bergerak ke kanan atau ke kiri ketika mendeteksi arus. Pengukuran skala pada galvanometer analog harus dilakukan dengan benar. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahan paralaks dalam praktikum jembatan wheatstone. Praktikum jembatan wheatstone juga membutuhkan resistor variabel. Resistor variabel yang digunakan memiliki variasi rentang nilai. Resistor variabel dalam kegiatan praktikum dihubungkan dengan kabel penghubung dan harus sesuai dengan rentang nilai yang digunakan. Kelemahan dari resistor variabel ini adalah ketika akan mengganti rentang nilai ke rentang nilai yang lainnya, harus mencabut kabel penghubung dan menghubungkannya dengan rentang nilai yang baru. Hal ini mengakibatkan rangkaian alat praktikum menjadi rumit karena membutuhkan lebih banyak kabel penghubung.
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (research and development / R&D) (Sugiyono, 2012: 407). Model pengembangan yang digunakan adalah model 4D yang terdiri dari empat tahap. Tahapan model pengembangan 4-D meliputi tahap pendefinisian, tahap perancangan, tahap pengembangan, dan tahap penyebaran (Mulyatiningsih, 2014: 194195). Desain penelitian dalam penelitian ini disajikan seperti Gambar 1. (1) TAHAP PENDEFINISIAN Observasi Awal
Penentuan Potensi dan Masalah
(2) TAHAP PERANCANGAN
Pembuatan Alat dan Modul Praktikum
Uji Kelayakan Alat dan Modul Praktikum
(3) TAHAP PENGEMBANGAN
Pengujian
Revisi
Tidak
Ya
Hasil Penelitian
Gambar 1. Desain Penelitian Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode angket dan observasi. Metode pengambilan data melalui angket digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan dan respon mahasiswa terhadap alat dan modul praktikum. Sedangkan, metode observasi digunakan untuk mengetahui kemampuan psikomotorik dan kognitif mahasiswa. Persamaan yang digunakan untuk menentukan persentase kelayakan, respon
5 mahasiswa, kemampuan psikomotorik dan kognitif didasarkan pada Sudijono (2009: 43) sebagai berikut: (1) Keterangan: % = persentase sub variabel n = jumlah skor tiap sub variabel N = jumlah skor keseluruhan tiap sub variabel Nilai kelayakan, respon mahasiswa, kemampuan psikomotorik dan kognitif dikategorikan sangat baik atau sangat layak apabila berharga 81,25% nilai < 100,00%; baik atau layak apabila berharga 62,50% nilai < 81,25%; tidak baik atau tidak layak apabila berharga 43,75% nilai < 62,50% dan sangat tidak baik atau sangat tidak layak apabila berharga 25,00% nilai < 43,75% (Juknis Penyusunan Penilaian Afektif, 2010: 60). Uji akurasi dilakukan untuk mengetahui ketelitian dan ketepatan alat praktikum. Ketelitian alat praktikum dihitung menggunakan persamaan: (
)
(3)
(Tim Dosen Fisika Dasar 1, 2013: 13) kriteria ketelitian alat praktikum berdasarkan hasil pengujian yaitu harus memiliki ketelitian lebih dari 90 %. Ketepatan alat praktikum dihitung menggunakan rumus uji-t dua pihak dengan persamaan sebagai berikut: ̅ √
dan
HASIL DAN PEMBAHASAN Alat Praktikum Perangkat praktikum yang dikembangkan dalam penelitian adalah alat praktikum jembatan wheatstone yang terdiri dari multimeter digital, resistor variabel, papan jembatan wheatstone dan alat ukur panjang yaitu meteran. Multimeter digital digunakan untuk mendeteksi arus yang mengalir pada rangkaian jembatan wheatstone dan menentukan kesetimbangan jembatan wheatstone karena lebih akurat dalam menampilkan hasil ukur.
Gambar 2. Desain Alat Praktikum Resistor variabel yang dikembangkan memiliki rentang nilai 100 Ω sampai 100 KΩ. Resistor ini memudahkan praktikan dalam melakukan praktikum. Hal ini karena resistor variabel yang dikembangkan menggunakan rangkaian yang diintegrasikan sehingga dalam penggunaannya tidak memerlukan banyak kabel penghubung. Resistor variabel terintegrasi memudahkan praktikan untuk mengubah rentang nilai yang digunakan.
