PENGARUH PEMBERIAN DOSIS EKSTRAK KULIT BUAH PARE (Momordica charantia) TEHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti Safria R. Habibie1), Herlina Jusuf2), Lia Amalia3) Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo
[email protected] 2 Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo
[email protected] 3 Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo
[email protected] 1
Abstrak Ekstrak kulit buah pare (Momordica charantia) merupakan larvasida alami yang digunakan untuk menekan pertumbuhan vektor dari tempat perindukaan nyamuk dengan cara membunah larva Aedes aegypti. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah melihat apakah ada pengaruh pemberian dosis ekstrak kulit buah pare (Momordica charantia) terhadap kematian larva nyamuk Aedes aegypti. Tujuan dari penelitian untuk menganalisis pengaruh pemberian dosis ekstrak kulit buah pare terhadap kematian larva Aedes aegypti. Dosis ekstrak kulit buah pare yang digunakan yakni 100 ppm, 200 ppm, dan 300 ppm dalam 100 mL air pada setiap perlakuan selama 24 jam dengan waktu pengamatan 6 jam, 12 jam, 18 jam dan 24 jam. Rancangan penelitian adalah eksperimen semu, dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Dimana jumlah sampel sebanyak 80 ekor larva Aedes aegypti instar 1-4. Data diambil dengan uji Two Way Anova. Hasil penelitian, nilai p 0,297 > α = 0,05 dengan demikian H0 diterima, disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh pemberian dosis ekstrak kulit buah pare terhadap kematian larva Aedes aegypti. Dosis ekstrak kulit buah pare yang paling efektif yakni dosis 300 ppm pada waktu pengamatan 24 jam karena dapat membunuh larva 100%. Diharapkan kepada masyarakat untuk menggunakan ekstrak kulit buah pare untuk membunuh larva nyamuk Aedes aegypti, dan bagi peneliti lain dapat menggunakan bagian lain dari tanaman pare dan dari larva nyamuk berbeda. Kata Kunci : Buah Pare, Aedes aegypti
Abstract Bitter melon fruit pell extract is natural larvicides used to suppress the growth of vector breeding places of mosquitoes by killing the larvae of Aedes aegypti. The research problem was whether there was an effect of dosing extract of bitter melon rind (Momordica charantia) toward the death of mosquito larvae (Aedes aegypti). The research aimed at analyzing the effect of dosing extract of biter melon rind were 100 ppm, 200 ppm, and 300 ppm in 100 mL of water of each treatment during 24 hours with observation duration were 6 hours, 12 hours, 18 hours, and 24 hours. The research applied quasi experiment with random group design. There were 80 samples of the larvae 1-4 instars.data were gained through two way anova test. The results showed that p value was 0,297 > α = 0,05, thus H0 was accepted. It can be inferred that there was no effect of dosing extract of biter melon rind toward the death of mosquito larvae Aedes aegypti. Effective dosis were 300 ppm within 24 hours of observation due to the effect of killing larvae for 100%. It is recommended to the people to use other parts of biter melon plant, except the rind, to exterminate larvae of Aedes aegypti and further researcher can utilize other parts of bitter melon plant toward different larvae of mosquito. Keywords : Bitter Melon Fruit, Aedes aegypti
1. PENDAHULUAN Aedes aegypti adalah vektor nyamuk yang utama untuk virus dengue, dimana “Jenis serangga ini sangat erat hubungannya dengan manusia dan tempat tinggal mereka. Manusia tidak hanya menyediakan nyamuk dengan darah sebagai makanan mereka tetapi juga wadah yang berisi air di dalamnya dan di sekitar rumah yang dibutuhkan oleh nyamuk ini untuk berkembangbiak (Widoyono, 2013)”. Soewondo, 2012 mengemukakan “nyamuk Aedes hidup di dalam dan di sekitar rumah sehingga makanan yang diperoleh semuanya tersedia di situ. Boleh dikatakan bahwa nyamuk Aedes aegypti betina sangat menyukai darah manusia (antropofilik). Kebiasaan menghisap darah terutama pada pagi hari jam 08.00-12.00 dan sore hari jam 15.00-17.00”. Nyamuk betina mempunyai kebiasaan menghisap darah berpindah-pindah berkali-kali dari satu individu ke individu yang lain. Hal ini disebabkan karena pada siang hari manusia yang menjadi sumber makanan darah utamanya dalam keadaan aktif bekerja atau bergerak sehingga nyamuk tidak dapat menghisap darah dengan tenang sampai kenyang pada satu individu. “Keadaan inilah yang menyebabkan penularan penyakit DBD menjadi lebih mudah terjadi. Waktu mencari makanan, selain terdorong oleh rasa lapar, nyamuk Aedes juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu bau yang dipancarkan oleh inang, temperatur, kelembaban, kadar karbon dioksida dan warna. Untuk jarak yang lebih jauh, faktor bau memegang peranan penting bila dibandingkan dengan faktor lainnya”. “Pemberantasan nyamuk Aedes aegypti bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit demam berdarah dengue hingga ke tingkat yang bukan merupakan masalah kesehatan masyarakat lagi (Fitri, 2011)”.
“Pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dilakukan dengan 3 cara yakni pemberantasan secara fisik, pemberantasan secara kimia dan pemberantasan secara biologi (Maftuhah, 2005)”. “Mekanisme kematian larva berhubungan dengan fungsi senyawa alkaloid, triterpenoid, saponin dan flavonoid dalam buah pare yang dapat menghambat daya makan larva (antifedant). Cara kerja senyawasenyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau racun perut. Oleh karena itu, bila senyawa-senyawa ini masuk ke dalam tubuh larva, alat pencernaannya akan terganggu. Selain itu, senyawa ini menghambat reseptor perasa pada daerah mulut larva. Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga tidak mampu mengenali makanannya. Akibatnya, larva mati kelaparan (Suirta, 2010)”. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian ekperimen semu, dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Populasi dalam penelitian ini adalah semua larva Aedes aegypti yang sudah dibiakan. Sedangangkan sampel yang di gunakan adalah larva Aedes aegypti sebanyak 20 ekor pada 3 media penelitian dan 1 kelompok kontrol, sehingga larva yang digunakan sebanyak 80 ekor. Teknik analisis data yang digunakan adalah Two Way Anova. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Hasil penenelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan 3 dosis. Dosis ekstrak kulit buah pare adalah berbagai macam konsentrasi ekstrak kulit buah pare yang digunakan dalam perlakuan dengan satuan ppm/100 mL
Total Kematian Larva Aedes aegypti
Waktu penga matan (Jam)
Ko ntr ol
6
Dosis 100 ppm
Dosis 200 ppm
Dosis 300 ppm
n
(%)
n
(%)
n
(%)
20
2
10,0
4
20,0
11
55,0
12
20
4
20,0
6
30,0
18
90,0
18
20
4
20,0
8
40,0
18
90,0
24
20
11
55,0
16
80,0
20
100,0
Sumber : Data primer, 2014 Dari tabel 1.1 dapat diketahui bahwa prosentase kematian larva Aedes aegypti pada dosis ekstrak kulit buah pare yang berbeda yaitu 100 ppm, 200 ppm dan 300 ppm dalam 100 mL air selama 24 jam pengamatan dengan interval waktu 6 jam, 12 jam, 18 jam dan 24 jam diperoleh jumlah kematian larva Aedes aegypti pada waktu paparan yang berbeda-beda dan dosis yang berbeda pula. Pada pengamatan 6 jam, dosis 100 ppm didapatkan hasil kematian larva Aedes aegypti sebanyak 2 ekor larva (10%), dan pada dosis 200 ppm sebanyak 4 ekor larva (20%), sedangkan
pada dosis 300 ppm sebanyak 11 ekor (55%). Untuk pengamatan 12 jam, dosis 100 ppm, 200 ppm, dan 300 ppm dalam 100 mL air didapatkan hasil prosentase kematian larva Aedes aegypti pada dosis 100 ppm sebanyak 4 ekor (20%), pada dosis 200 ppm sebanyak 6 ekor (30%), sedangkan pada dosis 300 ppm sebanyak 18 ekor (90%). Kemudian untuk pengamatan 18 jam, didapatkan hasil prosentase kematian pada dosis 100 ppm sebanyak 4 ekor (20%), pada dosis 200 ppm sebanyak 8 ekor (40%), sedangkan pada dosis 300 ppm sebanyak 18 ekor (90%). Sedangkan pada pengamatan 24 jam, didapatkan pula hasil prosentase kematian pada dosis 100 ppm sebanyak 11 ekor (55%), pada dosis 200 ppm sebanyak 16 ekor (80%), sedangkan pada dosis 300 ppm sebanyak 20 ekor (100%). Jumlah Kematian Larva Aedes aegypti
yang berarti sebanyak ppm ekstrak kulit buah pare yang dimasukan kedalam 100 mililiter air. Konsentrasi ekstrak kulit buah pare yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 ppm/100 mL, 200 ppm/100 mL dan 300 ppm/100 mL, dari 3 perlakuan 1 kontrol. Dalam penelitian ini menggunakan larva nyamuk Aedes aegypti instar 1-4 sebanyak 20 ekor larva pada setiap media, sehingga jumlah larva yang digunakan sebanyak 80 ekor. Tiap perlakuan dilakukan pengamatan setiap 6 jam, 12 jam, 18 jam dan 24 jam, pengamatan dilakukan pada larva yang sama pada tiap media, diwaktu yang berbeda. Hasil Pengujian Ekstrak Kulit Buah Pare (Momordica charantia) Kematian Larva Aedes aegypti dengan berbagai dosis ekstrak kulit buah pare dapat dilihat pada tabel 1 Tabel 1 Kematian Larva Aedes aegypti dengan berbagai dosis ekstrak kulit buah pare selama 6 jam, 12 jam, 18 jam dan 24 jam.
