JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 4 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja © Copyright 2014
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DI RUMAH SAKIT DIRGAHAYU KOTA SAMARINDA Frederickus Yuga Prassojo1 (
[email protected]) La Sina2 (
[email protected]) Rika Erawaty3 (
[email protected]) Abstrak Samarinda sebagai Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur memiliki potensi masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar pertahunnya sehingga memerlukan fasilitas umum berupa Rumah Sakit yang memadai, salah satunya adalah Rumah Sakit Dirgahayu yangmerupakan Rumah Sakit Swasta besar yang berada di Kota Samarinda. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dimana dalam Lampiran I nomor 17 mengenai parameter baku mutu limbah cair bai kegiatan Rumah Sakit, sehingga yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana upaya Rumah Sakit Dirgahayu dalam mengelola limbah cair dan bagaimana sistem pengawasan Pemerintah Daerah Kota Samarinda terhadap pengelolaan limbah cair yang di lakukan oleh pihak Rumah Sakit Dirgahayu. Tujuan dari peneletian skripsi ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa upaya pihak Rumah Sakit Dirgahayu kota Samarinda dalam mengelola limbah cair serta untuk mengetahui dan menganalisa sistem pengawasan pemerintah daerah kota Samarinda terhadap pengelolaan limbah cair yang di lakukan oleh pihak Rumah Sakit Dirgahayu. Jenis Penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penulisan hukum ini adalah penelitian deskriptif dengan metode pendekatan yuridis empiris, suatu pendekatan yang bertitik tolak dari ketentuan hukumnya dan kemudian diteliti dengan melihat kenyataan yang ada dilapangan, khususnya berhubungan dengan kajian hukum lingkungan terhadap pengelolaan limbah cair di rumah sakit dirgahayu kota samarinda. Dari hasil penelitian yang diperoleh yaitu pengelolaan limbah cair yang telah dilakukan oleh pihak Rumah Sakit Dirgahayu sudah cukup baik dengan menghasilkan hasil air olahan yang baik serta dalam hal ini pengawasan yang dilakukan Pemerintah Daerah Kota Samarinda juga sudah cukup baik dan ketat. Kata Kunci : Pengelolaan Limbah Cair, Pengolahan, dan Pengawasan.
1 2 3
Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman
LIQUID WASTE MANAGEMENT IN DIRGAHAYU HOSPITAL SAMARINDA CITY Frederickus Yuga Prassojo4 (
[email protected]) La Sina5 (
[email protected]) Rika Erawaty6 (
[email protected])
Abstract As the capital Samarinda in East Kalimantan province has the potential public health problem that is large enough to require annual public facilities such as adequate Hospital, one of which is Hospital Private Hospital Long live large in the city of Samarinda. Based on Regional Regulation No. 2 of 2011 concerning Management of Water Quality and Water Pollution Control where the number 17 in Annex I of the effluent quality standard parameters bai Hospital activities, so that the formulation of the problem is how to attempt Hospital Dirgahayu in managing wastewater and how the system Samarinda City Government oversight of the management of liquid waste will be undertaken by the Hospital Dirgahayu. The purpose of this paper is intensive search to identify and analyze the efforts Hospital Long live the city of Samarinda in managing liquid waste as well as to identify and analyze system of local government control of the city of Samarinda wastewater management will be undertaken by the Hospital Dirgahayu. Research the type used by the author in writing this law is a descriptive study with empirical juridical approach, an approach that starts from the provisions of the law and then examined by looking at the reality in the field, particularly related to the study of environmental law on the management of waste in hospitals long live the city Samarinda. From the research results obtained by the management of liquid waste that has been made by the Hospital Long live good enough to produce good results as well as process water in this surveillance conducted Samarinda City Government has also been quite good and tight. Keywords : Liquid Waste Management , Treatment , and Control
4 5 6
Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 4
Pendahuluan Persoalan lingkungan hidup disebabkan berbagai hal, salah satunya pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan populasi manusia yang semakin tinggi menyebabkan
aktifitas
ekonomi/pembangunan
ekonomi yang
juga
semakin
meningkat meningkat
pesat.
