PENGARUH PENILAIAN KINERJA DENGAN KONSEP KONVENSIONAL DAN KONSEP VALUE BASED TERHADAP RATE OF RETURN PADA PERUSAHAAN YANG TERGABUNG DALAM LQ 45
Kurniawati Mutmainah Universitas Sains Alquran ABSTRACT The company’s performance is a measurement used by investors to invest their capital in shares of stock. Several valuation approaches available in order to measured company’s, but the most commonly used for analysis are based on the earnings and cash flow for a specific period. This approach is called conventional concept, where earning and cash flow often used as primary indicators in order to valuing company’s successful. However, these traditional measurements are highly dependent upon the accounting methods used in preparing the financial statement. Investors must be careful in using earning or cash flow information as a standard in making an investment decision. The introduction of the value based metrics concepts in measuring the company’s performance have been shown recently to recover the weakness of the traditional measurements. One of the measurement using value based metrics concept is Economic Value Added. Measuring the company’s performance with this method is better than conventional method, so it can be a precisely reference, compared with earnings and cash flow. The objective of this research is to examine those performance measurement, and how their influence on investment’s rate of return. This research used Rate of Return (ROR) as dependent variable; Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Operating Cash Flow (OCF), and Economic Value Added (EVA) as independent variables. The hypotheses proposed were tested by multiple linear regressions for 45 companies listed in Indonesian Stock Exchange in 2014. However, this research has found that there is a significant influence of ROI, ROE, OCF, and EVA on ROR. Keywords : Rate of Return, Return on Investment, Return on Equity, Operating Cash Flow, Economic Value Added PENDAHULUAN Dewasa ini dengan semakin pesatnya perkembangan zaman membawa dampak pada persaingan antar perusahaan. Sehingga perusahaan dituntut untuk dapat meningkatkan kinerjanya agar bisa bertahan dalam persaingan yang semakin ketat tersebut. Saat ini banyak sekali investor baik asing maupun swasta yang menginvestasikan dananya pada perusahan, tentunya investasi tersebut harus
dilakukan dengan berbagai pertimbangan investasi. Menurut Fauzan (2006), pada dasarnya investasi merupakan penanaman sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Karena itu sebelum melakukan investasi, investor perlu memastikan apakah investasinya tersebut dapat memberikan tingkat pengembalian (Rate Of Return) yang berupa keuntungan sesuai yang diharapkan atau tidak. Salah satu cara agar investor dapat memperoleh keuntungan yaitu dengan melakukan investasi pada saham perusahaan yang memiliki kinerja yang baik. Menurut Miranda dkk (2003), yang dimaksud dengan kinerja yang baik yaitu apabila suatu perusahaan dapat meningkatkan kekayaan bagi para pemegang sahamnya. Sehingga pengukuran kinerja suatu perusahaan sangat diperlukan untuk menilai tingkat keberhasilan perusahaan yang nantinya bisa digunakan sebagai acuan dalam melakukan investasi. Untuk itu diperlukan konsep penilaian kinerja yang mampu mengukur seberapa baik kinerja yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Konsep penilaian kinerja ada dua macam, yaitu konsep konvensional dan konsep value based. Konsep konvensional sering menggunakan laba dan arus kas sebagai indikator utama keberhasilan kinerja suatu perusahaan. Sedangkan dalam konsep value based mempertimbangkan resiko biaya modal yang dihadapi oleh perusahaan (Fauzan, 2006). Dalam konsep konvensional untuk mengukur kinerja suatu perusahaan biasanya yang selalu menjadi fokus utama perhatian yaitu laba akuntansi. Karena dari laba akuntansi tersebut dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam pemenuhan kewajiban bagi para investornya dan untuk menilai prospek perusahaan pada masa yang akan datang. Namun, dalam menilai kinerja perusahaan tidak hanya cukup dengan menggunakan laba akuntansi saja, karena laba akuntansi tidak mempunyai makna riil apabila tidak didukung oleh kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas. Maka diperlukan laporan arus kas, yang secara tepat dapat menggambarkan waktu, manfaat, dan biaya, yaitu saat uang diterima, saat dapat diinvestasi kembali, dan saat harus dibayarkan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas yaitu Operating Cash Flow (OCF) (Baridwan, 1997). Semakin banyaknya perusahaan yang go public dan semakin banyaknya kritikan atas pengukuran kinerja konvensional menyebabkan munculnya berbagai konsep penilaian kinerja baru, yang dimaksudkan untuk memperbaiki kelemahankelemahan pada metode penilaian kinerja tradisional yang menggunakan pengukuran akuntansi. Salah satunya adalah konsep pengukuran kinerja berdasarkan Value Based (Miranda dkk, 2003). Salah satu jenis metode dari konsep value based ini adalah Economic Value Added (EVA). Konsep EVA dicetuskan oleh G. Bennet Stewart dan Joel M. Stern (analis keuangan dari perusahaan konsultan Stern Stewart & Co), pada tahun 1991. Menurut G. Bennet Stewart dalam Miranda dkk (2003), “EVA is operating profits less the cost of all of the capital employed to produce those earnings”. EVA adalah alat ukur kinerja perusahaan yang mementingkan penggunaan biaya atas modal yang digunakan perusahaan dalam operasional. Berbeda dengan pengukuran kinerja akuntansi yang konvensional, cara EVA
