PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENYEDUHAN TEH HITAM (Camellia sinensis) SERTA PROSES PENCERNAAN IN VITRO TERHADAP AKTIVITAS INHIBISI LIPASE
SKRIPSI
MOHAMMAD IQBAL BIJAKSANA F24080083
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
EFFECT OF BREWING PROCESS AND IN VITRO DIGESTING CONDITION ON BLACK TEA (Camellia sinensis) ANTI-LIPASE ACTIVITY Mohammad Iqbal Bijaksana1,2, Endang Prangdimurti1,3 1) Department of Food Science and Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO BOX 220, Bogor, West Java, Indonesia 2) E-mail:
[email protected],3)E-mail:
[email protected]
ABSTRACT Recently, obesity has become a global problem that occurs not only in developed but also in developing country. One of the options to prevent obesity is by controlling bodyweight, which can be done by inhibiting the action of pancreatic lipase (anti-lipase) and resulted in reducing the absorbed lipid. Black tea is one of the food products that have anti-lipase activity. This study aims to determine the effect of time (5, 10, and 15 minutes) and temperature (70, 85, and 100 oC) of black tea brewing and in vitro digestion on lipase inhibition. The research method is divided into two stages, black tea brewing and in vitro gastrointestinal pH simulation. Beside anti-lipase activity, black tea extract is analyzed for the total phenol and condensed tannin level. The results showed that the brewing temperature, time, and the combination of them both influence the level of lipase inhibition, total phenol, and condensed tannin. Simulation of gastrointestinal pH on the extract caused decrease of lipase inhibition, total phenol, and condensed tannin level. The highest value of lipase inhibition by black tea extracts after subjected to gastrointestinal pH simulation, which show an overview of inhibition that actually occur in the small intestine, are black tea brewed at 70 °C for 5 minutes (47.91%) and 10 minutes (46.38%), and 100 oC for 15 minutes (54.23%). The activity of lipase was estimated to be inhibited by phenolic compound and condensed tannin in temperature of 70 oC brewed tea. Meanwhile, when brewed at 85 oC and 100 o C, only condensed tannin positively correlated with lipase inhibition. Based on overall results, it can be concluded that in order to reduce the absorption of lipids is advisable to drink black tea which is brewed at 70 °C for 5 min and 10 minutes, or 100 oC for 15 minutes. Keywords: anti-lipase, black tea, condensed tannin, gastrointestinal pH simulation, obesity
ii
MOHAMMAD IQBAL BIJAKSANA. F24080083. Pengaruh Suhu dan Waktu Penyeduhan Teh Hitam (Camellia sinensis) serta Proses Pencernaan In Vitro terhadap Aktivitas Inhibisi Lipase. Di bawah bimbingan Endang Prangdimurti. 2012.
RINGKASAN Obesitas merupakan penyakit malnutrisi yang telah menjadi permasalahan global dengan lebih dari 1/3 orang kelebihan berat badan di dunia mengalami obesitas. Di Indonesia, sekitar 50% wanita dan 30% pria dewasa mengalami kelebihan berat badan dengan masing-masing 20 dan 10 persennya menderita obesitas. Obesitas merupakan suatu keadaan dimana tubuh menyimpan energi dalam bentuk lemak secara berlebihan yang biasa ditandai dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih dari 30 kg/m2. Obesitas dapat memicu terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular, stroke, kanker, diabetes mellitus II, dan hipertensi. Senyawa bioaktif pada tanaman telah banyak dilaporkan memiliki efek positif terhadap kesehatan. Karena secara alami berasal dari tanaman, senyawa tersebut lebih aman dikonsumsi, efek samping yang ditimbulkan relatif rendah, mudah didapat, dan biasanya murah. Teh merupakan tanaman yang biasa dijadikan minuman dengan cara menyeduh pucuk daunnya dengan air panas pada suhu dan waktu yang bervariasi. Teh mengandung banyak komponen bioaktif yang dilaporkan dapat mencegah obesitas dengan cara menghambat enzim penting pemecah lipid, yaitu lipase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu dan suhu penyeduhan teh hitam serta proses pencernaan secara in vitro terhadap penghambatan aktivitas enzim lipase sebagai salah satu upaya untuk mengurangi penyerapan lipid. Metode penelitian terbagi atas 2 tahap yaitu pembuatan ekstrak teh hitam dan pengujian pengaruh simulasi pH pencernaan in vitro. Pembuatan ekstrak teh hitam dilakukan dengan menyeduh bubuk teh hitam menggunakan air panas pada suhu awal dan waktu penyeduhan yang berbeda, yaitu suhu 70oC, 85oC, dan 100oC selama 5, 10, dan 15 menit sehingga dihasilkan sembilan ekstrak awal yang berbeda. Sebagian ekstrak awal teh diberi perlakuan simulasi pH pencernaan dengan cara diubah pH nya menjadi pH 2 agar menyerupai pH lambung dan didiamkan selama 30 menit kemudian diubah lagi pH nya menjadi pH 6.8 agar menyerupai pH usus halus. Ekstrak awal yang telah melalui simulasi pH pencernaan disebut sebagai ekstrak teh simulasi pH pencernaan. Selanjutnya, baik terhadap ekstrak teh awal maupun ekstrak teh simulasi pH pencernaan, dilakukan beberapa analisis, yaitu pengukuran pH, analisis total fenol, analisis kadar tanin terkondensasi, analisis inhibisi enzim lipase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu penyeduhan, waktu penyeduhan, dan kombinasi keduanya selama penyeduhan teh hitam memengaruhi (p<0,05) besarnya inhibisi enzim lipase, total fenol, dan kadar tanin terkondensasi. Setelah melewati simulasi pH pencernaan, ekstrak teh hitam menunjukkan adanya penurunan daya inhibisi enzim lipase, kandungan total fenol, dan kadar tanin terkondensasi yang signifikan. Daya inhibisi enzim lipase pada ekstrak awal dilakukan untuk memberikan informasi awal sebelum ekstrak teh melewati simulasi pH pencernaan secara in vitro. Nilai inhibisi paling tinggi dihasilkan oleh ekstrak awal teh hitam yang diseduh pada suhu 70oC selama 5 menit (62.44%) dan 100oC selama 15 menit (63.21%), namun nilainya lebih rendah dari kontrol positif Orlistat (71.64%). Besarnya inhibisi enzim lipase oleh ekstrak teh hitam setelah melewati simulasi pH pencernaan secara in vitro akan memberikan gambaran inhibisi yang terjadi di dalam usus halus. Daya inhibisi enzim lipase setelah melewati proses pencernaan secara in vitro paling tinggi dihasilkan oleh teh hitam yang diseduh pada suhu 70 oC selama 5 menit (47.91%),
iii
70oC selama 10 menit (46.38%), dan 100oC selama 15 menit (54.23%), namun masih lebih rendah dari Orlistat (62.00%). Ekstrak teh hitam yang dihasilkan mengandung jumlah total fenol berkisar 35.50-43.51 mg GAE/g berat kering. Total fenol tertinggi diperoleh dari ekstrak teh yang diseduh pada suhu 100oC selama 5 dan 15 menit, yaitu sebesar 43.51 dan 42.22 mg GAE/g berat kering. Kandungan kadar tanin terkondensasi pada ekstrak teh hitam yang dihasilkan adalah sebesar 0.352-0.429 g LE/100 g berat kering. Ekstrak hasil penyeduhan 100oC 15 menit menghasilkan kadar tanin terkondensasi tertinggi dan berbeda nyata dari ekstrak lainnya, yaitu 0.429 g LE/100 g berat kering. Berdasarkan uji korelasi, komponen fenolik dan tanin terkondensasi diduga memiliki peran dalam menghambat enzim lipase pada perlakuan suhu awal penyeduhan 70oC, sedangkan pada perlakuan suhu awal penyeduhan 85oC dan 100oC diduga yang berperan adalah tanin terkondensasi. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa untuk menurunkan asupan kalori lemak maka disarankan meminum teh hitam yang diseduh pada suhu awal 70oC selama 5 menit dan 10 menit, atau 100oC selama 15 menit. Kondisi penyeduhan tersebut merupakan kondisi paling baik dalam menghambat aktivitas enzim lipase secara in vitro.
iv
PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENYEDUHAN TEH HITAM (Camellia sinensis) SERTA PROSES PENCERNAAN IN VITRO TERHADAP AKTIVITAS INHIBISI LIPASE
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh MOHAMMAD IQBAL BIJAKSANA F24080083
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 v
Judul Skripsi
Nama NIM
: Pengaruh Suhu dan Waktu Penyeduhan Teh Hitam (Camellia sinensis) serta Proses Pencernaan In Vitro terhadap Aktivitas Inhibisi Lipase : Mohammad Iqbal Bijaksana : F24080083
Menyetujui:
Pembimbing,
(Dr. Ir. Endang Prangdimurti, M.Si) NIP. 19680723.199203.2.001
Mengetahui: Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Feri Kusnandar, M.Sc) NIP. 19680526 199303 1 004
Tanggal lulus : 13 Juli 2012
vi
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul pengaruh suhu dan waktu penyeduhan teh hitam (Camellia sinensis) serta proses pencernaan in vitro terhadap aktivitas inhibisi lipase adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing akademis dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, 30 Juli 2012 Yang membuat pernyataan,
Mohammad Iqbal Bijaksana F24080083
vii
BIODATA PENULIS Penulis yang bernama lengkap Mohammad Iqbal Bijaksana ini dilahirkan di Bekasi pada tanggal 3 Agustus 1990 sebagai putra ke-dua dari empat bersaudara. Penulis menamatkan pendidikan jenjang Sekolah Dasarnya di SDN Duren 06 Bekasi, SMP di SMPN 1 Bekasi, SMA di SMAN 1 Bekasi, dan jenjang S1 di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2012 dengan Mayor Ilmu dan Teknologi Pangan. Saat ini penulis bertempat tinggal di Jalan Lombok 2 No. 173, RT 006/011, Kelurahan Aren Jaya, Bekasi Timur (17111). Penulis dapat dihubungi melalui email
[email protected] serta melalui jejaring sosial Facebook ―Mohammad Iqbal Bijaksana‖. Sejak bangku SMA dan dilanjutkan saat perkuliahan, penulis telah aktif dalam berbagai kegiatan organisasi dan kemahasiswaan. Pada tingkat 2 jenjang S1, penulis merupakan pengurus aktif Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian di bagian Bisnis dan Kewirausahaan. Kemudian, karir organisasinya meningkat saat tingkat 3 ketika penulis menjabat sebagai ketua organisasi Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (HIMITEPA). Keaktifannya di organisasi juga diiringi dengan prestasi akademik yang seimbang. Penulis merupakan penerima Beasiswa Utusan Daerah IPB. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum matakuliah Teknologi Pengolahan Pangan ITP (2011) serta memperoleh posisi finalis dalam Lomba Karya Tulis Nasional NSPC yang diselenggarakan oleh Himitepa IPB (2012) dengan karya berjudul ―Enhanching Competitiveness of Sukabumi Traditional Snack ‗Mochi‘ Through Active Packaging Technology‖. Tulisan-tulisan lain juga yang pernah penulis hasilkan bersama dengan rekan-rekan sedisiplin ilmu adalah ―Healthy Sauce From Mango, Carrot And Tamarind For Children And Pregnant Women To Lower The Prevalence of Vitamin A Deficiency In Kenya‖, ―BAKPIA TERBANG; Bakpia Fungsional Kaya Protein dan Omega 3 dari Tepung Belalang dengan Teknologi Edible Coating dan Smart Packaging sebagai Alternatif Oleh-Oleh Khas Jogja‖, ―Miss Yoco Yoghurt Susu Jagung Manis Yang Sehat Dan Lezat Dengan Aneka Topping‖ serta ―Kombinasi Teknologi Deep Fat Frying Dan Sentrifugasi Untuk Meningkatkan Mutu Produk Gorengan Hasil Pertanian Serikat Petani Desa Cibereum Bogor‖. Sebagai tugas akhir, penulis melakukan penelitian yang berjudul ―Pengaruh Suhu dan Waktu Penyeduhan Teh Hitam (Camellia sinensis) serta Proses Pencernaan In Vitro terhadap Aktivitas Inhibisi Lipase‖.
viii
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan berkah, rahmat, dan nikmat-Nya sehingga penulis selalu berada dalam keadaan sehat dan mampu menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga Allah SWT menerima dan membalas seluruh kebaikan yang telah dilakukan. Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.
2.
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
11.
12. 13. 14. 15.
Keluarga tercinta: mamah (Umrohati), bapak (Abdul Ghofur), kakak tersayang (Rachmawati Pertiwi), adik terbaik (Imam dan Fauzan). Terima kasih atas segala pengorbanan, motivasi, doa, dan dukungan, baik moril maupun material, yang telah diberikan. Dr. Ir. Endang Prangdimurti M.Si selaku dosen pembimbing akademik atas arahan, bimbingan, dan bantuan yang sangat berharga bagi penulis. Terima kasih atas kesabaran dan pengertiannya selama membimbing penulis. Mohon maaf atas segala kelalaian dan kekurangan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dengan balasan yang lebih baik. Seluruh guru yang telah tanpa jemu memberikan ilmu di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB. Teman satu bimbingan: Sagita Nindyasari dan Andika Bagus Bangun Prakoso. Atikah Bararah, atas segala motivasi, perhatian, dan saran-sarannya. Brothers Ioner‘s: Irfan Adiyatma, Ardy, Sofian Irianto, Randy Oktan, dan Rendy Maulana. Brothers Ohana‘s: Andi, Ardi, Dafiq, Prabu, Ihsan, Ilham, Yusuf, dan Iwan. Brothers Kharisma: Obit, As‘ad, Daniel, Ali, dan Andri. Teman-teman satu lab: Angel, Eka, Euis, Ratna, Yunita, Ari, Fiqa, Indra, Meutia, Sofia, Harum, Kamaliah, Ian, Ivan, Fya, dan lainnya yang silih berganti menggunakan Lab Biokim. Sahabat-sahabat terbaik, Muhamad Mustain, Bangun Marlina, Raudhatussaadah, Denis Mudlofar, Mohamad Hasrul Vitor, Randy Dio Aritama, Yufi Sara, Chairul Adijaya, Doddy Aryanto, Aria Andika, Hafiz Fakhrurrozy, I Kadek Putra, Taufiq Rais, Mochamad Buyung, Wiwit Arif, Budyawan Saputra, Andhi Faizal, dan Ahmadun . Sahabat-sahabat ITP 45 yang sangat berkesan, Khoirunnisa, Septariawulan, Yana, Nurul, Arum, Yuli, Suba, Ariesta, Priska, Kujay, Hilda, Virza, Misran, Wahyudi, Latifah, Rista, Wahyu, Ana, Cindy, Ranti, Nia, Efrat, dan teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu, serta seluruh keluarga Unity ITP 45, 44, 46, 47, kelas TPB B15, dan Fateta. Seluruh staf UPT terkhusus untuk Ibu Novi dan Mba Ani. Para laboran dan staf: Pak Wahid, Mba Vera, Pak Yahya, Pak Sobirin, Pak Rojak, Bu Antin, Pak Sidiq, Bu Rubiah, Pak Gatot, dan lainnya. Keluarga Fasco: Imanuel, Adhe, Rodiah, Sadam, Fatma, Agus, Ulfah, dan yang lainnya. Pemerintah dan Dinas Pendidikan Kabupaten Fak-Fak Papua.
Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap masyarakat dan ilmu pengetahuan.Terima kasih. Bogor, 30 Juli 2012 Mohammad Iqbal Bijaksana
ix
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................................ ……………….ix DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................................. xiv I.
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1 A.
Latar Belakang…………............………………………………………………………..1
B.
Tujuan ...........................………………………………………….................…………..1
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ ............2 A.
Teh Hitam ...…………………………....………………………………………………2
B.
Lipid.................................................................................................................................7
C.
Lipase ..............................................................................................................................8
D.
Antilipase ........................................................................................................................9
III. METODOLOGI PENELITIAN...............................................................................................13 A.
Bahan dan Alat ..............................................................................................................13
B.
Metode Penelitian .........................................................................................................13 1.
Pembuatan Ekstrak Teh Awal....................................................................................14
2.
Pengujian Pengaruh Simulasi pH Pencernaan In Vitro ............................................. 14
3.
Analisis ...................................................................................................................... 14 a.
Total Fenol .................................................................................................................14
b.
Kadar Tanin Terkondensasi ....................................................................................... 15
c.
Inhibisi Enzim Lipase................................................................................................ 15
d.
Analisis Statistik ........................................................................................................ 16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................ 17 A.Ekstraksi Teh Hitam ..............................................................................................................17 B. Nilai pH Ekstrak Teh Hitam ..................................................................................................18 C. Inhibisi Enzim Lipase ............................................................................................................19 1.
Inhibisi Enzim Lipase Awal ...................................................................................... 19
2.
Inhibisi Enzim Lipase Setelah Melewati Simulasi pH Pencernaan .......................... 21
D. Total Fenol .............................................................................................................................23 1.
Total Fenol Awal ....................................................................................................... 23
2.
Total Fenol Setelah Melewati Simulasi pH Pencernaan ............................................ 25
3.
Korelasi Total Fenol Dengan Inhibisi Enzim Lipase ................................................ 26
x
E. Kadar Tanin Terkondensasi ..................................................................................................28 1.
Kadar Tanin Terkondensasi Awal ............................................................................. 29
2.
Kadar Tanin Terkondensasi Setelah Melewati Simulasi pH Pencernaan .................. 30
3.
Korelasi Tanin Terkondensasi Dengan Inhibisi Enzim Lipase ................................. 32
V. SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................................... 35 A. Simpulan ...............................................................................................................................35 B. Saran ......................................................................................................................................35 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 36 LAMPIRAN .................................................................................................................................... 41
xi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.
Klasifikasi tanaman teh ……………………........................................................
3
Tabel 2.
Komposisi senyawa dalam teh hijau dan teh hitam..............................................
4
Tabel 3.
Prekursor dan kadar theaflavin pada teh hitam ……………………………......
5
Tabel 4.
Berbagai macam senyawa antilipase dari ekstrak tanaman ..…………...........
11
Tabel 5.
Beberapa senyawa antilipase dari teh …...………………………......................
12
Tabel 6.
Komposisi larutan pereaksi uji inhibisi enzim lipase …………………..............
16
Tabel 7.
Suhu akhir penyeduhan dan pH ekstrak awal ......................................................
18
Tabel 8.
Penurunan daya inhibisi lipase ekstrak teh hitam dan Orlistat setelah melalui simulasi pH pencernaan ....................................................................................... Penurunan total fenol ekstrak teh hitam setelah melalui simulasi pH pencernaan ........................................................................................................... Penurunan tanin terkondensasi ekstrak teh hitam setelah melalui simulasi pH pencernaan ...........................................................................................................
Tabel 9. Tabel 10.
22 25 31
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Pucuk daun teh ………………………………………………....................
2
Gambar 2.
Diagram alir pengolahan teh teh hijau, teh oolong, dan teh hitam..............
3
Gambar 3.
Struktur theaflavin ………………………………......................................
6
Gambar 4.
Reaksi pemecahan trigliserida ………………............................................
8
Gambar 5.
Enzim lipase pankreas ………………………………................................
8
Gambar 6.
Ilustrasi perbedaan penghambatan kompetitif dengan nonkompetitif.........
10
Gambar 7.
Mekanisme penghambatan Orlistat …........................................................
11
Gambar 8.
Diagram alir penelitian …………………………………………...............
13
Gambar 9.
Diagram alir proses ekstraksi teh hitam ......................................................
14
Gambar 10.
Reaksi hidrolisis pNp Laurat ………………………………………..........
15
Gambar 11.
Nilai inhibisi enzim lipase dari ekstrak teh hitam ………………………...
21
Gambar 12.
Nilai total fenol dari ekstrak teh hitam .......................................................
24
Gambar 13.
Grafik korelasi total fenol dan inhibisi enzim lipase pada suhu penyeduhan 70oC ........................................................................................ Grafik korelasi total fenol dan inhibisi enzim lipase pada suhu penyeduhan 85oC ........................................................................................ Grafik korelasi total fenol dan inhibisi enzim lipase pada suhu penyeduhan 100oC ...................................................................................... Kadar tanin terkondensasi dari ekstrak teh hitam ..…………………….....
Gambar 1.
Gambar 14. Gambar 15. Gambar 16. Gambar 17. Gambar 18. Gambar 19.
27 28 28
31 Grafik korelasi tanin terkondensasi dan inhibisi enzim lipase pada suhu penyeduhan 70oC...................................................................…….............. 33 Grafik korelasi tanin terkondensasi dan inhibisi enzim lipase pada suhu penyeduhan 85oC ........................................................................................... 33 Grafik korelasi tanin terkondensasi dan inhibisi enzim lipase pada suhu penyeduhan 100oC ...................................................................................... 34
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5.
Hasil uji statistik RAL dua faktor penyeduhan terhadap pH awal ekstrak teh hitam ................................................................................................... Hasil uji lanjut Duncan RAL dua faktor penyeduhan terhadap pH awal ekstrak teh hitam ....................................................................................... Data inhibisi enzim lipase ekstrak teh hitam ……………………………. Hasil uji statistik RAL dua faktor penyeduhan terhadap inhibisi enzim lipase ekstrak teh hitam …………………………………………………. Hasil uji lanjut Duncan RAL dua faktor penyeduhan terhadap inhibisi enzim lipase ekstrak teh hitam …………………………………………...
42 43 44 45 46
Lampiran 6.
Hasil uji Faktorial inhibisi ekstrak teh hitam ….………………………....
47
Lampiran 7.
Hasil uji lanjut Duncan Faktorial inhibisi ekstrak teh hitam ….………....
48
Lampiran 8.
Tabel dan kurva standar asam galat ……...……………………………....
49
Lampiran 9.
Data total fenol ekstrak teh hitam …………………..…………………....
50
Lampiran 10.
Hasil uji statistik RAL dua faktor penyeduhan terhadap total fenol ekstrak teh hitam ……………………………………………………….... Hasil uji lanjut Duncan RAL dua faktor penyeduhan terhadap total fenol ekstrak teh hitam ………………………………..…………………
Lampiran 11.
51 52
Lampiran 12.
Hasil uji Faktorial total fenol ekstrak teh hitam …..……………………..
53
Lampiran 13.
Hasil uji lanjut Duncan Faktorial total fenol ekstrak teh hitam ………….
54
Lampiran 14.
Data tanin terkondesasi ekstrak teh hitam …..…………………………...
55
Lampiran 15.
Hasil uji statistik RAL dua faktor penyeduhan terhadap tanin terkondensasi ekstrak teh hitam ……………….………………………… Hasil uji lanjut Duncan RAL dua faktor penyeduhan terhadap tanin terkondensasi ekstrak teh hitam ………………………………………….
Lampiran 16.
56 57
Lampiran 17.
Hasil uji Faktorial tanin terkondensasi ekstrak teh hitam ..………………
58
Lampiran 18.
Hasil uji lanjut Duncan Faktorial tanin terkondensasi ekstrak teh hitam...
59
Lampiran 19.
Hasil uji beda berpasangan ekstrak awal dan ekstrak simulasi pH pencernaan perlakuan 70oC 5 menit ………….…………………………. Hasil uji beda berpasangan ekstrak awal dan ekstrak simulasi pH pencernaan perlakuan 70oC 10 menit …..……………………………….. Hasil uji beda berpasangan ekstrak awal dan ekstrak simulasi pH pencernaan perlakuan 70oC 15 menit …..……………………………….. Hasil uji beda berpasangan ekstrak awal dan ekstrak simulasi pH pencernaan perlakuan 85oC 5 menit …………..………………………… Hasil uji beda berpasangan ekstrak awal dan ekstrak simulasi pH pencernaan perlakuan 85oC 10 menit …………………………………… Hasil uji beda berpasangan ekstrak awal dan ekstrak simulasi pH pencernaan perlakuan 85oC 15 menit …………………………………… Hasil uji beda berpasangan ekstrak awal dan ekstrak simulasi pH pencernaan perlakuan 100oC 5 menit ……………………………………
Lampiran 20. Lampiran 21. Lampiran 22. Lampiran 23. Lampiran 24. Lampiran 25.
