PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Rusdi Setiono1, Sri Hastuti Noer2, Widyastuti2
[email protected] 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika 2 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika
ABSTRAK
This quasi experimental research aimed to know the effect of the cooperative learning model of group investigation type towards the studentβs mathematical problem solving skill. The research design which was used was posttest only control group design. The population of this research was all grade tenth students of even semester of SMA Paramarta 1 Seputih Banyak in academic year of 2013/2014. The sampling was done by choosing two of four classes randomly. Based on result of data analysis, it was concluded that the cooperative learning model of group investigation type did not effect the studentβs mathematical problem solving skill. Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe group investigation terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Desain penelitian yang digunakan adalah posttest only control group design. Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas X semester genap SMA Paramarta 1 Seputih Banyak tahun pelajaran 2013/2014. Penentuan sampel dilakukan dengan memilih dua dari empat kelas secara acak. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe group investigation tidak berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Kata kunci : group investigation, konvensional, pemecahan masalah matematis
mengasah
PENDAHULUAN
kemampuan
berpikir
logis, kreatif, analitis, dan kritis, Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat menentukan kemajuan suatu bangsa. Ihsan (2011: 2) menyatakan bahwa pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa adanya pendidikan suatu kelompok manusia tidak akan dapat berkembang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, dalam kehidupan, manusia harus mengembangkan dirinya melalui pendidikan. Salah
satu
unsur
tombak pengembangan potensi diri kegiatan
pembelajaran.
Keberhasilan suatu pembelajaran bukan hanya diarahkan pada keberhasilan mencapai nilai yang memenuhi standar, tetapi juga diarahkan pada pencapaian kompetensi.
tika, salah satu tujuan yang ingin adalah
siswa
memiliki
kemampuan memecahkan masalah. Widjajanti (2009) mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran matematika, masalah
kemampuan adalah
pemecahan
sarana
mengembangkan
suatu
permasalahan
matematis.
Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan kemampuan yang
dimiliki
seseorang
dalam
menyelesaikan masalah matematis terkait dunia nyata yang bersifat non rutin. Dalam memecahkan masalah terdapat
empat
indikator,
yaitu
memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah, dan melakukan pengecekan kembali. Berdasarkan
hasil
survei
PISA (Programme for International Student
Assesment)
2012
pada
bidang matematika yang mengukur kecakapan siswa dalam mengimplementasikan masalah di kehidupan nyata, diketahui bahwa Indonesia menempati peringkat ke 64 dari 65 negara yang disurvei dengan nilai
Pada pembelajaran matema-
dicapai
dapat
pola pikirnya dalam memecahkan
dalam
pendidikan yang menjadi ujung
adalah
sehingga
untuk
rata-rata
kemampuan
matematis
yaitu 375 dari nilai standar rata-rata internasional adalah 494 (OECD, 2012). Pada survei PISA tersebut, salah satu indikator kognitif yang dinilai adalah kemampuan pemecahan masalah matematis.
Pada Third and
studi
TIMSS
International Science
Study)
(The
Rendahnya kemampuan pe-
Mathematics
mecahan masalah matematis juga
dilakukan
dialami
siswa
kelas
X
SMA
pengukuran terhadap ranah kognitif
Paramarta 1 Seputih Banyak. Hal ini
siswa yang terbagi dalam tiga
didasarkan pada hasil wawancara
domain, yaitu knowing, apllying dan
dengan
reasoning. Domain knowing, men-
menyatakan bahwa sebagian besar
cakup fakta, konsep, dan prosedur
siswa hanya mampu mengerjakan
yang perlu diketahui oleh siswa
soal rutin. Ketika siswa dihadapkan
untuk menuju ke domain applying
dengan soal yang menuntut kemam-
yang berfokus pada kemampuan
puan untuk memecahkan permasa-
siswa dalam menerapkan penge-
lahan matematis, mereka mengalami
tahuan untuk memecahkan masalah.
kesulitan untuk mengerjakannya.
guru
matematika
yang
Domain reasoning, selain menemu-
Kemampuan pemecahan ma-
kan solusi dari masalah rutin tetapi
salah matematis siswa yang rendah,
juga mencakup situasi asing, kon-
salah satunya disebabkan oleh pene-
teks yang kompleks, dan multistep
rapan model pembelajaran yang
problems. Rata-rata persentase ja-
kurang tepat. Berdasarkan observasi
waban benar siswa Indonesia pada
yang dilakukan di SMA Paramarta 1
survey TIMSS tahun 2011, yaitu:
Seputih Banyak diperoleh informasi
31% untuk knowing, 23% untuk
bahwa guru masih menggunakan
apllying dan 17% untuk reasoning.
