0
PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP INTENSITAS NYERI POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
ARTIKEL ILMIAH
Oleh: Sri Handayani NIM. ST13065
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
1
PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP INTENSITAS NYERI POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD DR. MOEWARDI 1) 2) 3)
Sri Handayani1), Yeti Nurhayati2), Ari Setiyajati3) Mahasiswa S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Dosen Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta RSUD Dr Moewardi E-mail :
[email protected]
Abstrak Seorang ibu yang melahirkan bayi dengan cara operasi sectio caesarea (SC) akan mengalami rasa nyeri. Mobilisasi dini merupakan salah satu cara untuk menurunkan intensitas nyeri post operasi sectio caesarea. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap intensitas nyeri post operasi sectio caesarea di RSUD Dr. Moewardi. Rancangan penelitian menggunakan metode pre eksperimental dengan pendekatan one group pretest – posttest. Sampel penelitian adalah 61 ibu post operasi Sectio Caesaria di RSUD Dr. Moewardi di Ruang Mawar I dan PONEK, dengan teknik sampling menggunakan total sampling. Instrumen penelitian dalam mengukur intensitas nyeri numerical rating scale, sementara Instrumen mobilisasi dini menggunakan lembar checklist. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata intensitas nyeri nilai sebelum mobilisasi dini sebesar 5,77 dan setelah mobilisasi dini menjadi 3,99. Hasil analisis uji statistik diperoleh nilai Z score = -6.835 dengan p-value = 0,000 sehingga disimpulkan ada pengaruh mobilisasi dini terhadap intensitas nyeri post operasi sectio caesarea di RSUD Dr. Moewardi. Oleh karena itu mobilisasi dini efektif mampu menurunkan intensitas nyeri post operasi sectio caesarea. Diharapkan bagi ibu post operasi SC dapat melakukan mobilisasi dini untuk mempercepat penurunan intensitas nyeri Kata kunci: mobilisasi dini, nyeri, post operasi sectio caesarea
2
Abstract Mother giving birth by Caesarean Section will experience pain. One of the ways to relieve the post Caesarean Section pain is early mobilization. The objective of this research is to investigate the effect of the early mobilization on the post-operative Caesarean Section pain intensity at Dr.Moewardi General Hospital of Surakarta. The research used the pre-experimental method with the one group pretest – posttest approach. The samples of research were 61 mothers with the post-operative Caesarean Section at Ward Mawar I and Comprehensive Obstetric and Neonatal Emergency Service Unit. They were taken by using the total sampling technique. The research used the numerical rating scale as the instrument for the pain intensity and the checklist for the early mobilization. The data were analyzed by using the Wilcoxon’s test. The result of the research shows that prior the treatment, the average level of pain intensity, was 5.77. Following the treatment it became 3.99, meaning that there was an effect of the early mobilization on the post-operative Caesarean Section pain intensity at Dr. Moewardi General Hospital of Surakarta as indicated by the Z score = -6.835 with the p-value = 0.00. Thus, the early mobilization was expected to effectively relieve the mothers’ post-operative Caesarean Section pain intensity. Keywords: Early mobilization, pain intensity, post-operative Caesarea Section References: 38 (2004-2014)
3
1. PENDAHULUAN Persalinan dengan sectio caesarea memiliki resiko tinggi karena ditlakukan pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau insisi transabdominal uterus, pasien dengan post operasi sectio caesarea akan merasakan rasa nyeri. Rasa nyeri merupakan stresor yang dapat menimbulkan stress dan ketegangan dimana individu dapat berespon secara biologis dan perilaku yang menimbulkan respon fisik dan psikis (Corwin, 2006). Mobilisasi dini adalah upaya untuk mempertahankan kemandirian sedini mungkin yang merupakan aspek terpenting pada fungsi fisiologis (Carpenito, 2009). Mobilisasi dini pada pasien yang mengalami pembedahan berguna untuk mencegah tromboemboli, kekakuan otot pembedahan, melancarkan siklus peredaran darah dan mencegah terjadinya perdarahan (Manuaba, 2004). Data jumlah kasus persalinan normal di RSUD Dr. Moewardi tahun 2013 adalah 1.019 pasien, dan persalinan sectio caesarea di ruang Mawar 1 dari bulan September Desember 2014 sebanyak 208 persalinan. Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD Dr. Moewardi, pada bulan Agustus 2014 didapatkan 63% pasien post operasi sectio caesarea pada hari kedua masih berbaring ditempat tidur. Rasa nyeri bagian operasi sangat dirasakan. Peneliti dengan menggunakan alat pengukur nyeri yaitu Numeric Rating Scale (NRS) diperoleh pasien masih takut untuk melakukan mobilisasi seperti menggerakan badan ataupun kaki. Tujuan Penelitian adalah mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap intensitas nyeri post operasi sectio caesarea di RSUD Dr. Moewardi.