mengukur kinerja perusahaan adalah dengan mengurangi laba operasi setelah pajak dengan beban biaya modal (cost of capital), di mana beban biaya modal mencerminkan tingkat resiko perusahaan. Perbedaan pokok antara EVA dan pengukuran laba konvensional adalah EVA merupakan laba “ekonomis” kebalikan dari laba “akuntansi”. EVA menekankan laba operasi setelah pajak dan biaya modal aktual. Para investor menyukai EVA karena metode ini mengkaitkan laba dengan jumlah sumber daya yang diperlukan untuk memperoleh laba tersebut. Dengan penerapan konsep EVA perusahaan dipaksa untuk dapat menggabungkan dua prinsip dasar keuangan yaitu mereka harus memaksimumkan kekayaan pemegang saham dan sekaligus meningkatkan nilai perusahaan yang dapat dilihat dari sejauh mana investor berharap laba dimasa depan melebihi dari biaya modal (Handoko, 2008). Konsep-konsep penilaian kinerja dan pengaruhnya terhadap tingkat pengembalian investasi harus diperhatikan oleh investor. Tujuannya adalah untuk mengetahui tentang kepastian investasi yang akan dilakukan terhadap sebuah perusahaan. Investor akan dapat melakukan pengambilan keputusan investasi secara tepat, jika dapat mengetahui kinerja sebuah perusahaan. Tentunya investasi akan dilakukan pada perusahaan yang dinilai dalam kategori perusahaan yang berkinerja baik. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan diatas, dapat diuraikan rumusan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh pengukuran kinerja Return On Investment (ROI) terhadap Rate Of Return (ROR) ? 2. Apakah terdapat pengaruh pengukuran kinerja Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap Rate Of Return (ROR) ? 3. Apakah terdapat pengaruh pengukuran kinerja Operating Cash Flow (OCF) berpengaruh terhadap Rate Of Return (ROR) ? 4. Apakah terdapat pengaruh pengukuran kinerja Economic Value Added (EVA) berpengaruh terhadap Rate Of Return (ROR) ? Penlitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE), Operating Cash Flow (OCF), Economic Value Added (EVA) terhadap Rate Of Return (ROR). TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Perusahaan Pengukuran kinerja pada dasarnya merupakan pengukuran perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang dimainkan dalam mencapai tujuan organisasi. Pengukuran kinerja bertujuan untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Pengukuran kinerja manajemen merupakan ukuran efisiensi dan keefektifan seorang manajer, yaitu bagaimana dia menentukan dan mencapai obyektivitas yang memadai. Pengukuran kinerja dalam suatu perusahaan pada akhirnya tidak
terlepas dari keterkaitannya untuk mencapai tujuan perusahaan yang utama, yaitu untuk meningkatkan nilai yang dimiliki perusahaan (Laduna, 2006). Nilai perusahaan dikatakan baik apabila perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik. Menurut Miranda dkk (2003), yang dimaksud dengan kinerja yang baik yaitu apabila suatu perusahaan dapat meningkatkan kekayaan bagi para pemegang sahamnya. Sehingga, pengukuran kinerja suatu perusahaan sangat diperlukan untuk menilai tingkat keberhasilan perusahaan yaitu dengan menganalisis kinerja keuangan. Melihat kinerja keuangan suatu perusahaan sangat penting bagi seorang investor terhadap kondisi keuangan suatu perusahaan sehingga investor tidak salah dalam menanamkan dananya pada sekuritas suatu perusahaan. Investor harus melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba karena jika laba suatu perusahaan tersebut besar maka menggambarkan kinerja perusahaan juga naik, yang akan meningkatkan return saham pada perusahaan tersebut. Menurut Sartono (2001), dengan menganalisis kinerja keuangan, investor maupun calon investor akan dapat menilai apakah manajer dapat merencanakan dan mengimplementasikan setiap tindakan secara konsisten dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Rate Of Return (ROR) Rate Of Return (ROR) adalah tingkat pengembalian saham atas investasi yang dilakukan oleh investor. Komposisi penghitungan Rate Of Return (return total) adalah capital gain (loss) dan yield. Capital gain (loss) merupakan selisih laba/rugi karena perbedaan harga sekarang yang lebih tinggi atau lebih rendah bila dibandingkan dengan harga periode waktu sebelumnya. Sedangkan yield merupakan persentase penerimaan kas secara periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari sebuah investasi. Untuk saham, yield merupakan persentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya. Untuk obligasi, yield merupakan prosentase bunga pinjaman yang diperoleh terhadap harga obligasi sebelumnya (Jogiyanto, 2003). Investor menanamkan modalnya pada sekuritas perusahaan yaitu untuk memperoleh keuntungan (return) yang memuaskan dengan risiko tertentu. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Semakin tinggi harga jual saham di atas harga belinya, maka semakin tinggi pula return yang akan diperoleh investor. Jogiyanto (2003), membedakan return saham menjadi dua jenis yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). 1) Return Realisasi (realized return) Return Realisasi merupakan return yang telah terjadi, return realisasi ini dihitung berdasarkan dari data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return historis ini, juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko di masa mendatang. 2) Return Ekspektasi (expected return) Return Ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi.
