PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA 7-12 TAHUN DI KETAPANG TANGERANG
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh : WINARTI NIM : 107052002383
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA 7-12TAHUN DI KETAPANG TANGERANG SkriPsi DakwahdanIlmu Komunikasi llmu Fakultas Kepada Diajukan Memperoleh Untuk MemenuhiPersyaratan ( S'Sos't) Islam Sosial Sariana Gelar
Oleh:
WINARTI NIM: 107052002383
Pembimbing
/4
Noor Bekti NeeoroSE. STP.M.Si 1999031001 NIP. 19650301
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN TSLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA r432H lzOrlIM
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul "Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap PembentukkanAkhlak Anak UsiaT-12Tahun di KetapangTangerang"telah diujikandalamsidangmunaqasyah FakultasIlmu Dakwahdan Ilmu Komunikasi UIN SyarifHidayatullah padahariKamis,09Juni2011.Skripsiini telah Jakarta diterimasebagai salahsatusyaratmemperoleh gelarSarjanaSosialIslam(S.Sos.l) padaprogramstudiBimbingandanPenyuluhan Islam. C i p u t a t , 0J9u n i 2 0 lI SidangMunaqasyah,
NrP.19700903 t99603I 001
199601 3001 Anggota,
Drs.Yus{aKilun.M.Pd N I P . 1 9 5 7 0 6 0 5 1 9 9 1I 0030 4
NIP.19690607 199s03 2 003
Pembimbipg 11
/
,/
l/
/L, //"""_r'
/ NoorBektiNegoro.SE.STP.M.Si N I P . l 9 6 5 0 3 01l9 9 9 0 3 I 001
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memeperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Mei 2011
Winarti
ABSTRAK Winarti, Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukkan Akhlak Anak Usia 7-12 Tahun di Ketapang Tangerang, di bawah bimbingan Noor Bekti Negoro, SE, STP, M.Si Pola asuh orang tua terhadap anak yaitu bentuk interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan yang berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan setempat dan masyarakat. Pola asuh yang diberikan oleh orangtua pada anak bisa dalam bentuk perlakuan fisik maupun psikis yang tercermin dalam tutur kata, sikap, perilaku dan tindakan yang diberikan. Jenis dari pola asuh diantaranya yaitu, pola asuh demokratis, permisif, otoriter dan penelantar. Pembentukkan akhlak adalah bahwa pembentukkan akhlak merupakan pendidikan budi pekerti serta akhlak, ke dalam jiwa setiap individu yang sama dengan tujuan pendidikan Islam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola asuh orang tua di RT.02 RW.06 Ketapang Tangerang, dan melihat bagaimana pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukkan akhlak anak di RT.02 RW.06 Ketapang Tangerang. Dalam mengukur pembentukkan akhlak anak, terdapat empat dimensi pola asuh orang tua diantaranya demokratis, permisif, otoriter, penelantar. Metode penelitian ini, yaitu penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya secara umum memakai analisis statistik. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian survei, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengukuran data yang pokok. Sampel pada penelitian ini yaitu orang tua di RT.02 RW.06 Ketapang Tangerang sebanyak 33 responden. Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu metode yang berusaha mencari gambaran menyeluruh tentang data, fakta, peristiwa sebenarnya mengenai objek penelitian. Dan untuk analisis data penelitian ini menggunakan uji regresi linear sederhana, uji koefisien determinasi, dan uji-t. Berdasarkan hasil penelitian dan hasil uji-t (parsial) menunjukkan bahwa pola asuh orang tua berpengaruh positif terhadap pembentukkan akhlak. Sedangkan, kontribusi variabel pola asuh orang tua terhadap pembentukan akhlak ditunjukan oleh koefisien determinasi yang sudah disesuaikan sebesar 0,365 artinya bahwa pola asuh orang tua berpengaruh terhadap pembentukkan akhlak sebesar 38,5% sedangkan sisanya sebesar 61,5% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model yang diteliti oleh penulis. Dan hasil penelitian ini mendapatkan R= 0,621 menunjukan R hampir mendekati angka 1, artinya antara variabel pola asuh orang tua (demokratis, permisif, otoriter, penelantar) terhadap pembentukkan akhlak mempunyai pengaruh.
i
KATA PENGANTAR
Bimillahirrahmanirrahiim Alhamdulilah wa syukurillah, segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta alam yang telah memberikan kita segala nikmat yang tak terhingga kepada hambanya sampai detik ini, dan shalawat serta salam semoga selalu senantiasa terlimpahkan kepada baginda Muhammad SAW sehingga penulis dapat melewati perjalanan akademis dan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukkan Akhlak Anak Usia 7-12 Tahun Di Ketapang Tangerang”. Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini atas usaha dan upaya yang telah penulis lakukan serta bantuan yang sangat berharga dari beberapa pihak. Di tengah kesibukannya, mereka menyempatkan waktu luang untuk berbagai informasi dan motivasi agar penulis mampu mewujudkan skripsi ini. Maka dengan niat suci dan ketulusan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada orang-orang atas segala bantuannya terutama kepada : 1.
Teristimewa orang tua penulis, ayahanda tercinta Suwardi dan ibunda tersayang Dwi Hastuti yang telah mengantarkan penulis hingga seperti sekarang dengan penuh kasih sayang, doa, kesabaran, keikhlasan dan perjuangan hidup demi kelangsungan pendidikan putra-putrinya, terima kasih untuk semuanya.
2.
Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Wahidin Saputra, MA
ii
selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. H. Mahmud Jalal, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi, Drs. Study Rizal LK, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan. 3.
Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Terima kasih atas segala motivasi yang telah diberikan hingga terselesaikannya skripsi ini.
4.
Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
5.
Ir. Noor Bekti Negoro SE, STP, M.Si selaku Pembimbing skripsi yang dengan sabar telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis. Terima kasih atas motivasinya bapak, sehingga bisa terselesaikannya skripsi ini.
6.
Drs. Wahidin Saputra, MA selaku ketua dalam sidang skripsi yang telah meluangkan waktunya dan memberikan masukan pada skripsi ini. Terima kasih untuk ilmunya serta memberi support kepada penulis.
7.
Drs. Yusra Kilun, M.Pd selaku penguji I yang telah melungkan waktunya dan memberikan masukan pada skripsi ini. Terima kasih untuk ilmunya serta memberi support kepada penulis.
8.
Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan dedikasinya, pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada penulis selama perkuliahan.
9.
Kakak-kakak ku tersayang, Mas Heri dan Mba Heptin, terima kasih atas doa dan motivasi yang tak henti diberikan sehingga terselesaikannya skripsi ini,
iii
penulis akan berusaha tidak mengecewakan kalian. Terima kasih dan tetap selalu menjadi penyemangat penulis. 10. Terima kasih untuk adik tersayang Hendri Susilo, yang sudah meluangkan waktunya dan dengan sabar membantu penulis mencari data sebanyakbanyaknya. Terima kasih ya dek dan teruslah menjadi penyemangat bagi penulis. 11. Bapak H. Anim Mahidi dan Bapak Syamsu selaku ketua RW. 06 dan ketua RT.02 yang telah banyak memberikan informasi, pengalaman, dan memberikan semangat sehingga terselesaikan skripsi ini. 12. Terima kasih untuk seluruh Staf Karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Dakwah untuk referensi buku-bukunya. 13. Terima kasih untuk Nurhasanuddin, Ita Rosdiana, Fina Hilmuniati, Huwaida, Indah Chabibah, Ilah Fadilah, Rhaviqah, Rike Aryana, F4 (Ajo mania, Basith, Ade Nur Zaman, Fadli), Syahid F, Wiwit F, dan semua teman-teman seperjungan, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga pertemanan kita abadi selamanya. Terima kasih atas doa dan dukungan yang diberikan untuk penulis. . 14. Terima kasih untuk teman-teman seperjuanganku di Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam,
khususnya
angkatan
2007,
terima
kasih
atas
kebersamaannya, selama hampir 4 tahun lamanya kita berbagi satu sama lain, semoga kita sukses selalu, dan tetaplah menjadi teman-teman terbaik bagi penulis. Teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
iv
Akhirnya penulis berharap semoga apa yang telah diberikan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca pada umumnya dan bagi keluarga besar Bimbingan dan Penyuluhan Islam pada khususnya.
Jakarta, Mei 2011
Winarti
v
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ........................................................................................................... i KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii DAFTAR ISI........................................................................................................ vi DAFTAR TABEL.. ........................................................................................... .. x DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................. 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................... 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 9 D. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 10 E. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 13 F. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 14 G. Sistematika Penulisan ....................................................................... 15
BAB II : LANDASAN TEORI A. Pola Asuh ......................................................................................... 17 1. Pengrtian Pola Asuh ................................................................... 17 2. Jenis - Jenis Pola Asuh ............................................................... 19 3. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh ........................ 24 B. Akhlak ............................................................................................... 25 1. Pengertian Akhlak ....................................................................... 25
vi
2. Macam-Macam Akhlak ............................................................... 26 C. Pembentukkan Akhlak ...................................................................... 27 1. Definisi Pembentukkan Akhlak .................................................. 27 2. Metode Pembentukkan Akhlak ................................................... 29 3. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pembentukkan Akhlak .... 33 D. Anak .................................................................................................. 34 1. Pengertian Anak .......................................................................... 34 2. Tugas Perkembangan Anak Usia 7-12 Tahun ............................ 35 3. Pertumbuhan dan Perkembangan Agama pada Anak ................ 37 4. Metode Menanamkan Nilai Agama pada Anak .......................... 37
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain Penelitian ................................................. 40 B. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 41 1. Subjek dan Objek Penelitian .................................................. 41 2. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................ 41 C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 42 1. Populasi .................................................................................. 42 2. Sampel .................................................................................... 42 D. Variabel Penelitian ........................................................................ 42 E. Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian................ 43 F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 45 G. Uji Instrumen ................................................................................. 46 1. Uji Validitas ........................................................................... 46
vii
2. Uji Reliabilitas ....................................................................... 46 E. Metode Analisis Data .................................................................... 47 1. Uji Regresi Linear Sederhana.................................................. 48 2. Uji Koefisien Determinasi ....................................................... 49 3. Uji Koefisien Regresi Sederhana (Uji - T) .............................. 50
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian ......................................... 52 1. Sejarah Terbentuknya RT.02 RW.06 Ketapang Tangerang ...... 52 2. Letak Geografis ......................................................................... 52 B. Pengolahan Uji Instrumen ............................................................... 55 C. Hasil Dan Pembahasan .................................................................... 55 1. Deskripsi Data Responden Penelitian ...................................... 55 2. Deskripsi Kuesioner Penelitian ................................................ 59 C. Analisis Data Penelitian ................................................................... 69 1. Uji Regresi Linear Sederhana ................................................... 69 2. Uji Koefisien Determinasi ........................................................ 70 3. Uji Koefisien Regresi Sederhana (Uji - T) ............................... 72
BAB VI : PENUTUP A. Kesimpulan..................................................................................... 73 B. Saran ............................................................................................... 74 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 76 LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
1. Skala Likert ............................................................................................... 48 2. Respon Orang Tua Terhadap Variabel Demokrtis .................................... 59 3. Respon Orang Tua Terhadap Variabel Permisif ....................................... 61 4. Respon Orang Tua Terhadap Variabel Otoriter ........................................ 62 5. Respon Orang Tua Terhadap Variabel Penelantar .................................... 64 6. Rekapitulasi Rata-Rata Skor Variabel Pola Asuh Orang Tua................... 65 7. Respon Orang Tua Terhadap Variabel Pembentukkan Akhlak ................ 66 8. Koefisien Regresi Linear Sederhana ......................................................... 70 9. Koefisien Determinasi .............................................................................. 71
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Jenis Kelamin Responden .................................................................. 56 Gambar 2 Usia Responden .................................................................................. 56 Gambar 3 Pendidikan Terakhir ........................................................................... 57 Gambar 4 Pekerjaan Responden ......................................................................... 58 Gambar 5 Penghasilan Responden ...................................................................... 58
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Keluarga adalah suatu wadah yang terbentuk karena ikatan perkawinan antara sepasang suami-istri untuk hidup bersama, dalam membina rumah tangga mencapai keluarga yang sakinah. Di dalamnya terdapat anggota keluarga, yaitu ayah, ibu, juga ada anak yang menjadi tanggung jawab orang tua. Menurut Gunarsa dalam keluarga yang ideal (lengkap) maka ada dua individu yang memainkan peranan penting yaitu peran ayah dan peran ibu. Secara umum peran ibu adalah, memenuhi kebutuhan biologis dan fisik, merawat dan mengurus keluarga dengan sabar, mendidik, mengatur, dan membimbing anak, serta menjadi contoh dan teladan bagi anak. Secara umum peran ayah adalah sebagai pencari nafkah, menjadi suami yang penuh perhatian, memberi rasa aman, berpartisipasi dalam pendidikan anak, sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana, dan mengasihi keluarga, karenanya orang tua berkewajiban mendidik, dan membimbing anak.1 Keluarga merupakan lingkungan hidup pertama dan utama bagi setiap anak. Di dalam keluarga anak mendapat rangsangan, hambatan, dan pengaruh yang pertama dalam pertumbuhan dan perkembangannya, baik biologis maupun psikologis. Di dalam keluarga, anak juga mempelajari norma atau 1
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002) h.35
1
2
aturan dalam hidup bermasyarakat. Melalui kehidupan dalam keluarga, anak dilatih tidak hanya mengenal norma tetapi juga menghargai dan mengikuti norma-norma dan pedoman hidup dalam bermasyarakat. Seringkali anak mengenal dan meniru model-model dari orang tua sebagai anggota masyarakat.2 Imam Ghazali mengatakan bahwa anak itu merupakan amanat bagi kedua orang tuanya, hatinya akan suci dan bersih jika terus menerus diajarkan kebaikkan, dan anak akan tumbuh dengan kebiasaan yang baik.3 Setiap orang tua memiliki harapan dan keinginan yang baik terhadap anak, sehingga segala cara diusahakan untuk mencapai hal tersebut. Taraf pertumbuhan dan perkembangan telah menjadikan perubahan pada diri anak. Perubahan perilaku tidak akan menjadi masalah bagi orang tua apabila anak tidak menunjukkan tanda penyimpangan. Akan tetapi, apabila anak telah menunjukkan tanda yang mengarah ke hal negatif akan membuat cemas orang tua. Menurut Prayitno, sumber-sumber permasalahan pada diri anak banyak terletak di luar sekolah. Hal ini disebabkan anak lebih lama berada di rumah daripada di sekolah. Karena anak lebih lama berada di rumah, maka orang tualah yang bertugas mendidik dan mengasuh anak.4
2
Kartini Kartono, Peran Orang Tua dalam Memandu Anak, (Jakarta: Rajawali Press, 1992) h.
27 3
Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Amani, 1995), h.
148 4
35
Kartini Kartono, Peran Orang Tua dalam Memandu Anak, (Jakarta: Rajawali Press, 1992) h.