25 20
20 18
18 16
15 10
11
11 8
5
4 2
6 4
4
Dosis Ekstrak Kulit Buah Pare 100 ppm/100 ml Dosis Ekstrak Kulit Buah Pare 200 ppm/100 ml Dosis Ekstrak Kulit Buah Pare 300 ppm/100 ml
0 6 Jam 12 Jam 18 Jam 24 Jam
Waktu Pengamatan
Sumber : Data primer, 2014 Gambar 1.1 Jumlah kematian larva Aedes aegypti dengan berbagai Dosis ekstrak kulit buah pare (Momordica charantia) dengan waktu pengamatan 6 jam, 12 jam, 18 jam dan 24 jam. Dari gambar 1.1 terlihat adanya kenaikan jumlah kematian larva Aedes aegypti dengan berbagai dosis ekstrak kulit buah pare (Momordica charantia)
2. Pembahasan Dari hasil uji Two Way Anova diperoleh nilai p-value 0,297 > α = 0,05. Dengan demikian H0 diterima sehingga dapat disimpulkan, tidak ada pengaruh dosis ekstrak kulit buah pare (Momordica charantia) terhadap kematian larva Aedes aegypti. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui pengaruh dosis ekstrak kulit buah pare terhadap kematian larva Aedes aegypti. Dosis ekstrak kulit buah pare adalah berbagai macam dosis ekstrak kulit buah pare yang digunakan dalam perlakuan dengan satuan ppm/100 mL yang berarti sebanyak ppm ekstrak kulit buah pare yang dimasukan ke dalam 100 mililiter air. Dosis ekstrak kulit buah pare yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 ppm/100 mL, 200 ppm/100 mL dan 300 ppm/100 mL. Dalam penelitian ini menggunakan Larva nyamuk Aedes aegypti instar 1-4 sebanyak 80 ekor, yang berada dalam gelas plastik pengamatan. Data yang dipeoleh dari jumlah kematian larva masing-masing dosis berbeda-beda. Dari hasil penelitian ini terdapat total kematian larva Aedes aegypti yang sama pada dosis 100 ppm dan 300 ppm pada waktu penelitian 12 jam dan 18 jam. Hal tersebut terjadi karena pada penelitian 12 jam (02.00) dan 18 jam (08.00) suhu udara masih dingin, sehingga larva Aedes aegypti masih dapat bertahan hidup. Menurut Agustine, 2009 bahwa “larva Aedes aegypti dapat bertahan hidup pada suhu dan udara yang dingin, jenis larva ini tidak dapat bertahan hidup pada suhu udara yang panas”. Hasil penelitian ini sejalalan dengan penelitian Agustine (2009) dimana hasil penelitian tersebut menunjukan terjadi kemtian larva Aedes aegypti pada dosis ekstrak daun pare dengan dosis 350 ppm dengan jumlah larva yang mati sebesar 40%, untuk dosis 400 ppm jumlah larva yang mati sebesar 75,2%, kemudian untuk dosis
450 ppm jumlah larva yang mati sebesar 86,4% sedangkan untuk dosis 500 ppm jumlah larva yang mati sebesar 100%. Perbedaan hasil penelitian terletak pada kematian larva Aedes aegypti. Dalam penelitian tersebut konsentrasi yang paling banyak membunuh larva diperoleh pada dosis ekstrak daun pare 500 ppm sebesar 100%. Kematian larva Aedes aegypti terjadi pada semua perlakuan. Kematian larva Aedes aegypti disebabkan oleh adanya kontak langsung antara ekstrak kulit buah pare yang bersifat racun dengan larva Aedes aegypti. Menurut Andriani, 2010, mekanisme kematian larva berhubungan dengan fungsi senyawa-senyawa dalam tumbuhan pare seperti alkaloid, triterpenoid, saponin