(4)
(Supranto, 2001 : 137) Keterangan: ̅ = nilai rerata variabel yang diukur = nilai standar variabel yang diukur = simpangan baku = banyaknya data = derajat kebebasan Kriteria pengujian hipotesis menggunakan uji-t dua pihak yaitu Ho diterima jika .
Gambar 3. Desain Resistor Variabel
𝐿
Perbandingan
Papan jembatan wheatstone dan alat ukur panjang dikembangkan dengan menyambungkan rangkaian jembatan dengan kabel penghubung pada bagian bawah papan. Bagian atas papan ditempelkan alat ukur panjang yaitu meteran. Alat ukur panjang digunakan untuk menentukan panjang kawat homogen L1 dan L2. Alat ukur panjang ini diletakkan diatas papan kayu sebagai jembatan wheatstone.
𝐿
6
𝑅𝑣
Gambar 5. Grafik hubungan antara
dengan
.
berdasarkan Gambar 5 diperoleh nilai
Gambar 4. Desain Set Papan Jembatan Wheatstone Kelebihan dari alat praktikum yang dikembangkan diantaranya papan jembatan wheatstone dan alat ukur panjang sudah dirangkai menjadi satu sehingga memudahkan dalam merangkai tanpa memerlukan lebih banyak kabel penghubung. Resistor variabel terintegrasi memudahkan mahasiswa praktikan dalam mengubah rentang nilai resistor yang digunakan dan multimeter digital memudahkan praktikan dalam mengamati arus yang mengalir melalui rangkaian secara akurat. Hal ini sependapat dengan Suprayitno (2011: 7) yang menyatakan bahwa dalam pembuatan alat praktikum harus memenuhi kriteria mudah dalam perancangan, perakitan dan pengoperasian. Sedangkan, Sitanggang (2013: 5) menyatakan bahwa dalam pembuatan alat praktikum harus memenuhi syarat mudah dalam penyimpanan dan penggunaan serta dapat memperjelas konsep. Uji Akurasi Alat Praktikum Uji akurasi terhadap alat praktikum yaitu menganalisis ketelitian dan ketepatan alat praktikum. Grafik hasil pengujian akurasi alat praktikum dapat dilihat pada Gambar 5.
Analisis grafik menunjukkan bahwa hasil pengukuran nilai tahanan resistor yang belum diketahui sebesar . Hasil pengukuran ini selanjutnya dianalisis untuk menentukan ketelitian dan ketepatan alat praktikum. Hasil perhitungan diperoleh ketelitian sebesar . Hasil tersebut menunjukkan bahwa alat praktikum yang dikembangkan memiliki tingkat ketelitian yang tinggi. Hasil perhitungan diperoleh nilai . Sesuai tabel distribusi-t, untuk jumlah
data dan taraf kepercayaan diperoleh nilai . Kriteria pengujian hipotesis menggunakan uji-t dua pihak yaitu diterima jika . Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis, menunjukkan bahwa diterima dan ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa alat praktikum yang dikembangkan dapat mengukur nilai tahanan resistor secara tepat. Alasan tersebut didukung oleh Caria (2000: 157-170) yang memaparkan bahwa uji-t digunakan untuk menentukan ketepatan hasil eksperimen. Berdasarkan perhitungan ketelitian dan hasil uji-t dua pihak menunjukkan bahwa alat praktikum yang digunakan dapat mengukur nilai resistor dengan tepat dan teliti. Hal ini karena multimeter digital dan resistor variabel mudah dioperasikan dan memiliki tingkat akurasi yang tinggi. Selain itu, alat praktikum yang lain seperti
(𝛺
)
7 kabel penghubung, catudaya, resistor dan papan jembatan wheatstone juga dalam kondisi yang baik. Pendapat ini didukung oleh Suprayitno (2011: 7) yang menyatakan bahwa alat praktikum yang digunakan dalam pembelajaran harus mudah dioperasikan dan memiliki akurasi tinggi.
Respon Mahasiswa terhadap Alat Praktikum Pengujian terhadap alat praktikum dilaksanakan pada 33 mahasiswa responden yang menempuh mata kuliah fisika dasar 2. Hasil dari pengujian oleh mahasiswa berupa tanggapan atau respon. Hasil respon mahasiswa terhadap alat praktikum disajikan pada Tabel 4.
