Nahjia Ahmad, Pengembangan Instrumen Kemampuan Membaca, Menulis dan Berhitung
PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMAMPUAN MEMBACA, MENULIS DAN BERHITUNG SISWA SEKOLAH DASAR KELAS AWAL Nahjia Ahmad Ketua Program Studi PGSD UMMU Ternate
ABSTRAK Membaca, menulis dan berhitung merupakan komponen dasar bagi siswa sekolah dasar kelas awal yang harus dikuasai oleh seorang siswa sebagai suatu kompetensi untuk dapat melanjutkan proses pembelajaran pada kelas yang lebih tinggi. Dalam rangka meningkatkan minat membaca, menulis dan berhitung diperlukan suatu instrument yang baku untuk mengukur kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun dan mengembangkan serta memvalidasi instrumen pengukur kemampuan membaca, menulis, dan berhitung bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Kata kunci : Membaca, menulis, dan berhitung. 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap anak yang dilahirkan ke dunia membawa sejumlah potensi yang unik. Dari potensi tersebut, sebagai orang dewasa dituntut untuk menggalinya dengan berbagai pengalaman yang bermakna melalui pendidikan baik dalam lingkungan formal maupun non formal. Amstrong berpendapat bahwa Tiap-tiap anak yang lahir ke dunia dengan membawa potensi yang unik, yang jika dipupuk dengan benar, dapat turut memberikan sumbangan bagi dunia yang lebih baik .Tantangan terbesar bagi orang tua dan guru adalah menyingkirkan batu besar yang menghalangi jalan mereka dalam menemukan, mengembangkan, dan
merayakan anugrah yang mereka miliki itu. Untuk mengembangkan apa yang dipaparkan oleh Amstrong adalah dengan jalan memberikan pendidikan sedini mungkin dengan mengasah berbagai kecerdasan yang ada pada diri anak, ketika ia masih belajar di taman kanak maupun sekolah dasar. Usia peserta didik Sekolah Dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia enam sampai dengan sembilan tahun. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan (multiple Intelligences) tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Oleh karenanya untuk mengembangkan aspek kecerdasan yang dimiliki anak diperlukan metode, model pendidikan yang searah dengan perkembangan jiwa anak serta kreatifitas
43
JURNAL PENDIDIKAN “DODOTO”, Volume 1 No. 01, Desember 2010 : 43 - 54
guru dalam menjalankan model dan metode tersebut. Upaya tersebut merupakan perwujudan dari rasa tagggung jawab pendidik guna meningkatkan kemampuan dasar anak ketika belajar di kelas awal sekolah dasar. Kemampuan dasar yang dimaksud adalah kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Kemampuan membaca, menulis dan berhitung setiap siswa di sekolah berbedabeda. Ada siswa yang proses membacanya cepat, tetapi menulisnya lambat, ada juga siswa yang proses menulisnya cepat tetapi berhitungnya lambat dan ada juga siswa yang membacanya cepat menulis dan berhitungnya lambat. 1.2. Kajian Teori Variabel a. Kemampuan Membaca Membaca merupakan satu ketrampilan berbahasa . Membaca memiliki peranan penting disamping ketrampilan lainnya. Membaca merupakan ketrampilan reseptif dan merupakan kegiatan yang kompleks serta melibatkan berbagai ketrampilan. Membaca menurut Jamaris (2009:168) merupakan suatu kegiatan yang bersifat kompleks karena melibatkan kemampuan dalam mengingat simbolsimbol grafis yang berbentuk huruf, mengingat bunyi dari simbol-simbol tersebut dan menulis simbol-simbol grafis dalam rangkaian kata-kata dan kalimat yang mengandung makna. Membaca menurut Kennedy (1981:5) merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali bentuk visual, menghubungkan dengan suara dan makna yang diperoleh berdasarkan pengalaman masa lampau, berusaha untuk mengerti dan menginterpretasikan makna itu. Membaca selain merupakan kegiatan baik fisik
44
maupun mental juga merupakan kemampuan seseorang untuk memaknai sesuatu yang didasarkan pada pengalaman masa lampau. Haris dan Sipay sebagaimana dikutib oleh Mazo dan Manzo (1995:10) mendefinisikan, membaca dari sisi tradisional adalah interpretasi makna bahasa tulisan. Lebih lanjut dikatakan membaca merupakan proses verbal yang berhubugan dengan pikiran dan semua komunikasi lainnya yaitu kemampuan mendengar, berbicara dan menulis dalam rangka memberi makna bahasa tulisan. Hal ini menunjukkan bahwa untuk dapat membaca diperlukan kemampuan berpikir dan semua komunikasi lainnya sehingga dapat memberikan makna bahasa tulisan. Burns, dan kawan-kawan (1996:45) mengemukakan bahwa kemampuan membaca merupakan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar. Namun, anak-anak