pembelajaran konvensional. Pembe-
Rata-rata tersebut jauh dibawah
lajaran ini kurang mengembangkan
rata-rata persentase jawaban benar
kemampuan siswa dalam meme-
international
cahkan permasalahan matematis.
yaitu:
49%
untuk
knowing, 39% untuk applying, dan
Untuk mengembangkan ke-
30% untuk reasoning (Mullis et al,
mampuan
pemecahan
2012: 132). Rendahnya persentase
matematis dapat dilakukan dengan
pada domain apllying dan reasoning
menerapkan
menunjukkan rendahnya kemampu-
kooperatif. Pembelajaran kooperatif
an pemecahan masalah matematis
adalah pembelajaran yang meng-
siswa di Indonesia.
utamakan kerjasama dan menuntut
model
masalah
pembelajaran
siswa agar lebih berperan aktif
pembelajaran kooperatif tipe group
dalam menyelesaikan masalah di
investigation dikatakan berpengaruh
kelompoknya.
jika kemampuan pemecahan masa-
Salah satu tipe pembelajaran kooperatif
adalah
group
inves-
lah matematis siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe group
tigation. Group investigation adalah
investigation
pembelajaran dalam kelompok kecil
kemampuan
pemecahan
yang
matematis
pada
memberikan
kesempatan
kepada siswa untuk menentukan
lebih
tinggi
dari
masalah
pembelajaran
konvensional.
topik, mengidentifikasinya, merencanakan, untuk
dan
menentukan
mempelajarinya
cara
melalui
investigasi di dalam kelompok. Pada pembelajaran group investigation, guru
membagi
kelas
menjadi
beberapa kelompok dengan anggota 4 atau 5 siswa yang heterogen dengan mempertimbangkan minat yang sama dalam topik tertentu. Kegiatan investigasi dalam pembelajaran ini menuntun siswa untuk mendapatkan
pengetahuan
yang
baru melalui diskusi siswa dalam rangka
memecahkan
METODE PENELITIAN
masalah
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Paramarta 1 Seputih Banyak yang terbagi dalam empat kelas. Setiap kelas di sekolah tersebut memiliki rata-rata
kelas unggulan. Penentuan sampel penelitian ini dilakukan dengan cara memilih dua dari empat kelas secara acak sehingga diperoleh kelas X-1 sebagai kelas eksperimen, dan kelas X-2 sebagai kelas kontrol. Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk pengaruh
model
pembelajaran kooperatif tipe group investigation terhadap kemampuan pemecahan
masalah
matematis
siswa. Dalam penelitian ini, model
matematis
yang relatif sama dan tidak ada
matematis.
mengetahui
kemampuan
ini
merupakan
penelitian eksperimen semu yang menggunakan post-test only control group design. Data penelitian ini adalah data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa berupa data
kuantitatif
melalui post-test.
yang
diperoleh
Instrumen
penelitian
ini
berupa tes kemampuan pemecahan masalah kemampuan
matematis. pemecahan
(valid), 0,64 (valid), (valid).
Indikator masalah
dan 0,79
Pengujian menggunakan
reliabilitas rumus
tes
Alpha.
matematis yang digunakan pada
Sudijono (2011: 208) menyatakan
penelitian ini yaitu: 1) merumuskan
suatu tes dikatakan baik apabila
masalah, 2) merencanakan strategi
memiliki koefisien reliabilitas lebih
penyelesaian, 3) menerapkan stra-
dari atau sama dengan 0,70. Hasil
tegi penyelesaian masalah, 4) meng-
perhitungan menunjukkan bahwa tes
uji kebenaran jawaban.
yang digunakan dalam penelitian ini
Pada penelitian ini, validitas
memiliki koefisien reliabilitas sebe-
instrumen yang digunakan adalah
sar 0,74 sehingga instrumen tes ke-
validitas isi dan validitas butir soal.
mampuan pemecahan masalah mate-
Pada validitas isi, suatu tes dikate-
matis memiliki reliabilitas yang
gorikan valid apabila telah di-
baik.
nyatakan sesuai dengan indikator
Dari hasil post-test diperoleh
yang diukur berdasarkan penilaian
data yang digunakan dalam menguji
guru mata pelajaran matematika.
hipotesis penelitian. Sebelum mela-
Berdasarkan penilaian guru mata
kukan uji hipotesis penelitian maka
pelajaran matematika instrumen tes
dilakukan uji prasyarat, yaitu uji
yang digunakan dinyatakan valid.
normalitas dan uji homogenitas.
Selanjutnya, dilakukan uji coba di
Uji
normalitas
yang
di-
kelas XI IPA 1 untuk mengetahui
gunakan pada penelitian ini adalah
validitas butir soal dan reliabilitas
uji Chi-Kuadrat. Berdasarkan hasil
tes.
perhitungan diperoleh bahwa pada Pengujian validitas butir soal
kelas eksperimen nilai Ο2 βππ‘π’ππ =
menggunakan uji korelasi product
5,24 dan Ο2 π‘ππππ = 7,81 sedangkan
moment. Berdasarkan hasil perhitu-
pada kelas kontrol nilai Ο2 βππ‘π’ππ =
ngan diperoleh hasil untuk item soal nomor 1, 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut yaitu 0,74 (valid), 0,34 (valid), 0,93
2,37 dan Ο2 π‘ππππ = 7,81. Hasil tersebut menunjukkan bahwa data pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol
Ο2 βππ‘π’ππ <
memiliki
Ο2 π‘ππππ . Dengan demikian, pada taraf signifikan 5%, H0 diterima. Hal ini berarti data kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
sional,
yaitu
291,72.
Hal
ini
menunjukkan bahwa lebih banyak skor siswa pada pembelajaran group investigation yang tersebar jauh dari rata-rata skor dibanding dengan skor
normal. Uji homogenitas pada penelitian
data pada pembelajaran konven-
ini
menggunakan
uji
siswa pada pembelajaran konvensional. Dari hasil uji prasyarat, data
Bartlett. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh Ο2 βππ‘π’ππ = 0,04 dan Ο2 π‘ππππ = 3,84. Hasil ini menunjuk2
kan bahwa Ο
2
βππ‘π’ππ
< Ο
π‘ππππ
. Hal
kemampuan
pemecahan
masalah
matematis siswa berdistribusi normal dan homogen, maka uji kesamaan dua rata-rata dilakukan dengan
ini berarti pada taraf signifikan 5%,
menggunakan
H0 diterima.
hasil perhitungan uji-t diperoleh
Dengan demikian,
varian kedua kelompok sama.
uji-t.
Berdasarkan
π‘βππ‘π’ππ = 0,39 dan π‘π‘ππππ = 1,68.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Oleh karena itu, π‘βππ‘π’ππ < π‘π‘ππππ pada taraf signifikan 5% maka H0
Hasil pengolahan data ke-
diterima. Hal ini berarti kemampuan
mampuan pemecahan masalah mate-
pemecahan
matis siswa menunjukkan bahwa
siswa pada model pembelajaran
rata-rata
kemampuan
kooperatif tipe group investigation
masalah
matematis
pemecahan siswa
pada
tidak
masalah
berbeda
matematis
secara
signifikan
pembelajaran group investigation,
dengan
kemampuan
yaitu 64,10 lebih tinggi daripada
masalah
matematis
rata-rata
kemampuan
pembelajaran konvensional.
masalah
matematis
pemecahan siswa
pada
Selain
pemecahan siswa
dilakukan
pada
analisis
pembelajaran konvensional, yaitu
data kemampuan pemecahan masa-
62,37. Bila dilihat dari varian,
lah matematis, pada penelitian ini
diketahui bahwa varian data pada
dilakukan
pembelajaran group investigation,
indikator kemampuan pemecahan
yaitu 316,44 lebih tinggi dari varian
analisis
pencapaian
masalah matematis disajikan pada
siswa karena siswa dalam proses
tabel sebagai berikut.
pembelajaran selalu kesulitan untuk melakukannya.
Tabel 1. Rekapitulasi Data Pencapaian Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa No
1. 2.
3.
4.
Indikator
Merumuskan masalah Merencanakan strategi penyelesaian Menerapkan strategi penyelesaian masalah Menguji kebenaran jawaban Rata-rata
Pembel ajaran group investig ation
Pembel ajaran konven sional
85,00 % 86,13 % 74,17 % 73,39 %
57,08 % 52,82 %
65,24 % 63,50 %
rumuskan masalah. Hal ini karena pada kegiatan pembelajaran, siswa telah dibiasakan untuk merumuskan masalah. Indikator paling rendah yang dicapai oleh siswa adalah menguji kebenaran jawaban. Hal ini karena pada kegiatan pembelajaran, kesulitan
untuk
menguji kebenaran suatu jawaban. penelitian
indikator pada kedua kelas tersebut, terlihat pencapaian indikator untuk merumuskan masalah pada pembelajaran group investigation kurang dari
pembelajaran
konvensional.
