1
PENGARUH PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, PAJAK HIBURAN DAN PAJAK REKLAME TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA TASIKMALAYA
Ade Wida Hidayah Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi e-mail:
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Reklame secara parsial Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tasikmalaya dan Pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Reklame secara simultan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tasikmalaya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan study kasus. Peneltian ini menggunakan alat uji regresi linear berganda dengan menggunakan program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 16.0. Hasil penelitian yang dilakukan pada Dinas Pendapata Asli Daerah menunjukkan bahwa secara parsial variabel Pajak Hotel tidak berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah, Pajak Restoran tidak berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah, Pajak Hiburan tidak berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah dan Pajak Reklame tidak berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Penelitian ini juga menyatakan bahwa Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Reklame secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.
Kata kunci: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame dan Pendapatan Asli Daerah.
2
ABSTRACT This Research aims to learn the influence of Hotel Tax, Restaurant Tax, Entertainment Tax and Advertisement Tax in partially to Regional Original Income Tasikmalaya city and Influence of Hotel Tax, Restaurant Tax, Entertainment Tax, Advertisement Tax in simultaneoustly to regional original revenue Tasikmalaya city. The method used in this research is analytical descriptive method by using a case study approach. The research uses multiple regressions with using Statistical Package for Social Sciences (SPSS) verse 16.0.The result this research in regard Income Office in the city of Tasikmalaya indicated that Hotel Tax, had not influence significantly with Regional Original Income, Restaurant Tax had not influence significantly with Regional Original Income, Entertainment Tax had not influence significantly with Regional Original Income and Advertisement Tax had not influence significantly with Regional Original Income.The research also states that Hotel Tax, Restaurant Tax, Entertainment Tax and Advertisement Tax simultaneous way had influence significantly with Regional Original Income.
Key words: regional original income, hotel tax, restaurant tax, entertainment tax and advertisement tax.
PENDAHULUAN Latar Belakang Munculnya era reformasi pada dasarnya adalah suatu proses perubahan yang didorong oleh semangat dan cita-cita atau keinginan luhur bangsa Indonesia untuk menata kembali kehidupan dan masa depan yang lebih baik. Tuntutan reformasi sendiri yaitu untuk mewujudkan suatu Indonesia baru, Indonesia yang lebih demokratis, lebih adil dan lebih sejahtera. Untuk mewujudkan cita-cita reformasi tersebut negara dapat memanifestasikannya
dengan
meningkatkan
pembangunan,
khususnya
dalam
pembangunan ekonomi. Misi pembangunan nasional di bidang ekonomi berusaha untuk mengatasi krisis ekonomi beserta dampak yang ditimbulkan, mengatasi pengangguran yang semakin meningkat, kesenjangan ekonomi antar pelaku ekonomi dan antara pusat dan daerah, serta pemerataan pendapatan dan masalah ekonomi lainnya. Dalam mengatasi masalah kesenjangan ekonomi antara pusat dan daerah, pemerintah mengeluarkan Tap MPR-RI No. XV/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Otonomi Daerah. Otonomi Daerah adalah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Untuk melaksanakan pembangunan yang berkesinambungan maka suatu daerah dituntut untuk terus menggali dan meningkatkan potensi yang ada dalam daerahnya
3
sendiri untuk membiayai semua pengeluaran daerah dan meningkatkan pembangunan di daerahnya. Berdasarkan Undang-undang nomor 32 tahun 2004, sumber-sumber penerimaan asli daerah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah dan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Semakin tinggi penerimaan PAD suatu daerah, maka semakin tinggi kemampuan daerah untuk melaksanakan desentralisasi. Dari berbagai sumber penerimaan yang dipungut daerah sesuai dengan Undangundang tentang pemerintahan daerah menetapkan pajak daerah menjadi salah satu sumber penerimaan yang berasal dari dalam daerah dan dapat dikembangkan sesuai denngan kondisi masing-masing daerah. Berdasarkan Undang-undang nomor 28 tahun 2009 disebutkan, pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak tersebut terdiri dari 5 (lima) jenis pajak provinsi dan 11 (sebelas) jenis pajak kabupaten atau kota. Pajak provinsi diantaranya: Pajak kendaraan bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan dan Pajak Rokok. Sedangkan untuk pajak kabupaten atau kota diantaranya: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Kota Tasikmalaya sebagai salah satu daerah otonom di Provinsi Jawa Barat memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan Posisi Kota Tasikmalaya yang sangat strategis menjadikan kota ini sebagai Pusat MICE ((Meeting Incentives, Conferences, And Exhibitions) terbesar di Jawa Barat setelah Kota Bandung dan Kota Bogor, selain itu kota ini juga memliki segudang panorama alam seperti : Situ Gede, Situ Sanghyang, Curug Tonjong, Arum Jeram Ciwulan dan Rest Area Urug. Hal tersebut dapat menjadi
4
daya tarik untuk menarik wisatawan baik wisatawan asing maupun wisatawan lokal untuk berkunjung ke kota ini yang akan berdampak terhadap meningkatnya jumlah permintaan terhadap penggunaan jasa hotel dan restoran. Keberhasilan pemanfaatan sumber daya ini menjadi pendapatan asli daerah akan sangat membantu untuk menyokong keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah untuk membiayai pelaksanaan wewenang atau kekuasaan yang dimiliki pemerintah daerah. Dengan pendapatan asli daerah yang tinggi maka pembangunan akan berjalan dengan baik
dan hasilnya akan dapat dinikmati oleh masyarakat sehingga kesejahteraan
masyarakatpun meningkat. Dengan banyaknya permintaan akan penggunaan jasa hotel dan restoran yang tidak seimbang dengan jumlah hotel dan restoran yang ada di Kota Tasikmalaya, menjadikan peluang bisnis bagi para investor untuk menanamkan modalnya di kota ini khususnya dalam sektor perhotelan dan restoran. Dari tahun ke tahun semakin banyak hotel dan restoran yang didirikan di Kota Tasikmalaya, hal
