1 PENGARUH PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS TERHADAP KUAT TEKAN BATAKO Oleh Email
: Sandi Sandiyono, Jurusan Teknik Sipil ,Fakultas Teknik ,Unsil :
[email protected]
Abstrak Penggunaan batako banyak digunakan untuk aplikasi teknik sipil seperti dinding pada bangunan perumahan, bangunan gedung, pagar, saluran dan pondasi. Batako umumnya dalam konstruksi bangunan memiliki fungsi sebagai bahan nonstruktural, di samping berfungsi sebagai struktural. Pemanfaatan batako dalam konstruksi baik non-struktural ataupun struktural perlu adanya peningkatan produk yang dihasilkan, baik dengan cara meningkatkan kualitas bahan material batako sendiri (material dasar pasir gunung) maupun penambahan dengan bahan lain. Penambahan atau subsitusi material lain seperti halnya pasir besi diharapkan mampu meningkatkan kuat tekan batako itu sendiri. Pasir besi adalah sejenis pasir dengan konsentrasi besi yang signifikan. Hal ini biasanya berwarna abu-abu gelap atau berwarna kehitaman. Pasir ini terdiri dari magnetit, Fe3O4, dan juga mengandung sejumlah kecil titanium, silika, mangan, kalsium dan vanadium. Pasir besi yang banyak ditemukan diwilayah pesisir pantai Kabupaten Tasikmalaya, khususnya pantai Cipatujah merupakan SDA lokal yang bisa dimanfaatkan sebagai penganti pasir sungai yang pada umumnya sebagai bahan dasar batako. Pemanfaatan bahan lokal merupakan alternatif yang sesuai dengan program pemerintah yaitu mensejahterakan masyarakat dalam pengadaan perumahan khususnya masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Perbandingan antara pasir besi dengan pasir gunung yang ditambahkan (dalam satuan berat) pada batako adalah (0 : 100), (50 : 50) dan (100 : 0) terhadap komposisi 1 Pc : 7 Psr. Parameter yang diteliti dalam Skripsi ini meliputi karakteristik bahan susun batako, yakni pengujian gradasi pasir besi dan pasir gunung, berat jenis, kandungan lumpur, kekekalan butir, dan gradasi; kuat tekan dari mortar penyusun batako; kuat tekan batako dengan subsitusi penambahan pasir besi terhadap pasir gunung pada variasi komposisi yang telah direncanakan. Uji kuat tekan batako maksimum dari pengujian di laboratorium diperoleh pada perbandingan antara pasir besi dengan pasir gunung (50 : 50) terhadap komposisi 1 Pc : 7 Pasir yaitu sebesar 3,498 MPa, dan hasil kuat tekan minimum dari pengujian di laboratorium diperoleh pada perbandingan antara pasir besi dengan pasir gunung (100 : 0) terhadap komposisi 1 Pc : 7 Pasir yaitu sebesar 2,881 MPa. Kata Kunci: Batako, Kuat Tekan, MPa, Gradasi
Abstract The use of brick is widely used for civil engineering applications such as walls in residential buildings , buildings , fences , drains and foundations . Building block in the construction of buildings generally have a function as a non - structural material , in addition to functioning as structural . Good use of brick in the construction of non - structural or structural need for improved products, either by improving the quality of their own bricks material ( sand mountain base material ) as well as the addition of other ingredients . The addition or substitution of other materials such as iron ore is expected to increase the compressive strength of the concrete block itself . Iron sand is a type of sand with a significant concentration of iron . It is usually dark gray or blackish color . Sand is composed of magnetite , Fe3O4 , and also contain small amounts of titanium , silica , manganese , calcium and vanadium . Iron sands which are found coastal region Tasikmalaya regency , especially beach Cipatujah a local natural resources that could be used as a substitute for river sand in general as a basic building block material . Utilization of local materials is a suitable alternative to the government's public welfare programs in housing provision especially middle and lower economic community . Comparison between sand iron with a mountain of sand was added (in weight ) in the adobe is ( 0 : 100 ) , ( 50 : 50 ) and ( 100 : 0 ) to the composition 1 Pc : 7 Psr . The parameters studied in this thesis include the characterization of the material stacking concrete blocks , ie, the testing and grading of sand iron sand mountain , density , content of sludge , eternity grain and gradation ; compressive strength of the mortar constituent of concrete blocks ; brick compressive strength with the addition of iron sand substitute for sand mountain on composition variations that have been planned . Adobe maximum compressive strength test of laboratory tests obtained in the comparison between the iron sand to sand mountain ( 50 : 50 ) to the composition 1 Pc : 7 Sand that is equal to 3,498 MPa , and the minimum compressive strength results of laboratory tests obtained in the comparison between the iron sand with sand mountain ( 100 : 0 ) to the composition 1 Pc : 7 sand that is equal to 2,881 MPa .