3
Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua, anak beradaptasi dan mengenal dunia sekitarnya serta pola pergaulan hidup yang berlaku di lingkungannya. Orang tua merupakan dasar pertama bagi pembentukan pribadi anak, dan membentuk baik buruknya perilaku anak. Pola asuh yang diberikan oleh orangtua pada anak bisa dalam bentuk perlakuan fisik maupun psikis yang tercermin dalam tutur kata, sikap, perilaku dan tindakan yang diberikan.5 Penanganan terhadap perilaku anak yang menyimpang bukanlah hal yang mudah. Orang tua berhak memilih pola asuh yang dapat diterapkan dalam kehidupan keluarga. Tetapi, apabila pola asuh yang diterapkan orang tua keliru, maka yang akan terjadi bukan perilaku yang baik, sebaliknya akan menambah buruk perilaku anak. Orang tua diharapkan dapat memilih pola asuh yang tepat dan ideal bagi anak, yang bertujuan mengoptimalkan perkembangan anak dan yang paling utama pola asuh yang diterapkan bertujuan menanamkan nilai-nilai agama pada anak, sehingga dapat mencegah dan menghindari segala bentuk dan perilaku menyimpang pada anak dikemudian hari. Betapa besarnya tanggungjawab orang tua dihadapan Allah SWT terhadap pendidikan anak. Tentang perkara ini Allah berfirman:
5
Theo Riyanto, Pembelajaran sebagai Proses Bimbingan Pribadi, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002) h. 89
4
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.(At-Tahrim: 6). 6 At-Tirmidzi meriwayatkan dari Ayyub bin Musa dari ayahnya dari kakeknya bahwa Rasulullah saw, bersabda: “Tidak ada suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang ayah (orang tua) kepada anaknya yang lebih utama daripada pemberian budi pekerti yang baik”. Ibnu Majah juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. bahwa Rasulullah saw, bersabda: “Muliakanlah anakanak kalian dan didiklah mereka dengan budi pekerti yang baik”.7 Berdasarkan dari hadits-hadits pedagogis di atas dapat disimpulkan bahwa para orang tua mempunyai tanggung jawab sangat besar dalam membimbing anak-anak dengan kebaikkan dan dasar-dasar moral (akhlak). Orang
tua
dalam
mengasuh
anak
bukan
hanya
mampu
mengkomunikasikan fakta, gagasan, dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuhkembangkan akhlak anak.8 Mencegah dan menghindari segala bentuk perilaku menyimpang pada anak harus dilakukan sedini mungkin. Salah satunya dengan menanamkan nilai-nilai agama pada anak. 6
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-qur’an dan Terjemahan (Jakarta, 1969) h.951 Abdullah Nahih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, (Semarang: AsySyi’fa,1981), h.179 8 Theo Riyanto, Pembelajaran Sebagai Proses Bimbingan Pribadi, ( Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), h. 35 7
5
Di era globalisasi saat ini, membentuk akhlak yang baik pada anak dirasakan sangat penting, yaitu untuk membentengi diri anak dari perbuatan yang menyimpang, seperti kasus narkoba, seks bebas, kebrutalan, maupun tindak kriminal. Begitu banyak hal yang bisa membawa pada kemerosotan iman, terlebih lagi jika akhlak tidak ditanamkan sejak dini pada anak. Kehidupan agama pada anak-anak sebagian besar tumbuh mula-mula secara verbal (ucapan). Mereka menghafal secara verbal kalimat-kalimat keagamaan dan selain itu pula dari amaliah yang mereka laksanakan berdasarkan pengalaman menurut tuntunan yang diajarkan pada mereka. Latihan-latihan verbalis dan upacara keagamaan yang bersifat ritualis (praktik) merupakan hal yang berarti dan merupakan salah satu ciri dari tingkat perkembangan agama pada anak-anak. Sepintas kedua hal tersebut kurang ada hubungannya dengan perkembangan agama pada anak di masa selanjutnya, tetapi menurut penyelidikan hal itu sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan agama anak di usia dewasa. Bukti menunjukkan bahwa banyak orang dewasa yang taat karena pengaruh ajaran dan praktik keagamaan yang dilaksanakan pada masa kanak-kanak mereka. Sebaliknya belajar agama di usia dewasa banyak sekali mengalami kesukaran.9 Menanamkan nilai agama pada anak-anak memang dirasakan sangat perlu, karena ketika dewasa nanti nilai-nilai agama yang telah tertanam dalam diri anak, dengan sendirinya akan membantunya dalam menghadapi semua hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Sehingga anak ketika menginjak usia
9
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 1996), h. 73
6
remaja,
dapat
menekan
seminim
mungkin
dari
perbuatan-perbuatan
menyimpang. Penelitian W.Starbuck terhadap mahasiswa Middle burg college, tersimpul bahwa dari remaja usia 11-22 tahun terdapat 53% dari 142 mahasiswa banyak yang tidak memahami ajaran agama mereka, dan cara penerapannya. Hal yang serupa ketika diteliti terhadap 95 mahasiswa, maka 75 % diantaranya mengalami kasus yang sama. Dan dari hasil penyelidikan Ernest Harms terhadap 1.789 remaja Amerika antara usia 18-20 tahun menunjukkan, bahwa 70% pemikiran remaja ditujukan bagi kepentingan: keuangan, kesejahteraan, kebahagiaan, kehormatan diri, dan masalah kesenangan pribadi lainnya. Sedangkan masalah sosial 5,8% dan masalah akhirat dan keagamaan hanya sekitar 3,6%.10 Orang tua bila terbiasa menanamkan semua hal yang baik kepada anak yang berdasarkan nilai-nilai agama, maka kebiasaan berbuat baik akan terus berlanjut hingga anak beranjak ke usia remaja, dewasa dan seterusnya. Dengan keteladanan, kebaikan akan cepat diikuti dan memberikan pengaruh yang kuat bagi anak. Seorang anak akan terbiasa melaksanakan ajaran Islam manakala ia melihat dan mendapati kedua orangtuanya melazimkan dan memberikan contoh-contoh yang baik kepada anak dari sejak kecil. Pola asuh yang benar dan ajaran agama yang ditanamkan sejak kecil kepada anak, akan menjadi bagian dari unsur-unsur kepribadian, membentuk akhlak al-karimah dan akan bertindak menjadi pengendali dalam menghadapi
10
Ibid, h. 77-78
7
segala keinginan dan dorongan-dorongan yang timbul yang tidak sesuai dengan ajaran agama, karena keyakinan terhadap agama yang menjadi bagian dari akhlak itu akan mengatur secara otomatis sikap dan tingkah laku dari dalam diri.11 Pola asuh dapat diartikan juga suatu kegiatan pendidikan, sedangkan pendidikan adalah bimbingan yang bertujuan membantu anak yang secara sadar di lakukan oleh orang tua untuk mengoptimalkan perkembangan jasmani dan rohani anak
menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Suasana
emosional di dalam rumah, dapat sangat merangsang perkembangan otak anak yang sedang tumbuh dan mengembangkan kemampuan mentalnya. Berdasarkan fenomena dan berpijak pada latar belakang masalah di atas, maka dilakukan penelitian terhadap masalah tersebut dan mendapatkan deskripsi yang dituangkan dalam proposal ini dengan judul “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Dalam Pembentukan Akhlak Anak Usia 7-12 Tahun Di Ketapang Tangerang” B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini tidak mengalami perluasan masalah, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada: 1) Pola asuh orang tua dalam penelitian ini yaitu pola asuh yang diberikan oleh orang tua kepada anak dalam bentuk perlakuan fisik maupun psikis yang tercermin dalam tutur kata, sikap, perilaku, dan tindakan. Dalam 11
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h.25
8
penelitian ini yang diukur pola asuh orang tua demokratis, permisif, otoriter, dan penelantar. 2) Pembentukan akhlak dalam penelitian ini yaitu semua hal yang dilakukan orang tua dalam memberikan keteladanan dan pembiasaan kepada anak berdasarkan al-Qur’an dan sunnah, yang berlangsung secara terus menerus dan melahirkan suatu perbuatan pada diri anak, apabila perbuatan tersebut melahirkan tindakkan yang terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama, maka tindakan tersebut dinamakan akhlak yang baik. 3) Subyek dalam penelitian ini adalah orang tua, yang memiliki kriteria: a) Beragama Islam b) Memiliki anak yang berusia 7-12 tahun c) Bertempat tinggal di Rt.02 Rw.06 Ketapang Tangerang 4) Tempat yang menjadi penelitian ini beralokasi di kelurahan Ketapang, kecamatan Cipondoh, kota Tangerang. Tempat yang dijadikan penelitian ini dibatasi hanya di Rw.06 yaitu Rt.02. Dengan adanya batasan masalah dalam penelitian ini, diharapkan dapat mempermudah dan menghindari salah pengertian serta mempertegas ruang lingkup pembahasan. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah yang akan menjadi acuan dalam penelitian yaitu
9
“bagaimana pengaruh pola asuh orang tua dalam pembentukkan akhlak anak usia 7-12 tahun di RT.02 RW.06 Ketapang Tangerang?”.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pola asuh dalam pembentukkan akhlak anak usia 7-12 tahun di RT.02 RW.06 Ketapang Tangerang. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu: a. Ilmu pengetahuan, diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan baru pada mata kuliah Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Ilmu Dakwah, Akhlak Tasawuf, dan Psikologi Perkembangan. b. Akademis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang dapat dijadikan bahan acuan tentang pola asuh orang tua dalam pembentukan akhlak anak usia 7-12 tahun bagi universitas dan khususnya jurusan BPI c. Masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya para orang tua mengenai pola pola asuh orang tua dalam pembentukan akhlak anak usia 7-12 tahun.
10
D. Tinjauan Pustaka Dalam melakukan penelitian ini diadakan tinjauan pustaka terhadap beberapa skripsi yang memiliki kemiripan judul untuk menghindari bentuk plagiat, diantaranya : 1. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukkan Kepribadian Anak Taman Kanak-Kanak” (Disusun oleh: Nuraeni, NIM: 1403204044, Jurusan: Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan mendeskripsikan tentang pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukkan kepribadian anak usia TK. Hasil dalam penelitian ini banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembentukkan kepribadian seorang anak, namun pola asuh orang tua tetap memegang peranan yang amat dominan. Kepribadian anak memang tidak akan jauh beda dengan apa yang dimiliki oleh orang tua mereka karena adanya sifat genetika. Akan tetapi sepanjang waktu akan terus berubah, maka seiring dengan itu pendidikan moral atau kepribadian anak akan berubah seiring dengan pola asuh lingkungan keluarga anak tersebut. 2. “Pola Asuh Orang Tua Dalam Pembentukan Akhlak Anak Usia 6-11 Tahun Di Komplek Sekretariat Negara RI” (Disusun oleh: Dinno Irensa, NIM: 105052001740, Jurusan: Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Membahas tentang pola
11
asuh orang tua pada anak-anak usia pertengahan, dan penelitian dilakukan di komplek. Hasil dalam penelitian ini bahwa pola asuh orang tua demokratis cenderung lebih membentuk akhlak anak usia 611 tahun, meski hanya beberapa orang tua di kompleks sekretariat negara yang menerapkan pola asuh demokratis, tapi sebagian besar mereka mengetahui akan pentingnya pola asuh yang tepat agar membentuk akhlak pada diri anak. 3. “Metode Bimbingan Agama Bagi Anak Usia 7-12 tahun pada Keluarga Di Perumahan Villa Indah Permai Bekasi Utara” (Disusun oleh: Nonik Muzayanah, NIM: 104052001990, Jurusan: Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Membahas tentang metode bimbingan agama bagi anak usia pertengahan, dan penelitiannya dilakukan di perumahan. Hasil dalam penelitian ini yaitu bimbingan agama bagi anak berupa pendampingan dan keteladanan dari orang tua dalam proses penanaman nilai-nilai Islam di dalam keluarga. Dengan bimbingan dan keteladanan yang berdasarkan al-Qur’an dan sunnah, kebaikan akan cepat diikuti dan memberikan pengaruh yang kuat bagi anak. Anak akan terbiasa menyelesaikan permasalahannya dengan menggunakan ajaran-ajaran Islam manakala anak dibiasakan melihat
dan
mendapati
kedua
orangtuanya
melazimkan
dan
memberikan contoh adab-adab tersebut dilakukan sejak ia kecil.
12
Ketaladanan orangtua akan memberikan suasana kondusif dan menjadi lahan subur bagi proses pendidikan anak. 4.
“Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Anak pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan” (Disusun oleh: Prayekti Kusumasari, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang). Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan jenis penelitian korelasional. Jenis penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel satu yaitu pola asuh orang tua dengan variabel lainnya yaitu prestasi belajar anak pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) di sekolah. Hasil dalam penelitian ini terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pola asuh orang yang diterapkan oleh orang tua kepada anak yaitu terlihat dari hasil yang didapat anak pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKN).
5. “Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukkan Akhlak Siswa di SMP YPI Cempaka Putih Bintaro. (Disusun oleh: Yusrina, NIM: 202011000992, Jurusan Pendidikan Agama Isalm, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskritif analisis. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah pengaruh pendidikan agama Islam terhadap akhlak anak didik di SMP YPI Cempaka Putih Bintaro.
Hasil dalam penelitian ini yaitu pendidikan agama Islam berpengaruh
13
positif dan signifikan terhadap akhlak anak didik di SMP YPI Cempaka Putih Bintaro.
E. Kerangka Pemikiran Adapun kerangka pemikiran yang digunakan penulis dalam merumuskan masalah ini adalah sebagai berikut: Gambar 1 Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukan Akhlak Anak Usia 7-12 Tahun di Rt.02 Rw.06 Ketapang Tangerang
Demokratis Pola Asuh Orang Tua (Variabel X)
Permisif
Pembentukan Akhlak
Otoriter
(Variabel Y)
Penelantar
Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu kewaktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif dan positif.12 Pola asuh diartikan sebagai bentuk interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan yang berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan setempat dan 12
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 26
14
masyarakat.13 Orang tua dapat memilih pola asuh yang tepat dan ideal bagi anaknya. Orang tua yang tepat memilih pola asuh untuk anaknya akan membentuk akhlak yang baik pada diri anak, namun sebaliknya apabila orang tua salah menerapkan pola asuh akan membawa akibat buruk bagi perkembangan jiwa anak. Tentu saja penerapan orang tua diharapkan dapat menerapkan pola asuh yang bijaksana atau menerapkan pola asuh yang tidak membawa kehancuran akhlak atau merusak jiwa dan watak seorang anak.
F. Hipotesis Penelitian Untuk melakukan uji hipotesis, ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan yaitu merumuskan hipotesis nol (Ho) dan harus disertai pula dengan hipotesis alternative (Ha).14 Adapun hipotesis penelitian penelitian ini adalah : Ho : βo = 0
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan pembentukkan akhlak anak usia 7-12 tahun.
Ha : βo ≠ 0
Terdapat pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan pembentukkan akhlak anak usia 7-12 tahun.
13
Harris Clemes, Mengajarkan Disiplin Kepada Anak, (Jakarta: Mitra Utama, 1996) h.
28 14
Singgih Santoso, SPSS : Mengolah Data Statistik Secara Profesional, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 1999), Cet ke-2, h.22-23
15
G. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah maka penulis membagi atas lima bab secara rinci, sebagai berikut : Bab I
: Pendahuluan Bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan
Pustaka,
Kerangka
Pemikiran,
Hipotesis
Penelitian, Sistematika Penulisan. Bab II
: Landasan Teori Bab ini berisi tentang pengertian pola asuh, jenis-jenis pola asuh,
pengertian akhlak, macam-macam akhlak,
proses pembentukkan akhlak, pengertian anak, tugas perkembangan anak usia 7-12 tahun, pertumbuhan dan perkembangan agama pada anak, dan metode penanaman agama pada anak. Bab III
: Metodologi Penelitian Bab ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan dan jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional dan indikator variabel penelitian, teknik pengumpulan data, uji instrumen, uji validitas, uji reliabilitas, metode analisis data.
16
Bab IV
: Penemuan dan Pembahasan Bab ini memuat gambaran umum RT.02 RW.06 Ketapang Tangerang,
pengolahan
uji
instrumen,
hasil
dan
pembahasan, deskripsi data responden penelitian, deskripsi kuesioner penelitian, analisis data penelitian, uji regresi linear sederhana, uji koefisien determinasi, uji t-test (parsial). Bab V
: Penutup Bab ini membahas secara singkat mengenai kesimpulan berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian, dan saran-saran yang menjadi penutup dari pembahasan penelitian ini.
