PENGARUH NILAI PENAWARAN DAN OPINI AUDITOR TERHADAP UNDERPRICING PADA EMITEN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING DI BURSA EFEK INDONESIA (Survey Pada Emiten Sub-sektor Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) Oleh : II JAWAHIR Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Jalan Siliwangi No.24, PO. BOX 164, Tasikmalaya 46115, Website: http://unsil.ac.id ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana (1) Nilai Penawaran, Opini Auditor, dan Underpricing pada emiten sub-sektor transportasi di Bursa Efek Indonesia (2) Pengaruh Nilai Penawaran dan Opini Auditor secara parsial terhadap Underpricing pada emiten sub-sektor transportasi di Bursa Efek Indonesia (3) Pengaruh Nilai Penawaran dan Opini Auditor secara simultan terhadap Underpricing pada emiten sub-sektor transportasi di Bursa Efek Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan survey dan metode analisis dalam penelitian ini yaitu analisis regresi berganda dengan bantuan software spss statistics 16.0 untuk mengolah data sekunder. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) a. Nilai Penawaran pada emiten sub-sektor transportasi di Bursa Efek Indonesia baik; b. Opini Auditor pada emiten sub-sektor transportasi di Bursa Efek Indonesia sangat baik; c. Underpricing pada emiten sub-sektor transportasi di Bursa Efek Indonesia baik; (2) a. Secara parsial Nilai Penawaran berpengaruh tidak signifikan terhadap Underpricing; b. Secara parsial Opini tidak berpengaruh signifikan terhadap Underpricing; (3) Secara simultan Nilai Penawaran dan Opini Auditor berpengaruh tidak signifikan terhadap Underpricing. Kata kunci : nilai penawaran, opini auditor, underpricing. ABSTRACT This study was conducted to determine how (1) Offering Price, Auditor’s Opinion, and Underpricing in the sub-sector issuers of transportation in Indonesia Stock Exchange (2) Influence of Offering Price and Opinion Auditor’s partially on Underpricing in the subsector issuers of transportation in Indonesia Stock Exchange (3) Influence of Offering Price and Auditor’s Opinion simultaneously on the Underpricing in the issuers transportation subsector in Indonesia Stock Exchange. The method used is descriptive analysis method with survey approaches and methods of analysis in this study is multiple regression analysis with the help of statistics software SPSS 16.0 for secondary data processing. The results showed that: (1) a. Offering price in the sub-sector issuers of transportation in Indonesia Stock Exchange either; b. Auditor's opinion on the issuer's transport sub-sector in Indonesia Stock Exchange was very good; c. Underpricing in the sub-sector issuers of transportation in Indonesia Stock Exchange either; (2) a. Partially Offering Price no significant effect on Underpricing; b. Partially Auditor’s Opinion no significant effect on Underpricing; (3) Simultaneously Offering Price and Auditor’s Opinion no significant effect on Underpricing. Keywords: the offering price, the auditor's opinion, underpricing.
I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi yang terus berkembang seiring dengan perkembangan jaman terus menekan setiap para pelaku ekonomi untuk terus mengembangakan perusahaan yang dimiliki. Hal ini tentu saja mengharuskan setiap perusahaan yang ada untuk memiliki dana yang tidak sedikit. Kebutuhan akan dana tersebut menyebabkan perusahaan melakukan berbagai alternatif pendanaan baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar perusahaan. Pendanaan dari dalam perusahaan biasanya menggunakan laba yang ditahan perusahaan, sedangkan alternatif lain dari luar perusahaan dapat diperoleh dari pinjaman, mencari partner atau menjual sebagian dari kepemilikan atas perusahaan dalam bentuk saham kepada masyarakat luar (investor atau pemodal) atau yang lebih dikenal dengan istilah penawaran umum (go public). Dalam usaha perusahaan untuk bisa melakukan go public tentu saja tidak mudah. Ada beberapa tahapan untuk bisa membuat perusahaan go public dan mendapatkan pendanaan dari luar. Tahap pertama dari proses go public ini sendiri adalah dengan melakukan penawaran umum perdana atau yang sering dikenal dengan istilah Initial Public Offering (IPO). Penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) adalah kegiatan penawaran efek yang pertama kali dilakukan oleh perusahaan (emiten) dalam rangka menjual efeknya kepada masyarakat (publik) di pasar modal. Transaksi ini terjadi di pasar perdana (primary market), selanjutnya akan diperjualbelikan di pasar modal sekunder (secondary market). Keputusan untuk go public juga dapat dikatakan bahwa dengan tercatatnya dan diperdagangkannya saham perusahaan di pasar modal merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan dan dipercayanya kinerja perusahaan tersebut untuk menghasilkan tingkat kembalian yang positif dan tinggi di mata masyarakat. Namun pada kenyataannya usaha perusahaan untuk melakukan IPO tidaklah semudah dan sesuai dengan apa yang diestimasikan oleh perusahaan. Pada umumnya pada saat perusahaan melakukan IPO selalu mengalami Underpricing. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Ritter (2001) Underpricing adalah suatu kondisi dimana harga pasar hari pertama di pasar perdana lebih rendah dari harga pasar hari pertama di pasar sekunder pada saham perusahaan yang sama. Kondisi Underpricing yang tinggi jelas merugikan emiten tetapi menguntungkan investor. Sebaliknya jika terjadi Overpricing, investor akan mengalami kerugian karena investor tidak memperoleh intial return yang positif. Menurut Ritter (2001) dalam Ernyan dan Husnan (2002) menyatakan bahwa penawaran saham perdana sahamsaham berisiko tinggi akan mengalami Underpricing yang lebih besar dari pada saham – saham berisiko rendah. Fenomena yang menjadi salah satu daya tarik bagi penulis untuk membahas underpricng maupun alasan penentuan subjek penelitian adalah perkembangan ekonomi dibursa efek yang ditandai dengan perkembangan emiten sub-sektor transportasi yang mengalami pertumbuhan cukup bagus di Bursa Efek Indonesia. Hal ini didukung oleh data salah satu media cetak dimana dalam artikelnya ketua Bursa Efek Indonesia menyebutkan bahwa perusahaan yang melakukan penggalangan dana melalui IPO didominasi oleh subsektor transportasi dalam 10 tahun terakhir ini. Dimana emiten sub-sektor transportasi ini menduduki peringkat pertama sebanyak 20 perusahaan. Sedangkan urutan kedua dan seterusnya di tempati oleh sektor property, infrastruktur dan realestate dengan masing-masing sebanyak 17 perusahaan, 16 perusahaan dan 13 perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Nilai Penawaran dan Opini Auditor Terhadap Underpricing Pada Emiten yang Melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia”
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Nilai Penawaran, Opini Auditor, dan Underpricing pada emiten subsektor transportasi di Bursa Efek Indonesia. 2. Bagaimana pengaruh secara parsial Nilai Penawaran dan Opini Auditor terhadap Underpricing pada emiten sub-sektor transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Bagaimana pengaruh secara simultan Nilai Penawaran dan Opini Auditor terhadap Underpricing pada emiten sub-sektor transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.3 1. 2.
