UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH JEMBER FASHION CARNAVAL (JFC) DALAM MEMBANGUN BRAND KABUPATEN JEMBER SEBAGAI KOTA KARNAVAL
SKRIPSI
KARTIKA EKA PRASETYA EFRIANIE 1006678955
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI GEOGRAFI DEPOK JULI 2014
i Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH JEMBER FASHION CARNAVAL (JFC) DALAM MEMBANGUN BRAND KABUPATEN JEMBER SEBAGAI KOTA KARNAVAL
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains
KARTIKA EKA PRASETYA EFRIANIE 1006678955
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI GEOGRAFI DEPOK JULI 2014
ii Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Kartika Eka Prasetya Efrianie
NPM
: 1006678955
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 8 Juli 2014
iii Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini diajukan oleh : Nama
: Kartika Eka Prasetya Efrianie
NPM
: 1006678955
Program Studi
: Geografi
Judul Skripsi
: Pengaruh
Jember
Fashion
Carnaval
dalam
Membangun Brand Kabupaten Jember sebagai Kota Karnaval
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang
: Dr. rer. nat. Eko Kusratmoko, M.S. (….………………....)
Pembimbing I
: Dr. Triarko Nurlambang, M.A.
(….………………....)
Pembimbing II
: Drs. Hari Kartono, M.S.
(….………………....)
Penguji I
: Hafid Setiadi, S.Si., M.T.
(….………………....)
Penguji II
: Dra. Tuty Handayani, M.S.
(….………………....)
Ditetapkan di
: Depok
Tanggal
: 8 Juli 2014
iv Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
KATA PENGANTAR
Shallom, Segala puji, segala hormat, penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat kasih karunia dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Segalanya dalam penelitian ini menjadi mungkin hanya karena perkenananNya. Penelitian ini kemudian ditujukan dalam memenuhi syarat mencapai gelar sarjana, yang mana mendapat banyak sekali bantuan dari banyak pihak dimulai dari masa perkuliahan hingga pada penyusunan tugas akhir ini sendiri. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada: 1.
Keluarga besar terkasih, Mama, Papa, dan adik-adik, Efril, Sammy, dan Anas, juga To’o Anis, Opa, Oma, Mbah Uti, Keke, juga seluruh keluarga besar yang tidak dapat diucapkan secara satu persatu. Terimakasih atas segala doa, dukungan, dan materi yang diberikan dari awal kegiatan perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini.
2.
Kedua dosen pembimbing, yakni Bapak Dr. Triarko Nurlambang, M.A. selaku dosen pembimbing I atas segala masukan yang luar biasa, semangat, dan motivasi bagi penulis untuk dapat memberikan yang terbaik dan memperkaya hasil penelitian dengan keunikan dari berbagai bidang ilmu yang ada. Juga kepada Bapak Drs. Hari Kartono, M.S. selaku dosen pembimbing II atas segala kesabaran, ide-ide luar biasa, waktu, dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tulisan ini dengan hasil yang maksimal.
3.
Ketua sidang, Bapak Dr. rer. nat. Eko Kusratmoko, M.S., atas segala saran yang sangat membangun dalam penyempurnaan tulisan penelitian ini. Demikian juga kepada Bapak Hafid Setiadi, S.Si., M.T. selaku dosen penguji I dan Ibu Dra. Tuty Handayani, M.S. sebagai dosen penguji II untuk segala bimbingan, masukan, koreksi, dan saran terutama dalam menunjukan ciri geografi yang lebih dalam dalam penyusunan tulisan ini.
4.
Seluruh dosen pengajar dan staf di Departemen Georafi FMIPA-UI untuk segala ilmu, dukungan, serta segala bentuk bantuan baik teknis maupun nonteknis selama masa perkuliahan hingga dalam penulisan penelitian ini.
v Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
5.
Keluarga baru di Jember, Om Santoso, Tante Eka, Vila, Sanch, Fara, Novel, juga temen-temen dari UNEJ, Lita, Leli, dan Kak Dessy atas semua dukungannya dalam membantu penulis dalam pencarian data, juga terutama karena menggangap penulis seperti keluarga sendiri.
6.
Teman-teman Geografi; Bazooka atas segala dukungan dan semangat yang sangat membangun, dari awal penelitian hingga pada akhirnya dapat menyelesaikan penelitian ini. Fajar sebagai teman seperjuangan menyelesaikan penulisan tugas akhir ini, atas segala dukungannya bagi penulis yang sangat besar. Lia dan Cher atas segala motivasi agar penulis bisa secepatnya meraih gelar sarjana. Aini, Furkon, Dido, Riza, Ben, Kak Sadu, Kak Asti, Fani, Gabby, Erni, Yazid dan Udin yang menjadi moodbooster dalam membangkitkan semangat penulis di saat down sekalipun. Kak Angga, Kak Candra, dan Kak Riski untuk materi dan bahan penyusunan tulisan yang sangat bermanfaat. Juga untuk semua teman-teman istimewa di Departemen Geografi yang selalu memberikan dukungan dan masukannya, baik dalam 4 tahun perkuliahan ini maupun saat-saat penyusunan tugas akhir penulis.
7.
PKK, TKK, dan AKK tercinta, Kak Melda, Mia Renauly, Naomi, Dian, Nadine, dan Dosmaya dalam segala bentuk perhatian dan doa yang diberikan.
8.
Teman-teman penari GPdI Barito dan Joseph Ministry atas semua dukungan doa dan semangat kepada penulis.
9.
Teman-teman Bidang 3 di PO FMIPA-Farmasi UI, Meta, Indah, Ratna, Suanto, dan Ribka untuk segala dukungan doa dan motivasi agar kita semua bisa lulus bersama tahun ini.
10. BAPPEKAB Jember, Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jember, Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Jember, Jember Fashion Carnaval Council, serta semua responden dan informan yang mau meluangkan waktu dalam memberikan informasi terkait penelitian ini. Akhir kata, penulis berhadap semoga penelitian ini membawa manfaat bagi ilmu pengetahuan kedepannya. God Bless,
Penulis
vi Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Kartika Eka Prasetya Efrianie
NPM
: 1006678955
Program Studi
: Geografi
Departemen
: Geografi
Fakultas
: Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA)
Jenis Karya
: Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGARUH JEMBER FASHION CARNAVAL (JFC) DALAM MEMBANGUN BRAND KABUPATEN JEMBER SEBAGAI KOTA KARNAVAL
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini,
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
mengalih-
media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di
: Depok
Pada Tanggal : 8 Juli 2014 Yang menyatakan
(Kartika Eka Prasetya Efrianie)
vii Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
ABSTRAK Nama Program Studi Judul Skripsi
: Kartika Eka Prasetya Efrianie : Geografi : Pengaruh Jember Fashion Carnaval (JFC) dalam Membangun Brand Kabupaten Jember sebagai Kota Karnaval
Jember Fashion Carnaval (JFC) dengan perpaduan karnaval dan fashion pertama di Indonesia mengangkat nama Kabupaten Jember hingga kancah internasional sebagai Kota Karnaval. Sebelumnya Kabupaten Jember terkenal sebagai Kota Tembakau dan Santri. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan brand Kota Karnaval yang diusung Jember di tengah keberadaan dua brand lainnya. Hal tersebut dilakukan dengan mengkaji pengaruh yang ditimbulkan oleh JFC. Pengaruh tersebut terdiri atas pengaruh yang tak berwujud, yaitu posisi place branding JFC dalam persepsi masyarakat Jember (brand equity) dan yang berwujud, yaitu kinerja Kabupaten Jember akibat pengaruh JFC. Persepsi masyarakat dibandingkan berdasarkan wilayah tempat tinggalnya di Wilayah Kota Administratif maupun Pembantu Bupati Jember dengan metode deskriptif komparatif. Di samping itu kinerja Kabupaten Jember mengkaji perubahan bentuk pemukiman akibat pengaruh JFC, baik hanya ketika event tersebut digelar maupun tidak (temporal dan permanen). Hal ini diteliti menggunakan metode analisis deskriptif guna mendapatkan wilayah kota karnaval temporal dan permanen. Hasil penelitian didapatkan persepsi yang beragam dari tiap tingkatan brand equity atas dasar kemudahan akses dalam menyaksikan karnaval dan dasar persepsi masyarakat atas hiburannya masing-masing. Selain itu wilayah kota karnaval keduanya mencakup Wilayah Kota Administratif maupun Pembantu Bupati Jember, dengan kota karnaval temporal yang mencakup wilayah yang lebih luas dibandingkan dengan yang permanen. Kata Kunci
: brand, brand equity, dimensi kinerja, jember fashion carnaval, persepsi, place branding xiv + 112 halaman : 42 gambar, 12 tabel, 21 lampiran Bibliografi : 48 (1981 – 2014)
viii
Universitas Indonesia
Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
ABSTRACT Name Study Program Title
: Kartika Eka Prasetya Efrianie : Geography : The Effects of Jember Fashion Carnaval (JFC) in Jember Brand Building as Carnival City
First in Indonesia with composite between carnival and fashion, Jember Fashion Carnaval (JFC) made Jember Regency known as International Carnival City. Jember has been knows as City of Tobacco and Santri (strict adherent of Islam). The objective of the study is to witness that the brand as the Carnival City will bring Jember in between of the other brands. It’s done with perform effects of the JFC, includes the intangible effect (brand equity study in Jember sociality) and the tangible matters (dimension of city performance due to the JFC). Public perception was examined by comparative descriptive analysis method, which compares peoples’ perception is base on the area where he lives, the City Administrative Region and Sub-District Regent of Jember. Performance Carnival City that examines brand-influenced form of settlement Carnival City, studied both when the event was held or not (temporal and permanent) using descriptive analysis method to obtain the temporary and permanent area of Carnival City. The results of this study found that the perceptions of each level brand equity are different due to the ease in watching the carnival and public perception base of entertainment respectively. Besides, the Carnival City areas cover City Administrative Region and Sub-District Regent of Jember, where the temporary one has a wider area than the permanent one. Keywords xiv + 112 pages Bibliography
: brand, brand equity, performance dimensions, Jember Fashion Carnaval, perception, place branding : 42 pictures, 12 tables, 21 attachments : 48 (1981 – 2014)
ix
Universitas Indonesia
Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i HALAMAN JUDUL............................................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................iv KATA PENGANTAR.............................................................................................v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................ vii ABSTRAK ........................................................................................................... viii ABSTRACT ........................................................................................................... ix DAFTAR ISI ........................................................................................................... x DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1.
Latar Belakang ......................................................................................1
1.2.
Rumusan Masalah................................................................................ 4
1.3.
Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
1.4.
Batasan Penelitian................................................................................ 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7 2.1.
Konsep Persepsi ................................................................................... 7
2.2.
City Branding ...................................................................................... 8
2.3.
Brand Equity (Ekuitas Merek) ............................................................. 9
2.4.
Dimensi Kinerja Kota ........................................................................ 12
2.5.
Spatial Framing (Pembingkaian Keruangan) .................................... 16
2.6.
Jember Fashion Carnaval (JFC) ........................................................ 17
2.7.
Penelitian Terdahulu .......................................................................... 19
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 21 3.1.
Jenis Penelitian .................................................................................. 21
3.2.
Variabel Penelitian ............................................................................ 22
3.3.
Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ............................................ 24
3.4.
Alur Pikir Peneliian ........................................................................... 25
3.5.
Alur Kerja .......................................................................................... 27
x
Universitas Indonesia
Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
3.5.1. Tahap Pengumpulan Data ........................................................ 27 3.5.2. Tahap Pengolahan Data ........................................................... 29 3.5.3. Analisis Data............................................................................ 29 BAB 4. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ............................... 32 4.1.
Administrasi....................................................................................... 32
4.2.
Penggunaan Tanah Kabupaten Jember .............................................. 35
4.3.
Place Branding Kabupaten Jember ................................................... 38 4.3.1. Kabupaten Jember sebagai Kota Tembakau ............................ 38 4.3.2. Kabupaten Jember sebagai Kota Santri ................................... 39 4.3.3. Kabupaten Jember sebagai Kota Karnaval .............................. 40
BAB 5. PENGARUH JEMBER FASHION CARNAVAL (JFC) DALAM MEMBANGUN BRAND KOTA KARNAVAL 5.1.
Posisi Place Branding Kabupaten Jember sebagai Kota Karnaval ....42 5.1.1. Kaitan Kondisi Wilayah dengan Brand Awareness (Kesadaran
iiiiiiiiiiiiiiiiMerek) Masyarakat Jember terhadap JFC................................42 5.1.2. Kaitan Kondisi Wilayah dengan Brand Association (Asosiasi iiiiiiiiiiiiiiiiiiiMerek) Masyarakat Jember terhadap JFC................................47 5.1.3. Kaitan Kondisi Wilayah dengan Perceived Quality (Kesan iiiiiiiiiiiiiiiiiiiKualitas) Masyarakat Jember terhadap JFC.............................58 5.1.4. Kaitan Kondisi Wilayah dengan Brand Loyalty (Loyalitas iiiiiiiiiiiiiiiiiiiMerek) Masyarakat Jember terhadap....................................... 65 5.2.
Kinerja JFC dalam Membangun Kota Karnaval................................72 5.2.1. Dimensi Vitality (Ketahanan)....................................................72 5.2.2. Dimensi Sense (Rasa)................................................................84 5.2.3. Dimensi Fit (Ketahanan)...........................................................97 5.2.4. Dimensi Access (Akses)..........................................................103 5.2.5. Dimensi Control (Kendali)......................................................106
BAB 6. KESIMPULAN ......................................................................... ...........112 DAFTAR PUSTAKA .................................................................... .....................113 LAMPIRAN.........................................................................................................118
xi
Universitas Indonesia
Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Operasional Variabel Penelitian.................................................. ..........23 Tabel 3.2.Data Primer ........................................................................................... 28 Tabel 3.3.Metode Analisis .................................................................................... 29 Tabel 4.1.Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Dusun/Lingkungan, Jumlah RT, Jumlah RW, dan Luas Wilayah per-Kecamatan di Kabupaten Jember 34 Tabel 4.2.Pembagian Wilayah Kabupaten Jember .............................................. 35 Tabel 4.3. Luas dan Persentase Penggunaan Tanah di Kabupaten Jember ........... 36 Tabel 5.1. Jumlah dan Kriteria Responden yang Menyaksikan JFC .................... 69 Tabel 5.2. Persentase Tingkat Loyalitas Responden terhadap JFC berdasarkan Kategori Wilayah ................................................................................ 70 Tabel 5.3. Jumlah Kunjungan Hotel dan Penginapan Tahun 2012 ....................... 73 Tabel 5.4. Daftar Hotel dan Penginapan di Kabupaten Jember ............................ 74 Tabel 5.5. Jumlah Setoran Pajak Restoran dan Kafe Juli-Agutus 2011................ 79 Tabel 5.6. Kinerja Kota Berdasarkan Kategori Wilayah .................................... 109
xii
Universitas Indonesia
Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1. Logo Kota sebagai bentuk City Branding ........................................ 1 Gambar 1. 2. Dynand Fariz dalam Pertunjukan JFC Tahun 2013 ........................ 3 Gambar 2. 1. Piramida Brand Equity .................................................................... 9 Gambar 2. 2. Piramida Brand Awareness ........................................................... 10 Gambar 2.3.
Kostum JFC dengan Bahan Utama Bambu…………………........19
Gambar 3. 1. Grafik Tiga Paradigma Penelitian Utama termasuk Subtipe dari Penelitian Metode Campuran ........................................................ 21 Gambar 3.2. Alur Pikir Penelitian ...................................................................... 27 Gambar 3.3. Alur Kerja Penelitian ..................................................................... 31 Gambar 4.1. Peta Daerah Penelitian ................................................................... 33 Gambar 4.2. Peta Penggunaan Tanah Kabupaten Jember ................................. 37 Gambar 4.3. Lambang Kabupaten Jember ......................................................... 39 Gambar 4.4. Gudang dan Perusahaan Tembakau di Kabupaten Jember............ 39 Gambar 5.1. Persentase Media Publikasi Jember Fashion Carnaval (JFC) ....... 43 Gambar 5.2. Persentase Asosiasi Brand Favorability ....................................... 48 Gambar 5.3. Persentase Penggunaan Moda Transportasi Menuju JFC dalam Asosiasi Brand Favorability Dekat ............................................... 48 Gambar 5.4. Peta Sebaran Responden dengan Brand Association Dekat .......... 49 Gambar 5.5. Persentase Kesan Kualitas Masyarakat Jember terhadap JFC ...... 59 Gambar 5.6. Persentase Intensitas dalam Menyaksikan JFC ............................. 66 Gambar 5.7. Moda Transportasi yang Digunakan Responden dalam Menyaksikan JFC .......................................................................... 76 Gambar 5.8. Sketsa Pengaturan Arus Lalu Lintas Kegiatan JFC Tahun 2011 .. 77 Gambar 5.9. Pos Polisi di Jl. Sultan Agung ....................................................... 78 Gambar 5.10. Restoran Pizza HUT di Jl. PB. Sudirman ...................................... 80 Gambar 5.11. Pujasera di Jl. PB. Sudirman ......................................................... 81 Gambar 5.12. Aston Jember Hotel and Conference Center ................................. 83 Gambar 5.13. Kondisi Pembangunan Mall di Jl. Gajah Mada ............................. 84 Gambar 5.14. Persentase Lokasi yang Mendapat Sense JFC menurut Persepsi Masyarakat Kabupaten Jember...................................................... 85 Universitas Indonesia xiii Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
Gambar 5.15. Kondisi Jl. Sultan Agung dan Jl. Gajah Mada............................... 88 Gambar 5.16. Kondisi Jl. Nusantara..................................................................... 88 Gambar 5.17. Gedung Serbaguna GOR Kota Jember .......................................... 89 Gambar 5.18. Bangunan di Kota Jember yang Mendapat Sense Kota Karnaval . 92 Gambar 5.19. Persiapan Karnaval di House of Dynand Fariz ............................. 93 Gambar 5.20. Presentasi JFC di Alun-Alun Kota Jember.................................... 94 Gambar 5.21. Pasar Kaget di Jl. Sultan Agung .................................................... 95 Gambar 5.22. Prototype dan Lukisan 3D Tema JFC di Hotel Aston ................... 96 Gambar 5.23. Ambulan dan Prototype JFC di RS. Bina Sehat ............................ 97 Gambar 5.24. Kondisi Sebelum dan Sesudah Pemotongan Jl. Gajah Mada ...... 101 Gambar 5.25. Kerusakan Trotoar dan Tanaman di Double Way Gajah Mada ... 103 Gambar 5.26. Terminal Tawang Alun Kabupaten Jember ................................. 104 Gambar 5.27. Stasiun Jember ............................................................................. 105 Gambar 5.28. Batik Bertemakan JFC ................................................................. 107 Gambar 5.29. Poster JFC di Dinding Pemukiman Kelurahan Kebonsari .......... 108 Gambar 5.30. Poster JFC di Salon di Jl. S. Parman, Kelurahan Karangrejo...... 109
Universitas Indonesia
xiv Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Suatu tempat perlu menyatakan individualitasnya dalam mengejar berbagai tujuan ekonomi, politik, atau sosial-psikologis (Kavaratzis dan Ashworth, 2005). Adanya individualitas (kekhasan) kemudian menjadi identitas suatu tempat yang menyebabkannya berbeda dari yang lain. Identitas tempat ini kemudian menjadi dasar pembentukan brand, yakni pemberian julukan atau label terhadap suatu tempat yang didasarkan pada keunikannya. Brand menjadi perlu karena sadar tidak sadar, konotasi yang melekat pada suatu wilayah mempengaruhi proses pengambilan keputusan (Eitel dan Spiekermann, 2007). Semakin baik brand suatu tempat pada persepsi masyarakat maka semakin besar pula minat masyarakat untuk dapat mengunjungi tempat tersebut. Hal ini lah yang kemudian menyebabkan setiap tempat berlomba-lomba untuk melakukan place branding dalam rangka mengembangkan daerahnya.
