PROFESI Volume 08 / Februari – September 2012
PENGARUH KEBIJAKAN INSTITUSI DAN PENGETAHUAN PENOLONG PERSALINAN TERHADAP PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI PUSKESMAS KLATEN UTARA DAN RSUD KOTA SURAKARTA Oleh : Musta’in, S. Kep.,Ns., M.Kes. Dosen STIKES DUTA GAMA Klaten Abstract : Background: Suckling not breastfeeding is a representation that early Breastfeeding is not a program of mother breastfeeding infant but infant that should actively find mother’s breast by him/herself. To make this program run smoothly, a policy should be made from the local institution. Objective: This research aims to study the effect of Institutional Policy and Delivery Assistant’s knowledge on the implementation of Early Breastfeeding in North Klaten Puskesmas (Public Health Center) and Surakarta City Local Hospital. Methods: This research employed a cross sectional study design. This study was taken place from March to August 2011. The population of research was all delivery assistants working in North Klaten Puskesmas (Public Health Center) and Surakarta City Local Hospital 59 person. Sample taken 40 delivery. 20 delivery from North Klaten Puskesmas (Public Health Center) (with Early Breastfeeding policy) and 20 delivery taken from Surakarta City Local Hospital (without Early Breastfeeding policy). The instrument used to collect the data was questionnaire. The data analysis was done using a multiple logistic regression model. Results: The researcher found that: (1) there is an effect of the Early Breastfeeding Policy existence in the institution on the implementation by the delivery assistants. The delivery assistants practicing in the institution with Early Breastfeeding Policy has probability nine times higher to conduct Early Breastfeeding than the one without Early Breastfeeding policy (p = 0.003), with strong significant category ( ≤ 0,01). (2) there is an effect of delivery assistant’s knowledge on the implementation of Early Breastfeeding in which the implementation of Early Breastfeeding is varied of 29% (Nagelkerke R2 = 29.10%). Conclusion: This research concludes that there is an effect of the Early Breastfeeding Policy existence in the institution on the implementation by the delivery assistants and there is an effect of delivery assistant’s knowledge on the implementation of Early Breastfeeding. Keywords: Early Breastfeeding, the effect of policy, institution policy, delivery assistant A. PENDAHULUAN World Health Organization (WHO) dan United Nation of Children Fund (UNICEF) merekomendasikan menyusu eksklusif (exclusive breastfeeding) sejak lahir selama 6 bulan pertama hidup anak, dan tetap disusui bersama pemberian makanan pandamping ASI (MP-ASI) yang cukup sampai usia 2 tahun atau lebih. Pola pemberian ASI yang dianjurkan ialah pemberian ASI segera atau 30 menit hingga satu jam setelah melahirkan, selanjutnya pemberian ASI saja atau menyusu secara ekslusif hingga bayi
usia enam bulan dan pemberian makanan tambahan setelah umur enam bulan serta tetap memberi ASI diteruskan sampai umur dua tahun (UNICEF/WHO/IDAI, 2005). Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator dari kemajuan dalam pelayanan kesehatan wanita di suatu negara. Saat ini AKI di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup, dan AKB sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB untuk Provinsi Jawa Tengah sebesar 26 per 1
PROFESI Volume 08 / Februari – September 2012
kelahiran hidup (Kemendiknas RI 2009). Menyusu dan bukan menyusui merupakan gambaran bahwa Inisiasi menyusu dini (IMD) bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri puting susu ibu. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu. IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu. IMD akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusu. Dengan demikian, bayi akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun, dan mencegah anak kurang gizi (Roesli, 2008). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa bila bayi bisa menyusu dalam 20-30 menit pertama setelah lahir, akan membangun refleks menghisap pada bayi. Sehingga proses menyusu berikutnya akan menjadi lebih baik (TJtarm. 