3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalaha diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui Nilai Penawaran, Opini Auditor, dan Underpricing pada emiten sub-sektor transportasi di Bursa Efek Indonesia. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial Nilai Penawaran dan Opini Auditor terhadap Underpricing pada emiten sub-sektor transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan Nilai Penawaran dan Opini Auditor terhadap Underpricing pada emiten sub-sektor transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4
Kegunaan Hasil Penelitian Penilitian ini diharapkan berguna bagi berbagai pihak, adapun kegunaan yang diharapkan adalah sebagai berikut : 1. Bagi Penulis Hasil penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk menambah pengetahuan dengan menerapkan disiplin ilmu yang diperoleh dibangku perkuliahan. Sedangkan dalam aplikasinya diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman secara teorikal mengenai pengaruh nilai penawaran dan opini auditor terhadap Underpricing. 2. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perusahaan yang menjadi objek penelitian, penulis berharap agar nantinya hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dasar dan bahan dalam pengambilan suatu keputusan didalam bidang keuangan atau akuntansi perusahaan, khususnya usaha untuk meningkatkan keuntungan dalam pengumpulan dana melalui penawaran saham perdana di pasar modal. 3. Bagi Pihak Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi bagi pihak yang berkepentingan khususnya untuk mengkaji topik yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 1.5 Lokasi dan Jadwal Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian Dikarenakan peneliti tidak melakukan penelitian secara langsung dan hanya melakukan penelitian data-data sekunder yang diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id), maka tidak ada lokasi khusus yang dijadikan sebagai tempat penelitian oleh peneliti.
1.5.2 Jadwal Penelitian Penelitian ini telah dilakukan selama 5 bulan, dari bulan Maret sampai dengan bulan Juli Tahun 2015. II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Underpricing Underpricing saham adalah suatu keadaan dimana efek yang dijual di bawah nilai likuidasinya atau nilai pasar yang seharusnya diterima oleh pemegang saham (Ang, 2009). Istilah underpricing digunakan untuk menggambarkan perbedaan harga antara harga penawaran saham di pasar primer dan harga saham di pasar sekunder pada hari pertama (Beatty, 2006). Menurut Hanafi (2004), Underpricing merupakan fenomena yang sering dijumpai dalam IPO. Ada kecenderungan bahwa harga penawaran di pasar perdana selalu lebih rendah dibandingkan dengan harga penutupan pada hari pertama diperdagangkan di pasar sekunder. Sedangkan overpricing yang disebut juga underpricing negatif, merupakan kondisi dimana harga penawaran perdana lebih tinggi daripada harga penutupan hari pertama di pasar sekunder. Underpricing saham adalah suatu keadaan dimana efek yang dijual di bawah nilai likuidasinya atau nilai pasar yang seharusnya diterima oleh pemegang saham (Ang, 2009). Underpricing dapat diartikan juga sebagai kondisi dimana harga penawaran pada saat IPO dinilai lebih rendah secara signifikan dibandingkan harga saham pada saat penutupan hari pertama di pasar sekunder (Beatty, 1989). Underpricing dapat diketahui atau dihitung melalui proxy initial return dimana initial return akan menunjukkan besarnya underpricing yang dialami perusahaan. 2.1.2 Nilai Penawaran Nilai penawaran saham merupakan nilai nominal yang ditawarkan dalam proses go public yag merupakan perkalian dari jumlah lembar saham yang ditawarkan dikalikan dengan harga penawaran per ekuitas (Nasirwan,2002). Semakin besar nilai saham yang ditawarkan maka semakin banyak dana yang diperoleh dari proses go public begitupun sebaliknya semakin kecil nilai saham yang ditawarkan maka semakin kecil pula dana yang diperoleh dari proses go public. 2.1.3 Opini Auditor Opini audit dinyatakan dalam paragraf pendapat dalam laporan audit. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan. Laporan keuangan yang dimaksud dalam standar pelaporan tersebut adalah meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan semua catatan kaki serta penjelasan dan tambahan informasi yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam penyajian laporan keuangan. Oleh karena itu dalam standar laporan auditor harus menyampaikan kepada pemakai laporan mengenai informasi yang menurut auditor perlu diungkapkan. 2.2
Kerangka Pemikiran Underpricing disebabkan oleh adanya asimetri informasi (Beatty, 2006). Ketidaksamaan informasi yang dimiliki oleh emiten, underwriter, maupun investor dapat mengakibatkan perbedaan harga yang memungkinkan terjadinya Underpricing. Demikian pula Guinness (2002) menjelaskan terjadinya Underpricing karena adanya asimetri informasi antara emiten dengan penjamin emisi dan antara investor yang memiliki informasi tentang prospek perusahaan emiten dengan investor yang tidak memiliki informasi prospek