ROI (Return On Investment) ROI (Return On Investment) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (tingkat pengembalian), yang akan digunakan untuk menutupi investasi yang dikeluarkan. Laba yang digunakan unuk mengukur rasio ini adalah laba bersih setelah pajak (EAT = Earning After Tax) (Sutrisno, 2000). Analisis ROI dalam analisis rasio keuangan memiliki arti yang penting sebagai salah satu teknik analisis rasio keuangan yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Analisis ROI lazim digunakan oleh pihak manajemen untuk mengukur efektivitas operasi perusahaan secara menyeluruh. ROI merupakan salah satu bentuk rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan. Dengan demikian, rasio ini membandingkan keuntungan yang diperoleh dari sebuah kegiatan operasi perusahaan (net operating income) menghasilkan keuntungan tersebut. Sebutan lain untuk rasio ini adalah net operating profit rate of return atau operating earning power (Munawir, 2000). ROI umumnya digunakan sebagai pedoman investor dalam mengambil suatu keputusan investasi. Hanya investasi yang mampu memberikan ROI seperti yang diharapkan investor saja yang akan diterima. Pengumuman laba mempunyai kandungan informasi dan oleh investor pengumuman tersebut dapat digunakan untuk mengetahui harga saham yang wajar (Miranda dkk, 2003). Menurut Dwi Prastowo (1995), Return on investment mengukur tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan, baik dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tersebut maupun dengan menggunakan dana yang berasal dari pemilik. Return on investment merupakan terminologi yang luas dari ratio yang digunakan untuk mengukur hubungan antara laba yang diperoleh dan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. ROE (Return On Equity) Return on Equity (ROE) adalah rasio yang memperlihatkan sejauh mana perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. Return On Equity (ROE) juga dapat disebut sebagai rentabilitas modal sendiri (Sutrisno, 2000). Menurut Hanafi dan Halim (2005), ROE merupakan alternatif alat analisis keuangan untuk mengukur profitabilitas. ROE mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan berdasarkan ukuran modal tertentu. ROE merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Tujuan utama kegiatan operasi perusahaan adalah untuk menghasilkan laba yang bermanfaat bagi pemegang saham, dan ukurannya adalah pencapaian angka ROE. Maka ROE yang semakin besar, juga akan mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memberikan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham (Dwi, 1995).
Menurut Riyanto (1995), ROE menggunakan hubungan antara keuntungan setelah pajak dengan modal sendiri yang digunakan perusahaan. Yang dianggap modal sendiri adalah saham biasa, agio saham, laba ditahan, saham preferen dan cadangan-cadangan lain. Melihat hubungan-hubungan itu, Return On Equity tidak lain adalah rentabilitas ekonomi. Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah bekerja dengan efisien. Return On Equity diperoleh dari profit after tax dibagi equity (Indonesian Capital Market Directory). Hasil pembagian ini pada umumnya dinyatakan dalam persen. Semakin tinggi rasio ini menandakan kinerja perusahaan semakin baik atau efisien, nilai equity perusahaan akan meningkat dengan peningkatan rasio ini. OCF (Operating Cash Flow) Arus kas adalah kas bersih yang sebenarnya yang berbeda dari laba akuntansi bersih, yang dihasilkan perusahaan dalam periode waktu tertentu (Bringham dalam Laduna, 2006). Menurut Sutrisno (2000), kegiatan investasi yang akan dilakukan oleh perusahaan diharapkan akan tertutupi oleh penerimaan–penerimaan yang direncanakan diperoleh di masa yang akan datang. Penerimaan-penerimaan tersebut berasal dari proyeksi keuntungan yang akan diperoleh atas investasi yang bersangkutan. Keuntungan atau laba yang akan digunakan untuk menutup investasi tersebut mengandung dua pengertian yaitu (1) laba akuntansi, yaitu laba yang terdapat dalam laporan keuangan yang disusun oleh bagian akuntansi, yang dapat dilihat dari laba pada Laporan Laba Rugi, serta (2) laba tunai, yaitu laba yang berupa aliran kas atau cash flow. Cashflow yang berhubungan dengan suatu keputusan investasi bisa dikelompokkan dalam 3 macam aliran kas yaitu : 1) Initial cashflow, yaitu aliran kas yang berhubungan dengan pengeluaranpengeluaran kas untuk keperluan investasi, seperti pengeluaran kas untuk pembelian tanah, pembangunan pabrik, pembelian mesin, pembelian peralatan lain, pembelian kendaraan, dan pengeluaran kas lain dalam rangka mendapatkan aktiva tetap. Termasuk dalam initial cashflow ini adalah kebutuhan dana yang akan digunakan untuk modal kerja. Initial cashflow biasanya dikeluarkan pada saat pendirian investasi. 