PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN TRADISIONAL DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK USIA DINI HAPIDIN1-YENINA2 Jln. Rawamangun Muka Raya, 13220, Jakarta Timur Email:
[email protected]
Abstract: The purpose of this research is to develop the various types of traditional play into traditional educational play in early childhood education institutions. This development model is expected to build the character of young children. This research used the method of development model which is conducted through two stages of testing models. The first trial is conducted in PAUD Al-Muhajirin which involve 10 pupils. The second trial is conducted in PAUD Tunas Vignolia which involve 10 pupils. The reseach found that the effective implementation of traditional educational play model can develop the character of young children’s. This play model support integratively the whole aspect of young children’s development and build positive aspects of young children’s character. Key Word : Traditional play, character, educational traditional play
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan berbagai jenis permainan tradisional menjadi model permainan tradisional edukatif pada anak usia dini. Pengembangan model ini diharapkan dapat mengembangkan karakter anak usia dini. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan yang dilakukan melalui 2 tahap uji coba model. Uji coba model pertama dilakukan di lembaga PAUD Al-Muhajirin dengan jumlah murid 10. Uji coba model kedua dilakukan di lembaga PAUD Tunas Vignolia dan PAUD Aisyah dengan melibatkan murid berjumlah 20. Penelitian menemukan bahwa implementasi model permainan tradisional edukatif secara efektif dapat meningkatkan karakter anak usia dini. Melalui permainan tradisional edukatif akan membantu anak mengembangkan berbagai aspek perkembangan secara holistik dan terintegrasi serta terbangunnya berbagai karakter positif. Kata Kunci : Permainan tradisional, karakter, permainan tradisional edukatif
Karakter merupakan salah satu
individu,
keluarga,
bagian fundamental dalam proses
budaya
pendidikan pada berbagai jenis, jalur
keseluruhan. Sebagai entitas, karakter
dan jenjang. Karakter juga menjadi
menjadi
sentrum dalam pembangunan pada
pembangunan
setiap bangsa, tidak terkecuali bangsa
Indonesia
Indonesia. Karakter menjadi ciri yang
melalui berbagai pilar kehidupan
khas
berbangsa dan bernegara.
atau
spesifik
dan
entitas
dan
masyarakat,
bangsa
episentrum
yang
nasional harus
secara
dalam bangsa dibangun
201
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 10 Edisi 2, November 2016
Dalam Undang-Undang nomor 20
tahun
2003
tentang
Sistem
Tahun
2007
Pembangunan
tentang
Rencana
Nasional
Jangka
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas)
Panjang 2005-2025 yang menegaskan
telah dirumuskan fungsi dan tujuan
bahwa visi Pembangunan Nasional
pendidikan
harus
adalah terwujudnya karakter bangsa
digunakan dalam mengembangkan
yang tangguh, kompetitif, berakhlak
upaya pendidikan di Indonesia. Pada
mulia, dan bermoral berdasarkan
pasal
tersebut
Pancasila, yang dicirikan dengan
“pendidikan
watak dan perilaku manusia dan
nasional berfungsi mengembangkan
masyarakat Indonesia yang beriman
dan
serta
dan bertakwa kepada Tuhan Yang
peradaban bangsa yang bermartabat
Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
dalam
mencerdaskan
bertoleran, bergotong royong, berjiwa
kehidupan bangsa, bertujuan untuk
patriotik, berkembang dinamis dan
berkembangnya potensi peserta didik
berorientasi iptek. Dari Undang-
agar menjadi manusia yang beriman
Undang tersebut jelas sekali bahwa
dan bertakwa kepada Tuhan Yang
bangsa
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
karakter sebagai salah satu indikator
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
keberhasilan dalam pembangunan di
menjadi
yang
bidang pendidikan nasional, dan
demokratis serta bertanggung jawab”.
pendidikan karakter merupakan alat
3
nasional
yang
undang-undang
diungkapkan bahwa
membentuk
watak
rangka
warga
Arah
negara
tujuan
pendidikan
Indonesia
menjadikan
untuk mencapai tujuan tersebut.
nasional tersebut sangat jelas bahwa
Pembangunan karakter bangsa
pendidikan pada setiap jenis, satuan
(nation character building) hanya
dan
harus
dapat dicapai jika setiap satuan, jenis
pengembangkan
dan jenjang pendidikan memiliki
karakter dan peradaban bangsa yang
komitmen serta menjadi salah satu
bermartabat.
