PENGARUH KONSELING KELOMPOK TERHADAP PENURUNAN PERILAKU AGRESIF SISWA LAKI-LAKI KELAS XII SMA MUHAMMADIYAH SATU PEKANBARU TAHUN AJARAN 2012-2013
Dewi Wisesa1)Elni Yakub2)Dra.Rosmawati,SS. M.Pd. Kons2) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling, Email :
[email protected] 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bimbingan Konseling FKIP Universitas Riau
1)
ABSTRACT The purpose of this study is 1) To describe the aggresive behavioral of men student of before the implementation of group counseling, 2) To describe the aggresive behavioral degradation of men student of after the implementation of group counseling, 3) To determine differences between the aggresive behavioral of men student before and after the implementation of the group counseling, 4) to determine the effect of the group counseling to the aggresive behavioral degradation of men student. The method used was experimental Quasi with One group pattern: One group pre-test and post-test design. The tool used in collecting the data was a questionnaire. The samples were taken using purposive sampling technique which amounted to 7 people. The data is analyzed using a percentage formula; the "t" test was used to distinguish the aggresive behavioral degradation of men student before and after the implementation of the group counseling. From the calculations of the "t" test, it was obtained that the thitungis greater than ttabelwith (3,83 > 2,179 ) at the level of 5%. Which means that in this study,there are differences between the aggresive behavioral degradation of men student before and after the application of group counseling. From the calculation of the product moment correlation, it is found that r = 0,46 is the determinant coefficient of r2 = 0,46. This, it can be seen that the effect of group counseling on aggresive behavioral degradation of men student is 25%. Based on the results of this research, it can be that the aggresive behavioral degradation of men student after being given the group counseling. Keywords: Group Counseling, Agresif Behavior.
1
PENDAHULUAN Perilaku agresif merupakan salah satu penyimpangan tingkah laku individu, karena perilaku ini mudah dikenal, terlihat jelas dan mempunyai dampak langsung pada lingkungan. Banyak yang mengaitkan perilaku agresif dengan perubahan sosial, terutama adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah mengakibatkan perubahan dinamis sosial masyarakat. Perubahan inilah yang dianggap ikut menjadi salah satu pendorong munculnya perilaku agresif. Fakta di masyarakat sering kita saksikan perilaku sebagian besar remaja yang agresif, tidak peduli terhadap orang lain, dan cepat emosional. Hal demikian dapat mempengaruhi perilaku remaja menjadi negative atau positif. Kondisi internal dan eksternal juga berpengaruh pada perilaku agresif siswa terutama pada anak laki-laki. Kebanyakan siswa laki-laki lebih cenderung bersikap agresif dibanding siswa perempuan karena pengaruh dari lingkungan pergaulannya. Perilaku agresif muncul karena kegagalan individu mendapatkan sesuatu yang diinginkannya atau keinginannya yang terhalang sehingga timbul luapan emosi yang diekspresikan dalam bentuk verbal dan non verbal. Seperti yang diungkapkan oleh Hanito, dkk (2008 :12) yang mengatakan bahwa “perilaku agresif yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (non verbal) maupun kata-kata (verbal), perilaku ini merupakan suatu bentuk terhadap rasa kecewa karena tidak terpenuhi keinginan atau kebutuhannya.” Perilaku agresif sendiri akan memberikan beberapa dampak negatif salah satunya menurut Handayani (2004: 6) yaitu pelaku atau siswa yang memiliki perilaku agresif akan dijauhi teman-temannya atau bahkan tidak ada yang mau berteman dengannya. Artinya secara tidak langsung perilaku agresif akan