perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PROFIL PRAKONSEPSI FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI I BULU SUKOHARJO PADA MATERI LISTRIK DINAMIS
Skripsi Oleh : Asrofi Sri Mawarni K2308071
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2013
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini
Nama
: Asrofi Sri Mawarni
NIM
: K2308071
Jurusan / Program Studi : PMIPA / Pendidikan Fisika Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PROFIL PRAKONSEPSI FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI I BULU SUKOHARJO PADA MATERI LISTRIK DINAMIS “ ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakkan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta,
Januari 2013
Yang membuat pernyataan
Asrofi Sri Mawarni K2308071 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PROFIL PRAKONSEPSI FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI
I BULU SUKOHARJO
PADA MATERI LISTRIK DINAMIS
Oleh : Asrofi Sri Mawarni K2308071
Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada Hari : ……………………….... Tanggal
: ………………………...
Surakarta,
Januari 2013
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Jamzuri, M Pd. NIP. 19521118 198103 1 002
Sri Budiawanti, SSi, M Si. NIP . 19770414 200212 2 001
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari
: ……………………….
Tanggal
: ……………………….
Tim Penguji Skripsi:
: Ketua
: Dyah Fitriana Masithoh, M.Sc.
Sekretaris
: Dewanto Harjunowibowo, S.Si. M.Sc.
Anggota I
: Drs. Jamzuri, M.Pd.
Anggota II
: Sri Budiawanti, S.Si. M.Si.
…………… …………… ……………
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret a.n. Dekan, Pembantu Dekan I,
Prof. Dr. rer. nat Sajidan, M.Si. NIP 19660415 199103 1 002 commit to user
v
……………
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Asrofi Sri Mawarni. K2308071. PROFIL PRAKONSEPSI FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI I BULU SUKOHARJO PADA MATERI LISTRIK DINAMIS. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Januari 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis prakonsepsi dari siswa SMA Negeri I Bulu, Sukoharjo kelas X pada materi Listrik Dinamis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yang dilakukan pada siswa SMA Negeri I Bulu, Sukoharjo kelas X. Analisis data dilakukan terhadap 4 kelas dengan jumlah 149 siswa dan 6 siswa yang dipilih sebagai subjek wawancara. Teknik pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling yaitu prakonsepsi siswa dengan konsep awal salah yang secara umum dilakukan oleh siswa lain. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan tes diagnostik, wawancara dan pengamatan. Validasi data dilakukan dengan triangulasi data kualiatatif, yaitu data tes diagnostik, data wawancara, dan data pengamatan. Analisa data dilakukan melalui tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dari analisis data penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa prakonsepsi Fisika siswa kelas X SMA Negeri I Bulu Sukoharjo pada materi Listrik Dinamis sebagai berikut: (1) Rata-rata prosentase siswa yang memiliki prakonsepsi benar tertinggi 50,34% pada prakonsepsi besar arus listrik rangkaian paralel. (2) Rata-rata prosentase siswa yang memiliki kesalahan prakonsepsi tertinggi 61,58% pada prakonsepsi sumber tegangan listrik. (3) Rata-rata prosentase siswa tang tidak memahami tertinggi adalah 58,05% pada prakonsepsi Hukum Ohm. (4) Rata-rata prosentase kesalahan prakonsepsi siswa yang lebih dari 40 % adalah sebagai berikut: (a). Prakonsepsi sumber tegangan listrik. (b) Prakonsepsi besar arus listrik pada rangkaian paralel. (c) Prakonsepsi besar beda potensial pada rangkaian listrik.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Asrofi Sri Mawarni. K2308071. PROFILE OF PHYSICS STUDENTS PRECONCEPTION AT THE TENTH GRADE OF SMA NEGERI I BULU, SUKOHARJO IN THE DYNAMIC ELECTRICAL MATERIAL. Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University. January 2013. The purpose of this study was to identify and analyze the preconceptions of the tenth grade of SMA Negeri I Bulu, Sukoharjo on Dynamic Electrical material. This research uses descriptive qualitative method conducted on students of SMA Negeri I Bulu, Sukoharjo at the tenth grade. Data analysis was conducted on 4 classes by the number of 149 students and 6 students were chosen as the subject of the interview. The sampling technique is purposive sampling technique that student preconceptions wrong with the initial concept that is generally done by other students. Data collection techniques using diagnostic tests, interviews and observations. Validation data was qualitative data triangulation, ie diaknostik test data, interview data, and observational data. Analysis of data is done via data reduction phase, data presentation, and conclusion. From the data analysis and discussion can be concluded that preconception Physics at the tenth of SMA Negeri I Bulu, Sukoharjo on Dynamic Electrical material as follows: (1) The average percentage of students who have the highest true preconception 50.34% in the parallel circuit of the electrical current. (2) The average percentage of students who have the highest error preconception 61.58% on the power supply. (3) The average percentage of students do not understand the pliers highest is 58.05% on the preconception Ohm's Law. (4) The average percentage error preconceptions that students of more than 40% are as follows: (a). Preconception source voltage. (b) the preconceptions of electric current in a parallel circuit. (c) the potential difference preconceptions on the electrical circuit.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Learning by doing Learning by teaching Learning to earn Earning to live Living to serve (Proses Pembinaan)
Knowing is not enough, We must APPLY Willing is not enough, We must DO. (Baden Powell)
BE PREPARE (The World Association Of Girl Guide And Girl Scout /WAGGGS)
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada : Ibuku MARTINI, S.Pd Ayahku WARDOYO, S.Pd, MM.Pd Ayah, Ibu.. Beribu terimakasihku tak cukup untuk tetes demi tetes keringatmu untuk
ku.
pengorbanan
Do’a, dan
kerja kasih
keras,
sayangmu
wujudkan semua mimpiku. Adikku BUDHIAWAN DWI MAWARDI Singsingkan lengan bajumu, gapai citacitamu.
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayahNya, penyusunan Skripsi yang berjudul : "PROFIL PRAKONSEPSI FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI I BULU SUKOHARJO PADA MATERI LISTRIK DINAMIS " dapat diselesaikan. Penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat : 1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D. Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Sebelas Maret. 3. Bapak Drs. Supurwoko, M.Si. Ketua Program Pendidikan Fisika Jurusan PMIPA Universitas Sebelas Maret. 4. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd dan Bapak Drs Surantoro, M.Si. Koordinator Skripsi Program Fisika P.MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun Skripsi ini. 5. Bapak Drs. Jamzuri, M Pd. dan Ibu Sri Budiawanti, SSi, M Si. Dosen pembimbing yang telah banyak membimbing penulis dalam menyelesaikan Skripsi. 6. Sahabat-sahabatku Fisika 2008, Pramuka UNS, Brahmahardhika, Perisai Diri UNS untuk segala dukungan, persahabatan, dan bantuannya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini jauh dari sempurna. Namun demikian penulis bergarap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan.
Surakarta, 20 Januari 2013 Penulis commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Hal. HALAMAN JUDUL ………………………………………………………... .
i
HALAMAN PERNYATAAN ………………………………………………. .
ii
HALAMAN PENGAJUAN ………………...………………………………. .
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………… .
iv
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………. .
v
HALAMAN ABSTRAK ………………...………………………………….. .
vi
HALAMAN MOTTO ……………………………………………………….. . viii HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………….. .
ix
KATA PENGANTAR ……………………………………………………..... .
x
DAFTAR ISI ………………………………………………………………... .
xi
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………... .
xiv
DAFTAR TABEL …………………………………………………………... .
xv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………... .
xvi
PENDAHULUAN ………………………………………………. .
1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………….. .
1
B. Identifikasi Masalah ……………………………………….... .
4
C. Pembatasan Masalah ………………………………………… .
4
D. Perumusan Masalah ………………………………….…….... .
4
E. Tujuan Penelitian …………………………………….…....... .
5
F. Manfaat Penelitian ………………………………….……….. .
5
LANDASAN TEORI …………………………………….…..…. .
6
A. Tinjauan Pustaka ……………………………………………. .
6
1. Belajar ………………….……………….……………….. .
6
BAB I.
BAB II.
2. Hakikat Fisika .................................................................... ........ 8 3. Konsep dan Definisi........................................................... .
10
a. Konsep …………..………………….……………….. .
10
b. Pemahaman Konsep …………….…………….…….. . commit to user c. Definisi ……………………………………………… .
11
xi
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal. d. Macam – macam Konsep ..……………………….…. .
13
4. Prakonsepsi, Konsepsi, Miskonsepsi ……………………. .
13
a. Prakonsepsi ……………...……………………….…. .
13
b. Konsepsi …..………………………………….……..... . 14 c. Miskonsepsi ..………………………………….…….. .
14
5. Identifikasi Prakonsepsi …………………….……….…... .
15
a. Peta Kosep ……………………………………..…..... .
15
b. Tes Esai Tertulis …………………………..…….…... .
15
c. Interview Klinis ……………………………………... .
16
d. Diskusi Dalam Kelas ……………………….……….. .
16
6. Materi Listrik Dinamis ………………………………….. .
16
a. Arus Listrik ………………………………………….. .
16
b. Resistansi dan Hukum Ohm ………………………… .
17
c. Kombinasi Resistor ………………………………….. .
19
d. Hukum Kirchoff …………………………………….. .
20
e. Sumber Tegangan……………………………………...
21
f. Energi dan Daya Listrik …………………………….. .
22
B. Penelitian yang Relevan …………………………........ ........ .
24
C. Kerangka Berpikir ...……………………………………….... .
29
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ……………………………........ .
31
A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………….. .
31
1. Tempat Penelitian.……………………………………...... .
31
2. Waktu Penelitian ……………………………………….... .
31
B. Bentuk dan Strategi Penelitian .............................................. .
31
C. Sumber Data …………………....................……………….
.
32
D. Teknik Sampling ……....………………………………......... .
32
E. Teknik Pengumpulan Data …………....…………………….. .
33
1. Metode Tes ........................................................................ .
33
2. Wawancara ........................................................................ . commit to user 3. Pengamatan ........................................................................ .
33
xii
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal. F. Validitas Data ……………………………………………….. .
34
G. Analisis Data............................................................................. .
34
H. Prosedur Penelitian.................................................................. .
36
BAB IV. HASIL PENELITIAN …………………………………………... .
38
A. Deskripsi Data……..………………………………………... .
38
1. Data Hasil Pengamatan……………………………...…… .
38
2. Data Wawancara ………………………………………… .
39
3. Data Hasil Tes …………………………………...……… .
39
B. Analisis Data ………………………………………….……. .
40
C. Pembahasan ………………………………………………… .
43
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN …………………... .
69
A. Kesimpulan ………………………………………………….. .
69
B. Implikasi …………………………………………………….. .
69
C. Saran ……………………………………………….………... .
70
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. .
71
LAMPIRAN ……………………………………………………………….... .
75
BAB V
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Hal. Gambar 2.1
Grafik Hubungan Antara Arus Listrik dan Tegangan dalam Suatu Penghantar …………………………………………….. .
17
Gambar 2.2
Hambatan yang Disusun Seri…………………………………. .
19
Gambar 2.3
Hambatan yang Disusun Paralel……………………………… .
19
Gambar 2.4
Rangkaian Tertutup…………………………………………… .
20
Gambar 2.5
Percabangan Arus ……………………………………………. .
21
Gambar 2.6
Sumber Tegangan yang Disusun Seri ……………………….....
21
Gambar 2.7
Sumber Tegangan yang Disusun Paralel ………………………. . 21
Gambar 2.8
Rangkaian Voltmeter dan Ampermeter ……………………… .
24
Gambar 2.9
Analisis Data Model Interaktif dari Miles dan Huberman …….
28
Gambar 2.10
Bagan Kerangka Berfikir……………………………………... .
30
Gambar 4.1
Diagram Balok Hasil Tes Diagnostik Prakonsepsi…………… .
43
Gambar 4.2
Rangkaian Sumber Tegangan ................................................... .
44
Gambar 4.3
Rangkaian dengan Sumber Tegangan Paralel ........................... .
45
Gambar 4.4
Rangkaian Seri dengan Ampermeter ……………………..….. .
46
Gambar 4.5
Tiga Rangkaian Seri dengan Perbedaan Letak Hambatan …... .
47
Gambar 4.6
A. Rangkaian Seri dengan Resistor dan Lampu, B. Rangkaian Seri dengan Lampu ……………........................ .
47
Gambar 4.7
Rangkaian Seri dengan Hambatan Berubah-ubah .…………….
49
Gambar 4.8
Rangkaian Hambatan Paralel ………………………...………. .
52
Gambar 4.9
Rangkaian Paralel dengan Hambatan Lampu dan Resistor ...... .
53
Gambar 4.10
Rangakaian Hambatan Paralel dengan Sakelar .……………… .
55
Gambar 4.11
Rangkaian Paralel dengan Hambatan ………………………….
56
Gambar 4.12
Rangkaian Paralel dengan Beberapa Titik Percabangan ……....
57
Gambar 4.13
Rangkain Gabungan Seri dan Paralel ………………………… .
58
Gambar 4.14
Rangkaian Hubungan Singkat ………………..………………. .
59
Gambar 4.15
Grafik Hubungan Tegangan dan Arus Listrik ……………...….
60
Gambar 4.16
Rangkaian Seri dengan 3 Hambatan …………………...…….. . commitdan to user Rangkaian Arus Masuk Arus Keluar ……………………. .
61
Gambar 4.17
xiv
64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Hal. Tabel 2.1
Kategori Derajat Pemahaman Siswa Menurut Mark ……...…. .
11
Tabel 3.1
Prosentase Hasil Tes Diagnostik Siswa ………..…………..… .
35
Tabel 3.2
Prakonsepsi Siswa ……..…………..………………………….
36
Tabel 4.1
Prakonsepsi Siswa Pada Materi Listrik Dinamis Berdasarkan Jenis-jenis Prakonsepsi ………………..................................... .
Tabel 4.2
40
Prosentase Rata-rata Prakonsepsi Tiap Indikator Terhadap Tipe Prakonsepsi ....................................................................... .
commit to user
xv
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Hal. Lampiran 1
Silabus ............................................................................
75
Lampiran 2
Kisi-kisi Soal ................................................................ .
91
Lampiran 3
Tes Prakonsepsi Listrik Donamis ................................. .
92
Lampiran 4
Lembar Jawab ............................................................... .
107
Lampiran 5
Kunci Jawaban ...............................................................
108
Lampiran 6
Lembar Telaah Butir Soal ............................................ .
109
Lampiran 7
Rekap Hasil Telaah Kualitatif ...................................... .
113
Lampiran 8
Reliabilitas Soal Menggunakan ITEMAN.................... .
115
Lampiran 9
Lembar Pengamatan ..................................................... .
122
Lampiran 10
Lembar Wawancara....................................................... .
123
Lampiran 11
Jawaban Tes Prakonsepsi Siswa.................................... .
125
Lampiran 12
Hasil Jawaban Siswa..................................................... .
127
Lampiran 13
Hasil Lembar Pengamatan............................................. .
154
Lampiran 14
Hasil Wawancara .......................................................... .
158
Lampiran 15
Data Prakonsepsi 6 Siswa ............................................. .
176
Lampiran 16
Prosentase Hasil Jawaban Tes Diagnostik ................... .
177
Lampiran 17
Prakonsepsi Siswa dengan Konsep yang Benar Tiap Butir Tes........................................................................
178
Lampiran 18
Kesalahan Prakonsepsi Siswa Tiap butir Tes................
181
Lampiran 19
Foto ............................................................................... .
184
Lampiran 20
Permohonan Ijin Menyusun Skripsi.............................. .
185
Lampiran 21
Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Tentang Ijin Menyusun Skripsi.................. .
Lampiran 21
Permohonan Ijin Research/Try Out Kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Bulu Sukoharjo....................... .
