MAKALAH
Pengaruh Pendidikan terhadap terbentuknya Stratifikasi Sosial Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah :
SOSIOLOGI PENDIDIKAN Dosen :
Dr. H. Thomas Widodo
Disusun oleh :
AJIZ SULAEMAN NPM. 072115020
UNIVERSITAS PAKUAN PROGRAM PASCA SARJANA JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN BOGOR 2015
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga dengan penuh rasa syukur dan kerendahan hati saya dapat menyajikan makalah yang sederhana ini. Makalah ini berjudul Pengaruh Pendidikan terhadap terbentuknya Stratifikasi Sosial. Dalam makalah ini dipaparkan pengertian stratifikasi, ciri
stratifikasi,
dimensi
atau
aspek
pembentuk
stratififikasi,
dan
bagaimana pendidikan mendorong terjadinya perubahan stratifikasi di masyarakat. Tujuan penyusunan makalah ini yang utama untuk memenuhi tugas dari dosen pengampu yang membimbing saya pada mata kuliah Sosiologi Pendidikan semester satu Program pasca sarjana Universitas Pakuan. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H Thomas Widodo selaku dosen pengampu mata kuliah Sosiologi Pendidikan, yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada saya. Juga kepada teman-teman yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini. Dalam
makalah ini saya juga menyadari masih banyak kekurangan yang
menyebabkan makalah ini menjadi tidak sempurna, baik dalam penulisan maupun isinya, untuk ini dengan hati yang terbuka saya menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat.
Bogor, Nopember 2015 Penulis,
“Karena takdirlah kita tidak mampu memilih dilahirkan dari orang tua dan keluarga seperti apa, tapi karena keyakinan dan pendidikan kita berkesempatan memilih hidup seperti apa dan mati sebagai siapa” Ajiz Sulaeman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk apa kita sekolah? Pertanyaan sederhana yang dilontarkan bagi kita yang melakukan perjalanan menuntut ilmu pendidikan di sekolah. Bagi sebagian orang dan saya khususnya meyakini memiliki tingkat pendidikan adalah langkah paling logis dalam upaya merubah kehidupan dan mampu memberikan penghargaan dalam lingkungan masyarakat. Perkembangan
kehidupan
sosial
bermasyarakat
dan
tatanan
masyarakat modern yang pragmatis dan materialistis memberi kesempatan setiap individu memacu potensi yang dimiliki untuk bisa meraih setiap hak dasar manusia untuk dapat diakui, dihormati, dihargai keberadaanya di lingkungan masyarakat. Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan terhadap halhal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang tinggi terhadap hal-hal tertentu, akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya. Masyarakat yang menghargai kekayaan material daripada kehormatan maka mereka yang memiliki kekayaan tinggi akan menempati kedudukan yang tinggi dibandingkan pihak-pihak lainnya. Gejala tersebut akan menimbulkan lapisan masyarakat yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan berbeda-beda secara vertikal. Sebagaimana filosof Aristoteles (Soekanto, 2003:227) mengatakan bahwa zaman dahulu di dalam negara terdapat tiga unsur yaitu mereka yang kaya sekali, yang melarat dan yang berada di tengah-
tengah. Membuktikan bahwa zaman itu dan sebelumnya orang telah mengakui adanya lapisan masyarakat yang mempunyai kedudukan bertingkat-tingkat dari bawah ke atas. Barang siapa yang mempunyai sesuatu yang berharga dalam jumlah yang banyak, dianggap masyarakat berkedudukan dalam lapisan atas. Mereka yang hanya sedikit sekali atau tidak memiliki sesuatu berharga dalam pandangan masyarakat mempunyai kedudukan yang rendah. Sistem lapisan dalam masyarakat dalam sosiologi dikenal dengan sebutan stratifikasi sosial (social stratification). Ini merupakan pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat. Kelas sosial tersebut dibagi dalam tiga kelas yaitu kelas atas (upper class), kelas menengah (middle class) dan kelas bawah (lower class). Adanya