yang tidak memahami pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi untuk belajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terus menerus, dan anak-anak yang melihat tingginya nilai membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan membaca. Kemampuan membaca yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kecakapan atau daya yang dimiliki siswa sekolah dasar kelas awal untuk melakukan sesuatu sebagai hasil pengalaman belajar yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor . Membaca adalah kegiatan fisik maupun mental dalam menerjemahkan tanda maupun simbolsimbol ke dalam maknanya serta pemanduan makna baru ke dalam sistem
Nahjia Ahmad, Pengembangan Instrumen Kemampuan Membaca, Menulis dan Berhitung
kognitif dan afektif yang sudah dimiliki siswa sehingga memahami pesan yang terkandung dalam bahan bacaan. b. Kemampuan Menulis The Liang Gie (1992:17) berpendapat tentang menulis adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikan bahasa tulisan kepada pembaca untuk dipahami dan dimengerti oleh pembaca. Pendapat ini dapat dipahami bahwa menulis merupakan rangkaian berupa kegiatan sesorang dalam mengungkapkan isi pikiran, perasaan, pendapat, dan sikap si penulis kepada pembaca agar dapat memahami apa yang ditulis. McCrimunon (1984:6) mengemukakan, menulis adalah pekerjaan yang sukar, namun dalam menulis, penulis kesempatan untuk menyampaikan sesuatu tentang dirinya, mengkomunikasikan ideide bahkan dapat belajar sesuatu yang belum diketahuinya. Pendapat senada dikemukakan Cere, bahwa menulis merupakan bentuk ungkapan diri sendiri, apa yang ada dalam pikiran dituangkan dalam tulisan. Kedua pendapat ini menysinyalir bahwa menulis merupakan kegiatan dalam mengungkapkan ide-ide atau gagasan-gagasan yang muncul dari penulis. Kompleksitas dari kegiatan menulis ini sehingga dapat dikatakan bahwa “menulis” merupakan suatu kegiatan yang sukar. Berdasarkan deskripsi di atas maka dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kemampuan menulis adalah siswa sekolah dasar kelas awal dalam menulis baik didikte oleh guru maupun menulis huruf bersambung tegak lurus. Usia siswa kelas awal berkisar antara 6-8 tahun yang dalam perkembangannya masih perlu
distimulasi termasuk perkembangan bahasa tulis. c. Kemampuan Berhitung Kemampuan berhitung adalah kemampuan seseorang untuk melakukan operasi ilmu hitung, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah sederhana seperti penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian atau manipulasi secara aljabar. Kemampuan berhitung mencakup ketrampilan dengan angkaangka, melibatkan kecerdasan mental dalam menghadapi masalah sesuai dengan aturan yang dipelajarinya, seperti penjumlahan dan perkalian. Kemampuan ini akan berguna dalam menghadapi pemecahan masalah yang menyangkut jumlah serta manipulasi dari padanya. Dari deskripsi yang telah dipaparkan yang dimaksud dengan kemampuan berhitung dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa sekolah dasar kelas awal dalam melakukan operasi hitung baik penambahan, pengurangan, perkalian maupun pembagian. 1.3. Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal. Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga SD biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai
45
JURNAL PENDIDIKAN “DODOTO”, Volume 1 No. 01, Desember 2010 : 43 - 54
sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting. Selain itu, perkembangan sosial anak yang berada pada usia kelas awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan mandiri. Perkembangan emosi anak usia 68 tahun antara lain anak telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar tentang benar dan salah. Untuk perkembangan kecerdasannya anak usia kelas awal SD ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan,meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu. 1.4. Cara Anak Belajar Piaget dalam Fogarty (1991:10) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsepkonsep dalam pikiran untuk menafsirkan
46
objek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya. Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut: (1) Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, (2) Mulai berpikir secara operasional, (3) Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana,dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan (5) Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat. 1.5. Belajar dan Pembelajaran Bermakna Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik.