Lampiran 21
186
187
Surat Keterangan Research (Penelitian) di SMA Negeri 1 Bulu Sukoharjo............................................... . commit to user
xvi
189
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah
“Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah” (Nyoman Subratha, 2006:456). Sertifikasi guru merupakan salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional termasuk didalammnya sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam pembangunan bangsa khususnya pembangunan di bidang pendidikan. Pada era globalisasi, sumber daya manusia yang berkualitas akan menjadi tumpuan utama agar suatu bangsa dapat berkompetisi, sehingga pendidikan formal merupakan salah satu wahana dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan Fisika sebagai bagian dari pendidikan formal seharusnya ikut memberi kontribusi dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Paul Suparno (2009: 76) menyatakan bahwa “Fisika perlu diajarkan di SMA/MA dikarenakan Fisika mampu menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari”. Pelajaran Fisika diharapkan mampu memberikan bekal pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan yang diperlukan di kehidupan sehari-hari, di perguruan tinggi dan dapat mendukung perkembangan teknologi. Pembelajaran Fisika perlu dilaksanakan secara inkuiri ilmiah agar menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah. Fisika juga dipelajari melalui suatu percobaan untuk memberikan jawaban serta membuktikan pengetahuan secara teoritis. Belajar Fisika merupakan proses yang berkesinambungan untuk memperoleh konsep-konsep baru, ide-ide baru, dan pengetahuan baru
yang berdasarkan pengalaman-pengalaman
sebelumnya. Maka pengajar Fisika harus lebih menekankan pada cara siswa menguasai konsep-konsep Fisika berbasis pendekatan proses. commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
Menurut I Wayan Sadia ( 2004 : 41) bahwa dalam model konvensional, tampak bahwa para guru memfokuskan diri pada upaya penuangan pengetahuan ke dalam kepada para siswanya, tanpa memperhatikan prior knowladge siswa atau gagasan – gagasan yang telah ada dalam diri siswa sebelum mereka belajar secara formal di sekolah. Siswa memiliki pengalaman dan pengetahuan Fisika yang mereka bawa dari lingkungan ke kelas. Sebagai contoh, yaitu peristiwa fenomena sehari-hari seperti gerak, gaya, benda yang jatuh bebas, listrik, energi, dan peristiwa alam yang lainnya. Pengalaman-pengalaman tersebut mempunyai pengaruh terhadap pandangan anak sehingga dalam pikiranya terbentuk intuisi dan teori tentang Fisika sebelum mereka mempelajari di sekolah. Beberapa di antara pemahaman tersebut ada yang sepadan dengan pemahaman yang dipegang oleh para pakar sains ( konsep ilmiah ) tetapi banyak juga pehaman yang berbeda dengan konsep ilmiah. Perbedaan pemahaman sering terjadi pada waktu guru memberikan konsep baru yang tidak sama dengan teori siswa yang telah terbentuk dari pengalamnya. Perbedaan ini menyebabkan siswa tetap bertahan dengan pendapatnya sendiri. Prakonsepsi atau prior knowledge siswa yang pada umumnya bersifat miskonsepsi yang dapat mengganggu pembentukan konsep ilmiah. Ausubel dalam I Wayan Sadia (2004 : 42) juga mengemukakan bahwa proses pembelajaran yang tidak menghiraukan prakonsepsi siswa, akan mengakibatkan miskonsepsi-miskonsepsi siswa semakin kompleks dan stabil. Salah satu materi pelajaran Fisika yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas kelas X semester genap adalah Listrik Dinamis, sebagai salah satu cabang materi Fisika yang mempelajari konsep Sumber Arus Searah yang akan mempengaruhi pemahaman konsep dijenjang yang lebih tinggi. Penguasaan konsep Listrik Dinamis dapat tercapai ketika siswa sudah memahami konsep dasar materi sebelumnya yaitu siswa sudah mempelajari Listrik Statis dan Sumber-sumber Arus Searah. Kanthi Nugraheni (2007:10) menyatakan bahwa kurang optimalnya pencapaian tujuan pembelajaran Fisika dipengaruhi miskonsepsi dan kondisi pembelajaran yang kurang memperhatikan prakonsepsi yang dimiliki siswa. commit to user pencapai tujuan pembelajaran Evaluasi digunakan untuk mengukur keberhasilan
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
setiap akhir program pembelajaran. Indikator keberhasilan pembelajaran diwujudkan dalam bentuk nilai ulangan berupa nilai rata-rata ulangan harian suatu sekolah. prakonsepsi yang telah dimiliki siswa dari kehidupan sehari-hari maupun dari pendidikan sebelumnya dapat mengganggu kelancaran proses belajar siswa. Prakonsepsi siswa atas konsep Fisika yang dibangun oleh siswa itu sendiri melalui belajar informal dalam upaya memberikan makna atas pengalaman meraka sehari–hari mempunyai peran yang sangat besar dalam pembentukan konsepsi ilmiah Setiap siswa memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Tidak semua individu memilki profil intelegensi yang sama. Setiap individu juga memilki bakat dan minat belajar yang berbeda-beda. Dalam Fisika sebuah informasi disampaikan dalam bentuk konsep sehingga pada saat kegiatan belajar mengajar Fisika menuntut siswa memahami konsep yang disampaikan guru dengan benar. Pemahaman konsep awal yang salah dapat menyebabkan miskonsepsi. Usler Simarmata (2008 : 1) mengungkapkan sulitnya siswa menyerap materi Fisika disebabkan kesalahan konsep yang diderita siswa. Kesalahan konsep Fisika bukan hanya ditingkat pendidikan menengah tapi juga ke pendidikan tinggi. Seperti hasil penelitian Sondang R Manurung (2000) bahwa ada kesalahan konsep listrik pada siswa SMU Negeri Percut Sei Tuan. Faktor yang diduga sebagai penyebab kesalahan konsep dalam pemahaman konsep Fisika tersebut, disebabkan pengalaman siswa yang terbawa dari pengalaman belajar ditingkat sebelumnya, seperti temuan penelitian Kadim Masykur (1996) bahwa kesalahan konsep dalam belajar Fisika telah terjadi dimana-mana, yang terjadi ditingkat pendidikan rendah sampai tinggi (Usler Simarmata, 2008 : 1). Sesuai kurikulum tingkat satuan pendidikan, materi Listrik Dinamis yang dipelajari siswa kelas X adalah Arus Listrik, Tegangan Listrik, Hukum Ohm, Hukum Kirchhoff, Daya Listrik, Energi Listrik dan Alat–alat ukur serta beberapa penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kesalahan konsep yang terjadi pada siswa tampaknya sampai sekarang masih terjadi. Fakta yang berasal dari penelitian dan hasil survey yang dilakukan commit2007. to user oleh : (1) Kanthi Nugraheni pada tahun (2) Fita Maftuhah pada tahun 2011.
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Masalah prakonsepsi siswa terhadap suatu materi Listrik Dinamis untuk dicari pemecahannya supaya tidak menghambat siswa terhadap konsep Listrik Dinamis yang lebih komplek yang akan dipelajari di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dengan memperhatikan hal tersebut maka perlu adanya penelitian tentang ada tidaknya prakonsepsi siswa kelas X SMA Negeri I Bulu Sukoharjo terhadap materi pelajaran Fisika khususnya pada materi Listrik Dinamis. Adapun judul penelitian tersebut adalah “Profil Prakonsepsi Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri I Bulu Sukoharjo pada Materi Listrik Dinamis”
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka ditemukan ada masalah yang berkaitan dengan pembelajaran Fisika di SMA yaitu adanya prakonsepsi yang salah disebabkan perbedaan kemampuan siswa dan ketidakmampuan siswa mengaitkan konsep-konsep yang satu dengan yang lainnya.
C.
Pembatasan Masalah
Supaya pembahasannya lebih terarah, dalam penelitian ini dibatasi pada materi pelajaran, dasar penggolongan penelitian dan subjek penelitian. Pembatasan pada materi pelajaran dalam penelitian ini dibatasi pada materi Listrik Dinamis. Dasar penggolongan penelitian dilaksanakan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya prakonsepsi siswa. Sedangkan pada subjek penelitian yang diteliti yaitu pada siswa SMA kelas X yang belum menerima materi Listrik Dinamis.
D.
Perumusan Masalah
Berdasarkan dari identifikasi dan pembatasan masalah maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana profil prakonsepsi siswa kelas X SMA Negeri I Bulu, Sukoharjo pada materi Listrik Dinamis?
commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kesalahan prakonsepsi dari siswa SMA Negeri I Bulu, Sukoharjo kelas X pada materi Listrik Dinamis.
F.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian adalah sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan langkah-langkah perbaikan berkaitan dengan proses belajar mengajar Fisika dan masukan bagi guru Fisika SMA kelas X agar lebih memperhatikan kesalahan prakonsepsi yang teridentifikasi pada diri siswa dalam pembelajaran Fisika materi Listrik Dinamis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Belajar Belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan (As’ari Djohar, 2003:1). Peserta didik diberikan bermacam-macam mata pelajaran untuk menambah pengatahuan dengan cara menghafal. Definisi tentang belajar menurut Cronbach yang dikutip oleh Sardiman (2001:20) menyatakan bahwa : “ Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”. Belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh lingkungan, di mana lingkungan memberikan pengalaman-pengalaman hingga terbentuknya tingkah laku. Harold Spears dalam Sardiman (2001:20) memberikan definisi batasan :”Learning is to observe, to read, to imitate, to try someting themselves, to listen, to follow direction”. Jadi belajar adalah proses mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengarkan dan mengikuti arah. Sedangkan Georch dalam Sardiman (2001:20) mengatakan : “Learning is a change in performance as a result of practice”. Belajar adalah perubahan penampilan sebagai hasil dari pelakuan. Perubahan penampilan tersebut dapat berupa bertambahnya ilmu karena proses belajar mengajar. Dari ketiga definisi diatas, maka dapat dikatakan bahwa belajar itu merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Pengertian lain, dapat dilihat secara makro maupun secara mikro, dilihat dalam arti luas atau terbatas. Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya commit to user kepribadian seutuhnya. 6
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dimyati dan Mudjiono (1999:7) berpendapat bahwa belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Terjadi atau tidak terjadinya proses belajar tergantung pada siswa. Proses belajar tidak hanya terjadi di dalam kelas namun juga terjadi di lingkungan. Skinner berpandangan bawa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bika ia tidak belajar maka responsnya menurun. Guru dapat menyusun program pembelajaran menurut skinner dengan memperhatikan pemilihan stimulus yang diskriminatif dan penggunaan penguatan ( Dimyati dan Mudjiono, 1999:9). Menurut Poerwodarminto, dalam kamus Umum bahasa Indonesia menjelaskan belajar adalah berusaha supaya memperoleh kepandaian (ilmu dan sebagainya). Jadi belajar adalah suatu proses tingkah laku dalam diri manusia dimulai dari sesuatu yang tidak dikenalnya, untuk kemudian dikuasai atau dimilikinya dipergunakannya hingga suatu saat dievaluasi. Eri Muniasih dkk (2009 : 4-6) mengungkapkan seseorang yang mendapatkan pengetahuan, maka akan tampak perubahan dalam dirinya, misalnya: 1. Perubahan yang disadari dan disengaja. Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan sengaja dari individu yang bersangkutan. Contohnya pengetahuan semakin bertambah atau ketrampilan semakin meningkat. 2. Perubahan
yang berkesinambungan. Bertambahnya
pengetahuan
atau
ketrampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan ketrampilan yang telah diperoleh. 3. Perubahan fungsional. Perubahn perilaku dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan. 4. Perubahan yang bersifat positif. Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menunjukkan kearah kemajuan. commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Perubahan yang bersifat aktif. Individu aktif berupaya melakukan perubahan untuk memperoleh perilaku baru. 6. Perubahan yang bersifat permanen. Perubahan perilaku dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. 7. Perubahan yang bertujuan dan terarah. Sikap individu yang belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. 8. Perubahan perilaku secara keseluruhan. Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh perubahan dalam sikap dan ketrampilan. Dari pendapat teori belajar peneliti menyimpulkan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik yang menyebabkan perubahan tingkah laku menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2. Hakikat Fisika Fisika adalah salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yaitu ilmu yang mempelajari alam dengan segala isinya, maka dari itu perkembangan Fisika didasarkan atas pengamatan dan pengukuran. Berasal dari bahasa Yunani "Physic" yang berarti "alam" atau "hal ikhwal alam", sedangkan Fisika (dalam bahasa inggris "Physic”) ialah ilmu yang mempelajari aspek-aspek alam yang dapat dipahami dengan dasar-dasar pengertian terhadap prinsip-prinsip dan hukum-hukum elementernya. Dalam kurikulum 2004 berstandar kompetensi Fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri. Jadi, Fisika bukan ilmu yang hanya mempelajari rumus-rumus mati. Pendidikan karakter perlu dilaksanakan secara simultan-integratif commit to user Fisika juga harus memberikan melibatkan semua matapelajaran. Pelajaran
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sumbangan nyata terhadap penyimpan generasi masa depan Indonesia yang berkarakter kuat. Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi dinyatakan bahwa kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dimaksudkan untuk (1) mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi (untuk jenjang SD), memperoleh kompetensi dasar (untuk jenjang SMP) dan kompetensi lanjut (untuk jenjang SMA), serta (2) menanamkan kebiasaan (untuk jenjang SD) dan membudayakan (untuk jenjang SMP dan SMA) berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri (Sutopo, 2011: 2). Tujuan
pendidikan
Fisika
untuk
mengembangkan
kemampuan
melakukan kerja ilmiah, penalaran dan penguasaan konsep, prinsip, dan ketrampilan (Suparno, 2009: 78). Permendiknas tentang standar isi menyatakan bahwa tujuan pelajaran Fisika
di SMA adalah agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut: (1) Membentuk sikap positif terhadap Fisika. (2) Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain. (3) Mengembangkan pengalaman. (4) Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika. (5) Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai ketrampilan mengembangkan pengetahuan dan sikap percaya diri (Sutopo, 2011: 2-3). Belajar fisika bukan hanya menghafalkan rumus-rumus saja, melainkan agar siswa dapat benar-benar memahami, menguasai, mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari materi-materi yang ada didalamnya termasuk sikap dan cara berpikir ilmiah yang coba ditanamkan melalui pelajaran Fisika itu sendiri. Dari beberapa pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang menguraikan dan menganalisis struktur dan peristiwa alam secara sederhana sehingga menghasilkan pengetahuan baru. Fisika menguraikan dan menganalisis struktur peristiwa alam semesta dan dari sini akan ditemukan konsep-konsep, aturan-aturan atau hukum-hukum alam yang dapat menerangkan gejala-gejala yang ada ataupun dikembangkan dalam bentuk hukum commit to user dan teori-teori.
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Konsep dan Definisi
a. Konsep Menurut Rosser mengemukakan bahwa konsep adalah suatu abstraksi atau pemaparan yang mewakili suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian kegiatan atau hubungan-hubungan, yang mewakili atribut-atribut yang sama (Ratna Wilis Dahar, 1989:80). Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1991:764) konsep adalah gambaran suatu objek, proses, atau apapun yang berada diluar bahasa yang dahulu digunakan oleh akal budi untuk memahami masalah lainnya. Menurut Rosser dalam Ratna Wilis Dahar ( 1989 : 79 ) suatu konsep terdiri dari (1) Nama konsep, (2) Atribut-atribut, kriteria dan variabel konsep, (3) Definisi konsep, (4) Contoh-contoh dan noncontoh-noncontoh, (5) Hubungan konsep dengan konsep lain. 1) Nama konsep, digunakan sebagai komunikasi dengan orang lain dan memberikan tanda suatu objek. 2) Atribut konsep merupakan ciri suatu konsep yang dapat digunakan untuk membedakan contoh-contoh dan noncontoh-noncontoh. Sedangkan variabel konsep adalah ciri yang berbeda antara contoh-contoh tanpa mempengaruhi kategori suatu konsep. 3) Definisi konsep merupakan pernyataan suatu konsep. 4) Contoh-contoh dan noncontoh-noncontoh merupakan pengembangan suatu konsep. 5) Hubungan konsep dengan konsep lain yaitu saling berkaiatan. Di mana konsep yang satu memiliki keterkaitan dengan konsep yang lain. Dari beberapa pendapat diatas konsep adalah abstraksi atau maksud dari sebuah objek atau kejadian yang digunakan untuk mempermudah komunikasi dari sifat-sifat yang merupakan karakteristik suatu objek, kejadian atau fenomena tertentu. commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Pemahaman Konsep Menurut Jatmiko pemahaman adalah kemampuan menyerap arti dari materi yang meliputi tiga aspek : 1) Menerangkan sesuatu dengan kata-kata sendiri. 2) Mengenali sesuatu dengan menggunakan kata-kata yang berbeda dengan yang ada dibuku. 3) Menginterpretasikan atau menarik kesimpulan yang benar dan ilmiah (Siti Rahayu Haditono, 1992:21). Dari pendapat di atas pemahaman adalah tingkat kemampuan dalam mendefinisikan dan mengungkapkan konsep dengan benar melalui pemikiran sendiri. Derajat pemahaman konsep siswa menurut Mark sebagaimana yang dikutip oleh Abraham (1992:112) dapat digolongkan menjadi enam derajat pemahaman seperti dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1 Kategori Derajat Pemahaman Siswa Menurut Mark dalam Abraham (1992:112) No Derajat Pemahaman 1
Tidak ada respon
2
Tidak memahami
Kriteria
Kategori
Tidak ada jawaban
Tidak memahami
Mengulang pertanyaan
Menjawab tak berhubungan
Tidak memahami
dengan pertanyaan 3
Miskonsepsi
Jawaban tidak jelas.
