JIM EKM. 02(3): 285-301 (2017)
285
PENGARUH OTONOMI KERJA TERHADAP LOCUS OF CONTROL DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI PEMEDIASI (PADA KANTOR DINAS PENDIDIKAN PROVINSI ACEH)
SYARFUN HUDA1, SAIFUL BAHRI2 1,2)
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala e-mail:
[email protected]
ABSTRACT This research aims to know the influence of work autonomy against the locus of control with job satisfaction as mediation. The sample used in this study was a civil servant in the office of the Aceh provincial office of education. This research method using the questionnaire as an instrument of research. A questionnaire spread out as much as 113 questionnaires. Sampling technique used was stratified probability sampling. Hierarchical Linear Modelling (HLM) is used as a method of analysis to find out the influence of variable involved. The results showed that (1) influential work autonomy significantly to locus of control, (2) job satisfaction the significant effect against the locus of control, (3) influential work autonomy significantly to job satisfaction, (4) autonomy of work influence on locus of control with job satisfaction as mediation. Keywords: Locus of Control, Work Autonomy, Characteristics of Work, Job Satisfaction
PENDAHULUAN Salah satu hal psikologis yang cukup penting adalah bahwa individu dapat memiliki keyakinan bahwa mereka memiliki kontrol atas kehidupan mereka sendiri (Rotter, 1966), namun dewasa ini hal itu telah kurang mendapat peningkatan. Locus of control bagi seorang pegawai menjadi hal yang penting dan diperlukan oleh sebuah instansi pemerintah untuk dapat menampilkan kinerja dan produktivitas yang tinggi. Salah satu hal agar bisa mencapai tujuan, instansi pemerintah memerlukan pegawai yang memiliki locus of control yang tinggi. Dalam sebuah instansi pemerintah seperti Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Aceh yang memiliki 251 orang pegawai negeri sipil, locus of control yang tinggi pada pegawainya tentu sangat diperlukan agar kinerja dari pegawai pada kantor dinas pendidikan tersebut bisa maksimal. Hyatt dan Prawitt (2001), menunjukkan bahwa mereka yang lebih banyak kecenderungan locus of control eksternal akan memiliki kinerja yang lebih baik
JIM EKM. 02(3): 285-301 (2017)
286
daripada mereka yang lebih banyak locus of control internal pada lingkungan organisasi terstruktur, seperti Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Aceh. Sebaliknya, mereka yang lebih banyak kecenderungan locus of control internal akan memiliki kinerja yang lebih baik daripada mereka yang lebih banyak kecenderungan locus of control eksternal dalam organisasi tidak terstruktur. Hal ini dapat terjadi karena pada organisasi tidak terstruktur tata kelola organisasi yang mereka miliki masih kurang baik dan pembagian tugas maupun wewenangnya juga belum terstruktur dengan baik. Pegawai dengan locus of control internal yang tinggi percaya bahwa mereka dapat mengatasi masalah tekanan kerja secara fungsional dan lebih efektif daripada pegawai dengan locus of control eksternal. Pegawai dengan locus of control internal juga menganggap keberhasilan yang mereka dapatkan adalah hasil kerja keras serta kemampuan yang mereka miliki. Hal ini dapat membuat seseorang dengan locus of control internal lebih bisa mengatasi masalah tekanan kerja dibanding seseorang yang memiliki locus of control eksternal. Salah satu usaha yang perlu dilakukan untuk meningkatkan locus of control adalah dengan tersedianya otonomi kerja yang disediakan oleh organisasi dan menciptakan kepuasan kerja bagi pegawai. Otonomi kerja mengacu kepada seberapa jauh pekerjaan memberikan kebebasan, kemandirian dan keleluasaan yang cukup besar kepada karyawan dalam menjadwalkan pekerjaan mereka dan dalam menentukan prosedur-prosedur yang harus digunakan dalam menjalankannya. Ketersediaan otonomi kerja dalam organisasi mengirimkan sinyal yang kuat kepada karyawan bahwa manajer mereka memikili kepercayaan terhadap keterampilan dan kemampuan karyawan untuk menjalankan tugas dan kesejahteraan emosional karyawan menderita ketika mereka sama sekali tidak memiliki otonomi kerja. Otonomi kerja adalah salah satu karakteristik yang paling penting dari pekerjaan dan penelitian terdahulu telah menunjukkan hubungan positif dengan hasil yang lebih resmi seperti sikap kerja dan motivasi kerja (Humphrey dkk,. 