60 61 62 63 64 65 66
xiv
Lampiran 26. Lampiran 27. Lampiran 28. Lampiran 29. Lampiran 30. Lampiran 31. Lampiran 32. Lampiran 33. Lampiran 34.
Hasil uji beda berpasangan ekstrak awal dan ekstrak simulasi pH pencernaan perlakuan 100oC 10 menit ………..………………………… Hasil uji beda berpasangan ekstrak awal dan ekstrak simulasi pH pencernaan perlakuan 100oC 15 menit ………..………………………… Hasil uji beda berpasangan Orlistat awal dan Orlistat setelah melewati simulasi pH pencernaan ....................................………………………… Hasil korelasi Pearson antara inhibisi lipase dengan total fenol ekstrak teh hitam suhu penyeduhan 70oC .............................................................. Hasil korelasi Pearson antara inhibisi lipase dengan total fenol ekstrak teh hitam suhu penyeduhan 85oC .............................................................. Hasil korelasi Pearson antara inhibisi lipase dengan total fenol ekstrak teh hitam suhu penyeduhan 100oC ............................................................ Hasil korelasi Pearson antara inhibisi lipase dengan tanin terkondensasi ekstrak teh hitam suhu penyeduhan 70oC .................................................. Hasil korelasi Pearson antara inhibisi lipase dengan tanin terkondensasi ekstrak teh hitam suhu penyeduhan 85oC .................................................. Hasil korelasi Pearson antara inhibisi lipase dengan tanin terkondensasi ekstrak teh hitam suhu penyeduhan 100oC
67 68 69 70 71 72 73 74 75
xv
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, obesitas sudah menjadi suatu permasalahan global yang terjadi baik di negara maju maupun berkembang, termasuk Indonesia. Sebuah penelitian pada tahun 2007 menunjukkan bahwa sekitar 50% wanita dan 30% pria dewasa Indonesia mengalami kelebihan berat badan dengan masing-masing 20 dan 10 persennya menderita obesitas (Romling dan Qaim 2011). Permasalahan tersebut sangat memprihatinkan mengingat obesitas merupakan salah satu penyebab utama munculnya penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular, stroke, kanker, diabetes mellitus II, dan hipertensi (National Institutes of Health 1998). Penelitian yang dilakukan oleh World Health Organization (2003) menyatakan bahwa Indeks Massa Tubuh lebih dari 21 kg/m2 berkontribusi sebesar 58% terhadap resiko diabetes, 21% jantung koroner, dan 8-42% kanker, dimana Indeks Massa Tubuh penderita obesitas biasanya lebih dari 30 kg/m2 (National Institutes of Health 1998). Secara ekonomi, lebih dari 6% dari seluruh biaya kesehatan di beberapa negara berkembang dilaporkan terpakai untuk pengobatan obesitas. Secara umum, obesitas dapat disebabkan oleh pola makan seperti konsumsi karbohidrat atau lemak yang berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, faktor genetik, maupun kondisi sosial-ekonomi. Meskipun demikian, sebagian besar penyebab obesitas yaitu tidak seimbangnya asupan energi atau kalori dengan aktivitas pemakaian kalori sehingga terjadi penimbunan kalori dalam bentuk lipid tubuh (Romling dan Qaim 2011). Tidak seimbangnya metabolisme energi tersebut ditambah asupan lipid yang berlebih dapat sangat beresiko menimbulkan obesitas. Dalam tubuh, lipid dari bahan pangan diserap dengan terlebih dahulu dipecah dengan katalisis enzim lipase pankreas. Tanpa dikatalisis oleh enzim lipase pankreas, reaksi hidrolisis lipid tidak akan terjadi dan lipid tidak dapat diserap ke dalam darah. Oleh karena itu untuk menekan dan mengontrol naiknya berat badan, akan sangat efektif untuk menurunkan penyerapan lipid dengan cara menginhibisi kerja lipase atau antilipase. Salah satu produk pangan yang diketahui memiliki aktivitas antilipase yaitu teh. Gondoin et al. (2010) mengatakan bahwa teh putih, teh hijau, dan teh hitam yang diseduh dengan air mendidih memiliki daya inhibisi terhadap enzim lipase. Jenis teh yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah teh hitam. Teh hitam biasa dikonsumsi dengan proses penyeduhan dimana pada daerah bahkan keluarga yang berbeda memiliki kebiasan penyeduhan teh yang berbeda pula. Proses penyeduhan diduga akan berpengaruh terhadap manfaat teh dalam kaitannya dengan aktivitas antilipase. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk menentukan proses penyeduhan teh hitam terbaik terhadap aktivitas penghambatan pencernaan lipid. Penelitian juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh kondisi pencernaan secara in vitro terhadap kemampuan ekstrak teh hitam dalam penghambatan pencernaan lipid.
B. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu dan suhu penyeduhan teh hitam serta proses pencernaan secara in vitro terhadap penghambatan aktivitas enzim lipase sebagai salah satu upaya untuk mengurangi asupan lipid.
1
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teh Hitam Kata teh berasal dari Cina. Masyarakat Cina daerah Amoy menyebut teh dengan tay sementara masyarakat daerah Kanton menyebutnya cha. Nama ini kemudian menyebar ke mancanegara dengan penyebutan yang sedikit berbeda. Orang Inggris menyebutnya tea, di daerah Spanyol diucapkan te, dan di Jerman teh disebut dengan tee. Keanekaragaman nama tersebut menunjukkan bahwa teh sudah banyak dikenal di dunia. Teh, minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia setelah air, diproduksi dari daun tanaman teh (Camelia sinensis). Daun teh yang diambil biasanya adalah dua sampai tiga pucuk daun yang paling ujung (terminal leaves) beserta batang muda (growing apex) kemudian diperlakukan dengan proses pengolahan tertentu (Setiawati dan Nasikun 1991). Pucuk daun teh dapat dilihat pada Gambar 1. Tanaman teh (Camelia sinensis) tumbuh dengan baik pada kondisi beriklim hangat dan lembab dengan curah hujan yang cukup tinggi dan juga terdapat banyak paparan sinar matahari, tanah berasam rendah serta drainasi tanah yang baik (Wan et al. 2009). Kusumaningrum (2008) juga menyatakan bahwa tanaman teh dapat tumbuh dengan optimum di daerah pegunungan beriklim sejuk dengan ketinggian lebih dari 1800 meter di atas permukaan laut. Pertumbuhan tanaman teh yang baik akan menghasilkan produk teh dengan kualitas yang tinggi, dimana akan berbeda-beda sesuai dengan teknik budidaya teh dan kondisi lingkungan, seperti jenis tanah, ketinggian, dan iklim dari perkebunan teh tersebut.
Gambar 1 Pucuk daun teh (Yadi 2009) Menurut Nazaruddin dan Paimin (1993), jenis teh berdasarkan botaninya dibedakan menjadi teh Sinensis dan Assamica. Teh Sinensis memiliki ciri-ciri ukuran daun yang lebih kecil, warna daun yang lebih tua, serta produktivitas yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan teh Assamica. Meskipun demikian, keduanya memiliki kualitas teh yang sama baiknya. Klasifikasi tanaman teh dapat dilihat pada Tabel 1. Selain itu, menurut Wan et al. (2009), teh digolongkan menjadi tiga jenis berdasarkan perbedaan cara pengolahannya, khususnya tingkat fermentasi, yaitu teh hijau (tanpa fermentasi), teh oolong (fermentasi sebagian), dan teh hitam (fermentasi penuh). Perbedaan cara pengolahan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Tidak seperti proses pengolahan teh hijau dimana dilakukan inaktivasi enzim, pada pengolahan teh hitam aktivitas enzim secara optimum justru sangat diperlukan untuk membentuk pigmen (theaflavin dan thearubigin). Proses fermentasi tersebut merupakan proses yang paling kritis dalam penentuan kualitas produk akhir teh hitam. Gondoin et al. (2010) menambahkan bahwa terdapat jenis teh lain, yaitu teh putih. Daun teh yang dipetik pada pengolahan teh putih hanya daun paling ujung yang belum terbuka atau masih kuncup dan masih mengandung bulu-bulu halus, sedangkan pengolahan yang dilakukan menyerupai pengolahan teh hijau.
2
Tabel 1. Klasifikasi tanaman teh Kingdom
Plantae
Divisi
Spermatophyta (tumbuhan biji)
Sub divisi
Angiospermae (tumbuhan biji terbuka)
Kelas
Dicotiledoneae (tumbuhan biji belah)
Sub kelas
Dialypetalae
Ordo (bangsa)
Guttiferales (Clusiales)
Familia (suku)
Camelliaceae (Tehaceae)
Genus (marga)
Camelia
Spesies (jenis) Sumber: Tuminah (2004)
Camelia sinensis
Teh hitam merupakan salah satu jenis teh yang namanya diambil dari warnanya yang hitam atau gelap akibat fermentasi sempurna dari daun teh segar. Secara ringkas, pengolahan daun teh menjadi teh hitam dapat dilihat pada Gambar 2 bagian c. Setelah dipanen dan dibersihkan, daun teh segar dilayukan agar tidak putus saat penggulungan dan proses kimia berlangsung dengan baik saat fermentasi (Adisewojo 1982). Pelayuan daun teh biasanya dilakukan pada ruangan bersuhu 30-40oC selama 16-20 jam untuk mengurangi kadar air dari 70-85% menjadi 55-65% (Ullah 1991). Pelayuan terjadi karena airair dalam daun secara perlahan akan menguap dan lambat laun daun akan menjadi layu. Proses pelayuan akan berpengaruh terhadap kualitas dari teh kering yang dihasilkan. Jika daun terlalu cepat layu, teh kering yang dihasilkan akan memiliki karakteristik aroma yang kurang harum. Sebaliknya jika daun terlalu lama layu, teh kering akan memiliki karakteristik rasa yang kurang sedap. Daun teh layu yang baik memiliki ciri kering namun tidak putus dan tidak ada suara retak jika digenggam. Daun teh segar
Daun teh segar
Pelayuan Pelayuan
Daun teh segar
Pelayuan
Penggulungan Penggulungan
Penyangraian Fermentasi sebagian Penggulungan
Fermentasi penuh Penyangraian
Pengeringan
Pengeringan
Daun teh hijau kering
Daun teh Oolong kering
a)
b)
Pengeringan
Daun teh hitam kering
c)
Gambar 2. Diagram alir pengolahan teh; a) teh hijau, b) teh oolong, c) teh hitam (Wan et al. 2009)
3
Proses selanjutnya adalah penggulungan yang dilakukan dengan tujuan memecahkan sel-sel daun, mengeluarkan cairan sel, dan merusak jaringan daun yang menyebabkan unsur-unsur di dalamnya termasuk polifenol dan enzim bergabung menjadi satu (Aji 2011). Penggulungan juga memengaruhi hasil teh seduhan yang dihasilkan. Daun yang terlalu lama digulung akan menghasilkan teh kering yang sangat pekat, kental, namun aromanya kurang harum (Adisewojo 1982). Setelah penggulungan, daun teh kemudian melalui proses fermentasi. Fermentasi atau pemeraman daun teh merupakan proses oksidasi enzimatik komponen polifenol dalam teh sehingga terjadi perubahan warna dan karakteristik teh. Pada akhir fermentasi,warna teh akan berubah menjadi kecoklatan. Selain perubahan warna juga terjadi perubahan aroma daun menjadi harum teh. Proses ini berlangsung selama 1-5 jam dengan suhu optimal 25-32oC (Panuju 2008). Proses terakhir pengolahan teh hitam adalah pengeringan yang dilakukan untuk menghentikan aktivitas enzim dan mengurangi kandungan air hingga 5% basis basah (Adisewojo 1982). Tabel 2. Komposisi senyawa dalam; a) teh hijau dan b) teh hitam (Graham di dalam Liss 1984) No
Komponen
% BK
No
Komponen
% BK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kafein (-) Epikatekin (-) Epikatekin galat (-) Epigalokatekin (-) Epigalokatekin galat Flavonol Theanin Asam glutamat Asam aspartat Arginin Asam amino lain Gula Bahan pengendap alkohol Kalium a)
7,43 1,98 5,20 8,42 20,29 2,23 4,70 0,50 0,50 0,74 0,74 6,68 12,13 3,96
1 2 3 4 5 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 24 25 26
Kafein (-) Epikatekin (-) Epikatekin galat (-) Epigalokatekin (-) Epigalokatekin galat Theaflavin Thearubigin Asam gallat Asam klorogenat Gula Pektin Polisakarida Asam oksalat Asam malonat Asam suksinat Asam malat Asam akonitat Asam sitrat Peptida Theanin Asam amino lain b)
7,56 1,21 3,86 1,09 4,63 2,62 35,90 1,15 0,21 6,85 0,16 4,17 1,50 0,02 0,09 0,31 0,01 0,84 5,99 3,57 3,03
Daun teh segar sebagai bahan baku dari semua jenis teh memiliki beberapa kandungan komponen kimia. Nasution dan Tjiptadi (1975) membaginya menjadi 7 golongan antara lain: 1) bahanbahan anorganik, yaitu Al, Mn, P, Ca, Mg, Fe, Se, Cu, dan K, 2) senyawa bernitrogen, yaitu protein, asam amino, alkaloid, dan kafein, 3) karbohidrat yaitu gula, pati, dan pektin, 4) polifenol, dan turunannya, yaitu asam galat, katekin, tanin, theaflavin, dan thearubigin, 5) pigmen, yaitu klorofil, anthosianin, dan flavon, 6) enzim, yaitu polifenol oksidase, peroksidase, pektinase, dan 7) vitamin C dan vitamin E. Perbedaan proses pengolahan yang diaplikasikan untuk mengubah daun teh segar menjadi teh hijau, teh hitam, teh putih, dan teh oolong akan menentukan jenis atau komposisi komponen
4
bioaktif yang terkandung dalam minuman teh. Komponen-komponen bioaktif teh hijau dan teh hitam dapat dilihat pada Tabel 2. Komponen bioaktif di dalam teh terdiri dari flavonoid yang didominasi oleh katekin, senyawa alkaloid, saponin (triterpenoid saponin), asam organik, dan pigmen. Beberapa jenis alkaloid dalam teh yaitu kafein, theobromin, dan theofilin yang totalnya berkisar 3-4% (Wong et al. 2009). Selama fermentasi, reaksi enzimatik akan bertanggung jawab terhadap pengembangan karakteristik warna dan flavor dari tiap jenis teh, terutama teh hitam. Fermentasi enzimatis teh hitam akan menghasilkan pembentuk warna dan pigmen yang khas, yaitu theaflavin, thearubigin, dan theasinensis. Substrat dari enzim polifenol oksidase selama fermentasi terdiri dari katekol dan grup pyrogallol, dan produk oksidasi primernya adalah o-quinon yang diikuti oleh kondensasi menjadi senyawa polimer yaitu theaflavin dan thearubigin (Ullah 1991). Theaflavin terbentuk melalui reaksi oksidasi berpasangan antara katekin jenis katekol (epikatekin dan epikatekin galat) dan katekin jenis pyrogallol (epigalokatekin dan epigaloketekin galat) (Tanaka et al 2009). Oleh karena itu, kandungan katekin, meliputi katekol (epikatekin (EC) dan epikatekin galat (ECG)) serta pyrogallol (epigalokatekin (EGC) dan epigalokatekin galat (EGCG)) pada teh hitam jauh lebih rendah daripada teh hijau. Fermentasi asam-asam amino dan lipid pada daun teh segar juga akan menghasilkan komponenkomponen volatil yang akan mempengaruhi flavor teh, mengurangi rasa pahit, meningkatkan rasa sepat, serta menghasilkan senyawa dan flavor kompleks lainnya termasuk asam organik (Balentine & PaerauRobinson di dalam Mazza & Oomah 1998). Jika dilihat pada Tabel 2, asam organik pada teh hitam terdapat dalam konsentrasi dan jenis lebih beragam daripada teh hijau yang disebabkan oleh proses fermentasi. Theaflavin dan thearubigin merupakan senyawa-senyawa berpigmen golongan polifenol yang dihasilkan selama fermentasi dan berperan dalam warna khas teh hitam. Pigmen-pigmen tersebut termasuk ke dalam senyawa bioaktif karena dilaporkan memiliki efek positif bagi kesehatan. Selain berpengaruh terhadap penampakan, senyawa-senyawa tersebut juga berkontribusi terhadap aroma dan karakteristik teh hitam. Selama fermentasi, kandungan katekin dari daun teh segar akan berkurang sebesar 85% (Balentine & Paerau-Robinson di dalam Mazza & Oomah 1998) dimana hanya sekitar 10 persennya yang merupakan kelompok theaflavin. Sisanya berubah menjadi produk larut air yang disebut thearubigin yang berkontribusi sebesar 23% dari 100-200 mg daun teh hitam kering. Tabel 3. Prekursor dan kadar theaflavin pada teh hitam Prekusor
Jenis Theaflavin
Kadar (% BK)
EC + EGC EC + EGCG ECG + EGC ECG + EGCG
TF TF-3-G TF-3‘-G TF-3,3‘-G
0,2-0,3 1,0-1,5 1,0-1,5 0,6-1,2
Sumber: Wan et al. (2009) Theaflavin merupakan senyawa berwarna merah atau oranye dalam larutan dan berkontribusi terhadap kecerahan dan rasa minuman teh (Balentine & Paerau-Robinson di dalam Mazza & Oomah 1998). Terdapat empat jenis utama theflavin, yaitu theaflavin (TF), theaflavin 3 gallat (TF-3-G), theaflavin 3‘ gallat (TF-3‘-G), dan theaflavin 3,3‘-digallat (TF-3,3‘-DG). Prekusor dan kadar masingmasing jenis theaflavin tersebut dapat dilihat pada Tabel 3, sedangkan struktur theaflavin dapat dilihat pada Gambar 3. Thearubigin merupakan kelompok senyawa berpigmen cokelat atau hitam yang berperan terhadap kekentalan dan rasa sepat dari minuman teh hitam. Kelompok-kelompok senyawa dari thearubigin adalah polimer proanthocyanidin (tanin terkondensasi), theafulvin, dan oolongtheanin.
5
Total theaflavin dan thearubigin pada teh hitam masing-masing 3-6% dan 12-18% basis kering (Wong et al. 2009). Selain itu, adanya kondensasi berpasangan antara dua jenis galokatekin, yaitu epigalokatekin galat (EGCG) dan epigalokatekin (EGC), akan membentuk dimer kuinon lain, terutama dehidrotheasinensis yang akan dikonversi menjadi theasisnensis apabila dikeringkan atau dipanaskan (Wan et al. 2009).
Gambar 3. Struktur theaflavin (Lin et al. 2009) Kandungan senyawa bioaktif dalam minuman teh tidak hanya dipengaruhi oleh cara pengolahan teh dan kualitas produk teh tetapi juga dipengaruhi oleh cara penyeduhan teh dimana caranya dapat berbeda-beda di setiap daerah. Minuman teh yang lebih banyak dikonsumsi di negaranegara Eropa ialah teh hitam dan biasa diseduh dalam bentuk teabag menggunakan air mendidih dengan waktu penyeduhan yang relatif singkat (< 3 menit), kemudian dikonsumsi dalam keadaan panas (terkadang ditambah gula atau susu). Hal tersebut juga biasa dilakukan di India, Pakistan, dan beberapa negara Asia Tengah hanya saja teh hitam diseduh dengan waktu yang lebih lama (Astill et al. 2001). Di China dan Jepang, minuman teh yang lebih banyak dikonsumsi ialah teh hijau dan biasa diseduh menggunakan air panas tetapi tidak sampai mendidih.
6
Astill et al. (2001) menyatakan bahwa perbedaan cara penyeduhan teh dapat memengaruhi komposisi senyawa kimia yang terdapat pada produk akhir minuman teh. Cara penyeduhan yang dimaksud adalah jumlah teh dan air yang digunakan (konsentrasi teh), ukuran dan bentuk teh, jumlah pengadukan, suhu penyeduhan, waktu penyeduhan, dan penambahan bahan lain seperti gula atau susu. Dalam penelitiannya, Astill et al. (2001) menyeduh teh dalam bentuk teabag (1.5-3.125 g/bag) menggunakan air mendidih, lalu disaring vakum menggunakan glass crucible no.1. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa total padatan terlarut yang terekstrak semakin meningkat seiring meningkatnya konsentrasi teh. Akan tetapi, proses ekstraksi akan berlangsung secara efisien pada konsentrasi teh yang rendah. Sementara itu, total padatan terlarut terekstrak dengan cepat pada menit pertama penyeduhan, kemudian secara bertahap menurun seiring dengan meningkatnya waktu penyeduhan. Astill et al. (2001) juga meneliti mengenai perbedaan komposisi komponen terekstrak antara teh hitam dan teh hijau. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi padatan terlarut (2997 mg/L), total polifenol (992 mg/L), dan kafein (241 mg/L) teh hitam lebih besar dari pada teh hijau (1790, 591, dan 114 mg/L). Hasil surveinya terhadap 23 produk teh di Negara-negara Eropa menunjukkan bahwa teh hitam direkomendasikan untuk diseduh pada konsentrasi yang lebih tinggi (1013.3 g/L) daripada teh hijau (7.5-10 g/L). Suhu penyeduhan yang direkomendasikan untuk menyeduh teh hitam juga lebih tinggi (100oC) daripada teh hijau (75-90oC). Selain itu, ekstraksi dari komponen polifenol dan kafein akan berbeda antara teh dalam bentuk daun dan teabag. Ekstraksi akan lebih efisien apabila teh masih berada dalam bentuk daun dan semakin kecilnya ukuran partikel teh.
B.