Menjawab
tetapi
penjelasan Miskonsepsi
tidak benar atau tidak jelas. 4
Memahami sebagian miskonsepsi
Jawaban
menunjukkan
ada Miskonsepsi
dengan konsep yang dikuasai tetapi ada pernyataan yang menunjukkan prakonsepsi
5
Memahami
Jawaban
hanya
menunjukkan Memahami
sebagian
adanya sebagian konsep yang commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dipahami tanpa miskonsepsi 6
Memahami konsep
Jawaban menunjukkan konsep Memahami yang dipahami dengan semua penjelasan benar.
Kriteria pemahaman konsep, yaitu: 1) Mengenali konsep, di mana siswa mampu menyebutkan nama dan atribut konsep. 2) Menjelaskan konsep, di mana siswa mampu menjelaskan definisi konsep beserta contohnya. 3) Menjelaskan proses konsep, di mana siswa mampu menjelaskan proses terbentuknya konsep tersebut. 4) Menginterpretasikan konsep, di mana siswa mampu menjelaskan hubungan antara konsep yang satu dengan yang lain.
c. Definisi Agar dapat digunakan secara operasional, suatu konsep perlu diungkapkan dengan kalimat yang memuat pembatasan-pembatasan konsep tersebut. Ungkapan yang membatasi konsep inilah yang disebut dengan definisi. Definisi suatu konsep dapat dibedakan menjadi: 1) Definisi analitik Definisi analitik yaitu definisi yang menyebutkan genus proksimum (keluarga terdekat) dan diferensia spesifika (pembeda khusus). 2) Definisi genetik Definisi genetik yaitu definisi yang menunjukkan atau mengungkapkan cara terjadinya atau terbentuknya konsep yang didefinisikan. 3) Definisi dengan rumus Definisi dengan rumus yaitu suatu definisi yang diungkapkan dengan kalimat matematis atau rumus. commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Macam-macam Konsep Menurut Moh. Amien dalam Das Salirawati (2010:13) konsep dapat dibedakan
konsep
menjadi
tiga
berdasarkan
bentuknya,
yaitu
konsep
klasifikasional, konsep korelasional, dan konsep teoritik. 1) Konsep klasifikasional Berbentuk konsep yang didasarkan pada klasifikasi fakta-fakta ke dalam bagan-bagan yang terorganisir untuk menerangkan suatu objek atau gejala. 2) Konsep korelasional Konsep
yang dibentuk dari
kejadian-kejadian khusus
yang saling
berhubungan atau observasi yang terdiri dari dugaan. Konsep ini terdiri dari suatu dimensi yang menyatakan adanya hubungan antara dua variabel yang dirumuskan dengan jika... maka... 3) Konsep teoritik Konsep yang mempermudah penjelasan terhadap fakta atau kejadian-kejadian dalam sistem yang terorganisir. Proses ini menyangkut proses pengembangan mulai dari yang diketahui sampai yang belum diketahui.
4. Prakonsepsi, Konsepsi, Miskonsepsi a. Prakonsepsi Prakonsepsi adalah konsep awal yang dimiliki oleh seseorang. Menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian prakonsepsi adalah gagasan sebelum menyaksikan atau mengalami sendiri keadaan sebenarnya. Euwe Van Den Berg (1991: 10) menyatakan bahwa Prakonsepsi adalah konsepsi yang dimiliki siswa sebelum pelajaran dimulai, di mana konsep tersebut terbentuk dari pengalamanpengalaman-pengalaman
sebelumnya
walaupun
mereka
sudah
pernah
mendapatkan pelajaran formal. Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa prakonsepsi adalah konsep awal yang dimiliki seseorang tentang suatu obyek mengalami atau konsep yang didefinisikan menurut pengalaman seseorang. Prakonsep siswa akan commit to user mempengaruhi proses belajar mengajar .
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
b. Konsepsi Dalam memahami konsep-konsep Fisika tidak semua siswa mempunyai tafsiran dan pemahaman yang sama. Menurut Euwe Van Den Berg : konsepsi adalah tafsiran perseorangan dari suatu konsep ilmu yang sudah dibuktikan kebenarannya dan diakui oleh orang lain (1991:10). Menurut kamus besar bahasa Indonesia konsepsi adalah pengertian, pendapat atau pemahaman dari seseorang yang mengungkapkan. Di Fisika kebanyakan konsep telah mempunyai arti yang jelas dan telah disepakati oleh para tokoh Fisika, akan tetapi konsepsi para siswa berbeda-beda sesuai dengan pengalaman dan cara pandangnya masing-masing. Tafsiran dari setiap orang mengenai konsep yang berbeda-beda inilah yang disebut sebagai konsepsi. Maka dapat disimpulkan bahwa konsepsi merupakan pengertian atau pemahaman suatu konsep ilmu yang ditemukan oleh ahli.
c. Miskonsepsi Miskonsepsi adalah konsepsi siswa yang bertentangan atau berbeda dengan konsepsi para ahli di mana konsep tersebut terbentuk setelah pembelajaran (Euwe Van Den Berg, 1991:10). Siswa mengalami miskonsepsi apabila pemahaman siswa terhadap suatu konsep berbeda dengan apa yang dipahami atau dimaksudkan ilmiah ataupun kurikulum termasuk didalamnya buku-buku acuan yang dipakai. Nana Sudjana (1989: 27) mensyaratkan kondisi untuk mempelajari konsep, yaitu unsur-unsur prasyarat hendaknya diulang lagi; konsep yang lebih tinggi tingkatannya harus menekankan sifat-sifat umum yang memiliki hubungan dengan setiap konsep dasar; konsep prasyarat harus jelas dan siap terdapat dalam ingatan sebelum suatu konsep yang lebih tinggi dikembangkan. Hal ini berarti pemahaman terhadap konsep dasar Fisika sangat memegang peranan dalam pemahaman konsep-konsep Fisika selanjutnya. Oleh karena itulah, seorang guru yang memperkenalkan pertama kali suatu konsep dasar Fisika diharapkan tidak salah dalam penyampaian, karena hal ini akan berakibat fatal ketika konsep commit to user konsep Fisika yang lain. Konsep tersebut digunakan sebagai prasyarat memahami
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai wujud hasil dari proses pembelajaran yang dicerminkan dalam bentuk nilai/prestasi belajar Fisika akan melibatkan proses perubahan dari prakonsepsi awal yang dimiliki peserta didik sebagai usaha pencapaian keutuhan konsep, sehingga permasalahan salah konsep atau miskonsepsi tidak akan muncul. Dari penegertian tersebut dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi adalah konsep yang dibagun dari proses pembelajaran dan konsep yang terbentuk tidak sesuai dengan konsep ahli.
5. Identifikasi Prakonsepsi Diperlukan cara-cara mengidentifikasi atau mendeteksi salah pengertian konsep yaitu melalui peta konsep, tes essai, interview klinis dan diskusi kelas (Novak, 1985 : 94 ; Pearsall, 1996:199 ; Sadia, 1997:8 ; Harlen, 1992:176). a. Peta Konsep (Concept Maps) Novak (1985 : 94) mendefinisikan peta konsep sebagai suatu alat skematis untuk merepresentasikan suatu rangkaian konsep yang digambarkan dalam suatu kerangka proposisi. Peta itu mengungkapkan hubungan-hubungan yang berarti antara konsep-konsep dan menekankan gagasan-gagasan pokok. Peta konsep disusun hierarkis, konsep esensial akan berada pada bagian atas peta. Pearsal (1996 : 199) menyatakan bahwa dengan peta konsep dapat dilihat refleksi pengetahuan yang dimiliki siswa. Dengan mencermati kompleksitas peta konsep tersebut dapat dideteksi konsep-konsep mana yang kurang tepat dan sekaligus perubahan konsepnya. Untuk lebih melihat latar belakang susunan peta konsep tersebut ada baiknya peta konsep itu digabung dengan interview klinis. Dalam interview itu siswa diminta mengungkapkan lebih mendalam gagasangagasannya. b. Tes Esai Tertulis Guru dapat mempersiapkan suatu tes esai yang memuat beberapa konsep Fisika yang memang mau diajarkan atau yang sudah diajarkan. Dari tes tersebut dapat diketahui salah pengertian yang dibawa siswa dan salah pengertian dalam bidang apa. Setelah ditemukan salah pengertiannya, beberapa siswa dapat commit to usermereka punya gagasan seperti itu. diwawancarai untuk lebih mendalami mengapa
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Interview Klinis Interview klinis dilakukan untuk melihat miskonsepsi pada siswa. Guru memilih beberapa konsep Fisika yang diperkirakan sulit dimengerti siswa, atau beberapa konsep Fisika yang essensial dari bahan yang mau diajarkan. Kemudian, siswa diajak untuk mengekspresikan gagasan mereka mengenai konsep-konsep di atas. Dari sini dapat dimengerti latar belakang munculnya kesalahan konsep. d. Diskusi dalam Kelas Dalam kelas siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan mereka tentang konsep yang sudah diajarkan atau yang mau diajarkan. Dari diskusi di kelas itu dapat dideteksi juga apakah gagasan/ide mereka tepat atau tidak (Harlen, 1992:176). Dari diskusi tersebut, guru atau seorang peneliti dapat mengerti konsep-konsep alternatif yang dipunyai siswa. Cara ini lebih cocok digunakan pada kelas yang besar dan juga sebagai penjajakan awal.
6. Materi Listrik Dinamis
a. Arus Listrik Arus listrik didefinisikan sebagai laju aliran muatan listrik yang melalui suatu luasan penampang melintang (Tipler, 2001:138). Pergerakan muatan ini terjadi pada bahan konduktor. Muatan listrik dapat mengalir dalam suatu rangkaian bila dihubungkan dengan sumber energi. Muatan listrik dikenai suatu gaya, yaitu gaya gerak listrik (ggl) sehingga dapat bergerak. Ggl ini disebut juga beda potensial. Secara konvensional, arah arus listrik sama dengan arah aliran muatan positif, yaitu dari titik yang berpotensial tinggi ke titik yang berpotensial rendah dalam suatu rangkaian tertutup. Setelah penemuan konsep tentang elektron, diketahui bahwa pada saat terjadi arus listrik, muatan yang sebenarnya bergerak adalah muatan negatif (elektron). Karena elektron mengalir dari potensial rendah (kutub yang lebih negatif) menuju ke potensial tinggi, maka dapat pula dikatakan bahwa arus listrik berlawanan dengan arah gerak muatan negatif (elektron). commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam selang waktu ( Δt ), muatan yang melewati penampang ( A ) adalah Δq sehingga kuat arus listrik ( I ) yang mengalir dapat dinyatakan sebagai :
𝐼=
∆𝑞
(1)
∆𝑡
dengan Δq adalah banyaknya muatan yang mengalir untuk selang waktu ( Δt ) yang sangat kecil. Untuk arus searah, jumlah muatan yang mengalir melalui suatu penampang kawat/konduktor adalah konstan sehingga dapat dituliskan: 𝑞 𝐼=𝑡
(2)
Satuan kuat arus listrik dalam SI adalah coulomb per sekon ( C/s ) yang lebih dikenal dengan ampere ( A ). Bila luas penampang yang dilewati arus sebesar A, maka rapat arus (J) dapat dituliskan: 𝐼
𝐽=𝐴
(3)
Rapat arus didefinisikan sebagai besarnya kuat arus per satuan luas penampang. Rapat arus J mempunyai satuan ampere/m2.
b. Resistansi dan Hukum Ohm Menurut Hukum Ohm, pada komponen Ohmik (komponen yang memenuhi Hukum Ohm) kuat arus ( I ) berbanding lurus dengan besarnaya tegangan yang diberikan ( V ) untuk suhu yang konstan dalam suatu segmen kawat. Jika disajikan dalam bentuk grafik, maka grafik hubungan antara arus listrik yang mengalir dan tegangan yang diberikan dalam suatu penghantar adalah sebagai berikut: I(A)
o
V ( Volt )
Gambar 2.1 Grafik Hubungan Antara Arus Listrik dan Tegangan commit to user dalam Suatu Penghantar.