2007). Terbentukya sebuah locus of control ditentukan oleh sejumlah faktor melalui proses yang cukup panjang dan bertahap. Terdapat empat faktor dalam suatu metaanalisis yang dilakukan oleh Judge dan Bono (2001). Analisis mereka menegaskan hubungan positif antara kepuasan kerja dan harga diri, kemanjuran diri, locus of
JIM EKM. 02(3): 285-301 (2017)
287
control internal dan kestabilan emosi. Artinya, ketika kepuasan kerja yang dirasakan oleh pegawai sudah baik dan sesuai dengan apa yang dilakukan dalam pekerjaannya, maka hal itu akan berdampak positif terhadap locus of control. Robbins (2009) mengatakan kepuasan kerja sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari evaluasi karakteristiknya. Kepuasan kerja merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal. Ketika karyawan merasakan kepuasan dalam bekerja tentunya karyawan tersebut akan berupaya semaksimal mungkin dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya dengan baik. Kepuasan kerja akan didapat apabila ada kesesuaian antara harapan karyawan dengan kenyataan yang ditemui dan didapatnya dari tempat bekerja. Karyawan yang puas cenderung memiliki locus of control internal yang tinggi. Otonomi kerja secara positif berkaitan dengan motivasi karyawan, kepuasan kerja, kualitas dari kehidupan pekerjaan, dan efektifitas kerja (Fisher, 2010). Otonomi kerja dapat mempengaruhi kepuasan kerja karena berhubungan dengan emosional yang secara positif dapat mempengaruhi hubungan sosial di tempat kerja dan di antara rekan kerja. Karyawan cenderung melakukan tindakan yang melebihi tanggung jawab kerjanya apabila mereka merasa puas dengan pekerjaannya, menerima perlakuan sportif dan penuh perhatian dari pada pengawas, dan percaya bahwa mereka diperlakukan adil oleh organisasi (Sloat, 1999).
KAJIAN KEPUSTAKAAN Locus of Control Konsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter pada tahun 1966 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control (Munir & Sajid, 2010) didefinisikan sebagai cerminan dari sebuah kecendrungan seorang individu untuk percaya bahwa dia mengendalikan peristiwa yang terjadi dalam hidupnya (internal) atau kendali atas peristiwa yang terjadi dalam hidupnya itu berasal dari hal lain, misalnya kuasa orang lain (eksternal). Pello (2014) menjelasakan konsep locus of control berkaitan
dengan
pembelajaran sosial, dan menjadi aspek yang penting dalam penelitian tentang personaliti atau kepribadian seseorang. Pada variabel locus of control terdapat
JIM EKM. 02(3): 285-301 (2017)
288
dua dimensi yaitu locus of control internal dan locus of control eksternal. Menurut Chi Hsin Kuang et al. (2010) Locus of control eksternal mempunyai 4 indikator dan locus of control internal mempunyai 6 indikator. Otonomi Kerja Saragih (2011) menyatakan bahwa otonomi kerja didefinisikan sebagai sejauh mana pekerjaan memberikan kebebasan substansial, kemandirian, dan keleluasaan untuk individu dalam pekerjaan penjadwalan dan dalam menentukan prosedur yang digunakan dalam melaksanakannya. Pearson, et al, (2009) mengembangkan tiga skala penilaian (indikator) dalam otonomi kerja: work method, work schedule, dan work criteria. Work method otonomi merupakan kemampuan seserang memilih cara apa yang digunakan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Work schedul eotonomi merupakan kemampuan seseorang mengatur rangkaian penyelesaian tugas. Work criteria otonomi merupakan kemampuan seseorang menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk evaluasi.