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sectio Caesarea Sectio Caesarea (SC) adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi per abdominal dengan melalui insisi pada dinding abdomen dan dinding uterus interior, biasanya yang sering dilakukan insisi segmen bawah tranversal (Farrer, 2005). Tindakan Sectio caesarea digunakan bilamana diyakini bahwa penundaan persalinan pervaginam tidak mungkin dilangsungkan secara aman (Cunningham, 2006). 2.2 Nyeri Nyeri merupakan kejadian yang tidak menyenangkan, mengubah gaya hidup dan kesejahteraan individu. Perawat harus mengkaji hal-hal berikut ini untuk mengetahui efek nyeri pada klien (Mulyadi, 2011). Pengukuran nyeri menggunakan Numeric Rating Scale (NRS). Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah divalidasi. Berat ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numerik dari 0 hingga 10, di bawah ini, nol (0) merupakan keadaan tanpa atau bebas nyeri, sedangkan 1-3 adalah nyeri ringan, 4-6 adalah nyeri sedang, 7-9 adalah nyeri berat terkontrol, dan 10 adalah nyeri berat tidak terkontrol (Potter & Perry, 2005). 2.3 Mobilisasi Dini Menurut Carpenito (2009), mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Konsep mobilisasi mula–mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan pengembalian secara berangsur–angsur
4
ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk mencegah komplikasi. Tujuan Mobilisasi 1. Mempertahankan fungsi tubuh 2. Memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan luka 3. Membantu pernafasan menjadi lebih baik 4. Mempertahankan tonus otot 5. Memperlancar eliminasi Alvi dan Urin 6. Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian. 7. Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau berkomunikasi (Susan, 2004).
3. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, metode penelitian yaitu pre eksperimental design, dengan pendekatan one group pre test–post test design. Populasi penelitian semua ibu post operasi Sectio Caesarea di ruang Mawar 1 dan PONEK RSUD Dr. Moewardi. Data dari rekam medis RSUD Dr. Moewardi menunjukkan jumlah persalinan dengan sectio caesarea di Ruang Mawar 1 dan PONEK dari bulan September Desember 2014 sebanyak 208 persalinan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling, sebanyak 61 responden . Kriteria sampel 1. Kriteria inklusi a) Pasien post operasi sectio caesarea yang dirawat di ruang Mawar 1 dan PONEK b) Pasien telah 10 – 24 jam post operasi sectio caesarea.
c) Pasien yang bersedia diberikan mobilisasi dini. d) Pasien yang tidak sedang mendapatkan obat analgesic. 2. Kriteria eksklusi a) Pasien post operasi sectio caesarea dengan pre eklamsi berat b) Pasien yang pernah melakukan operasi sectio caesarea sebelumnya Alat ukur tingkat nyeri yang paling efektif yang sering digunakan adalah skala penilaian numerik (numerical rating scale). Pengkajian nyeri dilakukan sebelum dilakukan mobilisasi dini untuk pertama kali dan pada akhir mobilisasi dini pada hari ketiga. Analisa Data yang digunakan dalam penilaian ini adalah dengan uji Wilcoxon 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik responden Usia responden Tabel 1. Distribusi Karakteristik responden berdasarkan usia (n = 61) Usia f % 20-35 tahun 55 90,2 >35 tahun 6 9,8 Jumlah 61 100
Tabel 1 diketahui 55 usia responden (90,2%) berusia antara 20-35 tahun dan 6 responden (9,8%) berusia responden lebih dari 35 tahun. Tingkat pendidikan responden Tabel 2 Distribusi Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan (n = 61) Pendidikan F % SMP 16 26,2 SMA 27 44,3 PT 18 29,5 Jumlah 61 100
5
Tabel 2. 16 responden (26,2%) berpendidikan SMP, 27 responden (44,3%) berpendidikan SMA dan 18 responden (29,5%) berpendidikan PT. Intensitas nyeri sebelum dilakukan mobilisasi dini Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan intensitas nyeri post operasi SC Sebelum mobilisasi dini Intensitas nyeri sebelum mobilisasi dini F % Nyeri berat 10 16,4 Nyeri sedang 51 83,6 Jumlah 61 100