Lipid
Salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan, atau manusia ialah lipid. Lipid, lipida, atau lemak merupakan salah satu komponen gizi yang secara umum dibutuhkan oleh manusia sebagai cadangan energi, komponen struktural membran sel, alat angkut vitamin larut lemak, pemelihara suhu tubuh, dan pensinyalan molekul (Michelle et al. 1993; Gurr et al. 2002; Almatsier 2006). Lipid didefinisikan berdasarkan sifat fisiknya terutama sifat kelarutan, bukan berdasarkan struktur kimianya. Kata lipid digunakan oleh ahli biokimia untuk menggolongkan senyawasenyawa heterogen yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam satu atau lebih dari satu pelarut organik misalnya eter, aseton, kloroform, benzena (Gurr et al. 2002). Lipid dapat diklasifikasikan berdasarkan komposisi kimianya, yaitu lipid sederhana, lipid majemuk, dan lipid turunan; serta berdasarkan fungsi biologisnya, yaitu lemak simpanan dan lemak struktural. Lemak simpanan terdiri dari trigliserida yang disimpan di dalam depot-depot di dalam jaringan baik tumbuh-tumbuhan, hewan, ataupun manusia. Lemak tersebut merupakan simpanan energi paling utama di dalam tubuh. Lemak struktural terutama terdiri atas fosfolipida dan kolesterol yang merupakan struktural paling penting di dalam tubuh setelah protein (Almatsier 2006; Wahle et al. 2003). Kebanyakan lemak makanan dicerna dalam bentuk trigliserida (90-95%) dan harus dipecah terlebih dahulu menjadi gliserida dan asam lemak untuk dapat diabsorpsi. Pemecahan lipid dilakukan oleh enzim lipase, yang bersifat hidrofilik. Pemecahan lipid dimulai oleh enzim lipase saliva di dalam mulut, kemudian dilanjutkan di dalam lambung. Pencernaan lipid di dalam mulut dan lambung lebih banyak terjadi pada bayi dibandingkan orang dewasa, karena sistem pencernaan pada bayi terutama usus belum dapat bekerja dengan baik (Gurr 1992). Pada orang dewasa, proses pencernaan lipid terutama terjadi di dalam usus. Sebelum dipecah oleh enzim lipase, lipid akan diemulsifikasi terlebih dahulu sehingga enzim lipase dapat bekerja. Proses emulsifikasi tersebut terjadi di usus halus oleh cairan empedu. Setelah diemulsifikasi, enzim lipase yang berasal dari dinding usus halus dan pankreas akan mulai mencerna emulsi lipid tersebut. Secara keseluruhan, proses pencernaan lipid bertujuan untuk
7
mengkonversi lipid menjadi turunan yang lebih polar sehingga mudah berinteraksi dengan air dan mudah diserap oleh tubuh. Penyerapan hasil pencernaan lipid yang sebagian besar adalah asam lemak (70%) dan sebagian lagi monogliserida (20%) terjadi di dalam usus kecil (Poedjiadi 1994). Hasil penyerapan lipid akan langsung digunakan sebagai sumber energi atau disimpan oleh tubuh di dalam jaringan adipose sebagai cadangan energi. Meskipun lipid dibutuhkan oleh tubuh, konsumsi lipid yang berlebihan dapat merugikan tubuh karena selain asupan-asupan lipid esensial, tubuh juga dapat mensintesis lipid dari metabolisme karbohidrat (Michelle et al. 1993). Lemak simpanan di dalam tubuh tidak hanya berasal dari konsumsi lipid melainkan juga dari konsumsi karbohidrat dan protein. Selain itu, menurut Almatsier (2006), tubuh mempunyai kapasitas tidak terhingga untuk menyimpan lipid. Oleh karena itu, jika lemak simpanan berlebih di dalam tubuh maka resiko terhadap kelebihan berat badan akan meningkat yang kemudian pada akhirnya akan berdampak pada obesitas. Hal tersebut tentunya akan sangat merugikan tubuh, mengingat bahwa obesitas memiliki asosiasi atau hubungan yang sangat erat dengan munculnya penyakit kronis dan gangguan fungi fisiologis seperti penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes mellitus, dan kanker.
C. Lipase Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel, yang bekerja dengan urut-urutan yang teratur. Enzim mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang menguraikan molekul nutrien, reaksi yang menyimpan dan mengubah energi kimiawi, dan reaksi pembuatan makromolekul sel dari prekusor sederhana (Lehninger 1993). Enzim lipase (Triasilgliserol asilhidolase, EC 3.2.1.20) merupakan enzim utama dalam pencernaan lipid. Berdasarkan nomenklatur dari International Union of Biochemistry, enzim lipase berfungsi mengkatalisis trigliserida menjadi digliserida dan asam lemak (Gambar 4).
Lipase
Gambar 4. Reaksi pemecahan trigliserida (Muchlas 2010) Meskipun demikian, reaksi tersebut belum lengkap karena lipase juga akan menghidrolisis digliserida lebih lanjut sehingga akan didapatkan produk akhir berupa satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak (Winarno 2010; Macrae 1983). Struktur enzim lipase dapat dilhat pada Gambar 5.
Gambar 5. Enzim lipase pankreas (Institute of Molecular Biotechnology 2005) Didalam tubuh, enzim lipase mampu menghidrolisis lemak makanan yang dikonsumsi hingga 50-70%. Aktifitas lipase dapat diketahui dengan mengetahui habisnya substrat atau timbulnya produk
8
hidrolisa asam lemak bebas. Substrat, suhu, dan pH lingkungan sangat memengaruhi lipase dalam mencapai aktifitas yang optimal. Lipase dari pankreas misalnya mempunyai pH optimal antara 8 dan 9, tetapi dapat menurun menjadi antara 6-7 apabila substratnya berbeda. Suhu optimal lipase pada umumnya berkisar antara 30 dan 40oC. Keaktifan optimal lipase tergantung juga dari senyawa pengemulsi yang digunakan dan kandungan garam dalam substrat (Winarno 2010). Sumber utama enzim lipase adalah dari pankreas yang dikeluarkan melalui dinding usus halus. Enzim ini diproduksi dalam sel acinar pankreas dan dialirkan ke dalam usus duodenum. Lipase dari pankreas babi paling banyak telah dipelajari dan digunakan dalam beberapa penelitian. Hal ini mungkin karena pankreas babi mengandung lipase yang tinggi, sekitar 2.5 persen dari jumlah protein dalam pankreas. Selain itu, lipase juga dapat diperoleh dari sumber lain, misalnya susu, biji-bijian, kacangkacangan, dan juga mikroba.
D. Antilipase Penghambatan aktivitas enzim oleh beberapa jenis molekul kecil dan ion-ion sangat penting karena merupakan mekanisme pengendalian kerja enzim secara biologis. Winarno (2010) membagi jenis penghambatan enzim berdasarkan sifat kestabilan penghambatannya, yaitu penghambatan tidak stabil (reversible) dan penghambatan stabil (irreversible). Penghambatan reversible disebut juga dengan penghambatan dapat balik, sedangkan penghambatan irreversible disebut juga dengan penghambatan tidak dapat balik (Lehninger 1993). Dalam pengikatannya yang irreversible, senyawa penghambat (inhibitor) akan terikat secara kovalen pada lokasi aktif enzim sehingga disosiasi antara enzim dengan substrat terjadi sangat lambat (Winarno 2010). Lehninger (1993) menyatakan bahwa penghambat irreversible dapat juga diartikan sebagai golongan yang beraksi dengan atau merusak suatu gugus fungsional pada molekul enzim yang penting bagi aktivitas katalitiknya. Selain itu, Poedjiadi (2005) menambahkan bahwa hambatan irreversible ini dapat terjadi karena inhibitor bereaksi tidak reversible dengan bagian tertentu pada enzim, sehingga mengakibatkan berubahnya bentuk enzim dan menyebabkan aktivitas katalitiknya menurun. Salah satu contoh penghambatan irreversible adalah penghambatan yang dilakukan oleh senyawa diisoprofilfluorofosfat (DFP) terhadap enzim asetilkolinesterase yang penting dalam transmisi impuls syaraf. Penghambatan reversible merupakan penghambatan yang bersifat sementara. Penghambatan tersebut dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu penghambatan kompetitif dan penghambatan nonkompetitif. Penghambatan kompetitif adalah penghambatan yang dilakukan oleh senyawa yang mirip dengan substrat dan dapat terikat pada lokasi aktif enzim membentuk kompleks enzim inhibitor (Winarno 2010; Lehninger 1993; Poedjiadi 2005). Dengan cara ini maka inhibitor akan bersaing dengan substrat untuk masuk ke lokasi aktif enzim. Penghambat kompetitif biasanya menyerupai substrat normal pada struktur tiga dimensinya. Contoh penghambatan kompetitif adalah asam malonat, oksalat, dan oksaloasetat yang menghambat kerja enzim suksinat dehidrogenase dalam reaksi dehidrogenasi asam suksinat. Ketiga senyawa penghambat tersebut memiliki struktur yang mirip dengan asam suksinat. Jenis penghambatan yang kedua (penghambatan nonkompetitif) adalah penghambatan yang disebabkan oleh senyawa yag dapat berikatan pada sisi enzim selain sisi tempat substrat berikatan, mengubah konformasi molekul enzim, sehingga mengakibatkan inaktifasi dapat balik sisi katalitik (Lehninger 1993). Winarno (2010) menyatakan bahwa bedanya dengan penghambatan kompetitif, pada penghambatan nonkompetitif senyawa penghambatannya tidak mirip dengan substrat, jadi lokasi aktif masih terisi oleh substrat yang normal tetapi senyawa penghambat membentuk lekukan pada bidang
9
permukaan enzim lain. Akibatnya reaksi enzimatik masih berlangsung, tetapi turn over number-nya menurun. Turn over number merupakan banyaknya molekul substrat yang diubah menjadi produk per satuan waktu. Perbedaan kedua jenis penghambatan ini diilustrasikan melalui Gambar 6. Contoh inhibitor nonkompetitif yang banyak dikenal ialah ion-ion logam berat (Cu++, Hg++ dan Ag+) yang dapat berhubungan dengan gugus –SH yang terdapat pada sistein dalam enzim (Poedjiadi 2005).
Gambar 6. Ilustrasi perbedaan penghambatan kompetitif dengan nonkompetitif (Muchlas 2010) Penghambatan terhadap enzim yang berperan dalam hidrolisis lemak dari makanan akan mengurangi penyerapan lemak dan energi yang berlebihan sehingga dapat mencegah tubuh mengalami kelebihan berat badan ataupun obesitas. Salah satu obat yang telah terbukti dapat menghambat kerja enzim lipase adalah Orlistat. Orlistat atau dikenal juga dengan Tetrahydrolipstatin, Xenical, Alli, Orlipastat, (-)-Tetrahydrolipstatin, Orlipastatum [INN-Latin], THLP, Orlipastatum, memiliki rumus molekul C29H53NO5dan berat molekul 495.73482 (PubChem 2005). Orlistat merupakan turunan lipofilik terhidrogenasi dari lipstatin, senyawa kimia yang diisolasi dari mikroba Streptomyces toxytricini (Guerciolini 1997; Hadvary et al.1991). Sjostrom et al. (2000) menyatakan bahwa penggunaan Orlistat diikuti dengan pola makan sehat akan memberikan hasil penurunan berat badan 70% lebih besar daripada hanya sekedar diet saja. Rissanen et al. (1999) juga menyatakan bahwa dengan Orlistat, seseorang dapat menurunkan berat badan rata-rata sekitar 14.5% dari berat tubuh awal. Selain itu, penelitian tentang Orlistat menunjukkan bahwa 2 kali lebih banyak penderita kegemukan yang mengkonsumsi Orlistat, mencapai 10% penurunan berat badan dibandingkan mereka yang diet saja (Krempf et al. 2001). Dalam penelitiannya, Sjostrom et al. (2000) menyatakan bahwa Orlistat menghambat enzim lipase secara irreversible dengan cara membentuk suatu ikatan kovalen pada bagian serine yang aktif dari lipase pankreas dan lipase lambung (Gambar 7). Suatu senyawa yang dapat menginhibisi kerja enzim lipase baik secara irreversible maupun reversible disebut antilipase. Kriteria senyawa yang dapat memiliki aktivitas antilipase belum diketahui, namun sudah dilakukan berbagai penelitian untuk menguji aktivitas antilipase seperti dari mikroba, jamur, pangan hasil laut, dan tanaman. Beberapa produk metabolit dari mikroorganisme seperti lipstantin (Streptomyces toxytricini), panclicins (Streptomyces sp. NR 0619), ebelacton (Streptomyces
10
aburaviensis), dan vibralacton (Boreostereum vibrans) memiliki aktivitas penghambatan enzim lipase yang potensial (Tucci et al.2010).
Sisi aktif lipase
Pengikatan Orlistat dengan lipase
Gambar 7. Mekanisme penghambatan Orlistat (Carriere et al. 2001) Di sisi lain, industri pharmaceutical telah banyak menggunakan kapang dan fungi sebagai sumber antilipase, beberapa diantaranya ialah Candida antartica, Candida rogusa, Gestrichum candidum, Humicola lanuginose, dan Pseudomonas glumae (Weber et al.1997). Tanin dari alga Phaeopyta, toxin caulerpenyne dari alga Caulerpa taxifolia, karotenoid dari Undaria pinnatifidaaiai dan Sargassum fulvellum merupakan beberapa contoh pangan hasil laut yang potensial menghambat aktivitas enzim lipase (Bitou et al. 1999; Matsumoto et al. 2010).
Komponen
Tabel 4. Berbagai macam senyawa antilipase dari ekstrak tanaman Tanaman Sumber
Flavonoid
Lesser galangal, dandelion, dan kiwi, jati belanda
Polyphenol
Kacang tanah, mangga, alfalfa, bunga lotus, dan kotala himbutu
Proanthocyanidin Saponin
Triterpen
Noname Herba, cinnamon, coklat, anggur Horse chestnut, bearberry, marlberry, oat, kopi, yam, gingseng, sessiloside, cape jasmine, burningbush, apel, balsampear, zaitun,doraji, soapberry, pincus hion, tomat, jahe, jati belanda, dan bangle Salvia, lidah buaya, birch, potmarigold, lemon balm, dan oregano
Trigonellin
T. foenum-graecum
Hydroxycitric acid
Garcinia Cambodia
Tanin
Areca catechu
escin saponin
A. turbinata escins chakasaponin I, II, & III Teh china Sumber: Garza et al. (2011); Bhutani dan Gohil (2010); Tucci et al. (2010); Tanaka et al. (2009); Silitonga (2008) Tanaman merupakan sumber antilipase yang paling banyak dieksplorasi saat ini. Beberapa tanaman yang mengandung komponen antilipase adalah anggur (Vitis vinifera), jahe (Zingiber
11
officinale), ginseng (Panax japonicus), kencur atau galangal (Alpinia officinarum), daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk), bangle (Zingiber purpureum), asam gelugur (Garcina artroviridis), kemuning (Murraya paniculata) dan juga teh (Camellia sinensis). Pengujian potensi berbagai sumber antilipase tersebut umumnya dilakukan dengan metode enzimatis, baik secara in vivo dengan menggunakan hewan percobaan maupun secara in vitro. Beberapa senyawa antilipase yang berasal dari ekstrak tanaman dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 5. Beberapa senyawa antilipase dari teh Sumber
Komponen bioaktif
Sitasi
Teh hijau
Flavan-3-ol
Gondoin et al. (2010)
Strictinin epigallocatechin gallate (EGCG)
Gondoin et al. (2010)
epigallocatechin (EGC)
Tucci et al.(2010)
epicatechin gallate (ECG)
Tucci et al.(2010)
epicatechin (EC)
Tucci et al.(2010)
Flavan-3-ol
Nakai et al.(2005)
Proanthocyanidin
Nakai et al.(2005)
Chalcan-Flavan Dimer
Nakai et al.(2005)
Oolonghomobisflavans
Nakai et al.(2005)
Theasinensin
Nakai et al.(2005)
Theaflavin
Nakai et al.(2005)
Strictinin
Nakai et al.(2005) Tucci et al.(2010); Han et al.(1999)
Teh oolong
Theasaponin E1 & E2
Teh hitam
Tucci et al.(2010)
Polymer-like oxidation products
Kusano et al. (2008)
Epigallocatechin 3-O-gallate
Kusano et al. (2008)
Theaflavin 3-O-gallate
Kusano et al. (2008)
Theaflavin 3,3'-di-O-gallate
Kusano et al. (2008)
Procyanidin-B-4
Kusano et al. (2008)
Procyanidin-B-3
Kusano et al. (2008)
Theasinensin A
Kusano et al. (2008)
Galloyl oolongtheanin
Kusano et al. (2008)
Penelitian lebih mendalam mengenai senyawa antilipase pada teh juga telah banyak dilakukan, daftar senyawa antilipase pada beberapa jenis teh dapat dilihat pada Tabel 5. Penelitian menunjukkan bahwa fraksi saponin ekstrak daun teh oolong mampu menghambat aktivitas lipase pankreas (Han et al. 1999). Sementara itu, teh hijau, teh putih, serta teh hitam juga diketahui memiliki aktivitas antilipase berdasarkan penelitian Gondoin et al. pada tahun 2010. Teh putih memiliki aktivitas lebih tinggi daripada teh hijau dan teh hitam. Senyawa dalam teh putih yang berperan dalam menghambat aktivitas lipase adalah strictinin dan flavan-3-ol. Strictinin dapat berikatan secara langsung dengan enzim lipase sehingga menghambat kerja enzim dalam mengikat substrat. Berdasarkan penelitian tersebut, teh hitam memiliki daya inhibisi yang lebih rendah daripada teh hijau dan teh putih disebabkan rendahnya jumlah flavan-3-ol.
12
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hitam yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas Bogor grade BP1 (Broken Pekoe 1). Bahan-bahan yang digunakan untuk menganalisis daya inhibisi enzim lipase antara lain enzim lipase pankreas babi tipe II (Sigma L3126), p-nitrofenil laurat (pNP laurat), Tris buffer pH 8.2, sodium asetat, Triton X-100. Bahanbahan yang diperlukan untuk mengukur total fenol dan kadar tanin antara lain Folin Ciocalteu 50%, etanol 95%, Na2CO3 5%, asam galat 250 mg/L, butanol-HCl (95:5 v/v), reagen Ferric (2% ferric ammonium sulfat di dalam HCl 2N), dan akuades serta HCl 11.96 N dan NaOH 10 N diperlukan untuk menetapkan pH simulasi proses pencernaan in vitro. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain neraca analitik, sentrifus, penyaring vakum, waterbath, pH meter, spektrofotometer, penangas air, gelas piala, tabung reaksi, tabung sentrifugasi, kuvet, alat vortex, pipet morh, pipet tetes, mikropipet, gelas ukur, termometer, sudip, gelas pengaduk, gelas arloji, corong, kertas saring Whatman No.41, dan kain saring.
B. Metode Penelitian Penelitian ini terbagi atas 2 tahap yaitu pembuatan ekstrak teh hitam dan pengujian pengaruh simulasi pH pencernaan in vitro. Pembuatan ekstrak teh hitam dilakukan dengan menyeduh bubuk teh hitam dengan menggunakan air panas dengan suhu dan waktu penyeduhan yang berbeda. Ekstrak teh hitam hasil penyeduhan kemudian diberi perlakuan simulasi pH pencernaan in vitro dan tanpa perlakuan (ekstrak teh awal). Ekstrak awal yang diberi perlakuan simulasi pH pencernaan diubah pH-nya menyerupai pH lambung (pH 2) dan didiamkan selama 30 menit kemudian dinaikkan menjadi pH 6.8 seperti pH usus halus. Baik terhadap ekstrak teh awal maupun ekstrak teh simulasi pH pencernaan, dilakukan beberapa analisis, yaitu pengukuran pH, analisis total fenol, analisis kadar tanin terkondensasi, analisis inhibisi enzim lipase. Masing-masing analisis dilakukan sebanyak dua ulangan dan duplo. Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 8. Ekstraksi teh hitam Suhu awal penyeduhan : 70,85, 100 ºC Waktu penyeduhan : 5, 10, 15 menit Ekstrak teh hitam (ekstrak awal) Analisis Pengukuran pH Total Fenol Kadar Tanin Inhibisi enzim lipase
Perlakuan simulasi pH pencernaan
Ekstrak terpilih
Gambar 8. Diagram alir penelitian
13
1. Pembuatan Ekstrak Teh Awal Teh hitam diblender kering sampai menghasilkan partikel halus (30 mesh) yang homogen. Konsentrasi teh hitam dibuat sama, yaitu 0.02 g/ml (2 gram teh dilarutkan dengan 100 ml air). Teh diseduh dengan kombinasi suhu dan waktu penyeduhan yang berbeda. Suhu awal air yang digunakan untuk menyeduh yaitu 70oC, 85oC, dan 100oC, sedangkan waktu penyeduhan yaitu, 5, 10, dan 15 menit. Larutan teh tersebut disaring dengan kain saring (batis) 2 lapis, disentrifus pada 3500 selama 10 menit, dan disaring kembali dengan penyaringan vakum menggunakan kertas saring Whatman No. 41. Volume ekstrak kemudian ditepatkan ke volume awal (100 ml) dengan penambahan akuades. Diagram alir proses ekstraksi teh hitam dapat dilihat pada Gambar 9.
2 gram teh hitam diseduh dengan 100 ml air bersuhu awal 70o, 85o, atau 100oC
Penyeduhan selama 5, 10, dan 15 menit
Penyaringan dengan kain saring
Sentrifuse 3500 rpm 10 menit
Penyaringan dengan penyaring vakum Penepatan volume sampai 100 ml dengan akuades Ekstrak teh hitam Gambar 9. Diagram alir proses ekstraksi teh hitam
2. Pengujian Pengaruh Simulasi pH Pencernaan In Vitro Pada pengujian ini, ekstrak teh akan melalui proses simulasi pencernaan secara in vitro dengan mengubah nilai pH sesuai dengan pH saluran pencernaan, yaitu lambung dan usus halus. Ekstrak teh awal pertama-tama diukur pH nya sehingga didapat pH ekstrak awal. Kemudian ekstrak diubah pH nya sesuai pH lambung yaitu pH 2 dengan menggunakan kurang lebih 3 hingga 4 pipet tetes HCl 11.98 N dan didiamkan selama 30 menit. Setelah itu, pH ekstrak diubah kembali mengikuti pH usus halus, yaitu 6.8 dengan penambahan NaOH 10 N (± 10-11 tetes).
3. Analisis a. Total Fenol Metode Folin Ciocalteu Analisis total polifenol dilakukan mengikuti prosedur Strycharz dan Shetty (2002) dengan modifikasi sesuai Zega (2010). Standar yang digunakan adalah asam galat yang merupakan salah satu senyawa asam fenolat terbanyak dalam teh. Prinsip dari metode ini adalah reduksi dari reagen fosfomolibdat (MoO42-) dan fosfotungtat (WO42-) oleh komponen fenol sehingga terbentuk kompleks
14
molybdenum-blue berwarna biru yang dapat terukur secara spektrofotometri sinar tampak pada panjang gelombang 725 nm. Larutan standar asam galat dibuat pada berbagai konsentrasi, yaitu 50, 100, 150, 200, dan 250 ppm. Pengujian ini menggunakan reagen Folin Ciocalteu 50% dan pereaksi Na 2CO3 5%. Pertama-tama, larutan standar atau ekstrak teh sebanyak 0.5 ml dilarutkan bersama 2.5 ml reagen Folin Ciocalteu, 0.5 ml etanol, dan 2.5 ml akuades di dalam tabung reaksi. Setelah itu, larutan didiamkan selama 5 menit dalam ruang gelap dan kemudian ditambahkan 0.5 ml peraksi Na2CO3, dan diinkubasi kembali dalam ruang gelap selama 1 jam. Setelah inkubasi, larutan divorteks dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 725 nm menggunakan spektrofotometer.
b. Kadar Tanin Terkondensasi Pengujian ini dilakukan mengikuti prosedur Porter et al. (1986). Metode pengukuran kadar tanin terkondensasi didasarkan atas reaksi pembentukan warna dari kompleks tanin dengan ion Fe3+, yang kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 500 nm. Peraksi yangdigunakan dalam uji ini terdiri dari Butanol-HCl (butanol-HCl (37%), 95:5 v/v) dan reagen ferric (2% ferric ammonium sulfat dalam 2N HCl). Ekstrak teh sebanyak 0.5 ml dilarutkan bersama 3 ml butanol-HCl dan 0.1 ml reagen ferric di dalam tabung reaksi bertutup, lalu divortex. Kemudian tabung reaksi tersebut dipanaskan di dalam waterbath pada suhu air mendidih selama 60 menit. Setelah itu, tabung reaksi didinginkan hingga mencapai suhu ruang dan kemudian diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm. Tanin terkondensasi (% berat kering) sebagai Leucocyanidin Equivalent (LE) akan dihitung berdasarkan rumus: (A 550nm x 78.26 x pengenceran)/(% berat kering) Rumus tersebut mengasumsikan bahwa E1% paling efektif dari leucocyanidin pada panjang gelombang 550 nm menggunakan kuvet dengan tebal 1 cm adalah 460 (Porter et al. 1986).
c. Inhibisi Enzim Lipase Pengujian ini dilakukan mengikuti prosedur Mc Dougall et al. (2009) untuk mengetahui aktivitas penghambatan enzim lipase yang berasal dari pankreas babi tipe II (Sigma L3126). Pemecahan substrat p-nitrofenil laurat menjadi p-nitrofenil berwarna kuning dan laurat oleh enzim lipase (Gambar 10). Aktivitas penghambatan diukur berdasarkan jumlah p-nitrofenil yang dihasilkan dengan mengukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 410 nm. Kontrol positif yang digunakan pada pengujian ini adalah Orlistat 1.2 mg/ml yang diperoleh pelarutan 1 tablet xenical (120 mg orlistat) dalam 100 ml aquades.
