i
PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN KOTA DI KOTA KRAKSAAN KABUPATEN PROBOLINGGO JAWA TIMUR
RIFQI ABDILLAH
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan dan Pengembangan Hutan Kota di Kota Kraksaan Kabupaten Probolinggo Jawa Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014 Rifqi Abdillah NIM E34090034
ii
ABSTRAK RIFQI ABDILLAH. Pengelolaan dan Pengembangan Hutan Kota di Kota Kraksaan Kabupaten Probolinggo Jawa Timur. Dibimbing oleh ENDES N. DAHLAN dan SITI BADRIYAH RUSHAYATI. Kota Kraksaan sebagai ibukota Kabupaten Probolinggo telah memiliki satu hutan kota. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengelolaan Hutan Kota Kraksaan serta menentukan konsep pengembangan Hutan Kota Kraksaan yang meliputi tipe, bentuk dan fungsinya. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli – November 2013. Metode yang digunakan adalah wawancara secara in-depth interview dengan pengelola dan instansi terkait, analisis vegetasi dan studi literatur. Pengelolaan Hutan Kota Kraksaan tidak berjalan dengan optimal karena Badan Lingkungan Hidup sebagai pengelola tidak memiliki rencana pengelolaan yang jelas sesuai dengan PP 63 Tahun 2002 serta tidak melibatkan stakeholder lain. Hasil analisis vegetasi menunjukkan bahwa keanekaragaman dan kemerataan tingkat pertumbuhan spesies pohon tergolong sedang dan merata. Pemerintah daerah perlu menambah areal luasan hutan kota dengan melibatkan berbagai pihak serta pembangunannya mengacu kepada permasalahan lingkungan yang ada maupun berpotensi muncul dimasa yang akan datang Kata Kunci: hutan kota kraksaan, pengembangan, pengelolaan
ABSTRACT RIFQI ABDILLAH. Management and Development of Urban Forest in Kraksaan city, Probolinggo district, East Java. Supervised by ENDES N. DAHLAN and SITI BADRIYAH RUSHAYATI. Kraksaan town as the capital of Probolinggo district had one urban forest. The purpose of this research it to identify the role in the management of Kraksaan’s urban forest and also determine the management concept of the urban forest including the type, form and function. This research was conducted between July –November 2013. The using method was in-depth interview with related maintaners and institutions, vegetation analysis, and literature studies. The management of Kraksaan’s urban forest was not going optimally because the Environment Department as the maintaner had not a clear management plan in accordance with PP No 63 year 2002 and there was no participation of the other stakeholders. The result of vegetation analysis indicated that varieties and evenness of the tree growth rate of species in the Kraksaan’s urban forest belonged to middle range and evenly. Local governments need to increase urban forest area by involving the various parties as well as its construction refers to the existence of environmental problems or potentially emergence in the future. Keywords: development, Kraksaan’s urban forest, management
iii
PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN KOTA DI KOTA KRAKSAAN KABUPATEN PROBOLINGGO JAWA TIMUR
RIFQI ABDILLAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
iv
v
Judul Skripsi : Pengelolaan dan Pengembangan Hutan Kota di Kota Kraksaan Kabupaten Probolinggo Jawa Timur Nama : Rifqi Abdillah NIM : E34090034
Disetujui oleh
Dr Ir Endes N Dahlan, MS Pembimbing I
Dr Ir Siti Badriyah Rushayati, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
vi
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas limpahan karunia dan rahmatnya sehingga karya ilmiah ini berhasil di selesaikan. Tema yang diangkat dalam penelitian ini adalah hutan kota dengan judul pengelolaan dan pengembangan hutan kota di Kota Kraksaan Kabupaten Probolinggo Jawa Timur. Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua Bapak Salehuddin S.Pd I dan Ibu Wiwik Samsida, kepada dosen pembimbing Bapak Dr Ir Endes N Dahlan MS dan Ibu Dr Ir Siti Badriyah Rushayati, M. Si. Penghargaan juga penulis sampaikan kepada Bappeda Kabupaten Probolinggo, Badan Lingkungan Hidup, dan Dinas Perkebunan dan Kehutanan yang telah membantu penelitian ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat Bogor, Juli 2014 Rifqi Abdillah
vii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Waktu dan Tempat Penelitian
2
Metode Pengumpulan Data
3
Analisa Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
6
Pengelolaan Hutan Kota Kraksaan
7
Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan Kota Kraksaan
10
Konsep Pengembangan Hutan Kota Kraksaan
12
SIMPULAN DAN SARAN
15
Simpulan
15
Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
15
viii
DAFTAR TABEL 1 Jenis, metode, dan sumber data berdasarkan tujuan penelitian 2 Analisis data untuk menentukan fungsi dan manfaat Hutan Kota Kraksaan 3 Analisis data untuk menentukan tipe hutan kota Kraksaan 4 Analisis data untuk menentukan bentuk hutan kota Kraksaan 5 Spesies tumbuhan HK kraksaan berdasarkan tingkat pertumbuhan 6 Keanekaragaman dan kemerataan tingkat pertumbuhan Hutan Kota Kraksaan 7 Alternatif jenis vegetasi hutan kota tipe rekreasi berdasarkan fungsi
3 5 6 6 10 11 14
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4
Peta Lokasi Penelitian (Bappeda 2013) Desain unit contoh analisis vegetasi Peta Lokasi Hutan Kota Kraksaan (Bappeda 2013) Kondisi vegetasi Hutan Kota Kraksaan
2 4 7 8
PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Kraksaan resmi menjadi ibukota Kabupaten Probolinggo sejak tahun 2010 melalui Peraturan Pemerintah No 2 tahun 2010 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Probolinggo dari wilayah Kota Probolinggo ke Wilayah Kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo Provinsi Jawa Timur. Implikasinya saat ini pembangunan fisik di Kota Kraksaan berkembang sangat pesat, tidak hanya pembangunan kantor kantor pemerintahan, namun juga pembangunan perumahan dan pusat perbelanjaan yang semakin banyak. Jumlah penduduk di kota Kraksaan juga terus mengalami peningkatan. Tercatat laju pertumbuhan penduduk Kota Kraksaan mencapai 1.40 % per tahun dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 sebesar 65.622 jiwa (BPS 2010). Laju pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi dari semua kecamatan di Kabupaten Probolinggo. Bappeda (2013) juga menyatakan bahwa Kota Kraksaan saat ini masih kekurangan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Peningkatan jumlah penduduk dan pembangunan fisik di kota ini membutuhkan sebuah estetika kota yang asri dan rapi sehingga masyarakat dapat tetap hidup dengan nyaman dan sehat. Undang Undang No 26 tahun 2007 telah mensyaratkan sebuah wilayah perkotaan memiliki Ruang Terbuka Hijau (RTH) minimal 30%. Hutan kota merupakan salah satu bentuk dari RTH dan dapat menjadi solusi efektif untuk menjaga kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan. Menurut Purwanto (2012) manfaat yang dapat di peroleh dari keberadaan hutan kota dapat berupa manfaat sosial, estetis dan arsitek, iklim dan fisik, ekologi, dan ekonomi. Salah satu manfaat sosial hutan kota bagi penduduk adalah dapat menjadi tempat istirahat yang sejuk dan nyaman bagi masyarakat, menjadi tempat rekreasi kelurga yang murah dan asri sehingga kebutuhan rekreasi dan wisata masyarakat perkotaan dapat terakomodir dengan adanya hutan kota ini (Dahlan 1992). Keberadaan hutan kota dapat dimaksimalkan dengan melakukan berbagai upaya pengelolaan dan pemeliharaan sehingga fungsi hutan kota tersebut dapat terus terjaga. Kota Kraksaan saat ini telah memiliki hutan kota yang terletak di samping Stadion Gelora Merdeka Kraksaan. Hutan kota telah selayaknya menjadi bagian dari pembangunan kota yang mampu memberikan multimanfaat bagi kehidupan masyarakat dan lingkungan hidup. Pengelolaan terhadap keberadaan hutan kota ini harus dilakukan secara optimal sesuai dengan bentuk dan fungsinya. Pengembangan hutan kota juga dibutuhkan sesuai dengan tipe dan fungsinya sehingga dapat berfungsi lebih optimal bagi lingkungan perkotaan. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian mengenai kajian pengelolaan dan pengembangan hutan kota di Kota Kraksaan saat ini dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan dan pengembangan hutan kota di Kota Kraksaan dimasa akan datang sehingga dapat lebih bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat.
2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi dan menganalisis pengelolaan Hutan Kota Kraksaan 2. Menentukan konsep pengembangan Hutan Kota Kraksaan yang meliputi tipe, bentuk dan fungsi. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi pengelolaan hutan kota Kraksaan serta rekomendasi pengelolaan yang dibutuhkan. Informasi tentang konsep pengembangan hutan kota juga dapat bermanfaat bagi pengelola dalam menentukan kebijakan pembangunan hutan kota ke depan yang lebih baik. Hutan kota yang dibangun dengan pengelolaan dan pengembangan yang baik diharapkan dapat lebih bermanfaat untuk lingkungan dan masyarakat perkotaan.
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kota Kraksaan Kabupaten Probolinggo. Penelitian di laksanakan selama bulan Juli-November 2013.
Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian (Bappeda 2013)
3 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini alat tulis, tally sheet,kuisioner, alat perekam, Phi-Band untuk mengukur diameter pohon, dan kamera, peta kawasan Kota Kraksaan, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Probolinggo serta dokumen-dokumen terkait pengelolaan Hutan Kota Kraksaan. Metode Pengumpulan Data Pengelolaan Hutan Kota Kraksaan Jenis data yang diambil antara lain bentuk pengelolaan dan kondisi fisik maupun biotik Hutan Kota Kraksaan. Data diperoleh dengan melakukan wawancara dan studi pustaka kepada pengelola hutan kota kraksaan yaitu Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Probolinggo. Wawancara dilakukan dengan metode in-depth interview, yaitu wawancara secara mendalam dan berulang untuk memahami jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan yang disusun bersifat luwes, terbuka, tidak baku dan informal. Wawancara dilakukan kepada pimpinan BLH, Kasubbid pengelolaan pertamanan, dan petugas lapangan (2 orang). Materi wawancara meliputi semua aspek perencanaan dan teknis pengelolaan hutan kota kraksaan dengan panduan kuisioner. Jenis data, metode pengumpulan data dan sumber data secara umum akan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis, metode, dan sumber data berdasarkan tujuan penelitian Metode Pengambilan No Jenis Data Sumber Data data 1 Pengelolaan Hutan Kota Kraksaan BLH Wawancara, Komposisi vegetasi Hutan Kota Hutan Kota 2 Analisis vegetasi Kraksaan Kraksaan 3 Keadaan iklim, jenis tanah, Badan Pusat demografi penduduk geografi, dan Statistik Studi Pustaka luas wilayah, (BPS) 4 Bentuk, luas, dan rencana Badan pengelolaan hutan kota Lingkungan Studi Pustaka Hidup (BLH) 5 Rencana Tata Ruang Wilayah Bappeda Studi Pustaka 6
7
SK Bupati Probolinggo tentang penetapan HK Infomasi dan data penelitian lainnya tentang pengelolaan hutan kota yang ideal
Badan Lingkungan Hidup (BLH) Literatur ilmiah
Studi Pustaka
Studi Pustaka
Komposisi Vegetasi Hutan Kota Kraksaan Data diperoleh dengan melakukan analisis vegetasi dengan metode jalur berpetak (Gambar 1). Jumlah petak yang digunakan sebanyak enam petak. Jenis
4 data yang diperoleh antara lain jenis dan jumlah dari setiap tumbuhan bawah,semai, pancang, tiang dan pohon yang diperoleh.
