PENGARUH MEDIA TANAM DAN KONSENTRASI AUKSIN TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BASAL DAUN MAHKOTA TANAMAN NENAS (Ananas comosus L. Merr) cv. Queen
Khotimah Husniati A34404044
PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
PENGARUH MEDIA TANAM DAN KONSENTRASI AUKSIN TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BASAL DAUN MAHKOTA TANAMAN NENAS (Ananas comosus L. Merr) cv. Queen
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Khotimah Husniati A34404044
PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN KHOTIMAH HUSNIATI. Pengaruh Media Tanam dan Konsentrasi Auksin terhadap Pertumbuhan Stek Basal Daun Mahkota Tanaman Nenas (Ananas comosus L. Merr) cv. Queen. (Dibimbing oleh TATIEK KARTIKA SUHARSI dan NAEKMAN NAIBAHO). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh media alternatif dan konsentrasi auksin yang optimum untuk perbanyakan tanaman nenas (Ananas comosus L. Merr) yang menggunakan bahan tanam dari daun mahkota buah. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah perlakuan media tanam dan konsentrasi auksin tertentu yang paling tepat untuk perbanyakan tanaman nenas (Ananas comous L.) yang menggunakan bahan tanam dari daun mahkota buah. Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Leuwikopo, Darmaga, Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2008 sampai bulan Desember 2008. Bahan tanam yang digunakan adalah mahkota buah nenas varietas Queen yang diperoleh dari Kebun Percobaan Pasir Kuda IPB, Bogor. Penelitian terdiri dari dua tahap yaitu tahap persemaian dan tahap pembibitan. Pengamatan dilakukan selama 8 minggu di persemaian dan 8 minggu di pembibitan. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan dua faktor yaitu media tanam dan konsentrasi auksin. Media tanam yang digunakan terdiri dari 3 macam media campuran yaitu arang sekam + kompos, cocopeat + kompos, pasir + kompos serta satu media kontrol yaitu arang sekam. Konsentrasi auksin yang digunakan adalah 0 ppm, 0.17 ppm dan 0.34 ppm. Tahap persemaian setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali sedangkan pada tahap pembibitan setiap perlakuan diulang sebanyak dua kali. Peubah yang diamati pada tahap persemaian antara lain persentase stek hidup, persentase stek bertunas, persentase stek berakar, tinggi tunas dan panjang akar, sedangkan peubah yang diamati pada tahap pembibitan antara lain tinggi tanaman, panjang akar, lebar daun, jumlah daun dan jumlah akar. Persentase stek hidup, persentase stek bertunas, persentase stek berakar dan panjang akar diamati pada 2 MST dan 8 MST, sedangkan tinggi tunas diamati pada 2, 4, 6 dan 8 MST. Media tanam yang paling tepat untuk perbanyakan stek basal daun nenas pada tahap persemaian adalah cocopeat + kompos, sedangkan konsentrasi auksin yang paling optimum adalah konsentrasi auksin 0.17 ppm. Interaksi media tanam dan konsentrasi auksin yang paling optimum ditunjukan pada media tanam cocopeat + kompos dengan konsentrasi auksin 0.34 ppm. Tinggi tanaman, lebar daun dan jumlah daun diamati pada 10, 12, 14 dan 26 MST, panjang akar diamati pada 10 dan 16 MST sedangkan jumlah akar diamati pada 16 MST. Media tanam yang paling tepat untuk perbanyakan stek basal daun nenas di pembibitan adalah pasir + kompos, sedangkan konsentrasi auksin yang paling optimum adalah konsentrasi auksin 0.17 ppm. Interaksi media tanam dan konsentrasi auksin yang paling optimum ditunjukkan pada media tanam pasir + ompos dengan konsentrasi auksin 0.17 ppm.
LEMBAR PENGESAHAN JUDUL: PENGARUH MEDIA TANAM
DAN KONSENTRASI AUKSIN
TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BASAL DAUN MAHKOTA TANAMAN NENAS (Ananas comosus L. Merr) cv. Queen NAMA : Khotimah Husniati NRP
: A34404044
Menyetujui Dosen Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Tatiek Kartika Suharsi MS.
Ir. Naekman Naibaho
NIP. 19550324 198203 2 001
NIP.19771213 200810 1 001
Mengetahui Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 3 Mei 1986 di Pati, Jawa Tengah. Penulis merupakan anak terakhir dari empat bersaudara putri pasangan Bapak Munawar (alm.) Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 02 Sekarjalak pada tahun 1998. Kemudian pada tahun 2001 penulis menyelesaikan pendidikan lanjutan pertama di SLTP Negeri 1 Margoyoso dan menyelesaikan pendidikan studi di SMA Negeri 1 Tayu pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiwa IPB (USMI).
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa penulis curahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW. Skripsi yang berjudul Pengaruh Media Tanam dan Konsentrasi Rootone-F terhadap Pertumbuhan Stek Basal Daun Mahkota Tanaman Nenas (Ananas comosus L. Merr) cv. Queen ini merupakan prasyarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1.
Dr. Tatiek Kartika S. MS. selaku dosen pembimbing dan Ir. Naekman Naibaho selaku pembimbing dan pengarah penelitian lapang yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis hingga penelitian ini dapat diselesaikan.
2.
Dr. Ir. Winarso D. Widodo MS., selaku penguji yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi,
3.
Prof. Satriyas Ilyas, selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan,
4.
Bapak Ibu tercinta atas kasih sayang, doa, dukungan baik moral maupun materi, nasihat dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis.
5. Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan pertanian di Indonesia serta bernilai di hadapan Allah SWT.
Bogor, Januari 2010
Penulis
DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN Latar Belakang ............................................................................. Tujuan Penelitian .......................................................................... Hipotesis Penelitian……………………………………………...
1 3 3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Nenas ................................................................................. Syarat Tumbuh Nenas .................................................................. Perbanyakan Vegetatif Nenas ....................................................... Media Tanam…………………………………………............ .... Zat pengatur Tumbuh Auksin .......................................................
4 5 5 6 8
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... Bahan dan Alat .............................................................................. Metode Penelitian ......................................................................... Pelaksanaan Penelitian ................................................................. Pengamatan ...................................................................................
10 10 10 11 13
HASIL DAN PEMBAHASAN Tahap Persemaian............................................................. ............ Tahap Pembibitan ..........................................................................
16 31
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ................................................................................... Saran .............................................................................................
46 46
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
47
LAMPIRAN .............................................................................................
51
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Pengaruh Media Tanam terhadap Tolok Ukur Persentase Stek Hidup pada 2 MST dan 8 MST .........................................................
16
2. Pengaruh Media Tanam terhadap Tolok Ukur Persentase Stek Berakar pada 2 MST dan 8 MST ......................................................
17
3. Pengaruh Media Tanam terhadap Tolok Ukur Persentase Stek Bertunas pada 2 MST dan 8 MST .....................................................
18
4. Pengaruh Media Tanam terhadap Tolok Ukur Panjang Akar pada 2 MST - 8 MST ....................................................................................
18
5. Pengaruh Media Tanam terhadap Tolok Ukur Tinggi Tunas pada 2 MST dan 8 MST ...............................................................................
19
6. Pengaruh Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Persentase Stek Hidup pada 2 MST dan 8 MST .................................................
20
7. Pengaruh Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Persentase Stek Berakar pada 2 dan 8 MST .......................................................
20
8. Pengaruh Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Persentase Stek Bertunas pada 2 dan 8 MST ......................................................
21
9. Pengaruh Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Panjang Akar pada 2 MST – 8 MST ........................................................................
22
10. Pengaruh Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Tinggi Tunas pada 2 MST dan 8 MST ....................................................................
22
11. Interaksi Media Tanam dan Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Persentase Stek Hidup pada 2 MST dan 8 MST ......................
23
12. Interaksi Media Tanam dan Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Persentase Stek Berakar pada 2 dan 8 MST ............................
24
13. Interaksi Media Tanam dan Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Persentase Stek Bertunas pada 2 dan 8 MST. ..........................
25
14. Interaksi Media Tanam dan Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Panjang Akar pada 2 MST - 8 MST ........................................
26
15. Interaksi Media Tanam dan Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Tinggi Tunas pada 2 MST dan 8 MST ....................................
21
16. Pengaruh Media Tanam terhadap Tolok Ukur Panjang Akar pada 10 MST - 16 MST .............................................................................
31
17. Pengaruh Media Tanam terhadap Tolok Ukur Tinggi Tunas pada 10 MST dan 16 MST ........................................................................
32
18. Pengaruh Media Tanam terhadap Tolok Ukur Lebar Daun pada 10 MST - 16 MST ..................................................................................
32
19. Pengaruh Media Tanam terhadap Tolok Ukur Jumlah Daun pada 10 MST - 16 MST .............................................................................
33
20. Pengaruh Media Tanam terhadap Tolok Ukur Jumlah Akar pada 16 MST .............................................................................................
33
21. Pengaruh Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Panjang Akar pada 10 MST – 16 MST ....................................................................
34
22. Pengaruh Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Tinggi Tunas pada 10 MST dan 16 MST ................................................................
35
23. Pengaruh Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Lebar Daun pada 10 MST – 16 MST ....................................................................
35
24. Pengaruh Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Jumlah Daun pada 10 MST - 16 MST ....................................................................
36
25. Pengaruh Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Jumlah Akar pada 16 MST .....................................................................................
37
26. Interaksi Media Tanam dan Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Panjang Akar pada 10 MST - 16 MST ....................................
37
27. Interaksi Media Tanam dan Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Tinggi Tunas pada 10 MST dan 16 MST ................................
38
28. Interaksi Media Tanam dan Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Lebar Daun pada 10 MST - 16 MST .......................................
39
29. Interaksi Media Tanam dan Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Jumlah Daun pada 10 MST - 16 MST .....................................
40
30. Interaksi Media Tanam dan Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Jumlah Akar pada 16 MST ......................................................
41
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Morfologi Tanaman Nenas ...............................................................
6
2. Skema Pelaksanaan Stek Basal Daun Mahkota Nenas .....................
13
3. Kondisi Tunas Hasil Stek Basal Daun Mahkota Nenas ....................
30
4. Kondisi Pembibitan Stek Basal Daun Mahkota Nenas .....................
44
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
1. Data Klimatologi ...............................................................................
Halaman
52
2. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Media Tanam dan konsentrasi Auksin terhadap Pertumbuhan Stek Basal Daun Nenas di Persemaian ....................................................................................
52
3. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Media Tanam dan konsentrasi Auksin terhadap Pertumbuhan Stek Basal Daun Nenas di Pembibitab ....................................................................................
53
4. Sidik Ragam Persentase Stek Hidup ................................................
53
5. Sidik Ragam Persentase Stek Bertunas .............................................
54
6. Sidik Ragam Persentase Stek Berakar ..............................................
54
7. Sidik Ragam Tinggi Tunas................................................................
55
8. Sidik Ragam Panjang Akar ...............................................................
56
9. Sidik Ragam Lebar Daun ..................................................................
57
10. Sidik Ragam Jumlah Daun ................................................................
58
11. Sidik Ragam Jumlah Akar ................................................................
58
PENDAHULUAN
Latar Belakang Tanaman buah termasuk ke dalam hortikultura yang pengembangannya mendapat perhatian pemerintah. Kebijaksanaan pemerintah untuk meningkatkan perolehan devisa diarahkan kepada usaha menggalakkan ekspor, diantaranya meningkatkan ekspor buah segar ataupun olahan (Aziz, 1998). Permintaan pasar untuk buah tropis dari negara-negara Eropa sangat tinggi, sehingga peluang ini harus dimanfaatkan. Untuk itu diperlukan adanya pemilihan jenis komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif yaitu tanaman buah tropis yang tidak dapat ditanam di daerah subtropis. Salah satu jenis buah lokal unggulan Indonesia yang dapat bersaing di pasar bebas adalah nenas (Ashari, 2006). Indonesia merupakan produsen nenas terbesar ke-5 di dunia setelah Brazil, Thailand, Filipina dan Cina. Dilihat dari perannya terhadap pasar dunia, Indonesia masih berada pada urutan ke-19 dengan pangsa sebesar 0.47 %. Padahal Indonesia mempunyai potensi agroklimat dan luasan lahan yang sangat memadai untuk pengembangan komoditas nenas. Hal ini terjadi karena belum terdapatnya teknologi pembibitan yang cepat dan menjamin keseragaman serta kestabilan hasil (RUSNAS, 2003). Jumlah bibit yang dibutuhkan untuk tiap hektar pertanaman nenas adalah sekitar 40.000 bibit. Jumlah ini cukup besar sehingga untuk memenuhi ketersediaan jumlah bibit yang besar tersebut dibutuhkan suatu teknologi yang tepat dan mampu menyediakan bibit dalam jumlah besar dan cepat. Saat ini sudah banyak dilakukan teknik perbanyakan bibit nenas dengan menggunakan teknik kultur jaringan (in vitro) yang dapat menyediakan bibit secara cepat dan massal dalam waktu yang singkat, bibit yang dihasilkan seragam, sehat serta lebih mudah dalam pengangkutannya. Teknik kultur jaringan mempunyai beberapa kelemahan antara lain, terdapat kemungkinan terjadi variasi somaklonal, membutuhkan biaya mahal dan keahlian khusus, sehingga sulit untuk diaplikasikan kepada kalangan petani biasa. Salah satu pilihan teknologi perbanyakan bibit nenas yang dapat mengatasi kelemahan teknik kultur jaringan yaitu dengan menggunakan teknik stek basal daun mahkota nenas. Perbanyakan
nenas dengan menggunakan stek basal daun berpotensi menghasilkan bibit yang lebih banyak (Naibaho et al., 2008). Keberhasilan perbanyakan tanaman secara vegetatif ditentukan dengan pemilihan media tanam yang tepat. Media tanam yang baik adalah : (1) cukup kuat untuk menahan pertumbuhan, (2) mampu menahan kelembaban, (3) sistem aerasi dan drainase yang baik, (4) bebas dari penyakit dan (5) salinitas rendah (Hartman et. al., 1990) Keberhasilan stek basal daun mahkota buah nenas ditunjang oleh media tanam yang baik dan sesuai dengan karakter tanaman sehingga diperlukan adanya komposisi media tanam yang tepat. Beberapa jenis bahan organik yang biasa digunakan sebagai media tanam antara lain arang sekam, cocopeat dan pasir. Ketiga jenis media tanam tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan masingmasing, sehingga diperlukan satu jenis media tanam yang berperan sebagai media campuran yang dapat memperbaiki kondisi fisik dan kimia masing-masing media tanam. Salah satu jenis media tanam yang biasa digunakan sebagai media campuran adalah kompos. Menurut Murbandono (2006), penggunaan kompos sebagai media campuran sangat baik karena mampu meningkatkan porositas, aerasi dan daya ikat tanah terhadap air, memudahkan pertumbuhan akar dan menyimpan air tanah yang lebih lama. Zat pengatur tumbuh dari kelompok auksin dapat digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar. Auksin sintetik seperti IAA dan IBA digunakan untuk mendorong pertumbuhan akar dari stek tanaman berkayu dan berbatang lunak. Rootone-F merupakan merek dagang yang biasa digunakan untuk mendorong pertumbuhan akar pada stek yang didalamnya terkandung IAA dan IBA (Wattimena, 1988). Rootone-F adalah zat pengatur tumbuh yang berbentuk serbuk putih dan mempunyai kandungan bahan aktif yang terdiri dari : 1-Naphtalene acetamida (NAD) 0,067 %, 2- metil-1-Naphtalene acetamida (MNAD) 0,013 %, 2- metil-1Naphtalene acetat (MNAA) 0,033 %, Indole-3-Butyric Acid (IBA) 0,057 %, Thiram (Tetramithirium disulfat) 4,00 % (Manurung, 1987). NAA dan IBA merupakan zat pengatur tumbuh sintetik yang berperan dalam menstimulasi
pembentukan akar, sedangkan thiram berfungsi sebagai fungisida (Hartmann et al, 1990). Pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh dengan konsentrasi yang berbeda dapat memberikan efek yang berlawanan. Zat pengatur tumbuh hanya efektif jika diberikan pada konsentrasi tertentu. Pada konsentrasi yang terlalu tinggi, zat pengatur tumbuh dapat merusak bagian yang terluka, sedangkan jika konsentrasinya di bawah optimum tidak efektif (Wudianto, 1996). Penelitian ini difokuskan untuk mencari media tanam dan konsentrasi Rootone-F yang paling efektif untuk menunjang keberhasilan perbanyakan bibit nenas yang berasal dari stek basal daun mahkota buah.
