PENGARUH PERENDAMAN BAHAN BASIS GIGITIRUAN VALPLAST DALAM LARUTAN EKSTRAK BAWANG PUTIH TERHADAP PERTUMBUHAN CANDIDA ALBICANS
SKRIPSI
OLEH MESYIA SARI NIM : J111 11 126
BAGIAN ILMU BAHAN DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014
i
PENGARUH PERENDAMAN BAHAN BASIS GIGITIRUAN VALPLAST DALAM LARUTAN EKSTRAK BAWANG PUTIH TERHADAP PERTUMBUHAN CANDIDA ALBICANS
SKRIPSI
OLEH MESYIA SARI NIM : J111 11 126
BAGIAN ILMU BAHAN DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014
ii
LEMBARAN PENGESAHAN
Judul
: Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Valplast dalam Larutan Ekstrak Bawang Putih Terhadap Pertumbuhan Candida albicans
Oleh
: Mesyia Sari J111 11 126
Telah Diperiksa dan Disahkan Pada Tanggal 30 Juni 2014 Oleh : Pembimbing
drg. Iman Sudjarwo, M. Kes NIP. 19540521 198503 1 002 Mengetahui, Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
Prof.drg.H. Mansjur Nasir,Ph.D NIP. 19540625 198403 1 001
iii
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Mesyia Sari
Nim
: J111 11 126 Adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
Makassar
yang
telah
melakukan
penelitian
dengan
judul
PENGARUH
PERENDAMAN BAHAN BASIS GIGITIRUAN VALPLAST DALAM LARUTAN EKSTRAK BAWANG PUTIH TERHADAP PERTUMBUHAN
CANDIDA
ALBICANS dalam rangka menyelesaikan studi Program Pendidikan Strata 1. Dengan ini menyatakan bahwa didalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Makassar, 30 Juni 2014
MESYIA SARI
iv
ABSTRAK
MESYIA SARI. Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Valplast dalam Larutan Ekstrak Bawang Putih Terhadap Pertumbuhan Candida Albicans Dibimbing oleh drg. Iman Sudjarwo, M. Kes Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan valplast dalam larutan ekstrak bawang putih terhadap pertumbuhan Candida albicans Bahan dan metode : penelitian ini termasuk penelitian eksperimental laboratoris. Sampel yang digunakan adalah 10 basis gigitiruan valpast dengan kriteria panjang 10 mm, lebar 10 mm, tebal 2 mm, permukaan halus, tidak porous, dan tidak ada perubahan bentuk. Seluruh sampel direndam dalam suspensi Candida albicans selama 24 jam. Kemudian sampel dibagi 3 kelompok yang masing-masing terdiri dari 3 sampel dan 1 sampel pada larutan kontrol. Tiap kelompok dilakukan perendaman kedalam larutan ekstrak bawang putih selama 8 jam kemudian dilakukan reaksi pengenceran seri sampai 10-3. Waktu penelitian dimulai pada 25 Mei sampai 18 Juni 2014. Hasil : perhitungan data yang dilakukan dengan menggunakan metode SPC. Hasil yang didadapat menunjukkan bahwa pada ekstrak bawang putih 2% jumlah koloni sebesar 1,0 x 102 CFU/ml dan berdasarkan perhitungan KHM dengan menggunakan sampel sebesar 93 x 102 CFU/ml didapat bahwa ekstrak bawang putih 5% mampu menghambat pertumbuhan Candida albicans secara efektif. Kesimpulan
: ekstrak bawang putih mampu menghambat pertumbuhan jamur
Candida albicans pada basis gigitiruan valplast. Kata Kunci : Gigitiruan, Valplast, Bawang Putih (Allium Sativum L.)
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Valplast dalam Larutan Ekstrak Bawang Putih Terhadap Pertumbuhan Candida albicans”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Kedokteran Gigi. Selain itu skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya untuk menambah pengetahuan dalam bidang ilmu bahan dan teknologi kedoteran gigi. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari tantangan dan hambatan, namun berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak serta bimbingan dari para dosen sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu , dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yaitu antara lain : 1. Prof. drg. Mansjur Natsir, Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin. 2. drg. Iman Sudjarwo, M. Kes selaku Dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan serta kesabaran mulai dari awal hingga penyelesaian skripsi ini. 3. Prof. Dr. drg. Sri Oktawati, Sp. Perio selaku Penasehat Akademik atas bimbingan, perhatian, nasehat dan dukungan bagi penulis selama perkuliahan.
vi
4. Ayahanda H. Abdullah dan Ibunda Hj. Masyitah serta seluruh keluarga besar yang senantiasa mendoakan, memberikan semangat dan spirit yang luar biasa kepada penulis. 5. Kepada seluruh kakak-kakak staf pengurus dan pembimbing Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas MIPA Unhas yang telah berperan sangat besar dalam pelaksanaan penelitian ini. 6. Kepada Bapak Sarwo terima kasih atas bantuan dan jasanya yang juga merupakan sumbangsi yang sangat besar pada penelitian ini. 7. Segenap keluarga besar Oklusal 11, terima kasih atas kekompakan, kebersamaan, dan rasa persaudaraan yang telah ditunjukkan selama kurang lebih 3 tahun kita menimba ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi. 8. Ilkhana Winda, Muthmainnah, Isma Maksun, St. Nurfaidah Alfhira, Rikah Vachriah, A. Ulya Novianti, dan Astrini Desintha Iraniza terima kasih atas semua kasih sayang, dukungan, ide, dan semangat yang telah diberikan kepada penulis. 9. Untuk Azrul, Yana, Iin, dan Eva terima kasih untuk motivasi yang kalian berikan dan bantuan yang telah penulis terima selama proses penelitian ini berlangsung. 10. Kepada kakak-kakak A. Ummu Kaltsum dan Hilmah Annisa terima kasih untuk segala bantuan dan masukan serta dukungan yang selalu diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyelesaian skripsi ini. Skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan
vii
dan ketidaksempurnaan mengingat keterbatasan kemampuan penulis. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Kedokteran Gigi ke depannya. Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar, 30 Juni 2014 Mesyia Sari
viii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN SAMPUL ...................................................................................
i
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
ii
LEMBARAN PENGESAHAN .......................................................................
iii
PERNYATAAN ..............................................................................................
iv
ABSTRAK ......................................................................................................
v
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1 Latar Belakang .......................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................