itu
berdampak pada semakin menggeliatnya
pertumbuhan
perekonomian di kota ini menjadi semakin berkembang lagi, sehingga akan menjadi daya tarik juga bagi para investor baik investor lokal maupun asing untuk menanamkan modalnya di kota ini. Sebagai daerah tujuan investasi, Kota Tasikmalaya menjadi salah satu daerah yang sangat potensial untuk memulai usaha maupun untuk pengembangan usaha. untuk tahun ini saja, banyak investor yang menanamkan modalnya di kota ini, salah satunya pada bidang hiburan seperti karaoke, bilyard, kolam renang, bioskop dan sebagainya. Banyak perusahaan yang begitu gencar melaksanakan kegiatan promosi di wilayah Kota Tasikmalaya, diantaranya melalui pemasangan spanduk, penyebaran brosur, papan billboard, pameran, megatron dan lain sebagainya. Hal ini tentu saja akan menambah penerimaan sektor pajak reklame karena objek pajak megatron dan baligo cukup besar. Potensi lainnya adalah sarana tempat hiburan, diantaranya tempat karaoke, bilyard, kolam renang, bioskop dan sebagainya. Selain itu Kota Tasikmalaya juga telah gencargencarnya mengadakan berbagai event atau pagelaran musik dan budaya baik event berskala kecil maupun berskala besar. Semakin banyaknya jumlah hotel dan restoran yang didirikan serta semakin tinggi kegiatan-kegiatan promosi reklame dan penyelenggaraan acara hiburan yang dilakukan
5
oleh perusahaan–perusahaan di Kota Tasikmlaya maka semakin tinggi pula pajak yang akan diperoleh yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan daerah Kota Tasikmalaya. Dari fenomena yang penulis sebutkan diatas, timbul suatu pertanyaan bagaimana penerimaan pendapatan pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan dan pajak reklame ini dari tahun ke tahun, apakah realisasi penerimaan pendapatannya mampu melebihi target yang ditetapkan atau malah sebaliknya. Lalu kemudian bagaimana pengaruhnya terhadap pendapatan asli daerah. Pada penelitian ini penulis mengambil referensi dari penelitian terdahulu sebagai gambaran untuk mempermudah dalam penyusunan penelitian ini, penelitian yang penulis lakukan merujuk pada penelitian terdahulu, antara lain: 1. Acep Sani Saepurrahman (Skripsi Universitas Siliwangi Tasikmalaya, 2013) dengan judul “Pengaruh Pajak Hotel Dan Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tasikmalaya” Lokasi penelitian pada Dinas Pendapatan Daerah Tasikmalaya Dengan Penelitian Studi Kasus. Hasil penelitiannya adalah Pajak Hotel dan Pajak Restoran secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Penerimaan Asli Daerah di Kota Tasikmalaya. 2. Ega Marselina B (Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang, 2013) dengan judul “Analisis Kontribusi Pajak Parkir dan Retribusi Pasar Terhadap Pajak Asli Daerah Pada Pemerinah Kota Padang” Lokasi penelitian pada Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah dan Asset Kota Padang Dengan Penelitian Studi Kasus. Hasil penelitiannya adalah secara keseluruhan kontribusi Pajak Parkir dan Retribusi Pasar terhadap Penerimaan Asli Daerah di Kota Padang belum efisien. 3. Ni Nyoman Suartini dan Made Suyana Utama (e-Journal Fakultas Ekonomi Universitas Udayana Bali, 2011) dengan judul “Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan, Pajak Hiburan, Pajak Hotel dan Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Gianyar” Lokasi penelitian pada Badan Pusat Statistik Bali, Badan Pusat Statistik Kabupaten Gianyar, Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Gianyar dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Dengan Penelitian Survey. Hasil penelitiannya adalah Jumlah Kunjungan Wisatawan, Pajak Hiburan, Pajak Hotel dan Restoran secara simultan maupun parsial
6
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Gianyar. 4. Ahmad Fauzan Abdillah (Universitas Siliwangi Tasikmalaya, 2011) dengan judul “Pengaruh Besarnya Pendapatan Pajak Reklame dan Pajak Hiburan Terhadap Penerimaan Pajak Daerah” Lokasi penelitian pada Dinas Pendapatan Kota Tasikmalaya Dengan Penelitian Studi Kasus. Hasil penelitiannya adalah Pajak Reklame dan Pajak Hiburan secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Penerimaan Asli Daerah di Kota Tasikmalaya.
Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame dan Pendapatan Asli Daerah di Kota Tasikmalaya 2. Untuk mengetahui pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Tasikmalaya secara parsial. 3. Untuk mengetahui pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Tasikmalaya secara simultan.
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, dengan pendekatan studi kasus yang bertujuan untuk melukiskan, mencatat, menganalisa dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang saat ini terjadi pada suatu objek penelitian. Metode deskriptif analisis adalah suatu metode yang meneliti status kelompok manusia, objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Mohammad Nazir, 2005:54). Studi kasus menurut Iqbal Hasan (2004:10) adalah penelitian mengenai suatu subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Hasil dari suatu penelitian kasus merupakan suatu generalisasi dari pola-pola kasus yang tipikal dari individu, kelompok, lembaga dan sebagainya. Teknik Pengumpulan Data
7
Jenis Data 1. Data Primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer ini disebut juga data asli atau data baru. 2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau laporan-laporan penelitian terdahulu.
Prosedur Pengumpulan Data Data yang sudah diperoleh kemudian diolah, dianalisis kemudian menarik kesimpulan dari penelitian tersebut. Adapun sumber data yang diperoleh baik primer maupun sekunder dapat diperoleh melalui: 1. Penelitian Lapangan (File Research) Penelitian lapangan adalah penelitian yang langsung dilakukan di lapangan atau pada responden. Adapun teknik pengumpulan data primer tersebut adalah sebagai berikut: a. Pengamatan (Observasi) b. Wawancara (Interview) c. Dokumentasi 2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan) baik berupa buku, catatan maupun laporan hasil penelitian dari peneliti terdahulu. Data ini digunakan sebagai data pembanding yang dapat membantu dalam pembahasan hasil penelitian pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Tasikmalaya.