tujuan utama dari mulai pendidikan
jenjang
diarahkan
pendidikan
pada
Arah tujuan tersebut sejalan dengan Undang-Undang Nomor 17
202
anak
usia
diselenggarakan
dini,
baik
dalam
yang
keluarga,
Pengembangan Model Permainan . . Hapidin, Yenina
masyarakat
dan
lembaga
mementingkan prasyaratan akademik
persekolahan (pendidikan formal).
seperti itu dalam penerimaan murid
Dalam hal pembentukan karakter
baru.
sebagaimana amanah undang-undang
Distorsi layanan pendidikan
di atas, Pendidikan Anak Usia Dini
seperti itu pada akhirnya hanya
(PAUD) menjadi satuan pendidikan
menghasilkan siswa yang cerdas
yang fundamental dalam membangun
secara intelektual tetapi lemah dari
akar karakter pada anak sebagai calon
sudut karakter dan akhlak. Dampak
generasi muda dan warga masyarakat.
lebih lanjutnya adalah munculnya
Oleh karena itu sudah selayaknya
berbagai perilaku buruk yang muncul
berbagai
ketika
lembaga
PAUD
mereka
berada
pada
mengarahkan kurikulum dan proses
pendidikan lanjutan sampai pada
pembelajarannya pada pembangunan
tingkatan mahasiswa dan sebagai
karakter.
anggota masyarakat. Perilaku negatif
Dalam kondisi nyata, fokus
seperti
permusuhan,
tawuran,
penyelenggaraan pendidikan pada
pelecehan, dan bentuk lainnya yang
anak usia dini banyak yang bergeser
sejenis sudah menjadi informasi
ke arah pementingan penguasaan
faktual dalam berbagai berita, baik
akademik, khususnya pada bidang
yang
membaca, menulis dan berhitung.
mahasiswa
Banyak lembaga PAUD yang melupakan
jati
siswa
maupun
sekolah, kelompok
masyarakat.
sebagai
Permasalahan seperti ini sudah
pembangun pondasi karakter pada
tentu tidak boleh dibiarkan dan harus
anak usia dini. Mereka terjebak pada
mencari model untuk mengembalikan
kebutuhan sesaat dengan kebanggaan
fungsi hakiki dalam memberikan
menghasilkan anak yang sudah cakap
layanan PAUD. Sebagai salah satu
dalam
dan
bentuk solusi untuk mengembalikan
berhitung yang sekaligus memenuhi
fungsi hakiki dalam memberikan
hasrat orang tua (keluarga) dan para
layanan PAUD adalah melalui model
penyelenggara sekolah dasar yang
permainan tradisional yang sejatinya
membaca,
dirinya
dilakukan
menulis
203
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 10 Edisi 2, November 2016
menjadi bentuk kearifan lokal untuk
menyenangkan,
membangun berbagai karakter pada
kontekstual.
anak usia dini.
2. Mendeskripsikan
Permainan merupakan
tradisional
bentuk
ekspresi
usia dini.
apresiasi dari tradisi masyarakat
3. Menelaah
menciptakan
kegiatan
yang
situasi
serta
gembira
dan
menyenangkan. Melalui permainan tradisional,
setiap
masyarakat
dan
proses
pemerolehan karakter pada anak
dan
dalam
bermakna
efektivitas
pengembangan model permainan tradisional
dalam
membangun
karakter anak usia dini.
anggota
dapat
berkumpul,
METODE PENELITIAN
berinteraksi dan berekspresi, baik secara fisik, mental serta emosi. Permainan
Penelitian ini dilaksanakan dengam
menggunakan
metode
tradisional
pengembangan model yang dikenal
merupakan salah satu aset budaya
dengan research and development.
yang
mempunyai
ciri
khas
Metode ini dipilih sesuai dengan
bangsa
yang
sasaran dan tujuan akhir penelitian ini
diharapkan bisa membangun karakter
yang ditujukan untuk menemukan
anak usia dini.
serta
kebudayaan
suatu
Berdasarkan
latar
belakang
mengembangkan
permainan tradisional menjadi model
masalah yang telah dikemukakan,
permainan
penelitian
dipergunakan
rumusan
ini
menyampaikan
masalah
penggunaan tradisional
“Bagaimana
model dapat
yang
sebagai
dapat
alternatif
pembelajaran pada lembaga PAUD. Model permainan tradisional
membangun
edukatif merupakan salah satu model yang
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengembangkan
204
edukatif
permainan
karakter anak usia dini ?”.
permainan
model
tradisional
dimasukan
dalam
kategori
model paramorf sebagaimana kriteria yang disampaikan oleh Molenda
model
(2002). Model paramorf terdiri atas
yang
tiga jenis yakni (1) model konseptual,
Pengembangan Model Permainan . . Hapidin, Yenina
(2) model prosedural dan (3) model
Tempat dan Waktu Penelitian
matematik.