17
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pola Asuh 1. Pengertian Pola Asuh Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu “pola” dan “asuh” yang berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tepat. 15 Sedangkan kata “asuh” dapat berarti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu, melatih, dan sebagainya), dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga.16 Lebih jelasnya kata asuh adalah mencakup segala aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dukungan, dan bantuan sehingga orang tetap berdiri dan menjalani hidupnya secara sehat.17 Menurut
Ahmad Tafsir, pola asuh berarti pendidikan, sedangkan
pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.18 Gunarso mengatakan pola asuh merupakan cara orang tua bertindak, berinteraksi, mendidik, dan membimbing anak sebagai suatu aktivitas yang
15
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988) h. 54 TIM Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 1988), Cet. Ke-1, h.692 17 Elaine Donelson, Asih, Asah, Asuh, dan Keutamaan Wanita, (Yogyakarta: Kanisius , 1990), Cet. Ke-1, h.5 18 Danny I. Yatim-Irwanto, Kepribadian Keluarga Narkotika (Jakarta : Arcan, 1991) Cet. Ke-1, h.94 16
18
melibatkan banyak perilaku tertentu secara individual maupun bersamasama sebagai serangkaian usaha aktif untuk mengarahkan anak.19 Pengertian lain tentang pola asuh orang tua terhadap anak yaitu bentuk interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan yang berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan setempat dan masyarakat.20 Pola asuh yang diberikan oleh orangtua pada anak bisa dalam bentuk perlakuan fisik maupun psikis yang tercermin dalam tutur kata, sikap, perilaku dan tindakan yang diberikan. 21 Jadi pola asuh orang tua adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang tua dengan anak, dimana orang tua bermaksud menstimulasi anaknya dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh orang tua, agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal. Semua sikap dan perilaku anak dalam keluarga dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Dengan kata lain, pola asuh orang tua akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak, sehingga sudah sepatutnya orang tua memilih pola asuh yang ideal untuk anak, namun dalam pelaksanaannya banyak 19
Yulia Singgih D Gunarsa, Psikologi Anak dan Remaja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002) h. 37 20 Harris Clemes, Mengajarkan Disiplin Kepada Anak, (Jakarta: Mitra Utama, 1996) h. 28 21 Theo Riyanto, Pembelajaran sebagai Proses Bimbingan Pribadi, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002) h. 89
19
orangtua masih kaku dan terbatas dalam menerapkan satu pola asuh saja dan tidak disesuaikan dengan konteks kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh anak. 2. Jenis - Jenis Pola Asuh Jenis-jenis pola asuh, secara garis besar menurut Baumrind, yang dikutip oleh Kartini Kartono terdapat 4 macam pola asuh orang tua, yaitu: 1. Pola asuh demokratis Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh seperti ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakkannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan pada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakkan dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat. Adapun ciri-ciri pola asuh demokratis adalah sebagai berikut: 1) Menentukan peraturan dan disiplin denga memperhatikan dan mempertimbangkan alasan-alasan yang dapat diterima dan dipahami dan dimengerti oleh anak 2) Memberikan pengarahan tentang perbuatan baik yang harus dipertahankan oleh anak dan yang tidak baik agar ditinggalkan 3) Memberikan bimbingan dengan penuh pengertian 4) Dapat menciptakan keharmonisan dalam keluarga
20
5) Dapat menciptakan suasana komunikatif antara orang tua, anak dan sesama keluarga.22 2. Pola asuh otoriter Dalam kamus Bahasa Indesia, otoriter berarti berkuasa sendiri dan sewenang-wenang.23 Menurut Singgih D Gunarsa dan Ny.Y. singgih D. Gunarsa, pola asuh otoriter adalah suatu bentuk pola yang menuntut anak agarpatuh dan tunduk terhadap semua perintah dan aturan yang dibuat oleh orang tua tanpa ada kebebasan untuk bertanya atau mengemukakan pendapatnya sendiri.24 Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua itu tidak segan-segan untuk menghukum anak. Orang tua seperti ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi bersifat satu arah. Orang tua seperti ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti dan memahami anaknya. Adapun ciri-ciri pola asuh otoriter adalah sebagai berikut: 1) Anak harus mematuhi peraturan-peraturan orang tua dan tidak boleh membantah 22
Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan ( Jakarta : Gramedia Widiasarana, 1992), Cet. Ke-2, h.88 23 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : bulan Bintang,1996), Cet Ke15, h. 692 24 Singgih D. Gunarsa dan Ny. Y Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1995), Cet. Ke-7, h. 87
21
2) Orang tua cenderung mencari kesalahan-kesalahan anak dan kemudian menghukumnya 3) Orang tua cenderung memberikan perintah dan larangan kepada anak 4) Jika terdapat perbedaan pendapat antara orang tua dan anak, maka anak dianggap pembangkang 5) Orang tua cenderung memaksakan disiplin 6) Orang tua cenderung memaksakan segala sesuatu untuk anak dan anak hamya sebagai pelaksana 7) Tidak ada komunikasi antara orang tua dan anak.25 Pola asuh otoriter memiliki ciri-ciri yang dikemukakan oleh Syaiful Bahri Djamarah:26 1) Orang
tua
mendahulukan
kepentingan
pribadi
daripada
kepentingan anak 2) Orang tua kurang memberi kepercayaan kepada anak untuk melakukan sesuatu Orang tua kurang memberikan hak anak untuk mengeluarkan pendapat untuk mengutarakan perasaannya
25
Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan, ( Jakarta : Gramedia Widiasarana,1992), Cet. Ke-2, h.88 26
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004) h, 18-20
22
3. Pola asuh permisif Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan apabila anak sedang dalam masalah atau bahaya. Dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak. Adapun yang termasuk pola asuh permisif adalah sebagai berikut: 1) Membiarkan
anak
bertindak
sendiri
tanpa
memonitor
dan
membimbingnya. 2) Mendidik anak acuh tak acuh, bersikap pasif dan masa bodoh. 3) Mengutamakan kebutuhan material saja. 4) Membiarkan saja apa yang dilakukan anak (terlalu memberikan kebebasan untuk mengatur diri sendiri tanpa ada peraturan-peraturan dan norma-norma yang digariskan orang tua). 5) Kurang sekali keakraban dan hubungan yang hangat dalam keluarga.27 Sutari Imam Badabid menyatakan orang tua yang permisif yaitu: 28 1) Kurang tegas dalam menerapkan peraturan yang ada
27
Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan, ( Jakarta : Gramedia Widiasarana,1992), Cet. Ke-2, h.89-90 28 M. Thalib, 40 Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 1995) h. 7-9
23
2) Anak diberi kesempatan sebebas-bebasnya untuk berbuat dan memenuhi keinginannya. Pola asuhan permisif ini ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas pada anak untuk berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri. Orang tua tidak pernah memberi aturan dan pengarahan kepada anak tanpa pertimbangan orang tua. Anak tidak mengerti apakah perilakunya benar atau salah karena orang tua tidak pernah membenarkan atau menyalahkan anak, akibatnya anak akan berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri, tidak peduli apakah hal itu sesuai dengan norma masyarakat atau tidak.29 4. Pola asuh penelantar Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, memberikan biaya yang cukup minim untuk kebutuhan anak. Sehingga selain kurangnya perhatian dan bimbingan kepada anak juga tidak diberikan oleh orang tua.30 Pola asuh penelantar memiliki ciri-ciri yang dikemukakan oleh Syaiful Bahri Djamarah:31
29
Danny I. Yatim-Irwanto, Kepribadian Keluarga Narkotika (Jakarta : Arcan, 1991) Cet.
Ke-1, h.97 30
Kartini Kartono, Peran Orang Tua dalam Memandu Anak, (Jakarta: Rajawali Press, 1992) h. 39 31 Ibid, h.20
24
1) Orang tua menghabiskan banyak waktu diluar rumah 2) Orang tua kurang memperhatikan perkembangan anak 3) Orang tua membiarkan anak bergaul terlalu bebas di luar rumah
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anak, antara lain: a. Jenis Kelamin Orang tua cenderung lebih keras terhadap anak wanita dibanding terhadap anak laki-laki. b. Kebudayaan Latar belakang budaya menciptakan perbedaan dalam pola pengasuhan anak. Hal ini juga terkait dengan perbedaan peran antara wanita dan lakilaki didalam suatu kebudayaan masyarakat. c. Status Sosial Orang tua yang berlatar belakang pendidikan rendah, tingkat ekonomi kelas menengah dan rendah cenderung lebih keras, memaksa dan kurang toleransi dibanding mereka yang dari kelas atas, tetapi mereka lebih konsisten.32
32
cet II, h. 41
M. Enoch Markum, Anak, Keluarga dan Masyarakat, (Jakarta: Sinar Harapan, 1985)
25
B. Akhlak 1. Pengertian Akhlak Dari segi bahasa istilah “akhlaq” adalah bentuk jama dari “khuluq” yang artinya tingkah laku, tabiat, watak, perangai, atau budi pekerti.33 Pengertian akhlak secara terminologi, sebagai berikut: a. Menurut Ibnu Maskawaih, mengatakan bahwa kata “akhlaqun” adalah suatu kondisi jiwa yang memberikan dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tanpa memerlukan pemikiran.34 b. Abdullah Salim mengemukakan bahwa akhlak adalah merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu didalam diri seseorang. Dari sifat yang ada itulah terpancar sikap dan tingkah laku perbuatan seseorang. Seperti sifat sabar, kasih sayang, atau sebaliknya pemarah, benci, dendam, iri, dan dengki sehingga memutuskan hubungan silaturahmi.35 c. Zakiah Daradjat mengatakan bahwa akhlak adalah kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang menyatu membentuk satu kesatuan tindakan akhlak yang ditaati dalam kenyataan hidup sehingga dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk.36
33
Subarsono. Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Bina Aksara, 1989) Cet. ke-1, h.129 34 Ibid, h. 83 35 Wahyudin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 1999), Cet. ke-3 h.4 36 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam, Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV Ruhama, 1995) Cet. ke-2 h.5
26
d. Imam Al-Ghazaly mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.37 e. Ibrahim Anis mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang darinya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.38 Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa setiap manusia, kemudian melahirkan suatu perbuatan yang mudah untuk dilakukan tanpa harus melalui pemikiran yang lebih lama. Maka apabila sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama, tindakan tersebut dinamakan akhlak yang baik. Tetapi apabila sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang tercela, maka dinamakan akhlak yang buruk. 2. Macam-macam Akhlak Ulama akhlak menyatakan bahwa akhlak yang baik merupakan sifat para nabi dan orang-orang shiddiq, sedangkan akhlak yang buruk merupakan sifat syaithan dan orang-orang tercela. Maka pada dasarnya akhlak dibagi menjadi dua macam, antara lain: a. Akhlak baik atau terpuji, dibedakan menjadi dua, antara lain: 1) Akhlak terhadap Tuhan, dibedakan menjadi dua yaitu: a) Akhlak terhadap Tuhan yang meliputi bertaubat, bersabar, bersyukur, bertawakal, ikhlas, raja’, dan takut. 37 38
Imam Al-Ghazaly, Ihya’ Ulum al-Din, Jilid III, (Beirut: Dar al-Fikr,t.t), h.56 Ibrahim Anis, al-Mu’jam al-Wasith, (Mesir: Dar al-Ma’arif, 1972), h.202
27
b) Akhlak buruk terhadap Tuhan yang meliputi takabbur, musyrik, murtad, munafiq, riya’, boros atau berfoya-foya, dan rakus atau tamak. 2) Akhlak terhadap manusia, dibedakan menjadi dua yaitu: a) Akhlak baik terhadap sesama manusia, yang meliputi belas kasihan atau sayang, rasa persaudaraan, memberi nasehat, suka menolong, menahan amarah, sopan santun, dan suka memaafkan. b) Akhlak buruk terhadap sesama manusia, yang meliputi mudah marah, iri hati atau dengki, mengadu-adu, mengumpat, bersikap congkak, bersikap kikir, dan berbuat aniaya.39 C. Pembentukan Akhlak 1. Definisi Pembentukan Akhlak Muhammad Athiyah al-Abrasyi mengatakan bahwa pembentukkan akhlak merupakan pendidikan budi pekerti serta akhlak, ke dalam jiwa setiap individu yang sama dengan tujuan pendidikan Islam.40 Demikian pula Ahmad D. Marimba berpendapat bahwa tujuan utama pendidikan Islam adalah identik dengan tujuan hidup setiap muslim, yaitu utuk menjadi hamba Allah, yaitu hamba yang percay adan menyerahkan diri kepada-Nya dengan memeluk agama Islam.41
39
Mahyuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 1999) h. 9-32 Muhammad Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), cet. II, h.15 41 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1980), cet.IV, h.48-49 40
28
Imam Al-Ghazaly mengatakan, bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan, serta perjuangan keras dan sungguhsungguh, seandainya akhlak itu tidak bisa menerima perubahan, maka batalah fungsi wasiat, nasihat, dan pendidikan, dan tidak ada pula fungsinya hadits nabi yang mengatakan “perbaikilah akhlak kamu sekalian”.42 Proses membentuk akhlak ini sangat diperlukan terutama pada saat ini, yaitu semakin banyaknya tantangan dan godaan sebagai dampak dari kemajuan dibidang iptek. saat ini misalnya, semua orang merasa mudah untuk berkomunikasi, jarak tak lagi menjadi hambatan, dengan adanya alat komunikasi seperti telpon genggam, internet, dan lain-lain, terlepas itu semua berdampak positif atau negatif. Begitu juga dengan peristiwa yang baik dan buruk, saat ini juga sangat mudah dilihat melalui pesawat televisi, internet, majalah, dan seterusnya. Maraknya produk obat-obat terlarang, minuman keras dan pola hidup materialistik serta hedonisme semakin mengejala. Semua ini jelas membutuhkan pembinaan akhlak.43 Dengan demikian pembentukkan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, yang dimulai dari keluarga, khususnya orang tua yang memiliki tanggungjawab untuk membentuk akhlak anak. Pembentukkan akhlak ini berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia, termasuk
42 43
Imam Al-Ghazaly, Ihya’ Ulum al-Din, Jilid III, (Beirut: Dar al-Fikr,t.t), h.54 Mahyuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 1999) h. 53
29
didalamnya akal, nafsu amarah, nafsu syahwat, fitrah, kata hati, hati nurani dan intuisi dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat. 2. Metode Pembentukan Akhlak Dalam pembentukan akhlak, ditemukan metode yang berbeda, diantaranya: a.