perusahaan emiten. Ketidaksamaan informasi yang dimiliki oleh para pihak inilah yang dapat mengakibatkan perbedaan harga sehingga memungkinkan terjadinya underpricing. Faktor-faktor yang mempengaruhi Underpricing penting diketahui baik oleh pihak emiten, maupun investor. Dengan mengetahui faktor-faktor ini maka dapat dipertimbangkan untuk menghindari maupun meminimalkan Underpricing. Selain dari pada faktor tersebut ada juga indikator pembentuk dari underpricing, yaitu jumlah saham yang dikeluarkan, harga saham penawaran, dan harga saham penutupan yang juga perlu diperhitungkan nantinya. Dalam hal ini Nilai Penawaran yang pertama kali ditawarkan oleh perusahaan merupakan hal paling utama yang ingin dicapai oleh perusahaan karena akan berhubungan langsung dengan nilai pendanaan yang akan diraih oleh perusahaan. Sehingga resiko terjadinya Underpricing dapat dipicu oleh salah satu faktornya yaitu nilai penawaran yang paling pas dengan perusahaan itu sendiri.. Nilai penawaran saham merupakan nilai nominal yang ditawarkan dalam proses go public yag merupakan perkalian dari jumlah lembar saham yang ditawarkan dikalikan dengan harga penawaran per ekuitas (Nasirwan,2002). Semakin besar nilai saham yang ditawarkan maka semakin banyak dana yang diperoleh dari proses go public. Secara historis, saham yang dinilai secara benar, nilainya akan sedikit mengalami kenaikan pada saat diperdagangkan di bursa saham. Jika harga pasar jatuh berarti harga perdana yang ditentukan lebih tinggi dan investor merugi sebaliknya jika harga pasar melambung tinggi investor memperoleh keuntungan dari pembelian saham perdana tersebut. Pada prosesnya menentukan Nilai Penawaran yang paling pas ada beberapa indikator yang harus diperhatikan. Indikator dari Nilai Penawaran ini diantaranya adalah jumlah lembar saham yang akan diedar dan nilai penawaran dari per lembar saham itu sendiri. Selain dari pada nilai penawaran yang merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan dalam underpricing, ada hal lain juga yang tentunya perlu diperhatikan yaitu penilaian dari auditor yang mengaudit perusahaan itu atau biasa disebut opini auditor. Opini Auditor merupakan suatu laporan yang diterbitkan oleh auditor yang menyatakan bahwa pemeriksaan telah dilakukan dengan norma atau aturan pemeriksaan akuntan disertai dengan pendapat mengenai kewajaran laporan yang diperiksa (Tobing:2004). Opini Auditor merupakan penilaian auditor terhdap laporan keuangan perusahaan yang ingin melakukan listing di BEI, hal ini tentunya agar para investor bisa menilai perusahaan yang akan dipilih untuk investasi semakin meyakinkan. Semakin wajar opini yang dikeluarkan oleh auditor maka kinerja perusahaan tersebut semakin bagus. Disamping itu Opini Auditor menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemungkinan underpricing. Opini Auditor menjadi pertimbangan bagi investor yang ingin melakukan investasi pada perusahaan terkait. Hal ini tentunya menjadi pertimbangan perusahaan agar dapat menghasilkan laporan audit dengan penilaian auditor yang sangat baik. Reputasi dari auditor yang melakukan audit tidak bisa menjadi satu-satunya acuan untuk bisa mendapatkan hasil yang baik, tapi penilaian dari hasil audit itu sendiri atau Opini Auditor menjadi salah satu hal penting yang dapat mempengaruhi underpricing. Jadi berdasarkan pengertian di atas dan penelitian sebelumnya dapat ditarik kesimpulan dari beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi Underpricing yaitu Nilai Penawaran dan Opini Auditor dapat berdampak pada dana yang diraih oleh perusahaan pada saat melakukan penawaran perdana. 2.3 Hipotesis Berdasarkan penelitian diatas hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1 : Nilai Penawaran secara parsial berpengaruh terhadap Underpricing H2 : Opini Auditor secara parsial berpengaruh terhadap Underpricing H3 : Nilai Penawaran dan Opini Auditor secara simultan berpengaruh terhadap Underpricing
III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1
Objek Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil objek penelitian Nilai Penawaran, Opini Auditor, dan Underpricing. Penelitian ini dilaksanakan pada emiten sektor transportasi yang terdaftar Bursa Efek Indonesia (BEI), yang sekaligus menjadi subjek penelitian. 3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Metode Penelitian yang Digunakan Adapun metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif analisis dan metode korelasional. Metode deskriptif analisis yaitu metode penelitian yang menuturkan atau menggambarkan situasi yang terjadi pada masa sekarang, kemudian menganalisis serta menginterpretasikan data-data yang diperoleh dengan analisa tertentu. 3.2.2 Operasionalisasi Variabel Definisi variabel menurut (Sugiyono, 2006 : 53) adalah suatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Sesuai dengan penelitian yang penulis pilih yaitu “Pengaruh Nilai Penawaran dan Opini Auditor Terhadap Underpricing Pada Emiten yang Melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia”, maka terdapat tiga variable yang terdiri dari dua variable independen dan satu variable dependen sebagai berikut: 1. Variabel Independen (X) Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat.( Sugiyono, 2006 : 3 ) Variabel Independen dalam penelitian ini adalah Nilai Penawaran sebagai variabel X1 dengan menggunakan nilai saham yang ditawarkan perusahaan pada saat melakukan IPO yang dihitung dengan indikator jumlah lembar saham yang diterbitkan dengan harga penawaran (offering price) (Christy et. al., 1996) dan Opini Auditor sebagai variabel X2 berdasarkan penilaian auditor terhadap laporan keuangan perusahaan yang melakukan IPO dengan indicator laporan keuangan tahunan emiten yang terkait. 2. Variabel Dependen (Y) Variabel dependen adalah variabel terikat, yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. (Sugiyono, 2006:3) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Underpricing dengan menggunakan Initial Return dari perusahaan yang melakukan Initial Public Offering, yaitu dengan indikator selisih antara penutupan harga saham pada hari pertama di pasar sekunder dengan harga saham penawaran perdana dibagi dengan harga saham penawaran perdana (Ardiansyah, 2004).