Gambar 2 Desain unit contoh analisis vegetasi. Keterangan : a) Petak contoh semai dan tumbuhan bawah (2m x 2m) b) Petak contoh pancang (5m x 5m) c) Petak contoh tiang (10m x 10m) d) Petak contoh pohon (20m x 20m) Analisis Data Pengelolaan Hutan Kota Kraksaan Data mengenai pengelolaan hutan kota yang diperoleh dianalisis secara deskriptif sehingga dapat menggambarkan kegiatan pengelolaan hutan kota Kraksaan yang ada saat ini. Rujukan dalam konsep pengelolaan mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2002 tentang Hutan Kota. Data mengenai struktur dan komposisi vegetasi yang terdapat di hutan kota Kraksaan dianalisis dengan secara statistik deskriptif melihat beberapa parameter mengacu Indriyanto (2006) antara lain: Kerapatan : Kerapatan relatif : Frekuensi : Frekuensi relatif : Dominansi : Dominansi relatif : INP (Indeks Nilai Penting) = KR+FR (Tumbhan bawah, Semai dan Pancang) INP (Indeks Nilai Penting) = KR+FR+DR (Tiang dan Pohon)
5
Indeks Keanekaragaman : H’ : Indeks Keanekaragaman Pi : ni/N Rendah : < 1.5 Sedang : 1,5-3.5 Tinggi : > 3.5 Indeks Kemerataan : E : Indeks Kemerataan S : Jumlah Seluruh Jenis Rendah : < 0.3 Sedang : 0.3-0.6 Tinggi : > 0.6 Fungsi dan Manfaat Hutan Kota Data yang diperoleh diolah dan analisis secara deskriptif. Metode analisis data dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2 Analisis data untuk menentukan fungsi dan manfaat Hutan Kota Kraksaan Manfaat Hutan Kondisi dan Potensi Fungsi Hutan Kota Kota (PP No. 63 Lokasi (Dahlan, 2004) tahun 2002) Vegetasi hutan mangrove Fungsi pengawetan, Pariwisata alam yang rapat Pendidikan dan penelitian, Penelitian, penunjang rekreasi dan Pendidikan pariwisata Rentan terkena abrasi air Fungsi perlindungan laut (melindungi dari abrasi,membentuk daratan) Berdekatan dengan Fungsi penyehatan lingkungan industri atau pabrik Fungsi perlindungan Kondisi lahan yang Fungsi perlindungan terbuka Fungsi Kondisi ekonomi masih Fungsi produksi HHBK Budidaya HHBK rendah Areal perkantoran atau Fungsi estetika pusat pendidikan Berpotensi sebagai Fungsi lainnya: sarana Sarana rekreasi dan sarana olahraga olahraga olahraga Merupakan jalan utama Fungsi penyehatan lingkungan kota Fungsi estetika Fungsi perlindungan
6
Bentuk dan Tipe Hutan Kota Berdasarkan analisis data secara deskriptif yang telah dirangkum dalam kondisi dan potensi lokasi, ditentukan tipe hutan kota yang tepat dan sesuai (Tabel 3). Bentuk hutan kota ditentukan berdasarkan bentuk/karakteristik lahan (Tabel 4). Tabel 3 Analisis data untuk menentukan tipe hutan kota Kraksaan Kondisi dan potensi lokasi Tipe Hutan kota (PP No. 63 thn. 2002) Vegetasi mangrove rapat (habitat Tipe pelestarian plasma nutfah ikan dan udang) Tipe rekreasi Rawan penebangan da konversi Tipe pelestarian plasma nutfah lahan Rawan abrasi Tipe perlindungan Terletak di tepi jalan Tipe pengamanan Digunakan sebagai sarana olahraga, rekreasi, wisata, dll Terdapat bangunan dan dekat aktivitas masyarakat Berdekatan dengan pabrik/industri
Tipe rekreasi Tipe kawasan permukiman Tipe kawasan industri
Tabel 4 Analisis data untuk menentukan bentuk hutan kota Kraksaan Karakteristik lahan Bentuk Hutan Kota Lahan berbentuk jalur lurus atau melengkung mengikuti Jalur bentuka sungai, jalan, pantai, dan lainnya. Lebar lahan atau panjangnya tidak dibatasi Lahan berbentuk satu kesatuan kompak (tidak terpisah, Mengelompok dapat berbrntuk persegi,lingkatan atau tidak beraturan) Lahan berbentuk kelompok-kelompok (atau bentuk Menyebar jalur-jalur) yang terpisah dan merupakan satu kesatuan pengelolaan
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kota Kraksaan merupakan Ibukota Kabupaten Probolinggo dan memiliki luas 2721.485 hektar. Kota Kraksaan memiliki jenis tanah Alluvial dengan berada di ketinggian 0-25 meter dan bersuhu relatif panas antara 36-39 oC. Hutan Kota Kraksaan memiliki luas 19.500 m2 dan berbentuk melingkar mengelilingi areal Stadion Merdeka Kraksaaan. Hutan Kota Kraksaan dibangun pada tahun 2003 berdasarkan Surat Keputusan Bupati Probolinggo Nomor 650/559/426.12/2013 tentang Penetapan Hutan Kota di Kawasan Stadion Merdeka Kraksaan Kabupaten
7 Probolinggo. Beberapa jenis satwa yang terdapat di Hutan Kota Kraksaan yakni burung cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) dan burung gereja erasia (Passer montanus). Peta lokasi Hutan Kota Kraksaan dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Peta Lokasi Hutan Kota Kraksaan ( Bappeda 2013)
Pengelolaan Hutan Kota Kraksaan Pada tahun 2003 Hutan Kota Kraksaan dikelola oleh Dinas PU Cipta Karya Kebersihan dan Pertamanan, kemudian pada tahun 2008 dikelola oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Probolinggo. Pengelolaan hutan kota secara khusus dilakukan oleh sub bidang pertamanan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Probolinggo dengan tupoksi meliputi: 1. Merencanakan kebijakan pengelolaan pertamanan dan ruang terbuka hijau 2. Melaksanakan kegiatan perencanaan, pengadaan serta perawatan sarana/prasarana pengelolaan pertamanan dan penghijauan kota. 3. Melaksanakan kegiatan pengadaan bibit, penanaman dan perawatan tanaman keras/hias. 4. Melaksanakan kegiatan pembuatan taman kota dan hutan kota 5. Melaksanakan kegiatan pembangunan tugu peringatan dan taman monument. 6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang Pertamanan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Berdasarkan hasil observasi lapang dan wawancara dengan pengelola, kegiatan pengelolaan yang dilakukan yaitu perawatan rutin berupa pemotongan rumput yang dilakukan 2 minggu sekali dan pemangkasan ranting pohon ketika diperlukan. Kebijakan pengelolaan yang ada saat ini hanya sebatas mengelola hutan kota yang sudah ada tanpa memiliki konsep pengelolaan dan pengembangan
