PENGARUH PENGGUNAAN METODE TALKING STICK TERHADAP PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI GEDONGKIWO KECAMATAN MANTRIJERON KOTA YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh : Erni Palupi NIM 13108241043
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017
PENGARUH PENGGUNAAN METODE TALKING STICK TERHADAP PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI GEDONGKIWO KECAMATAN MANTRIJERON KOTA YOGYAKARTA Oleh: Erni Palupi NIM 13108241043 ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode Talking Stick terhadap penguasaan kosakata Bahasa Inggris pada siswa kelas V SD Negeri Gedongkiwo Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen (quasy experiment) dengan bentuk nonequivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Gedongkiwo Tahun Ajaran 2016/2017 yang terdiri dari dua kelas. Kelas V A yang berjumlah 21 siswa sebagai kelompok kontrol dan kelas V B yang berjumlah 20 siswa sebagai kelompok eksperimen. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen tes. Analisis data yang digunakan adalah uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil post-test penguasaan kosakata Bahasa Inggris siswa kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Kelompok eksperimen memiliki nilai rata-rata sebesar 82,50, sedangkan kelompok kontrol memiliki nilai rata-rata sebesar 68,19. Hasil perhitungan uji-t diperoleh nilai t sebesar 3,511 dan sig 0,001. Nilai sig 0,001 < 0,05, artinya bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang penggunaan metode Talking Stick terhadap penguasaan kosakata Bahasa Inggris pada siswa kelas V SD Negeri Gedongkiwo Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta.
Kata kunci: metode Talking Stick, penguasaan kosakata Bahasa Inggris
ii
THE EFFECT OF TALKING STICK METHOD TOWARDS THE VOCABULARY ACQUISITION OF ENGLISH IN THE FIFTH GRADE STUDENTS OF SD NEGERI GEDONGKIWO KECAMATAN MANTRIJERON KOTA YOGYAKARTA By: Erni Palupi NIM 13108241043 ABSTRACT
This research aims to know the effect of Talking Stick method towards the vocabulary acquisition of English in the fifth grade students of SD Negeri Gedongkiwo Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta. This research was a quasy experiment design with nonequivalent control group design. The population in this research were all of the students in the fifth grade students of SD Negeri Gedongkiwo that consist of two classes. 21 students on class V A as a control group and 20 students on class V B as an experiment group. Data collection techniques in this research using a test instrument. Analysis of the data using t-test. The result shows that there post-test score vocabulary acquisition of English the experiment group had an average value higher than the control group. The experiment group had an average value of 82,50, while the control group had an average value of 68,19. The calculation of t-test with t value 3,511 and sig 0,001. Sig 0,001 < 0,05, it means that Ho was rejected and Ha was accepted. In conclution, there was an effect of Talking Stick method to the vocabulary acquisition of English in the fifth grade students of SD Negeri Gedongkiwo Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta.
Key words: Talking Stick method, vocabulary acquisition of English
iii
iv
v
vi
MOTTO “The mediocre teacher tells, the good teacher explains, the superior teacher demonstrates, the great teacher inspires” (William Arthur Ward)
“Play is our brain’s favourite way of learning” (Diane Ackerman)
“The best teacher always creat fun learning and teach from the heart” (Penulis)
vii
PERSEMBAHAN
Dengan mengharap ridho Allah, sebuah karya tulis ini saya persembahkan untuk: 1.
Ibu saya, Endah Purwanti yang senantiasa memanjatkan doa untuk kesuksesan putrinya.
2.
Ayah saya, Bapak Sumardi yang senantiasa mendoakan putrinya dan memberikan teladan dalam setiap langkah putrinya.
3.
Kakak saya tersayang, Eni Sumarsih, A.Md.Per.Kes. yang telah mendoakan dan memberi warna dalam hidup saya.
4.
Almamater tercinta, Universitas Negeri Yogyakarta.
5.
Nusa, bangsa, dan agama.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Pengaruh Penggunaan Metode Talking Stick Terhadap Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Pada Siswa Kelas V SD Negeri Gedongkiwo” dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir
Skripsi
ini
dapat
diselesaikan
tidak
lepas
dari
bantuan
dan
kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1.
Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.
2.
Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar dan Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan proposal sampai selesainya Tugas Akhir Skripsi ini.
3.
Dr. Ali Mustadi, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Skripsi yang telah banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.
4.
Ani Setyaningsih, S.Pd., M.A. selaku validator instrumen penelitian skripsi yang memberikan saran sehingga penelitian dapat terlaksana sesuai tujuan.
5.
Bapak dan Ibu dosen FIP UNY yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis.
6.
Rumgayatri, S. Pd. selaku Kepala SD Negeri Gedongkiwo yang telah memberi ijin dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.
7.
Nurul Siti Fatimah, S.Pd. selaku guru Bahasa Inggris SD Gedongkiwo yang telah memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian.
8.
Siswa kelas V SD Negeri Gedongkiwo atas kerjasama dalam penelitian ini.
9.
Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi.
10. Ahmad Ismawan Irma Meilina Nurfajriati, Erthienda Mahardika Iswarawati, yang bersedia membantu proses penelitian. ix
11. Teman-teman Katul Kece angkatan 2013 yang memberikan kenangan indah di bangku perkuliahan. 12. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini. Teriring doa semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak di atas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya. Aamiin.
Yogyakarta, 5 April 2017 Penulis,
Erni Palupi NIM 13108241043
x
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i ABSTRAK ......................................................................................................... ii SURAT PERNYATAAN................................................................................... iv LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................... v LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... vi HALAMAN MOTTO ........................................................................................ vii HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... viii KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... B. Identifikasi Masalah.................................................................................. C. Batasan Masalah ....................................................................................... D. Rumusan Masalah .................................................................................... E. Tujuan Penelitian. ..................................................................................... F. Manfaat Penelitian .................................................................................... BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris ..................................................... B. Pembelajaran Bahasa Inggris .................................................................... 1. Pembelajaran Kosakata Bahasa Inggris ................................................ 2. Metode Pembelajaran Kosakata Bahasa Inggris ................................... C. Pembelajaran Bahasa Inggris di SD ......................................................... 1. Keterampilan Menyimak ...................................................................... 2. Keterampilan Berbicara ........................................................................ 3. Keterampilan Membaca ....................................................................... 4. Keterampilan Menulis .......................................................................... D. Metode Pembelajaran Talking Stick ......................................................... 1. Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Talking Stick ....................... 2. Kelebihan Metode Pembelajaran Talking Stick .................................... 3. Kelemahan Metode Pembelajaran Talking Stick................................... E. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ........................................................... F. Penggunaan Metode Talking Stick dalam Pembelajaran Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris ........................................................................... G. Penelitian yang Relevan .......................................................................... H. Kerangka Pikir .......................................................................................... I. Hipotesis.................................................................................................... xi
1 6 6 7 7 7
9 14 14 16 23 24 25 27 28 30 32 38 41 42 44 46 49 52
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian. ........................................................................................ B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... C. Populasi Penelitian .................................................................................... D. Variabel Penelitian.................................................................................... E. Definisi Operasional Variabel ................................................................... F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ................................................ G.Validitas dan Reliabilitas ........................................................................... H. Teknik Analisis Data ...............................................................................
53 54 54 55 56 56 59 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................................ B. Pengujian Hipotesis ................................................................................. C. Pembahasan ............................................................................................. D. Keterbatasan Penelitian ...........................................................................
63 81 85 106
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .............................................................................................. 107 B. Implikasi .................................................................................................. 107 C. Saran ........................................................................................................ 108 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 110 LAMPIRAN ...................................................................................................... 113
xii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Sebelum Uji Coba ....................................... 58 Tabel 2. Interpretasi Nilai r ........................................................................ 61 Tabel 3. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ........................................... 63 Tabel 4. Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian tentang Word Meaning. 64 Tabel 5. Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian tentang Writing ........... 65 Tabel 6. Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian tentang Pronunciation . 66 Tabel 7. Kisi-Kisi Instrumen Setelah Uji Coba .......................................... 67 Tabel 8. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ...................................................... 69 Tabel 9. Hasil Data Pre-test Kelompok Kontrol ......................................... 70 Tabel 10. Hasil Data Pre-test Kelompok Eksperimen ................................. 72 Tabel 11. Hasil Data Post-test Kelompok Kontrol ....................................... 76 Tabel 12. Hasil Data Post-test Kelompok Eksperimen................................. 78 Tabel 13. Data Perbandingan Skor Rata-Rata Pre-test dan Post-test Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ........................... 79 Tabel 14. Hasil Uji t Pre-test Kelompok Kontrol dan Eksperimen .............. 82 Tabel 15. Hasil Uji t Post-test Kelompok Kontrol dan Eksperimen ............ 83 Tabel 16. Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Aspek Word Meaning ............ 85 Tabel 17. Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Aspek Word Meaning .......... 89 Tabel 18. Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Aspek Writing ........................ 94 Tabel 19. Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Aspek Writing ...................... 96 Tabel 20. Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Aspek Pronunciation ............. 100 Tabel 21. Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Aspek Pronunciation ........... 103
xiii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir .............................................................. 51 Gambar 2. Desain Penelitian Eksperimen .................................................. 53 Gambar 3. Hubungan Antar Variabel ........................................................ 55 Gambar 4. Diagram Hasil Pre-test Kelompok Kontrol .............................. 71 Gambar 5. Diagram Hasil Pre-test Kelompok Eksperimen ....................... 73 Gambar 6. Diagram Hasil Post-test Kelompok Kontrol ............................ 77 Gambar 7. Diagram Hasil Post-test Kelompok Eksperimen ..................... 79 Gambar 8. Diagram Perbandingan Skor Rata-Rata Pre-test dan Post-test 80 Gambar 9. Contoh Hasil Pre-test Word Meaning Kelompok Kontrol ...... 86 Gambar 10. Contoh Hasil Pre-test Word Meaning Kelompok Eksperimen . 87 Gambar 11. Contoh Hasil Post-test Word Meaning Kelompok Kontrol .... 90 Gambar 12. Contoh Hasil Post-test Word Meaning Kelompok Eksperimen 90 Gambar 13. Diagram Perbandingan Nilai Rata-Rata Hasil Kemampuan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Aspek Word Meaning .................................................................................................. 91 Gambar 14. Contoh Hasil Pre-test Writing Kelompok Kontrol ................... 94 Gambar 15. Contoh Hasil Pre-test Writing Kelompok Eksperimen ............ 95 Gambar 16. Contoh Hasil Post-test Writing Kelompok Kontrol .................. 97 Gambar 17. Contoh Hasil Post-test Writing Kelompok Eksperimen ........ 97 Gambar 18. Diagram Perbandingan Nilai Rata-Rata Hasil Kemampuan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Aspek Writing ............... 98 Gambar 19. Contoh Hasil Pre-test Pronunciation Kelompok Kontrol........ 101 Gambar 20. Contoh Hasil Pre-test Pronunciation Kelompok Eksperimen .. 101 Gambar 21. Contoh Hasil Post-test Pronunciation Kelompok Kontrol ..... 104 Gambar 22. Contoh Hasil Post-test Pronunciation Kelompok Eksperimen 104 Gambar 23. Diagram Perbandingan Nilai Rata-Rata Hasil Kemampuan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Aspek Pronunciation .... 105
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Surat Pernyataan Validator Instrumen ................................... 114 Lampiran 2. Pedoman Penilaian Instrumen ............................................... 115 Lampiran 3. Soal Instrumen Penelitian Sebelum Uji Coba .. ..................... 116 Lampiran 4. Rubrik Soal Pronunciation Sebelum Uji Coba ...................... 121 Lampiran 5. Kunci Jawaban Instrumen Penelitian Sebelum Uji Coba ....... 122 Lampiran 6. Surat Ijin Uji Coba Instrumen Penelitian .............................. 125 Lampiran 7. Hasil Uji Validitas Instrumen ................................................. 126 Lampiran 8. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen dengan ................................ 132 Lampiran 9. Instrumen Penelitian Setelah Uji Coba ................................... 135 Lampiran 10. Rubrik Soal Pronunciation Setelah Uji Coba ........................ 142 Lampiran 11. Kunci Jawaban Instrumen Penelitian Setelah Uji Coba......... 143 Lampiran 12. Surat Ijin Penelitian .. ............................................................. 149 Lampiran 13. Data Distribusi Frekuensi Pre-test Kelompok Kontrol .......... 150 Lampiran 14. Data Distribusi Frekuensi Pre-test Kelompok Eksperimen ... 151 Lampiran 15. Hasil Uji Hipotesis (T-Test) Pre-test ...................................... 152 Lampiran 16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...................................... 153 Lampiran 17. Gambar Penelitian ................................................................. 171 Lampiran 18. Data Distribusi Frekuensi Post-test Kelompok Kontrol ........ 173 Lampiran 19. Data Distribusi Frekuensi Post-test Kelompok Eksperimen .. 174 Lampiran 20. Hasil Uji Hipotesis (T-Test) Post-test..................................... 175 Lampiran 21. Surat Ijin Telah Melakukan Penelitian .................................. 176
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang digunakan oleh berbagai negara di belahan dunia untuk berkomunikasi. Bahasa Inggris menjadi bahasa pengantar antar negara yang paling umum digunakan. Ketika seseorang berada di negara lain, maka bahasa penutur yang digunakan adalah Bahasa Inggris. Bahasa Inggris menuntut generasi muda untuk ikut serta dalam tatanan kehidupan yang semakin maju. Di Indonesia, Bahasa Inggris mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai aplikasi, game, produk makanan, dan fasilitas handphone menggunakan Bahasa Inggris. Generasi muda Indonesia harus mengikuti perkembangan zaman sehingga dapat membuka pintu kemajuan melalui kemampuan berinteraksi menggunakan Bahasa Inggris dengan bangsa lain di dunia. Oleh sebab itu, salah satu syarat supaya generasi muda dapat mengikuti arus globalisasi dan mampu bersaing dengan bangsa lain adalah mempelajari Bahasa Inggris. Mempelajari Bahasa Inggris dapat ditempuh melalui jalur pendidikan. Berdasarkan Permendikbud Nomor 81A tahun 2013, kedudukan Bahasa Inggris pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebagai muatan lokal. Sementara itu, dalam Kurikulum 2013, Bahasa Inggris menjadi kebijakan sekolah dimana pada masing-masing sekolah diberikan kebebasan untuk memasukkan Bahasa Inggris dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan keputusan sekolah.
1
Bahasa Inggris mulai diperkenalkan pada jenjang sekolah dasar (SD). Siswa SD dikenalkan kosakata Bahasa Inggris sebagai tahap awal belajar Bahasa Inggris. Siswa diharapkan dapat memahami dan menguasai keterampilan berbahasa Inggris melalui pengenalan kosakata Bahasa Inggris sejak dini. Terdapat empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills). Semakin banyak kosakata yang dikuasai, maka semakin lancar pula keterampilan dalam berbahasa. Sehingga dapat dikatakan bahwa penguasaan kosakata Bahasa Inggris sangat penting dikenalkan sejak usia SD. Bahasa Inggris merupakan bahasa kedua bagi bangsa Indonesia, termasuk bagi siswa SD. Siswa tidak terbiasa menggunakan Bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, untuk mengenalkan kosakata Bahasa Inggris, diperlukan suasana pembelajaran yang menarik perhatian siswa. Guru yang profesional memiliki peran dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Guru harus kreatif dan inovatif dalam menyampaikan materi. Guru juga harus mengemas pembelajaran dengan menyesuaikan karakteristik siswa. Guru yang kreatif dan inovatif
akan
menciptakan
pembelajaran
yang
efektif,
menarik,
dan
menyenangkan. Pembelajaran dapat dikatakan efektif, menarik, menyenangkan, apabila siswa antusias dalam belajar dan fokus pada belajarnya sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Guru dapat menerapkan berbagai inovasi metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Tentunya, penggunaan metode pembelajaran dapat divariasikan setiap harinya sehingga 2
siswa tidak merasa bosan. Selain itu, harus disesuaikan dengan kondisi, situasi, serta tujuan pembelajaran agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. Salah satu metode pembelajaran yang dapat memicu keaktifan siswa dan menciptakan pembelajaran yang menarik adalah metode Talking Stick. Metode pembelajaran Talking Stick merupakan metode pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa mencapai penguasaan materi melalui tongkat (stick). Metode pembelajaran Talking Stick diawali dengan penjelasan guru tentang materi lalu siswa mempelajari materi tersebut. Setelah mempelajari materi, guru mengambil tongkat untuk diberikan kepada peserta didik. Tongkat diputar secara bergiliran. Siswa yang mendapat tongkat harus menjawab pertanyaan dari guru (Suprijono, 2011: 109-110). Metode Talking Stick merupakan salah satu metode pendukung pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran. Siswa dituntut untuk aktif, bekerja sama dengan kelompoknya, berani mengemukakan pendapat, dan menguasai materi pelajaran. Metode tersebut dikemas dalam bentuk permainan (game) berbantu tongkat untuk menambah antusiasme belajar siswa. Metode ini juga diiringi dengan musik. Pemilihan musik dalam metode ini adalah musik yang gembira, ceria, dan penuh motivasi. Berdasarkan hasil observasi terhadap pembelajaran Bahasa Inggris di kelas V SD Negeri Gedongkiwo pada tanggal 23 Januari 2016, diketahui bahwa metode yang digunakan guru adalah ceramah berrvariasi. Guru menerangkan materi pelajaran lalu siswa duduk mendengarkan. Kemudian, guru berdiskusi dengan melakukan tanya jawab dengan siswa. Pemberian materi memuat empat 3
keterampilan berbahasa, yaitu membaca (reading), menulis (writing), menyimak (listening), dan berbicara (speaking). Guru memberikan kosakata kepada siswa, lalu meminta siswa untuk membaca dan menulis ulang kosakata Bahasa Inggris beserta artinya di buku tulis. Sementara itu, dalam hal keterampilan menyimak dan berbicara, guru memberikan contoh pengucapan kosakata, lalu siswa menirukan. Hasil observasi menunjukkan bahwa 70% dari 41 siswa kesulitan dalam menjawab pertanyaan dari guru dan motivasi siswa dalam menguasai kosakata Bahasa Inggris rendah. Gejala ini ditandai dengan ciri-ciri antara lain: (1) sebagian besar siswa asyik berbicara dengan teman ataupun bermain sendiri ketika pelajaran berlangsung, (2) beberapa siswa keluar masuk kelas dan jalanjalan di kelas, (3) siswa pasif dan tidak memperhatikan guru ketika menyampaikan materi, (4) menggerutu dan tidak mengerjakan tugas dari guru, (5) tidak bisa menjawab pertanyaan terkait arti kosakata dari guru. Hal tersebut berdampak pada rendahnya penguasaan kosakata Bahasa Inggris sehingga kurang berkembang dengan maksimal. Hasil wawancara dengan guru Bahasa Inggris pada tanggal 23 Januari 2017 menunjukkan bahwa masih ada beberapa siswa mendapat nilai C (64-75) pada nilai rapor semester 1 tahun ajaran 2016/2017 mata pelajaran Bahasa Inggris. Siswa cenderung kesulitan dalam menguasai kosakata berbahasa Inggris, terutama dalam hal menghafal, menulis, dan membaca kosakata Bahasa Inggris. Siswa belum hafal arti suatu kosakata. Cara baca kosakata Bahasa Inggris berbeda dengan bahasa yang digunakan siswa dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa
4
kesulitan melafalkan kosakata dengan benar. Penulisan huruf dalam kosakata juga masih terbalik. Rendahnya motivasi dan nilai siswa dalam menguasai kosakata Bahasa Inggris disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kurangnya variasi metode pembelajaran dalam pelajaran Bahasa Inggris. Selama ini, guru menggunakan metode ceramah bervariasi dan belum pernah menggunakan variasi metode lain, termasuk metode Talking Stick. Pendekatan pembelajaran yang didominasi oleh guru (teacher centered) membuat siswa pasif, kurang tertarik mengikuti pelajaran, bosan, dan tidak memperhatikan guru. Siswa kurang terlibat dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa kurang bersemangat belajar. Pembelajaran tidak dikemas dalam bentuk permainan yang menarik perhatian siswa. Inovasi metode pembelajaran menjadi poin penting dalam mencapai kesuksesan belajar. Belajar kosakata memerlukan inovasi metode yang sesuai dengan karakteristik siswa sehingga siswa antusias belajar Bahasa Inggris. Menurut Susanto (2013: 86), karakteristik siswa SD adalah suka bermain dan gemar membentuk kelompok sebaya. Metode Talking Stick menempatkan siswa pada kelompok belajar untuk menguasai materi melalui pembelajaran yang berbentuk games (permainan). Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh penggunaan metode pembelajaran Talking Stick terhadap penguasaan kosakata Bahasa Inggris pada siswa kelas V SD Negeri Gedongkiwo Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta.
5
B. Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang di atas, beberapa masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut. 1.
Rendahnya motivasi dan nilai siswa kelas V SD Negeri Gedongkiwo dalam menguasai kosakata Bahasa Inggris
2.
Kosakata Bahasa Inggris bagi siswa kelas V SD Negeri Gedongkiwo merupakan kosakata yang cara membaca dan penggunaannya berbeda dengan bahasa yang digunakan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Belum digunakannya metode Talking Stick sebagai inovasi metode pembelajaran dalam pelajaran Bahasa Inggris pada siswa kelas V SD Negeri Gedongkiwo.
4.
Banyak siswa kelas V SD Negeri Gedongkiwo yang kurang termotivasi dan kurang tertarik mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris.
5.
Belum diketahuinya pengaruh metode Talking Stick terhadap penguasaan kosakata Bahasa Inggris pada siswa kelas V SD Negeri Gedongkiwo.
C. Batasan Masalah Dari beberapa masalah yang telah diidentifikasi di atas, tidak semuanya diteliti. Penelitian ini dibatasi pada permasalahan yang pertama dan kelima. Permasalahan yang pertama yaitu rendahnya motivasi dan nilai siswa dalam menguasai kosakata Bahasa Inggris dan permasalahan yang kelima yaitu belum diketahuinya pengaruh metode Talking Stick pada pembelajaran Bahasa Inggris di kelas V SD Negeri Gedongkiwo. 6
D. Rumusan masalah Rumusan masalah yang diupayakan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh yang penggunaan metode Talking Stick terhadap penguasaan kosakata Bahasa Inggris pada siswa kelas V SD Negeri Gedongkiwo Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta?
E. Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode Talking Stick terhadap penguasaan kosakata Bahasa Inggris pada siswa kelas V SD Negeri Gedongkiwo Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta.
F. Manfaat penelitian Beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat menambah referensi dan bahan kajian dalam mengembangkan metode Talking Stick yang diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Inggris serta pengaruh yang bisa terjadi akibat penggunaan metode Talking Stick yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris di SD. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru, diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh penggunaan metode Talking Stick terhadap penguasaan kosakata Bahasa 7
Inggris. Hasil penelitian juga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi para guru untuk meningkatkan variasi metode mengajar dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris. b. Bagi sekolah, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pihak sekolah dalam usaha menciptakan pembelajaran Bahasa Inggris yang kreatif, menarik, dan menyenangkan dilihat dari sudut pandang metode mengajar guru dalam proses belajar dan mengajar. c. Bagi mahasiswa, hasil penelitian dapat memberi informasi dan pengetahuan yang bermanfaat serta dapat digunakan kelak ketika menjadi guru SD, khususnya yang berhubungan dengan metode mengajar dalam pembelajaran Bahasa Inggris.
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Kosakata berarti perbendaharaan kata. Tarigan (2011: 2) mengatakan bahwa “kualitas keterampilan berbahasa seseorang bergantung kepada kuantitas dan kualitas kosakata yang dimilikinya. Semakin kaya kosakata yang kita miliki, semakin besar pula kemungkinan kita terampil berbahasa”. Sehingga, seseorang akan terampil berbahasa seiring dengan jumlah kosakata yang dimiliki. Ada beberapa hal yang dipelajari dalam menguasai kosakata. Davies (2000: 60) mengemukakan bahwa The aspect of new Vocabulary items that you may need to know about and learners may need to learn are similar to those of other new language items such as grammatical patterns or functional expressions. Essentially, these aspects are meaning, use in communication, pronunciation, and spelling, and grammar. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa aspek kosakata baru yang diperlukan siswa adalah meaning yaitu arti kata, use in communication yaitu penggunaan kata dalam komunikasi, pronunciation yaitu pengucapan, spelling berarti ejaan, dan grammar yang mempelajari tentang tata bahasa. Sehingga, untuk menguasai kosakata Bahasa Inggris, siswa harus mengenal kata, arti kata, hafal, dapat melafalkan, mengeja, dan menulis kosakata. Sementara itu, Harmer (2001: 16) mengatakan pendapatnya bahwa hal yang dipelajari dalam kosakata antara lain word meaning, extend their use, word combine, dan grammar of word. Word meaning mempelajari arti kata, extend their use berkaitan dengan penggunaan kosakata, word combine mempelajari kombinasi kata, dan grammar of word 9
mempelajari tentang tata bahasa. Brewster (2002: 81) mengatakan bahwa hal yang dipelajari dalam kosakata adalah form, pronunciation, word meaning, and usage. Lebih lanjut, Brewster (2002: 88) menjelaskan bahwa bagian form berkaitan dengan: 1) listening and repeating, 2) listening for specific phnological information (consonant and vowel sounds, number of syllable, stress pattern), 3) looking at or observing the written form (shape, first and last letters, letters clusters, spelling), 4) noticing grammatical information, 5) copying and organizing.