2008) Keputusan Menteri Kesehatan RI No.450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi di Indonesia sejak bayi lahir sampai dengan bayi berumur 6 bulan dan selanjutnya mulai diberi makanan pendamping ASI dengan pemberian ASI diteruskan sampai anak berusia 2 tahun atau lebih. Meskipun sudah dikeluarkan Kepmenkes tentang ASI Ekslusif namun dalam pelaksanaannya didaerah / Rumah Sakit / Puskesmas sangat dipengaruhi oleh dukungan dari kepala Daerah, Kepala Rumah Sakit / Puskesmas sebagai top manager dan adanya kepatuhan, kerjasama serta kesadaran antara penolong persalinan dengan ibu yang melahirkan. Kota Surakarta mempunyai Rumah Sakit pemerintah sebanyak 3, swasta 9, Rumah Bersalin pemerintah 1 dan
swasta 10, Puskesmas 15. Pelaksanaan inisiasi menyusu dini di Rumah Sakit Umum Daerah ( RSUD ) Kota Surakarta belum maksimal, dimana program IMD belum menjadi standard operasional procedured (SOP) dalam asuhan persalinan, selain itu masih ada beberapa bidan yang tidak melaksanakan inisiasi menyusu dini saat memberikan pertolongan persalinan dengan berbagai alasan (Depkes Kota Surakarta, 2009). Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten menunjukkan bahwa pada tahun 2009, angka kematian bayi (AKB) sebesar 13,8/1000 kelahiran hidup. Angka kematian Ibu (AKI) sebesar 0,98/1000 per kelahiran hidup, Angka kematian balita (AKB) sebesar 1/1000 kelahiran hidup. Sedangkan Surakarta, angka kematian ibu sebesar 153,82 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes Klaten, 2009). Kabupaten Klaten adalah salah satu Daerah yang mendukung dan melaksanakan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi di Indonesia terbukti dengan dibuatnya Kebijakan/Peraturan Daerah Kabupaten Klaten no. 7 tahun 2008 tentang IMD dan ASI Eksklusif. Pada pasal 4 menyebutkan bahwa: a) setiap tenaga kesehatan yang melakukan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan dan perawatan kesehatan ibu dan anak wajib memberikan informasi dan anjuran tentang pentingnya IMD dan keluarganya; b) Setiap sarana pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan pertolongan persalinan wajib menyediakan sarana dan prasarana bagi ibu melahirkan untuk melakukan IMD; c) setiap tenaga kesehatan yang melakukan pertolongan persalinan dan perawatan ibu dan anak wajib membantu melakukan IMD kecuali ada alasan medis tertentu. Tempat persalinan baik Rumah Sakit Pemerintah / Suasta, puskesmas maupun klinik swasta seharusnya 2
PROFESI Volume 08 / Februari – September 2012
dapat melakukan dan memberikan informasi yang benar mengenai IMD bagi ibu maupun calon ibu. IMD telah terbukti mampu mempertahankan hidup bayi lebih lama dan memberikan kekebalan bayi terhadap penyakit yang mungkin muncul di kehidupannya kelak. Berdasarkan dugaan sementara pada penelitian ini adalah ada hubungan antara kebijakan dan pengetahuan penolong persalinan terhadap pelaksanaan IMD di puskesmas Klaten Utara dan RSUD Kota Surakarta. Masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Adakah pengaruh kebijakan institusi terhadap pelaksananaan IMD? 2) Adakah pengaruh pengetahuan penolong persalinan terhadap pelaksananaan IMD?. Sedangkan tujuan penelitian adalah untuk Mengetahui pengaruh kebijakan institusi dan pengetahuan penolong persalinan terhadap pelaksanaan IMD di puskesmas Klaten Utara dan RSUD Kota Surakarta. B. SUBYEK DAN METODE Desain penelitian menggunakan analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penolong persalinan yang bekerja di Puskesmas Klaten Utara dan RSUD Kota Surakarta, sebanyak 59. Metode untuk menentukan sampel dengan fixed-exposure sampling (Murti 2010), yaitu sampel penolong persalinan dipilih berdasarkan status keberadaan kebijakan inisiasi menyusu dini di fasilitas pelayanan kesehatan yang bersangkutan. Sampel yang digunakan sebanyak 40 kelahiran bayi. Dari 40 sampel tersebut, 20 sampel diambil dari Puskesmas klaten Utara (institusi yang mempunyai kebijakan inisiasi menyusu dini, dan 20 sampel diambil dari RSUD Kota Surakarta(Institusi yang tidak mempunyai kebijakan inisiasi menyusu dini). Adapun kriteria inklusi sebagai berikut: 1. Laki – laki / perempuan, 2. Dokter, 3. Dokter spesialis SpOG, 4. Bidan, 5. Perawat Maternitas, 6.