3
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................
3
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................
3
1.5 Hipotesa Penelitian .................................................................
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................
4
2.1 Basis Gigitiruan .....................................................................
4
2.1.1 Definisi .........................................................................
4
2.1.2 Klasifikasi Basis Gigitiruan .........................................
4
2.2 Gigitiruan Fleksibel (Valplast) ..............................................
5
2.2.1 Definisi .........................................................................
5
ix
2.2.2 Indikasi dan Kontraindikasi Valplast ...........................
6
2.2.3 Keuntungan dan Kerugian Valplast .............................
7
2.3 Bawang Putih ........................................................................
9
2.3.1 Definisi .........................................................................
9
2.3.2 Taksonomi ....................................................................
9
2.3.3 Senyawa Aktif ..............................................................
10
2.3.4 Manfaat dan Bukti Ilmiah ............................................
10
2.4 Candida albicans ..................................................................
12
2.4.1 Definisi .........................................................................
12
2.4.2 Sifat Biologi .................................................................
13
BAB III KERANGKA KONSEP ...................................................................
14
BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................
15
4.1 Desain Penelitian ...................................................................
15
4.2 Rancangan Penelitian ............................................................
15
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................
15
4.3.1 Tempat ..........................................................................
15
4.3.2 Waktu ...........................................................................
15
4.4 Variabel Penelitian ................................................................
15
4.4.1 Menurut Fungsinya ......................................................
15
4.4.2 Menurut Skala Pengukurannya ....................................
16
4.5 Definisi Operasional ..............................................................
16
4.6 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................
16
4.7 Metode Pengambilan Sampel ................................................
17
x
4.8 Prosedur Penelitian ................................................................
17
4.9 Alat Ukur dan Pengukuran ....................................................
19
4.10 Analisis Data ........................................................................
20
BAB V HASIL PENELITIAN .......................................................................
21
5.1 Karakteristik Sampel Penelitian ............................................
21
5.2 Analisis Data .........................................................................
21
BAB VI PEMBAHASAN ...............................................................................
24
BAB VII PENUTUP ......................................................................................
29
7.1 Kesimpulan ...........................................................................
29
7.2 Saran .......................................................................................
29
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
31
LAMPIRAN
33
................................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.2.1 Valplast ..................................................................................
6
Gambar 2.3.1 Bawang putih .........................................................................
9
Gambar 2.4.1 Candida albicans ...................................................................
12
xii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 5.2.1 Distribusi jumlah koloni Candida albicans yang direndam pada larutan ekstrak bawang putih dengan konsentrasi larutan berbeda ...........................................................................
22
Tabel 5.2.2 Disribusi jumlah koloni Candida albicans yang direndam pada larutan kontrol (aquades) ...................................................
22
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Terdapat tiga jenis gigitiruan sebagian lepasan yang dapat dibedakan menurut bahan basis gigitiruannya yaitu: (1) gigitiruan kerangka logam, (2) akrilik, dan (3) bahan termoplastik yang sering disebut dengan Flexi atau Valplast.1 Valplast adalah basis gigitiruan fleksibel yang cocok digunakan pada gigitiruan sebagian lepasan restorasi unilateral. Bahan ini menggunakan nilon termoplastik yang biokompatibel.2 Bahan termoplastik bersifat stabil dan tahan terhadap pemuaian serta beban yang tinggi. Bahan ini bebas monomer sehingga merupakan pilihan bagi pasien
yang
alergi
terhadap
bahan
yang
menyisakan
monomer
dalam
polimerisasinya.3 Mikroorganisme yang sering diketemukan dalam rongga mulut adalah Candida albicans sekitar 40% sebagai bagian normal flora mulut. Candida albicans dapat melakukan penetrasi pada resin akrilik dan tumbuh pada permukaan gigi tiruan sehingga dapat menginfeksi jaringan lunak dan merupakan penyebab terjadinya denture stomatitis.4 Jamur Candida albicans dianggap sebagai spesies patogen dan menjadi penyebab utama kandidiasis. Candida albicans merupakan jamur opportunistik penyebab sariawan, lesi pada kulit, vulvavaginistis, candida pada urin (kandiduria), gastrointestinal kandidiasis yang dapat menyebabkan gastric ulcer, atau bahkan dapat menjadi komplikasi kanker.5
1
Oleh karena itu desinfeksi gigitiruan merupakan faktor penting yang harus dilakukan. Upaya untuk mengatasi kenaikan jumlah flora mulut akibat pemakaian gigitiruan dilakukan dengan cara pembersihan gigi tiruan dengan merendamnya dalam larutan desinfektans untuk menghindari kontaminasi bakteri dan jamur. 4 Salah satu bahan obat alam yang telah banyak digunakan adalah bawang putih (Allium sativum L.). Sebagai antifungi, bawang putih telah dikenal sebagai anti Candida.6 Khasiat bawang putih juga berhubungan erat dengan zat kimia yang dikandungnya. Zat-zat kimia tersebut sebagian besar termasuk dalam golongan minyak atsiri. Minyak atsiri adalah suatu zat yang mudah menguap pada suhu kamar sehingga disebut Terpenoid Essential Oils. Minyak atsiri dapat digunakan sebagai pewangi, penyedap, antibakteri dan antijamur. Daya antibakteri minyak atsiri disebabkan oleh adanya senyawa fenol dan turunannya yang dapat mendenaturasi protein sel bakteri.7 Bawang putih juga mengandung allicin yang dipercaya berperan penting sebagai antimikroba. Allicin merupakan molekul tidak stabil, sehingga tidak ditemukan di dalam darah maupun urin meskipun dikonsumsi dalam jumlah banyak. Selama dekade terakhir, para ahli menganggap allicin-lah yang memiliki peran antimikroba pada bawang putih. Turunan allicin yang memiliki efek antimikroba adalah diallyl disulfides (DADS) dan ajoene.8 Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Valplast dalam Larutan Ekstrak Bawang Putih Terhadap Pertumbuhan Candida albicans"
2
1.2
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu “Bagaimana pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan valplast dalam larutan ekstrak bawang putih terhadap pertumbuhan Candida albicans”
1.3
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan valplast dalam larutan ekstrak bawang putih terhadap pertumbuhan Candida albicans.