Mempelajari kosakata Bahasa Inggris bagi siswa SD berada pada tahap pengenalan kosakata dasar. Menurut Tarigan (2011: 3), “kosakata dasar (basic vocabolary) adalah kata-kata yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa lain”. Contoh dari kosakata dasar adalah istilah kekerabatan seperti ayah, ibu, kakek, nenek, bibi, paman, adik. kata-kata tersebut tidak berubah dalam penggunaannya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi siswa dalam menguasai bahasa kedua. Menurut White (dalam Brewster, 2002: 81-83), faktor tersebut antara lain: 1. Demonstrability Demonstrability atau mendemonstrasikan, memiliki makna bahwa siswa lebih mudah memahami kosakata apabila kosakata didemonstrasikan dengan dunia nyata. Contohnya, kosakata car lebih mudah dipahami daripada kosakata abstrak seperti transport. 2. Similarity to L1 Ada beberapa kosakata yang hampir sama dengan bahasa ibu. Misalnya, mommy yang merupakan kosakata Bahasa Inggris yang mirip dengan mami yang 10
merupakan kosakata Bahasa Indonesia. Siswa lebih mudah memahami kosakata yang hampir sama dengan bahasa ibu daripada kata yang jauh berbeda dengan bahasa ibu. 3. Brevety Brevety atau meringkas kata lebih mudah dihafal daripada kata yang panjang. Misalnya, kata plane lebih mudah dihafal daripada aeroplane. 4. Regularity of form Bentuk kata yang beraturan akan lebih mudah dihafal daripada kata yang tidak beraturan. Contohnya, kata apple dengan kata majemuk apples akan lebih mudah dihafal daripada kata foot yang memiliki kata majemuk feet. 5. Learning load Learning load berarti menghubungkan kata baru dengan kata yang sudah dipelajari. Misalnya, siswa lebih mudah mempelajari kata bedroom apabila sebelumnya telah mengetahui kata bed dan room. 6. Opportunism Siswa lebih mudah memahami kosakata yang dekat dengan lingkungan siswa daripada kosakata yang jauh dari lingkungan siswa. Misalnya, kosakata yang ada dalam lingkungan kelas. 7. Centres of interest Siswa lebih mudah memahami kosakata pada hal-hal yang menarik bagi siswa daripada kosakata yang tidak menarik bagi siswa. Mengenalkan kosakata Bahasa Inggris memerlukan penyesuaian bahasa bagi siswa sebab Bahasa Inggris merupakan bahasa kedua yang tidak pernah 11
siswa gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa mempelajari kosakata baru, arti kata, penggunaan dalam komunikasi, ucapan, ejaan, dan penulisan dalam Bahasa Inggris. Ejaan, pengucapan, maupun tulisan yang digunakan dalam Bahasa Inggris sangat berbeda dengan Bahasa Indonesia yang digunakan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, diperlukan cara untuk memudahkan siswa belajar kosakata. Menurut Tarigan (2011: 5), ada dua cara yang digunakan oleh anak-anak ketika mempelajari kata-kata, antara lain sebagai berikut: 1) mendengar kata-kata tersebut dari: orangtua, anak-anak yang lebih tua, teman sepermainan, televisi dan radio, tempat bermain, toko, pusat perbelanjaan, 2) mengalaminya sendiri: mereka mengatakan benda-benda, mereka memakannya, mereka merabanya, mereka menciumnya, mereka meminumnya. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapatnya Izzan (2010: 26) yang mengatakan bahwa ketika seorang anak mempelajari bahasa kedua, maka tahap yang harus dilalui adalah tahap pengenalan, pendengaran, dan pengucapan. Siswa dikenalkan kosakata, mendengarkan, lalu melafalkan dengan cara menirukan contoh ucapan yang disampaikan orang lain. Guru menyajikan materi kepada siswa, sementara itu siswa menyimak materi dari guru. Siswa diminta untuk meniru pengucapan dan penulisan kosakata. Setelah siswa paham, guru meminta siswa untuk mempraktikannya dalam kegiatan komunikasi. Langkah-langkah yang dianjurkan Celce-Murcia & Rosenswweig (Izzan, 2010: 95) dalam mengajar kosakata Bahasa Inggris antara lain sebagai berikut: 1.
Pemberian konteks Guru memberi arti makna kata dengan salah satu atau beberapa teknik. Guru
menyajikan kosakata beserta artinya sebagai langkah awal pemberian konteks. 12
Guru dapat menggunakan teknik pembelajaran. Misalnya, guru mengajak siswa dalam kegiatan diskusi bersama tentang kata dan artinya. Guru menuliskan kosakata tersebut di papan tulis. 2.
Pengulangan kata Siswa mengulang lafal kata tanpa konteks sampai mereka mampu
melafalkanya dengan cukup baik. Pada tahap pengulangan kata, siswa mengulang kosakata yang telah diajarkan guru. Siswa belajar melafalkan kosakata tersebut. 3.
Pengecekan arti kata Pengecekan arti kata dapat dilakukan dengan memberi pertanyaan mengenai
arti suatu kata. Guru dapat menunjuk siswa, memberi pertanyaan seputar arti kata. Guru dapat mengetahui apakah siswa sudah mengetahui arti kata atau belum dari jawaban siswa. 4.
Penggunaan kata dalam konteks situasi yang bermacam-macam Guru dapat melatih siswa dalam menggunakan kosakata dalam situasi yang
bermacam-macam. Misalnya, ketika kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris. Guru mencoba menggunakan kosakata baru ke dalam kegiatan pembelajaran. Guru menghubungkan kosakata dengan kehidupan nyata siswa. 5.
Pemberian kalimat contoh atau model Guru memberi contoh kalimat yang mengingatkan siswa tentang bagaimana
menggunakan kosakata dalam konteks yang benar. Siswa disajikan contoh penggunaan kosakata dalam suatu kalimat. Dari sini, siswa menjadi paham dan dapat menggunakan kosakata tersebut ke dalam kalimat yang benar.
13
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk dapat menguasai kosakata Bahasa Inggris, ada beberapa teknik yang dapat dilakukan guru. Guru menyajikan kosakata beserta artinya dan cara pengucapannya. Sementara itu, siswa mendengarkan dan menyimaknya. Guru meminta siswa untuk meniru dan mengulang kata tersebut Kemudian, guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengecek arti kata dan pengucapan kata. Siswa mempraktikkan penggunaan kosakata dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa tahap yang telah dikemukakan di atas terdapat pada metode Talking Stick. Tahaptahap tersebut antara lain: 1) siswa menyimak kosakata ketika guru menyampaikan materi atau memberikan konteks kosakata, 2) siswa mengulang arti kosakata, penulisan kosakata, dan meniru pengucapan kosakata ketika belajar kelompok, 3) guru melakukan pengecekan arti kata saat siswa dalam posisi melingkar dan guru memberikan pertanyaan seputar materi kepada siswa. Mengacu pada pendapatnya Davies, Harmer, dan Brewster yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini membatasi penguasaan kosakata pada bagian word meaning, form pada bagian writting, dan pronunciation. Word meaning membahas tentang arti kosakata. Writting mempelajari tentang penulisan kata. Pronunciation membahas tentang pengucapan atau pelafalan kosakata.
B. Pembelajaran Bahasa Inggris 1.
Pembelajaran Kosakata Bahasa Inggris Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat.
Menurut Izzan (2010: 2), “bahasa merupakan sistem lambang-lambang (simbol14
simbol) berupa bunyi yang digunakan oleh sekelompok orang atau masyarakat tertentu untuk berkomunikasi dan berinteraksi”. Bahasa terbentuk dari kesepakatan masyarakat untuk menjadikan simbol berupa bunyi sebagai sarana komunikasi yang telah diwariskan secara turun-temurun pada suatu daerah. Sebagai akibatnya, bahasa pada satu daerah dengan daerah lain menjadi berbeda. Bahasa Inggris menjadi bahasa yang telah disepakati untuk digunakan sebagai alat komunikasi dalam lingkup dunia internasional. Bahasa Inggris menjadi media penghubung antar negara yang paling umum digunakan untuk berinteraksi. Kedudukan Bahasa Inggris bagi bangsa Indonesia bukan sebagai bahasa
pertama,
melainkan
sebagai
bahasa
kedua.
Sebagaimana
yang
dikemukakan oleh Izzan (2010: 22) bahwa “belajar bahasa yang bukan bahasa pertama ini disebut bahasa kedua atau asing”. Bahasa Inggris bukan alat komunikasi pertama dan utama di Indonesia dan bahasa resmi negara Indonesia adalah Bahasa Indonesia. Menguasai suatu bahasa tidak terlepas dari kepemilikan kosakata. Kosakata merupakan kata-kata atau pembendaharaan kata. Memperbanyak penguasaan kosakata dan menerapkannya dalam kalimat-kalimat sederhana menjadi dasar yang sangat penting bagi anak dalam memperkaya gagasan berpikir yang akan meningkatkan kemampuan berbahasa (Mustadi, 2009: 7). Semakin banyak kosakata yang dimiliki, maka semakin berkembang kompetensi berbahasanya. Mempelajari kosakata Bahasa Inggris dapat diperoleh melalui beberapa cara. “Dilihat dari settingnya, ada dua tipe pembelajar bahasa menguasai bahasa target (bahasa yang ingin dikuasainya), yaitu bahasa yang dikuasai secara formal 15
(pembelajaran) dan bahasa yang dikuasai secara informal (pemerolehan)” (Pringgawidagda, 2002: 21). Belajar secara formal berarti bahwa belajar dilaksanakan di dalam kelas yang melibatkan banyak pihak, seperti guru, siswa, dan seperangkat kegiatan pembelajaran. Anitah (2009: 1.18 ) mengatakan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Lingkungan belajar merupakan suatu sistem yang terdiri dari unsur tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru”. Belajar secara formal memiliki unsur rencana kesengajaan dan terdapat tujuan tertentu. Sementara itu, bahasa yang dikuasai secara informal memiliki arti bahwa belajar diperoleh dari lingkungannya tanpa melalui perencanaan yang matang. Belajar bahasa dapat diperoleh dari lingkungan sosial sekitar. Misalnya, dari teman sebaya dan keluarga. 2.
Metode Pembelajaran Kosakata Bahasa Inggris Metode dalam Bahasa Inggris disebut dengan method yang berarti cara.
Menurut Joni (dalam Anitah, dkk., 2009: 1.24), “metode adalah berbagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu”. Metode memiliki sifat prosedural sehingga mengandung cara atau langkahlangkah tertentu yang digunakan dalam mencapai tujuan. “Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan fungsinya dan merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran” (Uno & Mohamad, 2011: 7). Sejalan dengan pendapat tersebut, Djamarah & Zain (2010: 74) mengatakan bahwa “metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan”. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan 16
bahwa metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran memiliki peran penting dalam mencapai kesuksesan pembelajaran. “Metode diperlukan dalam rangka untuk mencapai tujuan pembelajaran, di mana dengan metode tersebut dapat memudahkan siswa menerima dan memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru” (Susanto, 2013: 44). Penggunaan metode pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan mata pelajaran, materi pelajaran, dan tujuan pembelajaran. Semua mata pelajaran membutuhkan metode, termasuk pula dalam pelajaran Bahasa Inggris. Bahasa Inggris bukanlah bahasa yang digunakan oleh bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa resmi yang digunakan di negara Indonesia adalah Bahasa Indonesia. Harmer (2001: 1) mengatakan bahwa: Although English is not the language with the largest number of native or ‘first’ language speakers, it has become a lingua franca. A lingua franca can be defined as a language widely adopted for communication between two speakers whose native languages are different from each other’s and where one or both speakers are using it as a ‘second’ language. Bahasa
Inggris menjadi
bahasa
yang paling umum
digunakan
untuk
berkomunikasi di dunia meskipun Bahasa Inggris bukanlah bahasa ibu terbesar di dunia. Bahasa Inggris menjadi bahasa perhubungan dalam berkomunikasi di antara dua pembicara yang bahasa ibunya berbeda dan sama-sama menempatkan Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Sementara itu, “a second language (SL) context is one where the target language is the language of communication in the society (such as English in the UK or Spanish in Mexico)” (Nunan, 2003: 54). Pendapat tersebut mengemukakan bahwa bahasa kedua merupakan salah satu dari 17
bahasa sasaran yang digunakan sebagai alat komunikasi di kalangan masyarakat. Bahasa kedua biasa digunakan oleh imigran, maupun siswa yang bertaraf sekolah internasional untuk berkomunikasi. Kedudukan Bahasa Inggris di Indonesia bukan sebagai bahasa ibu, melainkan sebagai bahasa kedua. Bahasa Inggris bukanlah bahasa utama yang digunakan untuk berkomunikasi bagi bangsa Indonesia. Menurut Brewster (2002: 20), “L1 and L2 acquisition processes are very similar, although many of learning conditions are very different”. Pemerolehan bahasa ibu dan bahasa kedua samasama melalui proses meniru dari orang lain. Belajar bahasa kedua maupun bahasa asing membutuhkan perkembangan kognitif yang lebih dari belajar bahasa ibu. Kondisi belajar bahasa ibu merupakan hal yang kontekstual dan siswa memiliki motivasi yang tinggi. Sedangkan belajar bahasa kedua merupakan hal yang dekontekstual dan motivasi siswa rendah. Oleh sebab itu, mempelajari Bahasa Inggris yang kedudukannya sebagai bahasa kedua bagi bangsa Indonesia memerlukan suatu cara agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. Berikut metode yang dapat digunakan untuk mempelajari Bahasa Inggris. a. Metode penerjemahan tata bahasa (grammar-translation method) Metode penerjemahan tata bahasa atau grammar-translation method menekankan pada bagaimana membuat siswa menguasai aturan-aturan tata bahasa dan kosakata dengan memberikan daftar kosakata dan artinya kepada siswa untuk digunakan di dalam membaca teks tertulis dalam pelajaran (Ghazali, 2010: 93). Sehingga, fokus pembelajaran ada pada daftar kosakata disertai artinya. Menurut Brown (2007: 17), kelas diajar dengan menggunakan bahasa ibu, dan sedikit 18
sekali penggunaan bahasa asing. Siswa dilatih menerjemahkan tata bahasa dari bahasa ibu ke bahasa asing atau sebaliknya. Siswa disajikan kosakata, dijelaskan makna kosakatanya, kemudian digunakan dalam kegiatan pelajaran. b.
Metode langsung (direct method) Metode langsung memfokuskan pada keterampilan menyimak dan
berbicara. Sementara itu, keterampilan menulis kurang berkembang. Guru menyajikan kata dan frase langsung dalam bahasa kedua atau asing, tanpa disertai maknanya. Siswa belajar dalam kegiatan diskusi bersama guru. “Kegiatan belajar bahasa dalam metode langsung menekankan pada hubungan langsung antara kata dan frase dengan benda dan tindakan, tanpa perlu menggunakan bahasa siswa sama sekali” (Ghazali, 2010: 93-94). Siswa membuat kesimpulan sendiri terkait tata bahasa yang benar melalui kegiatan diskusi atau tanya jawab. c.
Metode membaca Metode membaca melatih siswa untuk terampil membaca kosakata dalam
Bahasa Inggris. Siswa belajar pengucapan dan cara baca yang baik. Menurut Ghazali (2010: 94), metode membaca mendorong siswa untuk menguasai kemampuan membaca teks dalam bahasa asing. Siswa disajikan kosakata dalam teks bacaan sederhana, kemudian siswa berlatih membaca dengan bimbingan guru. Guru mendampingi dan memfasilitasi siswa dalam berlatih membaca kosakata. d.
Metode audiolingual (audiolingual method) atau ALM Metode audiolingual (audiolingual method) menekankan pada bahasa lisan,
contohnya kegiatan pengucapan kata, maupun menirukan dialog. Menurut Harmer 19
(2001: 79), “audio-lingualism relied heavily on drills to form these habits; subtitution was built into these drills so that, in small steps, the student was constantly learning and, moreover, was shielded from the possibility of making mistakes by the design of the drill”. Metode audiolingual sangat bergantung pada pengulangan (drill) untuk membentuk kebiasaan, siswa dapat belajar secara konstan dan meminimalisir kesalahan dari desain pengulangan tersebut. Pembelajaran memberikan perhatian besar terhadap pelatihan-pelatihan atau drill. Siswa belajar dari kesalahan yang dikerjakan pada saat latihan drill. e.
Metode pengajaran bahasa komunikatif atau communicative language teaching (CLT) Metode ini memandang pembelajaran bahasa sebagai alat untuk
berkomunikasi. Belajar bahasa adalah belajar menerapkan bahasa, bukan sekedar mempelajarinya. Hal tersebut sesuai dengan pendapatnya Prator & Celce-Murcia (dalam Brown, 2007: 20), yang mengatakan bahwa metode CLT tidak hanya mengajak siswa memperkenalkan kaidah, pola, definisi, dan pengetahuan lain “tentang” bahasa, tetapi juga mengajar siswa untuk berkomunikasi secara lugas, spontan, dan bermakna dalam bahasa kedua. Sehingga, metode ini disebut dengan metode pengajaran bahasa komunikatif. f.
Metode the silent way Metode ini dikemukakan oleh Caleb Categno. Guru tidak banyak berkata
sehingga metode ini dinamakan the silent way. Menurut Harmer (2001: 88), “one of the most notable features of the Silent Way is the behaviour of the teacher who, rather than entering into conversation with the students, says as little as 20
possible”. Salah satu ciri dari metode The Silent Way adalah peran guru, dimana guru mengikuti diskusi siswa namun guru berkata sedikit mungkin. Siswa meniru guru, dan guru akan diam jika siswa benar. Guru hanya berperan sebagai pengevaluasi kesalahan siswa. g.
Suggestopaedia Metode ini dikembangkan oleh Georgi Lozanov. “Suggestopaedia sees the
physical sorroundings and athmosphere of the classroom as of vital importance” (Harmer, 2001: 89). Metode suggestopaedia memandang bahwa lingkungan alam sekitar dan suasana kelas memiliki peran penting dalam kegiatan belajar mengajar. Metode ini diawali dengan diskusi yang mengantarkan siswa menuju materi pelajaran. Guru memutar musik agar siswa dapat rileks ketika guru memberi materi dialog. Tujuan pembelajaran dapat dicapai melalui pemilihan metode pembelajaran yang tepat. Prinsip pemilihan metode pembelajaran Bahasa Inggris diperlukan supaya proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan maksimal. Menurut Davies (2000: 12), “more important for successful language teaching and learning are other, less tangible, conditions, for example, plenty of opportunities for learners to participate in class and an atmosphere in which they feel motivated to learn”. Pendapat tersebut mengungkapkan bahwa hal penting dalam mencapai kesuksesan mengajar dan belajar bahasa, sebagai contohnya adalah memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada siswa untuk berpartisipasi di kelas dan suasana yang membuat siswa termotivasi untuk belajar.
21
Metode pembelajaran hendaknya memperhatikan tingkat keikutsertaan siswa dalam belajar. Semakin siswa dilibatkan dalam kegiatan belajar, maka siswa akan semakin aktif mengikuti proses belajar. Siswa tidak diam, melainkan aktif belajar. Kemampuan berpikir, pemerolehan wawasan dan keterampilannya menjadi berkembang. Selain itu, hendaknya turut diperhatikan penciptaan suasana kelas. Kondisi kelas yang menyenangkan, menarik, penuh kenyamanan, dan tidak menegangkan, akan membuat siswa termotivasi belajar. Misalnya, melalui games, ice breaking, maupun nyanyian. Metode tersebut hendaknya disesuaikan dengan karakteristik siswa. Nunan (2003: 8), mengungkapkan beberapa prinsip untuk metode pengajaran bahasa: 1) Focus on the learner Metode pembelajaran Bahasa Inggris hendaknya berorientasi pada siswa (student centered), bukan didominasi oleh guru (teacher centered). Siswa menjadi fokus utama dalam kegiatan belajar. Sementara itu, guru berperan sebagai pendamping dan membimbing siswa dalam belajar. 2)
Develop your own personal methodology Seorang guru memiliki gaya mengajar yang berbeda-beda. Guru hendaknya
mengembangkan kemampuannya dalam memilih metode pembelajaran. Guru mengembangkan kemampuannya terbaiknya dalam mengajar berdasarkan situasi dan keadaan. 3)
Build instructional sequence based on a pretask, task, and follow-up cycle Metode pembelajaran yang baik dapat membangun urutan kegiatan
pembelajaran, mulai dari penjajakan, penugasan, dan keberlanjutan dari tugas. 22
Penjajakan dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan membuat skema hubungan dengan topik yang akan dipelajari. Setelah terbentuk skema baru, siswa diberikan tugas dengan disertai tindak lanjut. Tindak lanjut dari tugas bertujuan untuk memberikan umpan balik dari siswa tentang pengalaman belajarnya, untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa, dan untuk memberikan refleksi terhadap penugasan, sekaligus sebagai bahan evaluasi. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa menguasai Bahasa Inggris dapat didukung dengan memperbanyak kosakata. Mempelajari Bahasa Inggris yang kedudukannya di Indonesia sebagai bahasa kedua, memerlukan metode dengan memperhatikan prinsip-prinsip metode seperti memperhatikan partisipasi siswa di kelas dan suasana yang membuat siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Dengan memilih metode yang tepat, maka tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik.
C. Pembelajaran Bahasa Inggris di SD Mempelajari Bahasa Inggris dapat ditempuh melalui jalur pendidikan. Pada kurikulum 2013, Bahasa Inggris tidak diterapkan sebagai pembelajaran wajib di sekolah. Masing-masing sekolah bebas memasukkan Bahasa Inggris dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan keputusan masing-masing sekolah. Sementara itu, pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kedudukan Bahasa Inggris adalah sebagai muatan lokal. SD Gedongkiwo menempatkan Bahasa Inggris menjadi mata pelajaran yang wajib diikuti oleh siswa dan pelaksanaannya ada dalam jam pelajaran sekolah. 23
Pembelajaran Bahasa Inggris pada jenjang SD berada pada tahap pengenalan bahasa. “For elementary and intermediate learners, teachers should use material that is at a suitable level” (Nunan, 2003: 144). Guru memberikan materi Bahasa Inggris bagi siswa SD pada level yang sepantasnya. Oleh sebab itu, kegiatan pembelajaran difokuskan pada tahap pengenalan kosakata Bahasa Inggris. Mengenalkan kosakata sejak usia SD menjadikan bekal siswa dalam mengembangkan kemampuan berbahasa. “Pada prinsipnya, tujuan pengajaran bahasa adalah agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil menyimak, terampil berbicara, membaca, dan menulis” (Tarigan, 2011: 2). Dengan demikian, pembelajaran Bahasa Inggris ditekankan pada keempat keterampilan tersebut. 1.
Keterampilan Menyimak (listening skills) Menyimak merupakan suatu kegiatan mendengarkan dan memperhatikan
secara sengaja tentang suatu hal dari orang lain secara lisan. “Keterampilan menyimak adalah suatu bentuk keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif” (Iskandarwassid & Sunendar, 2013: 227). Seseorang akan menerima dan memahami informasi yang diperolehnya melalui menyimak. Menyimak tidak hanya
mendengarkan,
melainkan
juga
menghubungkan
informasi
yang
diperolehnya dengan memori yang ada didalam otak. Nunan (2003: 24) mengatakan bahwa “as people listen, they process not only what they hear but also connect it to other information they already know”. Seorang penyimak yang baik akan memproses apa yang didengarnya dan menghubungkan dengan pengetahuan atau pengalaman yang diperoleh sebelumnya.
24
Ada beberapa kegiatan dalam keterampilan menyimak. Menurut Logan [et all] (dalam Tarigan, 2008: 63) mengemukakan tahap-tahap menyimak sebagai berikut: a) tahap mendengar, b) tahap memahami, c) tahap menginterpretasi, d) tahap mengevaluasi, dan e) tahap menanggapi. Pada tahap mendengar, seseorang mendengarkan ujaran yang disampaikan oleh pembicara. Setelah mendengarkan, pendengar mencoba untuk memahami ujaran tersebut dengan mencari arti isi pembicaraan. Kemudian, pendengar menginterpretasi atau menafsirkan isi ujaran tersebut. Mulailah pendengar menilai ujaran dengan melihat sisi keunggulan dan kelemahan pembicara. Tahap terakhir adalah tahap menanggapi ujaran pembicara. Menyimak merupakan tahap pertama dalam mempelajari bahasa. Siswa usia SD dapat mengenal kosakata baru melalui proses menyimak. Materi menyimak kosakata Bahasa Inggris pada siswa SD berada pada tahap mendengar dan memahami. Siswa SD mendengar kosakata baru dari guru dan memahami arti kosakata baru tersebut. “Kegiatan menyimak dan memahami (listening comprehension) merupakan salah satu kunci kemajuan dan penguasaan Bahasa Inggris” (Djiwandono, 2009: 4). Dengan demikian, keterampilan menyimak menjadi tahap awal siswa menguasai kosakata Bahasa Inggris. 2.
Keterampilan Berbicara (speaking skills) Keterampilan berbicara merupakan salah satu dari keempat keterampilan
berbahasa. “Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain” (Iskandarwassid &
25
Sunendar, 2013: 241). Pendengar dapat mengetahui pesan yang akan disampaikan oleh pembicara melalui keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara memerlukan perbendaharaan kosakata yang telah dikenal siswa melalui kegiatan menyimak. Semakin seseorang kaya akan kosakata, semakin lancar pula dalam berbicara, dan sebaliknya. Ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan agar terampil berbicara. Harmer (2001: 271-276) merangkum beberapa aktivitas yang bisa digunakan dalam kegiatan berbicara sebagai berikut: 1) acting from a script atau bermain akting dengan menghafalkan naskah, 2) communication games atau game komunikatif, 3) discussion, 4) prepared talks, 5) questionnaires, 6) simulation and role play atau simulasi dan bermain peran, 7) the roles of the teacher. Beberapa aktivitas yang dikemukakan pada pendapat tersebut ada didalam metode pembelajaran Talking Stick. Metode Talking Stick termasuk metode pendukung pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif, dibentuk beberapa kelompok diskusi. Secara berkelompok, siswa dapat berlatih cara pengucapan kosakata Bahasa Inggris. Metode Talking Stick dikemas dalam bentuk communication games atau permainan komunikatif sehingga metode ini sangat menyenangkan bagi siswa. Menurut Sani (2015: 279), permainan yang dilakukan siswa di dalam kelas menuntut keaktivan berbicara sehingga rasa malu dan takut salah dapat dihilangkan secara perlahan-lahan. Games dalam metode ini ditunjukkan dalam tahap-tahap metode Talking Stick, dimana siswa mempelajari materi, lalu tongkat digulirkan dari satu siswa ke siswa yang lain. Siswa melakukan kegiatan questionnaires dimana guru memberikan pertanyaan kepada 26
siswa secara mendadak berdasarkan letak berhentinya tongkat (stick). Siswa diberikan waktu untuk menjawab pertanyaan guru. Siswa dilatih untuk terampil berbicara melafalkan kosakata Bahasa Inggris melalui aktivitas tersebut. 3.
Keterampilan Membaca (reading skills) Keterampilan membaca merupakan keterampilan penting dalam berbahasa.
Mackey (dalam Iskandarwassid & Sunendar, 2013: 246) melihat hubungan antara membaca dengan pengajaran bahasa sebagai “although this involves neither listening to the language nor speaking it, reading is an important means of maintaining contact with a second language”. Menurut pendapat tersebut, keterampilan membaca merupakan keterampilan penting dalam bahasa kedua. Keterampilan membaca dapat menambah pengetahuan. “Tujuan seseorang membaca adalah untuk mengerti atau memahami isi pesan yang terkandung dalam suatu bacaan seefisien mungkin” (Izzan, 2010: 80). Kegiatan membaca dapat mengembangkan wawasan pengetahuan manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu dan dari yang tidak mengerti menjadi mengerti. Keterampilan membaca dalam Bahasa Inggris pada siswa SD berada pada tahap pengenalan cara baca. Sebagai bahasa asing, Bahasa Inggris memiliki ejaan dan pengucapan yang berbeda dengan Bahasa Indonesia. Hal tersebut membuat siswa SD kesulitan dalam belajar membaca. Pada tahap pengelompokan belajar dalam metode pembelajaran Talking Stick, secara berkelompok siswa dapat berlatih cara membaca kosakata Bahasa Inggris. Siswa dapat belajar bersama kelompoknya dan saling membantu jika terjadi kesulitan dalam membaca
27
kosakata Bahasa Inggris. Guru berperan membimbing siswa dalam kegiatan berkelompok. 4.