Metode yang berasal dari hasil analisis Muhammad al-Ghazali terhadap lima rukun Islam, yaitu rukun Islam telah menunjukkan dengan jelas, bahwa dalam rukun Islam itu terkandung konsep pembentukkan akhlak. Rukun Islam yang pertama adalah mengucap dua kalimat syahadat, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Kalimat ini mengandung pernyataan bahwa selama hidupnya manusia hanya tunduk kepada aturan dan tuntutan Allah. Orang yang tunduk dan patuh pada aturan Allah dan Rasul-Nya sudah dapat dipastikan akan menjadi orang baik. Selanjutnya rukun Islam yang kedua adalah mengerjakan shalat lima waktu. Shalat yang dikerjakan akan membawa pelakunya terhindar dari perbuatan yang keji dan mungkar, seperti firman Allah:44
Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan 44
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996) h.160
30
mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.45 Rukun Islam yang ketiga, yaitu zakat juga mengandung didikan untuk membentuk akhlak, yaitu agar orang yang melaksanakannya dapat membersihkan dirinya dari sifat kikir, mementingkan diri sendiri dan membersihkan hartanya dari hak orang lain, yaitu hak fakir miskin dan seterusnya. Muhammad al-Ghazali mengatakan bahwa hakikat zakat adalah untuk membersihkan jiwa dan mengangkat derajat manusia ke jenjang yang lebih mulia.46 Rukun Islam yang keempat mengajarkan ibadah puasa, bukan hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum dalam waktu yang terbatas, tetapi lebih dari itu merupakan latihan menahan diri dari keinginan melakukan perbuatan keji yang dilarang. Selanjutnya rukun Islam yang kelima adalah ibadah haji. Dalam ibadah haji ini pun nilai pembentukkan akhlaknya lebih besar lagi dibandingkan dengan nilai pembentukkan akhlak yang ada pada ibadah dalam rukun Islam lainnya. Hal ini bisa dipahami karena ibadah haji dalam Islam bersifat komprehensif yang menuntut persyaratan yang banyak, yaitu disamping harus menguasai ilmunya, juga harus sehat fisiknya, ada kemauan
45
keras,
bersabar
dalam
menjalankannya
dan
harus
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-qur’an dan Terjemahan (Jakarta, 1969) h.951 Rachmat Jatmika, Problema Etika dalam Kehidupan Masyarakat, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 1971) h.6 46
31
mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, serta rela meninggalkan tanah air, harta kekayaan dan lainnya.47 Berdasarkan analisis yang didukung oleh dalil-dalil al-Qur’an diatas, kita dapat mengatakan Islam sangat memberi perhatian yang besar terhadap pembentukkan atau pembinaan akhlak, termasuk caracaranya. Hubungan antara rukun Islam terhadap pembentukkan akhlak sebagaimana digambarkan diatas, menunjukkan bahwa pembentukkan akhlak yang ditempuh Islam menggunakan cara atau sistem yang integrated
yaitu
sistem
yang
menggunakan
berbagai
sarana
peribadatan dan lainnya secara simultan untuk diarahkan kepada pembentukkan akhlak. b. Metode pembentukan akhlak lainnya yaitu dengan cara senantiasa menganggap
diri
ini
lebih
banyak
kekurangannya
daripada
kelebihannya. Dalam hubungan ini Ibn Sina mengatakan jika seseorang menghendaki dirinya berakhlak mulia, hendaknya ia lebih dahulu mengetahui kekurangan dan cacat yang ada dalam dirinya, dan membatasi sejauh mungkin untuk tidak berbuat kesalahan, sehingga kecacatannya itu tidak terwujud dalam kenyataannya.48 c. Pembentukan akhlak secara efektif dapat pula dilakukan dengan memperhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina. Menurut hasil penelitian para psikolog bahwa kejiwaan manusia berbeda-beda menurut perbedaan tingkat usia. Pada usia kanak-kanak, mereka lebih 47 48
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996) h. 162 Ibn Sina, Ilmu Akhlak, (Mesir: Dar al-Marif, 2001), h. 202-203
32
menyukai kepada hal-hal yang bersifat rekreatif dan bermain. Untuk itu ajaran akhlak dapat disajikan dalam bentuk permainan.49 d. Pembentukan akhlak juga bisa ditempuh dengan pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara terus-menerus. Imam alGhazali mengatakan bahwa kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukkan melalui pembiasaan. Jika manusia membiasakan berbuat jahat, maka ia akan menjadi orang jahat. Untuk itu al-Ghazali menganjurkan agar akhlak diajarkan, yaitu dengan cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku yang mulia. Jika seseorang menghendaki agar menjadi pemurah, maka ia harus dibiasakan dirinya melakukan pekerjaan yang bersifat pemurah, hingga murah hati dan murah tangan menjadi tabi’atnya yang mendarah daging.50 e. Pembentukan akhlak melalui keteladanan juga dapat dilakukan. Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, instruksi dan larangan, sebab tabi’at jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup hanya orang tua dan guru mengatakan kerjakan ini dan jangan
kerjakan
itu.
Menanamkan
sopan-santun
memerlukan
pendidikan yang panjang, harus ada pendekatan yang terus menerus, dan orang tua juga harus memilih pola asuh yang ideal untuk anaknya.
49 50
191
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996) h. 166 Imam al-Ghazali, Kitab al-arba’in fi Ushul al-Din, (Kairo: Maktabah al-Hindi, 1999) h.190-
33
Pendidikan itu tidak akan sukses melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata.51
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak Terdapat 3 aliran yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukkan akhlak, yaitu: 1. Aliran nativisme, menurut aliran ini, faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukkan akhlak seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain. 2. Aliran Empirisme, menurut aliran ini, faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukkan akhlak adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. 3. Aliran konvergensi, menurut aliran ini, pembentukkan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan ke arah yang baik yang ada didalam diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode.52 Pemikiran aliran konvergensi itu tampak sesuai dengan ajaran Islam, hal ini dapat dipahami dari ayat di bawah ini: 51 52
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta:Rajawali Pers, 1992), Cet.I, h.45 H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta; Bumi Aksara, 1991), cet.I, h. 113
34
Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.53 Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk dididik, yaitu penglihatan, pendengaran, dan hati sanubari. Potensi tersebut harus disyukuri dengan cara mengisinya dengan ajaran dan pendidikan.
D. Anak 1. Pengertian Anak Dalam kamus besar bahasa Indonesia, anak adalah manusia yang masih kecil, orang yang berasal dari atau dilahirkan di suatu negeri, daerah, dan sebagainya, atau manusia yang lebih kecil dibandingkan orang dewasa, bisa juga dikatakan keturunan adam.54 Anak juga dapat dikatakan sebagai manusia muda yang batasan usianya tidak selalu sama diberbagai negara. Di Indonesia, sering dipakai batasan usia anak dari 0-12 tahun. Maka dengan demikian, dalam kelompok anak di Indonesia akan termasuk bayi, anak balita, dan anak usia sekolah.55
53
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-qur’an dan Terjemahan (Jakarta, 1969) h. 227 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet I, h. 30-31 55 Ensiklopedia Nasional Indonesia, (Bekasi: PT Delta Pamungkas, 2004), cet IV, h. 4 54
35
Dapat disimpulkan bahwa anak adalah manusia yang masih kecil, dan belum dapat dikatakan dewasa. Batasan anak di Indonesia adalah usia 0-12 tahun. 2. Tugas Perkembangan Anak Usia 7-12 Tahun Usia 7 sampai 12 tahun, adalah tahapan perpindahan dari berpikir pra operasional menjadi operasional konkret. Dengan berpikir operasional konkret, anak belajar membentuk sistem logika, kemampuan kognitifnya meningkat
beriringan
dengan
situasi-situasi
konkret
yang
terjadi
disekitarnya.56 Tugas perkembangan anak usia 7-12 (masa kanak-kanak akhir) menurut Havighurst, antara lain: 1. Membangun sikap dan perilaku yang sehat mengenai diri sendiri, sebagai mahluk yang sedang tumbuh 2. Mengembangkan hati nurani, memahami moral (akhlak), tata tertib dan tingkatan nilai 3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-temannya 4. Mencapai kebebasan pribadi 5. Mengembangkan
pengertian-pengertian
yang
diperlukan
untuk
kehidupan sehari-hari. 6. Mulai mengembangkan peran sosial wanita atau pria yang tepat.57
56
Abu Bakar Braja, Psikologi Perkembangan Tahapan dan Aspeknya, (Jakarta: Studi Press, 2005), cet ke-1, h.43 57 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1994) h.10
36
Pada periode anak-anak akhir ada tiga proses perkembangan yaitu: a. Perkembangan kognitif Pada tahap ini anak sudah mulai mampu berfikir operasional. Anak sudah mulai mampu menggunakan konsep matematis, mampu mengklasifikasi, dapat berfikir reversible (berpikir matang). Pada periode ini anak juga mampu menyatakan hubungan keterkaitan antara satu hal dengan hal lain, mampu melihat hubungan serial berdasarkan beberapa fakta. Hal yang paling utama pada masa periode anak-anak akhir yaitu mereka masih terpaku pada hal-hal yang bersifat konkrit. b. Perkembangan psikososial Konflik psikososial pada tahap ini dalam rentang kehidupan adalah perkembangan produktifitas vs inferioritas. Konflik yang muncul pada masa periode ini adalah antara keaktifan anak menghasilkan sesuatu dengan perasaan rendah diri yang diakibatkan dari ketidak mampuan mereka menghasilkan sebuah karya berdasarkan keinginan dan kebutuhan mereka. c. Perkembangan Moral Pada periode ini perkembangan moral individu berada pada sub tahap dua, yaitu tahap yang berorientasi pada individualisem dan tujuan. Pada tahap ini pemikiran moral anak didasarkan pada reward dan minat pribadi.58
58
Ibid, h. 15
37
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Agama pada Anak Menurut penelitian Ernest Harms perkembangan agama anak-anak itu melalui beberapa fase (tingkatan), yaitu diantaranya: 1. The Fairy Tale Stage (Tingkat Dongeng) Pada tingkat
perkembangan ini
anak menghayati
konsep
keTuhanan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya. Kehidupan masa ini masih banyak dipengaruhi kehidupan fantasi, hingga dalam menanggapi agama pun anak masih menggunakan konsep fantastis yang diliputi oleh dongeng-dongeng yang kurang masuk akal. 2. The Realistic Stage (Tingkat Kenyataan) Tingkat ini dimulai sejak anak masuk sekolah dasar hingga ke usia (masa usia) adolesense. Pada masa ini, ide keTuhanan anak sudah mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan kepada kenyataan (realitas). Konsep ini timbul melalui lembaga-lembaga keagamaan dan pengajaran agama dari orang dewasa lainnya. Segala bentuk tindakan (amal) keagamaan mereka ikuti dan pelajari dengan penuh minat. 3. The Individual Stage (Tingkat Individu) Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang paling tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka.59
4. Metode Menanamkan Nilai Agama pada Anak Metode yang diterapkan dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak usia dini yang utama adalah pengkondisian lingkungan yang 59
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007) h. 67
38
mendukung terwujudnya nilai-nilai agama pada diri anak, di antaranya melalui: 1. Peneladanan atau suri tauladan orang tua dan orang di sekitarnya. Ini merupakan kunci utama dalam menanamkan sikap keberagamaan pada anak-anak, mengingat perilaku keagamaan yang dilakukan anak pada dasarnya adalah imitatif (meniru), baik berupa pembiasaan maupun pengajaran yang intensif. Tindakan shalat misalnya, mereka peroleh dari lingkungan yang sering mereka lihat. Anak cenderung melakukan apa yang dia lihat dan dia dengar. Selain itu peneladanan sikap saling menghormati dan menyayangi sesama juga perlu dilakukan. 2. Otoritas atau doktrin sesuai dengan perkembangan rasa ingin tahu yang tinggi. Maka proses pembelajaran tentang doktrin-doktrin / dasar-dasar agama sudah harus mulai ditanamkan untuk mengisi kekosongan pengetahuan agama, sekaligus sebagai benteng sebelum terisi oleh pengetahuan-pengetahuan lain yang justru akan merusak aqidah dan akhlak. Anak sudah bisa diajarkan dua kalimah syahadat, rukun iman, rukun Islam, serta belajar membaca dan menulis Al Quran. Metode cerita juga menarik bagi usia dini, baik dengan lisan maupun dengan media buku, atau CD tentang Nabi-Nabi atau tokoh-tokoh. Metode tersebut dapat dilakukan menjelang tidur atau pada waktu-waktu senggang. 3. Sugesti / hadiah dan hukuman. Anak cenderung mengulangi perkataan atau perbuatannya (dalam hal keagamaan atau ibadah) apabila
39
mendapatkan hadiah atau pujian dari orang tua atau orang di sekitarnya. Sebaliknya anak akan tidak mengulangi perbuatan atau kata-katanya apabila dicela atau mendapat hukuman. Maka proses pembelajaran tentang sugesti surga yang penuh kenikmatan dan kasih sayang Allah bagi anak-anak yang baik, patuh pada orang tua, taat perintah Allah; dan neraka yang penuh dengan siksaan akan diperuntukkan bagi anak durhaka dan nakal, perlu diajarkan untuk menanamkan kesadaran beragama dalam proses selanjutnya. 4. Dorongan sosial. Ini perlu ditanamkan pada masa kanak-kanak, karena pada dasarnya implementasi agama tidak semata untuk diri sendiri tapi lebih luas adalah untuk kemaslahatan umat. Maka perlu adanya sikap menghargai pendapat anak, memberikan kebebasan berkreasi, dan memberikan waktu bersosialisasi dengan teman-temannya untuk mengembangkan nilai-nilai agama yang diperolehnya. Cara lain adalah dengan
wisata
dan
ziarah.
Dengan
wisata
orang
tua
dapat
memperkenalkan alam ciptaan Allah yang Maha Indah dan Maha Sempurna. Sedangkan dengan ziarah anak dapat diperkenalkan dengan tokoh atau tempat yang bersejarah dalam perkembangan Islam.60
60
Muhammad Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-Bayan, 1999) h. 232
40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya secara umum memakai analisis statistik. Karenanya dalam penelitian kuantitatif pengukuran terhadap gejala yang diminati menjadi penting, sehingga pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan berstruktur (angket) yang disusun berdasarkan pengukuran terhadap variabel yang diteliti yang kemudian menghasilkan data kuantitatif.61 Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian survei, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.62 Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu berusaha mencari gambaran menyeluruh tentang data, fakta, peristiwa sebenarnya mengenai objek penelitian.63 Penelitian deskriptif bermaksud membuat pemeriaan (penyandaraan) secara sistematika, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu.64
61
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, Ed.1, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h.184 62 Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1995), Cet ke-2, h.3 63 J. Vrendenbergt, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia, 1980), h.34 64 Husaini Usman dan Purnomo Setiady. Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara), Cet ke-2, h.4
41
B. Ruang Lingkup Penelitian 1. Subyek dan Obyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah sekelompok orang yang dapat memberikan informasi. Orang tua di RT.02 RW.06 Ketapang Tangerang. Sedangkan yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua terhadap pembentukan akhlak anak usia 7-12 tahun di Ketapang Tangerang. 2. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Maret 2011. Adapun lokasi penelitian ini dilaksanaan di RT.02 RW.06 Ketapang Tangerang. Beralamat di Jalan Thamrin Ketapang Tangerang. Adapun alasan pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut: 1. Lokasi penelitian yang cukup strategis, mudah dijangkau dan hemat biaya 2. Warga RT.02 RW.06 Ketapang Tangerang dikenal menjunjung tinggi kebersamaan antar warganya, juga sangat religius terbukti dari banyaknya perkumpulan pengajian dan perayaan hari-hari besar agama Islam yang diadakan oleh warga. Selain itu RT.02 RW.06 dekat dengan pemukiman Ustadz Yusuf Mansyur, dan beliau juga sering mengisi acara-acara pengajian yang diadakan oleh warga RT.02 RW.06. 3. Penulis mudah mengakses data yang dibutuhkan
42
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus.65 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah orang tua di RT.02 RW.06 Ketapang Tangerang. 2. Sampel Sampel adalah himpunan bagian (subyek) dari unit populasi.66 Mengingat jumlah orang tua di RT.02 RW.06 Ketapang Tangerang cukup banyak dan karena keterbatasan waktu maka penarikan sampel dilakukan dengan metode convenience sampling, yaitu penarikan sampel yang sesuai dengan kriteria dan yang mudah ditemui juga dimintai informasi. Dalam penelitian ini jumlah sampel sebanyak 33 orang. Karena jumlah tersebut telah memenuhi besaran kurva normal.67
D. Variabel Penelitian Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua (Variabel X) yang terdiri dari :
65
M. Hariwijaya dan Triton P.B, Pedoman Penulisan Ilmiah Proposal dan Skripsi, (Yogyakarta: Tugu Publisher, 2007), cet. ke-1, h.66 66 Mudrajad Kuncoro, Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, (Jakarta: Erlangga, 2003), h.103 67 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.294
43
1. Demokratis
merupakan
tipe
pola
asuh
yang
memprioritaskan
kepentingan anak, tetapi juga tidak ragu-ragu mengendalikan mereka (X1). 2. Permisif merupakan tipe pola asuh yang memberikan pengawasan cukup longgar pada anak, tetapi tetap memberikan bimbingan (X2). 3. Otoriter merupakan tipe pola asuh yang cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, dan biasanya diikuti dengan ancaman (X3). 4. Penelantar merupakan tipe pola asuh yang memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak, termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis (X4). b. Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah pembentukkan akhlak (Variabel Y)
E. Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian Variabel
Dimensi 1.