( )
Keterangan: IR = Initial Return P1 = Harga saham penutupan pasar sekunder hari pertama (Clossing Price) P0 = Harga saham penawaran perdana (Offering Price)
Variabel Nilai Penawaran (X1)
Opini Auditor (X2)
Underpricing (Y)
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Definisi Indikator Nilai penawaran saham merupakan - Jumlah lembar nilai nominal yang ditawarkan dalam saham proses go public yang merupakan - Nilai Saham yang perkalian dari jumlah lembar saham ditawarkan yang ditawarkan dikalikan dengan harga penawaran per ekuitas (Nasirwan,2002). Opini Auditor merupakan suatu - Laporan keuangan laporan yang diterbitkan oleh auditor tahunan perusahaan terdaftar yang menyatakan bahwa pemeriksaan telah dilakukan sesuai dengan norma atau aturan pemeriksaan akuntan disertai dengan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa. (Tobing, 2004) Underpricing adalah suatu kondisi - Jumlah saham dimana penentuan harga saham saat - Harga saham IPO secara signifikan lebih rendah penawaran dibanding dengan harga yang terjadi - Harga saham di pasar sekunder di hari pertama. penutupan (Daljono, 2000: 557)
Skala Rasio
Interval
Rasio
3.2.3 Metode Pengumpulan Data Metoda pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metoda observasi non partisipan yaitu dengan cara : 1. Studi kepustakaan yaitu dengan membaca literatur-literatur bidang ekonomi yang digunakan sebagai landasan kerangka berfikir dan teori yang sesuai dengan topik penelitian. 2. Penelitian dokumenter yaitu dengan menelaah dan menganalisa laporan keuangan emiten dan historis nilai saham yang diterbitkan oleh pihak BEI melalui websitenya yaitu www.idx.co.id 3.2.4 Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang dilakukan penulis adalah dengan menggunakan data sekunder. Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2006 : 402). Data sekunder ini merupakan data yang sifatnya mendukung keperluan data primer seperti buku-buku, literatur dan bacaan yang berkaitan dengan pelaksanaan pengawasan kredit pada suatu bank 3.2.4.1 Jenis Data Data kualitatif dalam penelitian ini adalah data nama-nama perusahaan yang melakukan IPO, dan laporan auditor, sedangkan data kuantitatif adalah data laporan keuangan serta data harga saham penawaran, harga saham harian emiten sector transportasi yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia. 3.2.4.2 Sumber Data Menurut sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder eksternal yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui perantara, seperti orang lain atau dokumen (Sugiyono, 2007).
3.2.5 Populasi dan Sample 3.2.5.1 Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007 : 80).
No. Kode Saham 1. SOCI 2. BIRD 3. LRNA 4. CANI 5. BBRM 6. CPGT 7. LEAD 8. TPMA 9. ASSA 10. NELY 11. TAXI 12. BULL 13. CASS 14. GIAA 15. MBSS 16. PTIS 17. SDMU 18. WINS 19. TRAM 20. WEHA 21. IATA 22. APOL 23. TMAS 24. INDX 25. KARW 26. SDMR 27. MIRA 28. HITS 29. CMPP 30. SAFE 31. ZBRA 32. BLTA 33. RIGS Sumber : www.idx.co.id
Tabel 3.2 Populasi Sasaran Penelitian Emiten Soechi Lines Tbk. Blue Bird Tbk. Ekasari Lorena Tbk. Capitol Nusantara Indonesia Tbk. Pelayaran Nasional Bina Buaya Raya Tbk. Cipaganti Citra Graha Tbk. Logindo Samudra Makmur Tbk. Trans Power Marine Tbk. Adi Sarana Armada Tbk. Pelayaran Nelly Dwi Puteri Tbk. Express Trasindo Utama Tbk. Buana Listya Utama Tbk. Cardig Aero Serveice Tbk. Garuda Indonesia Tbk. Mitra Bahtera Segara Sejati Tbk. Indo Straits Tbk. Sidomulyo Selasar Tbk. Wintewar Offshare Marine Tbk. Trada Maritime Tbk. Panorama Transportasi Tbk. Indonesia Air Transport Tbk. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. Pelayaran Tempuran Mas Tbk. Tanah Laut Tbk. KTSI Jasa Prima Tbk. Samudera Indonesia Tbk. Mira International Research Tbk. Humpuss Interdamada Transport Tbk. Cetris Multipersada Pratama Tbk. Steady Safe Tbk. Zebra Nusantara Tbk. Berlian Laju Tanker Tbk. Rig Tenders Indonesia Tbk.
Tanggal IPO 03 Desember 2014 05 November 2014 15 April 2014 16 Januari 2014 09 Januari 2013 09 Juli 2013 11 Desember 2013 20 Februari 2013 12 November 2012 11 Oktober 2012 02 November 2012 13 Mei 2011 05 Desember 2011 11 Februari 2011 06 April 2011 12 Juli 2011 12 Juli 2011 29 November 2010 10 September 2008 03 Mei 2007 13 September 2006 22 Juni 2005 09 Juli 2003 17 Mei 2001 17 Mei 2001 05 Desember 1999 30 Januari 1997 15 Desember 1997 08 Desember 1994 15 Agustus 1994 01 Agustus 1991 26 Maret 1990 26 Maret 1990
3.2.5.2 Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan atau kriteria tertentu (Sugiyono, 2007). Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.) Emiten sub-sektor transportasi yang melakukan penawaran saham perdana (IPO) selama 10 terakhir. 2.) Perusahaan mengalami underpricing pada penawaran perdana (IPO). 3.) Memiliki informasi atau ketersedian data yang akan digunakan dalam penelitian.