Kegiatan
mengandung
resiko
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi pendukung kehidupan menjadi rusak. Hal tersebut merupakan beban sosial yang pada akhirnya manusia pula yang akan menanggung biaya pemulihannya. Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa arah pembangunan jangka panjang Indonesia
adalah
pembangunan
ekonomi
dengan
bertumpukan
pada
pembangunan industri yang diantaranya menggunakan berbagai jenis bahan kimia dan zat radioaktif. Disamping menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat, industrialisasi juga menimbulkan ekses, antara lain dihasilkannya limbah yang apabila dibuang ke lingkungan akan dapat mengancam lingkungan hidup itu sendiri, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.7 Kota Samarinda adalah salah satu kota sekaligus merupakan ibu kota provinsi Kalimantan Timur. Seluruh wilayah kota ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Kartanegara. Kota Samarinda dapat dicapai dengan perjalanan darat, laut dan udara. Dengan Sungai Mahakam yang membelah di tengah Kota Samarinda, yang menjadi "gerbang" menuju pedalaman Kalimantan Timur. Kota 7
Wyuliandari,2008, makalah PELAKSANAAN UKL-UPL (UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN-UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN) untuk sosialisasi pada 29 Oktober 2008, Halaman 1
2
Pengelolaan Limbah Cair (Frederickus Yuga) ini memiliki luas wilayah 718 kilometer persegi dan berpenduduk 726.223 jiwa8, menjadikan kota ini berpenduduk terbesar di seluruh Kalimantan, hal ini menunjukan bahwa kota Samarinda memiliki potensi masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar pertahunnya sehingga memerlukan fasilitas berupa Rumah Sakit yang memadai sebagai fasilitas sosial yang tak mungkin dapat dipisahkan dengan masyarakat, dan keberadaannya sangat diharapkan oleh masyarakat, karena sebagai manusia atau masyarakat tentu menginginkan agar keseahatan tetap terjaga. Oleh karena itu rumah sakit mempunyai kaitan yang erat dengan keberadaan kumpulan manusia atau masyarakat tersebut. Di masa lalu, suatu rumah sakit dibangun di suatu wilayah yang jaraknya cukup jauh dari dareah pemukiman, dan biasanya dekat dengan sungai dengan pertimbangan agar pengelolaan limbah baik padat maupun cair tidak berdampak negatif terhadap penduduk, atau bila ada dampak negatip maka dampak tersebut dapat diperkecil. Sejalan dengan perkembangan penduduk yang sangat pesat, lokasi rumah sakit yang dulunya jauh dari daerah pemukiman penduduk tersebut sekarang umumnya telah berubah dan berada di tengah pemukiman penduduk yang cukup padat, sehingga masalah pencemaran akibat limbah rumah sakit baik limbah padat atau limbah cair sering menjadi pencetus konflik antara pihak rumah sakit dengan masyarakat yang ada di sekitarnya.9
8 9
Hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010 Tomi,2012, Makalah Proper Lingkungan Hidup 2012 Kalimantan Timur, 24 Mei 2012, Halaman 2
3
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 4
Apabila dibanding dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa jenis limbah rumah sakit dapat dikategorikan kompleks. Secara umum limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu limbah klinis dan non klinis. Limbah klinis sendiri yaitu limbah benda tajam, limbah infeksius, limbah jaringan tubuh, limbah sitotoksik, limbah farmasi, limbah kimia, limbah radioaktif, sedangkan limbah non klinis yaitu berasal dari kantor / administrasi kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan / bahan makanan, sayur dan lain-lain). Air limbah yang berasal dari limbah rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemaran air yang sangat potensial. Hal ini disebabkan karena air limbah rumah sakit mengandung senyawa organik yang cukup tinggi juga kemungkinan mengandung senyawa-senyawa kimia lain serta mikro-organisme
patogen
yang
dapat
menyebabkan
penyakit
terhadap
masyarakat di sekitarnya limbah rumah sakit harus di kelola dengan baik karena limbah rumah sakit dapat berpengaruh besar terhadap lingkungan dan kesehatan diantaranya gangguan kenyamanan dan estetika, kerusakan harta benda, gangguan/kerusakan terhadan tanaman dan binatang, gangguan terhadap kesehatan manusia serta gangguan genetic dan reproduksi. Oleh karena potensi dampak air limbah rumah sakit terhadap kesehatan masyarakat sangat besar, maka setiap rumah sakit diharuskan mengolah air limbahnya sampai memenuhi persyaratan standar yang berlaku. Air limbah tersebut perlu diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran umum. Masalah yang sering muncul dalam hal pengelolaan limbah rumah sakit adalah terbatasnya
4
Pengelolaan Limbah Cair (Frederickus Yuga) dana yang ada untuk membangun fasilitas pengolahan limbah serta operasinya, khususnya untuk rumah sakit tipe kecil dan menengah. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dikembangkan teknologi pengolahan air limbah rumah sakit yang murah, mudah operasinya serta harganya terjangkau, khususnya untuk rumah sakit dengan kapasitas kecil sampai sedang. Selain itu perlu menyebarluaskan informasi teknologi khususnya untuk pengolahan air limbah rumah sakit, sehingga dalam memilih teknologi pihak pengelola rumah sakit mendapatkan hasil yang optimal.10 Rumah Sakit yang tersebar di penjuru kota Samarinda dengan sebagian besar merupakan Rumah Sakit swasta salah satunya adalah Rumah Sakit Dirgahayu, Rumah sakit dirgahayu berdiri pada tahun 1975, pada tahun 2013 rumah sakit dirgahayu meiliki kapasitas 255 Tempat tidur dengan fasilitas medis antara lain spesialis klinik anak, umum, kebidanan dan kandungan, bedah, ICU, BKIA, gigi dan mulut serta palayanan penunjang seperti laboratorium, farmasi, fisioterapi dan rontgen.11 Dalam pengoperasian rumah sakit terkadang terjadi banyak permasalahan terutama terhadap lingkungan di karenakan proses pembuangan limbah cair yang apabila tidak di kelola dengan baik akan merusak lingkungan selain itu Rumah Sakit Dirgahayu terletak di daerah padat penduduk dengan jumlah pedagang makanan yang berdagang di sekitar wilayah rumah sakit sangat banyak sehingga berpotensi besar dalam menghasilkan limbah
10
”Jenis dan Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan Dan Kesehatan”, http://www.smallcrab.com/kesehatan/764-jenis-dan-pengaruh-limbah-rumah-sakit-terhadaplingkungan-dan-kesehatan, yang di akses pada hari Selasa 25 Juni 2013, Pukul 23.00 11 http://indonetwork.co.id/RSDIRGAHAYU/profile, yang di akses pada hari Selasa, tanggal 5 November 2013, Pukul 18.00
5
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 4
domestik yang berpengaruh terhadap hasil olahan limbah Rumah sakit Dirgahayu yang berdampak pada lingkungan sekitar.Dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit telah di jelaskan bahwa Pemerintah daerah selaku Gubernur untuk dapat menetapkan parameter tambahan di luar baku mutu limbah cair sesuai keperluan di masing-masing daerah berkitan dengan itu maka telah di terbitkannya Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran air mengenai parameter Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit yang telah di sesuaikan untuk keperluan di Kalimantan Timur, serta memuat sebagaimana mestinya pertanggung jawaban pihak rumah sakit dalam pengelolaan limbah cair. Pembahasan 1. Upaya
pihak
Rumah
Sakit
Dirgahayu
kota
Samarinda
dalam
mengelola limbah cair Air yang di gunakan di Rumah Sakit Dirgahayu berasal dari 2 sumber yakni dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan air dari pengolahan sendiri.