Keywords : Concrete bricks , Compressive Strength , MPa , Gradation
2
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batako adalah bahan bangunan yang telah lama dikenal dan dipakai oleh masyarakat baik di pedesaan maupun di perkotaan yang berfungsi untuk bahan bangunan konstruksi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pabrik batako yang dibangun masyarakat untuk memproduksi batako.Batako merupakan salah satu alternatif bahan yang murah dan relatif kuat. Batako terbuat dari campuran pasir, semen dan air yang dipress dengan ukuran standard. Pembuatan batako yang selama ini dikerjakan secara manual, kini telah ditinggalkan dan diganti dengan proses pembuatan secara masinal. Batako yang diproduksi, bahan bakunya terdiri dari pasir, semen dan air dengan perbandingan 75:20:5. Perbandingan komposisi bahan baku ini adalah sesuai dengan Pedoman Teknis yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum tahun 1986. Penggunaan batako banyak digunakan untuk aplikasi teknik sipil seperti dinding pada bangunan perumahan, bangunan gedung, pagar, saluran danpondasi. Batako umumnya dalam konstruksi bangunan memiliki fungsi sebagai bahan nonstruktural, di samping berfungsi sebagai struktural. Sebagai fungsi struktural, batako dipakai sebagai penyangga atau pemikul beban yang ada diatasnya seperti pada konstruksi rumah sederhana dan pondasi. Sedangkan pada bangunan konstruksi tingkat tinggi/gedung, batako berfungsi sebagai non-stuktural yang dimanfaatkan untuk dinding pembatas dan estetika tanpa memikul beban yang ada diatasnya .Pemanfaatan batako dalam konstruksi baik nonstruktural ataupun struktural perlu adanya peningkatan produk yang dihasilkan, baik dengan cara meningkatkan kualitas bahan material batako sendiri (material dasar Pasir ) maupun penambahan dengan bahan lain. Pasir besi yang banyak ditemukan diwilayah pesisir pantai Kabupaten Tasikmalaya ,khususnya pantai Cipatujah merupakan SDA lokal yang bisa dimanfaatkan sebagai penganti pasir sungai yang pada umumnya digunakan sebagai bahan dasar batako.Pemanfaatan bahan lokal merupakan alternatif yang sesuai dengan program pemerintah yaitu mensejahterakan masyarakat dalam pengadaan perumahan khususnya masyarakat ekonomi menengah ke bawah Atas dasar pertimbangan – pertimbangan diatas, maka dilakukan penelitian mengenai “ Pengaruh Penggunaan Pasir Besi Sebagai Agregat Halus Terhadap Kuat Tekan Batako ”. Pembuatan batako dengan komposisi yang bervariasi diharapkan akan memperoleh campuran yang menghasilkan kuat tekan optimum, sehingga didapatkan batako dengan bahan ikat yang berbeda, tetapi kuat tekan yang sama, dan tentu saja memiliki harga yang lebih murah dibanding batako yang konvensional. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas timbul permasalahan yang menarik untuk diteliti yaitu Seberapa besar pengaruh Pasir besi sebagai pengganti pasir gunung terhadap mutu kualitas kekeuatannya.