Gambar 1.1. Logo Kota sebagai Bentuk City Branding [Sumber: www.rejanglebongkab.go.id, diakses 3 Juni 2014 pukul 22.31 WIB]
Konsep branding dalam membentuk image suatu daerah juga disadari oleh Pemerintah Kabupaten Jember. Kabupaten Jember menganut budaya Pendalungan. Budaya ini berasal dari bahasa Jawa dhalung yang berarti periuk besar, yakni tempat bertemunya berbagai macam masyarakat yang berbeda etnis dan
1
Universitas Indonesia
Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
2
kebudayaan kemudian saling berinteraksi dalam ruang dan waktu sehingga menghasilkan varian baru kebudayaan yang disebut Pendalungan (Prawiroamodjo, 1985 dalam Rahardjo, 2006). Tradisi Kabupaten Jember yang merupakan hasil akulturasi terutama dari budaya Jawa dan Madura ini menyebabkannya tidak memiliki tradisi keunikannya tersendiri. Kabupaten Jember menurut Adibah (2006) dalam Jannah (2010) merupakan suatu wilayah tanpa akar tradisi yang kuat atau tanpa identitas yang khas. Hal ini yang kemudian menjadi salah satu kendala Kabupaten Jember dalam melakukan place branding. Kabupaten Jember yang pada awalnya dikenal sebagai penghasil tembakau yang besar ditahun 1920-1970 maupun sebagai Kota Santri diawal tahun 1915 tidak dapat mempertahankan brand tersebut hingga saat ini. Tembakau yang masih dapat banyak ditemui di Kabupaten Jember seakan memudar namanya karena banyaknya pesaing dari berbagai negara yang menjual tembakau dengan harga yang lebih murah serta gerakan anti rokok yang digencarkan (Jannah, 2010). Selain itu Jember sebagai Kota Santri juga tidak terkenal seperti ditahun 1915-1979 dimana kala itu terdapat banyak santri dari luar kabupaten yang berdatangan ke Kabupaten Jember untuk beribadah. Tidak adanya hagemoni pesantren, baik dalam bargaining sosial, politik maupun budaya menyebabkan Jember tidak lagi dikenal sebagai Kota Santri seperti ditahun-tahun sebelumnya. Kemunculan Jember Fashion Carnaval (JFC) sebagai karnaval fesyen pertama di Indonesia, dengan catwalk (jalur karnaval) terpanjang di dunia kemudian menarik perhatian banyak orang, baik di dalam maupun di luar negeri. Prestasi dan keunikan dari karnaval ini kemudian mendorong Dynand Fariz sebagai Presiden dari JFC untuk mengangkat nama Kabupaten Jember melalui karnaval. Adanya JFC sebagai karnaval terbesar dan terunik ke-empat di dunia juga menyebabkan Dynand Fariz memberikan label Kota Karnaval kepada Kabupaten Jember. Selain itu, konsep Kota Karnaval juga dilakukan melalui penciptaan nilai-nilai berbeda yang dirasakan tiap individu (perceived difference) yang diterima melalui iklan dan publikasi media massa serta produk/jasa JFC dalam mendukung citra brand ini.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
3
Gambar 1.2. Dynand Fariz dalam Pertunjukan JFC Tahun 2013 [Sumber: www.jemberfashioncarnaval.com/, diakses 3 Juni 2014 pukul 18.45 WIB ]
Pembentukan brand Kota Karnaval ini melihat JFC sebagai ruang mediasi, yakni bagaimana JFC sebagai produk sosial memiliki pengaruh dalam membentuk ruang spasial, yakni Kota Karnaval. JFC yang selalu dihadiri oleh ribuan masyarakat baik dari dalam maupun luar Kabupaten Jember memiliki pengaruh yang besar dalam menyokong konteks Kota Karnaval. Oleh sebab itu, penelitian ini akan mengkaji bagaimana pengaruh yang ditimbulkan dari JFC dalam menyokong brand Kota Karnaval, baik secara berwujud (tangible) maupun tidak berwujud (intangible) di Kabupaten Jember. Pengaruh JFC secara intangible didasarkan pada brand equity, yakni tingkat keterikatan masyarakat Kabupaten Jember akan JFC. Brand equity ini kemudian menunjukkan posisi place branding Kabupaten Jember sebagai Kota Karnaval dilihat dari persepsi masyarakat Jember. Pengaruh JFC secara tangible melihat dimensi kinerja kota. Menurut Lynch (1981) dalam Good City Form, terdapat 5 dimensi kinerja utama yang menjadi ukuran kualitas suatu kota, yakni vitality (ketahanan), sense (rasa), fit (kesesuaian), access (akses), dan control (kendali). Kinerja kota ini diteliti baik ketika event tersebut berlangsung (temporal) maupun sedang tidak berlangsung (permanen) untuk memetakan wilayah Kota Karnaval temporal dan permanen sehingga dapat
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
4
diketahui sejauh mana pengaruh yang ditimbulkan dari event yang sudah menjadi tontonan internasional ini.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, masalah yang ingin diketahui dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana persepsi masyarakat Kabupaten Jember terhadap posisi place branding Kabupaten Jember sebagai Kota Karnaval?
2.
Dimanakah wilayah Kota Karnaval, baik secara temporal maupun secara permanen?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk membuktikan konsep Kota Karnaval yang diusung oleh Kabupaten Jember melalui pengamatan terhadap pengaruh yang ditimbulkan oleh JFC sebagai produk sosial Kota Karnaval. Penelitian ini kemudian digunakan untuk mengetahui: 1.
Persepsi masyarakat Kabupaten Jember terhadap posisi place branding Kabupaten Jember sebagai Kota Karnaval.
2.
Wilayah Kota Kanaval, baik secara temporal maupun permanen.
1.4. Batasan Penelitian 1.
Brand merupakan suatu nama, istilah, tanda, simbol, atau ciri lainnya yang mengidentifikasikan Kabupaten Jember dengan kegiatan Jember Fashion Carnaval (JFC) yang berbeda dari wilayah lainnya. Dalam hal ini brand Kota Jember sebagai Kota Karnaval diteliti secara tangible dan intangible.
2.
Pengaruh yang diteliti adalah dampak yang dihasilkan JFC terhadap persepsi masyarakat akan karnaval ini maupun dampak terhadap bentuk pemukiman di Kabupaten Jember.
3.
Persepsi yang dimaksud adalah pendapat dan pandangan masyarakat terhadap brand Jember sebagai Kota Karnaval, baik kesadaran, asosiasi, kesan yang di harapkan, hingga loyalitas masyarakat.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
5
4.
Posisi place branding yang diteliti adalah brand equity (ekuitas merek), yaitu efek pembeda positif dari respon masyarakat atas suatu barang dan jasa sebagai akibat dari pengetahuan masyarakat atas nama brand dari barang dan jasa tersebut. Aspek brand equity adalah brand awareness, brand association, perceived quality, dan brand loyality (Kotler dan Amstrong (2004) dalam Wanda (2012)).
5.
Brand awareness (kesadaran merek) mengkaji seberapa baik masyarakat Jember dalam mengenali brand Kota Karnaval, baik dengan bantuan, tanpa bantuan, hingga penyebutan brand Kota Karnaval berada di puncak pikiran.
6.
Brand association (asosiasi merek) adalah hal yang berkaitan (berasosiasi) dengan ingatan mengenai brand Kota Karnaval, yang melingkupi nilai ketertarikan masyarakat dalam menyaksikan JFC.
7.
Perceived quality (kesan kualitas) yang dimaksud adalah persepsi masyarakat terhadap keseluruhan kualitas dan keunggulan brand Kota Karnaval sesuai dengan maksud yang diharapkan, yang dilihat dari konten acara dan kinerja pihak penyelenggara.
8.
Brand loyalty (loyalitas merek) adalah puncak keterpuasan dan keterikatan masyarakat
Kabupaten
Jember
terhadap
brand
Kota
Karnaval
dikategorikan ke dalam kategori loyalitas rendah, sedang, tinggi, dan loyal (setia). 9.
Masyarakat yang menjadi responden penelitian adalah mereka yang menjadi warga asli Kota Jember dengan usia 15 – 65 tahun (usia produktif). Sedangkan masyarakat yang menjadi informan untuk penelitian dengan wawancara mendalam adalah mereka yang dirasa memiliki pengetahuan yang mendalam terhadap seluk-beluk Kabupaten Jember dan perkembangannya.
10. Kegiatan karnaval yang dimaksud mengacu pada Jember Fashion Carnaval (JFC), yaitu suatu acara dalam rangkaian kegiatan Jember Multi Event.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
6
11. Dimensi kinerja meneliti karakteristik tertentu dari kinerja kota yang mendapat pengaruh dari adanya JFC. Aspek dimensi kinerja yang diteliti adalah vitality, sense, fit access, dan control. 12. Vitality (ketahanan), adalah bentuk Kota Karnaval yang mendukung fungsi vital, syarat biologis, dan kemampuan manusia untuk hidup. 13. Sense (rasa), adalah bentuk dan karakteristik Kota Karnaval yang menjadi kekhasan dan memiliki fungsi dalam menunjukkan Kota Karnaval. 14. Fit (kesesuaian pada pemukiman), adalah bentuk Kota Karnaval yang dipengaruhi perilaku umum penduduknya. 15. Access (akses), adalah bentuk aksesibilitas yang dibentuk dan diperbaharui dalam menyokong brand Kota Karnaval. 16. Control (kendali) adalah pengendalian penggunaan dan akses ruang dan kegiatan,
dan
kreasi
masyarakat,
perbaikan,
modifikasi,
dan
pengelolaannya terhadap Kota Karnaval oleh mereka yang tinggal, menggunakan, bekerja, dan tinggal di Kabupaten Jember. 17. Kota karnaval temporal adalah wilayah di Kabupaten Jember yang dipengaruhi oleh dimensi kinerja kota hanya ketika event JFC berlangsung. 18. Kota karnaval permanen adalah wilayah di Kabupaten Jember yang dipengaruhi oleh dimensi kinerja kota, baik ketika event JFC berlangsung maupun tidak.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Persepsi Menurut Gibson (1994) dalam Braund (2008), persepsi adalah pendeteksian struktur invarian dalam arus informasi stimulus, yang dipicu ketika perseptor aktif bergerak melalui lingkungan. Syarat terjadinya persepsi antara lain objek yang dipersepsikan menimbulkan stimulus yang mengenai reseptor (proses fisik), adanya perhatian, adanya reseptor yang menerima stimulus dan syarat sensoris yang membawa stimulus ke otak (proses fisiologis) selanjutnya dari otak di bawa ke syaraf motorik untuk mengadakan respon (proses psikologis). Persepsi individu dipengaruhi oleh faktor fungsional dan faktor struktural. Faktor fungsional ialah faktor-faktor yang bersifat persona, misalnya keperluan individu, umur, pengalaman masa lalu, personaliti, gender, dan hal-hal lain yang bersifat subjektif. Faktor struktural adalah faktor di luar individu, misalnya lingkungan, budaya, dan norma sosial sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam mempresepsikan sesuatu. Aspek – aspek persepsi menurut Allport dalam Rachmahana (2010) antara lain komponen kognitif, yakni komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Pengetahuan dan informasi tersebut akan membentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek tersebut. Aspek selanjutnya adalah afektif, yang mana berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang, bersifat evaluatif yang berhubungan erat dengan nilainilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimiliki setiap orang. Aspek persepsi yang terakhir adalah konatif, yaitu kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya. Persepsi juga merupakan fungsi kognitif yang penting pada lapisan bawah sadar yang menentukan kepribadian (Wang, 2007). Dengan kata lain, kepribadian adalah kemampuan semua fungsi kehidupan bawah sadar dan pengalaman yang terakumulasi melalui fungsi kehidupan sadar.
7
Universitas Indonesia
Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
8
2.2. Place Branding Menurut Chernatony & Dall'Olmo Riley (1998) dalam Kavaratzis dkk. (2005), brand adalah gagasan multidimensi dimana para pengelola meningkatkan produk atau jasa dengan nilai-nilai dan hal ini memfasilitasi proses dimana konsumen dengan yakin mengakui dan menghargai nilai-nilai tersebut. Sedangkan place branding menurut Kavaratzis dkk. (2005) adalah sebagai berikut, “Place branding is merely the application of product branding to places...” Konsep branding yang dilakukan oleh suatu tempat berdasarkan pengertian di atas merupakan aplikasi dari mengangkat nilai suatu produk ke dalam suatu tempat melalui proses pemasaran. Dengan demikian, konsep city branding dapat dikatakan sebagai strategi dari suatu negara atau daerah untuk membuat positioning yang kuat di dalam benak target pasar mereka, seperti layaknya positioning sebuah produk atau jasa, sehingga negara dan daerah tersebut dapat dikenal secara luas diseluruh dunia (Harahap, 2008, dalam Yuli, 2011). Tujuan dilakukannya place branding adalah karena suatu tempat perlu menyatakan individualitasnya dalam mengejar berbagai tujuan ekonomi, politik, atau sosial-psikologis (Kavaratzis dkk., 2005). Menurut Nuttavuthisit (2006), sarana komunikasi dalam melakukan branding adalah dengan tagline, simbol visual, juga dengan memasarkan kejadian (event). Memasarkan event merupakan sarana yang interaktif yang dapat melambangkan dan mengkomunikasikan gambaran dan positioning brand tempat yang diinginkan untuk khalayak partisipatif. Menurut Kavaratzis dkk. (2005), branding berkaitan dengan gambaran mental. Melakukan branding terhadap tempat berhubungan dengan persepsi manusia dan gambaran yang ditimbulkan, dan kemudian menempatkannya di pusat ketiatan yang diatur, yang dirancang untuk membentuk tempat dan tempat itu ke depannya. Dengan demikian, memasarkan kota berorientasi pada “menjumpai” kota yang mereka tinggali, memahaminya, baik dengan elemen fisik, simbolik, atau elemen lainnya yang mereka evaluasi untuk membuat penilaian mereka tentang kota tersebut. Informasi yang ada diproses dengan menggunakan proses mental kognisi, untuk membentuk gambaran yang stabil dan benar dari tempat itu sendiri, yang merupakan dasar interaksi sehari-hari dengan lingkungan. Mental map merupakan
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
9
sesuatu yang dibuat tiap individu yang memungkinkan mereka untuk mengarahkan/bernavigasi melalui realitas yang kompleks, serta lebih jauh merupakan upaya untuk mempengaruhi dan membentuk tempat. 2.3. Brand Equity (Ekuitas Merek) Kotler dan Amstrong (2004) mendefinisikan brand equity sebagai efek pembeda positif dari respon konsumen atas suatu barang dan jasa sebagai akbat dari pengetahuan konsumen atas nama merek dari barang dan jasa tersebut. (Rangkuti, 2003). Rangkuti kemudian mengutip kata-kata David A. Aaker, yakni brand equity adalah serangkaian aset dan kewajiban merek yang terkait dengan sebuah merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan sebuah produk atau jasa kepada perusahaan atau pelanggan perusahaan tersebut. Aset–aset ini membantu mereka menafsirkan, memproses, dan menyimpan informasi dalam jumlah besar mengenai produk dan merek. Pengetahuan masyarakat terhadap suatu brand dapat diukur dengan piramida Brand Equity (ekuitas merek), yang mencakup 4 elemen sebagai berikut. Brand Loyalty Perceived Quality Brand Association Brand Awareness
Gambar 2.1. Piramida Brand Equity (Aaker) [Sumber: Yulianti, 2008]
2.3.1. Brand Awareness (Kesadaran Merek) Brand awareness menyangkut apakah dan kapan masyarakat mengetahui keberandaan suatu brand (Chandon, 2003). Brand awareness adalah suatu penerimaan konsumen terhadap suatu brand tertentu yang ditunjukkan dengan kemampuannya mengingat dan mengenali dan memasukkannya ke dalam kategori tertentu dari suatu brand (Aaker dalam Yulianti, 2008). Dalam penelitian ini, peran
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
10
brand awareness tergantung dari sejauh mana responden menyadari keberadaan Kota Kernaval melalui kesadarannya terhadap JFC. Top of Mind Brand Recall Brand Recognition Unware of Brand
Gambar 2.2. Piramida Brand Awareness [Sumber: Yulianti, 2008]
Brand awareness dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu: 1.
Unware of Brand (tidak menyadari merek), yakni masyarakat tidak menyadari adanya suatu brand yang berlaku di daerahnya. Dalam penelitian ini masyarakat tidak menyadari adanya JFC yang mengalami pembingkaian spasial sebagai Kota Karnaval.
2.
Brand Recognition, merupakan tingkat minimal dari brand awareness, dimana seorang mengenali suatu brand dengan bantuan penyebutan suatu ciri tertentu.
3.
Brand Recall, merupakan pengingatan kembali terhadap suatu merek. Brand recall diartikan sebagai pengingatan kembali tanpa bantuan.
4.
Top of Mind (puncak pikiran), yakni suatu merek disebutkan pertama kali tanpa diberi bantuan pengingatan.
2.3.2. Brand Association (Asosiasi Merek) Brand association adalah segala kesan yang berkaitan dengan suatu brand, yang mencerminkan kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, selebritis, dan lain-lain (Rangkuti, 2003). Fungsi asosiasi ini antara lain membantu proses penyusunan informasi, menjadi pembeda antar brand, membangkitkan atribut produk atau manfaat bagi masyarakat, serta menciptakan perasaan positif yang pada gilirannya akan tertuju ke brand yang bersangkutan. Dalam penelitian ini, asosiasi masyarakat
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
11
terhadap JFC menilai hal-hal yang menjadi alasan ketertarikan responden dalam menyaksikan JFC.
2.3.3. Perceived Quality (Kesan Kualitas) Perceived quality merupakan persepsi masyarakat Jember terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang berkaitan dengan maksud yang diharapkan oleh mereka. Kesan yang positif dapat mendorong dan menciptakan loyalitas masyarakat terhadap suatu produk. Masyarakat yang kemudian loyal terhadap JFC yang ditunjukkan dengan menyaksikan karnaval ini adalah mereka yang memiliki kesan yang puas oleh event ini.
2.3.4. Brand Loyalty (Kesetiaan Merek) Brand loyalty merupakan tingkatan tertinggi dalam brand equity yang mencerminkan tingkat keterikatan masyarakat terhadap suatu brand. Hal ini dipengaruhi oleh kepuasan masyarakat atas suatu brand. Dalam penelitian ini, apabila terdapat penonton JFC yang juga mengajak orang lain untuk datang ke event ini, orang tersebut dianggap memiliki loyalitas yang tinggi terhadap brand Kota Karnaval. Pencapaian brand equity yang tinggi hanya terjadi saat konsumen menyadari keberadaan brand tersebut dan konsumen memiliki nilai yang kuat, menguntungkan, dan menyadari keunggulan brand tersebut. Pengukuran tingkat kepuasan atau ketidakpuasan merupakan alat yang penting dalam mengetahui tingkat loyalitas konsumen. Tingkat loyalitas ini di kategorikan menjadi 4 tingkatan sebagai berikut. 1. Loyalitas Rendah (Switcher) Pada tingkatan ini, masyarakat tidak loyal terhadap suatu brand. Masyarakat tipe ini cenderung tidak mengetahui hingga tahu mengenai hal-hal dasar atau tidak memiliki ketertarikan terhadap suatu brand.
2. Loyalitas Sedang Pada level loyaliyas sedang, masyarakat mengetahui mengenai hal-hal yang memiliki asosiasi dengan suatu brand. Pada tingkatan ini, suatu brand dianggap
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
12
cukup menarik, unggul, dan memiliki pengaruh yang kuat dalam lingkungan masyarakat.
3. Loyalitas Tinggi Pada tingkatan loyalitas ini, masyarakat benar-benar menyukai suatu brand dan memandangnya sebagai hal-hal yang positif. Hal ini ditandakan dengan brand tersebut sesuai dengan harapan masyarakat dan cocok untuk berada di wilayah masyarakat tersebut.
4. Loyal (Setia) Tingkatan ini merupakan tingkatan tertinggi dalam loyalitas masyarakat terhadap suatu brand. Pada tingkatan ini, masyarakat sangat mendukung suatu brand dan loyal terhadapnya yang diperlihatkan dengan mengajak orang lain untuk turut mengetahui keberadaan brand tersebut. Brand kemudian menjadi suatu bagian atau ekspresi diri masyarakat (nilai-nilai personal).
2.4. Dimensi Kinerja Kota Kualitas tempat dipengaruhi oleh efek hubungan dari tempat dan masyarakat yang menempatinya (Lynch, 1981). Kota yang baik terjadi karena kontinuitas dalam ekologi yang kompleks tetap dipertahankan ketika perubahan yang progresif terjadi. Dalam mengukur kinerja suatu kota, terdapat 5 dimensi dasar yang harus diperhatikan, antara lain vitality (ketahanan), sense (rasa), fit (kesesuaian), access (akses), dan control (kontrol). Dimensi-dimensi ini kemudian dikaji melalui dua cara, yakni secara temporal dan permanen. Konteks temporal melihat kinerja kota yang dipengaruhi JFC ketika event internasional ini sedang terjadi. Sebaliknya, konteks permanen melihat efek yang ditimbulkan ketika event JFC sedang tidak berlangsung.
2.4.1. Vitality (Ketahanan) Vitality merupakan suatu derajat dimana bentuk pemukiman mendukung fungsi vital, syarat biologis, dan kemampuan manusia-diatas segalanya, yaitu
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
13
bagaimana ia dapat berlindung dalam bertahan hidup. Terdapat 3 ciri utama yang mendukung vitalitas suatu kota. 1.
Sustenance (kelangsungan hidup), yaitu pemukiman mendukung syarat pemenuhan makanan, energi, air dan udara, serta kebersihan yang memadai.
2.
Safety (keamanan), yaitu pemukiman mendukung syarat lingkungan yang aman secara fisik.