tidak berbeda jauh. Hal ini karena
tigation, pandai
44,72 % 41,67 %
dicapai oleh siswa adalah me-
Pada
pencapaian
pada pembelajaran group inves-
bahwa indikator paling tinggi yang
masih
analisis
Namun, selisih antara kedua kelas
Berdasarkan Tabel 1, terlihat
siswa
Dari
Jannah
(2013)
dinyatakan bahwa menguji kebenaran suatu jawaban adalah indikator paling rendah yang dicapai oleh
beberapa cenderung
siswa malas
yang dalam
pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan Syah (2012: 149), bahwa siswa yang pandai akan cenderung malas melakukan aktivitas belajar, mudah bosan, bahkan meremehkan karena menganggap pelajaran yang disajikan terlampau mudah baginya. Akibatnya, pada saat
dilakukan
tes
kemampuan
pemecahan masalah, siswa mengalami kesulitan dalam merumuskan masalah. Walaupun demikian, ratarata pencapaian indikator kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada pembelajaran group investigation lebih tinggi daripada rata-rata
pencapaian
indikator
kemampuan
pemecahan
masalah
matematis siswa pada pembelajaran
mengerjakan LKK, langsung dilakukan evaluasi.
konvensional. Hal ini menunjukkan
Pada pertemuan selanjutnya,
bahwa dalam pembelajaran group
kegiatan pembelajaran group inves-
investigation siswa lebih terlatih
tigation dapat dilaksanakan sesuai
dalam
masalah.
dengan langkah-langkah yang telah
Dengan adanya diskusi kelompok,
ditetapkan. Guru membagikan LKK
siswa dapat mengimplementasikan
yang berisi masalah untuk diinves-
pengetahuan dan pengalaman yang
tigasi secara berkelompok. Setelah
dimiliki untuk memecahkan masalah
berdiskusi, masing-masing perwa-
bersama-sama. Pada pembelajaran
kilan kelompok mempresentasikan
konvensional siswa kurang terlatih
hasil investigasi dari kelompoknya
dalam memecahkan masalah, karena
sesuai dengan topik yang dipilih,
siswa menyelesaikan masalah secara
sedangkan untuk kelompok lain
mandiri
mengajukan
memecahkan
dengan
langkah-langkah
pertanyaan
dan
yang telah dicontohkan oleh guru,
menanggapi hasil presentasi. Suadi
sehingga
meng-
(2012) menyatakan bahwa siswa
eksplorasi kemampuannya dalam
diberi kesempatan untuk bertanya
memecahkan masalah.
dan menanggapi hasil presentasi
siswa
Pada
kurang
pertama
agar terjadi proses saling bertukar
group
pengetahuan yang dapat menambah
investigation cukup sulit. Terlihat
pengalaman belajar siswa. Setelah
bahwa
mampu
selesai melakukan presentasi, guru
beradaptasi dengan tahapan-tahapan
bersama siswa mengevaluasi semua
dalam pembelajaran group inves-
materi yang telah dipelajari dan di
tigation. Pada kegiatan diskusi, ter-
akhir pembelajaran siswa dengan
lihat ada beberapa kelompok yang
tuntunan
mengalami kesulitan dalam menger-
pembelajaran yang diperoleh pada
jakan LKK. Kegiatan presentasi
pertemuan tersebut.
penerapan
pertemuan pembelajaran
siswa
belum
kelompok belum terlaksana karena
guru
menyimpulkan
Meskipun kegiatan pembela-
keterbatasan waktu, sehingga se-
jaran
telah
sesuai dengan langkah-langkahnya,
semua
kelompok
selesai
group
investigation
telah
tetapi pada penelitian ini masih
Pada
penelitian
lanjutan
terlihat beberapa kelompok yang
Yuliani di kelas yang sama me-
tidak serius mengikuti
kegiatan
nunjukkan penerapan pembelajaran
diskusi. Kondisi ini menunjukkan
group investigation dapat mening-
bahwa
katkan
siswa
kemampuan
kurang
memiliki
berkomunikasi
kemampuan
pemecahan
dan
masalah
matematis
berinteraksi sosial dalam berdiskusi.
tersebut
karena
Sebagaimana
dikemukakan
sebelumnya siswa sudah belajar
oleh Slavin (2011: 215), bahwa
dengan pembelajaran group investi-
keberhasilan
gation sehingga siswa telah terbiasa
yang
implementasi
dari
siswa.