Tujuan Penelitian 1. Memperoleh media alternatif yang dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman nenas (Ananas comosus L.) yang menggunakan bahan tanam dari daun mahkota buah. 2. Memperoleh konsentrasi auksin yang optimum untuk perbanyakan tanaman nenas (Ananas comosus L.) yang menggunakan bahan tanam dari daun mahkota buah.
Hipotesis Penelitian 1. Diduga terdapat minimal satu media tanam yang paling tepat untuk perbanyakan tanaman nenas (Ananas comosus L.) yang menggunakan bahan tanam dari daun mahkota buah. 2. Diduga terdapat minimal satu konsentrasi auksin yang tepat untuk perbanyakan tanaman nenas (Ananas comosus L.) yang menggunakan bahan tanam dari daun mahkota buah. 3. Diduga terdapat minimal satu interaksi media tanam dan konsentrasi auksin yang paling tepat untuk perbanyakan tanaman nenas (Ananas comosus L.) yang menggunakan bahan tanam dari daun mahkota buah.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Nenas Tanaman nenas (Ananas comosus L. Merr) merupakan tanaman buah yang berasal dari Amerika tropis yaitu Brazil, Argentina dan Peru. Tanaman nenas telah tersebar ke seluruh penjuru dunia, terutama di sekitar daerah khatulistiwa yaitu antara 25 0LU dan 25 0LS. Di Indonesia tanaman nenas sangat terkenal dan banyak dibudidayakan di tegalan dari dataran rendah sampai ke dataran tinggi. Daerah penghasil nenas di Indonesia yang terkenal adalah Subang, Bogor, Riau, Palembang dan Blitar (Sunarjono, 2005). Tanaman nenas merupakan salah satu tanaman yang termasuk ke dalam keluarga Bromeliaceae. Tanaman nenas merupakan tanaman herba tahunan atau dua tahunan yang mempunyai tinggi antara 50 – 100 cm, daun berbentuk pedang yang panjangnya mencapai 1 m atau lebih, lebarnya 5 – 8 cm, pinggiran daunnya berduri, berujung lancip. Buahnya berupa senokarp (cenocarpium) yang terbentuk dari penebalan yang luar biasa dari poros perbungaan dan dari peleburan masingmasing bunga yang kecil dan dihiasi oleh suatu roset daun-daun yang pendek, tersusun spiral yang disebut mahkota atau crown (Verheij dan Coronel, 1997). Berdasarkan karakteristik tanaman dan buah, nenas dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok yang berbeda yaitu Cayenne, Queen, Spanish, Abacaxi dan Maipure. Pengelompokan tersebut berdasarkan ukuran tanaman dan ukuran buah, warna dan rasa daging buah serta pinggiran daun yang rata dan berduri (Nakasone dan Paul, 1998). Karakteristik nenas Queen antara lain mempunyai ukuran tanaman, daun dan buah yang lebih kecil. Secara umum memiliki ciri-ciri tepi daun berduri, bobot buah sekitar 0,5 – 1,1 kg, bentuk buah konikal, mata menonjol, warna kulit kuning, warna daging buah kuning tua, hati kecil, rasa manis, kandungan asam dan serat rendah serta kurang baik untuk pengalengan (Sari, 2002).
Syarat Tumbuh Nenas Nenas dibudidayakan antara 25 0LU dan 25 0LS. Kisaran suhu di areal penanamannya adalah 23 – 32 0C, akan tetapi dapat dipelihara di lahan yang suhunya dapat turun sampai 10 0C, tanaman nenas tidak toleran terhadap hujan salju dan buahnya sensitif terhadap sinar matahari. Pertumbuhan tanaman meningkat sejalan dengan semakin jauh dari garis ekuator dan semakin tinggi tempat tumbuhnya (Verheij dan Coronel, 1997). Tanaman nenas toleran terhadap kekeringan karena mempunyai sel-sel penyimpan air yang efektif (sukulenta) dan kisaran curah hujannya antara 1000 – 1500 mm per tahun. Kondisi berawan pada musim hujan menyebabkan pertumbuhan terhambat, buah menjadi kecil, kualitas menurun dan kadar gula menjadi berkurang. Tanaman nenas menyukai tanah liat berpasir karena mudah dikeringkan dan mengandung bahan organik tinggi dengan pH 4,5 – 6,5 serta mempunyai drainase yang baik karena tanaman yang terendam air akan mudah mengalami pembusukan akar. Akan tetapi, tanaman nenas dapat dibudidayakan pada tipe tanah yang sangat bervariasi, seperti tanah gambut yang mempunyai pH 3 – 5 (Verheij dan Coronel, 1997).
Perbanyakan Vegetatif Nenas Tanaman nenas dapat diperbanyak dengan cara generatif maupun vegetatif. Teknik generatif jarang dilakukan dalam perbanyakan nenas dan biasanya dipergunakan di balai penelitian untuk memperoleh varietas baru melalui perkawinan silang. Hal ini dikarenakan perbanyakan dari biji membutuhkan waktu yang lama dan mempunyai keragaman yang tinggi (Tohir, 1981). Stek adalah salah satu teknik pembiakan vegetatif yang dilakukan dengan cara melakukan pemisahan atau pemotongan bagian batang, akar atau daun dari pohon induknya. Perbanyakan yang dilakukan dengan cara stek akan terbentuk individu baru dengan genotipe sama dengan induknya (Hartmann et. al., 1990). Dengan demikian di samping bertujuan untuk perbanyakan, teknik ini juga sangat membantu program pemuliaan tanaman yang bertujuan untuk mempertahankan sifat induknya.
Menurut Hartamnn et. al. (1990) perbanyakan dengan menggunakan stek mempunyai beberapa kelebihan antara lain : (1) bibit dapat diperoleh dalam jumlah besar dan waktu yang relatif singkat, (2) tanaman cukup homogen dan dapat dipilih dari bahan tanaman yang mempunyai kualitas tinggi yang diturunkan dari induknya, (3) membutuhkan bahan stek yang sedikit, (4) populasi tanaman yang dihasilkan relatif seragam, dan (5) mudah dan tidak memerlukan teknik yang rumit. Menurut Collins (1960), bahan tanaman yang dapat digunakan sebagai bibit nenas antara lain : (1) sucker yaitu tunas yang tumbuh dari batang yang terletak di bawah permukaan tanah, (2) shoot yaitu tunas yang tumbuh dari mata tunas aksilar pada batang, (3)
hapas yaitu tunas yang tumbuh dari pangkal
tangkai buah, (4) slips yaitu tunas yang tumbuh di dasar buah, perkembangan dari mata tunas pada tangkai buah, dan (5) crown yaitu tunas yang tumbuh di pucuk buah.
Gambar 1. Morfologi Tanaman Nenas Sumber : Coppens dan Leal (2003)
Naibaho et. al., (2008) menyatakan bahwa dari beberapa metode perbanyakan yang ada, biasanya petani menggunakan bibit yang berasal dari anakan yang tidak diketahui kesehatannya dan tidak seragam. Ketersediaan bibit anakan jugasangat terbatas yaitu 2 anakan per tanaman per tahun. Salah satu pilihan teknologi yang berpotensi menghasilkan biit yang lebih banyak yaitu dengan menggunakan stek basal daun mahkota nenas.
Media Tanam Media perakaran yang baik adalah media yang cukup kuat dan padat sehingga bisa menahan stek tetap tegak, mengandung bahan yang dapat menahan kelembaban, mempunyai sistem aerasi dan drainase yang baik, salinitasnya rendah, bebas dari penyakit dan dapat disterilkan tanpa mempengaruhi unsurunsur yang terkandung di dalam media tanam (Hartmann dan Kester, 1983). Arang sekam adalah sekam atau kulit padi yang dibakar dengan teknik sedemikian rupa sehingga menghasilkan sekam menjadi arang. Sekam sendiri merupakan lapisan keras yang membungkus kariopsis butir gabah yang terdiri atas dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan (Departemen Pertanian, 2008). Arang sekam dapat mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Arang sekam memiliki bobot yang ringan, porositas dan retensi yang tinggi. Sifat inilah yang memudahkan terjadinya penetrasi akar (Handayani dan Dinarti, 2002). Media arang sekam dapat meningkatkan C-organik, N total, pH dan P tersedia sehingga dapat menjadikan media tanam ini gembur tetapi cenderung mudah lapuk. Arang sekam juga merupakan bahan organik yang dapat menjadikannya sebagai sumber energi bagi perkembangan jasad renik tanah sehingga jumlah CO2 yang dihasilkan menjadi cenderung lebih meningkat (Dalimoenthe, 1996). Cocopeat merupakan bahan organik alternatif yang dapat digunakan sebagai media tanam. Cocopeat berasal dari serabut buah kelapa yang telah direndam selama 6 bulan untuk menghilangkan senyawa tanin yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman (Anonim, 2008).
Cocopeat mempunyai kemampuan menahan air cukup tinggi sampai 73 %. Pemberian air yang berlebih akan menyebabkan media terlalu lembab sehingga dapat menyebabkan busuk akar. Oleh sebab itu, dalam penggunaan media cocopeat biasanya dicampur dengan media tanam lain yang daya ikat airnya tidak terlalu tinggi. Cocopeat mempunyai banyak kandungan hara essensial seperti Kalsium, Magnesium, Kalium, Natrium dan Fosfor (Wiguna, 2007). Pasir digunakan sebagai media alternatif yang menggantikan tanah. Pasir dianggap sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman dan perakaran stek batang tanaman. Pasir berukuran antara 0.5 sampai 0.2 mm sehingga cukup baik digunakan sebagai media tanam karena media tanam menjadi lebih mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan (Wiguna, 2007). Kompos adalah bahan-bahan organik yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme (bakteri pembusuk) yang bekerja di dalamnya. Bahan-bahan organik tersebut seperti dedaunan, rumput, jerami, kotoran hewan dan lain-lain. Adapun kelangsungan hidup mikroorganisme tersebut didukung oleh keadaan lingkungan yang basah dan lembab (Murbandono, 2006). Penggunaan kompos sebagai media tanam sangat baik, karena dapat memperbaiki
mutu
dan
sifat
tanah.
Kompos
mempunyai
kemampuan
menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki struktur dan tekstur tanah, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, meningkatkan daya ikat tanah terhadap air serta mampu menyimpan air tanah lebih lama (Murbandono, 2006).
Zat Pengatur Tumbuh Auksin Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik selain zat hara yang dalam jumlah sedikit dapat mendorong (promote), menghambat (inhibit) maupun mengubah berbagai proses fisiologis tanaman. Zat pengatur tumbuh merupakan salah satu bahan sintetis atau hormon tumbuh yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui pembelahan sel, perbesaran sel dan diferensiasi sel (Hartmann et. al., 1990).
Salah satu zat pengatur tumbuh yang terkenal mendorong perpanjangan sel pucuk dan merangsang pertumbuhan akar adalah auksin. Auksin yang banyak digunakan adalah IAA (Indolacetic Acid), IBA (Indolebutyric Acid) dan NAA (Naphtaleneacetic Acid). Auksin sintetik banyak digunakan untuk mendorong pertumbuhan akar dari stek tanaman berkayu dan berbatang lunak. Mekanisme kerja IAA dan IBA yaitu untuk mendorong pembelahan sel (Wattimena, 1998). Rootone-F merupakan salah satu merek dagang yang biasa digunakan untuk mendorong pertumbuhan akar pada bahan stek. Menurut Weaver (1972) terdapat tiga metode aplikasi auksin antara lain : (1) commercial powder preparation (metode pasta) ; (2) dilute solution soaking method (metode perendaman) ; (3) concentrated solution dip method (metode celup cepat). Menurut Hartmann dan Kester (1983) pada umumnya konsentrasi auksin yang digunakan berkisar antara 20 ppm untuk spesies yang mudah berakar dan 200 ppm untuk spesies yang sulit berakar.
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Kebun Percobaan Leuwikopo dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB, Darmaga, Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2008 sampai dengan Desember 2008.
Bahan dan Alat Bahan–bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain daun dari mahkota (crown) nenas (Ananas comosus L.) varietas Queen, arang sekam, cocopeat, pasir, kompos, zat pengatur tumbuh auksin (Rootone-F) dan fungisida. Peralatan yang digunakan antara lain bak tanam plastik, polibag ukuran 15 cm x 15 cm, bak rendam, pisau, kamera digital, kertas label, penggaris dan alat tulis lainnya.
Metode Penelitian Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan dua faktor yaitu media tanam dan konsentrasi auksin. Media tanam yang digunakan terdiri dari 3 macam media campuran yaitu arang sekam + kompos, cocopeat + kompos, pasir + kompos serta satu media kontrol yaitu arang sekam. Konsentrasi auksin yang digunakan adalah 0 ppm, 0.17 ppm dan 0.34 ppm. Pada tahap persemaian setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali sedangkan pada tahap pembibitan setiap perlakuan diulang sebanyak dua kali. Setiap satuan percobaan terdiri dari 25 bahan stek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media tanam dan konsentrasi auksin. Pengamatan dilakukan selama 8 minggu di persemaian dan 8 minggu di pembibitan. Model aditif linier: Уijk = µ + αi + βj + ρk + (αβ)ij + εijk Уijk
= respon pada pengaruh media tanam ke-i, konsentrasi auksin ke-j dan kelompok ke-k
µ
= rataan umum
αi
= pengaruh media tanam ke-i
βj
= pengaruh konsentrasi auksin ke-j
ρk
= pengaruh kelompok ke-k
αβij
= interaksi dari media tanam dan konsentrasi auksin
εijk
= galat percobaan media tanam ke-i, konsentrasi auksin ke-j dan kelompok ke-k
Untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan, dilakukan analisis statistik dengan menggunakan Uji F dan apabila menunjukkan pengaruh yang nyata maka akan dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %.