dan momordisin yang dapat menghambat daya makan larva (antifedant) dan bertindak sebagai stomach poisoning atau racun perut. Jika masuk ke dalam tubuh larva, akan mengganggu sistem pencernaan serta sistem saraf larva. . Dosis yang paling efektif yang banyak membunuh larva yakni dosis 300 ppm pada waktu 24 jam dengan jumlah kematian larva sebanyak 20 ekor sebeser 100%. Hal ini dikarenakan semakin tinggi dosis dan lama waktu paparan yang diberikan maka semakin besar pula kematian larva Aedes aegypti. Kematian larva Aedes aegypti disebabkan karena adanya kandungan bahan kimia kulit buah pare yang bersifat racun perut. Dengan adanya pengaruh dosis ekstrak kulit buah pare terhadap kematian larva Aedes aegypti maka agar lebih efektif dan lebih ramah lingkungan kita bisa memanfaatkan tanaman berupa tumbuhan pare yang bersifat racun, sebagai salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangai vektor nyamuk sehingga tidak mencemari lingkungan. Perbedaan ini dikarenakan pada hasil penelitian tersebut, kematian larva tertinggi diperoleh pada dosis terbanyak
yakni pada dosis 300 ppm. Sehingga terdapat peluang dimana dengan penambahan dosis ekstrak kulit buah pare yang tingi maka semakin banyak larva yang mati. Dari hasil penelitian ini dan hasil penelitian sebelumya, maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dosis yang diberikan maka semakin banyak pula kandungan alkaloid, triterpenoid, saponin dan momordisin yang diterima atau kontak langsung dengan larva pada media penelitian dan menyebabkan kematian larva Aedes aegypti. 4. SIMPULAN Hasil analisis pengaruh pemberian dosis ekstrak kulit buah Pare (Momordica charantia) dengan prosentase kematian larva Aedes aegypti dengan dosis 100 ppm waktu 6 jam sebanyak 2 ekor (10%), waktu 12 jam sebanyak 4 ekor (20%), waktu 18 jam sebanyak 4 ekor (20%) dan waktu 24 jam sebanyak 11 ekor (55%). Kemudian untuk dosis 200 ppm waktu 6 jam sebanyak 4 ekor (20%), waktu 12 jam sebanyak 6 ekor (30%), waktu 18 jam sebanyak 8 ekor (40%) dan waktu 24 jam sebanyak 16 ekor (80%). Sedangkan untuk dosis 300 ppm waktu 6 jam sebanyak 11 ekor (55%), waktu 12 jam sebanyak 18 ekor (90%), waktu 18 jam sebanyak 18 ekor (90%) dan waktu 24 jam sebanyak 20 ekor (100%). Tidak
ada pengaruh yang signifikan terhadap pemberian ekstrak kulit buah pare (Momordica charantia) terhadap kematian larva nyamuk Aedes aegypti. Dosis ekstrak kulit buah pare (Momordica charantia) yang paling efektif yaitu pada dosis 300 ppm pada waktu pengamatan 24 jam yaitu jumlah larva yang mati sebanyak 20 ekor (100%). 5. REFERENSI Fitri.
2011. PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk). Surabaya : Erlangga Universitas Press
Maftuhah, A. 2005. Uji Efek Antipiretik Ekstrak Buah Pare (Momordicae fruktus) pada Tikus Putih Jantan. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Soewondo, 2012. Aedes. Jakarta : Pustaka Buku Murah Suirta, 2010. Larva. Yogyakarta : Medika Widoyono, 2013. Nyamuk Aedes aegypti. Jakarta : Penerbit Erlangga