8 yang cukup optimal. Dokumen perencanaan yang terorganisir dan terencana dalam jangka pendek, menengah maupun panjang tidak dimiliki oleh BLH. Hal tersebut menunjukan bahwa pengelolaan Hutan Kota Kraksaan belum dilakukan secara optimal. BLH belum memahami secara utuh fungsi dan peran hutan kota untuk wilayah perkotaan, melainkan hanya mengenal dan memahami fungsi dan konsep taman kota sebagai bagian dari ruang terbuka hijau perkotaan. Menurut Dahlan (2004), salah satu contoh kesalahan dalam memahami konsep pembangunan dan pengelolaan hutan kota yakni pengelola hanya memperhatikan pembangunan fisik hutan kota tanpa mempertimbangkan bentuk dan fungsi hutan kota. Kondisi hutan kota kraksaan dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Kondisi vegetasi Hutan Kota Kraksaan Urgensi Keberadaan Hutan Kota Bappeda (2013) menyatakan bahwa salah satu permasalahan di Kota Kraksaan adalah kurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH). Namun pemahaman pengelola tentang RTH hanya sebatas pada taman kota saja. Pendekatan yang dapat dilakukaan untuk membangun kota yang sejuk, indah, bersih, hijau, dan bersih diantaranya adalah konsep Kota Kebun bernuansa Hutan Kota (Dahlan 2004). Konsep ini memadukan antara konsep taman kota dan hutan kota. Wujud fisik hutan kota memiliki kelebihan tersendiri jika dibandingkan dengan taman kota, namun perancangan desain dan lansekap seperti membangun taman kota juga dibutuhkan agar dapat menambah keindahan hutan kota tersebut. Hutan kota yang dibangun selain untuk mengatasi permasalahan lingkungan kota juga diharapkan dapat menambah keindahan kota. Menurut Dahlan (2004) pendekatan Ilmu Hutan Kota dalam membangun RTH di perkotaaan mempunyai beberapa alasan, yaitu: 1. Memiliki biomassa tanaman lebih banyak sehingga dapat menyerap dan menjerap polutan yang lebih banyak. 2. Habitat yang lebih baik untuk flora dan fauna sehingga dapat meningkatkan keanekaragaman hayati. 3. Hutan dapat menambah dan mengelola kandungan air tanah 4. Hutan dapat digunakan sebagai pematah angin dan mengurangi bahaya hujan asam. 5. Hutan kota berupa hutan mangrove dapat menangkap sedimen dan mengurangi bahaya hujan asam.
9 6. Menjadikan udara kota lebih sejuk, bersih, sehat dan nyaman. Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2002 juga menyatakan bahwa hutan kota dapat dikembangkan sebagai sarana pariwisata dan rekreasi, penelitian dan pengembangan pendidikan, pelestarian plasma nutfah, budidaya hasil hutan bukan kayu dan sarana olahraga. Contoh upaya pengelolaan dan pengembangan dapat dilihat pada Hutan Kota Srengseng Jakarta Barat dimana pengelola menambah sarana olahraga serta demplot koleksi tanaman hias (Sulistyo 2004). Peran dan Keterlibatan Stakeholder dalam Pengelolaan Hutan Kota Pengelolaan Hutan Kota Kraksaan saat ini masih berpusat di Badan Lingkungan Hidup sebagai pengelola utama. Sejak tahun 2003 belum ada upaya pengembangan dan pengelolaan yang melibatkan stakeholder lain selain dinas terkait. Kondisi ini menyebabkan tidak terkelolanya segenap potensi hutan kota yang dapat di kembangkan secara optimal. Pengelolaan hutan kota seharusnya dapat mengoptimalkan berbagai komponen stakeholder di setiap daerah. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dapat menjadi mitra pemerintah daerah dalam upaya perencanaan, pengelolaaan maupun pengembangan hutan kota Kraksaan. LSM juga dapat berperan dalam upaya mediasi antara pemerintah dan masyarakat dalam mengatasi kesenjangan komunikasi dan informasi. Perguruan tinggi juga dapat menjadi mitra dengan memberikan pendidikan dan rekomendasi teknis untuk pembangunan hutan kota. Institut Pertanian Bogor sebagai salah satu perguruan tinggi negeri turut berpartisipasi dalam upaya pembangunan hutan kota di Kota Bogor dengan memberikan rekomendasi jenis jenis tanaman yang cocok untuk ditanam di hutan kota, membantu desain taman bagi taman taman di Kota Bogor dan melakukan berbagai penelitian tentang hutan kota dan Ruang Terbuka Hijau (Pratiwi 2012). Contoh keterlibatan stakeholder dalam pengelolaan upaya perencanaan pembangunan hutan kota dapat dilihat di Yogyakarta. Sebuah LSM berhasil mengadvokasikan upaya pembangunan hutan kota seluas 7 hektar di Kabupaten Gunung Kidul dan seluas 9.3 hektar di Kabupaten Kulon Progo. Upaya advokasi tersebut juga sampai pada upaya perencanaan teknis kegiatan di tingkat tapak, sehingga diharapkan pengelolaan hutan kota dapat optimal setelah di bangun. LSM tersebut juga melakukan pembinaan kepada petani setempat untuk menghindari konflik horizontal yang terjadi akibat pembangunan hutan kota (SHOREA 2010). Kiprah dan partisipasi lembaga pemerintah seperti Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan juga berperan dalam memberikan rekemonedasi yang diperlukan. Tercatat pada 2006 Balitbang bekerjasama dengan Pemerintah Kota Padang dalam membuat Design Engineering Hutan Kota Malvinas 20 hektar. Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi para pihak dalam upaya pembangunan dan pengelolaan hutan kota menurut Pratiwi (2012) adalah : 1. Penyusunan Rencana Strategis dan peraturan perundangan yang jelas serta penyusunan pedoman umum pembangunan dan pengelolaan hutan kota. 2. Melibatkan masyarakat melalui penyusunan metodologi dan teknik pelibatan yang lebih operasional serta memperkuat komitmen semua pihak untuk berperan serta.