3.
Consonance (harmoni), yaitu lingkungan spasial sesuai dengan struktur biologis dasar manusia.
2.4.2. Sense (Rasa) Sense adalah suatu derajat dimana lingkungan dapat dengan jelas dirasakan dan secara mental dibedakan dan disusun dalam ruang dan waktu dengan penduduknya. Sense juga merupakan suatu derajat dimana struktur mental terhubung dengan nilai dan konsep masyarakat, kecocokan dengan lingkungan, indra manusia, kemampuan mental, dan konstruksi budaya masyarakat. Ini merupakan hubungan antara bentuk lingkungan dengan proses persepsi dan kognisi manusia. Sense bergantung pada bentuk spasial dan kualitas, namun juga dengan budaya, watak, status, pengalaman, dan tujuan dari peneliti. Aktivitas atau perayaan yang diasosiasikan dengan tempat dapat mendukung persepsi seseorang sejauh mereka merasakannya dan menghidupinya. Elemen sense dibagi menjadi dua, yaitu formal dan informal. Elemen sense formal adalah sebagai berikut: 1. Identitas, yaitu bagaimana seseorang dapat mengenali dan mengingat suatu lokasi berbeda dengan yang lainnya (kekhasan) 2. Struktur (sense of orientation), yaitu bagaimana suatu objek dapat membangun banyak petunjuk berbeda (menjadi patokan dan navigasi dalam mencapai lokasi lain) untuk membangun struktur, pengenalan dari aktivitas dan bentuk karakteristik di suatu area atau titik pusat 3. Makna, yaitu suatu objek juga harus memiliki arti fungsional maupun emosional bagi yang mengamati Disamping itu, elemen informal sense, yang mana menghubungkan bentuk pemukiman dengan sifat kehidupan manusia, antara lain adalah
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
14
1. Kongruensi, yaitu kecocokan antara struktur lingkungan dengan struktur non spasial. Kongruensi melihat bagaimana struktur lingkungan mencerminkan dan disesuaikan sesuai dengan fungsinya. 2. Transparansi, yakni suatu objek dapat memperlihatkan operasi dari berbagai fungsi teknis, aktivitas, sosial, dan proses alami yang terjadi dalam lingkungan. 3. Legibilitas, yaitu bagaimana bentuk lingkungan dapat menjadi media komunikasi melalui ciri fisik simbolik.
2.4.3. Fit (Kesesuaian) Fit pada pemukiman mengacu pada seberapa bagus pola spasial dan temporal cocok dengan perilaku umum terhadap penduduknya. Tempat dimodifikasi untuk disesuaikan dengan cara berperilaku, dan perilaku diubah agar sesuai dengan tempatnya. Konsep fit ini yang kemudan berhubungan dengan karakteristik manusia menjadi bergantung erat dengan budaya yang berlaku di masyarakat, baik harapan, norma, dan tata cara adat dalam berperilaku. Konsep fit dapat berpengaruh terhadap bentukan pemukiman yang mengikuti keinginan manusia, maupun sebaliknya. Masyarakat yang kemudian terbiasa dan mencoba beradaptasi dengan mengubah sikap mereka terhadap suatu keadaan dikarenakan ruang itu sendiri yang relatif lambat untuk berubah.
2.4.4. Access (Akses) Access adalah kemampuan untuk mencapai seseorang, kegiatan, sumber daya, pelayanan, informasi, atau tempat lainnya, termasuk kuantitas dan keragaman elemen yang dapat dicapai. Pembuat teori modern melihat transportasi dan komunikasi sebagai aset utama wilayah urban. Kota yang ideal digambarkan dengan memiliki akses yang mudah terhadap variasi benda, pelayanan, dan orang lain. Sifat akses pada suatu tempat dipengaruhi oleh lingkungan dan aktivitas manusia di tempat tersebut. Lingkungan yang sering dipadati penduduk sebagai pusat kegiatan akan memiliki akses yang lebih mudah dibandingkan tempat yang jarang dilalui. Selain itu kunjungan yang dilakukan, misalnya kegiatan pariwisata, keagamaan, pendidikan dan kegiatan lainnya menyebabkan mobilitas masyarakat
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
15
menjadi cukup tinggi. Kunjungan-kunjungan tersebut kemudian membutuhkan akses yang diperbaharui guna menaikan jumlah kunjungan ke lokasi-lokasi tersebut.
2.4.5. Control (Kendali) Control adalah derajat dimana penggunaan dan akses ruang dan kegiatan, dan kreasi mereka, perbaikan, modifikasi, dan pengelolaannya dikendalikan oleh mereka yang menggunakan, bekerja, dan tinggal disana. Manusia menggunakan ruang untuk mengelola pertukaran pribadi dan menuntut hak atas wilayahnya untuk melestarikan sumber daya. Hak spasial pemilik ruang terhadap kendali antara lain: 1.
Hak untuk kehadiran, yaitu hak untuk berada di suatu tempat.
2.
Hak terhadap penggunaan dan tindakan dalam bertingkah laku secara bebas di suatu tempat dan menggunakan fasilitasnya tanpa peruntukan mereka atas diri sendiri.
3.
Hak untuk peruntukan diri sendiri, yakni memonopoli keuntungan tempat.
4.
Hak untuk modifikasi, yakni mengubah tempat sesuai kecocokannya secara subjektif.
5.
Hak untuk penempatan, yakni memberikan hak untuk melewati suatu kota kepada siapapun yang inginkan. Harmoni (congruence) merupakan dimensi utama bagaimana kendali
mempengaruhi keindahan suatu tempat. Harmoni kemudian diartikan sebagai jangkauan dimana seseorang pengguna ruang mengendalikan suatu tempat. Terdapat dua keuntungan dari pengendalian ini, yaitu kesesuaian yang lebih baik dari kendali mereka yang familiar dengan penggunaan tempat. Selain itu juga keamanan, kepuasan, dan kebebasan yang lebih untuk beroperasi. Selain harmoni juga terdapat responsibility (tanggung jawab), yakni mereka yang mengendalikan tempat harus memiliki motif, informasi, dan daya untuk melakukannnya dengan benar, dan komitmen terhadap tempat dan kebutuhan orang lain yang tinggal di dalamnya dan kesedian untuk menerima kegagalan dan memperbaikinya. Dimensi terakhir dari kendali adalah kepastian (certainty), derajat dimana seseorang mengerti sistem kendali dan dapat memprediksi ruang lingkupnya. Kepastian ini
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
16
kemudian membawa perubahan pada bentuk pemukiman masyarakat berdasarkan hal-hal yang sudah diprediksi tersebut.
2.5. Spatial Framing (Pembingkaian Keruangan) Menurut Goffman (1974), frame (bingkai) digunakan untuk menafsirkan pengalaman (Rettie, 2004). Frame bukanlah suatu objek mental, namun merupakan suatu konsep yang menguraikan apa yang sedang terjadi disekitarnya. Frame menjelaskan apa maksud dari berada dalam suatu lingkungan mediasi, dimana lingkungan mediasi dibingkai sebagai ruang atau tempat (Rettie, 2004). Ruang yang dimaksud adalah buatan ilmuwan, insinyur, dan perencana, mereka yang menguraikan praktik spasial, menghasilkan pengetahuan spasial, dan membuat gambar mental, identitas, dan konsepsi (Soja dalam Filmer, 2006). Konsep framing mempengaruhi hal apa yang ditangkap sebagai apa yang terjadi, bergantung pada frame apa yang diterapkan pada suatu produk. Hal ini sesuai dengan yang ditekankan oleh pernyataan Lefebvre, “(Social) space is a (social) product” (ruang sosial merupakan produk sosial). Soja (dalam Filmer, 2006) menjelaskan epitemologi nya terhadap ruang berdasarkan kategori Lefebvre, yaitu perceived, conceived, dam lived. Soja menjelaskan istilah perceived (yang dilihat), bahwa ruang adalah fenomena material yang dapat dikuantitaskan dan diskematisasikan, suatu objek tradisional bagi studi secara fisik. Mediasi kekuatan melalui bentukan terbangun (ruang secara fisik) menjelaskan bagaimana bangunan, atas dasar ruang, merupakan suatu pemaksaan secara dasar bagaimana mereka (pembuat) menegakan batasan tersebut untuk menjadi tindakan. Hubungan manusia dengan lingkungan binaannya muncul dalam struktur bangunan, representasi dan pengetahuan konseptual dalam membangun sikap mental yang diwujudkan dalam tindakan. Conceived (yang dipahami), berkaitan dengan representasi dan gambaran secara spasial. Konsep yang kedua menjelaskan bagaimana spatial framing dibuat berdasarkan konsep yang ingin diterapkan oleh pembuatnya untuk dipahami oleh masyarakat. Sedangkan konsep yang ketiga, lived (yang ditinggali), berorientasi pada ruang sebagai lokus keterbukaan radikal, transgresi, dan inovasi, yakni menjelaskan space
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
17
sebagai “as it is lived”. Hal ini memahami ruang sebagai pusat kejadian, kegiatan, dan praktik yang bersifat kualitatif, mengalir, dan dinamis.
2.6. Jember Fashion Carnaval (JFC) Jember Fashion Carnaval (JFC) adalah sebuah acara karnaval busana yang setiap tahun digelar di Kabupaten Jember, Jawa Timur, sejak tahun 2003 (http://www.koalisiseni.or.id/). Kegiatan ini dilakukan di catwalk sepanjang 3,6 km dari Alun-Alun Kota Jember menuju Gedung Serba Guna Gelanggang Olahraga Kota Jember (GOR ) dengan busana yang unik. Karnaval ini digagas oleh Dynand Fariz sebagai pemilik Rumah Mode Dynand Fariz, dan Presiden JFC sendiri. Menurut Dynand Fariz, JFC merupakan suatu kegiatan yang mengekspresikan kekayaan busana nusantara dan internasional melalui penciptaan sebuah maha karya
busana
yang
unik
dan
spektakuler
masing-masing
peserta
(www.jemberfashioncarnaval.com). Kegiatan ini pada awalnya merupakan agenda tahunan Pemerintah Kabupaten Jember yang diadakan bersamaan dengan hari jadi Kabupaten Jember di Bulan Januari. Akan tetapi pada tahun yang sama (2003), event ini kembali digelar pada Bulan Agustus dalam rangka Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) dan hingga saat ini event ini digelar dalam rangka memeriahkan Jember Multi Event (dulu disebut Bulan Berkunjung ke Jember). Menurut Fariz (2013), JFC merupakan karnaval terbaik Indonesia yang menduduki peringkat keempat untuk karnaval terunik dan terheboh di dunia, setelah Mardi Grass di Amerika Serikat, Rio De Janeiro Brazil, dan The Fastnacht di Jerman. JFC merupakaian rangkaian kegiatan yang dikemas dalam JFC International Event 2013, dengan kegiatan yang dimulai dengan Panting Exhibition, Photo Exhibition, Kuliner, JFC Kids, Artwear, dan puncaknya Grand Carnival. Dalam programnya, JFC mempunyai konsep 4E (Education, Entertainment, Exhibition, dan Economi Benefit). 1.
Education (Pendidikan). Melalui in house training, para peserta diberikan pengetahuan merancang busana, fashion runway, fashion dance, pelatihan berbicara di depan umum (presenter), rias dan make up. JFC yang dilakukan melalui ajang kompetisi ini diharapkan akan melahirkan SDM yang percaya
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
18
diri, dapat pemimpin, maupun melahirkan koreografer, presenter, penyanyi, pengusaha dan lain-lain. 2.
Entertainment (Hiburan). JFC diharapkan menjadi menjadi hiburan bagi masyarakat menyeluruh dari segala lapisan baik profesi, usia, pendidikan, latar belakang ekonomi dan sebagainya.
3.
Exhibition (Pameran). JFC diharapkan menjadi pusat belajar dan riset perihal karnaval fesyen serta menjadi objek pengambilan foto bagi fotografer professional.
4.
Economic Benefit (Pengembangan Perekonomian). Melalui penyelenggaraan peristiwa yang mempunyai konsep yang jelas, SDM yang berkualitas, berkesinambungan, menarik, memperoleh dukungan dari masyarakat, JFC dianggap memungkinkan untuk menjadi potensi wisata unggulan yang dapat menggerakkan potensi wisata lainnya (perhotelan, restoran, transportasi, cinderamata, makanan khas, dan lain-lain). Untuk sifat dari kegiatan JFC sendiri adalah multi tema. JFC memiliki tema
yang berbeda di tiap tahunnya karena melihat event ini sudah bersifat internasional. Berbeda dengan karnaval di daerah lain yang mengembangkan potensi daerahnya, misalnya Kota Solo dengan Solo Batik Carnival (SBC) yang menonjolkan batik, JFC mengembangkan tema dengan cakupan yang luas dan tidak hanya bersifat lokal. Selain itu, JFC juga merupakan kegiatan yang tidak dipungut biaya bagi para pesertanya, selain daripada dana pribadi untuk membuat kostumnya masing-masing yang hendak ditampilkan. Dalam membuat kostum, JFC menggunakan bahan-bahan yang umum dapat ditemukan di Kabupaten Jember. Berbeda dengan karnaval di Negara lain, bahan – bahan tersebut tidak harus baru, namun dapat juga berupa bahan yang dapat didaur ulang dan dikreasikan menjadi sesuatu yang menarik untuk dipasang pada kostum. Hal ini memudahkan warga untuk dapat menjadi peserta JFC karena setiap peserta dibebaskan untuk menggunakan bahan apapun yang dapat dihasilkan dari lingkungannya. Bahan-bahan tersebut misalnya dedaunan, bambu, hingga kain bekas (lihat Gambar 2.3.). Warga juga sangat diharapkan dalam menggunakan kreativitasnya dalam mendesain kostumnya sesuai dengan sub-tema yang diinginkan menggunakan bahan yang ada. Hal ini dilakukan agar peserta dapat
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
19
mengasah kreativitasnya maupun untuk meminimalisir dana yang dikeluarkan mengingat banyaknya jumlah peserta JFC yang masih duduk di bangku sekolah.
Gambar 2.3. Kostum JFC dengan Bahan Utama Bambu [Sumber www.jemberfashioncarnaval.com/, diakses Selasa, 26 Agustus 2014 pukul 22.02 WIB]
2.7. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dilakukan oleh Raudlatul Jannah (2010), “Jember Fashion Carnaval (JFC), Identitas Kota Jember dan Diskursus Masyarakat Jaringan”, dan oleh Maya Widjaja, Serli Wijaya, dan Regina Jokom (2008), “Analisis Penilaian Konsumen terhadap Ekuitas Merek Coffee Shops di Surabaya” Penelitian oleh Raudlatul Jannah meneliti tentang identitas kota Jember yang tidak monolitik. Fokusnya adalah pada konstruksi identitas baru Kota Jember sebagai Kota Karnaval, dimana sebelumnya Jember sudah memiliki 2 identitas lainnya yang seakan “hilang”, yakni Kota Tembakau dan Kota Santri. Pemberitaan media yang ada membantu Kabupaten Jember dikenal dengan JFC-nya sehingga Jember dengan masyarakat yang multikultural dan kekurangan hiburan lokal mudah menerima hal ini. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dengan cross check antara data yang satu dan yang lain. Selanjutnya penelitian oleh Maya Widjaja, dkk. bertujuan untuk menghitung ekuitas merek dari 4 buah coffee shops di Surabaya. Penelitian ini dilakukan dengan Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
20
menggunakan 4 variabel dari Aaker yakni kesadaran merek (brand awareness), asosiasi merek (brand association), kesan kualitas (perceived quality) dan loyalitas merek (brand loyalty). Hasil penelitian yang dilakukan dengan menyebarkan kuesioner sejumlah 90 buah di tiap coffee shop menunjukkan bahwa Starbucks menjadi coffee shop dengan tingkat kesadaran, kesan kualitas, dan loyalitas tertinggi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan metode cross tabulation.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
21
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian Metode penelitian ini merupakan jenis penelitian gabungan antara metode kuantitatif dan kualitatif, yang dikenal sebagai metode mixed methods (metode campuran). Menurut Cresswell (2006) dalam R. Burke Johnson, Anthony J. Onwuegbuzie dan Lisa A. Turner (2012), penelitian metode campuran adalah desain penelitian (atau metodologi) dimana peneliti mengumpulkan, menganalisis, dan menggabungkan (mengintegrasikan atau menghubungkan) baik data kuantitatif dan kualitatif dalam penelitian tunggal atau program penyelidikan multifase. Tipe penelitian metode campuran yang digunakan adalah equal status (pencampuran murni). Tipe penelitian ini menggunakan data dan pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang seimbang, yang mana data dan pendekatan satu dan yang lain saling mempengaruhi dan menambah nilainya.
Gambar 3.1. Grafik Tiga Paradigma Penelitian Utama termasuk Subtipe dari Penelitian Metode Campuran [Sumber: Journal of Mixed Methods Research, 2007]
Metode ini digunakan dalam mengetahui bagaimana pengaruh brand Kota Karnaval secara intangible (tak berwujud) dan tangible (berwujud). Secara kuantitatif, penelitian ini mengkaji bagaimana posisi place branding yang dirasakan oleh masyarakat Jember. Secara kuantitatif, penelitian ini mendekonstruksi hasil penelitian kuantitatif, yakni persepsi masyarakat terhadap brand Kota Karnaval
21
Universitas Indonesia
Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
22
tersebut, serta untuk memetakan wilayah Kota Karnaval di Kabupaten Jember. Pemetaan ini didasarkan pada wilayah-wilayah yang mendapatkan pengaruh dari dimensi kinerja Kota Karnaval. Metode ini diharapkan dapat menjawab tujuan penelitian dengan menghasilkan uraian yang mendalam dari sudut pandang yang utuh dan komprehensif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan dekonstruksi. Dekonstruksi berasal dari bahasa Latin yaitu de dan constructio. Menurut Kutha (2007), prefix de berarti ke bawah, pengurangan, terlepas dari, sedangkan constructio berarti bentuk, susunan, hal menyusun, hal mengatur. Pendekatan dekonstruksi dapat diartikan sebagai pengurangan atau penurunan intensitas bentuk yang sudah tersusun, sebagai bentuk yang sudah baku (Fajrin). Pendekatan dekonstruksi digunakan dalam penelitian ini karena persepsi masyarakat terhadap suatu objek (dalam hal ini brand Kota Karnaval) memiliki penafsiran yang beraneka ragam sehingga perlu dikelompokkan dalam mengetahui akar tafsiranya. Metode dekonstruksi yang digunakan adalah dekonstruksi metaforik yang dikembangkan oleh Derrida. Metafora mewakili salah satu cara dari penyusunan wacana dan secara kuat mempengaruhi pemahaman atas berbagai hal.
3.2. Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dibagi menjadi dua, yakni variabel intangible (tak berwujud) dan variabel tangible (berwujud). Variabel intangible digunakan untuk melihat bagaimana posisi place branding dalam masyarakat Kabupaten Jember, yakni mengkaji efek pembeda positif suatu brand oleh masyarakat yang mendiaminya dan mendapatkan tingkat loyalitas masyarakat terhadap konteks Kota Karnaval. Posisi place branding ini disebut brand equity, yang meliputi aspek brand awareness, brand association, perceived quality, dan brand loyality. Variabel tangible yang diteliti adalah dimensi kinerja Kota Karnaval. Dimensi kinerja mengambarkan bentukan kota yang baik, yang merupakan ukuran yang digunakan dalam mengamati pengaruh Kota Karnaval dalam bentukan-bentukan kota yang dilihat dan dirasakan. Dimensi kinerjadibagi menjadi 5 yaitu vitality, control, fit, access, dan sense.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
23
Tabel 3.1. Operasional Variabel Penelitian Variabel
Indikator
Bentuk Data
Brand Equity Brand Awareness Brand Association Perceived Quality
Pengetahuan/pengenalan, baik dengan atau tanpa bantuan terkait Jember sebagai Kota Karnaval Alasan ketertarikan masyarakat Kabupaten Jember terhadap JFC
Teks
Teks
Keunggulan dan hal-hal yang sesuai dengan harapan masyarakat yang dilihat dari konten acara dan
Teks
kinerja penyelenggara JFC. Keterikatan warga terhadap JFC yang nampak
Brand Loyality
melalui intensitas menyaksikan karnaval serta menceritakan dan mengajak orang lain untuk datang
Teks
menyaksikan JFC. Dimensi Kinerja Kota Bentukan kota yang terbentuk dalam mendukung Vitality
fungsi utama warga Jember dalam bertahan hidup,
Titik/garis/
berlindung, dan kesesuaiannya terhadap struktur area, dan teks biologis manusia akibat pengaruh karnaval Jember Bentuk fisik kota yang dikendalikan, baik akses
Control
ruang dan kegiatan, perbaikan, modifikasi, dan pengelolaannya akibat pengaruh karnaval Jember Bentuk fisik kota yang disesuaikan dengan cara
Fit
berperilaku masyarakat, dan sebaliknya, berkenaan dengan konteks Kota Karnaval.