Adapun variasi campuran batako dengan menggunakan pasir besi (dalam satuan berat) adalah sebangai berikut : 1. Pasir gunung tanpa pasir besi dengan perbandingan campuran semen : pasir (1 : 7) 2. perbandingan Pasir besi : Pasir gunung (50 : 50) dengan perbandingan campuran semen : pasir (1 : 7) 3. Pasir besi tanpa pasir gunung dengan perbandingan campuran semen : pasir (1 : 7) 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui karakteristik bahan susun batako meliputi : pemeriksaan agregat, berat jenis pasir, kandungan lumpur pasir, kekekalan butir pasir, dan gradasi pasir besi. 2. Mengetahui sifat fisik dari mortar penyusun batakomeliputi pengujian kuat tekan. 3. Mengetahui kuat tekan batako dengan penambahan pasir besi dan bahan ikat semen portland pada variasi komposisi yang telah direncanakan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Batako merupakan salah satu alternatif bahan dinding yang murah dan relatif kuat. Batako terbuat dari campuran pasir, semen dan air yang dipress dengan ukuran standard .Menurut SK SNI S – 04 –1989 – F bata beton berlubang diklasifikasikan sesuai dengan pemakaian sebagai berikut: a. Bata beton berlubang mutu I, adalah bata beton berlubang yang digunakan untuk konstruksi yang memikul beban dan bisa digunakan pula untuk konstruksi yang tidak terlindung (di luar atap) b. Bata beton berlubang mutu II, adalah bata beton berlubang yang digunakan untuk konstruksi yang memikul beban , tetapi penggunaannya hanya untuk konstruksi yang terlindung dari cuaca luar (Untuk konstruksi di bawah atap) c. Bata beton berlubang mutu III, adalah bata beton berlubang yang digunakan untuk konstruksi seperti yang tersebut dalam mutu III, tetapi permukaan dinding / konstruksi dari bata tersebut boleh tidak diplester. d. Bata beton berlubang mutu IV, adalah bata beton berlubang yang digunakan untuk konstruksi yang tidak memikul beban, dinding penyekat serta konstruksi lainnya yang selalu terlindung dari hujan dan terik matahari (di bawah atap). Menurut SK SNI S – 04 –1989 – F Bahan Bangunan bukan Logam dalam persyaratan mutu batu cetak adalah sebagai berikut: a. Sifat tampak , bata beton harus mempunyai bentuk yang sempurna tidak terdapat retak-retak dan cacat bagian sudut dan rusuknya tidak mudah dirapihkan dengan jari tangan. Rusuk-rusuknya siku satu terhadap lainnya.
b.
Bentuk dan ukuran, berbagai bentuk dan ukuran bata beton yang terdapat dipasaran tergantung dari produsennya. Biasanya setiap produsen memberikan penjelasan tertulis dalam leaflet mengenai bentuk, ukuran, dan daya dukung serta konstruksi pemasangan. Bahan teknik adalah bahan-bahan yang digunakan pada struktur bangunan, bahan yang digunakan untuk bangunan terdiri dari bahan-bahan atap, dinding dan lantai, bahan-bahan ini banyak dijumpai pada berbagai kayu dan logam serta batu, bata, batako, dan beton. Bentuk dan pengertian dari batako/batu cetak itu sendiri terdiri dari: a. Batu cetak yang berlubang (hollow block), Batako berlubang memiliki sifat penghantar panas yang lebih baik dari batako padat dengan menggunakan bahan dan ketebalan yang sama. Batako berlubang memiliki beberapa keunggulan dari batu bata, beratnya hanya 1/3 dari batu bata dengan jumlah yang sama dan dapat disusun empat kali lebih cepat dan lebih kuat untuk semua penggunaan yang biasanya menggunakan batu bata. Di samping itu keunggulan