Vol 6 no 2 Th 2010
Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Tembelekan
PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK DAUN TEMBELEKAN (Lantana camara) TERHADAP KEMATIAN LARVA Aedes aegypti
1,2,3
Ratih Sari Wardani1, Mifbakhuddin2, Kiky Yokorinanti3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang Email :
[email protected]
ABSTRAK Latar Belakang: Peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue dari tahun ke tahun terjadi di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah jumlah penduduk yang semakin tinggi yang mengakibatkan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dan larva semakin meningkat. Salah satu upaya pengendalian larva Aedes aegypti dapat dilakukan dengan menggunakan larvasida nabati ekstrak daun Tembelekan. Tujuan: Mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak daun Tembelekan terhadap kematian larva Aedes aegpyti. Metode: Penelitian eksperimen kuasi ini menerapkan desain After Only With Control Design. Variabel terikat dalam penelitian adalah kematian larva Aedes aegypti dan variabel bebasnya adalah berbagai konsentrasi ekstrak daun Tembelekan (1%, 3%, dan 5%). Penelitian ini dilakukan dengan memberikan ekstrak daun Tembelekan dengan berbagai konsentrasi pada media yang berisi 25 ekor larva kemudian dihitung kematian larva setelah 24 jam dengan waktu pengamatan 0,5, 1, 2, 4, 6, 8, 12 jam. Data dianalisis secara deskriptif dan analitik. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap kematian larva menggunakan uji Kruskal Wallis karena data tidak berdistribusi normal. Hasil: Berdasarkan hasil penelitian, rata – rata kematian larva Aedes aegypti terendah terdapat pada konsentrasi 1% yaitu 16,2 ekor (64,8%) dan kematian tertinggi terdapat pada konsentrasi 5% yaitu 25 ekor (100%). Berdasarkan hasil analisis uji Kruskal Wallis diperoleh p value = 0,000 (p<0,05) artinya ada pengaruh yang bermakna berbagai konsentrasi ekstrak daun Tembelekan terhadap kematian larva Aedes aegypti. Kesimpulan: Ada pengaruh yang bermakna berbagai konsentrasi ekstrak daun Tembelekan terhadap kematian larva Aedes aegypti. Kata Kunci: Daun Tembelekan (Lantana camara), larva Aedes aegypti.
ABSTRACT Background: The Dengue Hemoragic Fever cases in Indonesia have steadily increased from year to year. One reason is that the higher number of population causing the increase of mosquito breeding places of Aedes aegypti and larvae. One of the efforts to control the Aedes aegypti larvae is the use of herbal larvaeside the extract of tembelekan (lantana camara) leaf. Objective: To find out the influence of the concentration of the extract of Tembelekan leaf on the mortality of Aedes aegpyti larvae. Method: This study was quasi experimental design applying After Only With Control Design. The dependent variable of the study was the Aedes aegypti larvae mortality and the independent variables were the various concentrations tembelekan leaf extract (1%, 3% and 5%). The research was conducted by providing tembelekan leaf extract in various concentrations to the media containing 25 larvae. The larvae mortality was calculated after 24 hours with observation period of 0.5, 1, 2, 4, 6, 8, 12 hours. Data were analyzed by descriptive and analytical ways. As the data were not normally distributed, the Kruskal Wallis test was applied to measure the influence of
30
Vol 6 no 2 Th 2010
Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Tembelekan
concentration on the mortality of larvae. Results: Based on the results, the average mortality of Aedes aegypti larvae was found at concentrations as low as 1% with the mortality of 16.2 larvae or (64.8%) and the highest mortality was at a concentration of 5% with the mortality of 25 larvae (100%). Based on the analysis results obtained from Kruskal Wallis test, the p value = 0.000 (p <0.05) showing that there was a significant influence of various concentrations of tembelekan leaf extract on the Aedes aegypti larvae mortality. Conclusion: There was a significant influence of various concentrations of tembelekan leaf extract on the Aedes aegypti larvae mortality. Keywords: Tembelekan leaf (Lantana camara), Aedes aegypti larvae.