Kelayakan Alat Praktikum Uji kelayakan alat praktikum meliputi aspek kepraktisan alat praktikum, aspek ketepatan dan ketelitian praktikum, aspek maintainable (perawatan mudah). Berdasarkan hasil uji kelayakan diperoleh hasil seperti pada Tabel 3.
Tabel 4. Hasil respon terhadap alat praktikum
Tabel 3. Hasil uji kelayakan alat praktikum Aspek Penilaian Kepraktisan Alat Praktikum Ketepatan dan Ketelitian Alat Praktikum Maintainable (Perawatan Mudah) Secara keseluruhan
Persentase (%)
Kriteria
100
Sangat layak
87,5
Sangat layak
87,5 91,67
Sangat layak Sangat layak
Alat praktikum dinilai sangat layak karena resistor variabel dikembangkan secara integrasi sehingga tidak membutuhkan kabel penghubung terlalu banyak. Pada bagian papan set jembatan wheatstone, sebagian kabel penghubung sudah dirangkai secara langsung dengan tujuan dapat membantu praktikan dalam merangkai alat praktikum. Alat pendeteksi arus digunakan multimeter digital yang memudahkan praktikan untuk mengamati dan mendeteksi arus yang mengalir melalui rangkaian secara akurat. Hal ini sesuai dengan yang dipaparkan oleh Suprayitno (2011: 7) yang menyatakan bahwa dalam pembuatan alat praktikum harus memiliki kriteria akurasi yang tinggi. Selain itu, Sitanggang (2013: 5) menyatakan bahwa kriteria pembuatan alat praktikum meliputi mudah dalam penyimpanan dan penggunaan serta tahan lama. Hasil penelitian Sari et al (2014) menunjukkan bahwa alat praktikum harus memenuhi kriteria praktikalitas agar dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Aspek Penilaian Aspek kepraktisan dan kemudahan alat praktikum Aspek komunikasi visual alat praktikum Secara keseluruhan
%
Kriteria
76,89
Baik
80,74
Baik
79,34
Baik
Aspek kepraktisan dan kemudahan alat praktikum memperoleh persentase 76,89% dengan kategori baik. Hal ini dikarenakan resistor variabel dikembangkan secara integrasi sehingga tidak membutuhkan kabel penghubung terlalu banyak. Sedangkan, dalam menentukan kesetimbangan jembatan wheatstone digunakan multimeter digital. Multimeter digital digunakan sebagai alat pendeteksi arus dengan alasan lebih akurat dalam menampilkan hasil ukur. Dalam proses pengukuran variabel, alat praktikum yang dikembangkan dapat digunakan dan dioperasikan dengan baik. Hal ini karena multimeter digital dan resistor variabel dapat berfungsi dengan baik. Alasan tersebut didukung oleh hasil penelitian Sari et al (2014) yang menunjukkan bahwa alat praktikum harus memenuhi kriteria praktikalitas agar dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Aspek komunikasi visual alat praktikum termasuk dalam kategori baik dengan persentase 80,74%. Penilaian alat praktikum dengan kategori baik dikarenakan memiliki desain tampilan yang menarik dan rapi. Desain tampilan yang menarik dan rapi dapat dilihat pada resistor variabel yang dikemas dalam kotak hitam dan diberi label skala dan tulisan “RESISTOR VARIABEL”. Hal ini sependapat dengan Sitanggang (2013: 5) yang menyatakan bahwa dalam pembuatan alat praktikum harus memenuhi syarat mudah dalam penyimpanan dan penggunaan serta dapat memperjelas konsep.
