Jurnal Fropil
Vol 3 Nomor 1 Juli-Desember 2015
ANALISIS PENGGUNAAN PASIR PANTAI SAMPUR SEBAGAI AGREGAT HALUS TERHADAP KUAT TEKAN BETON
Ahmad Dumyati Alumni Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung Donny Fransiskus Manalu Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung Email :
[email protected]
ABSTRAK Penelitian tentang pemanfaatan pasir pantai sebagai agregat halus dalam pembuatan beton ini dilatarbelakangi oleh ketersediaan pasir pantai di alam dalam jumlah yang sangat besar. Pasir pantai yang digunakan berasal dari daerah Pantai Sampur, kota Pangkalpinang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kuat tekan beton yang dihasilkan ketika menggunakan beberapa perlakuan terhadap pasir pantai Sampur. Perlakuan yang digunakan terhadap pasir Pantai Sampur adalah : tanpa perlakuan, disiram, dan dicuci. Kuat tekan beton direncanakan 17,5 MPa. Sampel berbentuk silinder dan berjumlah 24 buah. Penelitian ini juga menggunakan beton normal dari pasir yang berbeda sebagai kontrol, yaitu pasir daerah Padang Baru Kabupaten Bangka Tengah. Campuran beton dengan pasir Padang Baru (beton normal) menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 28,68 MPa. Sedangkan kuat tekan beton ratarata pada pasir pantai Sampur tanpa perlakuan sebesar 16,36 MPa, dengan perlakuan disiram sebesar 17,52 MPa dan dengan perlakuan dicuci sebesar 22,14 Mpa. Kuat tekan beton terbesar pasir Pantai Sampur terletak pada perlakuan dicuci yaitu sebesar 22,14 Mpa. Kata kunci : pasir pantai, kuat tekan beton
PENDAHULUAN Perkembangan industri konstruksi di Indonesia cukup pesat, dimana hampir 60% material yang digunakan dalam konstruksi adalah beton. Berbagai bangunan didirikan menggunakan beton sebagai bahan utama, baik bangunan gedung, bangunan air, maupun bangunan sarana transportasi. Beton tersebut terdiri dari pencampuran antara agregat halus (pasir), agregat kasar (split), dengan
menambahkan bahan perekat semen dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan (Mulyono, 2003). Indonesia merupakan negara yang mempunyai lebih dari 3700 pulau dan pantai sepanjang 80.000 km, yang memiliki keanekaragaman karakteristik kualitas pasir laut (Mangerongkonda, 2007). Propinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah propinsi ke-31 di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung
1
Jurnal Fropil
Vol 3 Nomor 1 Juli-Desember 2015
geografis Propinsi Kepulauan Bangka Belitung terletak pada 105o-108o BT dan 03o-30o LS. Memiliki luas wilayah 81.582 km2 terdiri dari wilayah daratan 16.281 km2 yang meliputi dua pulau besar dan 251 pulau-pulau kecil dengan panjang pantai 1.200 km dan perairan laut seluas 65.301 km2. (Potensi investasi dan profil usaha Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2003). Pasir pantai umumnya memiliki karakteristik butiran yang halus dan bulat, gradasi (susunan besar butiran) yang seragam serta mengandung garamgaraman yang tidak menguntungkan bagi beton, sehingga banyak disarankan untuk tidak digunakan dalam pembuatan beton. Butiran yang halus dan bulat serta gradasi yang seragam, dapat mengurangi daya lekat antar butiran dan berpengaruh terhadap kekuatan dan ketahanan beton. Akan tetapi masyarakat yang tinggal di pesisir pantai masih menggunakan pasir pantai sebagai salah satu agregat halus pada beton dengan alasan mudah didapat. Dilatarbelakangi hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian terhadap penggunaan pasir pantai sampur dengan beberapa perlakuan sebagai agregat halus pada campuran beton. TINJAUAN PUSTAKA Beberapa Penelitian Terdahulu Stevia (2009), melakukan penelitian tentang penggunaan pasir laut sebagai agregat halus terhadap kuat tekan beton. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa campuran beton menggunakan pasir laut tanpa perlakuan menghasilkan kuat tekan beton sebesar 15,2106 MPa,
