78 GIZIDO Volume 8 No. 2 November 2016 Pengaruh KonselingAnggreni M, dkk
PENGARUH KONSELING GIZI TERHADAP ASUPAN NATRIUM PASIEN HIPERTENSI DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS RURUKAN KOTA TOMOHON. Anggreni Makarawung¹,Nita R. Momongan², dan Henry S. Imbar³ 1,2,3, Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Manado ABSTRACT Hypertension including disease can not be cured but can be controlled through routine health controls, a diet low in salt and consume regularly to reduce the risk of cardiovascular complications and other organs that exist in the patient. Salt is a critical role in the pathogenesis of hypertension. Table salt contains 40% sodium and 60% chloride. Nutritional counseling can assist patients in dealing with health issues. Changes in behavior will occur if the client receives knowledge so that clients can understand his state of health then the client can take the correct attitude and action that has been agreed counselors to deal with their health problems. This type of research is the design of pre experiment with one group pretest posttest approach, a population of 234 and the number of samples obtained from the calculation Lemesshow (1997) a number of 40 samples. Wilcoxon test results before and after the sodium intake of nutritional counseling obtained significant value (0.000) <α (0:05) with an average intake of sodium respondents generally before and after counseling has decreased from 3067 mg and 1490 mg after counseling. There are differences in sodium intake in hypertensive patients before and after nutrition counseling. Prior to nutritional counseling patient sodium intake more than the recommended daily sodium intake, and nutritional counseling after the patient had begun to reduce eating foods that contain high sodium. Keywords: Sodium Intake, Blood Pressure, Nutrition Counseling.
PENDAHULUAN Kesehatan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bahkan merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat, serta kesehatan juga merupakan indikator tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup seseorang. Orang yang memiliki kesehatan yang baik dapat melakukan aktivitasnya serta berfikir dengan baik juga dalam mencapai tujuan hidupnya. Salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan penduduk adalah angka kesakitan1. Setiap orang pasti berusaha untuk mengoptimalkan kesehatannya melalui gaya hidup sehat, dengan cara menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan
menghindari kebiasaan yang buruk yang dapat mengganggu kesehatan. Indikator gaya hidup sehat antara lain perilaku tidak merokok, pola makan sehat dan seimbang, dan aktivitas fisik yang teratur2. Dewasa ini, banyak masalah kesehatan yang diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak sehat, yaitu adanya penyakit degeneratif, salah satunya adalah penyakit hipertensi atau darah tinggi. Hipertensi mempunyai tingkat mortalitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi kualitas hidup dan produktifitas seseorang. Dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan diastolik > 90 mmHg. Hipertensi termasuk penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun dapat
79 GIZIDO Volume 8 No. 2 November 2016 Pengaruh KonselingAnggreni M, dkk
dikendalikan melalui kontrol kesehatan secara rutin, melakukan diet rendah garam dan mengkonsumsi secara teratur untuk mengurangi risiko komplikasi padakardiovaskular dan organ lain yang ada pada diri pasien3. Penderita hipertensi di seluruh dunia mendekati angka 1 miliar. Artinya, 1 dari 4 orang dewasa menderita tekanan darah tinggi. Lebih dari separuh atau sekitar 600 juta penderita, tersebar di Negara berkembang, termasuk Negara Indonesia4. Hipertensi adalah penyebab kematian utama ketiga di Indonesia untuk semua umur (6.8%), setelah tuberkulosis (7.5%) dan strok (15.4%) . Hipertensi sering disebut thesilent killer karena penderita hipertensi mengalami kejadian tanpa adanya gejala (asymtomatic) selama beberapa tahun dan kemudian mengalami strok, gagal jantung yang fatal atau penyakit degeneratif lainnya1. Prevalensi hipertensi di Indonesia yang di dapat melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8 %. Di Sulawesi Utara, prevalensi hipertensi dengan umur ≥18 tahun ada 27,1 %. Berdasarkan hasil wawancara Provinsi Sulawesi Utara menempati peringkat pertama dari 33 provinsi diseluruh Indonesia dengan 15%danPrevalensihipertensi di kotatomohon 35,0%5. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Rurukan menunjukkan bahwa 4 bulan terakhir jumlah pasien hipertensi ada 234 pasien. Hipertensi pada umumnya berkembang pada usia antara 35-55 tahun, namun saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang yang berusia muda. Sebagian besar hipertensi primer terjadi pada usia 25-45 tahun dan hanya 20% di bawah usia 20 tahun dan di atas 50 tahun . Usia muda bukan merupakan usia yang terbebas dari risiko hiperensi tetapi mempunyai peluang yang sama dengan usia dewasa dan usia lanjut untuk
mengalami hipertensi, apalagi bila gaya hidup dan pola makannya tidak sehat6. Perubahan perilaku akan terjadi jika klien menerima pengetahuan sehingga klien dapat memahami keadaan kesehatannya kemudian klien dapat mengambil sikap dan tindakan yang benar yang telah disepakati bersama konselor untuk menangani masalah kesehatannya. Perubahan perilaku yang dimaksudkan adalah terjadinya perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan ke arah yang lebih baik7. Setiap masyarakat memiliki persepsi yang berbeda mengenai pangan yang dikonsumsi. Perbedaan persepsi ini, sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma budaya yang berlaku di masyarakatnya. Tomohon merupakan salah satu kota yang ada di Sulawesi Utara, budaya makan bersama dalam bentuk pesta menjadi ciri khas masyarakat Kota Tomohon dalam mempererat hubungan kekerabatan. Suasana ini menjadi salah satu media tersedianya berbagai jenis makanan tinggi kalori, lemak, dan natrium yang berdampak terhadap terjadinya penyakit hipertensi. Tujuanumumpenelitianiniuntuk mengetahui pengaruh konseling gizi terhadap asupan natrium pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Rurukan Kota Tomohon.TujuanKhususuntukmengetah uiperbedanasupannatriumdantekananda rahpasienhipertensisebelumdansesudah dilakukankonselinggizi di wilayahkerjaPuskesmasRurukan Kota Tomohon, BAHAN DAN CARA Penelitianinidilakukanpadatanggal 9 Februari 22Maret 2016. TempatPenelitian di wilayahKerjaPuskesmasRurukan Kota Tomohon, Variabeldalampenelitianterdiridari variable bebasyaitukonselinggizidan variable
80 GIZIDO Volume 8 No. 2 November 2016 Pengaruh KonselingAnggreni M, dkk
terikatyaituasupannatriumdantekananda rah. JenisPenelitian yang digunakanadalahrancangan pre eksperimendengan pendekatan one group pretest posttest. BerdasarkanrumusLemeshow (1997), sampel yang digunakandalampenelitianinisebanyak 40 sampel, kriteriasampel yang digunakandalampenelitianiniyaitupender itapenyakithipertensi yang dating kePuskesmasRurukan Kota Tomohonpadasaatpenelitiandilaksanaka ndengan criteria bersediamenjadisubjekpenelitiandengan menandatanganiinformed consend, lakilaki/perempuan, dapatdiajakberkomunikasi.
Instrumen yang digunakandalampenelitianiniadalahkuesi oneruntukmengambil data umum yang meliputi data, jeniskelamin, umur, tekanandarahdankuesioner food recall untukmengambil data riwayatmakan. Sedangkandalammelakukankonselinggi zi instrument yang digunakanadalah leaflet. Pengolahandananalisis data statistic diawalidenganmelakukanediting dancoding data untukmemudahkan proses pemasukan data, kemudiandilanjutkandenganmengentri data pada program software statistic. Analisisbivariatyaituuntukmenget ahuiperbedaanasupannatriumdantekana ndarahsebelumdansesudahkonselingdil akukanujiwilcoxon.