lapisan masyarakat sangat berperan penting dalam aktivitas sosial individu atau kelompok dalam suatu organisasi sosial. Tanpa lapisan sosial dalam masyarakat maka masyarakat itu akan menarik untuk dilihat, dikenal, dan dipelajari. Lapisan masyarakat sudah ada sejak dulu, dimulai sejak manusia itu mengenal adanya kehidupan bersama dalam suatu organisasi sosial. Lapisan masyarakat mula-mula didasarkan pada perbedaan seks, perbedaan antara yang pemimpin dan yang dipimpin, golongan budak dan bukan budak, pembagian kerja bahkan pada pembedaan kekayaan. Semakin maju dan rumit teknologi suatu masyarakat, maka semakin kompleks sistem lapisan masyarakat. Bentuk-bentuk kongkrit lapisan masyarkat berbeda-beda dan sangat banyak. Namun secara prinsipil bentuk-bentuk lapisan sosial tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelas yaitu ekonomi, politis, dan didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat. Ketiga
bentuk pokok tadi memiliki keterkaitan yang erat satu sama lainnya, dimana ketiganya saling mempengaruhi. Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat, namun dalam realitanya hal tersebut tidak demikian adanya. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat. Sistem lapisan dengan sengaja dibentuk dan disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Sehingga suatu organisasi masyarakat tidak akan pernah lepas dari terbentuknya lapisan sosial dalam masyarakat tersebut B. Tujuan Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan memahami stratifikasi sosial. 2. Untuk mengetahui dan memahami ciri-ciri stratifikasi sosial. 3. Untuk mengetahui dan memahami dimensi atau aspek-aspek pembentuk stratifikasi sosial. 4. Untuk mengetahui dan memahami jenis dan proses stratifikasi sosial. 5. Untuk
mengetahui
dan
memahami
bagaimana
pendidikan
mendorong terjadinya perubahan stratifikasi sosial di masyarakat C. Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan stratifikasi sosial ? 2. Sebutkan ciri-ciri stratifikasi sosial ! 3. Apa saja dimensi atau aspek pembentuk stratifikasi sosial ? 4. Bagaimana jenis dan proses terjadinya stratifikasi sosial ? 5. Bagaimana
pendidikan
mendorong
stratifikasi sosial di masyarakat ?
terjadinya
perubahan
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Stratifikasi Sosial Stratifikasi social (Social Stratification) berasal dari kata bahasa latin “stratum” (tunggal) atau “strata” (jamak) yang berarti lapisan. Dalam Sosiologi, stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat. Beberapa defenisi Stratifikasi Sosial menurut para ahli : 1 Pitirim
A.
Sorokin
mendefinisikan
stratifikasi
sosial
sebagai
perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki). Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege, dan prestise. Cuber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas kategori dari hak-hak yang berbeda. Drs. Robert. M.Z. Lawang mendefinisikan sosial stratification adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu system social tertentu
ke
dalam
lapisan-lapisan
hierarkis
menurut
dimensi
kekuasaan, privilese, dan prestise. Begitu pula dengan Seorang filsuf bangsa Yunani yaitu Aristoteles mengatakan, bahwa di dalam tiap-tiap negara terdapat 3 unsur lapisan masyarakat, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang berada ditengah-tengahnya dan mereka yang melarat. Ucapan 1 Abdulsyani : Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, Bumi Aksara, Jakarta Anggota IKAPI, 1994, halaman 83
Aristoteles ini membuktikan bahwa terjadinya lapisan-lapisan dalam masyarakat sudah sejak saat itu bahkan diduga bahwa zaman sebelumnya telah diakui adanya tingkatan atau lapisan-lapisan di dalam masyarakat. Horton dan Hunt, Stratifikasi sosial berarti sistem perbedaan status yang berlaku dalam suatu masyarakat. Soerjono
Soekanto,
mendefinisikan
stratifikasi
sosial
adalah
perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.
