ISSN 2460-6472
Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015
Pengaruh Bahan Pengikat Amylum Tritici dan Cma-Na terhadap Sediaan Tablet yang Mengandung Ekstrak Air dan Etanol Biji Jintan Hitam (Nigella Sativa L.) 1
Iis Susilawati, 2Embit Kartadarma, 3G.C.Eka Darma 1,2,3 Prodi Farmasi, Fakultas MIPA, Unisba, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116 e-mail: 1
[email protected],
[email protected] 3
[email protected]
Abstrak Pengaruh pengikat amylum tritici dan CMC-Na terhadap sediaan tablet yang mengandung ekstrak air dan ekstrak etanol biji jintan hitam (Nigella sativa L.) telah diteliti. Ekstrak biji jintan hitam ini dibuat dengan cara soxhletasi dengan penyari etanol 70% dan cara dekokta dengan penyari air. Tablet dibuat dengan metoda granulasi basah menggunakan pengikat 3, 6, dan 9% amylum tritici dan pengikat CMC-Na dengan konsentrasi 1, 2, dan 3%. Hasilnya menunjukan bahwa tablet yang dibuat dengan pengikat CMC-Na 2% dan 3% baik, sedangkan yang menggunakan pengikat amylum tritici tidak menunjukan hasil yang baik. Kata kunci: Biji jintan hitam, natrium CMC, amylum tritici, tablet
A.
Pendahuluan
Jintan hitam yang memiliki nama latin Nigella sativa L. merupakan tanaman herba berbunga tahunan. Jintan hitam telah digunakan sejak dahulu, awalnya digunakan oleh orang-orang Parsi dan Yahudi dalam masakan dan pengobatan. Bagian yang banyak digunakan dan dimanfaatkan adalah bagian biji. Pada saat ini orang telah banyak mengetahui tentang manfaat biji jintan hitam, selain telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadist pada saat ini pula telah banyak dilakukan penelitian terhadap biji jintan hitam yang menunjang kebenaran akan khasiat yang dimiliki oleh biji jintan hitam. Beberapa khasiat dan kegunaan yang dimiliki oleh biji jintan hitam tersebut diantaranya adalah untuk mengobati diabetes, asma, infeksi saluran pernafasan, batuk, sakit punggung, rematik, infeksi kulit, afrodiksiak, antiinflamasi, meningkatkan sistem imun, antihistamin, antibakteri, dan masih banyak yang lainnya. Biasanya masyarakat awam mengkonsumsi secara langsung biji jintan hitam dengan cara menggilingnya hingga berbentuk serbuk halus kemudian dimasukkan kedalam kapsul, agar lebih nyaman dan memudahkan dalam penggunaannya makajintan hitam diekstraksi dan dibuat dalam bentuk sediaan tablet. Proses pembuatan tablet memiliki beberapa metode yaitu granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Metode pembuatan tablet yang dipilih adalah metode granulasi basah dimana dalam granulasi basah, terjadi proses aglomerasi bahan aktif dan eksipien dengan tujuan meningkatkan sifat aliran serbuk. Keberhasilan metode granulasi basah dapat dicapai dengan menggunakan eksipien yang memiliki sifat mengikat. Amylum tritici dan Natrium CMC merupakan beberapa contoh pengikat yang lazim digunakan dalam sediaan tablet sehingga akan dilihat pengaruh pengikat amylum tritici dan Natrium CMC terhadap sediaan tablet yang mengandung ekstrak etanol dan ekstrak air biji jintan hitam (Nigella sativa L.). Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan meliputi penentuan formulasi tablet mengandung ekstrak biji jintan hitam dengan terpenuhinya persyaratan farmasetika yang baik, serta
171
172 |
Iis Susilawati, et al.
mengetahui pengaruh penambahan pengikat amylum tritici danNatrium CMC terhadap sediaan tablet tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan formulasi sediaan tablet dengan perbandingan konsentrasi pengikat yang berbeda yaitu amylum tritici dan Natrium CMC terhadap karakteristik sediaan tablet yang baik. Penentuan parameter tablet berkarakteristik baik dilihat dari hasil evaluasi tablet berdasarkan Farmakope Indonesia. Selain itu, dengan adanya penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi perkembangan ilmu farmasi dan meningkatkan pemanfaatan tanaman obat di Indonesia untuk dijadikan sediaan farmasi. B.
