perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PERBEDAAN BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EKSTRAK BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa L.) TERHADAP SIFAT FISIK TABLET SECARA GRANULASI BASAH Tugas Akhir Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi
Oleh : Fathimah M 3508030
DIPLOMA 3 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Oktober 2011
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudiaan hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.
Surakarta, 10 Oktober 2011 Fathimah M3508030
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PERBEDAAN BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EKSTRAK BIJI JINTEN HITAM ( Nigella sativa L.) FATHIMAH Jurusan D3 Farmasi. Fakultas MIPA. Universitas Sebelas Maret INTISARI
Ekstrak biji jinten hitam telah terbukti berkhasiat sebagai anti haematotoxicity terhadap perubahan morfologis darah yang terinduksi CCL 4 dengan dosis 50 mg/kg berat badan pada mencit melalui pemberian oral. Hasil percobaan menunjukkan adanya perubahan signifikan terhadap darah yang telah diberi racun CCl4 (Essawy dkk., 2010). Bahan pengikat memegang peranan yang sangat penting dalam pembuatan granul, kekerasan tablet, waktu hancur tablet, dissolusi, compressibility, density granul, dan kemungkinan terjadi migrasi obat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variasi bahan pengikat yang digunakan pada pembuatan tablet ekstrak biji jinten hitam. Pembuatan tablet menggunakan metode granulasi basah dengan perbedaan bahan pengikat. Granul yang dibuat diuji sifat fisik granul meliputi uji kadar air, uji sifat alir dan uji sudut diam.Tablet yang telah dicetak dilakukan uji sifat fisik tablet yaitu uji keseragaman bobot, kerapuhan, waktu hancur, dan kekerasan. Hasil yang didapat dibandingkan dengan literatur untuk mengetahui hasil tablet yang dibuat memenuhi persyaratan sifat fisik tablet atau tidak dan dilanjutkan dengan uji statistik untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan terhadap sifat fisik tablet antara formulasi pertama yang menggunakan bahan pengikat gelatin, dan formulasi kedua dengan bahan pengikat pati singkong. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan kedua bahan pengikat menghasilkan tablet yang memiliki sifat fisik tablet yang sesuai dengan parameter fisik tablet pada Farmakope dan literatur lain. Formula 2 yang menggunakan bahan pengikat pati singkong lebih baik dilihat dari data hasil uji parameter sifat fisik tablet dibanding formula 1 dengan bahan pengikat gelatin, walaupun dalam perhitungan statistik tidak ada beda yang signifikan antara tablet jinten hitam dengan bahan pengikat gelatin dan pati singkong. Kata kunci : jinten hitam (Nigella sativa L.), variasi bahan pengikat, sifat fisik tablet
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Seeds of Nigella sativa L., commonly known as black seed, have been used in traditional medicine by many Asian, Middle Eastern and Far Eastern Countries to treat headache, coughs, abdominal pain, diarrhea, asthma, rheumatism, and dyslipidemia. The seeds of this plant are the most extensively studied, both phytochemically and pharmacologically. The effect of extract of Nigella sativa seed of oral administration (50 mg/kg b.w.) against morphological alterations of blood tetrachloride (CCl4) was studied. The results indicated significant changes in the haemathological parameters in animals intoxicated with CCl4 (Essawy dkk., 2010). The aim of this study is to know the influences of variated binder materials which used in manufacturing black seed extract tablet. In this study, manufactured process use wet granulation methods with binder materials variation gelatin for the first formulation and amylum for the second formulation. Granule and tablet was tested by physical properties tested. The result compared with literature to know that the data has appropriate with the requirements that showed in literature or not. The data obtained were analyzed using SPSS 17.00. The result showed that both of 2 formulations were appropriate with the Farmakope and other literature about parameter physically quality of the tablet. Formula 2 with mucilago amylum 8 % is better than formula 1 with mucilago gelatin 5 % depend on physic properties tested, although in statistical mathematics there are no significant differentiation between both of them.
Key words : black seed ( Nigella sativa L.), binder material variations, physically quality of tablet
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO Kegagalan tidak diukur dari apa yang telah Anda raih, namun kegagalan yang telah Anda hadapi, dan keberanian yang membuat Anda tetap berjuang melawan rintangan yang bertubi-tubi (Orison Swett Marden) Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis dan pada kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum ( Mahatma Gandhi) Bukan kecerdasan anda yang dapat mengangkat martabat anda, tapi sikap dan perbuatan anda yang akan membuat anda terhormat dimata orang lain. Apabila didalam diri seseorang masih ada malu dan takut untuk berbuat kebaikan, maka jaminan orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkahpun. (Bung Karno)
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya Tulis ini kupersembahkan untuk: Kedua orang tuaku tersayang Seluruh keluarga besarku Teman-teman dan sahabat tersayang Keluarga besar D3 Farmasi F MIPA UNS
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi di program D3 Farmasi FMIPA Universitas Sebelas Maret. Tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang bersifat material maupun spiritual, maka laporan Tugas Akhir ini tidak akan tersusun. Untuk itu, dari lubuk hati yang terdalam, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Allah SWT yang selalu memberikan segala rahmat dan karunianya, 2. Orang tua serta keluarga yang tidak henti-hentinya memberikan semangat, nasihat dan doa, 3. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc., Ph.D selaku dekan FMIPA UNS, yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk dapat melaksanakan penulisan ini, 4. Ahmad Ainurofiq, M.Si, Apt., selaku Ketua Program D3 Farmasi FMIPA UNS, 5. Nestri Handayani, M.Si, Apt., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dengan penuh kesabaran dan perhatian dalam membimbing hingga tuas akhir ini dapat disusun,
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Bapak/Ibu dosen D3 Farmasi FMIPA UNS yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama masa kuliah, 7. Seluruh Pimpinan dan Staf Administrasi D3 Farmasi FMIPA UNS, atas semua kemudahan, fasilitas, serta kesempatan yang telah diberikan, 8. Teman-teman seperjuangan Desy, Rizki, Devinta, Oktavina, Agnes, Ayu, dan Isnaini,Nika, Uji, Kori, dll. 9. Teman-teman bermain di rumah yang menyebalkan tapi pengertian, 10. Teman-teman D3 Farmasi angkatan 2008 FMIPA UNS, 11. Semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian Tugas Akhir, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari nilai sempurna. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Akhir kata, penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan memenuhi fungsinya dalam mendukung tercapainya tujuan pembelajaran di Program Studi D3 Farmasi FMIPA UNS. Surakarta , 10 Oktober 2011 Penulis
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman Judul ................................................................................................
i
Halaman Pengesahan ......................................................................................
ii
Halaman Pernyataan ........................................................................................
iii
Intisari .............................................................................................................
iv
Abstrack ...........................................................................................................
v
Halaman Motto ................................................................................................
vi
Halaman Persembahan ....................................................................................
vii
Kata Pengantar ................................................................................................
viii
Daftar Isi .........................................................................................................
ix
Daftar Tabel
................................................................................................
xii
Daftar Gambar ................................................................................................
xiii
Daftar Lampiran ..............................................................................................
xiv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................
1
B. Perumusan Masalah ..................................................................
3
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
3
D. Manfaat Penelitian ....................................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA. ...............................................................
5
A. Tanaman Jinten Hitam ...............................................................
5
1. Sistematikan Tanaman ...........................................................
5
2. Nama Daerah ........................................................................
5
3. Morfologi Tanaman ..............................................................
6
4. Khasiat ...................................................................................
7
5. Kandungan Kimia ..................................................................
8
B. Simplisia .....................................................................................
8
C. Ekstrak........................................................................................
8
1. Pengertian Ekstrak ................................................................
8
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Metode Pembuatan Ekstrak ..................................................
9
3. Penggolongan Ekstrak ..........................................................
10
D. Tablet .........................................................................................
11
1. Pengertian Tablet ..................................................................
11
2. Keuntungan dan Kerugian Bentuk Sediaan Tablet ...............
11
2.1. Keuntungan Tablet .........................................................
11
2.2. Kerugian Tablet ..............................................................
11
3. Tujuan Pembuatan Tablet .....................................................
12
4. Permasalahan Proses Pembuatan Tablet ...............................
12
5. Bahan Tambahan Tablet .......................................................
13
a. Bahan Pengisi ...................................................................
13
b. Bahan Pelicin, Anti Lekat dan Pelincir ............................
14
c. Bahan Pengikat .................................................................
14
6. Metode Pembuatan Tablet ....................................................
14
a. Metode Granulasi Basah ..................................................
14
b. Metode Granulasi Kering .................................................
15
c. Metode Lempa Langsung .................................................
16
E. Pemeriksaan Kualitas Granul ....................................................
16
1. Waktu Alir ............................................................................
16
2. Sudut Diam ...........................................................................
17
3. Kadar Air ..............................................................................
17
F. Pemeriksaan Kualitas Tablet .....................................................
17
1. Keseragaman Bobot ..............................................................
17
2. Kekerasan Tablet ..................................................................
18
3. Kerapuhan atau Friabilitas Tablet .........................................
18
4. Waktu Hancur .......................................................................
18
G. Bahan Pengikat yang Digunakan ..............................................
19
1. Gelatin ...................................................................................
19
2. Amilum Manihot ..................................................................
20
H. Kerangka Pemikiran ...................................................................
21
I. Hipotesis ....................................................................................
22
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................