2
Perlakuan dicuci sebesar 18,0418 MPa, perlakuan disiram sebesar 14,6555 MPa. Mangerongkonda (2007), melakukan penelitian pengaruh penggunaan pasir laut Bangka terhadap kualitas beton. dari penelitian ini beton yang dibuat dengan memakai pasir laut yang dicuci dengan air tawar (treatment type II), pada umur 28 hari memiliki nilai rata-rata kuat tekan 20,9% lebih besar jika dibandingkan dengan beton pada treatment type I (pasir laut digunakan dalam keadaan aslinya) dan 20,0% lebih besar jika dibandingkan dengan beton pada treatment type III (pasir laut direndam dengan air hangat). Amalia, R. (2006), melakukan penelitian mengenai pemanfaatan penggunaan pasir Pantai Sendang Biru dengan pasir Sungai Brantas Tulungagung pada pencampuran mortar umur 14 dan 28 hari dengan perbandingan 1sm : 1Psp, 1sm : 2Psp, 1sm : 4Psp, 1sm : 5Psp, dan untuk perbandingan 1sm : 3(Psp & Pss) komposisinya adalah sebagai berikut 1sm : 3Psp, 1sm : 20%Psp : 80%Pss, 1sm : 40%Psp : 60%Pss, 1sm : 60%Psp : 40%Pss, 1sm : 80%Psp : 20%Pss, dan 1sm : 100%Pss dengan menggunakan semen PC dan PPC, dimana kuat tekan mortar yang menggunakan semen PC lebih besar dibandingkan kuat tekan mortar yang menggunakan semen PPC. dan kuat tekan mortar pada umur 28 hari lebih besar dibanding dengan umur 14 hari Siregar (2005), melakukan penelitian mengenai pemanfaatan pasir Pantai Semempang dan batu pecah asal Ranai sebagai bahan pembuatan beton normal. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung
Jurnal Fropil
pasir sepempang mempunyai nilai modulus halus butir (mhb) 3,07; berat jenis SSD 2,58; berat satuan 1,49, kandungan lumpur 0,44%, kandungan garam 242,77 ppm (0,024277%) dan kandungan ion khlorida 147,24 ppm (0,014724%). Beton dengan fas 0,4 dengan kandungan semen berturutturut 475 kg/m³ dan 550 kg/m³ diperoleh kuat tekan beton 37,33MPa dan 36,20 MPa, untuk fas 0,5 dengan kandungan semen berturut-turut 380 kg/m³ dan 450 kg/m³ diperoleh kuat tekan 35,51 MPa dan 31,68 MPa, sedangkan untuk fas 0,6 dengan kandungan semen berturut-turut 317kg/m³ dan 375kg/m³ masing-masing kuat tekan beton adalah 27,69MPa dan 26,26 MPa. Beton Beton didapat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus dan kasar yaitu pasir, batu, batu pecah, atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan secukupnya bahan perekat semen, dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung (Dipohusodo, 1993). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi sifat beton adalah sebagai berikut (Mulyono, 2003): 1. Kualitas semen (apabila digunakan untuk konstruksi beton bertulang pada umumnya dipakai jenis semen yang memenuhi syarat) 2. Proporsi semen terhadap campuran 3. Kekuatan dan kebersihan agregat 4. Interaksi antara pasta semen dengan agregat
Vol 3 Nomor 1 Juli-Desember 2015
5. Pencampuran yang cukup dari bahanbahan pembentuk beton 6. Penempatan yang benar, penyelesaian, dan pemadatan beton 7. Perawatan beton Adapun kelemahan beton adalah sebagai berikut (Mulyono, 2003): 1. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah 2. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi 3. Mempunyai bobot yang berat 4. Daya pantul suara yang besar Sedangkan kelebihan beton ini adalah sebagai berikut: 1. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi 2. Mampu memikul beban yang berat 3. Tahan terhadap temperatur yang tinggi 4. Biaya pemeliharaan yang kecil Semen Portland Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi akan aktif setelah berhubungan dengan air. Fungsi utama semen adalah mengikat butir-butir agregat sehingga membentuk suatu masa padat dan mengisi rongga-rongga udara diantara butir-butir agregat tersebut. Walaupun komposisi semen dalam beton hanya sekitar 10%, namun karena fungsinya sebagai bahan pengikat maka peranan semen menjadi sangat penting (Mulyono, T., 2003).