3.3 Rancangan Analisi Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Regresi Linear Berganda. Hal ini terkait dengan judul penelitian yang terdiri dari tiga variabel yaitu Nilai Penawaran (X1), Opini Auditor (X2) dan Underpricing (Y). Hubungan antar variabel tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
X YX 1
Y YX
X
2
Gambar 3.1 Paradigma Penelitian
3.4 Teknik Analisis Data dan Rancangan Pengujian Hipotesis 3.4.1 Uji Asumsi Klasik Sebelum model regresi digunakan untuk menguji hipotesis, diperlukan uji asumsi klasik untuk memastikan bahwa model telah memenuhi kriteria Best Linear Unbiased Estimator (BLUE). Adapun uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) (Ghozali, 2001). Uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal. Lebih lanjut, jika signifikansi di atas 0,05 maka berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji dengan data normal baku, atau data berdistribusi normal. 2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel variabel independen. Jika variabel-variabel saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas adalah nol (Ghozali, 2001). 3. Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan uji Glesjer. Uji ini dilakukan dengan membuat persamaan regresi nilai absolut residual terhadap variabel independen. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2001). 4. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Pengujian autokorelasi ini dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW-test). Menurut Ghozali (2001), pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi ada empat pedoman yaitu: (1) Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi. (2) Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada autokorelasi positif. 61 (3) Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien autokorelasi lebih kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif. (4) Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan. 3.4.2 Regresi Linear Berganda Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Ghozali, 2006). Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan metode analisis Regresi Linear Berganda (Multiple Linear Regression). Analisis ini secara matematis ditulis dengan persamaan sebagai berikut :
Keterangan : Y = Underpricing = Konstanta = Koefisien regresi variable = Nilai Penawaran = Opini Auditor = Erro
Menurut Ghozali (2001), ketepatan dari fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit-nya. Secara statistik diukur dari nilai koefisien determinasi (R2), nilai statistik F (uji kelayakan model) dan nilai statistik t (uji signifikan parameter individual). 1) Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan-kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2001). 2) Uji Kelayakan Model (Uji Statistik F) Uji kelayakan model digunakan untuk menguji apakah semua variabel independen berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu underpricing. Apabila Pvalue < 0,05 maka hubungan variabel-variabel bebas mempengaruhi underpricing, hal ini bermakna bahwa model yang digunakan layak (fit), (Ghozali, 2001). 3) Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji signifikan parameter individual pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Artinya apakah variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan atau tidak terhadap variabel dependen. Pada uji t, nilai t-hitung akan dibandingkan dengan nilai t-
tabel, apabila nilai t-hitung lebih besar daripada nilai t-tabel maka Ha diterima, demikian pula sebaliknya. Selain itu dapat juga dilakukan dengan membandingkan tingkat signifikansinya. Apabila tingkat signifikansi yang dihasilkan lebih kecil daripada 5%, maka Ha diterima, demikian pula sebaliknya (Ghozali, 2001). 3.4.3 Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dapat dilakukan baik secara parsial maupun simultan. Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan dengan uji statistik t (untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen), dengan prosedur sebagai berikut: 1. Penetapan Hipotesis Operasional Pada penetapan hipotesis, hipotesis yang akan diuji dimaksudkan untuk melihat ada tidaknya pengaruh antara variabel-variabel penelitian, hipotesis yang digunakan adalah: Nilai Penawaran secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap Underpricing. Nilai Penawaran secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Underpricing. Opini Auditor secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap Underpricing. Opini Auditor secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Underpricing. Nilai Penawaran dan Opini Auditor secara simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap Underpricing. Nilai Penawaran dan Opini Auditor secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Underpricing. 2. Menentukan tingkat signifikansi (⍺) Tingkat signifikan yang digunakan adalah 95% ( α = 0,05) yang merupakan tingkat signifikansi yang sering digunakan dalam ilmu sosial yang menunjukkan ketiga variabel mempunyai cukup nyata. 3. Uji signifikasi a. Secara parsial menggunakan Uji T b. Secara simultan menggunakan Uji F 4. Kaidah Keputusan Kriteria pengujian ditetapkan dengan membandingkan nilai hitung dan tabel dengan tingkat signifikansi (α = 0,05) dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Terima Ho jika -t α ≤ thitung ≤ t α dan tolak Ho jika t α < thitung < -t α b. Terima Ho jika dan tolak Ho jika 5. Penarikan Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis seperti tahapan diatas maka akan dilakukan analisis secara kuantitatif. Dari hasil analisis tersebut ditarik kesimpulan apakah hipotesis yang telah ditetapkan itu diterima atau ditolak. IV. HASIL PENELITIAN DAN SARAN 4.1
Hasil Penelitian Subjek dalam penelitian ini merupakan emiten sub-sektor transportasi yang memenuhi kriteria sebagai sampel. Jumlah emiten sub-sektor transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terdapat sebanyak 33 perusahaan. Kriteria sampel pertama yaitu emiten sub-sektor transportasi yang melakukan IPO dalam 10 tahun terakhir, yang kemudian didapat
sebanyak 22 perusahaan. Kriteria selanjutnya yaitu perusahaan mengalami Underpricing pada saat melakukan IPO dan memiliki ketersediaan data. Dari 22 perusahaan sebelumnya diambil sebanyak 9 perusahaan yang tidak mengalami Underpricing. Maka terdapat 13 perusahaan yang mengalami Underpricing pada saat melakukan IPO dalam penelitian ini. Berikut merupakan tabel pengambilan sampel penelitian berdasarkan metode Purposive Sampling. Tabel 4.5 Data Nilai Penawaran, Opini Auditor dan Underpricing Emiten Sub-sektor Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Code Nilai Penawaran Underpricing No. Nama Perusahaan Opini Auditor Saham (Rp.) (%) Wajar tanpa 1. BIRD Blue Bird Tbk. 6500 12.75% pengecualian Wajar tanpa Capitol Nusantara 2. CANI 200 pengecualian dengan 16.32% Indonesia Tbk. paragraph penjelas Wajar tanpa 3. SOCI Soechi Lines Tbk. 550 11.29% pengecualian Trans Power Marine Wajar tanpa 4. TPMA 230 22.03% Tbk. pengecualian Adi Sarana Armada Wajar tanpa 5. ASSA 390 20.4% Tbk. pengecualian Pelayaran Nelly Dwi Wajar tanpa 6. NELY 168 18.04% Puteri Tbk. pengecualian Express Trasindo Wajar tanpa 7. TAXI 560 11.11% Utama Tbk. pengecualian Buana Listya Utama Wajar tanpa 8. BULL 155 6.63% Tbk. pengecualian Wajar tanpa Mitra Bahtera Segara 9. MBSS 1600 pengecualian dengan 5.88% Sejati Tbk. paragraph penjelas Wajar tanpa 10. PTIS Indo Straits Tbk. 950 41.72% pengecualian Wajar tanpa Sidomulyo Selasar 11. SDMU 225 pengecualian dengan 6.25% Tbk. paragraph penjelas Wajar tanpa 12. TRAM Trada Maritime Tbk. 125 21.38% pengecualian Panorama Wajar tanpa 13. WEHA 245 48.20% Transportasi Tbk. pengecualian Sumber: Data Diolah
4.2 Pembahasan 4.2.1 Nilai Penawaran, Opini Auditor dan Underpricing Pada Emiten Sub-sektor Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 1. Nilai Penawaran Pada Emiten Sub-sektor Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Diketahui bahwa emiten yang mempunyai nilai penawaran tertinggi selama sepuluh tahun terakhir adalah PT. Blue Bird Tbk. dengan nilai penawaran sebesar Rp. 6.500,- per lembar sahamnya. Saham dengan kode saham BIRD tersebut dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 05 November 2014 dengan jumlah lembar saham sebanyak 376.500.000 lembar. Sedangkan hal berbeda ditunjukan oleh PT. Trada Maritime Tbk. yang memiliki nilai penawaran terkecil sebesar Rp. 125,- perlembar sahamnya. Saham dengan kode saham TRAM tersebut dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 10 Septemeber 2008 dengan jumlah lembar saham yang lebih banyak yaitu sebanyak 4.000.000.000 lembar.