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Apabila hambatan yang digunakan diganti dengan yang lain, gradien kurva akan berubah. Jika kemiringan grafik tersebut adalah m, didapatkan hubungan : 𝐼 = 𝑚𝑉 → 𝑚 = 𝐼 𝑉
(4)
Besarnya gradient ( m ) adalah berbanding terbalik dengan besarnya hambatan suatu bahan ( R ). Konstanta kesebandingan arus dan tegangan ditulis 1/R, di mana R disebut resistansi. Sehingga akan didapatkan hubungan : 1
1 𝑅= 𝑉→𝑅=
𝑉 𝐼
(5)
Besarnya hambatan listrik dalam satuan SI dinyatakan dalam Ohm ( Ω ). Dengan kualifikasi bahwa R konstan, memberikan persamaan matematik hukum Ohm yaitu: 𝑉 = 𝐼𝑅
(6)
Besarnya hambatan (R) suatu bahan / kawat penghantar berbanding lurus dengan nilai hambatan jenis (ρ) dan panjang bahan penghantar ( l ), serta berbanding terbalik dengan luas penampangnya ( A ). Secara matematis, pernyataan tersebut dapat disajikan dalam persamaan : 𝑙
𝑅 = 𝜌𝐴
(7)
Perubahan hambatan jenis sebanding dengan besarnya perubahan suhu (ΔT), sehingga perubahan nilai hambatan juga akan mengikuti hubungan : ∆𝑅 = 𝑅0 𝛼∆𝑇
(8)
𝑅𝑇 = 𝑅0 1 + 𝛼∆𝑇
(9)
Sehingga
di mana : RT : hambatan pada suhu T0C R0 : hambatan mula-mula α
: koofisien suhu hambatan jenis ( per 0C )
ΔT : perubahan suhu ( 0C ) commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Kombinasi Resistor 1) Hubungan seri Hubungan seri hambatan-hambatan listrik dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Hambatan yang Disusun Seri Hambatan total (Rt) beberapa hambatan yang disusun secara seri dapat dituliskan sebagai : 𝑅𝑡 = 𝑅1 + 𝑅2 + ⋯ + 𝑅𝑛
(10)
Besarnya arus yang mengalir pada setiap hambatan adalah sama 𝐼𝑡 = 𝐼1 = 𝐼2 = 𝐼𝑛
(11)
Selain itu, hubungan seri berfungsi sebagai pembagi tegangan, dimana : 𝑉1 =
𝑅1 𝑉 𝑅1 +𝑅2 𝑡
(12)
atau 𝑉𝑡 = 𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3 + ⋯ 𝑉𝑛
(13)
2) Hubungan Paralel Hubungan paralel komponen listrik dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Hambatan yang Disusun Paralel Hambatan total ( Rt ) beberapa hambatan yang disusun secara paralel dapat dituliskan sebagai : 1 𝑅𝑡
1
1
1
= 𝑅 + 𝑅 +⋯+ 𝑅 1
2
(14)
𝑛
Dapat juga dituliskan bahwa untuk dua hambatan yang dihubungkan secara paralel :
commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
𝑅𝑡 =
𝑅 1 𝑅2 𝑅1 +𝑅2
(15)
Sedangkan jika ada n buah resistor yang sama besar ( R1 = R2 =....= Rn=R) yang dihubungkan secara paralel, maka:
𝑅𝑡 =
𝑅 𝑛
(16)
Rangkaian paralel berfungsi sebagai pembagi arus ( It = I1 + I2 +...+In ) dan beda potensial setiap hambatan adalah sama ( Vt = V1 = V2 = Vn ). d. Hukum Kirchoff Hukum Kirchoff mengatakan bahwa : “(1). Pada setiap rangkaian tertutup, jumlah aljabar dari beda potensialnya harus sama dengan nol. (2). Pada setiap titik percabangan jumlah arus yang masuk melalui titik tersebut sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik tersebut”. Hukum I Kirchof atau kaedah loop (loop rule) didasarkan atas kekekalan energi. (Tipler, 2001:174) 𝐸 + 𝐼𝑅 = 0
(17)
Misalkan arah loop searah dengan arah I, yaitu a-b-c-d-a
Gambar 2.4 Rangkaian Tertutup Kuat arus listrik I dari gambar di atas dapat ditentukan dengan menggunakan Hukum I Kirchoff. 𝜀+
𝐼𝑅 = 0
𝜀1 − 𝜀2 − 𝐼 𝑟1 + 𝑟2 + 𝑅 = 0
(18) (19)
Hukum II Kirchoff secara matematis dapat dituliskan sebagai : 𝐼𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 =
𝐼𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
commit to user Misalkan kita memiliki sebuah percabangan arus seperti Gambar 2.5 berikut :
(20)
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
I4
I5 I3
I1 I2
Gambar 2.5 Percabangan Arus Berdasarkan Hukum II Kirchoff, maka akan berlaku persamaan : 𝐼1 + 𝐼2 = 𝐼3 + 𝐼4 + 𝐼5
(21)
e. Sumber Tegangan 1). Rangkaian sumber tegangan seri
ε1 r1
ε2 r2
ε3 r3
R
Gambar 2.6 Sumber Tegangan yang Disusun Seri Gambar 2.6 menunjukkan tiga sumber tegangan yang dirangkai secara seri. Ditinjau dari hukum Ohm dan Hukum Kircoff maka didapatkan besar arus yang dihasilkan sumber tegangan yang dirangkai seri sebagai berikut:
𝜀𝑠 = 𝑛. 𝜀
(22)
𝑟𝑠 = 𝑛. 𝑟
(23)
𝐼=
𝑛.𝜀 𝑅+𝑛.𝑟
2). Rangkaian sumber tegangan paralel ε1 r1 ε2 r2 ε3 r3
R
Gambar 2.7 Sumber Tegangan yang Disusun Paralel commit to user
(24)
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.7 menunjukkan tiga sumber tegangan yang dirangkai secara paralel. Ditinjau dari hukum Ohm dan Hukum Kircoff maka didapatkan besar arus yang dihasilkan sumber tegangan yang dirangkai paralel sebagai berikut:
𝜀𝑝 = 𝜀 𝑟𝑝 = 𝐼=
(25)
𝑟
(26)
𝑛 𝜀
(27)
𝑟
𝑅+𝑛
f. Energi dan Daya Listrik 1). Energi Listrik Energi listrik merupakan suatu bentuk energi yang berasal dari sumber arus. Besarnya energi listrik yang dikeluarkan sumber arus dalam waktu tertentu sebagai berikut:
Rangkaian A
Rangkaian B
Gambar 2.8 Rangkaian Voltmeter dan Ampermeter Gambar 2.8 rangkaian A dan rangkaian B menunjukkan pemasangan voltmeter dan ampermeter. Voltmeter dihubungkan secara paralel dengan resistor untuk mengukur beda potensial pada resistor, sehingga tegangan jatuh pada voltmeter sama seperti pada resistor. Sebuah voltmeter yang baik memiliki resistansi yang besar sehingga efeknya pada rangkaian menjadi minimal (Tipler. 2001: 194). Untuk mengukur arus, ampermeter disusun secara seri dengan resistor sehingga ampermeter dan resistor membawa arus yang sama. Karena ampermeter commit to user memiliki resistansi, maka arus dalam rangkaian berkurang karena ampermeter
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
disisipkan. Idealnya, amperemeter memiliki resistansi yang sangat kecil sehingga hanya sedikit perubahan yang terjadi terhadap arus yang akan diukur. Amperemeter memiliki rentang ukur tertentu bergantung dari rangkaian yang digunakan (Dicky Arinanda Arifin, 2011: 11). Sebagai contoh ammperemeter dengan sensitifitas 1 mA dapat mengukur arus rangkaian dari 0 sampai dengan 1 mA. Ampermeter memiliki batas maksimal, jika hambatannya kecil dan dipasang sebelum beban maka akan menyebabkan terbakarnya amperemeter. Sehingga Gambar 2.8 rangkaian A baik untuk mengukur arus. Sedangkan rangkaian B tidak dianjurkan karena dapat merusak amperemeter. Jika arus listrik mengalir pada pengkantar yang berhambatan R, maka sumber arus akan mengeluarkan energi pada penghantar yang bergantung pada beda potensial, kuat arus dan waktu. Maka persamaan energi dapat dirumuskan: 𝑊 = 𝑉𝐼𝑡
(28)
𝑊 = 𝑅𝐼 𝐼𝑡
(29)
𝑊 = 𝐼 2 𝑅𝑡
(30)
di mana: W : energi listrik (Wh) V
: teganga listrik (Volt)
R
: hambatan listrik (Ohm)
t
: selang waktu (sekon)
2). Daya Listrik Daya listrik adalah banyaknya energi tiap satuan waktu. Dari definisi ini, maka daya listrik (P) dapar dirumuskan :
𝑃=
𝑊 𝑡
commit to user
(31)
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Penelitian yang Relevan
I Wayan Sadia (2004) yang berjudul Efektivitas Model Konflik kognitif dan Model Siklus Belajar untuk Memperbaiki Miskonsepsi Siswa dalam Pembelajaran Fisika. Kesimpulan dari penelitiannya yaitu (1) Hasil pretest yang dilaksanakan pada awal penelitian ini, terungkap bahwa prakonsepsi (prior knowledge) siswa terhadap suatu konsep fisika cukup bervariasi yaitu terdapat antara tiga sampai enam macam konsepsi siswa. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masuk ke dalam kelas tidak dengan kepala kosong (blank mind), tetapi mereka telah memiliki berbagai gagasan tentang suatu gejala fisika yang dibangunnya melalui belajar informal dalam upaya memberi makna terhadap pengalaman mereka sehari-hari. (2) Sebagian besar dari prakonsepsi (prior knowledge) siswa berlabel miskonsepsi, yakni sekitar 73,5% siswa kelompok eksperimen dan 67,8% siswa kelompok kontrol prakonsepsinya berlabel miskonsepsi. Salah satu kendala instruksional yang dialami guru fisika dalam implementasi model dan strategi pembelajaran model konflik kognitif dan model siklus belajar, yaitu dalam proses pembelajaran secara aktual di kelas, langkah eksplorasi prakonsepsi siswa yang merupakan langkah awal dalam penerapan model dan strategi pembelajaran sering terlewatkan sehingga miskonsepsi siswa dan latar penyebabnya tidak teridentifikasi dengan baik. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berangkat dari inkuiri naturalistik atau alami yang temuan-temuannya tidak diperoleh dari prosedur penghitungan secara statistik (Basrowi dan Suwandi,2008 : 22). Menurut Lexy J. Moleong (2011: 6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena yang terjadi dan dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Sedangkan Bodgan dan Taylor dalam Basrowi dan Suwandi (2008:21) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati Hasil penelaahan kepustakaan ditemukan bahwa Bogdan dan Biklen dalam Basrowi dan Suwandi (2008 : 25) mengajukan lima ciri penelitian kualitatif, sedangkan Licoln dan Guba dalam Basrowi dan Suwandi (2008 : 25) mengupas sepuluh ciri penelitian kualitatif. Kajian dari penelaahan tersebut menghasilkan ciri-ciri penelitian kualitatif yaitu: latar alamiah, manusia sebagai alat (instrument), metode kualitatif, analisis data secara induktif, teori dari dasar (grounded theory), deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, adanya batas yang ditentukan oleh fokus, adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, desain yang bersifat sementara, dan hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama. Menurut
Lofland
dan
Lofland
dalam
Meleong
(2011:157)
mengemukakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah katakata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain Sumber data pada penelitian kualitatif berupa deskripsi data. Populasi dalam suatu penelitian merupakan seluruh subjek yang ingin diteliti. Sutrisno Hadi dalam Wardoyo (2010: 25) menyatakan bahwa populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki. Suharsimi Arikunto (2002:102) juga menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Teknik
pengambilan
sampel
dalam
menurut
rumus
Yamene,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Iqbal Bukhori dan Raharja (2012: 5) yaitu
𝑛=
N Nd 2 +1
(32)
dimana n adalah Jumlah sampel, N merupakan Jumlah populasi dan d adalah derajat kepercayaan (10%). Seperti yang diungkapkan oleh Moleong (2011:224) “pada penelitian kualitatif tidak ada sampel, tetapi sampel bertujuan (purposive sampling)”. Alasan digunakan purposive sampling karena menurut teknik ini, pemilihan sekelompok subjek yang digunakan sebagai sampel didasarkan atas commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ciri-ciri atau sifat-sifat yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Teknik
Pengumpulan
Data
yaitu
cara
yang digunakan
dalam
pengumpulan data penelitian. Jenis-jenis teknik pengumpulan data yaitu metode tes, wawancara, dan pengamatan. 1) Metode Tes Menurut Budiyono (2003:54) metode tes adalah cara mengumpulkan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan atau suruhan kepada subyek penelitian sehingga didapatkan jawaban atau keterangan dari subjek. Dari hasil tes tersebut kemudian dianalisis tipe-tipe kesalahan konsep yang terjadi pada siswa. Pengukuran hasil belajar fisika pada penelitian ini dengan menggunakan instrumen tes diagnosis prakonsepsi. Sebelum dilaksanakan tes, instrumen yang digunakan harus benar-benar valid. Budiyono (2003:55) menyatakan bahwa sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrument tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas berkenaan dengan ketepatan instrumen atau alat penilaian terhadap konsep yang akan dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Saifudin Azwar (1992:45) menyatakan bahwa tipe validitas pada umumnya digolongkan dalam tiga kategori, yaitu content validity (validitas isi), construct validity (validitas konstrak), criterion-related validity (validitas berdasar criteria). Budiyono (2003:58) menyatakan bahwa suatu instrument yang valid menurut validitas isi apabila isi instrument telah merupakan sampel representatif dari keseluruhan isi hal yang akan diukur. Sedangkan menurut Saifudin Azwar (1992:45) menyatakan bahwa
validitas isi adalah sejauh
mana isi item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur atau dapat mewakili keseluruhan dari suatu materi. Untuk mengukur validitas isi ini peneliti mendengarkan pendapat ahli berdasarkan kriteria yang ditetapkan. Reliabilitas adalah tingkat konsistensi hasil yang dicapai oleh sebuah user alat ukur, meskipun digunakancommit secaratoberulang-ulang pada subyek yang sama
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atau berbeda (Sudarwan Danim, 1997:199). Alat ukur dikatakan reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan (Budiyono, 2003:65). 2) Wawancara (Interview) Moleong
(2011:186) menyatakan wawancara adalah percakapan
dengan maksut tertentu dan dengan tujuan tertentu. Sedangkan menurut Basrowi dan Suwandi (2008:127) juga mengemukakan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yaitu pewawancara dan yang diwawancarai. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertannyaan itu. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data atau informasi dengan cara tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan mendalam (deep interview) serta berlandaskan pada tujuan penelitian. 3) Pengamatan Ngalim Purwanto (1985) dalam Basrowi dan Suwandi (2008:193) menuliskan bahwa observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkahlaku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.
Validitas Data penelitian digunakan untuk mengetahui data yang diperoleh benar-benar terjadi. Salah satu validitas data yang digunakan adalah triangulasi data. Lexy Moleong (2011:330) mengemukakan triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk pengecekan atau sebagai pembanding data-data itu. Teknik triangulasi yang banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Pada prinsipnya analisis data kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Teknik analisis yang ditemukan oleh Miles dan commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Huberman dalam Basrowi dan Suwandi (2008 : 210) mencakup tiga kegiatan yang bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. 1) Reduksi data Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian, pengabstraksian dan pentransformasian data kasar dari lapangan. Proses ini berlangsung selama penelitian dilakukan, dari awal sampai akhir penelitian. Reduksi merupakan bagian dari analisis, bukan terpisah. Fungsinya untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi sehingga interpretasi bisa ditarik. 2) Penyajian data Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajiannya antara lain berupa teks naratif, matriks, grafik, jaringan dan bagan. Tujuannya adalah untuk mempermudah membaca dan menarik kesimpulan. 3) Menarik kesimpulan atau verifikasi Dalam tahap ini, peneliti membuat rumusan proposisi yang terkait dengan logika, mengangkatnya sebagai temuan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan mengkaji berulang-ulang terhadap data yang ada, pengelompokan data yang telah terbentuk dan proposes yang telah dirumuskan. Setelah mendapatkan kesimpulan, maka peneliti melaporkan hasil penelitian secara lengkap, dengan temuan baru yang berbeda dengan temuan yang sudah ada. Berdasarkan uraian diatas langkah analitis data dengan pendekatan ini dapat digambarkan sebagai berikut. Koleksi data
Displai data
Reduksi data Kesimpulan
Gambar 2.9 Analisis Data Model Interaktif dari Miles dan Huberman commit to user (2008 : 210) dalam Basrowi dan Suwandi
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Prosedur penelitian kualitatif merupakan tahapan-tahapan kegiatan dalam melakukan penelitian kualitatif. Ada beberapa pendapat dalam memperinci tahapan kegiatan kualitatif, seperti yang dikemukakan oleh Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman yang diterjemahkan oleh Tjetjep Rehendi R. dalam Asep Suryana (2007: 2), tahap-tahapan penelitian kualitatif itu meliputi langkahlangkah sebagai berikut: (1) Membangun Kerangka Konseptual, (2) Merumuskan Permasalahan Penelitian, (3) Pemilihan Sampel dan Pembatasan Penelitian, (4) Instrumentasi (5) Pengumpulan Data, (6) Analisis Data, (7) Matriks dan Pengujian Kesimpulan. Pendapat lain dari Endang S Sedyaningsih Mahamit dalam Asep Suryana (2007 : 5) tahapan penelitian kualitatif meliputi: (1) Menentukan permasalahan; (2) Melakukan studi literature; (3) Penatapan lokasi; (4) Studi pendahuluan; (5) Penetapan metode pengumpulan data: observasi, wawancara, dokumen, diskusi terarah; (6) Analisa data selama penelitian; (7) Analisa data setelah; validasi dan reliabilitas, (8)Hasil; cerita, personal, deskrifsi tebal, naratif, dapat dibantu table frekuensi.
C. KERANGKA BERFIKIR Dalam memahami konsep baru yang diberikan oleh guru tidak semua siswa mempunyai pemahaman konsep awal dan penafsiran yang sama. Ada siswa yang benar-benar memahami konsep awal yang diberikan guru sesuai konsep para ahli, tetapi ada juga yang siswa yang mengalami prakonsepsi atau pemahaman awal yang salah sehingga membentuk konsep yang salah. Bahkan juga ada siswa yang tidak memahami sama sekali konsep yang diberikan oleh guru. Terjadinya penggabungan antara konsep-konsep yang diberikan guru dengan konsep awal / prakonsepsi yang dimiliki siswa, serta adanya hambatanhambatan siswa seperti intelegensi, keterbatasan siswa dalam memanfaatkan inderanya akan memungkinkan terjadinya miskonsepsi. Hal ini juga dapat dimungkinkan guru dalam mengajarkan konsep-konsep Fisika belum sesuai dengan konsep para ahli yang disederhanakan dengan metode yang sesuai dengan commit to user sifat konsep yang diajarkan.
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam mempelajari materi Listrik dinamis banyak konsep awal yang harus dikuasai siswa. Adanya prakonsepsi siswa pada konsep-konsep tersebut sangat mungkin terjadi sehingga penelitian prakonsepsi ini harus dilakukan. Berikut gambar prosedur penelitian yang dilakukan.
Memahami
Tes
Sisw
Kesalahan
a
Prakonsepsi Tidak memahami
Wawancara
Data wawancara
Pengamata
Data Pengamatan
stop Analisis prakonsepsi
stop Kesimpulan
n
Gambar 2.10 Bagan Kerangka Berfikir Dari bagan kerangka berpikir dapat diketahui prosedur penelitian yaitu dengan menggunakan cara pengumpulan data menggunakan tes, wawancara, dan pengamatan. Hasil pengumpulan data berupa data tes, data wawancara, data pengamatan. Data tes digolongkan menjadi tiga kategori yaitu memahami, kesalahan, prakonsepsi dan tidak memahami. Siswa yang memahami berarti memiliki konsep awal / prakonsepsi benar sedangkan tidak memahami adalah siswa yang belum membentuk konsep awal/ tidal memiliki prakonsepsi. Dari ketiga data yang didapat dianalisis adanya prakonsepsi siswa dan ditarik kesimpulan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri I Bulu Sukoharjo pada kelas X semester genap Tahun Ajaran 2011-2012.
2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dengan tiga tahap: a. Tahap Pendahuluan Tahap
pendahuluan
meliputi
pengajuan
judul,
konsultasi
proposal,
penyusunan tes, pembuatan surat ijin dari dekan yang digunakan pada tempat penelitian. b. Tahap Pelaksanaan Tahap pengumpulan data dimulai dari bulan Februari sampai maret 2012 c. Tahap Akhir Tahap akhir meliputi analisis data dan penyusunan laporan.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan metode kualitatif deskriptif karena tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan faktor-faktor dari subyek penelitian. Pendekatan yang digunakan adalah indiktif karena dapat menemukan kenyataankenyataan ganda dari data yang dikumpulkan. Penelitian terhadap fenomena yang ada pada kelas X SMA Negeri I Bulu sebagai subjek yaitu dengan menggunakan tes diagnostik, wawancara, dan observasi. Peneliti membuat instrument tes diagnostik, instrument wawancara, dan instrument observasi untuk mendapatkan fakta-fakta yang terjadi. Hasil dari tiga instrument tersebut divalidasi menggunakan trianggulasi data. Dari penelitian to user ini diharapkan dapat mengetahui commit prakonsepsi siswa pada konsep listrik dinamis,
31
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sehingga guru dapat memberikan pelajaran yang tepat untuk siswa agar tidak mengalami miskonsepsi.