10 3. Pembuatan Standar Operational Procedure (SOP) bagi keterlibatan masyarakat dalam program pengelolaan hutan kota 4. Bekerjasama dengan pemerintah lokal lainnya yang mempunyai pola pengelolaan hutan kota yang sudah sangat baik untuk saling tukar informasi dan teknologi dalam pengelolaan hutan kota 5. Para pengusaha di wilayah tersebut wajib mengalokasikan dana bagi program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk pengelolaan hutan kota yang besaran dananya ditentukan dalam Peraturan Daerah. Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan Hutan Kraksaan Dominansi Spesies Tumbuhan Indeks Nilai Penting (INP) merupakan salah satu parameter kuntitatif yang dapat digunakan untuk menyatakan tingkat dominansi (penguasaan) suatu spesies dalam suatu komunitas tumbuhan (Soegianto 1994 dalam Nurdia 2012). Nilai INP yang tinggi menunjukan spesies tersebut memiliki peran penting dalan kestabilan ekosistem. Spesies tumbuhan yang ditemukan di Hutan Kota Kraksaan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Spesies tumbuhan Hutan Kota Kraksaan berdasarkan tingkat pertumbuhan Nama Lokal Nama Ilmiah INP (%) Tumbuhan Bawah Alang alang Imperata cylindrica 59.4 Rumput malela Brachiria mutica 41.1 Semai Mahoni Swietenia macrophylla 200 Pancang Mahoni Daun Besar Swietenia macrophylla 49.1 Glodokan Tiang Polyalthea longifolia 49.1 Tiang Glodokan Tiang Polyalthea longifolia 82.2 Tanjung Mimusops elengi 59.2 Pohon Gmelina Gmelina arborea 85.3 Sengon Paraserianthes falcataria 27.8 Berdasarkan tingkat pertumbuhannya, spesies tumbuhan Hutan Kota Kraksaan terdiri dari tumbuhan bawah, semai, pancang, tiang dan pohon (Tabel 5). Alang alang (Imperata cylindrica) memiliki INP tertinggi diantara jenis tumbuhan bawah. Hal tersebut menunjukkan alang alang menjadi jenis tumbuhan bawah yang mendominasi di areal Hutan Kota Kraksaan. Kerapatan pada tingkat permudaan berupa semai dan pancang di area Hutan Kota Kraksaan berkisar 2 batang/ha dan 66-400 batang/ha. Pada tingkat pertumbuhan semai hanya ditemukan dua individu dari satu jenis yaitu Mahoni (Swietenia macrophylla). Hal ini disebabkan lantai hutan didominasi oleh tumbuhan bawah yang menutupi hampir seluruh permukaan tanah sehingga membuat semai sulit tumbuh. Wyatt-Smith (1963) dalam Hafazallah (2014) menyatakan bahwa permudaan cukup memadai apabila tersedia 40% atau 1000
11 batang semai/ha yang tersebar merata dan paling sedikit 60% atau 240 batang pancang/ha. Tingkat pertumbuhan semai di Hutan Kota Kraksaan belum mencukupi untuk menjamin adanya regenerasi hutan secara alami namun untuk tingkat pertumbuhan pancang beberapa spesies tumbuhan yaitu pohon Kersen/ceri (Muntingia calabura), Mahoni daun besar (Swietenia macrophylla) dan Glodokan tiang (Polyalthea longifolia) memiliki ketersediaan permudaan yang cukup untuk regenerasi hutan secara alami karena memiliki kerapatan lebih dari 240 batang/ha. Pengelola perlu mengatur keberadaan tumbuhan bawah di areal Hutan Kota Kraksaan sehingga tingkat pertumbuhan semai dapat tumbuh dengan lebih optimal. Selain itu pengelola juga dapat menambah jenis baru dengan cara menanam di areal hutan kota yang masih kosong. Hussein (2010) menyatakan bahwa keberadaan vegetasi yang melimpah dalam hutan kota membantu terciptanya suhu lingkungan yang lebih baik. Hadi et al. (2012) juga menyatakan bahwa tumbuhan di hutan kota selain berfungsi untuk estetika juga dapat memodifikasi unsur-unsur iklim. Keanekaragaman dan Kemerataan Spesies Tumbuhan Keanekaragaman dan kemerataan merupakan salah satu parameter kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui tingkat dan keanekaragaman dan kemerataan spesesi tumbuhan yang terdapat di suatu areal. Nilai Indeks keanekaragaman dan kemerataan setiap tingkat pertumbuhan di Hutan Kota Kraksaan disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Keanekaragaman dan kemerataan tingkat pertumbuhan HK Kraksaan Tingkat pertumbuhan Keanekaragaman Spesies Kemerataan Spesies Tumbuhan bawah 1.53 0.63 Semai 0.00 0.00 Pancang 1.68 0.93 Tiang 1.53 0.77 Pohon 1.81 0.82 Keanekaragaman spesies tumbuhan di Hutan Kota Kraksaan tergolong sedang (Tabel 6). Kondisi tersebut menunjukan Hutan Kota Kraksaan memiliki keanekaragaman spesies tumbuhan yang sedang. Diantara setiap tingkat pertumbuhan, pohon memiliki nilai indeks keanekaragaman tertinggi diantara tingkat pertumbuhan lain (Tabel 6). Ditinjau dari kemerataan, setiap tingkat pertumbuhan memiliki tingkat kemerataan sedang (Tabel 6). Semai, pancang, tiang dan pohon tersebar merata di berbagai lokasi. Keanekaragaman spesies pohon di Hutan Kota Kraksaan perlu ditambah agar memiliki manfaat yang lebih besar. Penentuan jenis pohon dalam pembangunan hutan kota penting untuk dipertimbangkan sebagai bagian dari pencapaian tujuan dibangunnya hutan kota. Menurut Dahlan (2004) tanaman di hutan kota harus dapat tumbuh dengan baik dan fungsional sehingga dapat menjawab permasalahan lingkungan yang ada maupun yang akan muncul dimasa yang akan datang. Penelitian Tauhid (2008) di kawasan Simpang Lima Kota Semarang menyatakan bahwa penempatan vegetasi pohon yang tepat pada taman atau hutan kota dapat mendukung efektivitas pengendalian suhu udara kota. Sesanti et al.