Kepuasan Kerja Luthans (2011) memberikan definisi komprehensif dari kepuasan kerja yang meliputi reaksi atau kognitif, afektif, dan evaluatif dan menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah “keadaan emosi yang senang atau emosi positif yang berasal dari penilaian pekerjaan atau pengalaman kerja seseorang. Terdapat tiga dimensi yang diterima secara umum dalam kepuasan kerja. Pertama, kepuasan kerja merupakan respon emosional terhadap situasi kerja. Dengan demikian, kepuasan kerja dapat dilihat dan dapat diduga. Kedua, kepuasan kerka sering ditentukan menurut seberapa baik hasil yang dicapai memenuhi atau melampaui harapan. Ketiga, kepuasan kerja mewakili beberapa sikap yang berhubungan. Menurut Veithzal Rivai (2009) indikator dari kepuasan kerja adalah sebagai berikut: (1) pekerjaan itu sendiri, (2) promosi, (3) kelompok kerja, (4) kondisi kerja, (5) tingkat upah/gaji, (6) pengawasan.
JIM EKM. 02(3): 285-301 (2017)
289
Pengaruh Antar Variabel Pengaruh Otonomi Kerja terhadap Locus of Control Otonomi pekerjaan akan meningkatkan locus of control internal secara langsung karena setiap individu memiliki kontrol atas pekerjaan dan situasi dalam pekerjaan yang dilakukan (Jones & Davis, 1965). Otonomi pekerjaan adalah sejauh mana suatu pekerjaan memberikan kebebasan substansial, kemandirian dan keleluasaan untukmenjadwalkan pekerjaan dan menentukan prosedur yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan. Dengan kata lain otonomi pekerjaan dalam setiap individu dapat membuat keputusan sendiri terhadap aktivitas kerja yang dimiliki oleh setiap individu dikarenakan mereka tidak dipengaruhi oleh faktor teknologi dan supervisor (Sheldon & Elliot, 1999) yang merupakan penyebab locus of control internal menjadi stabil. H1: Otonomi kerja berpengaruh terhadap locus of control. Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Locus of Control Sherped, Malone dan Sweeny (2008) menunjukkan bahwa kepuasan kerja bisa meningkatkan locus of control internal individu karena individu cenderung membuat atribusi internal saat menjelaskan kausalitas hasil yang diinginkan, seperti memiliki perasaan kepuasan di tempat kerja. Judge dan Bono (2001) dalam sebuah meta analisis menegaskan hubungan yang positif antara kepuasan kerja dengan (a) harga diri, (b) kemanjuran diri, (c) locus of control internal, (d) kestabilan emosi. Temuan ini menegaskan apa yang Mitchell, Smyser, dan Weed temukan, yaitu bahwa individu yang memiliki locus of control internal cenderung memiliki kepuasan kerja yang lebih tinggi daripada individu yang memiliki locus of control eksternal. Leung et al. (2000) juga menemukan bahwa locus of control eksternal berhubungan negatif dengan kepuasan kerja. Individu-individu dalam penelitian yang dilakukan dengan persepsi locus of control internal menunjukkan tingkat yang lebih tinggi kepuasan kerja secara keseluruhan. H2: Kepuasan kerja berpengaruh terhadap locus of control.
JIM EKM. 02(3): 285-301 (2017)
290
Pengaruh Otonomi Kerja terhadap Kepuasan Kerja Otonomi kerja dapat menyebabkan kepuasan kerja yang lebih tinggi, hal ini didukung dengan persepsi bahwa setiap individu mengindikasikan dirinya untuk bekerja sesuai dengan ide atau gagasan yang ditimbulkan dari dirinya sendiri sehingga hal ini menyebabkan seorang individu mengabaikan nilai kesejahteraan dan lebih memilih nilai kepuasan terhadap pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya (Judge & Hurst, 2008). Pada penelitian yang dilakukan oleh Rizky Fauzan (2012) yang menunjukkan bahwa otonomi berpengaruh secara signifikan (0,000) terhadap kepuasan kerja pegawai. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Hazem S. Kassem dan Ahmed M. 23 Sarhan (2013) menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan (0,001) dan negatif (-10,181) terhadap kepuasan kerja. H3: Otonomi Kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja Kepuasan Kerja Memediasi Pengaruh Otonomi Kerja terhadap Locus of Control Chia-Huei Wu (2015) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa otonomi kerja langsung membentuk locus of control internal dan hal yang sama juga dilakukan oleh kepuasan kerja. Selain efek langsung, otonomi kerja juga akan meningkatkan locus of control internal yang secara tidak langsung melalui kepuasan kerja. Temuan ini menunjukkan lagi bahwa otonomi kerja dapat memiliki dampak positif dalam meningkatkan locus of control internal melaui peningkatan kepuasan kerja. H4: Kepuasan kerja memediasi pengaruh otonomi kerja terhadap locus of control
Locus of Control
Otonomi Kerja ( X) Kepuasan Kerja
Model Penelitian
JIM EKM. 02(3): 285-301 (2017)
291
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai negeri sipil pada Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Aceh. Populasi ini adalah populasi finit yaitu suatu populasi yang jumlah anggota populasi secara pasti dapat diketahui yang berjumlah 251. Sampel yang diambil peneliti yaitu secara probability sampling. Probability sampling adalah setiap sampel dipilih berdasarkan prosedur seleksi dan memiliki peluang yang sama untuk dipilih. Jenis probability sampling yang dipilih adalah stratified random sampling. Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono, 2015). Jumlah sampel penelitian adalah sebanyak 113 responden di Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Aceh.