mempengaruhi sosialisasi siswa. Maka dari itu perilaku agresif tentunya dapat diminimalisir melalui pendidikan dan berbagai proses agar menjadi lebih baik agar kelak potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang secara optimal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dalam (Masykouri, 2005: 127) sekitar 5-10% anak usia sekolah menunjukkan perilaku agresif. Secara umum, anak laki-laki lebih banyak menampilkan perilaku agresif dibandingkan anak perempuan. Menurut penelitian, perbandingannya 5 berbanding 1, artinya jumlah anak laki-laki yang melakukan perilaku agresif kira-kira 5 kali lebih banyak dibandingkan anak perempuan. Untuk itu peneliti meneliti perilaku agresif siswa laki-laki, diperkirakan bahwa konseling kelompok merupakan salah satu cara untuk mengurangi prilaku agresif siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan menurut Tohirin, layanan konseling kelompok dapat dimaknai sebagai upaya pembimbing atau konselor membantu memecahkan masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan yang optimal. Dari hasil assessment berupa penyebaran angket untuk siswa laki-laki, maka ditemui gejala-gejala prilaku agresif pada siswa laki-laki,yaitu berupa :1) Adanya sebagian siswa laki-laki yang terlibat tawuran baik dijam sekolah maupun diluar sekolah; 2) Adanya 3 (30) siswa laki-laki yang suka menendang meja; 3) Adanya 5 (50) siswa laki-laki yang berkata-kata kasar; 4) Adanya 4 (40) siswa laki-laki yang menendang, memukul dan menampar temannya; 5) Adanya 6 (60) siswa laki-laki yang cepat marah-marah; 6) Adanya 2 (20) siswa laki-laki yang melawan guru.
2
Dari gejala-gejala perilaku agresif inilah menjadi latar belakang peneliti untuk melakukan penelitian ini, sehingga peneliti mengangkat judul “Pengaruh konseling Kelompok Terhadap Penurunan Perilaku Agresif Siswa Laki-Laki Kelas XII SMA Muhammadiyah satu Pekanbaru”. Tujuan Penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui gambaran perilaku agresif siswa laki-laki sebelum diberikan layanan konseling kelompok; 2) Untuk mengetahui gambaran penurunan perilaku agresif siswa laki-laki sesudah diberikan layanan konseling kelompok; 3) Untuk mengetahui perbedaan perilaku agresif siswa laki-laki sebelum dan sesudah diberikan layanan konseling kelompok; 4) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh diberikannya layanan konseling kelompok terhadap penurunan perilaku agresif siswa laki-laki. METODE PENELITIAN Sesuai dengan judul penelitian, maka metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental pola one group. Menurut R.Arlizon (Andini,2010:19) bahwa metode one group eksperimen menggunakan hanya satu kelompok dan dapat diterapkan dalam beberapa bentuk yang antara lain : one group pre-test dan post-test design, dengan pola sebelum dan sesudah dengan struktur sebagai berikut :
O1XO2 Keterangan : O1 = Tes sebelum bimbingan kelompok/sebelum treatment diberikan O2 = Tes sesudah bimbingan kelompok/sesudah treatment diberikan Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh siswa laki-laki kelas XII IPS SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru Tahun Pelajaran 2012/2013 yang memiliki gejala agresif yang berjumlah jumlah 10 siswa, sampel yang diambil dengan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan angket perilaku agresif siswa dengan kisi-kisi sebagai berikut :
No 1
Tabel 1 kisi-kisi angket perilaku agresif siswa laki - laki Indikator Aspek No Item Jumlah
Variabe l Perilaku Agresif agresif emosional verbal
Marah Membenci Bertengkar Memaki Menghina Mentertawakan
1, 10 2,3,7 11, 17 4, 8 5,2 6, 9
2 3 2 2 2 2
3
2
Agresif fisik sosial