23
A. Populasi dan Sampel .................................................................
23
B. Desain dan Variabel Penelitian .................................................
23
1. Desain Penelitian ..................................................................
23
2. Identifikasi Variabel Utama ..................................................
23
3. Klasifikasi Variabel Utama ...................................................
23
C. Alat dan Bahan ..........................................................................
24
1. Alat .......................................................................................
24
2. Bahan ....................................................................................
24
D. Waktu dan Tempat ....................................................................
25
1. Waktu ....................................................................................
25
2. Tempat ..................................................................................
25
E. Metode Penelitian dan Cara Kerja ............................................
25
1. Determinasi Tanaman Jinten Hitam .....................................
25
2. Preparasi Sampel ..................................................................
25
3. Pembuatan Ekstrak ...............................................................
26
4. Standarisasi Ekstrak ..............................................................
26
5. Perhitungan Dosis dan Formulasi Tablet Jinten Hitam ........
27
a. Perhitungan Dosis .............................................................
27
b. Rancangan Formulasi .......................................................
28
6. Pembuatan Granul ................................................................
28
7. Uji Sifat Fisik Granul ............................................................
29
a. Waktu Alir ........................................................................
29
b. Sudut Diam .......................................................................
29
c. Sudut Pengeringan ............................................................
30
8. Pembuatan Tablet .................................................................
31
9. Uji Sifat Fisik Tablet ............................................................
31
a. Keseragaman Bobot Tablet ..............................................
31
b. Kekerasan Tablet ..............................................................
31
c. Kerapuhan Tablet .............................................................
32
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Cara Analisis 1. Pendekatan Secara Teoritis ...................................................
33
2. Perhitungan Statistik .............................................................
33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................
34
A. Hasil Determinasi Tanaman Jinten Hitam (Nigella Sativa L) ...
34
B. Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak Biji Jinten Hitam
BAB V
(Nigella Sativa L.) ......................................................................
34
C. Hasil Pembuatan Ekstrak Kental Biji Jinten Hitam ..................
34
D. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Granul .......................................
35
1. Pengujian Kadar Air Granul ..................................................
35
2. Pengujian Waktu Alir Granul ................................................
37
3. Pengujian Sudut Diam Granul ..............................................
38
E. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet ........................................
39
1. Hasil Pemeriksaan Keseragaman Bobot ...............................
39
2. Hasil Pemeriksaan Kekerasan Tablet ...................................
41
3. Hasil Pemeriksaan Kerapuhan Tablet ...................................
43
4. Hasil Pemeriksaan Waktu Hancur Tablet .............................
44
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................
46
A. Kesimpulan ...............................................................................
46
B. Saran...........................................................................................
46
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet .........................................
18
Tabel 2. Formulasi Tablet Ekstrak Jinten Hitam ...........................................
28
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak Biji Jinten Hitam ............
34
Tabel 4. Hasil Pengujian Kadar Air Granul ..................................................
36
Tabel 5. Pengujian Waktu Alir Granul ..........................................................
37
Tabel 6. Pengujian Sudut Diam Granul .........................................................
38
Tabel 7. Pengujian Keseragaman Bobot ........................................................
40
Tabel 8. Hasil Pengujian Kekerasan Tablet ...................................................
41
Tabel 9. Hasil Pemeriksaan Kerapuhan Tablet .............................................
42
Tabel 10. Hasil Pengujian Waktu Hancur Tablet ............................................
44
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Biji Jinten Hitam (Nigella Sativa L.) ......................................... 5 Gambar 2. Pemasukan granul ke dalam punch dan die ............................. 39
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Determinasi Tinaman Jinten Hitam (Nigella Sativa L.) ............
50
Lampiran 2. Foto Tablet ................................................................................
51
Lampiran 3. Perhitungan Rendemen Hasil Maretasi .....................................
52
Lampiran 4. Perhitungan Penambahan Bahan Pengikat ................................
53
Lampiran 5. Takaran Dosis Ekstrak Kental Jinten Hitam .............................
54
Lampiran 6. Diagram Alir Cara Kerja ...........................................................
55
Lampiran 7. Hasil Pemeriksaan Susut Pengeringan dan Kelembaban ..........
56
Lampiran 8. Analisa Statistik Keseragaman Bobot .......................................
57
Lampiran 9. Analisa Statistik Kekerasan Tablet ...........................................
59
Lampiran 10. Analisa Statistik Kerapuhan Tablet ..........................................
61
Lampiran 11. Analisa Statistik Terhadap Waktu Hancur Tablet .....................
63
Lampiran 12. Foto Neraca Analitik dan Alat Uji Kelengketan Ekstrak ..........
65
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan tanaman obat sudah dimulai sejak awal evolusi manusia (Dattner, 2003). Tanaman herbal yang disebut juga sebagai pengobatan botani atau phytomedicine, menggantikan kegunaan dari biji-bijian tanaman, akar, daun, bunga, dan buah untuk tujuan pengobatan (Al-Attar, 2010). Tanaman obat digunakan sebagai alternatif terapetik, pilihan yang aman, sebagai salah satu pengobatan yang efektif. Orang-orang dari berbagai kebudayaan dan tempat telah menggunakan bagian tertentu dari tanaman untuk pengobatan dari permasalahan penyakit tertentu. Sebagian besar tanaman dan ekstraknya telah menunjukkan kemanfaatan efek terapetik, termasuk antioksidan, anti
inflamasi,
anti-kanker,
anti-mikroba,
dan
efek
peningkatan
imun
(Mohammad, 2009). Diantara tanaman obat yang menjanjikan itu, Nigella sativa L., dikotiledone dari famili Ranunculaceae, merupakan herbal yang menakjubkan dengan kaya akan nilai sejarah dan latar belakang agama (Goreja, 2003). Biji jinten hitam telah digunakan pada pengobatan tradisional oleh banyak penduduk Asia, Timur Tengah dan beberapa negara lain untuk mengobati sakit kepala, batuk, sakit perut, diare, asma, rematik dan berbagai penyakit lain (Alhaj dkk., 2010).