lain batako berlubang adalah kedap panas dan suara. b. Batu cetak yang tidak berlubang (solid block) c. Serta mempunyai ukuran yang bervariasi. d. Supribadi menyatakan bahwa batako adalah “Semacam batu cetak yang terbuat dari campuran tras, kapur, dan air atau dapat dibuat dengan campuran semen, kapur, pasir dan ditambah air yang dalam keadaan pollen (lekat) dicetak menjadi balok-balok dengan ukuran tertentu”. e. Menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (1982) pasal 6, “Batako adalah bata yang dibuat dengan mencetak dan memelihara dalam kondisi lembab”. f. Menurut SNI 03-0349-1989, “Conblock (concrete block) atau batu cetak beton adalah komponen bangunan yang dibuat dari campuran semen Portland atau pozolan, pasir, air dan atau tanpa bahan tambahan lainnya (additive), dicetak sedemikian rupa hingga memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding”. g. Frick Heinz dan Koesmartadi berpendapat bahwa: ” Batu-batuan yang tidak dibakar, dikenal dengan nama batako (bata yang dibuat secara pemadatan dari trass, kapur, air)”. Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan tentang pengertian batako adalah salah satu bahan bangunan yang berupa batu-batuan yang pengerasannya tidak dibakar dengan bahan pembentuk yang berupa campuran pasir, semen, air dan dalam pembuatannya dapat ditambahkan dengan abu ampas tebu sebagai bahan pengisi antara campuran tersebut atau bahan tambah lainnya (additive). Kemudian dicetak melalui proses pemadatan sehingga menjadi bentuk balok-balok dengan ukuran tertentu dan dimana proses pengerasannya tanpa melalui pembakaran serta dalam pemeliharaannya ditempatkan pada tempat yang lembab atau tidak terkena sinar matahari langsung atau hujan, tetapi dalam pembuatannya dicetak sedemikian rupa hingga memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding, Berdasarkan SNI 03-0349-
3 1989 tentang bata beton (batako), persyaratan nilai penyerapan air maksimum adalah 25%. 2. 2 Persyaratan Mutu Batako Parameter-parameter yang paling mempengaruhi kekuatan batako adalah : a. Kualitas semen, b. Proporsi semen terhadap campuran, c. Kekuatan dan kebersihan agregat, d. Interaksi atau adhesi antara pasta semen dengan agregat, e. Pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk batako, f. Penempatan yang benar, penyelesaian dan pemadatan batako, g. Perawatan batako, Mutu batako (kuat tekan) bertambah tinggi dengan bertambahnya umur batako. Oleh karena itu sebagai standard kekuatan batako dipakai kekuatan pada umur batako 28 hari. Bila karena sesuatu hal diinginkan untuk mengetahui kekuatan batako pada umur 28 hari, maka dapat dilakukan dengan menguji kuat tekan batako pada umur 3 atau 7 hari dan hasilnya dikalikan dengan faktor tertentu untuk mendapatkan perkiraan kuat tekan batako pada umur 28 hari. Kekuatan batako juga dipengaruhi oleh tingkat kepadatannya. Dalam pembuatan batako diusahakan campuran dibuat sepadat mungkin. Hal ini memungkinkan untuk menjadikan bahan semakin mengikat keras dengan adanya kepadatan yang lebih, serta untuk membantu merekatnya bahan pembuat batako dengan semen yang dibantu oleh air. Menurut SNI 03-0349-1989, batu cetak beton (concrete block) adalah komponen bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau pozzolan, pasir dan air dan atau tanpa bahan tambahan lainnya (additive) dicetak sedemikian rupa