Paradigma Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari empat variabel independen (variabel bebas) dan satu variabel dependen (variabel terikat), variabel independen diantaranta yaitu Pajak Hotel (X1), Pajak Restoran (X2), Pajak Hiburan (X3) dan Pajak Reklame (X4). Sedangkan untuk variabel dependen yaitu Pendapatan Asli Daerah (Y).
8
X1 Y X2
X3
X4
Gambar 1 Paradigma Penelitian
Teknik Analisi Data Uji Asumsi Klasik Untuk menentukan data yang digunakan dalam penelitian mengandung masalah multikolinieritas, heteroskedastisitas atau autokorelasi maka dapat dilakukan dengan cara-cara dibawah ini: a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen dan variabel dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas akan dilakukan dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test untuk masing-masing variabel. Untuk uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test, akan dilihat dari nilai probabilitasnya, jika probabilitasnya > 0,05 maka data terdistribusi normal. Apabila data tidak terdistribusi secara normal maka dilakukan transformasi data (V. Wiratna Sujarweni, 2007:55).
9
b. Uji multikoliniearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen variable). Uji ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai koefisien determinasi individual (r²) dengan nilai determinasi secara serentak (R²) dengan cara meregresikan setiap variabel independen dengan variabel independen lainnya dengan tujuan untuk mengetahui nillai koefisien r² tersebut dibandingkan dengan nilai R². Dengan kriteria pengujian: Jika r² lebih besar dari R² maka terjadi multikolinearitas Jika r² lebih kecil dari R² maka tidak terjadi multikolinearitas
c. Uji heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi apakah terdapat heteroskedastisitas pada model regresi, dapat dilakukan dengan menggunakan metode glejser. Metode Glejser dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikansi antara variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
d. Uji autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan. Pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Suatu model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Singgih Santoso, 2000:218). Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi pada model regresi dapat dilakukan dengan menggunakan metode run-test. Metode run-test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis). Jika asymp Sig. (2-failed) pada output run test lebih besar dari 0,05, maka data tidak mengalami atau mengandung autokorelasi atau sebaliknya (Ghozali, 2011), atau dengan kriteria:
10
Jika Asymp Sig pada output Run Test lebih besar dari 0,05 maka data tidak mengalami autokorelasi.
Jika Asymp Sig pada output Run Test lebih kecil dari 0,05 maka data mengalami autokorelasi.
Regresi Linear Berganda Regresi linear berganda adalah regresi linear dimana sebuah variabel terikat (variabel Y) dihubungkan dengan dua atau lebih variabel bebas (variabel X). Persamaan regresi yang digunakan adalah persamaan regresi empat prediktor: Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3+b4X4 Dimana: Y
= Pendapatan asli daerah (Variabel dependen)
X1
= Pajak Hotel (Variabel independen)
X2
= Pajak Restoran (Variabel independen)
X3
= Pajak Restoran (Variabel independen)
X4
= Pajak Reklame (Variabel independen)
a
= Konstanta, b1, b2, b3,b4 = Koefisien regresi
Analisis Korelasi Ganda Korelasi ganda (multiple correlation) adalah korelasi antara dua atau lebih
variable bebas secara bersama-sama dengan suatu variable terikat. Angka yang menunjukkan arah dan besar kuatnya hubungan antara dua atau lebih variable bebas dengan satu variable terikat disebut koefisien korelasi ganda, dan bisa disimbolkan R. Adapun rumus analisis korelasi ganda sebagai berikut: x1x2x3x4
r²yx1 + r²yx2+ r²yx3+ r²yx4 – 2 ryx1 ryx2 ryx3 ryx4 rx1x2 x3x4 Ryx1x2 x3x4 dimana:
=V
1 - r²x1x2 r²x1x3 r²x1x4 r²x2x3 r²x2x4 r²x3x4 x3x4x3x4r²x1x24x3x4r²x1x24x3x4
Ryx1x2 x3x4 = koefisien korelasi ganda antara variabel X1, X2, X3 dan X4
11
ryx1 = koefisien korelasi X1 terhadap Y ryx2 = koefisien korelasi X2 terhadap Y ryx3 = koefisien korelasi X3 terhadap Y ryx4 = koefisien korelasi X4 terhadap Y r²x1x2 = koefisien korelasi X1 terhadap X2 r²x1x3 = koefisien korelasi X1 terhadap X3 r²x1x4 = koefisien korelasi X1 terhadap X4 r²x2x3 = koefisien korelasi X2 terhadap X3 r²x2x4 = koefisien korelasi X2 terhadap X4 r²x3x4 = koefisien korelasi X3 terhadap X4
Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) linear antar dua variabel korelasi tidak menunjukkan hubungan fungsional atau dengan kata lain analisis korelasi tidak membedakan antara variabel dependen dengan variabel independen (Ghozali, 2005:82). Koefisien korelasi ini akan besar jika tingkat hubungan antara variabel kuat. Demikian sebaliknya, jika hubungan antara variabel tidak kuat maka nilai R akan kecil. Besarnya koefisien korelasi ini akan diinterprestasikan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Taksiran Koefisien Korelasi Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0.00 – 0.199
SangatRendah
0.20 – 0.399
Rendah
0.40 – 0.599
Sedang
0.60- 0.799
Kuat
0.80 – 1.000
SangatKuat Sugiyono (2013:231)
Analisis Koefisien Determinasi (R²) Uji R2 (Koefisien Determinasi) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan
12
satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel dependen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel dependen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005:83).