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Biji jinten hitam juga sudah diteliti oleh Essawy dkk., pada tahun 2010 terbukti mampu mengobati keracunan darah akibat bahan-bahan kimia berbahaya khususnya CCl4. Senyawa CCl4 merupakan haloalkana yang digunakan diberbagai industri kimia di dunia. Senyawa ini difungsikan sebagai pelarut, salah satu bagian cairan yang ada pada pendingin (kulkas), sebagai agen pembersih di industri, pembersih dan mengangkat noda yang digunakan sebagai alat rumah tangga, dll. Hasil percobaan dan penelitian yang ada menunjukkan bahwa Nigella sativa L. memiliki kemampuan dalam penjagaan kesehatan dan pengobatan khususnya kemampuan farmakologisnya sebagai antioxidant yang mampu menangkal radikal bebas (Gupta et al., 2004). Bentuk sediaan yang biasa digunakan untuk pengkonsumsian obat-obat herbal tersebut biasanya masih berbentuk suspensi, ekstrak, cairan kental dan berbagai bentuk sediaan lain. Penggunaan dengan cara tersebut dinilai kurang efektif dan efisien. Untuk lebih memudahkan dalam penggunaan adalah dengan membuatnya dalam bentuk ekstrak yang diformulasikan ke dalam bentuk sediaan tablet. Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet ini adalah metode granulasi basah dengan menggunakan bahan pengikat gelatin yang dibandingkan dengan bahan pengikat amilum, sedangkan metode penyarian yang digunakan adalah maserasi, karena proses penyariannya sederhana. Salah satu bahan tambahan yang berpengaruh dalam pembuatan tablet adalah bahan pengikat. Bahan pengikat ini memegang peranan yang sangat penting
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
dalam pembuatan granul. Bahan ini akan menentukan keseragaman ukuran granul, kekerasan tablet, waktu hancur tablet, disolusi tablet, dan compressibility dari tablet (Priyambodo, 2007). Zat pengikat atau adhesif ditambahkan ke dalam formulasi tablet untuk menambah kohesivitas serbuk sehingga memberi ikatan yang penting untuk mebentuk granul yang di bawah pengempaan akan membentuk suatu massa kohesif atau kompak yang disebut tablet (Siregar dan Wikarsa, 2010). Penelitian
ini
menggunakan
gelatin
sebagai
bahan
pengikat
yang
dibandingkan dengan pengikat pati singkong yang dibuat dalam bentuk musilago terhadap sifat fisik tablet. Musilago amili merupakan pengikat serbaguna untuk menghasilkan tablet yang terdisintegrasi cepat, dan granulasi hanya dapat dibuat dengan menggunakan pati sebagai pengikat internal dan digranulasi dengan air. Gelatin juga merupakan pengikat yang baik (Sregar dan Wikarsa, 2010). B. Perumusan Masalah 1. Apakah ekstrak jinten hitam dapat dibuat tablet yang memenuhi persyaratan
dengan menggunakan bahan pengikat gelatin dan pati
singkong? 2. Bagaimana pengaruh penggunaan
bahan pengikat pati singkong dan
gelatin terhadap sifat fisik tablet? 3. Bahan pengikat mana yang terbaik dilihat dari parameter sifat fisik tablet? C. Tujuan Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Meneliti penggunaan gelatin dan amilum manihot sebagai bahan pengikat yang memenuhi sifat fisik tablet sesuai dengan yang tertera di Farmakope Indonesia edsi III dan IV. 2. Mengetahui pengaruh variasi penggunaan bahan pengikat gelatin dan amilum manihot (pati singkong) terhadap sifat fisik tablet ekstrak biji jinten hitam (Nigella sativa L.). 3. Mengetahui formula yang terbaik ditinjau dari sifat fisik tablet. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian kali ini adalah : 1. Memberikan informasi tentang pembuatan tablet ekstrak biji jinten hitam (Nigella sativa L.) sebagai obat tradisional. 2. Memberikan suatu pilihan formula yang dapat digunakan untuk pembuatan tablet sebagai obat tradisional dari ekstrak biji jinten hitam (Nigella sativa L).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Jinten Hitam
Gambar 1. Biji Jinten Hitam 1. Sistematika Tanaman Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermathophyta
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Ranunculales
Famili
: Ranunculaceae
Genus
: Nigella
Spesies
: Nigella sativa L. (Anonim, 1983)
2. Nama Daerah Jawa
: Jinten ireng
(Jawa)
Sumatera
: Jinten item (Melayu) (Anonim,1983)
commit5 to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
3. Morfologi Tanaman Makroskopik: biji agak keras, bentuk limas ganda dengan kedua ujung nya meruncing, limas yang satu lebih pendek dari yang lain, bersudut 3 sampai 4, panjang 1,5 mm sampai 2 mm, lebar lebih kurang 1 mm, permukaan luar berwarna hitam kecoklatan, hitam kelabu sampai hitam, berbintik-bintik, kasar berkerut, kadang-kadang dengan beberapa rusuk membujur atau melintang. Pada penampang melintang biji terlihat kulit biji berwarna coklat kehitaman sampai hitam, endosperm berwarna kuning kemerahan, kelabu, atau kelabu kehitaman, lembaga berwarna kuning pucat sampai kelabu. Mikroskopik: Epidermis luar terdiri dari selapis sel yang termampat, bentuk memanjang, kadang-kadang berupa papila pendek, dinding tipis, warna coklat muda atau coklat kehijauan. Di bawah epidermis terdapat beberapa lapis sel parenkimatik, bentuk memanjang, tidak berwarna atau berwarna kehijauan, pada tiap rusuk diduga tedapat berkas pembuluh, phloem dan xylem sukar dibedakan karena selnya termampat, pada daerah ini sel parenkim di bawah epidermis tidak termampat dan selnya besar berbentuk polygonal, kemudian berturut-turut terdapat selapis sel berbentuk persegi empat, berdinding
tipis, tidak berwarna atau
berwarna kehijauan, di dalam sel terdapat hablur berbentuk prisma besar, kadangkadang hampir memenuhi ruangan sel, pada penambahan asam klorida pekat P hablur tidak larut tersusun sangat teratur, dinding tangensial dalam dan dinding radial sangat tebal, warna agak kekuningan dan tidak berlignin, lumen sangat kecil terdapat di ujung
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
bagian luar, berbentuk trapesium atau bundar telur, warna coklat kekuningan, selapis sel parenkimatik, bentuk persegi empat tidak teratur, dinding tipis, sel jernih. Epiderimis dalam terdiri dari selapis sel berbentuk persegi empat tidak teratur, sel agak besar, lumen jernih, dinding berwarna coklat berpenebalan jala, dinding tangensial dalam lebih tebal. Endosperm terdiri dari sel berbentuk polygonal, dinding tipis, tidak berwarna, penuh berisi butiran aleuron dan tetestetes minyak. Embryo sel nya lebih kecil dari sel endosperm, dinding tipis, berisi butir aleuron dan tetes-tetes minyak. Serbuk: warna kelabu kehitaman. Fragmen pengenal adalah fragmen epidermis luar yang termampat dan berpapila pendek, fragmen sel palisade terlihat tangensial; fragmen kulit biji; fragmen epidermis dalam; fragmen sel berhablur terlihat tangensial; fragmen endosperm dan fragmen sel parenkimatik di bawah lapisan palisade (Anonim, 1995). 4. Khasiat Antioksidan terhadap radikal bebas, anti haematotoxicity (racun darah) (Essawy dkk.,2010). Nigella sativa L secara tradisional sudah digunakan sebagai bumbu masakan, karminativ, aromatik, stimulan, diuretik dan untuk pencernaan (Kamal, 2010). Minyak biji jinten hitam (Nigella sativa L.) mengandung sejumlah bahanbahan
kimiawi
yang
mempunyai
aktivitas
sebagai
antialergi,
antiinflamasi, antiprostaglandin dan antihistamin (Subiyanto, 2008).
commit to user
antiasma,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
5. Kandungan Kimia Jinten hitam mengandung minyak atsiri, minyak lemak, saponin, molatin, zat pahit nigelen, timokinon, nigelon (Anonim, 1983). Simplisia biji jinten hitam mengandung minyak atsiri, glukosida saponin, zat pahit dan minyak lemak (Anonim, 1979). B. Simplisia Simplisia adalah bahan yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia nabati ialah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan dikeluarkan dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia nabati harus memenuhi syarat-syarat kemurnian simplisia diantaranya harus bebas dari serangga, fragmen, hewan, atau kotoran hewan, tidak boleh menyimpang bau dan warna, tidak boleh mengandung lendir dan cendawan atau menunjukkan tanda-tanda pengotoran lain, tidak boleh mengandung bahan lain yang beracun atau berbahaya (Anonim, 1979). C. Ekstrak 1. Pengertian Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995). Ekstrak adalah sediaan yang dapat berupa kering, kental, dan dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani dengan cara yang sesuai yaitu maserasi atau perkolasi atau dengan penyeduhan dengan air mendidih. Penyarian yang dilakukan di luar pengaruh sinar matahari secara langsung (Anief, 2007). 2. Metode Pembuatan Ekstrak Metode yang digunakan dalam ekstraksi biji jinten hitam adalah maserasi. Maserasi (maserace: mengairi, melunakkan) adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia yang dihaluskan sesuai dengan syarat Farmakope (umumnya terpotong-potong atau berupa serbuk kasar) disatukan dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan terlindung
cahaya
langsung (mencegah reaksi yang dikatalisis cahaya atau perubahan warna) dan dikocok kembali. Waktu lamanya maserasi berbeda-beda, masing-masing farmakope mencantumkan 4-10 hari, menurut pengalaman, 5 hari telah memadai, untuk memungkinkan berlangsungnya proses yang terjadi dasar cara ini. Seperti yang telah diuraikan di atas, melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel yang rusak, yang terbentuk pada saat penghalusan, ekstrak (difusi) bahan kandungan sel yang masih utuh (Voight, 1994). Remaserasi merupakan cara penyarian lanjutan dari maserasi yaitu cairan penyari dibagi dua. Seluruh serbuk simplisia yang telah dimaserasi dengan cairan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
yang pertama, sesudah diendaptuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan yang kedua (Anonim, 1986). 3. Penggolongan Ekstrak Pada ekstrak tumbuhan (umumnya konsentrasi etanolnya berbeda-beda) jika bahan pengekstrasinya sebagian atau seluruhnya diuapkan, maka diperoleh ekstrak, berdasarkan Voight (1994), ekstrak dikelompokkan menurut sifat-sifatnya yaitu: a) Ekstrak encer (ekstractum tenue) Sediaan seperti itu memiliki konsistensi seperti madu dan dapat dituang. Saat ini sudah tidak dipakai lagi. b) Ekstrak kental (ekstractum spissum) Sediaan ini liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang. Kandungan airnya mencapai 30%. Juga sediaan obat ini tidak sesuai lagi dengan persyaratan masa kini. c) Ekstrak kering (ekstractum siccum) Memiliki konsistensi kering dan dapat digosokkan. Kandungan airnya tidak lebih dari 5%. d) Ekstrak cair (ekstractum liquidum) Dalam hal ini diartikan sebagai ekstrak cair yang dibuat sedemikian rupa sehingga satu bagian simplisia sesuai dengan dua bagian (kadang-kadang satu bagian) ekstrak cair.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
D. Tablet 1. Pengertian Tablet Tablet adalah sediaan obat padat takaran tunggal. Sediaan ini dicetak dari serbuk kering, kristal atau granulat. Umumnya dengan penambahan bahan pembantu, pada mesin yang sesuai, dengan menggunakan tekanan tinggi. Tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya dan dalam aspek lainnya tergantung cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya (Ansel, 1995). 2. Keuntungan dan Kerugian Bentuk Sediaan Tablet 2.1. Keuntungan tablet. Keuntungan sediaan bentuk tablet adalah sebagai berikut, tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan berlebih dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah. Tablet merupakan bentuk sediaan obat yang paling rendah dan murah dikemas serta dikirim. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul (Lachman, 2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
2.2. Kerugian tablet. Kerugiaan sediaan tablet adalah sebagai berikut, beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat atau kompak tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis. Kurang baik untuk anakanak atau dewasa yang sulit menelan obat bentuk sediaan tablet. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembaban udara perlu pengafsiran atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin atau memerlukan penyalutan dulu), pada keadaan ini kapsul dapat merupakan jalan terbaik serta lebih murah (Priyambodo, 2007). 3.