Variabel Operasional Dalam penelitian ini untuk mengukur pengaruh otonomi kerja terhadap locus of control dengan kepuasan kerja sebagai pemediasi paada kantor dinas pendidikan provinsi Aceh maka peralatan
yang di gunakan adalah Hierarchical Linear
Modelling (HLM), Variabel operasional dalam penelitian ini adalah: 1.
Variabel terikat atau independent variable adalah Otonomi Kerja (X)
2.
Variabel bebas atau dependent variable adalah Locus of Control (Y)
3.
Variabel Mediasi adalah Kepuasan Kerj (Z)
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Validitas Pengujian validitas yang digunakan dalam penelititan ini adalah validitas item, yaitu untuk mengetahui apakah item-item pertanyaan yang dimuat dalam kuesioner penelitian valid atau tidak. Suatu instrumen yang valid atau sah mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Pengukuran tersebut dilakukan dengan menggunakan perangkat SPSS 21.0 for windows dimana setiap item pertanyaan harus mempunyai factor loading yang lebih dari 0,40 (Hair et al., 2006). Teknik
JIM EKM. 02(3): 285-301 (2017)
292
yang digunakan adalah dengan melihat output dari rotated component matrix yang harus terekstrak secara sempurna. Tabel 1. Hasil Pengujian Validitas No
Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 X1 X2 X3 X4 X5 X6 Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6 Z7 Z8 Z9 Z10 Z11 Z12
Variabel
Y
X
Z
Muatan Faktor 0,794 0,797 0,710 0,466 0,701 0,495 0,768 0,721 0,762 0,726 0,671 0,738 0,749 0,757 0,738 0,625 0,539 0,708 0,649 0,788 0,807 0,794 0,485 0,819 0,638 0,728 0,813 0,710
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber : Data Primer (diolah), 2017
Variabel dependen (Y) pada penelitian ini adalah Locus of Control, untuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah diukur dengan 10 item pertanyaan menurut Chi Hsinkuang et al, (2010). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua item yang terlibat dalam penelitian menunjukkan korelasi yang baik sehingga dapat menjadi suatu pengukuran yang tepat. Variabel independen (X) pada
JIM EKM. 02(3): 285-301 (2017)
293
penelitian ini adalah Otonomi Kerja, untuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah diukur dengan 6 item pertanyaan menurut Pearson (2009). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua item yang terlibat dalam penelitian menunjukkan korelasi yang baik sehingga dapat menjadi suatu pengukuran yang tepat. Variabel mediasi (Z) pada penelitian ini adalah Kepuasan Kerja, untuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah diukur dengan 12 item pertanyaan menurut Veithzal Rivai (2009). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua item yang terlibat dalam penelitian menunjukkan korelasi yang baik sehingga dapat menjadi suatu pengukuran yang tepat. Uji Reabilitas Ukuran reliabilitas dianggap handal berdasarkan pada koefisien Cronbach alpha lebih dari 0,60 (Malhotra, 2006). Jika derajat kehandalan data lebih besar dari koefisien Cronbach alpha (α), maka hasil pengukuran dapat dipertimbangkan sebagai alat ukur dengan tingkat ketelitian dan konsistensi pemikiran yang baik. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut:
1
Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas Jumlah Cronbach’s Alpha Variabel Item Hitung Standar Locus of Control 10 0,878 0,60
2 3
Otonomi Kerja Kepuasan Kerja
No
6 12
0,803 0,909
0,60 0,60
Keterangan Handal Handal Handal
Sumber: Data Primer (diolah), 2017
Dari hasil tabel 2 diperoleh nilai Cronbach alpha sebesar 0,878 pada variabel Locus of Control, 0,803 pada variabel Otonomi Kerja dan 0,909 pada variabel Kepuasan Kerja. Dengan demikian, seluruh item pertanyaan yang digunakan dalam variabel penelitian dapat dikatakan reliabel (handal), karena mempunyai nilai Cronbach’s alpha lebih dari 0,60.
Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui pengaruh Otonomi Kerja terhadap Locus of Control dengan Kepuasan Kerja sebagai variabel mediasi pada pegawai negeri sipil Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Aceh dilakukan analisis regresi yang menjelaskan
JIM EKM. 02(3): 285-301 (2017)
294
hubungan fungsional secara terpisah dari beberapa variabel. Penelitian ini menggunakan 3 variabel yaitu Otonomi Kerja (X) sebagai variabel bebas, Kepuasan Kerja (Z), Locus of Control (Y) sebagai variabel terikat. Variabel bebas akan mempengaruhi variabel mediasi dan variabel mediasi akan mempengaruhi variabel terikat. Hasil output SPSS 21.0 dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.
Analisis Pengaruh Otonomi Kerja terhadap Locuf of Control (H1) Tabel 3. Hasil Pengujian Hipotesis 1 Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta
Model
(Constant)
1.110
.262
.692
.066
1
.703
t
4.238 10.415
Sig.
.000 .000
Otonomi Kerja a. Dependent Variable: Locus of Control
Menurut Hair, et, al (2006) jika dalam penskalaan digunakan skala likert, maka untuk koefisien regresi digunakan nilai standardized coefficients, dimana nilai konstantanya tidak perlu diinterpretasikan. Dari hasil output SPSS 21.0 tersebut dapat dibuat garis persamaan linier adalah sebagai berikut: Y = 0,703X Maka dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa koefisien regresi otonomi kerja (X) bernilai positif (0,703) artinya ketika otonomi kerja yang diberikan sudah baik, maka akan meningkatkan locus of control pegawai negeri sipil tersebut. Analisis Pengaruh Otonomi Kerja terhadap Kepuasan Kerja (H2) Tabel 4. Hasil Pengujian Hipotesis 2 Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients B
(Constant) 1
Std. Error
.967
.310
.734
.079
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta
.663
3.121
.002
9.341
.000
JIM EKM. 02(3): 285-301 (2017)
295
Otonomi Kerja a. Dependent Variable: Kepuasan Kerja Menurut Hair, et al (2006) jika dalam penskalaan digunakan skala likert, maka untuk koefisien regresi digunakan nilai standardized coefficients, dimana nilai model konstantanya tidak perlu diinterprestasikan. Dari hasil output SPSS 21.0 tersebut dapat dibuat garis persamaan linear adalah sebagai berikut: Z = 0,663X Maka dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa koefisien regresi Otonomi Kerja (X) bernilai positif (0,663) artinya ketika Otonomi Kerja diberikan maka dapat meningkatkan Kepuasan Kerja pegawai negeri sipil Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Aceh. Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Locus of Control (H3)
Model
Tabel 5. Hasil Pengujian Hipotesis 3 Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B
(Constant) 1 Kepuasan Kerja
Std. Error
1.596
.250
.577
.064
t
Sig.
Beta
.649
6.391
.000
8.983
.000
a. Dependent Variable: Locus of Control Menurut Hair, et al (2006) jika dalam penskalaan digunakan skala likert, maka untuk koefisien regresi digunakan nilai standardized coefficients, dimana nilai model konstantanya tidak perlu diinterprestasikan. Dari hasil output SPSS 21.0 tersebut dapat dibuat garis persamaan linear adalah sebagai berikut: Y = 0,649Z Maka dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa koefisien regresi Otonomi Kerja (X) bernilai positif (0,649) artinya ketika Kepusan Kerja meningkat maka dapat meningkatkan Locus of Control pegawai negeri sipil Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Aceh.