Adapun rumus koefisien determinasi sebagai berikut : KD = (r)² x 100% (Sugiyono, 2001:196) keterangan : KD = Koefisien determinasi r
= Koefisien korelasi
Prosedur Pengujian Hipotesis
a. Uji Serentak (Uji F) Uji serentak, yaitu uji statistik bagi koefisien regresi yang serentak atau bersamasama memengaruhi Y. Uji ini menggunakan Uji F, yaitu: R²(n-k-1) F0 =
R²(∑ k
Atau
)
F0 =
k(1-R²)
(1-R²)(∑ n-k-1
)
Keterangan: n = jumlah subjek k = jumlah variabel bebas ∑
= jumlah kuadrat variabel Y
b. Uji Individual (Uji t) Uji individual, yaitu uji statistik bagi koefisien regresi dengan hanya satu koefisien regresi yang memengaruhi Y. Uji ini menggunakan uji t, yaitu: b1 - Bi t0 =
, i = 1,2,3,4,..
Sb1
13
(Iqbal Hasan, 2004:108)
Kesimpulan Berdasarkan hasil SPSS versi 16.0, penulis akan melakukan analisa secara kuantitatif dan akan ditarik suatu kesimpulan yaitu mengenai hipotesis yang telah ditetapkan diterim atau ditolak.
PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik merupakan prasyarat jika menggunaka analisis regresi linear berganda, jika data-data yang penulis peroleh selama penelitian telah lolos dari uji asumsi klasik maka penulis dapat melanjutkan untuk mengolah data tersebut. Berikut uji asumsi klasik yang dilakukan penulis: a) Uji Normalitas data dengan One-Simple Kolmogrov-Smirnov Test Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan One-Sample KolmogorovSmirnov Test untuk masing-masing variabel. Untuk uji One-Sample KolmogorovSmirnov Test, akan dilihat dari nilai probabilitasnya, jika probabilitasnya > 0,05 maka data terdistribusi normal. Dari hasil pengolahan data yang diperoleh penulis maka dapat disimpulkan:
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa Asymp. Sig. (2-failed) Pajak Hotel adalah 0,234 atau probabilitas lebih dari 0,05 maka H0 diterima, yang berarti populasi berdistribusi normal
Terlihat dalam kolom signifikan Asymp. Sig. (2-failed) Pajak Restoran adalah 0,588 atau
probabilitas lebih dari 0,05 maka H0 diterima, yang berarti populasi
berdistribusi normal
Terlihat dalam kolom signifikan Asymp. Sig. (2-failed) Pajak Hiburan adalah 0,231 atau probabilitas lebih dari 0,05 maka H0 diterima, yang berarti populasi berdistribusi normal
Terlihat dalam kolom signifikan Asymp. Sig. (2-failed) Pajak Reklame adalah 0,774 atau
probabilitas lebih dari 0,05 maka H0 diterima, yang berarti populasi
berdistribusi normal
14
Terlihat dalam kolom signifikan Asymp. Sig. (2-failed) Pendapatan Asli Daerah adalah 0,785 atau probabilitas lebih dari 0,05 maka H0 diterima, yang berarti populasi berdistribusi normal
b) Uji Multikolinearitas dengan Membandingkan Nilai Koefisien Determinasi Individual (r²) Dengan Nilai Determinasi Secara Serentak (R²) Dalam uji ini jika r² lebih besar dari R² maka terjadi multikolinearitas, tetapi jika r² lebih kecil dari R² maka tidak terjadi multikolinearitas. Berikut disajikan tabel ringkasan hasil uji multikolinearitas yang di olah dengan menggunakan spss versi 16.0.
Tabel 4.15 Ringkasan Tabel Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Dependen
Variabel Independent
Nilai r Square (r²)
Pajak Hotel
Pajak Restoran
0,958
Pajak Hotel
Pajak Hiburan
0,964
Pajak Hotel
Pajak Reklame
0,691
Pajak Restoran
Pajak Hiburan
0,956
Pajak Restoran
Pajak Reklame
0,817
Pajak Reklame
Pajak Reklame
0,643
Nilai R²
0,967
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai r² yang dperoleh seluruhnya bernilai lebih kecil daripada nilai koefisien determinasi (R²). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas pada model regresi.
c) Uji Heteroskedastisitas dengan Metode Glejser Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan metode glejser. Untuk metode ini, dapat dilihat dari nilai signifikansi antara variabel independen
15
dengan absolut residualnya, jika lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Dari hasil pengolahan data yang dilakukan penulis dapat disimpulkan bahwa nilai signifikansi ke empat variabel independen lebih dari 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada data yang diuji. d) Uji Autokorelasi dengan Run-Test Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan metode run-test. Untuk metode ini dapat dilakukan dengan melihat asymp Sig. (2 failed) pada output run-test. jika asymp Sig. (2 failed) lebih besar dari 0,05 maka data yang diperoleh penulis tidak mengandung autokorelasi, tetapi jika asymp Sig. (2 failed) lebih kecil dari 0,05 maka data yang diperoleh penulis mengandung autokorelasi. Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan penulis dengan menggunakan spss versi 16.0 maka diperoleh hasil run test menunjukkan bahwa nilai asymp. Sig. (2-failed) sebesar 0,762 yang berarti bahwa asymp Sig. (2 failed) > 0,05, data yang digunakan cukup random sehingga tidak terdapat masalah autokorelasi pada data yang diuji.
Pengaruh Besarnya Penerimaan Pajak Hotel Secara Parsial Terhadap PAD
Berdasarkan output SPSS versi 16.0 dapat dilihat pada (lampiran 1,halaman:179) bahwa hubungan Pajak Hotel dengan Pendapatan Asli Daerah sebesar 0,962. Hal ini menunjukkan hubungan yang kuat antara Pajak Hotel dengan Pendapatan Asli Daerah. Positifnya nilai sebesar 0,962 menunjukkan bahwa korelasi antara penerimaan Pajak Hotel dengan Pendapatan Asli Daerah bersifat positif, artinya ketika penerimaan Pajak Hotel naik maka akan diikuti dengan kenaikan Pendapatan Asli Daerah, dan sebaliknya ketika penerimaan Pajak Hotel turun maka akan diikuti dengan penurunan Pendapatan Asli Daerah. Jadi berdasarkan uji regresi secara parsial bahwa penerimaan Pajak Hotel berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah. Untuk melihat besarnya pengaruh penerimaan Pajak Hotel secara parsial terhadap Pendapatan Asli Daerah dilihat dari nilai koefisien determinasi (Kd²), untuk nilai (Kd²) adalah sebesar (0,962)² x 100% = 92,544%, jadi besar pengaruh penerimaan Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah adalah 92,544%, dan sisanya 7,456% dipengaruhi oleh variabel lain.