14 Berkelahi 13, 19 Menyerang/me 16, 21 mukul tanpa alasan 15, 23 Berlaku kasar kepada orang lain Membalas sakit hati 3 Agresif 25 Meminta dengan fisik 18 paksa asosial 20, 24 Mengancam 22, 28 Berbohong 26, 31 Mencuri 27, 30, 34 Menncontek 29, 36 Merusak 32, 38 Melanggar disiplin Melawan guru/orang tua 4 Agresif 33, 39 Membunuh destruktif 35, 37 binatang 40 Menyiksa Menghancurkan/ merusak diri sendiri Sumber: Murray Ballak dalam M As’ad Djalali (1988 :43)
1 2 2 2
1 1 2 2 2 3 2 2
2 2 1
Angket terdiri dari 40 item tentang perilaku agresif siswa laki dengan Sering (3), Kadang-Kadang (2) dan Tidak Pernah(1). Karena penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, maka metode analisa data yang digunakan adalah bersifat kuantitatif yaitu model statistik. Hasil analisa nantinya akan disajikan dalam bentuk angka-angka yang kemudian dijelaskan dan diinterpretasikan dalam suatu uraian. Adapun teknik statistik yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Persentase (P) yang digunakan untuk menghitung persentase skor siswa pada setiap indikator(Anas Sudijono, 2004:43)dengan rumus: P= F X 100% N Dimana :
P F N
= = =
Besar persentase Frekuensi Jumlah Responden
4
2. Untuk menentukan rentang skor kategori tinggi, sedang, rendah dicari dengan menggunakan kurva normal yang dikembangkan oleh Anas Sudijono (2001 :16) dengan patokan sebagai berikut:
M + 1 SD Kategori tinggi M + 1 SD sampai dengan M – 1 SD Kategori sedang M – 1 SD Kategori Rendah 3. Untuk menguji hipotesa sebagai upaya penarikan kesimpulan dari penelitian ini, maka digunakan uji tes (t-tes) dalam Sugiyono (2010:122) dengan rumusan sebagai berikut :
Keterangan : 1 2
s1 s2 s1 2 s2 2 r
= = = = = = =
rata-rata sampel 1 rata-rata sampel 2 simpangan baku sampel 1 simpangan baku sampel 2 varians sampel 1 varians sampel 2 korelasi antara dua sampel
3. Untuk menguji pengaruh konseling kelompok dalam penelitian ini, digunakan rumus Product Moment Sugiyono (2010:356) dengan rumusan : r= Untuk melihat pengaruh maka hasil r nya dikuadratkan “r2”. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian 1. Gambaran Perilaku Agresif Siswa laki-laki Sebelum Konseling Kelompok. Berdasarkan data tolok ukur perilaku agresif siswa laki-laki di atas maka diperoleh gambaran perilaku agresif siswa laki-laki sebelum diberikan konseling kelompok, sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini :
5
Tabel 2 Gambaran Perilaku Agresif Siswa Laki-Laki Sebelum KKP NO
Kategori
Rentang Skor
Frekuensi
Persentase
1
Tinggi
> 107
0
0%
2
Sedang
88 – 107
7
100%
3
Rendah
< 88
0
0%
7
100%
Jumlah Sumber : Data Olahan Penelitian 2013
Berdasarkan data tabel di atas, maka ditemukan sebelum diberikan konseling kelompok masalah perilaku agresif siswa laki-laki berada dikategori sedang. 2. Gambaran penurunan perilaku agresif siswa laki-laki sesudah diberikan layanan konseling kelompok Berdasarkan tolok perilaku agresif siswa laki-laki di atas maka diperoleh gambaran perilaku agresif siswa laki-laki sesudah diberikan konseling kelompok, sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3 Gambaran Penurunan Perilaku Agresif Siswa Laki-Laki Sesudah Konseling Kelompok NO
Kategori
Rentang Skor
Frekuensi
Persentase
1
Tinggi
> 107
0
0%
2
Sedang
88 – 107
3
43%
3
Rendah
< 88
4
57%
7
100%
Jumlah Sumber : Data Olahan Penelitian 2013
Berdasarkan data tabel di atas, maka setelah diadakan konseling kelompok perilaku agresif siswa laki-laki berada pada kategori sedang dan jika dilihat terdapat penurunan perilaku agresif siswa laki-laki sesudah diberikan konseling kelompok. Untuk mengetahui lebih jelasnya penurunan perilaku agresif siswa laki-laki sesudah diberikan konseling kelompok, maka dapat kita lihat pada grafik berikut ini:
6
100% 100% 90% 80% 70%
57%
60%
Sebelum
43%
50%
Sesudah
40% 30% 20% 10%
0% 0%
0%
0% Tinggi
Sedang
Rendah
Gambar 1 : Grafik rekapitulasi perilaku agresif siswa laki-laki sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok.