Air
dari
PDAM
hanya
di
gunakan
untuk
keperluan
dapur
umum/instalasi gizi, dan penyediaan air minum. Sedangkan air pengolahan sendiri di gunakan untuk keperluan operasional lainnya.12
12
6
Hasil wawancara dengan Bapak Ir.Velix Gatot Hr selaku PIC.Environment Healthy RS.Dirgahayu
Pengelolaan Limbah Cair (Frederickus Yuga) Gambar 1; Penggunaan air di Rumah Sakit Dirgahayu
Dapur
PDAM
Pengolahan Untuk Air Minum
Laundry
Air Pengolahan Sendiri
Perawatan IPAL
Drainase
Laborat
R.Operasi
Sumber : Dokumen UKL-UPL Rumah Sakit Dirgahayu 2011
Tabel 1; Penggunaan rata-rata air di Rumah Sakit Dirgahayu. Jenis Kegiatan No 1 2 3 4 5 6 7 8
Rawat jalan,Laborat,UGD,Apotik,Perkantoran Rawat Inap Kamar Bedah Dapur Laundry IPAL, Insenerator Kamar Jenazah Asrama Karyawan Jumlah rata-rata
Volume (m3/hari) 5 34 3 10 20 2 1 15 90
Sumber : Dokumen UKL-UPL Rumah Sakit Dirgahayu 2011 Tabel tersebut merupakan uraian dari setiap keperluan air setiap bagian di Rumah Sakit Dirgahayu yang di ukur dari presentasi hari dan kubikasi.
7
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 4
Pengelolaan lingkungan merupakan tanggung jawab semua pihak yang dianggap berkepentingan dalam pemanfaatan sumber daya alam dan kelestarian
lingkungan.13
Kegiatan-kegiatan
yang
berhubungan
dengan
masalah lingkungan hidup di dalam lokasi kegiatan pada dasarnya tercakup dalam kegiatan yang bersifat intern dari struktur organisasi Rumah Sakit dirgahayu, sedangkan yang bersifat ekstern yaitu berkaitan dengan instansi yang berkepentingan atau terkait dengan masalah pengelolaan lingkungan menjadi tanggung jawab instansi tersebut. Pengelolaan lingkungan di Rumah Sakit Dirgahayu terbagi dalam masing-masing blok/field yang saling berkaitan dengan muara pengelolaan lingkungan di bagian lingkungan hidup yakni Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) dan Instalasi Pengelolaan Limbah Padat (Insenerator) yang di tampung terlebih dahulu di tempat penyimpanan sementara (TPS)B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) serta pengelolaan kualitas udara.14 Dengan adanya kegiatan Rumah Sakit Dirgahayu, maka akan berpengaruh terhadap kualitas badan air penerima. Namun hal ini dapat di tanggulangi dengan adanya Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Dimana Ipal merupakan unit pengelolaan air limbah cair dari proses kegiatan di Rumah Sakit Dirgahayu. Pengujian parameter pencemaran terhadap saluran buangan dilakukan pada outlet Ipal yang mengalir di saluran pembuangan.
13 Ensiklopedia,Lingkunganhttp://pengertiandefinisi.blogspot.com/2011/10/lingkungan.html diakses Tanggal 31 Maret 2013 Pukul 07.32 Wita 14 Hasil wawancara dengan Bapak Ir.Velix Gatot Hr selaku PIC.Environment Healthy RS.Dirgahayu
8
Pengelolaan Limbah Cair (Frederickus Yuga) A. Upaya Pengelolaan Limbah Cair Oleh Pihak Rumah Sakit Dirgahayu. Penurunan kualitas air tanah dan air permukaan disebabkan oleh kualitas air limbah yang di buang ke lingkungan kurang baik, limbah cair yang di timbulkan dari kegiatan pelayanan pasien di Rumah Sakit Dirgahayu terangkum dalam tabel berikut : Tabel 2; Sumber Dan Volume Limbah Cair
No 1
Sumber Limbah Cair
Kegiatan
UGD (Unit Gawat Darurat)
Pencucian tngan dan luka, urinoir
Poli umum,Poli anak,BKIA,Poli gigi,Poli
2
bedah, Fisioterapi Laboratorium.