Tujuan Pembuatan Tablet Tujuan pembuatan tablet adalah untuk memberikan obat melalui mulut dalam bentuk yang memadai, dalam jumlah yang tepat pada atau melalui waktu yang tepat di tempat yang diingini yang juga mempunyai integritas kimia yang dilindungi. Disamping sifat kimia dan fisika dari obat yang akan diformulasi, desain fisik yang sebenarnya, proses pabrikasi, serta uji kimia lengkap atas tablet dapat memberikan efek yang berarti pada kemanjuran dari obat yang akan diberikan (Lachman, 1994).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
4.
Permasalahan Proses Pembuatan Tablet Pada pembuatan tablet sering timbul masalah-masalah yang menyebabkan tablet yang dihasilkan tidak memenuhi persyaratan kualitas, masalah-masalah tersebut antara lain : 4.1. Capping dan lamination Capping adalah keadaan yang menggambarkan bagian atas atau bawah tablet terpisah sebagian atau seluruhnya. Lamination adalah keadaan tablet terbelah menjadi dua lapis atau lebih. Keadaan ini disebabkan oleh adanya udara yang ikut dikempa. 4.2. Picking dan sticking Picking adalah keadaan yang menggambarkan sebagian permukaan tablet menempel pada permukaan punch. Sticking adalah adanya granul-granul yang melekat pada die atau permukaan punch. 4.3. Mottling Mottling adalah terjadinya warna yang tidak merata pada permukaan tablet, disebabkan perbedaan obat atau hasil uraiannya dengan bahan tambahan juga karena terjadinya migrasi obat selama pengeringan atau adanya bahan tambahan berupa larutan berwarna yang tidak terbagi merata (Priyambodo, 2007).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
5.
Bahan Tambahan Tablet Bahan tambahan dalam pembuatan tablet antara lain: a. Bahan pengisi (dilluent/filler) Bahan
pengisi adalah suatu zat inert secara farmakologis yang
ditambahkan ke dalam suatu formulasi sediaan tablet bertujuan untuk penyesuaian bobot, ukuran tablet sesuai yang dipersyaratkan, untuk membantu kemudahan dalam pembuatan tablet, dan meningkatkan mutu sediaan tablet (Siregar dan Wikarsa, 2007). Bahan pengisi yang biasa digunakan antara lain: sukrosa, laktosa, amilum, kaolin kalsium karbonat (Banker dan Anderson, 1986). b.
Bahan pelicin, anti lekat, dan pelincir Ketiga jenis bahan ini dibicarakan bersama karena fungsinya yang tumpang tindih. Suatu bahan anti lekat juga memiliki sifat-sifat pelincir dan pelicin. Perbedaan ketiganya sebagai berikut: suatu pelincir diharapkan dapat mengurangi gesekan antara dinding tablet dengan dinding die, pada saat tablet ditekan ke luar. Anti lekat bertujuan untuk mengurangi melengket atau adhesi bubuk atau granul pada permukaan punch atau dinding die. Pelicin ditujukan untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan jalan mengurangi gesekan antara partikel (Lachman, 2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
c. Bahan Pengikat (binders) Bahan pengikat memegang peranan yang sangat penting dalam pembuatan granul. Bahan ini dimaksudkan untuk memberikan kekompakkan dan daya tahan tablet. Oleh karena itu, bahan pengikat menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebuah butir granulat. Sebagai bahan pengikat yang khas antara lain gula dan jenis pati, gelatin, turunan selulosa, gom arab, tragakan (Priyambodo, 2007). 6. Metode Pembuatan Tablet Pembuatan tablet terdapat 3 macam metode, yaitu metode granulasi basah, metode granulasi kering dan cetak langsung (Ansel, 1995). a.
Metode granulasi basah Granul dibentuk dengan jalan mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan. Teknik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang
mengandung
pengikat yang biasanya ditambahkan pada campuran
serbuk, namun demikian, bahan pengikat itu dapat dimasukkan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dapat dimasukkan sendiri (Banker and Anderson, 1986). Menurut Sheth et al. (1980), keuntungan granulasi basah antara lain:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
1. Zat aktif yang larut air dalam dosis kecil, maka distribusi dan keseragaman zat aktif akan lebih baik kalau dicampurkan dengan larutan bahan pengikat. 2. Zat aktif yang kompaktibilitasnya rendah dalam dosis yang tinggi harus dibuat dengan metode granulasi basah, karena jika digunakan metode cetak langsung memerlukan banyak eksipien sehingga bobot tablet terlalu besar. 3. Meningkatkan kohesivitas dan kompaktibilias serbuk. 4. Zat-zat yang bersifat hidrofob, system granulasi basah dapat memperbaiki kecepatan pelarutan zat aktif dengan perantara cairan pelarut yang cocok pada bahan pengikat. 5. Sistem granulasi basah dapat mencegah segregasi komponen penyusun tablet yang telah homogeny sebelum proses pencampuran. b. Metode granulasi kering Pada metode granulasi kering, granul dibentuk oleh pelembaban atau penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan masa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk, dan setelah itu memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan ke dalam granul yang lebih kecil. Dengan metode ini, baik bahan aktif maupun pengisi harus memiliki sifat kohesif supaya masa yang jumlahnya besar dapat dibentuk. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
basah,
karena
kepekaannya
terhadap
uap
air
atau
karena
untuk
mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan (Ansel, 1995). c. Metode kempa langsung Terdapat beberapa bahan yang memiliki sifat kompabilitas/kompresibilitas (kemampuan untuk bisa dicetak) yang tinggi serta memiliki sifat alir yang baik. Pada bahan dengan sifat-sifat demikian, maka pembuatan granul tidak diperlukan lagi, artinya bahan bisa dicetak secara langsung (direct compression). Pada proses pembutan tablet dengan metode cetak langsung, campuran obat dan semua bahan tambahan (pengisi, penghancur, pelincir) dicampur kemudian dicetak. Syarat agar campuran tersebut dapat dicetak, antara lain: mempunyai sifat alir yang baik, kompressibilitas tinggi dan mempunyai efek lubricant yang baik (Priyambodo, 2007). E. Pemeriksaan Kualitas Granul 1. Waktu Alir Waktu alir yaitu waktu yang dibutuhkan sejumlah serbuk untuk mengalir. Pada campuran serbuk atau granul sifat alirnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah rapat jenis, porositas, bentuk partikel, ukuran partikel, kondisi percobaan, dan kandungan lembab (Voigt, 1994). 2. Sudut Diam Sudut diam adalah sudut maksimum yang dibentuk permukaan serbuk dengan permukaan horizontal pada waktu berputar. Bila sudut diam lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
kecil atau sama dengan 30° biasanya menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas, bila sudutnya lebih besar atau sama dengan 40° biasanya daya mengalirnya kurang baik (Banker and Anderson, 1986). 3. Kadar Air Kelembapan di dalam zat padat dinyatakan dengan LOD dan MC. Berdasarkan berat basah, kandungan air dalam satu bahan dihitung sebagai persentase berat dari bahan kering. Susut saat pengeringan atau LOD (Lost On Drying), yaitu persyaratan kadar kelembaban berdasarkan berat basah, yang dihitung sebagai berikut: % LOD = Berat air dalam sampel x 100%....................................(1) F. Pemeriksaan Kualitas Tablet a.