8 Modul Praktikum Karakteristik modul praktikum jembatan wheatstone yang dikembangkan menonjolkan materi dan pertanyaan-pertanyaan pemahaman yang berhubungan dengan kegiatan eksperimen. Modul praktikum yang dikembangkan mengimplementasikan metode pembelajaran tanya jawab. Pertanyaan-pertanyaan didalam modul tersebut hanya bersifat “memicu” agar mahasiswa dapat berpikir secara kreatif dan mandiri tentang eksperimen yang akan dilakukan sehingga dapat berperan lebih aktif dalam kegiatan eksperimen. Hal ini sesuai dengan keunggulan metode tanya jawab menurut Djamarah (2000: 203) yaitu dapat mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran. Hasil penelitian Winiarti (2014) menunjukkan bahwa metode tanya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain itu, hasil penelitian Bunga (2014) menyatakan bahwa metode tanya jawab dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Modul praktikum yang dikembangkan dibagi menjadi tiga bagian yaitu kegiatan A, kegiatan B, dan kegiatan C. Kegiatan A berisi materi tentang jembatan wheatstone yang disertakan proses penurunan persamaan. Pada kegiatan A, mahasiswa diharuskan membaca dan memahami materi tentang jembatan wheatstone. Kegiatan B merupakan penerapan konsep yang sudah dipelajari dan dipahami pada kegiatan A. Kegiatan B bertujuan agar mahasiswa mampu menerapkan teori yang sudah dipelajari dan dipahami untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan jembatan wheatstone. Kegiatan C berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dikerjakan mahasiswa untuk melakukan kegiatan eksperimen. Pertanyaan-pertanyaan pada kegiatan C mengandung langkah kerja yang akan digunakan dalam eksperimen yaitu penentuan tujuan praktikum, penentuan variabelvariabel dalam praktikum, tabel pengamatan, alat dan bahan yang digunakan, rancangan analisis data, dan penentuan ketidakpastian. Kelayakan Modul Praktikum Uji kelayakan modul praktikum meliputi aspek kelayakan isi, aspek kelayakan penyajian, aspek kelayakan grafis, dan aspek kelayakan kebahasaan. Hasil uji kelayakan modul praktikum disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil uji kelayakan modul praktikum Aspek Penilaian Kelayakan Isi Kelayakan Penyajian Kelayakan Grafis Kelayakan Kebahasaan Secara Keseluruhan
%
Kriteria
97,92
Sangat layak
100
Sangat layak
95,45
Sangat layak
95,31
Sangat layak
96,30
Sangat layak
Aspek kelayakan isi meliputi kesesuaian materi dan keakuratan materi. Tabel 5 menunjukkan persentase kelayakan isi modul praktikum yang memperoleh persentase 97,92% dengan kriteria sangat layak. Hasil tersebut dikarenakan modul praktikum yang dikembangkan mencakup materi tentang konsep, hukum-hukum kelistrikan, dan menggunakan notasi yang sesuai dengan aturan fisika contohnya dalam penulisan satuan resistansi dan panjang yang sesuai dengan tujuan praktikum. Ilustrasi dalam modul praktikum juga sesuai dengan kenyataan contohnya gambar rangkaian jembatan wheatstone. Depdiknas (2008) menyatakan bahwa bahan ajar harus memenuhi kelayakan isi yang meliputi kesesuaian dengan standar kompetensi, kesesuaian dengan materi pembelajaran dan kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar. Aspek kelayakan penyajian meliputi teknik penyajian. Tabel 5 menunjukkan hasil uji kelayakan penyajian terhadap modul praktikum memperoleh persentase 100% dengan kriteria sangat layak. Modul praktikum yang dikembangkan memiliki teknik penyajian yang runtut dengan materi disajikan dari konsep yang sederhana menuju yang lebih kompleks. Selain itu, modul praktikum disajikan sesuai urutan pendahuluan, isi dan penutup yang dalam penelitian ini mengandung materi dan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan kegiatan praktikum. Hal ini sebagaimana diungkapkan Depdiknas (2008) yang menyatakan bahwa bahan ajar harus memenuhi kelayakan penyajian yang meliputi kejelasan tujuan yang ingin dicapai, urutan sajian dan konsistensi dalam penyajian. Aspek kelayakan grafis meliputi ukuran buku, tipografi cover buku, ilustrasi buku, tata letak isi buku, tipografi isi buku, dan ilustrasi isi buku. Hasil uji kelayakan grafis terhadap modul