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Media Tanam Media tanam yang digunakan antara lain arang sekam, cocopeat, pasir dan kompos. Untuk menghindari adanya patogen, maka keempat media tanam tersebut disterilkan terlebih dahulu. Media disterilkan dalam keadaan kering dengan menggunakan oven pada suhu 105 0C selama 4 jam dan selanjutnya media dicampur sesuai dengan komposisi media yang digunakan pada penelitian.
Persiapan Bahan Tanaman Bahan tanaman yang digunakan adalah bagian basal daun mahkota buah nenas varietas Queen yang diperolah dari Kebun Percobaan PKBT, Pasir Kuda, Bogor. Daun mahkota yang digunakan harus disertai sedikit bagian basal dari batang
yang
mengandung
jaringan
meristem
sehingga
mempermudah
pembentukan akar dan tunas. Pemotongan daun mahkota dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam supaya hasil potongannya baik.
Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) auksin dilakukan dengan cara direndam yang diberikan dalam tiga konsentrasi yaitu 0 ppm, 0.17 ppm, dan 0.34
ppm, sehingga untuk membuat larutan auksin harus melarutkan serbuk Rootone-F ke dalam air dengan konsentrasi 0 ppm, 100 ppm dan 200 ppm. Konsentrasi auksin didapatkan berdasarkan kandungan auksin dalam Rootone-F yang mempunyai kandungan bahan aktif yang terdiri dari : 1-Naphtalene acetamida (NAD) 0,067 %, 2- metil-1-Naphtalene acetamida (MNAD) 0,013 %, 2- metil-1Naphtalene acetat (MNAA) 0,033 %, Indole-3-Butyric Acid (IBA) 0,057 %, Thiram (Tetramithirium disulfat) 4,00 %. Sehinggan dalam 1 ppm Rootone-F terdapat 0.17 % auksin. Aplikasi Rootone-F yang dilakukan dengan metode perendaman selama 5 menit secara bersamaan. Bahan tanam sebelum direndam pada larutan Rootone-F harus direndam dahulu pada larutan fungisida untuk mencegah timbulnya cendawan dan patogen selama 1 menit.
Penyemaian Bahan stek yang sudah direndam auksin dan fungisida selanjutnya disemai pada bak tanam plastik yang sudah dilubangi bagian bawahnya, selama 8 minggu. Media yang digunakan pada persemaian adalah arang sekam+kompos, cocopeat+kompos, pasir+kompos dengan perbandingan masing-masing 1:1 (v/v) dan arang sekam sebagai media tanam kontrol. Jarak tanam antar stek daun adalah ±5 cm, sehingga setiap bak tanam plastik yang berukuran 20 cm x 20 cm akan memuat 8 stek basal daun.
Pembibitan Stek daun yang sudah berumur 8 minggu, selanjutnya dipindah ke tempat pembibitan yaitu menggunakan polibag dengan ukuran 15 cm x 15 cm. Jenis media tanam yang digunakan sama dengan media yang digunakan pada saat persemaian.
Pemeliharaan Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan tanaman pada waktu di persemaian dan pembibitan meliputi penyiraman, penyiangan gulma, pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan 3 hari sekali sehingga kelembaban media tanam terjaga dan tidak terlalu basah yang dapat
mengakibatkan pembusukan pada akar. Penyiangan gulma dilakukan jika media tanam ditumbuhi gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan bahan stek daun, dengan cara manual yaitu mencabut langsung gulma yang tumbuh pada media tanam. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan jika sudah terjadi gejala-gejala serangannya. Skema pelaksanaan stek basal daun mahkota nenas dapat dlihat pada Gambar 2.
Mahkota nenas
Pemotongan
Bahan Stek
Pembibitan
Persemaian
Perendaman ZPT
Gambar 2. Skema Pelaksanaan Stek Basal Daun Mahkota Nenas
Pengamatan Tolok ukur yang diamati pada penelitian ini adalah : 1.
Persentase stek hidup, dihitung dari perbandingan antara jumlah stek yang hidup dengan jumlah seluruh stek yang ditanam. Pengamatan dilakukan di persemaian pada 2 dan 8 MST.
2.
Persentase stek berakar, dihitung dari perbandingan antara jumlah stek yang berakar dengan jumlah seluruh stek yang ditanam. Pengamatan dilakukan pada 2 dan 8 MST.
3.
Persentase stek bertunas, dihitung dari perbandingan antara jumlah stek yang bertunas dengan jumlah seluruh stek yang ditanam. Pengamatan dilakukan pada 2 dan 8 MST.
4.
Panjang akar, diukur dari ujung akar sampai titik pangkal akar dari akar terpanjang. Pengukuran dilakukan di persemaian pada 2 dan 8 MST dan di pembibitan pada 10 dan 16 MST.
5.
Tinggi tunas, diukur dari pangkal tunas sampai titik tumbuh tunas. Pengukuran dilakukan di persemaian pada 2, 4, 6, 8 MST dan di pembibitan pada 10, 12, 14 dan 16 MST.
6.
Lebar daun, diukur dari lebar daun tengah terpanjang. Pengukuran dilakukan di pembibitan pada 10, 12, 14 dan 16 MST.
7.
Jumlah daun, dihitung dari banyaknya daun yang tumbuh pada tunas. Penghitungan dilakukan di pembibitan pada 10, 12, 14 dan 16 MST.
8.
Jumlah akar, dihitung dari banyaknya akar primer yang tumbuh pada stek basal daun mahkota buah nenas. Penghitungan dilakukan di pembibitan pada 16 MST.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian berlangsung dari bulan Agustus 2008 sampai Desember 2008 di Rumah Kaca Kebun Percobaan Leuwikopo, Darmaga, Bogor. Keadaan iklim secara umum selama penelitian menunjukkan bahwa pada bulan Agustus 2008 sampai Desember 2008 suhu maksimumnya adalah 28.7
0
C dan suhu
minimumnya adalah 25.8 0C. Umur 2 MST stek basal daun sudah mulai tumbuh tunas dan akar. Persentase kematian stek terbesar adalah pada perlakuan media arang sekam yaitu sebesar 80 %. Hal ini disebabkan media arang sekam cepat mengering yang menyebabkan stek kekurangan air. Kematian stek ditandai dengan mengeringnya stek basal daun. Keadaan yang berbeda ditunjukkan oleh stek dengan perlakuan media tanam cocopeat + kompos dan pasir + kompos yang terlihat masih segar, daunnya berwarna hijau dan bagian basalnya mengeras. Tahap pembibitan terjadi kerusakan pada ulangan kedua sehingga penelitian hanya menggunakan dua ulangan saja. Stek basal daun yang paling banyak berhasil dipindahkan pada tahap pembibitan adalah bahan stek yang berasal dari media tanam pasir + kompos karena jumlah tunas yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan jumlah tunas pada perlakuan media tanam yang lain. Adapun jumlah stek daun yang paling sedikit berhasil dipindahkan adalah bahan stek yang berasal dari media tanam arang sekam. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, penyiangan gulma dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan setiap 3 hari sekali. Hal ini dilakukan karena sebelumnya, penyiraman dilakukan setiap hari akan tetapi terjadi pembusukan akar stek pada media tanam cocopeat + kompos dan pasir + kompos. Tanaman nenas merupakan tanaman xerofit yang tidak menyukai media tanam lembab yang dapat menyebabkan penyakit busuk akar. Serangan gulma pada tahap persemaian dan pembibitan relatif rendah sehingga pengendaliannya dilakukan secara manual yaitu dengan cara mencabut gulma yang tumbuh di sekitar tanaman. Pencabutan gulma dilakukan secara hatihati untuk menghindari tanaman ikut tercabut.
Serangan hama mulai terlihat pada umur 14 MST yaitu hama Dysmicoccos brevipes (kutu putih). Serangan hama tidak terlalu berarti karena belum terlihat gejala serangan pada tanaman. Pengendalian hama dilakukan secara manual dengan cara mengambil langsung hama yang menyerang pada bagian pangkal tanaman.
Tahap Persemaian Pengaruh Faktor Tunggal Media Tanam terhadap Pertumbuhan Stek Basal Daun Mahkota Buah Nenas di Persemaian Persentase Stek Hidup Berdasarkan Lampiran 2 dapat dilihat bahwa faktor tunggal media tanam berpengaruh nyata terhadap persentase stek hidup pada 2 MST dan 8 MST. Nilai rataan persentase stek hidup dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pengaruh Media Tanam terhadap Tolok Ukur Persentase Stek Hidup pada 2 MST dan 8 MST Perlakuan Arang Sekam + Kompos Cocopeat + Kompos Pasir + Kompos Arang Sekam Uji F-Hitung Koefisien Keragaman
Persentase Stek Hidup (%) 2 MST 8 MST 72.22 b 74.67 b 88.67 a 89.56 a 90.22 a 91.78 a 20.67 c 21.33 c ** ** 11.99 10.75
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang berbeda pada setiap pengamatan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.
Media tanam pasir + kompos memberikan nilai persentase stek hidup tertinggi yaitu sebesar 90.22 % (2 MST) dan 91.78 % (8 MST). Nilai rataan terendah ditunjukkan oleh media tanam arang sekam yaitu 20.67 % (2 MST) dan 21.33 % (8 MST).
Persentase Stek Berakar Berdasarkan Lampiran 2 dapat dilihat bahwa faktor tunggal media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap persentase stek berakar pada 2 MST dan 8 MST. Nilai rataan persentase stek berakar dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pengaruh Media Tanam terhadap Tolok Ukur Persentase Stek Berakar pada 2 MST dan 8 MST Perlakuan Arang Sekam + Kompos Cocopeat + Kompos Pasir + Kompos Arang Sekam Uji F-Hitung Koefisien Keragaman
Persentase Stek Berakar (%) 2 MST 8 MST 49.78 b 51.78 b 88.89 a 90.67 a 79.33 a 84.44 a 23.11 c 24.44 c ** ** 18.58 15.43
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang berbeda pada setiap pengamatan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.
Media tanam cocopeat + kompos memberikan nilai persentase stek berakar tertinggi yaitu sebesar 88.89 % (2 MST) dan 90.67 % (8 MST). Nilai rataan persentase stek berakar terendah ditunjukkan oleh media tanam arang sekam yaitu sebesar 23.11 % (2 MST) dan 24.44 % (8 MST).
Persentase Stek Bertunas Berdasarkan Lampiran 2 dapat dilihat bahwa faktor tunggal media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap persentase stek bertunas pada 2 MST dan 8 MST. Nilai rataan persentase stek bertunas dapat dilihat pada Tabel 3. Media tanam cocopeat + kompos memberikan nilai persentase stek bertunas tertinggi yaitu sebesar 90.67 % (2 MST) dan 93.33 % (8 MST). Nilai rataan persentase stek bertunas terendah ditunjukkan oleh media tanam arang sekam yaitu 22.22 % (2 MST) dan 23.78 % (8 MST).
Tabel 3. Pengaruh Media Tanam terhadap Tolok Ukur Persentase Stek Bertunas pada 2 MST dan 8 MST Perlakuan Arang Sekam + Kompos Cocopeat + Kompos Pasir + Kompos Arang Sekam Uji F-Hitung Koefisien Keragaman
Persentase Stek Bertunas (%) 2 MST 8 MST 51.11 b 52.67 b 90.67 a 93.33 a 86.22 a 89.56 a 22.22 c 23.78 c ** ** 16.69 14.33
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang berbeda pada setiap pengamatan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.
Panjang Akar Berdasarkan Lampiran 2 dapat dilihat bahwa faktor tunggal media tanam berpengaruh nyata terhadap panjang akar pada 2 MST dan 8 MST. Nilai rataan panjang akar dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Pengaruh Media Tanam terhadap Tolok Ukur Panjang Akar pada 2 MST dan 8 MST Perlakuan Arang sekam + Kompos Cocopeat + Kompos Pasir + Kompos Arang sekam Uji F-Hitung Koefisien Keragaman
Panjang Akar 2 MST 0.82 a 0.81 a 0.92 a 0.11 b ** 64.26
8 MST 6.91 b 8.69 a 6.59 b 4.32 c ** 14.67
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang berbeda pada setiap pengamatan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.
Nilai rataan panjang akar tertinggi pada 2 MST ditunjukkan oleh media tanam pasir + kompos dengan nilai sebesar 0.92 cm, sedangkan nilai rataan panjang akar tertinggi pada 4 MST hingga 8 MST ditunjukkan oleh media tanam cocopeat+kompos dengan nilai sebesar 3.27 cm (4 MST), 6.08 cm (6 MST), 8.69 cm (8 MST). Nilai rataan panjang akar terendah ditunjukkan oleh media tanam
arang sekam yaitu sebesar 0.11 cm (2 MST), 0.94 cm (4 MST), 3.01 cm (6 MST) dan 4.32 cm (8 MST).
Tinggi Tunas Berdasarkan Lampiran 2 dapat dilihat bahwa faktor tunggal media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas pada 2, 4, 6 dan 8 MST. Nilai rataan tinggi tunas dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Pengaruh Media Tanam terhadap Tolok Ukur Tinggi Tunas pada 2 MST - 8 MST Perlakuan Arang sekam + Kompos Cocopeat + Kompos Pasir + Kompos Arang sekam Uji F-Hitung Koefisien Keragaman
2 MST 0.16 bc 0.25 ab 0.32 a 0.10 c * 70.06
Tinggi Tunas (cm) 4 MST 6 MST 0.94 b 2.04 b 1.32 a 3.21 a 1.41 a 3.08 a 0.30 c 1.18 c ** ** 32.91 16.3
8 MST 3.07 b 4.89 a 4.71 a 2.41 c ** 16.88
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang berbeda pada setiap pengamatan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.
Nilai rataan tinggi tunas tertinggi pada 2 MST dan 4 MST ditunjukkan oleh media tanam pasir + kompos dengan nilai sebesar 0.32 cm (2 MST) dan 1.41 cm (4 MST), sedangkan nilai rataan tinggi tunas tertinggi pada 6 MST dan 8 MST ditunjukkan oleh media tanam cocopeat + kompos dengan nilai sebesar 3.21 cm (6 MST) dan 4.89 cm (8 MST). Nilai rataan tinggi tunas terendah ditunjukkan oleh media tanam arang sekam yaitu sebesar 0.10 cm (2 MST), 0.30 cm (4 MST), 1.18 cm (6 MST) dan 2.41 cm (8 MST).
Pengaruh Faktor Tunggal Konsentrasi Auksin terhadap Pertumbuhan Stek Basal Daun Mahkota Buah Nenas di Persemaian Persentase Stek Hidup Berdasarkan Lampiran 2 dapat dilihat bahwa faktor tunggal konsentrasi auksin tidak berpengaruh nyata terhadap persentase stek hidup pada 2, 4, 6 dan 8 MST. Nilai rataan persentase stek hidup dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Pengaruh Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Persentase Stek Hidup pada 2 MST dan 8 MST. Perlakuan 0 ppm 0.17 ppm 0.34 ppm Uji F-Hitung Koefisien Keragaman
Persentase Stek Hidup (%) 2 MST 8 MST 66.50 68.50 70.00 70.83 67.33 68.67 tn tn 11.99 10.75
Konsentrasi auksin 0.17 ppm memberikan nilai rataan persentase stek hidup tertinggi pada 2 MST sampai 8 MST yaitu sebesar 70 % (2 MST), 70.83 % (8 MST). Nilai rataan persentase stek hidup terendah ditunjukkan oleh konsentrasi auksin 0 ppm yaitu sebesar 66.5 % (2 MST) dan 68.5 % (8 MST).