2.
Opini Auditor Pada Emiten Sub-sektor Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Berdasarkan data yang didapat hampir setiap emiten yang menjadi sampel mendapatkan opini atau pendapat yang wajar tanpa pengecualian. Namun dari jumlah sampel yang didapat hanya ada 3 emiten yang mendapatkan wajar tanpa pengecualian dengan paragraph penjelas, yaitu PT. Capitol Nusantara Indonesia Tbk., PT. Mitra Bahtera Segara Sejati Tbk., dan PT. Sidomulyo Selasar Tbk. perusahaan tersebut pada dasarnya mendapatkan hasil opini yang wajar namun pendapat tersebut dibarengi dengan paragraph penjelas. Sedangakan sisa emiten yang lain mendapatkan wajar tanpa pengecualian. Pendapat tersebut diklasifikasikan dengan nilai ordinal dimana wajar tanpa pengecualian diberi nilai 1 dan wajar tanpa pengecualian dengan paragraph penjelas diberi nilai 0. 3. Underpricing Pada Emiten Sub-sektor Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Perusahaan yang mengalami kejadian underpricing dengan persentase tertinggi dialami oleh PT. Panorama Transportasi Tbk. dimana emiten dengan kode saham WEHA tingkat underpricing yang dialaminya sebesar 0,4820 atau 48,2%. Hal tersebut ditunjukan dengan data harga perdananya sebesar Rp. 245,- perlembar saham ditutup dengan harga penutupan sebesar Rp. 473,- perlembar pada saat hari pertama di pasar sekunder dengan jumlah lembar saham sebanyak 128.000.000 lembar. Dilain pihak PT. Mitra Bahtera Sagara Sejati dengan kode saham MBSS mendapatkan tingkat underpricing terkecil yaitu sebesar 0,0588 atau 5.88%. angka tersebut bahkan berada dibawah nilai rata-rata underpricing secara keselurahan yaitu sebesar 0,1303 atau 13,03%. Hal ini dapat dilihat dari harga perdananya yang sebesar Rp. 1.600,- perlembar berubah menjadi sebesar Rp.1.700,- perlembarnya pada saat penutupan pasar sekunder dengan jumlah lembar saham sebanyak 175.000.000 lembar. 4.2.2 Hasil Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas data dilakukan untuk melihat nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model yang memiliki nilai residual yang terdistribusi normal (Ghozali, 2001). Dalam penelitian ini, untuk menguji normalitas residual, digunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil uji normalitas residual menunjukkan bahwa residual berdistribusi normal, karena residualnya (Asymp. Sig. (2tailed)) yaitu sebesar 0,252 > 0,05 (lampiran 4). Jadi dapat disimpulkan bahwa model memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. 2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji adanya korelasi antar variabel independen dalam model regresi (Ghozali, 2001). Uji multikolinearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan berdasarkan tolerance value dan Variance Inflation Factor (VIP). Batas tolerance value adalah 0,10 dan VIF adalah 10. Apabila nilai tolerance value kurang dari 0,10 atau VIF lebih besar dari 10 maka terjadi multikolinearitas. Berdasarkan hasil uji multikolinearitas dapat diketahui bahwa tolerance value semua variabel independen berada di atas 0,10 atau 0,994 > 0,10 dan nilai Variance Inflation Factor (VIP) dibawah 10 atau 1,006 < 10 (lampiran 4) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam persamaan regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini. 3. Uji Heteroskedatisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui terjadinya ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain dalam model regresi. Jika variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2001). Dalam penelitian ini uji heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Glejser yaitu dengan meregresi
nilai absolut residual terhadap variabel-variabel independen. Berdasarkan hasil uji Glejser, diketahui bahwa tingkat signifikansi dari masing-masing variabel bebas adalah (0,330), (0,377), (0,338) > (0,05) atau 5% (lampiran 4). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan mempengaruhi nilai absolut. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas. 4. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) dalam model regresi. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali, 2001). Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW-test). Nilai DW sebesar 1,538 dibandingkan dengan ketentuan nilai Durbin Watson yaitu berada pada nilai DW sebesar 1,10 hingga 1,54 (lampiran 4) berarti tanpa kesimpulan, karena dari hail tersebut hampir mendekati tidak ada autokorelasi maka bisa dikatakan tidak terdapat autokorelasi pada persamaan regresi dalam penelitian ini. 4.2.3 Analisis Linear Berganda Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 16.0, maka dapat disusun persamaan regresi bergandanya sebagai berikut : (
)
(
)