PENDAHULUAN Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Sejak tahun 1968 jumlah kasusnya cenderung meningkat.[1] Salah satu penyebabnya adalah pengaruh globalisasi dan jumlah penduduk yang semakin meningkat. Dengan semakin tingginya jumlah penduduk, semakin banyak pula tempat perindukan untuk perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti misalnya tempat – tempat penampungan air sehingga kepadatan larva Aedes aegypti pada tempat penampungan air juga semakin tinggi.[2] Upaya pengendalian larva Aedes aegypti telah banyak dilakukan antara lain dengan cara kimia (pemberian larvasida pada tempat – tempat penampungan air), cara mekanik (menutup tempat – tempat penampungan air), dan pengendalian hayati / biologi (memelihara ikan pemakan jentik).[2] Pengendalian yang dapat dilakukan terhadap larva Aedes aegypti yaitu dengan larvasida. Larvasida digunakan dalam upaya untuk mengurangi populasi jentik di suatu breeding pleace (tempat perindukan). Larvasida paling banyak digunakan karena dapat menekan populasi larva dalam waktu singkat.[3] Salah satu bahan alami yang aman dan dapat digunakan sebagai insektisida nabati untuk larvasida adalah ekstrak daun Tembelekan. Daun Tembelekan mengandung minyak atsiri, alkaloid, saponin, flavonoid, dan tanin yang dapat membunuh larva Aedes aegypti.[4] Berdasarkan penelitian ekstrak daun Gigil menunjukkan bahwa kematian larva Aedes aegypti dari ekstrak daun Gigil disebabkan karena kandungan saponin yang bertindak sebagai racun perut serta minyak atsiri dan flavonoid sebagai racun pernapasan.[5] Selain itu, berdasarkan penelitian ekstrak daun Pare menunjukkan bahwa kematian larva Aedes aegypti dari ekstrak daun Pare disebabkan karena alkaloid daun pare merupakan salah satu bagian yang pahit yaitu momordicin yang dapat menghambat daya makan larva (antifedant). Cara kerja senyawa - senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau racun perut. Selain itu zat aktif lain adalah minyak atsiri dan flavonoid yang bekerja sebagai racun pernapasan, serta saponin yang bekerja sebagai racun perut.[6] Berdasarkan hasil penelitian terdahulu oleh Fika Reni (2008) menunjukkan bahwa daun tembelekan dalam bentuk tumbuhan, berhasil mengusir nyamuk Aedes
31
Ratih Sari Wardani, Mifbakhuddin
J Kesehat Masy Indones
aegypti sebesar 51,33% yaitu pada jumlah 250 lembar daun.[7] Dari hasil uji pendahuluan yang dilakukan dengan menggunakan konsentrasi 1%, 2,5%, 5%, dan 10% menunjukkan bahwa pada konsentrasi terendah ekstrak daun Tembelekan (1%) sudah menyebabkan kematian larva Aedes aegypti yaitu 17 ekor (68%). Kematian tertinggi yaitu sebesar 100% (25 ekor) terdapat pada konsentrasi 5% dan 10%, sedangkan pada kontrol dengan aquadest tidak ada kematian larva Aedes aegypti. Dari latar belakang dan uji pendahuluan, maka perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak daun Tembelekan (Lantana camara) terhadap kematian larva Aedes aegpyti. METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental dengan menggunakan metode eksperimen quasi. Desain penelitian yang digunakan adalah “After Only With Control Design”.[8] Penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 – 17 Juni 2010 di Laboratorium Parasitologi Universitas Muhammadiyah Semarang. Subyek dalam penelitian ini adalah larva Aedes aegypti. Sampel dalam penelitian ini adalah larva Aedes aegypti instar III yang dikembangbiakkan di Laboratorium. Jumlah sampel pada tiap perlakuan ditentukan menurut standar WHO untuk uji Bio-assay yaitu sampel yang digunakan sebanyak 25 ekor setiap kelompok perlakuan.[9] Dalam penelitian ini banyaknya perlakuan adalah 3, dengan pengulangan sebanyak 9 kali pada masing – masing perlakuan. Sehingga didapatkan perlakuan sebanyak 27 perlakuan. Larva Aedes aegypti yang dibutuhkan sebanyak 25 ekor pada setiap perlakuan. Sehingga jumlah seluruh larva Aedes aegypti pada setiap perlakuan dan kontrol adalah 750 ekor. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan ekstrak daun Tembelekan dengan berbagai konsentrasi pada media yang berisi 25 ekor larva kemudian dihitung kematian larva setelah 24 jam dengan waktu pengamatan 0.5, 1, 2, 4, 6, 8, 12 jam. Data dianalisis secara deskriptif dan analitik. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak daun Tembelekan terhadap kematian larva Aedes aegypti menggunakan uji Kruskal Wallis karena data tidak berdistribusi normal. HASIL 1. Analisis Univariat a. Distribusi Frekuensi Kematian Larva Aedes aegypti Pada penelitian dilakukan perhitungan jumlah larva Aedes aegypti yang mati pada berbagai konsentrasi ekstrak daun Tembelekan yaitu 1%, 3%, dan 5% dengan 27 perlakuan selama pengamatan 24 jam. Hasil secara lengkap tercantum pada tabel 4.1.