Keseragaman bobot Keseragaman bobot tablet mempunyai peranan yang penting terutama dalam hubungannya dengan dosis obat yang masuk kedalam tubuh yang akan berpengaruh pula terhadap keamanan terapinya (Parrott, 1970). Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan pada ada atau tidaknya penyimpangan bobot tablet yang dihasilkan dibandingkan (Anonim, 1995).
commit to user
dengan bobot rata-rata tablet
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
Tabel I. Persyaratan penyimpangan bobot tablet (Anonim,1979). Bobot rata
rata tablet
25 mg ata kurang 26 mg-150 mg 151 mg-300 mg > 300 mg
Penyimpangan bobot rata A 15% 10% 7,5% 5%
rata dalam % B 30% 20% 15% 10%
Keterangan: A = harga penyimpangan bobot rata-rata tablet tidak boleh lebih dari 2 tablet B = harga penyimpangn bobot rata-rata tablet tidak satu tablet pun yang menyimpang b. Kekerasan tablet Kekerasan adalah batasan yang dipakai untuk manggambarkan ketahanan tablet melawan tekanan-tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan, dan terjadinya keretakan tablet selama
pengemasan,
pengangkutan,
dan
pendistribusiannya kepada konsumen. Kekerasan tablet yang baik adalah 4-8 kg (Parrott, 1970). Alat yang biasa digunakan adalah hardnes tester (Monsanto Stokes) dan hardness tester (Strong-Cobb) (Banker and Anderson, 1986). c. Kerapuhan tablet Kerapuhan dinyatakan sebagai massa seluruh partikel yang dilepaskan dari tablet akibat adanya beban penguji mekanik (Voigt, 1984). Sifat tablet yang berhubungan dengan kerapuhan diukur dengan menggunakan friability tester. Nilai kerapuhan >1% dianggap kurang baik (Banker dan Anderson, 1986).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
d. Waktu hancur tablet Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur masing-masing monografi, kecuali pada etiket menyatakan bahwa tablet atau kapsul digunakan sebagai tablet hisap atau dikunyah atau dirancang untuk pelepasan kandungan oral secara bertahap dalam jangka waktu tertentu atau melepaskan obat dalam 2 periode. Pelepasan
tersebut ditetapkan jenis
sediaan yang akan diuji dari etiket serta dari pengamatan dan gunakan prosedur yang tetap untuk 6 unit sediaan atau lebih (Anonim, 1995). Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan tertinggal pada kassa alat uji merupakan massa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas kecuali bagian dari penyalut atau cangkang kapsul yang tidak larut, tetapi bila ada satu atau dua tablet tidak hancur sempurna maka diulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna (Anonim, 1995). G. Bahan Pengikat yang Digunakan 1. Gelatin (Bahan Pengikat) Gelatin adalah suatu zat yang diperoleh dari hidrolisa parsial kolagen dari kulit, jaringan ikat putih dan tulang hewan. Gelatin yang berasal dari prekursor yang diasamkan dikenal sebagai Tipe A dan yang berasal dari prekursor yang dibasakan dikenal sebagai Tipe B. Gelatin yang digunakan dalam pembuatan kapsul atau untuk penyalut tablet dapat diwarnai dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
pewarna yang diizinkan, dapat mengandung sulfur dioksida tidak lebih dari 0,15% dan dapat mengandung lauril sulfat dengan kadar yang sesuai serta zat antimikroba yang sesuai (Anonim, 1995). Bahan pengikat akan lebih efektif bila digunakan dalam bentuk larutan pada granulasi basah, konsentrasi gelatin yang digunakan (2-10)% b/v pasta dalam air. Pemerian berupa lembaran, kepingan, serbuk, atau butiran, tidak berwarna atau kekuningan pucat, bau dan rasa lemah (Anonim, 1979). Gelatin digunakan secara luas dalam formulasi farmasetik termasuk dalam sediaan oral maupun parenteral. Gelatin dianggap sebagai bahan yang nontoxic dan noniritant (Rowe dkk., 2009). 2. Amilum manihot Amilum yang digunakan adalah amilum manihot atau disebut juga pati singkong. Pati singkong adalah pati yang diperoleh dari umbi akar Manihot Utilisma Pohl (familia Euphorbiaceae). Pemeriannya serbuk sangat halus, putih, praktis tidak larut dalam air dingin dan etanol (Anonim,1995). Amilum sangat cocok digunakan sebagai bahan pengikat dalam pembuatan tablet dengan metode granulasi basah dengan cara dibuat mucilago terlebih dahulu (Rowe dkk., 2009). Pati yang digunakan sebagai bahan pengikat adalah musilago amili (5-10)%. Musilago amili merupakan pengikat serbaguna dan granulasi hanya dibuat dengan menggunakan pati sebagai pengikat internal dan digranulasi dengan air (Siregar dan Wikarsa, 2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
H. Kerangka Pemikiran Obat dari bahan alam mulai mendapat perhatian lebih terbukti dengan mulai munculnya jurnal-jurnal bahan alam dan banyak sekali penelitian-penelitian yang membahas mengenai obat bahan alam. Salah satunya adalah biji jinten hitam. Biji jinten hitam merupakan tanaman yang sudah diteliti oleh Essaway dkk., pada dosis 50 mg tiap kg berat badan mencit terbukti secara bermakna anti racun darah. Pembuatan tablet dari ekstrak bahan alam dimaksudkan agar dapat dibuat sediaan yang lebih praktis dan efektif. Untuk mendapatkan tablet yang baik dan memenuhi persyaratan, diperlukan bahan tambahan berupa bahan pengikat. Bahan pengikat merupakan bahan yang memegang peranan penting dalam pembuatan granul. Bahan ini yang akan menentukan sifat granul dan tablet yang akan dibuat. Bahan pengikat yang sering digunakan dalam pembuatan tablet adalah gelatin dan pati singkong atau amilum. Bahan pengikat yang digunakan dalam tablet ini adalah gelatin dengan konsentrasi 5 % dibandingkan dengan pati singkong dengan kadar 8 %, keduanya dibuat dalam bentuk mucilago. Metode yang digunakan adalah metode granulasi basah. Metode ini digunakan karena hampir semua bahan obat dapat dicetak dengan metode ini dan memenuhi persyaratan tablet dengan baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui perbedaan antara dua jenis bahan pengikat terhadap sifat fisik tablet dan menentukan formula terbaik. I. HIPOTESIS 1. Ekstrak jinten hitam diduga dapat dibuat menjadi sediaan tablet yang baik yang memenuhi persyaratan sifat fisik tablet. 2. Perbedaan jenis bahan pengikat yang diberikan diduga akan mempengaruhi sifat fisik tablet ekstrak jinten hitam. 3. Formulasi 2 lebih baik dari formulasi 1 dilihat dari parameter sifat fisik tablet.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tablet ekstrak biji jinten hitam yang bijinya diambil dari produsen Akar Sari Surakarta dan dideterminasi di Laboratorium Taksonomi Universitas Setia Budi Surakarta. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejumlah tablet ekstrak kental biji jinten hitam untuk digunakan dalam uji keseragaman bobot tablet, uji kekerasan tablet uji kerapuhan tablet dan uji waktu hancur tablet. B. Rancangan dan Variabel Penelitian 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk kategori penelitian eksperimental murni dengan rancangan (desain) acak lengkap. 2. Identifikasi variabel utama Variabel utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas, variabel tergantung dan variabel terkendali. 3. Klasifikasi variabel utama: a. Variabel bebas
: bahan pengikat yaitu gelatin dan pati singkong
b. Variabel tergantung : Sifat fisik granul dan sifat fisik tablet c.
Variabel terkendali : untuk granul (suhu pengeringan granul dan waktu pencampuran, ukuran ayakan, metode pengujian
24 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
granul), untuk tablet (tekanan kompresi
saat
mencetak tablet, metode pembuatan dan pengujian tablet). C. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain oven untuk mengeringkan simplisia, blender untuk menghaluskan simplisia, bejana kaca untuk maserasi, kain flanel untuk menyaring filtrat, rotary evaporator untuk memekatkan ekstrak, mortir, stamper, neraca analitik, blower oven (tipe nampan), oven (Memmert Seri), mesin pencetak tablet single punch (Seri TDB 1), disintegration tester untuk uji waktu hancur (kapasitas 20 kg), hardness tester untuk uji kekerasan (Aikho Engineering Tipe AE-20 kg), friability tester untuk uji kerapuhan (Erweka Tipe TA), blender, uji kadar air (Ohaus Tipe MB 23) dan alat-alat gelas lain seperti gelas beker, gelas ukur, cawan penguap, corong kaca, dan batang pengaduk. 2. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain biji jinten hitam diperoleh dari Produsen di Akar Sari, etanol 70% (PT. Brataco), gelatin (PT. Brataco), Avicel PH 101 (PT. Brataco), Amilum manihot (PT.Brataco), Mg stearat (PT. Brataco), Talk (PT. Brataco), Aerosil (PT. Brataco), dan Aquadest.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
D. Waktu dan Tempat 1. Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2011. 2. Tempat Tempat yang diambil dalam penelitian ini diantaranya Laboratorium Struktur dan Perkembangan Tanaman Universitas Setia Budi, untuk determinasi biji jinten hitam, Laboratorium Farmasetika D3 Farmasi UNS untuk pembuatan ekstrak jinten hitam, Laboratorium Teknologi Farmasi USB untuk pembuatan tablet, uji sifat fisik granul dan uji sifat fisik tablet. E. Metode Penelitian dan Cara Kerja 1. Determinasi tanaman jinten hitam Tanaman jinten hitam yang akan digunakan dalam penelitian ini sebelumnya dideterminasi dahulu untuk memastikan bahwa tanaman yang digunakan benarbenar tanaman jinten hitam. Determinasi akan dilakukan di Laboratorim Struktur dan Perkembangan Tanaman Universitas Setia Budi Surakarta. 2. Preparasi sampel Proses yang dilakukan pada preparasi sampel adalah pengeringan. Biji jinten hitam
dikeringkan agar kadar airnya berkurang. Pengeringan
menggunakan oven dilakukan di Laboratorium Farmasetika D3 Farmasi FMIPA UNS. Suhu yang digunakan adalah sekitar 40-50 o C selama 3-4 hari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
Biji jinten hitam
yang telah kering digiling sehingga didapatkan serbuk
dengan ukuran 44/80 mesh. 3. Pembuatan ekstrak Ekstraksi yang dilakukan menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 70% selama 4-5 hari sampai pelarut dijenuhi zat aktif kemudian diperas menggunakan kain flannel untuk memisahkan ampas dengan sari. Sari yang diperoleh
diuapkan
pelarutnya
dengan
rotary
evaporator
sehingga
menghasilkan ekstrak kental. Ekstrak dimasukkan ke dalam cawan ditutup dengan alumunium foil dan disimpan dalam eksikator. 4.