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung
3
Jurnal Fropil
Vol 3 Nomor 1 Juli-Desember 2015
Tabel 1. Susunan unsur semen portland Oksida Persen (%) Kapur (CaO) 60 – 65 Silika (SiO2) 17 – 25 Alumina (Al2O3) 3–8 Besi (Fe2O3) 0,5 – 6 Magnesia (MgO) 0,5 – 4 Sulfur (SO3) 1–2 Soda/potash Na2O+K2O) 0,5 – 1 Sumber : Tjokrodimuljo, 2007
Agregat Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton. Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau agregat buatan. Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi. Komposisi agregat berkisar antara 60%70% dari berat campuran beton (Tjokrodimuljo, 2007) Secara umum, agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu agregat kasar adalah agregat yang tertahan saringan no.4 atau ukuran 4,75 mm, dan agregat halus adalah agregat yang lolos saringan no.4 atau ukuran 4,75 mm (Mulyono, 2003). Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih kecil dari 40 mm. agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk pekerjaan sipil lainyan, misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan tanah, bronjong, atau bendungan dan lainnya. Menurut SK SNI S-04-1989-F, agregat yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
4
1. Agregat kasar Agregat kasar adalah agregat yang tertahan saringan no.4 atau ukuran 4,75 mm (Mulyono, 2003). Persyaratan agregat kasar SK SNI S04-1989-F : a. Butir-butir tajam dan keras dengan indeks kekerasan ≤ 2,2. b. Kekal, tidak pecah atau hancur oleh cuaca (terik matahari dan hujan), jika diuji dengan larutan garam natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 12%, sedangkan dengan larutan garam magnesium sulfat maksimum 18%. c. Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat ayakan 0,06 mm) lebih dari 5%. d. Tidak mengandung zat organis terlalu banyak, yang dibuktikan dengan percobaan warna dengan 3% NaOH, yaitu warna cairan di atas endapan agregat kasar tidak boleh lebih gelap daripada warna standar gradasi. e. Modulus halus butir antara 5 - 8 dan variasi butir sesuai standar gradasi. f. Khusus untuk beton dengan tingkat keawetan tinggi, agregat harus tidak relatif terhadap alkali. 2. Agregat halus Agregat halus adalah agregat yang lolos saringan no.4 atau ukuran 4,75 mm (Mulyono, 2003). Persyaratan agregat halus SK SNI S-04-1989-F : a. Butir-butirnya keras dan tidak berpori. b. Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca (terik matahari dan hujan), jika di uji dengan larutan garam natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 12%, jika di uji
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung
Jurnal Fropil
dengan garam magnesium sulfat maksimum 18%. c. Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat ayakan 0,06 mm) lebih dari 5%. d. Tidak boleh mengandung zat-zat yang reaktif terhadap alkali. e. Butiran agregat yang pipih dan panjang tidak boleh lebih dari 20%. f. Modulus halus butir antara 1,5 – 3,8 dan dengan variasi butir sesuai standar gradasi. g. Ukuran butir maksimum tidak boleh melebihi dari 1/5 jarak terkecil antara bidang-bidang samping cetakan, 1/3 tebal pelat beton, 3/4 jarak bersih antar tulangan atau berkas tulangan. h. Agregat halus dari laut/pantai, boleh dipakai asalkan dengan petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui. Menurut Tjokrodimulyo, (1992) pasir alam dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu : 1. Pasir galian Pasir golongan ini diperoleh langsung dari permukaan tanah atau dengan cara menggali terlebih dahulu. Pasir ini biasanya tajam bersudut, berpori dan bebas dari kandungan garam walaupun biasanya harus dibersihkan dari kotoran tanah dengan jalan dicuci terlebih dahulu. 2. Pasir sungai Pasir ini diperoleh langsung dari dasar sungai, yang pada umumnya berbutir halus dan bulat–bulat akibat proses gesekan. Daya lekatan antar butiran agak kurang karena bentuk butiran yang bulat. Pada sungai tertentu yang dekat dengan
Vol 3 Nomor 1 Juli-Desember 2015
hutan kadang–kadang mengandung humus.
