perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN BELAJAR, MOTIVASI DAN PERSEPSI TENTANG KEPEMIMPINAN INSTITUSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA D III KEBIDANAN STIKES NURUL JADID PROBOLINGGO DIBANDINGKAN DENGAN
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh : Retno Palupi Yonni Siwi NIM S541002026
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
i to user commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, peneliti : Nama : Retno Palupi Yonni Siwi NIM : S541002026
Persepsi tentang Lingkungan Belajar, Motivasi, dan Persepsi tentang Kepemimpinan Institusi terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa D III Kebidanan STIKES Nurul Jadid Probolinggo di
-
benar karya peneliti. Hal-hal yang bukan karya peneliti sendiri di dalam tesis ini telah diberi citasi dan dirujuk dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, 9 Juni 2011 Yang membuat pernyataan,
Retno Palupi Yonni Siwi
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya peneliti
Belajar, Motivasi, dan Persepsi tentang Kepemimpinan Institusi terhadap Prestasi Belajar mahasiswa D III Kebidanan STIKES Nurul Jadid Probolinggo dibandingkan
salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya tesis ini, berkat bimbingan, bantuan dan kerjasama serta dorongan berbagai pihak sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini dengan segala hormat peneliti mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Prof. Dr. Rovik Karsidi, Ms, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta
2.
Prof. Drs. Suranto, MSc, PhD selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
3.
Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, M.Kes, MM, PAK selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4.
P. Murdani K, dr, MHPEd, selaku Ketua Minat Pendidikan Profesi Kesehatan Prodi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5.
Prof. Dr. Bhisma Murti, dr, MPH, M.Sc, PhD, selaku pembimbing I yang selalu membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penyelesaian tesis ini.
6.
Jarot Subandono, dr, M.Kes, selaku pembimbing II yang selalu memberikan
commit to user
bimbingan dan arahan sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini. v
perpustakaan.uns.ac.id
7.
digilib.uns.ac.id
Hefniy Razaq, S.Pd, M.Pd, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nurul Jadid Probolinggo yang telah membimbing dan memberikan izin untuk melakukan penelitian di STIKES Nurul Jadid Probolinggo.
8.
Henik Istikhomah, SST, selaku Direktur Akade Ulum Surakarta yang telah membimbing dan memberikan izin untuk melakukan
9.
Pihak perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu menyediakan buku-buku atau sumber-sumber bagi peneliti demi terselesaikannya tesis ini.
10. Mahasiswa D III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nurul Jadid
bersedia menjadi responden. 11. Ayah, ibu, adik dan nenek yang sangat saya sayangi dan saya cintai, yang selalu
12. Teman-teman yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan tesis ini. 13. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu-persatu yang telah membantu terselesaikannya tesis ini. Peneliti menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan tesis selanjutnya. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Surakarta, Juni 2011
commit to user vi
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Retno Palupi Yonni Siwi. S541002026. Pengaruh Persepsi tentang Lingkungan Belajar, Motivasi dan Persepsi tentang Kepemimpinan Institusi terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa D III Kebidanan STIKES Nurul Jadid Probolinggo Dibandingkan dengan Tesis. Program Studi Magister Kedokteran Keluarga. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011. Latar Belakang : Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain lingkungan belajar, motivasi, bakat, intelegensi, dan sikap. Selain itu, kepemimpinan institusi juga merupakan faktor penting penentu keberhasilan atau kegagalan prestasi belajar mahasiswa. Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar mahasiswa D III Kebidanan. Desain Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Sampel sebesar 41 mahasiswa D III Kebidanan STIKES Nurul Surakarta yang dipilih secara exhaustive sampling. Variabel bebas pada penelitian ini adalah persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan persepsi tentang kepemimpinan institusi. Sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar. Data dikumpulkan dengan tiga kuesioner tertutup yang telah diuji validitas dan reliabilitas, dengan korelasi item-total > 0,20 dan Alpha Cronbach > 0,60. Data dianalisis dengan menggunakan model analisis regresi linier ganda. Hasil : Hasil analisis menunjukkan terdapat pengaruh yang secara statistik signifikan antara persepsi tentang lingkungan belajar (b = 0.13; p = 0.009), motivasi (b = 0.01; p = 0.001), dan persepsi tentang kepemimpinan institusi (b = 0.01; p < 0.001) terhadap prestasi belajar. Simpulan : Lingkungan belajar yang kondusif, motivasi belajar yang tinggi dan persepsi tentang kepemimpinan institusi yang efektif dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Disarankan kepada semua pihak untuk berperan aktif dalam pendidikan peserta didik demi meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
Kata kunci : persepsi, lingkungan belajar, motivasi belajar, kepemimpinan prestasi belajar.
commit to user vii
institusi,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Retno Palupi Yonni Siwi. S541002026. The Effect of Perceived Learning Environment, Motivation and Perceived Institutional Leadership on Academic Achievement among Midwifery Diploma Students at Undergraduate Health Science Program Nurul Jadid Probolinggo Compared with Midwifery Academy of Mamba'ul Ulum Surakarta. Thesis. Masters Program in Family Medicine. Post Graduate Program of Sebelas Maret University of Surakarta. 2011. Background : The factors that affecting learning achievement are learning environments, motivation, talent, intelligence, and attitude. In addition, institutional leadership is also an important factor determining the success or failure of students' academic achievement. Goals : This study aims to analysis the effect of perceived learning environment, motivation and perceived institutional leadership on academic achievement of Midwifery Diploma Students. Method : This was an analytic observational study with cross sectional design. A sample of 41 of Midwifery Diploma Students at Undergraduate Health Science Program Nurul Jadid Probolinggo and 54 of Midwifery Diploma Students Academy of Mamba'ul Ulum Surakarta were selected by exhaustive sampling. The independent variables understudy were perceived learning environment, motivation and the perceived institution leadership. The dependent variable was academic achievement. The data were collected by three closed questionnaires pre-tested for its validity and reliability, with item-total correlations > 0.20 and Cronbach Alpha > 0.60. The data were analyzed using multiple linear regression analysis model. Result : The results showed there was a statistically significant effect of perceived learning environment (b = 0.13, p = 0009), motivation (b = 0.01, p = 0.001), and perceived institutional leadership (b = 0.01, p < 0.001) on academic achievement . Conclusion : Conducive learning environment, high learning motivation and perceived institutional leadership can improve student academic achievement. It is suggested that all parties actively participate in the students education to improve students academic achievement. Keywords: perceived, learning environment, learning motivation, institutional leadership, academic achievement.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman JUDUL ............................................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................
iii
PERNYATAAN ..............................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................
v
ABSTRAK ......................................................................................................
viii
ABSTRACT ....................................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..........................................................................
1
B. Rumusan Masalah .....................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ..............................................................................
7
1. Konsep persepsi ..................................................................
7
2. Konsep lingkungan belajar .................................................
12
3. Konsep motivasi .................................................................
27
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Halaman 4. Konsep kepemimpinan institusi ..........................................
45
5. Konsep belajar ....................................................................
61
6. Konsep prestasi ...................................................................
68
7. Konsep pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar .................................................................................
76
B. Penelitian yang Relevan ............................................................
77
C. Kerangka Berpikir ......................................................................
79
D. Hipotesis Penelitian ...................................................................
79
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian .......................................................................
80
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .....................................................
80
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Memilih Sampel ........................
80
D. Variabel Penelitian .....................................................................
81
E. Definisi Operasional ..................................................................
81
F. Instrumen Penelitian ..................................................................
83
G. Metode Pengumpulan Data ........................................................
85
H. Prosedur Pengolahan Data .........................................................
86
I. Teknik Analisis Data .................................................................
87
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Tempat Penelitian ......................................................
90
B. Hasil Penelitian ..........................................................................
91
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Halaman
BAB V
C. Pembahasan ...............................................................................
94
D. Keterbatasan Penelitian .............................................................
98
PENUTUP A. Simpulan ....................................................................................
99
B. Implikasi .................................................................................... 100 C. Saran .......................................................................................... 100 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 102 LAMPIRAN
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ......................................................................
79
Gambar 4.1 Korelasi antara Persepsi tentang Lingkungan Belajar dan Prestasi Belajar Mahasiswa ........................................................
93
Gambar 4.2 Korelasi antara Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Mahasiswa ..................................................................................
93
Gambar 4.3 Korelasi antara Persepsi tentang Kepemimpinan Institusi Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa ........................................
94
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Hasil Tes Reliabilitas Instrumen Persepsi tentang Lingkungan Belajar .......................................................................
83
Tabel 3.2 Hasil Tes Reliabilitas Instrumen Motivasi Belajar .......................
84
Tabel 3.3 Hasil Tes Reliabilitas Instrumen Persepsi tentang Kepemimpinan Institusi ................................................................
85
Tabel 3.4 Kategori Pemberian Skor ..............................................................
86
Tabel 3.5 Pemberian Skor untuk Pernyataan dengan Kriteria Positif mengenai Persepsi tentang Lingkungan Belajar, Motivasi, dan Persepsi tentang Kepemimpinan Institusi ..............
87
Tabel 3.6 Pemberian Skor untuk Pernyataan dengan Kriteria Positif mengenai Persepsi tentang Lingkungan Belajar, Motivasi, dan Persepsi tentang Kepemimpinan Institusi ..............
87
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Jadwal Rangkaian Penelitian Tahun 2011
Lampiran 2
Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 3
Surat Balasan Pemberian Ijin Penelitian
Lampiran 4
Surat Keterangan telah Mengadakan Penelitian
Lampiran 5
Pernyataan Kesediaan menjadi Responden
Lampiran 6
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Sebelum Uji Coba
Lampiran 7
Kuesioner Persepsi tentang Lingkungan Belajar Sebelum Uji Coba
Lampiran 8
Kuesioner Motivasi Belajar Sebelum Uji Coba
Lampiran 9
Kuesioner Persepsi tentang Kepemimpinan Instititusi Sebelum Uji Coba
Lampiran 10 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Setelah Uji Coba Lampiran 11 Kuesioner Persepsi tentang Lingkungan Belajar Setelah Uji Coba Lampiran 12 Kuesioner Motivasi Belajar Setelah Uji Coba Lampiran 13 Kuesioner Persepsi tentang Kepemimpinan Instititusi Setelah Uji Coba Lampiran 14 Hasil Uji T-Test dan Analisis Regresi Linier Ganda
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu pada individu-individu guna mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Pendidikan juga merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, karena keberhasilan dunia pendidikan sebagai faktor penentu tercapainya
tujuan
pembangunan
nasional
di
bidang
pendidikan
yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut diperlukan sebagai bekal dalam rangka menyongsong datangnya era global dan pasar bebas yang penuh dengan persaingan. Banyak faktor penyebab dari munculnya permasalahan pembelajaran. Faktor tersebut meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang muncul dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti tingkat intelegensi dan kepribadian. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang muncul dari luar diri siswa, seperti faktor lingkungan, metode mengajar dan sistem evaluasi (Hadikusumo, 1996). Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar merupakan tolok ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Prestasi belajar juga dapat digunakan sebagai indikator mutu pendidikan. Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu tingkat kecerdasan atau inteligensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi belajar.
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Lingkungan merupakan salah satu faktor ekstern yang ikut menentukan keberhasilan dan kegagalan siswa dalam belajar (Syakira, 2009). Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal tersebut adalah motivasi. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan yang ada dalam dirinya. Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar, baik bagi tenaga pendidik maupun peserta didik. Bagi tenaga pendidik, mengetahui motivasi belajar dari mahasiswa sangat penting guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar mahasiswa. Bagi mahasiswa, motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga mahasiswa terdorong untuk melakukan perbuatan belajar (Uno, 2008). Lingkungan adalah segala yang terdapat di sekitar mahkluk hidup, baik yang bersifat biotik dan abiotik yang selalu berinteraksi secara timbal balik. Di dalam lingkungan anak tumbuh dan berkembang serta memperoleh pendidikan secara bertahap hingga membentuk pribadi yang dewasa. Baik buruknya lingkungan di sekitar anak (mahasiswa) merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan jiwa dan keberhasilan prestasi belajar anak (mahasiswa). Lingkungan tersebut adalah lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Lingkungan yang kondusif, mendorong mahasiswa untuk belajar secara sungguh-sungguh sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Begitu juga sebaliknya, lingkungan yang tidak kondusif akan menurunkan motivasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
mahasiswa untuk belajar sehingga dapat menurunkan prestasi belajarnya (Mudjiman, 2009). Kepemimpinan
merupakan
suatu
proses
dengan
berbagai
cara
mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan bersama. Pembahasan tentang kepemimpinan menyangkut tugas dan gaya kepemimpinan, cara mempengaruhi kelompok, yang mempengaruhi kepemimpinan seseorang. Kreiner menyatakan bahwa leadership adalah proses mempengaruhi orang lain yang mana seorang pemimpin mengajak anak buahnya secara sekarela berpartisipasi guna mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan yang tidak cocok atau sesuai dengan apa yang diharapkan dan dibutuhkan mahasiswa dapat menyebabkan menurunnya prestasi mahasiswa (Uno, 2008). Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Nurul Jadid Probolinggo berada di bawah naungan Pondok Pesantren Nurul Jadid sehingga mahasiswa D-III Kebidanan juga harus berada di kawasan asrama Pondok Pesantren. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di STIKES Nurul Jadid didapatkan data dari 65 mahasiswa terdapat 30 mahasiswa (46%) dengan Indeks Prestasi Semester < 2,75. Dari 30 mahasiswa dengan Indeks Prestasi rendah, dikarenakan kondisi lingkungan di sekolah (kampus) yang kurang kondusif, fasilitas yang disediakan pada umumnya kurang memadai, di ruang perkuliahan tidak disediakan kipas angin atau AC dan kepemimpinan institusi yang kurang sesuai, sehingga membuat mahasiswa kurang nyaman dalam belajar. Hal ini menciptakan kurangnya motivasi mahasiswa untuk belajar yang menyebabkan menurunnya prestasi belajar. Dibandingkan dengan STIKES Nurul Jadid Probolinggo, berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan padatomahasiswa Akademi Kebidanan (Akbid) commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
mahasiswa (11%) dengan Indeks Prestasi Semester < 2,75. Fasilitas yang disediakan pada umumnya cukup memadai. Hal ini menunjukkan bahwa l Ulum Surakarta lebih kondusif dibandingkan dengan lingkungan belajar mahasiswa STIKES Nurul Jadid Probolinggo. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prestasi mahasiswa adalah dengan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, mendorong motivasi mahasiswa, dan menciptakan kepemimpinan yang diharapkan atau yang cocok bagi mahasiswa. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengkaji lebih dalam
dan Persepsi tentang Kepemimpinan Institusi terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa D III Kebidanan STIKES Nurul Jadid Probolinggo dibandingkan dengan Akbid
B. Rumusan Masalah Adakah pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar mahasiswa D III Kebidanan di STIKES Nurul Jadid Probolinggo dibandingkan dengan Akbid ?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar mahasiswa D III Kebidanan STIKES Nurul Jadid Probolinggo dibandingkan dengan Akbid
2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa D III Kebidanan. b. Mengidentifikasi pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar mahasiswa D III Kebidanan. c. Mengidentifikasi pengaruh persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar mahasiswa D III Kebidanan. d. Mengidentifikasi pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan
persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar
mahasiswa D III Kebidanan STIKES Nurul Jadid Probolinggo dibandingkan Ulum Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam melakukan pengkajian mengenai masalah yang diteliti serta dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penyusunan karya tulis selanjutnya. 2. Manfaat Praktis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
a. Sebagai bahan pertimbangan bagi institusi dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif terutama di lingkungan kampus dan asrama agar dapat membangkitkan motivasi belajar mahasiswa serta memacu mahasiswa dalam pencapaian prestasi belajar yang baik. b. Dapat dijadikan informasi yang bermanfaat bagi mahasiswa dalam menumbuhkan motivasi belajar yang positif dan dapat menentukan sendiri lingkungan belajar yang kondusif sehingga dapat memacu prestasi belajarnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Konsep persepsi a. Pengertian Persepsi pada hakikatnya merupakan proses penilaian seseorang terhadap objek tertentu. Persepsi juga diartikan sebagai suatu proses di mana individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan sensori mereka untuk memberi arti pada lingkungan mereka (Halida dan Sartika, 2002). Persepsi juga merupakan kemampuan untuk membedakan, mengelompokkan, memfokuskan dan lain sebagainya yang selanjutnya diinterpretasikan (Sarwono, 2010). Persepsi merupakan proses psikologis dan hasil dari penginderaan serta proses terakhir dari kesadaran, sehingga membentuk proses berpikir. Selain itu, persepsi juga diartikan sebagai suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris (Walgito, 2004). Persepsi adalah suatu proses dimana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan-kesan sensorinya dalam
usahanya
memberikan
sesuatu
makna
tertentu
kepada
lingkungannya (Siagian, 2004). Banyak ahli yang mencoba membuat definisi dari persepsi. Beberapa di antaranya adalah :
commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
1) Persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya. 2) Persepsi merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap stimulus oleh organisme atau individu sehingga didapat sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu. 3) Persepsi ialah interpretasi tentang apa yang diinderakan atau dirasakan individu. 4) Persepsi merupakan suatu proses pengenalan maupun proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. 5) Persepsi juga mencakup konteks kehidupan sosial, sehingga dikenal sebagai persepsi sosial. Persepsi sosial merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang yang bertujuan untuk mengetahui, menginterpretasi, dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, baik mengenai sifatnya, kualitasnya, ataupun keadaan lain yang ada dalam diri orang yang dipersepsi sehingga terbentuk gambaran mengenai orang lain sebagai objek persepsi tersebut. 6) Persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu. 7) Persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya.
b. Faktor yang mempengaruhi persepsi Stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi. Berkaitan dengan faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu: 1) Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. 2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris. 3) Perhatian Untuk menyadari atau mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek (Walgito, 2004).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
Selain itu, juga terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, antara lain : 1) Orang yang membentuk persepsi itu sendiri, khususnya kondisi intern (kebutuhan, kelelahan, sikap, minat, motivasi, harapan, pengalaman masa lalu dan kepribadian), 2) Stimulus yang berupa objek maupun peristiwa tertentu (benda, orang, proses dan lain-lain), 3) Faktor situasi atau stimulus dimana pembentukan persepsi itu terjadi baik tempat, waktu, suasana sedih, gembira dan lain-lain (Halida dan Sartika, 2002).
c. Proses terjadinya persepsi Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses stimulus yang mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi di dalam otak sering disebut sebagai proses psikologis. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi adalah individu menyadari tentang stimulus yang diterima melalui alat indera, seperti apa yang dilihat, didengar, atau diraba (Walgito, 2004).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
d. Prinsip persepsi Beberapa prinsip dasar tentang persepsi, antara lain : 1) Persepsi itu relatif, bukan absolut Dalam hubungannya dengan kerelatifan persepsi ini, dampak pertama dari suatu perubahan rangsangan dirasakan lebih besar daripada rangsangan yang dating kemudian. Berdasarkan kenyataan bahwa persepsi itu relatif, seorang pendidik dapat meramalkan dengan lebih baik persepsi dari peserta didiknya untuk pelajaran berikutnya karena pendidik tersebut telah mengetahui lebih dahulu persepsi yang telah dimiliki oleh peserta didik dari pelajaran sebelumnya. 2) Persepsi itu selektif Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari banyak rangsangan yang ada di sekelilingnya pada saat-saat tertentu. Ini berarti bahwa rangsangan yang diterima akan tergantung pada apa yang pernah ia pelajari, apa yang pada suatu saat menarik perhatiannya
dan
ke
arah
mana
persepsi
itu
mempunyai
kecenderungan. Ini berarti juga bahwa ada keterbatasan dalam kemampuan seseorang untuk menerima rangsangan. 3) Persepsi itu mempunyai tatanan Orang menerima rangsangan tidak dengan cara sembarangan. Ia akan menerimanya dalam bentuk hubungan-hubungan atau kelompokkelompok. Jika rangsangan yang datang tidak lengkap, ia akan melengkapinya sendiri sehingga hubungan itu menjadi jelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
4) Persepsi
dipengaruhi
oleh
harapan
dan
kesiapan
(penerima
rangsangan) Harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan pesan mana yang akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana pesan yang dipilih itu akan ditata dan demikian pula bagaimana pesan tersebut akan diinterpretasikan. 5) Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain meskipun situasinya sama Perbedaan persepsi ini dapat ditelusuri pada adanya perbedaanperbedaan individual, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi (Slameto, 2010).
2. Konsep lingkungan belajar a. Pengertian New Collegiate Dictionary diterangkan sebagai influences affecting the life and development of an organism atau diartikan sebagai kumpulan segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kehidupan dan perkembangan sua belajar oleh para ahli sering disebut sebagai lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan adalah segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap
kegiatan
pendidikan
(Hadikusumo,
1996).
Sedangkan
lingkungan pendidikan yang lain adalah latar tempat berlangsungnya pendidikan (Tirtarahardja dan La Sulo, 1994). Berdasarkan pengertian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud lingkungan belajar adalah tempat berlangsungnya kegiatan belajar yang mendapatkan pengaruh dari luar terhadap keberlangsungan kegiatan tersebut.
b. Macam-macam lingkungan belajar Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa lingkungan pendidikan mencakup : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat (Munib, 2004). Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan yang akan mempengaruhi manusia secara bervariasi. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut : 1) Lingkungan keluarga a) Pengertian Pengertian lingkungan keluarga berasal dari kata lingkungan dan k (dalam
New Collegiate Dictionary Hadikusumo,
1996)
pengertian
lingkungan
adalah
kumpulan segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kehidupan dan perkembangan suatu organisme. Sedangkan pengertian keluarga adalah pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan semenda (hubungan menurut garis ibu) dan sedarah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti (nucleus family: ayah, ibu dan anak), ataupun keluarga yang diperluas (disamping inti, ada orang lain: kakek atau nenek, adik atau ipar, pembantu, dan lain-lain) (Tirtarahardja dan La Sulo,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
1994). Oleh karena itu, pengertian lingkungan keluarga adalah segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kehidupan dan perkembangan anggota keluarga. b) Faktor-faktor keluarga Slameto (2003) mengungkapkan bahwa siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Faktor-faktor keluarga yang mempengaruhi belajar siswa antara lain : (1) Cara orang tua mendidik Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya dapat menyebabkan anak tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya. Mendidik dengan cara memanjakan adalah cara mendidik yang tidak baik, karena anak akan berbuat seenaknya saja, Begitu pula mendidik anak dengan cara memperlakukannya terlalu keras adalah cara mendidik yang juga salah. (2) Relasi antar anggota keluarga Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
mempengaruhi belajar anak. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut. (3) Suasana rumah Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadiankajadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh atau ramai tidak akan
memberi
ketenangan
kepada
anak
yang
belajar.
Selanjutnya agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram. (4) Keadaan ekonomi keluarga Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis, buku, dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keliarga mempunyai cukup uang. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin bahkan harus bekerja untuk membantu orang tuanya, akan dapat mengganggu belajarnya. Sebaliknya keluarga
yang
kaya,
orang
tua
sering
mempunyai
kecenderungan untuk memanjakan anak, anak hanya bersenangsenang akibatnya kurang dapat memusatkan perhatiannya kepada belajar. (5) Pengertian orang tua
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. (6) Latar belakang kebudayaan Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar. (7) Dukungan di lingkungan rumah Dukungan di lingkungan rumah dapat berupa sikap tidak mengganggu sewaktu pembelajar sedang melakukan kegiatan belajar, memberikan kelonggaran bagi pembelajar untuk mencari informasi atau kebutuhan belajarnya ke luar rumah, atau membantu pembelajar melakukan pekerjaan-pekerjaan di rumah, yang dapat dikerjakan orang lain, misalnya sesekali menyapukan
kamar
belajar,
mencucikan
pakaian,
dan
sebagainya (Mudjiman, 2009). c) Fungsi keluarga Ahmadi (2004) mengungkapkan bahwa fungsi keluarga adalah sebagai fungsi kasih sayang, ekonomi, pendidikan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
perlindungan atau penjagaan, rekreasi, status keluarga dan agama. Sedangkan fungsi keluarga yang lain adalah : (1) Fungsi edukasi Fungsi edukasi adalah fungsi keluarga yang berkaitan dengan pendidikan anak khususnya dan pendidikan serta pembinaan anggota keluarga pada umumnya. Fungsi edukasi ini tidak sekedar menyangkut pelaksanaan tetapi menyangkut pula penentuan dan pengukuhan landasan yang mendasari upaya pendidikan itu, pengarah dan perumusan tujuan pendidikan, perencanaan dan pengolahannya, penyediaan sarana dan prasarana serta pengayaan wawasannya. (2) Fungsi sosialisasi Tugas keluarga tidak hanya mengembangkan individu menjadi pribadi yang mantap tetapi juga upaya membantunya dan mempersiapkannya menjadi anggota masayarakat yang baik. Dalam melaksanakan fungsi sosial, keluarga menduduki kedudukan sebagai penghubung anak dengan kehidupan sosial dan nilai-nilai sosial. Fungsi sosialisasi dapat membantu anak menemukan tempatnya dalam kehidupan sosial secara mantap yang dapat diterima rekan-rekannya bahkan masyarakat. (3) Fungsi perlindungan atau proteksi Mendidik
hakekatnya
bersifat
melindungi
yaitu
melindungi anak dari tindakan yang tidak baik dan dari hidup
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
yang menyimpang norma. Fungsi ini juga melindungi anak dari
ketidakmampuannya
bergaul
dengan
lingkungan
bergaulnya, melindungi dari pengaruh yang tidak baik. (4) Fungsi afeksi atau fungsi perasaan Anak berkomunikasi dengan lingkungannya juga dengan keluarganya dengan keseluruhan pribadinya. Kehangatan yang terpancar dari keseluruhan gerakan, ucapan, mimik serta perbuatan orang tua merupakan bumbu pokok dalam pelaksanaan pendidikan anak dalam keluarga. Makna kasih sayang orang tua terhadap anaknya tidak tergantung dari banyaknya hadiah yang diberikan tetapi sejauh mana kasih sayang tersebut dipersepsikan atau dihayati. Yang ingin dicapai dalam fungsi ini adalah menciptakan suasana perasaan sehat dalam keluarga. (5) Fungsi religius Keluarga wajib memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lainnya kepada kehidupan beragama. Tujuannya untuk mengetahui kaidah-kaidah agama juga untuk menjadi insan yang beragama sehinggga menggugah untuk mengisi dan mengarahkan hidupnya untuk mengabdi kepada Tuhan. (6) Fungsi ekonomis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
Fungsi ekonomis keluarga meliputi pencarian nafkah, perencanaan pembelanjaan serta pemanfaatannya. Keadaan ekonomi keluarga berpengaruh pada harapan orang tua akan masa depan dan harapan anak itu sendiri. Keluarga dengan ekonomi rendah menganggap anak sebagai beban. Sedangkan keluarga
dengan
ekonomi
tinggi
kemungkinan
dapat
memenuhi semua kebutuhan tetapi dalam pelaksanaannya tersebut belum menjamin pelaksanaan sebagaimana mestinya karena ekonomi keluarga tidak tergantung dari materi yang diberikan. (7) Fungsi rekreasi Rekreasi dirasakan orang jika ia menghayati suasana yang senang dan damai, jauh dari ketegangan batin, segar, santai, yang memberikan perasaan bebas dari ketegangan dan kesibukan sehari-hari. Makna fungsi rekreasi dalam keluarga diarahkan kepada tergugahnya kemampuan untuk dapat mempersiapkan kehidupan dalam keluarga secara wajar dan sungguh-sungguh sebagaimana digariskan dalam kaidah hidup berkeluarga. (8) Fungsi biologis Fungsi
biologis
keluarga
berhubungan
dengan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan biologis anggota keluarga. Kebutuhan akan keterlindungan fisik guna melangsungkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
kehidupan seperti perlindungan kesehatan, rasa lapar, haus, dan lain-lain. Dalam pelaksanaan fungsi itu hendaknya tidak berat sebelah, tidak memisahkan fungsi-fungsi tersebut, tidak dilakukan oleh satu pihak saja. Ahmadi (2004) sendiri menyebutkan bahwa fungsi keluarga adalah memelihara, merawat, dan melindungi anak dalam
rangka
sosialisasinya
agar
mereka
mampu
mengendalikan diri dan berjiwa sosial. 2) Lingkungan sekolah a) Pengertian Lingkungan sekolah dipahami sebagai lembaga pendidikan formal, dimana di tempat inilah kegiatan belajar mengajar berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan dan dikembangkan kepada anak didik. Selain itu, lingkungan sekolah diartikan sebagai lingkungan dimana para siswa dibiasakan dengan nilai-nilai tata tertib sekolah dan nilai-nilai kegiatan pembelajaran berbagai bidang studi yang dapat meresap ke dalam kesadaran hati
Berdasarkan 2 (dua) definisi tentang lingkungan sekolah tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah adalah lingkungan dimana kegiatan belajar mengajar berlangsung yang para siswanya dibiasakan dengan nilai-nilai tata tertib sekolah dan nilai-nilai kegiatan pembelajaran berbagai bidang studi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
b) Faktor sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar siswa antara lain : (1) Metode mengajar Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Guru perlu mencoba metode-metode mengajar yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. (2) Kurikulum Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Kurikulum yang tidak baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa. (3) Relasi guru dengan siswa Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya. Di dalam relasi guru dengan siswa yang baik, maka siswa akan berusaha mempelajari mata pelajaran yang diberikannya dengan baik. (4) Relasi siswa dengan siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Siswa yang mempunyai sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan, akan diasingkan dari kelompoknya. Akibatnya anak akan menjadi malas untuk masuk sekolah karena di sekolah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya. (5) Disiplin sekolah Kedisiplinan erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf yang lain disiplin pula, karena dapat memberi pengaruh yang positif terhadap belajarnya. (6) Alat pelajaran Alat
pelajaran
yang
lengkap
dan
tepat
akan
memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Tetapi kebanyakan sekolah masih kurang memiliki media dalam jumlah maupun kualitasnya.
(7) Waktu sekolah Waktu sekolah dapat terjadi pada pagi hari, siang, sore atau malam hari. Tetapi waktu yang baik untuk sekolah adalah pada pagi hari dimana pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik sehingga siswa akan mudah berkonsentrasi pada pelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
(8) Standar pelajaran di atas ukuran Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar. Padahal guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa. (9) Keadaan gedung Dengan jumlah siswa yang banyak serta bervariasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas. (10) Metode belajar Siswa perlu belajar teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajarnya. (11) Tugas rumah Kegiatan anak di rumah bukan hanya untuk belajar, melainkan juga digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah (Slameto, 2003). c) Fungsi sekolah Fungsi sekolah adalah yang pertama membantu keluarga dalam pendidikan anak-anaknya di sekolah. Sekolah, guru dan tenaga
pendidik
lainnya
melalui
wewenang
hukum
yang
dimilikinya berusaha melaksanakan tugas yang kedua yaitu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
memberikan pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap secara lengkap sesuai pula dengan apa yamg dibutuhkan oleh anak-anak dari keluarga yang berbeda. Sedangkan menurut Nasution (2004), fungsi sekolah antara lain sebagai berikut: (1) Sekolah mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan. (2) Sekolah memberikan keterampilan dasar. (3) Sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasib. (4) Sekolah menyediakan tenaga pembangunan. (5) Sekolah membantu memecahkan masalah-masalah sosial. (6) Sekolah mentransmisi kebudayaan. (7) Sekolah merupakan alat mentransformasi kebudayaan 3) Lingkungan masyarakat a) Pengertian Lingkungan masyarakat adalah tempat orang-orang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan (Gunawan, 2004). Lingkungan masyarakat juga merupakan lingkungan ketiga dalam proses pembentukan kepribadian anak-anak sesuai keberadaannya. Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan masyarakat adalah tempat orang-orang hidup bersama yang berpengaruh besar terhadap perkembangan pribadi anak-anak (siswa). b) Faktor masyarakat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Pengaruh-pengaruh itu antara lain sebagai berikut: (1) Kegiatan siswa dalam masyarakat Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi siswa perlu membatasi kegiatan masyarakat yang diikutinya, kalau perlu memilih kegiatan yang mendukung belajarnya. Dukungan terhadap belajar mandiri di lingkungan masyarakat dapat berupa kebijakan penyediaan perpustakaan keliling dan acaraacara ceramah kesehatan, pendidikan, atau kebudayaan bagi warga masyarakat, yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah. (2) Mass media Mass media, yang termasuk di dalamnya adalah radio, TV, surat kabar, buku-buku, dan lain-lain, yang ada dan beredar dalam masyarakat. Mass media memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa. (3) Teman bergaul
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga. (4) Bentuk kehidupan masyarakat Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada di situ. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang yang terpelajar
yang
baik-baik
mereka
mendidik
dan
menyekolahkan anaknya akan membawa pengaruh yang baik bagi siswa. Pengaruh itu akan mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi (Slameto, 2003). c) Peranan masyarakat dalam pendidikan Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan sebenarnya masih belum jelas, tidak sejelas tanggung jawab pendidikan di lingkungan keluarga dan di lingkungan sekolah. Hal ini disebabkan faktor waktu, hubungan, sifat dan isi pergaulan yang terjadi di dalam masyarakat. Waktu pergaulan terbatas, hubungannya hanya pada waktu-waktu tertentu, sifat pergaulannya bebas, dan isinya sangat kompleks dan beraneka ragam. Meskipun demikian,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
masyarakat mempunyai peran yang besar dalam pelaksanaan pendidikan nasional. Peran masyarakat itu antara lain menciptakan suasana yang dapat
menunjang
pelaksanaan
pendidikan
nasional,
ikut
menyelenggarakan pendidikan non-pemerintah (swasta), membantu pengadaan tenaga, biaya, sarana dan prasarana, menyediakan lapangan kerja, membantu pengembangan profesi baik secara langsung maupun tidak langsung (Ihsan, 1997).
3. Konsep motivasi a. Pengertian Motivasi adalah suatu proses dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ke tercapainya tujuan tertentu, yang apabila berhasil dicapai, akan
memuaskan
atau
memenuhi
kebutuhan-kebutuhan
tersebut
(Munandar, 2001). Motivasi juga diartikan sebagai proses yang dimulai dengan defisiensi fisiologis atau psikologis yang menggerakkan perilaku atau dorongan yang ditujukan untuk tujuan (Purwanti, 2006). Motif merupakan daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Sedangkan motivasi belajar adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam proses perkembangannya yang meliputi maksud tekad, hasrat, kemauan, kehendak, cita-cita dan sebagainya untuk mencapai tujuan (Sardiman, 2004).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Motivasi juga merupakan perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Selain itu, motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya (Mc. Donald dalam Sardiman, 2011).
b. Teori motivasi Teori motivasi dibagi menjadi beberapa teori, antara lain : 1) Teori kebutuhan (teori Abraham H. Maslow) Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; kebutuhan akan kasih sayang (love needs); kebutuhan akan harga diri (esteem needs),
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata. 2) Teori kebutuhan berprestasi (teori Mc Clelland) Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena
faktor-faktor
lain,
seperti
kemujuran
misalnya;
dan
menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah. 3) Teori Alderfer dikenal -huruf pertama dari tiga istilah yaitu: E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan). Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama, secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow dan
Existence
dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Relatedness mengandung makna sama dengan
menurut Maslow. Kedua, teori
Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa : makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya; kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang
telah dipuaskan; sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar. 4) Teori dua faktor (teori Hezberg)
hygiene ud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang. Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya. Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik. 5) Teori keadilan Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima, artinya apabila seorang
pegawai
mempunyai
persepsi
bahwa
imbalan
yang
diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu : seseorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu : harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya; imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri; imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis; peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai. 6) Teori penetapan tujuan (teori Goal Setting) Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni : tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; tujuan-tujuan mengatur upaya; tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan tujuan-tujuan menunjang strategistrategi dan rencana-rencana kegiatan. 7) Teori harapan (teori Victor Vroom) Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. 8) Teori penguatan dan modifikasi perilaku Perilaku
ditentukan
oleh
persepsi
seseorang
terhadap
kebutuhannya. Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
konsekuensi eksternal dari perilaku dan tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku. Dalam hal ini berlaku apa yang dikenal
cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekuensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekuensi yang merugikan. Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara tersebut
9) Teori kaitan imbalan dengan prestasi Motivasi
diartikan
sebagai
sesuatu
dorongan
yang
menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu (tujuan) yang terdiri dari berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah : persepsi seseorang mengenai diri sendiri; harga diri; harapan pribadi; kebutuhaan; keinginan; kepuasan kerja; prestasi kerja yang dihasilkan. Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah jenis dan sifat pekerjaan; kelompok kerja dimana seseorang bergabung; organisasi tempat bekerja; situasi lingkungan pada umumnya; sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya (Sudrajat, 2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
c. Jenis motivasi Motivasi sebagai kekuatan individu memiliki dua jenis tingkat kekuatan, yaitu : 1) Motivasi primer Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motifmotif dasar, motif dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Dimyati mengutip pendapat Mc. Dougal bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan dan perasaan subjektif dan dorongan mencapai kepuasan, contoh mencari makan, rasa ingin tahu, dan sebagainya. 2) Motivasi sekunder Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari, motif ini dikaitkan dengan motif sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait komponen penting seperti afektif, kognitif dan konasi, sehingga motivasi sekunder dan primer sangat penting dikaitkan oleh mahasiswa dalam usaha pencapaian prestasi belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006). Motivasi dibedakan berdasarkan sebab-sebab timbulnya motivasi itu sendiri ke dalam dua golongan, yaitu : 1) Motivasi intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi individu itu sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar individu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Contoh : seseorang belajar piano karena ia termotivasi agar mampu memainkan alat musik, tidak hanya sebagai pendengar saja. 2) Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku individu yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya. Ia mendapat pengaruh atau rangsangan dari luar. Contoh : seseorang akan mengerjakan tugas setelah diberi tahu bahwa besok tugasnya harus dikumpulkan (Suryabrata, 2002).
d. Karakteristik motivasi 1) Climber Pada tipe ini, dimana seseorang akan terus berusaha mencapai puncak tanpa mempertimbangkan lebih jauh mengenai keuntungan atau kerugian, ketidakberuntungan atau keberuntungan. Tipe ini juga cenderung tidak pernah mempermasalahkan usia, gender, ras, ketidakmampuan fisik atau mental, atau berbagai rintangan lain untuk mencapai puncak kesuksesannya. 2) Camper Pada tipe ini, seseorang bekerja keras tetapi hanya sebatas apa yang mampu dia lakukan. Pada dasarnya keberhasilan bisa diraih lebih baik lagi, tetapi dia cenderung untuk tidak mau mencapainya. Dia sudah cukup puas dengan apa yang sudah diraihnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
3) Quitter Pada tipe ini, s Dia lebih memilih sesuatu yang mudah, tanpa gejolak. Akan tetapi, apabila menghadapi kesukaran, dia cenderung lebih mudah terkena depresi atau frustasi, dan dia lebih memilih melarikan diri dari pekerjaannya, padahal sebetulnya dia punya potensi untuk mencapai sukses (Chandra, 2009).
e. Komponen motivasi Komponen motivasi adalah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Ada dua komponen dalam motivasi, yaitu: 1) Komponen dalam, yaitu perubahan di dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas, dan ketegangan psikologis. Jadi, komponen dalam adalah kebutuhan yang hendak dipuaskan. 2) Komponen luar, yaitu apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Jadi, komponen luar adalah tujuan yang hendak dicapai (Hamalik, 2004).
f. Indikator motivasi Dalam diri seseorang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1) Tekun menghadapi tugas 2) Tekun menghadapi kesulitan (tidak cepat putus asa) 3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
4) Lebih senang bekerja mandiri 5) Tidak cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin 6) Dapat mempertahankan pendapatnya 7) Tidak cepat menyerah terhadap hal yang diyakini 8) Senang mencari dan memecahkan masalah (Sardiman, 2004) Apabila
mahasiswa
mempunyai
ciri-ciri
tersebut,
berarti
mahasiswa mempunyai motivasi yang cukup kuat. Kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik jika mahasiswa memiliki motivasi untuk belajar, tekun dalam menghadapi tugas, senang memecahkan soal-soal, dan ulet dalam mengatasi kesulitan belajar. Berdasarkan berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator dari motivasi dalam penelitian ini adalah : 1) Tekun dalam menghadapi tugas 2) Adanya ketertarikan dengan perkuliahan 3) Senang memecahkan soal-soal dan latihan 4) Ulet dalam mengatasi kesulitan belajar
g. Faktor yang mempengaruhi motivasi Beberapa fakktor yang mempengaruhi motivasi belajar, antara lain : 1) Cita-cita atau aspirasi Cita-cita atau aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai, yang akan memperkuat motivasi belajar. 2) Kemampuan belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Dalam belajar dibutuhkan kemampuan, yang meliputi beberapa aspek psikis
yang terdapat dalam diri seseorang, misalnya
penghematan, perhatian, ingatan, daya pikir, dan fantasi. 3) Kondisi fisik dan psikologis Mahasiswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Kondisi fisik dan psikologis sangat mempengaruhi motivasi belajar. Seseorang yang kondisi jasmani dan rohani yang terganggu, akan mengganggu perhhatian belajarnya, begitu juga sebaliknya. 4) Kondisi lingkungan Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari luar individu. Kondisi lingkungan yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu ditingkatkan mutunya dengan lingkungan yang aman, nyaman, tentram, tertib dan indah, maka semangat dan motivasi belajar akan mudah diperkuat. 5) Unsur dinamis dalam belajar Unsur
dinamis
dalam
belajar
adalah
unsur-unsur
yang
keberadaannya dalam proses belajar mengajar tidak stabil, terkadang kuat, terkadang lemah dan bahkan hilang sama sekali. Misalnya keadaan emosi, gairah belajar, situasi dalam keluarga, dan lain-lain. 6) Upaya pendidik dalam pembelajaran peserta didik Upaya yang dimaksud adalah bagaimana guru atau dosen mempersiapkan diri dalam membelajarkan mahasiswa mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
mahasiswa, mengevaluasi hasil belajar, dan lain-lain. Bila upayaupaya tersebut dilaksanakan dengan berorientasi pada kepentingan mahasiswa, maka diharapkan dapat menimbulkan motivasi belajar mahasiswa (Darsono, 2000).
h. Fungsi motivasi Motivasi mempunyai fungsi yang penting dalam belajar, karena motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan siswa. Ada tiga fungsi motivasi, yaitu: 1) Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2) Menuntun arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, dengan demikian motivasi dapat memberi arah, dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut (Sardiman, 2011). Selain itu, ada juga fungsi lain dari motivasi dalam proses belajar mengajar adalah : 1) Menyediakan kondisi yang optimal bagi terjadinya belajar. 2) Menguatkan semangat belajar siswa. 3) Menimbulkan atau menggugah minat siswa agar mau belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
4) Mengikat perhatian siswa agar mau dan menemukan serta memilih jalan atau tingkah laku yang sesuai untuk mencapai tujuan belajar maupun tujuan hidup jangka panjang (Prayitno dalam Sardiman, 2004). Fungsi motivasi lainnya adalah pertama, mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar; kedua, sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan; ketiga, sebagai pengerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Kuat lemahnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan seseorang. Aspek motivasi dalam keseluruhan proses belajar mengajar sangat penting, karena motivasi dapat mendorong siswa untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu yang berhubungan dengan kegiatan belajar. Motivasi dapat memberikan semangat kepada siswa dalam kegiatankegiatan belajarnya dan memberi petunjuk atas perbuatan yang dilakukannya. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka harus dilakukan suatu upaya agar siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi. Dengan demikian siswa yang bersangkutan dapat mencapai hasil belajar yang optimal (Hamalik, 2004).
i. Peranan motivasi dalam belajar Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan terjadinya suatu perbuatan atau tindakan. Perbuatan belajar pada siswa terjadi karena adanya motivasi untuk melakukan perbuatan belajar. Motivasi dipandang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
berperan dalam belajar karena motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut : 1) Motivasi menentukan tingkat berhasil atau kegagalan perbuatan belajar siswa. Belajar tanpa motivasi kiranya sulit untuk berhasil. 2) Pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang dimiliki oleh siswa. 3) Pengajaran yang bermotivasi membentuk aktivitas dan imaginitas pada guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang sesuai dan serasi guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Guru senantiasa berusaha agar siswa-siswa pada akhirnya memiliki (self motivation) yang baik. 4) Berhasil atau tidak berhasilnya dalam membangkitkan penggunaan motivasi dalam pengajaran sangat erat hubungan dengan aturan disiplin dalam kelas. Ketidakberhasilan dalam hal ini mengakibatkan timbulnya masalah disiplin dalam kelas. 5) Azas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral dari asas-asas mengajar. Penggunaan motivasi dalam mengajar bukan saja melengkapi prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif. Demikian pengajaran yang berasaskan motivasi adalah sangat penting dalam proses belajar dan mengajar (Uno, 2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
Peserta didik dalam belajar hendaknya merasakan adanya kebutuhan psikologis yang normatif. Peserta didik yang termotivasi dalam belajarnya dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku yang menyangkut minat, ketajaman, perhatian, konsentrasi, dan ketekunan. Peserta didik yang memiliki motivasi rendah dalam belajarnya menampakkan keengganan, cepat bosan, dan berusaha menghindar dari kegiatan belajar. Disimpulkan bahwa motivasi menentukan tingkat berrhasil tidaknya kegiatan belajar peserta didik. Motivasi menjadi salah satu faktor yang menentukan belajar yang efektif (Sofa, 2008).
j. Upaya meningkatkan motivasi belajar Mengingat demikian pentingnya peranan motivasi bagi peserta didik dalam belajar, maka guru atau dosen diharapkan dapat membangkitkan dan meningkatkan motivasi belajar peserta didiknya. Agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang optimal, maka peserta didik harus memiliki motivasi belajar yang tinggi, namun pada kenyataannya tidak semua peserta didik memiliki motivasi belajar yang tinggi dalam belajar. Untuk membantu peserta didik yang memiliki motivasi belajar rendah perlu dilakukan suatu upaya dari guru atau dosen agar peserta didik yang bersangkutan untuk dapat meningkatkan motivasi belajarnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
Dalam rangka mengupayakan agar motivasi belajar peserta didik tinggi, seorang guru atau dosen hendaknya selalu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Seorang guru atau dosen hendaknya mampu mengoptimalisasikan penerapan prinsip belajar. Guru atau dosen pada prinsipnya harus memandang bahwa dengan kehadiran peserta didik di kelas merupakan suatu motivasi belajar yang datang dari peserta didik, sehingga ia akan menganggap peserta didik sebagai seorang yang harus dihormati dan dihargai. Dengan perlakuan semacam itu, peserta didik tentunya akan mampu memberi makna terhadap pelajaran yang dihadapinya; 2) Guru atau dosen hendaknya mampu mengoptimalisasikan unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran. Dalam proses belajar, seorang peserta didik terkadang dapat terhambat oleh adanya berbagai permasalahan. Hal ini dapat disebabkan oleh karena kelelahan jasmani ataupun mental peserta didik. Untuk itu, upaya yang dapat dilakukan seorang guru atau dosen adalah dengan cara : a) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan belajar yang dialaminya. b) Meminta kesempatan kepada orang tua peserta didik agar memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk beraktualisasi diri dalam belajar. c) Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
d) Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat
pada
perilaku
belajar.
Pada
tingkat
ini
guru
memperlakukan upaya belajar merupakan aktualisasi diri peserta didik. e) Merangsang peserta didik dengan penguat memberi rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan dan pasti berhasil. 3) Guru atau dosen mengoptimalisasikan pemanfataan pengalaman dan kemampuan peserta didik. Perilaku belajar yang ditunjukkan peserta didik merupakan suatu rangkaian perilaku yang ditunjukkan pada kesehariannya. Untuk itu, maka pengalaman yang diberikan oleh guru atau dosen terhadap peserta didik dalam meningkatkan motivasi belajar adalah dengan cara : a) Peserta didik diberi tugas membaca bahan belajar sebelumnya, tiap membaca hal-hal penting dari bahan tersebut dicatat. b) Guru memecahkan hal yang sukar bagi siswa dengan cara memecahkannya. c) Guru mengajarkan cara memecahkan dan mendidik keberanian kepada siswa dalam mengatasi kesukaran. d) Guru mengajak serta siswa mengalami dan mengatasi kesukaran. e) Guru
memberi
kesempatan
kepada
siswa
untuk
mampu
memecahkan masalah dan mungkin akan membantu rekannya yang mengalami kesulitan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
f) Guru memberi penguatan kepada siswa yang berhasil mengatasi kesulitan belajarnya sendiri. g) Guru menghargai pengalaman dan kemampuan siswa agar belajar secara mandiri. Dengan adanya perlakuan semacam itu dari guru diharapkan siswa mampu membangkitkan motivasi belajarnya dan tentunya harapan yang paling utama adalah siswa mendapatkan hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuannya. Tentunya untuk mencapai prestasi belajar tersebut tidak akan terlepas dari upaya yang dilakukan oleh guru dalam memberikan motivasi atau dorongan kepada siswa agar dapat meningkatkan motivasi belajarnya (Winkel, 1996 ). 4. Konsep kepemimpinan institusi a. Pengertian Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk pencapaian tujuan. Bentuk pengaruh tersebut dapat secara formal seperti tingkat manajerial pada suatu organisasi. Kepemimpinan
juga
merupakan
suatu
kenyataan
kehidupan
organisasional bahwa pimpinan memainkan peranan yang amat penting, bahkan dapat dikatakan amat menentukan dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan
yang
mampu
menumbuhkan,
memelihara
dan
mengembangkan usaha dan iklim yang kondusif di dalam kehidupan organisasional (Revida, 2004).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan bersama. Pembahasan tentang kepemimpinan menyangkut tugas dan
gaya
kepemimpinan,
cara
mempengaruhi
kelompok,
yang
mempengaruhi kepemimpinan seseorang. Kreiner menyatakan bahwa leadership adalah proses mempengaruhi orang lain yang mana seorang pemimpin mengajak anak buahnya secara sekarela berpartisipasi guna mencapai tujuan organisasi (Robinson dalam Uno, 2008). Kepemimpinan merupakan
unsur kunci dalam menentukan
efektivitas maupun tingkat produktifitas suatu organisasi. Banyak definisi kepemimpinan yang dikemukakan para ahli, beberapa di antaranya dapat dikemukakan sebagai berikut: 1) Ordway Tead dalam Kartono, 1994
mengungkapkan bahwa
kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 2) George R. Terry dalam Kartono, 1994 mengungkapkan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok. 3) K.
Hemphill
dalam
Thoha,
kepemimpinan
adalah
suatu
1996 inisiatif
mengungkapkan untuk
bertindak
bahwa yang
menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
4) Kimball Young dalam Kartono, 1994 mengungkapkan bahwa kepemimpinan adalah bentuk dominasi didasari kemauan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu, berdasarkan akseptasi atau penerimaan oleh kelompoknya dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus. 5) Moeldjono (2009) mengungkapkan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain, untuk memahami dan setuju kepada apa yang perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama. 6) Yukl (2009) menyiratkan bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses seorang pemimpin mempengaruhi pengikutnya untuk hal-hal berikut : mengintepretasikan keadaan (lingkungan organisasi), pemilihan tujuan organisasi, pengorganisasian kerja dan memotivasi pengikut
untuk
mencapai
tujuan
organisasi,
mempertahankan
kerjasama dan tim kerja dan mengorganisasi dukungan dan kerjasama orang dari luar organisasi.
b. Unsur dalam kepemimpinan 1) Adanya seseorang yang berfungsi memimpin, yang disebut pemimpin. 2) Adanya orang lain yang dipimpin 3) Adanya kegiatan menggerakkan orang lain, yang dilakukan dengan mempengaruhi dan mengarahkan perasaan, pikiran, dan tingkah lakunya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
4) Adanya tujuan yang hendak dicapai, baik yang dirumuskan secara sistematis maupun bersifat sukarela. 5) Berlangsung berupa proses di dalamnya kelompok atau organisasi, baik besar maupun kecil, dengan banyak maupun sedikit orang yang dipimpin.
c. Teori kepemimpinan 1) Teori kepemimpinan sifat (traith theory) Studi mengenai sifat atau ciri mula-mula mencoba untuk mengidentifikasi karakteristik-karakteristik fisik, ciri kepribadian, dan kemampuan orang yang dipercaya sebagai pemimpin alami. Ratusan studi tentang sifat atau ciri telah dilakukan, namun sifat atau ciri tersebut tidak memiliki hubungan yang kuat dan konsisten dengan keberhasilan kepemimpinan seseorang. Penelitian mengenai sifat atau ciri tidak memperhatikan pertanyaan tentang bagaimana sifat atau ciri itu berinteraksi sebagai suatu integrator dari kepribadian dan perilaku atau bagaimana situasi menentukan relevansi dari berbagai sifat atau ciri dan kemampuan bagi keberhasilan seorang pemimpin (Junaidi, 2010). Teori sifat berusaha untuk mengidentifikasi karakteristik khas (fisik, mental, dan kepribadian) yang dikaitkan dengan keberhasilan kepemimpinan. Teori ini menekankan atribut pribadi pemimpin. Keberhasilan manajerial disebabkan oleh karena pemimpin memiliki kemampuan yang luar biasa, antara lain intelegensia dan kepribadian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Teori ini menekankan pada upaya untuk mencari korelasi yang signifikan tentang atribut pemimpin dan kriteria keberhasilan seorang pemimpin. Pemimpin dapat melaksanakan kepemimpinan dengan baik harus memiliki sifat-sifat tertentu yang akan menunjang bagi tindakan dan pemikiran ke arah mana proses kepemimpinannya itu diarahkan (Yukl, 2009). 2) Teori kepemimpinan perilaku (behavioral theory) Kebanyakan studi mengenai perilaku kepemimpinan selama periode tersebut menggunakan kuesioner untuk mengukur perilaku yang berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada hubungan. Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat bagaimana perilaku tersebut
dihubungkan
dengan
kriteria
tentang
efektivitas
kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja bawahan. Peneliti-peneliti lainnya menggunakan eksperimen laboratorium atau lapangan untuk menyelidiki bagaimana perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahan. Menurut teori ini, perilaku pemimpin pada dasarnya terdiri dari perilaku yang pusat perhatiannya kepada manusia dan perilaku yang pusat perhatiannya pada produksi. 3) Teori kepemimpinan situasional (situational theory) Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu adalah: a) Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas; b) Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan; c) Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan; d) Norma yang dianut kelompok; e) Rentang kendali; f) Ancaman dari luar organisasi; g) Tingkat stress; h) Iklim yang terdapat dalam organisasi (Sofa, 2009). Efektivitas
kepemimpinan
seseorang
ditentukan
oleh
situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu. Oleh karena itu, dalam kepemimpinan situasional penting bagi setiap pemimpin untuk mengadakan diagnosa dengan baik tentang situasi. Sehingga pemimpin yang baik menurut teori ini, harus mampu: a) Mengubah-ubah perilakunya sesuai dengan situasinya, b) Mampu memperlakukan bawahan sesuai dengan kebutuhan dan motif yang berbeda-beda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Jadi, berdasarkan teori kepemimpinan situasional semua variabel situasi (waktu, tuntutan tugas, iklim organisasi, harapan dan kemampuan atasan, teman sejawat, bawahan) adalah sangat penting yaitu tingkah laku pemimpin dalam hubungannya dengan para bawahan (Wahjosumidjo, 1987). Di dalam pendekatan situasional atau kontingensi, terdapat empat model kepemimpinan sebagai berikut : a) Model kepemimpinan situasional dari Hersey dan Banchard yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling efektif bervariasi dengan kesiapan bawahan. b) Kepemimpinan
dan
situasi
kerja
(model
Fiedler)
yang
mengemukakan bahwa tidak ada satu gaya kepemimpinan yang cocok untuk setiap situasi. Untuk itu, diperlukan kemampuan dalam mengubah situasi lingkungan agar cocok dengan pemimpin. c) Pendekatan jalur sasaran, didasarkan pada motivasi model, harapan, yang menyatakan motivasi seseorang didasarkan pada harapan akan imbalan dan daya tarik imbalan itu untuk diperoleh karyawan. d) Merumuskan penyertaan bawahan (Uno, 2008).
d. Ciri-ciri kepemimpinan Efetivitas kepemimpinan dianggap ditentukan oleh kepribadian pemimpin. Pemimpin mempunyai kualitas yang lebih baik dari para pengikutnya.
Ia
mempunyai
ciri-ciri
commit to user
yang tidak
dimiliki oleh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
pengikutnya. Di Indonesia terdapat sebelas ciri pribadi yang diharapkan dimiliki oleh seorang pemimpin, yang dianut oleh TNI AD, yaitu : 1) Takwa, menahan diri dari perbuatan yang dilarang oleh Tuhan Yang Maha Esa dan taat kepada segala perintah-Nya. 2) Ing Ngarsa Sung Tuladha, sebagai pemuka, orang yang berada di depan, selalu memberi suri tauladan kepada yang dipimpinnya. 3) Ing Madya Mangun Karsa, di tengah-tengah para anak buahnya ikut terjun langsung bekerja sama bahu membahu, memberi dorongan dan semangat. 4) Tut Wuri Handayani, dari belakang selalu memberi dorongan dan arahan kepada apa yang diinginkan anak buahnya. 5) Waspada Purba Wisesa, selalu berhati-hati dalam segala kondisi, meneliti dan membuat perkiraan keadaan secara terus-menerus. 6) Ambeg Para Maarta, pandai menentukan mana yang menurut ruang, waktu dan keadaan patut didahhulukan. 7) Prasaja, bersifat dan bersikap sederhana serta rendah hati. 8) Satya, loyalitas timbal balik dan bersikap hemat, tidak ceroboh serta memelihara kondisi materiil dengan kecermatan. 9) Gemi nastiti, hemat dan cermat, sadar dan mampu membatasi penggunaan dan pengeluaran hanya untuk yang benar-benar diperlukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
10) Belaka, bersifat dan bersikap terbuka, jujur dan siap menerima segala kritik yang membangun, selalu mawas diri dan selalu siap mempertanggungjawabkan perbuatannya. 11) Legawa, rela dan ikhlas untuk pada waktunya mengundurkan diri dari fungsi kepemimpinannya dan diganti dengan suatu generasi baru yang telah mewarisi kesepuluh ciri ini (Munandar, 2001).
e. Tipe kepemimpinan 1) Telling
kepemimpinan yang dikatakan pemimpin yang tidak mempercayai orang bawahannya dan banyak memberi arahan kepada orang bawahan untuk melakukan segala sesuatu yang perlu dilakukan tanpa melihat hubungan antara pemimpin dengan orang bawahannya. Pemimpin mengenal pasti masalah, membuat keputusan dan menetapkan tindakan yang perlu dilakukan secara sendirian. Pemimpin seperti ini tidak memikirkan perasaan dan pandangan orang lain terhadap keputusan yang telah dibuatnya. Contohnya: Seorang pengurus akan lebih banyak mengarah dan menyuruh apa yang perlu dilakukan oleh orang bawahannya dari A ke Z. 2) Selling
tinggi dari segi penyelesaian masalah dan hubungan dengan orang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
bawahan adalah rapat sebagai satu organisasi. Pemimpin akan menerangkan lebih lanjut tentang pendapatnya daripada pengikut. Dalam gaya kepemimpinan ini, keputusan masih dilakukan oleh pemimpin, kemudian menerangkan lebih lanjut tentang pendapatnya untuk mendapat sokongan daripada pengikut. Dengan cara ini, pengikut faham apa yang ditetapkan dan bersedia melaksanakan tugas. Sesuai dengan pengikut yang digolongkan sebagai rendah
sederhana
di segi tahap kesediaan. Contohnya: seorang pengurus biasanya dilihat lebih kepada pendekatan sosial (social approach) untuk memimpin kumpulan atau lebih kepada perbincangan yang bersifat terbuka. 3) Participating Gaya kepemimpinan perilaku pemimpin yang lebih banyak memfokuskan perhatian pada kualitas hubungan dan kurang memperhatikan penyelesaian tugastugas. Pemimpin yang lebih menumpukan perhatian pada kualitas hubungan dan memperlihatkan penyelesaian tugas. Pemimpin meminta reaksi dan pandangan dari pengikutnya sebelum membuat keputusan. Bagaimanapun keputusan masih di tangan pemimpin. Ia sesuai dengan pengikut yang mempunyai tahap kesediaan antara sederhana ke tinggi. Pengikut yang berkebolehan tetapi tidak sanggup dan tidak yakin memerlukan sokongan supaya meningkatkan motivasi. 4) Delegating
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
gas menunjukkan peningkatan kepercayaan yang tinggi dari pemimpin terhadap orang bawahannya dan memberikan kepercayaan orang bawahan
untuk
melakukan
tugasnya
sendiri
dengan
sedikit
pengarahan dan sedikit sekali hubungan antara personal. Pemimpin mengenal pasti masalah, merangka panduan, batasan dan syarat bertindak lalu menyerahkan kepada pengikut untuk membuat keputusan. Walaupun autoriti telah ditagihkan, responsibiliti dan akuntabiliti terhadap keputusan yang dibuat masih terletak di bahu pemimpin (Azmi, 2010). Terdapat beberapa tipe kepemimpinan, antara lain : 1) Tipe deserter (pembelot) Sifatnya : bermoral rendah, tidak memiliki rasa keterlibatan, tanpa pengabdian, tanpa loyalitas dan ketaatan, sukar diramalkan. 2) Tipe birokrat Sifatnya : correct, kaku, patuh pada peraturan dan norma-norma, ia adalah manusia organisasi yang tepat, cermat, berdisiplin dan keras. 3) Tipe missionaris (missionary) Sifatnya : terbuka, penolong, lembut hati, ramah tamah. 4) Tipe developer (pembangun) Sifatnya : kreatif, dinamis, inovatif, memberikan atau melimpahkan wewenang dengan baik, menaruh kepercayaan pada bawahan. 5) Tipe otokrat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Sifatnya : keras, diktatoris, mau menang sendiri, keras kepala, sombong, bandel. 6) Benevolent autocrat (otokrat yang bijak) Sifatnya : lancar, tertib, ahli dalam mengorganisir, besar rasa keterlibatan diri. 7) Tipe compromiser (kompromis) Sifatnya : selalu mengikuti angin tanpa pendirian, tidak mempunyai keputusan, berpandangan pendek dan sempit. 8) Tipe eksekutif Sifatnya : bermutu tinggi, dapat memberikan motivasi yang baik, berpandangan jauh, tekun (Kartono, 2005)
f. Kemampuan dan sifat pemimpin 1) Energi jasmani dan mental (physical and nervous energy), yaitu pemimpin mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan atau tenaga yang istimewa. Demikian juga didukung dengan semangat juang, motivasi kerja, disiplin dan kesabaran. 2) Kesadaran akan tujuan dan arah yang akan ditujunya (a sense of purpose and direction) dan memberi manfaat bagi dirinya dan kelompok. 3) Antusiasme (enthusiasm), membangkitkan, optimisme, dan semangat besar pada pribadi pemimpin maupun anggota kelompok. 4) Keramahan dan kecintaan (friendliness and affection), yaitu kasih sayang dan dedikasi pemimpin bisa menjadi tenaga penggerak yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
positif untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang menyenangkan bagi semua pihak. Sedangkan keramahan juga memberikan pengaruh pemimpin dalam mencapai tujuan. 5) Integritas, yaitu dengan segala ketulusan hati dan kejujuran, pemimpin memberikan ketauladanan, agar diikuti dan dipatuhi oleh anggota kelompoknya. 6) Penguasaan teknis (technical mastery), yaitu pemimpin harus memiliki satu atau beberapa kemahiran teknis tertentu, agar ia mempunyai
kewibawaan
dan
kekuasaan
untuk
memimpin
kelompoknya. 7) Ketegasan
dalam
mengambil
keputusan
(decisiveness),
yaitu
mengambil keputusan secara tepat. Tegas dan cepat sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya. 8) Kecerdasan (intelligence), yaitu kemampuan pemimpin untu melihat dan mematuhi dengan baik, mengerti sebab dan akibat kejadian, menemukan hal-hal yang krusial, dan cepat menemukan cara-cara penyelesaiannya 9) Keterampilan mengajar (teaching skill), yaitu pemimpin harus mampu menuntun,mendidik,
mengarahkan,
mendorong,
dan
dan
menggerakkan anak buahnya atau anggotanya untuk berbuat sesuatu. 10) Kepercayaan (faith), yaitu bahwa para anggota pasti dipimpin dengan baik, dipengaruhi secara positif dan diarahkan pada sasaransasaran yang benar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Empat sifat umum yang nampaknya mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan efektifitas kepemimpinan yaitu : 1) Kecerdasan, hasil penelitian pada umumnya membuktikan bahwa pemimpin
mempunyai
tingkat
kecerdasan
yang
lebih
tinggi
dibandingkan dengan yang dipimpin. 2) Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial, pemimpin cenderung menjadi matang dan mempunyai perhatian yang luas terhadap aktivitas-aktivitas sosial. Dia mempunyai keinginan menghargai dan dihargai. 3) Motivasi diri dan dorongan berprestasi, para pemimpin secara relatif mempunyai sorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi. 4) Sikap dan hubungan kemanusiaan, pemimpin-pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri dan kekuatan para pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya (Kartono, 2005). Terry dalam bukunya
, menuliskan
sepuluh sifat pemimpin yang unggul, yaitu : 1) Kekuatan, kekuatan badaniah dan rohaniah merupakan syarat pokok bagi pemimpin yang harus bekerja lama dan berat pada waktu-waktu yang lama serta tidak teratur, dan di tengah-tengah situasi yang sering tidak menentu. 2) Stabilitas emosi, pemimpin yang baik itu memiliki emosi yang stabil. Artinya dia tidak mudah marah, tersinggung perasaan, dan tidak meledak-ledak secara emosional. Ia menghormati martabat orang lain,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
toleran terhadap kelemahan orang lain, dan bisa memaafkan kesalahan-kesalahan yang tidak terlalu prinsipiil. Semua itu diarahkan untuk mencapai lingkungan sosial yang rukun damai, harmonis, dan menyenangkan. 3) Pengetahuan tentang relasi insani, salah satu tugas pokok pemimpin adalah memajukan dan mengembangkan semua bakat serta potensi anak
buah,
untuk
kesejahteraan.
bisa
Karena
bersama-sama itu,
pemimpin
maju
dan
mengecap
diharapkan
memiliki
pengetahuan tentang sifat, watak dan perilaku anggota kelompoknya, agar ia bisa menilai kelebihan dan kelemahan pengikutnya, yang disesuaikan dengan tugas-tugas yang akan diberikan pada masingmasing individu. 4) Kejujuran, pemimpin yang baik itu harus memiliki kejujuran yang tinggi yaitu jujur pada diri sendiri dan pada orang lain. Dia selalu menepati janji, tidak munafik, dapat dipercaya, dan berlaku adil terhadap semua orang. 5) Objektif, pertimbangan pemimpin itu harus berdasarkan hati nurani yang bersih, supaya objektif (tidak subjektif, berdasarkan prasangka sendiri). Dia akan mencari bukti-bukti nyata dan sebab musabab setiap kejadian dan memberikan alas an rasional atas penolakannya. 6) Dorongan pribadi, keinginan dan kesediaan untuk menjadi pemimpin itu harus muncul dari dalam hati sanubari sendiri. Dukungan dari luar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
akan memperkuat hasrat sendiri untuk memberikan pelayanan dan pengabdian diri kepada kepentingan orang banyak. 7) Keterampilan berkomunikasi, pemimpin diharapkan mahir menulis dan berbicara, mudah menangkap maksud orang lain, cepat menangkap esensi pernyataan orang luar dan mudah memahami maksud para anggotanya. Selain itu, juga pandai mengkoordinasikan macam-macam sumber tenaga manusia, dan mahir mengintegrasikan pelbagai opini serta aliran yang berbeda-beda untuk mencapai kerukunan dan keseimbangan. 8) Kemampuan mengajar, pemimpin yang baik itu diharapkan juga menjadi guru yang baik. Mengajar adalah membawa siswa (orang yang belajar) secara sistematis dan intensional pada sasaran tertentu, guna mengembangkan pengetahuan, keterampilan atau kemahiran teknis tertentu, dan menambah pengalaman mereka. Tujuannya adalah agar para pengikutnya bisa mandiri, mau memberikan loyalitas dan partisipasinya. 9) Keterampilan sosial, pemimpin juga diharapkan memiliki kemampuan
bakat dan potensinya. Pemimpin juga mampu mendorong setiap orang untuk berusaha dan mengembangkan diri dengan caranya sendiri yang dianggap paling cocok. Dia bersikap ramah, terbuka, dan mudah menjalin persahabatan berdasarkan rasa saling percaya-mempercayai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
10) Kecakapan teknis atau kecakapan manajerial, pemimpin harus superior dalam satu atau beberapa kemahiran teknis tertentu. Juga memiliki kemahiran manajerial untuk membuat rencana, mengelola, menganalisis
keadaan,
membuat
keputusan,
mengarahkan,
mengontrol, dan memperbaiki situasi yang tidak mapan (Kartono, 2005).
5. Konsep belajar a. Pengertian Usaha pemahaman mengenai makna belajar ini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Cronbach memberikan definisi : Learning is shown by a change in behavior as a result of experience. 2) Harold Spears memberikan batasan : Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. 3) Geoch, mengatakan : Learningis a change in performance as a result of practice. Berdasarkan ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atas penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya (Sardiman, 2011).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Ada beberapa definisi belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli, di antaranya adalah sebagai berikut : 1) Lyle E. Bourne, JR., Bruce R. Ekstrand menyatakan : Leraning is a relatively permanent change in behavior traceable to experience and practice (belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang diakibatkan oleh pengalaman dan latihan). 2) Clifford T. Morgan menyatakan : Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience (belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil pengalaman yang lalu). 3) Dr. Musthofa Fahmi menyatakan bahwa sesungguhnya belajar merupakan ungkapan yang menunjuk aktivitas yang menghasilkan perubahan-perubahan tingkah laku atau pengalaman. 4) Guilford menyatakan : Learning is any change in behavior resulting from stimulation (belajar adalah perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari rangsangan) (Mustaqim, 2008). Dalam buku
mendefinisikan belajar
sebagai berikut: or is changed trough training procedures (whether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not Artinya belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan. Dalam definisi ini dikatakan bahwa seseorang yang belajar, kelakuannya akan berubah daripada sebelumnya. Jadi belajar tidak hanya mengenai bidang intelektual saja, akan tetapi mengenai seluruh pribadi anak (Ernest R. Hilgard yang dikutip oleh Aqib, 2002). Belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap (Winkel dalam Darsono, 2000). Kamus pedagogik menyatakan bahwa belajar adalah berusaha memiliki pengetahuan atau kecakapan. Seseorang telah mempelajari sesuatu terbukti dengan perbuatannya. Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah telah terjadinya perubahan tingkah laku pada seseorang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti (Aqib, 2002). Berdasarkan beberapa pengertian di atas, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dengan lingkungannya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang berkat interaksi dengan lingkungannya yang terjadi secara sadar, kontinu, aktif, dan terarah yang menyebabkan perubahan pada pengetahuan, pemahaman dan keterampilannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
b. Faktor yang mempengaruhi belajar Aktivitas belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : 1) Faktor yang berasal dari luar diri individu, yang dibagi menjadi dua golongan, yaitu : a) Faktor non-sosial, misalnya keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang, atau malam), tempat (letaknya, gedungnya), alat-alat yang dipakai untuk belajar (alat tulis-menulis, buku, alat peraga, dan sebagainya). b) Faktor sosial, seperti faktor manusia (sesame manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun yang tidak langsung hadir. 2) Faktor yang berasal dari dalam diri individu, dibagi menjadi dua golongan, yaitu : a) Faktor fisiologis, dibagi menjadi dua macam, yaitu : (1)Keadaan tonus jasmani, misalnya nutrisi harus cukup, beberapa penyakit yang kronis (2)Keadaan fungsi jasmani tertentu terutama fungsi pancaindera, baik buruknya fungsi pancaindera merupakan pengaruh atau syarat agar bisa belajar dengan baik atau tidak. b) Faktor psikologis, beberapa hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah sebagai berikut : (1)Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
(2)Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju (3)Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman (4)Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru (5)Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran (Suryabrata, 2002).
c. Ciri belajar Ciri-ciri kegiatan belajar adalah sebagai berikut : 1) Belajar adalah aktivitas yang membawa perubahan pada diri individu yang belajar dalam arti perubahan tingkah laku aktual maupun potensial. 2) Perubahan tersebut pada intinya adalah didapatkannya kecakapan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama. 3) Perubahan tersebut terjadi karena usaha yang dilakukannya secara sengaja (Suryabrata, 2002).
d. Prinsip Belajar Belajar juga mempunyai prinsip-prinsip diantaranya adalah sebagai berikut : 1) Belajar akan berhasil jika disertai kemauan dan tujuan tertentu 2) Belajar akan lebih berhasil jika disertai berbuat, latihan dan ulangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
3) Belajar lebih berhasil jika member sukses yang menyenangkan 4) Belajar lebih berhasil jika tujuan belajar berhubungan dengan aktivitas belajar itu sendiri atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya 5) Belajar lebih berhasil jika bahan yang sedang dipelajari dipahami, bukan sekedar menghafal fakta 6) Dalam proses belajar memerlukan bantuan dan bimbingan orang lain 7) Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan dara diri si pelajar 8) Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman (Mustaqim, 2008). Selain prinsip-prinsip di atas, belajar juga mempunyai prinsip yang lain, antara lain : 1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar a) Dalam belajar setiap pelajar harus diusahakn partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional b) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada pelajar untuk mencapai tujuan instruksional c) Belajar perlu lingkungna yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif. d) Belajar perlu adanya interaksi pelajar dengan lingkungannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
2) Sesuai hakikat belajar a) Belajar itu proses kontinu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya b) Belajar adalah proses oraganisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery c) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian
yang
diharapkan.
Stimulus
yang
diberikan
mennimbulkan response yang diharapkan. 3) Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari a) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga pelajar mudah menangkap pengertiannya. b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya. 4) Syarat keberhasilan belajar a) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga pelajar dapat belajar dengan tenang. b) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian atau keterampilan atau sikap itu mendalam pada pelajar (Slameto, 2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
6. Konsep prestasi a. Pengertian Prestasi belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikatorindikator berupa nilai raport, indeks prestasi studi, angka kelulusan dan predikat keberhasilan (Azwar, 2005). Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Selain itu, prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan
Berdasarkan hal tersebut, prestasi belajar siswa dapat dirumuskan sebagai berikut : 1) Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah. 2) Prestasi belajar siswa tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis dan evaluasi. 3) Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya. b. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, antara lain kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, motif, cara belajar, sekolah,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
lingkungan keluarga. Selain itu, masih terdapat faktor penghambat prestasi belajar yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar diri siswa. Faktor dari dalam yaitu kesehatan, kecerdasan, perhatian, minat dan bakat. Sedangkan faktor dari luar diri siswa yaitu keluarga, sekolah, disiplin yang diterapkan di sekolah, masyarakat, lingkungan tetangga,
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, terdapat pendapat lain mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa, antara lain : 1) Kondisi fisiologis Kondisi fisiologis mahasiswa terdapat dua macam, yaitu kondisi fisiologis yang bersifat umum dan yang bersifat khusus. Kondisi fisiologis umum berpengaruh dalam menunjang proses belajar mahasiswa. Mahasiswa yang segar jasmaninya serta kondisi kesehatan terawat dengan baik, akan meningkatkan kemampuan belajarnya. Kondisi fisiologis khusus melibatkan cara memfungsikan panca indera saat
proses
belajar
berlangsung,
terutama
penglihatan
dan
pendengaran. Mahasiswa yang kondisi fisiknya lemah, sering sakitsakitan, cacat salah satu atau beberapa dari panca indera, prestasinya juga akan kurang dibandingkan dengan anak yang normal. Maka perlu diperhatikan kondisi fisik mahasiswa ketika belajar. 2) Kondisi psikologis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Setelah
diterima
sebagai
mahasiswa,
merupakan
suatu
keharusan bahwa kondisi psikologis harus benar-benar dipersiapkan. Hal ini perlu disadari, oleh karena tanpa suatu kesadaran yang mantap, akan berakibat tersendat-sendatnya proses dan keberhasilan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Azwar (2005) membedakan kondisi psikologis ini dalam 2 kategori, yaitu variabel non kognitif dan kemampuan kognitif. Variabel non kognitif terdiri dari minat, motivasi, dan variabel-variabel kepribadian lainnya. Sedangkan variabel kognitif terdiri atas kemampuan khusus (bakat) dan kemampuan umum (intelegensia). 3) Kemampuan pembawaan Kita ketahui bahwa tidak ada dua orang yang pembawaannya sama. Juga di dalam kemampuan belajar, setiap orang mempunyai potensi
kemampuan
sendiri-sendiri.
Misalnya
kemampuan
pembawaan berupa kecerdasan. Kecerdasan sangat menentukan kecepatan atau penerimaan pelajaran. Tetapi jelas mahasiswa yang cerdas tanpa memelihara kecerdasannya yakni tanpa belajar dengan teratur,
akan
berakibat
tersendat-sendat
perjalanan
studinya.
Sebaliknya, yang kurang cerdas, tapi belajar rajin, teratur, terjadwal dan terprogram, meskipun tidak secepat kemampuan mahasiswa yang cerdas, akan tetap lancar studinya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
4) Kemauan belajar (minat dan motivasi) Tak ada seorangpun yang memungkiri, bahwa tanpa minat dan motivasi tidak akan tercapai hal yang diharapkan. Motivasi adalah penting sekali bagi belajar. Untuk dapat memberi motivasi pada orang yang belajar, kita harus mengetahui dasar psikis dari orang yang belajar. Orang yang belajar adalah orang yang hidup yang telah mempunyai kebiasaan-kebiasaan, kesenangan dan ketidaksenangan, emosi, sikap kecemasan serta ketakutan. Selain itu, manusia datang ke dunia
telah
mempunyai
keinginan-keinginan
dan
kebutuhan-
kebutuhan. Kebutuhan ini makin lama makin meningkat dan makin kompleks. 5) Sikap terhadap dosen dan mata kuliah Sikap mahasiswa terhadap guru dan mata kuliahnya akan mempengaruhi proses belajarnya. Mahasiswa yang benci terhadap guru tidak akan lancar belajarnya. Mungkin sikap siswa terhadap guru dipengaruhi oleh penampilan dan sikap dari guru yang bersangkutan. Guru yang tidak ramah, selalu muram, dan cara berpakaian yang kurang baik akan mempengaruhi sikap siswa. Demikian pula sikap mahasiswa terhadap mata kuliah juga merupakan faktor penentu keberhasilan belajar. 6) Bimbingan Di dalam belajar, mahasiswa butuh bimbingan. Bimbingan ini perlu diberikan untuk mencegah usaha-usaha yang membuta sehingga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
anak tidak mengalami kegagalan, melainkan dapat membawa kesuksesan.
Bimbingan
dapat
menghindari
kesalahan
dan
memperbaikinya. 7) Ulangan Di dalam belajar perlu adanya ulangan-ulangan. Hal ini merupakan elemen yang vital dalam belajar. Adanya ulangan ini dapat menunjukkan pada orang yang belajar kemajuan-kemajuan dan kelemahan-kelemahannya. Dengan demikian orang yang belajar akan menambah usahanya untuk belajar. Penting diperhatikan tentang memberitahukan hasil ulangan, dan perlu mediskusikan kesalahankesalahan yang terjadi, supaya kesalahan baru tidak diperbuat lagi (Sutikno, 2007). Beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yang antara lain : kesehatan fisik, kelelahan, motivasi, minat, konsentrasi, natural curoiousity, self confidence, self dicipline, intelegensi, ingatan, tempat, peralatan belajar, suasana, waktu belajar dan pergaulan (Walgito, 2002). Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dikelompokkan ke dalam faktor internal siswa dan faktor eksternal siswa. Secara lebih terperinci faktor- faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri siswa, yang terdiri dari :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
(a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmani), seperti misalnya: tingkat kesehatan indera pendengaran, penglihatan, kelelahan dsb. (b) Faktor psikologis, yang termasuk kedalam faktor psikologis antara lain adalah, suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar, tingkat kecerdasan, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, disiplin. 2) Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang bersumber dari luar diri siswa, yang terdiri dari: (a) Lingkungan sosial, yang termasuk ke dalam lingkungan sosial antara lain adalah guru, staf administrasi dan teman sekelas yang dapat mempengaruhi semangat belajar siswa, keluarga dan masyarakat. (b)Lingkungan non-sosial, yang termasuk ke dalam lingkungan nonsosial baik fisik maupun non fisik antara lain adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
c. Fungsi prestasi belajar Prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi, adapun fungsinya adalah sebagai berikut: 1) Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik. 2) Sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
3) Sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. 4) Sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. 5) Dapat dijadikan sebagai indikator terhadap daya serap anak didik Fungsi evaluasi belajar adalah untuk menimbulkan motivasi pada peserta didik, memberikan umpan balik kepada peserta didik, memberi umpan balik kepada pendidik, member informasi kepada orang tua, memperoleh informasi tentang kelulusan dan mempertanggungjawabkan suatu program studi. Pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan dengan ujian tertulis, lisan, kuis, praktik maupun presentasi hasil dari penugasan. Hasil dari kegiatan evaluasi berupa nilai atau dinyatakan dalam indeks prestasi (IP), yang dapat dinyatakan dengan : 1) Tidak lulus
: < 2.00
2) Memuaskan
: 2.00 2.75
3) Sangat memuaskan
: 2.76 3.50
4) Dengan pujian
: 3.51 4.00
Arifin (1991)
d. Penilaian hasil belajar Prestasi belajar siswa dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa yang bersangkutan. Evaluasi atau penilaian hasil belajar peserta didik pada dasarnya merupakan bagian integral dari proses pembelajaran, yang diarahkan untuk menilai kemampuan peserta didik. Dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan, penilaian mempunyai makna yang dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
1) Makna bagi siswa Dengan diadakannya penilaian, maka siswa dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. 2) Makna bagi guru Dengan hasil penilaian yang diperoleh guru akan dapat mengetahui siswa-siswa mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya karena udah mengusai materi pelajaran, dam mengetahui siswa-siswa yang belum berhasil menguasai materi pelajaran. Dengan begitu seorang guru dapat mengetahui ketepatan materi yang diajarkan dan juga mengetahui apakah metode yang digunakan selama ini sudah tepat atau belum. 3) Makna bagi sekolah Dengan mengadakan penilaian, maka dapat diketahui sampai sejauh mana hasil belajar siswa-siwanya, dengan begitu dapat diketahui juga apakah kondisi belajar yang diciptakan sekolah sudah sesuai dengan apa yang diharapkan. Hasil belajar ini juga dapat di jadikan sebagai cermin dari kualitas sekolah yang bersangkutan, dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa yang akan datang dan juga dapat dijadikan sebagai petunjuk bagi sekolah untuk mengetahui apakah yang telah dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar ataukah belum yang akan terlihat dari perolehan angka-angka yang bagus oleh siswa (Arikunto, 2006).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
7. Konsep pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar a. Pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa Di dalam tinjauan pustaka telah diuraikan mengenai persepsi mahasiswa tentang lingkungan belajar. Persepsi yang baik akan membawa hasil yang optimal. Lingkungan yang kondusif sangat mempengaruhi
motivasi
mahasiswa
dalam
belajar,
yaitu
dapat
mendorong atau meningkatkan motivasi mahasiswa dalam belajar, begitu juga sebaliknya. Sehingga lingkungan yang kondusif dapat membantu dalam menigkatkan prestasi belajar mahasiswa. b. Pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi mahasiswa Motivasi belajar merupakan salah satu faktor tercapainya hasil atau prestasi belajar yang baik karena dengan adanya motivasi baik dari dalam diri maupun dari luar akan mendorong mahasiswa tersebut untuk lebih tekun dalam mempelajari suatu ilmu. c. Pengaruh persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar mahasiswa Persepsi mahasiswa tentang kepemimpinan institusi sangat mempengaruhi motivasi dan prestasi belajar. Apabila persepsi mahasiswa tentang kepemimpinan institusi yang cocok atau sesuai dengan yang diharapkan mahasiswa maka akan menumbuhkan motivasi untuk belajar, sebaliknya apabila persepsi mahasiswa tentang kepemimpinan institusi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
tidak cocok atau tidak sesuai, maka motivasinya akan menurun dan berdampak pada menurunnya prestasi belajar. d. Pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar Lingkungan yang kondusif dan kepemimpinan institusi yang cocok (favourable) sangat mempengaruhi motivasi mahasiswa dalam belajar, yaitu dapat mendorong atau meningkatkan motivasi mahasiswa dalam belajar, begitu juga sebaliknya. Sehingga dengan adanya lingkungan yang kondusif, motivasi tinggi dan kepemimpinan institusi yang cocok atau sesuai dengan yang diharapkan mahasiswa maka prestasi belajar akan tercapai secara optimal.
B. Penelitian yang Relevan 1. Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMPN 13 Semarang Fakultas Ekonomi Universita bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa yang ditunjukkan dari uji simultan dengan uji (F) yang diperoleh probabilitas 0,000 < 0,05. Dengan adanya motivasi, maka siswa akan terdorong untuk belajar mencapai sasaran dan tujuan karena yakin dan sadar akan kebaikan tentang kepentingan dan manfaatnya dari belajar. 2. Belajar terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa disiplin dan lingkungan belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar. Besarnya pengaruh secara simultan atau bersama-sama dari disiplin belajar dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi yaitu sebesar 57,8%. Di antara disiplin dan lingkungan belajar yang memberikan pengaruh paling besar terhadap prestasi belajar mata pelajran ekonomi secara parsial adalah disiplin belajar yaitu sebesar 25,50%, sedangkan lingkungan belajar lebih kecil pengaruhnya yaitu sebesar 18,57%. 3. Siswa tentang Metode Mengajar Guru dan Lingkungan Belajar di Sekolah terhadap Prestasi Belajar Ekonomi-Akuntansi pada Siswa Kelas XI IPS Semester Ganjil SMAN 1 Sumberjaya Lampung Barat Tahun Pelajaran adalah berdasarkan uji statistik menggunakan regresi dapat diketahui bahwa ada pengaruh yang positif antara motivasi belajar siswa, persepsi siswa tentang metode mengajar guru dan lingkungan belajar di sekolah terhadap prestasi belajar ekonomiakuntansi siswa kelas XI IPS semester ganjil SMAN 1 Sumberjaya Lampung Barat tahun pelajaran 2008/2009, dengan F hitung > F tabel yaitu 53,281 > 2,71 maka hipotesis diterima. Dengan kata lain, motivasi belajar siswa, persepsi siswa tentang metode mengajar guru dan lingkungan belajar di sekolah berpengaruh terhadap prestasi belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
ekonomi-akuntansi siswa kelas XI IPS semester ganjil SMAN 1 Sumberjaya Lampung Barat tahun pelajaran 2008/2009. C. Kerangka Berpikir Dengan memperhatikan rumusan masalah dan landasan teori yang telah diuraikan di atas, maka peneliti dapat menggambarkan kerangka berpikir sebagai berikut : Motivasi belajar : 1. Tekun dalam menghadapi tugas 2. Adanya ketertarikan dengan perkuliahan 3. Senang memecahkan soal dan latihan 4. Tekun dalam mengatasi kesulitan belajar
Lingkungan belajar : 1. Lingkungan keluarga 2. Lingkungan sekolah 3. Lingkungan masyarakat
Kepemimpinan Institusi : 1. Telling 2. Selling 3. Participating 4. Delegating
Prestasi belajar Indeks Prestasi (IP)
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir D. Hipotesis Penelitian Ada pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar mahasiswa D III Kebidanan STIKES Nurul Jadid Probolinggo dibandingkan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan menggunakan desain
, dimana peneliti melakukan observasi
atau pengukuran semua variabel penelitian dilakukan pada saat yang sama.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1.
Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di STIKES Nurul Jadid Probolinggo dan di ul Ulum Surakarta.
2.
Waktu penelitian Waktu penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhitung Bulan Januari sampai dengan Bulan April 2011.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Memilih Sampel 1. Populasi a. Populasi sasaran Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah mahasiswa D III Kebidanan. b. Populasi sumber Populasi sumber dalam penelitian ini adalah mahasiswa D III Kebidanan STIKES Nurul Jadid Probolinggo yang berjumlah 41 orang
commit to user 80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
berjumlah 54 orang pada tahun 2011.
2. Sampel dan teknik memilih sampel Sampel dipilih dari seluruh populasi sumber. Teknik memilih sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan exhaustive sampling (Murti, 2010).
D. Variabel Penelitian 1. Variabel dependen Variabel dependen pada penelitian ini adalah prestasi belajar. 2. Variabel independen Variabel independen pada penelitian ini adalah : a. Persepsi tentang lingkungan belajar b. Motivasi c. Persepsi tentang kepemimpinan institusi.
E. Definisi Operasional 1. Prestasi belajar Definisi operasional : hasil belajar berupa Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tiap semester. Alat ukur
: Kartu Hasil Studi (KHS)
Skala pengukuran
: kontinu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
2. Persepsi tentang lingkungan belajar. Definisi operasional : pemberian arti atau gambaran tentang tempat berlangsungnya kegiatan belajar yang mendapatkan pengaruh dari luar terhadap keberlangsungan kegiatan tersebut. Indikator-indikator lingkungan belajar antara lain lingkungan sekolah. Alat ukur
: kuesioner
Skala pengukuran
: kontinu
3. Motivasi belajar Definisi operasional
:
kekuatan
(energi)
seseorang
yang
dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasme dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Indikator-indikator motivasi belajar adalah tekun dalam menghadapi tugas, adanya ketertarikan dengan perkuliahan, senang memecahkan soal dan latihan, tekun dalam mengatasi kesulitan belajar. Alat ukur
: kuesioner
Skala pengukuran
: kontinu
4. Persepsi tentang kepemimpinan institusi Definisi operasional : penilaian mahasiswa tentang suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan bersama, menyangkut tugas dan gaya kepemimpinan, cara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
mempengaruhi kelompok, yang mempengaruhi kepemimpinan seseorang. Indikator-indikator
kepemimpinan
institusi
adalah
telling,
selling,
participating, delegating. Alat ukur
: kuesioner
Skala pengukuran
: kontinu
F. Instrumen Penelitian Instrumen untuk mengukur persepsi tentang lingkungan belajar dengan menggunakan kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner tersebut berisi 14 pernyataan yang meliputi 7 pernyataan positif dan 7 pernyataan negatif. Instrumen untuk mengukur motivasi belajar juga menggunakan kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner tersebut berisi 38 pernyataan yang terdiri 21 pernyataan positif dan 17 pernyataan negatif. Sedangkan instrumen untuk mengukur persepsi tentang kepemimpinan institusi juga menggunakan kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti. Kuesioner tersebut berisi 25 pernyataan yang terdiri dari 13 pernyataan positif dan 12 pernyataan negatif. Hasil tes reliabilitas instrumen persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan persepsi tentang kepemimpinan institusi, masing-masing dijelaskan di dalam tabel berikut ini : 1.
Persepsi tentang lingkungan belajar Tabel 3.1 Hasil Tes Reliabilitas Instrumen Persepsi tentang Lingkungan Belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
Item Pernyataan 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 26, 30, 31
Korelasi Item-Total (r) r > 0.20
9, 16
0.96
20
Berdasarkan tabel 3.1 dapat dilihat bahwa hasil tes reliabilitas terhadap 14 item pernyataan instrumen persepsi tentang lingkungan belajar dengan menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS (versi 17.0) didapatkan hasil secara keseluruhan adalah reliabel dengan nilai Alpha s 0.96. Dari 14 item pernyataan, korelasi item-total (r) > 0.20 sebanyak 12 item pernyataan, sedangkan korelasi item-
20
sebanyak 2 item pernyataan. 2.
Motivasi belajar Tabel 3.2 Hasil Tes Reliabilitas Instrumen Motivasi Belajar Item Pernyataan 1, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 33, 34, 35, 36, 37
Korelasi Item-Total (r) r > 0.20
2, 3, 6, 15, 25, 32, 38
0.96
20
Berdasarkan tabel 3.2 dapat dilihat bahwa hasil tes reliabilitas terhadap 38 item pernyataan instrumen motivasi belajar dengan menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS (versi 17.0) didapatkan hasil bahwa secara keseluruhan adalah reliabel 0.96. Dari 38 item pernyataan, korelasi item-total (r) > 0.20 sebanyak 31 item pernyataan, sedangkan korelasi itempernyataan.
commit to user
20 sebanyak 7 item
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
3.
Persepsi tentang kepemimpinan institusi Tabel
3.3
Hasil Tes Reliabilitas Kepemimpinan Institusi
Item Pernyataan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
Instrumen
Persepsi
Korelasi Item-Total (r) r > 0.20
11, 25
tentang
0.94
20
Berdasarkan tabel 3.3 dapat dilihat bahwa hasil tes reliabilitas terhadap 25 item pernyataan instrumen persepsi tentang kepemimpinan institusi dengan menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS (versi 17.0) didapatkan hasil bahwa secara keseluruhan adalah reliabel dengan nilai 94. Dari 25 item pernyataan, korelasi item-total (r) > 0.20 sebanyak 23 item pernyataan, sedangkan korelasi item-
20
sebanyak 2 item pernyataan.
G. Metode Pengumpulan Data 1. Metode angket atau kuesioner Dalam penelitian ini angket yang digunakan untuk memperoleh data tentang persepsi lingkungan belajar, motivasi dan persepsi tentang kepemimpinan institusi adalah angket langsung dan angket tertutup. 2. Metode dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data atau hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, dan sebagainya. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah Kartu Hasil Studi (KHS) mahasiswa untuk mengetahui data Indeks Prestasi Kumulatif mahasiswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
H. Prosedur Pengolahan Data Setelah
data
terkumpul
melalui
angket,
selanjutnya
dilakukan
pengolahan data dengan cara sebagai berikut : 1.
Edit (Editing) Setelah data terkumpul dan sebelum diolah, data tersebut diedit terlebih dahulu oleh peneliti untuk menghindari kesalahan atau hal-hal yang meragukan agar mendapatkan data yang berkualitas.
2.
Kode (Coding) Memberikan kode pada semua variabel untuk membedakan karakter sehingga mempermudah analisa dan pengolahan data.
3.
Skor (Scoring) Pemberian skor untuk pernyataan-pernyataan tersebut adalah 0 dan nilai tertinggi 4 setiap pertanyaan dengan kategori sebagai berikut: Tabel 3.4 Kategori Pemberian Skor 1. 2. 3. 4. 5.
Tingkat Pencapaian STS (Sangat Tidak Setuju) TS (Tidak Setuju) R (Ragu-ragu) S (Setuju) SS (Sangat Setuju)
Kode (skor) 0 1 2 3 4
Rekapitulasi skor yang diberikan mahasiswa terhadap pernyataanpernyataan mengenai persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan persepsi tentang kepemimpinan institusi dalam angket dibuat dengan ketentuan sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
a. Untuk pernyataan dengan kriteria positif Tabel 3.5 Pemberian Skor untuk Pernyataan dengan Kriteria Positif mengenai Persepsi tentang Lingkungan Belajar, Motivasi, dan Persepsi tentang Kepemimpinan Institusi Tingkat Pencapaian STS (Sangat Tidak Setuju) TS (Tidak Setuju) R (Ragu-ragu) S (Setuju) SS (Sangat Setuju)
1. 2. 3. 4. 5.
Kode (skor) 0 1 2 3 4
b. Untuk pernyataan dengan kriteria negatif Tabel 3.6 Pemberian Skor untuk Pernyataan dengan Kriteria Negatif mengenai Persepsi tentang Lingkungan Belajar, Motivasi, dan Persepsi tentang Kepemimpinan Institusi 1. 2. 3. 4. 5.
4.
Tingkat Pencapaian STS (Sangat Tidak Setuju) TS (Tidak Setuju) R (Ragu-ragu) S (Setuju) SS (Sangat Setuju)
Kode (skor) 4 3 2 1 0
Tabulasi (Tabulating) Membuat tabulasi termasuk dalam kerja memproses data. Membuat tabulasi tidak lain adalah memasukkan data ke dalam tabel dan mengatur angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai kategori.