B. Ciri-ciri Stratifikasi Sosial Adanya stratifikasi sosial membuat sekelompok orang memiliki ciri-ciri yang berbeda dalam hal kedudukan, gaya hidup, dan perolehan sumber daya. Ketiga ciri stratifikasi sosial adalah sebagai berikut. 1. Perbedaan Kemampuan Anggota
masyarakat
dari
kelas
(strata)
tinggi
memiliki
kemampuan lebih tinggi dibandingkan dengan anggota kelas sosial di bawahnya. Misalnya, orang kaya tentu mampu membeli mobil mewah, rumah bagus, dan membiayai pendidikan anaknya sampai jenjang tertinggi. Sementara itu, orang miskin,harus bejuang keras untuk biaya hidup sehari-hari. 2. Perbedaan Gaya Hidup Gaya hidup meliputi banyak hal, seperti mode pakaian, model rumah, selera makanan, kegiatan sehari-hari, kendaraan, selera seni, cara berbicara, tata krama pergaulan, hobi (kegemaran), dan lain-lain. Orang yang berasal dari kelas atas (pejabat tinggi pemerintahan atau pengusaha besar) tentu memiliki gaya hidup yang berbeda dengan orang kelas bawah. Orang kalangan a tas biasanyaberbusana mahal dan bermerek, berlibur ke luar
negeri, bepergian dengan mobil mewah atau naik pesawat, sedangkan orang kalangan bawah cukup berbusana dengan bahan sederhana, bepergian dengan kendaraan umum, dan berlibur di tempat-tempat wisata terdekat. 3. Perbedaan Hak dan Perolehan Sumber Daya Hak adalah
sesuatu
yang
dapat
diperoleh
atau
dinikmati
sehubungan dengan kedudukan seseorang, sedangkan sumber daya adalah segala sesuatu yang bermanfaat untuk mendukung kehidupan seseorang. Semakin tinggi kelas sosial seseorang maka hak yang diperolehnya semakin besar, termasuk kemampuan untuk memperoleh sumber daya. Misalnya, hak yang dimiliki oleh seorang direktur sebuah perusahaan dengan hak yang dimiliki para karyawan tentu berbeda. Penghasilannya pun berbeda. Sementara itu, semakin besar penghasilan seseorang maka semakin besar kemampuannya untuk memperoleh hal-hal lain C. Dimensi/Aspek Pembentuk Stratifikasi Sosial Perbedaan kedudukan akan menimbulkan stratifikasi sosial atau pelapisan sosial. Perwujudan dari adanya stratifikasi sosial atau pelapisan
sosial
adalah
adanya
perbedaan
golongan
tingkat
kedudukan atau kelas. Dasar yang digunakan untuk menggolongkan suatu masyarakat menurut stratifikasi sosial atau pelapisan sosial antara lain : 1.
Kekayaan (capital)
2.
Kekuasaan (power)
3.
Kehormatan (privilage)
4.
Ilmu Pengetahuan (Science)
Perbedaan kedudukan akan menimbulkan stratifikasi sosial atau pelapisan sosial. Perwujudan dari adanya stratifikasi sosial adalah adanya perbedaan golongan tingkat kedudukan atau kelas. Selain kriteria di atas, terdapat beberapa ciri umum mengenai faktorfaktor yang menentukan adanya lapisan atau strata sosial, yaitu sebagai berikut : 1. Status atas dasar fungsi dan pekerjaan, misalnya sebagai dokter, guru dan militer.semuanya sangat menentukan kedudukan dalam masyarakat. 2. Seseorang yang beragama. Jika seseorang bersungguh-sungguh dengan penuh ketulusan dan taat dalam menjalankan agamanya, kedudukan orang yang bersangkutan pada masyarakat akan meningkat. 3. Status atas dasar keturunan, sama artinya dengan orang yang berasal dari keturunan terhormat yang umumnya akan memiliki kedudukan tinggi di masyarakat. 4. Latar belakang sosial dan lamanya seseorang atau kelompok yang tinggal pada suatu tempat. Biasanya seseorang yang berada di suatu daerah atau kampung akan dihargai masyarakatnya, jika orang bersangkutan turut mendirikan daerah atau kampung tersebut. Oleh karena itu, tidak sedikit warga masyarakatnya segan dan hormat terhadapnya. 5. Status atas dasar jenis kelamin dan umur. Orang yang lebih tua di masyarakat pada umumnya mendapat penghormatan dari yang lebih muda. D. Jenis dan Proses Terjadinya Stratifikasi Sosial Sifat sistem lapisan sosial di dalam masyarakat dapat bersifat tertutup
(closed social stratification), terbuka (open social stratification), dan sistem lapisan sosial campuran.