12 (2011) juga menyatakan bahwa pengembangan hutan kota di Kota Malang dengan penerapan model pengembangan vegetasi tanaman dengan berbagai stratum terbukti mampu meningkatkan produksi oksigen 149.12% dari kondisi eksisting. Konsep Pengembangan Hutan Kota Kraksaan Hutan Kota Kraksaan memiliki lokasi yang berdampingan dengan Stadion Olahraga Kraksaan. Hal tersebut dapat menjadikan Hutan Kota Kraksaan sebagai sarana olahraga tambahan jika dikembangkan secara optimal. Menurut Dahlan (2004), hutan kota memiliki berbagai fungsi diantaranya sebagai sarana olahraga bagi masyarakat sehingga dapat berfungsi sebagai sarana olahraga dan juga bermanfaat untuk sarana rekreasi warga. Pembenahan terhadap Hutan Kota Kraksaan perlu dilakukan secara optimal. Penambahan sarana dan prasaran seperti jogging track, toilet, tempat bermain anak anak perlu dilakukan untuk menunjang fungsi hutan kota yang ada. Keberadaan fasilitas tersebut harus tetap mempertahankan fungsi utama hutan kota sehingga keberadaannya tidak mendominasi. Keberadaan papan informasi dan interpretasi tentang objek yang berada di dalam kawasan hutan kota sangat penting untuk masyarakat sebagai sarana edukasi. Penambahan jenis tanaman juga perlu dilakukan agar dapat meningkatkan keanekaragaman spesies di hutan kota. Penataan lanskap juga penting dilakukan agar kondisi hutan kota dapat lebih rapi, indah dan nyaman. Dahlan (2004) mengungkapkan bahwa salah satu metode dalam menetapkan luasan hutan kota yaitu berdasarkan persentase luas berdasarkan peraturan perundangan. Peraturan Pemerintah No 63 tahun 2002 menyatakan bahwa luasan hutan kota minimal 10% dari total wilayah kota. Hutan Kota Kraksaan saat ini mempunyai luas 1.95 hektar atau sekitar 0.5% dari luas minimal yang disyaratkan yaitu seluas 377.97 hektar. Langkah yang dapat dilakukan untuk menambah luas areal hutan kota yakni menetapkan kawasan hutan mangrove di pesisir Kota Kraksaan sebagai hutan kota yang saat ini dikelola oleh Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Disbunhut) Kabupaten Probolinggo. Penelitian Bambang et al. (2013) menyatakan bahwa hutan mangrove di Kota Kraksaan mempunyai luas 140.37 hektar yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan konservasi mangrove. Luasan tersebut dapat diusulkan untuk ditetapkan menjadi hutan kota dengan tipe pelestarian plasma nutfah. Penelitian Iqbal (2012) juga telah memberikan konsep pembangunan ekowisata hutan mangrove di areal bekas tambak di Desa Kalibuntu seluas satu hektar. Optimalisasi lahan areal bekas tambak dengan konsep ekowisata ini diharapkan dapat menunjang keseimbangan ekonomi, ekologi dan pendidikan yang berkelanjutan. Total luasan yang ada jika hutan mangrove Kraksaan ditetapkan menjadi hutan kota adalah 142.32 hektar. Luasan tersebut baru memenuhi 5.2 % sehingga belum memenuhi persyaratan sesuai dengan PP no. 63 tahun 2002. Pemerintah daerah ke depan perlu melakukan langkah langkah teknis untuk menambah areal luasan hutan kota. Langkah langkah tersebut diantaranya membangun hutan kota baru di wilayah kota dan melakukan rehabilitasi lahan mangrove yang rusak dengan melakukan penanaman. Potensi lahan yang sesuai untuk dikembangkan menjadi kawasan hutan mangrove berada di Desa Asembagus (Dikin 2010).
13 Keberadaan hutan mangrove di pesisir pantai pulau jawa semakin terancam keberadaannya akibat banyaknya konversi lahan menjadi tambak, pelabuhan , perumahan dan kawasan industri. Kerusakan hutan mangrove juga diakibatkan oleh pemanfaatan yang intensif untuk kayu bakar, bahan bangunan, makanan ternak dan lain-lain. Upaya konservasi dan rehabilitasi hutan mangrove perlu dilakukan untuk menjaga dan menambah areal luasan hutan mangrove yang ada saat ini. Pemerintah daerah perlu menambah areal luasan hutan kota. Pembangunan dan pengembangan hutan kota perlu diarahkan untuk mengatasi permasalahan lingkungan yaitu polusi udara yang diperkirakan akan meningkat beberapa tahun kedepan. Kota Kraksaan akan mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam berbagai sektor dengan meningkatnya pembangunan seperti jalan tol, pengembangan jalan lingkar Kota Kraksaan serta pembangunana terminal tipe B. Pembangunan tersebut berpotensi menimbulkan permasalahan lingkungan yaitu pencemaran udara akibat meningkatnya jumlah kendaraan. Keberadaan jalan tol di Kota Kraksaan dalam beberapa tahun kedepan perlu dipersiapkan dengan baik. Jalur di tepian jalan tol dapat dibangun hutan kota tipe pengamanan. Menurut Dahlan (2004) jalur di tepi kiri dan kanan jalan tol idealnya di tanami dengan