Persentase Stek Berakar Berdasarkan Lampiran 2 dapat dilihat bahwa faktor tunggal konsentrasi auksin tidak berpengaruh nyata terhadap persentase stek berakar pada 2 MST dan 8 MST. Nilai rataan persentase stek berakar dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pengaruh Faktor Tunggal Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Persentase Stek Berakar pada 2 MST dan 8 MST. Perlakuan 0 ppm 0.17 ppm 0.34 ppm Uji F-Hitung Koefisien Keragaman
Persentase Stek Berakar 2 MST 8 MST 58.67 63.83 61.50 61.50 60.67 63.17 tn tn 18.58 15.43
Nilai rataan persentase stek berakar tertinggi pada 2 MST ditunjukkan pada konsentrasi auksin 0.17 ppm yaitu sebesar 61.50 % sedangkan pada 8 MST ditunjukkan pada konsentrasi auksin 0 ppm yaitu sebesar 63.83 %. Nilai rataan terendah persentase stek berakar pada 2 MST ditunjukkan pada konsentrasi auksin 0 ppm yaitu sebesar 58.67 % sedangkan pada 8 MST ditunjukkan pada perlakuan konsentrasi auksin 0.17 ppm yaitu sebesar 61.50 %.
Persentase Stek Bertunas Berdasarkan Lampiran 2 dapat dilihat bahwa faktor tunggal konsentrasi auksin tidak berpengaruh nyata terhadap persentase stek bertunas pada 2, 4, 6 dan 8 MST. Nilai rataan persentase stek bertunas dapat dilihat pada Tabel 8. Konsentrasi auksin 0.34 ppm memberikan nilai rataan persentase stek bertunas tertinggi pada 2 MST hingga 8 MST yaitu sebesar 63.17 % (2 MST) dan 65.67 % (8 MST). Nilai rataan terendah persentase stek bertunas pada 2 MST ditunjukkan oleh konsentrasi auksin 0 ppm sebesar 61.67 %, sedangkan pada 8 MST ditunjukkan oleh konsentrasi auksin 0.17 ppm dengan nilai sebesar 64 %. Tabel 8. Pengaruh Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Persentase Stek Bertunas pada 2 MST dan 8 MST. Perlakuan 0 ppm 0.17 ppm 0.34 ppm Uji F-Hitung Koefisien Keragaman
Persentase Stek Bertunas 2 MST 8 MST 61.67 64.83 62.83 64.00 63.17 65.67 tn tn 16.69 14.34
Panjang Akar Berdasarkan Lampiran 2 dapat dilihat bahwa faktor tunggal konsentrasi auksin tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar pada 2 dan 8 MST. Nilai rataan panjang akar dapat dilihat pada Tabel 9. Konsentrasi auksin 0 ppm memberikan nilai rataan panjang akar tertinggi pada 2 dan 8 MST dengan nilai sebesar 0.88 cm (2 MST) dan 7.12 cm (8 MST), sedangkan nilai rataan panjang akar terendah ditunjukkan pada perlakuan konsentrasi auksin 0.17 ppm dengan nilai 0.52 cm (2 MST) dan 6.32 cm (8 MST).
Tabel 9. Pengaruh Faktor Tunggal Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Panjang Akar pada 2 MST dan 8 MST. Perlakuan Panjang Akar 2 MST 8 MST 0 ppm 0.88 7.12 0.17 ppm 0.52 6.32 0.34 ppm 0.60 6.45 Uji F-Hitung tn tn Koefisien Keragaman 64.26 14.67 Tinggi Tunas Berdasarkan Lampiran 2 dapat dilihat bahwa faktor tunggal konsentrasi auksin tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas pada 2, 4, 6 dan 8 MST. Nilai rataan tinggi tunas dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Pengaruh Faktor Tunggal Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Tinggi Tunas pada 2 MST – 8 MST. Perlakuan Tinggi Tunas 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 0 ppm 0.24 1.08 2.44 3.81 0.17 ppm 0.20 0.92 2.49 4.02 0.34 ppm 0.18 0.98 2.21 3.48 Uji F-Hitung tn tn tn tn Koefisien Keragaman 70.06 32.91 16.3 16.88 Nilai rataan tinggi tunas tertinggi pada 2 dan 4 MST ditunjukkan pada perlakuan konsentrasi auksin 0 ppm yaitu sebesar 0.24 cm (2 MST) dan 1.08 cm (4 MST), sedangkan nilai rataan tinggi tunas tertinggi pada 6 dan 8 MST ditunjukkan pada perlakuan konsentrasi auksin 0.17 ppm yaitu sebesar 2.49 cm (6 MST) dan 4.02 cm (8 MST). Nilai rataan tinggi tunas terendah pada 2, 6 dan 8 MST ditunjukkan pada perlakuan konsentrasi auksin 0.34 ppm yaitu dengan nilai 0.18 cm (2 MST), 2.21 (6 MST) dan 3.48 cm (8 MST), sedangkan pada 4 MST nilai tinggi tunas terendah ditunjukkan pada perlakuan konsentrasi auksin 0.17 ppm yaitu sebesar 0.92 cm.
Pengaruh Interaksi Media Tanam dan Konsentrasi Auksin terhadap Pertumbuhan Stek Basal Daun Mahkota Buah Nenas di Persemaian Persentase Stek Hidup Berdasarkan Lampiran 2 dapat dilihat bahwa interaksi perlakuan media tanam dan konsentrasi auksin tidak berpengaruh nyata terhadap persentase stek hidup pada 2 MST dan 8 MST. Nilai rataan persentase stek hidup dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Interaksi Media Tanam dan Konsentrasi Auksin terhadap Persentase Stek Hidup pada 2 MST dan 8 MST Persentase Stek Hidup Perlakuan 2 MST 8 MST Arang sekam + Kompos, 0 ppm 65.33 69.33 Arang sekam + Kompos, 0.17 ppm 84.00 84.67 Arang sekam + Kompos, 0.34 ppm 67.33 70.00 Cocopeat + Kompos, 0 ppm 86.00 87.33 Cocopeat + Kompos, 0.17 ppm 88.67 90.00 Cocopeat + Kompos, 0.34 ppm 91.33 91.33 Pasir + Kompos, 0 ppm 94.67 96.67 Pasir + Kompos, 0.17 ppm 85.33 86.67 Pasir + Kompos, 0.34 ppm 90.67 92.00 Arang sekam, 0 ppm 20.00 20.67 Arang sekam, 0.17 ppm 22.00 22.00 Arang sekam, 0.34 ppm 20.00 21.33 Uji F-Hitung tn tn Koefisien Keragaman 11.99 10.75 Interaksi perlakuan media tanam pasir + kompos dengan konsentrasi auksin 0 ppm memiliki nilai persentase stek hidup tertinggi yaitu sebesar 94.67 % (2 MST) dan 96.67 % (8 MST), sedangkan nilai stek hidup terendah yaitu pada interaksi perlakuan media tanam arang sekam dengan konsentrasi auksin 0 ppm yaitu sebesar 20 % (2 MST) dan 20.67 % (8 MST).
Persentase Stek Berakar Berdasarkan Lampiran 2 dapat dilihat bahwa interaksi media tanam dan konsentrasi auksin tidak berpengaruh nyata terhadap persentase stek berakar pada
2 MST dan berpengaruh sangat nyata pada 8 MST. Nilai rataan persentase stek berakar dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Interaksi Media Tanam dan Konsentrasi Auksin terhadap Persentase Stek Berakar pada 2 MST dan 8 MST Persentase Stek Berakar Perlakuan Arang sekam + Kompos, 0 ppm Arang sekam + Kompos, 0.17 ppm Arang sekam + Kompos, 0.34 ppm Cocopeat + Kompos, 0 ppm Cocopeat + Kompos, 0.17 ppm Cocopeat + Kompos, 0.34 ppm Pasir + Kompos, 0 ppm Pasir + Kompos, 0.17 ppm Pasir + Kompos, 0.34 ppm Arang sekam, 0 ppm Arang sekam, 0.17 ppm Arang sekam, 0.34 ppm Uji F-Hitung Koefisien Keragaman
2 MST 42.67 56.67 50.00 92.00 80.00 94.67 77.33 84.00 76.67 22.67 25.33 21.33 tn 18.58
8 MST 46.00 d 54.67 d 54.67 d 94.67 a 81.33 bc 96.00 a 90.67 ab 82.67 bc 80.00 c 24.00 e 27.33 e 22.00 e ** 15.43
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang berbeda pada setiap pengamatan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.
Interaksi perlakuan media tanam cocopeat + kompos dengan konsentrasi auksin 0.34 ppm memiliki nilai persentase stek berakar tertinggi pada 8 MST yaitu 96 %, sedangkan nilai persentase stek berakar terendah ditunjukkan oleh interaksi media tanam arang sekam dengan konsentrasi auksin 0.34 ppm yaitu 22 %.
Persentase Stek Bertunas Berdasarkan Lampiran 2 dapat dilihat bahwa interaksi perlakuan media tanam dan konsentrasi auksin tidak berpengaruh nyata terhadap persentase stek bertunas pada 2 MST dan 8 MST. Nilai rataan persentase stek bertunas dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Interaksi Media Tanam dan Konsentrasi Auksin terhadap Persentase Stek Bertunas pada 2 MST dan 8 MST Persentase Stek Bertunas Perlakuan Arang sekam + Kompos, 0 ppm Arang sekam + Kompos, 0.17 ppm Arang sekam + Kompos, 0.34 ppm Cocopeat + Kompos, 0 ppm Cocopeat + Kompos, 0.17 ppm Cocopeat + Kompos, 0.34 ppm Pasir + Kompos, 0 ppm Pasir + Kompos, 0.17 ppm Pasir + Kompos, 0.34 ppm Arang sekam, 0 ppm Arang sekam, 0.17 ppm Arang sekam, 0.34 ppm Uji F-Hitung Koefisien Keragaman
2 MST 46.67 53.33 53.33 90.00 90.67 91.33 91.33 84.00 83.33 18.67 23.33 24.67 tn 16.69
8 MST 50.67 52.67 54.67 92.67 92.00 95.33 94.67 87.33 86.67 21.33 24.00 26.00 tn 14.34
Nilai persentase stek bertunas tertinggi pada 2 MST ditunjukkan dengan nilai sebesar 91.33 % yaitu pada perlakuan media tanam cocopeat + kompos dengan konsentrasi auksin 0.34 ppm serta media tanam pasir + kompos dengan konsentrasi auksin 0 ppm. Pada 8 MST nilai tertinggi persentase stek bertunas sebesar 95.33 %. Nilai persentase stek bertunas terendah ditunjukkan oleh media tanam arang sekam dengan konsentrasi auksin 0 ppm sebesar 18.67 % (2 MST) dan 21.33 % (8 MST).
Panjang Akar Berdasarkan Lampiran 2 dapat dilihat bahwa interaksi perlakuan media tanam dan konsentrasi auksin tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar pada 2 MST dan 8 MST. Nilai rataan panjang akar dapat dilihat pada Tabel 14. Nilai rataan panjang akar tertinggi pada 2 MST ditunjukkan oleh interaksi perlakuan media tanam arang sekam + kompos dengan konsentrasi auksin 0 ppm sebesar 1.25 cm, sedangkan pada 8 MST ditunjukkan oleh interaksi perlakuan media tanam cocopeat+kompos dengan konsentrasi auksin 0 ppm sebesar 8.95 cm. Interaksi media tanam arang sekam dengan konsentrasi auksin 0.34 ppm
memiliki nilai rataan panjang akar terendah yaitu 0.03 cm (2 MST) dan 3.52 cm (8 MST). Tabel 14. Interaksi Media Tanam dan Konsentrasi Auksin terhadap Panjang Akar pada 2 MST dan 8 MST Perlakuan Arang sekam + Kompos, 0 ppm Arang sekam + Kompos, 0.17 ppm Arang sekam + Kompos, 0.34 ppm Cocopeat + Kompos, 0 ppm Cocopeat + Kompos, 0.17 ppm Cocopeat + Kompos, 0.34 ppm Pasir + Kompos, 0 ppm Pasir + Kompos, 0.17 ppm Pasir + Kompos, 0.34 ppm Arang sekam, 0 ppm Arang sekam, 0.17 ppm Arang sekam, 0.34 ppm Uji F-Hitung Koefisien Keragaman
Panjang Akar 2 MST 1.25 0.40 0.81 1.04 0.71 0.67 1.13 0.74 0.89 0.10 0.21 0.03 tn 64.26
8 MST 6.97 6.23 7.56 8.95 8.52 8.59 7.13 6.51 6.15 5.37 4.06 3.52 tn 14.67
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang berbeda pada setiap pengamatan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.
Tinggi Tunas Berdasarkan Lampiran 2 dapat dilihat bahwa interaksi perlakuan media tanam dan konsentrasi auksin tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas pada 2 MST dan 4 MST, sedangkan pada 6 MST dan 8 MST memberikan pengaruh yang nyata. Nilai rataan tinggi tunas dapat dilihat pada Tabel 15. Nilai rataan tinggi tunas tertinggi pada 4 MST dan 8 MST ditunjukkan oleh interaksi media tanam pasir + kompos dengan konsentrasi auksin 0.17 ppm sebesar 1.70 cm dan 5.59 cm. Nilai rataan terendahnya ditunjukkan oleh media tanam arang sekam dengan konsentrasi auksin 0.34 ppm yaitu 0.20 cm, sedangkan pada 8 MST ditunjukkan oleh media arang sekam dengan konsentrasi auksin 0 ppm sebesar 2.13 cm.
Tabel 15. Interaksi Media Tanam dan Konsentrasi Auksin terhadap Tinggi Tunas pada 2 MST – 8 MST. Perlakuan Arang sekam + Kompos, 0 ppm Arang sekam + Kompos, 0.17 ppm Arang sekam + Kompos, 0.34 ppm Cocopeat + Kompos, 0 ppm Cocopeat + Kompos, 0.17 ppm Cocopeat + Kompos, 0.34 ppm Pasir + Kompos, 0 ppm Pasir + Kompos, 0.17 ppm Pasir + Kompos, 0.34ppm Arang sekam, 0 ppm Arang sekam, 0.17 ppm Arang sekam, 0.34 ppm Uji F-Hitung Koefisien Keragaman
2 MST 0.14 0.14 0.21 0.23 0.25 0.27 0.50 0.28 0.19 0.10 0.13 0.07 tn 70.06
Tinggi Tunas 4 MST 6 MST 0.93 1.90 de 0.77 2.20 d 1.12 2.02 de 1.52 3.35 ab 1.02 3.01 bc 1.41 3.26 ab 1.37 3.08 abc 1.70 3.73 a 1.17 2.45 cd 0.50 1.42 ef 0.21 1.01 f 0.20 1.11 f tn * 32.91 16.30
8 MST 3.19 de 3.22 de 2.81 ef 5.21 ab 4.86 ab 4.59 bc 4.71 ab 5.59 a 3.82 cd 2.13 f 2.39 ef 2.71 ef * 16.88
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang berbeda pada setiap pengamatan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.