32
Vol 6 no 2 Th 2010
Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Tembelekan
Tabel 4.1. Hasil Analisis Deskriptif Kematian Larva Aedes aegypti Selama 24 Jam Berdasarkan Konsentrasi Konsentrasi (%) 1 3 5 Total
n
Minimum
Maksimum
Rerata
9 9 9 27
8 19 25 8
21 25 25 25
16,22 23,33 25 21,52
Standar deviasi 4,944 2,062 0 4,886
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah kematian larva Aedes aegypti terendah terdapat pada konsentrasi 1% berkisar antara 8 sampai dengan 21 ekor larva dengan rata – rata 16,22 ekor dan standar deviasi 4,944 ekor. Sedangkan pada konsentrasi 5%, merupakan jumlah kematian larva Aedes aegypti tertinggi yaitu 25 ekor larva dengan rata – rata 25,00 ekor dan standar deviasi 0,000 ekor. b.
Persentase Kematian Larva Aedes aegypti Pada penelitian dilakukan perhitungan jumlah larva Aedes aegypti yang mati pada berbagai konsentrasi ekstrak daun Tembelekan dengan pengulangan sebanyak 9 kali dan selama pengamatan 24 jam. Hasil secara lengkap tercantum pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Persentase Rata – rata Kematian Larva Aedes aegypti Dalam Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun Tembelekan Setelah Pemaparan Selama 24 jam di Laboratorium Parasitologi Universitas Muhammadyah Semarang Tahun 2010 Konsentrasi (%)
Kontrol 1 3 5
Jumlah Larva Uji (ekor)
25 25 25 25
Jumlah Kematian Larva Rata - Rata Kematian (ekor) 0 16,2 23,3 25
Persentase (%) 0 64,8 93,2 100
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa kematian terendah terdapat pada konsentrasi 1% yaitu 16,2 ekor (64,8%) dan kematian tertinggi terdapat pada konsentrasi 5% yaitu 25 ekor (100%). Sedangkan pada kontrol tidak menunjukkan adanya kematian larva Aedes aegypti. Berdasarkan hasil
33
Ratih Sari Wardani, Mifbakhuddin
J Kesehat Masy Indones
tersebut, konsentrasi yang paling efektif untuk kematian larva Aedes aegypti adalah konsentrasi 3% dan 5%. Hal ini dikarenakan pada konsentrasi tersebut dapat membunuh larva Aedes aegypti ≥ 90% selama 24 jam.[10] c.
Persentase Rata – rata Kematian Larva Aedes aegypti Berdasarkan Waktu Pengamatan Pada penelitian dilakukan perhitungan jumlah larva Aedes aegypti yang mati pada berbagai konsentrasi ekstrak daun Tembelekan berdasarkan waktu pengamatan. Hasil secara lengkap tercantum pada grafik 4.1.