hingga memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding. Batu cetak beton (batako) yang tidak dibakar ini dari tras dan kapur, kadang-kadang juga dengan sedikit semen portland, sudah mulai dikenal oleh masyarakat sebagai bahan bangunan dan sudah pula dipakai untuk pembuatan rumah dan gedung. Berdasarkan SNI-3-0349-1989, persyaratan kuat tekan minimum batako pejal sebagai bahan bangunan dinding dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut: Tabel 1 Persyaratan kuat tekan minimum batako pejal sebagai bahan bangunan dinding menurut SNI-3-03491989 Mutu Kuat Tekan Minimum (Mpa) I 9,7 II 6,7 III 3,7 IV 2
Berdasarkan SNI 03-0349-1989 tentang bata beton (batako), persyaratan nilai penyerapan air maksimum adalah 25%.(Sumaryanto, D. Satyarno,I. & Tjokrodimulyo,K. 2009) Selain itu kekurangan-kekurangan lain dari batako dan hal-hal yang membatasi pemakaiannya ialah : a. Kekuatan tarik yang rendah. Dikarenakan batako tidak mempunyai tulangan. b. Rambatan suhu. Selama pengikatan dan pengerasan suhu batako naik. Hal ini disebabkan
4 oleh hidrasi dari semen dan kemudian secara berangsur-angsur turun kembali. Perubahan suhu ini dapat mengakibatkan muai-susut akibat suhu yang cukup besar dan retak-retak ringan. Batako yang telah mengeras dapat memuai dan menyusut sesuai dengan suhu pada kecepatan yang sama dengan baja. Sambungan untuk pemuaian dan penyusutan harus disediakan agar bangunan tidak rusak. c. Penyusutan kering dan perubahan kadar air. Batako menyusut bilamana mengalami kekeringan dan bahkan ketika terjadi pengerasan, memuai dan menyusut bilamana basah dan kering. Perubahanperubahan ini mengharuskan untuk disediakannya suatu sambungan-kontraksi pada suatu intervalinterval agar tidak terjadi retak-retak yang tidak terlihat. d. Kerapatan terhadap air. Batako yang paling baik tidak dapat secara sempurna rapat terhadap air dan kelembaban serta mengandung senyawa-senyawa yang mudah larut serta terbawa keluar oleh air yang jumlahnya berubah-ubah. 2. 3 Bahan Baku Pembuatan Batako Kualitas dan mutu batakoditentukan oleh bahan dasar, bahan tambahan, proses pembuatan, dan alat yang digunakan. Semakin baik mutu bahan bakunya, komposisi perbandingan campurannya, proses pencetakan dan pembuatan yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan batako yang berkualitas baik pula. 1. Semen 2. Agregat. 3. Air. 4. Pasir besi III. METODE PENELITIAN Persiapan Penyiapan Barang Semen
Air
Pasir
Flow chart 1. Tahapan penelitian pengaruh penggunaan pasir besi terhadap kuat tekan Batako
Tabel 2 Perbandingan campuran batako Semen : Pasir 1:7 Pasir besi : Pasir Gunung 0% : 100% 50% : 50% 100% : 0% Jumlah Sampel
9 9 9 27
3.1 Pengujian Bahan-bahan Penyusun Paving Block 3.1.1 Pemeriksaan Berat Volume Agregat
Perhitungan:
Berat Isi Agregat =
W3 [kg/dm3] V
3.1.2
Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar Perhitungan: Persentase berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing saringan terhadap berat total benda uji dihitung. 3.1.3 Pemeriksaan Kadar Lumpur dalam Agregat Halus Perhitungan:
Kadar lumpur =
Pasir Besi
V2 100% V1 V2
Dimana :
Uji Bahan :
Tidak
- Uji kadar lumpur - Berat isi padat - Berat Jenis - Analisis saringan - Kadar Air
V1 = Tinggi pasir V2 = Tinggi lumpur - Berat isi padat 3.1.4 Analisis Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan - Berat Jenis Agregat Halus - Analisis saringan Perhitungan - Kadar Air