3. Perbedaan Perilaku Agresif Siswa Laki-Laki Sebelum dengan Sesudah Dilaksanakan Konseling Kelompok Dalam penelitian ini data yang akan dianalisis untuk uji “t” (T-test) adalah data tentang jumlah skor setiap siswa dari 7 orang siswa dalam menjawab prilaku agresif siswa laki-laki sebelum dan sesudah diberikannya konseling kelompok. Untuk mengetahui perbedaan perilaku agresif siswa laki-laki sebelum dan sesudah dilaksanakan konseling kelompok maka dilakukan analisis sebagai berikut :
r= =
=
= 0,61
Langkah selanjutnya adalah mencari nilai thitung.
7
th = 3,83
Pengambilan keputusan berdasarkan pada hasil thitung yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan ttabel, yaitu dari hasil perhitungan test “ t ”, terlihat bahwa hasil thitung sebesar 3,83, dengan dk = n1 + n2 – 2 = 14 - 2 = 12. Pada taraf signifikan 5% = 2,179 Maka dapat dilihat harga thitung lebih besar dari ttabel pada taraf 5% (3,83 > 2,179 ). Dengan demikian, hipotesis diterima yang berarti Terdapat Perbedaan Sebelum Dengan Sesudah Konseling Kelompok Terhadap Penurunan Perilaku Agresif Siswa Laki-Laki. 4. Pengaruh Konseling Kelompok Terhadap Penurunan Perilaku Agresif Siswa Laki-Laki. Kemudian dilanjutkan mencari koefisien determinan yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh layanan konseling kelompok terhadap penurunan prilaku agresif siswa laki-laki dengan rumus sebagai berikut : r = 0,61 r2 =0,46 =0,37 x 100 % = 37 % Dari hasil keputusan diatas diinterprestasikan bahwa setelah diberikan layanan konseling kelompok mempunyai pengaruh terhadap penurunan perilaku agresif siswa laki-laki dan perilaku agresif siswa laki-laki sesudah diberikan layanan konseling kelompok lebih baik dari pada sebelum diberikan layanan konseling kelompok. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinan diperoleh nilai r2 = 0,37 yang berarti terdapat 37% sumbangan layanan konseling kelompok terhadap penurunan perilaku agresif siswa laki-laki kelas XII SMA Muhammadiyah Satu Pekanbaru. Interpretasi koefisien korelasi terhadap hasil perhitungan di atas berdasarkan tabel interpretasi nilai r (Sugiyono,: 231) dikategorikan KUAT. Tabel 4 Interpretasi Nilai r Besarnya nilai r Interpretasi Antara 0,00 sampai dengan 0,199 Sangat Rendah Antara 0,20 sampai dengan 0,399 Rendah Antara 0,40 sampai dengan 0,599 Sedang Antara 0,60 sampai dengan 0,799 Kuat Antara 0,80 sampai dengan 1,000 Sangat Kuat Sumber: Sugiyono :231
8
Pembahasan Berdasarkan analisa data dapat diketahui bahwa masalah perilaku agresif siswa laki-laki sebelum diberikan konseling kelompok berada pada kategori sedang. Setelah diberikan konseling kelompok terjadi penurunan perilaku agresif siswa laki-laki. Hal ini didukung oleh teori yang dinyatakan oleh Hanzen,Warner & Smith (dalam Larrabe & Terres,1984 Dalam Mungin Edi Wibowo, 2005) menyatakan bahwa konseling kelompok adalah cara yang amat baik untuk menangani konflikkonflik antar pribadi dan membantu individu dalam mengembangkan kemampuan pribadi mereka. Artinya dalam layanan konseling kelompok membahas permasalahan khusus yang dialami oleh anggota kelompok yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah-masalah atau konflik-konflik siswa Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dianalisis dengan