Access
Bentuk akses yang mengaitkan lokasi-lokasi penting menuju/keluar lokasi utama karnaval Jember.
Titik/garis/ area, dan teks
Titik/garis/ area, dan teks Titik/garis/ area, dan teks
Bentuk fisik kota yang yang memiliki arti, karakter, Sense
fungsi dan aktivitas sosial, serta dapat menjadi alat komunikasi berkenaan dengan konteks Kota
Titik/garis/ area, dan teks
Karnaval. [Sumber: Pengolahan Data, 2014]
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
24
3.3. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel 3.3.1. Populasi Menurut Sugiyono (2003) dalam Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM (2010), “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian. Populasi dalam mengetahui posisi place branding Kota Karnaval adalah seluruh warga masyarakat Kabupaten Jember yang berusia 15-65 tahun (usia produktif). Sedangkan untuk memetakan wilayah Kota Karnaval dan alasan yang mendasari perbedaan persepsi masyarakat terhadap posisi place branding tersebut, populasinya adalah masyarakat Jember yang memiliki pengetahuan mengenai seluk-beluk Kabupaten Jember secara mendalam.
3.3.2. Teknik Penarikan Sampel Sampel diartikan sebagai “sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Semua yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Oleh karena itu, sampel yang diambil dari populasi harus benar–benar representatif” (Sugiyono, 2003 dalam Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM, 2010). Penelitian ini menggunakan dua jenis sampel manusia, yakni sampel untuk meneliti posisi place branding Kabupaten Jember (brand equity) sebagai kota karnaval dengan penelitian secara kuantitatif (responden) dan sampel untuk meneliti karakteristik kinerja Kabupaten Jember yang mendapat pengaruh JFC dengan penelitian secara kualitatif (informan). Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif, penyebaran kuesioner dilakukan dengan teknik pengambilan sampel gabungan antara accidental sampling dan purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang dapat dilakukan sewaktu – waktu sampai jumlah sampel (quota) yang diinginkan terpenuhi, dimana sampel yang digunakan hanyalah yang berusia produktif. Siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristik, maka orang tersebut dapat digunakan sebagai sampel
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
25
(Wulandari, 2011). Penarikan sampel ini dilakukan pada unit analisis kelurahan dan jaringan jalan besar yang menuju kabupaten lain. Teknik penarikan jumlah sampel menurut Rumus Slovin adalah sebagai berikut: n=
N 1 + Ne2
Dimana: n
= Ukuran sampel
N
= Ukuran populasi
e
= Presisi yang digunakan (8%)
Sehingga diperoleh:
n=
2.332.726 1+2.332.726 (0,08)2
= 156,23 ≈ 150 responden
Jumlah ukuran populasi sebanyak 2.362.179 jiwa diambil dari jumlah penduduk secara keseluruhan tahun 2013. Dalam perhitungan ini tidak diambil jumlah penduduk berusia 15-65 tahun karena tidak adanya data yang tersedia pada Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jember. Presisi yang digunakan adalah 8% karena melihat keterbatasan waktu dan tenaga peneliti. Sampel yang digunakan dalam penelitian kualitatif diambil dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Teknik ini memiliki arti bahwa dalam pengambilan sampel, informan sudah ditentukan sebelumnya, yakni mereka yang sudah mengenal seluk-beluk fisik dan sosial Kabupaten Jember secara mendalam. Jumlah sampel yang digunakan kurang lebih berjumlah 10 orang, baik informan yang mendalami tata ruang Jember maupun penduduk lokal yang memiliki pemahaman mendalam mengenai kondisi fisik dan sosial Kabupaten Jember
3.4. Alur Pikir Penelitian Penelitian ini diawali dengan penelitian secara kuantitatif yakni dengan penyebaran kuesioner untuk mengetahui bagaimana loyalitas masyarakat Jember dalam melihat JFC sebagai bentuk mediasi brand Kota Karnaval. Kategori tingkat loyalitas masyarakat terhadap posisi place branding Kota Karnaval dibedakan menjadi loyalitas rendah, loyalitas sedang, loyalitas tinggi, dan loyal (setia).
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
26
Penyebaran kuesioner dilakukan di unit analisis kelurahan dan jaringan jalan besar yang menuju kabupaten lain. Sejumlah 150 responden dibagi sama jumlahnya pada kelurahan di Kota Administratif Jember yang mencakup 3 kecamatan yakni Kaliwates (7 kelurahan), Patrang (8 kelurahan), dan Sumbersari (7 kelurahan) dan di Wilayah Pembantu Bupati Jember di jaringan jalan yang menuju Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten Lumajang. Pada setiap kelurahan dan jaringan jalan kemudian diambil 6 orang responden untuk mencapai jumlah 150 responden. Penelitian selanjutnya dilakukan secara kualitatif dengan wawancara mendalam (in deepth interview) dan observasi lapang. Wawancara mendalam dilakukan untuk mengetahui dasar persepsi masyarakat Jember terhadap konteks Kota Karnaval dengan pendekatan dekonstruksi. Persepsi responden kemudian di kategorikan dan dikembangkan atas dasar lokasi tempat tinggal responden yang dihubungkan dengan aspek-aspek dalam brand equity. Wawancara mendalam juga dilakukan untuk memetakan wilayah Kota Karnaval. Memetakan Kota karnaval juga dilakukan dengan observasi lapang untuk melihat adanya lokasi lain yang kemungkina mendapatkan pengaruh dari JFC. Selain itu, observasi juga dilakukan untuk memastikan kebenaran data yang diperoleh melalui wawancara mendalam. Memetakan wilayah karnaval kemudian dilakukan dengan deliniasi titik, jalur, maupun area yang dipengaruhi JFC, baik ketika event ini berlangsung maupun yang permanen dengan unit analisis batas kelurahan atau desa.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
27
Gambar 3.2. Alur Pikir Penelitian [Sumber: Pengolahan Data, 2014]
3.5. Alur Kerja Alur kerja dalam melakukan penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap, yakni tahap pengumpulan data, tahap pengolahan data, dan tahap analisis data.
3.5.1. Tahap Pengumpulan Data 3.5.1.1. Data Primer Data yang diperlukan untuk penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Menurut Tika (2006:67), data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau obyek yang diteliti, atau yang ada hubungannya dengan yang diteliti. Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini berasal hasil penyebaran kuisioner, wawancara dan observasi lapangan.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
28
Tabel 3.2. Data Primer No.
Data yang Dibutuhkan
Didapat dari
Posisi place branding 1.
Jember sebagai Kota
Kategorisasi kuesioner
Karnaval 2.
Persepsi masyarakat
Kinerja Kota Karnaval 3.
Wawancara mendalam
terhadap JFC
secara temporal dan
Kategorisasi kuesioner, wawancara
permanen
mendalam, dan observasi
[Sumber: Pengolahan Data, 2014]
3.5.1.2. Data Sekunder Data sekunder adalah data penelitian yang berasal dari sumber kedua yang diperoleh dari jurnal, buku-buku, brosur, dan artikel atau yang didapat dari website atau diperoleh dari catatan pihak lain yang berkaitan dengan penelitian ini (Bungin, 2005). Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain: 1.
Data jumlah penduduk Kabupaten Jember tahun 2013 yang diperoleh dari situs Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember.
2.
Peta Wilayah Adiministrasi Kabupaten Jember yang diperoleh dari Badan Informasi Geospasial (BIG).
3.
Data SHP penggunaan tanah Kabupaten Jember yang diperoleh dari Badan Informasi Geospasial (BIG).
4.
Peta Jaringan Jalan Kabupaten Jember yang diperoleh dari Departemen Pekerjaan Umum.
5.
Foto udara atau citra landsat Kabupaten Jember yang diperoleh dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
6.
Jumlah dan lokasi asal peserta JFC tahun terdekat (2013) dari Jember Fashion Carnaval Council (JFCC)
7.
Jumlah kunjungan di hotel-hotel di Kabupaten Jember yang diperoleh dari Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jember.
8.
Sketsa penutupan jalan dan perubahan arus kendaraan akibat JFC yang didapat dari situs Dinas Perhubungan Kabupaten Jember. Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
29
3.5.2. Tahap Pengolahan Data Tahapan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut: 1. Pembuatan peta titik lokasi penyebaran kuesioner di tiap unit analisis kelurahan dan jalan utama kabupaten berdasarkan Peta Administrasi Kabupaten Jember 2. Mengkategorisasikan posisi place branding masyarakat Kabupaten Jember ke dalam kelompok tingkat loyalitas rendah, sedang, tinggi, dan loyal. 3. Mendeskripsikan dan menganalisis transkrip kuesioner, hasil wawancara dan observasi secara deskriptif dalam mengetahui persepsi masyarakat terhadap konteks Kota Karnaval dan pengaruh yang ditimbulkannya secara fisik. 4. Pembuatan peta wilayah Kota Karnaval di Kabupaten Jember berdasarkan dimensi kinerja fisik.
3.5.3. Tahap Analisis Data Dalam suatu penelitian, analisis data dilakukan untuk melihat hubungan dan keterkaitan antara data yang satu dan yang lain. Dalam hal ini metode analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3. Metode Analisis No.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan–1
2.
Tujuan – 2
Jenis Penelitian
Teknik Analisis
Kategorisasi data dan
Deskriptif
deskriptif
Komparatif
Deskriptif
Deskriptif
[Sumber: Pengolahan Data, 2014]
3.5.3.1. Teknik Analisis Deskriptif Komparatif Penelitian deskriptif menurut Nazir (1988) adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem, pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan yang sistematis dari pengaruh Kota Karnaval terhadap persepsi masyarakat. Sedangkan penelitian komparatif menurut Sugiyono (2006) adalah penelitian yang
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
30
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Teknik analisis deskriptif komparatif dilakukan untuk melihat perbedaan persepsi yang terbentuk oleh responden yang tinggal di Wilayah Kota Adminisratif Jember dan Wilayah Pembantu Bupati Jember. Penelitian ini digunakan untuk membandingkan tingkat loyalitas masyarakat Kabupaten Jember melalui aspek brand equity atas dasar persepsi yang terbentuk dalam lingkup wilayah yang berbeda.
3.5.3.2. Teknik Analisis Deskriptif Menurut Taylor dan Bogdan (1984) dalam Agusta (2005), data deskriptif berupa kata-kata lisan atau tulisan dari manusia tentang perilaku manusia yang dapat diamati. Menurut Arikunto (2005) dalam Sulipan (2009), penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Teknik analisis deskriptif ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai lokasi yang mendapatkan pengaruh dari JFC, baik ketika kegiatan ini berlangsung maupun tidak. Dimensi kinerja yang menjadi dasar penentuan Kota karnaval ini kemudian dideliniasi mengikuti batas kelurahan atau desa untuk mendapatkan wilayah Kota Karnaval.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
31
Tahap Persiapan
• Studi literatur terkait topik penelitian • Penentuan sampel, waktu pengamatan, kriteria responden dan informan • Penyusunan kuisioner dan pedoman wawancara • Pembuatan peta kerja dan foto udara. • Menghubungi informan kunci dan menentukan jadwal wawancara
• • • • Tahap Pengumpulan Data •
Tahap Analisis Data
• • • • •
Penyebaran kuisioner kepada responden Wawancara dengan teknik in depth interview pada informan kunci Observasi simbol fisik terkait pengaruh JFC di Kabupaten Jember Pengumpulan data dari intansi terkait Pembuatan catatan harian selama waktu penelitian
Kategorisasi responden berdasarkan tingkat loyalitas Penulisan hasil wawancara ke dalam verbatim tertulis Pembubuhan kode-kode pada materi yang diperoleh (coding) Pengolahan data lapangan Analisis
• Pembuatan peta atau/dan sketsa sebagai hasil penelitian • Kesimpulan Hasil
Gambar 3.3. Alur Kerja Penelitian [Sumber: Pengolahan Data, 2014]
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
32
BAB 4 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1. Administrasi Daerah penelitian terletak di Kabupaten Jember yang merupakan bagian dari Provinsi Jawa Timur, kecuali di Pulau Nusa Barong (lihat Gambar 4.1). Kabupaten Jember ini berada di lereng Pegunungan Iyang dan Pegunungan Ijen yang membentang ke arah selatan sampai dengan Samudera Indonesia. Secara absolut Kabupaten Jember terletak pada 7059’6” – 8033’56” Lintang Selatan dan 113016’28” – 11403’42” Bujur Timur. Batas wilayah administratif Kabupaten Jember adalah sebagai berikut: a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur. b. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. c. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, dengan garis pantai sepanjang 170 km. d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Luas wilayah daratan yang dimiliki oleh Kabupaten Jember mencakup area seluas 3.293,34 km2, sedangkan untuk wilayah perairan yang termasuk ZEE (Zona Ekonomi Ekslusif), luas perairan Kabupaten Jember adalah 8.338,5 km2. Wilayah terluas berada di Kecamatan Tempurejo dengan luas 524,46 km2 (15,92%), sedangkan wilayah terkecil berada di Kecamatan Kaliwates dengan luas 24,94 km2 (0,75%). Kabupaten Jember terbagi ke dalam 31 kecamatan, 226 desa, 22 kelurahan, 966 dusun/lingkungan, 4.127 Rukun Warga (RW) dan 14.166 Rukun Tetangga (RT).
32
Universitas Indonesia
Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
Gambar 4.1. Peta Daerah Penelitian
33
Universitas Indonesia
33
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
34
Tabel 4.1. Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Dusun/Lingkungan, Jumlah RT, Jumlah RW, dan Luas Wilayah per-Kecamatan di Kabupaten Jember No.
Kecamatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
Ajung Ambulu Arjasa Balung Bangsalsari Gumukmas Jelbuk Jenggawah Jombang Kalisat Kaliwates Kencong Ledokombo Mayang Mumbulsari Pakusari Panti Patrang Puger Rambipuji Semboro Silo Sukorambi Sukowono Sumberbaru Sumberjambe Sumbersari Tanggul Tempurejo Umbulsari Wuluhan Jumlah
Jumlah Desa/ Kelurahan 7 7 6 8 11 8 6 8 6 12 7 5 10 7 7 7 7 8 12 8 6 9 5 12 10 9 7 8 8 10 7 248
Jumlah Dusun/ Lingkungan 33 27 26 27 40 24 42 36 17 51 32 24 39 24 26 26 26 38 37 42 14 41 16 27 36 58 33 24 29 26 25 966
Jumlah RW
Jumlah RT
Luas (Km2)
113 198 64 100 253 159 78 93 132 152 152 123 147 109 86 96 91 119 215 150 114 213 78 143 166 103 152 140 123 153 126 4.127
491 637 253 369 570 452 236 524 393 478 490 526 422 347 463 293 423 404 646 517 326 627 258 374 599 426 505 507 441 450 719 14.166
56,61 104,56 43,75 47,12 175,28 82,98 65,06 51,02 54,30 53,48 24,94 65,92 146,92 63,78 95,13 29,11 160,71 36,99 148,99 52,80 45,43 309,98 60,63 44,04 166,37 138,24 37,05 199,99 524,46 70,52 137,18 3.293,34
[Sumber: Buku Profil Hasil Pembangunan Kabupaten Jember, 2013]
Kabupaten Jember terdiri atas 7 Wilayah Pembantu Bupati dan 1 Wilayah Kota Administratif sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1976, dengan rincian sebagai berikut:
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
35
Tabel 4.2. Pembagian Wilayah Kabupaten Jember No.
Wilayah Kabupaten Jember
1.
Kota Administratif Jember
Kecamatan Kaliwates, Patrang, Sumbersari
2.
Arjasa
Arjasa, Jelbuk, Pakusari, dan Sukowono
3.
Kalisat
Ledokombo, Sumberjambe dan Kalisat
4.
Mayang
Mayang, Silo, Mumbulsari dan Tempurejo
5.
Rambipuji Pembantu Bupati
6.
Balung
7.
Kencong
8.
Tanggul
Rambipuji, Panti, Sukorambi, Ajung dan Jenggawah Ambulu, Wuluhan dan Balung Kencong, Jombang, Umbulsari, Gumukmas dan Puger Semboro,
Tanggul,
Bangsalsari
dan
Sumberbaru
[Sumber: jemberkab.go.id, diakses 12 Juni 2014 pukul 21.47 WIB]
4.2. Penggunaan Tanah Kabupaten Jember Penggunaan tanah di Kabupaten Jember didominasi oleh wilayah terbangun seluas 1.568,98 km2 atau 47,64% dari luas seluruh wilayah yang tersebar di seluruh Kabupaten Jember. Wilayah dengan luas penggunaan tanah terbesar kedua adalah kebun/perkebunan dengan 739,04 km2 (22,44%). Luasnya areal perkebunan dikarenakan banyaknya potensi wisata dari Kabupaten Jember yang sedang digalakan saat ini misalnya tembakau di hampir seluruh wilayah Kabupaten Jember, kopi dan kakao di Desa Nogosari, Kecamatan Rambipuji, teh di Kecamatan Mumbulsari, maupun buah-buahan seperti jeruk semboro, durian sumberjambe, dan buah naga yang lahannya tersebar di Kecamatan Umbulsari, Semboro, Sumberbaru, Jombang, Gumukmas, dan Sumberjambe. Ladang dan sawah irigasi juga memiliki persentase penggunaan tanah yang cukup besar mengingat areal persawahan digunakan untuk menanam padi saat musim hujan serta tembakau maupun jagung saat musim kemarau.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
36
Tabel 4.3. Luas dan Persentase Penggunaan Tanah di Kabupaten Jember No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Penggunaan Tanah Perairan Darat Semak Belukar Penguapan Garam Wilayah Terbangun Hutan Kebun/Perkebunan Pasir Sawah Irigasi Sawah Tadah Hujan Tanah Berbatu Tanah Ladang/Tegalan Total
Luas Wilayah (km2) 30,11 224,00 2,39 1.568,98 24,67 739,04 3,14 243,95 50,27 24,96 381,84 3.293,34
Persentase (%) 0,91 6,80 0,07 47,64 0,75 22,44 0,10 7,41 1,53 0,76 11,59 100,00
[Sumber: Pengolahan Data Penggunaan Tanah Kabupaten Jember Tahun 2009, Badan Informasi Geospasial]
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
Gambar 4.2. Peta Penggunaan Tanah Kabupaten Jember
37
Universitas Indonesia
37
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
38
4.3. Place Branding Kabupaten Jember 4.3.1. Kabupaten Jember sebagai Kota Tembakau Kabupaten Jember dengan temperatur udara yang bervariasi, dengan 300C pada musim kemarau dan 150C pada musim penghujan, serta curah hujan yang berkisar antara 1.500-2.000 mm
menjadikan daerah ini
cocok
untuk
pembudidayaan tanaman tembakau. Keberadaan Pegunungan Iyang dan Ijen yang menyebabkan tanah Kabupaten Jember memiliki bahan induk vulkan kemudian juga cocok untuk budidaya tembakau jenis na-oogst (Aprianto, 2011). Pembudidayaan tembakau ini kemudian tidak hanya dilakukan di lokasi tertentu namun menyebar baik di Wilayah Kota Administratif maupun Pembantu Bupati Jember, terutama di utara dan selatan Kabupaten Jember. Akibat keadaan alam yang mendukung, Kabupaten Jember kemudian dikembangkan menjadi wilayah perkebunan tembakau partikelir oleh pemerintah kolonial Belanda. Kabupaten Jember yang pada awalnya berupa hutan belukar pun kemudian mengalami migrasi besar-besaran di abad ke-19 oleh etnis Madura dan Jawa yang tertarik untuk bekerja di perkebunan tembakau sehingga menjadikan daerah ini sebagai daerah paling padat di Kerisedenan Besuki (Arifin, 2006 dalam Jannah, 2010). Kualitas tembakau yang baik dan keuntungan yang tinggi akibat ekspor tembakau ke Jerman di tahun 1960-1970an menyebabkan pemilik modal partikelir Belanda berlomba-lomba mengembangkan usaha ini. Pengembangan usaha ini dilakukan dengan mengajukan hak sewa kepada pemerintah negara kolonial (Aprianto, 2011). Sistem penanaman tembakau ini menyebabkan banyak masyarakat Jember yang menyewakan tanahnya maupun menanam sendiri tanaman tembakau ini sehingga tembakau menjadi komoditas yang terkenal dan ada menyebar di seluruh wilayah Kabupaten Jember. Hal ini lah yang kemudian menimbulkan place branding Kabupaten Jember sebagai Kota Tembakau. Brand Kota Tembakau ini nyatanya tidak bertahan hingga sekarang. Banyaknya gerakan anti rokok yang digencarkan maupun tembakau Afrika dengan harga yang lebih murah kemudian mengurangi jumlah ekspor tembakau Besuki ini. Keberadaan tembakau di Kabupaten Jember masih tetap ada dan dikembangkan namun tidak memiliki pengaruh sekuat tahun 1960-1970an. Hingga kini, konsep
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
39
Kota Tembakau terlihat dari adanya perusahaan atau gudang tembakau yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Jember yang dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara X (PTPN X) di Kecamatan Arjasa. Perusahaan tersebut antara lain Industri Bobbin PTPN X di Desa Jelbuk dan PT. Mangli Djaya Raya di Jl. Hayam Wuruk, Kelurahan Sempusari. Agrowisata tembakau juga hadir di Desa Ajung, Kecamatan Jenggawah. Selain itu, lambang Kabupaten Jember dengan gambar daun tembakau juga mencirikan brand kota tembakau sebagai salah satu kekhasan yang dirintis sejak zaman kolonial Belanda.