Stratifikasi sosial tertutup (closed social stratification) ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit mengadakan mobilitas vertikal. Walaupun ada mobilitas tetapi sangat terbatas pada mobilitas horizontal saja. Contoh: sistem kasta, kaum Sudra tidak bisa pindah posisi naik di lapisan Brahmana, rasialis, kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan di posisi kulit putih, feodal, kaum buruh tidak bisa pindah ke posisi juragan atau majikan. Stratifikasi sosial terbuka (opened social stratification) ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota strata dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun horizontal. Contoh: seorang miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, atau sebaliknya,
seorang
yang
tidak/kurang
pendidikan
akan
dapat
memperoleh pendidikan asal ada niat dan usaha. Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi antara stratifikasi tertutup dan terbuka. Misalnya, seorang Bali berkasta Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun apabila ia pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah. Maka, ia harus menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta. Sistem lapisan dalam masyarakat terjadi dengan sendirinya sesuai dengan pertumbuhan masyarakat yang bersangkutan. Akan tetapi, lapisan atau stratifikasi sosial ini dapat terjadi dengan sengaja yang disusun
untuk
tujuan
bersama.
Alasan
terbentuknya
lapisan
masyarakat tanpa disengaja, seperti tingkat kepandaian seseorang, usia, dekatnya hubungan kekerabatan dengan orang yang dihormati, atau mungkin harta yang dimiliki seseorang, bergantung pada
masyarakat yang bersangkutan dalam memegang nilai dan norma sosial, sesuai dengan tujuan masyarakat itu sendiri. Stratifikasi sosial yang dibentuk dengan sengaja, berhubungan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang secara resmi dalam organisasiorganisasi formal, seperti organisasi pemerintahan, partai politik, militer, dan organisasi sosial lain yang dibentuk berdasarkan tingkat tertentu. Sistem pelapisan sosial ini sengaja dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu. Stratifikasi sosial yang terdapat pada masyarakat dapat menyangkut pembagian uang, tanah, kehormatan, dan benda-benda yang memiliki nilai ekonomis. Uang dapat dibagi secara bebas di antara anggota suatu organisasi berdasarkan kepangkatan dan ukuran senioritas, tanpa merusak keutuhan organisasi yang bersangkutan. Bahkan, apabila dalam suatu sistem pemerintahan, kekuasaan, dan wewenang tidak lagi dibagi secara teratur sesuai dengan ukuran stratanya, akan menimbulkan kekacauan yang memecah keutuhan masyarakat dan secara tidak langsung memecah keutuhan suatu negara. Menurut Soekanto, semua manusia dapat dianggap sederajat, tetapi sesuai dengan kenyataan kehidupan dalam kelompok-kelompok sosial, tidaklah demikian. Perbedaan atas lapisan-lapisan pada masyarakat, merupakan gejala yang universal yang merupakan bagian dari sistem sosial setiap masyarakat. Pada masyarakat kecil dan homogen dapat dikatakan hampir tidak terdapat pelapisan sosial. Adapun masyarakat yang heterogen seperti di perkotaan, memperlihatkan kecenderungan menuju ke arah stratifikasi yang lebih banyak dan kompleks, sebab dasar dari stratifikasinya adalah pembagian kerja. Penilaian ditinjau dari segi peranan yang berhubungan dengan jenis pekerjaannya dalam
memenuhi kepentingan masyarakat nya yang didasarkan atas penilaian biologis dan kebudayaan. Robin William J.R. menyebutkan pokok pedoman tentang proses terjadinya stratifikasi sosial pada masyarakat, yaitu sebagai berikut. a. Sistem
stratifikasi
sosial
mungkin
berpokok
pada
sistem
pertentangan yang terjadi pada masyarakat sehingga menjadi objek penyelidikan. b. Sistem stratifikasi sosial dapat dianalisis dalam ruang lingkup unsurunsur, yaitu sebagai berikut. 1) Distribusi hak-hak istimewa yang objektif, misalnya penghasilan, kekayaan, keselamatan (kesehatan, laju angka kejahatan), wewenang. 2) Sistem pertentangan yang diciptakan masyarakat (prestise dan penghargaan). 3) Kriteria
sistem
pertentangan
yaitu
apakah
didapatkan
berdasarkan kualitas pribadi, keanggotaan kelompok kerabat, hak milik, wewenang, atau kekuasaan. 4) Lambang-lambang kedudukan, misalnya tingkah laku, cara berpakaian, bentuk rumah, keanggotaan dalam suatu organisasi formal. 5) Mudah sukarnya berubah kedudukan. 6) Solidaritas di antara individu atau kelompok sosial yang menduduki status sosial yang sama dalam sistem sosial, seperti: a. pola-pola interaksi (struktur clique dan anggota keluarga); b. kesamaan atau perbedaan sistem kepercayaan, sikap, dan nilai; c. kesadaran akan status masing-masing; d. aktivitas dalam organisasi secara kolektif.