menggunakan uji “ t “, maka dapat diketahui bahwa hipotesis diterima yang berarti bahwa pada penelitian ini terdapat perbedaan sebelum dengan sesudah diberikan layanan konseling kelompok terhadap penurunan perilaku agresif siswa laki-laki. Konseling kelompok memberi pengaruh terhadap penurunan perilaku agresif siswa laki-laki. Hal ini juga diperkuat dalam penelitian terdahulu yang diteliti oleh Kursin yang berjudul “Keefektifan Layanan Konseling Kelompok Dalam Mengurangi Perilaku Agresif Siswa Panti Pamardi Putra Mandiri Semarang Tahun 2004/2005”. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut :1) Perilaku agresif siswa laki-laki sebelum diberikan konseling kelompok berada pada kategori sedang 2) Terjadi penurunan perilaku agresif siswa laki-laki sesudah dilaksanakan konseling kelompok. 3) Terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku agresif siswa laki-laki sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok. 4) Konseling kelompok memberikan pengaruh yang kuat terhadap penurunan perilaku agresif siswa laki-laki. Rekomendasi Berdasarkan hasil analisis data penelitian, pembahasan, temuan penelitian dan kesimpulan penelitian ini maka dapat dikemukakan rekomendasinya sebagai berikut : 1) Kepada Kepala Sekolah XII SMA Muhammadiyah satu Pekanbaru agar dapat memperhatikan dan membantu siswa dalam mengurangi perilaku agresif siswa; 2) Kepada guru BK SMA Muhammadiyah satu Pekanbaru hendaknya dapat memberikan layanan konseling kelompok agar membantu siswa dalam mengembangkan dirinya dan dapat mencegah dari perilaku agresif; 3) Kepada guru bidang studi agar dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengikuti kegiatan konseling kelompok dan selalu memberikan pemahaman kepada siswa tentang bagaimana cara menjauhi perilaku agresif; 4) Kepada peneliti berikutnya supaya mengkaji lebih mendalam tentang perilaku agresif siswa perempuan. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada kedua pembimbing saya yaitu Dra. Hj. Elni Yakub. M.S dan Dra.Rosmawati,SS,M.Pd. Kons yang tidak mengenal waktu dalam membimbing saya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dan karya tulis ilmiah.
9
DAFTAR PUSTAKA Albin, R.S. (2002). Emosi Bagaimana Mengenai, Menerima dan Mengarahkannya. Yogyakarta: Kanisius. Anas Sudijono,2002.Statistik Pendidikan.Jakarta:Raja Grafindo Persada B. Sandjaja dan Albertus Heriyanto. (2006). Panduan Penelitian. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher. Dayakisni, 2003. Psikologi Sosial.. Malang : UMM. Dewa, Ketut S. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta Eddy, Wibowo Mungin. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: Unnes Press Handayani, dkk. (2000). Hubungan Antara Intensitas Kekerasan Fisik dan Verbal yang Diterima Anak Dari Orang tua dengan Kecenderungan Agresif Anak. Jurnal Psikologi, 5, 32-40. http://www. e-psikologi. com Koeswara, E. 1988. Agresi manusia.Bandung :PT Eresco Mugiarso, Heru dkk. 2007. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT UNNES PRESS Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ghalia Indonesia Raja Arlizon. (2007). Metode Penelitian. Pekanbaru : UNRI Sobur, 2003. Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk penelitian. Bandung:Alpabeta.
10