16
Realisasi Pendapatan Pajak Hotel Pada Pendapatan Asli Daerah Tahun Anggaran 2003-2014 Dalam jutaan Rupiah No.
Tahun Anggaran
Pajak Hotel
Penerimaan PAD
Prosentase (%)
1.
2003
253.916.283,00
26.720.793.132,75
0,95
2.
2004
300.757.624,00
31.519.058.438,32
0,95
3.
2005
326.036.646,00
39.701.490.534,00
0,82
4.
2006
339.406.719,00
52.424.364.986,09
0,65
5.
2007
367.004.820,00
63.674.850.261,75
0,58
6.
2008
458.826.871,00
63.849.140.718,00
0,72
7.
2009
514.645.163,00
78.470.802.125,00
0,66
8.
2010
575.636.025,00
103.256.955.070,00
0,56
9.
2011
828.613.484,00
105.315.555.171,17
0,79
10.
2012
1.619.022.149,00
148.483.453.226,63
1,09
11.
2013
1.944.599.272,00
172.544.946.144,44
1,13
12
2014
2.236.970.016,00
253.429.871.132,13
0,88
9.765.435.072,00 1.139.378.208.985,53
0,86
Jumlah Rata-rata
813.786.256,00
94.948.184.082,13
0,86
(Sumber: Dinas Pendapatan Daerah, data sudah diolah)
Dan untuk melihat signifikan tidaknya besarnya pengaruh tersebut, maka dilakukan uji-t, yaitu dengan melihat nilai signifikansi hasil output SPSS dengan kriteria sebagai berikut: Jika nilai Sig < 0,05 maka variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Jika nilai Sig > 0,05 maka variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Dari pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 16.0 dapat dilihat pada (lampiran:1, halaman:180) Sig, 2-tailed menghasilkan angka 0,000 maka nilai Sig <
17
0,05. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima, yang artinya bahwa penerimaan Pajak Hotel berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Besarnya pengaruh penerimaan Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2003-2014 disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah karena dari tahun ke tahun semakin banyak jumlah hotel yang didirikan di Kota Tasikmalaya sehingga penerimaan pajak hotel setiap tahunnya selalu mengalami pningkatan.
Pengaruh Besarnya Penerimaan Pajak Restoran Secara Parsial Terhadap PAD
Berdasarkan output SPSS versi 16.0 dapat dilihat pada (lampiran 1,halaman:179) bahwa hubungan Pajak Restoran dengan Pendapatan Asli Daerah sebesar 0,982. Hal ini menunjukkan hubungan yang kuat antara Pajak Restoran dengan Pendapatan Asli Daerah. Positifnya nilai sebesar 0,982 menunjukkan bahwa korelasi antara penerimaan Pajak Restoran dengan Pendapatan Asli Daerah bersifat positif, artinya ketika penerimaan Pajak Restoran naik maka akan diikuti dengan kenaikan Pendapatan Asli Daerah, dan sebaliknya ketika penerimaan Pajak Restoran turun maka akan diikuti dengan penurunan Pendapatan Asli Daerah. Jadi berdasarkan uji regresi secara parsial bahwa penerimaan Pajak Restoran berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah. Untuk melihat besarnya pengaruh penerimaan Pajak Restoran secara parsial terhadap Pendapatan Asli Daerah dilihat dari nilai koefisien determinasi (Kd²), untuk nilai (Kd²) adalah sebesar (0,982)² x 100% = 96,432% jadi besar pengaruh penerimaan Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah adalah 96,432% dan sisanya 3,568% dipengaruhi oleh variabel lain.
Realisasi Pendapatan Pajak Restoran Pada Pendapatan Asli Daerah Tahun Aanggaran 2003 sampai 2014 Dalam jutaan Rupiah No.
Tahun
Pajak Restoran
Penerimaan PAD
Prosentase
18
Anggaran
(%)
1.
2003
759.132.073,00
26.720.793.132,75
2,84
2.
2004
893.163.929,00
31.519.058.438,32
2,83
3.
2005
1.018.387.056,00
39.701.490.534,00
2,57
4.
2006
1.083.292.555,00
52.424.364.986,09
2,07
5.
2007
1.333.829.232,00
63.674.850.261,75
2,10
6.
2008
1.970.774.789,00
63.849.140.718,00
3,09
7.
2009
2.189.006.764,00
78.470.802.125,00
2,79
8.
2010
3.363.697.539,00
103.256.955.070,00
3,26
9.
2011
4.021.303.781,00
105.315.555.171,17
3,82
10.
2012
5.301.568.766,00
148.483.453.226,63
3,57
11.
2013
7.035.179.609,00
172.544.946.144,44
4,08
12
2014
8.350.424.541,00
253.429.871.132,13
3,30
37.319.760.634,00 1.139.378.208.985,53
36,30
Jumlah Rata-rata
3.109.980.052,83
94.948.184.082,13
3,02
(Sumber: Data sudah diolah)
Dari pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 16.0 dapat dilihat pada (lampiran:1, halaman:180) Sig, 2-tailed menghasilkan angka 0,000 maka nilai Sig < 0,05. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima, yang artinya bahwa penerimaan Pajak Restoran berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Besarnya pengaruh penerimaan Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2003-2014 disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah karena dari tahun ke tahun semakin banyak jumlah restoran yang didirikan di Kota Tasikmalaya sehingga penerimaan pajak restoran setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan.
