PENGARUH TINGKAT UTANG TERHADAP BEBAN PAJAK PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007-2012
Novita Yunus Jurusan Akuntansi Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Abstrak Pengaruh Tingkat Utang terhadap Beban Pajak Pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2012β, Skripsi, dibawah bimbingan Bapak Rio Monoarfa, SE, Ak, MSi sebagai pembimbng I dan dan Ibu Nilawaty Yusuf, SE, Ak, MSi sebagai pembimbing II. Program studi S1 Akuntansi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat utang terhadap beban pajak pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2012. Sampel dalam penelitian ini perusahaan telekomunikasi yakni sebanyak 5 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2012. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi panel data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat utang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap beban pajak pajak pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2012.
Kata Kunci: Tingkat utang, Beban pajak
PENDAHULUAN Umumnya struktur modal perusahaan terdiri atas, utang, dan saham, sehingga struktur modal mempunyai peran yang sangat penting untuk kelangsungan perusahaan. Dimana salah
satu dana struktur yang banyak digunakan dalam
membiayai operasional perusahaan adalah utang, baik utang bank, maupun utang
lainnya. Penggunaan utang akan meningkatkan nilai perusahaan, salah satu aspek yang menyebabkan penggunaan utang lebih banyak yaitu pajak. Pajak merupakan beban yang harus ditangguh perusahaan sehingga perusahaan akan berusaha untuk mengurangi pajak yang harus dibayar dengan memanfaatkan kebijakan dan peraturan perpajakan (Tirsono, 2008: 14). Dimana peraturan dan kebijakan perpajakan dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk merencanakan pajak terutang bila dihubungkan dengan struktur modal, dimana dalam undang-undang pajak penghasilan terdapat perbedaan pengakuan antara biaya salah satunya biaya bunga. Sebagaimana dijelaskan dalam pasal 6 ayat (1) a menyatakan bahwa biaya bunga dapat dikurangkan untuk memperoleh penghasilan kena pajak. Dengan adanya undang-undang tersebut perusahaan yang dikenakan tarif pajak tinggi, dapat memanfaatkan undang-undangkan tersebut, dimana semakin besar laba yang diperoleh maka pajak yang harus dibayar perusahaan semakin besar pula, maka perusahaan berusaha untuk mengefisiensikan beban pajak tersebut dengan peningkatan hutang sebab bunga pinjaman dapat dibiayakan untuk memperoleh penghasilan kena pajak (Suprianto, 2008: 4). Namun disisi lain peningkatan utang akan berakibat buruk bagi perusahaan jika utang tersebut tidak bisa dikelola dengan baik. Untuk mengurangi beban pajak yang harus dibayar perusahaan memanfaatkan penggunaan utang dalam struktur modalnya. Namun penggunaan utang dalam struktur modal harus diperhatikan dengan baik karena penggunaan utang yang tinggi juga akan mengakibatkan kebangkrutan. Tingginya tingkat utang pada perusahaan di Indonesia yang telah diberikan dalam media online edisi senin 26 November 2012 yang dikutip dalam www.republika.co.id merupakan suatu fenomena yang sangat menarik untuk diteliti. Dimana peningkatan utang bila dilihat dari segi pajak akan mengurangi beban pajak yang harus dibayar perusahaan. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller (1963) dalam Hanafi (2008: 306) yang menyatakan bahwa semakin besar utang yang digunakan perusahaa maka akan meningkatkan nilai perusahaan, sehingga pajak yang akan dibayar menjadi lebih kecil.
Perusahaan telekomunikasi merupakan perusahaan yang bergerak dalam insdustri informasi dan merupakan wajib pajak badan yang harus melaporkan pajak yang harus dibayar setiap tahun. Dari data laporan keuangan yang diperoleh melalui Indonesia Stock Exchange (www.idx.co.id) dimana terjadi fluktuatif terhadap tingkat utang dan beban pajak pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 sampai dengan 2012. Hal ini disebabkan karena adanya pembayaran pajak yang lebih besar di masa akan datang akibat transaksi yang terjadi di masa lalu sehingga mengakibatkan bertambahnya kewajiban perusahaan. Berdasarkan teori yang telah diuraikan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tingkat utang terhadap beban pajak pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2012.