Nahjia Ahmad, Pengembangan Instrumen Kemampuan Membaca, Menulis dan Berhitung
Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya. Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsepkonsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa mengajar ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsepkonsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif siswa. Proses belajar tidak sekadar menghafal konsepkonsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara harmonis konsepkonsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan. Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan. 1.6. Konstruk Alat Ukur Konstruk kemampuan membaca, menulis, dan berhitung adalah variabel penelitian yang merupakan sintesis dari teori-teori kemampuan memebaca,
menulis, dan berhitung yang telah dibahas dan dianalisis serta penyajiannya diuraikan dalam pengkajian teoretik atau tinjauan pustaka. Konstruk tersebut dijelaskan dalam definisi konseptual dan definisi operasional yang didalamnya mencakup dimensi dan indikator dari variabel yang diukur. Variabel konstruk yaitu variabel yang dalam menjaring data (instrumennya) memerlukan teori dan konsep yang dijabarkan menjadi indikator-indikator yang dibutuhkan untuk menyusun butirbutir pertanyaan yang akan dijadikan alat ukur untuk mengukur kemampuan membaca, menulis, dan berhitung siswa sekolah dasar kelas awal. Pengertian instrumen secara umum adalah suatu alat bantu yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun fenomena sosial yang diamati. Terdapat berbagai macam pendapat pakar mengenai instrumen, instrumen sebagai alat pengumpul data adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai variabel-variabel untuk kebutuhan suatu pengembangan atau penelitian. Instrumen merupaan komponen kunci dalam suatu kegiatan penelitian, maka dapat dipahami bahwa instrumen yang digunakan mempunyai kualitas yang memadai dalam artian valid dan reliabel, sehingga data yang diperoleh akan sesuai dengan fakta yang sesungguhnya di lapangan. Djaali dan Pudji (2004:81) mengemukakan bahwa instrumen memegang peranan penting dalam menentukan mutu suatu penelitian, karena kesahihan data yang diambil diperoleh dan ditentukan oleh kualitas instrumn yang digunakan, disamping prosedur pengumpulan data yang ditempuh dan data yang terkumpul.
47
JURNAL PENDIDIKAN “DODOTO”, Volume 1 No. 01, Desember 2010 : 43 - 54
Secara konseptual angka-angka hasil pengukuran pada dasarnya kontinum yang bergerak dari kutub ke kutub yang lain yang berlawanan. Misalnya dari rendah ke tinggi, dari negatif ke positif. Pengukuran kemampuan membaca, menulis, dan berhitung siswa kelas awal yang dilakukan dengan memberikan angka-angka (skor) terhadap atribut kemampuan hasil belajar membaca, menulis dan berhitung sebagai kemampuan dasar. Mengacu pada teori penilaian kemampuan dasar membaca, menulis dan berhitung, maka pengukuran yang dimaksud disini adalah setelah mereka mengikuti program pembelajaran di kelas dengan berpedoman pada kurikulum KTSP dan pendekatan tematik. 