Gambar 4.3. Lambang Kabupaten Jember [Sumber: www.kemendagri.go.id, diakses 12 Juni 2014 pukul 07.24 WIB]
(a)
(b)
(c)
Keterangan: (a) = Gudang tembakau di Kecamatan Tanggul (b) = Gudang tembakau di Desa Langsap, Kecamatan Bangsalsari (c) = Perusahaan tembakau, PT. Mangli Djaya Raya di JL. Hayam Wuruk OoooKelurahan Sempusari, Kecamatan Kaliwates
Gambar 4.4. Gudang dan Perusahaan Tembakau di Kabupaten Jember [Sumber: Dokumentasi Pribadi, 7 Mei 2014]
4.3.2. Kabupaten Jember sebagai Kota Santri Kehadiran KH. Shiddiq di Kabupaten Jember tahun 1915 dalam menyebarkan agama Islam dan mengembangkan tradisi pesantren memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk brand Kota Santri. Pondok pesantren yang dibangunnya yakni Pondok Pesantren Kiai Shiddiq menjadi pelopor perkembangan pondok pesantren di Kabupaten Jember hingga jumlahnya kini mencapai ratusan
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
40
yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Jember (lihat Lampiran II). Hal demikian yang menyebabkan Kabupaten Jember dikenal sebagai kota seribu pondok. Selain KH. Shiddiq, Bupati Abdul Hadi yang menjabat sebagai bupati Jember periode 1968-1979 juga turut mengembangkan agama Islam di Kabupaten Jember. Salah satu terobosannya dilakukan melalui pembangunan Masjid Jami AlBaitul Amin (sebelah barat laut Alun-Alun Kota Jember). Pengembanganpengembangan di bidang keagamaan ini kemudian menguatkan konsep Kabupaten Jember sebagai daerah yang religius. Seperti halnya brand Kota Tembakau, brand Kota Santri juga tidak berlangsung lama. Tidak adanya hagemoni pesantren di Kabupaten Jember menyebabkan wilayah sosiokultural Jember tidak hanya disebut terbuka atau bebas, melainkan liar, sehingga semua elemen menentukan bentuknya sendiri (Jannah, 2010). Keadaan ini yang kemudian menyebabkan pondok tidak memiliki bargaining position, yakni posisi yang berpengaruh di masyarakat, meskipun Kabupaten Jember dikenal sebagai kota seribu pondok dengan pondok pesantren yang berjumlah ratusan.
4.3.3. Kabupaten Jember sebagai Kota Karnaval Jember Fashion Carnaval (JFC) merupakan karnaval fesyen pertama di Indonesia dengan jalur terpanjang di dunia yakni 3,6 km yang dibentuk atas inisiatif Dynand Fariz. Keberadaan JFC sebagai media alternatif berupaya untuk menjadikan Jember sebagai kota wisata mode pertama di Indonesia dengan memperkenalkan kostum budaya dari berbagai belahan wilayah di dunia. Tampilan yang unik tersebut membawa karnaval yang dimulai dari Alun-Alun Kota Jember hingga garis akhir di Gedung Serbaguna GOR Kota Jember ini meraih penghargaan MURI (Museum Rekor Indonesia) dan menarik banyak perhatian baik dari dalam maupun luar negeri. Besarnya animo masyarakat ini dapat terlihat dari penonton sejumlah lebih dari 100.000 jiwa yang tumpah ruah di titik dan rute karnaval (Adibah, 2006). Keberadaan media turut membantu melambungkan nama JFC di kancah dunia. Terkenalnya JFC menjadi pelopor karnaval di berbagai wilayah baik di Jawa Timur maupun di luar provinsi. Hal ini kemudian menjadikan JFC yang mewakili
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
41
Provinsi Jawa Timur sebagai ketua dari AKARI (Asosiasi Karnaval Indonesia) yang dibentuk di tahun 2014. AKARI merupakan suatu wadah yang bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bagi kotakota yang menyelenggarakan karnaval untuk kedepannya dapat memiliki karnavalnya sendiri. Menurut Alit Bahtiar dari pihak JFC, selain sebagai wadah, AKARI juga merupakan sarana pembelajaran dalam mengembangan potensi daerah yang dapat diangkat sehingga tidak ada saling mencuri ide. Selain itu menurut Achyarudin, Direktur Pengembangan Wisata Minat Khusus dan MICE Kemenparekraf (Meeting, Incentives, Convention, dan Exhibition Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), AKARI yang terbentuk akibat melihat keberhasilan JFC, juga bertujuan untuk mendorong banyak daerah di Indonesia agar bisa mengatur karnaval sehingga menjadi tontonan dan atraksi bagi wisatawan mengenai penyelenggaraan karnaval modern profesional yang memiliki kode etik (Paradiso.co.id). Pengaruh ini kemudian membawa nama Jember terkenal sebagai Kota Karnaval. Kinerja JFC yang tidak hanya sebagai hiburan gratis, pengaruhnya sebagai pelopor karnaval di kota-kota lain di Indonesia juga membawa nama Kabupaten Jember terkenal dengan karnavalnya. Jember sendiri yang sebelumnya menganut budaya pendalungan sehingga tidak memiliki ciri kesenian dan budaya yang khas menjadi memiliki kekhasan dengan hadirnya JFC. Kurangnya hiburan masyarakat, menurunnya pengaruh brand Kota Tembakau dan Kota Santri, serta perkembangan globalisasi menjadikan JFC sebagai kesenian yang ditunggu-tunggu dan konteks Kota Karnaval juga makin terasa dan diterima di Kabupaten Jember.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
42
BAB 5 PENGARUH JEMBER FASHION CARNAVAL (JFC) DALAM MEMBANGUN BRAND KOTA KARNAVAL
5.1. Posisi Place Branding Kabupaten Jember sebagai Kota Karnaval Place branding yang dilakukan oleh Kabupaten Jember sebagai sarana dalam memasarkan daerah dilakukan dengan memasarkan event. Event yang berupa karnaval unik dengan rute terpanjang di dunia ini menjadi pelopor karnaval modern di Indonesia akibat banyaknya masyarakat yang tertarik untuk menyaksikan maupun meliputnya. Penonton baik dari dalam maupun luar negeri kemudian tumpah ruah di jalur sepanjang 3,6 km ini. Akibat terkenalnya Jember Fashion Carnaval (JFC), event ini kemudian menjadi produk sosial dalam membentuk ruang sosial, yakni Kota Karnaval. Konsep Kota Karnaval timbul dari gambaran yang muncul atas dasar persepsi akibat interaksi sehari-hari warga dengan JFC. Interaksi warga dengan JFC kemudian yang menjadi dasar pengenalan akan karnaval ini. Masyarakat yang mengetahui JFC dapat menentukan apakah tertarik untuk menyaksikan karnaval ini kembali, yang mana menjurus kepada kesetiaannya untuk terus mengikuti perkembangan JFC dengan menjadi penonton yang setia. Persepsi masyarakat ini kemudian menjadi tolak ukur dalam mengetahui posisi place branding Kota Karnaval secara intangible (tak berwujud). Persepsi ini kemudian berbeda-beda tergantung dari lokasi kediaman responden yang diteliti pada 150 responden yang diambil (lihat Lampiran III).
5.1.1. Kaitan Kondisi Wilayah dengan Brand Awareness (Kesadaran Merek) Masyarakat Jember terhadap Jember Fashion Carnaval (JFC) Brand awareness memperlihatkan pada tingkatan apa masyarakat mengenali keberadaan JFC. Tingkatan kesadaran masyarakat terhadap JFC dibagi menjadi top of mind (puncak pikiran), brand recall (pengingatan kembali tanpa bantuan), brand recognition (pengingatan dengan bantuan), dan unware of brand (tidak menyadari).
42
Universitas Indonesia
Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
43
5.1.1.1. Top of Mind (Puncak Pikiran) Berdasarkan hasil penelitian terhadap 150 orang responden di Wilayah Kota Administratif Jember maupun di jalan-jalan utama menuju kabupaten lain, diketahui bahwa 149 responden (99,33%) menyebutkan JFC pertama kali sebagai karnaval yang terkenal di Kabupaten Jember. JFC dengan demikian disadari keberadaannya di puncak pikiran responden, baik yang berjarak absolut 50 m – 30 km dari Alun-Alun Kota Jember. Pengaruh baik media maupun kerabat menjadi sarana penyebaran informasi terutama bagi warga yang tinggal di jalan-jalan kecil yang tidak dilalui kendaraan umum dan bertempat tinggal di Wilayah Pembantu Bupati Jember. Sejumlah 149 responden tidak hanya mengetahui JFC dari satu jenis media komunikasi. Dikenalnya JFC hingga mencapai kancah internasional menyebabkan banyaknya perusahaan meliput acara ini dari berbagai mecam media. Hal ini yang menyebabkan JFC berada di tingkat teratas pada brand awareness masyarakat. Keberadaan media publikasi besar pengaruhnya terutama bagi responden yang tidak tinggal disekitar lokasi karnaval itu sendiri.
Persentase Media Publikasi JFC 4.01%
0.27% Banner
6.42%
TV
6.95%
Kerabat 35.83% 20.32%
Langsung Radio
26.20%
Koran Internet
Gambar 5.1. Persentase Media Publikasi Jember Fashion Carnaval (JFC) [Sumber: Pengolahan Data, 2014]
5.1.1.1.1. Banner (Spanduk) Sejumlah 35,83% media publikasi yang paling besar pengaruhnya adalah banner. Pemasangan banner oleh Jember Fashion Carnaval Council (JFCC) maupun Dinas Perindustrian Perdagangan dan Energi Sumber Daya Mineral (Disperindag dan ESDM) Kabupaten Jember ini berada pada lokasi-lokasi strategis yang sering dilalui masyarakat maupun tempat berkumpul sehingga menarik
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
44
perhatian masyarakat. Jangkauan dari pemasangan banner ini mencapai daerah perbatasan Kabupaten Jember dengan kabupaten lain, misalnya di pintu gerbang masuk Kabupaten Jember dari arah Kabupaten Bondowoso. Hal ini diakui oleh seorang responden yang bertempat tinggal di Desa Suger Kidul, Kecamatan Jelbuk. Responden ini mengaku mengetahui kapan kegiatan JFC dilangsungkan berdasarkan banner yang dipasang di jalan utama menuju Kabupaten Bondowoso hingga di gapura perbatasan ketika rangkaian acara Jember Multi Event akan dan sedang digelar.
5.1.1.1.2. Televisi (TV) Televisi menjadi media komunikasi akan JFC kedua berpengaruh di seluruh wilayah Kabupaten Jember (26,20%). Terkenalnya acara ini menyebabkan tidak hanya perusahaan TV lokal namun juga nasional meliput acara ini sehingga siarannya dirasakan hingga ke seluruh daerah Kabupaten Jember. Salah satu contohnya ada pada responden yang tinggal di Kecamatan Tanggul. Ia mengaku mengetahui adanya JFC melalui siaran TV baik lokal maupun nasional sehingga keberadaan event ini dapat menjangkau lokasi yang berjarak 30 km dari Alun-Alun Kota Jember.
5.1.1.1.3. Kerabat Keberadaan kerabat yang tinggal di sekitar arena karnaval juga dirasa memberikan pengaruh dalam mengetahui JFC. Sejumlah 20,32% media komunikasi yang digunakan adalah berupa kabar yang diberitakan dari mulut ke mulut oleh mereka yang memiliki interaksi dengan JFC, baik yang tinggal disekitar arena karnaval, memiliki hubungan dengan pihak JFCC, maupun mereka yang bekerja di perusahaan non-swasta. Pada umumnya yang menjadi penyalur informasi adalah mereka yang bertempat tinggal di kawasan Kota Jember, yakni Alun-Alun Kota Jember dan sekitarnya dimana lokasi ini menjadi pusat kegiatan kedinasan maupun pelatihan dan event JFC itu sendiri.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
45
5.1.1.1.4. Komunikasi Langsung Responden yang mendapat pemberitaan JFC secara langsung umumnya bertempat tinggal di kawasan Kota Jember maupun masih berada di bangku sekolah. Karnaval yang dilakuan dari Alun-Alun Kota Jember hingga Gedung Serbaguna GOR Kota Jember ini kemudian mendapat perhatian warga yang sedang melintas disekitarnya ketika event ini berlangsung. Selain itu mereka yang datang ke Alun-Alun maupun melewati Perumahan Gunung Batu yang menjadi kantor JFC juga kemudian menyadari adanya JFC. Disamping itu, event JFC yang bertujuan untuk meningkatkan kreativitas pemuda/i Jember juga mengadakan sosialisasi langsung ke sekolah-sekolah yang tersebar di Kabupaten Jember. Hal-hal demikian yang kemudian menjadi alasan adanya media komunikasi JFC secara langsung.
5.1.1.1.5. Radio Keberadaan radio di Kabupaten Jember juga menginformasikan mengenai adanya dan kapan event JFC dilangsungkan. Terdapat beberapa parusahaan radio di Kabupaen Jember namun RRI (Radio Republik Indonesia) di Kelurahan Kebonsari dan Prosalina di Kelurahan Sumbersari, Kecamatan Sumbersari menjadi 2 perusahaan TV yang paling sering disebut responden sebagai media komunikasi akan JFC. RRI menjadi salah satu perusahaan radio yang mempublikasikan JFC karena ikatan perjanjian dengan pihak JFCC yang berkantor tepat di belakang RRI tersebut. Keberadaan 2 perusaahn radio yang berlokasi di Kecamatan Sumbersari ini tidak memiliki jangkauan seluas media komunikasi tanpa kabel serupa yaitu TV sehingga hanya digunakan oleh 6,95% responden dengan jarak terjauh di Desa Suger Kidul, Jelbuk.
5.1.1.1.6. Koran Sejumlah 4,01% media komunikasi yang digunakan untuk menyebarkan adanya JFC adalah koran, baik koran lokal maupun koran provinsi dan nasional. Sebaran responden yang menggunakan koran sebagai media komunikasi menyebar di Kabupaten Jember dan dipengaruhi oleh tingkatan sosial masyarakatnya. Contohnya adalah responden yang tinggal di Perumahan Griya Mangli dan Perumahan Bumi Mangli Permai. Kedua jenis perumahan yang termasuk kriteria
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
46
perumahan kelas menengah ke atas mempengaruhi cara hidup masyarakatnya yakni dengan membaca koran sehingga pemberitaan mengenai JFC didapatkan melalui media publikasi berbayar ini.
5.1.1.1.7. Internet Perkembangan globalisasi mempengaruhi cara masyarakat dalam mengetahui keberadaan JFC. Terdapat 1 responden yang mengaku mengetahui JFC dari pemberitaan di internet. Lokasi tempat tinggal responden yang berada di Desa Suger Kidul, Kecamatan Jelbuk sulit untuk mendapatkan sosialisasi JFC secara langsung sehingga internet menjadi opsi karena dapat mencari berita di manapun selama adanya sarana yang mendukung.
5.1.1.2. Brand Recall (Pengingatan Kembali Tanpa Bantuan) Pengingatan kembali tanpa bantuan dilakukan ketika JFC tidak menjadi karnaval yang khas di puncak pikiran responden sehingga dilakukan pengingatan kembali. Pengingatan ini dilakukan dengan menanyakan apakah responden mengetahui adanya karnaval lain di Kabupaten 41 Jember tanpa menyebutkan JFC. Berdasakan survey kemudian terdapat 1 orang responden yang mengetahui JFC dengaan pengingatan kembali. Responden yang bertempat tinggal di Jl. Bondowoso, Desa Suko Jember, Kecamatan Jelbuk, dengan jarak mencapai 16 km dari Alun-Alun Kota Jember. Responden tidak menyebut JFC namun menyebut karnaval HUT-RI di Kecamatan Jelbuk sebagai karnaval yang terkenal dari daerah tempat tinggalnya. Karnaval di Kecamatan Jelbuk yang menarik perhatian responden ini tidak hanya menampilkan pakaian adat dan pejuang oleh pelajar, namun juga menampilkan kostum yang besar dan unik seperti halnya tema-tema defile JFC. Keunikan dari karnaval di Kecamatan Jelbuk yang bercirikhaskan JFC mempengaruhi persepsi responden sehingga karnaval yang berbeda dari karnaval HUT –RI pada umumnya ini menarik perhatian responden. Persepsi manusia yang terbangun berdasarkan interaksi menyebabkan karnaval yang selalu melewati Jl. Bondowoso tepat di depan rumah responden ini berada di tingkatan kesadaran utama. Selain itu, responden yang tidak pernah menyaksikan JFC secara langsung
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
47
maupun menyaksikannnya hanya sebanyak 1-2 kali di TV juga menyebabkan sense akan JFC sangat kurang. Responden disamping itu juga mengaku hanya beberapa kali berjalan-jalan menuju ke arah pusat Kota Jember sehingga tidak melihat banner maupun latihan dan acara JFC sendiri. Sejumlah 150 responden yang di wawancarai tidak memiliki tingkat kesadaran brand recognition atau unware of brand terhadap JFC. JFC yang sudah berlangsung selama 12 tahun mempengaruhi persepsi masyarakat Kabupaten Jember sehingga keseluruhan responden mengetahui adanya event ini dengan 149 diantaranya menyebutkan JFC sebagai karnaval yang khas di puncak pikiran. Untuk responden yang berlokasi di Wilayah Kota Administratif Jember, keseluruhannya mengetahui adanya JFC di puncak. Sedangkan responden di Wilayah Pembantu Bupati Jember terdapat satu orang di Desa Suko Jember yang menggunakan pengingatan kembali. Hal ini dipengaruhi kurangnya interaksi responden terhadap JFC, baik melalui media maupun secara langsung. Lebih lanjut, tidak adanya interaksi secara langsung dipengaruhi jarak absolut menuju Kota Jember sejauh 16 km. Hal ini dipengaruhi oleh sulitnya akses responden untuk menyaksikan JFC karena tidak adanya kendaraan pribadi yang dapat digunakan karena selalu digunakan kerabatnya untuk bekerja. Penggunaan kendaraan umum dirasa menyulitkan responden karena harus mengeluarkan dana yang jauh lebih mahal untuk menaiki 2 jenis kendaraan.
5.1.2. Kaitan Kondisi Wilayah dengan Brand Association (Asosiasi Merek) Masyarakat Jember terhadap Jember Fashion Carnaval (JFC) Brand association merupakan segala sesuatu yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan ingatan konsumen terhadap suatu merek, yakni pencitraan suatu merek yang tercermin dari kesan tertentu sehubungan dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga pesaing, selebritis, dan lain-lain (Widjaja, 2007). Dalam hal ini, dimensi asosiasi merek yang diteliti adalah brand favorability, yakni asosiasi yang berhubungan dengan ketertarikan responden terhadap JFC berdasarkan persepsi yang terbentuk. Persepsi ketertarikan masyarakat yang timbul terhadap JFC kemudian dikaitkan dengan kondisi wilayah
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
48
dari lokasi tempat tinggal responden. Penelitian ini dilakukan dengan melihat ketertarikan dari sejumlah 134 responden yang pernah menyaksikan JFC.
Persentase Asosiasi Brand Favorability 5% 5%
Dekat
7%
Orisinalitas Menarik
59%
24%
Terkenal Mendukung Kerabat
. Gambar 5.2. Persentase Asosiasi Brand Favorability [Sumber: Pengolahan Data, 2014]
5.1.2.1. Dekat Terdapat 59% responden (79 orang) yang tertarik untuk menyaksikan JFC karena karena faktor kedekatan. Dalam hal ini, faktor “dekat” tidak hanya melihat jarak sesungguhnya namun ditunjang dari kemudahan akses dan moda transportasi yang digunakan. Kemudahan dalam menjangkau suatu lokasi menjadi alasan terkuat dalam menyaksikan JFC. Responden yang menyaksikan JFC karena faktor kedekatannya ini bervariasi, baik mereka yang kediamannya di sekitar lokasi karnaval (Kelurahan Kepatihan dan Sumbersari) maupun yang tidak.