JIM EKM. 02(3): 285-301 (2017)
296
Analisis Pengaruh Otonomi Kerja terhadap Locus of Control dengan Kepuasan Kerja sebagai Mediasi (H4)
Model
Tabel 6. Hasil Pengujian Hipotesis 4 Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B
Std. Error
t
Sig.
Beta
(Constant) Otonomi Kerja
1.110
.262
1
.692
.066
.830
.258
2
(Constant) Otonomi Kerja Kepuasan Kerja
.479
.084
.487
.290
.076
.326
.703
4.238 10.415
.000
3.219 5.719 3.828
.002
.000
.000 .000
a. Dependent Variable: Locus Of Control
Dari tabel 5 (model 1) dapat dibentuk garis persamaan linear sebagai berikut: Y = 0.703 X Maka dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa berdasarkan hasil nilai standardized coefficients tidak terdapat nilai konstanta, hanya terdapat nilai koefisien regresi. Koefisien regresi Otonomi Kerja (X) bernilai positif (0,703) artinya ketika Otonomi Kerja baik maka dapat meningkatkan Locus of Control tersebut. Selanjutnya untuk model 2 pada tabel 6dapat dibentuk garis persamaan linier sebagai berikut: Y = 0.487 X + 0.326 Z Dimana persamaan tersebut menjelaskan bahwa koefisien regresi Kepuasan Kerja (Z) bernilai positif 0,326 artinya semakin tinggi tingkat Kepuasan Kerja yang dimiliki oleh karyawan, maka akan semakin tinggi pula Locus of Control dari karyawan tersebut tersebut. Pengaruh variabel independen yaitu Otonomi Kerja (X) berpengaruh terhadap Locus of Control (Y) dimediasi oleh Kepuasan Kerja (Z) diuji secara simultan secara lengkap dapat dilihat dari tabel berikut.
JIM EKM. 02(3): 285-301 (2017)
297
Tabel 7 Ringkasan Hasil Analisis Regresi Untuk Menguji Efek Mediasi Dari Kepuasan Kerja Variabel Kepuasan Locus of Control (Y) Kerja (Z) Tahapan Tahap 1 (β) Tahap 2 (β) Tahap 3 (β) Persamaan Otonomi Kerja (X) 0,633 0,703 0,487 Kepuasan Kerja (Z) 0,326 R 0,663 0,703 0,744 2 R 0,440 0,494 0,554 2 ∆R 0,435 0,490 0,546 Sumber: Data Primer (diolah), 2017
Berdasarkan hasil analisis regresi pada tabel 3 menunjukkan bahwa Otonomi Kerja berpengaruh positif terhadap Locus of Control dengan nilai koefisien regresi sebesar 0, 703 dengan nilai probabilitas 0,00 <0,05. Sehingga hal tersebut membuktikan bahwa hipotesis 1 terdukung. Berdasarkan hasil analisis regresi pada tabel 4 menunjukkan bahwa Otonomi Kerja berpengaruh positif terhadap Kepuasan Kerja dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,663 dengan nilai probabilitas 0,00 <0,05. Sehingga hal tersebut membuktikan bahwa hipotesis 2 terdukung. Berdasarkan hasil analisis regresi pada tabel 5 menunjukkan bahwa Kepuasan Kerja berpengaruh positif terhadap Locus of Control karyawan dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,649 dengan nilai probabilitas 0,00 <0,05. Sehingga hal tersebut membuktikan bahwa hipotesis 3 terdukung. Selanjutnya hipotesis 4 memprediksikan efek mediasi menggunakan analisis regresi. Baron dan kenny (1986) mengemukakan bahwa pengaruh mediasi terjadi jika terdapat 4 kriteria berikut, yaitu : 1. Variabel independen harus signifikan mempengaruhi variabel mediator pada persamaan pertama. 2. Variabel independen harus signifikan mempengaruhi variabel dependen pada persamaan kedua. 3. Mediasi penuh (full/perfect mediation) terjadi jika pengaruh variabel independen pada variabel dependen secara langsung adalah signifikan, tapi pengaruhnya menjadi tidak signifikan ketika variabel mediasi dimasukkan
JIM EKM. 02(3): 285-301 (2017)
298