1.4
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu agar dapat mengetahui pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan valplast dalam larutan ekstrak bawang putih terhadap pertumbuhan Candida albicans.
1.5
HIPOTESIS PENELITIAN
Perendaman bahan basis gigitiruan valplast dalam larutan ekstrak bawang putih dengan konsentrasi tinggi mampu menghambat pertumbuhan Candida albicans lebih efektif.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
BASIS GIGITIRUAN
2.1.1 Definisi Basis atau plat protesa adalah salah satu komponen dari gigitiruan sebagian lepasan yang menutupi mukosa mulut dibagian didaerah palatum labial, bukal, dan lingual. Plat dasar gigitiruan merupakan bagian dari gigitiruan yang berkontak dengan mukosa mulut, tempat menempel dan mendukung anasir gigi tiruan, menyalurkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung dan memberi retensi dan stabilitas pada gigitiruan.9
2.1.2 Klasifikasi Basis Gigitiruan Terdapat tiga jenis gigitiruan sebagian lepasan yang dapat dibedakan menurut bahan basis gigitiruannya yaitu: (1) gigitiruan kerangka logam, (2) akrilik, dan (3) bahan termoplastik yang sering disebut dengan Flexi atau Valplast.1 1) Kerangka logam Terdiri dari landasan gigitiruan logam sedang gigi buatannya dari akrilik atau porselen. Karena bahan logam cukup kuat, landasan gigitiruan kerangka logam dapat di buat lebih tipis dan lebih kecil sehingga pasien akan lebih nyaman. Pembuatan gigitiruan ini dilakukan diluar ruang praktek dan harus dilakukan di laboratorium dental.10
4
Hal- hal yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut: a. Model kerja yang baik dan diartikulasikan pada artikulator b. Model diagnostik dengan desain yang digambar dengan rapi diatasnya c. Surat pelimpahan kerja yang meliputi semua aspek gigitiruan yang akan dibuat.10 2) Resin akrilik Resin akrilik merupakan bahan yang hingga saat ini masih digunakan di bidang Kedokteran Gigi. Lebih dari 95% basis gigitiruan dibuat dari bahan resin akrilik.4 Bahan dasar basis gigitiruan yang sering dipakai adalah resin akrilik polimetil metakrilat jenis heat cured. Resin akrilik dipakai sebagai basis gigitiruan oleh karena bahan ini memiliki sifat tidak toksik, tidak iritasi, tidak larut dalam cairan mulut, estetik baik, mudah dimanipulasi, reparasinya mudah dan perubahan dimensinya kecil. Kekurangan dari resin akrilik yaitu mudah patah bila jatuh pada permukaaan yang keras atau akibat kelelahan bahan karena lama pemakaian serta mengalami perubahan warna setelah beberapa waktu dipakai dalam mulut.11 3) Nilon Termoplastik Nilon termoplastik adalah gigitiruan fleksibel yang pertama di dunia. Bahan ini tidak mempunyai cengkeram logam dan bersifat ringan. 1
5
2.2
GIGITIRUAN FLEKSIBEL (VALPLAST)
2.2.1 Definisi Gigitiruan ini digunakan ketika gigitiruan konvensional memberikan ketidaknyamanan pada pasien yang tidak dapat ditangani melalui re-lining. Gigitiruan fleksibel menggunakan resin fleksibel khusus yang mampu mencegah terjadinya gesekan dengan gusi, dan memberikan kenyamanan untuk mengunyah lebih baik. Beberapa produk yang dapat digunakan adalah Valplast, Duraflex, Flexite, Proflex, Lucitone, Impak, yang merupakan bahan bebas monomer.2
Gambar 2.2.1 Valplast Sumber : Valplast [Internet]. Available from: http://www.westviewdental.co.uk/isleofman/wp-content/uploads/2013/02/Valplast-Denture.jpg. Diakses pada 5 Januari 2014
2.2.2 Indikasi dan Kontraindikasi Valplast 1) Indikasi penggunaan Valplast a. Pasien yang tidak dapat dibuatkan bridge tetapi memprioritaskan penampilan atau estetik karena keuangan pasien yang terbatas. b. Pasien yang tidak menginginkan prosedur yang invasif.