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tingkat Utang Pembahasan mengenai utang tidak akan terlepas dari teori struktur. Struktur modal merupakan perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Teori mengenai struktur modal pertama kali dikenalkan oleh Franco Modigliani dan Merton Miller (1958) dalam Sartono (2012: 15). Mereka mempublikasikan teori struktur modal dalam hubungan dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang yang tidak dipengaruhi oleh besarnya struktur modal (dengan asumsi tidak ada pajak). Kemudian pada tahun 1963, MMtheory mempublikasikan teorinya yang kedua dengan memperhatikan pajak. Dengan adanya pajak maka nilai perusahaan atau harga saham dipengaruhi oleh struktur modal, dimana semakin tinggi proporsi utang yang digunakan maka akan semakin tinggi harga saham disebabkan adanya pengurangan pajak atas bunga pinjaman. Ristiyanti dan Muchamad (2012) menyatakan bahwa jika laba perusahaan kecil dan utang perusahaan besar maka perusahaan cenderung melakukan manajemen laba. Namun dalam konteks penurunan tarif pajak perusahaan cenderung meningkatkan utang yang berakibat meningkatnya bunga pinjaman,
dimana bunga pinjaman dapat digunakan untuk mengurangi laba perusahaan sehingga pajak yang harus dibayar menjadi lebih kecil. Penggunaan utang umumnya didasarkan pada pertimbangan biaya. Dimana telah dikemukan oleh Franco Modigliani dan Merton Miller (1985) dalam Sartono (2012: 16) yang menyebutkan bahwa pendanaan melalui utang dan ekuitas tidak mempengaruhi nilai perusahaan dengan asumsi tidak ada pajak, namun teori ini tidak realitis, kemudian MM melakukan koreksi dengan memasukkan faktor pajak didalam teorinya. Namun teori ini mengabaikan biaya kebangkrutan yang akan timbul akibat perusahaan menggunakan utang sebanyak-banyaknya. Umumnya tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham dan memaksimalkan keuntungan perusahaan dengan menentukan seberapa besar proposi utang dan ekuitas yang akan dipilih dalam struktur modal. Penggunaan utang jangka panjang selain sebagai sumber dana juga didorong oleh sistem perpajakan di Indonesia dimana salah satu unsur yang bisa digunakan perusahaan untuk bisa mengurangi beban pajak adalah melalui manajemen pajak yang berkaitan dengan penggunaan utang karena adanya beban bunga atas biaya yang dapat menjadi pengurang penghasilan kena pajak (Wildani, 2012). Beban Pajak Menurut Ompusunggu (2011: 2) beban pajak adalah sesuatu yang wajib dibayar oleh masyarakat wajib pajak sesuai dengan penghasilan yang diperoleh pada periode atau masa tertentu. Tidak peduli apakah seorang pekerja, profesional, ataupun enterpreneur, setiap penghasilan yang diperoleh selalu terutang pajak. Sedangkan menurut Waluyo (2010: 234) beban pajak adalah jumlah agregat pajak kini dan pajak tangguhan yang diperhitungkan dalam perhitungan laba rugi akuntansi pada suatu atau dalam periode berjalan sebagai beban atau penghasilan. Jadi berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa beban pajak merupakan suatu pengeluaran yang harus ditanggung perusahaan yang akan mengakibatlkan berkurangnya laba perusahaan, sehingga perusahaan akan berusahaan mengurangi beban pajak tersebut.
METODE PENELITIAN Data, Populasi dan Sampel Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2012. Data penelitian ini diperoleh melalui situs www.idx.co.id. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2012. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode seksus yakni teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2012: 122).
Devinisi Operasional Variabel Tingkat Utang Untuk mengukur tingkat utang digunakan rasio utang yaitu perbandingan nilai buku seluruh utang dengan total aset (Martono dan Harjito, 2005: 58). Dengan rumus sebagai berikut: πππ ππ π’π‘πππ =
πππ‘ππ ππ‘πππ β 100% πππ‘ππ π΄π ππ‘
Beban Pajak Sesuatu yang wajib dibayar oleh wajib pajak sesuai dengan penghasilan yang diperoleh pada periode tertentu (Ompusunggu, 2011: 2).