Tabel 3 diketahui bahwa 10 responden (16,4%) dengan intensitas nyeri berat dan 51 responden (83,6%) dengan intensitas nyeri sedang. Intensitas nyeri sesudah dilakukan mobilisasi dini Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan intensitas nyeri post operasi SC Sesudah mobilisasi dini Intensitas nyeri sesudah mobilisasi dini Nyeri ringan Nyeri sedang Jumlah
F 41 20 61
% 67,2 32,8 100
Tabel 4 diketahui bahwa 41 responden (67,2%) dengan intensitas nyeri ringan dan 20 responden (32,8%) dengan intensitas nyeri sedang. 4.2 Analisis Bivariat Tabel 5. Hasil uji Wilcoxon intensitas nyeri pada responden sebelum dan sesudah melakukan mobilisasi dini Nyeri Mean Z score p-value pre test 5,77 -6,835 0,000 post test 3,99
Tabel 5 diperoleh data bahwa nilai rata-rata tingkat nyeri responden sebelum mobilisasi dini sebesar 5,77 dan setelah melakukan mobilisasi dini sebesar 3,99. Hasil uji dengan Wilcoxon diperoleh nilai Z score = -6.835 dengan p-value = 0,000. Berdasarkan hasil tersebut, keputusan yang diambil adalah Ho ditolak, artinya ada pengaruh mobilisasi dini terhadap intensitas nyeri post operasi sectio caesarea di RSUD Dr. Moewardi. Intensitas nyeri pada responden dapat menurun dari nilai ratarata 5,77 menjadi 3,99. Oleh karena itu mobilisasi dini efektif mampu menurunkan intensitas nyeri post operasi sectio caesarea. 4.3 Pembahasan a. Usia Berdasarkan hasil penelitain diketahui 90,2% usia responden antara 20-35 tahun. Menurut BKKBN tahun 2007 menyatakan usia risiko rendah kehamilan dan persalinan pada ibu adalah 20-35 tahun. Usia risiko tinggi kehamilan dan persalinan adalah kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun. Aritonang (2010) menjelaskan bahwa pasien nyeri dengan usia yang lebih muda memiliki koping yang lebih berfokus pada emosi dibandingkan dengan pasien dengan usia yang lebih tua. Hasil penelitian Grace (2012) menyebutkan dari 34 responden, sebanyak 25 responden (73,5%) berusia 20-34 tahun yang melakukan mobilisasi dini pascasalin dengan seksio sesaria di RSUD dr. Pirngadi Medan. Namun berdasarkan hasil penelitian bahwa usia responden baik antara 20-35 tahun maupun diatas 35 tahun, pada pre test diketahui rata-rata intensitas nyeri pada nilai 5,77 (atau intensitas nyeri sedang), dan sesudah mobilisasi dini intensitas
6
nyeri menurun dengan rat-rata nilai 3,99 (nyeri ringan). Hal ini menunjukkan bahwa usia responden dalam penelitian ini mempunyai kesamaan nyeri dan melakukan strategi koping dengan melakukan mobilisasi dini. b. Tingkat pendidikan Distribusi tingkat pendidikan responden menunjukkan sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu sebanyak 27 responden (44,3%). Mubarak (2009) menyatakan pendidikan yang dimiliki responden berhubungan dengan kemampuan menerima informasi tentang pentingnya kesehatan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka kemampuannya untuk menerima informasi semakin baik. Penelitian Angriani (2014) menyebutkan dari 15 responden penelitian, 60% ibu berpendidikan SMA, berkaitan dengan tindakan mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka post operasi sectio caesarea di RSUD Salewangang Maros. Pendidikan ibu pada tingkat SMA sudah dapat menerima informasi kesehatan termasuk melakukan mobilisasi dini post operasi SC, maka dengan pengetahuannya tersebut ibu mengerti tentang cara untuk mempercepat penurunan intensitas nyeri apabila melakukan mobiliasi dengan baik dan teratur. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan Kristiani & Latifah (2013) pasien pasca bedah menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara intensitas nyeri dan tingkat pendidikan. Penelitian lain yang dilakukan Harsono (2009) pada 85 pasien bedah sectio caesarea juga menunjukkan hasil yang sama yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara intensitas nyeri dan tingkat pendidikan. Menurut Harsono (2009), tingkat pendidikan