Keterampilan Menulis (writing skills) Keterampilan menulis dapat dikuasai setelah mempelajari keterampilan
sebelumnya, yaitu menyimak, berbicara, dan membaca. “Menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya” (Dalman, 2014: 3). Melalui menulis, seseorang dapat mengungkapkan perasaan dalam sebuah pesan tertulis. Keterampilan menulis memiliki hubungan yang erat dengan keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Menurut Dalman (2014: 9), “menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif, sedangkan membaca adalah kegiatan yang bersifat reseptif”. Menulis berarti menuangkan gagasan ke dalam bentuk tulisan. Sementara itu, membaca berarti memperoleh gagasan atau informasi dalam bentuk tulisan. Penulis membutuhkan ide, gagasan, yang dapat diperoleh melalui kegiatan menyimak ketika menuangkan gagasan. Rusmajadi (2010: 230) mengatakan bahwa “tidak mungkin seorang akan mampu menulis dengan baik, apabila kemampuan grammar-nya atau pembendaharaan kata-katanya sangat lemah”. Pembendaharaan kata tersebut diperoleh dari keterampilan-keterampilan sebelumnya. Menulis dan berbicara memiliki keterkaitan erat, yaitu sama-sama bersifat produktif. Keduanya sama-sama menyampaikan pesan kepada orang lain. Keterampilan menulis dalam Bahasa Inggris berbeda dengan menulis dalam Bahasa Indonesia. “Menulis dalam Bahasa Inggris memerlukan keterampilan 28
khusus dan latihan terus-menerus” (Rusmajadi, 2010: 229). Penguasaan dan perbendaharaan kata-kata atau kosakata sangat dibutuhkan dalam memperkaya tulisan Bahasa Inggris. Terlebih lagi tata tulis dan ejaan Bahasa Inggris yang jauh berbeda dengan pengucapannya. Perbedaan ucapan dan tulisan membuat siswa merasa kesulitan menulis kosakata Bahasa Inggris. Oleh sebab itu, siswa harus berlatih keterampilan menulis dalam Bahasa Inggris. Keterampilan menulis untuk siswa SD berupa penulisan kosakata dasar. Menurut Brewster (2002: 119), tahap mengajarkan keterampilan menulis Bahasa Inggris antara lain: a) menulis ulang kosakata untuk mempraktikkan penulisan kosakata yang benar, b) mengembangkan kepercayaan diri siswa dalam belajar mengeja dan mencoba menulis kalimat sederhana. Metode Talking Stick menunjang siswa untuk berlatih keterampilan menulis pada tahap pengelompokan belajar. Siswa menulis ulang kosakata yang didapatkan siswa melalui kegiatan membaca, mendengarkan, maupun berbicara bersama kelompok belajarnya. Kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris di SD difokuskan pada tahap pengenalan kosakata Bahasa Inggris. Mengenalkan kosakata sejak usia SD menjadikan bekal dalam mengembangkan kemampuan berbahasa. Pembelajaran Bahasa
Inggris
keterampilan
ditekankan
menyimak,
pada
keempat
berbicara,
keterampilan
membaca,
keterampilan tersebut saling berkaitan satu sama lain.
29
dan
tersebut,
menulis.
yaitu
Keempat
D. Penggunaan Metode Pembelajaran Talking Stick Metode Talking Stick merupakan metode pembelajaran berbantu tongkat. Carol Locust (dalam Fujioka, 1998) mengungkapkan pendapatnya tentang Talking Stick sebagai berikut: The talking stick has been used for centuries by many Indian tribes as a means of just and impartial hearing. The talking stick was commonly used in council circles to decide who had the right to speak. When matters of great concern would come before the council, the leading elder would hold the talking stick, and begin the discussion. When he would finish what he had to say, he would hold out the talking stick, and whoever would speak after him would take it. In this manner, the stick would be passed from one individual to another until all who wanted to speak had done so. The stick was then passed back to the elder for safe keeping. Talking Stick telah digunakan oleh suku Indian sebagai sarana untuk memutuskan siapa yang berhak untuk berbicara saat kegiatan diskusi. Ketika seseorang memegang stick, maka mendapat hak berbicara untuk mengutarakan pendapatnya. Setelah selesai mengutarakan pendapat, maka tongkat diletakkan dan siapapun yang ingin berbicara, dipersilahkan untuk mengambil stick. Tongkat akan diteruskan dari satu orang ke orang lain sampai semua yang ingin berbicara telah mengungkapkan pendapatnya. Shoimin (2016: 197-198) mengatakan bahwa: Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku). Talking Stick (tongkat berbicara) telah digunakan selama berabadabad oleh suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Menurut pendapat tersebut, Talking Stick awalnya digunakan sebagai hak berpendapat ketika pertemuan antar suku di Amerika. Sementara itu, orang Indian menggunakan Talking Stick sebagai alat menyimak yang dilandasi keadilan. Garret (dalam Noviasari, 2014) mengungkapkan bahwa: 30
Talking Stick method is a method that uses a stick well-known as a wooden stick, which the facilitator or the leader begins by picking up the stick to share the feeling or concern with the group. It is passed clockwise to the next person, who may choose to speak or to remain silent. Then, the talking stick is passed to each person for getting a chance to speak. Metode Talking Stick merupakan metode yang menggunakan stick (tongkat) sebagai fasilitas untuk mengungkapkan pendapat. Tongkat bergulir searah jarum jam dari satu orang ke orang lain dalam suatu kelompok. Siapapun yang mendapat tongkat, boleh memilih antara berbicara dan boleh diam. Ketika memilih berbicara, maka stick dipegang sampai selesai berbicara. Selanjutnya, stick berpindah ke setiap orang yang ingin berbicara atau mengungkapkan pendapat. Metode Talking Stick cocok diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran Talking Stick merupakan metode pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa mencapai penguasaan materi melalui stick. Metode pembelajaran Talking Stick diawali dengan penjelasan guru tentang materi lalu siswa mempelajari materi tersebut. Setelah itu, guru mengambil tongkat untuk diberikan kepada salah satu siswa. Tongkat diputar secara bergiliran dengan diiringi musik. Siswa yang mendapat tongkat harus menjawab pertanyaan dari guru (Suprijono, 2011: 109-110). Metode pengembangan
Talking
Stick
pembelajaran
merupakan kooperatif.
salah
satu
Menurut
metode Slavin
pendukung (2005:
4),
“pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para peserta didik bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran”. Siswa saling bekerja sama membantu mengasah pengetahuan yang mereka kuasai melalui 31
pembelajaran kooperatif. Semua anggota kelompok berperan aktif dalam kegiatan belajar. Siswa yang merasa kesulitan memahami materi dapat terbantu dengan menanyakan kesulitannya kepada teman sekelompoknya. Metode Talking Stick merupakan metode pembelajaran yang menyenangkan karena dikemas dalam bentuk permainan dengan iringan musik yang membuat suasana belajar menjadi rileks sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Metode ini mendorong siswa untuk belajar secara aktif. Menurut Manuaba, dkk., (2014), “dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode Talking Stick guru harus mampu berperan sebagai motivator dan fasilitator agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif”. Dengan demikian, guru tidak mendominasi kegiatan pembelajaran, tetapi sebagai pembimbing dan pendamping siswa dalam belajar. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode Talking Stick merupakan metode pendukung pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk membantu siswa mencapai penguasaan materi melalui tongkat (stick). 1.
Langkah-langkah Metode Pembelajaran Talking Stick Ada beberapa langkah untuk menerapkan metode Talking Stick. Langkah-
langkah pembelajaran dengan metode Talking Stick menurut Uno & Mohamad (2011: 86-87) antara lain sebagai berikut: a.
Guru menyiapkan sebuah tongkat. Tongkat (stick) digunakan sebagai alat pembelajaran. Tongkat nantinya
akan dipegang siswa dari satu siswa ke siswa lain dengan iringan musik. Siapapun yang memegang tongkat maka harus menjawab pertanyaan dari guru. 32
b.
Guru menyiapkan materi pokok yang akan dipelajari kemudian memberi kesempatan
kepada
peserta
didik
untuk
mempelajari
materi
pada
pegangannya/paketnya. Materi pembelajaran disiapkan oleh guru. Siswa mendapat tugas untuk mempelajari materi tersebut dalam waktu yang telah ditentukan oleh guru. Siswa belajar secara berkelompok melalui kegiatan diskusi. Siswa yang merasa kesulitan boleh berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Guru membimbing siswa selama kegiatan diskusi. c.
Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya, guru mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya. Guru memberikan waktu tertentu kepada siswa untuk mempelajari materi
secara berkelompok. Apabila waktu yang telah diberikan oleh guru untuk mempelajari materi sudah habis, siswa diminta untuk menutup buku materi pelajaran sebagai tanda bahwa siswa selesai mempelajari materi dan siap untuk mengikuti pelajaran dari guru. d.
Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan dari guru. Pada tahap ini, tongkat bergulir dari satu siswa ke siswa yang lain. Guru
memberikan pertanyaan kepada siswa yang memegang tongkat. Apabila siswa tidak bisa menjawab, maka diberikan kesempatan bertanya kepada teman.
33
e.
Guru memberikan kesimpulan. Siswa bersama guru menyimpulkan kegiatan dan materi pembelajaran yang
telah dipelajari setelah sebagian besar siswa memperoleh pertanyaan dari guru. Pemberian kesimpulan antara guru dan siswa bisa dilakukan dalam kegiatan diskusi. f.
Evaluasi. Guru mengevaluasi pembelajaran. Siswa mengerjakan soal yang diberikan
oleh guru. Evaluasi digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. g.
Penutup. Langkah terakhir dari metode ini adalah guru mengakhiri kegiatan
pembelajaran dengan salam. Sebelumnya, guru dapat memberikan motivasi agar siswa giat dalam belajar. Senada
dengan
pendapat
di
atas,
Suprijono
(2009:
109-110)
mengungkapkan pendapatnya tentang langkah-langkah metode Talking Stick antara lain sebagai berikut: Pembelajaran dengan metode Talking Stick diawali oleh penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut. Berikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini. Guru selanjutnya meminta kepada peserta didik menutup bukunya. Menurut pendapat tersebut, tahap pertama yang dilalui adalah guru menjelaskan materi pelajaran. Setelah itu, siswa diminta untuk mempelajari materi tersebut secara berkelompok. Siswa belajar menghafal, memahami, melafalkan, menulis, dan menguasai materi. Setelah cukup waktu untuk belajar, siswa diminta untuk 34
menutup bukunya sebagai tanda berakhirnya waktu belajar siswa secara berkelompok. Selanjutnya, siswa harus siap mengikuti pelajaran. Suprijono lebih lanjut menambahkan: Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya. Ketika stick bergulir dari peserta didik ke peserta yang lainnya, seyogyanya diiringi musik. Langkah akhir dari metode Talking Stick adalah guru memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya. Menurut pendapat tersebut, tahap selanjutnya adalah penggunaan tongkat (stick) sebagai alat penanda penjawab pertanyaan dari guru. Tongkat digulirkan dari siswa satu ke siswa yang lain dengan iringan musik. Musik dipilih oleh guru dengan kriteria musik yang ceria untuk menciptakan suasana rileks pada diri siswa. Ketika musik berhenti, maka siswa yang memegang tongkat harus menjawab pertanyaan dari guru. Jika siswa tidak bisa menjawab, maka teman satu kelompoknya berhak membantu menjawab. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran. Garret (dalam Noviasari, 2014) mengemukakan tahap Talking Stick sebagai berikut: a.
Participants form a circle together. For relaxation and clearing, the leader (the teacher) may use music, rattle, or drumming. The leader (the teacher) begins by picking up the talking stick to share feelings or concern with the group. Peserta atau siswa membentuk sebuah lingkaran. Guru dapat memutar
musik agar suasana menjadi rileks. Guru memulai membawa tongkat (stick) bergulir dari siswa satu ke siswa yang lain. Siswa diperbolehkan memilih untuk 35
berbicara atau diam, artinya bahwa siswa yang memegang tongkat boleh memilih berbicara atau menjawab pertanyaan, sedangkan bagi siswa yang tidak memegang tongkat, maka memilih diam. b.
During the circle gathering, question may be asked with verbal exchanges taking place, but only by permission of whoever is holding the stick. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa selama tongkat digulirkan,
tetapi yang berhak menjawab adalah siswa yang memegang tongkat. Ketika siswa menjawab, maka siswa yang lain diam. c.
When the talking stick has made at least two or three rounds, having been passed to all participants, it is laid in the center of the circle to be picked up by anyone wishing to speak further. Ketika tongkat diputar minimal dua atau tiga putaran hingga melewati
semua peserta, tongkat kemudian diletakkan di tengah-tengah lingkaran. Jika dalam kegiatan pembelajaran, maka tongkat tersebut diambil alih oleh guru. Berikut ini langkah-langkah metode Talking Stick yang dilakukan dalam penelitian ini dengan merujuk pada pendapatnya Uno & Mohamad (2011: 86-87), Suprijono (2009: 109-110), dan Garret (dalam Noviasari, 2014). 1.
Guru menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan, antara lain: tongkat (stick), iringan musik, dan materi pembelajaran. Pemilihan musik dipilih oleh guru dengan kriteria musik yang ceria, semangat, dan menimbulkan ketenangan batin.
2.
Pembentukan kelompok sekitar 4-5 siswa pada masing-masing kelompok.
3.
Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. 36
4.
Siswa diberikan waktu untuk mempelajari ulang materi yang telah disampaikan guru secara berkelompok. Siswa diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut. Bagi siswa yang kesulitan, diperbolehkan untuk menanyakannya kepada teman sekelompoknya. Guru membimbing dan mendampingi siswa dalam kegiatan ini. Setelah selesai, guru meminta siswa untuk menutup bukunya.
5.
Guru menempatkan siswa pada posisi melingkar. Guru berada di tengahtengah siswa. Kemudian, guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu siswa.
6.
Tongkat bergulir dari satu siswa ke siswa lain dengan diiringi musik yang telah guru siapkan.
7.
Guru menghentikan musik dan siswa yang membawa tongkat akan mendapat pertanyaan seputar materi pelajaran dari guru, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan dari guru. Bagi siswa yang belum bisa menjawab, sebagai solusinya siswa dipersilahkan untuk berdiskusi kepada kelompoknya dengan bimbingan guru.
8.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya.
9.
Guru mengevaluasi pembelajaran dengan memberikan soal kepada siswa. Metode
Talking
Stick
merupakan
salah
satu
metode
pendukung
pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran. Terdapat beberapa langkah yang harus dilalui dalam melaksanakan metode ini. Melalui langkah-langkah yang telah dikemukakan di atas, siswa 37
dituntut untuk aktif, bekerja sama dengan kelompoknya, berani mengemukakan pendapat, dan menguasai materi pelajaran. 2.
Kelebihan Metode Pembelajaran Talking Stick Metode Talking Stick memiliki beberapa kelebihan. Menurut Shoimin
(2016: 199), kelebihan metode Talking Stick antara lain sebagai berikut: a) menguji kesiapan peserta didik dalam pembelajaran, b) melatih peserta didik memahami materi dengan cepat, c) memacu agar peserta didik lebih giat belajar (belajar dahulu sebelum pelajaran dimulai), dan d) peserta didik berani mengemukakan pendapat. Metode Talking Stick dapat membuat siswa memahami materi dengan cepat karena guru menyajikan materi kepada siswa, dan siswa mempelajari materi baik mandiri maupun bersama teman kelompoknya. Selain itu, siswa dilatih keterampilannya dalam berbahasa, terutama keterampilan berbicara ketika siswa harus menjawab pertanyaan dari guru saat memegang stick. Metode Talking Stick sangat tepat digunakan dalam pengembangan proses pembelajaran PAIKEM (Partisipatif, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). “Pembelajaran dengan metode Talking Stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat” (Suprijono, 2011: 109). Siswa dilatih berani berbicara untuk menjawab pertanyaan yang disampaikan guru. Menurut Shoimin (2016: 198), “selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat peserta didik aktif”. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat dari Manuaba, dkk., (2014) yang menyatakan bahwa “metode Talking Stick merupakan metode pembelajaran interaktif karena menekankan pada keterlibatan aktif siswa selama proses 38
pembelajaran”. Metode ini dirancang dengan pendekatan belajar yang berpusat pada siswa (student centered). Siswa dapat belajar aktif, tidak hanya duduk, diam, dan mendengarkan guru, melainkan terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Fujioka (1998) mengungkapkan pandangannya tentang metode Talking Stick bahwa use this method when you want the students to listen to others as part of a learner-centered curriculum. This method takes the focus off the teacher, as the sole purveyor of knowledge. And by using it, students are encouraged to learn from each other. Pendapat tersebut menekankan bahwa metode Talking Stick cocok diterapkan pada kurikulum yang berpusat pada siswa, dan guru bukanlah satu-satunya sumber belajar. Metode Talking Stick dikemas dalam bentuk permainan (game) berbantu tongkat untuk menambah antusiasme belajar siswa sekaligus menguji kesiapan siswa dalam pembelajaran. Menurut Sani (2015: 279), “permainan dapat menciptakan suasana santai dan menyenangkan sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk mengikuti pelajaran bahasa”. Sementara itu, menurut Rusmajadi (2010: 267), “game itu selain menyenangkan, juga melatih setiap orang untuk terlibat dan menghilangkan kekakuan di ruang kelas”. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat dari Dobson dalam artikelnya yang berjudul “Try One of My Games” (Rusmajadi, 2010: 267) yang mengungkapkan bahwa “I my self have found that a good language game is a wonderful way to break the routine of classroom drill, because it provides fun and relaxation while remaining very much within the framework of language learning – and may even reinforce that learning”. Pendapat tersebut menekankan bahwa sebuah permainan pada pembelajaran bahasa merupakan sebuah cara yang luar biasa daripada latihan 39
berulang-ulang (drill) di ruang kelas karena menyajikan kegiatan yang menyenangkan dan rileks. Game dapat mengatasi kebosanan siswa dalam belajar, menghilangkan rasa kantuk maupun lelah. Game juga membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. Menurut Brewster (2002: 172), “they are not only motivating and fun but can also provide excellent practice for improving pronunciation, vocabulary, grammar and the four language skills”. Siswa tidak hanya termotivasi dan merasa menyenangkan ketika melakukan permainan, tetapi juga mengembangkan pelafalan kata, kosakata, tata bahasa, serta empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Proses pembelajaran dengan metode Talking Stick juga diiringi dengan musik. Campbell (2002: 220) mengungkapkan pandangannya tentang musik: Musik membawa suasana positif dan santai bagi banyak kelas, juga memungkinkan integrasi indra yang diperlukan untuk ingatan jangka panjang. Musik berfungsi pula sebagai latar belakang dalam sejumlah ruang kelas untuk meredam bunyi-bunyi industri atau lalu lintas, dan musik dapat digunakan secara berhasil untuk menimbulkan kegairahan, melepaskan stres sebelum ujian, dan untuk memperkuat pokok bahasan. Musik dapat mengurangi ketegangan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru. Campbell (2002: 220) menambahkan bahwa pelajaran musik membantu membaca, bahasa (termasuk bahasa asing), matematika, dan prestasi akademik keseluruhan. Hal tersebut berdasarkan pada sebuah tinjauan komprehensif terhadap ratusan studi yang berbasis empiris antara 1972 dan 1992 yang berasosiasi dengan Future of Music Project. Dengan demikian, musik mampu membuat suasana kelas menjadi menyenangkan, santai, dan membantu menguasai pelajaran bahasa. 40
3.
Kelemahan Metode Pembelajaran Talking Stick Metode Talking Stick memiliki beberapa kelemahan. Menurut Shoimin
(2016: 199), kelemahan metode Talking Stick antara lain sebagai berikut: a) membuat siswa senam jantung, b) siswa yang tidak siap tidak bisa menjawab, c) membuat peserta didik tegang, dan d) ketakutan akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru. Metode Talking Stick membuat siswa senam jantung, tegang, dan cemas, karena siswa tidak tahu kapan musik akan berhenti sebagai tanda akan mendapat pertanyaan dari guru. Siswa merasa takut jika tidak dapat menjawab pertanyaan dari guru. Selain itu, siswa yang tidak siap mendapat pertanyaan dari guru, akan berakibat siswa tidak bisa menjawab pertanyaan. Metode ini diiringi dengan musik sebagai upaya mengatasi rasa tegang, takut, maupun cemas. Musik yang dipilih adalah musik yang bernada ceria, penuh motivasi. Musik bernuansa ceria mengubah suasana tegang menjadi rileks. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa metode Talking Stick merupakan metode pembelajaran kooperatif yang yang menggunakan tongkat (stick). Tongkat bergulir dari satu siswa ke siswa lain dengan diiringi musik. Ketika musik berhenti, maka siswa yang membawa tongkat akan mendapat pertanyaan seputar materi pelajaran dari guru. Metode ini cocok diterapkan bagi siswa SD karena metode ini dikemas dalam bentuk permainan (game) yang menyenangkan sehingga menciptakan suasana yang menyenangkan dan menambah antusiasme siswa sehingga siswa termotivasi untuk belajar bahasa. Namun, metode ini dapat membuat siswa cemas jika siswa tidak dapat menjawab
41
pertanyaan dari guru. Sebagai solusinya, metode ini diiringi dengan musik yang dapat mengurangi ketegangan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru.
E. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Guru berperan penting dalam kegiatan pembelajaran. Guru memimpin dan memfasilitasi siswa dalam belajar. Sebagai fasilitator dan pembimbing belajar, guru mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan belajar. Guru hendaknya memperhatikan karakteristik siswa SD dalam melaksanakan perannya supaya kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Masa usia sekolah dasar merupakan masa kanak-kanak akhir dengan rentang usia dari enam hingga kira-kira usia sebelas atau dua belas tahun. Menurut Susanto (2013: 86), siswa usia SD memiliki karakteristik diantaranya: suka bermain, memiliki rasa ingin tahu yang besar, mudah terpengaruh oleh lingkungan, dan gemar membentuk kelompok sebaya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Izzaty, dkk., (2013: 115) mengemukakan ciri-ciri khas anak masa kelaskelas tinggi sekolah dasar antara lain sebagai berikut: a. b. c. d.
Perhatiannya tertuju pada kegiatan sehari–hari, Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis, Timbul minat kepada pelajaran–pelajaran khusus, Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah, e. Anak–anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama. Sementara itu, menurut Piaget (dalam Izzaty, dkk., 2013: 104), “perkembangan kognitif masa kanak-kanak akhir tergolong pada masa operasional konkret dimana anak berpikir logis terhadap obyek yang konkret”. Siswa sekolah dasar 42
memerlukan kegiatan belajar bekerja dengan obyek yang berupa benda-benda konkret, untuk memanipulasi, menyentuh, meraba, melihat, dan merasakannya. Selain itu, siswa usia SD juga berkurang rasa egonya dan mulai bersikap sosial. Mereka mulai berbaur dengan lingkungan sosialnya. Brewster (2002: 27-28) mengungkapkan beberapa karakteristik anak SD sebagai berikut: have a lot of physical energy and often need to be physically active, have a wide range of emotional needs, are emotionally excitable, are developing conceptually and are at an early stage of their schooling, are still developing literacy in their first language, learn more slowly and forget things quickly, tend to be self-oriented and preoccupied with their own world, get bored easily, are excellent mimics, can concentrate for a surprisingly long time if they are interested, can be easily distracted but also very enthusiastic. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, siswa usia SD memiliki kesukaan membentuk kelompok sebaya, memiliki energi yang aktif, emosi yang mudah dirangsang, berada pada tahap awal pengembangan konsep belajar, belajar dengan perlahan-lahan dan mudah melupakan sesuatu, mudah bosan, dan suka meniru. Siswa SD mulai mengembangkan kemampuan berbahasanya dalam memahami komunikasi baik lisan maupun tulisan. Pada masa ini perkembangan bahasa nampak pada perubahan perbendaharaan kata dan tata bahasa (Izzaty, dkk., 2013: 106). Sementara itu, perkembangan berbicara anak SD didorong dengan kemampuan kosakata. Anak belajar bagaimana berbicara dengan orang lain. Bertambahnya kosakata yang berasal dari berbagai sumber menyebabkan semakin banyak perbendaharaan kata yang dimiliki. Anak mulai menyadari bahwa komunikasi yang bermakna tidak akan dicapai bila anak tidak mengerti apa yang dikatakan orang lain (Izzaty, dkk., 2013: 107). 43
Berbagai karakteristik anak SD mempengaruhi proses belajar siswa. guru yang hakikatnya sangat dekat dengan siswa, hendaknya memperhatikan berbagai karakteristik anak SD seperti yang dikemukakan di atas. Dengan demikian, tercipta pembelajaran
yang kondusif dan menyenangkan dengan tetap
memperhatikan karakteristik siswa SD.
F.
Penggunaan Metode Talking Stick dalam Pembelajaran Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Keberhasilan
belajar
tidak
terlepas
dari
beberapa
faktor
yang
mempengaruhinya. Menurut Izzan (2010 : 23), “di dalam proses bahasa tujuan, “belajar bahasa” harus melibatkan empat faktor, yakni guru, pengajaran bahasa, metode pengajaran, dan materi pelajaran”. Guru merupakan sosok yang membimbing siswa belajar. Sebagai seorang guru yang berperan dalam kegiatan pembelajaran, hendaknya pandai dan kreatif dalam menyesuaikan metode pembelajaran dengan materi pelajaran sehingga akan tercipta pembelajaran yang efektif, menarik, dan menyenangkan. Menurut Uno & Mohamad (2011: 106), “pembelajaran yang menyenangkan berkaitan erat dengan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat memusatkan perhatiannya penuh pada belajarnya”. Dengan demikian, siswa merasa senang dan nyaman ketika belajar. Guru dapat menerapkan berbagai inovasi metode pembelajaran sebagai upaya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Menurut Susanto (2013: 43), “mengajar yang berhasil menuntut penggunaan metode yang tepat. Setiap guru tentu memiliki metode, dan seorang guru yang baik akan memahami dengan 44
baik metode yang digunakannya”. Pemilihan metode hendaknya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, waktu yang digunakan, materi pelajaran, dan tingkat efektivitas penggunaan. Pemilihan metode yang baik dan tepat, akan mendorong tercapainya tujuan pembelajaran. Metode Talking Stick dipilih sebagai metode pembelajaran kosakata Bahasa Inggris karena metode ini sesuai dengan karakteristik siswa kelas V SD. Metode Talking Stick termasuk pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk membantu siswa mencapai penguasaan materi melalui tongkat (stick). Pembelajaran kooperatif dipilih dalam penelitian ini berdasarkan pendapatnya Izzaty, dkk., (2013: 115) dimana salah satu ciri khas siswa kelas tinggi adalah suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama. Metode Talking Stick merupakan metode yang menyenangkan karena dikemas dalam bentuk permainan. Selain itu, pembelajaran kooperatif juga memicu siswa untuk mengembangkan kemampuan sosialnya. Metode Talking Stick dalam penelitian ini dirancang untuk menguasai materi kosakata Bahasa Inggris. Siswa mendengarkan dan menyimak kosakata baru, mengingat, mempelajari kembali dengan membaca kosakata, memahami, menghafal, melatih pengucapan kosakata, ejaan, dan penulisan melalui kegiatan yang menyenangkan. Kegiatan tersebut mengandung empat keterampilan berbahasa, diantaranya: keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pengajaran bahasa yang dikemukakan oleh
Tarigan
(2011:
2)
bahwa
pembelajaran
bahasa
diarahkan
pada
pengembangan empat keterampilan meliputi keterampilan menyimak, berbicara, 45
membaca, dan menulis untuk berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu. Pemilihan musik dalam metode ini adalah musik yang gembira, ceria, dan penuh motivasi sehingga suasana belajar menjadi rileks. Pemberian iringan musik dirancang sebagai solusi untuk mengatasi rasa tegang yang muncul dari siswa. Hal ini dikarenakan, metode Talking Stick dapat membuat siswa senam jantung, tegang, dan cemas, karena siswa tidak tahu kapan musik akan berhenti sebagai tanda akan mendapat pertanyaan dari guru. Siswa juga tidak tahu giliran siapakah yang akan mendapat pertanyaan dari guru. Pandangan tentang musik berdasarkan pada pendapatnya Campbell (2002: 220) yang mengungkapkan pandangannya bahwa musik membawa suasana positif dan santai bagi banyak kelas. Selain itu, musik dapat digunakan secara berhasil untuk menimbulkan kegairahan, melepaskan stres, dan untuk memperkuat pokok bahasan. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa mengajar bahasa yang baik memerlukan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa. Metode Talking Stick sesuai dengan karakteristik siswa SD, yaitu suka membentuk kelompok sebaya karena metode ini termasuk pembelajaran kooperatif. Selain itu, metode ini merupakan metode yang menarik dan menyenangkan karena berbentuk permainan.