3
Ruang Santo yakobus
4
Volume ratarata (m3/hari) 2
Pencucian tangan,pencucian instrumen laboratorium,sisa reagent,pencucian luka,
3
urinoir Pencucian tangan, urinoir
Ruang Santo Mikael, Radiologi, Hemodilisa
3
Pencucian tangan,pencucian instrumen
3
hemodilisa,bekas reagent,urinoir
5
Ruang Santo Gabriel
Pencucian tangan, urinoir
2
6
Ruang Santo Theresia
Pencucian tangan, urinoir
3
7
R.Operasi dan ICU-ICCU
8
Dapur
9
Kamar Jenazah
Pemandian Jenazah,Urinoir
0.5
10
Laundry
Pencucian linen/kain tenun,urinoir
15
Pencucian tangan,pencucian instrumen
3
bedah,sterilisasi,urinoir Pencucian bahan makanan dan alat
8
memasak
Jumlah
42.5
Sumber : Dokumen UKL-UPL Rumah Sakit Dirgahayu 2011
Tabel di atas merupakan uraian setiap kegiatan pelayanan pasien di Rumah Sakit dirgahayu yang menghasilkan limbah cair yang di ukur dari presentasi hari dan kubikasi.
9
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 4
Pengolahan limbah cair di Rumah Sakit Dirgahayu dilakukan dua tahap yakni pengolahan terpisah dan pengolahan terpusat. 1.
Pengolahan terpisah meliputi pengolahan awal yang dilakukan untuk mengurangi
beban
olah
limbah
di
unit
pengolahan
terpusat.15
Pengolahan ini dilakukan di masing-masing sumber limbah, yakni; a. Limbah cair dari ruang perawatan Proses yang dilakukan yakni sedimen gravitasi. Sedimentasi dengan gravitasi berguna untuk menahan ikutan padatanpadatan terhanyut yang ada pada air limbah dalam suatu bak kontrol yang ditempatkan pada aliran air buangan menuju IPAL. Proses ini diterapkan di sepanjang ruas drainase tertutup yang berasal dari ruang perawatan pasien, rawat inap maupun rawat jalan. b. Limbah cair dari dapur/instalasi gizi Proses yang dilakukan yakni sedimen gravitasi. Sedimentasi dengan gravitasi berguna untuk menahan ikutan padatanpadatan terhanyut yang ada pada air limbah dalam suatu primary
treatment dengan cara screening dan oil catcher. Screening berfungsi untuk menyaring padatan yang terikut aliran limbah cair dari dapur untuk diangkat dan dibuang ke kontainer liimbah domestik. Sedangkan oil catcher berfungsi sebagai penangkap minyak dan lemak, selanjutnya minyak dan lemak dibuang ke
15
Hasil wawancara dengan Bapak Ir.Velix Gatot Hr selaku PIC.Environment Healthy RS.Dirgahayu
10
Pengelolaan Limbah Cair (Frederickus Yuga) kontainer sampah. Primary treatment limbah cair dari dapur ditempatkan pada aliran air buangan menuju IPAL. c.
Limbah cair dari laundry. Proses yang dilakukan yakni sedimentasi gravitasi. Sedimentasi dengan gravitasi berguna untuk menahan padatan-padatan ikutan yang ada pada air limbah dalam suatu primary treatment dengan cara screening.
d. Pengelolaan limbah tinja. Limbah tinja berasal dari kamar mandi/WC berupa tinja, dimasukkan dalam septik tank konvensional dengan konstruksi kedap air. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya resapan air ke air tanah yang dapat menurunkan kualitas air tanah dan selanjutnya menurunkan kualitas air permukaan. Limbah tinja cukup
dilakukan
desinfeksi
untuk
menghilangkan
bakteri
phatogen. Limbah tinja tidak dialirkan tetapi disedot/dikuras apabila kapasitas septik tank telah terlampaui. 2.
Pengolahan Terpusat Pengolahan terpusat diartikan sebagai pengolahan limbah di suatu tempat, yakni limbah yang dihasilkan dari masing-masing sumber limbah dialirkan ke suatu tempat tertentu dan dilakukan pengolahan secara bersamaan.16
16
Hasil wawancara dengan Bapak Ir.Velix Gatot Hr selaku PIC.Environment Healthy RS.Dirgahayu
11
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 4
Syarat-penggunaan sistem ini adalah : a. Pemilihan lokasi Lokasi berada pada lahan terbuka dan jauh dari lokasi ruangan lain, sehingga jika timbul bau limbah tidak mengganggu aktivitas lain. b. Penggunaan sistem saluran/drainase Sistem
drainase
yang
digunakan adalah saluran drainase
tertutup, hal ini dilakukan untuk menghindari adanya penguapan atau
pelepasan
gas-gas
terlarut
ke
udara
yang
dapat
menurunkan kualitas uadara. c.
Adanya bak pengolahan Bak pengolahan yang digunakan disesuaikan dengan volume limbah yang dihasilkan dengan penggunaan teknologi pengolahan limbah yang sesuai pula.
Proses pengelolaan limbah cair di Rumah Sakit Dirgahayu dilakukan melalui tahapan-tahapan pengelolaan dari masing-masing sumber penghasil limbah cair. Pegelolaan limbah cair dari masing-masing sumber yakni : a. Limbah cair dari ruang perawatan Limbah cair dari ruang perawatan baik itu rawat jalan maupun rawat inap dilakukan mobilisasi melalui wastafel-wastafel yang ada di masing –masing ruang perawatan. Dari wastafel-wastafel ini dialirkan melalui pipa-pipa bawah tanah. Dalam perjalanannya menuju IPAL, limbah cair dilakukan pengolahan dengan sistem
12
sedimentasi
Pengelolaan Limbah Cair (Frederickus Yuga) garavitasi
yang
berguna
untuk menahan dan
mengendapkan
padatan-padatan ikutan . Pengelolaan dengan sistem ini dilakukan dengan cara limbah cair dilewatkan bak kontrol-bak kontrol di titik aliran menuju IPAL. Tercatat ada 11 (sebelas) bak kontrol yang ada dari ruang perawatan menuju IPAL dan dapat bertambah lagi apabila ada penambahan unit baru di Rumah Sakit Dirgahayu. b. Limbah cair laboratorium Limbah cair dari wastafel di dalam laboratorium selanjutnya ditampung dalam kolam tertutup kedap air. Pengolahan di tempat dilakukan dengan cara desinfeksi dengan larutan kalsium hipoklorit. Selanjutnya limbah cair dikirim ke IPAL dengn mesin pompa melalui pipa pvc. c.