1.7. Teori Pengembangan Instrumen Untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis, dan berhitung pada siswa sekolah dasar kelas awal, digunaan alat ukur tes. Instrumen tersebut harus memiliki kesahihan dan keterandalan yang memadai. Oleh para pakar yang demikian itu dinamakan instrumen baku karena prosesnya melalui pembakuan dalam suatu penelitian. Instrumen baku dalam pandangan Ebel (1999:30) adalah : (1) disusun oleh para pakar dan instrumen dan dikalibrasi, dianalisis dan diperbaiki, (2) mempunyai petunjuk pelaksanan dan penyekoran yang jelas dan (3) memiliki acuan norma untuk menginterpretasikan suatu skor. Lebih lanjut dikemukakan pula bahwa terdapat kriteria instrumen yang baik yaitu:(1) instrumen atau tes relevan atau mengukur perilaku yang akan diukur, (2) keseimbangan antara tujuan dan butir soal yang mewakilinya, (3 efisiensi waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tes,
48
pensekoran dan pengandministrasiannya, (4) obyektivitas dalam pensekoran dan penginterpretasikan hasil, (5) validasi, (6) reliabilitas dan (7) kecepatan dalam menyelesaikan tes. Dari kriteria tersebut yang diutamakan dalam penyusunan instrumen baku adalah kesahihan (validity), keterandalan (reliability) dan kepraktisan. Instrumen baku adalah instrumen yang dikembangkan secara empiris melalui beberapa pengujian. Instrumen baku memiliki beberapa keterbatasan, baik yang menyangkut isi, penyelenggaraan pengukuran maupun hasil pengukuran. Gronlund (1990:3) menjelaskan ciri-ciri instrumen baku yaitu: (1) butir-butir secara teknis berkualitas, (2) administrasi dan penilaian jelas, (3) adanya norma dan penafsiran yang pasti, (4) adanya petunjuk dan perlengkapan instrumen lainnya. Secara umum terdapat dua hal yang penting dalam pembakuan instrumen yaitu isi dan pengadministrasiannya. Aikem mengemukakan, selain melihat validitas dan reliabilitasnya, pembakuan instrumen juga menyangkut segi administrasi dan pensekorannya. Pembakuan segi isi meliputi rumusan butir-butir dan petunjuk pengerjaannya. Pembakuan segi administrasi meliputi bahan alat ukur, perlengkapan alat ukur, pengukuran, waktu, pedoman penilaian penafsiran dan pelaporan. Thorndike (1977:385) menunjukkan beberapa langkah yang harus dilakukan untuk menyusun instrumen sehingga alat tersebut layak digunakan. Langkah-langkah tersebut meliputi: (1) kawasan atau atribut laten yang akan diukur harus didefinisikan, (2) harus ditentukan siapa yang akan menggunakan atau meresponnya, (3) perlu
Nahjia Ahmad, Pengembangan Instrumen Kemampuan Membaca, Menulis dan Berhitung
dispesifikasikan isinya, mencakup topik apa saja, (4) tentukan format-format butirnya, jenis respon yang diharapkan, dan prosedur pemberian skornya, (5) buat rancangan uji coba, agar diperoleh data untuk dianalisis guna menyeleksi butirbutir yang dapat digunakan, (6) tentukan prosedur yang digunakan untuk pembakuan alat ukur dan (7) buat rancangan petunjuk pelaksanaan tes. Gable (1986:170-177)memberikan secara garis besar langkah-langkah kerja yang harus ditempuh dalam mengembangkan instrumen yaitu: (1) mengembankan definisi konseptual, (2) mengembangkan definisi operasional, (3) memilih teknis pemberian skala, (4) melakukan reviw justifikasi butir yang berkaitan dengan teknik pemberian skala yang telah ditetapkan, (5) memilih respon atau ukuran sampel, (6) penyusunan petunjuk untuk respon, (7) menyiapkan draft untuk instrumen, (8) menyiapkan instrumen akhir, (9) mengumpulkan data uji coba awal, (10) analisis data uji coba dengan menggunakan teknik analisis faktor, analisis butir dan reliabilitas, (11) revisi instrumen, (12) melakukan analisis validitas dan reliabilitas tambahan dan (15) menyiapkan manual tes. Tujuan pengembangan instrumen ini adalah untuk menyusun dan mengembangkan suatu instrumen yang sahih dan dapat dipercaya dalam mengukur kemampuan membaca, menulis dan berhitung siswa sekolah dasar kelas awal. Tujuan pengembangan instrumen kemampuan membaca, menulis dan berhitung dalam penelitian ini mengungkapkan indikator-indikator dan faktor-faktor yang terdapat pada butir instrumen adalah untuk mendapatkan instrumen baku dalam mengukur kemampuan membaca, menulis dan