Penelitian ini dilaksanakan
Model permainan tradisional
pada lembaga PAUD yang ada di
edukatif yang akan dikembangkan
wilayah
pada tahap pertama penelitian ini
Pemilihan
adalah
didasarkan pada asumsi dan verifikasi
jenis
model
konseptual
Kabupaten di
Bogor.
wilayah
sedangkan pada tahap kedua (tahun
empirik
kedua) penelitian akan menggunakan
permainan tradisional yang masih
model
cenderung dilakukan. Hal tersebut
konseptual
prosedural.
dan
model
Adapun
tentang
Bogor
penggunaan
tahap
sangat
yang
kabupaten Bogor merupakan daerah
dipertimbangkan dalam penelitian ini
yang luas dan memiliki banyak ruang
adalah pengembangan model yang
terbuka untuk anak-anak melakukan
disarankan oleh Wills (1995, 2000)
permainan
yang menggunakan pengembangan
penelitian dilakukan dalam dua tahun
model
kegiatan.
pengembangan
model
CID
atau
Constuctivist
dimungkinkan
mengingat
tradisional.
Waktu
Instructional Design dan langkah pengembangan
model
yang
disarankan Borg dan Gall.
Populasi dan Sampel Penelitian ini menggunakan
Pengembangan
model
sampel lembaga PAUD di Kecamatan
pembelajaran ini didasarkan pada
Jonggol,
teori konstruktivisme yang disusun
Kecamatan Jonggol terdiri atas 14
oleh
(konstruktivisme
Desa/Kelurahan serta memiliki 62
Vygotsky
lembaga PAUD (Dapodik-Dikmas,
Proses
Dirjen PAUD & Dikmas). Populasi
pengembangan model ini dikenal
desa/kelurahan di kecamatan Jonggol
dengan
terdiri dari (1) Balekambang, (2)
Piaget
kognitif)
dan
(konstruktivisme
4D
sosial).
(Divine,
Design,
Development, Dissemination).
Kabupaten
Bogor.
Bendungan, (3) Cibodas, (4) Jonggol, (5) Singajaya, (6) Singasari, (7) Sirnagalih,
(8)
Sukajaya,
(9)
205
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 10 Edisi 2, November 2016
Sukamaju,
(10)Sukamanah,
(11)
pengembangan karakter anak usia
Sukanegara, (12) Sukasirna, (13)
dini. Analisis data kualitatif dengan
Weninggalih dan (14) Sukagalih.
cara menganalisis data dari hasil
Berdasarkan kluster desa/kelurahan
catatan lapangan dan wawancara
tersebut kemudian dipilih secara acak
selama penelitian. Teknik analisis
(random)
data yang digunakan bertujuan untuk
1
kelurahan
yakni
kelurahan Jonggol.
mengetahui pengembangan karakter
Kelurahan Jonggol memiliki 9 satuan PAUD dan dipilih secara acak
anak
usia
dini
melalui
model
permainan tradisional.
1 lembaga PAUD untuk uji coba model pertama dan 2 lembaga satuan
HASIL PENELITIAN
PAUD sejenis untuk uji coba model
Hasil Penelitian Tahap 1
kedua. Untuk uji coba model pertama diperoleh
lembaga
PAUD
Al-
Sesuai
dengan
roadmap
penelitian, pada tahap 1 penelitian ini
Muhajirin dan untuk uji coba model
telah menghasilkan
kedua terpilih PAUD Tunas Vignolia
(1) Instrumen asesmen karakter anak
dan PAUD Aisyah. Pada masing-
usia dini.
masing lembaga PAUD dipilih 10
(2) Hasil pengujian validitas dan
anak sebagai partisipan dan fokus dari
reliabilitas instrumen asesmen
penelitian ini. Jumlah keseluruhan
karakter.
anak usia dini sebagai partisipan dalam penelitian adalah 30 anak dan 3 lembaga PAUD.