Limbah cair dari dapur Limbah cair dari dapur dialirkan melalui saluran drainase terbuka dan tertutup. Dilakukan pengolahan primary/primary treatment limbah dapur sebelum masuk IPAL, yakni dengan sreening dan sistem oil
catcher. Screening berfungsi untuk menyaring padatan-padatan ikutan berupa sisa bahan makanan, potongan dan serpihan bahan masakan. Sedangkan oil catcher berfungsi untuk menangkap minyak yang terikut dalam aliran limbah cair. d. Limbah cair dari laundry Limbah cair laundry sebelum masuk IPAL dilakukan pengolahan pendahuluan (primary treatment), berupa screening dan pengolahan
13
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 4
biologi .Screening dilakukan untuk menyaring padatan-padatan ikutan seperti serpihan kain. Sedangkan pengolahan dengan sistem biologi yakni dengan menumbuhkan bakteri pengurai pada media ijuk yang terdpat di dalam primary treatment limbah cair tersebut. Bakteri akan menguraikan zat-zat organik yang terlarut dalam limbah cair. Pengelolaan limbah cair dilakukan dalam beberapa tahap proses, dimulai dari pengelolaan
pada
sumber
penghasil
limbah
cair
yang
berasal
dari
ruang/gedung UGD dan ruangan-ruangan perawatan lainnya. Pengelolaan pada sumber-sumber penghasil limbah cair berupa mobilisasi limbah cair melalui saluran tertutup, pipa-pipa pvc yang tertanam di bawah permukaan tanah. Dalam perjalanan menuju IPAL, limbah cair dilakukan proses sedimen gravitasi, yakni pengendapan dan penahanan padatan-padatan ikutan yang akan tertahan dalan bak kontrol.17 A. Cara Pengelolaan Limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan Rumah Sakit Dirgahayu diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Transfer masing-masing limbah cair dari sumbernya menuju Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dilakukan dengan sistem konstruksi perpipaan tertutup yang dilengkapi dengan bak kontrol pada ruas-ruas tertentu. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meudahkan pengontrolan dan perbaikan jika sewaktu-waktu terjadi trouble shooting pada perpipaan tersebut. Sehingga diketahui di titik yang mana terjadi trouble tersebut.
17
Hasil wawancara dengan Bapak Ir.Velix Gatot Hr selaku PIC.Environment Healthy RS.Dirgahayu
14
Pengelolaan Limbah Cair (Frederickus Yuga) a. Limbah Cair Dari Ruang Perawatan Limbah cair dialirkan dengan memanfaatkan perbedaan ketinggian level air menuju IPAL dengan melalui beberapa bak kontrol. Fungsi lain dari bak kontrol adalah agar padatan/solid ikutan terendap di bak tersebut, sehingga kebuntuan pada pipa transfer dapat dihindari.18 b. Limbah Cair Dari Ruang Masak/Dapur Limbah cair dari dapur merupakan limbah cair yang banyak mengandung padatan dan minyak/lemak. Padatan tersebut berupa potongan bahan baku untuk dimasak seperti sayuran, beras, daging, ikan dan sebagainya. Oleh karena itu limbah cair ini dilakukan pengolahan pendahuluan di primary treatment dapur. Metode yang digunakan di primary treatment ini adalah dengan pemasangan screen dan oil catcher, sehingga padatan tertahan di screen dan minyak tertahan dipermukaan limbah cair. Padatan kemudian diangkat secara manual dan ditampung di kontainer untuk dibuang ke Tempat pembuangan Akhir (TPA) oleh Dinas Kebersihan Kota Samarinda. Dari primary treatment ini limbah cair dialirkan menuju ke IPAL. c.
Limbah Cair Dari Laundry Limbah cair dari ruang cuci juga dilakukan pengolahan pendahuluan di primary treatment laundry.
18
Hasil wawancara dengan Bapak Yakobus, Selaku Kabid IPSRS RS.Dirgahayu
15
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 4
Upaya yang digunakan adalah dengan metode filter supernatan untuk mengurangi padatan ikutan dan busa yang timbul. Padatan ikutan berupa potongan kain, dan potongan kemasan deterjen. Dari primary treatment ini limbah cair dialirkan menuju IPAL. d. Limbah Cair Dari Laboratorium Limbah cair dari laboratorium merupakan limbah cair campuran dari berbagai macam jenis bahan kimia, biologi, bahan organik dan bahan anorganik. Limbah cair ditampung dalam bak kontrol dengan tiga sekat ruangan dengan aliran over flow dari sekai 1 ke sekat 2 dan terakhir sekat 3. Sebelum diolah di IPAL, limbah ini ditambahkan kalsium karbonat. Hal ini dilakukan untuk menguragi mengurangi beban olah di IPAL seperti bau, warna dan kalsium karbonat itu sendiri bersifat sekundary koagulant. Cara pengangkutan ke IPAL adalah dengan cara penyedotan dengan pompa dan ditampung dalam drum. Limbah cair kemudian diangkut ke IPAL secara periodik atau melihat situasi yang ada. B. Waktu Pengelolaan Pengolahan limbah cair dilakukan setiap hari selama Rumah Sakit beroperasi.