9 praktikum memperoleh persentase 95,45% dengan kriteria sangat layak. Modul praktikum yang dikembangkan memiliki ukuran buku sesuai standar ISO yaitu A4 (210 mm x 297 mm) dan ukuran huruf yang mudah dibaca, ilustrasi yang tidak menimbulkan salah tafsir, dan memiliki desain yang menarik. Hal ini sebagaimana dipaparkan Depdiknas (2008) yang menyatakan bahwa bahan ajar harus memenuhi kelayakan grafis yang meliputi penggunaan font, ukuran buku, tata letak, ilustrasi dan desain tampilan. Aspek kelayakan bahasa meliputi kelugasan, koherensi dan ketertautan alur pikir, kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia, serta penggunaan istilah dan simbol. Hasil uji kelayakan bahasa terhadap modul praktikum memperoleh persentase 95,31% dengan kriteria sangat layak. Hal ini karena modul yang dikembangkan mengikuti kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar serta memiliki tata ejaan yang baik. Selain itu, modul praktikum yang dikembangkan menggunakan bahasa yang komunikatif sehingga bisa dipahami. Hasil penelitian Nugraha et al (2013) menyatakan bahwa penggunaan bahasa yang disesuaikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dalam dialog dapat mempermudah siswa dalam memahami pesan yang disampaikan. Hasil penelitian Nugraha et al (2013) didukung oleh Depdiknas (2008) yang menyatakan bahwa bahan ajar harus memenuhi kelayakan bahasa yang meliputi keterbacaan, kejelasan informasi, kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta bahasa yang efektif. Respon Mahasiswa terhadap Modul Praktikum Pengujian modul praktikum dilakukan pada 33 mahasiswa responden yang sedang menempuh mata kuliah fisika dasar 2. Hasil dari pengujian oleh mahasiswa berupa tanggapan atau respon terhadap modul praktikum. Hasil pengujian modul praktikum oleh mahasiswa disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil respon mahasiswa terhadap modul praktikum Aspek Penilaian Aspek kepraktisan dan kemudahan modul praktikum Aspek komunikasi visual modul praktikum Secara keseluruhan
%
Kriteria
81,53
Sangat Baik
80,78
Baik
81,16
Sangat Baik
Tabel 6 menunjukkan hasil perhitungan angket respon pada aspek kepraktisan dan kemudahan terhadap modul praktikum termasuk dalam kategori sangat baik dengan persentase 81,53%. Hal ini karena modul praktikum yang dikembangkan diimplementasikan dari metode pembelajaran tanya jawab. Modul praktikum yang dikembangkan berisi materi dan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat “pemicu” sehingga mahasiswa dapat belajar secara mandiri. Sebagaimana dipaparkan Prastowo (2013: 108-109) bahwa tujuan penyusunan modul diantaranya peserta didik dapat belajar secara mandiri. Berdasarkan Tabel 6 aspek komunikasi visual modul praktikum termasuk dalam kategori baik dengan persentase 80,78%. Penilaian modul praktikum dikategorikan baik karena memiliki desain tampilan yang menarik dan rapi. Desain tampilan yang menarik dan rapi dapat dilihat pada cover modul praktikum dengan penulisan judul yang singkat, padat dan jelas. Selain itu, materi didalam modul prakikum juga dapat dipahami dengan mudah karena disertakan proses penurunan persamaan secara detail. Hal ini merupakan karakteristik modul yang bersifat self instruction yaitu modul memuat materi pembelajaran yang dikemas secara spesifik sehingga mudah dipelajari (Daryanto, 2013: 9-10). Selain itu, menurut Vembriarto sebagaimana dikutip Prastowo (2011: 110-111) menyatakan bahwa modul merupakan paket pengajaran terkecil dan lengkap.