Grafik 4.1 Waktu kematian larva Aedes aegypti pada tiap – tiap konsentrasi ekstrak daun Tembelekan Berdasarkan grafik 4.1 dapat diketahui bahwa rata – rata kematian larva Aedes aegypti tercepat terjadi pada 2 jam setelah perlakuan pada konsentrasi 5% yaitu 7 ekor (28%). Kematian larva berbanding lurus dengan lama waktu dan besarnya konsentrasi yang diberikan yaitu semakin lama waktu kontak larva Aedes aegypti dengan ekstrak daun Tembelekan maka kematian larva semakin meningkat dan semaki tinggi konsentrasi maka semakin cepat terjadinya kematian larva Aedes aegypti. 2. Analisis Bivariat a. Uji normalitas data Berdasarkan hasil uji normalitas data menggunakan uji Kolmogorof Smirnov Lillifors Significance Correction menunjukkan bahwa nilai p value = 0,000 (p < 0,05) artinya distribusi data kematian larva Aedes aegypti tidak 34
Vol 6 no 2 Th 2010
Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Tembelekan
normal. Sehingga uji yang digunakan adalah uji Kruskal Wallis. b. Uji analisis varian (Kruskal Wallis) Berdasarkan analisis varian menggunakan uji Kruskal Wallis dapat diketahui bahwa nilai p value = 0,000 (p < 0,05) artinya ada pengaruh yang bermakna berbagai konsentrasi ekstrak daun Tembelekan yaitu (1%, 3%, dan 5%) terhadap kematian larva Aedes aegypti. c. Uji LSD (Least Significance Different) Uji LSD digunakan untuk melihat pasangan konsentrasi ekstrak daun Tembelekan yang mempunyai beda rata – rata kematian larva Aedes aegypti. Hasil pengujian data dapat dilihat pada tabel 4.6 Tabel 4.4 Beda Rata – rata Kematian Larva Aedes aegypti dalam berbagai konsentrasi Pasangan Konsentrasi ekstrak daun Tembelekan (%) 1–3 1–5 3–5
Signifikan 0,000 0,000 0,264
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari hasil analisis LSD dapat disimpulkan bahwa pasangan dengan nilai konsentrasi 1% dan 3% serta 1% dan 5% mempunyai nilai p value = 0,000 (p < 0,05) yaitu ada perbedaan yang signifikan rata – rata kematian larva Aedes aegypti antar pasangan konsentrasi tersebut. Sedangkan pada konsentrasi 3% dan 5% mempunyai nilai p value = 0,264 (p > 0,05) maka pasangan konsentrasi 3% dan 5% tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan rata – rata kematian larva Aedes aegypti. Hal ini dikarenakan pada konsentrasi 3% dan 5% mempunyai rata – rata kematian larva dengan jarak yang kecil. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis varian dengan menggunakan uji Kruskal Wallis didapatkan hasil p value sebesar 0,000 (p < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang bermakna konsentrasi ekstrak daun Tembelekan yaitu (1%, 3%, dan 5%) terhadap kematian larva Aedes aegypti. Kematian larva Aedes aegypti terdapat pada semua kelompok perlakuan, sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat kematian larva Aedes aegypti. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kematian rata – rata terendah terdapat pada konsentrasi 1% yaitu 16,2 ekor (64,8%) dan kematian tertinggi terdapat pada konsentrasi 5% yaitu 25 ekor (100%). Konsentrasi yang paling efektif untuk kematian larva Aedes aegypti adalah konsentrasi 3% dan 5%. Hal ini dikarenakan pada konsentrasi tersebut dapat membunuh larva Aedes aegypti ≥ 90% selama 24 jam.[10] Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang diberikan
35
Ratih Sari Wardani, Mifbakhuddin
J Kesehat Masy Indones