G. Penelitian yang Relevan Penelitian ini menggunakan sumber penelitian yang relevan sebagai panduan yang bisa digunakan untuk pedoman dan petunjuk dalam penelitian. 46
Penelitian Ida Bagus Ngurah Manuaba (2014) tentang pengaruh metode Talking Stick terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 1 Karangasem tahun pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji t nilai post test
kelompok eksperimen dan kontrol diperoleh nilai thitung (6,999) > ttabel
(2,000), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdpat pemgaruh yang sigifikan hasil belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode Talking Stick dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi konvensional pada siswa kelas VA dan VB SD Negeri 1 Karangasem. Penelitian tersebut tersebut memiliki persamaan dengan penelitian ini, yaitu berkaitan dengan penggunaan metode Talking Stick dalam proses pembelajaran. Perbedaannya adalah penelitian Ida Bagus meneliti tentang pembelajaran IPA, dengan sampel penelitian siswa kelas V SDN 1 Karangasem, sedangkan dalam penelitian ini meneliti tentang penguasaan kosakata Bahasa Inggris dengan populasi yang digunakan adalah siswa kelas V SD Negeri Gedongkiwo. Penelitian Inayatul Fajriyah (2013) tentang peningkatan penguasaan kosakata Bahasa Inggris melalui penggunaan media kartu gambar pada siswa kelas II SD Muhammadiyah Purwodiningratan 2 Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media kartu gambar dapat meningkatkan penguasaan kosakata Bahasa Inggris siswa. Nilai rata-rata yang diperoleh sebelum dilakukan tindakan yaitu 66,1 dengan persentase ketuntasan sebesar 51,52%, setelah dilakukan tindakan siklus II nilai rata-rata siswa menjadi 88,03 dengan persentase ketuntasan sebesar 90,9% serta peningkatan aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Penelitian Inayatul Fajriyah tersebut memiliki 47
persamaan dengan penelitian ini, yaitu berkaitan dengan penguasaan kosakata Bahasa Inggris pada siswa SD. Perbedaannya adalah penelitian Inayatul Fajriyah meneliti tentang penggunaan media kartu gambar, dengan sampel penelitian siswa kelas II SD Muhammadiyah Purwodiningratan 2 Yogyakarta, sedangkan dalam penelitian ini meneliti tentang penggunaan metode Talking Stick dengan populasi yang digunakan adalah siswa kelas V SD Negeri Gedongkiwo. Penelitian Ningrum Perwitasari (2014) tentang peningkatan penguasaan kosakata Bahasa Inggris materi Family melalui lagu pada siswa kelas V N Piyaman II, Wonosari. Hasil penelitian dalam siklus I menunjukkan kemampuan siswa mengartikan kosakata materi family adalah 67 dan dalam siklus II menjadi 84, kemampuan siswa membaca kosakata materi family adalah 70 dalam siklus II meningkat menjadi 82, sementara kemampuan siswa menulis kosakata materi family adalah 73 dan dalam siklus II meningkat menjadi 90. Peningkatan aktivitas siswa sebanyak 47% dari siklus I 43 % dan siklus II 90 %. Berdasarkan penelitian ini, lagu merupakan media efektif untuk meningkatkan penguasaan kosakata siswa. Penelitian Ningrum Perwitasari tersebut memiliki persamaan dengan penelitian ini, yaitu berkaitan dengan penguasaan kosakata Bahasa Inggris pada siswa SD. Perbedaannya adalah penelitian Ningrum Perwitasari meneliti tentang materi Family melalui lagu, dengan sampel penelitian siswa kelas V N Piyaman II, sedangkan dalam penelitian ini meneliti tentang penggunaan metode Talking Stick dengan populasi siswa kelas V SD Negeri Gedongkiwo.
48
H. Kerangka Pikir Guru merupakan sosok yang sangat berperan dalam kegiatan pembelajaran. Guru sebagai fasilitator belajar siswa dan mengatur proses pembelajaran siswa. Guru hendaknya menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, inovatif, dengan memperhatikan perkembangan dan karakteristik siswa. Bahasa Inggris mulai dikenalkan pada jenjang SD. Sebagai tahap awal belajar Bahasa Inggris, siswa SD dikenalkan kosakata Bahasa Inggris. Penguasaan kosakata dapat diraih melalui proses pembelajaran yang baik. Suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sangat diperlukan ketika mempelajari Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di Indonesia agar siswa termotivasi dan antusias dalam belajar. Oleh sebab itu, diperlukan peran guru yang kreatif dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Guru dapat menerapkan berbagai inovasi metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Salah satu metode yang dapat memicu keaktifan siswa dan menciptakan pembelajaran yang menarik dan mengukur tingkat penguasaan materi adalah metode Talking Stick. Metode Talking Stick merupakan metode pembelajaran secara berkelompok untuk mencapai penguasaan materi melalui media tongkat bergilir. Metode ini diawali dengan pemberian materi oleh guru. Kemudian, siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok. Siswa diberi kesempatan untuk mempelajari materi tersebut kemudian membentuk posisi siswa menjadi lingkaran. Guru mengambil tongkat, kemudian tongkat diputar secara bergulir dari satu siswa ke siswa yang lain dengan diiringi musik. Ketika musik berhenti, maka tongkat juga berhenti. Siswa yang memegang tongkat harus menjawab pertanyaan dari guru. 49
Iringan musik yang digunakan bernuansa ceria untuk menurunkan rasa ketegangan siswa dalam menjawab pertanyaan guru karena siswa tidak tahu dimana letak berhentinya tongkat dan siapa yang mendapat pertanyaan dari guru. Metode
Talking
Stick
dikemas
dalam
bentuk
permainan
yang
menyenangkan. Penerapan metode ini juga untuk mengetahui tingkat pemahaman, penguasaan materi, dan kesiapan siswa terhadap materi ajar. Siswa belajar berani dalam berbicara, mengingat kosakata baru, melatih pengucapan kosakata Bahasa Inggris, menumbuhkan semangat dalam menguasai materi, dan belajar berinteraksi dengan lingkungan sosialnya melalui pembelajaran kooperatif. Siswa juga belajar melalui kegiatan tanya jawab dengan guru. Jika siswa tidak dapat menjawab pertanyaan, sebagai solusinya siswa dipersilahkan untuk berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Siswa dapat belajar dengan suasana yang aktif dan menyenangkan sesuai dengan karakteristik siswa usia SD yang menyukai permainan dan mengembangkan kemampuan sosialnya dengan teman sebaya melalui pembelajaran kooperatif. Bahasa Inggris merupakan bahasa kedua di Indonesia. Siswa tidak pernah mendengarkan kosakata Bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, ejaan, pengucapan, dan penulisan kosakata Bahasa Inggris jauh berbeda dengan kosakata Bahasa Indonesia. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa 70% dari 41 siswa kesulitan dalam menjawab pertanyaan dari guru dan motivasi siswa dalam menguasai kosakata Bahasa Inggris rendah. Beberapa siswa mendapat nilai C (6475). Siswa SD cenderung kesulitan dalam hal menghafal, menulis, dan membaca kosakata Bahasa Inggris. Beberapa siswa sibuk dengan mainannya sendiri, jalan50
jalan di kelas, bahkan asyik mengobrol dengan teman dan tidak memperhatikan guru yang mengakibatkan proses pembelajaran menjadi tidak efektif. Selama ini, guru menggunakan metode ceramah bervariasi dan belum pernah menggunakan variasi metode lain, termasuk metode Talking Stick. Pendekatan pembelajaran yang didominasi oleh guru (teacher centered) membuat siswa pasif, kurang tertarik mengikuti pelajaran, bosan, dan tidak memperhatikan guru. Metode Talking Stick didesain dalam bentuk permainan (game) yang menyenangkan dan menimbulkan ketertarikan sesuai dengan karakteristik siswa SD sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Berikut ini gambaran kerangka pikir penelitian ini. Penguasaan kosakata dapat diraih melalui metode pembelajaran yang menyenangkan
Salah satu metode yang memicu keaktifan siswa dan menciptakan pembelajaran yang menarik, serta mengukur tingkat penguasaan materi adalah metode Talking Stick Fakta di lapangan menunjukkan bahwa siswa kesulitan dalam menguasai kosakata Bahasa Inggris, siswa tidak tertarik mengikuti pelajaran Bahasa Inggris
Penerapan metode pembelajaran Talking Stick dalam penguasaan kosakata Bahasa Inggris a. Membantu menguasai materi b. Pembelajaran yang menarik dan menyenangkan c. Pembelajaran kooperatif
Penguasaan kosakata meliputi: a. Word meaning b. Writing c. Pronunciation
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Pengaruh Metode Talking Stick Terhadap Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris 51
I.
Hipotesis Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini
antara lain sebagia berikut: Ho = tidak terdapat pengaruh yang penggunaan metode Talking Stick terhadap penguasaan kosakata Bahasa Inggris pada siswa kelas V SD Negeri Gedongkiwo Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta. Ha = terdapat pengaruh yang
penggunaan metode Talking Stick terhadap
penguasaan kosakata Bahasa Inggris pada siswa kelas V SD Negeri Gedongkiwo Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta.
52
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen berusaha mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain dalam kondisi terkontrol. Jenis penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment dengan bentuk nonequivalent control group design. Pada desain ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen merupakan kelompok yang mendapatkan perlakuan, yaitu metode Talking Stick dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Sementara itu, kelompok kontrol diberi perlakuan dengan menggunakan metode ceramah bervariasi. Perbandingan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh metode Talking Stick terhadap penguasaan kosakata Bahasa Inggris. Berikut gambaran desain penelitian:
O1
X
O3
O2 O4
Gambar 2. Desain Penelitian Eksperimen Keterangan: O1 = pretest kelompok eksperimen O2 = posttest kelompok eksperimen O3 = pretest kelompok kontrol O4 = posttest kelompok kontrol X = perlakuan di kelompok eksperimen dengan menggunakan metode Talking Stick (Sugiyono, 2011: 79) 53
Tujuan adanya pre-test adalah untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam menguasai kosakata Bahasa Inggris sebelum dilakukan perlakuan. Sementara itu, tujuan adanya post-test adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan penguasaan kosakata Bahasa Inggris siswa setelah diadakannya perlakuan atau treatment.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Gedongkiwo yang beralamat di Jalan Bantul Gang Tawangsari Kota Yogyakarta pada kelas V A dan V B tahun ajaran 2016/2017. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan April 2017.
C. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini meliputi keseluruhan siswa kelas V Gedongkiwo tahun ajaran 2016/2017 sebesar 41 siswa yang terdiri dari dua kelas, yaitu kelas V A dan V B. Kelas V A berjumlah 21 siswa dan kelas V B berjumlah 20 siswa. Dari dua kelas tersebut, dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Penentuan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan dengan cara undi. Langkah-langkah penentuan kelas kontrol dan kelas eksperimen melalui cara undi adalah: 1) membuat kertas undian yang berisi nama kelas V A dan V B, 2) kertas tersebut diundi dengan cara dikocok, 3) kertas yang pertama keluar ditetapkan sebagai kelompok eksperimen, sementara itu kertas yang kedua keluar ditetapkan sebagai kelompok kontrol. Dari 54
hasil undi, peneliti menetapkan satu kelas sebagai kelompok kontrol dengan pemberian metode pembelajaran yang biasa guru gunakan tanpa menggunakan Talking Stick, yaitu metode ceramah bervariasi, dan satu kelas yang lain sebagai kelompok eksperimen dengan perlakuan metode Talking Stick.
D. Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan sesuatu yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian. Berkaitan dengan penelitian ini, maka dapat dikemukakan dua variabel, yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). 1.
Variabel bebas atau independent (X) Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel terikat.
Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah penggunaan metode Talking Stick. 2.
Variabel terikat atau dependent (Y) Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.
Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah penguasaan kosakata Bahasa Inggris. Berikut ini gambaran hubungan antara kedua variabel tersebut.
Y
X
Gambar 3. Hubungan Antar Variabel Keterangan: X = variabel bebas (penggunaan metode Talking Stick) Y = variabel terikat (penguasaan kosakata Bahasa Inggris)
55
E. Definisi Operasional Variabel Berikut dikemukakan definisi operasional variabel dari masing-masing variabel, yaitu: 1.
Penggunaan
metode
Talking
Stick
merupakan
penerapan
metode
pembelajaran Talking Stick, yaitu metode yang menyenangkan dan dirancang untuk mengukur tingkat penguasaan materi pelajaran oleh siswa dengan menggunakan media tongkat. Langkah-langkah pembelajaran dengan metode Talking Stick antara lain: a) guru menyiapkan perangkat pembelajaran, seperti tongkat, materi, dan musik, b) pembentukan kelompok, c) penyampaian materi, d) siswa dipersilakan untuk mempelajari materi ulang, e) guru menempatkan siswa pada posisi melingkar dengan posisi guru di tengah-tengah siswa lalu memberikan tongkat kepada salah satu siswa, f) tongkat bergulir dari satu siswa ke siswa yang lain, g) guru menghentikan musik dan bagi siapapun yang memegang tongkat maka harus menjawab pertanyaan dari guru seputar materi, begitu seterusnya hingga sebagian besar siswa memperoleh pertanyaan, h) refleksi, dan i) evaluasi. 2.
Penguasaan kosakata Bahasa Inggris merupakan kemampuan siswa dalam
menguasai kosakata. Penguasaan kosakata Bahasa Inggris dalam penelitian ini meliputi tiga aspek yaitu: arti kosakata (word meaning), penulisan kosakata (writing), dan pengucapan kosakata (pronunciation).
F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk menggali informasi yang berkaitan dengan proses penelitian. Instrumen penelitian dibuat untuk memudahkan dalam 56
mengumpulkan data. Berikut ini beberapa teknik dan instrumen pengumpulan data yang dilakukan. 1.
Tes Tes dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal dan kemampuan akhir
penguasaan kosakata Bahasa Inggris siswa. Bentuk instrumen penelitian dari tes adalah soal tes. Dalam penelitian ini, tes yang digunakan dikelompokkan menjadi dua, yaitu pre-test dan post-test berupa tes tertulis dan tes unjuk kerja. Pre-test dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan. Pada akhir penelitian dilakukan post-test yang bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa setelah diadakannya perlakuan untuk mendapatkan bukti pengaruh metode Talking Stick terhadap penguasaan kosakata Bahasa Inggris. Pre-test dan post-test tersebut diberikan pada kedua kelompok, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. a.
Soal Tes Tertulis Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa tentang word
meaning adalah soal tes tertulis dengan jumlah soal sebanyak 20 butir berupa tes obyektif pilihan ganda pada soal pre-test dan soal menjodohkan (matching test) pada soal post-test. Sementara itu, untuk mengukur kemampuan siswa tentang writing, soal yang digunakan adalah tes isian singkat berupa menyusun huruf acak menjadi sebuah kata yang benar untuk soal pre-test dan soal tes isian singkat berupa Teka Teki Silang (TTS) pada soal post-test dengan jumlah soal sebanyak 20 butir.
57
b.
Soal Tes Unjuk Kerja Sebanyak 20 butir soal tes unjuk kerja tentang pronunciation digunakan
untuk mengukur kemampuan siswa dalam melafalkan kosakata Bahasa Inggris pada soal pre-test dan post-test. Penilaian tes tertulis dan unjuk kerja menggunakan teknik benar salah dengan skor 1 dan 0. Skor 1 jika aspek yang ditunjukkan dalam tes dijawab atau dilakukan dengan tepat. Skor 0 jika aspek yang ditunjukkan dalam tes dijawab atau dilakukan tidak tepat. Instrumen penelitian berupa soal tertulis dan soal tes unjuk kerja diujicobakan terlebih dahulu untuk menguji tingkat validitas dan reliabilitas sebelum digunakan untuk mengumpulkan data. Berikut kisi-kisi tes sebelum uji coba dapat dilihat pada tabel 1.
Variabel Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris
Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Sebelum Uji Coba Subvariabel Indikator No aitem Word Siswa mampu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, Meaning menentukan kosakata ke 9, 10, 11, 12, 13, 14, dalam Bahasa Inggris 15, 16, 17, 18, 19, 20 dengan benar Writing
Siswa mampu menulis kosakata dengan tepat
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20
Pronunciation Siswa mampu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, melafalkan kosakata 9, 10, 11, 12, 13, 14, sesuai dengan pelafalan 15, 16, 17, 18, 19, 20 yang tepat Instrumen tersebut sebelum digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, terlebih dahulu diujicobakan di SD Negeri Giwangan pada siswa kelas V. Setelah melaksanakan tes uji coba, langkah selanjutnya adalah mengolah hasil uji coba instrumen dengan bantuan program SPSS 16 for Windows untuk menentukan instrumen yang valid dan reliabel yang digunakan dalam penelitian. 58
2. Dokumentasi Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data dari tempat penelitian, meliputi foto-foto, buku-buku yang relevan, laporan kegiatan, film dokumenter, data yang relevan dalam penelitian. Sumber dokumentasi ada dua yaitu dokumentasi resmi dan dokumentasi tidak resmi. Dokumentasi resmi berupa surat keputusan, surat instruksi, dan surat bukti kegiatan. Dokumentasi tidak resmi berupa surat pribadi sebagai bukti terhadap suatu kejadian. Dokumentasi resmi dalam penelitian ini yaitu data-data sekolah SD dan buku mata pelajaran. Dokumen tidak resmi berupa foto-foto selama proses penelitian.
G. Validitas dan Reliabilitas Validitas dan reliabilitas perlu diukur untuk menguji instrumen penelitian setelah instrumen diujicobakan sehingga yang digunakan untuk penelitian benarbenar dapat dipercaya. 1.
Uji Validitas Valid menunjukkan derajat ketepatan antara data sesungguhnya dengan data
peneliti. Uji validitas digunakan untuk mengukur tingkat keakuratan instrumen untuk digunakan dalam penelitian guna memperoleh data yang hendak diukur secara cermat dan tepat. Dalam penelitian ini, instrumen disusun dengan memperhatikan validitas internal dan eksternal. Validitas internal dalam penelitian ini menggunakan uji validitas isi (content validity). Validitas isi mengukur tes dengan tujuan khusus yang sejajar dengan materi pelajaran. Validitas isi digunakan untuk memastikan kesesuaian antara isi 59
instrumen dengan kemampuan yang ingin diukur. Dalam penelitian ini, pengujian validitas isi terhadap kelayakan atau relevansi isi tes dipenuhi dengan konsultasi bersama expert judgment. Sementara itu, validitas eksternal diukur dengan menggunakan rumus korelasi product moment dengan taraf signifikansi 5%. Jika rxy > rtabel, maka butir soal dikatakan valid. Selanjutnya, instrumen diujicobakan pada subyek yang berbeda, akan tetapi memiliki ciri atau karakteristik yang sama dengan subyek penelitian. Ujicoba instrumen penelitian dilaksanakan pada tanggal 23 Februari 2017 di SD Negeri Giwangan yang terletak di Jalan Tegalturi No. 45, Umbulharjo, Giwangan, Yogyakarta pada siswa kelas V A sebanyak 30 siswa dari 32 siswa. Terdapat dua siswa yang tidak mengikuti ujicoba instrumen karena termasuk siswa berkebutuhan khusus, sehingga untuk menyetarakan faktor perkembangan pada siswa, dua siswa tersebut tidak dimasukkan dalam penelitian. SD Negeri Giwangan dipilih sebagai SD untuk menguji instrumen penelitian karena terdapat beberapa sebab, diantaranya: 1) SD Giwangan dan SD Gedongkiwo sama-sama ada pelajaran Bahasa Inggris, 2) uji coba dilaksanakan pada siswa kelas V SD Giwangan yang rentang usianya sama dengan SD Gedongkiwo, 3) siswa kelas V SD Giwangan dan SD Gedongkiwo sama-sama kurang tertarik mengikuti pelajaran Bahasa Inggris yang ditunjukkan dengan suasana pembelajaran yang kurang efektif. Pengujian validitas dalam penelitian ini dibantu dengan program SPSS 16 for windows. Kriteria instrumen yang valid adalah apabila hasil uji validitas soal memiliki r hitung > 0,361, pada taraf signifikansi 5% dan N=30 dapat dinyatakan 60
valid dan dapat digunakan dalam penelitian. Sedangkan butir soal yang memiliki r hitung < 0,361, pada taraf signifikansi 5% dan N=30 dapat dikatakan tidak valid. Butir soal yang tidak valid tidak dapat digunakan dalam penelitian.
2.
Uji Reliabilitas Reliabel berarti data yang diperoleh selalu sama dalam pengukuran waktu
yang berbeda. Reliabel menunjuk pada pengertian bahwa instrumen dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data. Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui instrumen yang digunakan dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data penelitian. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dihitung dengan menggunakan bantuan program SPSS for windows version 16,0. Hasil perhitungan uji reliabilitas dikonsultasikan dengan nilai r. Arikunto (2006: 276), menggolongkan besarnya nilai r pada tabel berikut. Tabel 2. Interpretasi Nilai r Besarnya Nilai r Interpretasi Antara 0,800 – 1,00 Tinggi Antara 0,600 – 0,800 Cukup Antara 0,400 – 0,60 Agak rendah Antara 0,200 – 0,400 Rendah Antara 0,000 – 0,200 Sangat Rendah (Tak berkorelasi)
Berdasarkan tabel tersebut, instrumen dikatakan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi apabila hasil perhitungan uji reliabilitas memiliki nilai r antara 0,8001,00. Instrumen penelitian dikatakan cukup reliabel apabila hasil perhitungan uji reliabilitas memiliki nilai r antara 0,600-0,800. Instrumen penelitian berada pada tingkat reliabilitas yang agak rendah apabila hasil perhitungan uji reliabilitas memiliki nilai r antara 0,400-0,600. Tingkat reliabilitas yang rendah apabila hasil 61
perhitungan uji reliabilitas memiliki nilai r antara 0,200-0,400. Instrumen penelitian dikatakan sangat tidak reliabel apabila hasil perhitungan uji reliabilitas memiliki nilai r antara 0,000-0,200.
H. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan ujit. Uji t digunakan untuk menguji perbedaan signifikan mean dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sehingga dapat menguji hipotesis penelitian tentang pengaruh penggunaan metode Talking Stick terhadap penguasaan kosakata Bahasa Inggris siswa. Dalam penelitian ini, perhitungan uji t dilakukan dengan bantuan program SPSS 16 for windows. Untuk membuat keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak, maka dapat dilihat dari hasil perhitungan signifikansi pada uji t. Apabila uji t menunjukkan signifikansi kurang dari 0,05 (p<0,05), Ho ditolak dan Ha diterima, artinya bahwa terdapat pengaruh penggunaan metode Talking Stick terhadap penguasaan kosakata Bahasa Inggris siswa kelas V SD N Gedongkiwo Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta. Sementara itu, apabila uji t menunjukkan signifikansi lebih dari 0,05 (p>0,05), maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya bahwa tidak terdapat pengaruh metode Talking Stick terhadap penguasaan kosakata Bahasa Inggris siswa kelas V SD N Gedongkiwo Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta.
62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian 1.
Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Uji coba instrumen penelitian dilaksanakan di SD Negeri Giwangan di kelas
V A dengan jumlah 30 siswa. Berikut ini hasil ujicoba dapat dilihat pada tabel 3.
No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
PGH AA ADY AIP HHA FZ AS NSY JIR CSH FBP AN MF ESR IAK HMD SVN NJW AKM IPM DMS AAS TA MF MRM AT LTF IRF DD GNT
Tabel 3. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Penguasaan Kosakata Skor Total Word Meaning Writing Pronunciation 16 17 11 44 18 18 14 50 19 19 14 52 19 16 16 51 19 17 17 53 19 10 8 37 12 11 18 41 18 18 18 54 19 11 8 38 20 15 14 49 17 9 11 37 20 20 20 60 20 18 19 57 14 18 10 42 18 17 17 52 19 11 13 43 17 5 12 34 19 13 15 47 18 12 16 46 20 15 9 44 11 12 15 38 20 19 19 58 19 10 18 47 13 11 7 31 20 19 17 56 11 16 5 32 20 18 15 53 19 7 11 37 13 6 9 28 12 9 10 31 63
Setelah melaksanakan tes uji coba, langkah selanjutnya adalah mengolah hasil uji coba instrumen dengan bantuan program SPSS 16 for Windows untuk mengetahui soal yang valid dan reliabel pada masing-masing aspek, yaitu word meaning, writing, dan pronunciation. Tabel hasil uji validitas instrumen penelitian tentang word meaning dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian tentang Word Meaning Butir r hitung Keterangan 1 0,454 Valid 2 0,019 Tidak Valid 3 0,558 Valid 4 0,269 Tidak Valid 5 0,568 Valid 6 0,332 Tidak Valid 7 0,467 Valid 8 0,477 Valid 9 0,437 Valid 10 0,502 Valid 11 0,286 Tidak Valid 12 0,407 Valid 13 0,081 Tidak Valid 14 0,584 Valid 15 0,594 Valid 16 0,636 Valid 17 0,445 Valid 18 0,558 Valid 19 0,483 Valid 20 0,520 Valid Berdasarkan tabel 4, hasil uji validitas instrumen penelitian tentang word meaning menunjukkan bahwa terdapat beberapa butir soal yang valid dan tidak valid. Butir soal nomor 1, 3, 5, 7, 8, 9, 10, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20 memiliki r hitung > 0,361, pada taraf signifikansi 5% dan N=30 sehingga dapat dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam penelitian. Sedangkan butir soal nomor 2, 4, 6, 11, dan 13 memiliki r hitung < 0,361, pada taraf signifikansi 5% dan N=30 64
sehingga dapat dikatakan bahwa kelima butir soal tersebut tidak valid. Butir soal yang tidak valid tidak dapat digunakan dalam penelitian, sehingga jumlah butir soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa tentang word meaning sebanyak 15 soal. Uji coba instrumen penelitian penguasaan kosakata Bahasa Inggris selain aspek word meaning, juga aspek writing. Berikut ini tabel hasil uji validitas instrumen penelitian tentang writing. Tabel 5. Hasil Uji Validitas Instrumen tentang Writing Butir r hitung Keterangan 1 0,369 Valid 2 0,429 Valid 3 0,602 Valid 4 0,429 Valid 5 0,581 Valid 6 0,243 Tidak Valid 7 0,533 Valid 8 0,670 Valid 9 0,420 Valid 10 0,694 Valid 11 0,548 Valid 12 0,247 Tidak Valid 13 0,466 Valid 14 0,699 Valid 15 0,638 Valid 16 0,438 Valid 17 0,298 Tidak Valid 18 0,403 Valid 19 0,584 Valid 20 0,541 Valid
Berdasarkan tabel 5, hasil uji validitas instrumen tentang writting menunjukkan bahwa ada beberapa butir soal yang valid dan tidak valid. Butir soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20 memiliki r hitung > 0,361, pada taraf signifikansi 5% dan N=30 sehingga dapat dinyatakan valid dan dapat digunakan 65
dalam penelitian. Sedangkan butir soal nomor 6, 12 dan 17 memiliki r hitung < 0,361, pada taraf signifikansi 5% dan N=30 sehingga dapat dikatakan bahwa ketiga butir soal tersebut tidak valid. Butir soal yang tidak valid tidak dapat digunakan dalam penelitian, sehingga jumlah butir soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa tentang writting sebanyak 17 soal. Uji coba instrumen penelitian penguasaan kosakata Bahasa Inggris selain aspek word meaning, writing, juga aspek pronunciation. Berikut ini tabel hasil uji validitas instrumen penelitian tentang pronunciation. Tabel 6. Hasil Uji Validitas Instrumen tentang Pronunciation Butir r hitung Keterangan 1 0,677 Valid 2 0,287 Tidak Valid 3 0,553 Valid 4 0,232 Tidak Valid 5 0,544 Valid 6 0,447 Valid 7 0,723 Valid 8 0,566 Valid 9 0,538 Valid 10 0,403 Valid 11 0,061 Tidak Valid 12 0,677 Valid 13 0,482 Valid 14 0,378 Valid 15 0,431 Valid 16 0,603 Valid 17 0,238 Tidak Valid 18 0,462 Valid 19 0,436 Valid 20 0,593 Valid Berdasarkan tabel 6, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa butir soal yang valid dan tidak valid. Butir soal nomor 1, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 14, 15, 16, 18, 19, 20 memiliki r hitung > 0,361, pada taraf signifikansi 5% dan N=30 sehingga dapat 66
dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam penelitian. Sementara itu, butir soal nomor 2, 4, 11, dan 17 memiliki r hitung < 0,361, pada taraf signifikansi 5% dan N=30 sehingga dapat dikatakan bahwa keempat butir soal tersebut tidak valid. Butir soal yang tidak valid tidak dapat digunakan dalam penelitian, sehingga jumlah butir soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa tentang pronunciation sebanyak 16 soal. Hasil uji coba instrumen menunjukkan bahwa ada 5 soal yang tidak valid pada bagian word meaning, sehingga masih tersisa 15 soal yang valid. Sementara itu, pada bagian writing, hasil uji coba instrumen menunjukkan bahwa terdapat 3 soal yang tidak valid, sehingga masih tersiswa 17 soal yang valid. Pada bagian pronunciation, terdapat 4 soal yang tidak valid sehingga masih tersisa 16 soal yang valid. Soal yang tidak valid tidak dapat digunakan sebagai instrumen penelitian sehingga dihilangkan. Kisi-kisi instrumen tes setelah uji coba dapat dilihat pada tabel 7.