Gambar 10. Reaksi hidrolisis pNp Laurat (Mc Dougall et al. 2009) Lipase pankreas babi tipe II (Sigma L3126) dilarutkan dalam aquades (10mg/ml). Pengujian dilakukan secara in vitro, dimana Tris buffer pH 8.2 100 mM digunakan sebagai buffer dan p-nitrofenil
15
laurat (pNP laurat) sebagai substrat. Stok substrat diperoleh dengan cara melarutkan 0.08% (b/v) pNP laurat dalam 5mM sodium asetat (pH 5.0) yang mengandung 1% triton X-100 dan dipanaskan pada air mendidih selama 1 menit agar dihasilkan larutan yang sempurna kemudian didinginkan pada suhu ruang. Campuran pereaksi terdiri dari blanko, kontrol A, kontrol B, dan sampel atau kontrol positif. Kontrol A digunakan untuk mengetahui absorbansi dari pNp (produk hidrolisis berwarna kuning) ketika reaksi berlangsung optimal tanpa adanya senyawa penghambat dari ekstrak teh hitam, sedangkan sampel digunakan untuk mengetahui absorbansi dari pNp ketika reaksi berlangsung dengan adanya senyawa penghambat dari ekstrak teh hitam. Blanko digunakan untuk mengetahui absorbansi dari substrat awal tanpa adanya ekstrak teh hitam sedangkan kontrol B digunakan untuk mengetahui absorbansi dari substrat awal ditambah ekstrak teh hitam. Tabel 6 menunjukkan kombinasi jumlah ekstrak atau orlistat, buffer Tris, dan enzim yang diberikan pada blanko, kontrol A, kontrol B, dan sampel atau kontrol positif (Orlistat). Masing-masing campuran reaksi diinkubasi pada 37 oC selama 2 jam. Reaksi dihentikan dengan memasukkan campuran reaksi ke dalam penangas air suhu 100oC selama 5 menit. Selanjutnya aquades ditambahkan pada campuran reaksi kemudian agar padatan dalam larutan tidak mengganggu pembacaan absorbansi, larutan disentrifugasi pada 4000 rpm selama 15 menit dan dibaca menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 410 nm. Tabel 6. Komposisi larutan pereaksi uji inhibisi enzim lipase Larutan
Blanko
Kontrol A
Kontrol B
Sampel
-
-
50
50
Buffer (μL)
400
400
400
400
Enzim (μL)
-
150
-
150
Substrat p-Nitrofenil laurat(μL)
450
450
450
450
Aquades (μL)
4150
4000
4100
3950
Ekstrak (μL)
Sumber: McDougall et al. 2009 modifikasi Aktivitas inhibisi sampel dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: % inhibisi = Keterangan:
A1 = Absorbansi kontrol A - Absorbansi blanko A2 = Absorbansi sampel - Absorbansi kontrol B
d. Analisis Statistik Data-data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan Rancangan Acak Lengkap dua faktor (Univariate Analysis), Rancangan Faktorial (One Way Anova), dan uji beda berpasangan (TTest Praid) serta uji korelasi (Pearson Correlation). RAL dua faktor (Univariate Analysis) dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan penyeduhan terhadap daya inhibisi, nilai pH awal, total fenol, dan kadar tanin terkondensasi ekstrak teh hitam. Jika perlakuan memberikan pengaruh yang nyata, maka pengujian dilanjutkan dengan analisis beda Duncan pada taraf 5% untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan. Rancangan Faktorial (One Way Anova) dilakukan untuk membandingkan daya inhibisi enzim lipase ekstrak teh hitam dengan Orlistat. Uji t-test dua berpasangan digunakan untuk mengetahui pengaruh simulasi pH pencernaan pada ekstrak teh hitam terhadap daya inhibisi enzim lipase, total fenol, dan kadar tanin terkondensasi. Uji korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara daya inhibisi dengan total fenol dan daya inhibisi dengan kadar tanin terkondensasi ekstrak teh hitam.
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Teh Hitam Ekstraksi merupakan suatu proses penyarian zat-zat aktif pada tanaman yang bertujuan untuk menarik komponen kimia yang ada dengan menggunakan pelarut tertentu. Proses ekstraksi teh dilakukan dengan cara penyeduhan. Penyarian zat-zat aktif dari dalam matriks teh hitam akan berlangsung melalui proses difusi. Menurut Astill et al. (2001), perbedaan cara penyeduhan teh dapat memengaruhi komposisi senyawa kimia yang terdapat pada produk akhir minuman teh. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa total padatan terlarut seperti komponen polifenol dan kafein akan semakin meningkat seiring meningkatnya konsentrasi teh, padatan terlarut terekstrak dengan cepat pada menit pertama penyeduhan tetapi menurun secara bertahap dengan meningkatnya waktu penyeduhan, dan suhu penyeduhan yang direkomendasikan untuk menyeduh teh hitam adalah 100oC, lebih tinggi daripada teh hijau (75-90oC). Komposisi senyawa kimia minuman teh akan berpengaruh langsung terhadap kualitas minuman teh dan manfaat kesehatan yang dihasilkan. Hal ini didukung pula oleh Madsuda di dalam Ho et al. (2009) yang menyatakan bahwa perbedaan cara penyeduhan teh akan memengaruhi flavor dan cita rasa yang terbentuk. Suhu penyeduhan dan waktu penyeduhan merupakan dua faktor yang sangat menentukan komposisi senyawa kimia yang terekstrak dari teh hitam. Oleh karena itu, kedua faktor tersebut dijadikan perlakuan dalam penelitian ini. Perlakuan penyeduhan yang dilakukan ialah penyeduhan teh hitam pada suhu awal 70oC, 85oC, dan 100oC dengan waktu penyeduhan masing-masing 5, 10, dan 15 menit. Konsentrasi teh yang digunakan adalah 0,02 g/ml (2 gram teh ditambah 100 ml air) pada semua perlakuan penyeduhan. Konsentrasi 0,02 g/ml dipilih sesuai dengan saran penyajian teh dengan tujuan mendapatkan cita rasa dan manfaat dari teh (Pettigrew 2009; Laresolo 2007). Walaupun demikian, konsentrasi tersebut tidaklah bersifat mutlak karena setiap orang memiliki selera yang berbeda terhadap cita rasa dan tujuan yang berbeda pula ketika mengkonsumsi teh. Disisi lain, Gondoin et al. (2010) menyatakan bahwa diperlukan konsentrasi yang lebih tinggi dari 0,01 g/ml untuk mendapatkan daya penghambatan teh hitam terhadap enzim lipase pankreas. Variasi suhu penyeduhan didasarkan atas kebiasaan masyarakat dalam menyeduh teh seharihari. Pada umumnya, masyarakat menggunakan air mendidih untuk menyeduh teh dimana suhu air mendidih adalah sekitar 100oC. Suhu penyeduhan 70oC diperoleh dari kebiasaan masyarakat kota yang sering menggunakan air panas yang berasal dari dispenser untuk menyeduh teh dimana suhu air tersebut adalah sekitar 70oC. Suhu penyeduhan 85oC dipilih sebagai suhu antara suhu 70oC dan 100oC. Sementara itu, waktu penyeduhan divariasikan untuk mendapatkan komposisi komponen bioaktif terekstrak yang mungkin memiliki kemampuan yang berbeda dalam menghambat enzim lipase. Menurut Astill et al. (2001), senyawa-senyawa kimia seperti polifenol, kafein, tanin, dan theaflavin meningkat jumlahnya dengan cepat hingga batas tertentu dan menurun secara bertahap seiring meningkatnya suhu dan waktu penyeduhan teh hitam. Ekstrak teh hitam yang dihasilkan dibedakan atas perlakuan yang diberikan, yaitu kombinasi suhu dan waktu penyeduhan. Berdasarkan hal tersebut, terdapat sembilan ekstrak yang berbeda. Disebabkan oleh suhu penyeduhan yang menurun seiring lamanya waktu penyeduhan maka dilakukan pengecekan suhu akhir. Pengecekan suhu akhir juga dimaksudkan untuk mengetahui kisaran temperatur selama penyeduhan. Data-data tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Kesembilan ekstrak ini disebut ekstrak awal yang kemudian sebagian akan dianalisis daya inhibisi enzim lipase, total fenol, dan kadar tanin terkondensasi dan sebagian lainnya akan diberi perlakuan simulasi pH pencernaan.
17
Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kondisi pencernaan secara in vitro terhadap kemampuan ekstrak teh hitam dalam penghambatan pencernaan lipid. Oleh karena itu, ekstrak teh hitam awal diberikan perlakuan simulasi proses pencernaan dengan cara mengubah nilai pH sesuai dengan kondisi saluran pencernaan. Makanan pertama-tama akan dicerna di mulut kemudian masuk ke lambung melalui kerongkongan. Kondisi di dalam lambung sangat asam, yaitu sekitar pH 1-2. Seberapa lama makanan berada di dalam tergantung dari jenis makanan dan jumlah yang dimakan. Aryani (2011) menyatakan bahwa diperlukan waktu sekitar 30 menit untuk makanan cair atau minuman mengalir dari lambung ke usus kecil. Miller (1998) juga menambahkan bahwa waktu yang diperlukan lambung untuk mencerna minuman adalah sekitar 30 menit. Setelah keluar dari lambung, makanan setengah cair yang memiliki pH sekitar netral akan bercampur dengan enzim-enzim pencernaan yang diproduksi oleh pankreas (Siregar 2004), seperti enzim lipase yang merupakan enzim pencernaan lipid. Berdasarkan hal tersebut, maka ekstrak teh hitam yang merupakan cairan atau minuman tersebut diubah pH nya sesuai dengan pH lambung dan didiamkan selama 30 menit, setelah itu diubah lagi pH larutannya menjadi sekitar pH 6.8 sesuai dengan kondisi usus halus. Ekstrak awal yang telah melalui simulasi pH pencernaan disebut ekstrak simulasi pH pencernaan. Berdasarkan data pH awal pada Tabel 7, ekstrak awal teh hitam memiliki pH sekitar 5, mendekati netral. Oleh karena itu, diperkirakan ekstrak teh hitam akan bercampur dengan enzim-enzim pencernaan termasuk lipase di dalam usus. Tabel 7. Suhu akhir penyeduhan dan pH ekstrak awal Suhu (oC) 70
Perlakuan Waktu (menit) 5
Rata-rata pH awal
Rata-rata Suhu akhir (Co)
5,02 ± 0,06
59,50
70
10
5,10 ± 0,08
52,50
70
15
5,20 ± 0,04
49,50
85
5
5,07 ± 0,00
65,00
85
10
5,15 ± 0,01
58,50
85
15
5,14 ± 0,00
51,00
100
5
5,14 ± 0,00
70,00
100
10
5,19 ± 0,01
59,50
100
15
4,90 ± 0,01
56,00
B. Nilai pH Ekstrak Awal Teh Hitam Teh hitam yang diekstrak dengan suhu dan waktu yang berbeda kemudian diukur derajat keasamannya menggunakan pH meter disebut sebagai pH ekstrak awal. Data hasil pengukuran pH ekstrak awal teh hitam dapat dilihat pada Tabel 7. Analisis statistik menunjukkan bahwa faktor suhu penyeduhan tidak berpengaruh terhadap nilai pH awal ekstrak teh (p>0.05), sedangkan waktu penyeduhan dan interaksi suhu dan waktu memiliki pengaruh (p<0.05) terhadap nilai pH ekstrak awal teh hitam (Lampiran 1 dan Lampiran 2). Menurut Astill et al. (2001), perbedaan cara penyeduhan teh dapat memengaruhi komposisi senyawa kimia yang terdapat pada produk akhir minuman teh sehingga diduga juga akan berpengaruh terhadap nilai pH awal ekstrak teh hitam. Nilai pH awal ekstrak teh hitam akan mempengaruhi pH lingkungan sehingga akan berpengaruh pula terhadap kemampuan suatu komponen bioaktif dalam
18
mengikat protein. Nilai pH lingkungan yang mendekati titik isoelektrik protein (enzim) akan memberikan peluang yang lebih besar bagi senyawa tanin untuk berikatan dengan protein tersebut (Kawamoto et al. 1997).
C. Inhibisi Enzim Lipase 1. Inhibisi Enzim Lipase Awal Inhibisi enzim lipase pada ekstrak awal dilakukan untuk melihat kemampuan ekstrak teh hitam pada kondisi awal dalam menghambat aktivitas enzim lipase. Ekstrak teh awal merupakan ekstrak teh yang belum melalui proses pencernaan in vitro. Nilai inhibisi ekstrak awal digunakan sebagai pembanding bagi ekstrak simulasi pH pencernaan, sehingga dapat diketahui apakah proses pencernaan memiliki pengaruh terhadap kemampuan teh hitam dalam menghambat enzim lipase. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak teh hitam yang diberi berbagai perlakuan suhu dan waktu penyeduhan memiliki daya inhibisi yang berbeda-beda terhadap enzim lipase, yaitu berkisar antara 14.77-63.21%. Masing-masing ekstrak teh beserta daya inhibisinya: ekstrak 70oC 5 menit (62.44%), 70oC 10 menit (54.99%), 70oC 15 menit (22.87%), 85oC 5 menit (33.33%), 85oC 10 menit (48.73%), 85oC 15 menit (54.85%), 100oC 5 menit (14.77%), 100oC 10 menit (44.91%), dan 100oC 15 menit (63.21%) (Gambar 11). Gondoin et al. (2010), dengan metode yang sama dengan Mc Dougall et al. (2009), meneliti bahwa 2 gram teh hitam yang diseduh menggunakan 200 ml air mendidih selama 15 menit memiliki daya inhibisi terhadap enzim lipase pankreas. Namun, nilai inhibisi teh hitam lebih kecil dari teh putih dan teh hijau yang diseduh dengan konsentrasi dan cara yang sama. Kusano et al. (2008) menambahakan bahwa teh hitam memiliki daya inhibisi terhadap enzim lipase sekitar 40%80%, tergantung dari pelarut yang digunakan. Teh hitam diekstrak menggunakan air dingin lalu dengan aseton, kemudian ekstrak aseton difraksionasi menjadi eter aseton (EtOAc), n-BuOH, fase air, dan endapan kental. Daya inhibisi lipase yang dihasilkan oleh tiap ekstrak berbeda-beda yaitu ekstrak EtOAc (47.7%), n-BuOH (46.8%), fase air (28.3%), dan endapan kental (61.1%). Metode pengujian yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti metode yang dilakukan oleh Han et al. (2005) dengan glyceryl trioleat digunakan sebagai substrat. Hasil analisis statistik ekstrak awal teh hitam menunjukkan bahwa faktor suhu, waktu, dan interaksi keduanya memiliki pengaruh yang signifikan (p< 0.05) terhadap daya inhibisi enzim lipase (Lampiran 4). Selanjutnya, analisis statistik dilanjutkan dengan melibatkan Orlistat menggunakan uji faktorial dimana hasilnya adalah ekstrak awal teh hitam pada semua perlakuan memiliki daya inhibisi yang berbeda secara signifikan (p<0.05) dan lebih rendah jika dibandingkan Orlistat (Lampiran 7). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa ekstrak teh penyeduhan 70 oC 5 menit dan 100oC 15 menit memiliki daya inhibisi enzim lipase yang tidak berbeda nyata (p>0.05) dan merupakan ekstrak dengan daya inhibisi tertinggi jika dibandingkan ekstrak lainnya (Lampiran 7). Berdasarkan hasil tersebut, diduga bahwa senyawa atau komponen bioaktif yang berperan dalam menghambat aktivitas enzim lipase berbeda pada kedua ekstrak tersebut. Astill et al. (2001) menyebutkan bahwa perbedaan suhu dan waktu saat menyeduh teh dapat memengaruhi komposisi senyawa kimia yang terekstrak pada produk akhir minuman teh. Daya penghambatan enzim lipase pada ekstrak teh penyeduhan 70 oC 5 menit diduga dihasilkan oleh suatu komponen bioaktif yang terekstrak pada suhu 70 oC tetapi tidak tahan panas karena daya inhibisi ekstrak teh hitam cenderung menurun dengan meningkatnya suhu awal penyeduhan dari 70oC menjadi 85oC (Gambar 11). Salah satu senyawa yang terdapat pada ekstrak teh hitam dan diduga sebagai senyawa tersebut adalah senyawa polifenol golongan flavanol yang
19
didominasi oleh epikatekin (1.21%), epikatekin galat (3.86%), dan epigalokatekin galat (4.63%) (Graham di dalam Liss 1984). Ketiga senyawa tersebut memiliki kemampuan menghambat aktivitas enzim lipase (Tucci et al.2010; Kusano et al.2008; Nakai et al.2005) dan juga tidak tahan panas (Hukmah 2007). Cheong et al.(2005) menambahkan bahwa waktu penyeduhan teh yang semakin lama akan menyebabkan dekomposisi senyawa epikatekin, epikatekin galat, dan epigalokatekin galat. Disisi lain, daya penghambatan enzim lipase pada ekstrak teh penyeduhan 100 oC 15 menit diduga dihasilkan oleh suatu komponen bioaktif yang terekstrak mulai dari suhu sekitar 85oC hingga 100oC dan tahan terhadap panas karena daya inhibisi ekstrak 85 oC dan 100oC cenderung meningkat seiring bertambahnya suhu dan waktu penyeduhan. Salah satu senyawa yang terdapat pada ekstrak teh hitam dan diduga sebagai senyawa tersebut adalah tanin. Senyawa tanin baik tanin terkondensasi maupun tanin terhidrolisis memiliki kemampuan menghambat aktivitas enzim lipase (Gondoin et al.2010; Kusano et al. 2008; Nakai et al. 2005) dan juga tahan terhadap panas (Clydesdale dan Francis 1976). Pettigrew (2009) menyatakan bahwa kadar tanin akan meningkat seiring semakin lamanya waktu penyeduhan teh. Kusano et al.(2008) menemukan bahwa senyawa polimer hasil oksidasi atau polymer-like oxidation product (POPs) dan galloyl oolongtheanin pada teh hitam juga berperan dalam menghambat aktivitas enzim lipase pankreas. Senyawa polimer hasil oksidasi yang dimaksud adalah theaflavin, theasisnensis, dan thearubigin. Penelitian secara in vivo yaitu pemberian ekstrak teh hitam kepada tikus menunjukkan terjadinya penurunan berat badan tikus, dengan theaflavin3.3‘-digalat sebagai inhibitor lipase paling efektif (Kobayashi et al. 2009). Lin dan Shiau (2009) juga menambahkan bahwa teh yang difermentasi lebih efektif dibandingkan teh tanpa fermentasi dalam menurunkan berat badan dan lipogenesis pada tikus. Pada penelitian tersebut, tikus SpragueDawley diberi pakan dengan tambahan 4% daun teh (teh hijau, teh hitam, teh oolong) selama 30 hari. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa berat badan kelompok tikus yang diberi pakan dengan tambahan daun teh hijau 6%, teh oolong 11%, dan teh hitam 7% lebih rendah dari kelompok tikus tanpa perlakuan. Namun, secara in vitro teh hijau yang diseduh pada beberapa suhu dan waktu berbeda memiliki daya inhibisi enzim lipase sebesar 44.29-91.48% (Nindyasari 2012) lebih tinggi daripada teh hitam (6.83-54.23%). Hal tersebut disebabkan oleh lebih besarnya kandungan senyawa polifenol pada teh dalam bentuk daun teh daripada minuman teh (Bhagwat et al. 2003).
20
Inhibisi Lipase (%)
90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00
G F
F e
E
DE
e C B
bc
D d
ab
f e
E
cd
cd A a
70 C 5 70 C 10 70 C 15 85 C 5 85 C 10 85 C 15 100 C 5 100 C menit menit menit menit menit menit menit 10 menit
100 C Orlistat 15 menit
Perlakuan Penyeduhan Ekstrak Awal
Ekstrak Simulasi pH Pencernaan
Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan inhibisi yang berbeda nyata (p< 0.05) dengan uji lanjut Duncan Gambar 11. Nilai inhibisi enzim lipase dari ekstrak teh hitam
2. Inhibisi Enzim Lipase Setelah Melewati Simulasi pH Pencernaan Kesembilan ekstrak teh setelah melalui simulasi pH sistem pencernaan mengalami penurunan kemampuan inhibisi enzim lipase, daya inhibisinya menjadi sekitar 6.83-54.23% (Gambar 11). Masing-masing ekstrak teh setelah melalui simulasi pH sistem pencernaan memiliki daya inhibisi yang berbeda, yaitu ekstrak 70oC 5 menit (47.92%), 70oC 10 menit (46.38%), 70oC 15 menit (17.46%), 85oC 5 menit (10.42%), 85oC 10 menit (28.66%), 85oC 15 menit (24.24%), 100oC 5 menit (6.83%), 100oC 10 menit (21.17%), dan 100oC 15 menit (54.23%) (Gambar 11). Hal yang sama terjadi pula pada Orlistat sebagai kontrol positif yaitu menurun menjadi sebesar 62.00% (Gambar 11). Kondisi ini dapat menggambarkan daya inhibisi teh hitam terhadap enzim lipase pankreas yang bekerja di usus halus. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa setelah mengalami simulasi pH pencernaan secara in vitro, daya inhibisi ekstrak teh hitam pada semua perlakuan memiliki daya inhibisi yang berbeda secara signifikan (p<0.05) dan lebih rendah jika dibandingkan Orlistat (Lampiran 7). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa ekstrak teh penyeduhan 70 oC 5 menit, 70oC 10 menit dan 100oC 15 menit memiliki daya inhibisi enzim lipase yang tidak berbeda nyata (p>0.05) dan merupakan ekstrak dengan daya inhibisi tertinggi jika dibandingkan ekstrak lainnya (Lampiran 7). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa adanya kemungkinan pengaruh simulasi pH pencernaan terhadap kemampuan ekstrak teh hitam dalam menghambat aktivitas enzim lipase. Uji T-Test dua berpasangan dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaaan yang signifikan antara daya inhibisi ekstrak awal teh dengan daya inhibisi ekstrak teh setelah melalui simulasi pH pencernaan in vitro. Uji T-Test dua berpasangan dilakukan antara ekstrak awal dengan ekstrak setelah simulasi pH pencernaan pada setiap perlakuan penyeduhan. Hasil uji T-Test dua berpasangan dapat dilihat pada Lampiran 19 sampai Lampiran 27. Ekstrak teh awal yang mengalami penurunan daya inhibisi secara signifikan (p<0.05) setelah melewati simulasi pH
21
pencernaan adalah teh yang diseduh pada perlakuan 70oC 5 menit, 70oC 10 menit, 85oC 5 menit, 85oC 10 menit, 85oC 15 menit, 100oC 5 menit, dan 100oC 10 menit (Tabel 8). Hasil tersebut menunjukkan bahwa senyawa atau komponen bioaktif yang memiliki kemampuan menghambat enzim lipase peka terhadap perubahan pH. Disisi lain, ekstrak teh awal yang diseduh pada kondisi 70oC 15 menit dan 100oC 15 menit juga mengalami penurunan daya inhibisi setelah melewati simulasi pH pencernaan akan tetapi penurunannya tidak signifikan (p>0.05) (Tabel 8). Hal ini mungkin disebabkan oleh perubahan pH kurang memberi pengaruh terhadap kemampuan komponen bioaktif dalam menghambat enzim lipase. Tabel 8. Penurunan daya inhibisi lipase ekstrak teh hitam dan Orlistat setelah melalui simulasi pH pencernaan
Perlakuan Penyeduhan o
Daya Inhibisi (%) Awal
Simulasi
Penurunan (%)
70 C 5 menit
62,44
47,92
14,52*
70o C 10 menit
54,99
46,38
8,61*
o
22,87
17,46
5,40
o
33,33
10,42
22,91*
o
85 C 10 menit
48,73
28,66
20,07*
85o C 15 menit
54,85
24,24
30,60*
o
14,77
6,83
7,94*
o
44,91
21,17
23,74*
o
63,21
54,23
70 C 15 menit 85 C 5 menit
100 C 5 menit 100 C 10 menit 100 C 15 menit
71,64 62,00 Orlistat Keterangan: * penurunan signifikan (p<0.05)
8,98
9,64*
Namun, pada umumnya daya inhibisi enzim lipase pada semua ekstrak mengalami penurunan setelah melalui simulasi pH pencernaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan komponen bioaktif dalam menghambat enzim lipase menjadi menurun akibat terjadinya perubahan pH yang mungkin menyebabkan degradasi atau perubahan struktur molekul. Beberapa senyawa yang sebelumnya telah diduga sebagai komponen antilipase seperti senyawa polifenol dan theaflavin ternyata memiliki kepekaan terhadap perubahan pH. Setiap senyawa polifenol memiliki kestabilan yang berbeda-beda terhadap perubahan pH sehingga akan sangat memengaruhi kemampuannya dalam menghambat aktivitas enzim. Lee et al. (2005) menambahkan bahwa theaflavin stabil pada kondisi pH dibawah 6.5, namun terdegradasi secara perlahan pada pH 7.0-7.5 dan pada pH 9 terdegradasi dengan cepat. Ekstrak teh yang memiliki daya inhibisi enzim lipase tertinggi setelah melewati simulasi pH pencernaan secara in vitro adalah ekstrak teh yang diseduh pada kondisi 70oC 5 menit, 70oC 10 menit, dan 100oC 15 menit.Tucci et al. (2010) menerangkan bahwa penghambatan enzim lipase berdampak pada penurunan daya cerna lipid yang diharapkan dapat menurunkan penyerapan lipid dan asupan energi sehingga dapat menurunkan resiko kegemukan atau obesitas. Selain itu, Anggraeni (2011) meneliti bahwa teh hitam juga memiliki aktivitas penghambatan enzim alfa amilase dan alfa glukosidase yang merupakan enzim pencernaan karbohidrat. Oleh karena itu, teh hitam akan sangat efektif dalam mencegah berlebihnya asupan energi yang merupakan salah satu penyebab timbulnya obesitas.