HASIL 1. KarakteristikResponden 2. Tabel 2. KarakteristikRespondenPenderitaHipertensi Variabel n % JenisKelamin Laki-laki
13
32,5
Perempuan
27
67,5
30-35 tahun
2
5
36– 41 tahun
5
12,5
42-47 tahun
8
20
48-53 tahun
2
5
54-59 tahun
4
10
60-65 tahun
7
17,5
66-71 tahun
5
12,5
72-77 tahun
7
17,5
Umur (tahun)
81 GIZIDO Volume 8 No. 2 November 2016 Pengaruh KonselingAnggreni M, dkk
Berdasarkantabel 2 menunjukkanbahwasebagianbesarrespo ndenberjeniskelaminperempuanyaitusej umlah 27 responden (67,5%),
sedangkanlaki-lakisejumlah 13 responden (32,5%), berumur 30-35 tahunyaitusejumlah 2 responden (5%), danberumur 72-77 tahunsejumlah 7 responden (17,5%).
a. PerbedaanTekananDarahSistolikSebelumdanSesudahKonselingGizi Tabel 7. PengaruhKonselingGiziTerhadapTekananDarahDiastolik Tekanan darah
n
mean
Median
SD
Minimum
Maximum
40
167,25
165
16,011
140
190
p
Sistolik Sebelum
0,000 Sesudah
40
147,25
150
p= Wilcoxon ranks test Berdasarkantabel 7, dapatdiketahuibahwanilaisignifikan (0,000) < α (0.05), artinya H0ditolak, sehinggadapatdisimpulkanterdapatperb edaanyang
9,604
130
160
bermaknatekanandarahsistoliksebelum dansesudahkonselinggizi. a. Perbedaan Tekanan Darah Diastolik Sebelum Dan SesudahKonselingGizi
Tabel 8. PengaruhKonselingGiziTerhadapTekananDarahDiastolik Tekanan darah
n
mean
Median
SD
Minimum
Maximum
40
97,75
100,00
7,334
80
110
p
Diastolik Sebelum
0,000 Sesudah
40
90,00
90,00
p= Wilcoxon ranks test Berdasarkantabel 8, dapatdiketahuibahwanilaisignifikan (0,000) < α (0.05), artinya H0ditolak, sehinggadapatdisimpulkanterdapatperb
3,203
80
100
edaanyang bermaknatekanandarahdiastoliksebelu mdansesudahkonselinggizi. b. Perbedaan Asupan Natrium SebelumdanSesudahKonselingGizi
82 GIZIDO Volume 8 No. 2 November 2016 Pengaruh KonselingAnggreni M, dkk
Tabel 9. PengaruhKonselingGiziTerhadapAsupan Natrium Asupan Natrium
n
Mean
Median
SD
Minimum
Maximum
Sebelum
40
3067
2889
6,331
2447
5171
p
0,000 Sesudah
40
1490
1393
p= Wilcoxon ranks test Berdasarkantabel 9, dapatdiketahuibahwanilaisignifikan (0,000) < α (0.05), artinya H0ditolak, sehinggadapatdisimpulkanterdapatperb edaan yang bermaknaasupannatriumsebelumdanse sudahkonselinggizi. PEMBAHASAN KarakteristikResponden Karakteristik sampel penelitian yang diperoleh oleh peneliti dari total sampel sebanyak 40 responden yang positif menderita hipertensi yakni jumlah responden laki-laki sejumlah 13 responden dengan persentase 32,5%. Sedangkan jumlah responden perempuan sejumlah 27 responden dengan persentase 67,5%. Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit tidak menular tertentu seperti hipertensi, dimana pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan darah sistolik. Pria mempunyai tekanan darah sistolik dan diastolik lebih tinggi dibandingkan wanita pada semua suku8.Namun hasil yang diperoleh oleh peneliti pada lokasi pengamatan menunjukkan situasi sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa faktor jenis kelamin tidak selalu
3,666
985
2589