2) Operational cashflow, yaitu aliran kas yang akan dipergunakan untuk menutup investasi. Operational cashflow biasanya diterima setiap tahun selama usia investasi, dan berupa aliran kas bersih. Operational cashflow inilah yang sering disebut sebagai cashflow saja. Dengan demikian operational cashflow dapat dihitung dengan menambahkan laba akuntansi (EAT) dengan penyusutan. 3) Terminal cashflow, yaitu aliran kas yang diterima sebagai akibat habisnya umur ekonomis suatu proyek investasi. Apabila proyek investasi habis umur ekonomisnya biasanya masih ada penerimaan kas, misalnya dari penjualan aktiva tetap yang masih bisa digunakan, juga dana yang digunakan sebagai modal kerja. Oleh karena itu yang termasuk dalam kelompok terminal cashflow adalah nilai residu dan modal kerja. Nilai residu adalah taksiran harga jual aktiva tetap bila usia ekonomis proyek habis. Sedangkan modal
kerja merupakan dana yang digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari hari. Laporan arus kas dibuat oleh perusahaan dengan tujuan untuk menyediakan informasi tentang penerimaan–peneriamaan kas dan pembayaranpembayaran kas dari suatu perusahaan selama suatu periode tertentu. Tujuan lainnya adalah untuk memaparkan informasi tentang kegiatan-kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan dari perusahaan tersebut. Selain itu laporan arus kas juga dapat memasok informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, dan struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas). Bagi pihak internal laporan arus kas dapat digunakan untuk menentukan kebijakan deviden, kebijakan investasi dan pendanaan. Sedangkan bagi fihak eksternal, laporan arus kas dapat digunakan untuk menentukan kemampuan perusahaan dalam membayar deviden, kemampuan membayar hutang dengan kas dari operasi dan menentukan proporsi kas yang berasal dari operasi dibandingkan kas yang berasal dari sumber pendanaan (Dwi, 1995). EVA (Economic Value Added) Metode EVA pertama kali dikembangkan oleh Stewart dan Stern seorang analis keuangan dari perusahaan Stern Stewart & Co pada tahun 1993. Di Indonesia metode tersebut dikenal dengan metode NITAMI (Nilai Tambah Ekonomi). EVA/NITAMI adalah metode manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal. EVA merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai atau value added dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham dalam operasi perusahaan. Oleh karenanya EVA merupakan selisih laba operasi setelah pajak (Net Operating Profit After Tax atau NOPAT) dengan biaya modal (Cost of Capital) (Tunggal, 2001). EVA dapat diartikan sebagai nilai tambah ekonomis yang dihasilkan perusahaan dengan mengoptimalkan beban bunga pinjaman atas struktur permodalan. EVA sendiri dapat didefinisikan sebagai: ”Keuntungan operasional setelah pajak (after tax operating income) dikurangi dengan total biaya modal (total cost of capital) dari seluruh modal yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut”. Dengan kata lain EVA merupakan pengukuran pendapatan sisa (residual income) yang mengurangkan biaya-biaya modal terhadap laba operasi. Stern dan Steward melakukan beberapa penyesuaian terhadap laba operasi setelah pajak yang disusun menurut Standar Akuntansi Keuangan. Penyesuaian ini perlu dilakukan untuk menghilangkan distorsi yang ditimbulkan oleh Standar Akuntansi Keuangan yang digunakan. Penyesuaian tersebut yaitu: dengan menambahkan cadangan-cadangan ekuitas ekuivalen (equity equivalent reserves) ke dalam modal serta menambahkan beban periodik dari cadangan-cadangan tersebut pada laba operasi setelah pajak. Contoh dari cadangan-cadangan ekuitas ekuivalen antara lain adalah cadangan piutang tak tertagih, amortisasi komulatif dan goodwill, dan aktiva tak berwujud yang dikapitalisasikan (Utama, 1997).
