PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI PUTIH (Brassica Juncea L) SUMARNO KAIMAN ¹, FAUZAN ZAKARIA ² DAN WAWAN PEMBENGO ³ JURUSAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
ABSTRAK SUMARNO KAIMAN. NIM 613 411 116. Pengaruh Kerapatan Tanaman Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi Putih. (Dibawah Bimbingan Fauzan Zakaria Sebagai Pembimbing I dan Wawan Pembengo Sebagai Pembimbing II). Penelitian ini bertujuan untuk :Mengetahui pengaruh perlakuan dan terbaik tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi putih (Brassica juncea L). Penelitian ini dilaksanakan di Desa Manunggal Karya Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo, menggunakan Rancangan acak kelompok terdiri dari 6 perlakuan yang masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali, Pengamatan meliputi: Tinggi tanaman, Jumlah dan Bobot basah. Hasil penelitian Perlakuan jarak tanam berpengaruh pada parameter tinggi tanaman(49,18 cm) dan jumlah daun tanaman sawi(15,44 helai). Perlakuan jarak tanam 20 x 35 cm memberikan hasil terbaik pada tanaman sawi. Kata Kunci : sawih putih, tinggi tanaman, jumlah daun Sawi putih(Brassica juncea L.)merupakan tanaman yang berasal dari China. sawi putih berasal dari persilangan antara beberapa jenis Pak choi yang terjadi secara alami. Terdapat beberapa varietas sawi putih yang berbeda ditemukan sejak 600 tahun yang lalu di China. Siemonsma and Piluek (1994) menyatakan bahwa sawi putih banyak ditemukan tumbuh hampir diseluruh dunia dan merupakan tanaman sayuran dengan iklim sub-tropis, namun mampu beradaptasi dengan baik pada iklim tropis. Saat ini, kebutuhan akan sawi putih semakin lama semakin meningkat seiring dengan peningkatan populasi manusia dan manfaat mengkonsumsi bagi kesehatan. Rukmana (1994) menyatakan sawi putih mempunyai nilai ekonomi tinggi setelah kubis crop, kubis bunga dan brokoli. Sebagai sayuran, sawiputih mengandung berbagai khasiat bagi kesehatan. Kandungan yang terdapat pada sawi putih adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C. Masa panen sawi yang singkat dan pasar yang terbuka luas merupakan daya tarik untuk mengusahakan caisim. Daya tarik lainnya adalah harga yang relatif stabil dan mudah diusahakan (Hapsari, 2002). Menurut Margiyanto (2008) manfaat sawi putih atau sawi bakso sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk, penyembuh sakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan. Daun B. juncea berkhasiat untuk peluruh air seni, akarnya berkhasiat sebagai obat batuk, obat nyeri pada tenggorokan dan peluruh air susu, bijinya berkhasiat sebagai obat sakit kepala
.kebutuhan pasar untuk Permintaan masyarakat terhadap sawi putih semakin lama semakin meningkat. Dengan permintaan sawi putih yang semakin meningkat, maka untuk memenuhi kebutuhan konsumen, baik dalam segi kualitas maupun kuantitas, perlu dilakukan peningkatan produksi. Salah satu upaya peningkatan hasil yang dapat dilakukan adalah melalui pengaturan jarak tanam. Jarak tanam merupakan salah satu teknis budidaya yang mengatur tata letak dan populasi tanaman dengan jarak yang pasti menurut dua arah tertentu dalam satu area (Zaubin, 1985) dalam Pambayun (2008). Melalui pemilihan jarak tanam yang tepat tingkat persaingan antar maupun intem tanaman dapat ditekan serendah mungkin. Selain itu pemilihan jarak tanam juga dapat mengoptimumkan kemampuan tanaman dalam memanfaatkan unsur – unsur yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis seperti cahaya matahari, air dan hara. Perbedaan jarak tanam ternyata berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun dan berat brangkasan segar, serta berat konsumsi/tanaman dan konsumsi/petak (Nugroho, 2005). Hasil penelitian Umarsih (2013) terhadap tanaman sawi menunjukkan bahwa jarak ntanam 40 cm x 40 cm memberikan hasil tanaman yang telah tinggi (Vegetatif dan Generatif) di bandingkan dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Selanjutnya Pambayun (2008) menyatakan bahwa jarak tanam tidak berpengaruh secara nyata terhadap semua perubahan yang diamati pada tanaman katuk kecuali pada karakter berat panen per petak. Berat panen katuk per petak meningkat pada jarak tanam yang semakin rapat dan akan menurun setelah setelah mencapai titik optimum. Jarak tanam yang optimum pada tanaman katuk 50 cm x 12,5 cm (populasi 160 000 