berpengaruh terhadap cakupan penderita hipertensi. Jumlah responden penderita hipertensi berusia 30-35 tahun sejumlah 2 responden (5%), berusia 36-41 tahunsejumlah 5 responden (12,5%), berusia42-47 tahunsejumlah 8 responden (20%), berusia 48-53 tahunsejumlah 2 responden (5%), berusia 54-59 tahunsejumlah 4 responden (10%), berusia 60-65 tahunsejumlah 7 responden (17,5%), berusia 66-71 tahunsejumlah 5 responden (12,5%)berusia 72-77 tahunsejumlah 7 responden (17,5%).Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya usia maka risiko hipertensi menjadi lebih tinggi. Insiden hipertensi yang makin meningkat dengan bertambahnya usia, disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon8.Pada responden di lokasi pengamatan nampak bahwa semakin tinggi usia, cakupan penderita penyakit hipertensi juga semakin tinggi. Hal ini membuktikan bahwa faktor usia dapat mempengaruhi kejadian penyakit hipertensi. PerbedaanTekananDarahSebelumdan SesudahKonselingGizi
83 GIZIDO Volume 8 No. 2 November 2016 Pengaruh KonselingAnggreni M, dkk
Hasil penelitian pada penderita hipertensi di lokasi pengamatan diketahui bahwa rata-rata tekanandarah sistolik responden sebelumdansesudahkonselingdidapatka nperubahandari 167,25±16,011 mmHg menjadi 147,25±9,604 mmHg denganpenurunansebesar 20,000±6,407 mmHg . Hasilinisamahalnyadenganhasilpadapen elitiansebelumnya, yang diolahdandianalisismenggunakanuji Tberpasangandanwilcoxon, iamenyatakanbahwadengankonselingte kanandarahsistolikdapatmengalamipenu runansebesar 11,54±17,00 mmHg dengannilai p=0,031, sedangkan untuk rata-rata tekanandarah diastolik responden pre-post konselingdidapatkanperubahandari 97,75±7,334 mmHg menjadi90,00±3,203 mmHg denganpenurunansebasar 7,750±4,1319. Perilakuintervensi pada pasien , seperti konseling, terbukti efektif meningkatkan kontrol tekanan darah.Dengandberikanintervensiberupa konselinggizidapatmeningkatkanpenget ahuan responden9.Dari hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa pemberian konseling bagi penderita hipertensi di lokasi pengamatan memberikan pengaruh yang signifikan (p<0,05). Disamping itu, apabila dilakukan uji analisis wilcoxonrata-rata tekanandarah sistolik responden dan rata-rata tekanandarah diastolik dengan tingkat signifikansi 5% didapatkan kesimpulan rata-rata responden sebelum dan sesudah mengikuti konseling adalah tidak sama / berbeda secara nyata ataukonseling memberikan pengaruh bagi penurunan rata-rata tekanandarah sistolik dan rata-rata tekanandarah diastolik. PerbedaanAsupanNatriumSebelumda nSesudahKonselingGizi Hasilpenelitianyang dilakukanolehseorangpenelitisebelumny
a, yang dianalisismenggunakanuji paired t testmenyatakanadaperbedaan yang signifikanantarapengukurantekanandara hsistoliksebelumdantekanandarahsistoli ksesudahintervensi, dengannilai p=0,00010. Hasil penelitian pada penderita penyakit hipertensi di lokasi pengamatan diketahui bahwa rata-rata asupan natrium responden secara umum sebelum dan sesudah konseling mengalami penurunan dari 3067 mg dan sesudah konseling 1490 mg. Sedangkan ketika dilakukan uji statistik dengan wilcoxondengan tingkat signifikansi 5% didapatkan kesimpulan rata-rata responden sebelum dan sesudah mengikuti konseling adalah tidak sama / berbeda secara nyata (mengalami perubahan). Hasilinisamadenganhasilpenelitian yang dilakukanolehpenelitisebelumnya yang diolahdandianalisismenggunakanuji Tberpasangandanwilcoxon, menyatakanbahwapemberiankonselingb erhasilmenurunkanasupannatriumharian subjekdarirerata 2753,95 mg/harimenjadi 1764,76 mg/hari. Konselinggizimemilikipengaruhterhadap asupanzatgizilemak, natrium, kalium, magnesium, dimanatelahterjadipenurunanasupanlem ak, natrium, dankalium, sedangkanterjadipeningkatanasupan magnesium11. KESIMPULAN 1. Terdapatperbedaanasupannatriump asienhipertensisebelumdansesudah konselinggizi .Sebelumdilakukankonselinggiziasu pannatriumpasienlebihdarianjuranko nsumsinatriumsehari, dansetelahdilakukankonselinggizipa siensudahmulaimengurangimengon sumsimakanan yang mengandungnatriumtinggi. 2. Terdapatperbedaantekanandarahpa sienhipertensisebelumdansesudahk