semak yang batangnya liat dan tidak berduri. Sebelah luar dari tanaman tadi ditanami dengan perdu dan disisi paling luar ditanami dengan pepohonan yang tinggi. Pepohonan yang tinggi dan lebat daunnya diharapkan dapat berfungsi untuk menyerap polusi dan udara dan meredam kebisingan. Komposisi tanaman di tepi jalan yang berlapis lapis diharapkan dapat menjadi penahan kendaraan yang baik apabila ada kendaraan yang keluar jalur karena kecelakaan. Tauhid (2008) juga menyatakan bahwa hutan kota yang berbentuk jalur atau menyebar lebih efektif untuk ameliorasi iklim mikro di perkotaan. Pengembangan jalan lingkar Kota Kraksaan juga harus memperhatikan pemilihan jenis tanaman di kanan kiri jalan yang dapat berfungsi sebagai peneduh jalan, penyerap polutan serta ameliorasi iklim mikro. Pemilihan jenis tanaman sangat penting dilakukan karena beberapa jenis tanaman mempunyai kemampuan yang optimal dalam menyerap maupun menjerap polutan. Dahlan (2004) menyatakan bahwa ada beberapa persyaratan untuk memilih tanaman peneduh ditepi jalan yaitu: 1. Memilik massa daun yang lebat, padat dan mampu menyerap polusi udara dengan optimal. 2. Perakaran menembus sampai lapisan terdalam, batang dan cabang kuat serta memiliki kelenturan yang cukup sehingga tidak mudah patah jika ditiup angin yang kuat 3. Mudah tumbuh di tanah yang padat, buah tidak terlalu besar dan serasah yang dihasilkan sedikit. 4. Tahan terhadap pencemar dari kendaraan bermotor. Tanaman Damar (Agathis alba), Mahoni (Swietenia macrophylla), Jamuju (Podocarpus imbricatus) dan Pala (Myristica fragrans) mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menyerap dan menjerap timbal di udara. Selain itu jenis Ficus sp, Akasia (Acacia auriculiformis), Flamboyan (Delonix regia) juga merupakan tanaman yang baik dalam menyerap CO2 dan menghasilkan O2. Tanaman Bisbul (Diospyros discolor), Kenari (Canarium commune), Meranti Merah (Shorea
14 leprosula), Krey Payung (Filicium decipiens) memiliki kemampuan yang baik dalam menyerap dan menjerap debu semen (Dahlan 2004). Peningkatan jumlah penduduk dan pembangunan di Kota Kraksaan membuat kebutuhan penduduk juga lebih tinggi. Salah satu kebutuhan tersebut adalah kebutuhan untuk rekreasi dan rasa nyaman tinggal di perkotaan. Kota yang asri, hijau, bersih dan nyaman akan disukai oleh penduduk. Hutan Kota tipe rekreasi merupakan salah satu cara membuat lingkungan perkotaan menjadi lebih nyaman serta dapat dimanfaatkan oleh masyarakat perkotaan untuk rekreasi atau bersantai di waktu senggang. Hutan kota tipe rekreasi juga dapat mengatasi ameliorasi iklim mikro perkotaan. Pengembangan hutan kota tipe rekreasi dapat dilakukan dengan mengoptimalkan hutan kota yang telah ada saat ini maupun dengan membangun areal hutan kota baru. Menurut Pertami (2010) konsep pengembangan hutan kota tipe rekreasi membutuhkan perencanaan tata ruang, aksesibilitas dan sirkulasi yang baik. Perencanaan aktivitas, fasilitas dan vegetasi hutan kota juga harus direncanakan dengan baik. Pengembangan konsep tata ruang dapat berupa ruang aktivitas, rekreasi, pelayanan, relaksasi dan ruang konservasi. Konsep aksesibilitas dan sirkulasi seperti jalan setapak dibutuhkan agar pengunjung dapat beraktivitas dengan nyaman dan lancar didalam areal hutan kota. Fasilitas di areal hutan kota diharapkan mampu mendukung kegiatan masyarakat perkotaan seperti rekreasi, olahraga lapangan, dan lain-lain. Konsep vegetasi yang dibutuhkan adalah penggunaan pohon dengan tipe tajuk yang menyebar, payung parabola dan kolumnar. Beberapa jenis vegetasi yang dapat dimanfaatkan untuk hutan kota tipe rekreasi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Alternatif jenis vegetasi hutan kota tipe rekreasi berdasarkan fungsi No Jenis Vegetasi Fungsi Jenis Tanaman 1 Vegetasi Menyerap dan menjerap partikel Erythrina crista-galli peredam timbal dari kendaraan Bougenvillea spectablis polusi Pterocarpus indicus Michella campaca 2 Vegetasi Menyaring bising dan pembatas Bambussa sp peredam Tectona grandis kebisingan Casuarina equisetifolia Polyalthia longifolia 3 Vegetasi Penyangga, konservasi dan Bambussa sp konservasi peneduh Agathis damarra Albizia falcataria 4 Vegetasi Menunjang fungsi ekologis, Swietenia sp habitat satwa menyediakan ruang hidup satwa Canarium hirsutum dan atraksi bagi pengunjung Pterocarpus indicus Nephelium lapaceum 5 Vegetasi terapi Memberikan rasa santai Michella campaca Nerium oleander Murraya paniculata Jasminum grandiflora Sumber : Pertami (2010)
15
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1.
2.