merupakan salah satu faktor yang mendukung peningkatan pengetahuan yang berkaitan dengan daya serap informasi. Orang yang memiliki pendidikan tinggi diasumsikan lebih mudah menyerap informasi. Pengetahuan tentang pengelolaan nyeri dapat diperoleh dari pengalaman pasien sendiri atau dari sumber lain. Sehingga tingkat pendidikan bukan merupakan variabel yang dapat mempengaruhi persepsi nyeri. c. Analisis Univariat Intensitas Nyeri Sebelum Mobilisasi Dini Berdasarkan hasil peneliitian, intensitas nyeri responden sebelum mobilisasi dini banyak dalam intensitas sedang sebanyak 51 responden (83,6%). Hasil penelitian ini didukung penelitian dari Astutik (2014) yang menjelaskan sebelum dilakukan mobilisasi dini, tingkat nyeri ibu post operasi SC banyak dalam kategori nyeri berat (67,3%) dan setelah mobilisasi dini, tingkat nyeri banyak dalam tingkat sedang (53,8%). Hasil uji statistic menunjukkan ada pengaruh mobilisasi terhadap penurunan nyeri ibu post Sectio Caesarea di Ruang Post Anesthesi Care Unit RSUD Dr. Harjono Ponorogo. Dewi & Fauzi (2007) menjelaskan bahwa tindakan sectio caesarea merupakan tindakan yang cepat dan mudah, akan tetapi tindakan sectio caesarea juga memiliki beberapa bahaya komplikasi, seperti infeksi luka, tromboflebitis, perdarahan dan nyeri pasca pembedahan. Nyeri merupakan masalah yang paling mendominasi pada pasca pembedahan sectio caesarea Nyeri merupakan sensasi tidak menyenangkan yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh. Marmi (2013) menyatakan bahwa sectio caesarea
7
adalah sebuah bentuk proses melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu (laparotomi) dan uterus (hiskotomi) untuk mengeluarkan satu anak atau lebih dan cara ini dilakukan ketika kelahiran melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi. Nyeri pasien post sectio caesarea disebabkan oleh terjadinya kerusakan kontinuitas jaringan karena pembedahan. Tamsuri (2007) menyatakan kerusakan kontinuitas jaringan menyebabkan pelepasan mediator kimia yang kemudian mengaktivasi nosiseptor dan memulai transmisi nosiseptif sampai terjadinya nyeri. Nyeri akan mengakibatkan mobilisasi pasien menjadi terbatas. Dampak tidak melakukan mobilisasi dini yaitu terjadinya involusi uterus yang tidak baik sehingga menghambat pengeluaran lochea dan meningkatkan resiko terjadinya perdarahan abnormal. Menurut Perry dan Potter (2006) menyatakan beberapa faktor mempengaruhi nyeri antara lain adalah usia, jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri, perhatian, ansietas, keletihan, pengalaman sebelumnya, gaya koping dan dukungan keluarga dan sosial. Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa pengalaman nyeri operasi sebelumnya terkadang meningkatkan stres pada periode post operasi, karena pasien akan bertanya-tanya tentang keefektifan prosedur terhadap perbaikan sakitnya. Selain itu pendapat Potter dan Perry (2006) menyatakan setiap individu belajar dari pengalaman nyeri, apabila seseorang belum merasakan nyeri sebelumnya maka persepsi pertama nyeri dapat menggangu koping terhadap nyeri. Dapat diambil kesimpulan jika seorang pasien post operasi sectio