berhitung siswa sekolah dasar kelas I, II dan III yang sahih dan reliabel. 2. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian pengembangan. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan instrumen yang bertujuan mengembangkan dan memvalidasi instrumen pengukur kemampuan membaca, menulis dan berhitung siswa sekolah dasar kelas awal. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Pengujian Validasi Instrumen Proses pengujian instrumen secara empiris dalam penelitian ini dilakukan dengan dua tahapan, pada reseponden yang sama . Kemudian divalidasi dengan menggunakan analisis faktor, menghitung reliabilitas. Tahap kedua, hasil divalidasi diuji cobakan lagi kepada responden yang sama setelah responden mengikuti ujian akhir semester, selanjutnya divalidasi. Kedua uji coba tersebut dianalisis dengan menggunakan Statiscal Program Sosial Science (SPSS V. 16.0.). Uji Coba/Kalibrasi Tes a. Penilaian Panelis Penilaian oleh panelis dilakukan dengan maksud untuk mengetahui validitas konstruk secara teoretik instrumen pengukur yang dikembangkan. Sasaran penilaian mencakup adanya kesesuaian konstruk yang digunakan hingga menjadi butir-butir tes. Terdapat dua hal pokok yang dinilai oleh panelis yaitu: b. Kesesuaian indikator yang dikembangkan terhadap konsep/konstruk yang digunakan. Kesesuaian butir-butir tes yang dikembangkan terhadap indikator yang menjadi acuannya. Untuk memperoleh
49
JURNAL PENDIDIKAN “DODOTO”, Volume 1 No. 01, Desember 2010 : 43 - 54
penilaian atas instrumen pengukur kemampuan membaca, menulis dan berhitung dari para panelis, rancangan pengembangan tes yang telah tersusun diajukan pada 40 orang panelis, yang akan menilai setiap indikator dan butir tes tersebut berdasarkan skala tertentu. Skala tersebut mencerminkan kriteria pemberian skor mengenai pendapat panelis terhadap indikator butir tes, seperti tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 2 : Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Antar Penilai No 1.
2.
Tabel 1 : Kriteria Validitas oleh Pakar Sekor 1 sampai dengan 3 4 sampai dengan 6 7 sampai dengan 9
Penilaian Indikator/Butir Tes Diganti/dibuang Perlu diperbaiki baik
Taraf validitas setiap butir dan indikator tes dapat diketahui berdasarkan nilai median yang diperoleh dari sekor panelis. Nilai median tersebut selanjutnya berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditentukan, yaitu jika sekor panelis memiliki median 1 sampai dengan 3 maka butir/indikator tersebut perlu diganti. Dan jika sekor panelis memiliki median 4 sampai 6 maka butir/indiKator tersebut perlu diperbaiki. Jika sekor panelis memiliki median 7 sampai dengan 9 maka butir/indikator tersebut baik. Berdasarkan hasil penilaian terhadap instrumen pengukur kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat dikemukakan bahwa secara umum para penilai cukup sepakat dalam memberikan penilaiannya, sebagaimana tercermin dari perolehan skor median pada setiap indikator butir. Sesuai perhitungan diperoleh nilai koefisien korelasi antar penilai sebagai berikut:
50
3.