Pegawai di Puskesmas Klaten Utara / pegawai RSUD Kota Surakarta, 7. Penolong persalinan. Analisis data menggunakan model regresi logistik ganda: Pengaruh dari kebijakan institusi maupun pengetahuan penolong persalinan ditunjukkan oleh Odds Ratio (OR), yaitu OR = exp (b), dengan interprestasi : OR = 1, tidak ada pengaruh, OR > 1, ada pengaruh positif, 0 < OR < 1, ada pengaruh negatif ( kebalikan ). Kemaknaan statistik dari OR diuji dengan uji Wald, parameter kemaknaan statistik dilihat dari nilai p. C. HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Klaten Utara dan RSUD Kota Surakarta. Dari RSUD Kota Surakarta, yang menolong persalinan sebanyak 9 responden semuanya berpendidikan bidan, sedangkan di Puskesmas Klaten Utara yang menolong persalinan sebanyak 12 responden, 11 responden berpendidikan bidan, dan 1 responden berpendidikan perawat. Tabel 1: Karakteristik dasar subyek penelitian Tempat n % Persalinan Puskesmas 12 58.25 Klaten Utara RSUD Kota 9 42.9 Surakarta Umur n % Responden 20 – 25 4 19 26 – 30 8 38.1 31- 35 4 19 36 – 40 4 19 >40 1 4.8 Pendidikan n % Responden Bidan 20 95.2 Perawat 1 4.8 Dokter Dokter spesialis Sumber: Data Primer, Juli 2011 Tabel 1 menunjukan karakteristik dasar subyek penelitian dimana pada umur di dominasi antara umur 26 – 30 3
PROFESI Volume 08 / Februari – September 2012
tahun terbanyak adalah bidan sebanyak 20 atau 95,2 % sebesar 8 (38.1%) dan pendidikan responden Hasil analisis bivariat (Tabel 2) menunjukkan terdapat perbedaan persentase pelaksanaan IMD menurut keberadaan kebijakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Bidan yang bekerja di wilayah institusi dengan kebijakan IMD lebih banyak melakukan IMD daripada bidan yang bekerja di wilayah institusi tanpa kebijakan IMD (p= 0.003) Tabel 2 : Analisis bivariat tentang perbedaan persentase pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) menurut pengetahuan penolong persalinan Inisiasi Menyusui X2 P Dini Variabe l Tida Ya Total k Penget N N N (%) a huan (%) (%) ≥ 12 8 20 0.1 0.74 Media (60 (40 (100 1 4 n %) %) %) < 13 7 20 Media (65 (35 (100 n %) %) %) Sumber: Data Primer, Juli 2011 Tabel 2 menunjukkan terdapat pengaruh keberadaan kebijakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) terhadap implementasi IMD oleh penolong persalinan. Penolong persalinan yang praktik di institusi dengan kebijakan IMD memiliki kemungkinan untuk melakukan IMD sembilan kali lebih besar daripada tanpa kebijakan IMD. Estimasi tentang pengaruh kebijakan tersebut telah mengontrol pengaruh pengetahuan penolong persalinan dan secara statistik signifikan (OR = 9.25; CI 95% 1.94 hingga 44.11; p=0.005). Terdapat pengaruh pengetahuan penolong persalinan terhadap pelaksanaan IMD tetapi secara statistik tidak signifikan (OR= 0.59; CI 95% 0.13 hingga 2.60).
Tabel 3 juga menunjukkan, kedua variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model regresi logistik ini, yaitu keberadaan kebijakan IMD dan pengetahuan penolong persalinan, secara bersama mampu menjelaskan variasi pelaksanaan IMD sebesar 29% (Nagelkerke R2= 29.10%). Tabel 3 : Hasil analisis regresi logistik ganda tentang pengaruh keberadaan kebijakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) terhadap implementasi IMD oleh penolong persalinan Confidence Interval 95% Bata Variabel OR p Bata s s Bawa Atas h Kebijakan 0.00 44.1 9.25 1.94 IMD 5 1 Pengetah 0.58 uan 0.59 0.13 2.60 7 ≥Median N 20 observasi 2Log 43.33 likelihood Nagelkerk 29.10 e R2 % Sumber: Data Primer, Juli 2011 D. PEMBAHASAN Pelaksanaan IMD banyak dilaksanakan oleh penolong persalinan yang bekerja di wilayah institusi dengan kebijakan IMD daripada penolong persalinan yang bekerja di wilayah institusi tanpa kebijakan IMD sebesar 17 (85%) : 8 (40%) atau p = 0,003. Hal ini dapat berarti hipotesis di terima dimana ada pengaruh kebijakan institusi terhadap pelaksananaan Inisiasi Menyusu Dini. Artinya Kebijakan sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan IMD, karena terbukti dengan adanya kebijakan ponolong persalinan akan melaksanankan IMD setiap kali melakukan persalinan. Dengan adanya kebijakan yang diberlakukan 4