kedalam model, sedangkan mediasi parsial (partial mediation) terjadi jika pengaruh variabel independen pada variabel dependen adalah signifikan dan ketika variabel mediasi dimasukkan pengaruhnya juga signifikan namun koefisien regresi variabel mediasi terhadap dependen lebih kecil dari koefisien regresi independen terhadap dependen. Berdasarkan tabel 7 diatas menunjukkan bahwa tahap ketiga yang menguji hasil pengujian hipotesis penelitian ini terangkum dalam tabel berikut: Tabel 8 Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Hipotesis Otonomi Kerja berpengaruh positif terhadap Locus of Control Otonomi Kerja berpengaruh positif terhadap Kepuasan Kerja Kepuasan Kerja berpengaruh positif terhadap Locus of Control Otonomi Kerja berpengaruh terhadap Locus of Control dimediasi oleh Kepuasan Kerja
H1 H2 H3 H4
Keterangan Terdukung Terdukung Terdukung Terdukung
Sumber: Data Primer (diolah), 2017
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut: 1. Otonomi Kerja berpengaruh signifikan terhadap Locus of Control. 2. Otonomi Kerja berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja. 3. Kepuasan Kerja berpengaruh signifikan terhadap Locus of Control. 4. Otonomi Kerja berpengaruh terhadap Locus of Control dimediasi oleh Kepuasan Kerja. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut: 1. Bagi Pegawai Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, para pegawai negeri sipil Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Aceh sudaj memiliki locus of control yang cukup baik. Hal ini tentunya harus dipertahankan dan ditingkatkan dengan menjalankan
JIM EKM. 02(3): 285-301 (2017)
299
otonomi kerja yang baik sehingga dapat meningkatnya locus of control dan peningkatan kepuasan kerja. Pegawai harus menjalankan otonomi kerja yang diberikan dengan sebaik-baiknya sehingga kepuasan kerja yang diharapkan menjadi dapat dirasakan. 2. Bagi Organisasi Organisasi patutnya terus meningkatkan locus of control para pegawainya yang sudah cukup baik dengan terus memperhatikan kondisi psikologis pegawainya tersebut. Otonomi kerja yang diberikan diharapkan dengan baik dan proporsional serta melakukan pengawasan yang baik sehingga maksud dari pemberian otonomi kerja tersebut tidak melenceng dari tujuan awalnya. Serta tingkat kepuasan kerja yang sudah ada baiknya terus ditingkatkan dengan memperhatikan aspek-aspek yang terkandung didalamnya seperti pemberian insentif yang baik dan melakukan promosi jabatan yang bijaksana dan berkeadilan.
REFERENSI Baron, R.M., dan Kenny, D.A. 1986. The Moderator-Mediator Variable Distinction in Social Psychology Research: Conceptual, Strategy, and Statistical Considerations. Journal of Personality and Social Psychology. 51 (6) : 1173-1182. Chi Hsinkuang ., Yeh Hueryren ., dan Chen Yuling. 2010. The Moderating Effect of Locus of Control on Customer Orientation and Job Performance of Salespeople. Journal The Business Review. Cambridge, Vol. 16 Num, 2 December, pp. 142-146 Fauzan, Rizki. 2012. The Influence of Compensations and Job Characteristics on Job Satisfaction. Jurnal EKSOS. Pontianak. Vol. 8. No. 2. Hal. 128-143 Fisher. C. D. 2010. Happiness at work : International journal of management reviews 12 (4), 384-412. Hair, Joseph F et al. 2006. Multi Variate Data Analysis. Fifth Edition. Gramedia. Pustaka Utama: Jakarta Humphrey, S. E., Nahrgang, J. D., and Morgeson, F. P. 2007. Integrating Motivational, Social, And Contextual Work Design Features: A MetaAnalytic Summary And Theoretical Extension Of The Work Design Literature. Journal of Applied Psychology, 92: 1332-1356.