Landasan Teori
Gambar 1. Biji jintan hitam
Jintan hitam (Nigella sativa L.) kaya akan kandungan nutrisi monosakarida yang dengan mudah dapat diserap oleh tubuh sebagai sumber energi, juga mengandung nonstarch polisakarida yang berfungsi sebagai sumber serat. Tidak hanya serat, tetapi jintan hitam juga mengandung asam lemak tak jenuh dan saponin (El Tahir et al, 2006:1-19). Dalam ekstrak biji jintan hitam, thymoquinone menjadi komponen kandungan yang utama. Selain itu juga mengandung p-cymene, α-pinene, dithymoquinone, carvacrol, crystalline nigellone, dan thymohidroquinone. Selain itu, jintan hitam juga mengandung kalsium, potassium, zat besi, arginin, magnesium, selenium, vitamin A, B1, B2, B3, B6, C, dan E (Hendrik, 2007:90). Jintan hitam adalah tanaman obat yang dikenal memiliki banyak khasiat untuk kesehatan. Berikut beberapa manfaat jintan hitam bagi kesehatan yaitu: 1) Jintan hitam sebagai antioksidan Jintan hitam mengandung senyawa thymoquinone yang memiliki sifat antioksidan yang menangkal kerusakan sel akibat radikal bebas. 2) Jintan hitam sebagai antiradang Senyawa thymoquinone memiliki sifat anti-inflamasi sehingga efektif digunakan sebagai obat oles untuk mengobati jerawat yang meradang dan menghaluskan kulit. 3) Meningkatkan bioaktivitas hormon Hormon merupakan zat aktif yang diproduksi oleh kelenjar endokrin yang masuk dalam peredaran darah. Jintan hitam mengandung sterol yang berperan aktif dalam sintesis dan bioaktivitas hormon. 4) Anti alergi Histamin adalah zat yang dilepaskan oleh sistem kekebalan tubuh sebagai reaksi alergi. Crystalline nigellone yang terdapat dalam jintan hitam mengandung protein kinase C, zat yang dikenal menghambat pelepasan histamin. Mengkonsumsi jintan
Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)
Pengaruh Bahan Pengikat Amylum Tritici dan Cma-Na terhadap Sediaan Tablet yang ... | 173
hitam bisa mengurangi reaksi alergi pada penderita asma, bronkhitis, dan penyakit alergi lainnya tanpa efek samping. 5) Suplemen nutrisi Jintan hitam mengandung 15 macam asam amino termasuk 9 jenis asam amino esensial. Asam amino esensial tidak dapat diproduksi oleh tubuh dalam jumlah yang cukup sehingga dapat dipenuhi dari suplemen seperti jintan hitam. Jintan hitam juga mengandung kalsium, potassium, zat besi, arginine, magnesium, selenium, vitamin A, B1, B2, B6, C, E dan niasin. (Hutapea, 1991:163). Metode granulasi basah merupakan proses pencampuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi massa tablet dengan larutan pengikat teretentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian massa basah tersebut digranulasi (Ansel, 1989:261).
Gambar 2. Proses tableting granulasi basah
C.