Rochiman dan Harjadi (1973) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan hidup stek antara lain adalah media tanam dan zat pengatur tumbuh. Hartman et.al. (1990) media tanam berfungsi untuk menjaga dan memasok air serta mengatur kelembaban dan aerasi serta menahan stek selama
pertumbuhan
akar,
memiliki
aerasi
dan
drainase
yang
baik,
mempertahankan kelembaban dan bebas dari penyakit. Media tanam yang sering digunakan pada penyetekan antara lain arang sekam, cocopeat dan pasir. Ketiga media tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga digunakan kompos sebagai media pencampur. Berdasarkan Uji F perlakuan interaksi media tanam dan konsentrasi auksin tidak berpengaruh nyata terhadap persentase stek hidup, persentase stek berakar pada 2 MST, persentase stek bertunas, panjang akar dan tinggi tunas pada 2 MST dan 4 MST, akan tetapi memberikan pengaruh sangat nyata terhadap persentase stek berakar pada 8 MST dan memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tunas pada 6 MST dan 8 MST. Nilai rataan tertinggi persentase stek hidup ditunjukkan
oleh interaksi media tanam pasir + kompos dengan konsentrasi auksin 0 ppm, nilai rataan tertinggi persentase stek bertunas dan berakar ditunjukkan oleh interaksi media tanam cocopeat + kompos dengan konsentrasi auksin 0.34 ppm, nilai rataan tertinggi tinggi tanaman ditunjukkan oleh interaksi media tanam pasir + kompos dengan konsentrasi auksin 0.17 ppm, sedangkan nilai rataan tertinggi panjang akar ditunjukkan oleh interaksi media tanam cocopeat + kompos dengan konsentrasi auksin 0 ppm yang hasilnya tidak berbeda nyata dengan hasil nilai rataan pada interaksi media tanam cocopeat + kompos dengan konsentrasi auksin 0.34 ppm. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media tanam cocopeat + kompos merupakan media tanam yang paling baik untuk pertumbuhan stek basal daun nenas di persemaian. Hal tersebut disebabkan karena media tanam cocopeat + kompos mempunyai pori mikro yang mampu menghambat gerakan air lebih besar sehingga menyebabkan ketersediaan airnya lebih tinggi. Media tanam yang lembab akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan akar. Rimando (2004) menyatakan bahwa cocopeat mempunyai kemampuan memegang air yang tinggi, berdrainase baik, memiliki lignin dan selulosa yang tinggi sehingga resisten terhadap respon pelapukan. Penyusutan pada cocopeat yang lambat dapat menjaga keseimbangan udara dan air pada zona perakaran untuk periode yang lama.. Yuhasnita (2007) menyatakan bahwa media yang mempunyai aerasi dan drainase dapat memperlancar pertukaran udara yang menyebabkan pertumbuhan akar dan tunas pada bibit salam (Eugenia polyantha Wight.) lebih baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Perdana (2007) yang menyatakan bahwa jumlah rata-rata tanaman hidup dalam setiap perlakuan yang paling banyak dihasilkan adalah tanaman Gloxinia (Sinningia speciosa) yang ditanam pada media cocopaet : humus dengan perbandingan 1:2 (v/v) yaitu sebanyak 40 tanaman. Riyanti (2008) menambahkan bahwa media cocopeat : humus daun bambu dengan perbandingan 1:1 (v/v) memberikan hasil tertinggi pada bibit tanaman sirih merah (Piper crocatum Ruiz and Pav.) untuk peubah waktu daun muncul atau tunas muda muncul yaitu pada 4.1 minggu. Interaksi antara media tanam cocopeat + kompos dengan konsentrasi auksin 0.34 ppm menyebabkan tingginya nilai persentase stek bertunas dan persentase stek berakar. Hal ini diduga karena pada konsentrasi 0.34 ppm
mengandung auksin yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan awal akar. Hal ini sesuai dengan Gardner et. al. (1991) yang mengemukakan bahwa kadar auksin akan berpengaruh terhadap perkembangan awal akar. Penambahan konsentrasi auksin yang tepat dapat berpengaruh terhadap setimbangnya hormon pada stek yang dapat mempercepat terbentuknya tunas. Faktor tunggal media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap semua tolok ukur pertumbuhan stek basal daun di persemaian. Media tanam cocopeat + kompos memberikan nilai rataan tertinggi pada tolok ukur persentase stek bertunas (93.33 %), persentase stek berakar (90.67 %), tinggi tunas (4.89 cm) dan panjang akar (8.69 cm) sedangkan media tanam pasir + kompos memberikan nilai rataan tertinggi pada tolok ukur persentase stek hidup (91.78 %). Pengamatan 8 MST terlihat adanya peningkatan terhadap persentase stek hidup yang ditunjukkan dengan masih terdapat stek yang terlihat masih segar dan mulai tumbuh akar. Hal tersebut diduga karena stek daun nenas masih memiliki cadangan makanan untuk memenuhi kebutuhan hara, sehingga untuk pertumbuhannya sampai umur 8 MST tidak memerlukan masukan hara dari luar. Kebutuhan hara dipenuhi dari daun dan jaringan meristem (basal daun). Napitupulu (2006) menyatakan bahwa pada awal penanaman stek batang Euphorbia milii stek masih memiliki cadangan makanan yang cukup sehingga mampu memenuhi nutrisi bahan stek agar tetap bertahan hidup dimana bahan stek masih terlihat segar dan tahan terhadap penyakit. Faktor tunggal media tanam berpengaruh terhadap peningkatan persentase stek berakar, dengan adanya peningkatan nilai persentase dari 2 MST ke 8 MST. Purwanto (2006) akar yang sehat berwarna putih, tampak berisi dan akar yang sakit berwarna cokelat dan terlihat tidak berisi atau lemah. Susanti (2003) menambahkan bahwa pada stek Anyelir yang hidup dan tidak berakar masih berwarna hijau dan primordial akar berwarna putih dengan kalus yang belum keluar, sedangkan pada penelitian Napitupulu (2006) menunjukan bahwa stek yang tidak mampu berakar pada Euphorbia milii dicirikan dengan daun yang layu dan menguning serta stek tidak terlihat segar lagi. Faktor tunggal konsentrasi auksin tidak berpengaruh nyata terhadap tolok ukur persentase stek hidup, persentase stek bertunas, persentase stek berakar, tinggi tunas dan panjang akar. Kondisi tunas yang dihasilkan pada stek basal daun
mahkota nenas ditunjukkan pada Gambar 3. Hasil penelitian menunjukan bahwa persentase stek hidup tertinggi ditunjukan oleh perlakuan konsentrasi auksin 0.17 ppm sebesar 70.83 % dan persentase stek bertunas sebesar 65.67 %, sedangkan nilai tertinggi persentase stek berakar dan panjang akar ditunjukan oleh perlakuan konsentrasi auksin 0 ppm yaitu sebesar 63.83 % dan 7.12 cm. Hal ini sesuai dengan penelitian Akbar (1999) pemberian ZPT tidak berpengaruh nyata terhadap daya hidup stek bibit muda Acacia crassicarpa. Hal ini diduga karena daya hidup stek lebih dipengaruhi oleh faktor internal yaitu zat pengatur tumbuh endogen. Janick (1981) tanaman pada umumnya dapat mensintesis hormonnya sendiri yaitu auksin endogen (fitohormon) pada organ tertentu yang pada gilirannya berfungsi untuk merangsang terjadinya respon pada organ lain. Bahan stek mempunyai kandungan auksin yang berbeda-beda sehingga pemberian auksin dengan dosis yang tepat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan bahan stek.
A.
B.
C. Gambar 3. Kondisi Tunas Hasil Stek Basal Daun Mahkota Nenas Keterangan: A. Stek basal daun mahkota nenas pada konsentrasi auksin 0 ppm B. Stek basal daun mahkota nenas pada konsentrasi auksin 0.17 ppm C. Stek basal daun mahkota nenas pada konsentrasi auksin 0.34 ppm
Tahap Pembibitan Pengaruh Faktor Tunggal Media Tanam terhadap Pertumbuhan Stek Basal daun Mahkota Buah Nenas di Pembibitan Panjang Akar Berdasarkan Lampiran 3 dapat dilihat bahwa faktor tunggal media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur panjang akar pada 10 dan 16 MST. Nilai rataan panjang akar dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Pengaruh Media Tanam terhadap Tolok Ukur Panjang Akar pada 10 MST dan 16 MST. Perlakuan Panjang Akar 10 MST 16 MST Arang sekam + Kompos 7.85 b 10.80 bc Cocopeat + Kompos 11.46 a 18.72 a Pasir + Kompos 7.68 b 11.81 b Arang sekam 5.95 c 9.14 c Uji F-Hitung ** ** Koefisien Keragaman 16.47 12.38 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang berbeda pada setiap pengamatan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.
Media tanam cocopeat + kompos memberikan nilai rataan panjang akar tertinggi pada 10 dan 16 MST dengan nilai 11.46 cm (10 MST) dan 18.72 cm (16 MST) sedangkan nilai rataan panjang akar terendah ditunjukkan oleh media tanam arang sekam dengan nilai 5.95 cm (10 MST) dan 9.14 cm (16 MST).
Tinggi Tunas Berdasarkan Lampiran 3 dapat dilihat bahwa faktor tunggal media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur tinggi tunas pada 10 sampai 16 MST. Nilai rataan tinggi tunas dapat dilihat pada Tabel 17. Media tanam pasir + kompos memberikan nilai rataan tinggi tunas tertinggi pada 10 sampai 16 MST yaitu sebesar 6.82 cm (10 MST), 7.99 cm (12 MST), 9.5 cm (14 MST) dan 10.63 cm (16 MST), sedangkan nilai rataan tinggi tunas terendah pada 10 dan 12 MST ditunjukkan oleh media tanam arang sekam dengan nilai 2.92 cm (10 MST) dan 3.55 cm (12 MST). Nilai rataan tinggi tunas
terendah pada 14 dan 16 MST ditunjukkan oleh media tanam arang sekam + kompos dengan nilai 4.08 cm (14 MST) dan 4.34 cm (16 MST). Tabel 17. Pengaruh Media Tanam terhadap Tolok Ukur Tinggi Tunas pada 10 MST - 16 MST Perlakuan Tinggi Tunas 10 MST 12 MST 14 MST 16 MST Arang sekam + Kompos 3.54 b 3.84 c 4.08 c 4.34 c Cocopeat + Kompos 6.06 a 6.95 b 7.75 b 8.52 b Pasir + Kompos 6.82 a 7.99 a 9.35 a 10.63 a Arang sekam 2.92 b 3.55 c 4.43 c 4.72 c Uji F-Hitung ** ** ** ** Koefisien Keragaman 15.8 11.86 9.56 12.36 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang berbeda pada setiap pengamatan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.
Lebar Daun Berdasarkan Lampiran 3 dapat dilihat bahwa faktor tunggal media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur lebar daun pada 10, 14 dan 16 MST sedangkan pada 12 MST tidak berpengaruh nyata. Nilai rataan lebar daun dapat dilihat pada Tabel 18. Media tanam pasir + kompos memberikan nilai rataan lebar daun tertinggi pada 10 dan 16 MST dengan nilai 1.62 cm (10 MST) dan 1.84 cm (16 MST) sedangkan nilai rataan terendah pada 10 dan 16 MST ditunjukkan oleh media tanam arang sekam + kompos dengan nilai 1.10 cm (10 MST) dan 1.26 cm (16 MST). Tabel 18. Pengaruh Media Tanam terhadap Tolok Ukur Lebar Daun pada 10 MST - 16 MST Perlakuan Lebar Daun 10 MST 12 MST 14 MST 16 MST Arang sekam + Kompos 1.10 b 1.15 b 1.22 b 1.26 b Cocopeat + Kompos 1.54 a 1.60 a 1.66 a 1.73 a Pasir + Kompos 1.62 a 1.69 a 1.76 a 1.84 a Arang sekam 1.38 a 1.48 a 1.65 a 1.74 a Uji F-Hitung ** ** ** ** Koefisien Keragaman 13.86 11.78 10.69 10.28 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang berbeda pada setiap pengamatan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.
Jumlah Daun Berdasarkan Lampiran 3 dapat dilihat bahwa faktor tunggal media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur jumlah daun pada 10 sampai 16 MST. Nilai rataan jumlah daun dapat dilihat pada Tabel 19. Media tanam pasir + kompos memberikan nilai rataan jumlah daun tertinggi pada 10 sampai 16 MST dengan nilai 8.35 (10 MST), 8.73 (12 MST), 9.12 (14 MST) dan 9.65 (16 MST), sedangkan nilai rataan terendahnya ditunjukkan oleh media tanam arang sekam dengan nilai 4.60 (10 MST), 4.95 (12 MST), 5.25 (14 MST) dan 5.38 (16 MST). Tabel 19. Pengaruh Media Tanam terhadap Tolok Ukur Jumlah Daun pada 10 MST - 16 MST Perlakuan Jumlah Daun 10 MST 12 MST 14 MST 16 MST Arang sekam + Kompos 6.77 b 7.08 b 7.42 b 6.47 c Cocopeat + Kompos 6.97 b 7.32 b 7.57 b 8.95 b Pasir + Kompos 8.35 a 8.73 a 9.12 a 9.65 a Arang sekam 4.60 c 4.95 c 5.25 c 5.38 d Uji F-Hitung ** ** ** ** Koefisien Keragaman 5.08 4.02 5.29 6.14 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang berbeda pada setiap pengamatan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.
Jumlah Akar Berdasarkan Lampiran 3 dapat dilihat bahwa faktor tunggal media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur jumlah akar pada 16 MST. Nilai rataan jumlah akar dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Pengaruh Media Tanam terhadap Tolok Ukur Jumlah Akar pada 16 MST Perlakuan Jumlah Akar 16 MST Arang sekam + Kompos 1.73 b Cocopeat + Kompos 4.67 a Pasir + Kompos 4.43 a Arang sekam 1.75 b Uji F-Hitung ** Koefisien Keragaman 19.47
Media tanam cocopeat + kompos memberikan nilai rataan jumlah akar tertinggi pada 16 MST dengan nilai 4.67 sedangkan nilai rataan terendahnya ditunjukkan oleh media tanam arang sekam + kompos dengan nilai 1.73.
Pengaruh Faktor Tunggal Konsentrasi Auksin terhadap Pertumbuhan Stek Basal Daun Mahkota Buah Nenas di Pembibitan Panjang Akar Berdasarkan Lampiran 3 dapat dilihat bahwa faktor tunggal konsentrasi auksin tidak berpengaruh nyata terhadap tolok ukur panjang akar pada 10 dan 16 MST. Nilai rataan panjang akar dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Pengaruh Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Panjang Akar pada 10 MST dan 16 MST Perlakuan Panjang Akar 2 MST 8 MST 0 ppm 8.46 12.48 0.17 ppm 8.00 12.46 0.34 ppm 8.25 12.90 Uji F-Hitung tn tn Koefisien Keragaman 16.47 12.38 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang berbeda pada setiap pengamatan menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.