C. Sumber Data Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian maka sumber data penelitian ini yaitu 1. Hasil tes diagnostik fisika pada pokok bahasan listrik dinamis. Tes yang digunakan adalah tes berbentuk multiple choice dengan reasoning yang telah ditentukan dan merupakan soal yang valid. Tes diagnosis adalah tes untuk mengungkap kelemahan siswa dalam bagian khusus hasil kerja siswa 2. Hasil wawancara siswa. Wawancara siswa dilakukan pada siswa yang dicurigai mengalami kesalahan konsep. 3. Hasil pengamatan proses pembelajaran. Pengamatan dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung.
D. Teknik Sampling 1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri I Bulu, Sukoharjo yaitu sebanyak 225 siswa yang terbagi dalam 6 kelas.
2. Sampel Penelitian Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan rumus Yamene (1967) seperti pada persamaan 32. Sehingga dalam penelitian ini jumlah sampel yang didapat dari rumus Yamene adalah 𝑛=
225 = 69,23 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 225(0,1)2 + 1
Maka jumlah sampel yang diteliti adalah 70 siswa. Penentuan sampel penelitian yaitu dengan teknik purposive sampling digunakan untuk mengetahui perbedaan konsep antara para ahli dengan siswa. Sampel yang dipilih adalah commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siswa kelas XC 38 siswa, XD 37 siswa, XE 38 siswa, dan XF 36 siswa SMA Negeri 1 Bulu, Sukoharjo. Empat kelas tersebut dipilih karena pada kelas tersebut memiliki siswa yang bervariasi.
E. Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan tiga cara, yaitu: 1.
Metode Tes Tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk tes pilihan
ganda beralasan yang bersifat diagnosis untuk mengetahui kesalahan konsep pada siswa. Tes diagnostik yang digunakan, 25 butir tes dari tes diagnostik Haris (2011) dengan sedikit modifikasi dan 15 butir tes tambahan. Tes diagnostik divalidasi menggunakan validasi konstruksi dan isi oleh ahli dan menguji reliabilitas instrument tes untuk mengetahui tingkat konsistensi hasil yang dicapai.
2.
Wawancara (Interview) Teknik wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif
dan struktural yaitu pertanyaan yang dajukan adalah pertanyaan deskriptif dan struktural, pertanyaan yang meminta informan untuk memberikan gambaran atau melukiskan secara naratif tentang berbagai hal sekaligus mendapatkan gambaran secara lebih rinci. Subjek yang diwawancarai pada suatu saat pilihan hanya berkisar di antara beberapa orang yang memenuhi persyaratan. Mereka adalah yang berperan, yang pengetahuannya luas tentang daerah atau lembaga tempat penelitian dan yang suka bekerja sama untuk kegiatan yang sedang dilakukan. Pada penelitian ini subjek yang diwawancarai adalah subjek yang dapat mewakili siswa yang mengalami permasalahan yang sama.
3.
Pengamatan Teknik pengamatan didasarkan secara langsung dan dilakukan sesuai
dengan tujuan penelitian. Pengamatan penelitian ini dilakukan pada saat siswa commit to user mengerjakan tes diagnostik dan proses kegiatan belajar - mengajar.
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. Validitas Data Validitas merupakan keakuratan data dan keshahihan data yang telah dikumpulkan yang nantinya akan dianalisa dan ditarik kesimpulan pada akhir penelitian. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan data yang didasarkan akurat atas sejumlah kriteria tertentu. Sedangkan dalam penelitian ini teknik pemeriksaan data yang digunakan adalah triangulasi data. Triangulasi data yang digunakan yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diberikan oleh informan melalui alat yang tersedia dalam metode kualitatif. Hal ini dilakukan dengan membandingkan hasil wawancara, pengamatan, dan hasil tes Jadi dalam penelitian ini digunakan berbagai sumber data untuk mengumpulkan data yang sama, dengan tujuan untuk memberikan kebenaran, untuk memperoleh kepercayaan terhadap suatu data dengan membandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber yang berbeda dimana data yang dikontrol oleh data lain dari sumber yang berbeda.
G. Analisis Data Analisis data kualitatif dimulai saat peneliti mulai mengumpulkan data, dengan cara memilah mana data yang sesungguhnya penting atau tidak. Ukuran penting dan tidaknya mengacu pada kontribusi data tersebut pada upaya menjawab fokus penelitian. Menentukan kebermaknaan data atau informasi data diperlukan pengertian mendalam, kecerdikan, kreativitas, kepekaan konseptual, dan pengalaman peneliti. Kualitas hasil analisis data kualitatif sangat tergantung pada faktor-faktor tersebut. Aktivitas dalam analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan statistik deskriftif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskriptifkan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kegiatan reduksi data, penyajian data dan to penarikan commit user kesimpulan.
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Reduksi data Dalam reduksi ini peneliti benar-benar mencari data yang valid. Ketika peneliti menyangsikan kebenaran data yang diperoleh akan dicek ulang dengan informan lain yang dirasa lebih mengetahui. Memnggolongkan data-data yang diperoleh serta membuang data-data yang tidak digunakan. 2. Penyajian data Hasil tes diagnostik dapat diketahui konsep awal siswa tentang Listrik Dinamis. Penelitian ini data tes diagnostik akan disajikan berbentuk tabel daftar derajat pemahaman siswa dalam mengerjakan soal yaitu sebagai berikut: Tabel 3.1 Prosentase Hasil Tes Diagnostik Siswa Nomor
Memahami
Tidak Memahami
Miskonsepsi
Soal
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
1
…..
…..
…..
…..
…..
…..
2
…..
…..
…..
…..
…..
…..
Adapun derajat pemahaman konsep dan indikator secara khusus adalah sebagai berikut : 1) Jawaban siswa termasuk kategori tidak memahami bila: a) Jawaban benar, namun tidak memberikan jawaban penjelasan. b) Jawaban salah, demikian juga penjelasannya dan keduanya tidak ada keterhubungan. c) Jawaban benar, namun penjelasan atas jawaban tidak berhubungan dengan pertanyaan. 2) Jawaban siswa termasuk kategori memahami bila: a) Jawaban benar, penjelasan menunjukkan bahwa konsep yang dipahami sudah benar. b) Jawaban benar, namun penjelasan jawaban menunjukkan hanya sebagian konsep yang dipahami dan tidak menunjukkan adanya miskonsepsi. 3) Jawaban siswa termasuk kategori miskonsepsi bila: a) Jawaban benar, penjelasan menunjukkan jawaban yang tidak logis. commit to user b) Jawaban dan penjelasan menunjukkan adanya miskonsepsi.
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Menarik kesimpulan atau verifikasi Berdasarkan data yang diperoleh dibuat rumusan proposisi yang terkait dengan temuan penelitian sehingga mendapatkan kesimpulan. Data-data kualitatif yang dikumpulkan dari wawancara, pengamatan dan tes diagnostik divalidasi dengan triangulasi data. Penelitian ini didapatkan data prakonsepsi siswa seperti pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Prakonsepsi Siswa Nomor
Prakonsepsi siswa
Nomor Butir Tes
Prosentase
P1
…..
…..
…..
P2
…..
…..
…..
H. Prosedur Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti melakukan beberapa prosedur. Adapun prosedur atau langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Tahap Pra Lapang Dalam tahap ini peneliti terjun ke lokasi tapi masih berkaitan pada pembeuatan proposal dan pengajuan berkas perijinan ke sekolah. 2. Tahap Lapangan Dalam hal ini peneliti terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data yang diperlukan di lapangan. 3. Tahap Analisis Data Pada bagian ini analisis data dilakukan dalam suatu proses, artinya pelaksanaan analisis data dilakukan setelah meninggalkan lapangan. 4. Tahap Penulisan Laporan dan memperbanyak laporan Tahap ini merupakan akhir dari prosedur penelitian, yaitu pekerjaan menyusun laporan penelitian dan memperbanyak yang nantinya diajukan dan dipertanggungjawabkan dihadapan penguji. commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Setelah
seluruh
proposal
selesai
dan
perijinan
selesai
proses
pengumpulan data dimulai dengan cara: a. Menyusun tes prakonsepsi b. Dari butir soal yang baik selanjutnya dikenakan pada subyek penelitian. c. Jawaban siswa diperiksa dan dianalisis adakah prakonsep siswa d. Mewawancarai subyek yang mengalami prakonsepsi untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya prakonsepsi Setelah proses ini data dianalisis lebih lanjut menggunakan teknik analisis sesuai analisis data dan membandingkannya dengan hasil wawancara yang dilakukan. Selama penelitian, peneliti senantiasa meminta bimbingan dari dosen pembimbing. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Data Hasil Pengamatan Pengamatan dilakukan saat proses belajar mengajar berlangsung untuk mendapatkan informasi tentang interaksi yang terjadi didalam ruang kelas. Pengamatan dilakukan pada guru dan siswa dari tahap persiapan guru sampai bel berakhirnya pelajaran. Data hasil pengamatan sebagai berikut: a. Persiapan siswa dalam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) Persiapan siswa dalam kegiatan belajar mengajar khususnya dalam pelajaran Fisika dari empat kelas yang diamati yaitu siswa menyiapkan buku-buku yang digunakan ketika guru sudah masuk ke dalam kelas. Buku paket pelajaran ada yang tidak memiliki namun untuk buku Lembar Kegiatan Siswa (LKS) semua siswa memiliki. b. Persiapan guru dalam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) Guru
Fisika
sudah
menyiapkan
RPP
(Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran) dalam pembelajaran. Guru berusaha untuk menyesuaikan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP meskipun pelaksanaannya guru menyesuaikan tingkat kemampuan siswa dalam menangkap pelajaran. Media LCD masih terbatas. c. Proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) Pendekatan
yang
digunakan
dalam
proses
pembelajaran,
guru
menekankan pada ketrampilan proses. Metode pembelajaran yang digunakan pada setiap kelas berbeda-beda hal ini disesuaikan dengan kondisi kelas yaitu diskusi kelompok, demonstrasi, dan ceramah. Sedangkan media yang digunakan pada saat kegiatan pembelajaran menggunakan white board dan spidol, LCD. d. Perilaku siswa ketika KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) Hasil dari pengamatan, peneliti menemukan siswa mencatat informasi yang diberikan sesuai dengan apa yang guru catatkan di papan tulis. Siswa tidak commitsecara to user mencatat informasi yang disampaikan lisan dan yang sudah ada di LKS,
38
perpustakaan.uns.ac.id
39 digilib.uns.ac.id
siswa memberi tanda khusus pada informasi di LKS. Empat kelas yang diamati menunjukkan dua kelas aktif dan dua kelas pasif. e. Interaksi guru dengan siswa Interaksi antara guru dengan siswa dapat dikatakan baik, hal ini ditunjukkan dengan hasil pengamatan ketika proses tanya jawab. Siswa berusaha menjawab pertanyaan guru dengan jawaban yang benar. Guru juga menanyakan pada siswa yang kurang aktif agar bertanya informasi yang kurang jelas. Kesesuaian jawaban siswa dengan pertanyaan guru dapat menjelaskan bahwa siswa mengerti pertanyaan yang disampaikan guru. Pada akhir kegiatan belajar mengajar guru memberikan umpan balik berupa tugas.
2. Data Wawancara Data wawancara dilakukan pada 6 siswa yang dicurigai mengalami kesalahan konsep. Enam siswa tersebut dianggap dapat mewakili seluruh prakonsepsi siswa yang konsep awal mereka salah. Data prakonsepsi dan wawancara siswa dapat dilihat pada lampiran.
3. Data Hasil Tes Tes diagnostik yang diuji cobakan memiliki reliabilitas baik. Hasil analisis menggunakan ITEMAN menunjukkan alpha bernilai 0,669 dimana alpha adalah koefisien reliabilitas. Tes diagnostik diujikan pada kelas X sejumlah 4 kelas dengan jumlah siswa 149 anak. Analisis tes diagnostik dapat menunjukkan prakonsepsi siswa pada materi Listrik Dinamis. Dari lembar jawab siswa seperti pada Lampiran 11 kemudian di rekapitulasi kedalam hasil jawaban siswa seperti pada Lampiran 12. Hasil jawaban siswa digolongkan dalam tiga kategori yaitu tidak memahami, konsep awal salah, dan memahami dalam tabel derajat pemahaman siswa. Siswa yang dikategorikan tidak memahami yaitu siswa yang menjawab benar namun tidak memberikan penjelasan atau penjelasan dan jawaban tidak berhubungan dengan pertanyaan. Siswa yang dikategorikan konsep awal salah yaitu siswa yang menjawab benar namun penjelasan tidak logis atau commit to user jawaban dan penjelasan menunjukkan kesalahan konsep. Siswa yang
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dikategorikan
memahami
adalah
siswa
yang
jawaban
dan
penjelasan
menunjukkan konsep yang benar. Presentase hasil jawaban tes diagnostik Siswa SMA Negeri 1 Bulu, Sukoharjo kelas X tentang Listrik Dinamis dapat dilihat pada Lampiran 16.
B. Analisis Data Data divalidasi dengan triangulasi data kualitatif yaitu data tes diagnostik, data observasi dan data wawancara. Dari hasil jawaban siswa yang digolongkan menjadi tiga kategori seperti pada Lampiran 16 dan Lampiran17 maka didapatkan gambaran prosentase prakonsepsi siswa seperti pada Tabel 4.1 bersasarkan jenis-jenis prakonsepsi siswa. Tabel 4.1 Prakonsepsi Siswa Pada Materi Listrik Dinamis Berdasarkan Jenisjenis Prakonsepsi. No
1
2
3
Jenis Prakonsepsi
No
Prosentase (%) Tidak Konsep Memahami memahami awal salah
4
24,16
68,10
10,74
Konsep Baterai sebagai sumber
5
29,53
59,06
11,41
tegangan
7
21,48
55,03
23,49
8
29,53
67,11
3,36
1
32,89
18,12
48,99
2
79,87
13,42
6,71
3
44,97
26,85
28,19
18
59,73
33,56
6,71
19
31,54
46,98
21,48
20
57,72
20,13
22,15
21
63,76
30,87
5,37
22
5503
38,36
6,71
30
53,69
22,82
23,49
48,32
33,56
18,12
Konsep besar arus listrik pada rangkaian seri.
Konsep besar arus listrik pada 9 commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Prosentase (%) No
Jenis Prakonsepsi
No
rangkaian paralel.
4
5
6
7
Konsep besar beda potensial.
Bentuk-bentuk rangkaian listrik
Konsep besar arus listrik pada kawat penghantar
Konsep hukum ohm
Tidak Konsep memahami awal salah
Memahami
12
46,31
44,97
8,72
15
9,40
86,58
4,03
16
23,49
69,13
7,38
17
32,89
65,10
2,01
6
73,15
14,09
12,75
10
10,07
84,56
5,37
11
31,54
46,31
22,15
13
31,54
63,76
4,70
14
36,91
57,05
6,04
23
41,61
24,16
34,23
24
59,73
30,87
9,40
25
48,32
38,93
12,75
26
53,69
7,38
38,93
27
53,02
22,82
24,16
28
52,35
10,07
37,58
32
62,42
7,38
30,20
33
64,43
17,45
18,12
8
Konsep hambatan listrik
31
52,35
2,01
45,64
9
Konsep Hukum Kirchoff I
29
42,28
7,38
50,34
34
75,17
15,44
9,40
35
90,60
6,04
3,36
36
22,82
39,60
37,58
37
14,77
51,68
33,56
38
45,64
1,34
53,02
39
40,94
22,15
36,91
49,66
2,68
47,5
10
Konsep besarnya daya dan energi listrik
40 commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari Tabel 4.1 didapatkan prosentase rata-rata prakonsepsi siswa tiap tipe soal berdasarkan indikator kisi-kisi pada materi Listrik Dinamis yaitu pada Tabel 4.2 dimana dapat dibuat grafik Gambar 4.1.