1. Pola Asuh Orang Tua ( Variabel X)
2. Demokratis 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. Permisif
2.
3.
Indikator-indikator Mengerti dengan baik kemampuan dan kelebihan anak Memberi kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan Memahami anak dengan baik Memperlakukan anak dengan lembut dan kasih sayang Berlaku adil Menghormati anak Memberi hiburan Memperhatikan teman anak Memberikan pengawasan yang sangat longgar Memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup. Cenderung tidak menegur atau
44
memperingatkan anak apabila anak salah atau sedang dalam bahaya. 4. Sangat sedikit dalam memberikan bimbingan
Otoriter
Penelantar
2. Pembentukkan Akhlak Anak (Variabel Y)
1. Meminta tolong kepada anak dengan nada mengancam. 2. Tidak mau mendengarkan cerita anak tentang sesuatu hal / komunikasi bersifat satu arah. 3. Memberi nasihat tidak pada tempatnya dan tidak pada waktu yang tepat. 4. Berbicara kasar kepada anak. 5. Mementingkan diri sendiri. 6. Orang tua tidak mau mengakui kesalahan. 7. Mencampuri urusan anak. 8. Membeda-bedakan anak. 9. Kurang memberikan kepercayaan kepada anak untuk melakukan sesuatu. 10. Tidak segan-segan menghukum anak 1. Waktunya banyak dihabiskan diluar rumah. 2. Kurang memperhatikan perkembangan anak. 3. Tidak memiliki waktu untuk memberikan bimbingan, sehingga pendidikan akhlak terabaikan. 4. Membiarkan anak bergaul bebas diluar
1. Melatih anak mengerjakan ibadah shalat. 2. Mengajarkan anak membaca al-Qur’an 3. Mengajak anak mendengarkan ceramah agama 4. Mengajarkan anak nyanyian atau pujipujian kepada Allah SWT 5. Membiasakan anak mengucapkan salam 6. Memerintahkan anak melaksanakan tugas keluarga 7. Mengajarkan anak bersilaturahmi ke rumah family 8. Memilihkan teman yang baik untuk anak 9. Mengajak anak dalam acara syukuran 10. Sopan santun terhadap orang yang lebih tua 11. Mengajarkan bersikap jujur
45
12. Menjaga kepercayaan 13. Menghormati orang tua 14. Mendidik bertetangga dan bermasyarakat 15. Memperkenalkan anak kepada kerabat 16. Menempatkan anak dalam lingkungan yang baik 17. Menanamkan rasa cinta sesama anak
F. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang akurat, peneliti menggunakan data primer dan data sekunder yaitu : 1. Angket ialah daftar pernyataan atau pertanyaan yang dikirimkan kepada responden, baik secara langsung atau tidak langsung (melalui pos atau perantara).68 Dalam penelitian ini adalah para orang tua di RT.02 RW.06 Ketapang Tangerang. 2. Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung.69 Penulis memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab dan bertatap muka dengan para orang tua dan ketua RT.02 RW.06 Ketapang Tangerang. 3. Dokumentasi yaitu mengumpulkan data mengenai hal-hal yang akan diteliti. Data diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang terdapat dalam buku dan literatur yang berkaitan dengan judul penelitian seperti bukubuku, internet, laporan, arsip serta catatan yang berkaitan dengan penelitian ini. 68
Husaini Usman dan Purnomo Setiady. Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara), Cet ke-2, h. 57 69
Ibid, h. 55
46
E. Uji Instrumen 1.
Uji Validitas Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu
mengukur apa yang di ukur. Jika seorang peneliti menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data, maka kuesioner yang disusunnya harus dapat mengukur apa yang diukurnya. Sementara itu, jenis validitas konstruksi, yaitu lebih terarah pada pertanyaan mengenai apa yang sebenarnya diukur oleh pengukur yang ada.70 Pada uji instrumen ini peneliti menggunakan software SPSS 18.0 for Windows Release. 2.
Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah pengujian yang dapat menunjukkan sejauh mana
alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Jika suatu alat ukur dapat dipakai untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konstan, maka alat pengukur tersebut dikatakan reliabel atau dapat diandalkan.71 Pada uji instrumen ini peneliti menggunakan realibility Analysis dengan menggunakan Reliability Analysis dengan metode Cronbach Alpha dan menggunakan Software SPSS 18.0 for Windows Release. Dengan metode ini, koefisien keandalan alat ukur dapat dihitung dengan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
α= 70
1+ K−1 R
Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, (Jakarta: Salemba
Empat, 2006), Cet ke-2, h.241 71
KR
Ibid, h. 241
47
Keterangan: α
: Koefisien keandalan alat ukur
K
: Jumlah Variabel
R
: Koefisien rata-rata koefisien antar variabel
F. Metode Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data-data yang telah dikumpulkan diolah melalui beberapa tahap yaitu dibaca, dipelajari, dan ditelaah. Maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha untuk membuat rangkuman inti, proses dan peryataan yang perlu dijaga, sehingga tetap berada di dalamnya, maksudnya untuk melihat porsi setiap pendapat atau alternative jawaban yang dihitung dengan prosentase.72 Dalam menganalisa hasil penelitian metode yang digunakan adalah metode kuantitatif deskriptif yaitu menggambarkan dan menjelaskan obyek penelitian. Metode analisis kuantitatif ini yang akan penulis gunakan untuk mengetahui pengaruh pola asuh orang tua (demokratis, permisif, otoriter, penelantar) terhadap pembentukkan akhlak anak usia 7-12 tahun di RT.02 RW.06 Ketapang Tangerang. Untuk mengetahui pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan akhlak anak usia 7-12 tahun, dilakukan dengan skala likert
yaitu untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi responden terhadap suatu obyek.
72
Muhammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta:Ghalia Indonesia, 1999) h.64
48
Tabel 1 Skala Likert Sangat Tidak
Tidak Setuju
Netral / Ragu
Setuju
Setuju (STS)
(TS)
(N)
(S)
1
2
3
4
Sangat Setuju (SS)
5
Keuntungan menggunakan skala likert dari tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan yaitu adanya keragaman skor sebagai akibat penggunaan skala
1-5,
dengan
dimensi
yang
tercermin
dalam
daftar
pertanyaan
memungkinkan orang tua (responden) mengekspresikan tingkat pendapat mereka. Dari segi statistik, skala dengan lima tingkatan (1-5) lebih tinggi keandalannya dibandingkan dengan dua tingkatan “ya” atau “tidak”. Selanjutnya data yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner, dimana hasil analisisnya akan dipresentasikan dalam tabel dianalisis berdasarkan variabel pola asuh orang tua (demokratis, permisif, otoriter, penelantar) yang selanjutnya dapat dilihat pengaruhnya terhadap pembentukan akhlak anak usia 7-12 tahun di RT. 02 RW.06 Ketapang Tangerang.
49
1. Uji Regresi Linier Sederhana Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Persamaan umum regresi linier sederhana adalah:73
Y= 𝛼 + 𝑏𝑋 Keterangan Y
: Variabel dependen (pembentukan akhlak)
α
: Konstanta
b
: Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan
ataupun
penurunan
variabel
dependen
yang
didasarkan pada perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun. X
: Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.
2. Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada tabel Model Summary dan tertulis R Square. Namun untuk regresi berganda sebaiknya menggunakan R Square yang telah disesuaikan (Adjusted R Square), karena disesuaikan dengan jumlah variabel independen yang digunakan dalam penelitian.
73
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian,(Bandung : CV.ALFABETA, 2008), h. 261
50
Nilai R Square dikatakan baik jika di atas 0,5 karena nilai R Square berkisar antara 0 sampai 1. Pada umumnya sampel dengan data deret waktu (time series) memiliki R Square maupun Adjusted R Square dikatakan cukup tinggi dengan nilai di atas 0,5.74
3. Uji Koefisien Regresi Sederhana ( Uji-T ) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X) yaitu pola asuh orang tua berpengaruh secara signifikan terhadap variabel (Y) yaitu pembentukan akhlak anak usia 7-12 tahun di RT.02 RW.06 Ketapang Tangerang. Signifikan artinya meyakinkan atau berarti, dalam penelitian mengandung arti bahwa hipotesis yang telah terbukti pada sampel dapat diberlakukan pada populasi. Jika tidak signifikan berarti kesimpulan pada sampel tidak berlaku pada populasi (tidak dapat digeneralisasikan) atau hanya berlaku pada sampel saja. Tingkat signifikan 5% atau 0,05 artinya mengambil resiko salah dalam mengambil keputusan untuk menolak hipotesis yang benar sebanyaknya 5% dan
benar
dalam
mengambil
keputusan
sedikitnya
95%
(tingkat
kepercayaan).75 Untuk melakukan uji hipotesis ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan yaitu merumuskan hipotesis nol (Ho) dan harus disertai pula dengan hipotesis alternative (Ha) seperti berikut ini:
74 75
2010) h.59
Ibid, h.50-51 Duwi Priyatno, Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS ( Yogyakarta : Mediakom,
51
a.
Ho : βo = 0
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pola asuh
orang tuaterhadap pembentukan akhlak. b.
Ha : βo ≠ 0
Terdapat pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang
tua terhadap pembentukan akhlak. Jika sig t > 0,1 mka artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Jika sig t < 0,1 artinya terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen.
52
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian a. Sejarah dibentuknya RT.02 RW.06 Ketapang Tangerang Sejarah dibentuknya RW.06 Kelurahan Ketapang ini terdiri dari 5 rukun tetangga (RT), diantaranya yaitu RT.001, 002, 003, 004, dan 005 terletak diperbatasan Jakarta Barat-Tangerang. Sebelumnya RW.06 hanya terdapat 4 rukun tetangga (RT). Tetapi karena jumlah warga di RT.001 cukup banyak, yaitu 205 KK, dirasakan kurang efektif apabila hanya diketuai satu kepala RT saja, untuk itu RT.001 membagi warganya menjadi dua RT, yaitu RT.002 yang terdiri dari 98 KK. Ketua RT.02 RW.06 bernama Bapak Samsu yang juga aktif dalam mengisi pengajian-pengajian di masjid. b. Letak Geografis Lokasi penelitian di RT.02 RW.06 Ketapang Tangerang, yang memiliki batas wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah Timur
: berbatasan dengan kampung kreseck, Tangerang
2. Sebelah Utara
: berbatasan dengan kampung Rawa Gatel, Jakarta Barat
3. Sebelah Barat
: berbatasan dengan kampung Poris, Jakarta Barat
53
4. Sebelah Selatan
: berbatasan dengan kampung Gondrong, Tangerang
Wilayah RT.02 RW.06 ini berada sebelum perbatasan Jakarta Barat-Tangerang. Wilayah RT.02 RW.06 Kelurahan Ketapang terbilang cukup padat penduduknya. Selain digunakan sebagai tempat pemukiman penduduk, wilayahnya juga digunakan sebagai areal toko-toko dan dengan keadaan lingkungan yang cukup asri, karena masih banyak terdapat hamparan sawah-sawah milik warga.76 Warga RT.02 RW.06 Kelurahan Ketapang sebagian besar berasal dari luar Jakarta. Diantaranya berasal dari daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Barat, Lampung, dan lain sebagainya. Meskipun mayoritas mereka adalah pendatang, tetapi rata-rata hampir 10 tahun bermukim. Agama yang dianut sebagian besar warga adalah agama Islam.77 Sumber mata pencaharian penduduk RT.02 RW.06 bermacammacam. Ada yang berprofesi sebagai pedagang, tukang ojek, menyewakan kontrakkan, pembantu rumah tangga, karyawan swasta, dan guru. Selain berprofesi seperti yang telah disebutkan diatas, ada juga sebagian penduduk yang mempunyai pekerjaan tambahan dengan membuka warung di depan rumah mereka dengan memanfaatkan sebuah ruangan yang ada di rumah mereka. Pekerjaan ini, biasanya dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga.78
76
Wawancara Pribadi dengan Bapak Syamsu (Ketua RT.02 RW.06), Jakarta, 10 April
77
Ibid, Ibid,
2011 78
54
Kekerabatan di RT.02 RW.06 Kelurahan Ketapang, cukup baik. Terlihat dari kekompakkan mereka dalam kerja bakti bersama dalam membersihkan lingkungan, arisan keluarga, dan rapat RT. Warga RT.02 RW.06 juga cukup religious. Sebagai warga yang mayoritas beragama Islam, tentunya mempunyai kegiatan-kegiatan keagamaan. Kegiatan-kegiatan keagamaan ini pada umumnya tidak jauh berbeda dengan kegiatan yang berbada diwilayah lainnya. Adapun kegiatan keagamaan yang ada di RT.02 RW.06 Ketapang Tangerang, diantaranya adalah: a. Pengajian bapak-bapak (ceramah agama) yang dilakukan di masjid setiap malam selasa, dimulai bada magrib hingga menjelang isya. b. Pengajian ibu-ibu (ceramah agama) yang dilakukan di majlis ta’lim setiap hari minggu yang dimulai pada pukul 19.30 malam wib sampai selesai. c. Pengajian ibu-ibu (pengajian tahlil) yang dilakukan secara bergantian dari rumah ke rumah, pada malam jumat bada isya sampai selesai. d. Pengajian remaja (ceramah agama dan dialog) yang dilakukan secara bergantian dari rumah ke rumah, pada malam jumat bada isya sampai selesai, yang diadakan sebulan dua kali di masjid. Kemudian pada saat acara-acara besar agama Islam, mereka merayakannya dengan membuat kegiatan-kegiatan seperti maulid Nabi Muhammad SAW, perayaan Isra miraj, halal bi halal bersama saat idul fitri, dan lain sebagainya.
55
B. Pengolahan Uji Instrumen Untuk mendapatkan data primer dilakukan penyebaran kuesioner kepada orang tua di RT.02 RW.06 Ketapang Tangerang sebanyak 33 orang yang dianggap dapat mewakili dari berbagai golongan. Berdasarkan pengujian reliabilitas uji instrumen keseluruhan dengan menggunakan software SPSS 18,0 for windows release diperoleh bahwa nilai reliabilitas uji instrumen sebesar 0,760 (lihat lampiran). Nilai tersebut menunjukkan tingkat keandalan alat ukur yang baik. Dengan kata lain uji terhadap 33 responden dengan memberikan 55 pertanyaan secara keseluruhan dianggap valid dan reliable.
C. Hasil dan Pembahasan 1. Deskripsi Data Responden Penelitian Dari hasil analisis mengenai profil responden diperoleh data mengenai responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini, antara lain: a. Jenis Kelamin Mayoritas responden adalah laki-laki yaitu sebanyak 19 orang atau 57,6% dan sisanya responden perempuan sebanyak 14 orang atau 42,4%.
56
Gambar 1 Jenis Kelamin Responden
Perempuan Laki-laki
42% 58%
b. Usia Usia responden 26-35 tahun sebanyak 12 orang atau 36,4%, usia responden 36-45 tahun sebanyak 15 orang atau 45,4%, dan responden usia 46-55 sebanyak 6 orang atau 18,2%. Gambar 2 Usia Responden
18% 37%
45%
26-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun
57
c. Pendidikan Terakhir Pendidikan terakhir responden mayoritas sekolah menengah atas (SMA) yaitu sebanyak 15 orang atau 45,4%, lulusan SD dan SMP masing-masing sebanyak 6 orang atau 18,2%, lulusan Diploma sebanyak 2 orang atau 6,1% dan S1 sebanyak 4 orang atau 12,1%. Gambar 3 Pendidikan Terakhir
12%
18% SD
6%
SMP 18%
SMA Diploma
46%
S1
d. Pekerjaan Mayoritas pekerjaan responden adalah wiraswasta yaitu sebanyak 13 orang atau 39,4%, sisanya bekerja sebagai pegawai swasta (PS) sebanyak 11 orang atau 33,3%, pegawai negeri (PNS) sebanyak 2 orang atau 6,1% dan ibu rumah tangga sebanyak 7 orang atau 21,2%.