Pensentase Penggunaan Moda Transportasi menuju JFC dalam Asosiasi Brand Favorability Dekat 4%
2% 3%
1%
Sepeda Motor Berjalan Kaki
5% 23%
Kendaraan Umum Menyewa Kendaraan
62%
Becak Ojek Mobil Pribadi
Gambar 5.3. Persentase Penggunaan Moda Transportasi Menuju JFC dalam Asosiasi Brand Favorability Dekat [Sumber: Pengolahan Data, 2014]
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
Gambar 5.4. Peta Sebaran Responden dengan Brand Association Dekat
49
Universitas Indonesia
49
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
50
Berdasarkan Gambar 5.4 di atas, diketahui bahwa terdapat variasi jenis moda transportasi yang digunakan dalam menyaksikan JFC. Pemilihan moda transportasi yang digunakan kemudian memiliki korelasi dengan akses jalan dari lokasi tempat tinggal responden menuju JFC dalam membentuk konsep “dekat”.
5.1.2.1.1. Moda Transportasi Sepeda Motor Sejumlah 62% responden (49 orang) yang tertarik menyaksikan JFC karena faktor kedekatan, menggunakan moda transportasi sepeda motor. Menurut Job Pamungkas, Sie. Kebudayaan Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jember, sepeda motor merupakan jenis kendaraan yang paling umum dimiliki seluruh rumah tangga di Kabupaten Jember. Tidak tersedianya kendaraan umum yang dapat mencapai seluruh daerah di Kabupaten Jember menyebabkan minimal setiap rumah tangga di Kabupaten Jember memiliki 1 buah sepeda motor demi efisiensi mencapai daerah lain. Hal ini lah yang juga terjadi di Wilayah Kota Administratif Kabupaten dan Pembantu Bupati Jember, karena kendaraan umum yang tidak melalui seluruh daerah di Kabupaten Jember. Selain karena alasan efisiensi, sepeda motor juga memudahkan masyarakat yang ingin menyaksikan JFC karena moda transportasi ini bisa menggunakan ruang yang cukup sempit saat berada di kerumunan masyarakat. Sejumlah 48 responden dari total 78 responden di Wilayah Kota Administratif Jember dengan jarak terjauh 10 km dari Alun-Alun Kota Jember di Kelurahan Kranjingan, Kecamatan Sumbersari tertarik menggunakan sepeda motor karena tidak adanya kendaraan umum yang melintas serta lebih efisien. Efisiensi ini mengacu pada pemilihan rute yang mana dengan sepeda motor, responden dapat melalui jalan lokal. Kondisi jalan di Kabupaten Jember yang sebagian besar sudah di aspal memudahkan akses bagi mereka yang memiliki kendaraan untuk dapat melintas di jalan lokal di Kabupaten Jember. Terdapat 1 responden di Wilayah Pembantu Kabupaten Jember yang menyatakan tertarik menyaksikan JFC karena jaraknya yang dekat. Kediamannya yang berada di Desa Sempolan, Kecamatan Silo, ± 21 km dari Alun-Alun Kota Jember menggangap jarak tersebut dekat apabila dikendarai dengan sepeda motor. Responden tidak menampik bahwa jarak sejauh 21 km bukan lah jarak yang jauh,
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
51
namun persepsi “dekat” ini terbentuk akibat komparasi menyaksikan JFC dengan karnaval lain di Kabupaten Banyuwangi. Untuk dapat menyaksikan karnaval di Banyuwangi Ia harus mengendarai motornya selama ± 2 jam sedangkan untuk ke pusat Kota Jember hanyalah ± 1 jam. Hal inilah yang kemudian membedakan persepsi masyarakat di Kabupaten Jember antara yang berada di Kota Administratif maupun di Wilayah Pembantu Bupati.
5.1.2.1.2. Moda Transportasi Kendaraan Umum (Lin dan Kol) Kendaraan umum atau lin menjadi salah satu opsi bagi 3 responden yang kediamannya berlokasi di Wilayah Kota Administratif Jember dan berada di sekitar jalan raya. Tiga orang dari responden ini meliputi 1 orang yang berkediaman di Jl. Hayam Wuruk (Kelurahan Kaliwates), dan 2 orang lainnya di Jl. Rasamala (Kelurahan Baratan). Mereka menggunakan lin karena jarak dari rumah responden ke jalan utama perlintasan kendaraan umum yang kurang dari 1 km sehingga dapat dicapai dengan berjalan kaki. Penggunaan lin memiliki asosiasi “dekat” karena dengan menggunakan moda transportasi tersebut, responden dapat mencapai lokasi terdekat penutupan jalan karnaval kurang dari 15 menit dengan satu jenis kendaraan. Hal ini yang kemudian menjadi dasar asosiasi “dekat”. Selain waktu yang singkat dan kemudahan mencapai tempat, penggunaan lin juga dirasa efisien karena tidak harus memarkirkan kendaraannya. Penuhnya lokasi karnaval dengan penonton menyulitkan dalam memarkirkan maupun mengeluarkan kendaraan saat acara selesai serta rawan dengan kasus pencurian sepeda motor. Responden yang berlokasi di Kecamatan Tanggul dengan jarak ± 30 km dari Alun-Alun Kota Jember juga tertarik menyaksikan JFC karena pengaruh dekat. Persepsi dekat dalam hal ini tidak melihat dari kondisi sebenarnya di lapangan. Responden yang berkuliah di Universitas Jember ini melalui jarak tempuh yang sama baik ketika hendak berkuliah dari rumahnya di Kecamatan Tanggul maupun untuk menyaksikan JFC yang keduanya berlokasi di Wilayah Kota Administratif Jember. Kebiasaan yang terbentuk setiap minggunya menggunakan kol dan lin ini membentuk persepsi “dekat” meskipun waktu tempuh responden dapat mencapai 1,5 jam.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
52
5.1.2.1.3. Moda Transportasi Menyewa Kendaraan Umum (Lin dan Kol) Dalam menyaksikan JFC, responden juga menyewa kendaraan umum sebagai sarana transportasi, seperti lin dan kol. Terdapat 3 orang responden yang menyewa kendaraan dalam menyaksikan JFC bertempat tinggal di Kelurahan Bintoro, Jumerto, dan Kranjingan yang termasuk dalam Wilayah Kota Administratif Jember. Masyarakat menggunakan moda transporasi ini karena lebih efisien dalam membawa jumlah penumpang yang banyak disaat tidak terdapat kendaraan yang melintas di lokasi-lokasi tersebut. Kendaraan umum yang ada di Kabupaten Jember hanya melintasi titik-titik ramai yang menjadi pusat kegiatan masyarakat sehingga tidak semua desa dan kelurahan dilalui lin seperti halnya kelurahan Bintoro, Jumerto, dan Kranjingan. Ketidakadaan kendaraan umum menyulitkan dalam menyaksikan JFC sehingga menyewa kendaraan dapat menjadi opsi dalam mengantarkan warga sesuai dengan lokasi tujuan mereka. Hal ini yang kemudian menjadikan asosiasi dekat karena kemudahan mencapai lokasi tujuan yang efisien dengan satu jenis kendaraan.
5.1.2.1.4. Moda Transportasi Becak Becak yang dipengaruhi oleh tenaga manusia dapat mengantarkan responden yang hendak menyaksikan JFC dengan jarak 2-3 km. Becak yang memiliki asosiasi dengan tenaga manusia ini kemudian memiliki image jarak tempuh yang dekat sehingga dalam mencapai suatu lokasi dengan menggunakan becak dirasa “dekat”, demikian sebaliknya. Contoh pengguna moda transportasi ini adalah responden yang berada di Kelurahan Sumbersari dan Kelurahan Tegal Gede (Wilayah Kota Administratif Jember) dengan jarak tempat tinggal ± 1-2 km dari Alun-Alun Kota Jember.
5.1.2.1.5. Moda Transportasi Ojek Moda transportasi ojek digunakan untuk jenis perjalanan yang dianggap dekat karena dipengaruhi oleh biaya yang cukup mahal. Selain itu, konteks “dekat” juga dipengaruhi oleh efisiensi responden yang dapat melalui jalan lokal dalam menyaksikan JFC serta turun langsung di lokasi tujuan. Nilai efisiensi ini timbul
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
53
karena kediaman responden yang tidak dilalui kendaraan umum. Responden yang menggunakan kendaraan ojek untuk menyaksikan JFC memiliki jarak sejauh 4-5 km dari Alun-Alun Kota Jember, misalnya di Kelurahan Kebon Agung (Wilayah Kota Administratif Jember). Tidak tersedianya kendaraan umum serta lokasi kediaman warga sejauh 4-5 km dari jalur angkutan umum terdekat (Jl. Gajah Mada) menyebabkannya menggunakan moda transportasi ini.
5.1.2.1.6. Moda Transportasi Mobil Pribadi Mobil juga digunakan sebagai sarana transportasi untuk menyaksikan JFC. Kendaraan pribadi ini digunakan oleh salah seorang responden di Kelurahan Banjarsengon, Patrang dimana di daerah ini juga tidak dilalui kendaraan umum. Responden dengan jarak kediaman sejauh ± 5 km ini menggunakan moda transportasi mobil karena efisien dan dapat memuat banyak penumpang sehingga Ia dan keluarganya dapat bersama-sama menyaksikan JFC.
5.1.2.1.7. Moda Transportasi Berjalan Kaki Selain menggunakan kendaraan umum maupun pribadi, terdapat juga 18 responden di Wilayah Kota Administratif Jember dengan brand favorability kedekatan yang berjalan kaki dalam menyaksikan JFC. Mereka yang berjalan kaki memiliki variasi jarak antara 50m–5km. Menurut responden, JFC dapat dicapai dengan berjalan kaki karena banyaknya pengunjung yang akan menyulitkan ketika memarkir atau mengendarai kendaraan. Pencurian kendaraan bermotor yang terjadi setiap tahunnya ketika event ini berlangsung juga membuat responden berwaspada sehingga tidak menggunakan sepeda motor sebagai sarana berkendara. Selain itu mereka yang berjalan kaki umumnya akan beramai-ramai berjalan menuju acara JFC sehingga berjalan kaki menjadi umum dilakukan untuk menyaksikan JFC. Hal inilah kemudian yang menyebabkan persepsi masyarakat terhadap faktor kedekatan. Berjalan bersama yang sudah menjadi hal yang umum dirasa lebih mudah dibandingkan dengan menggunakan kendaraan pribadi yang sulit untuk mencapai lokasi yang sudah dipenuhi oleh penonton JFC. Responden yang berjalan kaki menuju lokasi karnaval lebih mudah dalam masuk ke dalam kerumunan warga dibandingkan mereka yang membawa kendaraan umum. Selain
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
54
itu kondisi jalan di hampir seluruh wilayah Kabupaten Jember yang sudah dilakukan pengaspalan juga menjadi alasan persepsi ini. Responden berjalan di jalan yang sudah baik dan tidak rusak sehingga memudahkan dalam mencapai lokasi karnaval.
5.1.2.2. Orisinalitas Orisinalitas menjadi salah satu alasan ketertarikan masyarakat untuk menyaksikan JFC. Nilai orisinal mengacu pada JFC sebagai karnaval fashion pertama dan pelopor di Indonesia. Hal ini diperlihatkan oleh 21 orang responden yang melihat Kabupaten Jember sebagai daerah pertama yang mengadakan karnaval fashion di Indonesia sehingga tertarik untuk menyaksikan JFC dari daerah pelopor itu sendiri. Menurut Alit Bahtiar, jenis karnaval yang diusung oleh Kabupaten Jember memang berbeda dan pertama kalinya ada di dunia. “Yang bikin beda dari negara yang lain adalah selain rutenya, kita menyatukan fashion sama karnaval. Kalo yang lain-lain itu kan kota fashion atau kota karnaval sendiri, sementara di Jember itu kita jadikan satu kota fashion karnaval”
Orisinalitas JFC ini dibuktikan dengan banyaknya karnaval yang kemudian muncul dengan konsep yang serupa dengan JFC. Selain di dalam lingkup Kabupaten Jember, JFC juga memberikan pengaruhnya kepada daerah-daerah sekitarnya di Provinsi Jawa Timur hingga daerah lain di Indonesia. Hal ini terlihat dari banyaknya karnaval yang kemudian bermunculan sejak tahun 2010, Karnavalkarnaval tersebut antara lain: 1. Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur, dengan Karnaval Umum HUT RI sejak tahun 2011. 2. Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur, dengan Pandaan Festival sejak tahun 2010. 3. Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur, dengan Probolinggo Botanical Carnival.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
55
4. Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur, dengan Lumajang on the Street and Stage Carnival (LOSS) sejak tahun 2011. 5. Kota Malang, Provinsi Jawa Timur, dengan Malang Flower Carnival (MFC) sejak tahun 2010. 6. Kota Batu, Provinsi Jawa Timur, dengan Batu Flower Festival (BFF) sejak tahun 2009. 7. Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur, dengan Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) sejak tahun 2011. 8. Kota Kediri, Provinsi Jawa Timur, dengan Kediri Fashion Carnival sejak tahun 2010. 9. Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah, dengan Kudus Arts and Fashion Carnival (Karshival) sejak tahun 2011. Daftar di atas merupakan contoh dari karnaval-karnaval yang terbentuk oleh pemerintah daerah setempat dalam mengangkat nama tiap-tiap daerah di kancah internasional seperti layaknya JFC. Manurut Bapak Job Pamungkas, Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) misalnya, mengundang Dynand Fariz sendiri dalam memberikan pelatihan – pelatihan karnaval. Pihak JFC memberikan show, pelatihan mengolah bahan daur ulang, mendesain dan menjahit kostum, hingga penampilan di panggung dan di kamera. Nilai orisinalitas JFC ini dirasakan oleh 21 responden, dimana 16 orang diantaranya berada di dalam Wilayah Administratif Jember dan 5 orang lainnya berada di Wilayah Pembantu Bupati Jember, dengan rincian 2 orang responden dari Kecamatan Bangsalsari, 2 orang dari Kecamatan Sumberbaru, dan 1 orang dari Kecamatan Pakusari (lihat Lampiran IV). Untuk responden yang menyaksikan JFC di Wilayah Kota Administratif Jember dan Kecamatan Pakusari, persepsi orisinal dikarenakan mereka acap kali menyaksikan JFC. Para responden mengetahui bahwa event yang digelar sejak tahun 2003 ini merupakan karnaval fesyen modern pertama di Indonesia sehingga mereka mendukung kegiatan yang orisinil dari Kabupaten Jember. Banyaknya kabupaten dan provinsi lain yang kemudian mengikuti hal yang serupa menambah nilai JFC sebagai karnaval pelopor.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
56
Responden yang menyaksikan JFC di Kecamatan Bangsalsari dan Sumberbaru memiliki alasan lain atas dasar persepsi ini. Adanya kegiatan TAJEMTRA, singkatan dari Tanggul Jember Tradisional merupakan lomba gerak jalan dari Alun-Alun Tanggul ke Alun-Alun Kota Jember sejauh 30 km. Kegiatan yang dilakukan sejak tahun 1970-an ini kemudian dimasukan dalam rangkaian acara BBJ sejak tahun 2007 juga bersama dengan kegiatan JFC. Kegiatan gerak jalan yang dibuka oleh para talent JFC ini menyiratkan bahwa JFC adalah karnaval pelopor dan patut didukung keberadaannya.
5.1.2.3. Menarik Dampak positif JFC bagi sebagain besar responden adalah menjadi hiburan gratis tiap tahunnya. Hiburan gratis ini menjadi event yang ditunggu-tunggu karena masyarakat ingin melihat tampilan peserta yang unik. Sejumlah 9 orang responden (7%) yang menyatakan JFC menarik didasakan pada tampilan para talent. Responden yang menyaksikan JFC karena persepsi menarik tersebar di beberapa kelurahan (lihat Lampiran V). Pada Wilayah Kota Administratif Jember, ketertarikan menyaksikan JFC karena menarik berasal dari Kelurahan Patrang, Baratan, Gebang, Jember Kidul, Sumbersari, dan Banjarsengon. Sedangkan yang berasal dari Wilayah Pembantu Bupati Jember adalah Desa Kertosari dan Suger Kidul. Responden yang berasal dari Wilayah Kota Administratif Jember dan Desa Kertosari memiliki persepsi bahwa JFC menarik karena kurangnya kegiatan seni di kabupaten ini. JFC sebagai kegiatan seni dengan tampilannya yang unik menarik perhatian responden. Kabupaten Jember yang dirasa kurang hiburan menjadi alasan utama sehingga responden mengusahakan untuk menyaksikan event yang bertaraf internasional ini. Kurangnya tempat-tempat hiburan kemudian dipengaruhi oleh penggunaan tanah Kabupaten Jember yang didominasi oleh hutan dan sawah (lihat Gambar 4.2). Meskipun berada dalam konteks Kota Administratif, namun masih terdapat banyak daerah yang didominasi oleh kawasan hijau, demikian juga dengan Desa Kertosari, Pakusari yang berlokasi tepat di timur Kelurahan Sumbersari. Hal
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
57
ini sesuai dengan pernyataan Bapak Job Pamungkas, Sie. Kebudayaan Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Jember. “Jember itu kan miskin tempat-tempat hiburan, sehingga kalo ada keramaian itu kan mesti seperti laron, ada lampu laron gitu. Jadi kita miskin tempat-tempat hiburan termasuk kita obyek wisata”
Bagi responden yang tinggal di Desa Sumber Kidul menyaksikan JFC dianggap menarik selain atas dasar kurangnya hiburan juga atas perbandingan dengan kabupaten lain. Responden yang tinggal di daerah perbatasan antara Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso mengaku lebih tertarik menyaksikan JFC karena melihat perkembangan Kabupaten Jember yang dirasa lebih berkembang dalam hal pembangunan dibandingkan Kabupaten Bondowoso. Lebih lanjut, perkembangan pembangunan ini berpengaruh pada kinerja pihak JFC maupun Pemerintah Kabupaten Jember dalam menyelenggarakan karnaval. Selain karena JFC yang dirasa lebih baik dibanding karnaval Bondowoso, pembangunan daerah menyebabkan lokasi perbelanjaan di Kabupaten Jember dinilai lebih banyak dan lebih modern. Alasan tambahan ini menyebabkannya lebih tertarik menyaksikan JFC karena setelah event ini berakhir, responden dapat berbelanja di Kota Jember. Hal ini lah yang menjadi pembeda persepsi responden yang menyaksikan JFC atas dasar “menarik”.
5.1.2.4. Terkenal Masyarakat yang menyaksikan JFC juga tertarik hadir karena asosiasi karnaval ini yang terkenal. JFC mulai melambung namanya sejak banyaknya publikasi yang menyororti event ini, baik dari dalam maupun luar negeri. Setelah beberapa media mulai menyoroti dan melihat adanya keunikan karnaval ini, publikasi juga makin gencar dilakukan sehingga JFC meraih peringkat 1 liputan foto karnaval dunia (http://www.garudatimurnews.com/). Terdapat 7 dari 134 responden yang menyaksikan JFC karena konteks terkenal (lihat lampiran VI). Responden-responden ini berasal dari Kecamatan Sumbersari dan Kaliwates (Wilayah Kota Administratif), serta Kecamatan Arjasa,
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
58
Pakusari, dan Silo (Wilayah Pembantu Bupati). Terlihat lokasi kediaman responden bervariasi dan tidak disekitar Aun-Alun sebagai jantung Kota Jember dengan jarak terdekat di Kecamatan Kaliwates sejauh 5 km. Pengaruh publikasi JFC yang cukup gencar menarik perhatian responden karena keingintahuannya atas hiburan yang menjadi perbincangan baik oleh kerabat maupun media massa. Baik responden yang tinggal di Wilayah Kota Administratif maupun Wilayah Pembantu Bupati memiliki alasan yang serupa atas persepsi JFC yang terkenal.
5.1.2.5. Mendukung Kerabat Event JFC yang sebagian besar diikuti oleh warga Jember sendiri menjadi salah satu alasan responden untuk datang menyaksikan (lihat Lampiran VII). Terdapat 7 orang responden yang menyaksikan JFC karena faktor mendukung kerabat yang menjadi peserta. Secara tidak langsung keberadaan peserta yang mengikuti JFC maupun mereka yang menyaksikannya atas dasar mendukung kerabat mendukung keberlangsungan event ini setiap tahunnya, terutama bagi mereka yang mengikuti dan menyaksikan acara ini berkali-kali. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dukungan yang diberikan terhadap JFC dalam konteks ini tersebar hingga lokasi terjauh di Kecamatan Silo (lihat Lampiran VII). Hal ini menunjukkan bahwa JFC menjadi produk sosial yang tidak hanya didukung keberadaannya oleh pihak JFCC dan Pemerintah Kabupaten Jember (Pemkab Jember) semata melainkan juga oleh masyarakatnya. Dukungan ini diberikan karena banyaknya nilai positif akibat JFC, baik terhadap peserta sendiri dalam melatih kreativitas maupun Kabupaten Jember yang namanya terangkat oleh ide kreativitas yang dituangkan ke dalam bentuk karnaval.