Tabel 4.2
Prosentase Rata-rata Prakonsepsi Tiap Indikator Terhadap Tipe Prakonsepsi
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Memahami
Indikator Konsep baterai sebagai sumber tegangan Konsep arus listrik pada rangkaian seri Konsep arus listrik pada rangkaian paralel Konsep beda potensial Bentuk rangkaian Konsep arus listrik pada kawat penghantar Konsep hukum ohm Konsep hambatan listrik Konsep Hukum Kirchoff I. Konsep daya dan energi listrik
Konsep Awal Memahami Salah
26.17%
61.58%
12.25%
53.24%
25.58%
18.87%
32.08%
59.87%
8.05%
36.64% 37.14%
53.15% 31.32%
10.20% 18.79%
53.69%
7.38%
38.93%
58.05% 52.35% 42.28% 48.51%
14.43% 2.01% 7.38% 19.85%
27.52% 45.64% 50.34% 31.64%
Gambar 4.1 menunjukkan grafik prosentase rata-rata prakonsepsi siswa tiap indikator terhadap tipe prakonsepsi di mana 1 merupakan konsep sumber tegangan listrik, 2 merupakan konsep arus listrik pada rangkaian seri, 3 merupakan konsep arus listrik pada rangkaian paralel, 4 merupakan konsep beda potensial, 5 merupakan konsepsi bentuk rangkaian, 6 merupakan konsep arus listrik pada kawat penghantar, 7 merupakan konsep hukum ohm, 8 merupakan konsep hambatan listrik, 9 merupakan konsep hukum Kirchoff, 10 merupakan konsep daya dan energi listrik.
commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rata-rata Prosentase Tiap Indikator Terhadap Tipe Prakonsepsi 70 60 Tidak Memahami
Prosentase (%)
50 40
Konsep Awal Salah
30
Memahami
20 10 0 1
2
3
4
5 6 7 Tipe Prakonsepsi
8
9
10
Gambar 4.1 Diagram Balok Rata-rata Prosentase Tiap Indikator Terhadap Tipe Prakonsepsi
C. Pembahasan Berdasarkan analisis data Tabel 4.2 dan 4.3 maka pembahasan diurutkan dari kesalahan prakonsepsi yang paling besar prosentasenya sebagai berikut: Prakonsepsi 1 Soal nomor 4 Soal nomor 4 disajikan Gambar 4.2 yaitu dua buah baterai (identik) yang dipasang paralel dihubungkan dengan sebuah lampu L. Kedua baterai tersebut ideal artinya tegangan dalam tiap baterai tetap bagaimanapun besar arus listrik. Lampu mula-mula menyala dengan baterai 1.
commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
L
+
S1
+
batere 2 batere 1
Gambar 4.2 Rangkaian Sumber Tegangan Gambar 4.2 jika saklar S1 ditutup, maka terang lampu tetap. Pada sumber tegangan ideal menghasilkan beda potensial yang tetap. Siswa menjawab bahwa jika saklar S1 pada Gambar 4.2 ditutup maka terang lampu bertambah karena arusnya bertambah. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa menganggap sumber tegangan (baterai) mengeluarkan arus yang tetap. Prakonsepsi siswa soal nomor
4 dapat dilihat pada Tabel 4.1,
prakonsepsi 97 (68,10% ) siswa memiliki pemahaman awal yang salah sedangkan prakonsepsi siswa benar berjumlah 16 siswa (10,74% ). Subjek 1, subjek 2, subjek 3 dan subjek 5 juga memiliki kesalahan prakonsepsi.
Soal nomor 5 Soal nomor 5 disajikan Gambar 4.2 Jika saklar S1 ditutup, maka arus listrik di dalam lampu tetap karena beda potensial pada lampu tetap. sumber tegangan yang dipasang paralel akan menghasilkan beda potensial yang tetap maka arus listrik didalam lampu tetap. Siswa dengan kesalahan prakonsepsi menjawab bahwa pada Gambar 4.2 jika saklar ditutup, maka arus listrik didalam lampu bertambah karena beda potensial pada lampu bertambah. Prakonsepsi siswa pada soal nomor 5 dapat dilihat pada Tabel 4.2, sebanyak 88 siswa (59,06%) mengalami kesalahan prakonsepsi. Kesalahan pemahaman tersebut juga dimiliki pada subjek 2, subjek 4 dan subjek 5 yang diwawancarai. Sedangkan 17 siswa (11,41%) menjawab dengan prakonsepsi yang benar. commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Soal nomor 7 Soal nomor 7 disajikan rangkaian Gambar 4.2 Jika saklar S1 ditutup maka arus terbagi antara percabangan baterai I dan baterai II sehingga arus listrik yang mengalir lewat baterai 1 berkurang. Baterai yang dipasang paralel menghasilkan
tegangan
tetap.
Siswa
dengan
kesalahan
prakonsepsi
beranggapan bahwa pada Gambar 4.2 jika saklar S1 ditutup maka arus lisrtik yang mengalir lewat baterai 1 tetap karena setiap baterai selalu menghasilkan nilai arus yang sama. Anggapan siswa tersebut menandakan bahwa baterai penghasil arus tetap. Prakonsepsi siswa pada nomor 7 yang memiliki pemahaman konsep awal salah yaitu 82 siswa (55,03%) dan 35 siswa (23,49%) menjawab dengan prakonsepsi yang benar. Subjek 2 dan subjek 6 yang diwawancarai mengalami kesalahan prakonsepsi.
Soal nomor 8 Soal nomor 8 disajikan Gambar 4.3 lampu dan baterai yang digunakan tiap rangkaian identik . pernyataan yang benar dari Gambar 4.3 yaitu beda potensial dikedua rangkaian bernilai sama atau tetap maka lampu L1, L2, L3 dan L4 sama terang.
L2
L3
L4
+
+
+
L1
Gambar 4.3 Rangkaian dengan Sumber Tegangan Paralel Siswa menjawab bahwa pada Gambar 4.3 lampu L3 dan L4 lebih terang dari pada lampu L1 dan L2 dengan alasan baterai yang dipasang paralel menghasilkan arus yang lebih besar. Dari pernyataan siswa tersebut menjelaskan bahwa prakonsepsi siswa menganggap baterai menghasilkan arus tetap, bukan beda potensial yang tetap. commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Prakonsepsi siswa pada soal 8 sebanyak 100 siswa (67,11%) mempunyai pemahaman yang salah sedangkan 5 siswa ( 3,36% ) menjawab dengan konsep yang benar. Subjek 1, subjek 4, subjek 5 dan subjek 6 juga memiliki pemahaman yang salah. Prakonsepsi siswa dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Prakonsepsi 2 Soal nomor 1 Soal nomor 1 disajikan rangkaian Gambar 4.4 nilai hambatan R2 = 10 ohm lebih besar dari pada nilai hambatan R1 = 5 ohm. A adalah Amperemeter. A1 arus menunjukkan nilai sebesar 2 Ampere. Pernyataan yang benar dari rangkaian Gambar 4.4 adalah ampermeter yang lain menunjukkan nilai 2 ampere. Arus di seluruh titik dalam rangkaian seri menunjukkan nilai yang sama.
+
A1
R1
A
A4 A
A A3 A
+
R2
A2
Gambar 4. 4 Rangkaian Seri dengan Ampermeter Siswa dengan prakonsepsi yang salah menjawab amperemeter yang lain secara berturut-turut (A2, A3, dan A4 ) menunjukkan nilai arus lebih kecil dari 2 ampere. siswa beranggapan bahwa
nilai arus setelah melewati
hambatan (R1 dan R2) akan semakin berkurang. Prakonsepsi siswa pada nomor 1 sejumlah 27 siswa (18,12%) termasuk subjek 1, subjek 2, dan subjek 3 mengalami konsep awal salah, sedangkan 73 siswa (48,99%) memiliki prakonsepsi benar.
commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Soal nomor 2 Soal nomor 2 disajikan tiga buah rangkaian seperti pada Gambar 4.5. Gambar 4.5 merupakan tiga rangkaian seri dengan lampu, baterai dan hambatan yang digunakan tiap rangkaian identik. Pernyataan yang benar mengenai urutan lampu dari yang paling terang yaitu lampu L1, L2, dan L3 akan sama terang dalam semua rangkaian. Arus dalam semua rangkaian menunjukkan nilai yang sama. L3
L2
A
+
+
+
L1
C
B
Gambar 4.5 Tiga Rangkaian Seri dengan Perbedaan Letak Hambatan Siswa dengan kesalahan prakonsepsi beranggapan bahwa pada Gambar 4.5 lampu L1 lebih terang dari lampu L2, dan lampu L2 lebih terang dari lampu L3 karena arus berkurang setiap melewati resistor. Prakonsepsi siswa pada nomor 2 dapat dilihat pada tabel 4.1. Sejumlah 20 siswa (13,42%) termasuk subjek 1 dan subjek 4 memiliki pemahaman konsep awal salah. Sedangkan siswa denga prakonsepsi benar berjumlah 10 siswa atau 6,71%.
Soal nomor 3 Soal nomor 3 disajikan rangkaian Gambar 4.6 lampu dan baterai yang digunakan tiap rangkaian identik.
A
L2
+
+
L1
B
Gambar 4.6 A. Rangkaian Seri dengan Resistor dan Lampu, B. Rangkaian Seri dengan Lampu commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pernyataan yang benar mengenai urutan lampu dari yang paling terang adalah lampu L2 lebih terang dari lampu L1 karena hambatan resistor akan mengurangi nilai arus total suatu rangkaian. Siswa dengan prakonsepsi yang salah beranggapan bahwa pada Gambar 4.6 Lampu L2 lebih terang dari lampu L1 karena arus berkurang setiap melewati hambatan resistor. Prakonsepsi siswa pada nomor 3 dapat dilihat pada Tabel 4.1. Siswa yang memiliki pemahaman konsep awal salah yaitu
40 siswa (26,85%)
termasuk subjek 2 dan subjek 5, sedangkan 42 siswa memiliki prakonsepsi benar (28,19%).
Soal nomor 18 Soal nomor 18 disajikan Gambar 4.7 dimana dua baterai (identik), dua lampu identik dan hambatan R yang nilai hambatannya dapat diubahubah. arus listrik yang lewat lampu L1 adalah Sama dengan arus yang lewat lampu L2. Nilai arus di seluruh titik dalam rangkaian seri sama. Siswa dengan prakonsepsi yang salah menjawab bahwa pada Gambar 4.7 besar arus listrik yang lewat lampu L1 lebih besar dari pada arus yang lewat lampu L2 . siswa beranggapan Tidak ada hambatan R yang mengurangi nilai arus lampu L1. Prakonsepsi siswa pada nomor 18 yang memiliki pemahaman konsep awal salah yaitu 50 siswa (33,56%) sedangkan 10 siswa (6,71%) memiliki prakonsepsi benar. Subjek 1, subjek 2, subjek 3 dan subjek 6 yang diwawancara juga menyatakan kesalahan prakonsepsi pada nomor 18.
Soal nomor 19 Soal nomor 19 disajikan rangkaian Gambar 4.7 rangkaian seri dengan dua baterai(identik), dua lampu identik dan hambatan R yang nilai hambatannya dapat diubah-ubah. Jika hambatan R berkurang maka hambatan total pada rangkaian juga berkurang jadi arus diseluruh titik pada rangkaian akan bertambah. Pada rangkaian seri arus yang mengalir tetap jika hambatan totalnya tetap. commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
R
L2
+
L1
Gambar 4.7 Rangkaian Seri dengan Hambatan Berubah-ubah Siswa dengan kesalahan prakonsepsi menjawab bahwa pada Gambar 4.7 jika hambatan R berkurang, maka arus yang lewat lampu L1 tetap karena Hambatan R terletak setelah lampu L1, sehingga tidak mempengaruhi arus lampu L1. Dari jawaban tersebut dapat dilihat bahwa siswa menganggap besar arus yang ada pada lampu L1 tidak terpengaruh oleh perubahan besar hambatan. Prakonsepsi siswa pada nomor soal 19 yang memiliki pemahaman konsep awal salah yaitu 70 siswa (46,98% ) termasuk subjek 1, subjek 2, subjek 3 dan subjek 6 dan 32 siswa (21,48%) memiliki prakonsepsi yang benar.
Soal nomor 20 Soal nomor 20 disajikan rangkaian Gambar 4.7 dimana dua baterai (identik), dua lampu identik dan hambatan R yang nilai hambatannya dapat diubah-ubah. Jika hambatan R berkurang, maka arus yang lewat lampu L2 bertambah karena hambatan total dalam rangkaian berkurang. Siswa dengan kesalahan prakonsepsi menjawab bahwa pada rangkaian Gambar 4.7 jika hambatan R berkurang, maka arus yang lewat lampu L2 bertambah karena hambatan R terletak sebelum lampu L2, sehingga berpengaruh terhadap nilai arus lampu L2. Prakonsepsi siswa dapat dilihat pada Tabel 4.1. Prakonsepsi siswa pada nomor 20, sebanyak 30 siswa (20,13%) termasuk subjek 1 dan subjek 6 mengalami konsep awal salah. Sedangkan prakonsepsi siswa benar yaitu 33 commit to user siswa atau 22,15%.
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Soal nomor 21 Soal nomor 21 disajikan rangkaian Gambar 4.7 dua baterai (identik), dua lampu identik dan hambatan R yang nilai hambatannya dapat diubahubah. Jika hambatan R bertambah, maka arus yang lewat lampu L1 berkurang karena hambatan total pada rangkaian bertambah. Arus pada hambatan yang dirangkai seri sama di semua titik. Siswa dengan kesalahan prakonsepsi menjawab bahwa pada Gambar 4.7 jika hambatan R bertambah, maka arus yang lewat lampu L1 tetap karena Perubahan nilai hambatan R tidak berpengaruh terhadap nilai arus lampu L1. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa menganggap arus pada rangkaian seri akan berkurang setiap melewati hambatan. Prakonsepsi siswa pada nomor 21 yang memiliki pemahaman konsep awal salah yaitu 46 siswa (30,87%) dan 8 siswa (5,37%) prakonsepsinya benar. Subjek 3 dan subjek 6 yang diwawancarai juga mengalami kesalahan prakonsepsi.
Soal nomor 22 Soal pada nomor 22 disajikan rangkaian Gambar 4.7 Jika hambatan R bertambah, maka arus yang lewat lampu L2 berkurang. Besarnya arus yang mengalir pada suatu rangkaian seri dipengaruhi oleh besar hambatan total rangkaian tersebut. Siswa dengan kesalahan prakonsepsi beranggapan bahwa pada Gambar 4.7 jika hambatan R bertambah maka arus yang lewat lampu L2 berkurang karena hambatan R terletak sebelum lampu L2, sehingga berpengaruh terhadap nilai arus lampu L2 bukan karena hambatan total dalam rangkaian bertambah. Prakonsepsi siswa pada nomor 22 yang memiliki kesalahan prakonsepsi yaitu 57 siswa (38,36%) termasuk subjek 1, subjek 2 dan subjek 6, sedangkan 10 siswa (6,71%) sudah memiliki prakonsepsi yang benar. Prakonsepsi siswa pada nomor 22 dapat dilihat pada Tabel 4.1. commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Soal nomor 30 Soal nomor 30 disajikan ada tiga buah resistor identik yang disusun seri dalam sebuah rangkaian tertutup yaitu 2 Ω, 3 Ω, dan 4 Ω. Jika arus yang melewati hambatan 2 Ω adalah 5 A, maka arus yang melewati resistor 3 Ω dan 4 Ω adalah 5 A. Arus diseluruh titik dalam rangkaian seri sama. Siswa dengan prakonsepsi salah menjawab bahwa arus yang melewati resistor 3 Ω adalah 3,33 A dan arus pada hambatan 4 Ω adalah 2,5 A. siswa beranggapan nilai arus setelah melewati hambatan (R1 dan R2) akan semakin berkurang. Prakonsepsi siswa pada nomor 30 yang memiliki pemahaman konsep awal salah yaitu
34
siswa (22,82%) termasuk subjek 2 dan subjek 4,
sedangkan 35 siswa (23,49%) memiliki prakonsepsi yang benar. Prakonsepsi siswa pada nomor 30 dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Prakonsepsi 3 Soal nomor 9 Soal nomor 9 disajikan rangkaian Gambar 4.10 jika saklar S1 dibuka maka arus listrik dalam lampu L1 tetap. Gambar 4.10 merupakan rangkaian paralel di mana beda potensialnya tetap. Beda potensial pada lampu L1 tidak berubah maka arus listrik dalam lampu L1 tetap. Siswa dengan prakonsepsi yang salah beranggapan bahwa pada Gambar 4.10
jika saklar S1 dibuka maka arus listrik dalam lampu L1
bertambah karena beda potensial yang semula menuju lampu L2 dialihkan ke lampu L1. Prakonsepsi siswa pada nomor
9 yang memiliki pemahaman
konsep awal salah yaitu 50 siswa (33,56%) termasuk subjek 1, subjek 2, subjek 3 dan subjek 6. Sedangkan 27 siswa (18,12%) sudah memiliki prakonsepsi yang benar.