banyaknya
3. Pasir pantai Pasir pantai adalah pasir yang diambil dari tepian pantai, bentuk butirannya halus dan bulat akibat gesekan dengan sesamanya. Pasir ini merupakan pasir yang jelek karena mengandung banyak garam. Garam ini menyerap kandungan air dari udara dan mengakibatkan pasir selalu agak basah serta menyebabkan pengembangan volume bila dipakai pada bangunan. akan tetapi pasir pantai dapat digunakan pada campuran beton dengan perlakuan khusus, yaitu dengan cara di cuci sehingga kandungan garamnya berkurang atau hilang. Karakteristik kualitas agregat halus yang digunakan sebagai komponen struktural beton memegang peranan penting dalam menentukan karakteristik kualitas struktur beton yang dihasilkan, sebab agregat halus mengisi sebagian besar volume beton. Pasir pantai sebagai salah satu jenis material agregat halus memiliki ketersediaan dalam kuantitas yang besar (Mangerongkonda, 2007). Air Air merupakan salah satu bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan beton. Semen tidak bisa menjadi pasta tanpa air. Air harus selalu ada dalam beton cair, tidak saja untuk hidrasi semen, tetapi juga untuk mengubahnya menjadi suatu pasta sehingga betonnya lecak. Proses hidrasi dalam beton segar membutuhkan air kurang lebih 25% dari berat semen yang digunakan. Air adalah alat untuk
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung
5
Jurnal Fropil
Vol 3 Nomor 1 Juli-Desember 2015
mendapatkan kelecakan yang perlu untuk penuangan beton. Jumlah air yang diperlukan untuk kelecakan tertentu tergantung pada sifat material yang digunakan (Nugraha, 2007). Kelebihan air dari proses hidrasi diperlukan untuk syarat kekentalan (consistency) adukan agar dapat dicapai suatu kelecakan. Kekuatan dari beton ditentukan oleh perbandingan berat antara air dan semen (water cement ratio). Faktor air semen (FAS) :
............................... (1)
Proporsi Campuran Beton Perancangan proporsi campuran beton dimaksudkan untuk menghasilkan suatu proporsi campuran bahan yang optimal dengan kekuatan maksimum. Pengertian optimal adalah penggunaan bahan yang minimum dengan tetap mempertimbangkan kriteria standar dan ekonomis yang dilihat dari biaya keseluruhan untuk membuat struktur beton tersebut (Mulyono, 2003). Langkah-langkah perancangan campuran beton berdasarkan SNI 03-28342000 “Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal”.
Slump Test (Uji Slump) Slump test atau uji slump adalah salah satu cara untuk mengukur kelecakan beton segar, yang dipakai pula untuk memperkirakan tingkat kemudahan dalam pengerjaannya (Tjokrodimuljo, 2007).