Menurut Mike Rousanna (1997), EVA secara sederhana didefinisikan sebagai laba operasi setelah pajak dikurangi dengan biaya modal (cost of capital) dari seluruh modal yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Laba operasi setelah pajak merupakan penyesuaian dari laba setelah pajak, dimana laba operasi dihitung sebelum dikurangkan dengan financing cost dan noncashbookkeeping entries. C* (Weighted Average Cost of Capital) merupakan ratarata tertimbang biaya hutang (cost of debt) dan biaya modal sendiri (cost of equity). Biaya hutang (cost of debt) yaitu rate yang harus dibayar perusahaan didalam pasar sekarang untuk mendapatkan hutang jangka panjang yang baru. Biaya modal sendiri (cost of equity) dihitung menggunakan CAPM yaitu sebagai penjumlahan dari tingkat bunga tanpa resiko dan selisih antara tingkat pengembalian yang diharapkan dari portofolio pasar. Capital merupakan jumlah dana yang tersedia bagi perusahaan untuk membiayai usahanya, yang merupakan penjumlahan dari total hutang dan modal saham. ROR (rate of return) merupakan tingkat pengembalian yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan, yang diukur melalui produktivitas modal. Kerangka Teoritis Gambar 1 Model Penelitian Gambar 2 Model Penelitian
Variabel independen Konsep konvensional
ROI (X1) H1 ROE (X2)
Variabel dependen
H2 H3
ROR (Y)
OCF (X3) H4
EVA (X4)
Sumber : Data primer diolah, 2011
Konsep Value Based
Sumber : Data primer diolah, 2011 Kinerja dari sebuah perusahaan bisa dilihat dari laporan keuangannya. Laporan keuangan perusahaan merupakan sumber informasi utama bagi
kepentingan manajemen maupun bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Laporan ini mencakup dua hal pokok yaitu laporan rugi laba dan neraca, kemudian laporan keuangan tadi dianalisis. Dalam penelitian ini menggunakan dua konsep yaitu konsep konvensional dan konsep value based. Konsep konvensional terdiri dari Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE) dan Operating Cash Flow (OCF), sedangkan konsep value based yaitu dengan Economic Value Added (EVA). Dari hasil analisis laporan keuangan yang berupa ROI, ROE, OCF serta EVA akan dilakukan pengujian apakah keempat varibel tersebut baik secara parsial akan berpengaruh terhadap perubahan harga saham kategori LQ 45 pada Bursa Efek Indonesia. Hipotesis Penelitian Pengaruh Return On Investment (ROI) terhadap Rate Of Return (ROR) Laba akuntansi selalu menjadi fokus perhatian dalam menilai kinerja sebuah perusahaan. Alat ukur finansial yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat laba adalah Return on Investment (ROI) (Miranda dkk, 2003). James Dodd dan Shimin Chen (1996), yang meneliti korelasi antara tingkat pengembalian saham dengan berbagai pengukur profitabilitas untuk 566 perusahaan Amerika dalam rentang waktu mulai tahun 1983 hingga 1992. Dodd dan Chen mendapat hasil R2 dari tingkat pengembalian saham dengan ROI sebesar 24,5%, sedangkan dengan EVA 20,2%, residual income 19,4%, EPS 5%, dan ROE 7%. Sehingga dari penelitian Dodd dan Chen ini dapat disimpulkan bahwa di antara berbagai pengukur profitabilitas yang telah disebutkan di atas, ROI memiliki korelasi yang paling besar dengan tingkat pengembalian saham. Diyanti (2000), meneliti hubungan laba bersih dan arus kas dengan return pada saham di Bursa Efek Jakarta pada periode 1994-1997. Laba bersih memperlihatkan hubungan yang lebih kuat daripada arus kas. Miranda dkk (2003), meneliti hubungan ROI dengan ROR pada 50 perusahaan yang terdaftar di BEJ, menemukan bahwa ROI berpengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian ROR. Berdasarkan pada hal tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H1: Return On Investment (ROI) berpengaruh positif terhadap Rate Of Return (ROR). Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Rate Of Return (ROR) Resmi (2002), meneliti hubungan kinerja keuangan perusahaan yang salah satunya dengan menggunakan ROE pada perusahaan kategori LQ 45, menemukan bahwa ROE mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Solihudin (2005), melakukan penelitian mengenai pengaruh EVA dan ROE terhadap return saham , menemukan bahwa kedua variabel independent yaitu ROE dan EVA berpengaruh signifikan terhadap return saham. ROE berpengaruh dengan signifikansi sebesar 3,8 % dan EVA sebesar 1%. Penelitian Setyoningsih (2006), dengan judul Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Return Saham Studi pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta menyimpulkan bahwa : Rasio yang digunakan EPS, PER, DER dan ROE yaitu secara bersama-sama mempunyai pengaruh sebesar 5% terhadap return saham. Handoko (2008), meneliti hubungan kinerja keuangan perusahaan yang salah satunya dengan menggunakan ROE terhadap perubahan harga saham pada perusahaan kategori LQ 45, menemukan bahwa ROE berpengaruh terhadap perubahan saham. Berdasarkan pada hal tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H2 : Return On Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap Rate Of Return (ROR). Pengaruh Operating Cash Flow (OCF) terhadap