Metodologi Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan tablet yang mengandung ekstrak air dan etanol biji jintan hitam (Nigella sativa L.) dengan menggunakan bahan pengikat Natrium CMC dan amylum tritici Tahap awal penelitian dilakukan penyiapan bahan yaitu biji jintan hitam sebagai zat aktif sediaan tablet, dilanjutkan dengan proses ekstraksi, penetapan parameter standar ekstrak, penapisan fitokimia, optimasi, formulasi tablet, evaluasi granul, pembuatan tablet, dan evaluasi tablet. Penyiapan bahan meliputi pengumpulan bahan, determinasi bahan, dan pembuatan simplisia. Pembuatan simplisia yang dilakukan dimulai dari proses pemanenan, sortasi basah, pencucian, pengeringan, dan sortasi kering. Dilanjutkan dengan penetapan parameter standar meliputi parameter spesifik yaitu pengamatan organoleptik, kadar sari larut air dan etanol. Parameter non-spesifik terdiri dari kadar air, kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam. Penapisan fitokimia meliputi pemeriksaan golongan alkaloid, polifenolat, flavonoid, saponin, kuinon, tanin, steroid dan triterpenoid, monoterpen dan seskuiterpen. Proses ekstraksi dilakukan dengan dua metode yaitu soxhletasi dan dekok. Metode sokletasi menggunakan pelarut etanol 70% dan metode dekok menggunakan pelarut air. Kemudian dilakukan optimasi penambahan zat pengering untuk didapat ekstrak kering. Setelah itu, dilakukan evaluasi granul yang terdiri dari kadar air, kecepatan alir, sudut baring, bobot jenis, dan granulometri. Sedangkan evaluasi tablet terdiri dari organoleptis, keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan tablet, friksibilitas dan friabilitas serta uji waktu hancur tablet.
Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015
174 |
Iis Susilawati, et al.
D.
Hasil Penelitian Tabel 1. Formulasi tablet ekstrak air biji jintan hitam Formula
Bahan Ekstrak etanol biji jintan hitam Fase dalam (92% )
Fase luar (8% )
1
2
3
144 mg
144 mg
144 mg
Natrium CMC
1%
2%
3%
Amprotab
10%
10%
10%
Laktosa
q.s
q.s
q.s
Amprotab
5%
5%
5%
Mg stearat
1%
1%
1%
Talk
2%
2%
2%
Formula
Bahan
4
5
6
Ekstrak etanol biji jintan hitam
144 mg
144 mg
144 mg
Amylum tritici
3%
6%
9%
Amprotab
10%
10%
10%
Fase dalam (92% )
Fase luar (8% )
Laktosa
q.s
q.s
q.s
Amprotab
5%
5%
5%
Mg stearat
1%
1%
1%
Talk
2%
2%
2%
Tabel 2. Formulasi tablet ekstrak etanol biji jintan hitam Formula
Bahan Ekstrak air biji jintan hitam Fase dalam (92% )
Fase luar (8% )
Fase luar (8% )
2
3
153 mg
153 mg
153 mg
Natrium CMC
1%
2%
3%
Amprotab
10%
10%
10%
Laktosa
q.s
q.s
q.s
Amprotab
5%
5%
5%
Mg stearat
1%
1%
1%
Talk
2%
2%
2%
Formula
Bahan
Fase dalam (92% )
1
4
5
6
Ekstrak air biji jintan hitam
153 mg
153 mg
153 mg
Amylum tritici
3%
6%
9%
Amprotab
10%
10%
10%
Laktosa
q.s
q.s
q.s
Amprotab
5%
5%
5%
Mg stearat
1%
1%
1%
Talk
2%
2%
2%
Tabel 3. Hasil pengujian keseragaman ukuran Eks trak air
Ekstrak etanol
Formula
d (cm)
t (cm)
d (cm)
t (cm)
1
0,81 0,81 0,81 0,81 0,81 0,81
0,448 0,448 0,445 0,436 0,431 0,438
0,81 0,81 0,81 0,81 0,81 0,81
0,442 0,421 0,442 0,441 0,441 0,441
2 3 4 5 6
Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)
Pengaruh Bahan Pengikat Amylum Tritici dan Cma-Na terhadap Sediaan Tablet yang ... | 175
Tabel 4. Hasil pengujian keseragaman bobot Keseragaman bobot (gram)
Formula
Ekstrak air
Ekstrak etanol
1
286,67
256,83
2
290
254,67
3
290,8
257
4
266,83
255,67
5
263,17
255
6
266,33
255,33
Tabel 5. Hasil pengujian kekerasan Kekerasa (kg/cm²)
Formula
Ekstrak air
Ekstrak etanol
1
4,183
3,69
2
4,317
3,925
3
4,717
4,117
4
3,083
3,617
5
3,617
3,908
6
3,675
3,908
Tabel 6. Hasil pengujian friabilitas dan friksibilitas Ekstrak air
Formula