Variabel Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris (materi : clothes)
Tabel 7. Kisi-Kisi Instrumen Setelah Uji Coba Subvariabel Indikator No aitem Word Siswa mampu 1, 3, 5, 7, 8, 9, 10, Meaning menentukan kosakata ke 12, 14, 15, 16, 17, dalam Bahasa Inggris 18, 19, 20 dengan benar Writting
Siswa mampu menulis kosakata dengan tepat
1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20
Pronunciation Siswa mampu melafalkan kosakata sesuai dengan pelafalan yang tepat
1, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20
67
Berdasarkan tabel 7 tersebut, dapat diketahui bahwa total soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah 48 soal yang terdiri dari 15 soal pada bagian word meaning, 17 soal pada bagian writting, dan 16 soal pada bagian pronunciation. Hasil perhitungan uji reliabilitas menunjukkan bahwa koefisien alpha tentang word meaning sebesar 0,801, writting sebesar 0,846, dan pronunciation sebesar 0,840. Nilai alpha tersebut dikonsultasikan dengan nilai r. Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas dan konsultasi terhadap nilai r, koefisien alpha berada pada posisi interpretasi tinggi. Dengan demikian, instrumen penelitian dapat dikatakan sangat reliabel. Instrumen yang valid dan reliabel dapat digunakan sebagai alat pengumpul data penelitian.
2.
Deskripsi Data Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Gedongkiwo yang beralamat di
Jalan Bantul Gang Tawangsari Kota Yogyakarta. Secara umum, SD Gedongkiwo memiliki keadaan fisik yang baik. Kondisi lingkungan SD Gedongkiwo cukup aman dan mudah ditemukan karena tidak jauh dari jalan raya. Penerangan listrik dan sarana air bersih memadai serta terdapat saluran telepon dan internet. Gedung SD Gedongkiwo berupa bangunan dua lantai dan memiliki fasilitas yang memadai, seperti: mushola, ruang kepala sekolah, 12 ruang kelas, kamar mandi, UKS, kantin, perpustakaan, ruang guru, ruang tari, ruang komputer, gudang, dapur, tempat parkir, dan halaman. SD Gedongkiwo merupakan sekolah adiwiyata sehingga halaman sekolah terdapat banyak tanaman hias dan tanaman obat sehingga tampak indah dan asri. 68
SD Negeri Gedongkiwo dipilih menjadi lokasi dalam penelitian ini karena di SD ini memiliki kelas paralel yang mendukung pelaksanaan penelitian. Selain itu, pembelajaran Bahasa Inggris pada SD Gedongkiwo belum menggunakan metode Talking Stick. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V A yang berjumlah 21 siswa sebagai kelompok kontrol dan V B yang berjumlah 20 siswa sebagai kelompok eksperimen. Pelaksanaan penelitian berlangsung pada bulan Februari hingga April 2017 dengan rincian 1 kali pre-test, 3 kali perlakuan, dan 1 kali post-test. Berikut ini jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel 8.
Kelompok
Kontrol
Eksperimen
a.
Tabel 8. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Kegiatan Hari/Tanggal Pre-test Senin, 27 Februari 2017 Pertemuan I Senin, 13 Maret 2017 Pertemuan II Senin, 20 Maret 2017 Pertemuan III Senin, 27 Maret 2017 Post-test Senin, 27 Maret 2017 Pre-test Sabtu, 4 Maret 2017 Pertemuan I Sabtu, 18 Maret 2017 Pertemuan II Sabtu, 25 Maret 2017 Pertemuan III Sabtu, 1 April 2017 Post-test Sabtu, 1 April 2017
Waktu 10:35-11:45 10:35-11:45 10:35-11:45 10:35-11:45 11:46-12:46 09:35-10:45 09:35-10:45 09:35-10:45 09:35-10:45 10:46-11:46
Deskripsi Data Hasil Pre-test Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Pre-test merupakan tindakan awal yang dilaksanakan sebelum adanya
perlakuan terhadap kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Tujuan pre-test adalah untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam menguasai kosakata Bahasa Inggris sebelum dilakukan perlakuan. Hasil pre-test dapat digunakan apabila tidak ada perbedaan kemampuan penguasaan kosakata Bahasa Inggris antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pre-test mengukur tiga aspek penguasaan kosakata Bahasa Inggris, yaitu word meaning, writing, dan
69
pronunciation. Berikut ini data hasil pre-test kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. 1) Data Hasil Pre-test Kelompok Kontrol Pre-test kelompok kontrol dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2017 yang diikuti oleh 20 siswa kelas V A. Data hasil pre-test diolah dengan menggunakan bantuan program SPSS 16 for Windows. Setelah diolah, maka akan memperoleh distribusi frekuensi hasil pre-test. Berikut ini data hasil pre-test kelompok kontrol. Tabel 9. Hasil Data Pre-test Kelompok Kontrol Penguasaan kosakata Skor No Nama Word meaning Writing Pronunciation total 1 RF 9 9 11 29 2 BMA 7 11 11 29 3 MR 9 11 10 30 4 RYR 14 7 7 28 5 RS 8 8 10 26 6 BGS 9 7 10 26 7 ZCP 8 5 11 24 8 NOZ 7 8 9 24 9 ATP 11 15 10 36 10 SBR 10 7 4 21 11 TSW 4 8 3 15 12 FRY 5 4 6 15 13 RI 5 8 7 20 14 DKP 7 5 8 20 15 FHS 5 9 7 21 16 AGG 3 7 7 17 17 PTR 7 9 9 25 18 RNP 7 12 9 28 19 ARG 9 8 8 25 20 RDH 9 10 9 28 Rata-rata 50,65 Skor Tertinggi 31 Skor Terendah 75 Standar Deviasi 11,156 Sumber: Data primer yang diolah
70
Konversi Nilai 60 60 63 58 54 54 50 50 75 44 31 31 42 42 44 35 52 58 52 58
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil pre-test pada kelompok kontrol dengan skor rata-rata adalah 50,65, skor terendah adalah 31, skor tertinggi adalah 75, dan standar deviasi 11,156. Berikut ini gambaran data distribusi frekuensi skor hasil pre-test kelompok kontrol dalam bentuk diagram. 6
Frekuensi
5 4 3 2
1 0 31
35
42
44
50
52
54
58
60
63
75
Skor
Gambar 4. Diagram Hasil Pre-test Kelompok Kontrol
Berdasarkan diagram tersebut, terlihat bahwa nilai siswa yang memenuhi KKM hanya satu siswa saja, yaitu dengan skor 75 dari KKM 70. Sementara itu, sebanyak 19 siswa belum lulus KKM. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan penguasaan kosakata Bahasa Inggris siswa sangat kurang.
2) Data Pre-test Kelompok Eksperimen Pre-test kelompok eksperimen dilaksanakan pada tanggal 4 Maret 2017 yang diikuti oleh 18 siswa kelas V B. Data hasil pre-test diolah dengan menggunakan bantuan program SPSS 16 for Windows. Setelah diolah, maka akan memperoleh distribusi frekuensi hasil pre-test. Berikut ini data hasil pre-test kelompok eksperimen. 71
Tabel 10. Hasil Data Pre-test Kelompok Eksperimen Penguasaan kosakata Skor Konversi No Nama Nilai Word meaning Writing Pronunciation total 1 RST 9 10 7 26 54 2 MDY 5 10 9 24 50 3 ABP 6 4 4 14 29 4 MAS 9 12 5 26 54 5 TBS 11 11 6 28 58 6 ALD 6 3 5 14 29 7 GA 11 3 5 19 40 8 IAS 10 10 4 24 50 9 SMW 7 8 11 26 54 10 AM 10 7 8 25 52 11 SNU 9 13 14 36 75 12 NEF 9 14 8 31 65 13 WP 9 10 8 27 56 14 SNS 11 15 10 36 75 15 SDP 11 7 11 29 60 16 KI 9 9 8 26 54 17 AN 4 7 5 16 33 18 KF 2 12 4 18 38 Rata-rata 51,44 Skor Tertinggi 75 Skor Terendah 29 Standar Deviasi 13,548 Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan hasil pre-test kelompok eksperimen di atas, diperoleh hasil pre-test pada kelompok eksperimen dengan skor rata-rata adalah 51,44, skor terendah adalah 29, skor tertinggi adalah 75, dan standar deviasi 13,548. Berikut ini gambaran data distribusi frekuensi skor hasil pre-test kelompok eksperimen dalam bentuk diagram.
72
6
Frekuensi
5 4
3 2 1 0 29
33
38
40
50
52
54
56
58
60
65
75
Skor
Gambar 5. Diagram Hasil Pre-test Kelompok Eksperimen Berdasarkan diagram tersebut, terlihat bahwa nilai siswa yang memenuhi KKM hanya dua siswa saja, yaitu dengan skor 75 dari KKM 70. Sementara itu, sebanyak 16 siswa belum lulus KKM.
b.
Deskripsi Pemberian Perlakuan Pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Tahap selanjutnya setelah dilakukan pre-test adalah pemberian perlakuan
yang dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan pada masing-masing kelompok. Pemberian perlakuan pada kelas V A sebagai kelompok kontrol dilaksanakan pada tanggal 13 Maret 2017 untuk pertemuan pertama, tanggal 20 Maret 2017 untuk pertemuan kedua, dan tanggal 27 Maret 2017 untuk pertemuan ketiga. Sementara itu, pemberian perlakuan pada kelas V B sebagai kelompok eksperimen dilaksanakan pada tanggal 18 Maret 2017 untuk pertemuan pertama, tanggal 25 Maret 2017 untuk pertemuan kedua, dan tanggal 1 April 2017 untuk pertemuan ketiga. Materi yang diajarkan pada masing-masing kelompok adalah tentang kind of clothes yang memperkenalkan dua puluh kosakata Bahasa Inggris 73
yang terbagi ke dalam tiga pertemuan. Pertemuan pertama memperkenalkan 7 kosakata yaitu shirt, t-shirt, skirt, shoes, slippers, sandals, pajamas. Pertemuan kedua memperkenalkan 7 kosakata yaitu tie, gloves, belt, hat, scarf, socks, ring. Sedangkan pertemuan ketiga memperkenalkan 6 kosakata yaitu trousers, shorts, vest, coat, jacket, raincoat. Kegiatan pembelajaran pada pemberian perlakuan kelompok kontrol menggunakan metode ceramah bervariasi. Guru menjelaskan kosakata beserta artinya di papan tulis kemudian meminta siswa untuk mengikuti dan menirukan guru dalam membaca kosakata, dilanjut dengan kegiatan tanya jawab. Di akhir pembelajaran, guru memberikan lembar kerja siswa pada masing-masing siswa. Suasana pembelajaran kurang efektif. Sebanyak 75% dari 20 siswa yang mengikuti pelajaran tidak memperhatikan guru ketika menerangkan, jalan-jalan di dalam kelas, ramai dan membuat gaduh, menyanyi dengan suara keras hingga suara guru tidak terdengar. Bahkan, ada siswa yang bermain tali lalu mengencangkannya pada temannya. Ketika guru mencoba mengingatkan agar memperhatikan, beberapa siswa berani membantahnya dan tidak menghiraukan nasihat guru. Guru tetap melanjutkan pelajaran dan hanya 25% siswa yang memperhatikan. Hal tersebut terjadi secara berulang pada pertemuan pertama, kedua, dan ketiga. Kegiatan pembelajaran pada pemberian perlakuan kelompok eksperimen menggunakan metode Talking Stick. Siswa dibentuk kelompok sekitar 4-5 siswa, siswa diberikan waktu untuk mempelajari ulang materi secara berkelompok. Guru menempatkan siswa pada posisi melingkar dan memberikan tongkat pada salah 74
satu siswa. Tongkat bergulir dari satu siswa ke siswa lain dengan diiringi musik. Siswa yang membawa tongkat akan mendapat pertanyaan seputar materi pelajaran dari guru. Selama kegiatan pembelajaran, terlihat siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi. Hal tersebut ditandai dengan: 1) siswa sangat antusias belajar, 2) siswa aktif bertanya jika kesulitan, 3) siswa berlomba-lomba dan bekerja sama dengan kelompoknya menghafal kosakata, arti kosakata, penulisan kosakata, dan cara pelafalan kosakata.
c.
Deskripsi Data Hasil Post-test Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Post-test dilaksanakan setelah pemberian perlakuan. Post-test dilakukan
dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa setelah diadakannya perlakuan. Post-test diberikan pada kedua kelompok, baik kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Post-test mengukur tiga aspek penguasaan kosakata Bahasa Inggris, yaitu word meaning, writing, dan pronunciation. Hasil post-test dapat digunakan untuk membandingkan kemampuan akhir siswa dalam menguasai kosakata Bahasa Inggris antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah pemberian perlakuan, serta mengetahui pengaruh penggunaan metode Talking Stick terhadap penguasaan kosakata Bahasa Inggris pada siswa kelas V SD Negeri Gedongkiwo. Berikut ini hasil data post-test pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
75
1) Data Hasil Post-test Kelompok Kontrol Post-test untuk kelompok kontrol dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2017. Data hasil post-test diolah dengan menggunakan bantuan program SPSS 16 for Windows. Setelah diolah, maka memperoleh distribusi frekuensi hasil post-test. Berikut ini data hasil post-test kelompok kontrol. Tabel 11. Hasil Data Post-test Kelompok Kontrol Penguasaan kosakata Skor Konversi No Nama Nilai Word meaning Writing Pronunciation total 1 RF 15 15 12 42 88 2 BMA 7 16 13 36 75 3 MR 9 17 10 36 75 4 RYR 12 17 11 40 83 5 RS 11 8 12 31 65 6 BGS 12 16 13 41 85 7 ZCP 7 9 10 26 54 8 NOZ 7 10 11 28 58 9 ATP 15 17 14 46 96 10 SBR 11 9 7 27 56 11 TSW 4 9 5 18 38 12 FRY 9 13 11 33 69 13 RI 15 14 12 41 85 14 DKP 8 11 10 29 60 15 FHS 1 15 8 24 50 16 AGG 9 14 11 34 71 17 PTR 6 15 8 29 60 18 RNP 10 14 15 39 81 19 ARG 7 13 11 31 65 20 RDH 10 8 10 28 59 21 HN 9 5 14 28 59 Rata-rata 68,19 Skor Tertinggi 96 Skor Terendah 38 Standar Deviasi 14,552 Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan hasil post-test kelompok kontrol di atas, diperoleh hasil post-test pada kelompok kontrol dengan skor rata-rata adalah 68,19, skor terendah adalah 76
38, skor tertinggi adalah 96, dan standar deviasi 14,552. Berikut ini gambaran data distribusi frekuensi skor hasil post-test kelompok kontrol dalam bentuk diagram. 6
Frekuensi
5 4 3 2
1 0 38 50 54 56 58 59 60 65 69 71 75 81 83 85 88 96
Skor
Gambar 6. Diagram Hasil Post-test Kelompok Kontrol Berdasarkan diagram tersebut, terlihat bahwa skor siswa yang memenuhi nilai KKM ada 9 siswa dengan nilai tertinggi 96 yang diraih oleh 1 siswa. Sementara itu, sebanyak 12 siswa belum memenuhi nilai KKM.
2) Data Post-test Kelompok Eksperimen Post-test untuk kelompok eksperimen dilaksanakan pada tanggal 1 April 2017. Data hasil post-test diolah dengan menggunakan bantuan program SPSS 16 for Windows. Setelah diolah, maka memperoleh distribusi frekuensi hasil posttest. Berikut ini data hasil post-test kelompok eksperimen.
77
Tabel 12. Hasil Data Post-test Kelompok Eksperimen Penguasaan kosakata Skor Konversi No Nama Nilai Word meaning Writing Pronunciation total 1 RST 13 15 13 41 85 2 MDY 9 16 15 40 85 3 ABP 11 11 13 35 73 4 MAS 12 17 12 41 85 5 TBS 15 15 13 43 90 6 ALD 8 11 10 29 60 7 GA 10 13 12 35 73 8 IAS 13 17 13 43 90 9 SMW 7 9 13 29 60 10 AM 11 11 13 35 73 11 SNU 15 17 15 47 98 12 NEF 15 16 15 46 96 13 WP 11 10 13 34 71 14 SNS 15 16 14 45 94 15 SDP 11 12 15 38 79 16 KI 15 12 11 38 79 17 AN 15 16 10 41 85 18 KF 15 16 11 42 88 19 SHR 15 15 13 43 90 20 CAA 15 15 16 46 96 Rata-rata 82,5 Skor Tertinggi 98 Skor Terendah 60 Standar Deviasi 11,241 Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil post-test pada kelompok eksperimen dengan skor rata-rata adalah 82,50, skor terendah adalah 60, skor tertinggi adalah 98, dan standar deviasi 11,241. Berikut ini gambaran data distribusi frekuensi skor hasil post-test kelompok eksperimen dalam bentuk diagram.
78
6
Frekuensi
5 4 3 2 1 0
60
71
73
79
85
88
90
94
96
98
Skor
Gambar 7. Diagram Hasil Post-test Kelompok Eksperimen Berdasarkan diagram tersebut, terlihat bahwa hanya ada 2 siswa yang tidak memenuhi KKM. Sementara itu, 18 siswa telah memenuhi KKM.
d.
Perbandingan Skor Rata-Rata Pre-test dan Post-test Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Setelah dilaksanakan pre-test, pemberian perlakuan, dan post-test terdapat
perbedaan skor rata-rata pre-test dan post-test pada kelompok kontrol dan eksperimen. Berikut ini data perbandingan skor rata-rata pre-test dan post-test kelompok kontrol dan eksperimen. Tabel 13. Data Perbandingan Skor Rata-Rata Pre-test dan Post-test Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Mean (Skor Rata-Rata) Parameter Selisih Pembanding Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen Pre-test 50,65 51,44 0,79 Post-test 68,19 82,50 14,31 Sumber: Data primer yang diolah Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata hasil pre-test dan post-test antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terdapat perbedaan. Skor rata-rata 79
pre-test pada kelompok kontrol sebesar 50,65, dan skor rata-rata pre-test pada kelompok eksperimen sebesar 51,44 sehingga terdapat selisih sebesar 0,79. Sementara itu, skor rata-rata post-test pada kelompok kontrol sebesar 68,19, dan skor rata-rata post-test pada kelompok eksperimen sebesar 82,50 sehingga terdapat selisih sebesar 14,31. Berdasarkan data tersebut, dapat dinyatakan bahwa nilai rata-rata hasil pre-test antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen hampir sama atau dengan selisih yang sedikit. Sementara itu, rata-rata hasil posttest antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan selisih yang lebih besar daripada selisih skor pada pre-test. Berikut ini diagram perbandingan skor
Skor
rata-rata pre-test dan post-test pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
82,5
68,19 50,65
51,44
Pre-test
Post-test
Skor Rata-rata Kelompok Kontrol Skor Rata-rata Kelompok Eksperimen Gambar 8. Diagram Perbandingan Skor Rata-Rata Pre-test dan Post-test Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
80
B. Pengujian Hipotesis Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t (t-test) dengan bantuan SPSS 16 for windows. Uji t digunakan untuk mengetahui apakah penggunaan metode Talking Stick berpengaruh terhadap penguasaan kosakata Bahasa Inggris pada siswa kelas V SD Negeri Gedongkiwo. Uji t dilakukan pada masing-masing hasil pre-test dan post-test. 1.
Uji t Pre-test Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Uji t pre-test digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan nilai pre-
test antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan hipotesis sebagai berikut: Ho : tidak terdapat perbedaan nilai pre-test antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen Ha : terdapat perbedaan nilai pre-test antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen Kriteria pengambilan kesimpulan terhadap hipotesis tersebut adalah apabila uji t menunjukkan signifikansi lebih dari 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya bahwa tidak terdapat perbedaan nilai pre-test antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Sebaliknya, apabila uji t menunjukkan signifikansi kurang dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya bahwa terdapat perbedaan nilai pre-test antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Berikut ini hasil uji t pre-test pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
81
Tabel 14. Hasil Uji t Pre-test Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Variabel Mean Selisih t Sig Keterangan Kelompok Tidak terdapat 50,65 Kontrol perbedaan 0,79 0,198 0,844 nilai pre-test Kelompok 51,44 Eksperimen Sumber: data primer yang diolah Hasil pre-test menunjukkan bahwa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki nilai rata-rata yang hampir sama. Kelompok eksperimen memiliki nilai rata-rata 51,44, sedangkan untuk kelompok kontrol memiliki nilai rata-rata 50,65. Hasil analisis uji t menunjukkan bahwa nilai t sebesar 0,198 dan signifikansi sebesar 0,844. Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai pre-test antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Sehingga, kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama dalam menguasai kosakata Bahasa Inggris. 2.
Uji t Post-test Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Uji t post-test digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
penggunaan metode Talking Stick terhadap penguasaan kosakata Bahasa Inggris pada siswa kelas V SD Negeri Gedongkiwo dengan hipotesis sebagai berikut: Ho = tidak terdapat pengaruh penggunaan metode Talking Stick terhadap penguasaan kosakata Bahasa Inggris pada siswa kelas V SD Negeri Gedongkiwo Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta. Ha = terdapat pengaruh penggunaan metode Talking Stick terhadap penguasaan kosakata Bahasa Inggris pada siswa kelas V SD Negeri Gedongkiwo Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta. 82
Kriteria pengambilan kesimpulan terhadap hipotesis tersebut adalah apabila uji t menunjukkan signifikansi lebih dari 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya bahwa tidak terdapat pengaruh penggunaan metode Talking Stick terhadap penguasaan kosakata Bahasa Inggris pada siswa kelas V SD Negeri Gedongkiwo Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta. Sebaliknya, apabila uji t menunjukkan signifikansi kurang dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya bahwa terdapat pengaruh penggunaan metode Talking Stick terhadap penguasaan kosakata Bahasa Inggris pada siswa kelas V SD Negeri Gedongkiwo Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta. Berikut ini hasil uji t post-test pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Tabel 15. Hasil Uji t Post-test Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Variabel Mean Selisih t Sig Keterangan Kelompok Terdapat 68,19 Kontrol pengaruh 14,31 3,511 0,001 metode Kelompok 82,50 Talking Stick Eksperimen Sumber: data primer yang diolah Hasil analisis uji t menunjukkan bahwa nilai t sebesar 3,511 dan signifikansi sebesar 0,001. Nilai signifikansi kurang dari 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, artinya bahwa terdapat pengaruh penggunaan metode Talking Stick terhadap penguasaan kosakata Bahasa Inggris pada siswa kelas V SD Gedongkiwo
Kecamatan
Mantrijeron
Kota
Yogyakarta.
Hal
tersebut
menunjukkan bahwa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan akhir yang berbeda dalam menguasai kosakata Bahasa Inggris. Adanya perbedaan nilai post-test antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dikarenakan perbedaan pemberian perlakuan pada kelompok kontrol 83
dan kelompok eksperimen. Kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol menggunakan metode ceramah bervariasi, dengan langkah-langkah antara lain: 1) siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi pelajaran, 2) guru mencatat kosakata beserta artinya di papan tulis, siswa mencatat di buku tulis masing-masing, 3) siswa diminta untuk mengikuti dan menirukan guru dalam membaca kosakata, 4) siswa melakukan tanya jawab dengan guru tentang materi pelajaran, 5) guru memberikan lembar kerja siswa pada masing-masing siswa, 6) guru bersama-sama dengan siswa membahas lembar kerja siswa. Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, terdapat beberapa siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan asyik berbincang dengan temannya. Kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen menggunakan metode pembelajaran Talking Stick. Metode Talking Stick merupakan metode pendukung pembelajaran kooperatif dengan pengembangan proses pembelajaran PAIKEM yang dirancang untuk membantu siswa mencapai penguasaan materi melalui tongkat (stick). Pemilihan musik dipilih oleh guru dengan kriteria musik yang ceria, semangat, dan menimbulkan ketenangan batin. Langkah-langkah metode Talking Stick antara lain: 1) guru menyiapkan perangkat pembelajaran, 2) pembentukan kelompok sekitar 4-5 siswa, 3) guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa, 4) siswa diberikan waktu untuk mempelajari ulang materi yang telah disampaikan guru secara berkelompok, 5) guru menempatkan siswa pada posisi melingkar, 6) tongkat bergulir dari satu siswa ke siswa lain dengan diiringi musik yang telah guru siapkan, 7) guru berada di tengah-tengah 84
siswa, guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu siswa, 8) guru menghentikan musik dan siswa yang membawa tongkat akan mendapat pertanyaan seputar materi pelajaran dari guru, 9) refleksi, 10) evaluasi. Metode ini diiringi dengan musik bernada ceria agar suasana menjadi rileks.
C. Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran dan hasil posttest siswa, terdapat beberapa temuan tentang pengaruh penggunaan metode Talking Stick terhadap penguasaan kosakata Bahasa Inggris, yaitu tentang word meaning, writing, dan pronunciation. 1.