Konsentrasi auksin 0 ppm memberikan nilai rataan panjang akar tertinggi pada 10 dan 16 MST dengan nilai 8.46 cm dan konsentrasi auksin 0.34 ppm pada 16 MST dengan nilai 12.48, sedangkan nilai terendahnya ditunjukkan oleh perlakuan konsentrasi auksin 0.17 ppm dengan nilai 8.00 cm (10 MST) dan 12.46 cm (16 MST).
Tinggi Tunas Berdasarkan Tabel Lampiran 3 dapat dilihat bahwa faktor tunggal konsentrasi auksin tidak berpengaruh nyata terhadap tolok ukur tinggi tunas pada 10 sampai 16 MST. Nilai rataan tinggi tunas dapat dilihat pada Tabel 22. Konsentrasi auksin 0 ppm memberikan nilai rataan tinggi tunas tertinggi pada 10 sampai 16 MST dengan nilai 4.99 cm (10 MST), 5.81 cm (12 MST), 6.54
cm (14 MST) dan 7.31 cm (16 MST), sedangkan nilai rataan terendahnya ditunjukkan oleh perlakuan konsentrasi auksin 0.34 ppm dengan nilai 4.67 cm (10 MST), 5.31 cm (12 MST), 6.19 cm (14 MST) dan 6.73 cm (16 MST). Tabel 22. Pengaruh Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Tinggi Tunas pada 10 MST - 16 MST Perlakuan Tinggi Tunas 10 MST 12 MST 14 MST 16 MST 0 ppm 4.99 5.81 6.54 7.31 0.17 ppm 4.85 5.62 6.48 7.11 0.34 ppm 4.67 5.31 6.19 6.73 Uji F-Hitung tn tn tn tn Koefisien Keragaman 15.8 11.86 9.56 12.36 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang berbeda pada setiap pengamatan menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.
Lebar Daun Berdasarkan Lampiran 3 dapat dilihat bahwa faktor tunggal konsentrasi auksin tidak berpengaruh nyata terhadap tolok ukur lebar daun pada 10 dan 12 MST, berpengaruh nyata pada 14 dan 16 MST. Nilai rataan lebar daun dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Pengaruh Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Lebar Daun pada 10 MST - 16 MST Perlakuan Lebar Daun 10 MST 12 MST 14 MST 16 MST 0 ppm 1.38 1.40 1.47 b 1.53 b 0.17 ppm 1.39 1.57 1.71 a 1.79 a 0.34 ppm 1.47 1.47 1.54 a 1.61 ab Uji F-Hitung tn tn * * Koefisien Keragaman 13.86 11.78 10.69 10.28 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang berbeda pada setiap pengamatan menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.
Pada 12 sampai 16 MST nilai rataan tertinggi lebar daun ditunjukkan oleh konsentrasi auksin 0.17 ppm dengan nilai 1.57 cm (12 MST), 1.71 cm (14 MST) dan 1.79 cm (16 MST). Nilai rataan terendah ditunjukkan oleh konsentrasi auksin
0 ppm dengan nilai 1.38 cm (10 MST), 1.40 cm (12 MST), 1.47 cm (14 MST) dan 1.53 cm (16 MST).
Jumlah Daun Berdasarkan Lampiran 3 dapat dilihat bahwa faktor tunggal konsentrasi auksin tidak berpengaruh nyata terhadap tolok ukur jumlah daun pada 10 sampai 16 MST. Nilai rataan jumlah daun dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Pengaruh Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Jumlah Daun pada 10 MST - 16 MST Perlakuan Jumlah Daun 10 MST 12 MST 14 MST 16 MST 0 ppm 6.66 6.96 7.21 7.58 0.17 ppm 6.56 6.94 7.31 7.54 0.34 ppm 6.78 7.16 7.49 7.73 Uji F-Hitung tn tn tn tn Koefisien Keragaman 5.08 4.02 5.29 6.14 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang berbeda pada setiap pengamatan menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.
Konsentrasi auksin 0.34 ppm memberikan nilai rataan jumlah daun tertinggi pada 10 sampai 16 MST dengan nilai 6.78 (10 MST), 7.16 (12 MST), 7.49 (14 MST) dan 7.73 (16 MST). Nilai rataan terendah pada 10, 12 dan 16 MST ditunjukkan oleh konsentrasi auksin 0.17 ppm dengan nilai 6.56 (10 MST), 6.94 (12 MST) dan 7.54 (16 MST) sedangkan pada 14 MST ditunjukkan oleh konsentrasi auksin 0 ppm dengan nilai 7.21.
Jumlah Akar Berdasarkan Lampiran 3 dapat dilihat bahwa faktor tunggal konsentrasi auksin tidak berpengaruh nyata terhadap tolok ukur jumlah akar pada 16 MST. Nilai rataan jumlah akar dapat dilihat pada Tabel 25. Konsentrasi auksin 0.17 ppm memberikan nilai rataan jumlah akar tertinggi pada 16 MST dengan nilai 3.41 sedangkan nilai terendah ditunjukkan oleh konsentrasi auksin 0.34 ppm dengan nilai 2.78.
Tabel 25. Pengaruh Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Jumlah Akar pada 16 MST Jumlah Akar 16 MST 3.25 3.41 2.78 tn 19.47
Perlakuan 0 ppm 0.17 ppm 0.34 ppm Uji F-Hitung Koefisien Keragaman
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang berbeda pada setiap pengamatan menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.
Pengaruh Interaksi Media Tanam dan Konsentrasi Auksin terhadap Pertumbuhan Stek Basal Daun Mahkota Buah Nenas di Pembibitan Panjang Akar Berdasarkan Lampiran 3 dapat dilihat bahwa interaksi media tanam dan konsentrasi auksin tidak berpengaruh nyata terhadap tolok ukur panjang akar pada 10 MST dan 16 MST. Nilai rataan panjang akar dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Pengaruh Interaksi Media Tanam dan Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Panjang Akar pada 10 MST dan 16 MST. Perlakuan Arang sekam + Kompos, 0 ppm Arang sekam + Kompos, 0.17 ppm Arang sekam + Kompos, 0.34 ppm Cocopeat + Kompos, 0 ppm Cocopeat + Kompos, 0.17 ppm Cocopeat + Kompos, 0.34 ppm Pasir + Kompos, 0 ppm Pasir + Kompos, 0.17 ppm Pasir + Kompos, 0.34 ppm Arang sekam, 0 ppm Arang sekam, 0.17 ppm Arang sekam, 0.34 ppm Uji F-Hitung Koefisien Keragaman
Panjang Akar 10 MST 7.93 7.15 8.49 11.47 11.17 11.74 7.77 7.50 7.78 6.67 6.18 5.01 tn 16.47
16 MST 9.98 bc 10.42 11.99 18.76 17.71 19.68 11.99 11.93 11.51 9.22 9.77 8.43 tn 12.38
Interaksi perlakuan media tanam cocopeat + kompos dengan konsentrasi auksin 0.34 ppm memiliki nilai panjang akar tertinggi yaitu dengan nilai sebesar 11.74 cm (10 MST), 14.19 cm (12 MST), 16.23 cm (14 MST) dan 19.68 cm (16 MST), sedangkan nilai panjang akar terendah ditunjukkan oleh media tanam arang sekam dengan konsentrasi auksin 0.34 ppm dengan nilai sebesar 5.01 cm (10 MST), 6.33 cm (12 MST), 7.43 cm (14 MST) dan 8.43 cm (16 MST).
Tinggi Tunas Berdasarkan Lampiran 3 dapat dilihat bahwa interaksi media tanam dan konsentrasi auksin berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas pada 14 MST dan tidak berpengaruh nyata pada 10, 12 dan 16 MST. Nilai rataan tinggi tunas dapat dilihat pada Tabel 27. Interaksi perlakuan media tanam pasir + kompos dengan konsentrasi auksin 0.17 ppm memberikan nilai rataan tertinggi pada 12 MST yaitu sebesar 8.65 cm, sedangkan nilai rataan terendahnya ditunjukkan oleh media tanam arang sekam dengan konsentrasi auksin 0.17 ppm dengan nilai sebesar 3.44 cm. Tabel 27. Pengaruh Interaksi Media Tanam dan Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Tinggi Tunas pada 10 MST – 16 MST. Perlakuan Arang sekam + Kompos, 0 ppm Arang sekam + Kompos, 0.17 ppm Arang sekam + Kompos, 0.34 ppm Cocopeat + Kompos, 0 ppm Cocopeat + Kompos, 0.17 ppm Cocopeat + Kompos, 0.34 ppm Pasir + Kompos, 0 ppm Pasir + Kompos, 0.17 ppm Pasir + Kompos, 0.34 ppm Arang sekam, 0 ppm Arang sekam, 0.17 ppm Arang sekam, 0.34 ppm Uji F-Hitung Koefisien Keragaman
10 MST 3.77 3.87 2.98 6.46 5.46 6.27 6.85 7.51 6.14 2.90 2.56 3.29 tn 15.8
Tinggi Tunas 12 MST 14 MST 4.00 d 4.22 4.26 d 4.54 3.27 d 3.49 7.47 ab 8.15 6.15 c 6.81 7.23 bc 8.30 8.24 ab 9.73 8.65 a 10.24 7.08 bc 8.09 3.55 d 4.07 3.44 d 4.32 3.65 d 4.90 * tn 11.86 9.56
16 MST 4.38 4.98 3.67 8.95 7.44 9.18 11.22 11.71 8.95 4.69 4.32 2.64 tn 12.36
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang berbeda pada setiap pengamatan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.
Lebar Daun Berdasarkan Lampiran 3 dapat dilihat bahwa interaksi media tanam dan konsentrasi auksin tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tolok ukur lebar daun pada 10 MST, berpengaruh nyata pada 14 MST dan berpengaruh sangat nyata pada 12 MST dan 16 MST. Nilai rataan lebar daun dapat dilihat pada Tabel 28. Interaksi media tanam pasir + kompos dengan konsentrasi auksin 0.17 ppm memiliki nilai lebar daun tertinggi pada 12 MST hingga 16 MST yaitu sebesar 1.82 cm (12 MST), 1.92 cm (14 MST) dan 2.01 cm (16 MST), sedangkan nilai lebar daun terendah ditunjukkan oleh media tanam arang sekam + kompos dengan konsentrasi auksin 0.34 ppm dengan nilai sebesar 0.99 cm (12 MST), 1.02 cm (14 MST) dan 1.07 cm (16 MST). Tabel 28. Pengaruh Interaksi Media Tanam dan Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Lebar Daun pada 10 MST – 16 MST. Perlakuan Arang sekam + Kompos, 0 ppm Arang sekam + Kompos, 0.17 ppm Arang sekam + Kompos, 0.34 ppm Cocopeat + Kompos, 0 ppm Cocopeat + Kompos, 0.17 ppm Cocopeat + Kompos, 0.34 ppm Pasir + Kompos, 0 ppm Pasir + Kompos, 0.17 ppm Pasir + Kompos, 0.34 ppm Arang sekam, 0 ppm Arang sekam, 0.17 ppm Arang sekam, 0.34 ppm Uji F-Hitung Koefisien Keragaman
10 MST 1.11 1.24 0.94 1.63 1.49 1.52 1.67 1.72 1.49 1.11 1.44 1.60 tn 13.86
Lebar Daun 12 MST 14 MST 1.14 cd 1.21 cd 1.32 bc 1.42 bc 0.99 d 1.02 d 1.67 a 1.69 ab 0.56 ab 1.61 ab 1.59 ab 1.70 ab 1.73 a 1.80 a 1.82 a 1.92 a 1.54 ab 1.56 ab 1.07 cd 1.17 cd 1.61 ab 1.90 a 1.76 a 1.88 a ** * 11.78 10.69
16 MST 1.27 efg 1.46 def 1.07 g 1.75 abc 1.64 bcd 1.79 abcd 1.90 abc 2.01 ab 1.61 cde 1.20 fg 2.04 a 2.00 ab ** 10.28
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang berbeda pada setiap pengamatan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.
Jumlah Daun Berdasarkan Lampiran 3 dapat dilihat bahwa interaksi media tanam dan konsentrasi auksin tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tolok ukur jumlah
daun pada 12 MST, berpengaruh nyata pada 16 MST dan berpengaruh sangat nayat pada 10 MST dan 14 MST. Nilai rataan jumlah daun dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Pengaruh Interaksi Media Tanam dan Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Jumlah Daun pada 10 MST – 16 MST. Perlakuan Arang sekam + Kompos, 0 ppm Arang sekam + Kompos, 0.17 ppm Arang sekam + Kompos, 0.34 ppm Cocopeat + Kompos, 0 ppm Cocopeat + Kompos, 0.17 ppm Cocopeat + Kompos, 0.34 ppm Pasir + Kompos, 0 ppm Pasir + Kompos, 0.17 ppm Pasir + Kompos, 0.34 ppm Arang sekam, 0 ppm Arang sekam, 0.17 ppm Arang sekam, 0.34 ppm Uji F-Hitung Koefisien Keragaman
10 MST 5.50 cd 6.20 c 8.60 a 8.10 a 7.15 b 5.65 c 8.20 a 8.70 a 8.15 a 4.85 de 4.25 e 4.70 e ** 5.08
Jumlah Daun 12 MST 14 MST 5.60 5.75 e 6.60 6.95 cd 9.05 9.55 a 8.45 8.75 ab 7.55 7.80 bc 8.60 6.15 de 8.65 9.05 a 8.95 9.35 a 8.60 8.95 a 5.15 5.30 e 4.65 5.15 e 5.05 5.30 e tn ** 14.32 5.24
16 MST 6.00 de 7.10 c 6.30 cd 9.05 a 8.00 b 9.80 a 9.95 a 9.70 a 9.30 a 5.30 e 5.35 e 5.50 e * 6.14
Nilai rataan jumlah daun tertinggi pada 10 MST ditunjukkan oleh interaksi media tanam pasir + kompos dengan konsentrasi auksin 0.17 ppm dengan nilai 8.70, pada 14 MST ditunjukkan oleh interaksi media tanam arang sekam + kompos dengan konsentrasi auksin 0.34 ppm sebesar 9.55 cm, sedangkan pada 16 MST ditunjukkan oleh interaksi media tanam pasir + kompos dengan konsentrasi auksin 0 ppm. Interaksi media tanam arang sekam dengan konsentrasi auksin 0.17 ppm memiliki nilai rataan jumlah daun terendah pada 10 MST sampai 16 MST yaitu sebesar 4.25 (10 MST), 5.15 (14 MST) dan 5.35 (16 MST).
Jumlah Akar Berdasarkan Lampiran 3 dapat dilihat bahwa interaksi media tanam dan konsentrasi auksin tidak berpengaruh nyata terhadap tolok ukur jumlah akar pada 16 MST. Nilai rataan jumlah akar dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30. Pengaruh Interaksi Media Tanam dan Konsentrasi Auksin terhadap Tolok Ukur Jumlah Akar pada 16 MST. Perlakuan Arang sekam + Kompos, 0 ppm Arang sekam + Kompos, 0.17 ppm Arang sekam + Kompos, 0.34 ppm Cocopeat + Kompos, 0 ppm Cocopeat + Kompos, 0.17 ppm Cocopeat + Kompos, 0.34 ppm Pasir + Kompos, 0 ppm Pasir + Kompos, 0.17 ppm Pasir + Kompos, 0.34 ppm Arang sekam, 0 ppm Arang sekam, 0.17 ppm Arang sekam, 0.34 ppm Uji F-Hitung Koefisien Keragaman
Jumlah Akar 16 MST 1.65 1.95 1.60 4.85 4.70 4.45 4.35 5.15 3.80 2.15 1.85 1.25 tn 19.47
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang berbeda pada setiap pengamatan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.