Rate Of Return (ROR) Secara teoritis, setelah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada PSAK No. 2 mengenai laporan arus kas mengharuskan perusahaan yang sudah go publik menyajikan laporan arus kas, maka seluruh informasi keuangan diperusahaan semakin mudah diketahui investor. Oleh sebab itu, hal ini akan berdampak pada reaksi investor dalam menanggapi informasi tersebut, termasuk pula berpengaruh pada volume perdagangan dan harga permintaan maupun harga penawaran saham yang diperjualbelikan (Miranda dkk, 2003). Bernard dan Stober (1989), menemukan adanya reaksi harga saham yang sangat tinggi sekali terhadap pengumuman informasi arus kas. Alaraini dan Stephens (1999), juga menemukan dalam hasil penelitiannya bahwa ada hubungan antara informasi arus kas dan penilaian sekuritas. Demikian pula dengan penelitian Baridwan (1997), Hastuti (1997), Suadi (1998), Asyik (1999), dan Triyono (2000) menemukan bahwa informasi arus kas ternyata mampu memberikan nilai tambah bagi para pemakai informasi laporan keuangan. Menurut Manurung (1998), meneliti hubungan laba bersih dan arus kas dengan return pada saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ, menemukan bahwa arus kas operasi yang surplus akan menunjukkan korelasi positif dengan kinerja perusahaan. Kesimpulan ini mendukung pemikiran bahwa arus kas yang positif akan meningkatkan harga saham. Berdasarkan pada hal tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H3: Operating Cash Flow (OCF) berpengaruh positif terhadap Rate Of Return (ROR). Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Rate Of Return (ROR). O’Byrne (1996), mengatakan bahwa berdasarkan riset yang dilakukan dipasar modal New York (NYSE), perubahan EVA dalam 5 tahun menjelaskan perubahan nilai pasar saham sebesar 74%, sementara perubahan dalam earning pada periode yang sama hanya menjelaskan 24%. Lehn dan Mahkija (1996), melakukan uji sahih atas hubungan EVA (economic value added) dengan stock return dari 241 perusahaan yang termasuk dalam peringkat pencipta nilai yang setiap tahun diterbitkan oleh Stern Stewart & Co untuk tahun 1987, 1988 dan 1993. Hasil pengujian menyimpulkan bahwa
walaupun bedanya tidak terlalu besar, ternyata hubungan EVA dengan return saham memiliki hubungan yang lebih tinggi. Handoko (2008), meneliti hubungan kinerja keuangan perusahaan yang salah satunya dengan menggunakan EVA terhadap perubahan harga saham pada perusahaan kategori LQ 45, menemukan bahwa EVA berpengaruh terhadap perubahan saham. Berdasarkan pada hal tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H4 : Economic Value Added (EVA) berpengaruh positif terhadap Rate Of Return (ROR).
METODE PENELITIAN Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Rate Of Return (ROR) Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah tingkat pengembalian investasi (rate of return) yaitu capital gain dan dividen yield. Untuk menghitung rate of return (ROR) digunakan rumus sebagai berikut : ROR = P1 – P0 + D1 P0 Dimana : ROR = tingkat pengembalian investasi P1 = harga saham penutupan tahun 2014 P0 = harga saham penutupan tahun 2013 D1 = dividen yang diharapkan tahun 2014 Return on Investment (ROI) ROI dihitung dengan membagi laba bersih atau earning after tax (EAT) dengan total aktiva. Formula yang digunakan untuk menghitung ROI adalah sebagai berikut :
EAT ROI = Return On Equity (ROE) Total Aktifa ROE dalam penelitian ini dihitung dengan membagi EAT dengan modal sendiri (Handoko, 2008). Formula yang digunakan untuk menghitung ROE adalah sebagai berikut : EAT ROE = Modal Pemilik Operating Cash Flow (OCF) Variabel operating cash flow diukur berdasarkan nilai operating cash flow yang tersaji dalam laporan arus kas. Operating cash flow dapat diambil dari laporan arus kas, yang merupakan salah satu unsur dalam laporan keuangan.
Economic Value Added (EVA) EVA merupakan selisih antara net operating after tax (NOPAT) dengan biaya-biaya atas modal yang diinvestasikan (capital charge). Rumus menghitung EVA : EVA = NOPAT - ( WACC x Capital ) Dimana : NOPAT = net operating profit after tax atau laba operasi bersih WACC = tingkat biaya modal rata-rata tertimbang
Capital = hutang yang memiliki bunga dan modal sendiri. Model Penelitian Model analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis yang dirumuskan adalah regresi linier berganda. Formula untuk menghitung ROR adalah sebagai berikut : ROR = a + b1ROI + b2ROE +b3OCF + b4EVA+e
Dimana : ROR ROI ROE OCF EVA a b1, b2, b3,b4 e
= = = = = = = =
Rate of Return (tingkat pengembalian investasi) Return on Investment Return On Equity Operating Cash Flow Economic Value Added intersep (konstanta) koefisien variabel bebas error
Tingkat keyakinan yang digunakan dalam pengujian ini adalah 0.95 atau 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa bila nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka dinyatakan signifikan pada taraf kesalahan 5%. Ini berarti bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen sebesar nilai koefisien regresi masing-masing variabel bebas.