22
D. Total Fenol Analisis total fenol dilakukan pada ekstrak teh awal maupun ekstrak teh setelah simulasi pH pencernaan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara keberadaan senyawa fenolik dengan daya inhibisi enzim lipase pada teh hitam. Komponen fenolik di dalam pangan khususnya tumbuhan merupakan komponen hasil metabolisme sekunder dari phenylalanine atau tyrosine (Shahidi dan Ho 2005). Komponen tersebut dikategorikan sebagai senyawa yang paling sedikit memiliki satu cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksil (Crozier 2003). Senyawa yang termasuk ke dalam komponen fenolik sangat beragam, mulai dari senyawa yang sederhana, berbobot molekul rendah, bercincin aromatik tunggal hingga senyawa yang kompleks seperti tanin. Senyawa yang mengandung banyak gugus fenolik disebut sebagai polifenol. Oleh karena itu, hasil analisis total fenol akan mewakili secara kasar jumlah komponen polifenol pada ekstrak. Daun teh mengandung polifenol sebanyak 20-30% berat kering (Duthie dan Crozier 2003). Sudah banyak penelitian yang melaporkan bahwa senyawa polifenol memiliki andil dalam menghambat aktivitas enzim. Pembentukan kompleks protein-fenol disebabkan salah satunya oleh adanya ikatan hydrogen antara gugus hidroksil fenolik dengan gugus NH- dan CO- pada protein dan juga terjadinya ikatan kovalen dan hidrofobik pada reaksi tersebut (Haslam et al. 1999 diacu dalam Ali 2002). Kompleks protein-fenol ada yang bersifat dapat balik atau tidak dapat balik. Polifenol teroksidasi berinteraksi lebih kuat dengan protein (Siebert 1999 diacu dalam Ali 2002) dan dapat berinteraksi dengan asam amino yang dapat menghambat aktivitas enzim (Milic et al. 1968 diacu dalam Ali 2002). Langkah awal dalam analisis total fenol ialah membuat kurva standar asam galat dengan cara memplotkan beberapa absorbansi dengan konsentrasi asam galat yang sudah ditentukan (Lampiran 8). Setelah didapatkan kurva standar maka akan diperoleh pula persamaan garis regresi linernya, yaitu y = 0.005x + 0.0031 dengan R2 = 0.9996. Kurva standar asam galat dapat dilihat pada Lampiran 8. Selanjutnya, nilai absorbansi dari analisis total fenol baik ekstrak teh awal maupun ekstrak teh simulasi pH pencernaan akan diplotkan ke dalam persamaan tersebut sehingga didapatkan konsentrasi total fenol dari masing-masing ekstrak. Hasil analisis total fenol dinyatakan sebagai Asam Galat Ekuivalen (GAE).
1. Total Fenol Awal Analisis total fenol pada ekstrak awal dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa fenolik di dalam teh hitam yang diekstrak dengan kombinasi suhu dan waktu penyeduhan yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak teh hitam yang diberi berbagai perlakuan suhu dan waktu penyeduhan mengandung komponen polifenol dengan jumlah yang berbeda-beda (35.5043.51 mg GAE/g berat kering). Masing-masing ekstrak teh beserta total fenolnya (dalam mg GAE/g berat kering): ekstrak 70oC 5 menit (39.12), 70oC 10 menit (39.00), 70oC 15 menit (36.02), 85oC 5 menit (40.00), 85oC 10 menit (35.50), 85oC 15 menit (37.43), 100oC 5 menit (43.51), 100oC 10 menit (41.67), dan 100oC 15 menit (42.22) (Gambar 12). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 39.12 mg komponen fenolik dalam 1 gram teh hitam (contohnya pada teh penyeduhan 70 oC 5 menit), dan seterusnya. Moraes de Souza et al. (2008) meneliti bahwa kandungan komponen fenolik pada teh hitam sebesar 35-40 mg GAE/g sedangkan Lambert et al. (2005) melaporkan bahwa teh hitam mengandung komponen fenolik sebesar 30-40% berat kering. Perbedaan kandungan fenol dipengaruhi oleh varietas, unsur hara dalam tanah, musim, serta proses pengolahan pasca panen. Hasil analisis statistik menerangkan bahwa faktor suhu, faktor waktu, dan interaksi keduanya memiliki pengaruh yang signifikan (p< 0.05) terhadap jumlah total fenol yang terkandung dalam ekstrak teh (Lampiran 10). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Astill et al.
23
Total Fenol (mg GAE/g BK)
(2001), dimana perbedaan cara penyeduhan teh dapat memengaruhi komposisi senyawa kimia yang terdapat pada produk akhir minuman teh, termasuk komponen fenolik. Faktor-faktor yang memengaruhi ekstraksi komponen polifenol dari teh, diantaranya jenis pelarut, pH, suhu, jumlah tahap ekstraksi, ukuran dan bentuk partikel teh. Escribano dan Santos (2002) menyatakan bahwa suhu tinggi pelarut dapat meningkatkan efisiensi dari proses ekstraksi karena panas dapat meningkatkan permeabilitas dinding sel, meningkatkan kelarutan dan difusi dari senyawa yang diekstrak, dan mengurangi viskositas pelarut, namun suhu yang terlalu tinggi dapat mendegradasi senyawa polifenol. Harbourne et al. (2009) menambahkan bahwa penurunan total fenol pada suhu tinggi dikarenakan adanya penguapan komponen volatil fenol, penguraian senyawa fenol, dan penggabungan senyawa fenol tertentu dengan komponen lain. Marostica Jr et al. (2010) mengatakan bahwa beberapa komponen fenolik sensitif terhadap panas (thermosensitive). Cheong et al.(2005) meneliti tentang stabilitas panas pada senyawa fenolik dan melaporkan bahwa kadar epikatekin dan epigalokatekin galat menurun seiring dengan kenaikan suhu sedangkan epikatekin galat meningkat jumlahnya, dengan penggunaan suhu 60, 80, dan 100°C dengan waktu 0-300 menit. 50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00
CD
CD b
cd
DE
AB a
G g de
A
bc
BC
cd
EF ef
FG
f
70 C 5 70 C 10 70 C 15 85 C 5 85 C 10 85 C 15 100 C 5 100 C 10 100 C 15 menit menit menit menit menit menit menit menit menit Perlakuan Penyeduhan Ekstrak Awal
Ekstrak Simulasi pH Pencernaan
Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan nilai total fenol yang berbeda nyata (p< 0.05) dengan uji lanjut Duncan Gambar 12. Nilai total fenol dari ekstrak teh hitam
24
2. Total Fenol Setelah Melewati Simulasi pH Pencernaan Kesembilan ekstrak teh setelah melalui simulasi pH sistem pencernaan mengalami penurunan nilai total fenol, nilai total fenolnya menjadi sekitar 31.32-41.77 mg GAE/ g berat kering (Gambar 12). Masing-masing ekstrak teh setelah melalui simulasi pH sistem pencernaan memiliki kandungan total fenol (dalam mg GAE/ g berat kering) yang berbeda, yaitu ekstrak 70oC 5 menit (33.78), 70oC 10 menit (36.67), 70oC 15 menit (31.32), 85oC 5 menit (37.08), 85oC 10 menit (35.07), 85oC 15 menit (35.79), 100oC 5 menit (41.77), 100oC 10 menit (38.45), dan 100oC 15 menit (39.00) (Gambar 12). Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan pH pada simulasi pencernaan yaitu pH 2 selama 30 menit lalu menjadi pH 6.8 memberikan efek penurunan kandungan komponen fenol dalam ekstrak teh hitam. Analisis T-Test dua berpasangan dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaaan yang signifikan antara kandungan total fenol ekstrak awal teh dengan kandungan total fenol ekstrak teh setelah melalui simulasi pH pencernaan in vitro. Analisis T-Test dua berpasangan dilakukan antara ekstrak awal dengan ekstrak setelah simulasi pH pencernaan pada setiap perlakuan penyeduhan. Hasil uji T-Test dua berpasangan dapat dilihat pada Lampiran 19 sampai Lampiran 27. Ekstrak teh awal yang mengalami penurunan nilai total fenol secara signifikan (p<0.05) setelah melewati simulasi pH pencernaan adalah teh yang diseduh pada perlakuan 70 oC 5 menit, 70oC 10 menit, 70oC 15 menit, 85oC 5 menit, 85oC 15 menit, dan 100oC 10 menit (Tabel 9). Hasil tersebut menunjukkan bahwa komponen fenolik yang terkandung di dalam ekstrak teh peka terhadap perubahan pH. Disisi lain, ekstrak teh awal yang diseduh pada kondisi 85 oC 10 menit, 100oC 5 menit, dan 100oC 15 menit juga mengalami penurunan nilai total fenol setelah melewati simulasi pH pencernaan akan tetapi penurunannya tidak signifikan (p>0.05) (Tabel 9). Hal ini mungkin disebabkan oleh perubahan pH kurang memberi pengaruh terhadap beberapa komponen fenolik tertentu. Namun, pada umumnya nilai total fenol pada semua ekstrak mengalami penurunan setelah melalui simulasi pH pencernaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kandungan fenolik pada ekstrak teh mengalami penurunan akibat terjadinya perubahan pH yang mungkin menyebabkan degradasi atau perubahan struktur molekul. Tabel 9. Penurunan total fenol ekstrak teh hitam setelah melalui simulasi pH pencernaan Perlakuan Penyeduhan
Total Fenol (mg GAE/g BK) Awal
Simulasi
Penurunan (%)
70 C 5 menit
39,122
33,783
13,65*
70 C 10 menit
39,008
36,668
6,00*
70 C 15 menit
36,022
31,329
13,03*
85 C 5 menit
40,003
37,084
7,30*
85 C 10 menit
35,498
35,074
1,19
85 C 15 menit
37,434
35,793
4,38*
100 C 5 menit
43,513
41,771
4,00
100 C 10 menit
41,670
38,449
7,73*
42,222 39,001 100 C 15 menit Keterangan: * penurunan signifikan (p<0.05)
7,63
Kondisi pH lingkungan memengaruhi kestabilan polifenol. Friedmen dan Jurgens (2000) meneliti kestabilan senyawa polifenol tanaman (kopi, teh, buah, dan sayuran) pada rentang pH 3-11 dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa komponen fenolik jenis kafeat, klorogenat, dan asam galat tidak stabil pada pH tinggi dan
25
ketidakstabilannya bersifat tidak dapat balik, polifenol jenis asam klorogenat stabil pada pH asam, serta polifenol jenis katekin, epigalokatekin, asam ferulat, rutin, dan asam trans sinamat cenderung tahan degradasi akibat perubahan pH. Perbedaan tersebut dipengaruhi kekuatan resonansi dalam menstabilkan ion fenoksida dan quinon pada senyawa polifenol tersebut. Selain itu, komponen fenolik hasil oksidasi selama fermentasi daun teh menjadi teh hitam seperti theaflavin akan stabil pada kondisi pH dibawah 6.5, namun terdegradasi secara perlahan pada pH 7.0-7.5 dan secara cepat pada pH 9 (Lee et al. 2005). Berdasarkan hal tersebut, komponen-komponen fenolik yang terdapat pada teh hitam memiliki kestabilan terhadap kondisi pH yang berbeda-beda sehingga penurunan kandungan fenolik pada setiap ekstrak setelah melewati simulasi pH sistem pencernaan akan berbeda-beda pula.
3. Korelasi Total Fenol Dengan Inhibisi Enzim Lipase Korelasi dari dua percobaan yang berbeda dapat diketahui dengan menggunakan analisis korelasi bivariate. Analisis korelasi antara komponen fenolik dengan inhibisi enzim lipase dilakukan berdasarkan suhu penyeduhan, karena diduga komponen fenolik terekstrak pada setiap suhu penyeduhan berbeda-beda. Astill et al. (2001) menyatakan bahwa suhu penyeduhan lebih menentukan kompenen fenolik terekstrak pada minuman teh daripada waktu penyeduhan. Hasil analisis pada suhu penyeduhan 70oC menunjukkan adanya korelasi positif antara kandungan komponen fenolik teh hitam baik pada ekstrak awal (0.744) maupun setelah melewati simulasi pH pencernaan (0.735) yang signifikan (p<0.05) dengan daya inhibisi enzim lipase (Lampiran 29). Pada suhu penyeduhan 85oC, hasil analisis menunjukkan adanya korelasi negatif antara kandungan komponen fenolik baik pada ekstrak awal (-0.649) maupun setelah melewati simulasi pH pencernaan (-0.710) yang signifikan (p<0.05) dengan daya inhibisi enzim lipase (Lampiran 30). Pada suhu penyeduhan 100oC, hasil analisis menunjukkan tidak adanya korelasi (p>0.05) antara kandungan komponen fenolik baik ekstrak awal maupun setelah melewati simulasi pH pencernaan dengan daya inhibisi enzim lipase (Lampiran 31). Grafik korelasi total fenol dan daya inhibisi pada masing-masing suhu penyeduhan ditunjukkan pada Gambar 13 (suhu 70oC), Gambar 14 (suhu 85oC), dan Gambar 15 (suhu 100oC). Nugroho (2005) menyebutkan bahwa korelasi yang bernilai antara 0.41 hingga 0.70 (p<0.05) memiliki keeratan kuat dan 0.71 hingga 0.90 (p<0.05) memiliki keeratan sangat kuat. Berdasarkan hasil analisis, korelasi positif yang sangat kuat pada suhu penyeduhan 70oC menunjukkan bahwa kandungan komponen fenolik berbanding lurus dengan besarnya daya inhibisi. Daya inhibisi enzim lipase pada ekstrak teh dengan suhu penyeduhan 70 oC diduga dihasilkan oleh komponen fenolik yang terekstrak pada suhu 70 oC tetapi tidak tahan panas karena daya inhibisi ekstrak teh hitam cenderung menurun dengan meningkatnya suhu awal penyeduhan dari 70oC menjadi 85oC. Salah satu senyawa fenolik yang terdapat pada teh hitam dan diduga sebagai senyawa tersebut adalah senyawa polifenol golongan flavanol yang didominasi oleh epikatekin (1.21%), epikatekin galat (3.86%), dan epigalokatekin galat (4.63%) (Graham di dalam Liss 1984). Ketiga senyawa tersebut memiliki kemampuan menghambat aktivitas enzim lipase (Tucci et al.2010; Kusano et al.2008; Nakai et al.2005) dan juga tidak tahan panas (Hukmah 2007). Cheong et al.(2005) menambahkan bahwa waktu penyeduhan teh yang semakin lama akan menyebabkan dekomposisi senyawa epikatekin, epikatekin galat, dan epigalokatekin galat. Selain itu, beberapa senyawa polifenol pada teh hitam yang telah dilaporkan dapat menghambat aktivitas enzim lipase adalah epigallokatekin-3-O-gallate, theaflavin 3-O-gallate, theaflavin 3,3‘-di-O-gallate, theasinensin A, dan galloyl oolongtheanin (Kusano et al. 2008).
26
Korelasi negatif yang kuat pada suhu penyeduhan 85oC menunjukkan bahwa kandungan fenolik berbanding terbalik dengan besarnya daya inhibisi enzim lipase. Berdasarkan hasil tersebut, diduga bahwa pada suhu tersebut terdapat komponen fenolik lain yang tidak memiliki aktivitas antilipase dan komponen fenolik yang berperan dalam menghambat enzim lipase mengalami dekomposisi pada suhu 85oC sehingga total fenol meningkat akan tetapi daya inhibisinya menurun. Selain itu, hasil tersebut juga menunjukkan bahwa komponen fenolik yang bersifat antilipase terekstrak pada suhu 70oC tetapi tidak terekstrak pada suhu 85oC yang mungkin disebabkan terjadinya kerusakan pada komponen fenolik tersebut. Ekstrak teh suhu penyeduhan 100oC menghasilkan tidak adanya korelasi antara komponen fenolik dengan daya inhibisi enzim lipase. Berdasarkan hasil tersebut, daya inhibisi enzim lipase yang dihasilkan ekstrak teh hitam suhu 100oC diduga berasal dari komponen fenolik ataupun komponen nonfenolik yang tahan terhadap suhu tinggi (100 oC). Senyawa bioaktif fenolik yang pernah dilaporkan dapat menghambat enzim lipase adalah tanin terkondensasi (Kusano et al.2008; Nakai et al.2005), sedangkan senyawa bioaktif nonfenolik yang pernah dilaporkan dapat menghambat enzim lipase adalah saponin yang terdapat pada teh (Garza et al. 2011) dan alkaloid pada tanaman jati belanda (Silitonga 2008). 70,00 Nilai Inhibisi (%)
60,00
R² = 0,735 p<0,05
50,00 40,00
R² = 0,744 p<0,05
30,00 20,00 10,00 0,00 27,00
30,00
33,00
36,00
39,00
42,00
45,00
Total Fenol (mg GAE/g BK) Linear (Ekstrak awal)
Linear (Ekstrak simulasi)
Gambar 13. Grafik korelasi total fenol dan inhibisi enzim lipase pada suhu penyeduhan 70oC
27
70,00
Nilai Inhibisi (%)
60,00 50,00 40,00
R² = 0,649
30,00
p<0,05
20,00
R² = 0,710 p<0,05
10,00 0,00 27,00
30,00
33,00
36,00
39,00
42,00
45,00
Total Fenol (mg GAE/g BK) Linear (Ekstrak awal)
Linear (Ekstrak simulasi)
Gambar 14. Grafik korelasi total fenol dan inhibisi enzim lipase pada suhu penyeduhan 85oC
80,00 Nilai Inhibisi (%)
70,00 60,00 50,00 40,00
R² = 0,517 p>0,05
30,00 20,00
R² = 0,550 p>0,05
10,00 0,00 30,00
33,00
36,00
39,00
42,00
45,00
48,00
Total Fenol (mg GAE/g BK) Linear (Ekstrak awal)
Linear (Ekstrak simulasi)
Gambar 15. Grafik korelasi total fenol dan inhibisi enzim lipase pada suhu penyeduhan 100oC
E. Kadar Tanin Terkondensasi Tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman, seperti daun, buah yang belum matang, batang, dan kulit kayu. Menurut Tangendjaja et al. (1992), tanin adalah aneka ragam senyawa polifenol yang terdapat secara alami pada tumbuhan dengan ciri-ciri yang sama yaitu cincin aromatik yang mengandung gugus hidroksil dirangkai pada suatu atom karbon dari lingkar benzena. Tanin merupakan metabolit sekunder yang termasuk ke dalam kelompok senyawa fenolik. Tanin memiliki berat molekul sebesar 500-30000, bersifat larut dalam air, dan memiliki kemampuan untuk mengikat alkaloid, gelatin, dan protein. Secara kimia, tanin sulit untuk didefinisikan dengan tepat. Namun apabila dipandang dari kemampuan terhidrolisisnya tanin dapat digolongkan menjadi tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin terhidrolisis tersusun dari polygaloyl ester yang mempunyai bobot molekul
28
500-5000 (Hagerman 2002). Golongan tanin ini dapat dihidrolisis pada suhu tinggi dengan asam mineral menghasilkan gula dan asam-asam yang menjadi unsur pokoknya. Tanin ini juga dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim saluran pencernaan. Produk yang dihasilkan dari hidrolisis ini adalah asam galat yang akan diabsorbsi lalu diekskresikan melalui urin. Disisi lain, tanin terkondensasi tersusun dari polimer flavonoid dengan bobot molekul sekitar 20.000. Tanin terkondensasi tidak mengalami hidrolisis dalam asam atau basa (Hagerman 2002). Tanin terkondensasi dikenal juga sebagai proanthocyanidin tidak mudah dihidrolisis dan terdapat dalam bentuk yang sangat kompleks. Analisis kadar tanin dilakukan pada ekstrak teh awal maupun ekstrak teh setelah simulasi pH pencernaan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara keberadaan senyawa tanin dengan daya inhibisi enzim lipase pada teh hitam. Rangari (2007) menggolongkan daun teh sebagai tanaman yang mengandung tanin terkondensasi. Salah satu contoh tanin terkondensasi pada teh hitam adalah thearubigin. Penelitian yang dilakukan oleh Engelhardt et al. (2003) menunjukkan bahwa teh hitam mengandung tanin terkondensasi sebesar 0.5 g/100 g dan memiliki tanin terhidrolisis berkisar 0.02-0.15 g/100 g. Tanin terkondensasi (proanthocyanidin) pada beberapa tanaman telah diteliti dapat menghambat aktivitas enzim lipase (Tucci et al. 2010; Tanaka et al. 2009), termasuk pada teh hitam (Kusano et al. 2008).