Berdasarkan Uji F perlakuan interaksi media tanam dan konsentrasi auksin berpengaruh sangat nyata terhadap lebar daun pada 12 MST dan 16 MST, jumlah daun pada 10 MST dan 14 MST serta berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas pada 14 MST, lebar daun pada 14 MST dan jumlah daun pada 16 MST. Nilai rataan tertinggi pada tolok ukur tinggi tanaman dan jumlah daun ditunjukkan oleh interaksi media tanam pasir + kompos dengan konsentrasi auksin 0 ppm, nilai rataan tertinggi pada tolok ukur panjang akar ditunjukkan pada interaksi media tanam cocopeat + kompos dengan konsentrasi auksin 0.34 ppm, nilai rataan tertinggi pada tolok ukur lebar daun dan jumlah akar ditunjukkan pada pasir + kompos dengan konsentrasi auksin 0.17 ppm . Media tanam pasir yang ditambah dengan kompos menyebabkan aerasi dan drainase menjadi lebih baik jika dibandingkan dengan media pasir saja. Hal ini disebabkan kompos memiliki kemampuan mengikat air lebih tinggi dibandingkan dengan media pasir. Buckman et.al. (1982), bahwa pasir mempunyai aerasi dan drainase yang baik, akan tetapi sukar mengikat air dan miskin unsur hara, sedangkan kompos mempunyai daya ikat air dan unsur hara yang baik. Sessler (1978) menambahkan bahwa semua
kegiatan fisiologis mulai dari proses biokimia sampai pertumbuhan dan perkembangan jaringan tanaman ditentukan oleh persentase air yang terkandung didalamnya. Interaksi media tanam dan konsentrasi auksin tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada 12 MST, berpengaruh nyata pada 16 MST dan berpengaruh sangat nyata pada 10 MST dan 14 MST. Nilai rataan jumlah daun tertinggi pada 10 sampai 14 MST ditunjukan oleh interaksi media tanam pasir + kompos dengan konsentrasi auksin 0.17 ppm, sedangkan pada 16 MST nilai rataan tertinggi ditunjukan oleh interaksi media tanam pasir + kompos dengan konsentrasi auksin 0 ppm. Media pasir + kompos dapat menciptakan struktur media tumbuh lebih baik yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Interaksi media tanam dan konsentrasi auksin tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah akar pada 16 MST. Nilai rataan jumlah akar tertinggi ditunjukan oleh media tanam pasir + kompos dengan konsentrasi auksin 0.17 ppm. Media pasir + kompos menghasilkan jumlah akar tertinggi karena aerasi dan drainase yang baik sehingga memudahkan akar untuk berkembang. Sifat fisik pada pasir + kompos memberikan keleluasaan pertumbuhan dan perkembangan akar, sehingga akar yang terbentuk mempunyai ukuran yang lebih besar dan kaku. Penambahan perlakuan konsentrasi auksin 0.17 ppm berpengaruh dalam meningkatkan jumlah akar. Gardner et.al. (1991) menyatakan sesuai dengan fungsi dan kegunaanya Rootone-F merupakan senyawa kimia yang dalam konsentrasi rendah dapat merangsang, menghambat atau sebaliknya mengubah proses fisiologis dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, terutama pada bagian-bagian vegetatif tanaman, dimana hal ini tergantung dari tiap-tiap jenis tanaman. Sejalan dengan penelitian Wiratri (2005) pada stek pucuk tanaman Gmelina arborea pemberian Rootone-F 100 ppm yang direndam selama 24 jam merupakan metode yang paling baik untuk pertumbuhan stek. Faktor tunggal media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap semua tolok ukur kecuali pada tolok ukur lebar daun pada 12 MST. Nilai rataan tinggi tanaman, lebar daun dan jumlah daun tertinggi ditunjukan oleh media tanam pasir + kompos. Menurut Soepardi (1983) pasir merupakan media yang memiliki aerasi
cukup baik karena jumlah ruang pori makro lebih banyak. Hartmann dan Kester (1983) menyatakan pasir sesuai digunakan sebagai media pembibitan karena pasir cukup gembur sehingga cukup banyak mengandung udara bagi pernafasan akar tetapi pasir tidak bisa menahan air cukup lama yang mengakibatkan siraman air cepat merembes keluar, sehingga diperlukan adanya media campuran. Media tanam kompos yang merupakan media pencampur berpengaruh terhadap peningkatan ruang pori dan kegemburan media tanam. Peningkatan aerasi tanah menyebabkan ketersediaan air bagian akar tanaman bertambah, perkolasi diperlancar dan pengaruh buruk air berlebih berkurang sehingga media pasir + kompos cukup baik untuk media pembibitan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Mustikawati (2007) yang menyebutkan bahwa pada pertumbuhan bibit nenas (Ananas comosus) kombinasi media kompos : pasir menunjukkan nilai rataan jumlah daun yang lebih rendah dibandingkan dengan media arang sekam yaitu sebesar 7.46 helai. Media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur jumlah akar pada 16 MST. Nilai rataan jumlah akar tertinggi ditunjukan oleh media cocopeat + kompos dan nilainya tidak berbeda nyata dengan jumlah akar pada media pasir + kompos. Rein et. al. (1991) menyatakan bahwa tingkat kelembaban media tanam akan berpengaruh terhadap kemampuan stek dalam menyerap air dan mempercepat pertumbuhan akar primer. Nurhayati (2000) banyaknya jumlah akar akan menyebabkan penyerapan hara dan air lebih optimal sehingga proses fisiologi akan berlangsung dengan baik untuk mengimbangi pertumbuhan dan perkembangan stek dalam membentuk tanaman yang sempurna. Media arang sekam memberikan nilai rataan terendah pada semua tolok ukur di persemaian dan pembibitan. Hal tersebut tidak sejalan dengan Oktaviani (2009) menyatakan bahwa arang sekam merupakan media tanam yang memberikan nilai rataan tertinggi pada tolok ukur persentase bertunas stek basal daun nenas (Ananas comosus L.) dengan nilai sebesar 98.81 % pada pengamatan 8 MST. Hal tersebut bertolak belakang dengan penelitian ini yang menunjukkan bahwa media kontrol memberikan nilai rataan terendah dibandingkan pada media tanam yang lain pada tolok ukur persentase stek hidup (21.33 %), persentase stek
bertunas (23.78 %) dan persentase stek berakar (24.44 %). Kondisi pembibitan stek basal daun nenas yang berhasil dipindahkan dapat dilihat pada Gambar 4.
A.
B.
C.
D. Gambar 4. Kondisi Pembibitan Stek Basal Daun Mahkota Nenas Keterangan : A. B. C. D.
Pembibitan pada media tanam arang sekam + kompos Pembibitan pada media tanam cocopeat + kompos Pembibitan pada media tanam pasir + kompos Pembibitan pada media tanam arang sekam
53
Tingginya kematian stek yang ditanam pada media arang sekam dikarenakan bahan stek mengalami kekeringan akibat penyiraman yang dilakukan 3 hari sekali padahal kemampuan menahan air pada arang sekam sangat rendah dengan nilai 12.3 % yang nilainya jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan pasir yang memiliki kapasitas menahan air sebesar 33.7 % (Nelson, 1981). Penyiraman dilakukan 3 hari sekali karena mengingat pada saat pra penelitian, penyiraman dilakukan sehari sekali dan menyebabkan pembusukan akar pada bahan stek basal daun yang ditanam pada media tanam cocopeat+kompos dan pasir+kompos. Pembusukan akar ini diakibatkan karena media tanam yang terlalu lembab. Berdasarkan hasil pengamatan pada stek yang mati, tidak satupun yang menunjukkan adanya serangan hama atau penyakit. Kematian stek ditandai dengan adanya pengeringan dan tidak terdapatnya primordia akar pada bagian basal daun, yang seharusnya inisiasi akar sudah tumbuh, padahal stek tersebut sudah muncul tunas yang seharusnya dapat bertahan hidup dengan mensintesis makanannya sendiri, sehingga stek tersebut tidak dapat menyerap air yang dibutuhkan stek untuk proses fotosintesis. Hartmann et. al. (1990) menyatakan dalam perbanyakan vegetatif melalui stek, pertumbuhan akar merupakan faktor awal yang sangat penting.
54
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Media yang paling tepat digunakan pada perbanyakan stek basal daun nenas pada tahap persemaian adalah media tanam campuran cocopeat + kompos. Media tanam cocopeat + kompos memberikan nilai rataan tertinggi pada tolok ukur persentase stek bertunas, persentase stek berakar, tinggi tunas dan panjang akar. Pada tahap pembibitan media yang paling tepat digunakan adalah media tanam pasir + kompos yang memberikan nilai rataan tertinggi pada tolok ukur tinggi tunas, lebar daun, jumlah daun dan jumlah akar. Konsentrasi auksin tidak memberikan pengaruh nyata terhadap beberapa tolok ukur keberhasilan pertumbuhan stek basal daun mahkota buah tanaman nenas. Interaksi perlakuan media tanam cocopeat + kompos dengan konsentrasi auksin 0.34 ppm memberikan nilai rataan tertinggi pada saat di persemaian, yaitu pada tolok ukur persentase stek bertunas dan persentase stek berakar. Pada tahap pembibitan interaksi media tanam pasir + kompos dengan konsentrasi auksin 0.17 ppm memberikan nilai rataan tertinggi pada tolok ukur tinggi tunas, lebar daun, jumlah daun dan jumlah akar.
Saran
1.
Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang zat pengatur tumbuh auksin dengan konsentrasi yang lebih tinggi untuk melihat pengaruh yang dihasilkan pada keberhasilan pertumbuhan stek basal daun mahkota tanaman nenas.
2.
Perlu dilakukan penelitian mengenai perbandingan komposisi media tanam untuk melihat pengaruh yang dihasilkan pada keberhasilan pertumbuhan stek basal daun mahkota tanaman nenas.
3.
Perlu dilakukan penelitian mengenai perbedaan intensitas penyiraman untuk melihat pengaruh yang dihasilkan pada keberhasilan pertumbuhan stek basal daun mahkota tanaman nenas.
55
DAFTAR PUSTAKA Akbar, A. 1999. Pembiakan Stek Batang dari Bibit Muda Acacia crassicarpa. Bul.Tek.Perbenihan. Vol 6 (6) : 24-34. Anonim. 2008. Komponen Media Tanam. http: //www. emirgarden.co. id./15 Des 08. Azis, S. A. 1998. Perbanyakan Tanaman. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 24 hal. Ashari, S. 2006. Meningkatkan Keunggulan Bebuahan Tropis Indonesia. Andi Press. Yogyakarta. 144 hal. Buckman,H.O. and N.C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.788 hal. Collins, J. L. 1960. The Pineapple. Leonard Hill.London. 295 p. Coppens, G. d’Eeckenbrugge and F. Leal. 2003. Morphology, Anatomy and Taxonomy, p.13-32. In D.P. Bartholomew, R.E. Paull and K.G. Rohbach (Eds). The Pineapple Botany, Production and Uses. CABI Publishing. New York. Dalimoenthe, S. L. 1996. Sekam Padi sebagai Media Pembibitan Stek The. Warta Teh dan Kina. Rubrik Ilmiah. Vol 7 (4): 115-122. Pusat Penelitian Teh dan Kina, Gambung. Departemen Pertanian. 2008. Peluang Agribisnis Arang Sekam. Balai Penelitian Pasca Panen Pertanian. Jakarta. Gardner,F.P.,R.B. Pearce dan R.L. Mitchell.1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.Herawati Susilo (penerjemah).UI Press.Jakarta.428 hal. Terjemahan dari: Physiology of Crop Plants. Handayani, L. dan D. Dinarti. 2002. Pengaruh Media Tanam terhadap Pertumbuhan Bibit Nenas Variegata (Ananas comosus (L.) Merr. Var. Variegata) Asal Kultur Jaringan. Prosiding Seminar Akademik Tanaman Buah-Buahan. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Hartmann, H. T. and D. E. Kester. 1983. Plant Propagation Principles and Practice. Prentice Hall, Inc. New Jersey. 538 p. Hartmann, H. T., D. E. Kester and F. T. Davies Jr. 1990. Plant Propagation, Principles and Practice (Ed.) 4. Prentice Hall, Inc. Englewood. New Jersey. 578 p.
56
Janick, J.1981. Horticultural Science. Second edition. W.H. Freeman and Company. San Fransisco.586 hal. Manurung, S.O. 1987. Status dan Potensi Zat Pengatur Tumbuh serta Prospek Penggunaan Rootone-F dalam Perbanyakan Tanaman. Departemen Kehutanan. Jakarta.61 hal. Murbandono. 2006. Membuat Kompos. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. 54 hal. Mustikawati,I. 2007. Pengaruh Media Tumbuh dan Frekuensi Pemberian Pupuk Daun terhadap Bibit Nenas (Ananas comosus (L.)Merr.) selama Aklimatisasi. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 40 hal. Naibaho, N., K. Darma, Sobir dan M. R. Suhartanto. 2008. Perbanyakan Massal Bibit Nenas dengan Stek Daun. Pusat Kajian Buah Tropika. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 20 hal. Nakasone, H. Y. dan R. E. Paull. 1998. Tropical Fruit. CAB Inc. London. 292-327 p. Napitupulu, R.M. 2006. Pengaruh Bahan Stek dan Dosis Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F terhadap Keberhasilan Stek Euphorbia milii. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 33 hal. Nelson, P. V. 1981. Green House Operation and Management. (2 ed). Reston Publ. Co. Inc. Virginia. 563 p. Nurhayati.2000. Pengaruh Bahan Stek dan Rootone-F terhadap Pertumbuhan Seuseureuhan (Piper aduncum Linn.). Skripsi. Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan.IPB.50hal. Oktaviani, D. 2009. Pengaruh Media Tanam dan Asal Bahan Stek terhadap Keberhasilan Stek Tunas Mikro Nenas (Ananas comosus (L.) Merr.) Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Perdana, N. A. 2007. Pengaruh Komposisi Media Tanam terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Tanaman Gloxinia (Sinningia speciosa) Hasil Kultur Jaringan. Skripsi. Departemen Agroniomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Purwanto, A.W. 2006.Aglonema Pesona Kecantikan sang Ratu Daun. Kanisius. Yogyakarta. 80 hal.