E. Pendidikan mendorong terjadinya perubahan stratifikasi di masyarakat Kelas sosial dan pendidikan saling mempengaruhi sekurang-kurangnya dalam dua hal, yakni pertama, pendidikan yang tinggi memerlukan uang dan motivasi. Kedua, jenis dan tinggi rendahnya pendidikan mempengaruhi
jenjang
kelas
sosial.
Pendidikan
bukan
hanya
memberikan keterampilan kerja tetapi juga melahirkan perubahan mental, selera, minat, tujuan, cara berbicara (perubahan cara hidup seseorang).
2
Manusia sebagai makhluk sosial selalu ingin hidup dan eksis dalam masyarakat. Salah satu institusi sosial yang dapat membantu eksistensi manusia dalam masyarakat adalah institusi pendidikan. Sebagai sistem sosial, lembaga pendidikan harus memiliki fungsi dan peran dalam perubahan masyarakat menuju ke arah perbaikan dalam segala lini. Dalam hal ini lembaga pendidikan memiliki dua karakter secara umum. Pertama, melaksanakan peranan fungsi dan harapan untuk mencapai tujuan dari sebuah sistem. Kedua, mengenali individu yang berbeda-beda dalam peserta didik yang memiliki kepribadian dan disposisi kebutuhan. 3 Kedua karakter umum lembaga pendidikan tersebut menunjukkan bahwa intitusi pendidikan juga sebagai institusi sosial. Dalam pendidikan, dikenal tripusat lingkungan pendidikan, yaitu lingkungan
pendidikan
keluarga
(informal),
lingkungan
sekolah
(formal), dan lingkungan masyarakat (nonformal). Ketiga klasifikasi tersebut dalam pergaulannya di masyarakat memiliki peran yang
2 Dr. S. Nasution, MA. 2010, Sosiologi pendidikan, Hal: 10. 3 Oemar hamalik.perencanaan pegajaran berdasarkan pendekatan sistem.Bumi aksara.2005 jakarta.cet 5 hal: 23
berbeda-beda, lembaga pendidikan pertama, yaitu informal atau keluarga, ranah garapannya adalah lebih banyak diarahkan dalam pembentukan
karakter
atau
keyakinan
dan
norma.
Lembaga
pendidikan formal atau sekolah, peran besarnya lebih banyak di arahkan pada pengembangan penalaran peserta didik, dan lembaga pendidikan ketiga, yaitu masyarakat, perannya lebih banyak pada pembentukan karakter sosial.4 Ketiga lingkungan pendidikan tersebut mestinya sinergi dalam upaya penguatan sistim sosial secara universal. Kemajuan suatu bangsa atau masyarakat dapat dilihat dari sistem pendidikan
yang
dilaksanakan.