(3) Data hasil asesmen karakter anak usia dini. (4) Deskripsi permainan
data
penelitian
penelitian.
menggunakan analisis data kuantitatif
(5) Rancangan
dan data kualitatif. Analisis data kuantitatif dilakukan untuk mengukur prosentase
206
gambaran
tradisional
yang
pernah dipergunakan di lokasi
Teknik Analisis Data Analisis
data
pencapaian
model
tradisional edukatif.
permainan
Pengembangan Model Permainan . . Hapidin, Yenina
Adaptasi
dan
Pengembangan
Model Permainan Tradisional Pada adaptasi model, peneliti menggunakan 3 pilihan permainan tradisional yang pernah dilakukan di
permainan edukatif
edukatif. sebagai
memenuhi
Permainan
model
beberapa
harus
kriterium
konsep. Kriterium
yang
dimaksud
lokasi penelitian yakni (1) permainan
mencakup: (1) mengandung pijakan
congklak, (2) permainan lompat tali
filosofi, (2) mengandung tujuan yang
dan
spesifik,
(3)
permainan
engklek.
(3)
memiliki
konten
Berdasarkan ketiga pilihan jenis
pembelajaran, (4) memuat didaktik-
permainan
tradisional
metodik, (5) menggunakan media/alat
kemudian
dikembangkan
tersebut model
edukatif,
(6)
menggambarkan
permainan tradisional edukatif yang
prosedur permainan dan (7) memiliki
dapat dijadikan pilihan pembelajaran
sasaran serta cakupan asesmen.
secara terintegrari pada anak usia dini.
Setiap
jenis
Ketujuh
kriterium tersebut
permainan
akan menjadi acuan dan pijakan
tradisional dikonstruksi sedemikian
dalam menganalisis setiap permainan
rupa
tradisional menjadi model permainan
menjadi
pembelajaran
terintegrasi untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak. Sebelum desain
pengembangan
edukatif. Kriterium
pertama
memberikan syarat bahwa sebuah
pembelajaran
berbasis
model permainan edukatif harus
tradisional
tersebut,
mengandung pijakan filosofis atau
peneliti melakukan adaptasi dan
pandangan fisolofis yang mencakup
pengembangan permainan tradisional
idealisme dari sudut pendidikan,
menjadi
permainan
sosiologis,
edukatif.
Pengembangan
permainan
tradisional
psikologis
dan
model
sebagainya. Kriterium ini menjadi
permainan
tradisional
menjadi
pijakan yang paling mendasar untuk
permainan
tradisional
edukatif
memenuhi
dilakukan dengan menyusun acuan konsep
atau
kriterium
kriterium
permainan
sebagai sebuah model.
model
207
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 10 Edisi 2, November 2016
Kriterium
kedua berkaitan
edukatif
harus
memberikan
dengan rumusan konsep tujuan yang
kemungkinan
terkandung dalam permainan. Konsep
berbagai
tujuan sesungguhnya dapat ditelaah
mendukung
dan dijabarkan dari pijakan filosofis
permainan edukatif.
yang mendasarinya.
dikembangkannnya
media
atau
alat
terlaksananya
Kriterium
Kriterium ketiga memberikan
menunjukkan
yang model
keenam bahwa
model
edukatif
harus
penjelasan bahwa model permainan
permainan
edukatif harus mengandung konten
menggambarkan urutan langkah atau
(isi) program pembelajaran yang
prosedur pelaksanaan yang rinci, jelas
menjadi konsensus akademik dalam
dan tepat. Prosedur ini akan menjadi
bidang pendidikan anak usia dini.
panduan teknis bagi subjek yang akan
Kandungan konten yang dimaksud
melakukan
mencakup isi (muatan) pembelajaran
permainan yang dimaksud.
literasi (bahasa), sains, matematika, studi sosial dan seni.
dipilih
dengan dan
didaktik-metodik
mempraktikan
Kriterium terakhir (ketujuh) memberikan gambaran bahwa model
Adapun kriterium keempat berkaitan
atau
permainan
edukatif
harus
kemungkinan
mengandung sasaran dan cakupan
dikembangkannya
asesmen (penilaian), baik terhadap
dalam
model
sasaran
konten
permainan yang dimaksud. Didaktik-
konten
program
metodik berkaitan dengan pilihan
permainan atau sasaran lainnya.
alternatif
perkembangan, dan
aktivitas
metode-metode
pembelajaran yang menyenangkan
Hasil Penelitian Tahap 2
(joyful
Validasi Pakar dan Perbaikan
learning),
kontekstual
(contextual learning) dan bermakna (meaningful learning).
Validasi dengan
Kriterium kelima berkaitan
kuantitatif
dengan penggunaan media atau alat
Analisis
permainan.
dengan
208
Model
permainan
pakar
dilakukan
menggunakan
analisis
dan
juga
kualitatif menggunakan
kualitatif.
dilaksanakan instrumen
Pengembangan Model Permainan . . Hapidin, Yenina
validasi pakar yang menghasil data
bermain untuk menyalurkan enerji
skor hasil kajian pakar disertai dengan
yang ada dalam dirinya. Proses
catatan pendapat pakar terkait dengan
penyaluran enerji tersebut akan
7 kriterium yang dijadikan acuan
membantu anak usia dini belajar
pengembangan model.
berinteraksi dan mengembangkan
Gambaran pendapat pakar yang dilakukan secara kuantitatif maupun bahwa
kualitatif model
menunjukkan
konseptual
dan
berbagai aspek perkembangan. 2. Permainan tradisional merupakan bentuk permainan yang berakar dan
dikembangkan
secara
prosedural yang terdapat dalam ketiga
kontekstual sesuai dengan adat dan
jenis permainan tradisional edukatif
kultur (budaya) yang berkembang
telah
secara alamiah.
memenuhi
syarat
untuk
dipergunakan uji coba di lapangan. Namun
demikian,
peneliti
tetap
3. Permainan berbasis
tradisional kearifan
lokal
dapat
mempertimbangkan beberapa saran
diadaptasi
kualitatif yang telah dituliskan kedua
menjadi
pakar untuk melakukan perbaikan
edukatif yang dapat diintegrasikan
pada
kedalam
model
yang
telah
dan
yang
dikembangkan
permainan
rencana
tradisional
pelaksanaan
dikembangkan. Pertimbangan dan
pembelajaran harian (RPPH) di
saran pakar terhadap ketiga jenis
lembaga PAUD.
permainan
tradisional
edukatif
4. Proses
adaptasi menjadi
permainan
menjadi fokus untuk melakukan
tradisional
permainan
perbaikan pada konstruksi permainan.
tradisional
edukatif
dikonstruksi
dalam
yang kegiatan
pembelajaran anak usia dini perlu
Temuan Penelitian Berdasarkan paparan di atas,
memenuhi 7 kriteria pokok yakni:
penelitian ini memperoleh beberapa
(1) pijakan filosofis
temuan sebagai berikut :
(2) tujuan spesifik
1. Secara alamiah (natural), anak usia
(3) muatan konten program
dini
membutuhkan
aktivitas
(4) asupan didaktik-metodik
209
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 10 Edisi 2, November 2016
(5) media/alat permainan
Permainan
(6) prosedur permainan
edukatif
(7) multi sasaran asesmen
kesempatan
tradisional
memberikan dan
sejumlah pengalaman
Penggunaan model permainan
berinteraksi antar anak usia dini.
tradisional edukatif terbukti secara
Melalui pengalaman interaksional ini,
efektif dapat meningkatkan hasil
anak usia dini saling mempelajari
perolehan karakter anak usia dini.
berbagai pengetahuan,
nilai, sikap
dan perilaku. Permainan tradisional memberikan
KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini menyimpulkan bahwa
pengembangan
permainan
tradisional
model
gambaran
sebagai
pengalaman bermain yang bersifat kontinum
(terus
menerus)
dan
menjadi
membuat anak larut atau hanyut serta
permainan tradisional edukatif secara
asyik (immersion). Permainan seperti
efektif dapat meningkatkan karakter
ini dapat membangun perilaku yang
positip pada anak usia dini. Melalui 7
terpola dan terbentuk menjadi suatu
kriterium yang ditemukan dalam
karakter.
penelitian ini, permainan tradisional dapat
dikembangkan
permainan Adapun
tradisional
tradisional
menjadi
edukatif terbukti secara efektif dapat
edukatif.
membantu
pemerolehan karakter anak usia dini.