Uji Bahan :
Berat jenis curah
=
Bk B 500 B t
Berat jenis kering permukaan jenuh
a
=
500
Perencanaan Campuran : - (0:100), (50:50), (100:0 )
B 500 B t
Berat jenis semu
=
Penyerapan
=
Bk B B k Bt
500 B k
x 100 %
Bk
Pembuatan Campuran Benda Uji Pembuatan Benda Uji Pengujian Kuat Tekan Batako Analisis Data dan Pembahasan Kesimpulan
Keterangan : Bk = berat benda uji kering oven, dalam gram B = berat piknometer berisi air, dalam gram Bt = berat piknometer berisi benda uji dan air, dalam gram
5 500= berat benda uji dalam keadaan kering permukaan jenuh, dalam gram
Kuat tekan (f’c)
P
MPa
A 100000 ' fc 324
= 3,08642 N/mm2
= 3,08642 MPa IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan campuran batako Setelah diperoleh jumlah kebutuhan untuk tiap campuran batako, maka pelaksanaan campuran batako dapat dilaksanakan. Tabel berikut ini merupakan hasil dari pelaksanaan campuran batako. 1. Pasir gunung tanpa pasir besi dengan perbandingan campuran semen : pasir (1 : 7) 2. Pasir gunung : Pasir besi (50 : 50) dengan perbandingan campuran semen : pasir (1 : 7) 3. Pasir besi tanpa pasir gunung dengan perbandingan campuran semen : pasir (1 : 7) Perancangan Campuran Bahan-bahan Penyusun batako Setelah diperoleh jumlah kebutuhan untuk tiap campuran batako, maka pelaksanaan campuran batako dapat dilaksanakan. Tabel berikut ini merupakan hasil dari pelaksanaan campuran batako. Tabel 3 Pelaksanaan Campuran Batako Pasir Besi : Pasir Gunung (0 : 100) dengan perbandingan Semen : Pasir (1 : 7) untuk 9 Sampel Bahan Semen Air Pasir gunung Pasir besi
Rencana campuran 9 x 1,30 9 x 0,45 9 x 9,10 9 x0
Nilai 11,70 4,05 81,90 0
Satuan kg ltr kg kg
(Sumber : Hasil Pengujian di Laboratorium) Tabel 4 Pelaksanaan Campuran Batako Pasir Besi : Pasir Gunung (50 : 50) dengan perbandingan Semen : Pasir (1 : 7) untuk 9 Sampel Nilai Bahan Rencana campuran Satuan Semen Air Pasir gunung Pasir besi
9 x 1,80 9 x 0,45 9 x 6,30 9 x 6,30
16,20 4,05 56,70 56,70
130000 ' fc 324
= 4,01235 N/mm2
= 4,01235 MPa 110000 ' fc 324
= 3,39506 N/mm2
= 3,39506 Mpa Tabel 4.3. Hasil pengujian kuat tekan umur 3, 14, 28 hari dengan perbandingan 1 : 7 dengan koefisien Ps. Besi : Ps. Gunung ( 0 : 100, 50 : 50 dan 100 : 0 )
No
Koefisi en
Kode
Umur
Benda
Benda
Uji
Uji
1 2
0 : 100 50 : 50
1:7 1:7
3
100 : 0
1:7
1 2
0 : 100 50 : 50
1:7 1:7
3
100 : 0
1:7
1 2
0 : 100 50 : 50
1:7 1:7
3
100 : 0
1:7
3 hari
14 hari
28 hari
Kuat Tekan Rata2 Benda Uji (kN) 55,00 50,00
Luas F’c Tekan (mm2)
N/mm2
Mpa
32400 32400
1,698 1,543
1,698 1,543
41,67
32400
1,286
1,286
60,00 110,00
32400 32400
1,852 3,395
1,852 3,395
80,00
32400
2,469
2,469
98,33 113,33
32400 32400
3,035 3,498
3,035 3,498
93,33
32400
2,881
2,881
kg ltr kg kg
(Sumber : Hasil Pengujian di Laboratorium) Tabel 4.11. Pelaksanaan Campuran Batako Pasir Besi : Pasir Gunung (100 : 0) dengan perbandingan Semen : Pasir (1 : 7) untuk 9 Sampel Nilai Bahan Rencana campuran Satuan Semen Air Pasir gunung Pasir besi
9 x 2,00 9 x 0,45 9 x 0,00 9 x 14,00
14,00 4,05 0,00 126,00
kg ltr kg kg
(Sumber : Hasil Pengujian di Laboratorium) 4.1.1 Uji kuat tekan batako Pengujian kuat tekan batako dilakukan setelah benda uji dibuka dari cetakan dan setelah kering selama waktu yang telah ditentukan yaitu umur 28 hari. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat dalam Tabel dan Grafik dibawah ini. Berikut merupakan salah satu contoh analisis kuat tekan batako umur 28 hari : P1 = 100 kN (100000 N) 32400 mm2 P2 = 130 kN (130000 N) 32400 mm2 P3 = 110 kN (110000 N) 32400 mm2