84 GIZIDO Volume 8 No. 2 November 2016 Pengaruh KonselingAnggreni M, dkk
onselinggizi, dimanaterjadipenurunantekanandar ahpasienwalaupuntekanandarahpasi enbelummencapaibatas normal. SARAN 1. Konseling gizi pada pasienhipertensi di Puskesmas Rurukanmampu mengubah perilaku konsumsinatrium penderita hipertensi. Kegiatan konseling sebaiknya dilakukan secara periodek dengan selang waktu tertentu di PuskesmasRurukan serta Puskesmas di wilayah kerja lainnya 2. Tingginya angka penderita penyakit tidak menular pada umumnya di Kota Tomohon diakibatkan oleh pola hidup yang kurang baik serta cara pandang dan pengetahuan masyarakat. Perludiadakannya selembaran berupa leafleet secara door to door untuk meningkatkan cakupan penurunan Penyakit Tidak Menuar (PTM). DAFTAR PUSTAKA 1. Depkes RI, (2008). Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta: Depkes RI 2. Depkes RI, (2002). Profil Kesehatan Indonesia 2002. Jakarta: Depkes RI 3. Evadewi PKR & Sukmayanti LMK, (2013). Kepatuhan Mengonsumsi Obat Pasien Hipertensi Di Denpasar Ditinjau Dari Kepribadian Tipe A Dan Tipe B. Jurnal Psikolog Udayana 2013. Volume 1, Nomor 1, Hlm 32-42. (Diakses 19 mei 2016) 4. JNC VII, 2004. The Sevent Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure.USA : U.S Departement of Health and Human Services.
5. Balitbangkes, 2013. PokokPokok Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia. Jakarta. 6. Mahmudah S, Maryusman T, Arini FA, Malka I, (2015). Hubungan Gaya Hidup Dan PolaMakanDenganKejadianHipe rtensiPadaLansia Di KelurahanSawanganBaru Kota DepokTahun 2015. JurnalBiomedika. Volume 7, Nomor 2, Hlm 11-19 (Diakses 28 juli 2016) 7. Cornelia, Sumedi E, Anwar I, Ramayulis R, Iwaningsih S, Kresnawan T, Nurlita H, (2013). Konseling Gizi. cetakan ke-1, Penebar Plus+, Jakarta. 8. Suiraoka, IP, 2012. Penyakit Degeneratif. Cetakan ke-1, Nuha Medika. Yogyakarta. 9. Pusthika IO, (2011). Pengaruh Frekuensi Konseling Gizi Dan Gaya Hidup Terhadap Indeks Massa Tubuh, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, Dan Glukosa Darah Pada Penderita DM. UniversitasDiponegoro Semarang. KTI. Diaksesdarihttp://eprints.undip.a c.id (Diakses 17 juni 2016). 10. Yuliantini E & Maigoda T, (2011). Impact Of Sports And Nutrition Counseling To Blood Pressure And Nutritional Status Based On Waist Circumference In Hypertensive Patients At Bengkulu Municipality. Buletin Penelitian Sistem KesehatanVol.14 No.3, hlm 290300. (Diakses 5 mei 2015) 11. Fitriyanti AR, Sulchan M, (2015). Pengaruh Konseling Modifikasi Gaya Hidup Terhadap Penurunan Asupan Natrium, Tekanan Darah, Dan Kadar CReative Protein (CRP) Pada Remaja Obesitas Dengan Sindrom Metabolik.Journal Of Nutrition College. Volume 4,
85 GIZIDO Volume 8 No. 2 November 2016 Pengaruh KonselingAnggreni M, dkk
Nomor 2, hlm 300-307. (Diakses 19 mei 2016)