1. Kadar Tanin Terkondensasi Awal Analisis kadar tanin terkondensasi pada ekstrak awal dilakukan untuk mengetahui kandungan tanin terkondensasi di dalam teh hitam yang diekstrak dengan kombinasi suhu dan waktu penyeduhan yang berbeda. Hasil analisis tanin terkondensasi menunjukkan bahwa teh hitam memiliki kadar tanin terkondensasi sebesar 0.352 hingga 0.429 g LE/100 g berat kering (Gambar 16). Masing-masing ekstrak teh beserta kadar tanin terkondensasinya (dalam g LE/100 g berat kering): ekstrak 70oC 5 menit (0.382), 70oC 10 menit (0.366), 70oC 15 menit (0.352), 85oC 5 menit (0.372), 85oC 10 menit (0.382), 85oC 15 menit (0.390), 100oC 5 menit (0.373), 100oC 10 menit (0.414), dan 100oC 15 menit (0.429) (Gambar 16). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 0.382 g tanin terkondensasi dalam 100 gram teh hitam (contohnya pada teh penyeduhan 70 oC 5 menit), dan seterusnya. Hasil tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian Engelhardt et al. (2003) yang melaporkan bahwa tanin terkondensasi yang terkandung di dalam teh hitam adalah sebesar 0.5 g/100 g. Perbedaan kandungan tanin dipengaruhi oleh varietas, unsur hara dala tanah, musim, serta proses pengolahan pasca panen. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa faktor suhu, faktor waktu, dan interaksi keduanya memiliki pengaruh yang signifikan (p< 0.05) terhadap kadar tanin terkondensasi yang terkandung dalam ekstrak teh (Lampiran 15). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Astill et al. (2001), dimana perbedaan cara penyeduhan teh dapat memengaruhi komposisi senyawa kimia yang terdapat pada produk akhir minuman teh, termasuk tanin terkondensasi. Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 16) memperlihatkan bahwa rata-rata kadar tanin terkondensasi mengalami peningkatan seiring meningkatnya suhu dan waktu penyeduhan. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa tanin terkondensasi cukup stabil terhadap pemanasan. Clydesdale dan Francis (1976) menyatakan bahwa senyawa tanin baik tanin terkondensasi maupun tanin terhidrolisis memiliki ketahanan yang baik terhadap panas. Pettigrew (2009) menambahkan bahwa kadar tanin akan meningkat seiring semakin lamanya waktu penyeduhan teh. Menurut Haslam et al. (1999) diacu dalam Ali (2002), tanin memiliki efek biologis yang luas seperti menginhibisi enzim pencernaan, menginhibisi penyerapan besi non-heme, memengaruhi cita rasa, menurunkan nilai nutrisi pangan, dan memberikan kesan astringen. Pengikatan protein oleh tanin mungkin disebabkan oleh terbentuknya beberapa ikatan hidrogen
29
antara grup hidroksil dari tanin dengan grup karbonil dari protein dan juga terjadinya interaksi hidrofobik antara cincin aromatik dari tanin dengan gugus hidrofobik dari protein. Kawamoto et al. (1997) membagi mekanisme pembentukan kompleks tanin-protein pada dua tahap, yaitu proses pembentukan kompleks awal dan kemudian dilanjutkan dengan proses pengendapan. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa konsentrasi protein merupakan faktor yang lebih dominan dalam pembentukan tahap pertama yaitu pembentukan kompleks sedangkan suhu, pH, dan kekuatan ionik memengaruhi proses pengendapan. Kawamoto et al. (1997) melaporkan bahwa pengendapan tanin-protein terlarut terjadi secara maksimal pada pH mendekati titik isoelektrik (pI) protein. Pengendapan tanin-tripsin dan tanin-lisosim terjadi pada pH lebih dari 8 (pI pepsin: 10.1, pI lisosim: 11.0), tanin-ovalbumin dan tanin BSA terjadi pada pH 3-5 (pI ovalbumin: 4.6, pI BSA: 4.9) serta pengendapan tanin-pepsin terjadi pada pH 3 (pI pepsin: 1.0) (Hagerman dan Butler 1978 diacu dalam Kawamoto et al. 1997). Enzim lipase pankreas memiliki titik isoelektrik 4.9-5.0 (Brockenhoff dan Jensen 1974). Berdasarkan hal tersebut, pembentukan kompleks tanin-protein yang memberikan peluang terjadinya penghambatan aktivitas enzim dapat terjadi secara optimal pada sekitar pH lingkungan yang mendekati titik isoelektriknya. Ekstrak awal teh hitam memiliki pH yang mendekati titik isoelektrik enzim lipase, yaitu 4.89-5.20.
2. Kadar Tanin Terkondensasi Setelah Melewati Simulasi pH Pencernaan Kesembilan ekstrak teh setelah melalui simulasi pH sistem pencernaan mengalami penurunan kadar tanin terkondensasi (0.213-0.373 g LE/100 g berat kering) (Gambar 16). Masingmasing ekstrak teh setelah melalui simulasi pH sistem pencernaan memiliki kadar tanin terkondensasi (dalam g LE/100 g berat kering) yang berbeda, yaitu ekstrak 70oC 5 menit (0.358), 70oC 10 menit (0.335), 70oC 15 menit (0.297), 85oC 5 menit (0.363), 85oC 10 menit (0.370), 85oC 15 menit (0.373), 100oC 5 menit (0.213), 100oC 10 menit (0.260), dan 100oC 15 menit (0.350) (Gambar 16). Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan pH pada simulasi pencernaan yaitu pH 2 selama 30 menit lalu menjadi pH 6.8 memberikan efek penurunan kandungan tanin terkondensasi dalam ekstrak teh. Analisis T-Test dua berpasangan dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaaan yang signifikan antara kadar tanin terkondensasi ekstrak awal teh dengan kadar tanin terkondensasi ekstrak teh setelah melalui simulasi pH pencernaan in vitro. Analisis T-Test dua berpasangan dilakukan antara ekstrak awal dengan ekstrak setelah simulasi pH pencernaan pada setiap perlakuan penyeduhan. Hasil uji T-Test berpasangan dapat dilihat pada Lampiran 19 sampai Lampiran 27. Hasil analisis menunjukkan bahwa seluruh ekstrak teh awal mengalami penurunan kadar tanin terkondensasi secara signifikan (p< 0.05), kecuali ekstrak teh penyeduhan 100 oC 15 menit (Tabel 10). Ekstrak teh tersebut juga mengalami penurunan kadar tanin terkondensasi, hanya saja jumlah penurunannya tidak signifikan (p> 0.05). Hal tersebut menunjukkan bahwa kadar tanin terkondensasi pada ekstrak teh mengalami penurunan akibat terjadinya perubahan pH yang mungkin menyebabkan degradasi, depolimerisasi atau perubahan struktur molekul.
30
Tabel 10. Penurunan tanin terkondensasi ekstrak teh hitam setelah melalui simulasi pH pencernaan Tanin Terkondensasi (g LE /100 g BK)
Perlakuan Penyeduhan
Penurunan (%)
Awal
Simulasi
70 C 5 menit
0,382
0,358
6,29*
70 C 10 menit
0,366
0,335
8,53*
70 C 15 menit
0,352
0,297
15,51*
85 C 5 menit
0,372
0,363
2,41*
85 C 10 menit
0,382
0,370
3,03*
85 C 15 menit
0,390
0,373
4,45*
100 C 5 menit
0,373
0,213
43,00*
100 C 10 menit
0,414
0,260
37,08*
100 C 15 menit 0,429 0,356 Keterangan: * penurunan signifikan (p<0.05)
17,08
Tanin Terkondensasi (g LE /100g)
Stabilitas tanin secara umum dipengaruhi salah satunya oleh kondisi pH lingkungan. Haryati et al. (2001) meneliti pengaruh variasi pH terhadap kadar tanin dan sifat organoleptik jeli buah semu jambu mete. Variasi pH yang dilakukan pada penelitian tersebut adalah pH 2.8, 3, 3.2, 3.4 dan 3.6. Asam sitrat digunakan untuk menurunkan pH sedangkan natrium bikarbonat digunakan untuk meningkatkan pH. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perubahan pH menyebabkan penurunan kadar tanin, terutama apabila pH ditingkatkan. Selain itu, Krook dan Hagerman (2010) meneliti kestabilan tanin pada sistem pencernaan menggunakan HPLC untuk melihat kemungkinan terjadinya degradasi dan depolimerisasi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tanin mengalami dekomposisi hingga 90% pada kondisi pH usus (pH 7.4), sedangkan pada pH lambung (pH 2) tanin cenderung stabil. Berdasarkan hal tersebut dapat diduga bahwa simulasi pH pencernaan pada ekstrak teh awal juga menyebabkan penurunan kadar tanin terkondensasi. 0,500 0,450 0,400 0,350 0,300 0,250 0,200 0,150 0,100 0,050 0,000
BC
c
B
c
A
B c
BC c
C c
E
D
B
b
c b
a
70 C 5 menit
70 C 10 70 C 15 menit menit
85 C 5 menit
85 C 10 85 C 15 100 C 5 100 C 10 100 C 15 menit menit menit menit menit
Perlakuan Penyeduhan Ekstrak Awal
Ekstrak Simulasi pH Pencernaan
Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan kadartanin terkondensasi yang berbeda nyata (p< 0.05) dengan uji lanjut Duncan Gambar 16. Kadar tanin terkondensasi dari ekstrak teh hitam
31
3. Korelasi Tanin Terkondensasi Dengan Inhibisi Enzim Lipase Korelasi dari dua percobaan yang berbeda dapat diketahui dengan menggunakan analisis korelasi bivariate. Analisis korelasi antara tanin terkondensasi dengan inhibisi enzim lipase dilakukan berdasarkan suhu penyeduhan, karena diduga tanin terkondensasi yang termasuk dalam komponen fenolik terekstrak pada setiap suhu penyeduhan berbeda-beda. Astill et al. (2001) menyatakan bahwa suhu penyeduhan lebih menentukan kompenen fenolik terekstrak pada minuman teh daripada waktu penyeduhan. Hasil analisis pada suhu penyeduhan 70oC menunjukkan adanya korelasi positif antara kadar tanin terkondensasi pada teh hitam baik ekstrak awal (0.715) maupun setelah melewati simulasi pH pencernaan (0.932) yang signifikan (p<0.05) dengan daya inhibisi enzim lipase (Lampiran 32). Pada suhu penyeduhan 85oC, hasil analisis juga menunjukkan adanya korelasi positif antara kadar tanin terkondensasi pada ekstrak awal (0.907) dengan daya inhibisi enzim lipase tetapi tidak berkorelasi (p>0.05) pada ekstrak setelah melewati simulasi pH pencernaan (Lampiran 33). Pada suhu penyeduhan 100oC, hasil analisis juga menunjukkan adanya korelasi positif antara kadar tanin terkondensasi pada teh hitam baik ekstrak awal (0.947) maupun setelah melewati simulasi pH pencernaan (0.830) yang signifikan (p<0.05) dengan daya inhibisi enzim lipase (Lampiran 34). Grafik korelasi tanin terkondensasi dan daya inhibisi pada masing-masing suhu penyeduhan ditunjukkan pada Gambar 17 (suhu 70oC), Gambar 18 (suhu 85oC), dan Gambar 19 (suhu 100oC). Nugroho (2005) menyebutkan bahwa korelasi yang bernilai antara 0.71 hingga 0.90 (p<0.05) memiliki keeratan sangat kuat dan 0.91 hingga 0.99 (p<0.05) memiliki keeratan sangat kuat sekali. Berdasarkan hasil analisis, korelasi positif yang sangat kuat hingga sangat kuat sekali pada ekstrak di semua suhu penyeduhan menunjukkan bahwa kandungan tanin terkondensasi berbanding lurus dengan besarnya daya inhibisi. Daya inhibisi enzim lipase pada ekstrak teh dengan suhu penyeduhan 70oC selain diduga dihasilkan oleh senyawa polifenol golongan flavanol juga diduga dihasilkan oleh tanin terkondensasi. Daya inhibisi pada ekstrak dengan suhu penyeduhan 85oC dan 100oC diduga hanya dihasilkan oleh tanin terkondensasi tanpa komponen fenolik (bersifat antilipase) yang terekstrak pada suhu 70oC. Berdasarkan hasil tersebut, daya inhibisi enzim lipase dipengaruhi oleh kadar tanin terkondensasi yang terkandung di dalam ekstrak, misalnya ekstrak teh yang memiliki kadar tanin terkondensasi tertinggi yaitu ekstrak penyeduhan 100oC 15 menit juga memiliki daya inhibisi lipase tertinggi. Telah disebutkan sebelumnya bahwa tanin terkondensasi pada teh hitam memiliki kemampuan untuk menginhibisi aktivitas enzim lipase (Kusano et al. 2008; Nakai et al. 2005). Beberapa jenis tanin terkondensasi yang terdapat pada teh yang difermentasi dan telah dilaporkan dapat menghambat enzim lipase adalah procyanidin B-4, procyanidin B-3, prodelphinidin B-2 3,3‘di-O-gallate, (-)-epicatechin (4β-8)-(-)-epigallochatechin 3-O-gallate, dan (-)-epicatechin (4α-8)-(-)epigallochatechin 3-O-gallate (Kusano et al. 2008; Nakai et al. 2005).
32
80,00 Nilai Inhibisi (%)
70,00 60,00 50,00 40,00
R² = 0,715 p<0,05
R² = 0,932 p<0,05
30,00 20,00 10,00 0,00 0,200
0,250
0,300
0,350
0,400
0,450
Kadar Tanin Terkondensasi (g LE /100 g BK) Linear (Ekstrak awal)
Linear (Ekstrak simulasi)
Gambar 17. Grafik korelasi tanin terkondensasi dan inhibisi enzim lipase pada suhu penyeduhan 70oC 70,00 Nilai Inhibisi (%)
60,00
R² = 0,907
50,00
p<0,05
40,00 30,00 20,00 R² = 0,124
10,00
p>0,05
0,00 0,200
0,250
0,300
0,350
0,400
0,450
Kadar Tanin Terkondensasi (g LE /100 g BK) Linear (Ekstrak awal)
Linear (Ekstrak simulasi)
Gambar 18. Grafik korelasi tanin terkondensasi dan inhibisi enzim lipase pada suhu penyeduhan 85oC
33
80,00 Nilai Inhibisi (%)
70,00 60,00 50,00
R² = 0,830 p<0,05
40,00 30,00
R² = 0,947 p<0,05
20,00 10,00 0,00 0,200
0,250
0,300
0,350
0,400
0,450
Kadar Tanin Terkondensasi (g LE/100 g BK) Linear (Ekstrak awal)
Linear (Ekstrak simulasi)
Gambar 19. Grafik korelasi tanin terkondensasi dan inhibisi enzim lipase pada suhu penyeduhan 100oC
34
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Penelitian ini menunjukkan bahwa suhu penyeduhan, waktu penyeduhan, dan kombinasi keduanya selama penyeduhan teh hitam memengaruhi besarnya inhibisi enzim lipase, total fenol, dan kadar tanin terkondensasi. Setelah melewati simulasi pH pencernaan, ekstrak teh hitam menunjukkan adanya penurunan daya inhibisi enzim lipase, kandungan total fenol, dan kadar tanin terkondensasi yang signifikan. Daya inhibisi enzim lipase pada ekstrak awal dilakukan untuk memberikan informasi awal sebelum ekstrak teh melewati simulasi pH pencernaan secara in vitro. Nilai inhibisi paling tinggi dihasilkan oleh ekstrak awal teh hitam yang diseduh pada suhu 70 oC selama 5 menit (62.44%) dan 100oC selama 15 menit (63.21%), namun nilainya lebih rendah dari kontrol positif Orlistat (71.64%). Besarnya inhibisi enzim lipase oleh ekstrak teh hitam setelah melewati simulasi pH sistem pencernaan secara in vitro akan memberikan gambaran inhibisi yang terjadi di dalam usus halus. Daya inhibisi enzim lipase setelah melewati proses pencernaan secara in vitro paling tinggi secara statistik dihasilkan oleh teh hitam yang diseduh pada suhu 70oC selama 5 menit (47.91%), 70oC selama 10 menit (46.38%), dan 100oC selama 15 menit (54.23%), namun masih lebih rendah dari Orlistat (62.00%). Ekstrak teh hitam yang dihasilkan mengandung jumlah total fenol berkisar 35.50-43.51 mg GAE/g berat kering. Total fenol tertinggi diperoleh dari ekstrak teh yang diseduh pada suhu 100oC selama 5 dan 15 menit, yaitu sebesar 43.51 dan 42.22 mg GAE/g berat kering. Kandungan kadar tanin terkondensasi pada ekstrak teh hitam yang dihasilkan sebesar 0.352-0.429 g LE/100 g berat kering. Ekstrak hasil penyeduhan 100oC 15 menit menghasilkan kadar tanin terkondensasi tertinggi dan berbeda nyata dari ekstrak lainnya, yaitu 0.429 g LE/100 g berat kering. Berdasarkan uji korelasi, komponen fenolik dan tanin terkondensasi diduga memiliki peran dalam menghambat enzim lipase pada perlakuan suhu awal penyeduhan 70oC, sedangkan pada perlakuan suhu awal penyeduhan 85 oC dan 100oC diduga yang berperan adalah tanin terkondensasi. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa untuk menurunkan asupan kalori lemak maka disarankan meminum teh hitam yang diseduh pada suhu 70 oC selama 5 menit dan 10 menit, atau 100oC selama 15 menit. Kondisi penyeduhan tersebut merupakan kondisi paling baik dalam menghambat aktivitas enzim lipase secara in vitro.
B. Saran Saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya yaitu identifikasi komponen fenolik pada berbagai cara penyeduhan baik pada ekstrak awal maupun setelah melalui proses pencernaan in vitro, identifikasi komponen antilipase pada ekstrak dengan suhu dan waktu penyeduhan yang menghasilkan inhibisi terbesar, dan uji penghambatan aktivitas enzim lipase secara in vivo untuk melihat aktivitas ekstrak teh hitam di dalam tubuh.
35
DAFTAR PUSTAKA Adisewojo. 1982. Bercocok Tanam Daun Teh. Aditya Media: Yogyakarta. Aji M. 2011. Pengelolaan pemangkasan tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT. Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar, Jawa Tengah [skripsi]. Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. Ali H. 2002. Protein-phenolic interaction in food [thesis]. Departement of Food Science and Agricultural Chemistry, McGill University Quebec. Almatsier S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Anggraeni S dan Prangdimurti E 2011. Effect Of Temperature And Duration Time Of Brewing Black Tea (Camellia sinensis) Also Digestion Process In Vitro Concerning Inhibition Of Alpha Amylase And Alpha Glucosidase Activity In Vitro. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Aryani. 2011. Penting diketahui! kebiasaan umum yang salah dalam mengonsumsi minuman atau makanan. http://www.kesehatan.kompasiana.com. [7April 2012] Astill C, Birch MR, Dacombe C, Philip G. Humphrey, and Martin PT. 2001. Factors affecting the caffeine and polyphenol contents of black and green tea infusions. J. Agric. Food Chem. Vol. 49: 5340-5347. Balentine DA and Paerau-Robinson. 1998. Tea as a source of dietary antioxidants with a potential role in prevention of chronic diseases. Di dalam: Mazza G and Oomah BD (eds.). Herbs, Botanicals, and Tea. USA: CRC Press, pp 265-288. Bhagwat et al. 2003. Flavonoid composition of tea: comparison of black and green teas. USDA. www.nal.usda.gov [03 Juli 2012] Bhutani KK and Gohil VM. 2010. Natural products drug discovery research in india: status and appraisal. Indian Journal of Experimental Biology. Vol. 48: 199-207. Brockenhoff dan Jensen. 1974. In Lipolytic Enzymes, pp. 55-56. New York: Academic Press. Cheong WJ, Park HM , Kang GW, Ko JH, and Seo YJ. 2005. Determination of catechin compounds in korean green tea infusions under various extraction conditions by high performance liquid chromatography. Bull. Korean Chem. Soc, Vol. 26, No. 5: 747-754. Clydesdale F. M. and Francis F. J. 1976. Pigments. In Principles of Food Chemistry, Part I, Food Chemistry, 1st ed. Marcel Dekker, New York. Crozier A. 2003. Classification and biosynthesis of plants and secondary products: an overview. Plants: Diet and Health (1st ed.). Edited by Goldberg G. UK. Blackwell Publishing, pp 27-47. Duthie G and Crozier A. Beverages. Di dalam: British Nutrition Foundation edited by Goldberg G (1st ed.). Plants: Diet and Health. UK: Blackwell Publishing, pp 147-181. Engelhardt UH, Lakenbrink C, Pokorny O. 2003. Proanthocyanidins, bisflavanols, and hydrolysable tannins in green and black teas. ACS Symposium Series, [Online]. Abstract from American Chemistry Society. http://www.pubs.acs.org. American Chemistry Society. [7 Juni 2012] Escribano MT, Santos C. 2002. Polyphenol extraction from foods. Di dalam: Esribano MT, Santos C (eds.). Methods in Polyphenol Analysis. USA: CRC Press. Friedman M, Jurgens HS. 2000. Effect of pH on the stability of plant phenolic compounds. J. Agric. Food Chem. Vol. 48: 2101-2110. Garza AL, Milargo FI, Boque N, Campin J, Martinez JA. 2011. Natural inhibitor of pancreatic lipase as new players in obesity treatment. Departement of Nutrition and Food Science, Physiology and Toxicology, University of Navara, Pamplona, Spain. Gondoin A, Grussu D, Stewart D, McDougall GJ. (2010). White and green tea polyphenols inhibit pancreatic lipase in vitro. Journal of Food Research International 43: 1537-1544.