Pengaruh Besarnya Penerimaan Pajak Hiburan Secara Parsial Terhadap PAD Berdasarkan output SPSS versi 16.0 dapat dilihat pada (lampiran 1,halaman:179) bahwa hubungan Pajak Hiburan dengan Pendapatan Asli Daerah sebesar 0,962. Hal ini menunjukkan hubungan yang kuat antara Pajak Hburan dengan Pendapatan Asli
19
Daerah. Positifnya nilai sebesar 0,962 menunjukkan bahwa korelasi antara penerimaan Pajak Hiburan dengan Pendapatan Asli Daerah bersifat positif, artinya ketika penerimaan Pajak Hiburan naik maka akan diikuti dengan kenaikan Pendapatan Asli Daerah, dan sebaliknya ketika penerimaan Pajak Hiburan turun maka akan diikuti dengan penurunan Pendapatan Asli Daerah. Jadi berdasarkan uji regresi secara parsial bahwa penerimaan Pajak Hiburan berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah. Untuk melihat besarnya pengaruh penerimaan Pajak Hiburan secara parsial terhadap Pendapatan Asli Daerah dilihat dari nilai koefisien determinasi (Kd²), untuk nilai (Kd²) adalah sebesar (0,962)² x 100% = 92,544% jadi besar pengaruh penerimaan Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah adalah 92,544% dan sisanya 7,456% dipengaruhi oleh variabel lain. Realisasi Pendapatan Pajak Hiburan Pada Pendapatan Asli Daerah Tahun Anggaran 2003-2014 Dalam jutaan Rupiah No.
Tahun Anggaran
Pajak Hiburan
Penerimaan PAD
Prosentase (%)
1.
2003
174.029.782,00
26.720.793.132,75
0,65
2.
2004
166.179.657,00
31.519.058.438,32
0,53
3.
2005
186.558.150,00
39.701.490.534,00
0,47
4.
2006
195.770.785,00
52.424.364.986,09
0,37
5.
2007
122.079.109,00
63.674.850.261,75
0,19
6.
2008
220.202.836,00
63.849.140.718,00
0,34
7.
2009
207.429.507,00
78.470.802.125,00
0,26
8.
2010
460.519.280,00
103.256.955.070,00
0,45
9.
2011
632.379.654,00
105.315.555.171,17
0,60
10.
2012
963.005.117,00
148.483.453.226,63
0,65
11.
2013
1.572.680.366,00
172.544.946.144,44
0,91
12
2014
1.934.183.201,00
253.429.871.132,13
0,76
6.835.017.444,00 1.139.378.208.985,53
0,60
Jumlah Rata-rata
569.584.787,00
(Sumber: Data sudah diolah)
94.948.184.082,13
0,76
20
Dari pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 16.0 dapat dilihat pada (lampiran:1, halaman:180) Sig, 2-tailed menghasilkan angka 0,000 maka nilai Sig < 0,05. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima, yang artinya bahwa penerimaan Pajak Hiburan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Besarnya pengaruh penerimaan Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2003-2014 disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah karena dari tahun ke tahun semakin banyak para pengusahau yang menyelenggaraan hiburan di Kota Tasikmalaya sehingga penerimaan pajak hiburan setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan.
Pengaruh Besarnya Penerimaan Pajak Reklame Secara Parsial Terhadap PAD Berdasarkan output SPSS versi 16.0 dapat dilihat pada (lampiran 1,halaman:179) bahwa hubungan Pajak Reklame dengan Pendapatan Asli Daerah sebesar 0,892. Hal ini menunjukkan hubungan yang kuat antara Pajak Reklame dengan Pendapatan Asli Daerah. Positifnya nilai sebesar 0,892 menunjukkan bahwa korelasi antara penerimaan Pajak Reklame dengan Pendapatan Asli Daerah bersifat positif, artinya ketika penerimaan Pajak Reklame naik maka akan diikuti dengan kenaikan Pendapatan Asli Daerah, dan sebaliknya ketika penerimaan Pajak Reklame turun maka akan diikuti dengan penurunan Pendapatan Asli Daerah. Jadi berdasarkan uji regresi secara parsial bahwa penerimaan Pajak Reklame berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah. Untuk melihat besarnya pengaruh penerimaan Pajak Reklame secara parsial terhadap Pendapatan Asli Daerah dilihat dari nilai koefisien determinasi (Kd²), untuk nilai (Kd²) adalah sebesar (0,892)² x 100% = 79,566% jadi besar pengaruh penerimaan Pajak Reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah adalah 79,566% dan sisanya 20,434% dipengaruhi oleh variabel lain.
Realisasi Pendapatan Pajak Reklame Pada Pendapatan Asli Daerah Tahun Anggaran 2003-2014 Dalam jutaan Rupiah
21
No.
Tahun Anggaran
Pajak Reklame
Penerimaan PAD
Prosentase (%)
1.
2003
202.987.105,00
26.720.793.132,75
0,76
2.
2004
238.411.288,00
31.519.058.438,32
0,76
3.
2005
280.252.339,00
39.701.490.534,00
0,71
4.
2006
321.841.534,00
52.424.364.986,09
0,61
5.
2007
623.509.447,00
63.674.850.261,75
0,98
6.
2008
1.376.387.508,00
63.849.140.718,00
2,16
7.
2009
1.614.636.017,00
78.470.802.125,00
2,06
8.
2010
1.849.558.133,00
103.256.955.070,00
1,79
9.
2011
1.788.089.621,00
105.315.555.171,17
1,70
10.
2012
2.071.899.304,00
148.483.453.226,63
1,40
11.