caesarea pertama kali melakukan persalinan dengan sectio caesarea dan belum prnah melakukan operasi sebelumnya seorang pasien akan mengalami konsep mekanisme koping dalam mengatasi nyeri sehingga dapat mengakibatkan kondisi pasien menjadi cemas sehingga otot-otat menjadi tegang dan rasa nyeri menjadi berat. Intensitas Nyeri Sesudah Mobilisasi Dini Berdasarkan hasil peneliitian, intensitas nyeri responden sesudah mobilisasi dini banyak dalam intensitas ringan sebanyak 41 responden (67.2%). Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007). Tingkat nyeri sedang dapat digambarkan secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik (Perry dan Potter, 2005). Intensitas nyeri pasien setelah mobilisasi dalam kategori ringan, hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh kemampuan pasien melaksanakan instruksi dari peneliti untuk melakukan mobilisasi. Kemampuan seseorang dapat dipengaruhi oleh pendidikan. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Purwodarminto, 2003), disebutkan
8
bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran pada responden adalah meskipun mobilisasi dilakukan dengan bantuan dan instruksi dari peneliti, namun apabila pasien tidak mempunyai motivasi untuk melaksanakan mobilisasi juga akan mempengaruhi keberhasilan dalam menurunkan intensitas nyeri post operasi sectio caesarea. d. Analisis bivariat Pengaruh antara Mobilisasi Dini dengan Intensitas Nyeri Post Operasi Sectio Caecarea Berdasarkan hasil peneltian disimpulkan terdapat pengaruh mobilisasi dini terhadap intensitas nyeri post operasi sectio caesarea di RSUD Dr. Moewardi dengan p = 0,000. Hasil penelitian ini memperkuat penelitan Arum (2011), menunjukan bahwa tingkat nyeri menurun dari nyeri sedang menjadi nyeri ringan seiring dengan mobilisasi dini yang dilakukan sehingga mampu mencapai tingkat aktifitas normal seperti biasanya dan dapat memenuhi kebutuhan gerak harian. Nyeri pada daerah incisi yang di sebabkan oleh perobekan jaringan pada dinding perut dan dinding uterus sehingga dengan adanya perobekan jaringan ini akan mengaktifkan bukan hannya reseptor nyeri perifer namun juga menimbulkan proses respon peradangan lokal dengan di kluarkannya berbagai mediator dan sel-sel pertahanan tubuh (immun). Disamping reaksi peradangan lokal adanya nyeri juga mengaktifkan syaraf-syaraf simpatif, akibat timbulnya hiperaktif syaraf
simpatif berupa keluarnya keringat yang berlebihan, respon metabolisme yang meningkat ,stimulasi kardiovaskuler, gangguan fungsi saliran kencing, pencernaan (Nugroho, 2001). Dengan melakukan mobilisasi dini mempunyai pengaruh memperbaiki dan melancarkan sirkulasi darah. Dengan lancarnya sirkulasi darah di harapkan suplay nutrisi ke jaringan luka dapat tercukupi sehingga proses penyembuhan akan lebih cepat. Selain itu sisa metabolisme mudah tersangkut dan terbuang. Bentuk latihan ini adalah latihan active movement yang di lakukan untuk memelihara keadaan, kemampuan dan kekuatan otot untuk berkontraksi setelah mendapatkan fisioterapi berupa terapi latihan karena dengan adanya mobilisasi akan memberikan otot menjadi rileks dengan adanya pembuangan zat “P” (histamin, prostaglandin) sebagai penyebab nyeri yang merupakan akumulasi sisa hasil metabolisme yang menumpuk (Kisner, 1996). Manfaat mobilisasi adalah pasien merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. Dengan bergerak, otot-otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit (nyeri) post operasi sectio caecarea. Mobilisasi merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan post sectio caecarea. Mobilisasi bisa mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, selain itu mobilisasi akan mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga juga mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organorgan vital (Kasdu, 2005).
9
5.Simpulan 1.
2.
3.
4.
Responden penelitian banyak berusia 20-35 tahun (90,2%) dan berpendidikan SMA (44,3%). Intensitas nyeri post operasi sectio caesarea sebelum mobilisasi dini pada responden sebagian besar dalam ketagori sedang. Intensitas nyeri post operasi sectio caesarea sesudah mobilisasi dini pada responden sebagian besar dalam ketagori ringan. Terdapat pengaruh mobilisasi dini terhadap intensitas nyeri post operasi sectio caesarea dengan nilai p = 0,000.