57
Rein,W.H., R.D. Wright and J.R. Seiler. 1991. Propagation Medium Moisture Level Infffluence Primer Rooting of Woody Stem Cuttings. J.Amer. Soc.Hort.Sci.116(4):632-636. Rimando, T.J. 2004. Ornamental Horticulture a Little Giant in The Tropics. SEAMEO SEARCA and UPBLB. The Philippines. Riyanti Y. 2008. Pengaruh Penggunaan Media Tanam terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav.). Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.42 hal. Rochiman, K. dan S. S. Harjadi. 1973. Pembiakan Vegetatif. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 72 hal. RUSNAS. 2003. Laporan Akhir Riset Unggulan Strategis Nasional. Pusat Kajian Buah Tropika. Sari, R. N. 2002. Analisis Kergaman Morfologi dan Kualias Buah Populasi Nenas (Ananas comosus (L.) Merr) Queen di Empat Desa Kabupaten Subang. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.33 hal. Sessler, G.J.1978. Orchid ang How to Grow Them.Prentice Hall. Inc Englewood Cliffs.370p. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 560 hal. Sunarjono, H. 2005. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Cet ke-2. Penebar Swadaya. Jakarta. 176 hal. Susanti, D.2003. Pengaruh Pemberian zat Pengatur Tumbuh NAA dan IBA serta Lama Perendaman terhadap Perakaran Stek Anyelir (Dianthus caryophyllus L.). Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. IPB.40 hal. Tohir, K. A. 1981. Pedoman Bercocok Tanam Pohon Buah-Buahan. Pradnya Paramita. 328 hal. Verheij, E. W. M. dan R. E. Coronel. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2 Buah-Buahan yang Dapat Dimakan. Prosea. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wattimena, G. A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Institut Pertanian Bogor.Bogor. 146 hal.
58
Weaver, R. J. 1972. Plant Growth Substances in Agriculture. W. H. Freeman Co. San Fransisco. pp 119-121. Wiguna, I. 2007. Berkebun Organik dengan Cocopeat. Trubus. 16 April 2007. Wiratri, N. 2005. Pengaruh Cara Pemberian Rootone-F dan Jenis Stek terhadap Induksi Akar Stek Gmelina (Gmelina arborea Linn). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 40 hal. Wudianto, R. 1996. Membuat Stek, Cangkok dan Okulasi. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hal. Yuhasnita, R.M. 2007. Pengaruh Jenis Media Tanam dan Dosis Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan Bibit Salam (Eugenia polyantha Wight.). Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. IPB. 68 hal.
59
LAMPIRAN
60
Lampiran 1. Data Klimatologi Bulan Agustus September Oktober November Desember
Curah Hujan 12.0 11.4 10.5 24.2 14.5
Temperatur 28.7 25.9 25.8 25.8 26.1
Penyinaran Matahari 70.9 82.4 69.7 56.8 69.9
Intensitas Matahari 259.1 317.5 279.3 253.9 277.4
Kelembaban Nisbi 81.1 80.2 84.3 86.4 83.0
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor
Lampiran 2. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Media Tanam dan Konsentrasi Rootone-F terhadap Pertumbuhan Stek Basal Daun Nenas di Persemaian Tolok Ukur Persentase Stek Hidup Persentase Stek Bertunas Persentase Stek Berakar Tinggi Tunas
Panjang Akar
Pengamatan 2 MST 8 MST 2 MST 8 MST 2 MST 8 MST 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 2 MST 8 MST
M ** tn ** ** ** ** * ** ** ** ** **
Perlakuan K tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn
MXK tn tn tn tn tn ** tn tn * * tn tn
Koefisien Keragaman 11.99 10.75 16.69 14.34 18.58 15.43 70.06 32.91 16.30 16.88 64.26 14.67
61
Lampiran 3. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Media Tanam dan Konsentrasi Rootone-F terhadap Pertumbuhan Stek Daun Nenas di Pembibitan Tolok Ukur Tinggi Tunas
Panjang Akar Lebar Daun
Jumlah Daun
Pengamatan 10 MST 12 MST 14 MST 16 MST 10 MST 16 MST 10 MST 12 MST 14 MST 16 MST 10 MST 12 MST 14 MST 16 MST 16 MST
Perlakuan K tn tn tn tn tn tn tn tn * * tn tn tn tn tn
M ** ** ** ** ** ** ** tn ** ** ** ** ** ** **
Jumlah Akar Keterangan : MST : Minggu Setelah Tanam M : Media Tanam K : Konsentrasi Rootone-F M X K : Interaksi media tanam dan konsentrasi Rootone-F MST : Minggu Setelah Tanam • : Berpengaruh nyata menurut Uji F pada taraf α 5 % ** : Berpengaruh sangat nyata menurut Uji F pada taraf α 1 % tn : Tidak berpengaruh nyata
MXK tn tn * tn tn tn tn ** * ** ** tn ** * tn
Koefisien Keragaman 15.80 11.86 9.56 12.36 16.47 12.38 13.86 11.78 10.69 10.28 5.08 14.52 5.29 6.14 19.47
Lampiran 4. Sidik Ragam Persentase Stek Hidup MST 2
8
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Media Tanam Perlakuan Rootone-F Interaksi Galat Total Ulangan Perlakuan Media Tanam Perlakuan Rootone-F Interaksi Galat Total
db
JK
KT
F Hitung
Pr > F
2 3 2 6 22 35 2 3 2 6 22 35
6.89 28612.78 80.22 732.22 1459.78 30891.89 0 29206.22 40.67 587.78 1221.33 31056.00
3.44 9537.59 40.11 122.04 66.35
0.05 143.74 0.60 1.84
0.95 0.0001 0.56 0.14
0 20.33 97.96 55.52
0 175.36 0.37 1.78
1.000 0.0001 0.70 0.15
KK (%) 11.99
10.75
62
Lampiran 5. Sidik Ragam Persentase Stek Berakar MST 2
8
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Media Tanam Perlakuan Rootone-F Interaksi Galat Total Ulangan Perlakuan Media Tanam Perlakuan Rootone-F Interaksi Galat Total
db
JK
KT
F Hitung
Pr > F
KK (%) 18.58
2 3 2 6 22 35 2 3 2 6 22 35
126.89 24059.89 50.89 733.11 2758.44 27729.22 222.00 25539.00 34.67 738.67 2068.67 28603.00
63.44 8019.96 25.44 122.19 125.38
0.51 63.96 0.20 0.97
0.61 0.0001 0.82 0.47
111.00 8513.00 17.33 123.11 94.03
1.10 90.53 0.18 1.31
0.33 0.0001 0.83 0.29
15.43
Pr > F
KK (%) 16.69
Lampiran 6. Sidik Ragam Persentase Stek Bertunas MST 2
8
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Media Tanam Perlakuan Rootone-F Interaksi Galat Total Ulangan Perlakuan Media Tanam Perlakuan Rootone-F Interaksi Galat Total
db
JK
KT
F Hitung
2 3 2 6 22 35 2 3 2 6 22 35
340.22 27972.89 14.89 254.44 2398.44 30980.89 290.67 29313.33 16.67 177.11 1901.33 31699.00
170.11 9324.29 7.44 42.07 109.02
1.56 85.53 0.07 0.39
0.23 0.0001 0.93 0.87
145.33 9771.07 8.33 29.52 86.42
1.68 113.06 0.10 0.34
0.21 0.0001 0.91 0.91
14.34
63
Lampiran 7. Sidik Ragam Panjang Akar MST 2
8
10
16
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Media Tanam Perlakuan Rootone-F Interaksi Galat Total Ulangan Perlakuan Media Tanam Perlakuan Rootone-F Interaksi Galat Total Ulangan Perlakuan Media Tanam Perlakuan Rootone-F Interaksi Galat Total Ulangan Perlakuan Media Tanam Perlakuan Rootone-F Interaksi Galat Total
db
JK
2 3 2 6 22 35 2 3 2 6 22 35 1 3 2 6 11 23 1 3 2 6 11 23
0.0908 3.7039 0.8694 0.7222 4.0140 9.4003 1.2579 86.8624 4.2320 5.8037 20.7899 1.89460 5.1153 96.4964 0.8545 4.2782 20.2355 126.8799 16.5502 319.5780 1.0033 9.4454 26.8180 373.3950
KT
F Hitung
Pr > F
KK (%) 64.26
0.0454 1.2346 0.4347 0.1204 0.1825
0.25 6.77 2.38 0.66
0.7820 0.0021 0.1157 0.6825
0.6290 28.9541 2.1160 0.9673 0.9450
0.67 30.64 2.24 1.02
0.5240 0.0001 0.1303 0.4362
14.67
5.1153 32.1321 0.4273 0.7130 1.8396
2.78 17.47 0.23 0.39
0.1236 0.0002 0.7965 0.8721
16.47
16.5502 106.5260 0.5016 1.5742 2.4380
6.79 43.69 0.21 0.65
0.0245 0.0001 0.8171 0.6934
12.38
64
Lampiran 8. Sidik Ragam Tinggi Tunas MST 2
4
6
8
10
12
14
16
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Media Tanam Perlakuan Rootone-F Interaksi Galat Total Ulangan Perlakuan Media Tanam Perlakuan Rootone-F Interaksi Galat Total Ulangan Perlakuan Media Tanam Perlakuan Rootone-F Interaksi Galat Total Ulangan Perlakuan Media Tanam Perlakuan Rootone-F Interaksi Galat Total Ulangan Perlakuan Media Tanam Perlakuan Rootone-F Interaksi Galat Total Ulangan Perlakuan Media Tanam Perlakuan Rootone-F Interaksi Galat Total Ulangan Perlakuan Media Tanam Perlakuan Rootone-F Interaksi Galat Total Ulangan Perlakuan Media Tanam Perlakuan Rootone-F Interaksi Galat Total
db
JK
2 3 2 6 22 35 2 3 2 6 22 35 2 3 2 6 22 35 2 3 2 6 22 35 1 3 2 6 11 23 1 3 2 6 11 23 1 3 2 6 11 23 1 3 2 6 11 23
0.0733 0.2648 0.0229 0.1528 0.4700 0.9838 1.0484 6.8612 0.1654 1.0443 2.3457 11.465 1.6811 24.572 0.5251 2.5224 3.3099 32.6105 2.1074 40.2425 1.7544 4.3889 8.9008 57.394 16.2197 64.8955 0.4218 4.0396 6.4309 92.0076 12.1838 89.0126 1.0511 4.6785 4.8227 111.7486 7.1395 118.7691 0.5503 9.6230 4.1234 139.6054 1.1793 166.6117 1.3645 13.2685 8.3584 190.7824
KT
F Hitung
Pr > F
KK (%) 70.06
0.0367 0.0883 0.0115 0.0255 0.0214
1.72 4.13 0.54 1.19
0.2029 0.0182 0.5925 0.3470
0.5242 2.2871 0.0827 0.1740 0.1066
4.92 21.45 0.78 1.63
0.0172 0.0001 0.4726 0.1855
32.91
0.8406 8.1907 0.2625 0.4204 0.1504
5.59 54.44 1.74 2.79
0.0109 0.0001 0.1980 0.0356
16.30
1.0537 13.4142 0.8772 0.7315 0.4046
2.60 33.16 2.17 1.81
0.0966 0.0001 0.1382 0.1439
16.88
16.2197 21.6318 0.2109 0.6733 0.5846
27.74 37.00 0.36 1.15
0.0003 0.0001 0.7051 0.3961
15.80
12.1838 29.6709 0.5255 0.7798 0.4384
27.79 67.68 1.20 1.78
0.0003 0.0001 0.3381 0.1931
11.86
7.1395 39.5897 0.2752 1.5038 0.3749
19.05 105.61 0.73 4.01
0.0011 0.0001 0.5021 0.0224
9.56
1.17933 55.5372 0.6823 2.2114 0.7599
1.55 73.09 0.90 2.91
0.2387 0.0001 0.4353 0.0595
12.36
65
Lampiran 9. Sidik Ragam Lebar Daun MST 10
12
14
16
Sumber Keragaman
db
Ulangan Perlakuan Media Tanam Perlakuan Rootone-F Interaksi Galat Total Ulangan Perlakuan Media Tanam Perlakuan Rootone-F Interaksi Galat Total Ulangan Perlakuan Media Tanam Perlakuan Rootone-F Interaksi Galat Total Ulangan Perlakuan Media Tanam Perlakuan Rootone-F Interaksi Galat Total
1 3 2 6 11 23 1 3 2 6 11 23 1 3 2 6 11 23 1 3 2 6 11 23
JK 0.0840 0.9742 0.0424 0.3761 0.4209 1.8976 0.0468 1.0202 0.1193 0.6105 0.3352 2.1319 0.0620 1.0584 0.2460 0.7299 0.3107 2.4071 0.0345 1.1962 0.2795 0.9687 0.3131 2.7921
KT
F Hitung
Pr > F
KK (%) 13.86
0.0840 0.3247 0.0212 0.0627 0.0383
2.20 8.49 0.55 1.64
0.1665 0.0033 0.5898 0.2261
0.0468 0.3401 0.0597 0.1017 0.0305
1.54 11.16 1.96 3.34
0.2409 0.0012 0.1874 0.0400
11.78
0.0620 0.3528 0.1230 0.1217 0.0282
2.20 12.49 4.36 4.31
0.1665 0.0007 0.0404 0.0177
10.69
0.0345 0.3987 0.1397 0.1615 0.0285
1.21 14.01 4.91 1.21 5.67
0.2944 0.0004 0.0299 0.0066
10.28
Lampiran 10. Sidik Ragam Jumlah Daun MST 10
12
14
16
Sumber Keragaman
db
Ulangan Perlakuan Media Tanam Perlakuan Rootone-F Interaksi Galat Total Ulangan Perlakuan Media Tanam Perlakuan Rootone-F Interaksi Galat Total Ulangan Perlakuan Media Tanam Perlakuan Rootone-F Interaksi Galat Total Ulangan Perlakuan Media Tanam Perlakuan Rootone-F Interaksi Galat Total
1 3 2 6 11 23 1 3 2 6 11 23 1 3 2 6 11 23 1 3 2 6 11 23
JK 1.7604 43.2279 0.1608 17.2758 1.2646 63.6896 1.8704 43.8745 0.2433 19.1967 0.8746 66.0596 1.4504 45.4913 0.3100 21.9100 1.6546 70.8163 1.6538 75.3346 0.1575 4.8792 2.4013 82.4263
KT
F Hitung
Pr > F
KK (%) 5.08
1.7604 14.4093 0.0804 2.8795 0.1149
15.31 125.34 0.70 25.05
0.0024 0.0001 0.5176 0.0001
1.8704 14.6249 0.1217 3.1994 0.0795
23.53 183.94 23.53 40.24
0.0005 0.0001 0.2592 0.0001
4.02
1.4504 15.1638 0.1550 3.6517 0.1504
9.64 100.81 1.03 24.28
0.0100 0.0001 0.3889 0.0001
5.29
1.6538 24.4449 0.0788 0.8132 0.2183
7.58 111.98 0.36 3.73
0.0188 0.0001 0.7051 0.0285
6.14
66
Lampiran 11. Sidik Ragam Jumlah Akar MST 16
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Media Tanam Perlakuan Rootone-F Interaksi Galat Total
db 1 3 2 6 11 23
JK 2.1004 47.4846 1.7558 1.2342 4.1246 56.6996
KT 2.1004 15.8282 0.8779 0.2057 0.3750
F Hitung 5.60 42.21 2.34 0.55
Pr > F 0.0374 0.0001 0.1422 0.7619
KK (%) 19.47