Soal nomor 12 Soal nomor 12 disajikan rangkaian Gambar 4.11 dua buah lampu (identik) dihubungkan secara paralel kemudian dihubungkan oleh sebuah to user hambatan R. sumber tegangancommit (baterai) yang digunakan ideal (tegangan tiap
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
baterai tetap bagaimanapun besar arus listrik). Mula-mula kedua lampu menyala. Jika saklar S2 dibuka, maka arus listrik dalam lampu L1 bertambah dikarenakan bertambahnya beda potensial pada lampu L1. Hambatan total pada rangkaian bertambah maka arus total berkurang. Hal tersebut menyebabkan beda potensial pada resistor berkurang sehingga beda potensial didalam lampu bertambah. Siswa dengan kesalahan prakonsepsi menjawab bahwa pada Gambar 4.11 jika saklar S2 dibuka, maka arus listrik dalam lampu L1 bertambah karena arus yang semula melewati lampu L2 dialihkan ke lampu L1. Siswa beranggapan arus listrik pada rangkaian terbuka dialihkan ke rangkaian tertutup. Prakonsepsi siswa pada nomor soal 12 yang memiliki pemahaman konsep awal salah yaitu 67 siswa (44,97%) termasuk subjek 1, subjek 2, subjek 3 dan subjek 6, sedangkan 13 siswa (44,97%) memiliki prakonsepsi yang benar.
Soal nomor 15 Soal nomor 15 disajikan rangkaian Gambar 4.8 lampu dan baterai yang digunakan tiap rangkaian identik.
L2
L1
+
+
L3
rangkaian A
rangkaian B
Gambar 4.8 Rangkaian Hambatan Paralel Pernyataan yang benar dari Gambar 4.8 yaitu lampu L1, L2 dan L3 sama terang, karena beda potensial lampu L1, L2 dan L3 sama besar. Pada rangkaian B merupakan rangkaian paralel. Beda potensial pada rangkaian paralel tetap maka beda potensial pada rangkaian B sama dengan rangkaian A.
commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Siswa menjawab dengan konsep awal yang salah yaitu lampu L1 pada rangkaian A paling terang. Siswa beranggapan semakin banyak lampu dalam rangkaian, maka lampu tersebut semakin redup. Arus yang lewat lampu L1 pada rangkaian A sama dengan arus yang lewat lampu L2 dan L3 pada rangkaian B. Prakonsepsi siswa pada nomor 15 yang memiliki konsep awal salah yaitu berjumlah 129 siswa atau 86,58% siswa mengalami kesalahan konsep, termasuk 6 subjek yang diwawancarai. Sedangkan siswa yang menjawab dengan konsep benar yaitu 6 siswa atau 4,03% siswa. Prakonsepsi siswa dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Soal nomor 16 Soal nomor 16 disajikan rangkaia Gambar 4.9 baterai dengan hambatan dalam diabaikan, dihubungkan dengan lampu L1 dan L2 yang identik. D
S3
E
F
B
C
L1 A
S4
+
L2
Gambar 4.9
Rangkaian Paralel dengan Hambatan Lampu dan Resistor
Gambar 4.9 jika saklar S3 dilepas maka tidak ada beda potensial antara titik E dan F, hambatan total pada rangkaian berkurang sehingga beda potensial antara titik D dan E bertambah. Prakonsepsi siswa menyatakan bahwa jika saklar S3 dilepas maka beda potensial dititik D dan E menjadi nol karena tidak ada arus yang mengalir antara titik D dan E. Prakonsepsi siswa soal nomor 16 dapat dilihat dalam Tabel 4.1, prakonsepsi siswa yang salah berjumlah 103 siswa atau 69,13%, seperti yang dialami subjek 4, subjek 5 dan commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
subjek 6. Sedangkan prakonsepsi siswa yang benar berjumlah 11 siswa atau 7,38%.
Soal nomor 17 Soal nomor 17 disajikan rangkaian seperti pada Gambar 4.9 jika S4 dibuka beda potensial dititik B dan C tidak ada sehingga beda potensial dititik A dan B akan bertambah karena hambatan total pada rangkaian berkurang. Siswa dengan kesalahan prakonsepsi menjawab bahwa pada Gambar 4.9 jika saklar S4 dibuka maka beda potensial antara titik A dan B menjadi nol karena tidak ada arus yang mengalir antara titik A dan B. Prakonsepsi siswa pada nomor soal 17 dapat dilihat pada Tabel 4.1. Prakonsepsi siswa yang memiliki pemahaman salah yaitu 97 siswa (65,10 % ) dan yang menjawab dengan konsep yang benar yaitu 3 siswa (2,01%). Subjek 1, subjek 2, subjek 5 dan subjek 6 yang diwawancarai juga mengalami kesalahan prakonsepsi.
Prakonsepsi 4 Soal nomor 6 Soal nomor 6 disajikan rangkaian Gambar 4.2 terdiri dari dua buah baterai (identik) yang dipasang paralel dihubungkan dengan sebuah lampu L. Kedua baterai tersebut ideal artinya tegangan dalam tiap baterai tetap bagaimanapun besar arus listrik. Lampu mula-mula menyala dengan baterai 1. Jika saklar S1 ditutup, maka beda potensial lampu berkurang. Berkurangnya beda potensial dikarenakan hambatan dalam lampu bertambah. Siswa menjawab bahwa pada Gambar 4.2 jika saklar S1 ditutup, maka beda potensial lampu bertambah. Siswa beranggapan bahwa arus yang lewat lampu bertambah besar. Prakonsepsi siswa pada nomor 6, sejumlah 21 siswa (14,09%) termasuk subjek 4 dan subjek 5 memiliki pemahaman konsep awal salah. Sedangkan siswa dengan prakonsepsi benar yaitu 19 siswa atau 12,75%. commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Soal nomor 10 Soal nomor 10 disajikan rangkaian Gambar 4.10 Sumber tegangan (baterai) ideal disambung dengan dua lampu yang sama (identik) L1 dan L2. Mula-mula kedua lampu menyala.
L2 S1
M
N L1 P +
O
Gambar 4.10 Rangakaian Hambatan Paralel dengan Sakelar Jika saklar S1 dibuka, maka beda potensial antara titik M dan N tetap. Pada Gambar 4.10 ketika saklar S1 terbuka maka arus tidak dapat melewati lampu L2. Prakonsepsi siswa beranggapan bahwa Jika saklar S1 dibuka, maka beda potensial antara titik M dan N nol karena tidak ada beda potensial pada rangkaian terbuka. Prakonsepsi siswa pada soal tes nomor 10 dapat dilihat pada Tabel 4.1, sebanyak 126 ( 84,56% ) siswa menunjukkan kesalahan prakonsepsi. Lima dari enam subjek penelitian (subjek 1, subjek 2, subjek 3, subjek 4 dan subjek 6) yang diwawancarai juga mengalami kesalahan konsep. Sedangkan 8 (5,37% ) siswa dapat menjawab dengan konsep yang benar.
Soal nomor 11 Soal nomor 11 disajikan rangkaian Gambar 4.10 Jika saklar S1 dibuka, maka beda potensial antara titik O dan P tetap. Beda potensial pada rangkaian paralel tetap.
Siswa dengan kesalahan prakonsepsi menjawab
bahwa pada Gambar 4.10 jika saklar S1 dibuka maka maka beda potensial antara titik O dan P bertambah karena beda potensial yang semula menuju lampu L2 dialihkan ke lampu L1. Prakonsepsi siswa pada nomor soal 11 yang commit to user memiliki kesalahan prakonsepsi yaitu 69 siswa (46,31%) termasuk subjek 1,
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
subjek 2, subjek 3, subjek 4, subjek 5 dan subjek 6, sedangkan 33 siswa (22,15%) memiliki pemahaman konsep yang benar.
Soal nomor 13 Soal nomor 13 disajikan rangkaian seperti pada Gambar 4.11 dua buah lampu (identik) dihubungkan secara paralel kemudian dihubungkan oleh sebuah hambatan R. sumber tegangan (baterai) yang digunakan ideal (tegangan tiap baterai tetap bagaimanapun besar arus listrik). L2 S2
M
N L1 P R
+
O
Gambar 4.11 Rangkaian Paralel dengan Hambatan Jika saklar S2 dibuka, beda potensial di titik O dan P bertambah sehingga beda potensial di titik M dan N bertambah. Siswa dengan kesalahan prakonsepsi menjawab bahwa jika saklar S2 pada Gambar 4.11 dibuka, maka beda potensial antara titik M dan N adalah 0 karena tidak ada beda potensial pada rangkaian terbuka. Prakonsepsi siswa pada soal nomor 13 dapat dilihat pada Tabel 4.1. Prakonsepsi siswa sebanyak 95 siswa (63,76%) termasuk subjek 1, subjek 4, subjek 5 dan subjek 6 mengalami kesalahan prakonsepsi. Siswa yang prakonsepsinya benar yaitu 7 siswa (4,70%).
Soal nomor 14 Soal nomor 14 disajikan Gambar 4.11 jika saklar S2 dibuka maka beda potensial dalam hambatan resistor berkurang sehingga beda potensial pada titik O dan P bertambah. Prakonsepsi siswa yang salah beranggapan commit to user bahwa pada Gambar 4.11 jika saklar S2 dibuka, maka beda potensial antara
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
titik O dan P bertambah karena arus yang semula melewati lampu L2 dialihkan ke lampu L1. Prakonsepsi siswa pada nomor 14 yang memiliki pemahaman konsep awal salah yaitu 85 siswa (57,05%) dan 9 siswa (6,04%) menjawab dengan prakonsepsi benar, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1. Subjek 3, subjek 4, subjek 5 dan subjek 6 juga mengalami kesalahan prakonsepsi.
Prakonsepsi 5 Soal nomor 23 Soal nomor 23 disajikan Gambar 4.12
dengan rangkaian yang
bervariasi serta rangkaian tersusun atas batu baterai dan 3 lampu yang identik. I3=....A B I=1,2 A
I1=....A +
A
I2=....A
Gambar 4.12 Rangkaian Paralel dengan Beberapa Titik Percabangan. Besar arus I1, I2, dan I3 pada Gambar 4.12 adalah 0,4 A. Gambar 4.12 merupakan rangkaian paralel maka beda potensial lampu L1 , L2 dan L3 sama besar sehingga besar arusnya sama besar. Siswa yang memiliki kesalahan prakonsepsi beranggapan bahwa pada Gambar 4.12 memiliki besar arus I1 adalah 0,6 A ; I2 dan I3 adalah 0,3 A karena arus terbagi menjadi dua bagian sama besar di titik percabangan A. Prakonsepsi siswa pada nomor 23 yang memiliki pemahaman konsep awal salah yaitu 36 siswa (24,16%) termasuk subjek 2 dan subjek 6 yang diwawancara. Sedangkan 51 siswa (34,23%) memiliki prakonsepsi benar.
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Soal nomor 24 Soal nomor 24 disajikan rangkaian Gambar 4.13
lampu yang
digunakan identik dan baterai ideal (beda potensial baterai dianggap tetap bagaimanapun besar arus). Pernyataan yang benar dari Gambar 4.13 yaitu nilai arus pada lampu L1, L4 dan L5 sama besar. Lampu L1, L4 dan L5 merupakan rangkaian paralel, beda potensialnya sama besar. 1
2
3
L2 +
L1
L4
L5
L3
Gambar 4.13 Rangkain Gabungan Seri dan Paralel Jawaban siswa yang mengalami kesalahan prakonsepsi yaitu pada Gambar 4.13 nilai arus lampu L4 atau nilai arus lampu L5 adalah setengah dari nilai arus lampu L1 karena arus total terbagi dalam 3 titik (titik 1,2 dan 3) dengan nilai yang sama. Prakonsepsi siswa pada nomor 24 yang mengalami kesalahan prakonsepsi yaitu
46
siswa (30,87%) termasuk subjek 1,
sedangkan 14 siswa (9,40%) prakonsepsinya benar.
Soal nomor 25 Soal nomor 25 disajikan rangkaian Gambar 4.14 yang mengalami hubungan singkat pada lampu L2. lampu yang digunakan identik dan baterai ideal, maka pernyataan yang benar yaitu lampu L1 menyala sedangkan lampu L2 mati.
commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
L1
L2
+
Gambar 4.14 Rangkaian Hubungan Singkat Siswa dengan kesalahan prakonsepsi menjawab bahwa pada Gambar 4.14 lampu L1 dan L2 menyala sama terang. Siswa menganggap bahwa lampu L1 dan L2 dipasang
paralel sehingga beda potensial tiap lampu sama.
Prakonsepsi siswa pada nomor 25 dapat dilihat pada Tabel 4.1. Siswa yang memiliki pemahaman konsep awal salah yaitu 58 siswa (38,93%) termasuk subjek 1, subjek 4 dan subjek 5, sedangkan 19 siswa (12,75%) memiliki prakonsepsi benar.
Prakonsepsi 6 Soal nomor 26 Soal nomor 26 disajikan muatan yang mengalir melalui penampang kawat penghantar dengan kuat arus listrik 2 ampere selama 15 menit. Jumlah muatan yang mengalir pada kawat tersebut yaitu 1800 coulomb. Besar arus pada kawat penghantar sebanding dengan muatan dan berbanding terbalik dengan waktu seperti pada persamaan 2. Siswa dengan kesalahan prakonsepsi menjawab jumlah muatan yang mengalir melalui penampang kawat penghantar dengan kuat arus listrik 2 ampere selama 15 menit adalah 30 coulomb dan menganggap besar arus pada kawat penghantar sebanding dengan muatan dan waktu. Prakonsepsi siswa pada nomor 26 dapat dilihat pada Tabel 4.1, sejumlah 11 siswa (7,38%) termasuk subjek 1 dan subjek 2 memiliki konsep awal salah, sedangkan 58 siswa (38,93%) memiliki prakonsepsi benar. commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Prakonsepsi 7 Soal nomor 27 Soal nomor 27 disajikan sebuah hambatan 150 ohm dipasang pada beda potensial 6 volt. Kuat arus yang mengalir adalah 40 mA. Hukum Ohm menyatakan hubungan kuat arus listrik dengan beda potensial dan dinyatakan dalam persamaan 6. Dimana beda potensial sebanding dengan arus dan hambatan, sedangkan arus berbanding terbalik dengan hambatan. Siswa yang mengalami kesalahan prakonsepsi menjawab kuat arus pada hambatan tersebut adalah 25 mA. Siswa beranggapan bahwa tegangan sebanding dengan hambatan dan berbanding terbalik dengan arus. Prakonsepsi siswa pada nomor 27 yang memiliki pemahaman konsep awal salah yaitu 34 siswa (22,82%) termasuk subjek 5 yang diwawancarai. Sedangkan 36 siswa (24,16%) prakonsepsinya benar. Prakonsepsi siswa pada nomor 27 dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Soal nomor 28 Soal nomor 28 menyajikan garfik hubungan tegangan dan arus listrik seperti pada Gambar 4.15. Pada grafik Gambar 4.15 dapat dilihat bahwa besar tegangan 100 volt dan arus listrik 0,5 ampere, jadi besar hambatan penghantar yaitu 200 ohm. Grafik tersebut menggambarkan bahwa tegangan sebanding dengan arus dan hambatan namun arus berbanding terbalik dengan hambatan. Seperti yang digambarkan pada hukum Ohm V=I.R
10 0
V (volt)
I (amper) O
0,5
Gambar 4.15 Grafik Hubungan Tegangan dan Arus Listrik commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Siswa dengan kesalahan prakonsepsi menjawab bahwa hambatan pada grafik Gambar 4.15 adalah 50 ohm. Siswa beranggapan bahwa besar hambatan sebanding dengan tegangan dan arus listrik. Prakonsepsi pada nomor 28, sejumlah 15 siswa (10,07%) termasuk subjek 5 memiliki pemahaman konsep awal salah. Sedangkan siswa dengan prakonsepsi benar yaitu berjumlah 56 siswa (37,58%).
Soal nomor 32 Soal nomor 32 terdapat tiga hambatan dirangkai seri seperti pada Gambar 4.16. Masing-masing 1Ω, 4Ω, dan 6Ω dirangkai dengan batere 6 volt yang hambatan dalamnya 1Ω. Kuat arus didalam
rangkaian seri sama
disemua titik. Kuat arus total berbanding terbalik dengan hambatan total dan berbanding lurus dengan beda potensial. Kuat arus pada rangkaian Gambar 4.16 adalah 0,5 A. Siswa dengan kesalahan prakonsepsi menjawab kuat arus pada Gambar 4.16 adalah 0,545. Siswa beranggapan bahwa hambatan dalam dalam batu baterai tidak ada atau tidak diperhitungkan. Prakonsepsi siswa pada nomor 32 dapat dilihat pada Tabel 4.1, sejumlah 11 siswa (7,38%) termasuk subjek 4 memiliki pemahaman yang salah dan 45 siswa (30,20%) memiliki prakonsepsi benar.