Dari persamaan regresi berganda tersebut dapat diinterpretasikan bahwa ⍺ (konstanta) sebesar 0,104 atau 10,4% menyatakan bahwa jika variable bebas atau nilai penawaran dan opini auditor memiliki nilai 0, maka underpricing adalah sebesar 0,104 atau 10,4%. Kemudian (koefisie regresi variable X1) sebesar (-1,388) atau -138,8% menyatakan bahwa jika variable bebas lain berniail tetap dan variable X1 atau nilai penawaran mengalami kenaikan 1% maka akan mempengaruhi underpricing sebesar (-1,388) atau -138,8%. Kemudian (koefisie regresi variable X2) sebesar 0,123 atau 12,3% menyatakan bahwa jika variable bebas lain berniail tetap dan variable X2 atau opini audior mengalami kenaikan 1% maka akan mempengaruhi underpricing sebesar 0,123 atau 12,3% (lampiran 4). 4.2.4 Pengaruh Secara Parsial Nilai Penawaran dan Opini Auditor Terhadap Underpricing Pada Emiten Sub-sektor Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 1. Pengaruh secara Parsial Nilai Penawaran Terhadap Underpricing Pada Emiten Subsektor Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Ada tidaknya hubungan antara nilai penawaran dengan underpricing dapat dilihat dari nilai r yang diperoleh yaitu sebesar -0,184 (lampiran 4). negatifnya nilai r menunjukkan bahwa niali penawaran dengan underpricing memiliki hubungan yang negatif, artinya ketika nilai penawaran menurun maka underpring akan meningkat, dan begitupun sebaliknya. Dilihat dari besarnya r yaitu -0,184 termasuk dalam kategori yang sangat rendah. Untuk melihat besarnya pengaruh nilai penawaran terhadap underpricing dapat dilihat dari nilai koefisien determinasinya (r2) yaitu sebesar 0,04 atau 4%. Hal ini menunjukan bahwa prosentase sumbangan pengaruh nilai penawaran terhadap underpricing adalah sebesar 4%, sedangkan sisanya sebesar 96% dipengaruhi oleh variable lain yang tidak dimasukan dalam model penelitian ini. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 16.0, untuk melihat tingkat signifikansinya di cari dengan cara menggunakan uji t, dengan membandingkan thitung dan ttabel dengan tingkat signifikasninya ⍺ = 0,05 : 2 = 0,025 (uji 2 sisi)
dan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 13-2-1 = 10. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa nilai thitung adalah -0,646 dan ttabel adalah 2,228. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa - ttabel (-2,228) < thitung (-0,646) atau jika dibandingkan tingkat signifikansinya 0,553 lebih besar dari pada ⍺ = 0,025 (uji dua sisi) maka Ho diterima. 2. Pengaruh secara Parsial Opini Auditor Terhadap Underpricing Pada Emiten Subsektor Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Ada tidaknya hubungan antara nilai penawaran dengan underpricing dapat dilihat dari nilai r yang diperoleh yaitu sebesar 0,414 (lampiran 4). positifnya nilai r menunjukkan bahwa opini auditor dengan underpricing memiliki hubungan yang positif, artinya ketika opini auditor menurun maka underpring akan menurun, dan begitupun sebaliknya. Dilihat dari besarnya r yaitu 0,414 termasuk dalam kategori yang sedang. Untuk melihat besarnya pengaruh opini auditor terhadap underpricing dapat dilihat dari nilai koefisien determinasinya (r2) yaitu sebesar 0,173 atau 17,3% . Hal ini menunjukan bahwa prosentase sumbangan pengaruh variable independen terhadap variable dependen adalah sebesar 17,3%, sedangkan sisanya sebesar 82,7% dipengaruhi oleh variable lain yang tidak dimasukan dalam model penelitian ini. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 16.0, untuk melihat tingkat signifikansinya di cari dengan cara menggunakan uji t, dengan membandingkan thitung dan ttabel dengan tingkat signifikasninya ⍺ = 0,05 : 2 = 0,025 (uji 2 sisi) dan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 13-2-1 = 10. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa nilai thitung adalah 1,452 dan ttabel adalah 2,228. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa thitung (1,452) < ttabel (2,228) atau jika dibandingkan tingkat signifikansinya 0,177 lebih besar dari pada ⍺ = 0,025 (uji dua sisi) maka Ho diterima. 4.2.5 Pengaruh Secara Simultan Nilai Penawaran dan Opini Auditor Terhadap Underpricing Pada Emiten Sub-sektor Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Ada tidaknya hubungan antara nilai penawaran dan opini auditor dengan underpricing dapat dilihat dari nilai r yang diperoleh yaitu sebesar 0,439 (lampiran 4). Positifnya nilai r menunjukkan bahwa niali penawaran dan opini auditor dengan underpricing memiliki hubungan yang positif, artinya ketika nilai penawaran dan opini auditor secara bersamaan menurun maka underpring akan menurun, dan begitupun sebaliknya. Dilihat dari besarnya r yaitu 0,439 termasuk dalam kategori yang sedang. Untuk melihat besarnya pengaruh nilai penawaran dan opini auditor terhadap underpricing dapat dilihat dari nilai koefisien determinasinya (r2) yaitu sebesar 0,193 atau 19,3% . Hal ini menunjukan bahwa prosentase sumbangan pengaruh variable independen yaitu niali penawaran dan opini auditor terhadap variable dependen yaitu underpricing adalah sebesar 0,193 atau 19,3%, sedangkan sisanya sebesar 0,807 atau 80,7% dipengaruhi oleh variable lain yang tidak dimasukan dalam model penelitian ini. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 16.0, untuk melihat tingkat signifikansinya di cari dengan cara menggunakan uji F, dengan membandingkan Fhitung dan Ftabel dengan tingkat signifikasninya ⍺ = 0,05 dan derajat kebebasan df1 = jumlah variable - 1 atau 3-1 = 2 dan df2 = n-k-1 atau 13-2-1 = 10. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa nilai Fhitung adalah 1,196 dan Ftabel adalah 4,102. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa Fhitung (1,196) < Ftabel (4,102) atau jika dibandingkan tingkat signifikansinya 0,342 lebih besar dari pada ⍺ = 0,05 maka Ho diterima.