10 Hasil Belajar Mahasiswa Tabel 8. Kemampuan Kognitif Berdasarkan Jawaban Kemampuan Psikomotorik Mahasiswa dalam Modul Praktikum Kemampuan psikomotorik mahasiswa Aspek Sub Aspek (%) dilihat berdasarkan lembar observasi kegiatan Penilaian eksperimen yang telah dilakukan. Hasil penilaian Pertanyaan 1 98 Pertanyaan 2 97 kemampuan psikomotorik mahasiswa disajikan Landasan Pertanyaan 3 96 pada Tabel 7. Teori Pertanyaan 4 98 Tabel 7. Kemampuan Psikomotorik Mahasiswa Aspek yang dinilai Memeriksa Alat dan Bahan Merangkai Alat dan Bahan Melakukan Pengukuran Data Secara Keseluruhan
%
Kriteria
96,97
Sangat Baik
90,91
Sangat Baik
100
Sangat Baik
95,96
Sangat Baik
Penentuan tujuan praktikum Penentuan Langkah Percobaan Analisis data
Mahasiswa Pertanyaan Kriteria
Pertanyaan 5 Pertanyaan 8
86 79
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik
Pertanyaan 6
98
Sangat Baik
Pertanyaan 7
95
Sangat Baik
Pertanyaan 9
92
Sangat Baik
Pertanyaan 10 Pertanyaan 11 Pertanyaan 12 Pertanyaan 13
98 71 99 87
Sangat Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik
100
Sangat Baik
Penentuan data Pertanyaan 14 pengamatan Secara keseluruhan
Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa kemampuan psikomotorik mahasiswa dalam 91 Sangat Baik kegiatan eksperimen jembatan wheatstone tergolong sangat baik dengan persentase skor Tabel 9. Kemampuan Kognitif Mahasiswa keseluruhan 95,96%. Hasil ini dikarenakan Berdasarkan Laporan Praktikum praktikan sudah memahami materi dan cara Kemampuan Aspek % Kriteria penggunaan alat praktikum. Selain itu, praktikan kognitif Penilaian Tujuan 100 Sangat juga membuat rancangan kegiatan eksperimen Praktikum Baik secara mandiri. Hal ini sebagaimana menurut Landasan Teori 95 Sangat teori pembelajaran konstruktivisme yang Baik Alat dan Bahan 86 Sangat menyatakan bahwa peserta didik diharuskan Baik aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hasil Langkah 100 Sangat penelitian Sakti (2011) menyatakan bahwa Percobaan Baik Nilai laporan Data 100 Sangat terdapat hubungan korelasi yang positif dan praktikum Pengamatan Baik signifikan antara pengetahuan alat praktikum Analisis Data 89 Sangat fisika dengan kemampuan psikomotorik siswa Baik Hasil dan 91 Sangat sebesar 0,747. Penelitian serupa juga dilakukan Pembahasan Baik oleh Murti et al (2014) yang menyatakan bahwa Kesimpulan 94 Sangat penerapan pembelajaran berbasis praktikum dan Daftar Baik Pustaka dapat meningkatkan kemampuan psikomotorik Sangat 93 mahasiswa pada perkuliahan anatomi tumbuhan Secara Keseluruhan Baik dengan kriteria baik yaitu 53,33%. Tabel 8 menunjukkan bahwa Kemampuan Kognitif Mahasiswa kemampuan kognitif mahasiswa berdasarkan Kemampuan kognitif mahasiswa dilihat hasil jawaban pertanyaan dalam modul tergolong berdasarkan nilai laporan eksperimen dan sangat baik dengan persentase 91%. jawaban mahasiswa dari pertanyaan-pertanyaan Sedangkan, Tabel 9 menunjukkan kemampuan dalam modul praktikum. Hasil penilaian kognitif mahasiswa yang dinilai berdasarkan kemampuan kognitif mahasiswa berdasarkan laporan praktikum memperoleh persentase 93% jawaban pertanyaan dalam modul praktikum dengan kriteria sangat baik. Hal ini dikarenakan disajikan pada Tabel 8 dan Tabel 9. mahasiswa sudah memahami materi praktikum, penentuan alat dan bahan praktikum serta mampu membuat rancangan praktikum secara
11 mandiri. Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian Barrow (2006) yang menyatakan bahwa jika pada pembelajaran diterapkan pendekatan inquiry, maka konsep pengetahuan siswa akan berkembang lebih mendalam. Hasil penelitian serupa juga dilakukan oleh Widayanto (2009) yang menyatakan bahwa semakin tinggi keterlibatan siswa dalam kegiatan praktikum semakin tinggi pencapaian pemahaman dan keterampilan proses sains.
2.
b. Modul praktikum yang dikembangkan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang menggali dan membimbing dapat digunakan sebagai alternatif metode pembelajaran dalam kegiatan praktikum. Untuk peneliti lain Perlu adanya penelitian lebih lanjut dalam pengembangan alat dan modul praktikum untuk kegiatan eksperimen fisika dengan materi yang lain.