maka kematian larva Aedes aegypti semakin besar. Terjadinya kematian larva Aedes aegypti pada berbagai konsentrasi disebabkan oleh banyaknya senyawa aktif yang kontak langsung dengan larva Aedes aegypti pada media. Semakin tinggi konsentrasi maka senyawa aktif yang diterima larva Aedes aegypti juga semakin banyak pula. Senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak daun Tembelekan yaitu minyak atsiri, alkaloid, saponin, flavonoid, dan tanin.[4] Saponin dan alkaloid merupakan stomach poisoning atau racun perut bagi larva Aedes aegypti. Mekanisme dari saponin yaitu dapat menurunkan tegangan permukaan selaput mukosa traktus digestivus larva sehingga dinding traktus digestivus menjadi korosif. Alkaloid juga mampu menghambat pertumbuhan serangga, terutama tiga hormon utama dalam serangga yaitu hormon otak (brain hormone), hormon edikson, dan hormon pertumbuhan (juvenile hormone). Tidak berkembangnya hormon tersebut dapat menyebabkan kegagalan metamorphosis. Cara kerja alkaloid adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau racun perut. Bila senyawa tersebut masuk dalam tubuh larva Aedes aegypti maka alat pencernaannya akan menjadi terganggu.[11] Flavonoid dan minyak atsiri merupakan senyawa kimia daun Tembelekan yang dapat bekerja sebagai inhibitor kuat pernapasan atau sebagai racun pernapasan. Flavonoid dan minyak atsiri mempunyai cara kerja yaitu dengan masuk ke dalam tubuh larva melalui sistem pernapasan yang kemudian akan menimbulkan kelayuan pada syaraf serta kerusakan pada sistem pernapasan dan mengakibatkan larva tidak bisa bernapas dan akhirnya mati.[11] Fungsi kandungan senyawa aktif seperti alkaloid, saponin, minyak atsiri, dan flavonoid dalam ekstrak daun Tembelekan juga dapat dilihat dari kandungan zat aktif daun Gigil dan daun Pare yang dapat menyebabkan kematian larva Aedes aegypti. Berdasarkan penelitian ekstrak daun Gigil menunjukkan bahwa kematian larva Aedes aegypti dari ekstrak daun Gigil disebabkan karena kandungan saponin yang bertindak sebagai racun perut serta minyak atsiri dan flavonoid sebagai racun pernapasan.[5] Berdasarkan penelitian ekstrak daun Pare menunjukkan bahwa kematian larva Aedes aegypti dari ekstrak daun Pare disebabkan karena alkaloid daun pare merupakan salah satu bagian yang pahit yaitu momordicin yang dapat menghambat daya makan larva (antifedant). Cara kerja senyawa - senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau racun perut. Selain itu zat aktif lain adalah minyak atsiri dan flavonoid yang bekerja sebagai racun pernapasan, serta saponin yang bekerja sebagai racun perut.[6] Senyawa atau unsur yang bersifat toksik atau racun walaupun dalam konsentrasi rendah apabila masuk ke dalam tubuh larva Aedes aegypti akan menimbulkan reaksi kimia dalam proses metabolisme tubuh yang dapat menyebabkan kematian.[14] Kematian larva Aedes aegypti dipengeruhi oleh konsentrasi ekstrak daun Tembelekan. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang diberikan maka semakin banyak pula kandungan minyak atsiri, flavonoid, alkaloid, dan saponin yang diterima atau kotak langsung dengan larva pada media penelitian 36
Vol 6 no 2 Th 2010
Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Tembelekan
dan menyebabkan kematian larva Aedes aegypti. KESIMPULAN 1. Rata – rata kematian larva Aedes aegypti terendah terdapat pada konsentrasi 1% yaitu 16,2 ekor (64,8%) dan kematian tertinggi terdapat pada konsentrasi 5% yaitu 25 ekor (100%). Sedangkan pada kontrol tidak menunjukkan adanya kematian larva Aedes aegypti. 2. Waktu tercepat untuk rata – rata kematian larva Aedes aegypti terjadi pada 2 jam setelah perlakuan pada konsentrasi 5% yaitu 7 ekor (28%). 3. Ada pengaruh yang bermakna berbagai konsentrasi ekstrak daun Tembelekan terhadap kematian larva Aedes aegypti. 