JIM EKM. 02(3): 285-301 (2017)
300
Hyatt, T.A. and Prawitt, D.F. 2001, “Does congruence between audit structure and auditors locus-of-control affect job performance?”, The Accounting Review, Vol. 76 No. 2, pp. 263-74. Jones, E. E., & Davis, K. E. 1965. From acts to dispositions: The attribution process in social psychology. Advances in experimental social psychology, Vol. 2. (pp. 219–266). New York: Academic Press, 219–266 Judge, T. A., & Hurst, C. 2008. How the rich (and happy) get richer (and happier): Relationship of core self-evaluations to trajectories in attaining work success. Journal of Applied Psychology, 93, 849–863. http://dx.doi.org/10.1037/0021-9010.93.4.849. Judge, T. A. dan J. E. Bono. 2001. “ Relationship of Core Self Evaluation TraitsSelf Esteem, Generalized Self Efficacy, Locus of Control, and Emotional Stability- eith Job Satisfaction and Job Performance : a meta analysis”, Journal of Applied psychology, 86 (1), 80-92. Kassem, Hazem S dan Sarhan, Ahmed M. 2013. Effect of Job Characteristics on Satisfaction and Performance: A test in Egyptian agricultural extension system. Academic Journals Vol. 8 (48) pp. 6126-6130 12 December 2013. Leung, T., Siu, O., & Spector, P. E. 2000. Faculty Stressors, Job Satisfaction, And Psychological Distress Among University Teachers In Hong Kong: The role of locus of control. International Journal of Stress Management, 7, 121– 138. Luthans, F. 2011. Organizational Behavior: An Evidence-Based Approach. New York: McGraw-Hill Compenies, Inc., Malhotra, N.K. 2006. Riset Pemasaran: Pendekatan Terapan (Jilid 2). Erlangga, Jakarta. Munir, Saima & Mehsoon Sajid. 2010. Examining Locus of Control as a Determinant of Organizational Commitment among University Professors in Pakistan. Journal of Business Studies Quarterly. Vol. 1 (3), 78-93, ISSN 2152-1034. Pearson, A., J.M. Pearson, C. Griffin. 2009. “Innovating with Technology: The Impact of Overload, Autonomy, and Work and Family Conflict,” Journal of Information Technology Theory and Application (JITTA), 9:4, 2009, 41-65. Pello, E. 2014. Pengaruh Asimetri Informasi Dan Locus Of Control Pada Hubungan Antara Penganggaran Partisipatif Dengan Senjangan Anggaran. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, volume 6 (2): 287305.
JIM EKM. 02(3): 285-301 (2017)
301
Robbins, Stephen P. dan Judge, Timothy A., 2009. Organizational Behavior. 13th Edition. Pearson Education, Inc., Upper Saddle River, New Jersey. Rotter, J. 1966. Generalized Expectancies For Internal Versus External Control Reinforcement. Psychology Monographs: General Applied Saragih, Susanti. 2011. The Effects of Job Autonomy on Work Outcomes: Self Efficacy as an Intervening Variable, Vol.4. Jakarta: Prasetiya Mulya Publishing. Sheldon, K. M., & Elliot, A. J. 1999. Goal striving, need-satisfaction, and longitudinal well-being: The self-concordance model. Journal of Personality and Social Psychology, 76, 482–497. Shepperd, J., Malone, W., & Sweeny, K. 2008. Exploring Causes Of The SelfServing Bias. Social and Personality Psychology Compass, 2, 895–908. http://dx.doi.org/10. Sloat, K. C. M, 1999. Organizational citizenship: Does Your Firm Inspire To Be “Good citizenship”? Professional Safety, Vol 44 (4). Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Penerbit Alphabeta. Sujarweni, Wiratna. 2014. SPSS Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Triana, M. dkk. 2012. Pengaruh Partisipasi Anggaran, Budget Emphasis, Dan Locus Of Control Terhadap Slack Anggaran (Survei Terhadap Hotel Berbintang Di Kota Jambi). E-Jurnal Binar Akuntansi (1): 51-61. Wu, Chia-Huei, Mark A. Griffin, Sharon K. Parker, 2015. Developing agency through good work: Longitudinal effects of job autonomy and skill utilization on locus of control. Journal of Vacational Behavior. Australia.