Kelecakan (sifat plastis, consistency, yaitu sifat kekentalan beton segar, antara cair dan padat) pada beton segar penting dipelajari karena merupakan ukuran kemudahan beton segar (adukan beton) untuk diaduk dalam bejana pengaduk ke cetakan beton, dan dipadatkan setelah beton segar berada dalam cetakan. Secara umum, dapat dikatakan bahwa semakin encer beton segar maka semakin mudah beton tersebut dikerjakan. Adukan beton segar adalah campuran bahan-bahan beton yaitu air, semen Portland, agregat halus, dan agregat kasar dengan perbandingan masing-masing bahan tersebut sebanyak yang telah ditentukan sebelumnya. Suatu campuran berasal dari beberapa bahan, maka sifat campurannya tergantung pada sifat bahanbahan pencampurnya dan banyaknya masing-masing bahan pencampur tersebut. Tabel 2. Nilai slump beton segar Pemakaian Dinding, plat pondasi, dan pondasi telapak bertulang Pondasi telapak tidak bertulang, kaison, dan stuktur di bawah tanah Pelat, balok, kolom, dan dinding Pengerasan jalan Pembetonan massal (beton massa)
Maksimum Minimum (cm) (cm)
12,5
5
9
2,5
15
7,5
7,5
5
7,5
2,5
Sumber : Tjokrodomuljo, 2007
6
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung
Jurnal Fropil
Vol 3 Nomor 1 Juli-Desember 2015
Secara teoritis, unsur-unsur yang berpengaruh terhadap tingkat kelecakan beton antara lain, adalah : 1. Jumlah air yang digunakan. 2. Jumlah semen yang digunakan. 3. Gradasi campuran pasir dan kerikil. 4. Bentuk butiran agregat yang digunakan. 5. Ukuran maksimum agregat. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan (SNI 03-19741990). Berdasarkan kuat tekan beton dapat dibagi menjadi beberapa jenis yang dapat dilihat pada Tabel 3. Pengukuran kuat tekan beton dilakukan dengan membuat contoh benda uji berbentuk silinder beton dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. benda uji tersebut ditekan dengan mesin uji tekan sampai pecah. Beban tekan maksimum yang memecahkan itu dibagi dengan luas penampang kubus atau luas penampang silinder diperoleh nilai kuat tekan. Nilai kuat tekan dinyatakan dalam MPa. Tabel 3. Beberapa jenis beton menurut kuat tekannya Jenis beton Beton sederhana Beton normal Beton pra tegang Beton kuat tekan tinggi Beton kuat tekan sangat tinggi Sumber : Tjokrodomuljo, 2007
Kuat Tekan (MPa) Sampai 10 Mpa 15 – 30 Mpa 30 – 40 MPa 40 – 80 Mpa > 80 Mpa
Untuk menghitung kuat tekan beton dapat digunakan rumus:
................................. (2) dengan: P = beban maksimum (kg) A = luas penampang benda uji (cm²)
Hasil pengujian ini dapat digunakan dalam pekerjaan perencanaan campuran beton dan pengendalian mutu beton pada pelaksanaan pembetonan. METODE PENELITIAN Pembuatan sampel, pemeliharaan sampel, dan pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Dinas PU Propinsi Bangka Belitung. Penelitian ini dilakukan selama 1,5 bulan. Penelitian pada beton ini menggunakan pasir pantai sebagai material pengganti agregat halus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan kuat tekan beton dengan menggunakan pasir pantai sebagai agregat halus. Pada penelitian ini pasir pantai menggunakan 3 perlakuan, yaitu dalam keadaan sebenarnya (tanpa perlakuan), disiram, dan dicuci. Sehingga pasir pantai tersebut dapat digunakan dengan aman. Adapun perlakuan-perlakuan yang digunakan pada pasir pantai adalah sebagai berikut: 1. Tanpa Dicuci Dalam penelitian beton yang dalam keadaan sebenarnya menggunakan pasir pantai tanpa dicuci 2. Disiram
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung
7
Jurnal Fropil
Vol 3 Nomor 1 Juli-Desember 2015
Penyiraman pasir pantai dilakukan secara biasa, dimana pasir pantai tersebut disiram sampai pasir tersebut basah secara merata. 3. Dicuci Pasir pantai yang digunakan tersebut dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan. Pencucian pasir pantai tersebut sampai air yang digunakan untuk mencuci tersebut bersih dari kotoran pada bagian atasnya.Penelitian
ini juga menggunakan pasir Padang Baru yang berasal dari daerah gunung Mangkol sebagai agregat halus sebanyak 6 buah benda uji dengan fas 0,5. Hal ini bertujuan untuk membandingkan kuat tekan beton yang menggunakan pasir yang umum dipakai dengan pasir Pantai Sampur.