Ekstrak etanol
Friabilitas (% )
Friksibilitas (% )
Friabilitas (% )
Friksibilitas (% )
1
− 0,0253
1,067
0,5
0,819
2
0,9036
0,1
0,409
0,253
3
0,206
0,154
0,663
0,195 1,517
4
6,863
7,763
0,936
5
6,03
4,63
0,496
0,31
6
2,93
3,14
0,383
0,126
Tabel 7. Hasil uji waktu hancur Formula
Waktu hancur (menit) Ekstrak air
Ekstrak etanol
1
9,33
14,67
2
10,33
18,667
3
12,33
24,33
4
4,33
8,33
5
8,33
10,33
6
12,33
12,67
Pembahasan Tablet yang diperoleh kemudian dievaluasi. Evaluasi meliputi organoleptis, keseragaman ukuran, bobot, kekerasan, friabilitas dan friksibilitas, serta uji waktu hancur. 1. Organoleptis Tablet yang dibuat masing-masing terbuat dari ekstrak air dan ekstrak etanol. Untuk tablet dengan bahan aktif ekstrak air memiliki warna coklat gelap dengan bau yang sangat khas, sedangkan tablet dengan ekstrak etanol berwarna coklat pucat dengan bau khas yang sedikit lebih menyengat.
Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015
176 |
Iis Susilawati, et al.
2.
Keseragaman ukuran Pada evaluasi ini pengujian yang dilakukan meliputi keseragaman tabal dan keseragaman diameter. Pengamatan dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil secara acak dari masing-masing formula baik yang mengandung ekstrak air maupun ekstrak etanol. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong. Hasil menunjukan bahwa ukuran tablet seragam dan tidak memiliki perbedaan yang signifikan baik untuk tablet yang mengandung ekstrak air maupun yang mengandung ekstrak etanol, ditunjukan dengan rara-rata dari seluruh formula memiliki ketebalan 0,4 cm dan diameter 0,81 cm. Keseragaman ukuran dapat mempengaruhi efek farmakologis yang diinginkan, jika setiap tablet memiliki ukuran yang berbeda maka akan memiliki kandungan bahan aktif yang berbeda pula. 3. Keseragaman bobot Pengujian dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil secara acak dari setiap masing-masing formula. Pengujian dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik. Setelah dilakukan perhitungan dan ditentukan rata-ratanya didapatkan hasil bahwa seluruh tablet baik yang mengandung ekstrak air maupun ekstrak etanol memenuhi persyaratan. Hal tersebut ditunjukkan dengan tidak adanya rata-rata bobot tablet yang menyimpang dari kolom A lebih dari 2, dan tidak ada tablet yang menyimpang dari kolom B. Keseragaman bobot ini penting dilakukan untuk menjamin keseragaman kandungan yang terdapat dalam setiap tablet sehingga tidak akan mempengaruhi efek farmakologis yang diinginkan 4. Kekerasan Tablet dengan zat aktif berupa bahan alam umumnya bersifat higroskopis sehingga akan berpengaruh pada kekerasan tablet apabila pengujian dilakukan sedikit lama pengerjaannya. Alat yang digunakan untuk uji kekerasan adalah Hardness tester. Pengujian dilakukan dengan mengambil sebanyak 20 tablet secara acak dari masingmasing formula. Hasil menunjukan bahwa pada formula 1 sampai formula 3 pada ekstrak air dengan pengikat natrium CMC, kekerasan sudah memenuhi persyaratan yaitu memiliki rata-rata 4 Kg/cm³ akan tetapi pada formula 4 sampai 6 dengan pengikat amylum ternyata tidak memenuhi persyaratan karena tablet sangat rapuh dan memiliki nilai rata-rata dibawah 4 Kg/cm³ yaitu hanya sebesar 3 Kg/cm³. Pada tablet yang mengandung ekstrak etanol, formula 1 dan formula 2 dengan pengikat natrium CMC 1% dan 2% tidak memenuhi persyaratan dikarenakan nilai rata-rata dibawah 4 Kg/cm³, namun pada formula 3 kekerasan sudah memenuhi persyaratan dan pada formula 4 sampai formula 6 tidak memenuhi persyaratan. Penambahan jenis pengikat dengan berbagai konsentrasi dan metode ekstraksi yang dipakai ternyata dapat mempengaruhi kekerasan pada tablet yang diperoleh. 