2013
2.178.230.641,00
172.544.946.144,44
1,26
12
2014
2.621.776.937,00
253.429.871.132,13
1,03
15.167.579.874,00 1.139.378.208.985,53
15,21
Jumlah Rata-rata
1.263.964.989,50
94.948.184.082,13
1,27
(Sumber: Data sudah diolah)
Dari pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 16.0 dapat dilihat pada (lampiran:1, halaman:180) Sig, 2-tailed menghasilkan angka 0,000 maka nilai Sig < 0,05. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima, yang artinya bahwa penerimaan Pajak Reklame berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Besarnya pengaruh penerimaan Pajak Resklame terhadap Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2003-2014 disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah karena dari tahun ke tahun semakin banyak pengusaha yang menyelenggarakan relklame sebagai salah satu alat yang digunakan dalam kegiatan promosi perusahaannya di Kota Tasikmalaya sehingga penerimaan pajak reklame setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Pengaruh Besarnya Penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Reklame Secara Simultan Terhadap Pendapatan Asli Daerah
22
Sebelum menentukan seberapa kuat pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tasikmalaya, maka terlebih dahulu harus diketahui variabel-variabel yang diperlukan dan untuk diolah serta dianalisis, dimana variabel tersebut terdiri dari empat variabel bebas (Independent Variable) yaitu variabel yang memengaruhi variabel lain, dalam hal ini adalah Pendapatan Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Reklame, dan satu variabel terikat (Dependent Variable) yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain, dalam hal ini adalah Pendapatan Asli Daerah. Dari data yang diperoleh dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Tasikmalaya kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS Versi 16.0, maka hasil perhitungan yang dilakukan penulis sebagai berikut: a. Uji Regresi Linear Berganda Untuk mengetahui besarnya pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Reklame (Independent Variable) terhadap Pendapatan Asli Daerah (Dependent Variable), maka digunakan alat analisi regresi ganda empat prediktor yaitu sebagai berikut: Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3+b4X4 Hasil perhitungan regresi ganda dengan menggunkan program SPSS Versi 16.0 dperoleh bahwa: (lampiran:1, halaman:180) Dari hasil perhitungan tersebut diketahui nilai: a = 17.660.996.517,849 b1 = 4.844 b2 = 3.572 b3 = 60.732 b4 = 21.871 maka persamaan regresinya adalah: Y=17.660.996.517,849 + 4.844X1 + 3.572X2 + 60.732X3 + 21.871X4 Berdasarkan persamaan regresi tersebut diatas dapat diartikan bahwa: Nilai a sebesar 17.660.996.517,849 merupakan nilai konstanta yang menyatakan bahwa jika tidak ada Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Reklame maka Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp. 17.660.996.517,849
23
Nilai b1 sebesar 4.844 yang bertanda positif merupakan koefisien regresi X1 yang menunjukkan korelasi positif antara Pajak Hotel dengan PAD atau menyatakan bahwa setiap penambahan Rp. 1,- untuk Pajak Hotel, maka akan meningkatkan PAD sebesar 4,844 atau sebesar Rp. 17.660.996.517,849 dan sebaliknya, jika Pajak Hotel menurun sebesar Rp. 1,- maka PAD juga diprediksi mengalami penurunan sebesar 4,844 atau sebesar Rp. 17.660.996.517,849 dengan anggapan X2, X3 dan X4 tetap. Nilai b2 sebesar 3.572 yang bertanda positif merupakan koefisien regresi X2 yang menunjukkan korelasi positif antara Pajak Restoran dengan PAD atau menyatakan bahwa setiap penambahan Rp. 1,- untuk Pajak Restoran, maka akan meningkatkan PAD sebesar 3,572 atau sebesar Rp. 17.660.996.517,849 dan sebaliknya, jika Pajak Restoran menurun sebesar Rp 1,- maka PAD juga diprediksi mengalami penurunan sebesar 3,572 atau sebesar Rp. 17.660.996.517,849 dengan anggapan X1, X3 dan X4 tetap. Nilai b3 sebesar 60.732 yang bertanda positif merupakan koefisien regresi X3 yang menunjukkan korelasi positif antara Pajak Hiburan dengan PAD atau menyatakan bahwa setiap penambahan Rp 1,- untuk Pajak Hiburan, maka akan meningkatkan PAD sebesar 60,732 atau sebesar Rp. 17.660.996.517,849 dan sebaliknya, jika Pajak Hiburan menurun sebesar Rp. 1,- maka PAD juga diprediksi mengalami penurunan sebesar 60,732 atau sebesar Rp. 17.660.996.517,849 dengan anggapan X1, X2 dan X4 tetap. Nilai b4 sebesar 21.871 yang bertanda positif merupakan koefisien regresi X4 yang menunjukkan korelasi positif antara Pajak Reklame dengan PAD atau menyatakan bahwa setiap penambahan Rp 1,- untuk Pajak Reklame, maka akan meningkatkan PAD sebesar 21,871 dan sebaliknya, jika Pajak Reklame menurun sebanyak Rp 1,maka PAD juga diprediksi mengalami penurunan sebesar 21,871 dengan anggapan X1, X2 dan X3 tetap.
b. Analisis Korelasi Ganda Untuk mengetahui besarnya derajat atau kekuatan korelasi antara penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Reklame dengan Pendapatan Asli
24
Daerah, berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS versi 16.0 dapat dilihat pada (lampiran 1, halaman180) diketahui nilai koefisien korelasi ganda sebesar 0,983. Koefisien korelasi ganda tersebut menghasilkan angka positif, sehingga nilai tersebut berada diantara 0.80 – 1.000 yang dapat dilihat pada tabel 3.2 yang terdapat di bab III halaman 85 dan angka tersebut menunjukkan korelasi yang sangat kuat.
c. Analisis Koefisien Determinasi Untuk mengetahui berapa pengaruh penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Reklame dengan Pendapatan Asli Daerah, maka rumus yang digunakan adalah: KD = r² x 100% = (0,983)² x 100% = 0,967 Hal ini menunjukkan bahwa besar pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah sebesar 96,7%, sedangkan sisanya 3,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti penulis seperti komponen pajak daerah lainnya diluar penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Reklame seperti Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
d. Uji Signifikansi (Uji f) Untuk mengetahui apakah Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Reklame berpengaruh secara simultan terhadap Pendapatan Asli Daerah, maka dilakukan Uji F. Berdasarkan output SPSS Versi 16.0 dapat dilihat pada (lampiran:1, halaman:181) dalam tabel ANOVA diperoleh nilai F-hitung sebesar 51,634 dengan tingkat signifikan 0,000, kemudian F-hitung ini dibandingkan dengan F-tabel. Untuk nilai F-tabel, penulis menggunakan tabel F dan juga menggunakan perhitunngan dengan menggunakan Microsoft Excel yaitu dengan menuliskan formula pada insert function atau sel-nya =FINV(probability, deg_freedom1, deg_freedom2) dimana df1 = k - 1, df2 = n - k
25
dengan taraf kesalahan 5%, diperoleh nilai f-tabel sebesar 4,12, maka dapat disimpulkan bahwa f-hitung > f-tabel (51,634 > 4,12), karena t-hitung > t-tabel dan Sig < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat keyakinan 95% Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Reklame berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tasikmalaya.
PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil dari pembahasan diata, mengenai pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Reklame berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2003-2014 yang dilakukan penelitian pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Tasikmalaya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame dan Pendapatan Asli Daerah Kota Tasikmalaya. a. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh Hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh). Dan yang menjadi wajib pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel. b. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh Restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau penyedia minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering. Dan yang menjadi wajib pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan restoran. c. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan Hiburan. Hiburan ialah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran. Dan yang menjadi wajib pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan. d. Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggraan Reklame. Reklame yaitu benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk atau corak ragamnya dirancang
26
untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan dan/atau dinikmati oleh umum. Dan yang menjadi wajib pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan reklame. e. Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber dari dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Kota Tasikmalaya. 2. Pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Reklame secara parsial terhadap Pendapatan Asli Daerah. a. Pajak hotel berpengaruh tidak signifikan secara parsial terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tasikmalaya. Tidak signifikannya pengaruh Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah dari segi sumber Pendapatan Asli Daerah Lainnya bukan hanya Pajak Hotel saja yang diperkirakan setiap tahunnya mengalami peningkatan. b. Pajak Restoran berpengaruh tidak signifikan secara parsial terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tasikmalaya. Tidak signifikannya pengaruh Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah dari segi sumber Pendapatan Asli Daerah Lainnya bukan hanya Pajak Restoran saja yang diperkirakan setiap tahunnya mengalami peningkatan. c. Pajak Hiburan berpengaruh tidak signifikan secara parsial terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tasikmalaya. Tidak signifikannya pengaruh Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah dari segi sumber Pendapatan Asli Daerah Lainnya bukan hanya Pajak Hiburan saja yang diperkirakan setiap tahunnya mengalami peningkatan. d. Pajak Reklame berpengaruh tidak signifikan secara parsial terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tasikmalaya. Tidak signifikannya pengaruh Pajak Reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah dari segi sumber Pendapatan Asli Daerah Lainnya bukan hanya Pajak Reklame saja yang diperkirakan setiap tahunnya mengalami peningkatan. 3. Terdapat pengaruh signifikan antara Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tasikmalaya. Pendapatan Asli
27
Daerah itu dipengaruhi oleh Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Reklame sebesar 94,8%, sisanya adalah sebesar 5,2% yang merupakan pengaruh faktor lain.
Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dilakukan, maka penulis dapat memberikan saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Reklame. a. Efektifitas penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Reklame Kota Tasikmalaya sudah cukup baik sehingga harus tetap dipertahankan dan terus ditingkatkan agar penerimaan pajak tersebut semakin besar sehingga kontribusi yang diberikan pada Pendapatan Asli Daerahpun akan semakin besar pula. Perlu adanya upaya – upaya yang maksimal dalam peningkatannya, baik dari unsur pengusaha maupun dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Tasikmalaya. Dimana unsur pengusaha berkewajiban melaksanakan pembayaran pajaknya dengan tertib dan jujur, sedangkan Dinas Pendapatan Daerah wajib melakukan sosialisasi pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan dan pajak reklame, serta memberikan rasa aman untuk para pengusaha yang berinvestasi di wilayah Kota Tasikmalaya yaitu dengan cara melakukan kerjasama dengan aparatur pemerintah lainnya seperti Satpol PP untuk meningkatkan pelayanan, penertiban, pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan usaha - usaha hotel dan restoran serta dalam penyelenggaraan hiburan dan reklame. b. Dinas Pendapatan Daerah juga harus membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) yang jelas antara mekanisme perizinan, pemungutan maupun pengawasan pajaknya, serta penerapan sanksi hukum bagi objek pajak yang tidak melaksanakan kewajibannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim dkk, 2012. Akuntansi sektor publik akuntansi keuangan daerah. Edisi 4. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
28
Acep Sani Saepurrahman. 2013. Pengaruh pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan Aasli daerah kota tasikmalaya. Universitas Siliwangi.
Ahmad Fauzan Abdillah. 2011. Pengaruh besarnya pendapatan pajak reklame dan pajak hiburan terhadap penerimaan pajak daerah. Universitas Siliwangi.
Ahmad Yani. 2009. Hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah di indonesia. jakarta : Rajawali Pers.
Duwi Priyatno. 2013. Mandiri belajar analisis data dengan spss. Yogyakarta: MediaKom
Ega Marselina B. 2013. Analisis kontribusi pajak parkir dan retribusi pasar terhadap pendapatan asli daerah pada pemerintah kota padang. Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.
Iqbal Hasan. 2004. Analisis data penelitian dengan statistik. Jakarta: Bumi Aksara.
Marihot P Siahaan. 2005. Pajak daerah dan retribusi daerah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Rozali Abdullah, 2002. Pelaksanaan Otonomi Luas Dan Isu Federalisme Sebagai Suatu Alternatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
(_______), 2007. Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ni Nyoman Suartini dan Made Suyana Utama. 2011. Pengaruh jumlah kunjungan wisatawan, pajak hiburan, pajak hotel dan restoran terhadap Pendapatan asli daerah di kabupaten gianyar. Bali.
29
Sugiyono 2010. Metode penelitian bisnis. Bandung. CV. Alfabeta. (_______), 2013. Statistika untuk penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
Peraturan dan Undang-undang Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004. Tentang pemerintah daerah. Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 2004. Tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.
Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2009. Tentang pajak daerah dan retribusi daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007. Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah.
Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya No. 4 Tahun 2011. Tentang pajak daerah. Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya No. 2 Tahun 2014. Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya No. 4 Tahun 2011 Tentang pajak daerah.