Perkembangan
zaman
akan
membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas yang tidak lain dipenuhi melalui bidang pendidikan. Berkembangnya pendidikan akan mendorong terjadi perubahan sosial. Pendidikan membuat seorang individu mengetahui banyak hal dan mengetahui perkembanganperkembangan yang terjadi pada kehidupan masyarakat lain, melalui pola pikir yang maju dan terpelajar. Pendidikan dapat menyejajarkan masyarakat yang sedang berkembang dengan masyarakat yang maju Pendidikan di pandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik di dalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan yang diperoleh makin besar harapan untuk mencapai itu. Dengan demikian terbuka kesempatan untuk meningkat ke golongan sosial yang lebih tinggi. Pendidikan dilihat sebagai kesempatan untuk beralih dari golongan yang satu ke golongan yang lebih tinggi. Dikatakan bahwa pendidikan merupakan jalan bagi mobilitas sosial. Pada zaman dahulu keturunanlah yang menetukan status sosial seseorang yang sukar di tembus karena sistem golongan yang ketat. Tokoh-tokoh pendidikan banyak yang menaruh kepercayaan akan keampuhan pendidik untuk 4 Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati.ilmu pendidikan.Rumka cipta. 2002 jakarta.cet.2 hal 183-184.
memperbaiki nasib seseorang. Dengan memperluas dan meratakan pendidikan diharapkan dicairkannya batas-batas antara golongangolongan sosial. Diharapkan bahwa kesempatan belajar yang sama membuka jalan bagi setiap anak untuk memperoleh pekerjaan yang diinginkannya.
Kewajiban
belajar
atau
pendidikan
universal
memberikan pengetahuan dan keterampilan yang sama bagi semua anak dari semua golongan sosial. Dengan demikian perbedaan golongan sosial akan dikurangi jikapun tidak dapat dihapuskan seluruhnya. diwujudkan.
Dalam
kenyataan
cita-cita
tidak
demikian
mudah
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Stratifikasi sosial atau penggolongan kelas sosial masyarakat sebuah keniscayaan
yang
dengannya
timbul
motivasi
untuk
saling
mengembangkan potensi sumber daya manusia. Perkembangan peradaban yang semakin modern dan berkembang mendorong sistem stratifikasi sosial yang terbuka, dimana setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk mengambil peran dan mendapatkan penghargaan di lingkungan masyarakatnya. Sebagai salah satu faktor pembentuk stratifikasi sosial, pendidikan diyakini sebagai langkah rasional dan logis dalam upaya meningkatkan peran dan penghargaan masyarakat terhadap seseorang. Melalui pendidikan seseorang selain dapat meningkatkan pengetahuan dan pola pikir juga memiliki peluang lebih besar untuk memperoleh setiap faktor pembentuk stratifikasi yang lainnya yaitu kekayaan, kekuasaan, dan kehormatan bahkan merubah strata keturunannya. Melalui pendidikan seseorang mampu mendapatkan peran dan penghargaan yang
diakui
dalam
lingkungan
masyarakat
sebagai
proses
terbentuknya stratifikasi sosial yang dianut masyarakat. B. SARAN Pendidikan sebagai faktor pembentuk stratifikasi sosial hendaknya berdasarkan mutu pengetahuan,keterampilan dan sikap yang dimiliki sesuai tingkat pendidikan seseorang. Bukan sekedar legalisasi atas gelar yang dimiliki. Kepercayaan masyarakat akan kemampuan pendidikan
sebagai
upaya
meningkatkan
stratifikasi
sosial
di
masyarakatnya bisa jadi menjadi membuka peluang negatif untuk mendapatkan legalisasi pendidikan berupa ijazah dengan cara-cara
masip seperti pembelian ijazah secara instan. Sistem pendidikan sebagai sistem sosial harus disusun secara ideal sehingga output dalam proses pendidikan mampu menjadi manusia insan kamil yang berakhlak mulia.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Abdulsyani : Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, Bumi Aksara, Jakarta Anggota IKAPI, 1994
2.
Dr. S. Nasution, MA. 2010, Sosiologi pendidikan
3.
Oemar hamalik.perencanaan pegajaran berdasarkan pendekatan
sistem.Bumi aksara.2005 jakarta.cet 5 4.
Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati.ilmu pendidikan.Rumka cipta. 2002 jakarta.cet.2
5.
http://nindac.blogspot.co.id/2013/04/stratifikasi-sosial.html
6.
https://sosiologiblog.wordpress.com/2012/11/20/ciri-ciri-stratifikasisosial/
7.
https://sosiologiblog.wordpress.com/2012/11/20/faktor-faktorpembentuk-stratifikasi-sosial/
8.
http://zackeyhernandez.blogspot.co.id/2013/04/pendidikan-dantatanan-sosial.html