5.1.3. Kaitan Kondisi Wilayah dengan Perceived Quality (Kesan Kualitas) Masyarakat Jember terhadap Jember Fashion Carnaval (JFC) Perceived quality dalam penelitian ini mengkaji persepsi masyarakat Kabupaten Jember terhadap keunggulan JFC, baik dari segi acara maupun kinerja yang dilakukan oleh pihak JFCC dan Pemkab Jember berdasarkan maksud yang diharapkan responden. Perceived quality terhadap JFC terbagi menjadi kesan positif dan negatif.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
59
Gambar 5.5. Persentase Kesan Kualitas Masyarakat Jember terhadap JFC [Sumber: Pengolahan Data, 2014]
Pada kesan kualitas yang positif, sebanyak 76% responden (114 orang) cukup puas dengan adanya JFC (lihat Lampiran IX). Hal ini mencakup acara yang bagus dan menghibur (52,67%; 79 responden), kinerja pihak JFC dan Pemkab Jember yang cukup baik (22%; 33 responden), dan adanya kerjasama antara pihak penyelenggara JFC dengan pihak lain, terutama dengan pihak masjid (1,33%; 2 responden). Sedangkan kesan kualitas yang buruk juga dirasakan oleh 24% responden (36 orang) (lihat Lampiran X), yang mencakup penonton JFC yang tidak tertib (14,67%, 22 responden), penyalahgunaan aliran dana APBD (2,67%, 4 responden), sistem acara yang belum baik dan disiplin (2%, 3 orang), rawan keamanan (1,33%, 2 responden), publikasi JFC yang belum gencar (0,67%, 1 responden), pihak JFC bekerja tanpa bantuan pihak lain (0,67%, 1 responden), dan 2% (3 responden) yang tidak terlalu mengetahui tentang JFC sehingga tidak memiliki komentar untuk kualitas JFC maupun kinerja penyelenggaranya.
5.1.3.1. Perceived Quality Positif Berdasarkan Gambar 5.5 terlihat bahwa responden yang memiliki kesan positif jauh lebih besar persentasenya dibandingkan dengan yang negatif. Responden dengan kesan kualitas positif tersebar baik di Wilayah Kota Administratif Jember maupun di Wilayah Pembantu Bupati (lihat Lampiran IX).
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
60
5.1.3.1.1. Acara Bagus dan Menghibur Terdapat 79 responden (52,67%) yang memiliki kesan kualitas baik terhadap JFC atas dasar acara yang bagus dan menghibur, dengan rincian 70 dari 132 responden di Wilayah Kota Administratif Jember (53,03%) dan 9 dari 18 responden di Wilayah Pembantu Bupati Jember (50%). JFC sebagai event internasional yang dalam menyaksikannya dapat secara gratis menyebabkannya menjadi hiburan yang dapat disaksikan seluruh kalangan masyarakat. Ramainya JFC oleh penonton seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya dipengaruhi oleh kurangnya tempat hiburan di Kabupaten Jember. Hal ini yang kemudian mendasari persepsi responden bahwa event unik yang hadir di Kabupaten Jember dimana pusat hiburan sangat minim menjadi acara ditunggu karena menghibur.
5.1.3.1.2. Kinerja Penyelenggara Baik Responden yang puas dengan acara JFC karena kinerja Pemkab Jember dan JFCC yang dirasa baik ada sejumlah 33 responden (22%) dengan rincian 28 responden (21,21%) di Wilayah Kota Administratif Jember dan 5 responden (27,78%) di Wilayah Pembantu Bupati Jember. Seperti halnya dengan konteks acara yang bagus dan menghibur, kinerja yang baik ini juga dilihat atas persepsi yang sama antara responden di kedua wilayah tersebut. Event JFC yang selalu ada di setiap tahunnya sejak 2003 mengacu kepada kinerja penyelenggara yang dinilai sukses dalam mengadakan acara ini. Selain itu, dikenalnya Kabupaten Jember di kancah dunia juga menjadi salah satu alasan. Kondisi lingkungan Kabupaten Jember yang kemudian banyak didatangi wisatawan domestik maupun asing juga dinilai akibat kinerja penyelenggara. Wisatawan yang tidak hanya datang ke Kota Jember untuk menyaksikan JFC namun juga ke tempat-tempat wisata di Kabupaten Jember menjadi dasar persepsi responden di wilayah Kota Administratif maupun Pembantu Bupati Jember.
5.1.3.1.3. Ada Kerjasama dengan Pihak Lain Terdapat 2 orang responden yang puas dengan JFC karena penyelenggaranya mengadakan kerjasama dengan pihak lain. Respondenresponden ini bertempat tinggal di Kelurahan Kaliwates dan Kelurahan Tegal Gede
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
61
(Wilayah Kota Administratif Jember). Kedua responden ini puas dengan JFC karena menghormati sebagian besar penduduk Jember yang beragama muslim. Ketika waktu untuk shalat tiba, pihak penyelenggara mempersilahkan masyarakat untuk melakukan ibadah terlebih dahulu. Responden baik yang tinggal di Kelurahan Kaliwates (500 m dari Jl. Gajah Mada) maupun di Kelurahan Tegal Gede (±1,5 km dari Alun-Alun Kota Jember) ini tergolong dekat untuk pulang dan melakukan ibadah di kediamannya. Akan tetapi, keberadaan 2 masjid di sekitar lokasi karnaval seperti Masjid Baitul Amin di barat laut Alun-Alun Kota Jember maupun Masjid Al-Huda di Jl. Gajah Mada memudahkan mereka sehingga tidak perlu pulang untuk melakukan shalat.
5.1.3.2. Perceived Quality Negatif Dibandingkan dengan kesan kualitas yang positif, kesan negatif cenderung lebih sedikit jumlahnya (36 responden; 24%). Komposisi kesan negatif dibagi menjadi 32 orang responden di Wilayah Kota Administratif Jember dan 4 orang responden di Wilayah Pembantu Bupati Jember (lihat Lampiran X).
5.1.3.2.1. Penonton Jember Fashion Carnaval Tidak Tertib Responden yang tidak puas dengan JFC sebagian besar dipengaruhi oleh ketidaktertiban penonton (22 responden; 14,46%). Sejumlah 21 orang responden di Wilayah Kota Administratif Jember terganggu oleh penonton JFC yang terlalu banyak sehingga mengurangi lebar arena catwalk peserta JFC. Selain itu, animo penonton yang tinggi juga menyebabkan banyaknya mobil yang masuk ke dalam arena karnaval yang kemudian digunakan sebagai alas duduk sehingga memperjelas pandangan penonton dalam menyaksikan JFC. Ketidakertiban masyarakat ini disebabkan oleh animo masyarakat yang tinggi sehingga berujung pada terjadinya kemacetan. Hal ini yang kemudian menyebabkan kesan negatif JFC karena pengaruh kemacetan ini terjadi di Wilayah Kota Administratif Jember. Responden yang bertempat tinggal di Wilayah Pembantu Bupati Jember juga memiliki kesan negatif terhadap JFC. Besarnya animo masyarakat menyebabkan responden sulit untuk pulang ke kediamannya di Desa Suger Kidul.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
62
Hal ini diakibatkan oleh penuhnya arena karnaval dengan penonton sehingga menyulitkan kendaraan untuk keluar dari lokasi parkir.
5.1.3.2.2. Penyalahgunaan Dana APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Terdapat 4 orang responden (2,67%) yang memiliki kesan negatif terhadap JFC akibat isu penyalahgunaan aliran dana APBD. Isu ini menyebabkan baik responden di Wilayah Kota Administratif Jember (Kelurahan Patrang dan Antirogo) maupun Pembantu Bupati Jember (Desa Kertosari dan Tanggul) tidak puas dengan event tahunan ini. Event ini dirasa menggunakan banyak dana pemerintah yang dapat digunakan untuk kegiatan pembangunan di Kabupaten Jember. Persepsi responden dalam konteks ini dipengaruhi oleh keberadaan media massa. Isu ini banyak merebak terutama melalui pemberitaan TV sehingga persepsi ini timbul sejauh responden memiliki TV sebagai media penyalur informasi, yakni hampir di seluruh Kabupaten Jember.
5.1.3.2.3. Sistem Acara Belum Baik Kesan negatif terhadap JFC juga dirasakan oleh 3 orang responden yang melihat event JFC belum memiliki sistem acara yang baik. Tiga orang responden ini bertempat tinggal di Kelurahan Gebang, Tegal Besar, dan Banjarsengon (Wilayah Kota Administratif Jember). Acara JFC yang acap kali dimulai tidak sesuai jadwal dan durasi yang lama antara satu peserta dan peserta lainnya menimbulkan kebosanan tersendiri bagi responden. Hal ini yang kemudian mempengaruhi persepsi responden akibat pengalaman negatif yang ditimbulkan dibandingkan dengan sisi positif dari event ini. Ketiga responden ini tidak hanya melihat JFC sebagai hiburan di tengahtengah kondisi Kabupaten Jember yang kurang dengan tempat penarik wisata. Hal ini dipengaruhi oleh pemasangan TV kabel oleh para responden. TV kabel yang memuat saluran dalam dan luar negeri memberikan hiburan tersendiri bagi ketiga responden. Hal ini yang kemudian mempengaruhi responden dalam melihat sisi negatif yang ditimbulkan dibanding sisi positif JFC.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
63
5.1.3.2.4. Rawan Keamanan Terdapat 2 orang responden di Kelurahan Slawu dan Kebonsari (Wilayah Kota Administratif Jember) yang memiliki kesan negatif terhadap JFC akibat keamanan yang kurang. Kedua responden ini memiliki kesan demikian karena pengalaman mereka dimana banyak warga yang menyaksikan JFC mengalami kehilangan sepeda motor. Besarnya animo masyarakat menyebabkan warga tidak hanya memarkirkan sepeda motor di lokasi yang disediakan oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Jember. Akan tetapi, memarkirkan sepeda motor di lokasi yang ditentukan juga tidak menjadi jaminan akibat banyaknya warga yang tumpah ruah di arena karnaval ini. Pengalaman tersebut yang menyebabkan kesan negatif JFC lebih muncul dibandingkan kesan positifnya.
5.1.3.2.5. Publikasi Jember Fashion Carnaval Kurang Publikasi JFC melalui berbagai macam media tidak pasti menjangkau seluruh daerah di Kabupaten Jember. Hal ini terjadi di daerah Koptu Barlian, Kelurahan Antirogo, Kecamatan Sumbersari. Terdapat 1 responden yang mengaku pada tahun 2013 tidak menyaksikan JFC karena tidak mengetahui kapan event ini digelar. Hal ini tidak hanya terjadi pada responden ini, melainkan juga tetanggatetangga responden. Lokasi kediaman responden yang sulit akses dalam mencapai jalan perlintasan kendaraan umum (Jl. Slamet Riyadi) sejauh 4 km menyebabkan mereka yang tidak memiliki kendaraan akan sulit menjangkau daerah ini. Responden ini tidak mengetahui kapan event JFC ke-12 digelar akibat kurangnya media publikasi. Kediaman responden yang tidak memiliki televisi dan akses yang sulit dalam menjangkau jalan utama menyebabkannya tidak melihat publikasi yang paling umum seperti halnya banner. Banner hanya dipasang di lokasi strategis yang umum menjadi daerah perlintasan atau perkumpulan warga seperti di jalan protokol maupun pasar dan terminal. Daerah Koptu Barlian yang didominasi oleh penggunaan tanah sawah menyebabkannya tidak masuk kedalam kategori lokasi pemasangan banner.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
64
5.1.3.2.6. Penyelenggaraan Jember Fashion Carnaval hanya dilakukan Jember Fashion Carnaval Council (JFCC) Terdapat 1 orang responden yang menganggap penyelenggaraan JFC hanya dilakukan oleh JFCC. Responden ini bertempat tinggal di Perumahan Gunung Batu, yakni perumahan yang sama dengan House of Dynand Fariz (kantor JFC). Dasar responden menyatakan hal ini adalah pengamatan responden yang melihat bahwa hanya JFCC yang bekerja dalam membawa nama Kabupaten Jember melalui karnaval. Kesan negatif ini timbul terutama karena pengaruh lokasi tempat tinggal responden. Responden mengamati bahwa pelatihan karnaval dilakukan tanpa campur tangan Pemkab Jember, terutama di kantor JFC. Di samping itu, Pemkab Jember yang hampir tidak pernah mengawasi pelatihan JFC di Alun-Alun yang mana berlokasi di utara Kantor Pemerintah Kabupaten Jember menambah kesan negatif responden. Selain, show yang dilakukan di luar event tahunan JFC menurut responden dilakukan karena usaha dari pihak JFCC sendiri dan Pemkab Jember hanya hadir ketika event tahunan ini digelar sejak JFC dikenal oleh masyarakat luas melalui publikasi yang gencar. Hal-hal demikian yang kemudian menyebabkan kesan kualitas negatif ini.
5.1.3.2.7. Tidak Memiliki Kesan Negatif Maupun Positif Kesan negatif juga timbul dari responden yang tidak memiliki kesan kualitas apapun baik positif maupun negatif. Terdapat 3 orang responden yang tiak memiliki kesan kualitas terhadap JFC, yakni responden di Kelurahan Tegal Gede dan Kelurahan Jumerto (Wilayah Kota Administratif Jember), dan Desa Suger Kidul (Wilayah Pembantu Bupati Jember). Para responden ini adalah 3 dari 16 responden yang tidak pernah menyaksikan namun menyadari adanya JFC di puncak pikiran. Tidak pernah menyaksikan secara langsung atau mengikuti berita JFC di media massa menjadi faktor utama kesan kualitas ini. Para responden tidak menganggap JFC membawa keuntungan baginya, terutama dari sisi hiburan. Responden yang tinggal di Kelurahan Tegal Gede misalnya. Jaraknya ke arena karnaval sejauh ±2 km tidak mempengaruhi keinginannya untuk menyaksikan JFC
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
65
karena kegiatan yang ramai bukanlah hiburan baginya. Persepsi responden akan lokasi hiburan adalah kegiatan alam, misanya memancing maupun naik gunung. Hal demikian juga dialami oleh responden di Kelurahan Jumerto. Responden tidak memiliki kesan kualitas apapun karena tidak mengikuti berita JFC di TV. Responden hanya menyaksikan JFC 1 kali melalui pemberitaan TV dan tidak menyukainya sehingga responden tidak memiliki tingkatan kepuasan apapun terhadap JFC. Responden terakhir tinggal di Desa Suger Kidul, Jelbuk. Responden tidak memiliki kesan kualitas terhadap JFC karena tidak pernah menyaksikannya baik secara langsung maupun melihat media massa. Kesibukan responden dalam membuka warung makan menyebabkannya tidak sempat untuk menyaksikan JFC atau sekedar bepergian ke Kota Jember. Selain itu tidak ada kerabat yang mengajak menyebabkan responden tidak memiliki akses untuk datang mengingat kendaraan umum yang melintas terhitung jarang (±20 menit/1 kol). Hal ini menyebabkannya tidak memiliki tingkat kepuasan apapun terhadap acara maupun kinerja penyelenggara JFC.
5.1.4. Kaitan Kondisi Wilayah dengan Brand Loyalty (Loyalitas Merek) Masyarakat Jember terhadap Jember Fashion Carnaval (JFC) Brand loyalty merupakan suatu tingkatan yang memperlihatkan keterikatan tertinggi antara masyarakat Kabupaten Jember terhadap JFC. Dalam hal ini pengukuran yang digunakan adalah intensitas untuk datang ke JFC dan apakah responden mengajak orang lain untuk menyaksikan JFC atau tidak. Dalam hal ini mengajak tidak hanya dalam arti mengajak untuk dapat pergi bersama namun juga menceritakan bahwa adanya JFC kepada orang lain.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
66
5.1.4.1. Menyaksikan JFC
. Gambar 5.6. Persentase Intensitas dalam Menyaksikan JFC [Sumber: Pengolahan Data, 2014]
5.1.4.1.1. Tidak Menyaksikan Jember Fashion Carnaval Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa intensitas responden untuk menyaksikan JFC beraneka ragam. Terdapat 16 orang responden (11%) yang tidak menyaksikan JFC tersebar di Kabupaten Jember (lihat Lampiran XI). Untuk responden yang tinggal di Wilayah Kota Administratif Jember (12 responden), tidak menyaksikan JFC dikarenakan event ini tidak menjadi hiburan yang ditunggutunggu. Sebagian besar responden kemudian menyaksikannya melalui TV juga karena alasan penuhnya arena karnaval dengan penonton. Hal ini juga dirasakan oleh responden di Kecamatan Tanggul (Wilayah Pembantu Bupati Jember). Alasan untuk tidak menyaksikan JFC kemudian berbeda dengan responden di Wilayah Pembantu Bupati Jember lainnya. Untuk 2 responden di Kecamatan Jelbuk, tidak adanya akses kendaraan pribadi menjadi alasan utama tidak menyaksikan JFC. Sedangkan responden di Kecamatan Pakusari memiliki alasan berupa pekerjaan yang dilakukannya setiap hari menyebabkannya tidak sempat menyaksikan JFC. Tidak adanya akses berupa kendaraan pribadi kemudian menyebabkan responden akan memakan cukup waktu untuk sekedar menyaksikan JFC di pusat Kota Jember.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
67
5.1.4.1.2. Menyaksikan Jember Fashion Carnaval 1 Kali Responden yang menyaksikan JFC hanya 1x dan tidak menyaksikannya lagi terdapat 11 orang. Hal ini mengindikasikan bahwa 7% responden bukan “pelanggan” dari JFC dan brand Kota Karnaval belum tertanam bagi responden tersebut. Dari 11 orang responden, 7 orang diantaranya berada di Wilayah Kota Administratif Jember dan 4 orang lainnya di Wilayah Pembantu Bupati Jember. Untuk mereka yang berada di Wilayah Kota Administratif Jember, alasan utama menyaksikan JFC adalah keingintahuan atas karnaval yang menjadi pembicaraan baik oleh masyarakat Jember maupun media massa. Setelah mereka menyaksikan karnaval ini, responden tipe ini tidak menyaksikannya lagi karena tidak menganggapnya sebagai hiburan. Hal ini juga terjadi pada responden di Kecamatan Bangsalsari. Sedangkan 3 responden lainnya yang berlokasi di Wilayah Pembantu Bupati Jember menyaksikan JFC sejumlah 1 kali dikarenakan mendukung sekolahnya yang mengikuti ajang ini (Desa Yorosati), tidak sengaja ketika hendak ke Kabupaten Banyuwangi (Desa Sumberjati), dan ketika responden masih tinggal di Kelurahan Kepatihan yang menjadi salah satu kelurahan yang digunakan sebagai jalur catwalk (responden kini tinggal di Desa Sumberjati).
5.1.4.1.3. Menyaksikan Jember Fashion Carnaval 2-4 Kali Responden yang menyaksikan JFC sebanyak 2-4 kali berada di tingkatan jumlah responden terbanyak kedua sejumlah 40 responden (27%). Untuk responden di Wilayah Kota Administratif Jember, sejumlah 30 responden mengaku tidak lagi menyaksikan JFC akibat suasana di arena karnaval yang berdesakdesakan dengan penonton yang menyebabkan mereka lebih memilih untuk menyaksikan JFC melalui TV. Selain itu, 7 orang responden mengaku menyaksikan JFC karena dorongan kerabat, misalnya dari anak yang ingin menyaksikan JFC secara langsung maupun ajakan dari teman dan anggota keluarga lainnya. Untuk responden yang tinggal di Wilayah Pembantu Bupati Jember, sejumlah 2 orang responden mempersoalkan akses yang digunakan. Responden di Desa Jelbuk dan Sempolan ini mengaku bahwa tidak lagi menyaksikan JFC ketika tidak ada kendaraan yang digunakan, baik menumpang dengan tetangga lain maupun sepeda motor pribadi. Untuk responden di Kecamatan Tanggul mengaku
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
68
tidak lagi menyaksikan JFC akibat kesibukan di perkuliahan. Mahasiswi Universitas Jember ini mengaku bahwa meskipun akses untuk mencapai arena karnaval dari Universitas Jember mudah (dengan lin) dan tergolong cepat ± 10 menit, namun kegiatan perkuliahan menjadi penghambat responden untuk menyaksikan JFC, terutama saat responden tidak pulang ke kediamannya di Kecamatan Tanggul.
5.1.4.1.4. Menyaksikan Jember Fashion Carnaval 5-6 Kali Tingkatan ketiga dengan jumlah 9 responden (6%) adalah mereka yang menyaksikan JFC sebanyak 5-6 kali yangmana tersebar di seluruh Kabupaten Jember. Intensitas menyaksikan JFC yang cukup tinggi ini dikarenakan responden merasa JFC adalah suatu hiburan yang menarik dan ditunggu-tunggu setiap tahunnya. Keseluruhan responden di tingkatan ini mengaku tidak lagi menyaksikan JFC ketika arena karnaval menyulitkan bahkan untuk bergerak. Responden di tingkatan ini lebih loyal terhadap JFC dibanding mereka yang menyaksikan sejumlah 2-4 kali tersebut.