VARIABEL Kemampuan Membaca Siswa Kelas I Sekolah Dasar Kemampuan Menulis Siswa Kelas I Sekolah Dasar Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I Sekolah Dasar Kemampuan Membaca Siswa Kelas II Sekolah Dasar Kemampuan Menulis Siswa Kelas II Sekolag Dasar Kemampuan Berhitung Siswa Kelas II Sekolah Dasar Kemampuan Membaca Siswa Kelas III Sekolah Dasar Kemampuan Menulis Siswa Kelas III Sekolah Dasar Kemampuan Berhitung Siswa Kelas III Sekolah Dasar
KOEFISIEN KORELASI (r) 0,94
0,93
0,85 0,95
0,96
0,58 0,71
0,90
0,95
Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa tes tersebut mempunyai reliabilitas yang tinggi dan dapat digunakan. 1. Validitas Instrumen Pengujian validitas instrument dilakukan melalui beberapa tahapan diperoleh hasil sebagai berikut : a. Hasil uji melalui para pakar (expert judgement), menghasilkan : terdapat kesesuaian antara variable dengan dimensi, dimensi dengan indicator untuk semua instrument meliputi : (1) Instrumen Kemampuan membaca siswa sekolah dasar kelas I, (2) Instrumen Kemampuan menulis siswa sekolah dasar kelas I, (3) Intrumen Kemampuan berhitung siswa kelas I, (4) Instrumen Kemampuan membaca siswa sekolah dasar kelas II, (5) Instrumen
Nahjia Ahmad, Pengembangan Instrumen Kemampuan Membaca, Menulis dan Berhitung
Kemampuan menulis siswa sekolah dasar kelas II; (6) Intrumen Kemampuan berhitung siswa kelas II, (7) Instrumen Kemampuan membaca siswa sekolah dasar kelas III, (8) Instrumen Kemampuan menulis siswa sekolah dasar kelas III; (9) Intrumen Kemampuan berhitung siswa kelas III. b. Hasil analisis factor menunjukkan bahwa: 1. Semua variable memiliki nilai KMO MSA ≥ 0,50 sehingga sudah tepat dilakukan analisis factor. 2. Setiap butir indikator memiliki muatan lebih besar dari 0,32 sehingga tidak terdapat butir yang gugur. 3. Hasil rotasi varimax terjadi pengecilan jumlah factor masing-masing variable sebagai berikut: Tabel 3 : Hasil Analisis faktor No
VARIABEL
1.
Kemampuan Membaca Siswa Kelas I Sekolah Dasar Kemampuan Menulis Siswa Kelas I Sekolah Dasar Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I Sekolah Dasar Kemampuan Membaca Siswa Kelas II Sekolah Dasar Kemampuan Menulis Siswa Kelas II Sekolah Dasar Kemampuan Berhitung Siswa Kelas II Sekolah Kemampuan Membaca Siswa Kelas III Sekolah Dasar Kemampuan Menulis Siswa Kelas III Sekolah Dasar Kemampuan Berhitung Siswa Kelas III Sekolah Dasar
2.
3.
HASIL ROTASI VARIMAX 5 menjadi 3 8 menjadi 6 9 menjadi 5
2 tetap 2 9 menjadi 6 10 menjadi 7
7 tetap 7 24 menjadi 6 10 menjadi 7
Penentuan ketepatan model menggunakan metode konfirmatori dengan teknik kebolehjadian maksimum (maximum likelihood/ML) hasilnya sebagai berikut :
Tabel 4; Indeks Goodness of Fit No
1.
2.
3.
VARIABEL
Kemampuan Membaca Siswa Kelas I Sekolah Dasar Kemampuan Menulis Siswa Kelas I Sekolah Dasar Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I Sekolah Dasar Dasar Kemampuan Membaca Siswa Kelas II Sekolah Dasar Kemampuan Menulis Siswa Kelas II Sekolah Dasar Kemampuan Berhitung Siswa Kelas II Sekolah Kemampuan Membaca Siswa Kelas III Sekolah Dasar Kemampuan Menulis Siswa Kelas III Sekolah Dasar Kemampuan Berhitung Siswa Kelas III Sekolah Dasar
UJI COBA 1 (Indeks Goodness of fit) 39.797
UJI COBA 2 (Indeks Goodness of fit 136.266
405.032 240.441
405.032 240.441
93.424
99.303
346.965 220.469
476.831 384.176
376.173
376.173
489.199 405.032
384.903 408.573
Berdasarkan tahapan-tahapan kalibrasi tersebut dapat disimpulkan instrumen kemampuan membaca, menulis dan berhitung untuk siswa sekolah dasar kelas awal hasil pengembangan memiliki konstruk yang valid untuk mengukur kemampuan dasar siswa sesuai dengan tingkatan perkembangan. 2. Reliabilitas Keterandalan instrumen pengukur kemampuan membaca, menulis dan berhitung mempunyai indeks α ≥ 0,50, sehingga masing-masing instrumen merupakan factor yang handal. Koefisien
51
JURNAL PENDIDIKAN “DODOTO”, Volume 1 No. 01, Desember 2010 : 43 - 54
masing-masing instrumen dapat dilihat pada tabel berikut :
2.