Gambar 1. Bagan alir penelitian
8
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung
Jurnal Fropil
Vol 3 Nomor 1 Juli-Desember 2015
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pemeriksaan agregat ini dipakai untuk menghitung mix design untuk campuran beton. Beton yang telah dicetak dirawat hingga umur yang telah ditentukan untuk di uji kuat tekan. Untuk mendapatkan beton yang memiliki kuat tekan yang sesuai dengan rencana, diperlukan data-data karakteristik
bahan yang akan digunakan untuk campuran beton. Seluruh tahap pekerjaan yang direncanakan pada penelitian ini telah selesai dilaksanakan.Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dilaboratorium maka data yang diperoleh antara lain :
Tabel 4. Hasil proporsi campuran beton Uraian Tiap m3 Proporsi campuran Tiap 0,0053 m3 (1 silinder) Tiap 0,0318 m3 (6 silinder)
Semen
Air
Agregat halus
Agregat kasar
356 kg
166,468 lt
761,54 kg
1113,008 kg
1 kg
0,47
2,13
3,12
1,887 kg
0,882 lt
4,036 kg
5,899kg
11,32 kg
5,294 lt
24,217 kg
35,397 kg
Dari hasil pengujian slump yang telah dilakukan maka diperoleh data hasil pengujian yang dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 5. Hasil pengujian slump test kuat tekan beton
No.
Agregat halus yang digunakan pada campuran beton
Nilai slump 1 (cm)
Nilai slump II Rata-rata (cm) (cm)
1.
Pasir normal
7,60
7,40
7,5
2.
Ps. laut tanpa perlakuan
7,80
7,60
7,70
3.
Pasir laut disiram
7,70
7,60
7,65
4.
Pasir laut dicuci
7,90
7,70
7,80
Setelah melakukan pembuatan benda uji dan telah mencapai umur beton yang direncanakan yaitu umur 3 hari dan umur 28 hari,maka benda uji tersebut siap di tes kekuatan betonnya. Hasil pengujian kuat tekan beton pada penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 6, Tabel 7, Tabel 8 dan Tabel 9.
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung
9
Vol 3 Nomor 1 Januari-Juni 2015
Jurnal Fropil
Tabel 6. Hasil pengujian kuat tekan untuk beton normal Kode Benda Uji BN 1 BN 2 BN 3 BN 4 BN 5 BN 6
Tanggal Pembuatan 16-05-2011 16-05-2011 16-05-2011 16-05-2011 16-05-2011 16-05-2011
Pengujian 19-05-2011 19-05-2011 19-05-2011 12-06-2011 12-06-2011 12-06-2011
Umur (hari) 3 3 3 28 28 28
Luas (cm2) 176,625 176,625 176,625 176,625 176,625 176,625
Berat (gram ) 12675 12683 12598 12720 12773 12745
Gaya tekan
Kuat tekan
kN 306 295 275,4 520,2 489,6 510
MPa 17,32 16,75 15,59 29,45 27,72 28,87
Kuat Tekan Ratarata MPa 16,55
28,68
Tabel 7. Hasil pengujian kuat tekan pasir pantai tanpa perlakuan Kode Benda Uji TP 1 TP 2 TP 3 TP 4 TP 5 TP 6
Tanggal Pembuatan 16/05/2011 16/05/2011 16/05/2011 16/05/2011 16/05/2011 16/05/2011
Pengujian 19/05/2011 19/05/2011 19/05/2011 12/06/2011 12/06/2011 12/06/2011
Umur (hari) 3 3 3 28 28 28
Luas (cm2) 176,625 176,625 176,625 176,625 176,625 176,625
Berat (gram) 12594 12532 12590 12585 12668 12620
Gaya tekan
Kuat tekan
kN 183,6 163,2 204 275,4 295,8 295,8
MPa 10,39 9,24 11,55 15,59 16,75 16,75
Kuat Tekan Ratarata MPa 10,39
16,36
Tabel 8. Hasil pengujian kuat tekan pasir pantai disiram Kode Benda Uji PS 1 PS 2 PS 3 PS 4 PS 5 PS 6
10
Tanggal Pembuatan 17/05/2011 17/05/2011 17/05/2011 17/05/2011 17/05/2011 17/05/2011
Pengujian 20/05/2011 20/05/2011 20/05/2011 13/06/2011 13/06/2011 13/06/2011
Umur (hari)
Luas (cm2)
Berat (gram)
3 3 3 28 28 28
176,625 176,625 176,625 176,625 176,625 176,625
12600 12589 12613 12737 12710 12726
Gaya tekan
Kuat tekan
kN 204 193,8 214,2 306 316,2 306