58
Gambar 4 Pekerjaan Responden
21% 40%
Wiraswasta Pegawai Swasta
6%
Pegawai Negeri Sipil Ibu Rumah Tangga 33%
e. Penghasilan Penghasilan
responden
mayoritas
1.000.000-2.000.000
sebanyak 13 orang atau 39,4%, sisanya responden berpenghasilan <1.000.000 sebanyak 10 orang atau 30,3%, 3.000.000-4.000.000 sebanyak 3 orang atau 9,1%, dan tidak memiliki penghasilan sebanyak 7 orang atau 21,2%.
59
Gambar 5 Penghasilan Responden
< 1.000.000
21% 30%
1.000.000-2.000.000 9%
3.000.000-4.000.000 Tidak memiliki penghasilan 40%
2. Deskripsi Kuesioner Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah maka diperoleh data responden sebagai berikut: a. Pola Asuh Orang Tua 1. Demokratis Tabel 1 Respon Orang Tua Terhadap Variabel Demokratis No.
Pertanyaan
SS
S
N
TS
STS Skor Rangking
1
Orang tua mencukupi kebutuhan anak
5
24
0
3
1
128
5
2
Orang tua memberi kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan
3
13
0
16
1
100
9
60
3
4
5
Orang tua memperlakukan anak dengan lembut dan kasih sayang Orang tua berlaku adil kepada semua anak dalam keluarga Orang tua menghargai anak
15
16
0
2
0
143
2
13
20
0
0
0
145
1
10
23
0
0
0
142
3
Orang tua meluangkan waktu dengan mengajak anak ke tempat rekreasi Orang tua memperhatikan dan memilih teman yang baik untuk anak Orang tua melakukan diskusi dengan anak (komunikasi dua arah)
5
23
0
5
0
127
6
12
18
0
3
0
138
4
4
21
0
8
0
120
7
9
Orang tua menepati janji dengan anak
1
29
0
3
0
127
6
10
Orang tua bersikap tegas pada anak
11
12
0
8
2
121
8
6
7
8
Dari Tabel 1 dapat diketahui, orang tua terhadap variabel demokratis yang menempati rangking pertama yaitu orang tua berlaku adil kepada semua anak dalam keluarga. Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas orang tua di RT.02 RW.06 bersikap adil kepada anak, karena agama Islam mengajarkan umatnya untuk selalu bersikap adil dalam hal apapun, termasuk hubungan orang tua dengan anak di dalam keluarga. Respon orang tua terhadap variabel demokratis yang menempati rangking kedua yaitu orang tua memperlakukan anak dengan lembut dan kasih sayang. Hal tersebut menunjukkan mayoritas orang tua paham bahwa memberikan kasih sayang kepada anak sudah sewajarnya dilakukan. Karena
61
dengan demikian, orang tua telah menjalankan tanggung jawabnya dan menjaga anugerah yang diberikan oleh Allah SWT. Sedangkan respon orang tua terhadap variabel demokratis yang menempati rangking terakhir yaitu orang tua memberi kebebasan kepada anak untuk memilih dan
melakukan suatu tindakan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa mayoritas orang tua di RT.02 RW.06 lebih cenderung memberikan bimbingan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakkan. 2. Permisif Tabel 2 Respon Orang Tua terhadap Variabel Permisif No. 1
2
3
4
5
6
Pertanyaan Orang tua memberikan pengawasan yang sangat longgar kepada anak Orang tua memberikan kepercayaan pada anak untuk melakukan sesuatu sendiri tanpa di ikuti bimbingan Orang tua kurang menegur atau memperingatkan ketika anak salah Orang tua memberikan kebebasan pada anak, tanpa memberikan kontrol sama sekali Orang tua kurang peka terhadap masalah yang sedang dihadapi anak Orang tua memberikan kasih sayang yang berlebihan kepada anak
SS
S
N
TS
STS Skor Rangking
0
9
0
16
8
76
2
0
11
0
14
8
80
1
3
5
0
10
15
70
3
0
0
0
20
13
53
5
1
3
0
24
5
70
3
1
2
0
21
9
64
4
62
Dari Tabel 2 dapat diketahui, respon orang tua terhadap variabel permisif yang menempati rangking pertama yaitu orang tua memberikan kepercayaan pada anak untuk melakukan sesuatu sendiri tanpa diikuti bimbingan. Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas orang tua di RT.02 RW.06 memberikan kepercayaan kepada anak untuk melakukan sesuatu sendiri tanpa diikuti bimbingan. Respon orang tua terhadap variabel permisif yang menempati rangking kedua yaitu beberapa orang tua di RT.02 RW.06 memberikan pengawasan yang sangat longgar kepada anak. Hal ini diduga banyak faktor yang menjadi penyebabnya, misalnya orang tua yang sibuk bekerja keras di luar rumah untuk memenuhi kebutuhan materi keluarga sehingga tidak sempat mengawasi perkembangan anak dan bahkan tidak mempunyai waktu untuk memberikan bimbingan, yang berakibat pendidikan akhlak bagi anak sedikit terabaikan. Sedangkan respon orang tua terhadap variabel permisif yang menempati rangking terakhir yaitu sebagian orang tua memberikan kebebasan pada anak, tanpa memberikan kontrol sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas orang tua di RT.02 RW.06 memberikan kendali terhadap sikap dan tingkah laku anak-anak mereka.
3. Otoriter Tabel.3 Respon Orang Tua terhadap Variabel Otoriter No. Pertanyaan Orang tua meminta tolong 1 kepada anak dengan nada mengancam
SS S 0
1
N 0
TS 23
STS Skor Rangking 9
59
8
63
2
3 4 5
6 7
8
9
10
Orang tua kurang memberikan hak anak untuk mengeluarkan pendapat serta mengutarakan perasaanperasaannya Orang tua memarahi anak, bukan pada tempat dan waktu yang tepat Orang tua berbicara kasar kepada anak Orang tua mendahulukan kepentingan pribadi daripada kepentingan anak Orang tua kurang mengakui kesalahan pribadi Orang tua terlalu mencampuri urusan anak Orang tua mencurahkan kasih sayang yang berbeda pada setiap anak dalam keluarga Orang tua kurang memberikan kepercayaan kepada anak untuk melakukan sesuatu Orang tua memukul anak apabila melakukan kesalahan
0
0
0
29
4
62
7
0
2
0
24
7
63
6
0
1
0
26
6
62
7
0
5
0
16
12
64
5
0
8
0
23
2
80
2
0
10
0
18
5
81
1
0
2
0
14
17
53
9
0
3
0
28
2
70
4
1
8
0
19
5
76
3
Dari Tabel 3 dapat diketahui, respon orang tua terhadap variabel otoriter yang menempati rangking pertama yaitu orang tua terlalu mencampuri urusan anak. Hal ini diduga bahwa mayoritas orang tua di RT.02 RW.06 ingin selalu membimbing anak, dan mengetahui perkembangan anak yaitu salah satunya dengan selalu mencampuri urusan anak. Respon orang tua terhadap variabel otoriter
yang menempati rangking kedua yaitu orang tua kurang mengakui
kesalahan pribadi. Orang tua sebagai model, memberikan contoh yang terbaik
64
bagi anak dalam keluarga, sikap dan perilaku orang tua harus mencerminkan akhlak yang mulia. Karenanya Islam mengajarkan kepada orang tua agar selalu mengajarkan yang baik-baik saja kepada anak mereka. Sedangkan respon orang tua terhadap variabel otoriter yang menempati rangking terakhir yaitu orang tua mencurahkan kasih sayang yang berbeda pada setiap anak dalam keluarga. Hal ini diduga bahwa mayoritas orang tua di RT.02 RW.06 memberikan kasih sayang yang merata kepada setiap anaknya dalam keluarga.
4. Penelantar Tabel 4 Respon Orang Tua terhadap Variabel Penelantar No. 1
2
3
4
5
Pertanyaan Orang tua menghabiskan banyak waktu di luar rumah Orang tua kurang memperhatikan perkembangan anak Orang tua kurang memiliki waktu untuk memberikan bimbingan Orang tua membiarkan anak bergaul terlalu bebas di luar rumah Orang tua memberikan segala kebutuhan yang di inginkan anak, walaupun bukan kebutuhan penting
SS
S
N
TS
STS
Skor
Rangking
0
3
0
22
8
64
2
0
0
0
28
5
61
4
0
4
0
24
5
69
1
0
0
0
9
24
42
5
0
5
0
15
13
63
3
65
6
Orang tua kurang memberikan keperluan yang dibutuhkan anak, walaupun itu keperluan penting
0
1
0
25
7
61
4
Dari Tabel 4 dapat diketahui, respon orang tua terhadap variabel penelantar yang menempati rangking pertama dan kedua yaitu orang tua kurang memiliki waktu untuk memberikan bimbingan dan orang tua menghabiskan banyak waktu di luar rumah. Hal ini diduga banyak faktor yang menjadi penyebabnya, misalnya orang tua yang sibuk bekerja keras di luar rumah untuk memenuhi kebutuhan materi keluarga sehingga tidak sempat mengawasi perkembangan anak dan bahkan tidak mempunyai waktu untuk memberikan bimbingan, yang berakibat pendidikan akhlak bagi anak terabaikan. Sedangkan respon orang tua terhadap variabel penelantar yang menempati rangking terakhir yaitu orang tua membiarkan anak bergaul terlalu bebas di luar rumah. Hal tersebut menunjukkan bahwa beberapa orang tua di RT.02 RW.06 membiarkan anaknya bergaul terlalu bebas di luar rumah. Tabel 5 Rekapitulasi Rata-Rata Skor Variabel Pola Asuh Orang Tua No.
Variabel Pola Asuh Orang Tua
Rata-Rata Skor
Rangking
1
Demokratis
129,1
1
2
Permisif
68,8
2
3
Otoriter
67
3
4
Penelantar
60
4
66
Dari tabel 5 dapat diketahui, rekapitulasi rata-rata skor variabel pola asuh orang tua yang menempati rangking pertama yaitu variabel demokratis, yang terdiri dari orang tua berlaku adil kepada semua anak dalam keluarga dan orang tua memperlakukan anak dengan lembut dan kasih sayang. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengaruh yang dimiliki variabel demokratis sesuai dengan yang dilakukan para orang tua. Hal ini karena berlaku adil memang sangat dianjurkan oleh agama Islam, untuk itu para orang tua berusaha untuk bersikap adil kepada anaknya. Adapun rekapitulasi rata-rata skor variabel pola asuh orang tua yang menempati rangking terakhir yaitu variabel penelantar, yang terdiri dari orang tua kurang memiliki waktu untuk memberikan bimbingan dan orang tua menghabiskan banyak waktu di luar rumah. Hal ini diduga banyak faktor yang menjadi penyebabnya, misalnya orang tua yang sibuk bekerja keras di luar rumah untuk memenuhi kebutuhan materi keluarga sehingga tidak sempat mengawasi perkembangan anak dan bahkan tidak mempunyai waktu untuk memberikan bimbingan, yang berakibat pendidikan akhlak bagi anak sedikit terabaikan.
b. Pembentukan Akhlak Tabel 6 Respon Orang Tua terhadap Variabel Pembentukan Akhlak
No. 1
Pertanyaan Orang tua mengajarkan anak membaca al-Qur’an
SS
S
N
TS
STS
23
6
0
4
0
Skor Rangking
187
1
67
2 3
4
5
6
7 8
9
10 11
12
13 14
15
Orang tua membiasakan anak untuk mengerjakan ibadah shalat, puasa, dan sedekah Orang tua mengajak anak untuk mendengarkan ceramah agama Orang tua membiasakan anak untuk melantunkan nyanyian yang bernapaskan puji-pujian kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW Orang tua mengajarkan anak untuk bersabar dalam menghadapi kesulitan Orang tua mengajarkan anak untuk berusaha semaksimal mungkin dalam mendapatkan apa yang diingikan dengan berdoa kepada Allah SWT Orang tua mengajarkan anak untuk bersikap ikhlas Orang tua mengingatkan anak, bahwa Allah SWT selalu melihat perbuatan kita Orang tua menanamkan dalam diri anak rasa saling menyayangi kepada sesama anak dalam keluarga Orang tua mengajarkan anak untuk membantu orang lain Orang tua mengajak anak untuk bersilaturahmi ke rumah kerabat atau saudara Orang tua menanamkan pada anak rasa menghormati orang yang lebih tua dan menghargai yang lebih muda Anda mendidik anak untuk bertetangga dan bermasyarakat Orang tua memberikan bimbingan dan nasehat kepada anak Orang tua mengajarkan anak untuk menahan emosi, agar tidak mudah marah kepada siapapun
25
7
0
1
0
155
2
10
22
0
1
0
140
13
11
15
0
7
0
129
17
14
19
0
0
0
146
8
15
16
0
1
1
142
11
13
16
0
3
1
136
14
22
10
0
0
1
151
4
12
20
0
0
1
141
12
15
16
0
2
0
140
13
10
22
0
1
0
140
13
18
15
0
0
0
150
5
11
16
0
6
0
131
16
12
16
0
5
0
134
15
12
20
0
1
0
142
11
68
16
Orang tua membiasakan anak untuk berkata benar dan apa adanya (jujur)
16
17
0
0
0
148
6
17
Orang tua membiasakan anak untuk mengucapkan salam
21
12
0
0
0
153
3
11
22
0
0
0
143
10
15
18
0
0
0
147
7
13
18
0
2
0
141
12
16
17
0
0
0
148
6
15
17
0
1
0
145
9
14
13
0
6
0
134
15
18
19 20 21
22 23
Orang tua menanamkan sikap pada anak untuk berlaku seimbang (adil) dalam hal apapun Orang tua mendidik anak untuk bersikap pemaaf kepada orang lain yang berbuat salah Orang tua membiasakan anak untuk menepati janji Orang tua mengajarkan anak bertutur kata yang baik dan benar Orang tua menanamkan pada anak rasa saling menyayangi kepada temannya Orang tua mengajarkan anak untuk bersikap ramah tamah
Dari Tabel 6 dapat diketahui, respon orang tua terhadap variabel pembentukkan akhlak yang menempati rangking pertama dan kedua yaitu orang tua mengajarkan anak membaca Al-Qur’an dan orang tua membiasakan anak untuk mengerjakan ibadah shalat, puasa, dan sedekah. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua di RT.02 RW.06 paham betul bahwa dengan mengajarkan anak membaca Al-Qur’an dan membiasakan untuk mengerjakan ibadah shalat, puasa, dan sedekah itu merupakan salah satu proses pembentukkan akhlak anak. Sejak kecil anak sudah mendapatkan pendidikan dari kedua orang tua melalui keteladanan dan kebiasaan hidup sehari-hari dalam keluarga. Baik tidaknya keteladanan dan kebiasaan yang diberikan orang tua kepada anak dalam kehidupan
sehari-hari akan mempengaruhi akhlak anak. Keteladanan dan
69
kebiasaan orang tua ditampilkan dalam bersikap dan berperilaku, semua itu tidak terlepas dari perhatian dan pengamatan anak. Meniru kebiasaan orang tua adalah hal yang sering anak lakukan, karena memang pada masa perkembangannya, anak selalu ingin meniru apa yang dilakukan orang tua. Sedangkan respon orang tua terhadap variabel pembentukkan akhlak yang menempati rangking terakhir yaitu orang tua membiasakan anak untuk melantunkan nyanyian yang bernapaskan puji-pujian kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Hal ini diduga karena anak-anak sekarang lebih senang mendengarkan lagu-lagu yang bertemakan percintaan kepada lawan jenis yang sarat pesan-pesan keduniawian daripada mendengarkan nyanyian yang berisikan puji-pujian kepada Allah SWT bahkan tak jarang orang tua ikut terbawa untuk menyanyikan lagu-lagu yang bertemakan percintaan kepada lawan jenis.