Teknik Analisis Data Uji Asumsi Klasik Sebelum dilakukan pengujian hipotesis. Data penelitian harus diuji terlebih dahulu asumsi dasar yakni uji normalitas data dengan menggunakan penggunaan metode Jarque Berre (JB). Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi panel data untuk menguji pengaruh tingkat utang terhadap beban pajak. Keunggulan penggunaan panel data yaitu dapat mendeteksi dan mengukur
pengaruh-pengaruh yang tidak dapat diobservasi pada data cross-section murni dan time series murni, serta dapat meminimisasi bias ( Suharjo, 2008: 131). Analisis Regresi Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi panel data. Panel data adalah kombinasi data time series dan cross section secara bersamaan. Model regresi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: π = π½π + π½ Γ + π
Keterangan: Y = Beban Pajak X = Tingkat Utang Ξ² = Koefisien Regresi Ξ²0 = Konstanta Ξ΅ = Error
pengaruh tingkat utang terhadap beban pajak Utang merupakan suatu kewajiban yang harus dilunasi oleh perusahaan pada waktu yang telah ditentukan oleh kedua pihak. Penggunaan utang dalam struktur modal perusahaan harus diperhatikan oleh manajer. Dalam hal ini manajer perusahaan bisa mempertimbangkan kapan harus menggunakan utang dan kapan harus menggunakan modal sendiri. Penggunaan utang yang tinggi bila dilihat dari sisi pajak pastikan akan menguntungkan bagi perusahaan karena akan berakibat pada pajak yang harus dibayar oleh perusahaan akan menjadi lebih kecil karena adanya biaya bunga yang oleh perpajakan diakui sebagai biaya untuk memperhitungkan penghasilan kena pajak, namun harus diingat peningkatan utang apabila tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan kebangkrutan bagi perusahaan. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukan oleh Modigliani dan Miller (1963) dalam bukunya Hanafi (2005: 297) yang menyatakan semakin tinggi
tingkat utang perusahaan maka semakin tinggi nilai perusahaan, yang disisi lain peningkatan utang akan mengurangi pajak yang harus dibayar.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas. Hasil pengujian normalitas data dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Hasil Pengujian Normalitas Data BEBANPAJ BEBANPAJ BEBANPAJ BEBANPAJ BEBANPAJAK AK_BTEL
AK_EXCL
AK_ISAT
AK_FREN
_TLKM
Mean
31.26312
153.1122
-17.96083
329.5156
-1.699780
Median
44.62949
0.651355
-38.73343
-11.88476
3.012081
Maximum
148.5607
966.2196
61.31887
1587.461
13.00391
Minimum
-97.22495
-77.51178
-89.65585
-87.01463
-28.86200
Std. Dev.
91.66998
400.5740
60.07068
661.4754
16.73046
Skewness
-0.185450
1.743987
0.373209
1.357446
-0.663256
Kurtosis
1.746031
4.121075
1.626198
3.241662
2.027209
Jarque-Bera
0.427501
3.355694
0.611118
1.857260
0.676489
Probability
0.807550
0.186776
0.736712
0.395095
0.713021
Sum
187.5787
918.6730
-107.7650
1977.093
-10.19868
Sum Sq.Dev.
42016.93
802297.4
18042.44
2187749.
1399.542
Observations
6
6
6
6
6
Sumber: Olahan, 2013
Berdasarkan hasil di atas terlihat bahwa nilai JB untuk variabel beban pajak pada seluruh perusahaan telekomunikasi yang diamati mempunyai nilai signifikan diatas 0,05% sehinggan H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data dari variabel beban pajak untuk seluruh perusahaan telekomunikasi yang telah diamati berdistribusi normal. Analisis Regresi Setelah persyaratan normalitas data dipenuhi maka selanjutnya dilakukan analisis regresi untuk melihat pengaruh tingkat utang yang dimiliki perusahaan telekomunikasi terhadap beban pajak yang harus dibayar. Karena data yang dianalisis berupa data pooled (gabungan antara data crosssection/perusahaan dengan data time series/tahun) maka analisis regresi yang digunakan adalah regresi data panel. Model yang digunakan adalah model pertumbuhan dengan mentransformasi variabel Y(beban pajak) ke dalam bentuk Ln. Tujuannya adalah agar interpretasi yang dihasilkan akan mengarah ke konsep pertumbuhan dan bukan perubahan mutlak/satuan. Hasil analisis regresi data panel dapat terlihat pada tabel 2 berikut ini: Tabel 2 Hasil Analisis Regresi Panel Data
Dependent Variable: @LOG(PAJAK?) Method: Pooled EGLS (Period weights) Date: 05/21/13 Time: 20:51 Sample: 2007 2012 Included observations: 6 Cross-sections included: 5 Total pool (balanced) observations: 30 Linear estimation after one-step weighting matrix White cross-section standard errors & covariance (no d.f. correction)
Variable
Coefficint
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
7.134693
0.665933
10.71383
0.0000
RASIO UTANG?