Soal nomor 33 Soal nomor 33 disajikan rangkaian Gambar 4.16 hambatan dirangkai seri, masing-masing 1Ω, 4Ω, dan 6Ω dirangkai dengan baterai 6 volt yang hambatan dalamnya 1Ω. c
b
a R1
d R3
R2
+
r
commit to user Gambar 4.16 Rangkaian Seri dengan 3 Hambatan
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Beda potensial pada Vab adalah 0,5 volt. Beda potensial pada masing-masing hambatan sama dengan tegangan jepit. Arus pada hambatan yang dirangkaian seri tetap. Siswa dengan kesalahan prakonsepsi menjawab bahwa beda potensial Vab pada rangkaian Gambar 4.16 adalah 6 volt. Siswa beranggapan bahwa beda potensial tiap-tiap hambatan sama atau tetap. Prakonsepsi siswa pada nomor 33 dapat dilihat pada Tabel 4.1, sejumlah 26 siswa (17,45%) termasuk subjek 2 memiliki konsep awal salah sedangkan 27 siswa (18,12%) memiliki prakonsepsi benar.
Prakonsepsi 8 Soal nomor 31 Soal nomor 31 disajikan tiga buah resistor identik 3Ω. nilai hambatan ekivalen Rek jika ketiga hambatan disusun seri adalah 9 Ω dan jika ketiga hambatan disusun paralel adalah 1Ω. Ketika hambatan disusun seri maka besar hambatan totalnya dirumuskan: Rek seri =R1 +R2+R3 Dan jika hambatan disusun paralel maka besar hambatan totalnya dirumuskan: 1 𝑅𝑒𝑘 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙
=
1 1 1 + + R1 R2 R3
Siswa dengan kesalahan prakonsepsi menjawab bahwa jika terdapat tiga buah resistor identik 3Ω, maka nilai hambatan ekivalen Rek, jika ketiga hambatan disusun seri = 1 Ω dan R disusun paralel = 9Ω karena 1 𝑅𝑒𝑘 𝑠𝑒𝑟𝑖
1
1
1
=R +R +R 1
2
3
dan Rek paralel =R1 +R1 +R1. Siswa menganggap bahwa
hambatan total pada rangkaian paralel merupakan jumlah hambatan pada rangkaian. Prakonsepsi siswa pada nomor 31, sejumlah 3 siswa (2,01%) termasuk oleh subjek 6 memiliki konsep awal salah dan 68 siswa (45,64%) memiliki prakonsepsi benar.
commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Prakonsepsi 9 Soal nomor 29 Soal nomor 29 disajikan rangkaian arus masuk dan keluar dari titik percabangan seperti pada Gambar 4.17.
I2
I3 I4
o I1 I5
Gambar 4.17 Rangkaian Arus Masuk dan Arus Keluar Lima buah percabangan berarus listrik, seperti Gambar 4.17, percabangan berarus listrik masuk yaitu I1 = 10 ampere, I2 = 5 ampere. Sedangkan percabangan berarus listrik keluar yaitu I3 = 5 ampere, I4 = 7 ampere. Jadi besar I5 adalah 3 ampere keluar dari titik percabangan. Mengetahui besar I5 menggunakan Hukum Khircoff dimana pada setiap titik percabangan jumlah arus yang masuk melalui titik tersebut sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik tersebut. Dirumuskan sebagai berikut: 𝐼𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 =
𝐼𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
Siswa yang mengalami kesalahan prakonsepsi menjawab bahwa besar arus I5 pada Gambar 4.17 adalah 17 ampere. Siswa menganggap bahwa arus I5 keluar dari titik O dan besar arus I5 adalah jumlah arus I1, I2, I3 dan I4. Prakonsepsi siswa pada nomor 29, sejumlah 11 siswa (7,38%) termasuk subjek 2 memiliki konsep awal salah dan 75 siswa (50,34%) memiliki prakonsepsi benar.
commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Prakonsepsi 10 Soal nomor 34 Pada soal nomor 34 disajikan sebuah kumparan memiliki hambatan 1000Ω dialiri arus sebesar 2A selama 10 menit. Besar energi pada kumparan tersebut adalah 2,4 x 106 J. Energi listrik berbanding lurus dengan tegangan, kuat arus, dan waktu listrik mengalir. Energi listrik akan makin besar, jika tegangan dan kuat arus makin besar serta selang waktu semakin lama. Energi dirumuskan sebagai berikut: 𝑊 =𝑉×𝐼×𝑡 Siswa dengan kesalahan prakonsepsi menjawab energi yang dipakai pada komponen sebuah kumparan 0,002 x 106 J, dan menganggap bahwa besar energi listrik sebanding dengan tegangan dan waktu, serta energi listrik berbanding terbalik dengan arus listrik. Prakonsepsi siswa pada soal nomor 34, sejumlah 23 siswa (15,44%) termasuk subjek 5 memiliki pemahaman konsep awal salah. Sedangkan 14 siswa (9,40%) memiliki prakonsepsi yang benar.
Soal nomor 35 Soal nomor 35 disajikan sebuah alat listrik memiliki hambatan 25 Ω ketika dialiri arus selama 10 menit menyerap energi sebesar 60 kilo Joule. Besar arus yang mengalir adalah 2 ampere. Energi listrik berbanding lurus dengan tegangan, kuat arus, dan waktu listrik mengalir. Energi listrik akan makin besar, jika tegangan dan kuat arus makin besar serta selang waktu semakin lama. Energi dirumuskan sebagai berikut: 𝑊 =𝑉×𝐼×𝑡 Siswa dengan kesalahan prakonsepsi menjawab bahwa besar arus yang mengalir pada alat listrik yang memiliki hambatan 25 Ω ketika dialiri arus selama 10 menit menyerap energi sebesar 60 kilo Joule adalah 4 ampere. Siswa menganggap bahwa besar energi listrik sebanding dengan tegangan dan waktu, serta energi listrik berbanding terbalik dengan arus listrik. Prakonsepsi commit to user siswa pada nomor 35, sejumlah 9 siswa (6,04%) termasuk subjek 3
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengalami konsep awal salah dan 5 siswa (3,36%) memiliki prakonsepsi benar.
Soal nomor 36 Soal nomor 36 disajikan lampu 6 ohm dihubungkan pada akumulator 12 volt ternyata menyala normal. Daya pada lampu tersebut adalah 24 Whatt. Daya sebanding dengan tegangan kuadrat dan berbanding terbalik dengan hambatan. Maka dapat dirumuskan persamaan 31 dan tinjau persamaan 28 dan 6 yaitu persamaan energi dan hukum Ohm. Sehingga diperoleh persamaan Daya: 𝑉2 𝑃= 𝑅 Siswa dengan kesalahan konsep menjawab bahwa besar daya pada lampu 6 ohm yang dihubungkan dengan akumulator 12 volt adalah 72 Watt dengan menganggap daya sebanding dengan hambatan. Prakonsepsi siswa pada nomor 36 yang memiliki kesalahan prakonsepsi yaitu 59 siswa (39,60%) termasuk subjek 2, subjek 5 dan subjek 6, sedangkan 56 siswa (37,58%) memiliki prakonsepsi benar.
Soal nomor 37 Soal nomor 37 disajikan hambatan 50 Ω dihubungkan pada baterai 12 V. besar daya pada hambatan tersebut adalah 2,88 Watt. Daya listrik adalah jumlah energi listrik yang digunakan tiap detik. Jadi daya berbanding lurus dengan tegangan kuadrat dan berbanding terbalik dengan hambatan. Semakin besar tegangan maka dayanya semakin besar. Semakin besar hambatan maka semakin kecil daya yang digunakan. Lihat persamaan 28 tentang energi, subtitusi persamaan 31. Sehinnga Daya dirumuskan sebagai berikut. 𝑃 = 𝑉𝐼 𝑃 = 𝐼2 𝑅 commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
𝑃=
𝑉2 𝑅
Siswa dengan kesalahan prakonsepsi menjawab besar daya adalah 7200 Watt. Siswa menganggap bahwa besar daya sebanding dengan hambatan. Prakonsepsi siswa pada nomor soal 37 yang memiliki pemahaman konsep awal salah yaitu 77 siswa (51,68%) termasuk subjek 2, subjek 4, subjek 5 dan subjek 6 yang diwawancarai. Sedangkan 50 siswa (33,56%) memiliki prakonsepsi yang benar.
Soal nomor 38 Soal nomor 38 disajikan sebuah lampu memiliki spesifikasi 100W/220V. besar hambatan pada lampu tersebut adalah 484 Ω. Daya listrik adalah jumlah energi listrik yang digunakan tiap detik. Semakin besar energi listrik yang digunakan maka daya listrik akan semakin besar, semakin besar tegangan semakin besar pula daya listriknya, dan semakin besar hambatan maka daya listrik semakin kecil. Maka dapat dirumuskan persamaan 31 dan tinjau persamaan 28 dan 6 yaitu persamaan energi dan hukum Ohm. Sehingga diperoleh persamaan Daya: 𝑉2 𝑃= 𝑅 Siswa dengan kesalahan prakonsepsi menjawab hambatan lampu yang memiliki spesifikasi 100 W/220 V adalah 484 Ω dengan alasan daya sebanding dengan tegangan. Prakonsepsi siswa pada nomor 38, sejumlah 2 siswa (1,34%) termasuk subjek 1 memiliki konsep awal salah dan 79 siswa (53,02%) memiliki prakonsepsi benar.
Soal nomor 39 Soal nomor 39 disajikan setrika listrik 350 Watt/220 Volt dipakai selama 4 jam. Daya listrik adalah jumlah energi listrik yang digunakan tiap detik seperti pada persamaan 2.31. Besar daya yang digunakan adalah 1,4 kWh. Siswa dengan kesalahan prakonsepsi commit to user mengungkapkan bahwa besar
perpustakaan.uns.ac.id
67 digilib.uns.ac.id
energi listrik sebanding dengan daya listrik dan berbanding terbalik dengan waktu. Siswa tersebut menjawab besarnya daya listrik pada setrika adalah 87,5 kWh. Prakonsepsi siswa pada nomor 39 yang memiliki pemahaman konsep awal salah yaitu 33 siswa (22,15%) , termasuk subjek 2, subjek 3, subjek 4 dan subjek 6. Sedangkan jumlah prakonsepsi siswa benar yaitu 55 siswa atau 36,91%.
Soal nomor 40 Soal nomor 40 disajikan tiga buah lampu masing-masing 36 W/12 V, 24 W/ 12 V dan 12 W/ 12 V disusun paralel kemudian dihubungkan ke baterai 12 volt. Pada lampu yang tersusun paralel, maka lampu menyala normal karena tegangan pada rangkaian paralel sama. Besarnya daya pada rangkaian paralel merupakan jumlah semua daya yang digunakan pada rangkaian tersebut. Jadi Daya total pada rangkaian tersebut adalah 72 W. Siswa dengan kesalahan prakonsepsi menganggap bahwa lampu tersusun paralel maka lampu menyala semakin redup. Siswa menjawab bahwa daya pada seluruh lampu adalah 24 W. Prakonsepsi siswa pada nomor 40, sejumlah 4 siswa (2,68%) termasuk subjek 3 dan subjek 4 memiliki konsep awal salah. Sedangkan 71 siswa (47,5%) memiliki prakonsep yang benar.
Dari grafik rata-rata prosentase tiap indikator terhadap tipe prakonsepsi siswa kelas X SMA Negeri I Bulu Sukoharjo dapat dilihat bahwa rata-rata prakonsepsi siswa pada tipe prakonsepsi 1 yaitu tentang konsep sumber tegangan meliputi siswa yang tidak memahami 26,217 %, siswa dengan konsep awal salah 61,58% dan prakonsepsi benar 12,25 %. Tipe prakonsepsi 2 yaitu tentang konsep besar arus listrik pada rangkaian seri meliputi siswa yang tidak memahami 53,24%, siswa dengan prakonsepsi salah 25,58% dan dengan prakonsepsi benar 18,87%. Tipe prakonsepsi 3 yaitu tentang konsep besar arus listrik pada rangkaian paralel meliputi siswa yang tidak memahami 32,64%, siswa dengan prakonsepsi commit benar to user8,05%. Tipe prakonsepsi 4 yaitu salah 59,87% dan dengan prakonsepsi
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tentang konsep besar beda potensial meliputi siswa yang tidak memahami 36,64%, siswa dengan prakonsepsi salah 53,15% dan dengan prakonsepsi benar 10,20%. Tipe prakonsepsi 5 yaitu tentang konsepsi bentuk rangkaian meliputi siswa yang tidak memahami 37,14%, siswa dengan prakonsepsi salah 31,32% dan dengan prakonsepsi benar 18,79%. Tipe prakonsepsi 6 yaitu tentang konsep besar arus listrik pada kawat penghantar meliputi siswa yang tidak memahami 53,69%, siswa dengan prakonsepsi salah 7,38% dan dengan prakonsepsi benar 38,93%. Tipe prakonsepsi 7 yaitu tentang konsep hukum ohm meliputi siswa yang tidak memahami 58,05%, siswa dengan prakonsepsi salah 14,43% dan dengan prakonsepsi benar 27,52%. Tipe prakonsepsi 8 yaitu tentang konsep hambatan listrik meliputi siswa yang tidak memahami 52,35%, siswa dengan prakonsepsi salah 2,01% dan dengan prakonsepsi benar 45,64%. Tipe prakonsepsi 9 yaitu tentang konsep hukum khirchoff I meliputi siswa yang tidak memahami 42,28%, siswa dengan prakonsepsi salah 7,38% dan dengan prakonsepsi benar 50,34%. Tipe prakonsepsi 10 yaitu tentang konsep daya dan energi listrik meliputi siswa yang tidak memahami 48,51%, siswa dengan prakonsepsi salah 19,85% dan dengan prakonsepsi benar 31,64%. Dari Gambar 4.1 grafik rata-rata prakonsepsi dapat dilihat bahwa siswa yang tidak memahami terkecil 26,17% pada konsep sumber tegangan listrik dan terbesar 58,05% pada konsep hukum Ohm. Siswa dengan kesalahan prakonsepsi terkecil 2,01% pada konsep hambatan listrik dan terbesar 61,58% pada konsep sumber tegangan listrik. Siswa dengan prakonsepsi benar terkecil 8,05% pada konsep arus listrik rangkaian paralel dan terbesar 50,34% pada konsep hukum Khirchoff I.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan Analisis data dan pembahasan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa prakonsepsi Fisika siswa SMA Negeri I Bulu Sukoharjo kelas X pada materi Listrik Dinamis adalah sebagai berikut: 1. Rata-rata prosentase siswa yang memiliki prakonsepsi benar tertinggi 50,34%
pada prakonsepsi besar arus listrik rangkaian paralel. 2. Rata-rata prosentase siswa yang memiliki kesalahan prakonsepsi tertinggi
61,58% pada prakonsepsi sumber tegangan listrik. 3. Rata-rata prosentase siswa tang tidak memahami tertinggi adalah 58,05% pada
prakonsepsi Hukum Ohm. 4. Rata-rata prosentase kesalahan prakonsepsi siswa yang lebih dari 40 % adalah sebagai berikut: (1). Prakonsepsi sumber tegangan listrik. (2) Prakonsepsi besar
arus listrik pada rangkaian paralel. (3) Prakonsepsi besar beda potensial pada rangkaian listrik.
B. Implikasi Implikasi dari penelitian tentang prakonsepsi pada materi Listrik Dinamis adalah:
1. Prakonsepsi Listrik Dinamis dapat menyebabkan miskonsepsi karena materi Listrik Dinamis dapat dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari serta konsep yang pernah diajarkan dijenjang pendidikan sebelumnya memungkinkan memberikan konsep awal yang salah..
2. Memberikan gambaran tentang adanya prakonsepsi siswa pada materi Listrik Dinamis.
commit to user
69
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Guru mengetahui prakonsepsi siswa sebelum memberikan konsep baru, agar konsep yang diberikan tidak akan menimbulkan miskonsepsi. 2. Guru memberikan penekanan pada konsep yang benar agar konsep awal siswa yang salah dapat diubah atau dihapus menjadi konsep yang benar. 3. Guru dalam proses belajar mengajar dapat memberikan referensi buku-buku pelajaran yang baik. Buku tersebut dapat memberikan konsep yang benar kepada siswa sehingga tidak menimbulkan prakonsepsi siswa yang salah.
commit to user