5. Friabilitas dan Friksibilitas Friabilitas dan friksibilitas merupakan pengujian ketahanan tablet atau kerapuhan tablet akibat adanya gerakan mekanik. Friabilitas yaitu ketahan tablet bergesekan dengan alat sedangkan friksibiltas ketahan tablet bergesekan dengan tablet yang lain. Hal ini perlu dilakukan agar diketahui berapa besar kemampuan atau ketahanan tablet pada saat pengemasan dan pengiriman karena akan berhubungan dengan keseragaman kandungan atau dosis pada setiap tablet. Pengujian dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil secara acak dari setiap formula. Persyaratan friabilitas dan friksibilitas tidak boleh lebih dari 1%. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa tablet pada formula 1 dengan ekstrak air tidak memenuhi persyaratan dikarenakan bobot tablet sesudah pengujian justru menjadi bertambah sehingga menghasilkan nilai friabilitas
Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)
Pengaruh Bahan Pengikat Amylum Tritici dan Cma-Na terhadap Sediaan Tablet yang ... | 177
yang minus. Hal tersebut terjadi karena sediaan tablet yang mengandung ekstrak bahan alam sangat higroskopis, sehingga tidak dapat disimpan dalam ruang terbuka terlalu lama. Sedangkan pengujian friabilitas dan friksibilitas memakan waktu kurang lebih 4 menit untuk 100 putaran yang membuat tablet langsung menyerap lembab. Akan tetapi pada formula 2 dan 3 sudah memenuhi persyaratan. Pada formula 4 sampai 6 pada tablet yang mengandung ekstrak air dengan pengikat amylum tritici juga tidak memenuhi persyaratan friabilitas maupun friksibilitas dikarenakan nilai yang didapat lebih dari 1%, tablet yang mengandung ekstrak air dengan pengikat amylum tritici sangatlah rapuh. Pada saat pengujian ada beberapa tablet yang hancur. Berbeda halnya dengan tablet yang mengandung ekstrak air, tablet yang mengandung ekstrak etanol cenderung lebih sedikit stabil. Untuk pengujian friabilitas seluruh formula memenuhi persyaratan dengan didapatnya nilai yang kurang dari 1%. Sedangkan untuk pengujian friksibilitas hanya formula 4 yang tidak memenuhi persyaratan dengan nilai lebih dari 1%. 6. Uji waktu hancur Uji waktu hancur merupakan pengujian yang dilakukan untuk memperkirakan berapa lama waktu yang dibutuhkan tablet untuk dapat hancur didalam tubuh. Syarat waktu hancur yaitu tidak lebih dari 15 menit. Pengujian dilakukan dengan menggunakan pelarut air dengan suhu 38°C. Dapat dilihat bahwa waktu hancur paling cepat yaitu formula 4 yang mengandung ekstrak air dengan amylum tritici yang membutuhkan waktu hancur untuk 6 tablet yaitu selama 4 menit. Kemudian waktu terlama yaitu pada formula 3 yang mengandung ekstrak etanol dengan pengikat natrium CMC 3% yaitu membutuhkan waktu lebih dari 15 menit untuk 6 tablet. Formula 4 merupakan tablet dengan ekstrak air sehingga senyawa yang tertarik cenderung lebih banyak yang polar, kemudian pelarut yang digunakan juga air sehingga waktu hancur lebih cepat. Selain itu, amylum tritici juga memiliki sifat yang higroskopis sehingga akan mudah terbasahi. Sedangkan formula 3 yang mengandung ekstrak etanol dengan pengikat natrium CMC 3% mengandung senyawa polar dan non-polar sehingga hanya sebagian senyawa yang terlarut dalam air yaitu hanya senyawa polar, selain itu natrium CMC memiliki daya ikat yang lebih kuat dibandingkan dengan amylum tritici. Sediaan tablet bahan alam cenderung bersifat higroskopis dan memiliki ronggarongga pada permukaannya, hal tersebut yang membuat tablet sediaan bahan alam seharusnya lebih mudah hancur dibandingkan dengan obat modern yang kerapatannya lebih tinggi. E.