-0.019127
0.009644
-1.983318
0.0589
Fixed Effects (Cross) _BTELβC
-1.383626
_EXCLβC
0.281569
_FRENβC
-1.445365
_ISATβC
-0.231955
_TLKMβC
2.445657 Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared
0.951664
Mean dependent var
7.592915
Adjusted R-squared
0.941594
S.D. dependent var
4.329360
S.E. of regression
1.046289
Sum squared resid
26.27329
F-statistic
94.50523
Durbin-Watson stat
1.288393
Prob(F-statistic)
0.000000
Sumber: Olahan, 2013
Hasil analisis di atas diperoleh model regresi sebagai berikut: π¦ = 7, 134693 + 0,019127
Interpretasi dari hasil analisis regresi di atas adalah sebagai berikut : ο Rata-rata
pertumbuhan
beban
pajak
perusahaan-perusahaan
sektor
telekomunikasi yang diamati jika tidak terdapat pengaruh dari rasio utang yang dimiliki adalah sebesar 7,13%.
ο Tingkat utang yang di ukur melalui rasio utang yang dimiliki perusahaan berpengaruh negatif terhadap perubahan beban pajak. Setiap peningkatan rasio utang sebesar 1 kali akan mengakibatkan penurunan beban pajak sebesar 0,02%.
Pengujian Hipotesis Setelah diketahui bahwa model regresi yang digunakan telah sesuai dengan data yang dimiliki, selanjutnya akan dilakukan pengujian untuk mengetahui signifikansi pengaruh tingkat utang terhadap beban pajak. Untuk keperluan itu dilakukan pengujian koefisien regresi secara individual (Testing Individual Regression Coefficient) dengan menggunakan uji t. Jika nilai mutlak t-hitung yang diperoleh lebih besar dari nilai t-tabel pada tingkat signifikansi tertentu dan derajat bebas (NT-N-k) maka Ho ditolak. Hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya, diketahui nilai mutlak thitung untuk variabel tingkat utang yang diukur melalui rasio utang adalah sebesar 1,98. Sedangkan nilai t-tabel pada tingkat signfikansi 5% dan derajat bebas 24 adalah sebesar 2,064. Jika dibandingkan antara nilai t-hitung yang diperoleh dengan nilai t-tabel maka nilai t-hitung masih lebih kecil dari t-tabel sehingga Ho diterima. Namun jika dibandingkan dengan t-tabel pada tingkat signifikansi 10% yakni sebesar 1,711 maka nilai t-hitung masih lebih besar dari nilai t-tabel sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan 90% terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat utang utang yang dimiliki oleh perusahaan telekomunikasi yang diamati terhadap beban pajak yang berhasil diperoleh. Interpretasi Koefisien Determinasi Koefisien determinasi mencerminkan besarnya pengaruh perubahan variabel bebas dalam menjalankan perubahan pada variabel tidak bebas secara bersamasama, dengan tujuan untuk mengukur kebenaran dan kebaikan hubungan antar variable dalam model yang digunakan. Besarnya nilai R2 berkisar antara 0< R2 <1. Jika nilai R2 semakin mendekati satu maka model yang diusulkan dikatakan baik
karena semakin tinggi variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya diketahui bahwa nilai koefisien determinasi untuk model regresi antara tingkat utang terhadap beban pajak perusahaan telekomunikasi adalah sebesar 0,9517. Nilai ini berarti bahwa sebesar 95,17% perubahan beban pajak dari perusahaan-perusahaan telekomunikasi dipengaruhi oleh tingkat utang yang dimiliki, sedangkan sisanya sebesar 4,83% dipengaruhi oleh variabel lain.