Tabel 5 : Koefisien Reliabilitas No 1.
VARIABEL Kemampuan Membaca Siswa Kelas I Sekolah Dasar Kemampuan Menulis Siswa Kelas I Sekolah Dasar Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I Sekolah Dasar
KOEFISIEN (α) 1 2 0,744 0,694 0,638 0,768 0,928 0,903
3.
Kemampuan Membaca Kelas II Sekolah Dasar Kemampuan Menulis Kelas II Sekolag Dasar Kemampuan Berhitung Kelas II Sekolah Dasar Kemampuan Membaca Kelas III Sekolah Dasar Kemampuan Menulis Kelas III Sekolag Dasar Kemampuan Berhitung Kelas III Sekolah Dasar
Siswa Siswa
0,726 0,883 0,847
0,771 0,875 0,898
0,903 0,906 0,869
0,894 0,904 0,852
Siswa Siswa Siswa Siswa
DAFTAR PUSTAKA Anastasi, A. dan Susana U. Psychological Testing. New York : Prentice-Hall Inc., 1997. Armstrong, Thomas. Multiple Intelligences In The Classroom. Alexandra, Virginia: Asosiation for Supervision Curriculum Development, 2000. Aiken, Lewis R. Psychological Testing and Assessment. Needdham Heights, MA : Allyn and Bacon, 1997. Antony, V. Manzo dan Ula C. Manzo. Teaching Children to be Literate. London Harcourt Brace college Publisher, 1995. Arnold, Mitra. “Pembelajaran Tematik” DTML HTML 4,0 13 Juni 2007 Ary, Donald, Lucy Cheser Jacobs and Asghar Razavieh. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan Terjemahan Arief Furchan. Surabaya: Usaha Nasional, 1982. Azwar, Saifuddin. Reliabilitas dan Validitas Interpretasi dan Komputasi. Yogyakarta: Liberty, 1986. Brumfit dan Johnson.The Communicative Approach to Language Teaching (Oxfoford : Oxford University Press, 1987) BSNP. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Model Silabus Mata Pelajaran SD/MI. Jakarta: BP. Cipta Jaya, 2006. Clark, Barbara. Growing Up Gifted :Developing the Potential of Children at Home and at School. Columbus : Merrill Publishing Company, 1988. Carns, Lien. Capability. Going Beyod Compentence, 1996. Crawley dan Mountain. Strategies for Guiding Content Reading. Boston : Allyn and Bacon, Cere, Anne Roggles. Writing and Learning. New York : mac Millan Publishing company, 1985. Crombach, Lee J. Essential of Psichological testing. New York: Harper an Row Publishers, 1984. Child, Dennis. The Essentials of Factor Analysis. London: Holt, Rinewart and Winston, 1969. Davies, Ivor K. Instructional Technique. New York : McGraw Hill Book Campani, 1981.