I. Teknik Analisis Data 1. Institusi ( STIKES) a.
STIKES Nurul Jadid Probolinggo : 0
b.
:1
2. Variabel persepsi tentang lingkungan belajar a. Kondusif
:1(
b. Tidak kondusif
: 0 (< Mean)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
3. Variabel motivasi a. Tinggi b. Rendah
: 0 (< Mean)
4. Variabel persepsi tentang kepemimpinan institusi a. Cocok (favourable) b. Tidak cocok (unfavourable)
: 0 (< Mean)
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Dalam penelitian ini terdapat empat variabel, yaitu tiga variabel bebas yang terdiri dari persepsi tentang lingkungan belajar (X1), motivasi (X2) dan persepsi tentang kepemimpinan institusi (X3), serta satu variabel terikat yaitu prestasi belajar (Y). Setelah data terkumpul selanjutnya akan dilakukan analisis data dengan menggunakan analisis regresi tiga prediktor (Sugiyono, 2007). Analisis regresi dalam penelitian ini akan digunakan dalam mengukur pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar mahasiswa D III Kebidanan
Ulum Surakarta. Persamaan garis regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah:
Keterangan: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
Y
: Prestasi belajar mahasiswa
X1 : Persepsi tentang lingkungan belajar (0 : tidak kondusif, 1 : kondusif)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
X2 : Motivasi (0 : rendah, 1 : tinggi) X3 : Persepsi tentang kepemimpinan institusi (0 : tidak cocok, 1 : cocok) b1 : Koefisien regresi persepsi tentang lingkungan belajar b2 : Koefisien regresi motivasi b3 : Koefisien regresi persepsi tentang kepemimpinan institusi a
: Konstanta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Tempat Penelitian Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Nurul Jadid merupakan lembaga pendidikan formal yang lebih fokus terhadap pengembangan skill di bidang kesehatan, yang berada di bawah naungan Pondok Pesantren Nurul Jadid Probolinggo. STIKES Nurul Jadid terletak di Desa Karanganyar Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo Propinsi Jawa Timur. Pendirian lembaga tersebut didasari dengan dua hal, pertama cita-cita pendiri Pondok Pesantren Nurul Jadid yang akan menjadikan alumninya berkiprah di semua lini kehidupan, termasuk diantaranya bidang kesehatan. Kedua rekomendasi usulan dari rapat wali santri dan alumni pada tahun 2004. Melalui usaha yang signifikan, akhirnya pada 3 Agustus 2009 STIKES Nurul Jadid mendapat ijin dari mendiknas nomor : 114/D/0/2009 dengan dua prodi, yaitu S1 Keperawatan dan D III Kebidanan.
terletak di Jalan Brigjen Sudiarto Surakarta, dengan tekad pelayanan dan semangat yang tinggi, telah resmi berdiri sebagai wujud pengabdian YAPERTIS kepada masyarakat dengan mempersiapkan dan menyediakan tenaga profesional di bidang kesehatan, seorang bidan profesional nan Islami dengan mendapat surat ijin penyelenggaraan dari Menteri Pendidikan Nasional Nomor : 151/D/O/2001 tanggal 30 Agustus 2001.
commit to user 90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
B. Hasil Penelitian Hasil penelitian pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar mahasiswa D III Kebidanan STIKES Nurul Jadid Probolinggo dibandingkan rta dijelaskan pada tabel 4.1 berikut ini : Tabel 4.1 Hasil analisis regresi linier ganda tentang pengaruh persepsi lingkungan belajar, motivasi dan persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar mahasiswa
Konstanta STIKES Motivasi belajar Persepsi tentang kepemimpinan institusi n observasi Adjusted R Square Nilai p
Koefisien Regresi (B)
Uji t
Taraf Signifikansi (p)
1.39 0.13 0.01
3.90 2.67 3.53
< 0.001 0.009 0.001
0.01 95 27.7% < 0.001
4.89
< 0.001
Confidence Interval (CI) 95% Batas Batas bawah atas 0.68 2.09 0.03 0.23 0.05 0.02
0.05
0.01
Tabel 4.1 menunjukkan hasil analisis regresi linier ganda yang menghubungkan indeks prestasi belajar dengan persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan persepsi tentang kepemimpinan institusi. Hasil analisis menunjukkan terdapat pengaruh positif dan secara statistik signifikan persepsi tentang lingkungan belajar terhadap indeks prestasi belajar (b = 0.13; p = 0.009). Indeks prestasi mahasiswa D III Kebidanan Akbid
Kebidanan STIKES Nurul Jadid Probolinggo. Sedangkan secara substantif tidak signifikan persepsi tentang lingkungan belajar terhadap prestasi belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
dikarenakan perbedaannya sangat kecil. Hasil analisis menunjukkan terdapat pengaruh positif dan secara statistik signifikan motivasi belajar terhadap indeks prestasi belajar (b = 0.01; p = 0.001). Indeks prestasi mahasiswa D
mahasiswa D III Kebidanan STIKES Nurul Jadid Probolinggo. Sedangkan secara substantif tidak signifikan motivasi belajar terhadap prestasi belajar dikarenakan perbedaannya sangat kecil. Demikian juga terdapat pengaruh positif dan secara statistik signifikan persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap indeks prestasi belajar (b = 0.01; p < 0.001). Indeks
lebih baik daripada mahasiswa D III Kebidanan STIKES Nurul Jadid Probolinggo. Sedangkan secara substantif tidak signifikan persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar dikarenakan perbedaannya sangat kecil. Mahasiswa rata-rata memiliki indeks prestasi yang lebih baik daripada mahasiswa D III Kebidanan STIKES Nurul Jadid Probolinggo (b = 0.13; p = 0.009). Ketiga variabel independent tersebut mampu menjelaskan variasi indeks prestasi mahasiswa sebesar 27.7 persen (R2 = 0.277). Model tersebut secara keseluruhan signifikan secara statistik (p < 0.001). Gambar regresi pada pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar digambarkan dalam diagram sebar dan box-plot berikut ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
Gambar 4.1 Korelasi antara persepsi tentang lingkungan belajar dan prestasi belajar mahasiswa
Gambar 4.1 menunjukkan terdapat korelasi positif antara persepsi tentang lingkungan belajar dan prestasi belajar mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki persepsi baik tentang lingkungan belajar cenderung untuk memiliki indeks prestasi belajar yang lebih baik.
Gambar 4.2 Korelasi antara motivasi dan prestasi belajar mahasiswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
Gambar 4.2 menunjukkan terdapat korelasi positif antara motivasi dan prestasi belajar mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi cenderung untuk memiliki indeks prestasi belajar yang lebih baik.
Gambar 4.2 menunjukkan terdapat korelasi positif antara persepsi kep
Gambar 4.3 Korelasi antara persepsi tentang kepemimpinan institusi dan prestasi belajar mahasiswa
Gambar 4.3 menunjukkan terdapat korelasi positif antara persepsi tentang kepemimpinan institusi dan prestasi belajar mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki persepsi positif tentang kepemimpinan institusi cenderung untuk memiliki indeks prestasi belajar yang lebih baik.
C. Pembahasan 1. Persepsi tentang lingkungan belajar terhadap prestasi belajar Hasil analisis regresi linier ganda menunjukkan terdapat pengaruh positif dan secara statistik signifikan persepsi tentang lingkungan belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
terhadap indeks prestasi belajar (b = 0.13; p = 0.009). Lingkungan belajar merupakan situasi yang turut serta mempengaruhi prestasi belajar. Kondisi lingkungan belajar yang kondusif akan menciptakan ketenangan dan kenyamanan peserta didik dalam belajar, sehingga mahasiswa akan lebih mudah mencapai prestasi belajar yang optimal. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudarmanto (2007) yang berjudul Pengaruh Lingkungan Belajar dan Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa SMK Negeri 1 Bandar Lampung, bahwa ada pengaruh lingkungan belajar sekolah terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas dua di SMK Negeri 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Susilowati (2009) yang berjudul Pengaruh Motivasi, Minat, dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo, menyatakan bahwa lingkungan belajar secara parsial 22% mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Peklaj (2009) yang berjudul Personal and Environmental Motivational Factors that Influence Reading
Achievement
in
3rd
Grade
Students
in
Slovenia,
juga
mengungkapkan bahwa lingkungan belajar yang aman dan nyaman dapat meningkatkan motivasi membaca peserta didik dan merupakan faktor penting yang mempengaruhi prestasi membaca peserta didik. 2. Motivasi terhadap prestasi belajar Hasil analisis regresi linier ganda menunjukkan terdapat pengaruh positif dan secara statistik signifikan motivasi belajar terhadap indeks
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
prestasi belajar (b = 0.01; p = 0.001). Motivasi merupakan faktor penting dalam kegiatan belajar, dengan adanya motivasi yang tinggi diharapkan dapat memperoleh hasil yang memuaskan dalam setiap kegiatan. Belajar tanpa adanya motivasi akan sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal.
Kuat
lemahnya
motivasi
seseorang
turut
mempengaruhi
keberhasilan, sehingga dalam kegiatan belajar, motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita senantiasa memasang tekad bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahmudah (2009) yang berjudul Pengaruh Motivasi dan Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Semester III Akbid Mitra Husada Karanganyar, bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan motivasi terhadap prestasi belajar mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Susilowati (2010) yang berjudul Pengaruh Gaya Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Akademi Kebidanan Bhakti Nusantara Salatiga, menyatakan bahwa motivasi belajar mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa, sehingga apabila mahasiswa mampu meningkatkan motivasi belajarnya, maka prestasi belajar akan lebih baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
3. Persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi Hasil analisis regresi linier ganda menunjukkan terdapat pengaruh positif dan secara statistik signifikan persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap indeks prestasi belajar (b = 0.01; p < 0.001). Faktor penting terkait dengan keberhasilan kepemimpinan institusi dalam mengembangkan prestasi belajar peserta didik antara lain menciptakan misi yang terfokus pada upaya peningkatan prestasi belajar peserta didik melalui praktik kurikulum dan pembelajaran yang memungkinkan terciptanya peningkatan prestasi belajar peserta didik, menghargai dan mendorong implementasi praktik pembelajaran yang baik sehingga dapat memotivasi dan meningkatkan prestasi belajar peserta didik, menjaga agar setiap orang dapat memfokuskan pada prestasi belajar peserta didik, menjadikan para orang tua sebagai mitra dan membangun kolaborasi untuk kepentingan pendidikan peserta didik, serta belajar secara terus menerus dan bekerja sama dengan rekan sejawat untuk mengembangkan riset baru dan berbagai praktik pendidikan yang telah terbukti (Subagio, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hariyanto (2006) yang berjudul Analisis Pengaruh Kepemimpinan, Budaya Kerja, dan Sarana Prasarana terhadap Prestasi Siswa SMA di Kota Surakarta, menyebutkan bahwa kepemimpinan juga memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap prestasi peserta didik. Oleh sebab itu, perlunya seorang kepala institusi yang selalu mempertimbangkan pendapat dari bawahan, terutama peserta didik,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
menciptakan situasi yang kondusif, bersikap jujur dan terbuka, dan mampu menjalin kerjasama dengan institusi lain.
D. Keterbatasan Penelitian Pada penelitian ini variabel yang diteliti dibatasi pada lingkungan belajar, motivasi dan kepemimpinan institusi. Padahal secara teori masih banyak variabel lain yang berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa (peserta didik). Pembahasan pada variabel kepemimpinan institusi mengalami kesulitan dikarenakan minimnya bahan mengenai pengaruh kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar sehingga peneliti kesulitan membahasnya. Selain itu, pengambilan data dilakukan melalui angket tertutup yang kemungkinan besar bisa menyebabkan bias, misalnya responden yang tidak jujur, asal menjawab, dan sebagainya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. Simpulan 1. Terdapat pengaruh positif dan secara statistik signifikan persepsi tentang lingkungan belajar terhadap prestasi belajar (b = 0.13; p = 0.009). Secara substantif tidak signifikan persepsi tentang lingkungan belajar terhadap prestasi belajar dikarenakan perbedaannya kecil. Semakin kondusif lingkungan belajar mahasiswa, maka semakin baik prestasi belajarnya. 2. Terdapat pengaruh positif dan secara statistik signifikan motivasi terhadap indeks prestasi belajar (b = 0.01; p = 0.001). Secara substantif tidak signifikan motivasi belajar terhadap prestasi belajar dikarenakan perbedaannya kecil. Semakin tinggi motivasi belajar mahasiswa, maka semakin tinggi prestasi belajarnya. 3. Terdapat pengaruh positif dan secara statistik signifikan persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap indeks prestasi belajar (b = 0.01; p < 0.001). Secara substantif tidak signifikan persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar dikarenakan perbedaannya kecil. Semakin baik (efektif) kepemimpinan institusi, maka semakin baik prestasi belajar mahasiswa.
commit to user 99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis Berdasarkan teori, lingkungan belajar, motivasi dan kepemimpinan institusi merupakan faktor penting dalam pencapaian prestasi belajar mahasiswa. 2. Implikasi Praktis Berdasarkan kesimpulan di atas, perlu adanya kerjasama yang baik antara lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, motivasi belajar baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik, serta kepemimpinan institusi yang efektif demi tercapainya prestasi belajar mahasiswa yang baik dan optimal, terutama mahasiswa D III Kebidanan.
C. Saran 1. Bagi institusi Institusi pendidikan diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif terutama di lingkungan sekolah (kampus) dan memotivasi mahasiswa agar belajar lebih giat serta kepemimpinan institusi yang efektif sesuai dengan situasional demi tercapainya prestasi belajar mahasiswa yang baik. 2. Bagi mahasiswa Mahasiswa diharapkan lebih pandai memilih atau menentukan sendiri lingkungan belajar yang kondusif dan meningkatkan motivasi belajarnya terutama motivasi intrinsik sehingga dapat mencapai prestasi yang baik dan optimal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
3. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian untuk meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa terutama mahasiswa kebidanan dan pengumpulan datanya dengan menggunakan wawancara.
commit to user