Pembahasan Banyaknya penggunaan utang dalam memanipulasi pajak ini salah satunya disebabkan oleh aturan perpajakan yang memasukkan beban utang untuk mengurangi penghasilan kena pajak. Adanya undang-undang perpajakan ini dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menggunakan utang agar bisa mengurangi beban pajak karena sesuai dengan undang-undang pajak penghasilan bunga pinjaman dapat dikurangkan untuk memperoleh penghasilan kena pajak (Suprianto, 2008: 3). Namun disisi lain perusahaan harus bisa menyiasati dampak lain akibat terlalu banyak utang yang harus dibayar perusahaan. Biaya dan manfaat yang berhubungan dengan utang adalah pajak (tax) yaitu adanya manfaat dari biaya bunga pinjaman yang akan mengurangi penghasilan kena pajak. Pengunaan utang disisi lain juga akan meningkatkan resiko perusahaan, apabila perusahaan tidak mampu melunasi kembali utang tersebut akan terancam mengalami kebangkrutan. Penggunaan utang untuk meminimumkan pajak ada batasnya, yaitu struktur modal (Capital structure) yang mempunyai rasio utang terhadap modal sendrir sebesar 3 : 1, artinya permodalan perusahaan maksimum terdiri dari 3 bagian modal luar dan bagian modal sendiri. Jikalau jumlah utang perusahaan melebihi 3 bagian, maka pembayaran bunga atas kelebihannya tak dapat dikurangkan sebagai biaya (Weston dan Thomas, 1995: 149). Pertimbangan lain yang harus perlu diperhatikan dalam penggunaan utang yaitu seperti perubahan tarif pajak di kemudian hari (Weston dan Thomas, 1995: 148). Bila terjadi penurunan tarif pajak, cenderung
perusahaan
akan
meningkatkan
utang
yang
akan
maka
berakibat
meningkatkannya bunga pinjaman, sehingga pajak yang dibayar akan menjadi lebih kecil. Sebaliknya jika tarif pajak mengalami kenaikan, maka perusahaan cenderung akan menurunkan penggunaan utangnya untuk memperkecil
biaya bunga
pinjaman. Apabila perusahaan ingin mendapatkan biaya bunga pinjaman untuk memperkecil pajak yang akan dibayat, perusahaan akan menurunkan labanya (Ristiyanti dan Muchamad: 2012: 4). Bila dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di bursa efek indonesia di mana peningkatan utang disebabkan karena adanya peningkatan kewajiban pajak yang timbul akibat transaksi usaha yang dilakukan perusahaan serta adanya keinginan perusahaan untuk melakukan ekspansi usaha dan biaya untuk melakukan pengembangan atau peningkatan jariangan interkoneksi, sehingga perusahaan menggunakan sumber modal eksternal yang berasal dari utang untuk melakukan membiaya operasional perusahaan. Dengan adanya kewajiban pajak yang dalam Undang-undang No 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan di mana dalam Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa biaya bunga pinjaman dapat dikurangkan untuk memperoleh penghasilan kena pajak sehingga memberikan peluang kepada perusahaan untuk mengurangi pajak yang harus dibayar dengan memanfaatkan Undang-undang tersebut. Hasil penelitian ini mendukung kenyataan dan fenomena tersebut. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya diperoleh kesimpulan bahwa tingkat utang yang di miliki perusahaan telekomunikasi mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan beban pajak perusahaan. Setiap kenaikan tingkat utang yang diukur melalui rasio utang sebesar 1 kali akan mengurangi jumlah beban pajak perusahaan
sebesar 0,02%. Semakin tinggi
kenaikan tingkat utang perusahaan maka penurunan beban pajak juga akan semakin besar seiring dengan kenaikan tingkat utang tersebut. Jika dilihat dari besarnya koefisien determinasi yang mencapai 95,17% menunjukkan bahwa tingkat utang mempunyai pengaruh yang sangat dominan dalam menentukan besarnya beban pajak. Hasil inilah yang menjadi alasan
mengapa banyak perusahaan menggunakan utang dalam memanipulasi beban pajak yang harus dibayarkan. Bila di kaitkan dengan kondisi perusahaan telekomunikasi, hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller (1963) dalam Hanafi (2008: 306) yang menerangkan bahwa semakin besar penggunaan utang perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan dan pajak yang akan dibayar semakin kecil. Penggunaan utang akan selalu menghasilkan nilai yang lebih besar, disebabkan karena adanya beban pajak penghasilan yang lebih kecil akibat adanya bunga pinjaman dapat dikurangkan sebagai biaya (Weston dan Thomas, 1995: 148).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh tingkat utang terhadap beban pajak pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2012. Variabel dependen pada penelitian ini adalah beban pajak yang diukur dengan rasio pertumbuhan. Sedangkan variabel independen pada penelitian ini adalah tingkat utang yang diukur dengan rasio utang. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat utang memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap beban pajak pada tingkat kepercayaan 90%. Dengan membandingkan nilai t-tabel maupun t-hitung menunjukkan bahwa nilai t-hitung sebesar 1,98 lebih kecil dari nilai t-tabel sebesar 2,064 dan koefisien determinasi sebesar 0,9517(95,17%) sedangkan sisanya sebesar 4,83% di pengaruhi oleh faktor lain. Hal ini disebabkan karena adanya kewajiban pajak perusahaan atas transaksi usaha dan keinginan peruhasaan untuk memperluas jaringan interkoneksi serta untuk membiayai operasional perusahaan. Peningkatan utang yang terjadi pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2007-2012 menyebabkan beban pajak yang akan dibayar perusahaan mengalami penurunan sebagai mana teori struktur modal yang yang menjelaskan bahwa jika perusahaan menggunakan utang dalam sumber modalnya, maka pajak yang akan dibayar perusahaan semakin kecil.
Saran Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, adapun
saran yang dapat dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan apabila perusahaan menggunakan utang dalam membiayai operasional perusahaan harus mempertimbangkan dampak lain akibat timbulnya utang. Dalam hal ini perusahaan harus mempertimbngkan kondisi keuangan perusahaan apakah memungkinkan perusahaan untuk melakukan pembiaya lalui utang, sehingga perusahaan dapat menperhitungkan seberapa besar utang yang harus digunakan untuk membiayai operasional perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk melunasi utang tersebut. Dalam hal ini perusahaan harus mempertimbangkan jumlah aset yang dimiliki oleh perusahaan, apabila jumlah aset yang dimiliki perusahaan cukup untuk dijadikan jaminan dalam penggunaan utang. Pertimbangan lain yang harus dipakai perusahaan dalam menentukan penggunaan utang dalam sumber dananya yaitu pendapatan yang diperoleh serta laba, semakin besar laba yang diperoleh perusahaan, maka sebaiknya perusahaan menggunakan ekuitas perusahaan sebelum menggunakan utang. Apabila dana yang tersedia tidak mencukupi, maka perusahaan dapat menggunakan utang sebagai sumber sumber modalnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bursa Efek Indonesia. 2013. Laporan Keuangan dan Tahunan. Bursa EfekIndonesia.http://www.idx.co.id/idid/beranda/perusahaantercatat/lapora nkeuangandantahunan.aspx diakses 28 Maret 2013. Direktorat Jenderal Pajak dalam www.pajak.com diakses 20 Maret 2013 Hanafi, Mamduh M. 2008. Manajemen Keuangan Edisi 1. Yogyakarta: YKPN Martono dan Agus Harjito. 2005. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia Ompusunggu, Arles P. 2011. Cara Legal Siasati Pajak. Depok: Puspa Swara
Ristiyanti, Wahyu Anik dan Muchamad Syafruddin. 2012.
Manajemen Laba
Sebagai Respon Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Badan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal of accounting, vol 1 dan 2 : Universitas Diponegoro. Sartono, Agus. 2012. Manajemen Keuangan. Yogyakarta : BPFE Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta Suharjo, Bambang. 2008. Analisis Regresi Terapan Dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu Suprianto, Edy. 2008. Pengaruh Leverage, Corporate Tax Rate, Non-debt Tax Shield, Investment Opportunity Set, Profitability, Past Debt terhadap Tingkat Utang pada Perusahaan- perusahaan Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2002 s/d 2008. Artikel Tirsono. 2008. Analisis Faktor Pajak dan Faktor-faktor Lain yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Utang pada Perusahaan- perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Tesis : Universitas Diponegoro Semarang Waluyo. 2010. Akuntansi Pajak. Jakarta: Salemba Empat Weston, J Fred dan Thomas E Copeland. 1995. Manajemen Keuangan Edisi Kesembilan Jilid 1. Terjamahan oleh Jaka Wasana dan Kibrandoko. Jakarta Wildani, Anatasia Riska. 2012. Pengaruh Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Listing di BEI periode 2006-2010. Skripsi: Universitas Indonesia http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/12/11/26/me3jmpdililit-utang-bakrie-telecom-didepak-dari-des