C. Lokasi Pengelolaan Lokasi pengolahan limbah cair dilakukan di dalam area Rumah Sakit Dirgahayu, tepatnya di bagian belakang RS Dirgahayu.19
19
Data dan Gambar diperoleh langsung dari Ipal Rumah Sakit Dirgahayu.
16
Pengelolaan Limbah Cair (Frederickus Yuga) Gambar 2 Lokasi Pengelolaan Limbah Cair RS.Dirgahayu
17
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 4
D. Pelaksana Pengelolaan Pengelolaan dilakukan oleh Bidang Umum bagian Lingkungan Hidup Rumah Sakit Dirgahayu. E. Upaya Pemantauan Lingkungan Upaya
pemantauan
lingkungan
dilakukan
untuk
mengetahui
dampak/pengaruh kegiatan Rumah Sakit Dirgahayu terhadap lingkungan. Hali ini dilakukan untuk usaha mencegah dan meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif terhadap lingkungan. Dampak yang dipantau berdasarkan prakiraan dampak yang mungkin timbul dari kegiatan Rumah Sakit adalah lokasi pemantauan lingkungan secara keseluruhan dilakukan di dalam dan luar area rumah sakit yang berpotensi terkena dampak. Pemantauan kualitas limbah cair di lakukan minimal 1 kali dalam sebulan dengan metode pemantauan dilakukan dengan swapantau bekerjasama dengan mengguakan jasa pihak ketiga, yaitu dari laboratorium yang menjadi laboratorium rujukan pemerintah yaitu Balai Riset dan Standarisasi Industri Provinsi Kalimantan Timur. Tolok ukur dampak adalah parameter kualitas air yang ditunjukkan dengan kandungan kadar polutan pada air buangan setelah adanya upaya pengelolaan limbah dan dibandingkan dengan tolok ukur parameter khusus untuk kegiatan rumah sakit yang ditetapkan oleh instansi terkait, dalam hal ini adalah Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Timur Nomor 2 Tahun 2011 Lampiran I.17 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran air.
18
Pengelolaan Limbah Cair (Frederickus Yuga) Adapun laporan swapantau lingkungan hidup Rumah Sakit Dirgahayu pada bulan September 2013 sebagai berikut : Tabel 5 Laporan Swapantau Rumah Sakit Dirgahayu Kadar Maksimum No
Parameter
Satuan
IPAL
Metode Uji
Perda Kaltim No 2 Tahun 2011
1
pH
-
6.60
6-9
SNI 06-6989.11-2004
2
BOD
Mg/L
9.98
30
SNI 6989.72.2009
3
COD
Mg/L
13.25
80
SNI 06-6989.2-2004
4
Zat Padat
Mg/L
30
30
SNI 06-6989.3-2004
Mg/L
1.006
0.1
SNI 06-6989.30-2004
Tersuspensi (TSS) 5
Amoniak Bebas(NH3-N)
6
Total Phospat
Mg/L
0.252
2
SNI 06-6989.31-2004
7
Bakteri Bentuk
MPN/10
1500
10000
SNI 19 2897-1992.2.2
Koli
0ml
Sumber : Laporan Swapantau Rumah Sakit Dirgahayu September 2013 Sesuai dengan apa yang telah di uraikan di atas yang menyatakan bahwa Rumah sakit dirgahayu dalam penggunaannya airnya menggunakan 2 sumber air yaitu sumber dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan air dari hasil olahan sendiri.20 Air dari hasil olahan sendiri tersebut merupakan hasil yang di peroleh dari proses pengelolaan limbah cair yang sangat baik dengan menggunakan Ipal yang dimana memperoleh hasil olahan berupa air yang memiliki pH 6.60 sesuai dengan isi swapantau pada bulan September 2013.
20
Hasil wawancara dengan Bapak Ir.Velix Gatot Hr selaku PIC.Environment Healthy RS.Dirgahayu
19
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 4
F. Pelaporan Pelaporan terhadap hasil upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) ditujukan kepada instansi pembina dan pengawas, yakni :21 1.
Badan Lingkungan Hidup Kota Samarinda
2.
Badan Lingkungan Hidup Propinsi Kalimantan Timur
Pelaporan juga ditujukan kepada BLH Provinsi Kalimantan Timur sebagai dasar dalam memberikan nilai dalam Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup yang di laksanakan setahun 2 kali. Pelaporan berisikan perkembangan upaya pengelolaan dan pemantauan yang dilakukan secara rutin dan periodik. Laporan tersebut antara lain : 1.
Laporan swapantau (setiap bulan)
2.
Laporan Limbah padat (setiap tiga bulan)
3.
Rangkuman Laporan Kegiatan (setiap enam bulan)
2. Sistem Pengawasan Pemerintah Daerah Kota Samarinda terhadap pengelolaan limbah cair yang dilakukan oleh pihak Rumah Sakit Dirgahayu Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan dan prikehidupan manusia, serta memajukan kesejahtraan umum, sehingga merupakan modal dasar dan factor utama pembangunan. Untuk mencegah terjadinya dampak yang dapat merusak
21
Hasil wawancara dengan Ibu Kitti Sandrawardi, Selaku Direktur SDM dan Finance RS.Dirgahayu
20
Pengelolaan Limbah Cair (Frederickus Yuga) lingkungan hidup, kesehatan manusia dan mahluk hidup lainnya diperlukan pengawasan yang intensif dari pemerintah dalam ijin pembuangan air limbah dan retribusi air limbah sejalan dengan pengawasan dan pengendalian sarana pembuangannya.22 Dalam rangka pengawasan dan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan media air yang di sebabkan oleh kegiatan Rumah Sakit perlu untuk melaksanakan program pengendalian kerusakan lingkungan hidup dan penilaian peringkat perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Untuk mencegah terjadinya dampak yang dapat merusak lingkungan hidup, kesehatan manusia dan mahluk hidup lainnya diperlukan pengawasan yang intensif dari pemerintah dalam ijin pembuangan air limbah dan retribusi air limbah
sejalan
dengan
pengawasan
dan
pengendalian
sarana
pembuangannya. A.