36
Graham HN. Tea : the plant and its manufacture : chemistry and consumption of the beverage. In Liss AR. The Methylxanthine Beverages and Foods : Chemistry, Consumption, and Health Effects. Prog Clin Biol Rev. 1984 : 29-74. Guerciolini R. 1997. Mode of action of orlistat. Int J Obes Relat Metab Disord. Vol. 21 Suppl 3:S12– S23. Gurr MI. 1992. Role of Fats in Food And Nutrition 2nd edition. USA. Elsevier Science Publishing. Gurr MI, Hardwood JL, Frayn KN. 2002. Lipid Biochemistry 5 th edition. USA. Blackwell Science. Hadvary P, Sidler W, Meister W, Vetter W, Wolfer H. 1991. The lipase inhibitor tetrahydrolipstatin binds covalently to the putative active site serine of pancreatic lipase. J Biol Chem.Vol. 266:2021– 2027. Hagerman AE. 2002. Tannin Chemistry. USA: Departement of Chemistry and Biochemistry Miami University, Oxford. Hagerman AE, Butler LG. 1978. Protein precipitation method for the quantitative determination of tannin. J Agric Food Chem 26: 809-812. Han L, Zheng Y, Yoshikawa M, Okuda H, Kimura Y. 2005. Anti-obesity effects of chikusetsusaponins isolated from Panax japonicus rhizomes. BMC Complement Altern Med. Vol. 5: 9-9. Harbourne N, Christopher J, O‘Riordan D. 2009. Optimisation of extraction and processing conditions of chamomile (Matricaria chamomilla L.) for incorporation into a beverage. Food Chem 115: 15- 19. Haryati S, Adjisoetopo G, Mufidah NR. 2001. Pengaruh Variasi pH Terhadap Kadar Tanin Dan Sifat Prganoleptik Jelly Buah Semu Jambu Mete. Balai Besar Industri Agro. [Online]. 331-336. Abstrak dari Balai Besar Industri Agro. http://118.97.104.179/perpusBBIA/detail_artikel_majalah. Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia, Semarang [16 Juni 2012] Haslam E, Williamson MP, Baxter NJ, Charlton AJ. 1999. Astringency and polyphenol protein interaction. Recent Advance in Phytochemistry 33: 289. Hukmah S. 2007. Aktivitas Antioksidan Katekin Dari Teh Hijau (Camelliasinensis O.K. var. Assamica (Mast)) Hasil Ekstraksi DenganVariasi Pelarut Dan Suhu. Skripsi. Jurusan KimiaFakultas Sains Dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Malang Institute of Molecular Biotechnology.2005. Jena library of biological macromoleculs. www.imb-jena.de [06 Juni 2012] Kawamoto H, Nakatsubo F. 1997. Effect of environmental factors on two-stage tannin-protein coprecipitation. Phytochem 46: 479-483. Kobayashi M, Ichitani M, Suzuki Y, Unno T, Sugawara T, Yamahira T. 2009. Black-tea polyphenols suppress postprandial hypertriacylglycerolemia by suppressing lymphatic transport of dietary fat in rats. J Agric Food Chem. Vol. 57: 7131-7136. Krempf M, Louvet JP, Allanic H, Attali JR. 2001. Orlistat associated with a hypocaloric diet if obese patients promotes and maintains weight loss during an 18 month period. Poster submitted in ADA. Di dalam: Roche. Lembar Informasi Orlistat. Xenical ®. Krook MA and Hagerman. 2010. Stability of polyphenolicsin a model digestive system. Departement of Chemistry and Biochemistry Miami University Oxford Ohaio, USA. Kusano R, Andou H, Fujieda M, Tanaka T, Matsuo Y, Kouno I. 2008. Polymer-like polyphenol of black tea and their lipase and amylase inhibitory activities. Chem. Pharm. Bull. Vol. 56 (3): 266272. Kusumanigrum D. 2008. Pemetaan Karakteristik Komponen Polifenol untuk Mencegah Kerusakannya pada Minuman Teh Ready to Drink (RTD) [skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Lambert JD, Hong J, Lee MJ, Sang S, Meng X, Lu H, Yang CS. 2005. Biotransformation and bioavailability of tea polyfenols: implications for cancer prevention research. Phenolic
37
Compounds in Food and Natural Health Products. Edited by Shahidi F and Ho CT. Oxford University Press Laresolo B. 2007. Bagaimana cara meyeduh teh yang benar. http://www.kedaitehlaresolo.com [7 April 2012] Lee MJ, Lambert JD, Prabhu, S, Yang CS. 2005. Delivery of tea polyphenol to the oral cavity by green tea leaves and black tea extract. Cancer epidemiol. Biomarkers Prev. 13: 132-137. Lehninger AL. 1993. Dasar-Dasar Biokimia (terjemahan M. Thenawidjaja). Erlangga, Jakarta. Lin JK, Chen YW, Yn S, Shiau L. 2009. Inhibition of breast cancer cell proliferation by theaflavins and epigallocathecin 3-gallate through suppressing proteasomal activiteies. Di dalam: Ho CT, Lin JK, Shahidi F (eds.). Tea and Tea Product: Chemistry and Health-Promoting Properties. USA: CRC Press, Taylor and Francis Group, pp 191-210 Lin JK, Shiau L. 2009. Fermented tea is more effective than unfermented tea in suppressing lipogenesis and obesity. Di dalam: Ho CT, Lin JK, Shahidi F (eds.). Tea and Tea Product: Chemistry and HealthPromoting Properties. USA: CRC Press, Taylor and Francis Group, pp 233-244 Macrae, A.R. 1983. Lipase Catalyced Interesterification of Oil and Fats. J. Am. Oil. Soc. 60 (2): 243 – 246. Madsuda. 2008. Flavor stability of tea drinks. Di dalam Ho CT, Lin JK, Shahidi F (eds.). Tea and Tea Product:Chemistry and Health-Promoting Properties. USA: CRC Press, Taylor and Francis Group, pp 275-300. Marostica Jr MR, Leite AV, Dragano NRV. 2010. Supercritical fluid extraction and stabilitzation of phenolic compounds from natural sources-review (supercritical extraction and stabilization of phenolic compounds). The Open Chem Engineer J 4: 51-60. Matsumoto M, Hosokawa M, Matsukawa N, Hagio M, Shinoki A, Nishimukai M. 2010. Suppressive effects of the marine carotenoids, fucoxanthin and fucoxanthinol on triglyceride absorption in lymph duct-cannulated rats. Eur J Nutr. Vol. 49: 243-249 McDougall GJ, Kulkarni NN, Stewart D. (2009). Berry Polyphenol Inhibit Pancreatis Lipase Activity In Vitro. Journal of Food Chemistry 155: 193-199. Michelle A, Hopkins J, McLaughlin CW, Johnson S, Warner MQ, LaHart D, Wright JD. 1993. Human Biology and Health. Englewood Cliffs, New Jersey, USA: Prentice Hall Miller D, Benito P. 1998. Iron absorption and bioavailability: an update review. Nutrition Research, [Online]. 18 (3). Abstract from Science Direct. http://www.sciencedirect.com, Science Direct. [7 April 2012] Millic B, Stojanovic S, Vucureuic N, Turcic M. 1968. Chlorogenic and quinic acids in sunflower meal. J Sci Food Agric 19: 108. Moraes de Souza RA, Oldoni TLC, Regitano de‘Arce MAB, Alencar SM. 2008. Antioxidant activity and phenolic composition of herbal infusions consumed in Brazil. Cienc. Tecnol. Aliment 6(1): 41- 47. Muchlas F. 2010. Metabolisme. www.crocodilusdaratensis.wordpress.com [06 Juni12012] Nakai M et al. 2005. Inhibibitory effects of oolong tea polyphenol on pancreatic lipase in vitro. J. Agric. Food. Chem. Vol. 53: 4593-4598. Nasution MZ, Tjiptadi W. 1975. Pengolahan teh [skripsi]. Departemen Teknologi Hasil Pertanian, FATEMETA, IPB, Bogor. National Institutes of Health. 1998. Clinical guidelines on the identification, evaluation, and treatment of overweight and obesity in adults—The evidence report. Obes Res 6(Suppl 2): 51S–209S. Nazaruddin, Paimin FB. 1993. Pembudidayaan dan Pengolahan Teh. Jakarta: Penebar Swadaya. Nugroho BA. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS. Yogyakarta: ANDI.
38
Panuju DT. 2008. Teh dan pengolahannya. http://www.images.dyagi.multiply.multiplycontent.com [6 Juni 2012] Poedjiadi A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press. Porter LJ, Hrstich LN, Chan BG. 1986. The convertion of procyanidins and prodhelphinidins to cyanidin and delphinidin. Phytochemistry. Vol. 25: 223-230. PubChem. 2005. Orlistat. http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov [1 Juni 2012] Rangari, VD. 2007. Pharmacognosy: Tannin Containing Drugs. Nagpur: J. L. Chaturvedi College of Pharmacy. Rissanen A, Sjostrom l, Noack T, et al. 1999 . Early weight loss with orlistat as a predictor of long-term success in obesity treatment. Int.J.Obes. Vol. 23 Suppl5: A577. Di dalam: Roche. Lembar Informasi Orlistat. Xenical ®. Romling C dan Qaim M. 2001. Direct and Indirect Determinants of Obesity: The Case of Indonesia. GlobalFood Discussion Paper. http://purl.umn.edu/108350 [1 Juni 2012] Setiawati I dan Nasikun. 1991. Teh: Kajian Sosial-Ekonomi. Yogyakarta: Aditya Media. Shahidi F and Ho CT. 2005. Phenolics in food and natural health products: an overview. Phenolic Compounds in Food and Natural Health Products. Edited by Shahidi F and Ho CT. USA. Oxford University Press. pp 1-8. Siebert K.J. 1999. Reviews- Effect of protein-polyphenol interaction on beverage haze, stabilization and Analysis. J Agric Food Chem 47 (2) : 353. Silitonga RF. 2008. Daya inhibisi ekstrak daun jati belanda dan bangle terhadap aktivitas lipase pankreas sebagai antiobesitas [skripsi]. Bogor: Jurusan Kimia. FMIPA, IPB. Siregar CT. 2004. Kebutuhan dasar manusia eliminasi buang air besar [makalah]. Sumatera Utara:Program Studi Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara. Sjostrom L, Risannen A, Andersen T, et al. 1998. Randomised Placebo-Controlled Trial of Orlistat for Weight Loss and Prevention of Weight Regain in Obese Patient. Lancet. Vol. 352:167-72. Strycharz S, Shetty K. 2002. Effect of Agrobacterium rhizogenes on phenolic content of Menthapulegium elite clonal line phytoremediation applications. Process Biochemistry (38): 287293. Sukardi, Mulyarto AR, dan Safera W. 2007. Optimasi Waktu Ekstraksi Terhadap Kandungan TaninPada Bubuk Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidii Folium) Serta Biaya Produksinya. Jurnal Teknologi Pertanian, Vol 8 No.2 88-94. Tanaka T, Matsuo Y, Kouno I. 2009. Chemistry of Secondary Polyphenols Produced during Processing of Tea and Selected Foods. Int J Mol Sci. Vol. 11: 14-34. Tangendjaja, B., Wina, E., Ibrahim T., Palmer, B., 1992. Kalliandra (Calliandra calothyrsus) dan Pemanfaatannya. Balai Penelitian Ternak and Australian Centre for International Agricultural Research, Bogor, Indonesia. Tucci SA, Boyland EJ, Halford JCG. 2010. Diabetes, metabolic syndrome and obesity: targets and therapy. Dove Medical Press Ltd. Vol. 3: 125-143. Tuminah S. 2004. Teh [(Camellia sinensis O.K. var Assamica (Mast)] Sebagai salah Satu Sumber Antioksidan. Cermin Dunia Kedokteran No. 144. Ullah MR. 1991. Tea. Di dalam Fox PF (ed.). Food Enzymology Volume 2. London and New York: Elvisier Applied Science, pp 163-177. Pettigrew J. 2009. A Brief Guide to Tea. Upton Tea Import. www.uptontea.com [20 Juni 2012] Wahle K, Lindsay D, Bourne L. 2003. Plant and plant-derived lipids. Plants: Diet and Health (1st ed.). Edited by Goldberg G. UK. Blackwell Publishing, pp 183-208.
39
Wan X, Li D, Zhang Z. 2009. Green tea and black tea. Di dalam: Ho CT, Lin JK, Shahidi F (eds.). Tea and Tea Product:Chemistry and Health-Promoting Properties. USA: CRC Press, Taylor and Francis Group, pp 1-8. Weber HK, Zuegg J, Faber K, Pleiss J. 1997. Molecular reasons for lipase-sensitivity against acetaldehyde. J Mol Catal B. Vol. 131-138. Winarno FG. 2010. Enzim Pangan. Bogor: M-Brio Press. Wong et al. 2009. Analytical methods for bioactive compounds in teas. Di dalam: Ho CT, Lin JK, Shahidi F (eds.). Tea and Tea Product:Chemistry and Health-Promoting Properties. USA: CRC Press, Taylor and Francis Group, pp 77-110. World Health Organization. 2003. Obesity and Overweight. World Health Report. Yadi. 2009. Teh. www.yadibagayo.blogspot.com [11 April 2012] Zega. 2010. Pengembangan produk jelly drink berbasis teh (Camelia sinensis) dan secang (Caesalpinia sappan L.) sebagai pangan fungsional [skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor. Zen. 2005. Orlistat. www.zen-pharma.com [1 Juni 2012]
40
LAMPIRAN
41
Lampiran 1. Hasil uji statistik RAL dua faktor penyeduhan terhadap pH awal ekstrak teh hitam Between-Subjects Factors Value Label
Suhu
Waktu
N
1
70 C
6
2
85 C
6
3
100 C
6
1
5 menit
6
2
10 menit
6
3
15 menit
6
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: pH_Awal Source
Type III Sum of
df
Mean Square
F
Sig.
Squares a
8
,018
13,917
,000
467,976
1
467,976
356930,864
,000
Suhu
,006
2
,003
2,343
,152
Waktu
,019
2
,010
7,301
,013
Suhu * Waktu
,121
4
,030
23,013
,000
Error
,012
9
,001
Total
468,134
18
,158
17
Corrected Model Intercept
Corrected Total
,146
a. R Squared = ,925 (Adjusted R Squared = ,859)
42
Lampiran 2. Hasil uji lanjut Duncan RAL dua faktor penyeduhan terhadap pH awal ekstrak teh hitam pH_Awal Duncan Suhu
N
Subset 1
100 C
6
5,0750
70 C
6
5,1017
85 C
6
5,1200
Sig.
,069
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = ,001. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000. b. Alpha = 0,05.
pH_Awal Duncan Waktu
N
Subset 1
2
5 menit
6
5,0750
15 menit
6
5,0767
10 menit
6
Sig.
5,1450 ,938
1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = ,001. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000. b. Alpha = 0,05.
43
Lampiran 3. Data inhibisi enzim lipase ekstrak teh hitam Ekstrak awal Perlakuan Ekstraksi
U
70 C 5 menit
1
63,01
2
61,86
1
53,37
2
56,61
1
22,83
2
22,90
1
36,33
2
30,33
1
54,94
2
42,51
1
60,13
2
49,56
1
13,49
2
16,04
1
37,28
2
52,53
1
61,27
2
65,15
1
72,26
2
71,02
70 C 10 menit 70 C 15 menit 85 C 5 menit 85 C 10 menit 85 C 15 menit 100 C 5 menit 100 C 10 menit 100 C 15 menit Orlistat
Inhibisi (%)
Rata-rata (%) 62,44 ± 0,81
Ekstrak simulasi pH pencernaan Inhibisi (%) 55,89
Rata-rata (%) 47,92 ± 11,27
39,95 54,99 ± 2,29
47,81
46,38 ± 2,01
44,95 22,87 ± 0,05
13,29
17,46 ± 5,89
21,63 33,33 ± 4,24
10,15
10,42 ± 0,38
10,70 48,73 ± 8,79
26,81
28,66 ± 2,61
30,51 54,85 ± 7,48
22,59
24,24 ± 2,34
25,90 14,77 ± 1,80
6,37
6,83 ± 0,65
7,29 44,91 ± 10,78
21,42
21,17 ± 0,36
20,91 63,21 ± 2,75
54,58
54,23 ± 0,49
53,89 71,64 ± 0,88
62,85
62,00 ± 1,19
61,15
Contoh perhitungan: Kondisi penyeduhan 70 C 5 menit Absorbansi Blanko
= 0.103
Absorbansi Kontrol A
= 1.262
Absorbansi Kontrol B
= 1.108
Absorbansi Sampel
= 1.552
Inhibisi Lipase =
X 100
Inhibisi Lipase = Inhibisi Lipase =
X 100 X 100
Inhibisi Lipase = 61.691%
44
Lampiran 4. Hasil uji statistik RAL dua faktor penyeduhan terhadap inhibisi enzim lipase ekstrak teh hitam Univariate Analysis of Variance Between-Subjects Factors Value Label
Suhu
Waktu
N
1
70 C
12
2
85 C
12
3
100 C
12
1
5 menit
12
2
10 menit
12
3
15 menit
12
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal Source
Type III Sum of
df
Mean Square
F
Sig.
Squares Corrected Model
9534,585
a
8
1191,823
46,257
,000
Intercept
71141,070
1
71141,070
2761,138
,000
Suhu
227,016
2
113,508
4,405
,022
Waktu
1081,574
2
540,787
20,989
,000
Suhu * Waktu
8225,995
4
2056,499
79,817
,000
Error
695,658
27
25,765
Total
81371,313
36
Corrected Total
10230,244
35
a. R Squared = ,932 (Adjusted R Squared = ,912)
45
Lampiran 5. Hasil uji lanjut Duncan RAL dua faktor penyeduhan terhadap inhibisi enzim lipase ekstrak teh hitam
Post Hoc Test Homogeneous Subsets
Suhu Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal Duncan Suhu
N
Subset 1
2
100 C
12
40,96267
85 C
12
45,63550
70 C
12
46,76325
Sig.
1,000
,591
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 25,765. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12,000. b. Alpha = 0,05.
Waktu Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal Duncan Waktu
N
Subset 1
2
5 menit
12
36,84525
15 menit
12
46,97433
10 menit
12
49,54183
Sig.
1,000
,226
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 25,765. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12,000. b. Alpha = 0,05.
46
Lampiran 6. Hasil uji Faktorial inhibisi ekstrak teh hitam Oneway
ANOVA Sum of Squares Between Groups Daya_Inhibisi_Ekstrak_ Awal
Daya_Inhibisi_Ekstrak_ Simulasi
df
12195.355
9
700.415
30
Total
12895.770
39
Between Groups
13413.652
9
818.834
30
14232.487
39
Within Groups
Within Groups Total
Mean Square
F
1355.039 58.039
Sig. .000
23.347
1490.406 54.605
.000
27.294
47
Lampiran 7. Hasil uji lanjut Duncan Faktorial inhibisi ekstrak teh hitam Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal Duncan Perlakuan
N
Subset for alpha = 0.05 1
2
3
4
5
6
100 C 5 menit
4 14.76750
70 C 15 menit
4
85 C 5 menit
4
100 C 10 menit
4
44.90825
85 C 10 menit
4
48.72850 48.72850
85 C 15 menit
4
54.84500
70 C 10 menit
4
54.98875
70 C 5 menit
4
62.43525
100 C 15 menit
4
63.21225
Orlistat
4
Sig.
7
22.86575 33.33300
71.64025 1.000
1.000
1.000
.272
.093
.822
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi Duncan Perlakuan
N
Subset for alpha = 0.05 1
2
3
4
5
100 C 5 menit
4
85 C 5 menit
4 10.42450 10.42450
70 C 15 menit
4
100 C 10 menit
4
21.16775 21.16775
85 C 15 menit
4
24.24475 24.24475
85 C 10 menit
4
28.66175
70 C 10 menit
4
46.38025
70 C 5 menit
4
47.91850
100 C 15 menit
4
54.23100
Orlistat
4
Sig.
6
6.83100
17.46350 17.46350
62.00225 .338
.066
.092
.063
.052
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
48
Lampiran 8. Tabel dan kurva standar asam galat Absorbansi
Konsentrasi Asam Galat (ppm)
U1
U2
Xbar
0
0.000
0.000
0.000
50
0.259
0.259
0.259
100
0.502
0.502
0.502
150
0.754
0.754
0.754
200
1.025
1.025
1.025
250
1.250
1.250
1.250
Persamaan kurva
y = 0.005x + 0.0031
R square
R² = 0.9996
Kurva Standar Asam Galat 1,400
y = 0,005x + 0,003 R² = 0,999
1,200
Absorbansi
1,000 0,800 0,600 0,400 0,200 0,000 0
50
100
150
200
250
300
Konsentrasi (ppm)
49
Lampiran 9. Data total fenol ekstrak teh hitam
Ekstrak awal Konsentrasi (mg GAE/g Rata-rata BK)
Perlakuan Ekstraksi
U
70 C 5 menit
1
39,50
2
38,73
1
40,36
2
37,64
1
37,24
2
34,79
1
39,18
2
40,82
1
35,26
2
35,72
1
37,43
2
37,43
1
43,18
2
43,83
1
41,95
2
41,38
1
43,27
2
41,17
70 C 10 menit 70 C 15 menit 85 C 5 menit 85 C 10 menit 85 C 15 menit 100 C 5 menit 100 C 10 menit 100 C 15 menit
39,12 ± 0,54 39,00 ± 1,92 36,02 ± 1,73 40,00 ± 1,16 35,49 ± 0,32 37,43 ± 0,00 43,51 ± 0,46 41,67 ± 0,40 42,22 ± 1,48
Ekstrak simulasi pH pencernaan Konsentrasi (mg GAE/g Rata-rata BK) 34,95 32,60 38,37 34,95 30,33 32,32 36,72 37,44 34,38 35,76 35,49 36,08 41,10 42,43 38,68 38,21 38,40 39,59
33,78 ± 1,66 36,66 ± 2,42 31,32 ± 1,41 37,08 ± 0,51 35,07 ± 0,98 35,79 ±0,42 41,77 ± 0,94 38,44 ± 0,33 39,00 ± 0,85
Contoh perhitungan: Ekstrak awal dengan kondisi penyeduhan 70 C 5 menit Konversi ke Gallat Acid Equivalent (GAE) = konsentrasi X ml larutan yang diuji X pengenceran ÷ gram bubuk teh basis kering = 143.380
X 0.5 ml X
X
X
X
= 38.564 mg GAE/gBK
50
Lampiran 10. Hasil uji statistik RAL dua faktor penyeduhan terhadap total fenol ekstrak teh hitam Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors Value Label
Suhu
Waktu
N
1
70 C
12
2
85 C
12
3
100 C
12
1
5 menit
12
2
10 menit
12
3
15 menit
12
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Total_Fenol_Awal Source
Type III Sum of
df
Mean Square
F
Sig.
Squares a
8
30,565
22,457
,000
55850,372
1
55850,372
41034,848
,000
Suhu
171,791
2
85,896
63,110
,000
Waktu
40,196
2
20,098
14,767
,000
Suhu * Waktu
32,531
4
8,133
5,975
,001
Error
36,748
27
1,361
Total
56131,638
36
281,266
35
Corrected Model Intercept
Corrected Total
244,518
a. R Squared = ,869 (Adjusted R Squared = ,831)
51
Lampiran 11. Hasil uji lanjut Duncan RAL dua faktor penyeduhan terhadap total fenol ekstrak teh hitam
Post Hoc Test Homogeneous Subsets
Suhu Total_Fenol_Awal Duncan Suhu
N
Subset 1
2
85 C
12
37,64483
70 C
12
38,05033
100 C
12
42,46825
Sig.
,402
1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 1,361. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12,000. b. Alpha = 0,05.
Waktu Total_Fenol_Awal Duncan Waktu
N
Subset 1
2
15 menit
12
38,55908
10 menit
12
38,72525
5 menit
12
Sig.
40,87908 ,730
1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 1,361. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12,000. b. Alpha = 0,05.
52
Lampiran 12. Hasil uji Faktorial total fenol ekstrak teh hitam Oneway
ANOVA Sum of Squares Between Groups Total_Fenol_Awal
df
Mean Square
244,518
8
36,748
27
Total
281,266
35
Between Groups
299,371
8
35,816
27
335,187
35
Within Groups
Total_Fenol_Simulasi Within Groups Total
F
30,565 22,457
Sig. ,000
1,361
37,421 28,210
,000
1,327
53
Lampiran 13. Hasil uji lanjut Duncan Faktorial total fenol ekstrak teh hitam Post Hoc Tests Homogeneous Subsets Total_Fenol_Awal Duncan Perlakuan
N
Subset for alpha = 0.05 1
2
3
4
5
6
85 C 10 menit
4 35,49775
70 C 15 menit
4 36,02175 36,02175
85 C 15 menit
4
70 C 10 menit
4
39,00750 39,00750
70 C 5 menit
4
39,12175 39,12175
85 C 5 menit
4
100 C 10 menit
4
41,67050 41,67050
100 C 15 menit
4
42,22150
100 C 5 menit
4
Sig.
7
37,43400 37,43400
40,00275 40,00275
42,22150 43,51275
,531
,098
,062
,265
,053
,510
,129
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
Total_Fenol_Simulasi Duncan Perlakuan
N
Subset for alpha = 0.05 1
2
3
4
5
6
70 C 15 menit
4 31,32850
70 C 5 menit
4
33,78325
85 C 10 menit
4
35,07400 35,07400
85 C 15 menit
4
35,79350 35,79350
70 C 10 menit
4
36,66775 36,66775
85 C 5 menit
4
100 C 10 menit
4
38,44925 38,44925
100 C 15 menit
4
39,00100
100 C 5 menit
4
Sig.