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah data sekunder perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014 yang masuk kategori indek saham LQ 45. Teknik pengambilan sampel dengan kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan di BEI tahun 2014. 2. Perusahaan yang masuk kategori LQ 45 dan menyediakan data keuangan tahun 2014. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Penelitian Data penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan dari perusahaan yang masuk dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014 kategori LQ 45. Indeks LQ 45 adalah salah satu indeks harga saham yang ada di Bursa Efek Indonesia. Indek LQ 45 adalah saham-saham dengan likuiditas (liquid) tinggi. Indeks LQ 45 hanya terdiri dari 45 saham yang terpilih setelah melalui beberapa kriteria pemilihan
sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan tingakt likuiditas (liquid) yang tinggi Tabel 1 Statistik Diskriptif Std. N Minimum Maximum Mean Deviation ROI 45 2.49 40.15 19.6271 10.52228 ROE 45 2.09 63.88 18.1036 14.06507 OCF 45 506,160,000.- 15,726,100,000,000.- 2.6085E12 4.31108E12 EVA 45 -1,420,931,871,799.- 3,221,092,575,813.- 1.7679E11 6.51528E11 ROR 45 -24.85 54.76 27.3804 15.69543 Valid N 45 Nilai rata-rata dari variabel ROR adalah sebesar 27,3%; variabel ROI sebesar 19,62%; variabel ROE sebesar 18,1%; variabel OCF sebesar Rp2.6085E12; dan EVA sebesar Rp 1.7679E11. Semua variabel memiliki nilai rata-rata yang positif, hal ini menunjukkan bahwa selama tahun 2014 perusahaan mampu menghasilkan rata-rata ROI yang baik, rata-rata ROE yang baik, mampu menghasilkan arus kas yang baik dan mampu menciptakan nilai tambah, serta mampu memberikan tingkat pengembalian yang memadai yang diharapkan investor.
Nilai standar deviasi variabel ROR (Rate Of Return) adalah sebesar 15.695%, sedangkan ROI (Return On Investment ) sebesar 10.522%; dan ROE (Return On Equity) yang sebesar 14,065%. Standar deviasi untuk OCF (Operating Cash Flow) adalah sebesar Rp 431.108.000.000,00 dan EVA (Economic Value Added) sebesar Rp 65.152.800.000,00 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 45 Normal Parametersa,,b Mean .0000000 Std. Deviation 13.49139080 Most Extreme Absolute .081 Differences Positive .067 Negative -.081 Kolmogorov-Smirnov Z .541 Asymp. Sig. (2-tailed) .931 Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa hasil perhitungan normalitas dengan menggunakan uji One-Sample Kolmogorof-Smirnof Test memiliki probabilitas tingkat signifikansi di atas tingkat α = 0,05 yaitu 0,931. Hal ini berarti dalam model regresi terdapat variabel residual atau variabel pengganggu yang terdistribusi secara normal.
2.
Uji Multikolonieritas
Model 1 ROI ROE OCF EVA
Tabel 3 Collinearity Statistics Tolerance VIF 0.868 1.152 0.912 1.097 0.846 1.183 0.911 1.098
Berdasarkan tabel 3, terlihat bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10. Selanjutnya hasil perhitungan VIF (Variance Inflation Factor) juga menunjukkan hal yang sama yaitu tidak ada satupun variabel independen yang memiliki nilai VIF (Variance Inflation Factor) lebih besar dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi 3.
Uji Heterokedastisitas Gambar 2 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan tidak terjadi heteroskedastisitas.
Pengujian Hipotesis Pengaruh penilaian kinerja dengan menggunakan konsep konvensional dan konsep velue bassed terhadap Rate of Return (H1, H2, H3, H4) diuji dengan regresi linier berganda. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4 Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Beta 1 (Constant) 4.714 ROI 0.629 0.422 ROE 0.381 0.342 OCF 1.305E-12 0.358 EVA 4.849E-14 0.002 a. Dependent Variable: ROR
t .716 2.893 2.400 2.425 .014
Sig. 0.478 0.006 0.021 0.020 0.989
Pengujian pengaruh Return on Investment (ROI) dengan Rate of Return (ROR) Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui nilai t hitung ROI sebesar 2.893 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,006, lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan H1 yang menyatakan bahwa Return On Investment (ROI) berpengaruh positif terhadap Rate Of Return (ROR) dapat diterima. Pengujian pengaruh Return on Equity (ROE) dengan Rate of Return (ROR) Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui nilai t hitung ROE sebesar 2.400 dengan signifikansi sebesar 0,021, lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan H2 yang menyatakan bahwa Return On Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap Rate Of Return (ROR) dapat diterima. Pengujian pengaruh Operating Cash Flow (OCF) dengan Rate of Return (ROR) Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui nilai t hitung OCF sebesar 2.425 dengan signifikansi sebesar 0,02, lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan H3 yang menyatakan bahwa Operating Cash Flow (OCF) berpengaruh positif terhadap Rate Of Return (ROR) dapat diterima. Pengujian pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Rate of Return (ROR) Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui nilai t hitung EVA sebesar 0,014 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,989, lebih besar dari 0,05.Sehingga dapat disimpulkan H4 yang menyatakan bahwa Economic Value Added (EVA) berpengaruh positif terhadap Rate Of Return (ROR) ditolak.