PENUTUP DAFTAR PUSTAKA Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa telah dikembangkan perangkat praktikum listrik dinamis materi jembatan wheatstone yang terdiri dari alat dan modul praktikum. Alat praktikum yang dikembangkan telah dilakukan uji akurasi, uji kelayakan dan pengujian oleh mahasiswa. Uji akurasi alat praktikum menghasilkan ketelitian 99,162% dengan kriteria teliti dan tepat ( ) dalam mengukur nilai tahanan resistor. Pengujian kelayakan menyatakan bahwa alat praktikum yang dikembangkan memiliki kriteria sangat layak dengan persentase 91,67 %. Sedangkan, pengujian alat praktikum oleh mahasiswa menghasilkan persentase tanggapan sebesar 79,34 % dengan kriteria baik. Modul praktikum yang dikembangkan mengimplementasikan metode pembelajaran tanya jawab dan dilakukan pengujian oleh mahasiswa. Modul praktikum yang dikembangkan telah dilakukan uji kelayakan dan pengujian oleh mahasiswa. Pengujian kelayakan menyatakan bahwa modul praktikum yang dikembangkan memiliki kriteria sangat layak dengan persentase 96,30 %. Sedangkan, pengujian alat praktikum oleh mahasiswa menghasilkan persentase tanggapan sebesar 81,16% dengan kriteria baik. Saran yang dapat peneliti rekomendasikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah: 1. Untuk Pengampu Fisika Dasar a. Alat praktikum yang dikembangkan dengan mudah dirangkai, akurat, dan praktis dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran fisika dasar di laboratorium atau di kelas.
Barrow, L.H. 2006. A Brief History of Inquiry: From Dewey to Standars. Journal of Science Teacher Education 17 : 265-278. DOI: 10.1007/s10972-006-9008-5. Bunga. 2014. Pengaruh Metode Tanya Jawab Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Tanjungpinang. e-Journal Universitas Maritim Raja Ali Haji. Caria, Mario. 2000. Measurement Analysis. Online. Tersedia di http://bookzz.org/s/?q=measurement+analysis& yearFrom=&yearTo=&language=&extension=&t =0 [diakses 18-4-2016]. Critelli, A. & Tritapoe, B. 2010. Effective Questioning Techniques to Increase Class Participation. eJournal of Student Research. 2(1). Daryanto. 2013. Menyusun Modul (Bahan Ajar untuk Persiapan Guru dalam Mengajar). Yogyakarta: Penerbit Gava Media. Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas. Djamarah, S. B. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. Kemendikbud. 2012. Bahan Uji Publik Kurikulum 2013. Tersedia di http://118.98.166.62/application/media/file/Lam an%202012/Bahan%20Uji%20Publik%20Kurik ulum%202013.pdf [diakses pada tanggal 6 April 2016] Mulyatiningsih, Endang. 2014. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta. Murti, S., Muhibbuddin, & Cut Nurmaliah. 2014. Penerapan Pembelajaran Berbasis Praktikum Untuk Peningkatkan Kemampuan Kognitif dan Psikomotorik Pada Perkuliahan Anatomi Tumbuhan. Jurnal Biologi Edukasi Vol. 6 No.1: 1-8.
12 Nugraha, E. A., Dwi Y., Siti Kh. 2013. Pembuatan Bahan Ajar Komik Sains Inkuiri Materi Benda Untuk Mengembangkan Karakter Siswa Kelas IV SD. Unnes Physics Education Journal 2 (1) 2013. Prastowo, Andi. 2013. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: DIVA Press. Putra, S. R. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta: DIVA Press. Sakti, I. 2011. Korelasi Pengetahuan Alat Praktikum Fisika Dengan Kemampuan Psikomotorik Siswa Di SMA Negeri q Kota Bengkulu. Jurnal Exacta Vol. IX No. 1: 67-76. Sari, N.D., Novia L., & Eliwatis. 2014. Pengembangan Alat Peraga Praktikum Sederhana Dan Modul Penuntun Praktikum Untuk Materi Listrik Dinamis Pada Pelajaran Fisika KElas X SMA. Jurnal Pendidikan MIPA 1(1): 18-20. Sitanggang, A. 2013. Alat Peraga Matematika Sederhana Untuk Sekolah Dasar. Medan: Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatra Utara. Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Supranto, J. 2001. Statistik Teori dan Aplikasi Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Suprayitno, T. 2011. Pedoman Pembuatan Alat Peraga Kimia Sederhana Untuk SMA. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Tim Dosen Fisika Dasar 1. 2013. Buku Petunjuk Praktikum Fisika Dasar 1. Semarang: Jurusan Fisika FMIPA Unnes. Widayanto. 2009. Pengembangan Keterampilan Proses Dan Pemahaman Siswa Kelas X Melalui Kit Optik. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (2009): 1-7. Winiarti. 2014. Pengaruh Penggunaan Metode Tanya Jawab Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VIII SMP Negeri 17 Bintan. e-Journal Universitas Maritim Raja Ali Haji.