Temuan Pengaruh Metode Talking Stick Terhadap Penguasaan Kosakata tentang Word Meaning Hasil pre-test aspek word meaning diperoleh setelah siswa mengerjakan
soal pilihan ganda sebanyak 15 soal dengan skor 1 jika jawaban benar dan 0 jika jawaban salah. Hasil pre-test kemampuan penguasaan kosakata siswa aspek word meaning dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 16. Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Aspek Word Meaning Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen Rentang No Nilai Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1 90-100 1 5% 0 0% 2 70-89 1 5% 4 22,2% 3 60-69 6 30% 8 44,5% 4 0-59 12 60% 6 33,3% Rata-rata 51 54,78 Skor Tertinggi 93 73 Skor Terendah 20 13 Hasil pre-test word meaning pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa dari 20 siswa, hanya 2 siswa yang nilainya memenuhi Kriteria Ketuntasan 85
Minimum (KKM), yaitu 70. Sebanyak 18 siswa atau 90% siswa belum memenuhi nilai KKM. Nilai rata-rata pre-test word meaning pada kelompok kontrol adalah 51. Pada kelompok eksperimen, dari 18 siswa hanya 4 siswa yang memenuhi nilai KKM dengan nilai 73. Sebanyak 14 siswa atau 77,8% siswa belum memenuhi nilai KKM. Nilai rata-rata pre-test word meaning pada kelompok eksperimen adalah 54,78. Secara keseluruhan, kemampuan penguasaan kosakata Bahasa Inggris siswa aspek word meaning masih jauh di bawah KKM. Berikut ini contoh hasil pre-test siswa pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Gambar 9. Contoh Hasil Pre-test Word Meaning Kelompok Kontrol
86
Gambar 10. Contoh Hasil Pre-test Word Meaning Kelompok Eksperimen Pada saat pre-test, banyak terjadi kesalahan mengartikan kosakata, misalnya arti kosakata sandals, pajamas, hat, belt, slippers, shirt, skirt, shorts karena siswa belum mengenal kosakata tersebut. Bagi siswa, kosakata tersebut sangat baru. Beberapa siswa mencoba menanyakan jawaban kepada guru, namun guru memberikan pengertian kepada siswa bahwa akan menjelaskan kosakata pada pertemuan selanjutnya. Waktu mengerjakannya pun cukup lama hingga jam pelajaran habis, siswa belum selesai mengerjakan. Hal tersebut terjadi pada kedua kelompok, baik kelompok kontrol maupun eksperimen. Sesuai dengan pendapatnya Izzan (2010: 26) yang mengatakan bahwa ketika seorang anak mempelajari bahasa kedua, maka tahap yang harus dilalui adalah tahap pengenalan, pendengaran, dan pengucapan. Jika siswa belum
87
mengenal kosakata dan belum pernah mendengar kosakata maka siswa merasa kesulitan dalam mengartikan kosakata (word meaning). Setelah diadakan pre-test, dilakukan pemberian perlakuan pada kedua kelompok sebanyak 3 kali pertemuan. Pertemuan pada kelompok kontrol menggunakan metode pembelajaran ceramah bervariasi. Guru mengkombinasikan ceramah dengan kegiatan tanya jawab. Kegiatan pembelajaran cenderung didominasi guru (teacher centered). Pada aspek word meaning, guru menyajikan daftar kosakata beserta artinya di papan tulis, lalu siswa mencatat ulang kosakata di buku tulis masing-masing. Selama kegiatan pembelajaran, siswa terlihat pasif. Sebanyak 75% dari 20 siswa yang mengikuti pelajaran tidak memperhatikan guru ketika menerangkan. Sebagian besar siswa asyik mengobrol dengan temannya dan tidak memperhatikan guru, bahkan beberapa siswa jalan-jalan di kelas. Meskipun guru sudah menasehati, namun siswa menghiraukannya dan tidak tertarik belajar Bahasa Inggris. Kegiatan belajar menjadi kurang efektif. Kondisi tersebut berbeda dengan kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan dengan metode Talking Stick. Suasana pembelajaran sangat menyenangkan. Siswa terlibat aktif selama kegiatan pembelajaran (student centered). Terlihat seluruh siswa memperhatikan guru dan antusias ketika melakukan permainan tanya jawab dengan metode Talking Stick. Hal tersebut sesuai dengan pendapatnya Shoimin (2016: 198) yang mengatakan bahwa pembelajaran dengan metode Talking Stick dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat peserta didik aktif.
88
Setelah adanya perlakuan, tahap selanjutnya adalah post-test. Hasil post-test kemampuan penguasaan kosakata siswa aspek word meaning dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 17. Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Aspek Word Meaning Kelompok Kontrol Kelomok Eksperimen Rentang No Nilai Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1 90-100 3 14,3% 9 45% 2 70-89 4 19% 7 35% 3 60-69 6 28,6% 2\ 10% 4 0-59 8 38,1% 2 10% Rata-rata 61,67 83,65 Skor Tertinggi 100 100 Skor Terendah 7 47
Hasil post-test menunjukkan bahwa nilai rata-rata word meaning siswa pada kelompok eksperimen adalah 83,65. Sebanyak 66,7% siswa memperoleh nilai dibawah KKM. Sedangkan hasil post-test pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa nilai rata-rata word meaning siswa sebesar 61,67. Sebanyak 20% siswa mendapat nilai dibawah KKM. Hal tersebut menunjukkan adanya kenaikan nilai rata-rata dari nilai pre-test ke post-test. Nilai rata-rata pre-test kelompok kontrol dari 51 naik menjadi 61,67 dengan kenaikan nilai sebesar 10,67. Nilai rata-rata pre-test kelompok eksperimen dari 54,78 naik menjadi 83,65 dengan kenaikan nilai sebesar 28,87. Kenaikan nilai rata-rata kelompok eksperimen jauh lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Berikut ini contoh hasil post-test siswa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
89
Gambar 11. Contoh Hasil Post-test Word Meaning Siswa Kelompok Kontrol
/ Gambar 12. Contoh Hasil Post-test Word Meaning Siswa Kelompok Eksperimen 90
Beberapa kesalahan yang dilakukan siswa adalah terbalik dalam mengartikan kosakata, karena ada beberapa kosakata yang hampir sama penulisannya, sehingga siswa lupa. Misalnya, kosakata shirt, skirt, dan shorts. Penulisan yang hampir sama membuat siswa kesulitan dalam mengingat. Masih ada siswa yang lupa dalam membedakan kosakata sandals dan slippers karena arti kosakata dalam Bahasa Indonesia hampir sama. Sandals dalam Bahasa Indonesia berarti sandal, sedangkan slippers dalam Bahasa Indonesia berarti selop. Selain itu, siswa juga terbantu dengan kosakata sandals yang mirip dengan kosakata dalam bahasa ibu siswa. Menurut White (dalam Brewster, 2002: 81-83), faktor yang mempengaruhi penguasaan word meaning kosakata bahasa kedua salah satunya adalah similarity to L1. Siswa lebih mudah memahami kosakata yang hampir sama dengan bahasa ibu daripada kata yang jauh berbeda dengan bahasa ibu. Berikut ini diagram perbandingan nilai rata-rata hasil kemampuan penguasaan kosakata Bahasa Inggris siswa aspek word meaning.
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Pre-test
Post-test
Gambar 13. Diagram Perbandingan Nilai Rata-Rata Hasil Kemampuan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siswa Aspek Word Meaning 91
Perbedaan nilai rata-rata yang cukup jauh pada hasil post-test kelompok kontrol dan kelompok eksperimen disebabkan oleh pemberian perlakuan yang berbeda pada kedua kelompok. Siswa dengan kelompok kontrol belajar word meaning dengan membuat daftar kosakata di papan tulis beserta artinya lalu siswa mencatatnya. Siswa cenderung pasif karena hanya mencatat saja. Hanya ada 25% siswa yang memperhatikan penjelasan guru, 75% diantaranya ramai di kelas, tidak memperhatikan guru, asyik mengobrol dengan temannya, dan tidak menuruti nasihat guru. Djiwandono (2009: 4) mengatakan bahwa kegiatan menyimak merupakan salah satu kunci kemajuan dan penguasaan Bahasa Inggris. Keterampilan menyimak menjadi tahap awal siswa menguasai kosakata Bahasa Inggris. Jika siswa tidak memperhatikan, maka penguasaan kosakata siswa rendah. Terlihat siswa kurang termotivasi mengikuti pelajaran. Sesuai dengan pendapatnya Brewster (2002: 20) bahwa suasana belajar bahasa kedua membutuhkan cara agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. Jika suasana pembelajaran tidak menarik, maka siswa tidak tertarik mengikuti pelajaran. Pembelajaran pada kelompok eksperimen dengan menggunakan metode Talking Stick mampu membuat motivasi belajar siswa tinggi. Siswa dengan metode Talking Stick berlomba-lomba dalam menghafal kosakata dan artinya. Bersama teman sekelompoknya, siswa saling bekerja sama dan membantu menghafal untuk menguasai materi. Siswa terlihat antusias dan aktif belajar dibanding dengan guru (student center). Hal tersebut sesuai dengan jurnal dari Ida Bagus Manuaba, dkk (2014) bahwa faktor yang menyebabkan pengaruh metode Talking Stick adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa. Jurnal tersebut 92
diperkuat dengan jurnal dari Fujioka (1998) bahwa metode Talking Stick cocok diterapkan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa. Selain itu, Nunan (2003: 8) juga mengungkapkan bahwa focus on the learner merupakan salah satu prinsip mengajar Bahasa Inggris. Siswa pada kelompok eksperimen mempelajari kosakata pada materi yang telah dibagikan guru dengan melakukan tanya jawab, lalu belajar secara berkelompok dengan temannya, kemudian diulangi lagi ketika guru mengecek arti kosakata dengan metode Talking Stick. Siswa kelompok kontrol mempelajari kosakata sebanyak 1 kali sedangkan kelompok eksperimen sebanyak 3 kali dengan cara mengulanginya. Semakin sering siswa mempelajari, maka semakin siswa hafal arti kosakata. Hal tersebut sesuai dengan teori dari Cameron (2001: 81) bahwa mempelajari kosakata haruslah diingatkan berkali-kali agar lebih efektif. Meskipun pada awal tanya jawab siswa kesulitan, namun setelah tiga kali belajar siswa lebih lancar.
2.
Temuan Pengaruh Metode Talking Stick Terhadap Penguasaan Kosakata tentang Writing Kemampuan writing pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen saat
pre-test masih sangat kurang. Kesalahan yang dilakukan siswa adalah ketika menyusun huruf acak menjadi sebuah kata masih terbalik hurufnya. Siswa belum mengenal kosakata, termasuk cara menulis (writing). Hasil pre-test kemampuan penguasaan kosakata siswa aspek writing dapat dilihat pada tabel berikut.
93
Tabel 18. Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Aspek Writing Kelompok Kontrol Kelomok Eksperimen Rentang No Nilai Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1 90-100 0 0% 0 0% 2 70-89 2 10% 5 27,8% 3 60-69 2 10% 1 5,5% 4 0-59 16 80% 12 66,7% Rata-rata 49,40 54 Skor Tertinggi 88 88 Skor Terendah 24 18 Hasil nilai rata-rata pre-test menunjukkan bahwa kemampuan menulis (writing) siswa pada kelompok kontrol adalah 49,40. Sebanyak 90% siswa belum memenuhi nilai KKM. Sedangkan nilai rata-rata pre-test kelompok eksperimen sebesar 54. Sebanyak 73,2% siswa belum memenuhi nilai KKM. Berikut ini contoh hasil pre-test siswa.
Gambar 14. Contoh Hasil Pre-test Writing Kelompok Kontrol 94
Gambar 15. Contoh Hasil Pre-test Writing Kelompok Eksperimen
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa tersebut, terlihat bahwa siswa masih terbalik dalam menulis kosakata. Misalnya, raincoat menjadi rcoatani ataupun ranicoat, coat menjadi cato. Siswa belum mengenal kosakata sehingga belum mampu menulis dengan benar. Keterampilan menulis merupakan keterampilan produktif sehingga memerlukan pembendaharaan kosakata terlebih dahulu. Seperti yang diungkapkan oleh Rusmajadi (2010: 230) bahwa “tidak mungkin seorang akan mampu
menulis
dengan
baik,
apabila
kemampuan
grammar-nya
atau
pembendaharaan kata-katanya sangat lemah”. Setelah diadakan pre-test, maka diadakan perlakuan. Siswa dilatih penulisan kosakata yang tepat. Kelompok kontrol belajar writing dengan mencatat ulang 95
daftar kosakata yang guru tuliskan di papan tulis. Siswa menulis ulang dibuku tulis masing-masing. Siswa terlihat bosan dan beberapa siswa tidak mencatat kosakata di buku tulis. Sebagian besar siswa memilih mengobrol dengan teman. Sementara itu, pada kelompok eksperimen, siswa belajar menulis secara berulangulang. Siswa berlatih writing bersama teman kelompok belajarnya. Kemudian, guru mengecek ulang writing siswa ketika tahap pemberian pertanyaan dalam metode Talking Stick. Siswa sangat senang belajar. Hal tersebut terlihat dari raut wajah siswa yang ceria ketika menentukan letak pemberhentian tongkat. Setelah tiga kali pertemuan diadakan perlakuan, siswa mengerjakan soal post-test sebanyak 17 soal dengan tipe soal Teka Teki Silang (TTS). Berikut hasil post-test aspek writing siswa. Tabel 19. Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Aspek Writing Kelompok Kontrol Kelomok Eksperimen Rentang No Nilai Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1 90-100 5 23,8% 8 40% 2 70-89 8 38,1% 7 35% 3 60-69 1 4,8% 3 15% 4 0-59 7 33,3% 2 10% Rata-rata 74 82,35 Skor Tertinggi 100 100 Skor Terendah 29 53 Hasil post-test menunjukkan bahwa kemampuan menulis (writing) siswa pada kelompok eksperimen memiliki nilai rata-rata 82,35, sedangkan pada kelompok kontrol memiliki nilai rata-rata 74. Secara keseluruhan, ada 8 dari 21 siswa kelompok kontrol yang nilainya di bawah KKM, sedangkan ada 5 dari 20 siswa kelompok eksperimen yang nilainya di bawah KKM. Berikut contoh hasil post-test siswa aspek writing.
96
Gambar 16. Contoh Hasil Post-test Writing Kelompok Kontrol
Gambar 17. Contoh Hasil Post-test Writing Kelompok Eksperimen 97
Berdasarkan contoh hasil pekerjaan siswa tersebut, terlihat kosakata shoes ditulis dengan shous. Kesalahan siswa adalah menulis kosakata sama dengan cara membacanya. Masih ada juga yang terbalik dalam menulis kosakata. Berikut ini diagram perbandingan nilai rata-rata hasil kemampuan penguasaan kosakata Bahasa Inggris siswa aspek writing.
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Pre-test
Post-test
Gambar 18. Diagram Perbandingan Nilai Rata-Rata Hasil Kemampuan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siswa Aspek Writing
Perbedaan hasil rata-rata post-test disebabkan oleh keterlatihan siswa dalam writing kosakata. Melalui metode Talking Stick, siswa termotivasi untuk menulis kosakata dengan baik. Siswa bersama kelompoknya mempersiapkan diri jika mendapat pertanyaan dari guru. Terlihat siswa saling bertanya jawab dengan teman sekelompoknya tentang penulisan yang benar. Ketika berkeliling mengecek cara belajar siswa dalam berkelompok, terlihat beberapa siswa saling mengecek penulisan temannya dengan menulis di selembar kertas. Jika belum benar menulis, siswa saling mengingatkan dan mengulangi cara penulisan hingga terbentuk charts penulisan kosakata yang tepat. Sesuai dengan teori dari Cameron (2001: 81) bahwa mempelajari kosakata haruslah diingatkan berkali-kali agar lebih 98
efektif. Ketika metode Talking Stick berlangsung, siswa sangat senang dan seperti bermain. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik siswa usia SD yang menyukai permainan. Seperti pendapatnya Susanto (2013: 86) yang mengatakan bahwa anak usia SD memiliki karakteristik anak usia suka bermain. Penerapkan metode pembelajaran yang menyenangkan mampu membangkitkan motivasi siswa untuk belajar dan tercipta pembelajaran yang bermakna sehingga siswa lebih mudah dalam menguasai materi pelajaran. Hal tersebut sesuai dengan teorinya Brewster (2002: 172) yang mengatakan bahwa siswa tidak hanya termotivasi dan merasa menyenangkan ketika melakukan permainan, tetapi juga mengembangkan pelafalan kata, kosakata, tata bahasa, serta empat keterampilan berbahasa, termasuk keterampilan menulis (writing). Pada kelompok kontrol, kondisi pembelajaran yang kurang efektif yakni suasana kelas yang gaduh dan ramai membuat siswa belum bisa menulis dengan benar. Hanya siswa yang memperhatikan yang bisa menulis dengan benar. Masih ada 38,1% siswa yang nilainya belum memenuhi KKM. Kesalahan terbanyak adalah pada kosakata vest dan socks. Siswa masih terbalik dalam menulis kosakata, misalnya vest ditulis vets, dan socks ditulis sokss. Sebagian besar siswa tidak mengetahui dan menyimak cara menulis yang benar sehingga siswa kesulitan dalam mengerjakan. Menurut Brewster (2002: 119), tahap awal mengajarkan keterampilan menulis adalah menulis ulang kosakata untuk mempraktikkan penulisan kosakata yang benar. Jika siswa tidak menyimak dan belajar menulis, maka siswa kesulitan menulis kosakata Bahasa Inggris.
99
3.
Temuan Pengaruh Metode Talking Stick Terhadap Penguasaan Kosakata tentang Pronunciation Pemberian tes unjuk kerja pada pronunciation dilakukan dengan mengecek
satu persatu siswa secara bergantian untuk melafalkan kosakata Bahasa Inggris dengan cara membaca daftar kosakata. Sebanyak 16 kosakata dibaca siswa pada saat pre-test maupun post-test. Berikut hasil pre-test pronunciation siswa. Tabel 20. Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Aspek Pronunciation Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen Rentang No Nilai Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1 90-100 0 0% 0 0% 2 70-89 0 0% 1 5,6% 3 60-69 7 35% 3 16,6% 4 0-59 13 65% 14 77,8% Rata-rata 52,05 45,89 Skor Tertinggi 69 88 Skor Terendah 19 25 Hasil pre-test pronunciation pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa dari 20 siswa, tidak ada 1 siswa pun yang nilainya memenuhi KKM, yaitu 70. Nilai rata-rata pre-test pronunciation pada kelompok kontrol adalah 52,05. Pada kelompok eksperimen, dari 18 siswa hanya 1 siswa yang memenuhi KKM dengan nilai 88. Sebanyak 94,4% siswa belum memenuhi KKM. Nilai rata-rata pre-test pronunciation pada kelompok eksperimen adalah 45,89. Kemampuan siswa pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dalam kemampuan aspek pronunciation sangat kurang. Seperti pendapatnya Tarigan (2008: 14) bahwa mempelajari suatu bahasa dapat dilakukan dengan jalan: 1) menyimaknya, 2) menirunya, dan 3) mempraktikannya. Jika siswa belum pernah mendengar dan menirukan cara melafalkan, siswa belum bisa melafalkan kosakata dengan baik. Berikut ini contoh hasil pre-test aspek pronunciation siswa. 100
Gambar 19. Contoh Hasil Pre-test Pronunciation Kelompok Kontrol
Gambar 20. Contoh Hasil Pre-test Pronunciation Kelompok Eksperimen 101
Kesalahan yang banyak dilakukan siswa adalah dalam hal cara membacanya yang sama dengan cara membaca kosakata Bahasa Indonesia. Padahal, cara baca kosakata Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris sangat jauh perbedaannya. Siswa belum mengenal kosakata dengan baik. Sebagai contoh, kosakata hat, yang seharusnya dibaca dengan /hæt/, namun siswa membaca dengan hat seperti pelafalan Bahasa Indonesia. Begitu juga dengan kosakata sandals, skirt, shirt, tshirt. Setelah diadakan pre-test, maka siswa diberikan perlakuan. Kelompok kontrol berlatih melafalkan kosakata dengan menirukan cara baca guru. Siswa hanya duduk, mendengarkan kosakata, dan menirukan cara pelafalan. Siswa terlihat jenuh dan bosan. Bahkan sebagian besar siswa tidak memperhatikan guru. Sementara itu, pada kelompok eksperimen, siswa tidak hanya berlatih dengan menirukan guru saja, melainkan dengan teman sekelompoknya juga. Terlihat beberapa siswa aktif menanyakan kembali kepada guru cara melafalkan yang benar. Metode Talking Stick membuat siswa belajar dalam suasana yang menyenangkan. Siswa riang saat dicek kembali cara pelafalan yang benar dalam metode Talking Stick pada tahap pemberian pertanyaan dari guru dengan diiringi dengan musik ceria. Siswa terlihat santai belajar yang ditunjukkan dengan menebak-nebak kapan musik berhenti dan siapa yang menjawab pertanyaan sambil tertawa riang. Hal tersebut sesuai dengan pendapatnya Campbell (2002: 220) yang mengungkapkan pandangannya tentang musik bahwa musik membawa suasana positif dan santai untuk menimbulkan kegairahan, serta memperkuat pokok bahasan. Campbell (2002: 220) menambahkan bahwa pelajaran musik 102
membantu membaca kosakata bahasa kedua. Suasana santai dan menyenangkan merupakan hal penting dalam pembelajaran Bahasa Inggris yang sesuai dengan pendapatnya Mustadi (2011) yang mengatakan bahwa “the keyword of English language teaching for young learners is fun”. Setelah dilakukan 3 kali perlakuan, siswa dicek pronunciation lagi melalui post-test. Hasil post-test kemampuan penguasaan kosakata siswa aspek pronunciation dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 21. Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Aspek Pronunciation Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen Rentang No Nilai Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1 90-100 1 4,8% 5 25% 2 70-89 7 33,3% 11 55% 3 60-69 9 42,9% 4 30% 4 0-59 4 19% 0 0% Rata-rata 68,05 82,35 Skor Tertinggi 94 100 Skor Terendah 31 63
Hasil post-test menunjukkan bahwa nilai rata-rata penguasaan pronuciation kelompok eksperimen sebesar 82,35. Sebanyak 70% siswa mendapat nilai yang memenuhi KKM. Sedangkan pada kelompok kontrol nilai rata-rata penguasaan pronuciation sebesar 68,05. Sebanyak 48,1% siswa mendapat nilai yang memenuhi KKM. Hal tersebut menunjukkan bahwa penguasaan pronuciation kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Berikut contoh hasil post-test siswa.
103
Gambar 21. Contoh Hasil Post-test Pronunciation Siswa Kelompok Kontrol
Gambar 22. Contoh Hasil Post-test Pronunciation Siswa Kelompok Eksperimen 104
Kesalahan yang dilakukan ketika pre-test, kembali diulang siswa kelompok kontrol saat post-test. Kesalahan terbanyak adalah saat pengucapan kosakata skirt, t-shirt, dan shirt yang dilafalkan siswa dalam Bahasa Indonesia. Sementara itu, siswa pada kelompok eksperimen yang menggunakan metode Talking Stick berlatih melafalkan kosakata secara berulang, diantaranya: menirukan cara melafalkan kosakata oleh guru, belajar melafalkan kosakata dengan teman kelompok, dan diuji ketika mendapat giliran pertanyaan saat metode Talking Stick berlangsung, sehingga siswa terbiasa membaca dengan benar. Sementara itu, siswa pada kelompok kontrol hanya sekali dalam mengajar cara pengucapan yang baik dan siswa mudah sekali lupa. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian dari Ginanjar Jiwangga Murti (2014) bahwa penggunaan metode Talking Stick dalam keterampilan berbicara lebih efektif daripada metode konvensional (ceramah). Berikut ini diagram perbandingan nilai rata-rata penguasaan kosakata aspek pronunciation.
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Pre-test
Post-test
Gambar 23. Diagram Perbandingan Nilai Rata-Rata Hasil Kemampuan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siswa Aspek Pronunciation
105
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dan pengujian hipotesis di atas, peneliti mengetahui bahwa pembelajaran bahasa kedua memerlukan metode yang inovatif. Metode Talking Stick yang didesain dalam bentuk pembelajaran kooperatif dan games yang menyenangkan mampu membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga nilai rata-rata siswa kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Sesuai dengan pendapatnya
Brewster (2002: 172) bahwa
motivasi dan fun learning mampu menguasai penguasaan kosakata siswa. Metode Talking Stick juga diiringi dengan musik yang ceria. Campbell (2002: 220) mengatakan bahwa musik membawa suasana positif dan santai untuk menimbulkan kegairahan belajar serta membantu membaca kosakata bahasa kedua. Penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan metode pembelajaran mempengaruhi penguasaan kosakata Bahasa Inggris siswa, baik tentang word meaning, writing, maupun pronunciation. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan metode Talking Stick terhadap penguasaan kosakata Bahasa Inggris pada siswa kelas V SD Gedongkiwo.
D. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini berhasil dilaksanakan, namun tidak terlepas dari adanya keterbatasan penelitian yang terjadi selama penelitian. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan treatment pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan pada jam terakhir pelajaran yang berdampak pada rasa lelah siswa dan daya konsentrasi siswa kurang.
106
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang penggunaan metode Talking Stick terhadap penguasaan kosakata Bahasa Inggris pada siswa kelas V SD Gedongkiwo. Pengambilan kesimpulan tersebut berdasarkan pada hasil uji t posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil analisis uji t menunjukkan bahwa nilai t sebesar 3,511 dan signifikansi sebesar 0,001. Nilai signifikansi kurang dari 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan nilai posttest antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hal tersebut menunjukkan bahwa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan akhir yang berbeda dalam menguasai kosakata Bahasa Inggris. Nilai rata-rata hasil post-test menunjukkan bahwa kelompok eksperimen memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Kelompok eksperimen memiliki nilai rata-rata 82,50, sedangkan untuk kelompok kontrol memiliki nilai rata-rata 68,19. Dengan demikian, terdapat pengaruh penggunaan metode Talking Stick terhadap penguasaan kosakata Bahasa Inggris pada siswa kelas V SD Gedongkiwo.
B. Implikasi Sebagaimana telah disimpulkan dalam penelitian bahwa terdapat pengaruh penggunaan metode Talking Stick terhadap penguasaan kosakata Bahasa Inggris pada siswa kelas V SD Gedongkiwo. Berdasarkan kesimpulan tersebut, implikasi 107
yang dapat diberikan adalah guru perlu berinovasi dan kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran sehingga tercipta pembelajaran yang menarik dan menyenangkan dan mendorong siswa menguasai materi pelajaran. Metode Talking Stick dikemas dalam bentuk permainan berbantu stick atau tongkat yang sesuai dengan karakteristik anak usia SD yang menyukai permainan dan belajar bersama teman sebaya sehingga siswa termotivasi dalam belajar yang berdampak pada penguasaan siswa dalam mempelajari materi. Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran, siswa dengan metode Talking Stick berlomba-lomba dalam menguasai materi, misalnya menghafal kosakata beserta artinya, menulis kosakata, melafalkan kosakata, dan saling bekerja sama ketika berkelompok dengan temannya untuk menguasai materi. Siswa sangat antusias dalam belajar. Hal tersebut dilakukan siswa agar bisa menjawab ketika mendapat giliran membawa tongkat dalam permainan Talking Stick dan harus menjawab pertanyaan dari guru. Siswa terlihat antusias dan aktif belajar dibanding dengan guru (student center). Berdasarkan hasil penelitian, metode Talking Stick berpengaruh terhadap penguasaan kosakata Bahasa Inggris siswa. Oleh sebab itu, metode ini dapat digunakan guru untuk memperkaya metode pembelajaran dan menambah inovasi dalam kegiatan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.