6
c. Pasien yang tidak menyukai kunjungan rutin untuk perawatan gigitiruan d. Pasien yang memiliki tuberositas tulang yang besar e. Dapat digunakan pada veneer konsmetik untuk menutupi resesi gingiva f. Bagi pasien yang alergi terhadap akrilik g. Pada kasus pasien yang rentan terhadap patahnya gigitiruan. Misalnya, pasien yang berprofesi sebagai polisi, atlet, atau psikiater h. Sebagai splint oklusal untuk perawatan TMJ.1,3 i. Pasien dengan sklerosis sistemik dan mikrostomia j. Pada beberapa kasus, seperti pasien pediatrik, kanker mulut, atau palatum-cleft.2 2) Kontraindikasi penggunaan Valplast: a. Ruang yang dibutuhkan kira-kira 5 mm atau lebih, yaitu antara gigi dan ridge lawan, untuk memaksimalkan retensi elemen gigi b. Tidak seperti gigitiruan sebagian lepas akrilik konvensional yang ikatan antar elemen gigitiruan dan basis adalah ikatan kimia, ikatan gigitiruan sebagian lepas fleksibel adalah secara mekanik. Jika tidak ada ruang yang cukup untuk menempatkan lubang retensi pada gigi, elemen gigi tiruan dapat berubah tempat.3
2.2.3 Keuntungan dan Kerugian Valplast 1) Keuntungan pemakaian
7
a. Estetik yang baik. Valplast memiliki translusensi yang sangat baik sehingga hampir menyerupai jaringan gusi pasien. b. Memberikan kenyamanan pada pasien saat proses mastikasi. Hal ini didukung dengan desain valplast yang dapat dibuat sangat tipis dan sifatnya fleksibel. c. Tahan lama. Valplast memiliki tekanan kompresif yang sangat baik dan tidak mudah patah. Secara kimia, valplast tidak akan memburuk ketika berkontak dengan cairan, bakteri, dan lingkungan fisik dalam rongga mulut. d. Biokompatibel. Bahan ini bebas monomer dan hipoalergik. e. Fungsi stress-breaking. Fleksibilitas pada valplast mencapai efek stress-breaker. Jaringan gingiva distimulasi secara lembut selama mastikasi, dan mengurangi tekanan yang tidak dialami pada gigi yang tersisa.1,12 2) Kerugian pemakaian a. Harga nilon termoplastik lebih mahal dibandingkan dengan resin akrilik. b. Tidak cukup kuat digunakan sebagai occlusal-rest, dan tidak dapat menyokong dimensi vertikal saat digunakan dalam gaya-gaya oklusal secara langsung. c. Bila terjadi kerusakan atau membutuhkan relining dan rebasing, tahap pengerjaannya lebih sulit dan mahal dibandingkan dengan reparasi resin akrilik.1
8
2.3
BAWANG PUTIH
2.3.1 Definisi Bawang putih dikenal memiliki efek antibakteri, antifungi, antivirus, antitumor, dan antidiabetes. Efek antimikroba ini dapat berlaku terhadap kedua spesies baik gram positif maupun gram negatif.13
Gambar 2.3.1 Bawang Putih Sumber : Bawang Putih [Internet]. Available from: http://assets.kompas.com/data/photo/2013/04/06/1838486-bawang-putih-bawang-p.jpg. Diakses pada 6 Januari 2014
2.3.2 Taksonomi Kedudukan tanaman bawang putih secara botanis dapat dilihat pada sistematika berikut ini.14 Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Klas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Liliflorae
Famili
: Liliales atau Lilliaceae
9
Genus
: Allium
Spesies
: Allium sativum L.
2.3.3 Senyawa Aktif Bawang putih kaya akan senyawa organosulfur yang terbukti memiliki aktivitas biologi tinggi dan bermanfaat dalam dunia pengobatan. Senyawa organosulfur itu terbagi menjadi beberapa kelompok:8,13 1) Senyawa S-ak(en)-il-L-Sistein sulfoksida (ACSOs) Misalnya allin dan α-glutamilsistein. Allin menyebabkan bau dan rasa yang khas pada bawang putih. Saat dipotong, dikunyah, ataupun dicincang, Allin berubah menjadi senyawa thiosulfinat dengan bantuan enzim allinase. Allin diketahui berpotensi sebagai antibakteri. 2) Senyawa sulfur yang bersifat volatil Contohnya allicin. Allicin merupakan molekul tidak stabil, sehingga tidak ditemukan di dalam darah maupun urin meskipun dikonsumsi dalam jumlah banyak. 3) Senyawa sulfur yang larut dalam lemak seperti dialil sulfida (DAS) dan (DADS). 4) Senyawa sulfur larut air yang non volatil seperti S-allil sistein (SAC). Senyawa ini merupakan senyawa yag memiliki aktivitas antibiologis yang tinggi.
2.3.4 Manfaat dan Bukti Ilmiah13 1) Rempah penyedap makanan
10
2) Hepatoprotektor Komponen dalam bawang putih yang diduga meliki aktivitas antihepatotoksik berasal dari kelompok minyak atsiri seperti allin, sallilmerkaptosistein, dan s-metilmerkaptosistein. Ini didukung dengan berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa minyak atsirilah yang mempunyai aktivitas antihepatotoksis tertinggi. Bawang putih berperan sebagai antioksidan yang berfungsi untuk membentengi tubuh dari pengaruh buruk lingkungan dan antigen. Selain sebagai antioksidan, bawang putih juga berperan sebagai immunomodulator dengan jalan meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag. 3) Antitumor Organosulfur yang terkandung dalam bawang putih membantu hati memproses senyawa kimia beracun, termasuk senyawa kimia penyebab kanker. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengkonsumsi bawang putih memiliki resiko kanker perut dan usus besar lebih rendah. 4) Antiinflamasi Bawang
putih
beraksi
sebagai
antiinflamasi
dengan
cara
menghambat aktivitas enzim siklooksigenase. Implikasinya terjasi penghambatan produksi prostaglandin. 5) Antikolestrol Kandungan allicin dan allin berkaitan dengan adanya daya antikolestrol. Bawang putih memiliki ajoene, zat anti penggumpal darah sehingga khasiat antikolestrol makin kuat. Kemampuan ini
11
membuat bawang putih berkhasiat mencegah penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi. 6) Antimikroba. Perasaan segar umbi bawang putih memiliki efek antimikroba terhadap kedua spesies baik gram positif maupun gram negatif.
2.4
CANDIDA ALBICANS
2.4.1 Definisi Jamur Candida albicans dianggap sebagai spesies patogen dan menjadi penyebab utama kandidiasis. Candida albicans merupakan jamur opportunistik penyebab sariawan, lesi pada kulit, vulvaginistis, candida pada urin (kandiduria), gastrointestinal kandidiasis yang dapat menyebabkan gastric ulcer, atau bahkan dapat menjadi penyebab komplikasi kanker.5
Gambar 2.4.1 Candida albicans Sumber : Candida albicans [Internet]. Available from: http://www.doctorfungus.org/thefungi/img/candida.jpg. Diakses pada 6 Januari 2014
12
2.4.2 Sifat Biologi Jamur Candida albicans dapat tumbuh pada suhu 37oC dalam kondisi aerob atau anaerob. Pada kondisi anaerob, Candida albicans mempunyai waktu generasi yang lebih panjang yaitu 248 menit dibandingkan dengan kondisi pertumbuhan aerob yang hanya 98 menit. Walaupun Candida albicans tumbuh baik pada media padat tetapi kecepatan pertumbuhan lebih tinggi pada media cair dengan digoyang pada suhu 37oC. Pertumbuhan juga lebih cepat pada kondisi asam dibandingkan dengan pH normal atau alkali.15 Kemampunan Candida albicans untuk tumbuh baik pada suhu 37oC memungkinkannya untuk tumbuh pada sel hewan dan manusia. Sedangkan bentuknya yang dapat berubah, bentuk khamir dan filamen, sangat berperan dalam proses infeksi ke tubuh inang.15
13
BAB III KERANGKA KONSEP
Basis Gigi Tiruan Valplast Suhu
Ekstrak bawang putih
Lama perendaman
Konsentrasi larutan Candida albicans
Keterangan : : Variabel bebas : Variabel akibat : Variabel penghubung : Variabel kontrol : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti
14
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian laboratoris eksperimental.