Pengawasan Pemerintah Daerah Kota Samarinda terhadap pengelolaan limbah cair yang dilakukan oleh pihak Rumah Sakit Dirgahayu Yang berwenang dalam melakukan pengawasan adalah lingkungan Hidup kota Samarinda
Badan
yang dalam hal ini menunjuk
pengawas lingkungan hidup daerah atau membentuk tim pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup berdasarkan Keputusan Walikota Samarinda Nomor 824/2087.-SK/BKD-II.1/2014 Tentang Pengangkatan (Inpassing) PNS Dalam Jabatan Fungsional Pengawasan lingkungan hidup 22
Moh. Soerjani, Rofiq Ahmad dan Rozy Munir, 1987, Lingkungan : Sumber Daya Alam, UI Press, Jakarta, Halaman 60
21
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 4
Di Lingkungan Pemerintah Kota Samarinda. Pengawasan yang di lakukan oleh pemerintah kota Samarinda di bagi dalam tiga bentuk pengawasan yaitu :23 1. Pengawasan rutin tiga bulan sekali. Pengawasan yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat ketaatan Rumah sakit Dirgahayu terhadap pemenuhan peraturan lingkungan. Pengawasan secara rutin dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan pengawasan langsung dilapangan dan evaluasi terhadap laporan swapantau Rumah Sakit Dirgahayu. 2. Pengawasan Berkala enam bulan sekali. Pengawasan yang dilakukan dengan mengevaluasi aspek
perijinan
yang dimiliki Rumah sakit Dirgahayu dalam ijin pembuangan air limbah dan retribusi air limbah sejalan dengan pengawasan dan pengendalian sarana pembuangannya. 3. Pengawasan Kasuistis Pengawasan
yang
dilakukan
oleh
karena
adanya
pengaduan
masyarakat (kasus pencemaran lingkungan). Dalam melakukan pengawasan pemerintah Kota Samarinda memiliki dasar hukum yang sesuai dengan parameter pengawasan yang berlaku yaitu : 1. Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 13 tahun 2006 Tentang Pengelolaan Limbah Cair Dalam wilayah kota Samarinda. Yang di
23
Hasil wawancara dengan Bapak Tukiran, BLH Kota Samarinda
22
Pengelolaan Limbah Cair (Frederickus Yuga) dalamnya tertuang dengan jelas mengenai pembinaan, pengawasan, dan pengendalian yang di lakukan Pemerintah Kota Samarinda. 2. Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 30 tahun 2003 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air Dalam Wilayah Kota Samarinda. Yang di dalamnya tertuang dengan jelas hak dan kewajiban masyarakat kota Samarinda dalam memperoleh kualitas air yang baik, ruang lingkup dan tujuan dari pengelolaan kualitas air, pengawasan, pelaporan, ganti kerugian apabila terjadinya pencemaran lingkungan. Dalam melakukan tugasnya pengawas lingkungan hidup daerah atau tim pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup yang telah di bentuk melakukan pengawasan dengan berdasarkan landasan hukum yaitu: 24 1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun 2001 Tentang Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Dan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah. 2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 56 Tahun 2002 Tentang Pedoman Umum Pemgawasan Penataan Lingkungan Hidup Bagi Pejabat Pengawas Lingkungan. 3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 57 Tahun 2002 Tentang
Tata Kerja Pejabat Pengawas Lingkungan hidup
Di
Kementerian Lingkungan Hidup.
24
Hasil wawancara dengan Ibu Ernestina Loda, BLH Kota Samarinda
23
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 4
4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 2002 Tentang
Tata Kerja Pejabat Pengawas Lingkungan hidup
Di
Provinsi/Kabupaten/Kota. B.