4. Konsentrasi efektif ekstrak daun Tembelekan yang dapat membunuh larva Aedes aegypti ≥ 90% selama 24 jam adalah konsentrasi 3% dan 5%. SARAN 1. Kepada Masyarakat Dapat memberikan informasi bagi masyarakat dalam penggunaan ekstrak daun Tembelekan sebagai Larvasida dengan konsentrasi 3% dan 5% karena sudah dapat membunuh larva Aedes aegypti ≥ 90% selama 24 jam dalam 100 ml air. 2. Kepada Peneliti Lain a. Perlu penelitian lebih lanjut dengan memisahkan zat aktif daun Tembelekan untuk mengetahui zat mana yang paling efektif sebagai daya bunuh terhadap larva Aedes aegypti. b. Perlu penelitian lebih lanjut dengan pemilihan bahan – bahan antara lain jenis dan umur daun dari tanaman Tembelekan yang sama dalam pembuatan ekstrak daun Tembelekan. c. Perlu penelitian lebih lanjut ekstrak daun Tembelekan sebagai daya bunuh dengan bentuk yang berbeda yaitu butiran atau granula. d. Untuk dikembangkan pada penelitian selanjutnya dengan mengambil salah satu zat daun Tembelakan yang paling efektif sebagai daya bunuh terhadap nyamuk dewasa. UCAPAN TERIMA KASIH 1. Bapak Sutopo yang telah mendampingi dalam pelaksanaan penelitian sehingga penelitian berjalan dengan lancar. 2. Ibu Ratih Sari Wardani S.Si, M.Kes selaku dosen pembimbing I, atas segala kemudahan, nasehat, kritik dan saran yang tulus sehingga penulisan skripsi dapat diselesaikan tanpa halangan yang berarti. 3. Bapak Mifbakhuddin, S.KM, M.Kes selaku dosen pembimbing II, atas segala bantuan dan kemudahan serta kritik dan saran yang diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 4. Staff pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah
37
Ratih Sari Wardani, Mifbakhuddin
J Kesehat Masy Indones
Semarang yang telah memberikan ilmu sampai akhir studi. 5. Orang tua dan adik – adik yang telah memberikan dorongan dan semangat baik moril maupun materiil. 6. Rekan – rekan mahasiswa serta seluruh pihak yang telah memberikan saran dan kritik serta semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. DAFTAR PUSTAKA 1. Depkes RI. Pencegahan Dan Pemberantasan DBD Di Indonesia. Jakarta: Depkes RI Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan. 2005 2. Chahaya I. Pemberantasan Vektor Demam Berdarah Di Indonesia. Sumatera Utara: FKM USU. 2003 http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-indra%20c5.pdf (diakses20/1/2010) 3. Depkes RI. Pencegahan Dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue Di Indonesia. Jakarta: Ditjen P2PL. 2005 4. Dalimartha S. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia (Tumbuhan Tembelekan). 2007 http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/gambar/tembelek.jpg (diakses 2/2/2010) 5. Mardyah S. Efikasi Ekstrak Daun Gigil (Dichroa febrifuga Lour) Terhadap Kematian Larva Aedes aegypti. Semarang: FKM UNDIP. 2005 (Skripsi tidak dipublikasikan) 6. Lianawati H. Uji Efikasi Daun Pare (Momordica charantia Linnaeus) Terhadap Kematian Larva Nyamuk Aedes aegypti Linnaeus. Semarang: FKM UNDIP. 2008 (Skripsi tidak dipublikasikan) 7. Reni F. Efikasi Tanaman Lavender Dan Lantana camara Sebagai Penolak Nyamuk Aedes aegypti. Semarang: FKM UNDIP. 2008 (Skripsi tidak dipublikasikan) 8. Murti B. Prinsip Dan Metode Riset Epidemiologi (Edisi Kedua). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.2003 9. WHO. Instruction for Determining The Susceptibility or Resistence of Mosquito Larvae to Insecticides. WHO. 2000 10.Komisi Pestisida. Metode Standar Pengujian Efikasi Pestisida. Bandung: Komisi Pestisida Bandung. 1995 11.Robinson T. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB Press. 1995 12.Mardyah S. Efikasi Ekstrak Daun Gigil (Dichroa febrifuga Lour) Terhadap Kematian Larva Aedes aegypti. Semarang: FKM UNDIP. 2005 (Skripsi tidak dipublikasikan) 13.Lianawati H. Uji Efikasi Daun Pare (Momordica charantia Linnaeus) Terhadap Kematian Larva Nyamuk Aedes aegypti Linnaeus. Semarang: FKM UNDIP. 2008 (Skripsi tidak dipublikasikan) 14.Djojosumarto P. Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka. 2008
38