52
Nahjia Ahmad, Pengembangan Instrumen Kemampuan Membaca, Menulis dan Berhitung
Djaali dan Pudji Muljono. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PPs UNJ, 2004. Dallman, Martha et al., The Theaching of Reading. New Jersey: Rinehart and Wiston, 1982. Dennis, Child. The Essentials of Factor Analysis. London: Holt, Rinewart and Winston, 1969. Eanes. Conten Area Literacy: Teaching For Today and Tomorrow. Bonn: Demar Publihers, ITP An International Thomson Publishing Company, 1997. Ebel, Roberrt E. and David A.Frisbie. Essential of Educational Measurement. New Jersey, Prentice Hall, Englewood Cliffs, 1999. Eiken, Lewis R. Psychological Testing and Assessment. Boston: Allyn and Bacon, 1994. Fraenkel, Jack R.and Norman E. Wallen. How to Design and Evaluation Research in Education. New York: Mc Graw-Hill inc, 1993. Gardner, Howard. Multiple Intelligences: The Theory in Practice, New York: Basic Books,...... Gagne, Robert, et. al., Principle of Instructional Design. New York: Orlando Harcour Brace an Company, 1993. Gable, Robert K. Instrumen Development in The Affective Domain. Boston: KluwerNjhoff Publihsing, 1986. Gabel, Robert K. and Mariam B. Wolf. Instrumen Develoment in The Affective Domain. Boston : Kluwer Academic Publisher, 1993. Gagne, Robert. Essential of Learning of Instruction. London: Ilinois The Drayden Press, 1985. Gronlund, N.E. Measurment and Evaluation. (New York : Mic Milan Publishing Company, 1990. Gornlund, N.E. and Robert L. Linn. Measurement and Evaluation in Teaching. New York. Macmillan Publishing company, 1990. Glazer dan Searfoss. Reading Diagnosis ang Introduction: a C.L.M Approach. London: Prentice-Hall International (UK) Limited, 1988. Harry, H. Harman. Modern Factor Analysis. Chicago: The University of Chichago Press, 1976. Harris dan Sipay. How to Increase Reading Ability : A Guiide to Development and Renedial Methods. New York: Holt, Renehart and Wiston, Inc. 1980. Hadjar, Ibnu. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grasindo Persada, 1996. Ivor, K. Davies. Instructional Technique. New York : McGraw Hill Book Campani, 1981. J., Emanuel Mason and William J. Bramble. Understansing and Conducting Research, Aplication in Education an Behavior Science. New York Mc. Grow- Hill Book Company, 1989. John, M. Darley, Sam Glucsbers, Ronald A. Kinchla. Englewood Cliffs. New Jersey : Prentise Hall, Inc., 1991.
53
JURNAL PENDIDIKAN “DODOTO”, Volume 1 No. 01, Desember 2010 : 43 - 54
Junior Blalock and Harbrt M. Conceptualization and Measurement In The Social Science (London, Sage Publication, 1982). Kennedy, Eddy C. Metho In Teaching Development reading, Second Edition. London: Illinois F.E. Peacuck Publisher inc. 1981. Kerlinger Fredn., Asas-Asas Penelitian Behavioral Terjemahan Lasdung R. Simatupang. Yogyakarta: Gajamada University Press, 1992. Loehlin, John C. Variabel Models: An Introduction to Factor Path, and Structural Analysis. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Inc., 1988. Lamb dan Arnold. Reading: Foundations and Introductions Strategis. Belmont: Wadsworth Publishing Company, 1976. Liang, The Gie. Pengantar dunia Karang mengarang. Yogyakarta: Liberty, 1992. Linda, Croccher and James Algina. Introduction Classical and Modern Test Theory. Florida USA: Holt Rinchart and Winston, Inc., 86. Louis Cohen and Lawrence Manion. Research Metode in Education London: Routledge, 1989. McCrimmon. Writing with a Purpose. Boston: Houghton Mifflin Company, 1984. Musfiroh, Tadkiroatun. Menumbuhkembangkan Baca Tulis Anak Usia Dini. Jakarta: Gramedia, 2009. Mudjiarto R. dan F. J. Krips. Matematika Fisika I . Bandung: Penerbit ITB, 1985. Mueller, Daniel. Measuring Social Attitude, A Handbook for Rsearchers and Practtioners. New York: Teacher college, 1986. Naga, Dali S. Pengantar Teori Skor. Jakarta, Gunadarma, 1992. Norusis,Marija J. SPSS/PC +Advanced Statistics. Chicago: SPSS Inc., 1986) Pappas, et. al. An Integrated Language Perspective in the Elementary School: Theory Into Practice (New York : Longman, 1990 Popham, W. James. Moderen Educational Measurement. Englewood Cliff Prentice Hall, Inc. 1982. R., Fogarty. How to Integrate the Curriculum. USA: IRI/Sky Publishing Inc., 1991. Rahim, Farida. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Raven, John. The Standard Progressive Matrices. Philippines: Philippe Psycological Corporation, 1960. Robert, Feldman, Essetials of Undarstanding Psycholog. New York : McGraw-Hill Companies, Inc. , 1997. Robert, Gregory J. Psycological Testing : History, Principles, and Application. Needham Heights, MA: Allyn and Bacon ,Inc., 2000. Rureffendi, E. T. Pengajaran Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito, 1991
54