C.
Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, beberapa saran yang dapat
diajukan antara lain sebagai berikut: 108
1.
Bagi Kepala Sekolah Sebagai wujud dukungan agar proses pembelajaran Bahasa Inggris dapat berjalan lancar, menyenangkan, efektif, sebaiknya kepala sekolah mampu mengkoordinasi metode pembelajaran termasuk menunjang penerapan metode pembelajaran Talking Stick sebagai metode pembelajaran alternatif yang membantu menguasai pembelajaran kosakata Bahasa Inggris siswa guna memaksimalkan kemampuan siswa dalam mempelajari Bahasa Inggris.
2.
Bagi Guru Guru diharapkan dapat menggunakan metode pembelajaran Talking Stick dalam kegiatan pembelajaran sebagai
salah
satu
inovasi
metode
pembelajaran agar siswa menguasai kosakata Bahasa Inggris. Untuk menggunakan metode ini, diperlukan persiapan yang matang, seperti menyiapkan materi, tongkat, dan iringan musik agar pembelajaran berjalan dengan baik. 3.
Bagi Peneliti Lain Peneliti lain dapat memanfaatkan penelitian ini sebagai referensi apabila melakukan penelitian sejenis. Peneliti lain disarankan untuk memilih materi yang berbeda supaya mendapat gambaran yang lebih meyakinkan tentang penguasaan kosakata Bahasa Inggris siswa.
109
DAFTAR PUSTAKA
Anitah W., S. dkk. (2009). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Brewster, J., Ellis, G., & Girard, D. (2002). The Primary English Teacher’s Guide. London: Penguin English. Brown, H.D. (2007). Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa, (Edisi Kelima). (Terjemahan Noor Cholis & Yusi Avianto Pareanom). Jakarta: Pearson Education. Cameron, L. (2001). Teaching Language to Young Learner. Cambridge: Cambridge University Press. Campbell, Don. (2002). Efek Mozart Memanfaatkan Kekuatan Musik untuk Mempertajam Pikiran, Meningkatkan Kreativitas, dan Menyehatkan Tubuh. (Terjemahan Hermaya). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Dalman. (2014). Keterampilan Menulis. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Davies, P. & Pearce, E. (2000). Success in English Teaching. New York: Oxford University Press. Djamarah, S.B. & Zain, A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. (rev ed.). Jakarta: Rineka Cipta. Djiwandono, P.I. (2009). Strategi Belajar Bahasa Inggris. Jakarta: Indeks. Fujioka, K. (1998). The Talking Stick: An American Indian Tradition in the ESL Classroom. The Internet TESL Journal (Vol. IV, No. 9). Diambil pada tanggal 25 Januari 2017, dari http://iteslj.org/Techniques/FujiokaTalkingStick.html. Ghazali, S. (2010). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Pendekatan Komunikatif-Interaktif. Bandung: PT Refika Aditama. Harmer, J. (2001). The Practice of English Language Teaching. England: Pearson Education Limited. Iskandarwassid & Sunendar, D. (2013). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya. 110
Izzan, A. (2010). Metodologi Pembelajaran Bahasa Inggris. Bandung: Humaniora. Izzaty, R.E, dkk. (2013). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press. Kemendikbud. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum. diakses dari http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/bsnp/Permendikbud81A2013ImplementasiK13Lengkap.pdf pada 17 Januari 2016. Manuaba, I.B.N, dkk. (2014). Pengaruh Metode Talking Stick Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 1 Karangasem Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha (Vol. 2 No. 1) diambil pada tanggal 25 Januari 2017 dari http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/2234. Mustadi, A. (2009). Pengembangan Pengajaran Writing Melalui Metode Beyond Centers and Circles Time Mata Kuliah Bahasa Inggris di PGSD. Jurnal Penelitian FIP. Diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Artikel-TBT-Terbit Majalah Ilmiah ELEMENTARY 20Juli2010_0.pdf pada 21 Januari 2017. __________. (2011). English Syllabus Design for Elementary School Teacher Education Department, Faculty of Education, State University of Yogyakarta: A Study to Develop an Alternative English Syllabus (Doctoral dissertation, Dissertation, Semarang: State University of Semarang). Diakses pada https://scholar.google.com/scholar?cluster=6022276216670821250&hl =en&oi=scholarr. Noviasari, R, dkk. (2014). Teaching Speaking Through Talking Stick Method. Vol. 3, No. 5. Diambil pada tanggal 25 Januari 2016 dari http://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php?journal=JFKIP. Nunan, D. (2003). Practical English Language Teaching. New York: McGrawHill. Pringgawidagda, S. (2002). Strategi Penguasaan Berbahasa. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Riduwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Rusmajadi, J. (2010). Terampil Berbahasa Inggris Beberapa Tips Mengajar Bahasa Inggris. Jakarta: Indeks. 111
Sani, R.A. (2015). Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Shoimin, A. (2016). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Slavin, Robert E. (2005). Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. (Terjemahan Narulita Yusron). Bandung: Nusa Media. Sugiyono. (2012). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Surabaya: Pustaka Pelajar. Susanto, A. (2013). Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group. Tarigan, H.G. (2008). Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. ed. rev. Bandung: Angkasa. ______________. (2011). Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa. Uno, H.B. & Mohamad, N. (2011). Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara.
112
LAMPIRAN
113
Lampiran 1. Surat Pernyataan Validator Instrumen
114
Lampiran 2. Pedoman Penilaian Instrumen
PEDOMAN PENILAIAN INSTRUMEN
PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS MELALUI METODE TALKING STICK
Pemberian skor untuk soal tes tertulis pada penguasaan kosakata word meaning dikategorikan sebagai berikut: a. Benar
(skor 1)
b. Salah
(skor 0)
Pemberian skor untuk soal tes tertulis pada penguasaan kosakata writing dikategorikan sebagai berikut: a. Benar
(skor 1)
b. Salah
(skor 0)
Pemberian skor untuk tes unjuk kerja pada penguasaan kosakata pronunciation dikategorikan sebagai berikut: a. Benar
(skor 1)
b. Salah
(skor 0)
115
Lampiran 3. Soal Instrumen Penelitian Sebelum Uji Coba Instrumen 1. Instrumen Soal Pre-test tentang Word Meaning Nama No Absen Kelas Choose the correct answer! 1.
Boy : What is this? Hafidz : This is a ... a. shirt b. t-shirt c. skirt
2.
Tuti Isna
: What do you wear for sport? : I wear a pair of... a. slippers b. sandals c. shoes
3.
Eni Faiz
: Today is raining. We must wear a ... : Good idea. a. shirt b. vest c. raincoat
4.
There is a pair of ... a. shoes b. sandals c. socks
5.
There is a pair of ... a. shorts b. gloves c. trousers
6.
Dea : What do you wear, Dad? Father : I wear a ... a. tie b. vest c. hat 116
: ............................ : ............................ : ............................
7.
Endarti : Are you ready to go out now? Erni : Not yet. I need to wear my ... a. slippers b. gloves c. trousers
8.
Hega : What is this? Tuty : This is a ... a. hat b. belt c. tie
9.
That is a pair of ... a. shorts b. trousers c. gloves
10. Palupi is wearing a... a. belt b. tie c. hat 11. Vika : What is this? Jono : This is a ... a. vest b. hat c. belt 12. Tralala : What do you want to buy? Trilili : I want to buy a pair of ... a. gloves b. sandals c. slippers 13. Hafidz : It’s 4 a.m. It’s very cold outside. Wear your ... Tommy : Okay. a. jacket b. t-shirt c. coat
117
14. Siti Ali
: May I borrow your ... ? : Sure. a. t-shirt b. skirt c. coat
15. Dita : What would you want to give for Riko’s birthday party? Silvi : I would give a ... for him. a. shirt b. t-shirt c. scarf 16. Rama : What do you want to buy? Nanda : I want to buy a ... a. skirt b. shirt c. t-shirt 17. Khansa : The weather is very cold. Aurel : We better wear a ... to warm our neck. a. scarf b. jacket c. coat 18. Rani : What do you need before wearing your shoes? Kunthi : I need to wear my ... a. sandals b. slippers c. socks 19. Janaka : What is this? Shinta : This is a ... a. vest b. ring c. tie 20. Ahmad : What does your sister wear for sleeping? Ani : She wears .... a. shorts b. gloves c. pajamas
118
Instrumen 2. Instrumen Soal Pre-test tentang Writing Nama : .............................. Kelas : .............................. Arrange the jumbled word into a good word! 1. h-i-r-t-s 2. s-o-h-e-s 3. c-o-a-t-r-a-n-i 4. s-a-l-d-n-s-a 5. s-h-o-r-s-t 6. i-e-t 7. l-o-g-v-e-s 8. b-e-t-l 9. r-t-o-u-s-e-r-s 10. a-t-h 11. v-e-t-s 12. p-e-r-s-s-l-i-p 13. j-a-k-c-e-t 14. c-a-t-o 15. t-s-h-i-t-r 16. r-s-k-i-t 17. s-a-r-c-f 18. s-o-c-s-k 19. n-g-r-i 20. j-a-m-a p-a-s
= .... = .... = .... = ... = .... = .... = .... = .... = .... = .... = .... = .... = .... = .... = .... = .... = .... = .... = .... = ....
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
119
Instrumen 3. Instrumen Soal Pre-test Unjuk Kerja tentang Pronunciation
Pronounce this vocabulary!
1. shirt 2. shoes 3. raincoat 4. sandals 5. shorts 6. tie 7. gloves 8. belt 9. trousers 10. hat 11. vest 12. slippers 13. jacket 14. coat 15. t-shirt 16. skirt 17. scarf 18. socks 19. ring 20. pajamas
120
Lampiran 4. Rubrik Soal Tes Unjuk Kerja tentang Pronunciation Sebelum Uji Coba
Nama : .................................. Kelas : .................................. Isilah checklist berikut dengan memberikan tanda centang! No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Skor
Aspek
1
0
Siswa mengucapkan kosakata shirt. Siswa mengucapkan kosakata shoes. Siswa mengucapkan kosakata raincoat. Siswa mengucapkan kosakata sandals. Siswa mengucapkan kosakata shorts. Siswa mengucapkan kosakata tie. Siswa mengucapkan kosakata gloves. Siswa mengucapkan kosakata belt. Siswa mengucapkan kosakata trousers. Siswa mengucapkan kosakata hat. Siswa mengucapkan kosakata vest. Siswa mengucapkan kosakata slippers. Siswa mengucapkan kosakata jacket. Siswa mengucapkan kosakata coat. Siswa mengucapkan kosakata t-shirt. Siswa mengucapkan kosakata skirt. Siswa mengucapkan kosakata scarf. Siswa mengucapkan kosakata socks. Siswa mengucapkan kosakata ring. Siswa mengucapkan kosakata pajamas.
Keterangan: Skor 1 = jika suara lantang dan pengucapan tepat. Skor 0 = jika suara lantang dan pengucapan tidak tepat. Yogyakarta,
Februari 2017 Peneliti,
Erni Palupi NIM 13108241043 121
Lampiran 5. Kunci Jawaban Instrumen Penelitian Sebelum Uji Coba
Kunci Jawaban Soal Instrumen Penelitian Sebelum Uji Coba tentang Word Meaning
1. A 2. C 3. C 4. B 5. A 6. A 7. B 8. B 9. B 10. C 11. A 12. C 13. A 14. C 15. B 16. A 17. A 18. C 19. C 20. C
122
Kunci Jawaban Soal Instrumen Penelitian Sebelum Uji Coba tentang Writing Nama : .............................. Kelas : .............................. Arrange the jumbled word into a good word! 1. h-i-r-t-s 2. s-o-h-e-s 3. c-o-a-t-r-a-n-i 4. s-a-l-d-n-s-a 5. s-h-o-r-s-t 6. i-e-t 7. l-o-g-v-e-s 8. b-e-t-l 9. r-t-o-u-s-e-r-s 10. a-t-h 11. v-e-t-s 12. p-e-r-s-s-l-i-p 13. j-a-k-c-e-t 14. c-a-t-o 15. t-s-h-i-t-r 16. r-s-k-i-t 17. s-a-r-c-f 18. s-o-c-s-k 19. n-g-r-i 20. j-a-m-a p-a-s
= shirt = shoes = raincoat = sandals = shorts = tie = gloves. = belt = trousers = hat = vest = slippers = jacket = coat = t-shirt = skirt = scarf = socks = ring = pajamas
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
123
Kunci Jawaban Instrumen Penelitian Sebelum Uji Coba tentang Pronunciation
1.
/ʃɜ:t/
2.
/ʃu:s/
3.
/reɪnkəʊt/
4.
/’sændl/
5.
/ʃɔ:ts/
6.
/taɪ/
7.
/glɅvs/
8.
/belt/
9.
/’traʊzǝz/
10. /hæt/ 11. /vest/ 12. /‘slɪpǝ(r)s/ 13. /’dʒækɪt/ 14. /kəʊt/ 15. /’ti: ʃɜ:t / 16. /skɜ:t/ 17. /skɑ:f/ 18. /sɒks/ 19. /rɪŋ/ 20. /pǝ’dʒa:mǝz/
124
Lampiran 6. Surat Ijin Uji Coba Instrumen Penelitian
125
Lampiran 7. Hasil Uji Validitas Instrumen dengan SPSS 16 for Windows Hasil Uji Validitas Instrumen tentang Word Meaning CORRELATIONS /VARIABLES=A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 Skor_Total /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.
Correlations Skor_Total A1
Pearson Correlation
.454*
Sig. (2-tailed)
.012
N A2
30
Pearson Correlation
.019
Sig. (2-tailed)
.922
N A3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .558** .001
N A4
30
Pearson Correlation
.269
Sig. (2-tailed)
.151
N A5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .568** .001
N A6
30
Pearson Correlation
.332
Sig. (2-tailed)
.073
N A7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .467** .009
N A8
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .477** .008
N A9
30
Pearson Correlation
.437*
Sig. (2-tailed)
.016
N A10
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .502** .005
N A11
30
Pearson Correlation
.286
Sig. (2-tailed)
.125
126
N A12
30
Pearson Correlation
.407*
Sig. (2-tailed)
.026
N A13
30
Pearson Correlation
.081
Sig. (2-tailed)
.669
N A14
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .584** .001
N A15
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .594** .001
N A16
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .636** .000
N A17
30
Pearson Correlation
.445*
Sig. (2-tailed)
.014
N A18
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .558** .001
N A19
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .483** .007
N A20
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .520** .003
N Skor_Total
30
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N
30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
127
Hasil Uji Validitas Instrumen tentang Writing CORRELATIONS /VARIABLES=B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13 B14 B15 B16 B17 B18 B19 B20 Skor_Total /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.
Correlations Skor_Total B1
Pearson Correlation
.369*
Sig. (2-tailed)
.045
N B2
30
Pearson Correlation
.429*
Sig. (2-tailed)
.018
N B3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .602** .000
N B4
30
Pearson Correlation
.429*
Sig. (2-tailed)
.018
N B5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .581** .001
N B6
30
Pearson Correlation
.243
Sig. (2-tailed)
.196
N B7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .533** .002
N B8
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .670** .000
N B9
30
Pearson Correlation
.420*
Sig. (2-tailed)
.021
N B10
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .694** .000
N B11
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .548** .002
128
N B12
30
Pearson Correlation
.247
Sig. (2-tailed)
.188
N B13
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .466** .009
N B14
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .699** .000
N B15
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .638** .000
N B16
30
Pearson Correlation
.438*
Sig. (2-tailed)
.015
N B17
30
Pearson Correlation
.298
Sig. (2-tailed)
.110
N B18
30
Pearson Correlation
.403*
Sig. (2-tailed)
.027
N B19
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .548** .002
N B20
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .541** .002
N Skor_Total
30
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N
30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
129
Hasil Uji Validitas Instrumen tentang Pronunciation CORRELATIONS /VARIABLES=C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 C13 C14 C15 C16 C17 C18 C19 C29 Skor_Total /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.
Correlations Skor_Total C1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.677** .000
N C2
30
Pearson Correlation
.287
Sig. (2-tailed)
.125
N C3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .553** .002
N C4
30
Pearson Correlation
.232
Sig. (2-tailed)
.217
N C5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .544** .002
N C6
30
Pearson Correlation
.447*
Sig. (2-tailed)
.013
N C7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .723** .000
N C8
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .566** .001
N C9
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .538** .002
N C10
30
Pearson Correlation
.403*
Sig. (2-tailed)
.027
N C11
30
Pearson Correlation
.061
Sig. (2-tailed)
.747
130
N C12
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .677** .000
N C13
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .482** .007
N C14
30
Pearson Correlation
.378*
Sig. (2-tailed)
.040
N C15
30
Pearson Correlation
.431*
Sig. (2-tailed)
.017
N C16
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .603** .000
N C17
30
Pearson Correlation
.238
Sig. (2-tailed)
.205
N C18
30
Pearson Correlation
.462*
Sig. (2-tailed)
.010
N C19
30
Pearson Correlation
.436*
Sig. (2-tailed)
.016
N C29
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 .593** .001
N Skor_Total
30
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N
30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
131
Lampiran 8. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen dengan SPSS 16 for windows Uji Reliabilitas Instrumen tentang Word Meaning RELIABILITY /VARIABLES=A1 A3 A5 A7 A8 A9 A10 A12 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /SUMMARY=TOTAL.
Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
% 30
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.801
15
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
A1
11.83
6.971
.329
.798
A3
11.70
7.045
.473
.786
A5
11.73
6.892
.491
.784
A7
11.77
7.013
.372
.793
A8
11.67
7.264
.420
.791
A9
11.77
7.013
.372
.793
A10
11.73
7.099
.372
.793
A12
11.77
7.151
.301
.798
A14
11.80
6.786
.449
.787
A15
11.87
6.671
.443
.788
A16
11.97
6.447
.489
.784
A17
11.70
7.183
.384
.792
A18
11.70
6.976
.518
.784
A19
11.70
7.114
.428
.789
A20
11.70
7.114
.428
.789
132
Uji Reliabilitas Instrumen tentang Writing RELIABILITY /VARIABLES=B1 B2 B4 B5 B6 B7 B9 B10 B11 B12 B13 B14 B15 B17 B18 B19 B20 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /SUMMARY=TOTAL.
Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
% 30
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.846
17
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
B1
10.87
15.706
.368
.842
B2
11.03
15.206
.334
.844
B3
11.37
14.309
.511
.835
B4
10.97
15.344
.344
.843
B5
11.17
14.557
.458
.838
B7
10.97
14.930
.490
.836
B8
11.00
14.414
.625
.830
B9
11.23
14.875
.355
.844
B10
11.13
13.982
.641
.827
B11
11.17
14.626
.438
.839
B13
11.03
15.137
.355
.843
B14
11.10
14.024
.650
.827
B15
11.07
14.271
.599
.830
B16
11.43
14.944
.350
.844
B18
11.17
15.178
.286
.847
B19
11.17
14.351
.517
.834
B20
10.93
15.168
.454
.838
133
Uji Reliabilitas Instrumen tentang Pronunciation RELIABILITY /VARIABLES=C1 C3 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C12 C13 C14 C15 C16 C18 C19 C20 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /SUMMARY=TOTAL.
Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
% 30
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.840
16
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
C1
10.17
12.282
.588
.823
C3
10.17
12.971
.373
.836
C5
9.93
13.444
.425
.834
C6
10.17
12.833
.415
.834
C7
10.13
11.982
.710
.816
C8
9.97
12.999
.550
.828
C9
10.47
12.809
.410
.834
C10
9.90
13.748
.359
.837
C12
10.17
12.282
.588
.823
C13
10.17
12.764
.436
.832
C14
10.20
13.269
.274
.842
C15
10.23
12.875
.382
.836
C16
10.53
12.533
.527
.827
C18
10.03
13.068
.427
.833
C19
9.90
13.610
.435
.834
C20
10.37
12.447
.498
.829
134
Lampiran 9. Instrumen Penelitian Setelah Uji Coba Instrumen Penelitian Pre-test Setelah Uji Coba Instrumen 1. Soal Pre-test Tes Pilihan Ganda tentang Word Meaning Nama No Absen/ Kelas Choose the correct answer! 1.
Boy : What is this? Hana : This is a ... a. shirt b. t-shirt c. skirt
2.
Eni Faiz
3.
There is a pair of ... a. shorts b. gloves c. trousers
4.
Lala : Are you ready to go out now? Isma : Not yet. I need to wear my ... a. slippers b. gloves c. trousers
5.
Riska : What is this? Rere : This is a ... a. hat b. belt c. tie
6.
That is a pair of ... a. shorts b. trousers c. gloves
7.
Palupi is wearing a... a. belt b. tie c. hat
: Today is raining. We must wear a ... : Good idea. a. shirt b. vest c. raincoat
135
: ............................ : ............................
8.
Tralala : What do you want to buy? Trilili : I want to buy a pair of ... a. gloves b. sandals c. slippers
9.
Siti Ali
: May I borrow your ... ? : Sure. a. t-shirt b. skirt c. coat
10. Santi : What would you want to give for Riko’s birthday party? Silvi : I would give a ... for him. a. shirt b. t-shirt c. scarf 11. Rama : What do you want to buy? Nanda : I want to buy a ... a. skirt b. shirt c. t-shirt 12. Khansa : The weather is very cold. Aurel : We better wear a ... to warm our neck. a. scarf b. jacket c. coat
13. Rani : What do you need before wearing your shoes? Kunthi : I need to wear my ... a. sandals b. slippers c. socks 14. Janaka : What is this? Shinta : This is a ... a. vest b. ring c. tie 15. Betty : What does your sister wear for sleeping? Ani : She wears ... a. shorts b. gloves c. pajamas 136
Instrumen 2. Soal Pre-test Tes tentang Writing Nama : .............................. No Absen/ Kelas : .............................. Arrange the jumbled word into a good word! 1. r-s-h-i-t = .... 2. s-o-h-e-s = .... 3. c-o-a-t-r-a-n-i = .... 4. s-a-l-d-n-s-a = ... 5. s-h-o-r-s-t = .... 6. l-o-g-v-e-s = .... 7. b-e-t-l = .... 8. r-t-o-u-s-e-r-s = .... 9. a-t-h = .... 10. v-e-t-s = .... 11. j-a-k-c-e-t = .... 12. c-a-t-o = .... 13. t-s-h-i-t-r = .... 14. s-a-r-c-f = .... 15. s-o-c-s-k = .... 16. n-g-r-i = .... 17. j-a-m-a p-a-s = ....
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
137
Instrumen 3. Soal Pre-test Tes tentang Pronunciation Pronounce this vocabulary! 1. shirt 2. raincoat 3. shorts 4. tie 5. gloves 6. belt 7. trousers 8. hat 9. slippers 10. jacket 11. coat 12. t-shirt 13. skirt 14. socks 15. ring 16. pajamas
138
Instrumen Penelitian Post-test Setelah Uji Coba Instrumen 1. Soal Post-test Tes Menjodohkan (Matching) tentang Word Meaning Nama : ............................................ Kelas : ............................................ Match this pictures with the correct name!
shirt raincoat shorts gloves belt trousers hat slippers coat t-shirt skirt scarf socks ring pajamas
139
Instrumen 2. Soal Post-test Tes tentang Writing Nama : .............................................. Kelas : ..............................................
Look at the picture! Then, write on you test book!
1 5
2
4
11
3
10 7
8
9 12
6 13 15
14
17
140
16
Instrumen 3. Soal Post-test Tes tentang Pronunciation Pronounce this vocabulary!
1. shirt 2. raincoat 3. shorts 4. tie 5. gloves 6. belt 7. trousers 8. hat 9. slippers 10. jacket 11. coat 12. t-shirt 13. skirt 14. socks 15. ring 16. pajamas
141
Lampiran 10. Rubrik Soal Tes Unjuk Kerja tentang Pronunciation Setelah Uji Coba Nama : .................................. Kelas : .................................. Isilah checklist berikut dengan memberikan tanda centang! No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Skor
Aspek
1
0
Siswa mengucapkan kosakata shirt. Siswa mengucapkan kosakata raincoat. Siswa mengucapkan kosakata shorts. Siswa mengucapkan kosakata tie. Siswa mengucapkan kosakata gloves. Siswa mengucapkan kosakata belt. Siswa mengucapkan kosakata trousers. Siswa mengucapkan kosakata hat. Siswa mengucapkan kosakata slippers. Siswa mengucapkan kosakata jacket. Siswa mengucapkan kosakata coat. Siswa mengucapkan kosakata t-shirt. Siswa mengucapkan kosakata skirt. Siswa mengucapkan kosakata socks. Siswa mengucapkan kosakata ring. Siswa mengucapkan kosakata pajamas.
Keterangan: Skor 1 = jika suara lantang dan pengucapan tepat. Skor 0 = jika suara lantang dan pengucapan tidak tepat. Yogyakarta, 25 Februari 2017 Guru Bahasa Inggris,
Peneliti,
Nurul Siti Fatimah, S.Pd. NIP
Erni Palupi NIM 13108241043
142
Lampiran 11. Kunci Jawaban Instrumen Penelitian Setelah Uji Coba Kunci Jawaban Pre-test Tes tentang Word Meaning
1. A 2. C 3. A 4. B 5. B 6. B 7. C 8. C 9. C 10. B 11. A 12. A 13. C 14. B 15. C
143
Kunci Jawaban Pre-test Tes tentang Writing Nama No Absen/ Kelas
: .............................. : ..............................
Arrange the jumbled word into a good word! 1. h-i-r-t-s 2. s-o-h-e-s 3. c-o-a-t-r-a-n-i 4. s-a-l-d-n-s-a 5. s-h-o-r-s-t 6. l-o-g-v-e-s 7. b-e-t-l 8. r-t-o-u-s-e-r-s 9. a-t-h 10. v-e-t-s 11. j-a-k-c-e-t 12. c-a-t-o 13. t-s-h-i-t-r 14. s-a-r-c-f 15. s-o-c-s-k 16. n-g-r-i 17. j-a-m-a p-a-s
= shirt = shoes = raincoat = sandals = shorts = gloves = belt = trousers = hat = vest = jacket = coat = t-shirt = scarf = socks = ring = pajamas
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
144
Kunci Jawaban Soal Pre-test Unjuk Kerja tentang Pronunciation
1.
/ʃɜ:t/
2.
/reɪnkəʊt/
3.
/ʃɔ:ts/
4.
/taɪ/
5.
/glɅvs/
6.
/belt/
7.
/’traʊzǝz/
8.
/hæt/
9.
/‘slɪpǝ(r)s/
10. /’dʒækɪt/ 11. /kəʊt/ 12. /’ti: ʃɜ:t / 13. /skɜ:t/ 14. /sɒks/ 15. /rɪŋ/ 16. /pǝ’dʒa:mǝz/
145
Kunci Jawaban Post-test tentang Word Meaning
shirt raincoat shorts gloves belt trousers hat slippers coat t-shirt skirt scarf socks ring pajamas
146
Kunci Jawaban Post-test tentang Writing
147
Kunci Jawaban Post-test tentang Pronunciation
1.
/ʃɜ:t/
2.
/reɪnkəʊt/
3.
/ʃɔ:ts/
4.
/taɪ/
5.
/glɅvs/
6.
/belt/
7.
/’traʊzǝz/
8.
/hæt/
9.