4.2
RANCANGAN PENELITIAN
Rancangan penelitian dengan metode pendekatan longitudinal (follow-up) study.
4.3 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
4.3.1 Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin 4.3.2 Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan 25 Mei – 18 Juni 2014
4.4
VARIABEL PENELITIAN
4.4.1 Menurut Fungsinya 1) Variabel bebas : bahan basis gigi tiruan Valplast 2) Variabel akibat : Candida albicans 3) Variabel penghubung : larutan ekstrak bawang putih 4) Variabel random : suhu ruangan
15
5) Variabel kendali : konsentrasi larutan
4.4.2 Menurut Skala Pengukurannya Penelitian ini menggunakan skala pengukuran numerik ratio.
4.5
DEFINISI OPERASIONAL
1) Valplast yang digunakan pada penelitian ini merupakan salah satu jenis gigitiruan yang menggunakan bahan nilon termoplastik yang bersifat fleksibel 2) Jumlah Candida albicans dihitung berdasarkan jumlah koloni yang terbentuk pada media dilusi agar 3) Larutan ekstrak bawang putih. Ekstraksi adalah penyaringan zat-zat aktif dari bagian tanaman obat, untuk menarik komponen kimia yang terdapat pada simplia. Pada penelitian ini, senyawa yang akan diteliti yaitu minyak atsiri yang terkandung pada bawang putih yang diduga memiliki efek antimikroba.
4.6
POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
1.
Populasi Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang memiliki keriteria yang ditetapkan (Nursalam, 2008: 32). Populasi
16
dalam penelitian ini adalah bahan basis gigitiruan valplast sebanyak 10 buah 2.
Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan objek yang diteliti atau dianggap mewakili seluruh populasi dengan kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau layak untuk diteliti. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan basis gigitiruan valplast sebanyak 10 buah
4.7
METODE PENGAMBILAN SAMPEL
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Total Sampling. Total sampling merupakan keseluruhan objek yang ada dalam populasi diambil menjadi sampel dalam penelitian.
4.8
PROSEDUR PENELITIAN
4.8.1 Pembuatan Sampel Valplast Pembuatan sampel valplast dilakukan oleh tekniker. Sampel yang digunakan sebanyak 10 buah dengan ukuran diameter 10 ml dan diameter 2 mm. 4.8.2 Pembuatan Ekstrak Bawang Putih Pembuatan ekstrak bawang putih dilakukan dengan mengupas kulit bawang putih, kemudian diparut dengan parutan biasa. Setelah itu, hasil parutan disaring dan diambil sarinya lalu dimasukkan kedalam wadah tertutup.
17
4.8.3 Pembuatan Media 1) Potato Dextrose Broth (PDB) Sebanyak 3,1 gram media PDB dimasukkan kedalam 100 ml aquades, kemudian dipanaskan hingga larut. Selanjutnya disterilkan pada autoklaf dengan suhu 121oC pada tekanan 2 atm selama 15 menit. 2) Potato Dextrose Agar (PDA) Sebanyak 7,8 gram media PDA dimasukkan kedalam 200 ml aquades, kemudian dipanaskan hingga larut. Selanjutnya disterilkan pada autoklaf dengan suhu 121oC pada tekanan 2 atm selama 15 menit. 4.8.4 Pembuatan Konsentrasi Larutan Ekstrak Bawang Putih Penelitian ini menggunakan konsentrasi larutan 2%, 5% dan 7%. Pembuatan konsetrasi larutan untuk 10% adalah dengan memasukkan 2 ml ekstrak bawang putih murni kedalam tabung elemeyer kemudian tambahkan aquades dan dicukupkan hingga mencapai 100 ml. Perlakuan yang sama digunakan untuk membuat konsentrasi lainnya. 4.8.5 Peremajaan Jamur Candida albicans Sebanyak 1 ose biakan Candida albicans dimasukkan kedalam 100 ml media PDB, kemudian di inkubasi pada shaker rotation selama 1x24 jam. 4.8.6 Perendaman Valplast pada Media Candida albicans Valplast yang telah disterilkan dimasukkan kedalam media 100 ml PDB, selanjutnya kedalam media dimasukkan isolat Candida abicans sebanyak 1 ml (1%). Media lalu di-shaker rotation selama 1x24 jam.