C. Analisis Data Penelitian 1. Uji Regresi Linear Sederhana Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dengan menggunakan bantuan software SPSS 18.0 for windows release, maka didapatkan hasil sebagai berikut:
70
Tabel 7 Koefisien Regresi Linear Sederhana Coefficient𝐬𝐚 Unstandardized
Standardized
Collinearity Correlations
Coefficients
Coefficients
Model
Statistics t
Sig.
Std.
B
ZeroBeta
Error
42,267
8,116
2,200
,499
Toleranc Partial
Part
order 5,208
,000
4,408
,000
VIF e
1 ,621
,621
,621
,621
1,000
Dari tabel 7 dapat diperoleh persamaan regresi linear sederhana sebagai berikut : Y= 42,267+2,2X Dari persamaan tersebut dapat diartikan bahwa koefisien arah regresi antara variabel pola asuh berpengaruh positif terhadap pembentukan akhlak. Variabel pola asuh berpengaruh positif terhadap pembentukan akhlak dengan nilai koefisien regresi sebesar 2,2 %.
2. Uji Koefisien Determinasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dengan menggunakan software SPSS 18.0 for windows release, maka didapatkan hasil sebagai berikut :
1,000
71
Tabel 8 Koefisien Determinasi Change Statistics
Std. Error Model
1
R
Adjusted R
Square
Square
R
,621
,385
,365
of the
R Square
Estimate
Change
6,74640
,385
Sig. F F Change
df1
df2 Change
19,431
1
31
,000
a. Predictors: (constant), pola asuh orang tua
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi R2 (R. Square) sebesar 0,385 dan koefisien determinasi yang telah disesuaikan (Adjusted R Square) sebesar 0.365 artinya bahwa pola asuh orang tua (demokratis, permisif, otoriter, dan penelantar) berpengaruh terhadap pembentukkan akhlak sebesar 38,5% sedangkan sisanya 61,5% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model yang diteliti oleh penulis. Hasil penelitian ini mendapatkan R= 0,621 menunjukan R hampir mendekati angka 1, artinya antara variabel pola asuh orang tua (demokratis, perrmisif,otoriter, dan penelantar) terhadap pembentukan akhlak mempunyai pengaruh positif dan signifikan.
72
3. Uji Koefisien Regresi Sederhana ( Uji-T ) Berdasarkan hasil uji T-test dilihat pada tabel 7 dapat dijelaskan bahwa nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel, dimana nilai signifikansinya 𝛼 < 1%, maka Ho ditolak. Sehingga hipotesis yang berbunyi, terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel pola asuh orang tua terhadap variabel pembentukan akhlak anak usia 7-12 tahun di Rt.02 Rw.06 Ketapang Tangerang.
73
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
telah
diuraikan
pada
bab
sebelumnya,dapat ditarik kesimpulan: Pola asuh orang tua berpengaruh positif terhadap pembentukkan akhlak. Realita dilapangan membuktikan bahwa setiap keluarga tidak hanya terpaku pada satu jenis pola asuh, karena orang tua menyadari bahwa pola asuh harus disesuaikan dengan konteks kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh anak, untuk itu terkadang satu pola asuh yang berhasil diterapkan oleh sebuah keluarga belum tentu bisa diterapkan dengan baik oleh keluarga lainnya. Karena tiap keluarga memiliki nilai-nilai tersendiri. Pengaruh antara pola asuh orang tua (demokratis, pemisisif, otoriter, dan penelantar) berpengaruh positif terhadap pembentukkan akhlak anak usia 7-12 tahun di RT.02 RW.06 Ketapang Tangerang. Hal ini diperkuat dengan hasil uji T-test (parsial) nilai signifikansinya= 0,000 korelasi parsial pola asuh orang tua terhadap pembentukkan akhlak anak di RT.02 RW.06 Ketapang Tangerang adalah sebesar 0,621 atau 62,1%. Dari hasil perhitungan tersebut ternyata bahwa nilai t hitung lebih besar dari t tabel dimana nilai signifikansinya 0,000 < 0,01. Sehingga hipotesis yang berbunyi yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap pembentukkan akhlak anak di RT.02 RW.06 Ketapang Tangerang.
74
B. Saran Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa orang tua di RT.02 RW.06 Ketapang Tangerang memiliki pola asuh yang berbeda-beda. Namun realitanya ada beberapa yang perlu diperbaiki agar dapat tercipta pola asuh yang ideal untuk anak, yang dapat membentuk akhlak anak dengan baik berdasarkan nilai-nilai agama, ada beberapa saran dari penulis, diantaranya: 1. Orang tua dalam menanamkan akhlak pada diri anak, harus dilakukan sedini mungkin, yaitu dengan cara mengadakan kegiatan pengasuhan yang berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan, kemandirian sesuai dengan nilai-nilai agama dan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan setempat dan masyarakat. 2. Banyak orang tua yang lengah, sehingga tak heran begitu banyak anakanak yang berperilaku menyimpang. Menerapkan pola asuh yang ideal yang membentuk akhlak pada diri anak akan sangat membantu mengurangi permasalahan perilaku menyimpang tersebut. Pola asuh yang benar dan ajaran agama yang ditanamkan sejak kecil kepada anak, akan menjadi bagian dari unsur-unsur kepribadian, membentuk akhlak al-karimah dan akan bertindak menjadi pengendali dalam menghadapi segala keinginan dan dorongan-dorongan yang timbul yang tidak sesuai dengan ajaran agama, karena keyakinan terhadap
75
agama yang menjadi bagian dari akhlak itu akan mengatur sikap dan tingkah laku secara otomatis dari dalam diri. 3. Harus dihindari oleh orangtua adalah pola asuh yang terlalu berlebihan, karena segala sesuatu yang berlebihan akan menjadi tidak baik. Jadi yang sedang-sedang saja, jika orangtua terlalu ketat atau kaku memberikan peraturan pada anak sehingga mengekang kebebasannya bisa membuat anak menjadi pemberontak. Jika terlalu memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh anaknya akan membuat anak menjadi tergantung pada orangtua dan tidak bisa membuat keputusan sendiri. Sedangkan jika anak dibiarkan terlalu bebas akan membuatnya menjadi tidak tahu aturan. Pola asuh harus disesuaikan dengan konteks kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh anak. 4. Pada dasarnya tidak ada pola asuh yang benar atau salah terhadap anak. Pola asuh yang paling tepat adalah menyesuaikannya dengan situasi dan kemampuan yang dimiliki anak. Setiap orangtua punya ciri khas sendiri dalam mengasuh anaknya, jadi orang lain tidak punya hak untuk mengatakan apakah hal itu benar atau salah. Meski demikian tetap ada cara yang tepat untuk mengoptimalkan perkembangan anak dan normal-norma yang ada di masyarakat.
76
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad D, Marimba. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. (Bandung: Al-Ma’arif, 1980) Al-Ghazaly, Imam. Ihya’ Ulum al-Din Jilid III. (Beirut: Dar al-Fikr,t.t) _______________, Kitab al-arba’in fi Ushul al-Din, (Kairo: Maktabah al-Hindi, 1999) Al-Abrasyi, Muhammad Athiyah. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. (Jakarta: Bulan Bintang, 1974) Anis, Ibrahim. al-Mu’jam al-Wasith. (Mesir: Dar al-Ma’arif, 1972) Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. (Jakarta:Rajawali Pers, 1992) Braja, Abu Bakar. Psikologi Perkembangan Tahapan dan Aspeknya, (Jakarta: Studi Press, 2005) Clemes, Harris. Mengajarkan Disiplin Kepada Anak. (Jakarta: Mitra Utama, 1996) Daradjat, Zakiah. Pendidikan Islam Keluarga dan Sekolah. (Jakarta: CV Ruhama, 1995) Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta, 1969) h.951 Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1988) Djamarah, Syaiful Bahri. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga. (Jakarta: Rineka Cipta, 2004) Donelson, Elaine. Asih, Asah, Asuh, dan Keutamaan Wanita, (Yogyakarta: Kanisius, 1990) Ensiklopedia Nasional Indonesia, (Bekasi: PT Delta Pamungkas, 2004) Hafizh, Muhammad Nur Abdul. Mendidik Anak Bersama Rasulullah. (Bandung: Al-Bayan, 1999)
77
Hariwijaya, M. dan Triton P.B. Pedoman Penulisan Ilmiah Proposal dan Skripsi. (Yogyakarta: Tugu Publisher, 2007) H. M, Arifin. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta; Bumi Aksara, 1991) Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan. (Jakarta: Erlangga, 1994) Jalaluddin. Psikologi Agama. (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 1996) Kartono, Kartini. Peran Orang Tua dalam Memandu Anak, (Jakarta: Rajawali Press, 1992) h. 27 Kuncoro, Mudrajad. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. (Jakarta: Erlangga, 2003) Lupiyoadi, Rahmat dan A. Hamdani. Manajemen Pemasaran Jasa. (Jakarta: Salemba Empat, 2006) Mahyudin. Akhlak Tasawuf. (Jakarta: Kalam Mulia, 1999) Markum, M. Enoch. Anak, Keluarga dan Masyarakat. (Jakarta: Sinar Harapan, 1985) Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996) Nazir, Muhammad. Metode Penelitian. (Jakarta:Ghalia Indonesia, 1999) Thalib, M. 40 Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 1995) Prasetyo, Bambang dan Miftahul Lina Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif Ed.1, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005) Jatmika, Rachmat. Problema Etika dalam Kehidupan Masyarakat. (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 1971) Riyanto, Theo. Pembelajaran sebagai Proses Bimbingan Pribadi. (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia) Santoso, Singgih. SPSS : Mengolah Data Statistik Secara Profesional. (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 1999) Sina, Ibn. Ilmu Akhlak. (Mesir: Dar al-Marif, 2001)
78
Singarimbun, Masri dan Efendi, Sofian. Metode Penelitian Survei. (Jakarta: LP3ES, 1995) Gunarsa, Singgih. D. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002) Subarsono. Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja. (Jakarta: Bina Aksara, 1989) Sugiyono. Statistika untuk Penelitian.(Bandung : CV.ALFABETA, 2008) Ulwan, Abdullah Nasih. Pendidikan Anak dalam Islam. (Jakarta: Pustaka Amani, 1995) Usman, Husaini dan Purnomo Setiady. Metodologi Penelitian Sosial. (Jakarta: PT. Bumi Aksara) Vrendenbergt, J. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. (Jakarta: PT. Gramedia, 1980) Yatim, Danny I. dan Irwanto, Kepribadian Keluarga Narkotika (Jakarta : Arcan, 1991)
L A M P I R A N
HASIL WAWANCARA
Nama responden
: Bapak Syamsu
Jabatan
: Ketua RT.02 RW.06
1. Ada berapa RT yang dimiliki RW.06? Jawaban: Sebelumnya RW.06 hanya terdapat 4 rukun tetangga (RT). Tetapi karena jumlah warga di RT.001 cukup banyak, yaitu 205 KK, dirasakan kurang efektif apabila hanya diketuai satu kepala RT saja, untuk itu RT.001 membagi warganya menjadi dua RT, yaitu RT.002 yang terdiri dari 98 KK 2. Siapa nama ketua RW.06? Jawaban: H. Anim Hamidi. Beliau juga aktif dalam mengisi pengajian-pengajian ibu-ibu sebagai pembicara. 3. Bagaimana dengan letak geografis RT.02 RW.06? Jawaban: Lokasi penelitian di RT.02 RW.06 Ketapang Tangerang, yang memiliki batas wilayah sebelah timur: berbatasan dengan kampung kreseck, Tangerang. Sebelah utara berbatasan dengan kampung rawa gatel Jakarta Barat. Sebelah barat berbatasan dengan kampung
poris,
Jakarta
Barat.
Sebelah
gondrong,Tangerang. 4. Berasal dari mana saja warga RT.02 RW.06?
selatan
berbatasan
dengan
kampung
Jawaban: Warga RT.02 RW.06 Kelurahan Ketapang sebagian besar berasal dari luar Jakarta. Diantaranya berasal dari daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Barat, Lampung, dan lain sebagainya. Meskipun mayoritas mereka adalah pendatang, tetapi rata-rata hampir 10 tahun bermukim. 5. Warga RT.02 RW.06, mayoritas menganut agama apa? Jawaban: Agama yang dianut sebagian besar warga adalah agama Islam, namun ada juga yang menganut agama Kristen Protestan dan Katolik. 6. Apakah warga RT.02 RW.06 memiliki kegiatan keagamaan? Jawaban: Kegiatan-kegiatan keagamaan ini pada umumnya tidak jauh berbeda dengan kegiatan yang berada diwilayah lainnya. Adapun kegiatan keagamaan yang ada di RT.02 RW.06 Ketapang Tangerang, diantaranya adalah pengajian bapak-bapak (ceramah agama) yang dilakukan di masjid setiap malam selasa, dimulai bada magrib hingga menjelang isya, pengajian ibu-ibu (ceramah agama) yang dilakukan di majlis ta’lim setiap hari minggu yang dimulai pada pukul 19.30 malam wib sampai selesai. Pengajian ibu-ibu (pengajian tahlil) yang dilakukan secara bergantian dari rumah ke rumah, pada malam jumat bada isya sampai selesai. Pengajian remaja (ceramah agama dan dialog) yang dilakukan secara bergantian dari rumah ke rumah, pada malam jumat bada isya sampai selesai, yang diadakan sebulan dua kali di masjid. Kemudian pada saat acara-acara besar agama Islam, mereka merayakannya dengan membuat kegiatan-kegiatan seperti maulid Nabi Muhammad SAW, perayaan Isra miraj, halal bi halal bersama saat idul fitri, dan lain sebagainya. 7. Apa mata pencaharian warga RT.02 RW.06? Jawaban: Sumber mata pencaharian penduduk RT.02 RW.06 bermacam-macam. Ada yang berprofesi sebagai pedagang, tukang ojek, menyewakan kontrakkan, pembantu rumah
tangga, karyawan swasta, dan guru. Selain berprofesi seperti yang telah disebutkan diatas, ada juga sebagian penduduk yang mempunyai pekerjaan tambahan dengan membuka warung di depan rumah mereka dengan memanfaatkan sebuah ruangan yang ada di rumah mereka. Pekerjaan ini, biasanya dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga. 8. Bagaimana dengan kekerabatan di RT.02 RW.06? Jawaban: Kekerabatan di RT.02 RW.06 Kelurahan Ketapang, cukup baik. Terlihat dari kekompakkan mereka dalam kerja bakti bersama dalam membersihkan lingkungan, arisan keluarga, dan rapat RT. 9. Bagaimana keadaaan wilayah RT.02 RW.06? Jawaban: Wilayah RT.02 RW.06 ini berada sebelum perbatasan Jakarta Barat-Tangerang. Wilayah RT.02 RW.06 Kelurahan Ketapang terbilang cukup padat penduduknya. Selain digunakan sebagai tempat pemukiman penduduk, wilayahnya juga digunakan sebagai areal toko-toko dan dengan keadaan lingkungan yang cukup asri, karena masih banyak terdapat hamparan sawah-sawah milik warga.