Standarisasi ekstrak Standarisasi ekstrak jinten hitam (Nigella sativa L.), meliputi: (1) Pemeriksaan organoleptis Pemeriksaan organoleptis dilakukan dengan cara mendiskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa ekstrak. (2) Uji daya lekat Object glass ditandai seluas 2,5 cm x 2,5 cm, kemudian dicari titik tengahnya. Kurang lebih 50 mg ekstrak diletakkan ditengah luasan tersebut, ditutup dengan object glass kemudian diberi beban 1 kg selam 5 menit. Kedua object glass yang telah melekat satu sama lain dipasang pada alat uji dengan beban 80 g. Waktu yang diperoleh dicatat sampai terpisahnya kedua object glass tersebut (Anonim, 2000)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
5. Perhitungan dosis dan formulasi tablet jinten hitam a. Perhitungan dosis Menurut penelitian Essaway dkk., 2010, pemberian ekstrak etanol biji jinten hitam pada mencit secara oral dengan dosis 50 mg / kg berat badan dapat memberikan efek antihaematotoxic kemudian dikonversikan ke dalam dosis manusia. Diketahui faktor konversi dari mencit 20 g ke manusia 70 kg adalah 387, 9 mg (Kaplan, 1989). Perhitungan dosis : Dosis Biji Jinten Hitam untuk mencit 20 g = 20 g/ 1000 mg X 50 mg /kg = 1mg / 20 gram berat badan mencit Untuk manusia dengan bobot 70 kg = 1 mg X 387,9 = 387,9 mg Manusia Indonesia memiliki bobot rata rata 50 kg = 50 / 70 X 387,9 = 277 mg b. Rancangan formulasi Dosis tersebut cukup besar untuk dibuat sediaan tablet oral, oleh karena itu dosis tersebut dibuat menjadi dua tablet yaitu 138,5 mg ekstrak kental tiap tablet. Aturan pakai untuk sekali minum 2 tablet.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
Tabel II. Formulasi tablet eksrak jinten hitam
FORMULASI Ekstrak kental
FORMULA 1 138,5 mg
FORMULA 2 138,5 mgg
Aerosil
6,925 mg
6, 925 mg
Eksplotab
56 mg
56 mg
Laktosa
243,28 mg
243,28 mg
Avicel PH 101
243,28 mg
243,28 mg
-
6,4 mg
5 mg
-
7 mg
7 mg
705 mg
706,4 mg
Amilum manihot(8)% Gelatin (5)% Mg stearat
Berat total
6. Pembuatan granul Ekstrak kental jinten hitam dicampur sesuai dengan formulanya masingmasing dan diberi pengikat untuk formulasi satu diberi pengikat dari gelatin yang dibuat musilago dan formulasi dua diberi pengikat dengan pati singkong yang juga dibuat musilago sampai homogen. Massa ini diayak dengan ayakan no.16
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
kemudian setelah dikeringkan di oven dalam almari pengering pada suhu ± 50°C diayak lagi dengan ayakan no.18. Pembuatan musilago bahan pengikat yaitu dengan menggunakan air sebagai pensuspensi. Bahan pengikat yang digunakan untuk formula satu adalah gelatin dan pati singkong untuk formula dua. Konsentrasi gelatin yang digunakan 5% b/v yaitu 5 gram gelatin disuspensikan dalam 100 ml larutan dan konsentrasi amilum yang digunakan sebesar 8%, yaitu 8 gram amilum dalam 100 ml larutan. 7. Uji sifat fisik granul (1) Uji waktu alir Waktu alir adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah granul atau serbuk pada alat yang terpakai. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu alir adalah bentuk, ukuran dan kelembaban granul. Bentuk granul yang tidak seragam dan ukuran partikel yang semakin kecil menyebabkan granul mudah menggumpal dan sifat alirnya jelek (Lachman, 2008). Ditimbang 100 g granul dimasukkan ke dalam corong yang ujung tangkainya ditutup. Penutup corong dibuka dan granul dibiarkan mengalir sampai habis. Diukur waktu alir granul, diulang sebanyak 3 kali (Wicaksono dan Syifa, 2008). (2) Sudut diam Sudut diam adalah sudut tetap yang terjadi antara timbunan atau tinggi partikel yang berbentuk kerucut dengan bidang horisontal atau jari-jari bidang dasar kerucut (Lachman, 2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
Granul sebanyak 100 g dimasukkan ke dalam alat pengukur sudut diam sampai penuh dan diratakan, tutup dibuka dan granul dibiarkan mengalir sampai habis. Tinggi kerucut dan diameter yang terbentuk diukur, sudut diam dihitung. 1) Keterangan: h = tinggi kerucut r = jari-jari kerucut (3) Susut Pengeringan Kandungan lembab granul ditentukan dengan alat uji kandungan lembab (Ohaus). Sampel granul sekitar 2 gram ditempatkan secara merata pada pan sampel, dan selanjutnya dilakukan siklus pemanasan. Prosentase kandungan lembab dihitung dari kehilangan berat sampel karena pemanasan. Alat didinginkan terlebih dahulu diantara penentuan (Zhang et al., 2003). LOD (%) =
x 100 %..........................(2)
Granul dengan kadar air yang rendah akan mempunyai sifat alir baik sehingga dihasilkan tablet yang kompak. Susut pengeringan granul yang baik adalah tidak lebih dari 3-5% (Voigt, 1994).
MC (%) =
Berat granul basah-berat granul kering Berat granul kering
8. Pembuatan tablet
commit to user
x 100% .... (3)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
Granul yang telah dibuat diuji sifat alirnya, ditambahkan bahan pelicin magnesium stearat diuji lagi sifat alirnya, kemudian dicampur sampai homogen dan dicetak dengan mesin pencetak tablet single punch, dengan bobot pertabletnya ± 700 mg. 9. Uji sifat fisik tablet (1) Keseragaman bobot Keseragaman bobot ditetapkan sebagai berikut : Ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu tidak boleh lebih dari dua tablet yang bobotnya menyimpang dari 5% dari bobot rata-rata dan tidak satu pun tablet yang menyimpang lebih dari 10% dari rata-ratanya untuk tablet dengan bobot lebih dari 300 mg (Anonim 1979). (2) Kekerasan tablet Dalam bidang industri, kekuatan tekanan minimum yang sesuai untuk tablet adalah 4 kg. Penentuan kekerasan tablet ditentukan waktu berproduksi supaya penyesuaian tekanan yang dibutuhkan diatur
pada peralatannya
(Ansel, 1995). Pemeriksaan kekerasan tablet menggunakan alat digital hardness tester. Sebuah tablet diletakkan pada alat dengan posisi horizontal, alat dkalibrasi hingga posisi 0,00. Alat diputar hingga tablet patah. Skala yang tertera pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
alat dibaca. Percobaan dilakukan 10 kali dan dihitung harga putarannya (Voigt, 1994). Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu serta tahan atas kerenyahan agar dapat bertahan berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan, dan pengapalan. Selain itu tablet juga harus bertahan terhadap perlakuan berlebihan oleh konsumen. Kekerasan tablet yang cukup serta tahan penyerbukan dan kerenyahan merupakan persyaratan penting bagi penerimaan konsumen (Lachman, 2008). (3) Kerapuhan tablet Tablet yang mudah menjadi bubuk menyerpih dan menjadi pecahanpecahan pada penanganannya akan kehilangan keelokannya serta konsumen enggan menerima dan dapat menimbulkan variasi yang berat dan keseragamannya ini. Dua puluh tablet dibersihkan dari partikel halus yang menempel, lalu ditimbang. Tablet dimasukkan ke dalam friability tester diputar selama 4 menit dengan
kecepatan 25 putaran permenit, lalu tablet diambil,
dibersihkan dan ditimbang kembali. Kerapuhan tablet dihitung dengan rumus: Kerapuhan =
x 100%...........................................................(4)
Keterangan :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
M1 = bobot tablet sebelum diuji (g) M2 = bobot tablet setelah uji (g)
F. Cara Analisis Analisis data dilakukan dengan cara, yaitu : 1. Pendekatan secara teoritis Data yang diperoleh dari pengujian dibandingkan terhadap parameter dari Farmakope Indonesia dan pustaka lain. 2. Perhitungan statistik Analisis data dianalisa secara statistik dengan menggunakan uji kolmogorov-Smirnov dan uji t-test independent pada taraf keprcayaan 95 %.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Determinasi Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.) Tanaman jinten hitam (Nigella sativa L.) telah dilakukan determinasi di Laboratorium Morfologi Sistemik Tumbuhan Universitas Setia Budi. Determinasi tanaman jinten hitam bertujuan untuk memastikan kebenaran tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan bahwa biji yang digunakan memang benar-benar biji jinten hitam (Nigella sativa L.) dapat dilihat pada lampiran 1. B. Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak Biji Jinten Hitam Ekstrak hasil maserasi, dilakukan pemeriksaan secara organoleptis tujuannya untuk mengetahui sifat fisik ekstrak yang dihasilkan. Hasil dari pemeriksaan secara organoleptis dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel III. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak Biji Jinten Hitam
No.