KESIMPULAN Penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh ROI,ROE,OCF dan EVA terhadap ROR. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penilaian kinerja dengan konsep konvensional yaitu dengan analisis ROI,ROE dan OCF memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian investasi. Sedangkan konsep value based yaitu analisis EVA tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa investor dalam memutuskan investasi masih cenderung menggunakan metode konfensional. Sehingga diharapkan, kedepan dalam menentukan portofolio investasinya sebaiknya tidak hanya menilai kinerja perusahaan saja tapi menggunakan dasar analisis fundamental khususnya dengan mencermati kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan antara lain, pada penelitian ini data yang diamati masih sedikit karena hanya terbatas pada saham– saham yang masuk dalam kategori LQ 45, sehingga dari segi jumlah dirasa kurang mewakili terhadap populasi yang ada dan hanya menggunakan satu periode pengamatan yaitu periode tahun 2014.
DAFTAR PUSTAKA Alaraini and Stephen. 1999. Improving the Role of Accounting Information for Securities Valuation: SFAS No. 95. Working Paper, Temple University. Amin Widjaja Tunggal. 2001. Memahami Konsep Value Added dan Value Based Management, Harvindo. Anoraga, Pandji. 2000. Pengantar Pasar Modal. Pengantar Pasar Modal. Rineka Cipta. Baridwan, Z. 1997. Analisis Nilai Tambah Informasi Laporan Arus Kas. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 1997, vol. 12.2, hal 1-14. Bernard, V. and T., and Stober. 1989. “The Nature and Amount of Information in Cash Flows and Accruals”. The Accounting Review, October 1989, pp. 713-725. Brigham, Eugene F. and Joel F Houston 2001. Manajemen Keuangan, Buku dua, Edisi kedelapan, diterjemahkan oleh Dodo Suharto dan Herman Wibowo, Erlangga, Jakarta. Diyanti, Vera. 2000.Analisis Keterkaitan Pendapatan dan Arus Kas dengan Return Saham. Karya Akhir MM-UI. Dodd, James L., and Shimin Chen. 1996. “EVA: A New Panacea?”. B&E Review, July-September 1996, pp. 26-28.
Fauzan, Agung 2006. Analisis Pengaruh Penilaian Kinerja Terhadap Rate Of Return. Yogyakarta: Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Yogyakarta. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Cetakan IV. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang Hanafi, Mamduh dan Abdul Halim. 2005. “Analisis Laporan Keuangan”. Edisi Kedua. UPP AMP YKPN. Handoko, Wahyu 2008. Pengaruh EVA, ROE, ROA Dan EPS Terhadap Perubahan Harga Saham Kategori LQ 45 Bursa Efek Jakarta. Surakarta: Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Husnan, Suad. 2003, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Cetakan ketiga, Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta. Iramani, Erie. 2006. Suatu Paradigma Dalam Pengukuran Kinerja Dan Nilai Tambah Perusahaan. Jogiyanto,H. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 3, Yogyakarta, BPFE Universitas Gajah Mada. Jusuf, Jopie. 2000. Analisis Kredit Untuk Account Officer. Penerbit Gramedia Pustaka Utama: Jakarta Laduna, Rudy. 2006. Analisis Pengaruh Konsep Konvensional dan Konsep Berbasis Nilai sebagaiAlat Ukur Kinerja terhadap Return Saham. Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 4, Nomor 3, Desember 2006. Lehn, Kenneth, and Anil K. Makhija.1996. EVA & MVA as Performance Measures and Signals for Strategic Change. Strategy and Leadership, May/ June 1996, pp. 34-38. Miranda, Yuliana, & Thio. 2003.Analisa Pengaruh Penilaian Kinerja Dengan Konsep Konvensional Dan Konsep Value Based Terhadap Rate Of Return. SNA 6 Surabaya. Munawir.2000. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 4. Yogyakarta:Liberty. Penerbit : Ekonisia. Prastowo, Dwi dan Rifka Juliaty, 2008. “Analisis Laporan Keuangan”. Edisi 2. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Prastowo, Dwi. 1995. Analisis Laporan Keuangan : Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Resmi Siti, 2002. “Keterkaitan Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Return Saham”. Jurnal Akuntansi Kompak, No. 6, September 2002. Riyanto, Bambang., 1995, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Gajah Mada Rousana, Mike, 1997, Memanfaatkan EVA untuk Menilai Perusahaan di Pasar Modal Indonesia, Usahawan, No. 4 th XXVI, April, hal. 18-21.
Sartono. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE. Setyoningsih, Eny. 2006. “ Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Return Saham Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Skripsi UAD. Sutrisno. 2001. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta. Tunggal, A.W., 2001, Memahami Konsep (EVA) dan VBM (Value Based Management). Harvindo, Jakarta.University Press, Yogyakarta. Utama, Sidharta. 1997. Economic Value Added : Pengukuran Penciptaa Nilai Perusahaan. Usahawan No 4 Th XXVI, April 1997. Yanindya. 1998. Perbandingan Penggunaan Metode ROE. EVA dan CVA Dalam Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan. Thesis Magister Manajemen.Universitas Indonesia. Young, S. David, and Stephen O’Byrne. 2001. EVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai (judul asli: EVA and Value-Based Management: A Practical Guide to Implementation). Penerjemah Lusy Widjaja. Jakarta: Salemba Empat,.