(1)
Permainan tradisional edukatif dapat
mengandung pijakan filosofi, (2)
membantu anak menguasai berbagai
mengandung tujuan yang spesifik, (3)
karakter positif yang dikembangkan
memiliki konten pembelajaran, (4)
dalam setiap permainan.
memuat
kriterium
meningkatkan
yang
ditemukan
ketujuh
Permainan
mencakup
didaktik-metodik,
(5)
Berdasarkan
kesimpulan
menggunakan media/alat edukatif, (6)
penelitian di atas, penelitian ini
menggambarkan prosedur permainan
memberikan saran dan rekomendasi
dan (7) memiliki
sebagai berikut :
cakupan asesmen.
sasaran serta
1) Kementerian Ristek dan Dikti perlu melakukan penelusuran dan
210
Pengembangan Model Permainan . . Hapidin, Yenina
pemetaan
sebaran
tradisional
permainan
Indonesia
sebagai
3) Praktisi PAUD perlu mencermati dan
lebih
respek
warisan budaya yang diterunkan
menggunakan
dari
permainan tradisional sebagai
generasi
Permainan
ke
generasi.
tradisional
dapat
berbagai
dalam jenis
bagian dari pendidikan budaya
dijadikan rujukan konsep untuk
dan
mengembangkan berbagai aspek
pendidik dapat
perkembangan pada anak usia
permainan tradisional sebagai
dini.
permainan
permainan yang mengasyikan
dapat
(immersion play) sehingga dapat
dikembangkan menjadi model
menjadikan anak senang, belajar
permainan edukatif serta menjadi
dan bermakna.
Selain
itu,
tradisional
juga
karakter
bangsa.
Para
megggunakan
acuan teori pembelajaran yang modern.
DAFTAR PUSTAKA
2) Universitas
negeri
Jakarta
melalui lembaga Penelitian dan Jurusan Pendidikan Anak Usia dini perlu memberikan dukungan dan
komitmen
menghidupkan mengembangkan tradisional budaya
untuk dan permainan
sebagai
warisan
Indonesia,
bahkan
menjadi warisan budaya global. Perlu kajian akademik yang sunggung-sungguh
dan
David H. Elkind dan Fred Sweet, How To Do Character, http://www.goodcharacter.co m Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas. Dapodik. (Online). Direktorat Penddikan Anak Usia Dini (2010), Permainan Tradisional pada Lembaga Kelompok Bermain. Jakarta, Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini. (2011). Pedoman Pendidikan Karakter pada Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta
mendalam untuk membangun teorisasi pembelajaran melalui model permainan.
Hamzuri dan Tiarma R. Siregar (2001), Permainan Tradisional Indonesia, (Jakarta: Direktorat Permuseuman dan Museum.
211
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 10 Edisi 2, November 2016
Ingrid Pramling, Samuelsson, Marilyn Fleer, (2009) Play and Learning in Early Childhood Settings. International Perspectives Melbourne:Springer.com. Koesoema, Doni. (2007). Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo. Mayke, S. Tedjasaputra (2001), Bermain, Mainan, dan Permainan Untuk Pendidikan Anak Usia Dini. Jakara: Grasindo. Mulyana, Rohmat. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Megawangi,R. (2004). Pendidikan Karakter, Solusi yang Tepat Untuk Membangun Bangsa. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation. Megawangi, Ratna (2007), Semua Berakar Pada Karakter :IsuIsu Permasalahan Bangsa Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI. Molenda, Michael, Sharon E. Smaldino, James D. Russel, Robert Heinich. (2002). Instrctional Technology and Media for Learning. Ohio Pearson Merril Prestise Hall.
212
Sulhan, Najib. (2006). Pembangunan Karakter pada Anak: Manajemen Pembelajaran Guru Menuju Lembaga PAUD Efektif. Surabaya: Intelektual Club. Sugiyono (2008), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatatif dan R&D. Bandung:Alfabeta. Syah, (2008), Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya. Sue Dockett, Marilyn Fleer (2002), Play and Pedagogy in early Childhood: Bending the Rules (Australia: Thomson. Thomas Lickona (2012), Pendidikan Karakter. terjemahan Saut Pasaribu. (Bantul: Kreasi Wacana Offset. www.komnasham.go.id. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Willis, Jerry. (1995). A Recursive, Reflective Instructional Design Model Based on Costructivist-Interpretivist Theory. Educational Technology. (Online) Willis, Jerry. (2000). The Maturing of Costructivist Instructional Design: Some Basic Principles that Can Guide Practice.. Educational Technology. (Online)