PROFESI Volume 08 / Februari – September 2012
dan diharuskan bagi penolong persalinan untuk melakukan IMD, maka secara tidak langsung seorang penolong harus melakukan IMD kepada bayi yang dilahirkan. Pengetahuan dalam pelaksanaan IMD secara statistik tidak signifikan menurut pengetahuan penolong persalinan (table 3). Penolong persalinan yang memiliki pengetahuan IMD lebih baik hampir sama dengan penolong persalinan yang memiliki pengetahuan IMD yang cukup. Meskipun pengetahuan secara statistik tidak signifikan antara penolong persalinan yang bekerja di Puskesmasn Klaten Utara dan RSUD kota Surakarta, namun pengetahuan sangat berpengaruh terhadap praktik pelaksanaan IMD. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden mampu menjawab dengan baik tentang pengetahuan IMD dan mendapatkan nilai diatas median (p= 0.744). Hasil penelitian ini telah sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Baker et al. (2006) tentang Early Initiation of and Exclusive Breastfeeding in Largescale Community-Based Programmes in Bolivia and Madagascar. Hasil penelitian diperoleh bahwa terjadi peningkatan yang signifikan inisiasi menyusu dini pada bayi setelah adanya promosi dari petugas kesehatan mengenai IMD pada 1 jam pertama bayi yang dilahirkan. Dari penelitian Baker et al (2006) dan penelitian yang peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan kemampuan penolong persalinan tentang pelaksanaan IMD merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Artinya penolong persalinan akan melaksanakan praktik pelaksanaan IMD dengan baik dan benar jika penolong persalinan mempunyai pengetahuan tentang IMD. Penolong persalinan kemungkinan untuk melakukan IMD pada institusi dengan ada kebijakan IMD sembilan kali lebih besar daripada tanpa kebijakan IMD (Tabel 4.4). Sedangkan pengaruh kebijakan
mengontrol pengetahuan penolong persalinan dalam menjelaskan variasi pelaksanaan IMD sebesar 29% (Nagelkerke R2= 29.10%). Hal ini dapat berarti ada pengaruh pengetahuan penolong persalinan terhadap pelaksananaan Inisiasi Menyusu Dini. Penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan kebijakan sangat diperlukan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini, bahkan dibilang sangat penting dibandingkan dengan diadakannya pelatihan ataupun menyuluhan bagi penolong persalinan. Penelitian yang peneliti lakukan menunnjukkan bahwa tempat persalinan yang mempunyai kebijakan akan melaksanakan IMD Sembilan kali daripada institusi yang tidak memiliki kebijakan. Penelitian ini telah sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dearden et al, (2002) melakukan penelitian tentang "Determinants of optimal breast-feeding in peri-urban Guatemala City, Guatemala". Hasilnya bahwa tempat persalinan memiliki hubungan dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Baker et al. (2006), tentang Early Initiation of and Exclusive Breastfeeding in Large-scale Community-Based Programmes in Bolivia and Madagascar. Hasil penelitian diperoleh bahwa terjadi peningkatan yang signifikan inisiasi menyusu dini pada bayi setelah adanya promosi dari petugas kesehatan mengenai IMD pada 1 jam pertama bayi yang dilahirkan. Artinya keberhasilan pelaksanaan IMD pada bayi dipengaruhi oleh pengetahuan dan usaha penolong persalinan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreativitas agar pelaksanaan IMD dapat berjalan dengan baik. E. KETERBATASAN PENELITIAN Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan tidak dilakukan interview, sehingga belum bisa 5
PROFESI Volume 08 / Februari – September 2012
mengungkap secara mendalam tentang pengaruh apa saja dan mengapa penolong persalinan tidak melakukan IMD. Penelitian ini masih belum dapat dikatakan sempurna karena belum dapat mengungkap mengapa penolong persalinan tidak melakukan IMD yang mungkin dapat mempengaruhi penolong persalinan dalam melakukan praktik IMD.