; A1 = 324 cm2
=
; A2 = 324 cm2
=
; A3 = 324 cm2
=
Gambar 4.4. Grafik Rata – rata Keseluruhan Kuat Tekan Umur 3, 14 dan 28 Hari dengan Perbandingan Campuran 1 : 7, dengan koefisien Ps. Besi : Ps. Gunung (0 : 100, 50 : 50 dan 100 : 0)
6
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 4.5. Grafik Kuat Tekan Keseluruhan Umur 3, 14 dan 28 Hari Dengan Perbandingan Campuran 1 : 7 dengan Koefisien Ps. Besi : Ps. Gunung (0 : 100, 50 : 50 dan 100 : 0) V. KESIMPULAN DAN SARAN 5. 1 Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan penelitian laboratorium dapat diketahui hasil kuat tekan batako yang di buat dari perbandingan campuran yaitu semen : agregat halus (1 : 7) dengan koefisien pasir besi : pasir gunung (0 : 100), (50 : 50), dan (100 : 0), dapat disimpulkan bahwa : 1. Dalam pengerjaan pencampuran batako dengan penambahan pasir besi cukup baik karena pasir besi dapat mengisi pori - pori yang kosong pada batako, sehinga batako menjadi padat. 2. Penambahan campuran pasir besi dalam pembuatan batako cenderung baik apabila perbandingan takaran semen, pasir dan airnya pas karena dapat mempengaruhi kualitas kuat tekan batako. 3. Laju peningkatan kuat tekan batako dengan penambahan pasir besi selaras dengan laju penambahan umur batako. 4. tekan batako maksimum dari pengujian di laboratorium diperoleh pada campuran semen : agregat halus (1 : 7) dengan koefisien pasir besi : pasir gunung (50 : 50) yaitu sebesar 3,498 Mpa, dan hasil kuat tekan minimum dari pengujian di laboratorium diperoleh pada campuran semen : agregat halus (1 : 7) dengan koefisien pasir besi : pasir gunung ( 100 : 0 ) yaitu sebesar 2,881 Mpa
5. 2 Saran Setelah melakukan penelitian terhadap kuat tekan batako dengan penambahan pasir besi, berikut saran yang dapat penyusun sampaikan : 1. Pasir besi yang akan dicampurkan pada pembuatan batako harus diayak dengan baik, agar didapat abu batu yang halus sehingga pada saat pencampuran batako, pasir besi dapat mengisi pori – pori yang kosong pada batako tersebut. 2. Perlu dilakukan lagi penelitian lanjutan terhadap pasir besi agar diperoleh hasil yang baik dan memuaskan. 3. Takaran dalam pencampuran perbandingan pasir besi, pasir, semen dan airnya harus seimbang dan pas agar didapat kuat tekan batako yang baik
Anonim. 1989. SK SNI S-04-1989-F “Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan Bukan Logam)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan: Bandung. Anonim., 2002, SNI-03-2834-1993 "Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal", Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Anonim., 2002, SNI-03-1974-1990 "Metode Pengujian Kuat Tekan Beton", Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Kardijono Tjokrodimulyo., 1994, "Teknologi Beton", Penerbit Nafiri, Laboratorium Pengujian Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan, Bandung. Murdock,L. J, and Brook K. M., 1991, “Bahan dan Praktek Beton” (alih bahasa Stephanus Hendarko), Erlangga : Jakarta. Ridwan, S.,1993, “Beton Mutu Tinggi”, Jurnal Litbang Vol IX No. 7 – 8 Juli –Agustus 1993, Jakarta Anonim, 1982, PUBI – 1982 “Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia” : Bandung