Kerja Sama Pengawasan Antara Pemerintah Kota Samarinda dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur Dalam Pengawasan terhadap Lingkungan Hidup Pengawasan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Samarinda dilakukan sekaligus dengan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) dalam pengelolaan Lingkungan Hidup yang di laksanakan setahun 2 kali.25 PROPER merupakan kegiatan rutin tahunan dari pengawasan yang dilakukan oleh oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan
Timur,Khususnya
Badan
Lingkungan
Hidup
Provinsi
Kalimantan Timur. Badan Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur dalam hal ini bidang pengendalian pencemaran, sub bidang pengendalian pencemaran air dan laut bertugas melakukan pengawasan dan penilaian terhadap kinerja Rumah Sakit Dirgahayu dalam mengelola lingkungan hidup sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Nomor 660.2/k.84/2014 Tentang Pembentukan Tim Pengawas Dan Pengendalian Serta Penilaian Program Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengeloaan Lingkungan Hidup. Dalam hal PROPER Badan Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur bekerja sama dengan Badan Lingkungan Hidup Kota Samarinda di karenakan kegiatan usaha yang di lakukan oleh Rumah Sakit Dirgahayu
25
Hasil wawancara dengan Ibu Zahratuista Rahmi, BLH Provinsi Kalimantan Timur
24
Pengelolaan Limbah Cair (Frederickus Yuga) berada di dalam lingkungan Kota Samarinda.26 Pada tahun 2013 hasil dari Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) yang di lakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur dan Badan Lingkungan Hidup Kota Samarinda yang di umumkan pada bulan Mei 2013 Rumah Sakit Dirgahayu mendapatkan Peringkat Biru atau yang sering di sebut Bendera Biru. Bendera biru adalah penilaian yang di berikan kepada perusahaan yaitu Rumah Sakit Dirgahayu yang telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan sesuai dengan
ketentuan
dan/atau
peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku.27 Penutup Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengelolaan limbah cair yang dilakukan oleh pihak Rumah Sakit Dirgahayu Kota Samarinda telah dilaksanakan dengan cara yang baik dan dengan menggunakan teknologi yang modern sehingga menghasilkan kualitas hasil air olahan yang baik dan sesuai dengan baku mutu limbah cair bagi kegiatan Rumah Sakit sebagaimana di atur dalam Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 2 Tahun 2011. 2. Sistem pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah khususnya Badan Lingkungan Hidup Kota Samarinda terhadap tindakan upaya 26 27
Hasil wawancara dengan Ibu Ika Wirani, BLH Provinsi Kalimantan Timur Hasil wawancara dengan Ibu Kitti Sandrawardi, Selaku Direktur SDM dan Finance RS.Dirgahayu
25
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 4
pengelolaan lingkungan hidup khususnya limbah cair yang di lakukan oleh Rumah Sakit Dirgahayu sudah cukup baik yaitu dengan adanya pengawasan rutin tiga bulan sekali dan pengawasan berkala enam bulan sekali, serta bekerja sama dengan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur untuk bersama-sama melakukan pengawasan dan menjalankan program PROPER. Saran Dari hasil kesimpulan maka penulis dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Dalam hal pengelolaan limbah cair pihak Rumah Sakit Dirgahayu harus bisa lebih mengembangkan upaya terhadap pengolahan limbah cair sehingga akan mendapatkan hasil yang lebih baik lagi dari yang telah ada. 2. Pihak Rumah Sakit Dirgahayu harus terus lebih memperhatikan kondisi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebagai wadah pengelolaan limbah cair agar terus menghasilkan hasil olahan yang lebih baik lagi agar tidak menurunkan kualitas air olahan yang nantinya bisa melampaui baku mutu yang telah di atur dalam peraturan perundang-undangan. 3. Pemerintah Kota Samarinda khususnya Badan Lingkungan Hidup Kota Samarinda untuk lebih di harapkan proaktif dan lebih ketat dalam melakukan pengawasan agar dapat meminimalisir terjadinya pencemaran lingkungan.
26
Pengelolaan Limbah Cair (Frederickus Yuga) Daftar Pustaka A. Buku Arya, Wisnu, edisi revisi 1995, Dampak Pencemaran Lingkungan, Andi Yogyakarta, Yogyakarta. Ayu, Kesuma, Riana, 2007, Hukum Lingkungan Dalam Bidang Ilmu Hukum, Erlangga, Jakarta. Andi, Hamzah, 2005, Penegakkan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika, Jakarta. Abdulkadir, Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung. Pujiharto, 2003, Ekosistem Lingkungan Hidup, Jendela Ilmu, Yogyakarta. Rahmadi, Takdir, Hukum Lingkungan Indonesia, 2011, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Siahaan, N.H.T, 2004, Hukum Lingkungan Dan Ekologi Pembangunan, Erlangga, Jakarta. Supriadi, 2010, Hukum Lingkungan Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. Sunggono, Bambang, 1997, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta. B. Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 140). Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun. Republik Indonesia, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun. Republik Indonesia, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 1995 Tentang Bakumutu Lingkungan Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit. Republik Indonesia, Keputusan Menteri Kesehatan Negara Republik Indonesia Nomor 1024/Menkes/SK/X/2004. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran air. C. Dokumen Hukum, Hasil Penelitian, Tesis, dan Disertasi Dokumen Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Dokumen UKL-UPL Rumah Sakit Dirgahayu Kota Samarinda Tahun 2011
27
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 4
D. Artikel Jurnal Ilimiah, Artikel Koran, Artikel Internet, dan Makalah Seminar Artikel, “Teknologi pengolahan air limbah rumah sakit”, http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Limbahrs/limbahrs.h tml, yang di akses pada hari Rabu 26 Juni 2013 pencemaran lingkungan dan upaya Artikel, ”macam-macam pencegahannya”,http://www.sentraedukasi.com/2010/04/mac am-macam-pencemaran-lingkungan-upaya.html yang di akses pada hari Senin 24 Juni 2013 Pukul 15.00 “ Artikel, Pengertian Limbah rumah sakit” , http://www.psychologymania.com/2012/09/pengertianlimbah-rumah-sakit.html, yang di akses pada hari Minggu 23 Juni 2013, Pukul 15.00 Makalah, Tomi,2012, Propert Lingkungan Hidup 2012 Kalimantan Timur, 24 Mei 2012 Makalah, Wyuliandari,2008, PELAKSANAAN UKL-UPL (UPAYA
PENGELOLAAN LINGKUNGAN-UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN) Dibuat untuk sosialisasi pada 29 Oktober 2008 Makalah, Sartono, 2008, Makalah berjudul Son Earth Zone, Untuk Sosialisasi pada 30 Oktober 2008
28