Kesimpulan
Ekstrak air dan ekstrak etanol dari biji jintan hitam dapat dibuat menjadi sediaan tablet, dengan formula 2 (CMC-Na 2%) dan formula 3 (CMC-Na 3%) dari ekstrak air yang memenuhi persyaratan farmasetika yang baik, sedangkan tablet dengan pengikat amylum tritici tidak menunjukan hasil yang baik. Daftar Pustaka Anief, M. (1994). Farmasetika. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk sediaan Farmasi. Terjemahan Ibrahim dan Farida. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Halaman 261, 269, 271, 255. Ansel, H.C. (2005). Pengantar Bentuk sediaan Farmasi, Edisi keempat. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015
178 |
Iis Susilawati, et al.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1989). Materia Medika Indonesia Jilid kelima. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi keempat. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Materia Medika Indonesia Jilid keenam. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Edisi kesatu. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Goeswin, A. (2006). Pengembangan Sediaan Farmasi. Edisi Revisi dan Perluasan. Penerbit ITB : Bandung. Hendrik. (2007). Habbatussauda’ Thibun Nabawiy Dalam Menangani Berbagai Penyakit dan Memelihara Kesehatan Tubuh. Surakarta: Pustaka Al-Ummat. Hutapea, J.R. dan Syamsuhidayat, S.S., (1991). Inventaris Tanaman Obat Indonesia (Jilid I). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Katzer, Gernot. (2004). Nigella (Nigella sativa). http://www.uni-graz.at/%7Ekatzer/spice-icon.ico (diakses pada tanggal 12 desember 2014). Lachman, L., H.A. Lieberman dan J.L. Kanig. (1989). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi ketiga. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Ogata. Y. et al (Committe Members). 1995. Medicinal Herb Index in Indonesia (Second Edition) PT. Esai Indonesia, Jakarta.pp.16 Parhizkar S, Latiff LA, Rahman SA, Hanachi P, Dollah MA. Metabollc impact of Nigella sativa extracts on experimental menopause induced rats. Journal of Applied Pharmaceutical Science. 2011; 01 (09): 38-4 Rifai, M.A. (1976). Sendi-sendi Botani Sistematika. Bogor: Lembaga Biologi NasionalLIPI Rowe, R.C. et Al. (2002). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The Pharmaceutical Press, London. Setyaningrum, F.A. (2007). Nigella sativa (Jintan Hitam Pahit). http://toiusd.multiply.com/journal/ilem/Nigella_sativa_Jintan_Hitam. (diakses pada tanggal 15 Desember 2014). Sirait, M., et al (Ketua). 1997. Materia Medika Indonesia Jilid III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 112-117. Siregar, C.J.P. dan Witarsa, S. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar-dasar Praktis. Jakarta: ECG. Van, S.C.G.G.J. (1992). Flora. Terjemahan: M. Soeryowinoto, dkk. Cetakan 5. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Voigt, Rudolf. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press. WHO. (2011). Quality control for Herbal Materials. World Health Organization.
Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)