Parameter
Hasil
1
Warna
Coklat tua
2
Bau
Khas jinten
3
Rasa
Pahit
C. H a 4 Konsistensi s il Pembuatan Ekstrak Kental Biji Jinten Hitam
Kental
Hasil ekstrak biji jinten hitam diperoleh dari proses maserasi dengan etanol 70 %. Tujuan digunakannya maserasi agar simplisia yang sudah halus
35 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
memungkinkan untuk direndam sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut. Perbandingan antara pelarut dan simplisia yang digunakan adalah 1 : 3. Untuk mendapatkan hasil ekstrak yang lebih maksimal,
dilakukan remaserasi yaitu residu hasil maserasi
dilakukan maserasi lagi, dan diuapkan sampai terbentuk ekstrak kental yang siap digunakan sebagai bahan aktif dalam pebuatan tablet ekstrak jinten hitam. Alasan dipilihnya metode maserasi karena keuntungannya yaitu merupakan metode yang praktis, ekonomis, dibanding dengan metode lain seperti perkolasi dan soxhletasi, karena perkolasi memerlukan pelarut yang cukup banyak selalu dialiri secara kontinu, sedangkan soxhletasi tidak dipilih karena dalam metode ini memerlukan pemanasan, sehingga ditakutkan zat-zat aktif berkhasiat dalam simplisia akan ada yang rusak. D. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Granul Pemeriksaan sifat fisik ini dilakukan terhadap granul yang sudah dikeringkan untuk mengetahui granul tersebut memenuhi persyaratan yang diharapkan akan menghasilkan suatu tablet yang baik. Pemeriksaan ini cukup penting karena sifat fisik dari granul
akan mempengaruhi dalam proses
pembuatan tablet selanjutnya. Pemeriksaan ini meliputi kadar air, waktu alir, dan sudut diam granul.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
1. Pengujian Kadar Air Tujuan pembuatan granul dibuat dengan maksud untuk memperbaiki sifat alir massa serbuk yang akan dibuat menjadi sediaan tablet. Salah satu cairan pembasah yang dapat digunakan adalah air, sehingga setelah melalui proses pengeringan, kadar air granul harus dievaluasi untuk mengetahui kadar air yang tertinggal di granul. Air atau uap lain yang terdapat didalam serbuk dalam jumlah yang berlebih akan menyebabkan terganggunya sifat granul. Gangguan antara lain adalah timbulnya ikatan antar partikel yang menyebabkan aliran serbuk kurang baik, kekompakan serbuk menjadi terlalu tinggi. Cairan dalam batas tertentu bermanfaat bagi granul, terutama jika diperlukan kekuatan dan kekompakan masa granul setelah dikempa/dicetak. Kadar cairan di dalam granul dapat diukur dengan menggunakan alat uji kadar air. Dari hasil pengujian kadar air pada granul dengan menggunakan alat uji kadar air didapatkan hasil yang dapat dilihat pada tabel IV. Tabel IV. Hasil Pengujian Kadar Air Granul
Formulasi
F1
Hasil Replikasi
BeratAwal
BeratAkhir
LOD
Waktu
(gram)
(gram)
(%)
(menit)
Rata-rata
2
1.95
2.7
04.00
1.94
3.3
04.00
K e F2 Rata-rata 2 t e rangan: F1 : granul dengan bahan pengikat gelatin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
F2 : granul dengan bahan pengikat pati singkong
Dari hasil pengujian di atas kadar air pada kedua formula memenuhi standar yang ada pada literatur karena kadar air berkisar 2,5% sampai dengan 3,5 %, dan pada literatur berkisar (3-5) % (Voight, 1994). 2. Pengujian Waktu Alir Granul Proses pengisian die didasarkan atas aliran granul yang kontinu. Apabila aliran kurang baik, granul cenderung bergerak tidak kontinu melalui alat pengisi, sehingga proses pentabletan terhambat dan tidak bisa berjalan sempurna. Oleh karena itu pengujian waktu alir dari granul yang akan dibuat tablet cukup penting untuk mendapatkan tablet yang memiliki keseragaman bobot dan kompaktibilitas yang baik. Tabel V. Pengujian Waktu Alir Granul
Hasil Replikasi Rata-rata
F1
F1 (+ Mg stearat)
F2
F2 (+ Mg Stearat)
(detik)
(detik)
(detik)
(detik)
9
8
10.04
9.76
Keterangan: F1 : granul dengan bahan pengikat gelatin F2 : granul dengan bahan pengikat pati singkong
Hasil di atas menunjukkan bahwa kedua formula memiliki sifat alir yang baik ditunjukkan berdasarkan hasil perhitungan kecepatan alir yang ada pada tabel < 10 detik tiap 100 gram granulnya (Sulaiman, 2007).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
Terlihat perbedaan kecepatan alir sebelum dan setelah pemberian Mg stearat walaupun kecil tetapi menunjukkan bahwa Mg stearat memperlihatkan fungsinya sebagai pelincir yang dapat memperbaiki sifat alir granul sehingga mempermudah dalam proses pentabletan. Penambahan Mg stearat tidak menyebabkan lepasnya partikel-partikel obat dari unit interaktif (Stewart, 1981). Mg stearat akan menempel dan melapisi unit interaktif hingga stabil, tetapi zat ini memberikan efek negatif terhadap waktu hancur dan penurunan kecepatan pelarutan tablet, hal ini terjadi karena terbentuknya lapisan Mg Stearat selama proses pencampuran tadi. 3. Pengujian Sudut Diam Granul Tabel VI. Pengujian Sudut Diam Granul
Formula
Hasil Replikasi
Diameter
Jari-jari
Tinggi
SudutDiam
(cm)
(cm)
(cm)
(°)
F1
Rata-rata
15.4
7.55
4.84
28.12
F1+ Mg Stearat
Rata-rata
15,12
7, 6
4,04
28,14
F2
Rata-rata
10,04
15,14
7,57
26,56
F2+ Mg Stearat
Rata-rata
14,96
7,48
3,84
27,17
Keterangan: F1 : granul dengan bahan pengikat gelatin F2 : granul dengan bahan pengikat pati singkong
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
Pengujian sudut diam merupakan kelanjutan dari pengujian waktu alir, dengan mengukur tinggi dan diameter timbunan granul yang melalui corong, didapatkan hasil seperti yang tertera pada tabel VI. Hasil perhitungan sudut diam pada tabel menunjukkan bahwa kedua formula memiliki sudut diam < 40
0
sehingga memenuhi standar yang
disyaratkan pada literatur (Sulaiman, 2007). Semakin kecil sudut diam yang didapatkan menunjukkan sifat alir granul yang semakin baik, dengan adanya sifat alir granul yang baik akan mempermudah dalam proses pembuatan tablet pada saat pencetakan yang akan mempengaruhi keseragaman bobot tablet. E. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet Pemeriksaan ini dilakukan terhadap hasil cetakan tablet, hal ini dilakukan untuk mengetahui tablet yang sudah jadi dibandingkan dengan persyaratan Farmakope Indonesia dan literatur lain. 1. Hasil Pemeriksaan Keseragaman Bobot Bobot tablet dipengaruhi oleh kecepatan aliran granul jika granul yang masuk ke ruang cetak semakin banyak sehingga bobot tablet juga semakin besar. Serbuk atau granul-granul dialirkan dri hopper masuk kedalam die (aliran sesuai grafitasi). Volume granul ditentukan oleh posisi punch bawah dan lempeng die, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
Gambar 2. Pemasukan granul ke dalam punch and die
Semakin besar ukuran dan volume granul semakin besar pula bobot tablet. Pengujian keseragaman bobot untuk tablet ekstrak jinten hitam dengan bahan pengikat gelatin dan pati singkong masing-masing 20 tablet. Hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel VII. Hasil Pengujian Keseragaman Bobot
Hasil Replikasi Rata-rata
Formula 1
Formula 2
(mg)
(mg)
A = 703,3±6,9
B = 699,8±1,3 Keterangan:
F1 F2
: tablet dengan bahan pengikat gelatin : tablet dengan bahan pengikat pati singkong
Hasil keseragaman bobot tablet ekstrak biji jinten hitam dengan bahan pengikat gelatin didapatkan bobot rata rata sebesar 703,3 mg, sedangkan untuk tablet dengan bahan pengikat pati singkong didapatkan bobot ratarata 699,8 mg. Kedua tablet tersebut telah memenuhi syarat uji keseragaman bobot menurut Farmakope Indonesia III yaitu untuk tablet
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