tanam/ha). Jarak tanam cenderung dapat meningkatkan berat panen kenikir per tanam. Produksi kenikir yang optimum diduga dihasilkan pada jarak tanam 50 cm x 16 cm (populasi 126 667 tanam/ha). Pada tanaman kemangi, jarak tanam yang renggang dapat meningkatkan tingi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, dan berat panen per tanam. Populasi kemangi yang optimum tidak dapat diperoleh dari penelitian ini. Penelitian lain yang dilakukan oleh Haryanto (2003) dalam Dora (2009) menunjukkan bahwa jarak tanam yang baik untuk tanaman sawi adalah 20 x 20 cm. Berdasarkan hal tersebut diatas maka telah dilakukan penelitian pengaruh kerapatan tanaman terhadap pertumbuhan danhasil tanaman sawi (Brassica juncea L ) menunjukkan bahwa jarak tanam 20cm x 35cm berbedanyata pada tinggi tanaman dan jumlah daun di bandingkan dengan jarak tanam lainnya. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini terdiri dari : a. Bagaimana pengaruh kerapatan tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawih putih(Brassica juncea L.)? b. Apakah kerapatan tanaman tertentu berpengaruh lebih baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi putih (Brassica juncea L.)? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan : a. Mengetahui pengaruh kerapatan tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi putih (Brassica juncea L.). b. Mengetahui pengaruh kerapatan tanaman tertentu berpengaruh lebih baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi putih (Brassica juncea L.). Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini :
a.
Terdapat pengaruh kerapatan tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi putih (Brassica juncea L.). b. Kerapatan tanaman pada perlakuan tertentu berpengaruh lebih baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi Putih (Brassica juncea L.) Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut : a. Dapat menambah wawasan bagi penulis tentang pengaruh kerapatan tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi putih b. Sebagai informasi bagi pemerintah daerah (instansi terkait) dan para petani tanaman hortikultura. c. Referensi ilmiah untuk pendidikkan khususnya fakultas pertanian Universitas Negeri Gorontalo sebagai sektor pembangunan dibidang pertanian daerah Gorontalo. Botani Tanaman Sawi Sawi putih (Brassica pekinensis (L.) memiliki sebutan yang berbeda di beberapa negara. Di Inggris dikenal dengan nama Chinese cabbage, celery cabbage, peking cabbage dan petsai. Di Prancis dikenal dengan nama chou de Chine dan chou de Shangton. sedangkan di Indonesia disebut petsai dan sawi putih (Rukmana, 1994). Selanjutnya secara sistimatika tanaman sawi putih diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisio Sub Divisio Kelas Ordo Familia Genus Species
: : : : : : : :
Plantae Spermatophyta Angiospermae Dicotyledonae Rhoeadales Cruciferaceae Brassica Brassica Juncea L
Secara morfologi sawi putih merupakan tanaman semusim, berakar tunggang, putih kotor. Batang semu, putih kehijauan, pendek hingga hampir tidak terlihat. Daun sawi putih berbentuk bulat panjang serta berbulu halus dan tajam, urat daun utama lebar dan berwarna putih. Daun sawi putih ketika masak bersifat lunak, sedangkan yang mentah rasanya agak pedas. Pola pertumbuhan daun mirip tanaman kubis, daun yang muncul terlebih dahulu menutup daun yang tumbuh kemudian hingga membentuk krop bulat panjang yang berwarna putih (Sunarjono, 2004). Susunan dan warna bunga sepertikubis, Tunggal, dalam roset akar, pangkal membulat, ujung meruncing, berbulu halus, panjang 60-70 cm, lebar 7-10 cm,hijau keputih putihan. Panjang daun berkisar antara 20-90 cm x 15-35 cm, berbentuk bergelombang. Bunga majemuk, bentuk tandan, diujung batang,tangkai silindris, hijau, benang sari berbentuk pita, banyak, panjang ± 5 mm, kepala sari panjang ± cm, kuning, putik kuning, mahkota lonjong, putih. Tinggi bunga berkisar antara 20-60 cm, panjang pedicel 1-1.5 cm; bunga biseksual sempurna; memiliki 4 petal ukuran 1 cm x 0.5 cm berwarna kuning cerah; memiliki 4 sepal dengan panjang 0.5 cm berwarna kuning atau hijau dan memiliki stamen 6 tetradynamous. Buah kotak, lonjong, coklat. Buah berbentuk tabung dengan ukuran 7 cm x 3-5 mm dengan jumlah biji 10-25 biji. Biji berbentuk bulat dengan diameter 1-2 mm dengan warna hitam sampai merah kecoklatan (Siemonsma and Piluek, 1994).
Sawi putih merupakan tanaman sayuran biennual namun budidaya sawi putih dilakukan sama seperti tanaman annual. Pada fase vegetatif tinggi sawi putih berkisar antara 20-50 cm. namun pada fase generatif tingginya dapat mencapai 1.5 m. Di Indonesia dikenal tiga jenis sawi yaitu: sawi putih atau sawi jabung, sawi hijau dan sawi huma. Sawi putih (B. Juncea L. Var. Rugosa Roxb. & Prain) memiliki batang pendek, tegap dan daun lebar berwarna hijau tua, tangkai daun panjang dan bersayap melengkung ke bawah. Sawi hijau, memiliki ciri-ciri batang pendek, daun berwarna hijau keputih-putihan, serta rasanya agak pahit, sedangkan sawi huma memiliki ciri batang kecil-panjang dan langsing, daun panjang-sempit berwarna hijau keputihputihan, serta tangkai daun panjang dan bersayap (Rukmana, 1994). Syarat Tumbuh Sawi caisin bukan merupakan tanaman asli Indonesia, akan tetapi keadaan alam Indonesia dengan iklim, cuaca serta keadaan dan sifat tanah memungkinkan untuk dikembangkan dengan baik. Tanaman sawi dapat tumbuh di tempat yang berhawa panas maupun hawa dingin, tetapi dapat tumbuh baik dengan iklim yang kering pada suhu 15-20oC dan ketinggian 5 – 1200 m dpl (Dora, 2009). Suhu udara yang terlalu tinggi dari batas yang telah ditentukan akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan tanaman sawi dan tidak akan tumbuh dengan sempurna. Sawi pada umumnya banyak ditanam dataran rendah, namun dapat pula didataran tinggi. Sawi putih tergolong tanaman yang toleran terhadap suhu tinggi (panas). Suhu antara 5-13 ºC pada 1-4 minggu dapat menginisiasi pembungaan da tanaman sawi putih. Kombinasi antara suhu rendah dengan panjang hari yang sesuai dapat menghasilkan bunga yang maksimal. Tanaman sawi putih umbuh baik pada tanah liat berlempung dengan pH antara 6.0-7.5 dan mengandung banyak bahan organik (Siemonsma and Piluek, 1994). Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sawi putih yang optimal berkisar antara 80% - 90%. Kelembaban udara diatas 90% akan berdapat negatif terhadap tanaman sawi putih, tanaman akan mengalami pertumbuhan yang tidak sempurna, tanaman tidak subur, kualitas daun jelek, dan apabila penanaman ditujukan untukpembenihan maka produksi biji pun rendah.Curah hujan yang baik untuk tanaman sawi putih ini ialah 1000-1500 mm/tahun, dan perlu diketahui, bahwa tanaman sawi tidak menyukai air yang berlebihan atau menggenang. Tanah yang baik untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus dan kaya akan bahan organik, jenis tanah andosol dan regosol, memiliki pembuangan air yang baik dengan derajat keasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya berkisar antara 6 – 7 (Nurhayati, et al., 1984 dalam Dora, 2009). Tanah yang baik untuk media budidaya tanaman sawi putih ini yaitu, yang subur, tanah, gembur, memiliki kedalaman yang cukup dalam, dan tanah mudah mengikat air. Permukaan tanah yang mmemiliki ketinggian 1000m dpl sangat cocok untuk tanaman ini. Lahan untuk pesemaian harus mendapat sinar matahari yang penuh, tempat persemaian harus dekat dengan sumber air yang bersih dan banyak, tidak jauh dari lahan penanaman atau kebun, persemaian tidak terkena banjir atau air menggenang, media tanam untuk persemaian harus subur, gembur, dan dapat menahan air dengan baik, persemaian harus bebas dari tanaman pengganggu, seperti rumput, sisa – sisa tanaman lain, dan batu-batu kerikil.Sawi putih akan lebih baik ketika mulai penanamannya pada akhir musim penghujan dan meamsuki musim kemarau, biasanya bertepatan pada bulan Maret – April. Apabila penanaman dilakukan pada mmusim penghujan, hal tersebut rentan terhadap serangan hama dan penyakit, sesuai dengan pernyataan. Lakitan, (1993) menyatakan bahwa sistem perakaran tanaman tersebut dapat dipengaruhi oleh kondisi tanah atau media tumbuh tanaman. Hari sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan sawi putih, penyinaran yang terlalu pendek menyebabkan pertumbuhan tanaman dan berat cenderung menurun. Kebutuhan air meningkat dengan meningkatnya pertumbuhan tanaman, kelebihan air setelah musim hujan menyebabkan
tanaman tidak dapat umbuh secara normal. Tanaman biasanya akan mati jika 3-5 hari terendam oleh (Siemonsma and Piluek, 1994). Penerimaan cahaya matahari pada kerapatan dan populasi tanaman sangat penting karena akan berpengaruh padahasil sintesa (glukosa) dan muara terakhir akan berpengaruh terhadap hasil poduksi tanaman secara keseluruhan (Budianto, 1988). Kerapatan tanaman merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, karena penyerapan energi matahari oleh permukaan daun sangat menentukan pertumbuhan tanaman dan banyaknya intensitas matahari yang diserap oleh tanaman sangat dipengaruhi oleh kerapatan tanaman. Semakin rapat suatu populasi tanaman maka semakin sedikit jumlah intensitas cahaya matahari yang didapat oleh tanaman dan semakin tinggi tingkat kompetisi antar tanaman untuk mendapatkan sinar matahari tersebut. Jika tanaman terlalu rapat maka dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman karena dapat menghambat perkembangan vegetatif dan menurunkan hasil panen akibat menurunnya laju fotosintesis dan perkembangan daun. Menurut Warsana (2009) dua jenis tanaman yang ditanam dengan jarak tanam kurang dari 100 cm akan terjadi persaingan antar keduanya. Garder et all. (1988) menyatakan bahwa jika tanaman terlalu rapat maka berpengaruh pada pertumbuhan tanaman akibat dari menurunnya laju fotosintesis dan perkembangan daun. Kerapatan tanam sangat mempengaruhi perkembangan vegetatif tanaman dan juga mempengaruhi tinggi produksi panen suatu tanaman.Species tanaman daun yang efisien cenderung menginfestasikan sebagian besar awal pertumbuhan mereka dalam bentuk penamabahan luas daun, yang berakibat pada pemanfaatan radiasi matahari yang lebih efisien. Kartasaputra (1989) menambahkan bahwa persaingan tanaman dalam mendapatkan air maupun cahaya matahari berpengaruh terhadap pertumbuhan Vegetatif. Sehingga jarak tanam yang lebih lebar akan memacu pertumbuhan vegetatif tanam. Jarak tanam yang longgar dapat menghasilkan berat kering brangkasan yang lebih besar daripada berat kering pada penanaman pada jarak tanam yang rapat. Hal ini terjadi pada jarak tanam yang rapat terjadi kompetisi dalam penggunaan cahaya matahari yang berpengaruh pula terhadap pengambilan unsur hara, air maupun udara. Kerapatan tanaman sawit pada tanah yang subur, jarak tanam lebih renggang, dan sebaliknya pada tanah tandus jarak tanam dapat dirapatkan. Kebutuhan air meningkat dengan meningkatnya pertumbuhan tanaman, kelebihan air setelah musim hujan menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh secara normal. Tanaman biasanya akan mati jika 3-5 hari terendam oleh air (Siemonsma and Piluek, 1994). Populasi tanaman sawi putih tergantung Jarak tanam, pada penelitian ini jarak tanam yang digunakan 15 -40cm. Jarak tanam yang dipakai adalah 20 x 15 cm, 20 x 20 cm, 20 x 25 cm, 20 x 30 cm, 20 x 35 cm dan 20 x 40 cm. Jarak tanam hendaknya teratur, agar tanaman memperoleh ruang tumbuh yangseragam dan mudah disiangi. Jarak tanam sawi berpengaruh pada jumlah populasi tanaman. Jarak tanam tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan sifat tanaman yang bersangkutan. Pada tanah yang subur, jarak tanam lebih renggang, dan sebaliknya pada tanah tandus jarak tanam dapat dirapatkan. (Bambang, 2006) menyatakan bahwa jarak tanam juga berpengaruh terhadap pengunaan bibit. Dengan jarak tanam 40cm x 40cm diperlukan bibit 55.000 bibit/ha, pada jarak tanam 30cm x 30cm diperlukan bibit 97.800 bibit/ha.Kompetensi tanaman sawi putih pada penelitian ini mengunakan Jarak tanam 20 x 15 cm, 20 x 20 cm, 20 x 25 cm, 20 x 30 cm, 20 x 35 cm dan 20 x 40 cm. pada setiap petakan ukuran 2 x 1 m, sehinga tiap petakan berbeda. Kerapatan tanaman pada setiap petakan akan berpengaruh dalam
penerimaan cahaya sehinga persaingan antar tanaman akan terjadi dalam penyerapan unsur hara. Hal ini sesuai pernyataan Budianto, (1988). Penerimaan cahaya matahari pada tanaman sangat penting karena akan berpengaruh pada hasil sintesa (glukosa) dan muara terakhir akan berpengaruh terhadap hasil poduksi tanaman secara keseluruhan. Sebaiknya kerapatan tanaman dapat di atur sehinga penyerapan unsur hara lebih baik. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dengan ketinggian 15 meter dari permukaan laut, jenis tanah pada penelitian ini vertisol, penelitian ini dilaksanakan di Desa Manunggal karya kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato. Waktu pelaksanaan penelitian ini selama 2 bulan, mulai bulan april sampai bulan mei 2013. Alat dan Bahan Alat yangdigunakan pada penelitian ini terdiri dari:bajak, cangkul,meteran,tali rafia, , kamera,dan alat tulis menulis. Pengolahan tanah dilakukan secara sempurna (dua kali). Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini benih sawi. Metode Penelitian Penelitian ini mengunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 6 perlakuan yaitu : A. Jarak tanaman 20 x 15 cm B. Jarak tanaman 20 x 20 cm C. Jarak tanaman 20 x 25 cm D. Jarak tanaman 20 x 30 cm E. Jarak tanaman 20 x 35 cm F. Jarak tanaman 20 x 40 cm Masing – masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehinga diper oleh 18 satuan atau petak percobaan dengan ukuran 2 x 1 meter. Parameter Diamati Parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu: 1. Tinggi Tanaman (cm) Parameter ini diukur pada masing-masing perlakuan dengan cara mengukur tinggi tanaman mulai dari pangkal sampai ujung daun yang terpanjang. Diamati pada umur 10,20,30, Hari Setelah Tanam (HST) dinyatakan dengan satuan centi meter (Cm). 2. Jumlah Daun Jumlah daun dihitung dari semua jumlah daun yang terbentuk. Diamati pada umur 10,20,30, Hari Setelah Tanam (HST) dan saat panen dinyatakan dengan satuan helai. 3. Berat Basah Parameter ini menghitung produksi dari setiap petakan (pertanaman). Prosedur Penelitian Prosedur dalam penelitian ini mengunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), Terdapat 6 perlakuan yang masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh 36 satuan percobaan. 1. Penyiapan Lahan
Sebelum kegiatan penanaman dilakukan, pertama-tama lahan di olah dengan mengunakan bajak kemudian di lanjutkan dengan pembuatan bedengan dengan ukuran 2 x 1 m. 2. Penyiapan Benih Seminggu sebelum penanaman dilakukan, benih sudah disemaikan di suatu wadah untuk persiapan penanaman, setelah seminggu benih di semaikan kita melakukan penanaman pada lahan yang telah diolah. 3. Penanaman Kegiatan penanaman dilaksanakan setelah media tanam sudah siap, pada setiap bedengan dengan masing –masing jarak tanam. 4. Pemanenan Pemanenan dilakukan setelah tanaman umur 30 Hari setelah tanam. Analisis data Data hasil pengamatan pada parameter partumbuhan dan hasil ditabulasi dalam tabel data dan dianalisis mengunakan analisis of variance (Anova), jika signifikan maka dinyatakan dengan uji lanjut BNT taraf 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Berdasarkan analisis sidik ragam (pada lampiran 1a sampai 1c) perlakuan jarak tanam tidak berbeda nyata pada hari tanam 10 HST namun perbedaan terjadi stelah pertumbuhan tinggi tnaman pada umur 20 hst dan 30 hst. Hasil analisis sidik ragam disajikan pada Tabel 1 dibawah ini : Tabel. 1 Rekapitulasi rata-rata tinggi tanaman (cm) berdasarkan pengaruh kerapatan tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi putih Perlakuan 20 x 15 20 x 20 20 x 25 20 x 30 20 x 35 20 x 40 BNT 5%
10 (HST) 10,46 tn 9,22 10,48 9,70 11,33 10,11
Tinggi Tanaman (cm) 20 (HST) 24,62 a 24,09 a 26,01 a 24,34 a 28,42 b 26,03 a 2,61
30 (HST) 39,42 a 38,62 a 46,40 b 38,18 a 49,18 c 38,99 a 1,91
Ket.: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dan kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. Berdasarkan Tabel. 1 diatas perlakuan jarak tanam awal pertumbuhan tanaman tidak terjadi perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 10 HST. Hal ini diduga karena tanaman masih berada pada tahap pertumbuhan awal , ,tajuk tanaman belum saling menaungi, penerimaan cahaya oleh masing-masing tanaman belum terganggu, sehingga belum terjadi proses kompetisi antar tanaman. Pada awal pertumbuhan akar tanaman belum saling berkompetisi terhadap unsure hara dan air. Masing-masing tanaman masih terpenuhi kebutuhannya. Namun pada umur tanaman 20 HST dan 30 HST pada perlakuan jarak tanam 20 x 35 cm berbeda nyata dibandingkan perlakuan perlakuan lainnya. Kemungkinan hal ini telah terjadi kompetisi antar tanaman. Dengan semakin rapatnya tanaman menjadi factor yang membatasi pertumbuhan tanaman, sehingga laju tumbuhnya pun semakin kecil. Menurut Budianto (1988), bahwa penerimaan cahaya matahari pada tanaman sangat penting karena akan berpengaruh pada hasil sintesa (glukosa) dan muara terakhir akan berpengaruh terhadap hasil poduksi tanaman secara keseluruhan pada hasil. Semakin rapat suatu populasi tanaman maka semakin sedikit jumlah intensitas cahaya matahari yang didapat oleh tanaman dan semakin tinggi tingkat kompetisi antar tanaman untuk mendapatkan sinar matahari tersebut. Jika tanaman terlalu rapat maka dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman karena dapat menghambat perkembangan vegetative Munurut sulisbury.et al. (1995), pertumbuhan tanaman ditunjukan dengan adanya perubahan secara kuantitatif yang ditandai dengan pertambahan ukuran, volume, jumlah sel, banyaknya protoplasma dan tingkat kerumitan yang tidak baik. Perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman setiap perlakuan berdasarkan pengamatan terlihat pula pada gambar 1 dibawah ini :
Tinggi Tanaman (cm)
TINGGI TANAMAN 60 50 40 30 20
49.18
46.4 39.42
38.62
24.62
24.09
26.01
24.34
10.46
9.22
10.48
1
2
3
10
38.99
38.18 28.42
26.03
9.7
11.33
10.11
4
5
6
0 PERLAKUAN
Gambar.1 Tinggi tanaman (cm) berdasarkan perlakuan Jumlah Daun Hasil sidik ragam jumlah daun memberikan hasil yang signifikan antar perlakuan. Pada perlakuan jarak tanam 20 x 15 cm pada umur 10 hari setelah tanam (HST) rata-rata tinggi tanaman 14,29. Sementara untuk 20 x 20 rata-rata 4,42, pada perlakuan 20 x 25 rata-rata 5,14, pada jarak tanam 20 x 30 rata-rata 4,38 dan untuk jarak tanam 20 x 40 rata-rata 4,67 cm. Pada jarak 20 x 35 memberikan pengaruhnya dengan rata-rata pertumbuhan tanaman sawi 6,56 pada hasil uji BNT (0,05) yang disajikan pada Tabel.2. Tabel.2. Rekapitulasi rata-rata jumlah daun tanaman berdasarkan pengaruh kerapatan tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi putih Jumlah Daun (helai) 10 (HST) 20 (HST) 30 (HST) 20 x 15 4,29 a 7.42 b 11.86 a 20 x 20 4,42 a 5.85 a 11.44 a 20 x 25 5,14 b 9.24 c 13.44 b 20 x 30 4,38 a 8.12 b 11.57 a 20 x 35 6,56 c 10.18 c 15.44 c 20 x 40 4,67 a 8.58 b 12.18 a 0,64 1,16 1,20 BNT 5% Ket.: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. Perlakuan
menunjukan
Berdasarkan Tabel.2 diatas perlakuan jarak tanam 20 x 35 cm berbeda nyata dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini diduga disebabkan oleh jarak tanam yang lebih lebar dapat membantu proses penyerapan unsur hara yang lebih banyak dan penyerapan cahaya matahari lebih optimal, sehinga pada jarak tanam 20 x 35 cm memberikan hasil pertumbuhan jumlah daun lebih banyak. Hal ini sesuai pernyataan Garder et, al. (1988) menyatakan bahwa jika tanaman terlalu rapat maka berpengaruh pada pertumbuhan tanaman akibat dari menurunnya
laju fotosintesis dan perkembangan daun. Kerapatan tanam sangat mempengaruhi perkembangan vegetatif tanaman dan juga mempengaruhi tinggi produksi panen. Suatu tanaman. Spesies tanaman daun yang efisien cenderung menginfestasikan sebagian besar awal pertumbuhan mereka dalam bentuk penambahan luas daun, yang berakibat pada pemanfaatan radiasi matahari yang lebih efisien. Hasil pengamatan secara visual terhadap jumlah daun terlihat pada Gambar 2.
JUMLAH DAUN Jumlah Daun (Helai)
18
15.44
16 14 12 10 8 6
13.44
11.86
11.57
11.44 9.24
7.42 4.29
5.85 4.42
5.14
1
2
3
8.12
12.18 10.18 8.58 6.56 4.67
4.38
4 2 0 4
5
6
PERLAKUAN
Gambar.2 Jumlah Daun (Helai) berdasarkan perlakuan Berat Basah Proses pertumbuhan akan menghasilkan produk tanaman, yaitu bagian tanaman yang dapat dipanen perluasan tanah tertentu pada satuan waktu tertentu (sitompul,et al.1995). Dari data hasil berat basah tanaman sawi pada penelitian ini, hasil sidik ragam menunjukan bahwa tidak ada perbedaan nyata pada semua perlakuan, Pada jarak tanam 20 x 15 cm rata-rata menunjukan 1336,89gr. Pada perlakuan jarak tanam 20 x 20cm Rata-rata beratbasah tanaman sawi 1180.17gr. Hasil analisis sidik ragam disajikan pada Tabel 3 berikut : Tabel.3 Rekapitulasi rata-rata berat basah tanaman berdasarkan pengaruh kerapatan tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi putih Perlakuan 20 x 15 20 x 20 20 x 25 20 x 30 20 x 35
Berat Basah (Gram) 1336,89 tn 1180.17 1295.11 1235.67 1487.11
20 x 40
1357.56
Ket.: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
menunjukan
Berdasarkan Tabel. 1 diatas pada setiap perlakuan untuk berat basah tidak menunjukan berat yang signifikan. Pada jarak tanam 20 x 25cm rata-rata berat berat basah tanaman sawi 1295,11gr. Pada jarak tanam 20 x 30cm rata-rata berat berat basah tanaman sawi 1235,67 gr. Walaupun hasil analisis sidik ragam antar perlakuan tidak berbeda nyata, namun pada jarak tanam 20 x 35 menurut data menunjukkan hasil berrat tanaman yang lebih tinggi. Wibisono dan Basri (1993) menyatakan bahwa tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan sempurna bila unsur hara yang diperlukan mencukupi. Pada kerapatan jarak tanam 20 x 35cm diduga cocok untuk tanaman sawi sehingga memberikan berat basah tanaman sawih 1487,11 gr. Menurut Prawiranata et al. (1981), berat segar tanaman mencerminkan komposisi hara dan jaringan tanaman dengan mengikut sertakan airnya. Lebih dari 70% dari berat total tanaman adalah air, hal ini yang menyebakkan pada jarak tanam 20 x 35 cm rata-rata berat berat basah tanaman sawi 1487,11gr. Menurut penelitian Tresia 2000, pertambahan volume sering ditentukan dengan mengukur perbesaran ke satu atau dua arah seperti panjang , diameter atau luas tanaman. Berat basah tanaman sawi berdasarkan hasil analisis ditunjukkan oleh Gambar 3.