MPa 11,55 10,97 12,13 17,32 17,90 17,32
Kuat Tekan Ratarata MPa 11,55
17,52
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung
Jurnal Fropil
Vol 3 Nomor 1 Januari-Juni 2015
Tabel 9. Hasil pengujian kuat tekan pasir pantai dicuci Kode Benda Uji PC 1 PC 2 PC 3 PC 4 PC 5 PC 6
Tanggal Pembuatan 17/05/2011 17/05/2011 17/05/2011 17/05/2011 17/05/2011 17/05/2011
No. 1 2 3 4
Pengujian 20/05/2011 20/05/2011 20/05/2011 13/06/2011 13/06/2011 13/06/2011
Umur (hari)
Luas (cm2)
Berat (gram)
3 3 3 28 28 28
176,625 176,625 176,625 176,625 176,625 176,625
12553 12547 12502 12618 12609 12600
Gaya tekan
Kuat tekan
kN 285,6 285,6 265,2 397,8 397,8 377,4
MPa 16,17 16,17 15,01 22,52 22,52 21,37
Kuat Tekan Ratarata MPa 15,78
22,14
Tabel 10. Hasil rekapitulasi pengujian kuat beton Kuat tekan beton rata rata (MPa) Perlakuan Agregat halus Umur 3 hari Umur 28 hari Pasir padang baru (normal) 16,55 28,68 Pasir pantai tanpa perlakuan 10,39 16,36 Pasir pantai disiram 11,55 17,52 Pasir pantai dicuci 15,78 22,14
Nilai Slump Hasil pengamatan dari nilai slump dengan perlakuan agregat halus yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 5 yang menunjukkan bahwa pasir laut yang dicuci memiliki nilai slump paling besar karna banyaknya filer yang terbuang didalam perlakuan agregat tersebut sehingga menimbulkan daya serap air semakin berkurang.
Gambar 2. Nilai slump dengan perlakuan agregat halus yang berbeda
Kuat Tekan Beton Pengujian kuat tekan beton dilakukan di Laboratorium PU propinsi kepulauan Bangka belitung. Pada penelitian ini digunakan benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Terdapat variasi beton yang diuji yaitu beton normal,beton tanpa perlakuan, beton dengan perlakuan disiram, dan beton dengan perlakuan dicuci. Beton normal yang diuji pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan pasir gunung padang baru dan beton dengan perlakuan dengan menggunakan pasir pantai dari daerah sampur, Beton dengan pasir padang baru ini dibuat sebagai kontrol dengan tanpa adanya tambahan perlakuan yang akan menjadi pembanding terhadap beton dengan menggunakan
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung
11
Vol 3 Nomor 1 Januari-Juni 2015
Jurnal Fropil
perlakuan dengan mutu beton 17,5 MPa, Dalam penelitian ini perlakuan yang digunakan adalah tanpa perlakuan, perlakuan dicuci, dan perlakuan disiram. Adapun hasil kuat tekan ini dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Nilai kuat tekan beton dengan perlakuan agregat halus yang berbeda pada umur 3 hari
Gambar 4. Nilai kuat tekan beton dengan perlakuan agregat halus yang berbeda pada umur 28 hari
Gambar 5. Gabungan nilai kuat tekan beton dengan perlakuan agregat halus yang berbeda pada umur 3 hari dan umur 28 hari
12
Dari Gambar 9. dapat diketahui bahwa nilai kuat tekan beton pada umur 3 hari yang paling besar terdapat pada campuran beton dengan menggunakan pasir normal (pasir padang baru). Nilai kuat tekan beton pada umur 3 hari dengan pasir normal yaitu sebesar 16,55 MPa, ini berarti lebih besar dibandingkan dengan nilai kuat tekan beton dengan pasir laut dicuci, disiram dan pasir laut tanpa perlakuan, yaitu sebesar 15,78 MPa, 11,5 MPa dan 10,39 MPa.Begitu pula untuk nilai kuat tekan beton pada umur 28 hari yang paling besar juga terdapat pada campuran beton dengan menggunakan beton normal, nilai kuat tekan beton pada umur 28 hari dengan menggunakan pasir normal, yaitu sebesar 28,68MPa, nilai ini lebih besar dibandingkan dengan nilai kuat tekan beton dengan menggunakan pasir laut dicuci, disiram dan pasir laut tanpa perlakuan dengan nilai kuat tekan beton 22,14 MPa, 17,52 MPa dan 16,36 MPa, jadi dapat disimpulkan bahwa pasir laut dengan perlakuan dicuci dan disiram mencapai mutu beton yang direncanakan yaitu 17,5 MPa, dengan hasil kuat tekan beton 17,52 MPa dan 22,14 MPa. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian ini yang dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. a) Pasir Pantai Sampur memenuhi spesifikasi agregat halus yang disyaratkan yaitu masuk keriteria pasir tipe III yaitu pasir agak halus dengan modulus kehalusan 3,09, berat jenis (Bulk) 2,607, berat jenis permukaan kering jenuh 2,637, berat jenis semu
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung
Jurnal Fropil
(Apparent) 2,688 dan penyerapan (Absorbtion) 1,153. b) Pasir Pantai Sampur dengan perlakuan, dapat digunakan sebagai agregat halus karena memenuhi keriteria kuat tekan beton normal yaitu 17,5 MPa 2. a) Kuat tekan beton dengan menggunakan pasir padang baru (beton normal) menghasilkan rata-rata sebesar 28,68 MPa b) Kuat tekan beton dengan perlakuan pasir Pantai Sampur yang dicuci menghasilkan rata-rata sebesar 22,14 MPa c) Kuat tekan beton dengan perlakuan pasir Pantai Sampur yang disiram menghasilkan rata–rata 17,52 MPa d) Kuat tekan beton dengan pasir Pantai Sampur tanpa perlakuan menghasilkan nilai rata–rata paling kecil yaitu 16,36 MPa. DAFTAR PUSTAKA Dipohusodo, I., 1993, Struktur Beton Bertulang, Berdasarkan SK SNI T15-1991-03, Departemen Pekerjaan Umum RI, PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. DPU, 1986, SK SNI M-08-1989-F, 1986,: Metode Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar. Badan Penerbit P.U. Jakarta. DPU, 1989, SK SNI M-14-1989-F:, 1989, Metode Pengujian Kuat Tekan Beton, Badan Penerbit P.U. Jakarta. DPU,
1990, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal SK-SNI-T-1990-03, Departemen Pekerjaan Umum Yayasan Lembaga Penyelidikan
Vol 3 Nomor 1 Januari-Juni 2015
DPU, 1990, SNI. 03-1974-1990, Metode Pengujian Kuat Tekan Beton, Jakarta. Masalah Bangunan: Bandung. DPU, 2000, SNI. 03-2834-2000, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, Jakarta. DPU, 2008, SNI. 1972-2008 Cara uji slump Beton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. DPU, 2010, Spesifikasi Umum Pekerjaan Beton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. Kalman, M., 2008, Pemanfaatan Pasir Laut Tanjung sebagai Agregat Halus pada Campuran HRS (Hot Rolled Sheet), laporan tugas akhir, Universitas Unidayan, Baubau. Mangerongkonda, D., 2007, Pengaruh Penggunaan Pasir Laut Bangka Terhadap Karakteristik Kualitas Beton, laporan tugas akhir, Universitas Gunadarma, Depok. Mulyono, T., 2003, Teknologi Beton, Andi Offset: Yogyakarta. PBI, Umur Kuat Tekan Beton 1971,NI-2 Siregar, A.,H., 2005, Pemanfaatan Pasir Semempang dan Batu Pecah asal Ranai sebagai Bahan Pembuatan Beton Normal, laporan tugas akhir, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Stevia, A., 2009, Analisis Penggunaan Pasir Laut Sebagai Agregat Halus Terhadap Kuat Tekan Beton, laporan tugas akhir, Universitas Bengkulu, Bengkulu Tjokrodimuljo, K., 1992, Teknologi Beton, Andi Offset, Yogyakarta. Tjokrodimuljo, K., 2007, Teknologi Beton, Andi Ofset, Yogyakarta.
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung
13