/‘slɪpǝ(r)s/
10. /’dʒækɪt/ 11. /kəʊt/ 12. /’ti: ʃɜ:t / 13. /skɜ:t/ 14. /sɒks/ 15. /rɪŋ/ 16. /pǝ’dʒa:mǝz/
148
Lampiran 12. Surat Ijin Penelitian
149
Lampiran 13. Data Distribusi Frekuensi Pre-test Kelompok Kontrol FREQUENCIES VARIABLES=Pretest_Kontrol /STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN MODE SUM /ORDER=ANALYSIS.
Frequencies [DataSet0] Statistics Hasil Pre-test Kelompok Kontrol N
Valid
20
Missing
0
Mean
50.65
Median
52.00
Mode
58
Std. Deviation
11.156
Variance
124.450
Range
44
Minimum
31
Maximum
75
Sum
1013
Hasil Pre-test Kelompok Kontrol Frequency Valid
Percent
31
2
35
1
42
2
44
2
50
2
52 54
Cumulative Percent
10.0
10.0
5.0
5.0
15.0
10.0
10.0
25.0
10.0
10.0
35.0
10.0
10.0
45.0
2
10.0
10.0
55.0
2
10.0
10.0
65.0
58
3
15.0
15.0
80.0
60
2
10.0
10.0
90.0
63
1
5.0
5.0
95.0
75
1
5.0
5.0
100.0
20
100.0
100.0
Total
10.0
Valid Percent
150
Lampiran 14. Data Distribusi Frekuensi Pre-test Kelompok Eksperimen FREQUENCIES VARIABLES=Pretest_Eksperimen /STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN MODE SUM /ORDER=ANALYSIS.
Frequencies [DataSet0] Statistics Hasil Pre-test Kelompok Eksperimen N
Valid
18
Missing
0
Mean
51.44
Median
54.00
Mode
54
Std. Deviation
13.548
Variance
183.556
Range
46
Minimum
29
Maximum
75
Sum
926
Hasil Pre-test Kelompok Eksperimen Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
29
2
11.1
11.1
11.1
33
1
5.6
5.6
16.7
38
1
5.6
5.6
22.2
40
1
5.6
5.6
27.8
50
2
11.1
11.1
38.9
52
1
5.6
5.6
44.4
54
4
22.2
22.2
66.7
56
1
5.6
5.6
72.2
58
1
5.6
5.6
77.8
60
1
5.6
5.6
83.3
65
1
5.6
5.6
88.9
75
2
11.1
11.1
100.0
18
100.0
100.0
Total
151
Lampiran 15. Hasil Uji Hipotesis (T-Test) Pre-test SPSS 16 for Windows T-TEST GROUPS=Kelompok(1 2) /MISSING=ANALYSIS /VARIABLES=Pretest /CRITERIA=CI(.9500).
T-Test [DataSet0] Group Statistics Kelompok Pre-test Eksperimen dan Kontrol
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Eksperimen
18
51.44
13.548
3.193
Kontrol
20
50.65
11.156
2.494
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Sig. (2-
F Pre-test
Equal
Eksperimen
variances
dan Kontrol
assumed
.331
Sig.
.569
t
.198
df
tailed)
Mean
Std. Error
Difference Difference
Difference Lower
Upper
36
.844
.794
4.010
-7.339
8.928
.196 33.062
.846
.794
4.052
-7.449
9.038
Equal variances not assumed
152
Lampiran 16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelompok Kontrol Pertemuan Pertama
Satuan Pendidikan
: Sekolah Dasar Gedongkiwo
Kelas/Semester
: VA/2
Kompetensi Pembelajaran : Bahasa Inggris Hari, tanggal
: Senin, 13 Maret 2017
Alokasi waktu
: 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi Mendengarkan 5. Memahami instruksi sangat sederhana dengan tindakan dalam konteks sekolah. Membaca 7. Memahami tulisan bahasa Inggris sangat sederhana dalam konteks sekolah. Menulis 8. Mengeja dan menyalin kalimat sederhana dalam konteks sekolah.
B. Kompetensi Dasar Mendengarkan 5.2 Merespon instruksi sangat sederhana secara verbal. Membaca 7.1 Membaca nyaring dengan ucapan, tekanan, dan intonasi secara tepat dan berterima yang melibatkan: kata, frasa, kalimat sangat sederhana, dan teks sangat sederhana. Menulis 8.1 Mengeja kalimat sangat sederhana secara tepat dan berterima.
C. Indikator 1. Mengetahui arti kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes. 2. Membaca kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes dengan pengucapan yang tepat dan suara lantang. 3. Mengeja kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes dengan tepat. 153
D. Tujuan Pembelajaran 5.2.1 Siswa mampu mengulang kosakata dan mengetahui arti kosakata pada materi kind of clothes setelah mendengar penjelasan dari guru. 7.1.1 Siswa mampu membaca kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes dengan pengucapan yang tepat dan suara lantang setelah diberikan contoh cara pengucapan yang tepat oleh guru. 8.1.1 Siswa mampu mengeja kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes dengan tepat melalui bimbingan guru.
E. Materi Pembelajaran Kind of clothes, dengan memperkenalkan tujuh kosakata: shirt, t-shirt, skirt, shoes, slippers, sandals, pajamas.
F. Pendekatan/ Metode Pembelajaran 1. Pendekatan
: Student centered
2. Metode
: ceramah bervariasi
G. Skenario Pembelajaran Kegiatan Awal
Deskripsi Kegiatan 1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. 2. Guru menunjuk salah satu siswa untuk memimpin berdo’a. 3. Guru menyapa dan menanyakan kabar siswa. 4. Guru melakukan presensi. 5. Guru memotivasi siswa agar semangat dalam belajar. 6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Inti
Eksplorasi 1. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi pelajaran. 2. Guru mencatat tujuh kosakata beserta artinya di papan tulis, siswa mencatat di buku tulis masing-masing. 3. Siswa diminta untuk mengikuti dan menirukan guru dalam membaca kosakata yang telah dicatat. Guru membetulkan siswa jika pengucapan kosakata salah. 154
4. Siswa melakukan tanya jawab dengan guru tentang materi pelajaran. Elaborasi 5. Guru memberikan lembar kerja siswa pada masing-masing siswa. 6. Siswa diminta untuk mengerjakan soal tersebut. Konfirmasi 7. Guru bersama-sama dengan siswa membahas lembar kerja siswa. Akhir
1. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pembelajaran. 2. Guru melakukan refleksi tentang materi yang telah dipelajari. 3. Guru menutup pelajaran dengan berdoa.
H. Sumber dan Media Pembelajaran 1. Sumber
: Tim Penyusun. 2009. Bahasa Inggris. Jawa Tengah: Logika.
2. Media
: papan tulis
155
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelompok Eksperimen Pertemuan Pertama
Satuan Pendidikan
: Sekolah Dasar Gedongkiwo
Kelas/Semester
: VB/2
Kompetensi Pembelajaran
: Bahasa Inggris
Hari, tanggal
: Sabtu, 18 Maret 2017
Alokasi waktu
: 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi Mendengarkan 5. Memahami instruksi sangat sederhana dengan tindakan dalam konteks sekolah. Membaca 7. Memahami tulisan bahasa Inggris sangat sederhana dalam konteks sekolah. Menulis 8. Mengeja dan menyalin kalimat sederhana dalam konteks sekolah.
B. Kompetensi Dasar Mendengarkan 5.2 Merespon instruksi sangat sederhana secara verbal. Membaca 7.2 Membaca nyaring dengan ucapan, tekanan, dan intonasi secara tepat dan berterima yang melibatkan: kata, frasa, kalimat sangat sederhana, dan teks sangat sederhana. Menulis 8.2 Mengeja kalimat sangat sederhana secara tepat dan berterima.
C. Indikator 1. Mengetahui arti kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes. 2. Membaca kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes dengan pengucapan yang tepat dan suara lantang. 3. Mengeja kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes dengan tepat.
156
D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa mampu mengulang kosakata dan mengetahui arti kosakata pada materi kind of clothes setelah mendengar penjelasan dari guru. 2. Siswa mampu membaca kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes dengan pengucapan yang tepat dan suara lantang setelah diberikan contoh cara pengucapan yang tepat oleh guru. 3. Siswa mampu mengeja kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes dengan tepat melalui bimbingan guru.
E. Materi Pembelajaran Kind of clothes, dengan memperkenalkan tujuh kosakata: shirt, skirt, t-shirt, shoes, sandals, slippers, pajamas.
F. Pendekatan/ Metode Pembelajaran 1. Pendekatan
: Student centered dan active learning
2. Metode
: Talking Stick
G. Skenario Pembelajaran Kegiatan Awal
Deskripsi Kegiatan 1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. 2. Guru menunjuk salah satu siswa untuk memimpin berdo’a. 3. Guru menyapa dan menanyakan kabar siswa. 4. Guru melakukan presensi. 5. Guru melakukan apersepsi sebagai awal komunikasi guru sebelum melaksanakan pembelajaran inti. Guru meminta siswa untuk berdiri lalu melihat sepatu yang dipakai siswa. Guru bertanya kepada siswa “What is sepatu in English?”. 6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 7. Guru memberi motivasi kepada siswa agar semangat dalam mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan mengajak siswa tepuk semangat.
157
Inti
Metode Talking Stick 10.Siswa dibentuk kelompok sekitar 4-5 siswa pada masing-masing kelompok. 11.Masing-masing siswa memperoleh materi kind of clothes dari guru. 12.Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Guru menjelaskan arti kosakata, cara penulisan, cara membaca kosakata. 13.Siswa diberikan waktu untuk mempelajari ulang materi yang telah disampaikan guru secara berkelompok. 14.Guru menempatkan siswa pada posisi melingkar. Guru berada di tengahtengah siswa. Kemudian, guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu siswa. 15.Tongkat bergulir pada masing-masing siswa dengan diiringi musik Old MacDonald Had a Farm. 16.Guru menghentikan musik dan siswa yang membawa tongkat akan mendapat pertanyaan seputar materi pelajaran dari guru, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan dari guru. Bagi siswa yang belum bisa menjawab, sebagai solusinya siswa dipersilahkan untuk berdiskusi kepada kelompoknya dengan bimbingan guru.
Akhir
1. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan kegiatan pembelajaran tentang kind of clothes. 2. Guru melakukan refleksi tentang materi yang telah dipelajari. 3. Guru mengevaluasi pembelajaran dengan memberikan soal kepada siswa. 4. Guru menutup pelajaran dengan berdoa.
H. Sumber dan Media Pembelajaran 1. Sumber
:
CGEE. 2009. English Hooray! For Elemnetary School Students Grade 5. Jakarta: Erlangga. Tim Penyusun. 2009. Bahasa Inggris. Jawa Tengah: Logika. 2. Media
:
a. tongkat (stick) b. musik Old MacDonald Had a Farm 158
I.
Penilaian Indikator Pencapaian Kompetensi
Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
Mengetahui arti kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes.
Tertulis
Soal tes isian singkat
1 jika benar
0 jika tidak benar
Mengeja kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes dengan tepat. Membaca kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes dengan pengucapan yang tepat dan suara lantang.
Skor
Unjuk kerja
Pedoman unjuk kerja
1 jika pengucapan tepat 0 jika pengucapan tidak tepat
Nilai = skor yang diperoleh x 100 skor total J.
Instrumen Penilaian 1. Penilaian Proses
: penilaian unjuk kerja
2. Penilaian Hasil Belajar
: isian singkat
K. Kriteria Keberhasilan Siswa dikatakan tuntas be;ajar apabila memperoleh skor ≥ 70.
159
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelompok Kontrol Pertemuan Kedua
Satuan Pendidikan
: Sekolah Dasar Gedongkiwo
Kelas/Semester
: VA/2
Kompetensi Pembelajaran : Bahasa Inggris Hari, tanggal
: Senin, 20 Maret 2017
Alokasi waktu
: 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi Mendengarkan 5. Memahami instruksi sangat sederhana dengan tindakan dalam konteks sekolah. Membaca 7. Memahami tulisan bahasa Inggris sangat sederhana dalam konteks sekolah. Menulis 8. Mengeja dan menyalin kalimat sederhana dalam konteks sekolah.
B. Kompetensi Dasar Mendengarkan 5.2 Merespon instruksi sangat sederhana secara verbal. Membaca 7.3 Membaca nyaring dengan ucapan, tekanan, dan intonasi secara tepat dan berterima yang melibatkan: kata, frasa, kalimat sangat sederhana, dan teks sangat sederhana. Menulis 8.3 Mengeja kalimat sangat sederhana secara tepat dan berterima.
C. Indikator 1. Mengetahui arti kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes. 2. Membaca kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes dengan pengucapan yang tepat dan suara lantang. 3. Mengeja kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes dengan tepat.
160
D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa mampu mengulang kosakata dan mengetahui arti kosakata pada materi kind of clothes setelah mendengar penjelasan dari guru. 2. Siswa mampu membaca kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes dengan pengucapan yang tepat dan suara lantang setelah diberikan contoh cara pengucapan yang tepat oleh guru. 3. Siswa mampu mengeja kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes dengan tepat melalui bimbingan guru.
E. Materi Pembelajaran Kind of clothes, dengan memperkenalkan tujuh kosakata: tie, gloves, belt, hat, scarf, socks, ring.
F. Pendekatan/ Metode Pembelajaran 1. Pendekatan
: Student centered
2. Metode
: ceramah bervariasi
G. Skenario Pembelajaran Kegiatan Awal
Deskripsi Kegiatan 1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. 2. Guru menunjuk salah satu siswa untuk memimpin berdo’a. 3. Guru menyapa dan menanyakan kabar siswa. 4. Guru melakukan presensi. 5. Guru memotivasi siswa agar semangat dalam belajar. 6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Inti
Eksplorasi 1. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi pelajaran. 2. Guru mencatat tujuh kosakata beserta artinya di papan tulis, siswa mencatat di buku tulis masing-masing. 3. Siswa diminta untuk mengikuti dan menirukan guru dalam membaca kosakata yang telah dicatat. Guru membetulkan siswa jika pengucapan kosakata salah. 161
4. Siswa melakukan tanya jawab dengan guru tentang materi pelajaran. Elaborasi 5. Guru memberikan lembar kerja siswa pada masing-masing siswa. 6. Siswa diminta untuk mengerjakan soal tersebut. Konfirmasi 7. Guru bersama-sama dengan siswa membahas lembar kerja siswa. Akhir
1. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pembelajaran. 2. Guru melakukan refleksi tentang materi yang telah dipelajari. 3. Guru menutup pelajaran dengan berdoa.
H. Sumber dan Media Pembelajaran 1. Sumber
: Tim Penyusun. 2009. Bahasa Inggris. Jawa Tengah: Logika.
2. Media
: papan tulis
162
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelompok Eksperimen Pertemuan Kedua
Satuan Pendidikan
: Sekolah Dasar Gedongkiwo
Kelas/Semester
: VB/2
Kompetensi Pembelajaran : Bahasa Inggris Hari, tanggal
: Sabtu, 25 Maret 2017
Alokasi waktu
: 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi Mendengarkan 5. Memahami instruksi sangat sederhana dengan tindakan dalam konteks sekolah. Membaca 7. Memahami tulisan bahasa Inggris sangat sederhana dalam konteks sekolah. Menulis 8. Mengeja dan menyalin kalimat sederhana dalam konteks sekolah.
B. Kompetensi Dasar Mendengarkan 5.2 Merespon instruksi sangat sederhana secara verbal. Membaca 7.4 Membaca nyaring dengan ucapan, tekanan, dan intonasi secara tepat dan berterima yang melibatkan: kata, frasa, kalimat sangat sederhana, dan teks sangat sederhana. Menulis 8.4 Mengeja kalimat sangat sederhana secara tepat dan berterima.
C. Indikator 1. Mengetahui arti kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes. 2. Membaca kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes dengan pengucapan yang tepat dan suara lantang. 3. Mengeja kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes dengan tepat.
163
D. Tujuan Pembelajaran 5.2.1 Siswa mampu mengulang kosakata dan mengetahui arti kosakata pada materi kind of clothes setelah mendengar penjelasan dari guru. 7.1.1 Siswa mampu membaca kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes dengan pengucapan yang tepat dan suara lantang setelah diberikan contoh cara pengucapan yang tepat oleh guru. 8.4.1 Siswa mampu mengeja kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes dengan tepat melalui bimbingan guru.
E. Materi Pembelajaran Kind of clothes, dengan memperkenalkan tujuh kosakata: tie, gloves, belt, hat, scarf, socks, ring.
F. Pendekatan/ Metode Pembelajaran 1. Pendekatan
: Student centered dan active learning
2. Metode
: Talking Stick
G. Skenario Pembelajaran Kegiatan Awal
Deskripsi Kegiatan 1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. 2. Guru menunjuk salah satu siswa untuk memimpin berdo’a. 3. Guru menyapa dan menanyakan kabar siswa. 4. Guru melakukan presensi. 5. Guru melakukan apersepsi sebagai awal komunikasi guru sebelum melaksanakan pembelajaran inti. Guru bertanya kepada siswa “Who know topi in English?”. 6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 7. Guru memberi motivasi kepada siswa agar semangat dalam mengikuti pembelajaran dengan mengajak siswa tepuk semangat.
Inti
Metode Talking Stick 1. Siswa dibentuk kelompok sekitar 4-5 siswa pada masing-masing 164
kelompok. 2. Masing-masing siswa memperoleh materi kind of clothes dari guru. 3. Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Guru menjelaskan arti kosakata, cara penulisan, cara membaca kosakata. 4. Siswa diberikan waktu untuk mempelajari ulang materi yang telah disampaikan guru secara berkelompok. 5. Guru menempatkan siswa pada posisi melingkar. Guru berada di tengah-tengah siswa. Kemudian, guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu siswa. 6. Tongkat bergulir pada masing-masing siswa dengan diiringi musik London Brifge is Falling Down. 7. Guru menghentikan musik dan siswa yang membawa tongkat akan mendapat pertanyaan seputar materi pelajaran dari guru, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan dari guru. Bagi siswa yang belum bisa menjawab, sebagai solusinya siswa dipersilahkan untuk berdiskusi kepada kelompoknya dengan bimbingan guru. Akhir
1. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan kegiatan pembelajaran tentang kind of clothes. 2. Guru melakukan refleksi tentang materi yang telah dipelajari. 3. Guru mengevaluasi pembelajaran dengan memberikan soal kepada siswa. 4. Guru menutup pelajaran dengan berdoa.
H. Sumber dan Media Pembelajaran 1. Sumber
:
CGEE. 2009. English Hooray! For Elemnetary School Students Grade 5. Jakarta: Erlangga. Tim Penyusun. 2009. Bahasa Inggris. Jawa Tengah: Logika. 2. Media
:
a. tongkat (stick), b. musik London Brifge is Falling Down 165
I.
Penilaian
Indikator Pencapaian Kompetensi
Teknik Penilaian
Mengetahui arti kosakata Bahasa Tertulis Inggris materi kind of clothes.
Bentuk Instrumen
Skor
Soal tes isian 1 jika benar singkat
Mengeja kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes dengan tepat.
0 jika tidak benar
Membaca kosakata Bahasa Unjuk Inggris materi kind of clothes kerja dengan pengucapan yang tepat dan suara lantang.
Pedoman unjuk kerja
1 jika pengucapan tepat 0 jika pengucapan tidak tepat
Nilai = skor yang diperoleh x 100 skor total J.
Instrumen Penilaian 1. Penilaian Proses
: penilaian unjuk kerja
2. Penilaian Hasil Belajar
: Isian singkat
K. Kriteria Keberhasilan Siswa dikatakan tuntas be;ajar apabila memperoleh skor ≥ 70.
166
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelompok Kontrol Pertemuan Ketiga
Satuan Pendidikan
: Sekolah Dasar Gedongkiwo
Kelas/Semester
: VA/2
Kompetensi Pembelajaran : Bahasa Inggris Hari, tanggal
: Senin, 27 Maret 2017
Alokasi waktu
: 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi Mendengarkan 5. Memahami instruksi sangat sederhana dengan tindakan dalam konteks sekolah. Membaca 7. Memahami tulisan bahasa Inggris sangat sederhana dalam konteks sekolah. Menulis 8. Mengeja dan menyalin kalimat sederhana dalam konteks sekolah.
B. Kompetensi Dasar Mendengarkan 5.2 Merespon instruksi sangat sederhana secara verbal. Membaca 7.5 Membaca nyaring dengan ucapan, tekanan, dan intonasi secara tepat dan berterima yang melibatkan: kata, frasa, kalimat sangat sederhana, dan teks sangat sederhana. Menulis 8.5 Mengeja kalimat sangat sederhana secara tepat dan berterima.
C. Indikator 1. Mengetahui arti kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes. 2. Membaca kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes dengan pengucapan yang tepat dan suara lantang. 3. Mengeja kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes dengan tepat.
167
D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa mampu mengulang kosakata dan mengetahui arti kosakata pada materi kind of clothes setelah mendengar penjelasan dari guru. 2. Siswa mampu membaca kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes dengan pengucapan yang tepat dan suara lantang setelah diberikan contoh cara pengucapan yang tepat oleh guru. 3. Siswa mampu mengeja kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes dengan tepat melalui bimbingan guru.
E. Materi Pembelajaran Kind of clothes, dengan memperkenalkan enam kosakata: : trousers, shorts, vest, coat, jacket, raincoat.
F. Pendekatan/ Metode Pembelajaran 1. Pendekatan
: Student centered
2. Metode
: ceramah bervariasi
G. Skenario Pembelajaran Kegiatan Awal
Deskripsi Kegiatan 1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. 2. Guru menunjuk salah satu siswa untuk memimpin berdo’a. 3. Guru menyapa dan menanyakan kabar siswa. 4. Guru melakukan presensi. 5. Guru memotivasi siswa agar semangat dalam belajar. 6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Inti
Eksplorasi 1. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi pelajaran. 2. Guru mencatat tujuh kosakata beserta artinya di papan tulis, siswa mencatat di buku tulis masing-masing. 3. Siswa diminta untuk mengikuti dan menirukan guru dalam membaca kosakata yang telah dicatat. Guru membetulkan siswa jika pengucapan kosakata salah. 168
4. Siswa melakukan tanya jawab dengan guru tentang materi pelajaran. Elaborasi 5. Guru memberikan lembar kerja siswa pada masing-masing siswa. 6. Siswa diminta untuk mengerjakan soal tersebut. Konfirmasi 7. Guru bersama-sama dengan siswa membahas lembar kerja siswa. Akhir
1. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pembelajaran. 2. Guru melakukan refleksi tentang materi yang telah dipelajari. 3. Guru menutup pelajaran dengan berdoa.
H. Sumber dan Media Pembelajaran
I.
1. Sumber
: Tim Penyusun. 2009. Bahasa Inggris. Jawa Tengah: Logika.
2. Media
: papan tulis
Penilaian Indikator Pencapaian Kompetensi
Mengetahui
arti
kosakata
Teknik
Bentuk
Penlilaian
Instrumen
Bahasa Tertulis
Soal tes isian
Inggris materi kind of clothes.
Skor
1 jika benar
singkat 0 jika tidak benar
Mengeja kosakata Bahasa Inggris materi kind of clothes dengan tepat. Membaca kosakata Bahasa Inggris Unjuk kerja materi
kind
of
clothes
dengan
Pedoman unjuk kerja
1 jika pengucapan tepat
pengucapan yang tepat dan suara
0 jika pengucapan
lantang.
tidak tepat
J.
Instrumen Penilaian 1. Penilaian Proses
: penilaian unjuk kerja
2. Penilaian Hasil Belajar
: isian singkat
K. Kriteria Keberhasilan Siswa dikatakan tuntas belajar apabila memperoleh skor ≥ 70. 169
170
Lampiran 17. Gambar Penelitian Gambar Penelitian Kelompok Kontrol
Gambar 1. Guru menerangkan materi pelajaran dengan metode ceramah bervariasi
Gambar 2. Salah satu siswa maju ke depan mengerjakan soal dari guru
Gambar 3. Suasana pembelajaran dengan metode ceramah bervariasi
Gambar 4. Siswa mengerjakan soal individu
Gambar 5. Tes pronunciation
171
Gambar Penelitian Kelompok Eksperimen
Gambar 1. Tongkat Metode Talking Stick
Gambar 2. Siswa belajar secara berkelompok
Gambar 3. Penjelasan materi pelajaran
Gambar 4. Siswa membentuk lingkaran dan tongkat bergulir
Gambar 5. Siswa mengerjakan soal individu
Gambar 7. Tes unjuk kerja pronunciation
172
Lampiran 18. Data Distribusi Frekuensi Post-test Kelompok Kontrol FREQUENCIES VARIABLES=Posttest_Kontrol /STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN MODE SUM /ORDER=ANALYSIS.
Frequencies Statistics Hasil Post-test Kelompok Kontrol N
Valid
21
Missing
0
Mean
68.19
Median
65.00 59a
Mode Std. Deviation
14.552
Variance
211.762
Range
58
Minimum
38
Maximum
96
Sum
1432
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown Hasil Post-test Kelompok Kontrol Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
38
1
4.8
4.8
4.8
50
1
4.8
4.8
9.5
54
1
4.8
4.8
14.3
56
1
4.8
4.8
19.0
58
1
4.8
4.8
23.8
59
2
9.5
9.5
33.3
60
2
9.5
9.5
42.9
65
2
9.5
9.5
52.4
69
1
4.8
4.8
57.1
71
1
4.8
4.8
61.9
75
2
9.5
9.5
71.4
81
1
4.8
4.8
76.2
83
1
4.8
4.8
81.0
85
2
9.5
9.5
90.5
88
1
4.8
4.8
95.2
96
1
4.8
4.8
100.0
21
100.0
100.0
Total
173
Lampiran 19. Data Distribusi Frekuensi Post-test Kelompok Eksperimen FREQUENCIES VARIABLES=Posttest_Eksperimen /STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN MODE SUM /ORDER=ANALYSIS.
Frequencies Statistics Hasil Post-test Kelompok Eksperimen N
Valid
20
Missing
0
Mean
82.50
Median
85.00
Mode
85
Std. Deviation
11.241
Variance
126.368
Range
38
Minimum
60
Maximum
98
Sum
1650
Hasil Post-test Kelompok Eksperimen Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
60
2
10.0
10.0
10.0
71
1
5.0
5.0
15.0
73
3
15.0
15.0
30.0
79
2
10.0
10.0
40.0
85
4
20.0
20.0
60.0
88
1
5.0
5.0
65.0
90
3
15.0
15.0
80.0
94
1
5.0
5.0
85.0
96
2
10.0
10.0
95.0
98
1
5.0
5.0
100.0
20
100.0
100.0
Total
174
Lampiran 20. Hasil Uji Hipotesis (T-Test) Post-test SPSS 16 for Windows T-TEST GROUPS=Kelompok(1 2) /MISSING=ANALYSIS /VARIABLES=Posttest /CRITERIA=CI(.9500).
T-Test [DataSet0] Group Statistics Kelompok Post-test Eksperimen dan Kontrol
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Eksperimen
20
82.50
11.241
2.514
Kontrol
21
68.19
14.552
3.176
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Sig. (2-
F Post-test
Equal
Eksperimen
variances
dan Kontrol
assumed
1.646
Sig.
t
.207 3.511
df
Mean
Std. Error
Difference
tailed) Difference Difference Lower
Upper
39
.001
14.310
4.076
6.066 22.553
3.533 37.442
.001
14.310
4.050
6.107 22.512
Equal variances not assumed
175
Lampiran 21. Surat Ijin Telah Melakukan Penelitian
176