Saran 1. Bagi Rumah Sakit Diharapkan penelitian ini memberikan kontribusi untuk pertimbangan pihak rumah sakit dalam pembuatan Standar Prosedur Operasional ( SPO ) mobilisasi dini post operasi sectio caesarea sehingga pihak Rumah sakit lebih menggiatkan lagi sosialisasi mobilisasi dini post operasi sectio caesarea kepada seluruh karyawan rumah sakit. 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan penelitian ini dapat menambah pustaka kepada mahasiswa tentang mobilisasi dini post operasi sectio caesarea. 3. Bagi Petugas Kesehatan Diharapkan penelitian ini menjadi acuan dalam meningkatkan pelayanan kepada pasien khususnya tentang mobilisasi dini post operasi sectio caesarea. Sebagai petugas kesehatan sebaiknya memotivasi pasien untuk melakukan mobilisasi dini setelah 6 jam post operasi sectio
caesarea, menjelaskan pengertian dari mobilisasi dini serta menjelaskan keuntungan dan kerugian apabila tidak melakukan mobilisasi dini. 4. Bagi Peneliti yang lain Diharapkan penelitian ini sebagai dasar pengembangan penelitian yang sejenis dengan lebih menggali beberapa faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini post operasi sectio caesarea seerti melakukan penilaian tingkat motivasi responden dalam melakukan mobilisasi dini. 5. Bagi Peneliti Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan peneliti dan manfaat mobilisasi dini post operasi sectio caesarea.
DAFTAR PUSTAKA Andarmoyo, S. (2013), Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Yogyakarta: Ar-Ruzz. Aritonang, I. (2000). Pemantauan Pertumbuhan Balita. Jakarta: PT. Kanisius. Arum, R (2011). Hubungan Mobilisasi Dini dengan Intensitas Nyeri Ibu Post Seksio Sesarea di RSD Dr. Haryoto Lumajang. Jurnal kesehatan, Universitas Brawijaya Malang. Astutik, P. (2014). Mobilisasi terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Ibu Postoperasi Sectio Caesarea di Care Unit Ruang Post Anesthesia RSUD dr. Harjono Ponorogo. Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014.
10
Carpenito, L, J. (2009). Diagnosis Keperawatan, Aplikasi pada Praktek Klinis: Edisi 9. Jakarta: EGC. Corwin, E.J. (2006). Jakarta : EGC.
Patofisiologi.
Cunningham, F.G., Clark, S. L., Hankins, G. D. V., Gilstrap, L. C., Mac Donald, P. C., Norman., et.all. (2006). Obstetri Williams, Edisi : 21, Vol : 1. Jakarta : EGC. Dewi, Y & Fauzi, DA. (2007), Operasi Caesar Pengantar dari A samapai Z, Jakarta: Edsa Mahkot. Farrer, H. (2005). Perawatan aternitas. Jakarta : EGC. Grace C. (2012). Pengetahuan, Sikap Dan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Ibu Ascasalin Dengan Seksio Sesaria. Jurnal kesehatan. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Harsono (2009). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensitas Nyeri Pasca Bedah Abdomen dalam Konteks Asuhan Keperawatan di RSUD Ade Mohammad Djoen Sintang. Thesis, Universitas Indonesia Kasdu, D. (2005). Operasi Caesar Masalah dan Solusinya, Puspa Swara, Jakarta. Kisner C and Lynn C. (1996). Therapeutic Exercise Foundations and Tecniques; Third Edition, F A Davis Company, Philadelphia.
Kristiani, D & Latifah, L (2013). Pengaruh Teknik Relaksasi Autogenik Terhadap Skala Nyeri pada Ibu Post Operasi Sectio Caesarea (SC) di RSUD Banyumas, skripsi, Universitas Jenderal Soedirman. Manuaba, I.B.G. (2004). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC. Manuaba I.B.G. (2010). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC Marmi (2013) Kesehatan Reproduksi. Edisi I. Yogykarta: Pustaka Pelajar Mubarak. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC Nugroho, (2001). Neurofisiologi Nyeri dari Aspek Kedokteran, disampaikan pada Pelatihan Penatalaksanaan Fisioterapi Komprehensif pada Nyeri Surakarta. Potter dan Perry. (2005). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktek. Jakarta: EGC. Poerwadarminta, W.J.S. (2003). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Susan J. G, (2004). Dasar-dasar Terapi dan Latihan Fisik. Jakarata :Hypocrates. Tamsuri, A. (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC.