PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN Oleh : Nurdin, S.S., M.M. Administrasi Bisnis, Politeknik LP3I Jakarta Gedung Sentra Kramat Jl. Kramat Raya No.7-9 Jakarta Pusat 10450 Indonesia Telp. 021-31904598 Fax. 021-31904599 Email :
[email protected]
ABSTRACT The objective of this research is to find out the influence of leadership and spiritual quotient to the employee performance. Data was collected by sending about 34 questionnaires data to all of employees in Politeknik LP3I Jakarta, Gedung Sentra Kramat Jl. Kramat Raya No.7-9 Jakarta Pusat 10450 Indonesia. This research used survey, sampling method and questionnaires as tools in collecting the main data with a quantitative method. This research used simple random and sampling technique. Data were analyzed by Software SPSS verse 17 for Windows. The results of this research show that: 1) The leadership influences the employee performance significantly; 2) The spiritual Quotient influences the employee performance significantly; and 3) The leadership and spiritual quotient simultaneously have a significant influence to employee performance. It is important for any one whose job is as a decision maker in management structure to understand the leadership as one of variables influences the employee performance; and also, the spiritual quotient. Key words
: Leadership, Spiritual Quotient, and Employee’s, Performance
PENDAHULUAN Persaingan dunia usaha saat ini sangat tinggi. Pengaruh globalisasi yang menyebabkan dunia menjadi semacam small village mengharuskan setiap perusahaan untuk lebih kreatif dalam berbagai hal agar mampu bersaing atau sekedar bertahan. Jika tidak, dapat dipastikan perusahaan tersebut akan tergilas oleh zaman. Dia akan menjadi sejarah kegagalan dalam mengantisipasi perkembangan zaman yang menuntut kreatifitas berfikir dan bertindak. Dunia pendidikan merupakan salah satu bidang yang juga terkena dampak dari globalisasi ini. Seluruh dunia dapat mengetahui, melihat, bahkan ikut campur
dalam pengembangan pendidikan di Indonesia. Seluruh institusi pendidikan – baik pendidikan pra-sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, bahkan pendidikan tinggi – yang profitable, tidak luput dari ancaman tersebut. Kedatangan pihak asing dalam dunia pendidikan tentu tidak harus menimbulkan sikap phobia. Berbagai fakta menunjukkan bahwa datangnya persaingan dapat menimbulkan efek positif bagi banyak pihak. Seluruh pihak yang bersaing dituntut untuk memberikan yang terbaik agar bisa dipilih oleh calon customer. Proses persaingan itu pada akhirnya akan membawa keuntungan tersendiri bagi customer karena seluruh peserta persaingan akan menjadikan 104
customer satisfaction sebagai senjata persaingan. Pentingnya atmosfir persaingan yang sehat dan berimbang dalam dunia pendidikan telah menelurkan Peraturan Menteri no. 18 tahun 2009. Peraturan ini menetapkan bahwa pihak asing tidak boleh membuat lembaga pendidikan yang dikelolanya menjadi lembaga pencari profit an sich. Seluruh profit yang bisa diperoleh oleh lembaga pendidikan tersebut harus dikembalikan pada pengembangan dunia pendidikan itu sendiri. Bahkan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di dalam negeri, pemerintah menetapkan bahwa pihak asing tidak bisa mendirikan institusi secara mandiri. Mereka harus bekerja sama dengan pihak Indonesia sehingga ada proses transfer pengetahuan tentang pengelolaan pendidikan yang baik. Dalam hal modal, pihak asing hanya boleh berperan maksimal 49%, sehingga kebijakan tidak bias dan citra pendidikan Indonesia dengan ciri khas ketimurannya terjaga. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat ini, pelaksana pendidikan harus memperbaiki terus kinerja institusi yang dimilikinya. Kinerja institusi ini sendiri sangat ditentukan oleh kinerja karyawan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, seluruh variabel yang dapat menjadi penyebab atau mempengaruhi kinerja karyawan harus mendapatkan perhatian yang layak dari penyelenggara pendidikan. Politeknik LP3I Jakarta merupakan sebuah institusi pendidikan tinggi yang memiliki keunikan tersendiri. Pendiriannya diawali pada tahun 1989 di daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan, dengan pembukaan program-program kursus setara D-1 dan setara D-2, di bawah bendera Lembaga Pendidikan dan
Pengembangan Profesi Indonesia (LP3I). Seiring perjalanan waktu dan besarnya minat masyarakat untuk mengikuti program yang ditawarkan, LP3I kemudian menyebar ke 12 titik kota Jakarta. Kedua belas lokasi itulah yang saat ini menjadi titik-titik kampus Politeknik LP3I Jakarta. Tersebarnya Politeknik LP3I Jakarta dalam 12 kampus bukan hanya menyangkut proses belajar mengajar (PBM) melainkan juga menyangkut desentralisasi manajerial. Setiap kampus memiliki tenaga tersendiri untuk masingmasing bidang: Kepala Kampus, Kepala Bidang Keuangan, Kepala Bidang Pendidikan, serta Kepala Bidang Humas dan Kemahasiswaan. Semua lengkap dengan staf-staf pendukungnya. Semua kebijakan yang dikeluarkan oleh Direktorat Politeknik LP3I Jakarta kemudian diterjemahkan oleh masingmasing penanggung jawab kampus untuk menjadi kebijakan lokal. Politeknik LP3I Jakarta memang memiliki sejumlah keunggulan. Luasnya jaringan kampus mempermudah perguruan tinggi ini untuk menjangkau daerah yang tidak terjamah oleh kampuskampus besar lainnya. Selain itu, ia juga dikenal karena kualitas lulusannya yang mudah diserap oleh pasar kerja dan merupakan salah satu lembaga pendidikan terpercaya. Namun, kompetisi saat ini semakin ketat. Persaingan memperebutkan calon mahasiswa membuat manajemen harus semakin mengasah kemampuan manajerialnya sehingga institusi ini mampu bertahan dan berkembang. Oleh karena itu, tidak ada jalan lain yang dapat ditempuh oleh Politeknik LP3I Jakarta, kecuali semakin memantapkan kinerja pegawainya secara menyeluruh.
105
MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN Maksud dari penulis dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti secara empiris berdasarkan teori-teori yang ada serta pengalaman lapangan sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan pada institusi tempat penelitian maupun lembaga lainnya. TINJAUAN PUSTAKA KINERJA Pengertian kinerja menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:503)” adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja. Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja dan waktu serta penghargaan baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Kinerja adalah kemampuan kerja yang ditunjukkan dengan hasil kerja. Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang telah ditetapkan. Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati. Untuk mengetahui kinerja yang dicapai maka dilakukan penilaian kinerja. Menurut “Yuwono dkk. (2007:23)”, disimpulkan pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai
Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja karyawan; 2) Pengaruh kecerdasan spiritual terhadap kinerja karyawan; dan 3) Pengaruh kepemimpinan dan kecerdasan spiritual secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan.
nilai yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik di mana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian. “Sucipto (2003)”, menyebutkan bahwa penilaian kinerja dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk hal-hal: 1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum. 2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti promosi, transfer dan pemberhentian. 3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. 4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka. 5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
106
KEPEMIMPINAN Pengertian kepemimpinan dalam suatu organisasi dapat dilihat dalam definsi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli dan secara umum memiliki kesamaan penekanan arti yaitu “mempengaruhi orang lain untuk pencapaian tujuan bersama/yang telah ditentukan”. “Sudarwan Danim (2004:10)” menjelaskan kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasikan dan memberikan arahan kepada individu atau kelompok lainnya yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. “Miftah Toha (2009:121)” menjelaskan kepemimpinan merupakan aktivitas perilaku untuk mempengaruhi orang lain agar mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. “Leman (2008:3)” menjelaskan kepemimpinan adalah seni, kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. “Gary Yukl (2009:8)” mendefinisikan kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju dengan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif, serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama. “Andrew J. DuBurin (2009:4)” mendefinisikan kepemimpinan sebagai berikut : KECERDASAN SPIRITUAL Pada masa kini orang mulai mengenal istilah kecerdasan lain di samping kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional, yaitu Kecerdasan Spiritual. “Zohar dan Marshal (2001:37)” mendefinisikan Kecerdasan Spiritual
1. Kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi banyak orang melalui komunikasi untuk mencapai tujuan. 2. Kepemimpinan adalah cara mempengaruhi orang dengan petunjuk atau perintah. 3. Kepemimpinan adalah tindakan yang menyebabkan orang lain bertindak atau merespon dan menimbulkan perubahan positif. 4. Kepemimpinan adalah kekuatan dinamis penting yang memotivasi dan mengkoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan. 5. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menciptakan rasa percaya diri, dukungan di antara bawahan agar tujuan organisasi dapat tercapai. Sementara, “Veithzal Riva’i (2004:64)” menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya. Artinya, gaya kepemimpinan yang paling tepat adalah suatu gaya yang dapat memaksimumkan produktivitas, kepuasan kerja, pertumbuhan, dan mudah menyesuaikan dengan segala situasi. Dengan bahasa lain, “Riva’I” menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai.
sebagai rasa moral, kemampuan menyesuaikan aturan yang kaku dibarengi dengan pemahaman dan cinta serta kemampuan setara untuk melihat kapan cinta dan pemahaman sampai pada batasannya, juga memungkinkan kita bergulat dengan ihwal baik dan jahat, membayangkan yang belum terjadi 107
serta mengangkat kita dari kerendahan. Kecerdasan tersebut menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bernilai dan bermakna “(Zohar dan Marshal, 2000:25)”. “Eckersley (2000:5)” memberikan pengertian yang lain mengenai Kecerdasan Spiritual. Kecerdasan Spiritual didefinisikan sebagai perasaan intuisi yang dalam terhadap keterhubungan dengan dunia luas di dalam hidup kita. “Mccormick (1994, 20) dan Mitroff and Denton (1999, 111)”, dalam penelitiannya membedakan kecerdasan spriritual dengan religiusitas di dalam lingkungan kerja. Religiusitas lebih ditujukan pada hubungannya dengan Tuhan sedangkan kecerdasan spiritual lebih terfokus pada suatu hubungan yang dalam dan terikat antara manusia dengan sekitarnya secara luas. “Berman (2001:98)” mengungkapkan bahwa Kecerdasan Spiritual dapat memfasilitasi dialog antara pikiran dan emosi, antara jiwa dan tubuh. Dia juga mengatakan bahwa Kecerdasan Spiritual juga dapat membantu sesorang untuk dapat melakukan transendensi diri. Pengertian lain mengenai Kecerdasan Spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkahlangkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran integralistik serta berprinsip hanya karena Allah “(Agustian, 2001:57)”. Kecerdasan Spiritual muncul karena adanya perdebatan tentang IQ dan EQ, oleh karena itu istilah tersebut muncul sebab IQ dan EQ dipandang hanya menyumbangkan sebagian dari penentu kesuksesan sesorang dalam hidup. Ada faktor lain yang ikut berperan yaitu Kecerdasan Spiritual yang lebih
menekankan pada makna hidup dan bukan hanya terbatas pada penekanan agama saja (Hoffmann, 2002:131). Peran Kecerdasan Spiritual adalah sebagai landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif “(Agustian, 2001:57)”. “Nggermanto (2002:123)” mengatakan bahwa seseorang yang memiliki Kecerdasan Spiritual tinggi adalah orang yang memiliki prinsip dan visi yang kuat, mampu memaknai setiap sisi kehidupan serta mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan kesakitan. “Sukidi (2002:94)” mengemukakan tentang nilai-nlai dari Kecerdasan Spiritual berdasarkan komponenkomponen dalam kecerdasan spiritual yang banyak dibutuhkan dalam dunia bisnis, diantaranya adalah “(dalam Setyawan, 2004:13)” (a) Mutlak Jujur Kata kunci pertama untuk sukses di dunia bisnis selain berkata benar dan konsisten akan kebenaran adalah mutlak bersikap jujur. Ini merupakan hukum spiritual dalam dunia usaha b) Keterbukaan Keterbukaan merupakan sebuah hukum alam di dalam dunia usaha, maka logikanya apabila sesorang bersikap fair atau terbuka maka ia telah berpartisipasi di jalan menuju dunia yang baik c) Pengetahuan diri Pengetahuan diri menjadi elemen utama dan sangat dibutuhkan dalam kesuksesan sebuah usaha karena dunia usaha sangat memperhatikan lingkungan belajar yang baik. d) Fokus pada kontribusi Dalam dunia usaha terdapat hukum yang lebih mengutamakan memberi daripada menerima. Hal ini penting berhadapan dengan kecenderungan manusia untuk menuntut hak ketimbang memenuhi kewajiban. Untuk itulah orang harus pandai
108
membangun kesadaran diri untuk lebih terfokus pada kontribusi e) Spiritual non dogmatis Komponen ini merupakan nilai dari Kecerdasan Spiritual dimana di dalamnya terdapat kemampuan untuk METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif yaitu metode penelitian yang menggunakan populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, serta analisis data bersifat statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang ditetapkan. Dalam penelitian kuantitatif dilakukan dengan metode survey penjelasan (Explanatory Survey Method) dengan teknis analisis deskriptif dan analisis verifikatif. Teknis analisis deskriptif dimaksudkan untuk memperoleh gambaran atau deskriptif ciri-ciri variabel kepemimpinan, kecerdasan spiritual dan kinerja pegawai di lingkungan Politeknik LP3I Jakarta.
X1
bersikap fleksibel, memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, serta kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai. Teknik analisis verifikatif dimaksudkan untuk mengukur korelasional atau pengaruh kepemimpinan dan kecerdasan spiritual terhadap kinerja pegawai Politeknik LP3I Jakarta melalui suatu pengujian hipotesis. DESAIN PENELITIAN “Sugiyono (2009;42)”, desain penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan digunakan. Pola tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
h1 h3
X2
Y h2
Gambar 1.1 Hipotesa
Di mana: X1 = Kepemimpinan h1 = Pengaruh X1 terhadap Y X2 = Kecerdasan Spiritual h2 = Pengaruh X2 terhadap Y Y = Kinerja Pegawai h3 = Pengaruh X1,2 terhadap Y
a. Populasi yang menjadi target penelitian ini adalah pegawai, sedangkan populasi terjangkaunya adalah pegawai di lingkungan Politeknik LP3I Jakarta, yang beralamat di jl. Falatehan 109
Raya no. 2, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, serta pegawai di seluruh kampus Politeknik LP3I Jakarta. Populasi terjangkaunya berjumlah 255 orang, yaitu 23 orang
atau
N=
ANALISIS DATA PENELITIAN
di Direktorat, 232 orang tersebar di 13 kampus. b. Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 34 orang, diukur dengan rumus slovin, sebagai berikut:
255
N N=
1 + N.α2
= 34 1 + 55.(0.16)
2
Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah Populasi α = 0.16 DAN
HASIL
Deskripsi data dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum tentang data yang terkumpul. Data penelitian menyangkut tiga variabel yaitu: Kinerja (Y), Kepemimpinan (X1), Kecerdasan Spiritual (X2). Jumlah responden sebagai sampel dalam penelitian ini sebanyak 34 orang yang diambil secara acak sederhana dari pegawai Politeknik LP3I Jakarta. Data merupakan hasil ANALISA FREKUENSI KINERJA.
kuantifikasi jawaban yang telah diisi oleh responden terhadap instrumen tes dan angket yang disebarkan. Proses kuantifikasi dilakukan dengan cara pemberian skor pada masing-masing butir dalam tes dan angket yang telah diisi oleh responden. Angka-angka yang disajikan, dari pengolahan data dengan menggunakan statistika deskriptif, menggambarkan nilai rata-rata, simpangan baku, median, dan distribusi frekuensi yang disertai grafik dalam bentuk histogram. 10 kelas interval. Sebaran skor variabel Kinerja dalam bentuk tabel distribusi frekuensi tampak pada tabel gambar histogram di bawah ini:
Banyaknya data Kinerja yang berhasil dikumpulkan berjumlah 34 buah dengan total skor 3663. Diperoleh nilai rata-rata skor Kinerja = 107.7353; modus = 104; median = 113; dan standar deviasi = 8.45385. Dilihat secara empirik skor tertinggi 127 dan skor terendah 82. Rentangan skor teoretik terendah yang mungkin dicapai responden adalah 80 dan skor tertinggi 130 yang terbagi dalam 110
Histogram Kinerja
Gambar 1.2 Histogram Kinerja Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Skor Kinerja Kinerja
Frequency Valid 82.00 83.00 84.00 90.00 101.00 102.00 103.00 104.00 105.00 106.00 107.00 108.00 109.00 111.00 113.00 114.00 116.00
1 1 1 1 1 1 1 4 1 2 2 1 3 1 3 1 3
Percent Valid Percent 2.9 2.9 2.9 2.9 2.9 2.9 2.9 11.8 2.9 5.9 5.9 2.9 8.8 2.9 8.8 2.9 8.8
2.9 2.9 2.9 2.9 2.9 2.9 2.9 11.8 2.9 5.9 5.9 2.9 8.8 2.9 8.8 2.9 8.8
Cumulative Percent 2.9 5.9 8.8 11.8 14.7 17.6 20.6 32.4 35.3 41.2 47.1 50.0 58.8 61.8 70.6 73.5 82.4 111
117.00 121.00 125.00 127.00 Total
3 1 1 1 34
8.8 2.9 2.9 2.9 100.0
KEPEMIMPINAN Banyaknya data Kepemimpinan yang berhasil dikumpulkan berjumlah 34 buah dengan total skor 3381. Diperoleh nilai rata-rata skor Kepemimpinan = 99.44; modus = 105; median = 100; dan standar deviasi = 11,266. Dilihat secara empirik
8.8 2.9 2.9 2.9 100.0
91.2 94.1 97.1 100.0
skor tertinggi 118 dan skor terendah 77. Rentangan skor teoretik terendah yang mungkin dicapai responden adalah 75 dan skor tertinggi 120 yang terbagi dalam 10 kelas interval. Sebaran skor variabel Kepemimpinan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi tampak pada tabel 1.1 dan gambar histogram Kinerja.
Gambar 1.3 Histogram Kepemimpinan Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Skor Kepemimpinan
Kepemimpinan Frequency Percent Valid Percent Valid 77.00 83.00 84.00 85.00 89.00 90.00
2 1 1 2 1 1
5.9 2.9 2.9 5.9 2.9 2.9
5.9 2.9 2.9 5.9 2.9 2.9
Cumulative Percent 5.9 8.8 11.8 17.6 20.6 23.5 112
92.00 93.00 96.00 97.00 100.00 102.00 103.00 104.00 105.00 108.00 112.00 113.00 115.00 117.00 118.00 Total
1 2 2 1 3 1 3 2 3 1 2 1 2 1 1 34
2.9 5.9 5.9 2.9 8.8 2.9 8.8 5.9 8.8 2.9 5.9 2.9 5.9 2.9 2.9 100.0
KECERDASAN SPIRITUAL Banyaknya data Kecerdasan Spiritual yang berhasil dikumpulkan berjumlah 34 buah dengan total skor 3488. Diperoleh nilai rata-rata skor Kinerja karyawan = 105.6970; modus = 97.00; median = 106.00; dan standar deviasi = 7,80418. Dilihat secara empirik skor tertinggi 124
2.9 5.9 5.9 2.9 8.8 2.9 8.8 5.9 8.8 2.9 5.9 2.9 5.9 2.9 2.9 100.0
26.5 32.4 38.2 41.2 50.0 52.9 61.8 67.6 76.5 79.4 85.3 88.2 94.1 97.1 100.0
dan skor terendah 94. Rentangan skor teoretik terendah yang mungkin dicapai responden adalah 90 dan skor tertinggi 130 yang terbagi dalam 10 kelas interval. Sebaran skor variabel Kinerja mahasiswa dalam bentuk tabel distribusi frekuensi tampak pada tabel dan gambar histogram berikut:
Gambar 1.4
113
Histogram Kecerdasan Spiritual
Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Skor Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan Spiritual
Valid 79.00 80.00 83.00 105.00 107.00 108.00 109.00 111.00 112.00 114.00 115.00 116.00 117.00 118.00 119.00 120.00 122.00 125.00 126.00 128.00 129.00 Total
Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 1 2.9 2.9 2.9 1 2.9 2.9 5.9 1 2.9 2.9 8.8 2 5.9 5.9 14.7 1 2.9 2.9 17.6 1 2.9 2.9 20.6 3 8.8 8.8 29.4 2 5.9 5.9 35.3 2 5.9 5.9 41.2 1 2.9 2.9 44.1 1 2.9 2.9 47.1 3 8.8 8.8 55.9 2 5.9 5.9 61.8 3 8.8 8.8 70.6 1 2.9 2.9 73.5 1 2.9 2.9 76.5 3 8.8 8.8 85.3 1 2.9 2.9 88.2 1 2.9 2.9 91.2 1 2.9 2.9 94.1 2 5.9 5.9 100.0 34 100.0 100.0
PENGUJIAN KORELASI Analisis Signifikasi hubungan atau (uji Korelasi) ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat hubungan antara dua variabel yang tidak menunjukan hubungan fungsional (berhubungan bukan berarti disebabkan). Sedangkan sifat korelasi akan menentukan arah dari korelasi. Nilai korelasi sendiri dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. 0,00 – 0,20 korelasi keeratan sangat lemah b. 0,21 – 0,40 korelasi keeratan lemah c. 0,41 – 0,70 korelasi keeratan kuat d. 0,71 – 0,90 korelasi keeratan sangat kuat e. 0,91 – 0,99 korealsi keeratan sangat kuat sekali f. 1 berarti korelasi keeratan sempurna
114
PENGUJIAN KORELASI X1 DAN Y
Hasil uji korelasi atau hubungan antara Kepemimpinan dan Kinerja dapat disampaikan dalam tabel di bawah ini :
Tabel 1.4 Korelasi Kepemimpinan dan Kinerja
Correlations
Kinerja
Kepemimpinan
Kepemimpina Kinerja n Pearson Correlation 1 .413* Sig. (2-tailed) .015 N 34 34 * Pearson Correlation .413 1 Sig. (2-tailed) .015 N 34 34
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Dari tabel uji korelasi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Hubungan antara Kepemimpinan dengan Kinerja adalah 0,413 yang berarti korelasi keeratannya kuat (dengan 2-tailed 0,015) b. Jumlah responden adalah sebanyak 34 orang baik untuk Kepemimpinan maupun untuk Kinerja. c. Sig.(2-tailed), biasanya digunakan untuk menguji hipotesis. Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada pengaruh yang signifikan antara Kepemimpinan dan dan Kinerja”
PENGUJIAN KORELASI X2 DAN Y
Hipotesis nol dan hipotesis yang diusulkan adalah : Ho : Kepemimpinan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja H1 : Kepemimpinan berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja; Berdasarkan nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,015 yang berarti lebih kecil dari level of significant ( ) 5 %, maka diterima H1 yang berarti hipótesis yang diajukan ádalah teruji bahwa ada hubungan yang signifikan antara Kinerja dengan Kepemimpinan Hasil uji korelasi atau hubungan antara Kecerdasan Spiritual dan Kinerja dapat disampaikan dalam tabel di bawah ini:
115
Tabel 1.5 Korelasi Kecerdasan Spiritual dan Kinerja
Correlations Kinerja Kinerja
Kecerdasan Spiritual
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 34 .791** .000 34
Kecerdasan Spiritual .791** .000 34 1 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari tabel uji korelasi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Hubungan antara Kecerdasan Spiritual dengan Kinerja adalah 0,791 yang berarti korelasi keeratannya sangat kuat b. Jumlah responden adalah sebanyak 34 orang baik untuk Kecerdasan Spiritual maupun untuk Kinerja. c. Sig.(2-tailed), biasanya digunakan untuk menguji hipotesis. Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan yang signifikan antara Kinerja dan Kecerdasan Spiritual” Hipotesis nol dan hipotesis yang diusulkan adalah : PENGUJIAN KORELASI X1,2 DAN Y
Ho : Kinerja mahasiswa tidak berhubungan secara signifikan terhadap Kecerdasan Spiritual; H1 : Kinerja mahasiswa berhubungan secara signifikan terhadap Kecerdasan Spiritual; Berdasarkan nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari level of significant ( ) 1 %, maka diterima H1 yang berarti hipótesis yang diajukan adalah teruji bahwa ada hubungan yang signifikan antara Kinerja dengan Kecerdasan Spiritual.
dan Kinerja dapat disampaikan dalam tabel di bawah ini :
Hasil uji korelasi atau hubungan antara Kepemimpinan, Kecerdasan Spiritual
Tabel 1.6 Korelasi Kepemimpinan, Kecerdasan Spiritual dan Kinerja
Correlations Kinerja Kinerja
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 34
Kecerdasan Kepemimpinan Spiritual .791** .413* .000 .015 34 34 116
Kecerdasan Spiritual
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Kepemimpinan
.791** .000 34 .413* .015 34
1 34 .458** .006 34
.458** .006 34 1 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Dari tabel uji korelasi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Hubungan antara Kepemimpinan dengan Kinerja adalah 0,413 yang berarti korelasi keeratannya sedang (dengan dengan 2-tailed 0,015), sedangkan Hubungan antara Kecerdasan Spiritual dengan Kinerja adalah 0,791 yang berarti korelasi keeratannya sangat kuat (dengan dengan 2-tailed 0,000) b. Jumlah responden adalah sebanyak 34 orang baik untuk Kepemimpinan, Kecerdasan Spiritual maupun untuk Kinerja. c. Sig.(2-tailed), biasanya digunakan untuk menguji hipotesis. Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan yang signifikan antara Kinerja dengan Kepemimpinan dan
Kecerdasan Spiritual secara bersamasama” Hipotesis nol dan hipotesis yang diusulkan adalah : Ho : Kinerja tidak berhubungan secara signifikan terhadap Kepemimpinan dan Kecerdasan Spiritual secara bersama-sama. H1 : Kinerja berhubungan secara signifikan terhadap Kepemimpinan dan Kecerdasan Spiritual secara bersama-sama. Berdasarkan nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,006 yang berarti lebih kecil dari level of significant ( ) 1 %, maka diterima H1 yang berarti hipótesis yang diajukan ádalah teruji bahwa ada hubungan yang signifikan antara Kinerja dengan Kepemimpinan dan Kecerdasan Spiritual secara bersama-sama. Hasil pengujian regresi terhadap Kepemimpinan dan Kinerja dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
PENGUJIAN REGRESI
Tabel 1.7 Pengujian Regresi antara Kepemimpinan dan Kinerja
Variables Entered/Removedb Model
Variables Entered Kepemimpinana
1
Variables Removed
Method
.
Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kinerja Model Summaryb Model
R
R Square
Std. Error of the Adjusted R Square Estimate Durbin-Watson
1
.413a
.171
.145
9.88322
1.715
117
a. Predictors: (Constant), Kepemimpinan b. Dependent Variable: Kinerja ANOVAb Sum of df Squares 1 Regression 642.918 1 Residual 3125.700 32 Total 3768.618 33 a. Predictors: (Constant), Kepemimpinan b. Dependent Variable: Kinerja Model
Mean Square
F
Sig.
642.918 97.678
6.582
.015a
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model B Std. Error (Constant) 68.775 15.280 1 Kepemimpinan .392 .153 a. Dependent Variable: Kinerja Penjelasan dari tabel pertama adalah : 1. Output pertama menunjukan variabel bebas yang dimasukkan adalah Kepemimpinandan tidak ada variabel yang dikeluarkan (removed), karena metode yang dipakai adalah single step (enter) dan bukan stepwise. Variabel terikat adalah Kinerja. 2. Output kedua (model summary), angka R square atau koefisien determinasi sebesar 0,171 yang artinya 17,1% dari variasi Kinerja bisa dipengaruhi oleh variabel Kepemimpinan. 3. Output ketiga (ANOVA) terbaca F hitung sebesar 6,582 dengan tingkat signifikasi sebesar 0.015. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05 ( dalam kasus ini menggunakan taraf signifikasi atau = 5%), maka maka model regresi bisa dipakai untuk memprediksi Kinerja. Hipotesis yang dipergunakan adalah :
Standardized Coefficients Beta .413
t 4.501 2.566
Sig. .000 .015
Ho: Tidak ada hubungan yang linear antara Kepemimpinan dan Kinerja H1: Ada hubungan yang linear antara Kepemimpinan dan Kinerja. Pedoman yang dipergunakan jika Sig< maka Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang linear antara Kepemimpinan dengan Kinerja 4. Output keempat (Coefficients), digunakan untuk menggambarkan persamaan regresi berikut ini : = 68.775 + 0.392X1 Kinerja = 68,775 + 0,392 (Kepemimpinan) Di mana : a. Konstanta sebesar 68,775 menyatakan bahwa jika tidak ada Kepemimpinan, maka Kinerja adalah sebesar 68,775 b. Koefisisen regresi sebesar 0,392 menyatakan bahwa setiap terjadi penambahan sebesar X1 untuk Kepemimpinan akan meningkatkan Kinerja sebesar 0,392 X1. 118
Hasil pengujian regresi terhadap Kecerdasan Spiritual dan Kinerja dapat dilihat dari tabel di bawah ini: Tabel 1.8 Pengujian Regresi antara Kecerdasan Spiritual dan Kinerja
Variables Entered/Removedb Variables Variables Model Entered Removed 1 Kecerdasan . Spirituala a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kinerja
Method Enter
Model Summaryb Adjusted R Std. Error of DurbinModel R R Square Square the Estimate Watson a 1 .791 .626 .614 6.63840 1.888 a. Predictors: (Constant), Kecerdasan Spiritual b. Dependent Variable: Kinerja ANOVAb Sum of Model Squares df Mean Square F 1 Regression 2358.431 1 2358.431 53.518 Residual 1410.186 32 44.068 Total 3768.618 33 a. Predictors: (Constant), Kecerdasan Spiritual b. Dependent Variable: Kinerja
Sig. .000a
Coefficientsa Unstandardized Coefficients B Std. Error 29.304 10.781 .693 .095
Model 1 (Constant) Kecerdasan Spiritual a. Dependent Variable: Kinerja
Standardized Coefficients Beta t Sig. 2.718 .011 .791 7.316 .000
119
Penjelasan dari tabel pertama adalah : 1. Output pertama menunjukan variabel bebas yang dimasukan adalah Kecerdasan Spiritual dan tidak ada variabel yang dikeluarkan (removed), karena metode yang dipakai adalah single step (enter) dan bukan stepwise. Variabel terikatnya adalah Kinerja. 2. Output kedua (model summary), angka R square atau koefisien determinasi sebesar 0,626 yang artinya 62,6% dari variasi Kinerja bisa dipengaruhi oleh variabel Kecerdasan Spiritual. 3. Output ketiga (ANOVA) terbaca F hitung sebesar 53.518 dengan tingkat signifikasi sebesar 0.000.Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,005 (dalam kasus ini menggunakan taraf signifikasi atau = 5%), maka maka model regresi bisa dipakai untuk memprediksi Kinerja.
Pedoman yang dipergunakan jika Sig< maka Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang linear antara Kecerdasan Spiritual dengan Kinerja 4. Output keempat (Coefficients), digunakan untuk menggambarkan persamaan regresi berikut ini : = 29.304 + 0.693X2 Kinerja = 29.304 + 0,693 (Kecerdasan Spiritual) Di mana : a. Konstanta sebesar 29.304 menyatakan bahwa jika tidak ada Kecerdasan Spiritual, maka Kinerja adalah sebesar 29.304 b. Koefisisen regresi sebesar 0,693 menyatakan bahwa setiap terjadi penambahan sebesar X2 untuk Kecerdasan Spiritual akan meningkatkan Kinerja sebesar 0.693x2. Hasil
pengujian regresi terhadap Kepemimpinan, Kecerdasan Spiritual dan Kinerja dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Hipotesis yang dipergunakan adalah : Ho: Tidak ada hubungan yang linear antara Kecerdasan Spiritual dan Kinerja H1: Ada hubungan yang linear antara Kecerdasan Spiritual dan Kinerja.
Tabel 1.9 Pengujian Regresi antara Kepemimpinan, Kecerdasan Spiritual dan Kinerja
Model Summaryb Adjusted R Std. Error of DurbinModel R R Square Square the Estimate Watson a 1 .793 .629 .605 6.71564 1.886 a. Predictors: (Constant), Kecerdasan Spiritual, Kepemimpinan b. Dependent Variable: Kinerja ANOVAb Model 1
Regression Residual
Sum of Squares 2370.522 1398.096
df 2 31
Mean Square F Sig. 1185.261 26.281 .000a 45.100 120
Total 3768.618 33 a. Predictors: (Constant), Kecerdasan Spiritual, Kepemimpinan b. Dependent Variable: Kinerja
Coefficients Unstandardized Coefficients B Std. Error 26.189 12.456 .060 .117 .668 .108
Model 1 (Constant) Kepemimpinan Kecerdasan Spiritual a. Dependent Variable: Kinerja Penjelasan dari tabel pertama adalah : 1. Output pertama menunjukan variabel bebas yang dimasukan adalah Kepemimpinan dan Kecerdasan Spiritual tidak ada variabel yang dikeluarkan (removed), karena metode yang dipakai adalah single step (enter) dan bukan stepwise. Variabel terikat adalah Kinerja. 2. Output kedua (model summary), angka R square atau koefisien determinasi sebesar 0,629 yang artinya 62,9% variabel terikat Kinerja dijelaskan oleh variabel bebas yang terdiri dari
Standardized Coefficients Beta t 2.103 .064 .518 .762 6.189
Sig. .044 .608 .000
Kepemimpinan dan Kecerdasan Spiritual dan sisanya 37,1% dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan. 3. Output ketiga (ANOVA) terbaca F hitung sebesar 26.281dengan tingkat signifikasi sebesar 0.000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,005 (dalam kasus ini menggunakan taraf signifikasi atau = 5%), maka maka model regresi bisa dipakai untuk memprediksi Kinerja. Hipotesis yang dipergunakan adalah :
Variables Entered/Removed Model 1
Variables Entered
Variables Removed
Kecerdasan . Spiritual, Kepemimpinana
Method Enter
a. All requested variables entered.
Ho: Tidak ada hubungan yang linear antara Kepemimpinan, Kecerdasan Spiritual dengan Kinerja
H1: Ada hubungan yang linear antara Kepemimpinan, Kecerdasan Spiritual dengan Kinerja. Pedoman yang dipergunakan jika Sig.< maka Ho ditolak yang 121
1.
artinya ada hubungan yang linear antara Kepemimpinan, Kecerdasan Spiritual dengan Kinerja Output keempat (Coefficients), digunakan untuk menggambarkan persamaan regresi berikut ini : Ŷ = 26.189 + .060X1 + .668X2 Di mana : a. Konstanta sebesar 26.189 menyatakan bahwa jika tidak ada Kepemimpinan dan Kecerdasan Spiritual, maka Kinerja adalah sebesar 26.189 b. Koefisisen regresi X1 sebesar 0,060 menyatakan bahwa setiap terjadi penambahan sebesar X1 untuk Kepemimpinan akan meningkatkan Kinerja sebesar
0,060 X1 pada konstanta 26.189 dan sebaliknya jika tingkat Kepemimpinan turun sebesar X1 , maka Kinerja juga akan mengalami penurunan sebesar 0,060 X1 dengan anggapan bahwa X2 tetap. c. Koefisien regresi X2 sebesar 0,668 menyatakan bahwa setiap terjadi penambahan sebesar X untuk Kecerdasan Spiritual akan meningkatkan Kinerja sebesar 0,668. dan sebaliknya jika tingkat Kecerdasan Spiritual turun sebesar X2 , maka Kinerja juga akan mengalami penurunan sebesar 0,668 X2 dengan anggapan bahwa X1 tetap.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengaruh variabel kepemimpinan dan kecerdasan spiritual secara parsial terhadap kinerja pegawai di lingkungan Politeknik LP3I Jakarta, yaitu : a. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan signifikan antara kepemimpinan terhadap kinerja pegawai sebesar 6.582 dan probabilitas 0,015 atau di bawah 0,05%. Hal ini mendukung hipotesis pertama bahwa “Diduga ada pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan dengan kinerja”, sehingga dapat disimpulkan bahwa makin sesuai kepemimpinan yang diterapkan pada sebuah instansi maka kinerja pegawainya semakin meningkat. Tingkat regresi / pengaruh kepemimpinan
2.