dengan bobot > 300 mg, penyimpangan bobot rata-ratanya adalah tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang > 5 % dan tidak boleh satu tabletpun yang menyimpang dari 10 %. Bobot yang ditetapkan untuk tiap tablet adalah 700 mg sehingga penyimpangan maksimum sebesar 35 mg. Dari kedua formula tidak ada bobot yang memiliki selisih ataupun penyimpangan melebihi aturan yang sudah ditetapkan oleh Farmakope Indonesia, sehingga dapat dikatakan bahwa kedua formula tersebut memenuhi standar untuk keseragaman bobot. Berdasarkan uji statistik kolmogorov-Smirnov dilanjutkan t-test independent menyebutkan bahwa tidak ada beda yang signifikan antara tablet eksrak biji jinten hitam dengan bahan pengikat gelatin dengan bahan pengikat pati singkong. 2. Hasil Pemeriksaan Kekerasan Tablet Tabel VIII. Hasil Pengujian Kekerasan Tablet
Hasil Replikasi Rata-rata
Keterangan: F1 F2
Formula 1
Formula 2
(kg)
(kg)
A = 11,47±1,3
B = 12±1,2
: tablet dengan bahan pengikat gelatin : tablet dengan bahan pengikat pati singkong
Dari hasil pengujian didapat rata-rata angka kekerasan tablet ekstrak biji jinten hitam dengan bahan pengikat gelatin adalah 11,47 kg dan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
tablet ekstrak jinten hitam dengan bahan pengikat pati singkong didapatkan rata-rata sebesar 12kg, kedua tablet tersebut telah memenuhi syarat yaitu tekanan minimum 4 kg (Ansel, 1989). Uji kekerasan tablet ditetapkan untuk mengetahui keras atau tahannya suatu tablet terhadap goncangan baik pada saat transportasi ataupun pada saat penyimpanan. Kekerasan tablet dipengaruhi oleh faktor kandungan fines atau serbuk pada saat pentabletan dimana serbuk mempunyai fungsi untuk mengurangi kohesi antara partikel sehingga kekerasan tablet akan tinggi. Selain itu juga karena kerasnya tekanan pada saat pentabletan. Semakin besar tekanan semakin keras tablet yang dihasilkan. Pengendalian tekanan pada saat pencetakan diperlukan untuk menghasilkan tablet dengan keseragaman bobot dan kekompakan yang sama. Data angka
tersebut memperlihatkan kedua formula memang memiliki kekerasan yang
sesuai dengan literatur, tetapi angka yang
ditunjukkan cukup tinggi. Angka kekerasan tinggi akan mempengaruhi waktu hancur tablet. Angka kekerasan berbanding terbalik dengan angka kerapuhan semakin besar angka kekerasan maka semakin kecil angka kerapuhan atau sebaliknya. Hasil uji statistik diperoleh tidak ada beda yang signifikan antara ekstrak tablet biji jinten hitam dengan menggunakan bahan pengikat gelatin dibanding dengan menggunakan pati singkong.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
3. Hasil Pemeriksaan Kerapuhan Tablet Pengujian kerapuhan tablet ekstrak biji jinten hitam dengan bahan pengikat gelatin dan pati singkong masing-masing menggunakan 20 tablet, hasil pengujian kerapuhannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel IX. Hasil Pemeriksaan Kerapuhan Tablet
Formulasi
Rata-rata akhir±SD
Formulasi 1
0,12%±0,09
Formulasi 2
0,05%±0,0
Keterangan :
F1 : tablet dengan bahan pengikat gelatin F2 : tablet dengan bahan pengikat pati singkong
Hasil pengujian kerapuhan tablet ekstrak biji jinten hitam dengan bahan pengikat gelatin rata-ratanya adalah 0,12% dan untuk tablet dengan bahan pengikat pati singkong 0,049%. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat kerapuhan tablet dengan bahan pengikat pati singkong sedikit lebih rendah dibanding dengan tingkat kerapuhan tablet ekstrak jinten hitam dengan bahan pengikat gelatin. Kedua formula memiliki tingkat kerapuhan yang rendah, hal ini dipengaruhi juga oleh tingkat kekerasan kedua formula yang tinggi dan proses pencetakan dengan tekanan tinggi. Pada granulasi basah, serbuk ditambah dengan larutan bahan pengikat kemudian dicampur. Larutan pengikat terdistribusi diantara partikel. Tingkat kelembapan yang paling rendah terdapat pada fase pendular.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
Partikel-partikel akan diselubungi oleh larutan pengikat. Hal ini disebabkan karena adesi atau adanya peningkatan tegangan muka dari tekanan hidrostatik dari jembatan cair. Fase funikular digambarkan diantara fase pendular dan fase capilari. Granul akan menyerap kelembapan tiga kali lebih besar dari fase pendular dan fase capilari (Aulton, 2002). Hasil uji statistik diperoleh tidak ada perbedaan yang signifkan antara tablet ekstrak jinten hitam dengan bahan pengikat gelatin dan tablet ekstrak jinten hitam dengan bahan pengikat pati singkong.
4. Hasil Pemeriksaan Waktu Hancur Tablet Pengujian waktu hancur tablet ekstrak jinten hitam dengan bahan pengikat gelatin dan tablet ekstrak jinten hitam dengan bahan pengikat pati singkong dapat dilihat pada tabel 11. Tabel X. Hasil Pengujian Waktu Hancur Tablet
Rata-rata waktu hancur ± SD Formulasi 1
Formulasi 2
13.82±0,76
14.09±0,79
Keterangan: F1 : tablet dengan bahan pengikat gelatin F2 : tablet dengan bahan pengikat pati singkong
Waktu hancur tablet eksrak biji jintan hitam dengan bahan pengikat gelatin memiliki rata-rata waktu hancur 13 sampai 15 menit,begitu juga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
dengan tablet ekstrak jinten hitam dengan bahan pengikat pati singkong memiliki waktu hancur berkisar 13 menit sampai 15 menit, sehingga tidak ada perbedaan yang cukup signifikan diantara kedua bahan pengikat ini dalam waktu hancurnya. Waktu hancur tablet ekstrak jinten hitam dengan bahan pengikat pati singkong lebih lama dimungkinkan karena musilago yang dibuat dipanaskan sempurna sampai terbentuk seperti kanji yang sangat lengket dan pada waktu dicampurkan pada bahan-bahan lain terasa lengket dan menggumpal sehingga diperkirakan daya lekat antar partikelnya menjadi kuat menyebabkan penetrasi air yang masuk terhambat sehingga waktu hancurnya menjadi lama. Dilihat dari data pada tabel menunjukkan bahwa waktu hancurnya hampir mendekati rentang maksimum, hal ini dikarenakan tingkat kekerasan tablet dari kedua formula cukup tinggi. Penambahan tekanan pada waktu pentabletan menyebabkan penurunan porositas dan menaikkan kekerasan tablet. Bertambahnya kekerasan tablet akan menghambat penetrasi cairan ke dalam pori-pori tablet, sehingga memperlama waktu hancur tablet. Berdasarkan hasil penelitian formulasi 1 lebih baik dari formulasi 2 ditinjau dari waktu hancur tablet, sedangkan berdasarkan kekerasan dan kerapuhan tablet formulasi 2 lebih baik dibanding formulasi 1 walaupun tidak berbeda signifikan secara perhitungan. Keduanya merupakan jenis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
bahan pengikat yang baik untuk kedua formulasi tersebut dan memenuhi kriteria yang dipersyaratkan baik oleh Farmakope Indonesia maupun literatur lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang didapatkan berdasar hasil penelitian dan data-data statistik terhadap uji fisik tablet adalah: 1. Ekstrak biji jinten hitam dapat dibuat tablet yang memenuhi persyaratan sesuai farmakope dan literatur-literatur lain dalam hal mutu fisik tablet, yang meliputi uji keseragaman bobot, uji kekerasan uji kerapuhan dan pengujian waktu hancur. 2. Perbedaan pengikat gelatin dan amilum tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik terhadap sifat fisik tablet ekstrak biji jinten hitam secara granulasi basah. 3. Formulasi 2 lebih baik dari formulasi 1 ditinjau dari parameter sifat fisik tablet yang dihasilkan walaupun secara statistik tidak berbeda signifikan. B. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan bahan pengikat lain untuk pembuatan tablet ekstrak jinten hitam. 2. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan variasi lain, seperti variasi bahan penghancur dan bahan pengisi.
48 commit to user