7
37,08450 37,08450
41,77100 1,000
,125
,074
,145
,105
,504
1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
54
Lampiran 14. Data tanin terkondesasi ekstrak teh hitam Ekstrak awal Perlakuan Ekstraksi 70 C 5 menit 70 C 10 menit 70 C 15 menit
85 C 5 menit 85 C 10 menit 85 C 15 menit 100 C 5 menit 100 C 10 menit 100 C 15 menit
Ekstrak simulasi pH pencernaan
U
Konsentrasi (g/100 g BK)
Rata-rata
Konsentrasi (g/100 g BK)
Rata-rata
1
0,396
0,382 ± 0,019
0,368
0,358 ± 0,014
2
0,368
1
0,375
2
0,358
1
0,358
2
0,345
1
0,379
2
0,364
1
0,389
2
0,375
1
0,402
2
0,379
1
0,367
2
0,379
1
0,408
2
0,419
1
0,437
2
0,421
0,347 0,366 ± 0,012
0,335
0,3350 ± 0,0007
0,336 0,352 ± 0,009
0,286
0,297 ± 0,014
0,307 0,372 ± 0,010
0,370
0,363 ± 0,111
0,355 0,382 ± 0,010
0,381
0,370 ± 0,014
0,360 0,390 ± 0,016
0,392
0,373 ± 0,026
0,355 0,373 ± 0,008
0,213
0,213 ± 0,000
0,213 0,414 ± 0,007
0,280
0,260 ± 0,027
0,241 0,429 ± 0,011
0,295
0,356 ± 0,086
0,417
Contoh perhitungan: Ekstrak awal dengan kondisi penyeduhan 70 C 5 menit = Absorbansi X 78.26 X ml larutan yang diuji X pengenceran ÷ gram bubuk teh basis kering = 0.188 X 78.26 X 0.5 ml X
X
X
X
X
X
= 0.396 g LE/100 g BK
55
Lampiran 15. Hasil uji statistik RAL dua faktor penyeduhan terhadap tanin terkondensasi ekstrak teh hitam Univariate Analysis of Variance Between-Subjects Factors Value Label
Suhu
Waktu
N
1
70 C
12
2
85 C
12
3
100 C
12
1
5 menit
12
2
10 menit
12
3
15 menit
12
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Tanin_Terkondensasi_Awal Source
Type III Sum of
df
Mean Square
F
Sig.
Squares Corrected Model
,018
a
8
,002
22,776
,000
Intercept
5,319
1
5,319
52858,919
,000
Suhu
,009
2
,005
45,024
,000
Waktu
,001
2
,001
7,335
,003
Suhu * Waktu
,008
4
,002
19,372
,000
Error
,003
27
,000
Total
5,340
36
,021
35
Corrected Total
a. R Squared = ,871 (Adjusted R Squared = ,833)
56
Lampiran 16. Hasil uji lanjut Duncan RAL dua faktor penyeduhan terhadap tanin terkondensasi ekstrak teh hitam
Post Hoc Test Homogeneous Subsets
Suhu Tanin_Terkondensasi_Awal Duncan Suhu
N
Subset 1
70 C
12
85 C
12
100 C
12
2
3
,36667 ,38133 ,40517
Sig.
1,000
1,000
1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = ,000. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12,000. b. Alpha = 0,05.
Waktu Tanin_Terkondensasi_Awal Duncan Waktu
N
Subset 1
2
5 menit
12
10 menit
12
,38733
15 menit
12
,39033
Sig.
,37550
1,000
,470
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = ,000. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12,000. b. Alpha = 0,05.
57
Lampiran 17. Hasil uji Faktorial tanin terkondensasi ekstrak teh hitam Oneway
ANOVA Sum of Squares Tanin_Terkondensasi _Awal
Tanin_Terkondensasi _Simulasi
df
Mean Square
Between Groups
,018
8
,002
Within Groups
,003
27
,000
Total
,021
35
Between Groups
,102
8
,013
Within Groups
,019
27
,001
Total
,121
35
F
Sig.
22,776
,000
17,782
,000
58
Lampiran 18. Hasil uji lanjut Duncan Faktorial tanin terkondensasi ekstrak teh hitam Post Hoc Tests Homogeneous Subsets Tanin_Terkondensasi_Awal Duncan Perlakuan
N
Subset for alpha = 0.05 1
2
3
4
70 C 15 menit
4
70 C 10 menit
4
,36650
85 C 5 menit
4
,37150
100 C 5 menit
4
,37300
70 C 5 menit
4
,38200
,38200
85 C 10 menit
4
,38200
,38200
85 C 15 menit
4
100 C 10 menit
4
100 C 15 menit
4
5
,35150
,39050 ,41350 ,42900
Sig.
1,000
,059
,268
1,000
1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
Tanin_Terkondensasi_Simulasi Duncan Perlakuan
N
Subset for alpha = 0.05 1
2
3
100 C 5 menit
4
100 C 10 menit
4
,26050
70 C 15 menit
4
,29650
70 C 10 menit
4
,33550
100 C 15 menit
4
,35600
70 C 5 menit
4
,35750
85 C 5 menit
4
,36250
85 C 10 menit
4
,37050
85 C 15 menit
4
,37350
Sig.
,21300
1,000
,068
,087
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
59
Lampiran 19. Hasil uji beda berpasangan ekstrak awal dan ekstrak simulasi pH pencernaan perlakuan 70 oC 5 menit Paired Samples Statistics Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal
62,43525
4
,732692
,366346
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi
47,91850
4
9,369744
4,684872
Total_Fenol_Awal
39,12175
4
,887274
,443637
Total_Fenol_Simulasi
33,78325
4
1,853056
,926528
Tanin_Terkondensasi_Awal
,38200
4
,016166
,008083
Tanin_Terkondensasi_Simulasi
,35750
4
,012124
,006062
Pair 1
Pair 2
Pair 3 Paired Samples Correlations N
Correlation
Sig.
Pair 1
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal &Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi
4
,817
,183
Pair 2
Total_Fenol_Awal & Total_Fenol_Simulasi
4
,238
,762
Pair 3
Tanin_Terkondensasi_Awal & Tanin_Terkondensasi_Simulasi
4
1,000
,000
Paired Samples Test Paired Differences Mean
Pair 1 Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal - Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi Pair 2 Total_Fenol_Awal - Total_Fenol_Simulasi Pair 3 Tanin_Terkondensasi_Awal - Tanin_Terkondensasi_Simulasi
60
Std. Deviation
14,516750
8,781340
5,338500
1,854182
,024500
,004041
t
df
Sig.
Std. Error
95% Confidence Interval
(2-
Mean
of the Difference
tailed)
Lower
Upper
,543679
28,489821
3,306
3
,046
,927091 2,388083
8,288917
5,758
3
,010
,030931
12,124
3
,001
4,390670
,002021
,018069
Lampiran 20. Hasil uji beda berpasangan ekstrak awal dan ekstrak simulasi pH pencernaan perlakuan 70 oC 10 menit Paired Samples Statistics Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal
54,98875
4
2,569240
1,284620
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi
46,38025
4
2,124510
1,062255
Total_Fenol_Awal
39,00750
4
1,660150
,830075
Total_Fenol_Simulasi
36,66775
4
1,984252
,992126
Tanin_Terkondensasi_Awal
,36650
4
,009815
,004907
Tanin_Terkondensasi_Simulasi
,33550
4
,001000
,000500
Pair 1
Pair 2
Pair 3 Paired Samples Correlations N
Correlation
Sig.
Pair 1
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal & Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi
4
-,179
,821
Pair 2
Total_Fenol_Awal & Total_Fenol_Simulasi
4
,968
,032
Pair 3
Tanin_Terkondensasi_Awal & Tanin_Terkondensasi_Simulasi
4
-,577
,423
Paired Samples Test Paired Differences Mean
t
df
Sig.
Std.
Std. Error
95% Confidence Interval
(2-
Deviation
Mean
of the Difference
tailed)
Lower
Upper
Pair 1 Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal - Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi
8,608500
3,615420
1,807710 2,855560
14,361440
4,762
3
,018
Pair 2 Total_Fenol_Awal - Total_Fenol_Simulasi
2,339750
,563031
,281516 1,443842
3,235658
8,311
3
,004
,031000
,010424
,005212
,047587
5,948
3
,010
Pair 3 Tanin_Terkondensasi_Awal - Tanin_Terkondensasi_Simulasi
61
,014413
Lampiran 21. Hasil uji beda berpasangan ekstrak awal dan ekstrak simulasi pH pencernaan perlakuan 70 oC 15 menit Paired Samples Statistics Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal
22,86575
4
2,657227
1,328613
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi
17,46350
4
6,520325
3,260163
Total_Fenol_Awal
36,02175
4
1,544933
,772467
Total_Fenol_Simulasi
31,32850
4
1,279137
,639568
Tanin_Terkondensasi_Awal
,35150
4
,007506
,003753
Tanin_Terkondensasi_Simulasi
,29650
4
,012234
,006117
Pair 1
Pair 2
Pair 3 Paired Samples Correlations N
Correlation
Sig.
Pair 1 Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal & Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi
4
-,099
,901
Pair 2 Total_Fenol_Awal & Total_Fenol_Simulasi
4
-,688
,312
Pair 3 Tanin_Terkondensasi_Awal & Tanin_Terkondensasi_Simulasi
4
-,991
,009
Paired Samples Test Paired Differences Mean
t
Std. Error
95% Confidence Interval
(2-
Deviation
Mean
of the Difference
tailed)
Pair 1 Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal - Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi
5,402250
7,280895
3,640448
Pair 2 Total_Fenol_Awal - Total_Fenol_Simulasi
4,693250
2,596423
1,298211
,055000
,019698
,009849
62
Sig.
Std.
Lower
Pair 3 Tanin_Terkondensasi_Awal - Tanin_Terkondensasi_Simulasi
df
Upper -
16,987779
1,484
3
,234
,561762
8,824738
3,615
3
,036
,023657
,086343
5,584
3
,011
6,183279
Lampiran 22. Hasil uji beda berpasangan ekstrak awal dan ekstrak simulasi pH pencernaan perlakuan 85 oC 5 menit Paired Samples Statistics Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal
33.33300
4
3.787071
1.893536
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi
10.42450
4
1.649525
.824763
Total_Fenol_Awal
40.00275
4
.958478
.479239
Total_Fenol_Simulasi
37.08450
4
.419446
.209723
Tanin_Terkondensasi_Awal
.37150
4
.008660
.004330
Tanin_Terkondensasi_Simulasi
.36250
4
.008699
.004349
Pair 1
Pair 2
Pair 3 Paired Samples Correlations N
Correlation
Sig.
Pair 1
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal & Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi
4
-.500
.500
Pair 2
Total_Fenol_Awal & Total_Fenol_Simulasi
4
.993
.007
Pair 3
Tanin_Terkondensasi_Awal & Tanin_Terkondensasi_Simulasi
4
.996
.004
Paired Samples Test Paired Differences Mean
t
Pair 2 Total_Fenol_Awal - Total_Fenol_Simulasi Pair 3 Tanin_Terkondensasi_Awal - Tanin_Terkondensasi_Simulasi
63
Sig.
Std.
Std. Error
95% Confidence Interval of
(2-
Deviation
Mean
the Difference
tailed)
Lower Pair 1 Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal - Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi
df
Upper
22.908500
4.827927
2.413964
15.226190
30.590810
9.490
3
.002
2.918250
.544304
.272152
2.052141
3.784359
10.723
3
.002
.009000
.000816
.000408
.007701
.010299
22.045
3
.000
Lampiran 23. Hasil uji beda berpasangan ekstrak awal dan ekstrak simulasi pH pencernaan perlakuan 85 oC 10 menit Paired Samples Statistics Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal
48.72850
4
7.259350
3.629675
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi
28.66175
4
6.663304
3.331652
Total_Fenol_Awal
35.49775
4
1.201021
.600511
Total_Fenol_Simulasi
35.07400
4
.805112
.402556
Tanin_Terkondensasi_Awal
.38200
4
.008083
.004041
Tanin_Terkondensasi_Simulasi
.37050
4
.012124
.006062
Pair 1
Pair 2
Pair 3 Paired Samples Correlations N
Correlation
Sig.
Pair 1 Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal & Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi
4
-.458
.542
Pair 2 Total_Fenol_Awal & Total_Fenol_Simulasi
4
.198
.802
Pair 3 Tanin_Terkondensasi_Awal & Tanin_Terkondensasi_Simulasi
4
1.000
.000
Paired Samples Test Paired Differences Mean
t
Sig.
Std.
Std. Error
95% Confidence Interval of
(2-
Deviation
Mean
the Difference
tailed)
Lower Pair 1 Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal - Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi
df
Upper
20.066750
11.891225
5.945612
1.145158
38.988342
3.375
3
.043
Pair 2 Total_Fenol_Awal - Total_Fenol_Simulasi
.423750
1.306851
.653425
-1.655741
2.503241
.649
3
.563
Pair 3 Tanin_Terkondensasi_Awal - Tanin_Terkondensasi_Simulasi
.011500
.004041
.002021
.005069
.017931
5.691
3
.011
64
Lampiran 24. Hasil uji beda berpasangan ekstrak awal dan ekstrak simulasi pH pencernaan perlakuan 85 oC 15 menit Paired Samples Statistics Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal
54.84500
4
6.117616
3.058808
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi
24.24475
4
5.421086
2.710543
Total_Fenol_Awal
37.43400
4
.294675
.147337
Total_Fenol_Simulasi
35.79350
4
.556518
.278259
Tanin_Terkondensasi_Awal
.39050
4
.013279
.006640
Tanin_Terkondensasi_Simulasi
.37350
4
.021378
.010689
Pair 1
Pair 2
Pair 3 Paired Samples Correlations N
Correlation
Sig.
Pair 1 Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal & Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi
4
-.388
.612
Pair 2 Total_Fenol_Awal & Total_Fenol_Simulasi
4
-.776
.224
Pair 3 Tanin_Terkondensasi_Awal & Tanin_Terkondensasi_Simulasi
4
.999
.001
Paired Samples Test Paired Differences Mean
t
Pair 2 Total_Fenol_Awal - Total_Fenol_Simulasi Pair 3 Tanin_Terkondensasi_Awal - Tanin_Terkondensasi_Simulasi
65
Sig.
Std.
Std. Error
95% Confidence Interval of
(2-
Deviation
Mean
the Difference
tailed)
Lower Pair 1 Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal - Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi
df
Upper
30.600250
9.618913
4.809457
15.294413
45.906087
6.363
3
.008
1.640500
.806956
.403478
.356453
2.924547
4.066
3
.027
.017000
.008124
.004062
.004073
.029927
4.185
3
.025
Lampiran 25. Hasil uji beda berpasangan ekstrak awal dan ekstrak simulasi pH pencernaan perlakuan 100 oC 5 menit Paired Samples Statistics Mean Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
14.76750
4
1.517848
.758924
6.83100
4
2.772998
1.386499
Total_Fenol_Awal
43.51275
4
1.255472
.627736
Total_Fenol_Simulasi
41.77100
4
1.065154
.532577
Tanin_Terkondensasi_Awal
.37300
4
.006976
.003488
Tanin_Terkondensasi_Simulasi
.21300
4
.000000
.000000
Pair 1 Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi Pair 2
Pair 3 Paired Samples Correlations N
Correlation
Sig.
Pair 1 Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal & Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi
4
.420
.580
Pair 2 Total_Fenol_Awal & Total_Fenol_Simulasi
4
.079
.921
Pair 3 Tanin_Terkondensasi_Awal & Tanin_Terkondensasi_Simulasi
4
.
.
Paired Samples Test Paired Differences Mean
t
df
Sig.
Std.
Std. Error
95% Confidence Interval of
(2-
Deviation
Mean
the Difference
tailed)
Lower
Upper
Pair 1 Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal - Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi
7.936500
2.541288
1.270644
3.892743
11.980257
6.246
3
.008
Pair 2 Total_Fenol_Awal - Total_Fenol_Simulasi
1.741750
1.581274
.790637
-.774409
4.257909
2.203
3
.115
.160000
.006976
.003488
.148899
.171101 45.871
3
.000
Pair 3 Tanin_Terkondensasi_Awal - Tanin_Terkondensasi_Simulasi
66
Lampiran 26. Hasil uji beda berpasangan ekstrak awal dan ekstrak simulasi pH pencernaan perlakuan 100 oC 10 menit Paired Samples Statistics Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal
44.90825
4
10.053700
5.026850
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi
21.16775
4
3.951472
1.975736
Total_Fenol_Awal
41.67050
4
.393872
.196936
Total_Fenol_Simulasi
38.44925
4
.420349
.210174
Tanin_Terkondensasi_Awal
.41350
4
.006351
.003175
Tanin_Terkondensasi_Simulasi
.26050
4
.022531
.011266
Pair 1
Pair 2
Pair 3 Paired Samples Correlations N
Correlation
Sig.
Pair 1 Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal & Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi
4
-.188
.812
Pair 2 Total_Fenol_Awal & Total_Fenol_Simulasi
4
.174
.826
Pair 3 Tanin_Terkondensasi_Awal & Tanin_Terkondensasi_Simulasi
4
-.999
.001
Paired Samples Test Paired Differences Mean
t
Pair 2 Total_Fenol_Awal - Total_Fenol_Simulasi Pair 3 Tanin_Terkondensasi_Awal - Tanin_Terkondensasi_Simulasi
67
Sig.
Std.
Std. Error
95% Confidence Interval of
(2-
Deviation
Mean
the Difference
tailed)
Lower Pair 1 Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal - Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi
df
23.740500
11.471313
5.735656
5.487081
3.221250
.523761
.261880
.153000
.028879
.014440
Upper 41.993919
4.139
3
.026
2.387829
4.054671 12.300
3
.001
.107047
.198953 10.596
3
.002
Lampiran 27. Hasil uji beda berpasangan ekstrak awal dan ekstrak simulasi pH pencernaan perlakuan 100 oC 15 menit Paired Samples Statistics Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal
63.21225
4
3.137102
1.568551
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi
54.23100
4
6.111322
3.055661
Total_Fenol_Awal
42.22150
4
1.462854
.731427
Total_Fenol_Simulasi
39.00100
4
.697424
.348712
Tanin_Terkondensasi_Awal
.42900
4
.009274
.004637
Tanin_Terkondensasi_Simulasi
.35600
4
.070437
.035218
Pair 1
Pair 2
Pair 3 Paired Samples Correlations N
Correlation
Sig.
Pair 1 Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal & Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi
4
-.320
.680
Pair 2 Total_Fenol_Awal & Total_Fenol_Simulasi
4
-.887
.113
Pair 3 Tanin_Terkondensasi_Awal & Tanin_Terkondensasi_Simulasi
4
-.996
.004
Paired Samples Test Paired Differences Mean
t
df
Sig.
Std.
Std. Error
95% Confidence Interval of
(2-
Deviation
Mean
the Difference
tailed)
Lower
Upper
Pair 1 Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal - Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi
8.981250
7.710075
3.855038
-3.287200
21.249700
2.330
3
.102
Pair 2 Total_Fenol_Awal - Total_Fenol_Simulasi
3.220500
2.106175
1.053087
-.130894
6.571894
3.058
3
.055
.073000
.079679
.039839
-.053786
.199786
1.832
3
.164
Pair 3 Tanin_Terkondensasi_Awal - Tanin_Terkondensasi_Simulasi
68
Lampiran 28. Hasil uji beda berpasangan Orlistat awal dan Orlistat setelah melewati simulasi pH pencernaan Paired Samples Statistics Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal
71,64025
4
1,259113
,629556
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi
62,00225
4
,981750
,490875
Pair 1
Paired Samples Correlations N Pair 1
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal &
Correlation 4
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi
Sig.
,623
,377
Paired Samples Test Paired Differences Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
t
df
Sig. (2tailed)
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Pair 1
69
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simulasi
9,638000
1,004111
,502055
8,040236
Upper 11,235764
19,197
3
,000
Lampiran 29. Hasil korelasi Pearson antara inhibisi lipase dengan total fenol ekstrak teh hitam suhu penyeduhan 70oC Correlations Daya_Inhibisi_E Total_Fenol_Aw kstrak_Awal Pearson Correlation
al 1
,744
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Total_Fenol_Awal
Sig. (2-tailed) N
**
,006 12
12
**
1
,744
,006 12
12
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
Pearson Correlation Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simu lasi
Total_Fenol_Si
kstrak_Simulasi
mulasi
1
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
Total_Fenol_Simulasi
Daya_Inhibisi_E
Sig. (2-tailed) N
,735
**
,006 12
12
**
1
,735
,006 12
12
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
70
Lampiran 30. Hasil korelasi Pearson antara inhibisi lipase dengan total fenol ekstrak teh hitam suhu penyeduhan 85oC Correlations Daya_Inhibisi_E Total_Fenol_Aw kstrak_Awal Pearson Correlation
al 1
-,649
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Total_Fenol_Awal
Sig. (2-tailed) N
*
,022 12
12
*
1
-,649
,022 12
12
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
Pearson Correlation Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simu lasi
Total_Fenol_Si
kstrak_Simulasi
mulasi
1
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
Total_Fenol_Simulasi
Daya_Inhibisi_E
Sig. (2-tailed) N
-,710
**
,010 12
12
**
1
-,710
,010 12
12
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
71
Lampiran 31. Hasil korelasi Pearson antara inhibisi lipase dengan total fenol ekstrak teh hitam suhu penyeduhan 100oC Correlations Daya_Inhibisi_E Total_Fenol_Aw kstrak_Awal Pearson Correlation
al 1
-,517
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Total_Fenol_Awal
Sig. (2-tailed) N
,085 12
12
-,517
1
,085 12
12
Correlations
Pearson Correlation Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simu lasi
Total_Fenol_Si
kstrak_Simulasi
mulasi
1
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
Total_Fenol_Simulasi
Daya_Inhibisi_E
Sig. (2-tailed) N
-,550 ,064
12
12
-,550
1
,064 12
12
72
Lampiran 32. Hasil korelasi Pearson antara inhibisi lipase dengan tanin terkondensasi ekstrak teh hitam suhu penyeduhan 70oC Correlations Daya_Inhibisi_E Tanin_Terkonde kstrak_Awal Pearson Correlation
nsasi_Awal 1
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Tanin_Terkondensasi_Awal
Sig. (2-tailed) N
,715
**
,009 12
12
**
1
,715
,009 12
12
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations Daya_Inhibisi_E Tanin_Terkonde
Pearson Correlation Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simu lasi
Pearson Correlation asi
nsasi_Simulasi
1
,932
Sig. (2-tailed) N
Tanin_Terkondensasi_Simul
kstrak_Simulasi
Sig. (2-tailed) N
**
,000 12
12
**
1
,932
,000 12
12
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
73
Lampiran 33. Hasil korelasi Pearson antara inhibisi lipase dengan tanin terkondensasi ekstrak teh hitam suhu penyeduhan 85oC Correlations Daya_Inhibisi_E Tanin_Terkonde kstrak_Awal Pearson Correlation
nsasi_Awal 1
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Tanin_Terkondensasi_Awal
Sig. (2-tailed) N
,907
**
,000 12
12
**
1
,907
,000 12
12
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations Daya_Inhibisi_E Tanin_Terkonde kstrak_Simulasi Pearson Correlation Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simu lasi
Sig. (2-tailed) N
Tanin_Terkondensasi_Simul asi
1
nsasi_Simulasi ,124 ,701
12
12
Pearson Correlation
,124
1
Sig. (2-tailed)
,701
N
12
12
74
Lampiran 34. Hasil korelasi Pearson antara inhibisi lipase dengan tanin terkondensasi ekstrak teh hitam suhu penyeduhan 100oC Correlations Daya_Inhibisi_E Tanin_Terkonde kstrak_Awal Pearson Correlation
nsasi_Awal 1
Daya_Inhibisi_Ekstrak_Awal Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Tanin_Terkondensasi_Awal
Sig. (2-tailed) N
,947
**
,000 12
12
**
1
,947
,000 12
12
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations Daya_Inhibisi_E Tanin_Terkonde
Pearson Correlation Daya_Inhibisi_Ekstrak_Simu lasi
Pearson Correlation asi
nsasi_Simulasi
1
,830
Sig. (2-tailed) N
Tanin_Terkondensasi_Simul
kstrak_Simulasi
Sig. (2-tailed) N
**
,001 12
12
**
1
,830
,001 12
12
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
75