terhadap kinerja secara parsial adalah sebesar 17.1% b. Hasil analisis variabel Kecerdasan spiritual secara parsial terdapat hubungan signifikan terhadap kinerja pegawai sebesar 53.518 dan probabilitas 0,000 atau jauh di bawah 0,05%, sehingga kondisi ini sangat mendukung dalam pencapaian peningkatan kinerja pegawai. Hal ini mendukung hipotesis “Diduga ada pengaruh yang signifikan antara Kecerdasan Spiritual dengan kinerja pegawai”, dengan perkataan lain bahwa dengan semakin baiknya kecerdasan spiritual seorang pegawai, maka kinerjanya akan semakin baik. Tingkat regresi / pengaruh Kecerdasan Spiritual terhadap kinerja secara parsial adalah sebesar 62.6% Berdasarkan hasil penghitungan analisis secara simultan antara Kepemimpinan dan Kecerdasan Spiritual terhadap kinerja pegawai 122
menunjukkan terdapat hubungan signifikan sebesar 26.281 dan probalitas sebesar 0,000 atau jauh di bawah 0,5%. Hal ini mendukung hipotesis “diduga ada pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan dan Kecerdasan Spiritual pegawai secara bersama-sama terhadap kinerja pegawai”, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin sesuai kepemimpinan dan semakin tinggi tingkat kecerdasan spiritual seseorang maka kinerjanya akan semakin meningkat. Tingkat pengaruh / regresi kepemimpinan dan kecerdasan spiritual secara simultan terhadap kinerja seorang pegawai adalah sebesar 62,9%.
3.
Implikasi dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kepemimpinan dan Kecerdasan Spiritual memiliki pengaruh positif terhadap kinerja pegawai. Kepemimpinan merupakan seni untuk meyakinkan dan menggerakkan orang lain agar mau bekerja sama di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai tujuan organisasi; sementara Kecerdasan Spiritual menjadi motivasi instrinsik bagi seorang pegawai untuk bekerja secara lebih baik. Dengan kepemimpinan yang sesuai dan didukung oleh tingginya kecerdasan spiritual masing-masing, diharapkan kinerja pegawai akan meningkat.
SARAN Berdasarkan uraian dan hasil analisis maka penulis memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan sebagai berikut : 1) Segala keputusan yang berhubungan dengan peningkatan kinerja pegawai agar lebih mempertimbangkan variabel kepemimpinan dan kecerdasan spiritual pegawai, karena sangat berpengaruh pada peningkatan kinerja mereka, sehingga organisasi menjadi semakin produktif. 2) Sebaiknya manajemen Politeknik LP3I Jakarta melakukan penelitian tentang variabel-variabel lain yang juga diduga mempunyai pengaruh terhadap kinerja seseorang sehingga bisa dijadikan program bagi pengembangan SDM menuju Politeknik LP3I Jakarta yang lebih baik.
123
DAFTAR PUSTAKA Alma, Buchari. 2007. Kewirausahaan: untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung; Alfabeta Asnawi, Sahlan. 2002. Teori Motivasi: dalam Pendekatan Psikologis Industri dan Organisasi. Jakarta: Studia Press Ashmos, D, and, Duchon, D, 2000, Spirituality at Work : A Conceptualization and Measure, Journal of Management Inguiry, Vo.8, No.2, pp.134-45 Ary Ginanjar Agustian, 2001, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ), Jakarta: Arga Wijaya Persada Berman, M, Developing SQ (Spiritual Intelligence) Throught ELT, http://www.eltnesletter.com, 12 Juni 2005 Chakraborty, S.K, and Chakraborty, D, 2004, The Transformed Leader and SpiritualPsychology : A Few Insight, Journal of Organizational Change Management, Vol.17, No.2, pp.184-210 Eckersley,
R, 2000, Spirituality, Progress, Meaning, and Values, Paper Presented 3rd Annual Conference on Spirituality, Leadership, and Management, Ballarat, 4 December
Hoffman, E, 2002, Psychological Testing At Work, Mc Graw Hill, New York Hellrigel, Don & Slocum, John W. Jr. 1979. Organization Behaviour. New York: tp McCormic, D.W, 1994, Spirituality and Management, Journal Of Managerial Psychology, Vol.9, pp.5-8 Munir, Ningky, 2000, Spiritualitas dan Kinerja, Majalah Manajemen, Vol.124, Juli 2000 Nggermanto, Agus, 2002, Quantum Quotient (Kecerdasan Quantum) : Cara Tepat Melejitkan IQ, EQ, dan SQ Secara Harmonis, Nuansa, Bandung Riva’i, Veithzal. 2009. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Setyawan, Dani, 2004, Analisis Pengaruh Kepemimpinan Q (IQ, EQ, SQ) terhadap Komitmen Organisasional Karyawan, Skripsi, Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang Sucipto.,
2003, Penilaian Kinerja Keuangan, Medan: Universitas Sumatera Utara
Sujianto, Agus Eko, 2009, 2009, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.00, Jakarta: Prestasi Pustaka Sumediyani, Maria, 2002, Kecerdasan Spiritual dan Problema Bangsa Ini, www.google.com, 12 Juni 2005 124
Wiersma, M.L, 2002, The Influence of Spiritual “MeaningMaking” On Career Behaviour, Journal of Management Development, Vo.21, No.7, pp.497-520 Yuningsih, 2002, Membangun Komitmen dan Menciptakan Kinerja Sumber Daya Manusia Untuk Memperoleh Keberhasilan Perusahaan, Fokus Ekonomi Vol.1 No.1 April 2002 Yuwono, Sony dkk., 2007 : Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard, Menuju Organisasi yang Berfokus pada Strategi / Sony Yuwono, Edy Sukarno, Muhammad Ichsan., Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Zohar, D, Marshal, I, 2000, SQ (Spiritual Intelligence) : The Ultimate Intelligence,London. Blomsburry Publishing, ------------------------, 2001, The Ultimate Intelligence, Bandung. Mizan Media Utama.
125