18
4.8.7 Perendaman Valplast pada Ekstrak Bawang Putih dengan Konsentrasi 2%, 5% dan 7% Sembilan buah valplast dibagi dalam tiga kelompok, sementara satu buah dijadikan sebagai sampel kontrol. Ketiga kelompok tersebut direndam dalam 100 ml larutan ekstrak bawang putih dengan konsentrasi yang berbeda (2%, 5%, dan 7%) selama 8 jam dalam suhu kamar. Sampel kontrol direndam dalam 10 ml akuades steril. 4.8.8 Perhitungan Jumlah Koloni Candida albicans Valplast yang telah direndam didalam ekstrak bawang putih lalu dimasukkan kedalam aquades streil, lalu di- vortex. Larutan tersebut selanjutnya dilakukan seri pengenceran hingga 10-3. Hasil dari tiap pengenceran dimasukkan kedalam cawan petri sebanyak 1 ml lalu dituangkan media PDA. Setelah media memadat, kemudian diinkubasi pada inkubator selama 1x24 jam dengan suhu 37oC
4.9
ALAT UKUR DAN PENGUKURAN 1) Potato Dextrose Agar (PDA) digunakan sebagai media kultur jaringan pada bakteri dan jamur, salah satunya yang akan digunakan pada penelitian kali ini yaitu Candida albicans. 2) Perhitungan jumlah koloni dapat diperoleh dengan alat yang disebut dengan coloni counter atau dengan menggunakan rumus: 𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑗𝑎𝑚𝑢𝑟 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 𝑗𝑎𝑚𝑢𝑟 × 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
19
3) Angka jamur yang diperoleh dapat digunakan untuk mengetahui daya anti jamur pada masing-masing konsentrasi dengan menghitung KHM. Perhitungan KHM dilakukan dengan rumus sebagai berikut: 𝐾𝐻𝑀 = 100% −
𝐴𝐽𝑇 ×100% 𝐴𝐽𝐾
Keterangan: AJT : Angka jamur pada konsentrasi tertentu dalam satuan CFU/ml AJK : Angka jamur pada larutan kontrol dalam satuan CFU/ml
4.10 ANALISIS DATA
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji analisis ANAVA
20
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 KARAKTERISTIK SAMPEL PENELITIAN
Pada penelitian ini, sampel yang digunakan adalah basis gigitiruan valplast yang berjumlah 10 buah. Sembilan buah sampel diberikan perlakuan (direndam dalam larutan ekstrak bawang putih) dan satu buah sampel dijadikan sebagai kontrol. Proses perendaman dibagi menjadi 3 kelompok dengan konsentrasi yang berbeda, yaitu 2%, 5% dan 7% kemudian dari perendaman tersebut masing-masing sampel dilakukan seri pengenceran bertingkat sampai 10-3. Setiap kelompok terdiri atas 3 sampel yang telah dikontrol ukuran dan diameter basisnya. Panjang basis sebesar 10 mm, lebar basis 10 mm, dan tebal basis 20 mm.
5.2 ANALISIS DATA
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa jumlah koloni jamur Candida albicans pada basis gigitiruan yang telah dilakukan seri pengenceran bertingkat sesuai tabel 5.2.1 dan tabel 5.2.2 Penelitian ini menggunakan metode perhitungan bakteri/jamur secara Standard Plate Count (SPC), yaitu dengan menggunakan rumus: 1 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 (𝑚𝑙)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 𝑗𝑎𝑚𝑢𝑟 × 𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑗𝑎𝑚𝑢𝑟 =
21
Tabel 5.2.1. Distribusi jumlah koloni Candida albicans yang direndam pada larutan ekstrak bawang putih dengan konsentrasi larutan berbeda (N=9) Jumlah koloni Candida albicans pada basis valplast yang telah direndam pada larutan ekstrak bawang putih Pengenceran 2% 5% 7% -1 10 10 -2 10 4 -3 10 -
1 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 (𝑚𝑙)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 𝑗𝑎𝑚𝑢𝑟 × 𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑗𝑎𝑚𝑢𝑟 = 10 × =
1 10−1
1
= 10 × 101 = 1,0 × 102 CFU/ml
Tabel 5.2.2. Distribusi jumlah koloni Candida albicans yang direndam pada larutan kontrol (aquades) Jumlah koloni Candida albicans pada basis valplast yang Pengenceran telah direndam pada larutan kontrol 10-2 93 -3 10 4 -4 10 -
1 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 (𝑚𝑙)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 𝑗𝑎𝑚𝑢𝑟 × 𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑗𝑎𝑚𝑢𝑟 = 93 × =
1 10−2
1
= 93 × 102 CFU/ml
22
Pada tabel 5.2.1 diketahui bahwa pada pengenceran 10-1 jumlah koloni sebanyak 10 sedangkan pada pengenceran 10-2 jumlah koloni sebanyak 4 serta pada pengenceran 10-3 tidak ditemukan adanya koloni Candida albicans. Pada tabel 5.2.2 diketahui bahwa pada pengenceran 10-2 jumlah koloni sebanyak 93 sedangkan pada pengenceran 10-3 jumlah koloni sebanyak 4 serta pada pengenceran 10-4 tidak ditemukan adanya koloni Candida albicans. Berdasarkan penjelasan tabel diatas diketahui bahwa sampel yang diencerkan dengan tingkat pengenceran tertentu mempunyai total mikroba yang bervariasi. Tingkat pengenceran yang lebih tinggi menghasilkan jumlah koloni yang lebih banyak.
23
BAB VI PEMBAHASAN
Basis gigitiruan fleksibel menggunakan bahan nilon termoplastik. Bahan ini tidak mempunyai cengkraman logam dan bersifat ringan. Nilon termoplastik atau yang disebut juga nylon injection molded adalah basis gigitiruan yang bebas monomer, bersifat hypoallergic sehingga dapat menjadi alternatif yang berguna bagi pasien yang sensitif terhadap resin akrilik konvensional, nikel, atau kobalt. Bahan ini dapat berikatan dengan struktur gigitiruan secara langsung atau bahan restoratif lainnya dan secara umum menggantikan gigitiruan berbasis logam dana krilik sebgaai bahan yang membentuk kerangka gigitiruan standar. Nilon termoplastik merupakan bahan basis gigitiruan yang ideal untuk gigitiruan sebagian dan restorasi unilateral, selain itu bahan ini juga hampir tidak poros sehingga mengalami perkembangan materi biologis, odor, dan pewarnaan yang rendah.1,3 Salah satu mikroorganisme yang paling sering ditemukan didalam rongga mulut adalah Candida albicans. Mikroorganisme tersebut mampu melakukan penetrasi pada basis gigitiruan dan tumbuh pada permukaan gigitiruan sehingga dapat menyebabkan infeksi jaringan lunak, seperti denture stomatitis.4 Oleh karena itu perlu dilakukan pembersihan gigitiruan dalam larutan desinfektans secara teratur. Salah satu tanaman tradisional di Indonesia yang dikenal sebagai
antifungi/antijamur
adalah
bawang
putih.