Responden
( Syamsu )
Interviewer
( Winarti )
HASIL WAWANCARA DENGAN ORANG TUA Nama Responden
: Heptin Nuryani
Profesi
: Guru
1. Apa yang ibu ketahui tentang pola asuh? Jawaban: Suatu tindakan dan sikap yang saya lakukan secara terus menerus, sebagai interaksi saya dengan anak, sebagai tujuan untuk mengarahkan anak agar berperilaku baik. Pola asuh yang diberikan bisa berbentuk sikap, tindakkan, perbuatan, dan lain sebagainya. 2. Dari keempat pola asuh, ibu menerapkan pola asuh yang seperti apa? Jawaban: Saya menerapkan pola asuh demokratis dan permisif. 3. Mengapa ibu memilih pola asuh tersebut? Jawaban: Karena saya merasa bahwa pengawasan yang saya berikan kepada anak cukup longgar. Disela-sela kesibukkan saya sebagai seorang guru, saya kurang menegur atau memperingatkan ketika anak salah, saya kurang peka terhadap masalah yang sedang dihadapi anak dan memberikan kasih sayang yang berlebihan kepada anak. Disamping itu saya berlaku adil kepada setiap anak, menepati janji, bersikap tegas,menghargai anak, memberi kebebasan kepada anak untuk meilih dan melakukan suatu tindakkan, serta meluangkan waktu mengajak anak bermain ke tempat rekreasi. 4. Menurut ibu, apakah selama ini pola asuh yang ibu terapkan sudah cukup membentuk akhlak anak? Jawaban: Saya rasa sudah, tapi belum maksimal. Karena saya selalu membiasakan anak untuk mengerjakan ibadah shalat, puasa dan sedekah, mengajarkan anak membaca al-Qur’an,
membiasakan mengucapkan salam, membiasakan untuk berkata benar dan apa adanya (jujur), dan menanamkan pada anak rasa saling menyayangi kepada sesama anak dalam keluarga.
Responden
( Heptin Nuryani )
Interviewer
( Winarti )
Nama Responden
: Namin
Profesi
: Pedagang / wiraswasta
1. Apa yang bapak ketahui tentang pola asuh? Jawaban: Pola asuh adalah cara orang tua mendidik anak dalam keluarga 2. Dari keempat pola asuh, bapak menerapkan pola asuh yang seperti apa? Jawaban: Otoriter 3. Mengapa bapak memilih pola asuh tersebut? Jawaban: Karena saya sering berbicara kasar kepada anak, saya juga sering memarahi anak bukan pada waktu dan tempat yang salah, apabila anak salah saya juga tidak enggan untuk memukulnya, karena mendidik dengan cara demikian saya rasa cukup membuat anak jera, dan tidak akan mengulangi kesalahannya. 4. Menurut bapak, apakah selama ini pola asuh yang bapak terapkan sudah cukup membentuk akhlak anak? Jawaban: Saya rasa belum. Karena saya kurang memperhatikan anak, apabila tidak melakukan ibadah shalat dan mengerjakan ibadah puasa.
Responden
Interviewer
( Namin )
( Winarti )
Nama Responden
: Imam Muslim
Profesi
: Karyawan
1. Apa yang bapak ketahui tentang pola asuh? Jawaban: Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua seperti cara orang tua memberikan aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan atau memberi contoh dan perhatian kepada anak. 2. Dari keempat pola asuh, bapak menerapkan pola asuh yang seperti apa? Jawaban: demokratis, permisif 3. Mengapa bapak memilih pola asuh tersebut? Jawaban: Karena saya rasa pola asuh demokratis cukup baik bila diterapkan, alhasil anak saya bisa lebih terbuka, dan bertanggungjawab. Meskipun saya juga menerapkan pola asuh permisif, yang berakibat anak menjadi ketergantungan dan bersikap manja karena saya memberikan kasih sayang yang berlebihan kepada anak. 4. Menurut bapak, apakah selama ini pola asuh yang bapak terapkan sudah cukup membentuk akhlak anak? Jawaban: Saya rasa belum. Karena selama ini saya kurang mengajari anak tentang ajaran agama Islam, seperti wajib puasa dan shalat. Responden
( Imam Muslim )
Interviewer
( Winarti )
Nama Responden
: Sri Atmawati
Profesi
: Ibu rumah tangga
1. Apa yang ibu ketahui tentang pola asuh? Jawaban: Pola asuh adalah cara mengasuh anak di dalam keluarga 2. Dari keempat pola asuh, ibu menerapkan pola asuh yang seperti apa? Jawaban: demokratis 3. Mengapa ibu memilih pola asuh tersebut? Jawaban: Karena saya ingin anak-anak terbuka dengan saya, menghormati saya sebagai orang tuanya, sekaligus menganggap saya sebagai temannya. Melakukan diskusi dengan anak sangat menyenangkan, saya jadi mengetahui masalah yang sedang dihadapi anak. 4. Menurut ibu, apakah selama ini pola asuh yang ibu terapkan sudah cukup membentuk akhlak anak? Jawaban: Saya rasa sudah, karena selama ini membiasakan anak untuk mengerjakan ibadah shalat, puasa dan sedekah, mengajarkan anak membaca al-Qur’an, membiasakan mengucapkan salam, membiasakan untuk berkata benar dan apa adanya (jujur), dan menanamkan pada anak rasa saling menyayangi kepada sesama anak dalam keluarga, selain itu anak juga rajin membantu orang tua, dan Alhamdulilah anak-anak saya sadar akan tugas dan kewajibannya. Responden
( Sri Atmawati )
Interviewer
( Winarti )
DATA MENTAH Responden X1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
1 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 2 4 2 4 4 4 4 4 5 2 4 4 4 4 4 5 1 4 4 4 4 4
2 4 4 2 2 2 4 2 2 2 4 4 2 2 4 4 2 2 5 2 4 4 5 4 4 4 2 5 1 2 2 2 2 4
X2 1
1 2
2
3 2 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 2 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 5
4
3 1
4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1
5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4
6 5 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 2 2 5
5
7 4 4 4 4 2 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 2 4 4 4 4 5 5 5 2 5 4 5 5 4 4 5
8 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 5 4 5 5 2 2 2 4 4 5 4 4 4 2 2
9 10 4 5 4 4 4 4 4 4 4 1 2 1 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 2 4 4 4 5 4 2 4 4 4 2 4 5 5 4 4 4 4 4 4 2 4 5 4 5 4 2 4 4 4 2 4 5 4 5 2 2 2 2 4 5
6 5
1
14
42 42 38 38 32 33 38 44 41 42 42 36 36 41 37 39 36 38 43 45 42 45 39 42 42 34 43 33 42 42 32 30 42 1291
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
2 2 2 2 1 4 1 2 4 4 2 2 2 2 4 4 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 4 4 4 4 1
X3
1
2 2 2 4 2 4 1 2 4 4 2 1 2 4 4 4 2 4 1 2 2 1 1 1 4 4 1 2 2 2 2 1
2
2 4 2 4 1 2 2 2 5 5 2 2 1 2 1 2 2 5 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 4 4 1
1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2
3
2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 4 4 2
4
2 2 2 2 1 2 2 2 5 2 2 1 4 2 2 2 2 4 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1
5
11 14 12 16 7 16 10 12 20 17 12 9 12 14 13 16 11 21 9 10 10 8 8 8 16 11 8 12 12 18 18 8 413
6
7
8
9
10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
2 2 2 2 4 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
4 2 2 4 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2
2 2 2 2 4 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 4 2 4 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 4 1 1 1 1 2 2 2 1 1 4 4 1
4 2 2 2 4 1 2 2 2 4 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 4 4 2
2 2 2 4 2 1 4 2 4 2 2 2 2 2 4 4 4 2 2 4 2 2 1 1 1 2 2 4 4 4 2 2 1
1 1 4 4 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2
4 4 1 4 4 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 5 2 1 2 2 2 1 2 1 4 4 4 4 2
24 21 23 28 29 13 22 18 22 23 23 20 20 16 26 22 22 18 15 22 18 14 17 17 17 19 18 18 20 20 26 26 17 674
X4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
1 4 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 4 2 1 2 2 1 2 2 2 4 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2
2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2
3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 4 4 4 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2
4 1 1 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1
5 4 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 4 4 1 1 4 2 2 2 4 1 1 1 1 2 2 2
6 2 1 2 2 4 1 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
15 9 12 12 14 6 7 10 12 11 11 16 10 9 12 10 7 13 12 10 13 11 11 11 11 14 9 11 9 9 11 11 11 360
Y 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
1 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 2 2 2
2 5 5 4 5 2 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5
3 5 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 5 5 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 2 5 5 2 4 2 4 5 4 4 4 2 4 2 5 5 2 5 2
5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5
6 4 1 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 2 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5
7 1 1 4 4 2 4 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 4 4 2 5 5 5 5 4 4 4 4 4 2 4 5
8 1 1 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5
9 1 1 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5
10 1 4 4 4 2 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 2 5 5 4 4 5
11 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 2 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5
12 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5
13 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 2 4 2 4 5 4 5 5 2 4 2 5 5 2 2 5
14 4 4 4 4 2 4 5 5 5 5 5 4 4 4 2 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 2 5 4 4 4 2 2 4
15 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 2 5 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5
16 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5
17 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5
SURAT KETERANGAN
B i smi IIahi r r ohmanirohi m KepalaRT.02RW.06KetapangTangerang denganinimenerangkan bahwaberikutdibawahini: Nama
Winarti
NIM
1070s2002383
Tempat/ TanggalLahir
Jakarta / 28 Februari 1989
Pendidikan
UIN Syarif HidayatullahJakarta,Fakultas Ilmu DakwahdanKomunikasiJurusan BimbingandanPenyuluhan Islam
TelahmelakukanpenelitiandiRT.02 Rw.06 KetapangTangerangsebagai salahsatusyaratuntukmenernpuh S1 denganjudul skripsi..pengaruhpola Asuh orang Tua Terhadap PembentukkanAkhlak Anak rJsia 7-12 Tahun di RT.02 Rw.06 Ketapang Tangerang" denganmasa penelitianJanuari-Maret
z}tl.
KetuaRT.02/ RW.06
KetuaRW.06 KetapangTangerang
i
t
l{ei*r
1tr'1.9{'^':
fle*al
lF#r'l-Bu
T.ffif Kecar',natan: OlP0[tl
Kota
:T tl.rrwt
(Ketua RT.02 RW.06)
,l
1ctv1
(Ketua RW.06)
tpl
ffi
rffiK S%.
ww%M
KEMENTERTAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTASILMU DAKI^/AH DAN ILMU KOMUNIKASI
Jl.Ir. H. JuandaNo.95 CiputatTS4l2Indonesia
Telepon/Fax : (021) 7 432728 / 74703580 ac'id E-mail : dakwah@Idk'uiniakarta Website:wwn'.fclkuiniakarta.ac.id,
toDv l20tl Nomor: Un.OI/F5/KM.01.3/ L a m p: l ( S a t u ) b u n d e l Hal : PenelitianMawancara
Jakarta,Q P"bruari2011
Yth. KepaCa KetuaRT.02 RW.06 KetapangTangerang
Assalamu'aiaikum tlr. lVb. FakultasIlmu Dakwahdan Denganhormaikami sampaikanbahwamahasiswa Ilmu KomunikasiUIN SyarifHidayatullahJakartadi bawahini, : Winarti Nama : 107052002383 Nomor Pokok islam (BPi) / VIU Jurusan/Semester: BimbingandanPenyuluhatt untuk bahan penulisanskipsi yang penelitian/wawancara bermaksudmelaksanakan Akhlak Anak Usia b-erjudulPengaruhPola Asuh Orang Tua terh,tdapPembentukan' . 7 - 12 Talrundi RT.02 RW. 06 KetapangTangeratng . Sehubungancienganitu, karni memohonkepadaBapak kiranya berkenan mahasiswakarni tersebutdaiam pelaksanaanperielitian/ menerima/m"ngirinkun wawancaradiriiaksud. Atas perhatiaiiciairperkenanBapakkanriucapkanterimakasih. I(assaloruu'alaikumtrl'r.Wb.
han, MA
t0 199303 Tembusan: L PembantuDekanBidangAkademik Istam (BPI) BimbingandanPenyuluhan 2. KetuaJurusan Fakultas Ilmu DakwahdanIlmu Komunikasi
KEMENTERIANAGAMA UNIVERSITASISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH IAKARTA FAKULTAS IIMU DAI(^/AH DAN ILMU KOMUNIKASI jl. Ir. H. ]uanda No. 95 Ciputat 15412Indonesia
Telepon/Fax : p21) 7432728/ 7 4703580 Website: wwwJdkuiniakarta.ac.id,
t l- /2011 Nomor: Un.0l/F5/l(M.013/ L a m p: 1 ( s a t u ) b u n d e l / Hal : BimbinganSkripsi
E-mail :
[email protected]
Jakarta.-,9-Pebruari 20ll
KepadaYth. Noor Bekti Negoro,SE, M.Si DosenFakultasllmr-rDakwahdanIlmu Komunikasi UO{ Syarif HidayatullahJakarta
Assalamu'alaihtm Wr. Wb. Bersama ini kami sampaikansebuahout line skripsi yang diajukan oleh mahasiswaFakultasIlmu Dakwah dan Ilmu KomunikasiUIN Svarif Hidavatullah Jakartasebagaiberikut, Nama Winarti Nomor Pokok r07052002383 Jurusan/Semester BimbingandanPenyuluhan Islam (BPI) i VIIi Judul PengaruhPola Asuh Orang Tua terhadapPembentukan Akhlak Anak usia 7 - 12 ta.hundi PerumahanKetapang Tangerang. \ Kami mohonkesediaannya membimbingmahasiswatersebutdalam penyusunan dan penyelesaian skripsinyapadawaktuyangtidakterlalulama. Atasperhatiandan kesediaannya kami sampaikan ierimakasih. Wassqlamu' alaikumWn'fiib.
putra,
Tembusan: l. Dekan 2. KetuaJurusanBPI FakultasIlmu DakwahdanIlmu Komunikasi
I
DEPARTEMENAGAMA UNIVERSITASISLAM NBGERI (UIN) SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTI FAKULTASDAKWAH DAN KOMUNIKASI
III\
\tll
I
JIn. Ir. H. JuandaNo. 95 Ciputat
Telepon/Fax:(02l) 74SZ7Zgfi47035g0
Websitq www.fd kuin iakarta.ac.id
Nomor Lampiran Hal
!-mail :
[email protected]. id
un.01/F5iPP.O3t iLl f not t
1(satu)BerkasSkripsi Ujian Skripsi
Jakarta,31 Mei2011
KepadaYth. : 1. Qra.ttahidinSaputra,MA 2. Drs.Suginarto. MR 3. Drs.YusranKilun,lvl.pd 4. Dra.RiniLaitiFrihatini,trJi.Si 5. lr.NoorBektiNegoro,SE.M.Si di, Jakarta
Ketua Sekretaris PengujiI Pengujill Pembimbing
Assalamu'ataikum Wr.Wb. Dekan Fakultas Dakwah dan Ko.munikasi ulN syarif HidayatullahJakarta sebasai
ffill1l:japaulbu
Nama TempatTanggallahir NIM Jurusan JudulSkripsi
rim Pensuji skripsimanasis-r,ia di Fakiritas oarwanoan
: Winarti : Jakarta,28 Februarilggg :107C52002383 : BPI : PengaruhpolaAsuhOrangTua Terhadappembentukan AkhlakAnakUsia7-12TaliunDi KetapangTangerang.'
Ujiantersebutakandilaksanakan paCa: tiari/Tanggal : Kamis,09 Juni2011 Waktu
rempat
, RLl33?,?llr'i.33,llFr) Fidkorn
Untukt"n'']j1l9^t1et3ncar1lujian.dirnaksud, skripsiyangakandiujikan,gunadiperajari/diteriti bersamaini kami kirimkannaskah sebagaimana mestinya. penunjukan ini di sampaikan. Atas perhatianBapak/rbu,kamiucapkan ,"rin..:k"Ii[ian Wassalam,
Tembusan: 1. Dekan 2. Kasubbag. Umum FakultasDakwah dan Komunikasi Ajkd/Mr