Pengelolaan Hutan Kota di Kota Kraksaan berupa pemotongan rumput dan pemangkasan ranting tanaman yang dilakukan secara rutin setiap dua minggu. Pengelola belum mempunyai rencana pengelolaan dan pengembangan yang terencana serta belum melibatkan stakeholder lain dalam kegiatan pengelolaan. Konsep pengembangan Hutan Kota di Kota Kraksaan yaitu dengan menambah areal luasan hutan kota, melibatkan stakeholder lain, serta meningkatkan keanekaragaman vegetasi di dalamnya. Pembangunan hutan kota tipe rekreasi dan pengamanan dengan bentuk menyebar dan jalur dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang berpotensi muncul di Kota Kraksaan. Saran
Badan Lingkungan Hidup sebagai pengelola Hutan Kota Kraksaan perlu membuat rencana pengelolaan jangka pendek dan jangka panjang dengan melibatkan berbagai pihak agar pengelolaan dan pengembangan hutan kota dapat berjalan lebih optimal. Partisipasi stakeholder lainnya juga diperlukan agar keberadaan hutan kota tersebut dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat. Penelitian lanjutan juga diperlukan untuk mengetahui kebutuhan luasan minimal hutan kota yang ditinjau dari berbagai aspek sehingga pembangunan hutan kota ke depan lebih tepat sasaran dan lebih dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Hasil Sensus Penduduk 2010: Data Agregat per Kecamatan. Probolinggo (ID). Badan Pusat Statistik Kabupaten Probolinggo [Bappeda] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah. 2013. Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Perkotaan Kraksaan. Probolinggo (ID). Bappeda Kabupaten Probolinggo Bambang S, Soemarno, Marsoedi, Diana A. 2013. Studi Pengembangan Kawasan Konservasi Mangrove Berbasis Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung Lingkungan ( Kasus Pesisir Kabupaten Probolinggo Propinsi Jawa Timur Indonesia). [Internet]. Sidoarjo (ID). [diunduh 2014 Mei 8]. http://mangrovecenter.apsidoarjo.ac.id/ Dahlan EN. 1992. Pembangunan hutan kota di Indonesia. Media Konservasi Vol IV(1) : 35-37
16 Dahlan EN. 2004. Membangun Kota Kebun (Garden city) Bernuansa Hutan Kota. Bogor: IPB Press Dikin F. 2010. Identifikasi Potensi Lahan Hutan Mangrove di Pesisir Kabupaten Probolinggo Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). [skripsi]. Malang (ID). Universitas Negeri Malang Hadi R, Lila KA, Gunadi IGA. 2012. Evaluasi Indeks Kenyamanan Taman Kota (Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung) Denpasar, Bali. J Agroekoteknologi Trop 1(1) : 34-35 Hafazallah K. 2014. Keanekaragaman Tumbuhan di Kawasan Lindung Areal IUPHHK-HT PT. Wana Hijau Pesaguan Provinsi Kalimantan Barat. [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor Hussein R. 2010. Analisis Kualitas dan Kenyamanan Lingkungan Kawasan Hutan Kota, di Kota Malang. AGRITEK 18(2): 245-267 Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta (ID): Bumi Aksara Iqbal MNM. 2012. Mangrove Rehabilitation Center Kraksaan – Probolinggo Dengan Konsep Ekowisata. [Internet]. Malang (ID) [diunduh 2014 Mei 8]. arsitektur.studentjournal.ub.ac.id/…/6/7 Nurdia F. 2012. Potensi Tumbuhan Berguna di Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Provinsi Riau Studi Kasus di Wilayah Bagian Kelurahan Muara Fajar Kecamatan Minas Kabupaten Siak. [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor Pemerintah Kabupaten Probolinggo . 2003. Penetapan Hutan Kota di Kawasan Stadion Merdeka Kraksaan Kabupaten Probolinggo. Probolinggo (ID). Pemerintah Kabupaten Probolinggo Pemerintah Republik Indonesia. 2002. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota. Jakarta (ID): Sekretariat Negara Pemerintah Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Jakarta (ID): Sekretariat Negara Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2010 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Probolinggo dari wilayah Kota Probolinggo ke Wilayah Kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo Provinsi Jawa Timur. Jakarta (ID). Sekretariat Negara Pertami RRD. 2010. Perencanaan Hutan Kota Rekreasi Kamboja di Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan. [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor Pratiwi D. 2012. Strategi Meningkatkan Partisipasi Para Pihak Dalam Pembangunan Hutan Kota di Kota Bogor ( Studi Kasus di Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor). [skripsi]. Bogor (ID).Institut Pertanian Bogor Purwanto A. 2012. Manfaat dan Guna Pohon dan Hutan Kota. [Internet]. [diunduh 2013 Juli 10]. portal.widyamandala.ac.id/jurnal/index.php/.../pdf SHOREA. 2010. Hutan Kota. [Internet]. [diunduh 2014 April 3]. http://perhimpunanshorea.org/hutan-kota.html Sesanti N, Kurniawan ED, Anggraeni M. 2011. Optimasi hutan sebagai penghasil oksigen Kota Malang. J Tata Kota dan daerah 3(1):65-74. Sulistyo A. 2004. Pengukuran Iklim Mikro Hutan Kota Srengseng Jakarta Barat. [Laporan Akhir Program Diploma III Konservasi Sumberdaya Hutan]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
17 Tauhid. 2008. Kajian Jarak Jangkau Efek Vegetasi Pohon Terhadap Suhu Udara Pada Siang Hari Di Perkotaan Studi Kasus: Kawasan Simpang Lima Kota Semarang. [Tesis]. Semarang(ID). Universitas Diponegoro Semarang
18
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Probolinggo pada tanggal 28 Pebruari 1992 dari pasangan Salehuddin, S. Pd.I dan Wiwik Samsida. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMAN 1 Kraksaan dan diterima di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan & Ekowisata, Fakultas Kehutanan melalui jalur USMI. Selama menuntut ilmu di IPB penulis mengikuti berbagai organisasi kemahasiswaan yaitu staf BEM TPB (2010), anggota PASKIBRAKA IPB, ketua Forum Mahasiswa Probolinggo (2010-2011), ketua Biro PSDM HIMAKOVA (2012), dan Menteri Apresiasi dan Olahraga BEM KM IPB (2013). Penulis pernah mengikuti kegiatan Eksplorasi Flora, Fauna dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) di Cagar Alam Tangkuban Parahu (Pelabuhan Ratu) (2012) serta Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Kerinci Seblat (2011) dan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (2012). Penulis juga mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan di CA Gunung Papandayan dan CA Leuweung Sancang Garut (2011) , Praktek Pengelolaan Hutan Di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi (2012) serta Praktek Kerja Lapang Profesi di Taman Nasional Karimun Jawa, Jepara (2013). Selama kuliah penulis juga pernah menerima beasiswa yaitu Beasiswa BBM (2010-2013) dan Beasiswa Aktivis Nusantara – Dompet Dhuafa (2013-2014). Penulis menyelesaikan penelitian dengan judul Pengelolaan dan Pengembangan Hutan Kota di Kota Kraksaan Kabupaten Probolinggo Jawa Timur dibawah bimbingan Dr Ir Endes N. Dahlan, MS dan Dr Ir Siti Badriyah Rushayati, M. Si.