F. KESIMPULAN Terdapat pengaruh keberadaan kebijakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada institusi terhadap implementasi IMD oleh Penolong persalinan. Penolong persalinan yang praktik di institusi dengan kebijakan IMD memiliki kemungkinan untuk melakukan IMD sembilan kali lebih besar daripada tanpa kebijakan IMD (p = 0,003). Terdapat pengaruh pengetahuan penolong persalinan terhadap pelaksananaan Inisiasi Menyusu Dini dimana pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini bervariasi sebesar 29% (Nagelkerke R2= 29.10%). Implikasi Penelitian: 1 )Bagi pemerintah adalah ebijakan tentang inisiasi menyusu dini segera di berlakukan dalam bentuk Surat keputusan oleh dinas kesehatan mengetahui kepala pemerintahan sejajar. 2) Bagi institusi pelayanan persalinan, diharapkan selalu melaksanakan program Inisiasi menyusu dini pada semua pasien dengan pendekatan edukatif yang arif dan bijaksana.3)Bagi penolong persalinan, 4) Penolong persalinan diharqapkan melakukan inisiasi menyusu dini kepada semua pasien tanpa memandang setatus sosial ekonominya DAFTAR PUSTAKA Andersson Y, Hammarstro LM, Gitte Graverholt, Helen F, Olle Hernell, 2009. Formula Feeding Skews Immune Cell Composition toward Adaptive Immunity Compared to
Breastfeeding1, http://www.jimmunol.org/content /183/7/4322.full.pdf+html, di akses mei 2011 Aprillia Y, (2009) Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif kepada Bidan di Kabupaten Klaten, Tesis, Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro Semarang Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI, Jakarta, Rineka Cipta. Bobak L J. 2004, Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC Dearden K, Altaye M, Maza I, Oliva M, Jimenez SM, Morro AL, Burkhalter BR, (2002), "Determinants of optimal breast-feeding in periurban Guatemala City, Guatemala Grahacendikia (2009) Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Hamil Trimester III Tentang Inisiasi Menyusu Dini Di Polindes XX, di Desa Jatiguwi Kecamatan Sumberpucung, Grahacendekia Hidayat, Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data, Salemba Medika, Jakarta Machfoedz, Ircham. 2005. Metodologi Penelitian Bidang Keshatan dan Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta, Fitramaya Mahmudah, Laily. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC Kemenkes RI, 1985, Pengganti ASI, Peraturan Menteri Kesehatan No.240 /MENKES/PER/V, Jakarta, Menkes RI. ________,. 2007. Pelatihan Asuhan Persalinan Normal BahanTambahan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta, Depkes RI ________,1997, Pemasaran Pengganti ASI. Kepmenkes RI No. 450/Menkes/SK/IV/2004, Jakarta, Menkes RI ________, 2004, Pemberian ASI secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia, Kepmenkes RI No 450/Mena, /Sk/IV, Jakarta, Menkeskes RI ________, 2007, Standar Profesi Bidan, Kepmenkes RI no. 369/ SK 6
PROFESI Volume 08 / Februari – September 2012
/MENKES/ 2007, Jakarta, Menkes RI. Kementerian KoKesra RI. 2009, Rekapitulasi Pengharmonisasian Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP). http://djpp.depkumham.go.id / perkembangan-harmonisasi-ruutahun-2010/41-harmonisasi-rpp/76daftar-harmonisasi-rpp-tahun2009.html, 2009. Jakarta, Kementrian RI Nakao Y, Moji K, Honda S and Kazuyo Oishi 2008, Initiation of breastfeeding within 120 minutes after birth is associated with breastfeeding at four months among Japanese women: A selfadministered questionnaire survey, Error! Hyperlink reference not valid., diakses mei 2011. Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta. __________ 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta, Rineka Cipta. Pemda Klaten, 2008, IMD dan ASI Ekslusif, Peraturan Daerah Kabupaten Klaten, no.7, Klaten, Pemda Klaten. Pemerintah RI, 1999, Label dan Iklan Pangan Peraturan Pemerintah No. 69, Jakarta, Pemerintah RI Poerwadarminta. 1998. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka Roesli U. 2007. MengenalASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya ________, 2008, Inisiasi menyusu dini dan ASI eksklusif. Makalah dalam Presentasi pada Bidan dan Perawat di Rumah Sakit Cibinong; Cibinong: RS Cibinong,. _________,.2008. Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Esklusif. Jakarta: Pustaka Bunda Rosita, Syarifah. 2008. ASI Untuk Kecerdasan Bayi. Yogyakarta: Ayyana Samba, Suharyati. 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC Simatupang, Juliana. 2008. Manajemen Pelayanan Kebidanan. Jakarta: EGC
Sofyan. 2003. 50 tahun IBI. Jakarta:IBI Jakarta Sugiyono, 2006, Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Walsh, Linda. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC WHO, 2002, The Optimal Duration of Exclusive Breastfeeding, Report of an Expert Consultation. Geneva, Switzerland: World Health Organization,
7