Berdasarkan
penelitian
24
sebelumnya ekstrak bawang putih dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan jamur dermatofit dan bakteri lainnya, tapi tidak secara spesifik di ujicoba pada Candida albicans. Penelitian ini menggunakan desain laboratoris eksperimental dan dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin dan dilaksanakan pada 25 Mei sampai 18 Juni 2014. Penelitian ini menggunakan sampel berupa sepuluh buah bahan basis gigitiruan valplast yang akan disuspensi jamur Candida albicans selama 1x24 jam pada suhu 37oC. Seluruh sampel dibagi dalam tiga kelompok , tiap kelompok terdiri atas 3 sampel. Tiap sampel direndam dalam larutan ekstran bawang putih dengan konsentrasi berbeda yaitu, 2%, 5%, dan 7% selama 8 jam. Satu buah sampel direndam dalam larutan aquades sebagai kontrol. Sampel yang dipilih telah dikontrol ukuran dan diameternya. Panjang dan lebar sampel yang digunakan adalah sebesar 10 mm dengan diameter 2 mm. Sampel yang dipilih juga harus memenuhi kriteria inklusi seperti, tidak porous, permukaan halus, dan tidak ada perubahan bentuk. Selanjutnya masing-masing sampel dikocok dengan vortex mixer selama satu menit dan dilakukan seri pengenceran bertingkat sampai 10-3. Kemudian dari masing-masing larutan uji pengenceran diambil 0,01 ml dan diteteskan pada cawan petri Potato Dextrose Agar (PDA) dan dieramkan dalam inkubator selama 1x24 jam pada suhu 37oC. Analisis jumlah koloni pada masing-masing cawan petri dilakukan dengan metode perhitungan Standard Plate Count (SPC). Metode perhitungan tersebut menjelaskan mengenai cara menghitung koloni pada cawan petri serta cara memilih data yang ada untuk menghitung jumlah koloni
25
pada suatu bahan yang sedang dianalisis. Cara menghitung koloni adalah sebagai berikut: 1. Cawan petri yang dipilih dan dihitung adalah yang emngandung jumlah koloni antara 30 sampai 300 2. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloninya diraguan dapat dihitung sebagai satu koloni 3. Suatu deretan (rantai) koloni yag terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai satu koloni Adapun rumus untuk menghitung jumlah koloni mikroorganisme adalah sebagai berikut: 1 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 (𝑚𝑙)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 𝑗𝑎𝑚𝑢𝑟 × 𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑗𝑎𝑚𝑢𝑟 =
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pengaruh pengenceran terhadap jumlah koloni (jamur) dapat dilihat pada tabel 5.2.1 dan tabel 5.2.2. Hasil pada tabel 5.2.1 menunjukkan bahwa pada larutan ekstrak bawang putih 2% dengan pengenceran 10-1 ditemukan koloni sebanyak 10 dan pada pengenceran 10-2 jumlah koloni yang ditemukan sebanyak 4, sedangkan pada pengenceran 10-3 tidak ditemukan adanya jumlah koloni. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengenceran yang lebih tinggi menghasilkan jumlah koloni yang lebih banyak. Sementara itu pada larutan ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 5% dan 7% tidak ditemukan adanya jumlah koloni pada setiap pengenceran.
26
Hasil pada tabel 5.2.2 menunjukkan bahwa pada larutan aquades (kontrol) dengan pengenceran 10-2 jumlah koloni yang ditemukan adalah sebanyak 93 dan pada pengenceran 10-3 jumlah koloni yang ditemukan adalah sebanyak 4, sedangkan pada pengenceran 10-4 tidak ditmeukan adanya koloni Candida albicans. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa ekstrak bawang putih pada 2% mampu menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans tapi tidak secara menyeluruh, sedangkan ekstrak bawang putih 5% mampu menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans secara efektif. Hasil ini sesuai dengan pendapat Pelczar dan Chan yang dikutip oleh Wahyuningtias4 yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu zat anti mikroorganisme akan semakin cepat pula sel mikroorganisme mati atau terhambat pertumbuhannya. Tyler yang dikutip oleh Wahyuningtias4 menyatakan kemampuan menghambat dan merusak proses kehidupan jamur oleh bahan antijamur disebabkan adanya sifat terapetiknya. Dari hasil penelitian ini membuktikan bahwa bawang putih dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans karena diduga disebabkan oleh senyawa kimia yang terkandung didalamnya. Berdasarkan hasil penapisan fitokimia, komponen-komponen yang terkandung didalam bawang putih adalah saponin, flavonoid, minyak atsiri, dan tanin. Senyawa polar yang tertarik ekstrak etanol seperti saponin, flavonoid, dan minyak atsiri mampu membentuk kompleks dengan sterol, dan mempengaruhi permeabilitas membran fungi, dan mengganggu sintesis asam nukleat sehingga fungi tidak dapat berkembang dengan baik.6 Perhitungan Kadar Hambat Minimal (KHM) dengan menggunakan angka jamur kontrol sebesar 93 x 102 CFU/ml dan angka jamur pada masing-masing konsentrasi
27
diperoleh KHM pada ekstrak bawang putih 2% sebesar 98,92%, dan pada konsentrasi 5% dan 7% sebesar 100%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih 5% mempunyai daya hambat yang lebih besar terhadap pertumbuhan Candida albicans dibandingkan dengan ekstrak bawang putih 2%. Menurut Washington, larutan bersifat fungisida jika KHM mencapai 99,9% dan bersifat fungistatistik jika KHM kurang dari 99,9%.4,11 Dengan demikian, ekstrak bawang putih 5% merupakan daya hambat minimal dan bersifat fungisida terhadap pertumbuhan Candida albicans. Sebelumnya peneliti telah melakukan penelitian dengan metode yang sama tetapi dengan memilih konsentrasi berbeda, yaitu 10%, 20%, dan 40%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada larutan ekstrak bawang putih 10%, 20%, dan 40% tidak ditemukan adanya koloni yang tumbuh pada masing-masing agar cawan petri. Sedangkan pada larutan kontrol dengan pengenceran 10-1 dan 10-2 jumlah koloni yang ada sebesar > 300 koloni (tidak bisa untuk dihitung=TBUD), dan pada pengenceran 10-3 jumlah koloni yang ditemukan sebesar 396. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian kedua dengan menurunkan konsentrasi larutan yang digunakan menjadi 2%, 5% dan 7%.