V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai nilai penawaran dan opini auditor terhadap underpricing pada emiten sub-sektor transportasi yang melakukan IPO yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Nilai penawaran, opini auditor dan underpricing pada emiten sub-sektor transportasi yang terdaftar di BEI - Nilai Penawaran pada emiten sub-sektor transportasi yang melakukan IPO dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia memiliki nilai yang sangat bervariasi, yang berarti setiap emiten memiliki kelebihan masing-masing dalam menawarkan nilai saham-sahamnya. - Opini Auditor pada emiten sub-sektor transportasi yang melakukan IPO dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia, seluruh emiten mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian. Namun ada beberapa emiten yang wajar tanpa pengecualiannya ditambahi dengan paragraph penjelas. - Underpricing pada emiten sub-sektor transportasi yang melakukan IPO dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia juga sangat bervariatif, besar kecilnya underpricing tidak berarti menunjukan tingkat kinerja yang baik atau punyang buruk, hal ini karena perbedaan dari beberapa factor lain. 2. Secara parsial nilai penawaran berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap underpricing, sedangkan opini auditor berpengaruh positif tidak signifikan terhadap underpricing. 3. Secara simultan nilai penawaran dan opini auditor berpengaruh positif tidak signifikan terhadap underpricing.. 5.2
Saran Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan yang telah dikemukakan di atas, penulis mencoba memberikan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kemajuan emiten sub-sektor transportasi yang yang terdaftar maupun bagi peneliti selanjutnya, adapun saran tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bagi emiten sub-sektor transportasi yang melakukan IPO dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia Perusahaan transportasi selayaknya selalu memperhitungkan segala hal yang akan berpengaruh pada underpricing saham pada saat melakukan IPO. Untuk mengatisipasi hal tersebut dibutuhkan informasi baik itu informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan yang terdiri atas laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Ataupun non akuntansi yang berupa umur perusahaan, auditor, penjamin emisi, ukuran perusahaan dan informasi lainnya, selain itu informasi bisa berasal dari internal perusahaan berupa kelebihan dan kekurangan perusahaan ataupun ekternal perusahaan berupa kesempatan dan ancaman dari pihak lain. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Penelitian dapat dilakukan pada ruang lingkup yang lebih besar, luas, dan mendalam, karena penelitian ini hanya dilakukan pada emiten sub-sektor transportasi yang melakukan IPO dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. b. Penelitian selanjutnya dapat memasukkan variable-variabel lainnya yang mempengaruhi underpricing seperti reputasi underwritter, reputasi auditor, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dll. Namun akan lebih bagus lagi apabila peneliti bisa menggunaka varibel yang belum pernah digunakan pada penelitian sebelumnya.
Sehingga dapat memberikan informasi baru yang berguna baik itu bagi para peneliti lain maupun bagi perusahaan yang sebelumnya belum pernah mempertimbangkan kemungkinan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Ang, Robert. 2009. Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft Indonesia. Ardiansyah, Misnen, 2004, Pengaruh Variabel Keuangan Terhadap Return Awal dan Return 15 Hari Setelah IPO Serta Moderasi Besaran Perusahaan Terhadap Hubungan Antara Variabel Keuangan Dengan Return Awal dan Return 15 Hari Setelah IPO di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.7, No. 2. Asril Sitompul. 2006. Pasar Modal : Penawaran Umum dan Permasalahannya. Jakarta: Citra Aditya Bakti. Beatty, Randolph P., 2006, Auditor Reputation and The Pricing of Initial Public Offerings, The Accounting Review, Vol. XLIV, No. 4, October. Bursa Efek Indonesia. 2015. Jakarta: http://www.idx.co.id Chishty M., I. Hasan and S.D.Smith, A Note On Underwriter Competition And Initial Public Offerings, Journal of Business Finance and Accounting, 23 (5) & (6), July. Daljono. 2000. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Initial Return Saham yang Listing di BEJ Tahun 1990-1997. Makalah Seminar, Seminar Nasional Akuntansi III. Depok. Darmadji, T dan Fakhrudin M.H. 2001. Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat. De Lorenzo, Massimo and Stefano Fabrizio. 2001. Asymetric Information and The Role of Underwriter, The Prospectus and The Analyst in Underpricing of IPO. The Italian Case. Ernyan dan Suad Husnan, 2002, Perbandingan Underpricing Penerbitan Saham Perdana Perusahaan Keuangan Dan Non-Keuangan Di Pasar Modal Indonesia: Pengujian Hipotesis Asimetri Informasi, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.17, No. 4. Guiness, Paul Mc. 2002. An Examination of The Underpricing of Initial Public Offering in Hongkong: 1980-1990. Journal of Business Finance and Accounting. 19 (2). Hanafi, M. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE. Handayani, Sri R. 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Jakarta. Tesis Universitas Diponegoro. Semarang Hapsari, Venita A. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Penawaran Umum Perdana di BEI. Skripsi Universitas Diponegoro. Semarang
Jogiyanto. 2007. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi ke-6. Yogyakarta: BPFE. Kim, Jeong-Bon, Itzhak Krinsky and Jason Lee, 2003, Motives For Going Public and Underpricing: New Findings From Korea, Journal Of Business Finance and Accounting, Vol. XX, No. 2 Kim, Keneth, A. and Hyun Shan Shin. 2001. The Underpricing of Seasoned Equity Offerings: 1983-1998. Klein, A. 1996. Can Investors Use The Prospectus to Price Initial Public Offerings. Journal of Financial Statement Analysis 2 Kristiani, I Dewa A. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Indonesia. Tesis Universitas Udayana. Denpasar. Mohammad Nazir. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nasirwan, 2002, Reputasi Penjamin Emisi, Return Awal, Reurn 15 Hari Sesudah IPO, dan Kinerja Perusahaan Satu Tahun Sesudah IPO di BEJ, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 5, No.1, Januari Reese, J., William A. 2007. IPO Underpricing, Trading Volume and Investor Interest. Riduan Tobing dan Nirwana. 2004. Kamus Istilah Akuntansi. Jakarta: Atalya Rileni Sucedo Ritter, Jay R., 2001, The Long – Run Performance of Initial Public Offerings, The Journal Of Finance, Vol. XLVI, No.1, Maret Rock, K. 2000. Why New Issues are Underpriced. Journal of Financial Economics 15. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kesembilan. Bandung: CV. ALFABETA. Charles Suryadi. 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana (IPO) Dan Kinerja Return Saham Setelah IPO di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Universitas Khatolik Soegijapranata. Soemarang. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.