Bobot Basah (gr)
BOBOT BASAH 1600 1400
1487.11 1336.89 1180.17
1200
1295.11
1235.67
1357.56
1000 800 600 400 200 0 1
2
3
4
5
6
PERLAKUAN Gambar.3 Berat Basah Tanaman Sawi berdasarkan perlakuan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Perlakuan jarak tanam berpengaruh pada parameter tinggi tanaman(49,18 cm) dan jumlah daun tanaman sawi(15,44 helai). 2. Perlakuan jarak tanam 20 x 35 cm memberikan hasil terbaik pada tanaman sawi. Saran
Untuk mendapatkan hasil tanaman sawi putih (brassica junceal L) yang baik, sebaiknya menggunakan jarak tanaman 20 x 35 cm, walaupun masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil sawi putih yang maksimal. Untuk mendapatkan hasil yang baikperlu di rekayasa kondisi agroklimat misalnya seperti perlakuan mengunakan naungan. DAFTAR PUSTAKA Agnew, C.W. and J.W. Smith, Jr. 1989. Ecology of spider (Araneae) in peanut agroecosystem. Eviron. Entomol. Anonim. 2008a. Brassica juncea (L.) Chern. http://free.vlsm.org/v12/artikel. 29 Diakses tanggal 29 Desember 2008. Anderson, J.W. dan J.Beardall, 1991., Molecular Activities of Plant Cells : Anintroduction to plant Biochemistry. Blackwell Sci.Publ.London Arief, A. 1990. Hortikultura. Penebar Swadaya. Jakarta. Bambang , C. 2006. Tehnik Budidaya dan Analisisa Usaha Tani. Budianto. 1988. Pengaruh Jarak Tanam Pada Tanaman Kacang Tanah yang Ditumpangsarikan dengan Jagung. Skripsi. Universitas Gajah Mada 2011. Garder et,al.(1988). Pengaruh Kerapatan Tanaman. www.google.com/pengaruh kerapatan tanaman. Hakim, N., Yusuf.N., A.M. Lubis., Nugroho. S.G., Diha. M.A., Hong. G.B., dan H.H. Bailey. 1986. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. Haryanto, E., T. Suhartini, dan E. Rahayu. 2001. Sawi dan Selada. PenebarSwadaya. Jakarta. Karta Sapoetra (1989). www.google.com/pengaruh kerapatan tanaman. Lakitan, B. 1996. Fisiologi Tumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Margiyanto, E. 2008. Budidaya Tanaman Sawi.http://zuldesains.wordpress.com. Diakses tanggal 18 September 2008. Nugroho. 2005. Pengaruh Dosis Urea Dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada. Majalah ilmiah Kopertis Wilayah VI. Vol.XV nomor 23 tahun 2005. Pembayun, R. 2008. Pengaruh Jarak Tanaman Terhadap Produksi Beberapa sayuran indigenus. Program Studi Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Prawiranata, W., S. Harran, dan P. Tjondonegoro. 1981. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan II. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Rukmana, R. 1994. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius. Yogyakarta. Siemonsma, J. S. and K. Piluek. 1994. Plant Resources of South-East No.8 : Vegetables. Prosea Foundation. Bogor. Sutedjo, M. M. 1994. Pupuk dan pemupukan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Sunarjono, H. 2004. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta. Salisburi, FB dan C.W Ross, 1995. Fisiologi Tumbuhan, Jilid III. ITB, Bandung Theresia P.T, 2000. Pengaruh pemberian beberapa jenis pupuk bokasi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisim (brassica chinesis L)[skripsi]. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengtahuan Alam. Universitas Diponegoro Semarang. Warsana. 2009. Introduksi teknologi Tumpangsari Jagung dan Kentang.Bul. Penel. 45(7):9-12
Wareing, P.F., I.D.J Philips, 1995, Growth and Differentiation in Plants, Ed.III.,Pergamon Press,London. Wibisono, A dan Basri, M. 1993. Pemanfaatan Limbah Organik Untuk Kompos.Penebar Swadaya. Jakarta.
JURNAL
Telah Diperiksa dan Disetujui Untuk Diuji