pada
Hal
penelitian
model pembelajaran kooperatif tipe
dengan
group investigation menuntut ke-
Selain itu, siswa juga terlihat lebih
mampuan berkomunikasi dan ber-
aktif dalam berdiskusi. Kondisi
interaksi sosial. Hal ini menyebab-
pembelajaran pada penelitian lan-
kan penerapan pembelajaran group
jutan menunjukkan bahwa siswa
investigation
telah terlatih untuk berkomunikasi
tidak
memberikan
pembelajaran
hasil yang optimal sehingga kemam-
dan
puan pemecahan masalah matematis
pembelajaran group investigation.
siswa
tidak
meningkat
secara
optimal.
sosial
dalam
Adapun beberapa faktor pada penelitian ini yang menyebabkan
Hal senada juga terjadi pada penelitian
berinteraksi
tersebut.
Yuliani
pemecahan
masalah
yang
matematis siswa pada pembelajaran
penerapan
group investigation kurang optimal,
pembelajaran group investigation
yaitu sebagian besar siswa lambat
tidak dapat meningkatkan kemam-
beradaptasi dengan pembelajaran
puan pemecahan masalah matematis
group investigation. Dalam pene-
siswa. Selain itu, dikatakan bahwa
litian Suwondo (2012) menyatakan
siswa lambat beradaptasi dengan
bahwa siswa lambat beradaptasi
pembelajaran group investigation
karena siswa telah terbiasa dengan
karena siswa kurang terbiasa dengan
pembelajaran
kegiatan diskusi dan dalam pembe-
dilakukan seperti berdiskusi untuk
lajaran siswa kurang aktif.
tugas, tetapi dalam diskusi tersebut
menunjukkan
(2009)
kemampuan
bahwa
yang
selama
ini
belum terorganisir dengan baik.
dalam kelompok, dan presentasi
Selain itu, siswa pada pembelajaran
kelas
group investigation kurang antusias
antusias siswa dalam belajar dapat
dalam melakukan aktivitas mencatat
terlaksana dengan baik.
serta
waktu
penelitian
memacu
KESIMPULAN
beradaptasi dan merasa nyaman dengan pembelajaran group investigation, penelitian telah selesai dilaksanakan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa masalah
Kegiatan pembelajaran pada pembelajaran konvensional berjalan lebih kondusif dibandingkan pada pembelajaran group investigation. Walaupun pada pembelajaran ini guru lebih berperan sebagai pusat pemberi informasi, tetapi siswa tetap aktif mengajukan pertanyaan dan mengerjakan
dalam
singkat
sehingga ketika siswa sudah dapat
antusias
maupun
soal-soal
latihan yang diberikan.
kemampuan matematis
pemecahan siswa
pada
model pembelajaran kooperatif tipe group investigation tidak berbeda secara signifikan dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada pembelajaran konvensional. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe group investigation
tidak
berpengaruh
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa dalam
penerapan
pembelajaran
group
investigation,
kemampuan
guru sebagai mediator dan fasilitator dalam
mengelola
pembelajaran
merupakan bagian yang penting. Pengelolaan kelas yang baik membuat pembelajaran berjalan dengan efektif, sehingga skenario yang telah
DAFTAR PUSTAKA Ihsan, Fuad. 2011. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Jannah, Kholifatul. 2013. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa. (Skripsi). Bandar Lampung: Unila.
ditetapkan, baik dalam persiapan, penentuan sumber belajar, diskusi
Mullis, I.V.S., Martin, M.O., Foy, P., Arora, A. 2012. TIMSS
2011 Internasional Results in Mathematics. United States: International Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA). OECD. 2012. PISA 2012: Assesment and Analitycal Framework Mathematics, Reading, Science, Problem Solving and Financial Literacy. SecretaryGeneral of OECD. [Online]. Tersedia: http:// www.oecd.org. (diunduh pada 25 November 2013). Slavin, Robert E. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media. Suadi, Ahmad. 2012. Efektivitas Model Group Investigation Ditinjau dari Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika (Skripsi). Bandar Lampung: Unila. Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Suwondo, Wawan. 2012. Efektivitas Pembelajaran Group Investigation Ditinjau dari Aktivitas dan Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Skripsi). Bandar Lampung: Unila. Syah, Muhibbin. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Widjajanti, Djamilah Bondan. 2009. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa Calon Guru Matematika. [Online]. Tersedia: http://
eprints.uny.ac.id. (diunduh pada 20 November 2013). Yuliani. 2009. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa (Skripsi). Yogyakarta: UNY.