28
BAB VII PENUTUP
7.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan valplast dalam larutan ekstrak bawang putih terhadap Candida albicans dapat disimpulkan bahwa: 1. Ekstrak bawang putih (Allium sativum L.) dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans pada bahan basis gigitiruan valplast. 2. Ekstrak bawang putih (Allium sativum L.) 5% merupakan daya anti jamur minimal yang dapat digunakan sebagai larutan desinfektan pada gigitiruan valplast.
7.2 SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh pada penelitian ini, maka dapat disarankan bahwa: 1. Ekstrak bawang putih dapat digunakan sebagai larutan desinfektan gigitiruan akan tetapi tidak dalam konsentrasi yang terlalu tinggi. 2. Perlu dilakukan revisi lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh ekstrak bawang putih terhadap kekuatan biomekanikal dan perubahan warna pada basis gigitiruan resin akrilik dan valplast.
29
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ekstrak bawang putih sebagai larutan desinfektan gigitiruan. 4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh lama perendaman valplast pada larutan desinfektan terhadap perubahan bentuk dan tekstur pada basisnya.
30
DAFTAR PUSTAKA
1.
Ignatia W. Aplikasi dan disain valplast pada gigi tiruan sebagian lepas. JITEKGI; 2010: 7(2): 63-8
2.
Laxman SK, HR Dayakarya, Richa S. Flexible denture for partially edentulous arches- a case report. Journal of Dentofacial Science; 2012: 1(2): 39-42
3.
Fransiska N, Poetry O, Wulan T. Gigi tiruan sebagian lepas fleksibel sebagai alternatif perawatan kehilangan gigi- kajian pustaka. JITEKGI; 2011: 8(2): 11-4
4.
Endang W. Pengaruh ekstrak Graptophyllum pictum terhadap pertumbuhan candida albicans pada plat gigi tiruan resin akrilik. Indonesian Journal of Dentistry; 2008: 15(3): 187-91
5.
Friendsiane RP, Novel K, Paulina VYY. Uji aktivitas antijamur ekstrak etanol kulit batang rambutan (Nephelium lappaceum L.) terhadap jamur candida albicans secara in vitro. E-Journal Unsrat; 2012: 1(1): 7-12
6.
Djaenuddin G. Pengujian penggunaan ekstrak etanol bawang putih (Allium sativum
L.) terhadap
kelinci
yang diinfeksi
dermatofit
Trichophyton
mentafrophytes. Seminar Teknologi Peternakan dan Veteriner; 2010, Balai Besar Penelitian Veteriner. p. 803-8 7.
M Yuhana, I Normalina, Sukenda. Pemanfaatan ekstrak bawang putih Allium sativum untuk pencegahan dan pengobatan pada ikan patin Pangasionodon hypophthalmus yang diinfeksi Aeromonas hydrophila. Jurnal Akuakultur Indonesia; 2008: 7(1): 95-107
8.
Danar DA. Ekstrak bawang putih (Allium sativum) menurunkan jumlah leukosit pada mencit model sepsis akibat paparan Staphylococcus aureus. CDK 183; 2011: 38(2): 97-100
31
9.
Erwid FR. Efektivitas ekstrak daun dewa (Gynura pseudochina (Lour.) DC) terhadap pertumbuhan candida albicans pada plat dasar gigi tiruan resin akrilik. Jurnal Ilmiah Universitas Sultan Agung; 2010: 48(123): 1-13
10. Haryanto AG, Lusiana KB, Freddy S, Anton M, Indra S. Buku ajar ilmu geligi tiruan sebagian lepasan Jilid II. Jakarta : Hipokrates; 1995. p. 380 11. David, Elly M. Perubahan warna lempeng resin akrilik yang direndam dalam larutan desinfektan sodium hipoklorit dan klorhexidin. Maj Ked Gigi; 2005: 38(1): 36-40 12. Dental Arts Laboratories Inc. Valplast tech sheet; 2013. Available from : http://www.dentalartslab.com/wp-content/uploads/2013/07/webVALPLAST.pdf. Accesed December 17th, 2013 13. Trubus Info Kit. Herbal indonesia berkhasiat- bukti ilmiah & cara racik. Bogor : Trubus Swadaya; 2010. p. 197-201 14. Budi S. Usaha tani bawang putih. Yogyakarta : Percetakan Kanisius; 2000. p. 15 15. Eni K. Mekanisme infeksi Candida albicans pada permukaan sel. Lokakarya Nasional Penyakit Zoonis; 2010, Balai Besar Penelitian Veterenier. p. 304-13
32
33
DOKUMENTASI 1.
Pembuatan Sampel Valplast
2.
Pembuatan Ekstrak Bawang Putih
3.
Pembuatan Media Keterangan gambar: Kiri : media Potato Dextrose Broth (PDB) Tengah : valplast yang sudah disterilkan Kanan : Candida albicans yang diremajakan
34
Media Potato Dextrose Agar (PDA) 4.
Pembuatan Konsentrasi Larutan Ekstrak Bawang Putih
Keterangan gambar: (kiri ke kanan) Larutan aquades (kontrol) Larutan ekstrak bawang putih 2% Larutan ekstrak bawang putih 5% Larutan ekstrak bawang putih 7% 5.
Perendaman Valplast pada media Candida albicans
35
6.
Perendaman Valplast pada Larutan Ekstrak Bawang Putih
7.
Perhitungan jumlah koloni Candida albicans
36
8.
Hasil penelitian
37
9.
Penelitian dengan konsentrasi 10%, 20%, dan 40%
38