5.1.4.1.5. Menyaksikan Jember Fashion Carnaval >8 Kali Persentase paling besar adalah mereka yang memiliki intensitas menyaksikan JFC terbanyak, yakni lebih dari 8 kali. Keseluruhan responden tetap menyaksikan JFC karena event ini menjadi acara hiburan yang ditunggu-tunggu, yang mana responden tersebar di seluruh Kabupaten Jember Selain menyaksikan JFC sejumlah lebih dari 8x, terdapat juga responden yang tidak hanya datang ke arena karnaval di jam-jam ketika JFC akan dimulai (13.00 WIB) melainkan dari pukul 9 pagi demi mendapat spot terdepan. Responden tipe ini bertempat tinggal di Kecamatan Bangsalsari. Pengaruh jarak absolut sejauh 15 km yang memakan waktu tempuh ± 30 menit menyebabkan responden datang lebih awal demi mendapat spot yang baik. Hal ini menyebabkannya juga membawa makanan dan tikar untuk duduk, hingga menyewa kendaraan. Pengaruh responden yang datang secara rombongan dengan tetangganya akibat loyalitas yang besar menyebabkannya datang dengan menyewa
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
69
kendaraan. Hal ini menjadi alasan tambahan responden membawa tikar dan makanan karena event ini berlangsung hingga sekitar pukul 17.00 WIB.
Responden yang menyaksikan JFC memiliki variasi yang tinggi, dimana tidak hanya yang berlokasi di Kelurahan Kepatihan dan Sumbersari yang menjadi rute karnaval namun tersebar di seluruh Kabupaten Jember. Persentasi tertinggi terdapat pada responden yang menyaksikan JFC lebih dari 8 kali. Hal ini dipengaruhi oleh Kabupaten Jember yang kurang hiburan. Adanya JFC menjadi salah satu hiburan yang sangat ditunggu-tunggu karena di Jember sendiri tidak ada tempat untuk menyalurkan kesenian seperti rumah budaya (Bapak Job Pamungkas).
5.1.4.2. Mengajak untuk Menyaksikan JFC Loyalitas masyarakat juga terlihat dari bagaimana mereka mengajak dan menginformasikan pada kerabat mengenai adanya JFC. Berdasarkan hasil survey diketahui 88 orang yang menginformasikan mengenai JFC dan 62 orang lainnya tidak, dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 5.1.Jumlah dan Kriteria Responden yang Menyaksikan JFC Kriteria Mengajak namun tidak menyaksikan JFC Mengajak dan menyaksikan JFC 1 kali Mengajak dan menyaksikan JFC 2-4 kali Mengajak dan menyaksikan JFC 5-8 kali Mengajak dan menyaksikan JFC >8 kali Tidak mengajak dan tidak menyaksikan JFC Tidak mengajak namun menyaksikan JFC 1 kali Tidak mengajak namun menyaksikan JFC 2-4 kali Tidak mengajak namun menyaksikan JFC 5-8 kali Tidak mengajak namun menyaksikan JFC >8 kali Jumlah
Jumlah Responden 1 1 17 6 63 15 10 23 3 11 150
Persentase (%) 0,67 0,67 11,33 4 42 10 6,67 15,3 2 7,3 100
Tingkat Loyalitas Rendah Sedang Sedang Sedang Loyal Rendah Rendah Sedang Sedang Tinggi
[Sumber: Pengolahan Data, 2014]
Berdasarkan tabel di atas diketahui terdapat 82 orang responden yang menginformasikan mengenai JFC terhadap kerabatnya. Baik responden yang hanya menyaksikan JFC 1 kali hingga yang menyaksikannya lebih dari 8 kali, dengan
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
70
mengajak orang lain, mereka memperkenalkan JFC kepada masyarakat yang belum pernah menyaksikan karnaval ini sebelumnya. Memperkenalkan JFC kepada masyarakat dapat meningkatkan loyalitas mereka terhadap salah satu icon Kabupaten Jember ini. Berdasarkan Tabel 5.1 juga diketahui terdapat 63 responden (42%) dengan tingkat loyalitas loyal, 11 responden (7,3%) pada tingkat loyalitas tinggi, 50 responden (33,33%) dengan tingkat loyalitas sedang, dan 27 responden (17,33%) dengan tingkat loyalitas rendah. Persentase ini menunjukkan bahwa masyarakat Jember cukup menerima konteks Kota Karnaval dengan ditandai oleh tingkat loyalitas tertinggi sebagai persentase terbesar. Sebaran responden yang bervariasi di seluruh Kabupaten Jember menunjukkan bahwa tidak hanya responden yang tinggal di Wilayah Kota Administratif Jember saja yang menjadikan brand Kota Karnaval sebagai bagian ekspresi diri masyarakat namun tersebar di seluruh Kabupaten Jember (lihat Lampiran XII), meskipun pada Wilayah Kota Administratif Jember persentase responden yang loyal terhadap JFC memiliki persentase terbesar dibanding tingkatan lainnya (60 dari 132 responden; 45,45%) (lihat Tabel 5.2).
Tabel 5.2. Persentase Tingkat Loyalitas Responden terhadap JFC berdasarkan Kategori Wilayah Persentase Tingkat Loyalitas Responden terhadap JFC berdasarkan Kategori Wilayah Tingkat Loyalitas
Jenis Wilayah
Jumlah Responden/Persentase
Loyal
Tinggi
Sedang
Rendah
Kota Administratif
Jumlah Responden
60
10
44
18
132
Persentase (%)
45,45
7,57
33,33
13,63
100
Jumlah Responden
3
1
6
8
18
Persentase (%)
16,67
5,56
33,33
44,44
100
Pembantu Bupati
Jumlah
Selain itu, berdasarkan pembagian wilayah juga diketahui bahwa persentase responden di Wilayah Pembantu Bupati Jember lebih cenderung ada di tingkat loyalitas rendah. Sejumlah 8 dari 18 responden (44,44%) yang diambil cenderung tidak/tidak lagi menyaksikan JFC akibat sulitnya akses. Dibandingkan responden di Wilayah Kota Adminstrasi, di wilayah ini responden mengaku bahwa akses kendaraan umum yang lebih mahal menjadi salah satu alasan untuk tidak
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
71
datang. Jarangnya kendaraan umum yang datang dan jarak absolut yang cenderung dirasa jauh dari pusat kota juga menyebabkan mereka lebih memilih tidak menyaksikan JFC apabila tidak terdapat akses kendaraan pribadi. Berdasarkan tabel di atas, persentase tingkat loyalitas yang tidak berbeda jauh antara satu jenis tingkat loyalitas dengan yang lainnya mengisyaratkan bahwa responden di Kabupaten Jember tidak mutlak loyal terhadap brand Kota Karnaval. Hal ini terlihat dimana sebaran responden dengan tingkat loyalitas rendah di Wilayah Pembantu Bupati Jember memiliki persentase 44,44%, yakni terbesar dalam perbandingan dengan keseluruhan responden di Wilayah Pembantu Bupati Jember (lihat Lampiran XV). Pada tingkatan ini, terdapat selisih hanya 1,01% terhadap responden dengan tingkat loyalitas tinggi di Wilayah Kota Administratif Jember. Secara garis besar kemudian diketahui bahwa responden yang loyal terhadap JFC berada di Wilayah Kota Administratif Jember. hal ini dipengaruhi oleh jarak absolut dan akses yang memudahkan dalam menyaksikan JFC. Selain itu hiburan yang ada di pusat Kota Jember dirasa kurang sehingga masyarakat tetap tertarik menyaksikan karnaval ini. Selain itu, akses menjadi kendala masyarakat di luar itu untuk menyaksikan JFC. Akses kendaraan bagi responden yang meskipun bertempat tinggal di jalan arteri menyulitkan ketika tidak adanya moda transportasi pribadi maupun akibat moda transportasi umum yang sering digunakan dirasa cukup mahal. Hal ini dipengaruhi oleh penggunaan 2 jenis moda transportasi (kol hingga terminal terdekat dan lin menuju lokasi karnaval).
5.2. Kinerja Jember Fashion Carnaval (JFC) dalam Membangun Kota Karnaval Secara tidak langsung, terdapat beberapa pengaruh maupun perubahan bentuk pemukiman yang ditimbulkan dari JFC, baik ketika event ini sedang berlangsung (temporal) dalam suatu acara yang dikemas sebagai Jember Multi Event (dulu disebut BBJ), maupun tidak (permanen). Pengaruh dan perubahan yang diakibatkan oleh JFC ini memiliki dampak yang cukup besar, yang mana tidak hanya terjadi di pusat kota Jember semata, namun dapat dirasakan juga dalam lingkup Kabupaten Jember.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
72
5.2.1. Dimensi Vitality (Ketahanan) Dimensi vitality yang menjelaskan bagaimana konteks Kota Karnaval mempengaruhi bentuk pemukiman dalam mendukung fungsi vital, syarat biologis, dan kemampuan manusia untuk bertahan hidup terlihat dari pembangunan infrastruktur dan lokasi yang mendapat pengaruh dari JFC. Pengaruh secara temporal terlihat dari keberadaan hotel dan penginapan, rumah makan tenda dan pedagang kaki lima, lokasi parkir yang tersebar di beberapa titik pada kawasan JFC, serta pos polisi. Sedangkan pengaruh secara permanen pun lebih signifikan terasa dengan keberadaan hotel, pujasera (Pusat Jajanan Selera Rakyat), rumah makan dan kafe, hotel dan rencana pembangunan kawasan mall di Kabupaten Jember.
5.2.1.1. Pengaruh Dimensi Vitality Secara Temporal 5.2.1.1.1. Hotel dan Penginapan Menurut Sdri. Novy Natalia Tejo, Public Relation di Aston Jember Hotel and Conference Centre (Hotel Aston), pengaruh JFC sangat besar terhadap kunjungan hotel dan penginapan. Seluruh hotel dan penginapan di Kabupaten Jember pada waktu event JFC digelar menjadi penuh oleh tamu yang sebagian besar datang untuk menyaksikan karnaval ini. Salah satu hotel yang mengalami hal serupa adalah Hotel Aston. Hotel Aston sebagai hotel dengan jumlah kamar terbanyak (152 kamar) di Kabupaten Jember mengalami keadaan dimana mereka tidak dapat menerima tamu sama sekali pada Agustus tahun 2013. Sejumlah 90% tamu yang datang ke Hotel Aston kala itu datang untuk menyaksikan JFC. Hal ini juga dialami oleh hotel dan penginapan lain di seluruh Kabupaten Jember yang mengalami pelonjakan oleh para wisatawan. Hal ini kemudian juga dikonfirmasi oleh responden di Kelurahan Mangli, Kaliwates yang mengatakan bahwa suaminya dulu sempat mengalami kesulitan mendapatkan hotel atau penginapan ketika hendak datang ke Jember di bulan Agustus tahun 2011 (pada tahun 2011 JFC digelar di bulan Agustus). Dia juga menyatakan bahwa calon suaminya kala itu harus menginap di hotel di Kabupaten Bondowoso karena seluruh hotel atau penginapan di Kabupaten Jember sudah penuh dengan wisatawan yang sudah memesan dari jauh-jauh hari.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
73
Tabel 5.3. Jumlah Kunjungan Hotel dan Penginapan Tahun 2012 Bulan Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
Jumlah Kunjungan Wisatawan Wisman Winus Jumlah 191 12.929 13.120 66 7.944 8.010 2 1.263 1.265 3 11.928 11.931 16 11.846 11.862 31 13.982 14.013 13 20.392 20.405 2 3.573 3.575 6 5.107 5.113 37 6.258 6.295 4 3.185 3.189 32 4.145 4.177 403 102.552 102.955
[Sumber: Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jember, 2014]
Berdasarkan tabel di atas, JFC ke-11 yang dilakukan Juli 2012 terlihat sangat berpengaruh terhadap jumlah kunjungan hotel dan penginapan. Selisih jumlah kunjungan dengan bulan sebelum dan setelahnya yakni 6.392 tamu dengan bulan Juli dan 16.830 tamu dengan bulan Agustus menjadi konfirmasi bahwa JFC mempengaruhi kunjungan hotel dan penginapan di Kabupaten Jember. Penuhnya prasarana ini diakibatkan karena hotel dan penginapan penting dalam menunjang wisatawan untuk tinggal di Kabupaten Jember. Kabupaten Jember memiliki 42 buah hotel dan penginapan yang kemudian mendapatkan pengaruh dari adanya JFC. Prasarana ini tidak hanya berada di Wilayah Kota Administratis Jember namun tersebar di seluruh Kabupaten Jember (lihat Tabel 5.4 dan Lampiran XVII)
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
74
Tabel 5.4. Daftar Hotel dan Penginapan di Kabupaten Jember No.
Hotel
1. 2. 3.
Alam Indah Anda Anugerah
Lokasi Kecamatan Patrang Kaliwates Kaliwates
4.
Ardi Candra
Kaliwates
25.
5.
Arowana
Kaliwates
26.
6.
Asri
Kaliwates
27.
7.
Aston
Kaliwates
28.
8.
Bandung Permai
Kaliwates
29.
9.
Bintang Mulia
Kaliwates
30.
10.
Bukit Beringin Indah
Ajung
31.
Patrang Sumbersari Kaliwates
32. 33. 34. 35.
Pakusari
36.
16. 17.
Cendrawasih Ebizz Er Tujuh Flamboyan Gunung Sepikul Cottage Handika Istana
Patrang Kaliwates
37. 38.
18.
Jember Indah
Sukorambi
39.
19.
Kartika
Kaliwates
40.
20. 21.
Kebon Agung Kemayoran
Kaliwates Sumbersari
41. 42.
11. 12. 13. 14. 15.
No.
Hotel
22. 23. 24.
Leoshinta Lestari Merdeka Mutiara Garden Nusantara Oleng Sibutong Panorama Penginapan Melati Penginapan Pecoro Putra Jember Selatan Rembangan Ria Royal Safari Seven Dream Slamet Sulawesi Tanggul Agung Tanjung Papuma Tomiharini Widodo
Lokasi Kecamatan Puger Kaliwates Kaliwates Pakusari Patrang Arjasa Kaliwates Rambipuji Rambipuji Kaliwates Arjasa Kaliwates Sumbersari Kaliwates Sumbersari Patrang Sumbersari Tanggul Wuluhan Patrang Sumbersari
[Sumber: jemberkab.bps.go.id, diakses 16 Juni 2014 pukul 09.08 WIB)
5.2.1.1.2. Rumah Makan Tenda dan Pedagang Kaki Lima Jember Fashion Carnaval (JFC) yang dihadiri oleh ribuan penonton baik oleh warga dalam dan luar Kabupaten Jember, dilihat menjadi peluang bisnis bagi banyak warga Jember dan luar Jember. Banyak warga Jember yang umumnya bukan pedagang maupun pedagang yang berjualan di daerah lain, menjadi menjual dagangannya di arena JFC. Selain itu juga diketahui bahwa mahasiswa dari
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
75
beberapa universitas di Kabupaten Jember juga menjadi pelaku bisnis dalam mencari dana untuk kegiatan kemahasiswaan. Menurut Bapak Job Pamungkas, keberadaan JFC memang diharapkan dapat membantu menaikan taraf ekonomi warga Jember yang mana dapat mencapai omset hingga 4 kali lipat dibandingkan berjualan di hari biasa. Akan tetapi, jumlah penjual ini lebih banyak yang berasal dari luar kabupaten. Sebagian besar warga Jember sendiri lebih tertarik untuk menonton dibandingkan berjualan. Hal ini dikarenakan sebagian besar warga Jember menjadi tuan rumah ketika kerabat mereka dari luar kota datang ke Jember hendak menyaksikan JFC. Selain itu, warga Jember yang dirasa “kurang hiburan”, lebih memilih untuk menyaksikan acara hiburan tahunan yang sudah membawa nama harum Jember. Lokasi yang kemudian menjadi tempat berjualan pedagang “dadakan” selama event JFC berlangsung menurut Alit Bahtiar dari pihak JFC tidak hanya di lokasi catwalk. Kemunculan pedagang kaki lima dan rumah makan tenda berada di pinggir jalan yang dimulai dari alun-alun Jember hingga ke garis akhir catwalk di GOR Jember, yang melewati Jl. Sultan Agung, dan Jl. Gajah Mada. Selain itu juga pedagang ini memenuhi lokasi sekitar Jl. Gunung Batu dan Jl. Letjen DI Panjaitan di Kelurahan Kebonsari, yang mana berada disekitar kantor JFC. Hal ini dikarenakan ketika event JFC berlangsung, sejumlah besar massa yang mencapai ratusan ribu penonton memadati arena catwalk JFC sehingga menjadi peluang bisnis tersendiri. Selain itu, model, fotografer, dan JFCC yang menginap di rumah produksi Dynand Fariz selama hari-hari event tersebut berlangsung juga menjadi peluang sehingga menjadi ramai dengan pedagang rumah makan tenda dan kaki lima.
5.2.1.1.3. Lokasi Parkir Kendaraan Jember Fashion Carnaval (JFC) diketahui disaksikan oleh ratusan ribu penonton yang tidak hanya berasal dari daerah sekitar arena catwalk seperti masyarakat di Kelurahan Kepatihan dan Kelurahan Kaliwates, namun juga dari seluruh penjuru Kabupaten Jember bahkan luar kabupaten. Tidak tersedianya moda transportasi umum yang menjangkau seluruh Kabupaten Jember menyebabkan dibutuhkan kendaraan pribadi untuk dapat mencapai area karnaval.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
76
Gambar 5.7. Moda Transportasi yang Digunakan Responden dalam Menyaksikan JFC [Sumber: Pengolahan Data, 2014]
Berdasarkan 134 responden yang menyaksikan JFC, diketahui bahwa moda transportasi yang paling banyak dipakai adalah sepeda motor (87 responden; 65%). Berdasarkan wawancara dengan Bapak Bambang Susilo dari Bidang Sosial Budaya, Badan Perencanaan Pembangunan Pemerintah Kabupaten (BAPPEKAB) Jember, beliau mengkonfirmasi pernyataan Bapak Job Pamungkas bahwa setiap rumah tangga di Kabupaten Jember umumnya memiliki minimal 1 buah sepeda motor dan cukup banyak juga yang memiliki kendaraan lain seperti mobil. Hal ini kemudian menyebabkan banyaknya masyarakat yang menyaksikan JFC dengan menggunakan moda transportasi pribadi selain akibat akses dengan kendaraan pribadi yang tergolong sulit. Banyaknya
penonton
dengan
kendaraannya
masing-masing
menyebabkan Dinas Perhubungan Kabupaten Jember mengadakan pengaturan lokasi parkir dalam memudahkan pengguna kendaraan prbadi. Sejak tahun 2009, Dinas Perhubungan Kabupaten Jember melakukan pengaturan arus lalu lintas juga lokasi parkir. Terdapat 23 titik lokasi parkir yang ditentukan (lihat Gambar 5.8), antara lain di Jl. Imam Bonjol, Jl. Sentot Prawirodirjo, Jl. Jaya Negara, Jl. Nusantara di belakang Gedung Serbaguna GOR Kota Jember, Jl. Teratai, halaman PT. Perkebunan Nusantara XII, Jl. Melati, Pasar Gebang, Jl. Kenanga, 2 lokasi parkir di Jl. HOS Cokroaminoto, Jl. H. Samanhudi, 3 lokasi parkir di sepanjang JL. Trunojoyo, Jl. Diponegoro, 2 lokasi parkir di Jl. Gatot Subroto, Jl. RA. Kartini, Jl. Kartini 2, Jl. Wijaya Kusuma, dan 2 lokasi parkir di Jl. Ahmad Yani.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
Universitas Indonesia
Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
[Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Jember, 2014]
Universitas Indonesia
Gambar 5.8. Sketsa Pengaturan Arus Lalu Lintas Kegiatan Jember Fashion Carnaval Tahun 2011
77
77
78
5.2.1.1.4. Pos Polisi Ratusan ribu masyarakat lokal Jember maupun domestik dan internasional yang memadati ruas Jl. PB. Sudirman (lokasi Alun-Alun Kota Jember), Jl. Sultan Agung, Jl. Gajah Mada, hingga Jl. Nusantara (lokasi GOR Kabupaten Jember) juga membawa dampak negatif. Kurangnya kewaspadaan masyarakat kemudian menyebabkan banyaknya kegiatan pencurian di arena karnaval ini. Pos polisi yang srategis berada di Jl. Sultan Agung pun setelah event JFC berakhir menjadi penuh dengan warga yang melaporkan kehilangannya, terutama dompet dan bahkan juga sepeda motor. Banyak responden yang menyatakan bahwa kegiatan pencopetan menjadi marak ketika JFC berlangsung. Hal ini sesuai dengan konfirmasi oleh Bapak Job Pamungkas, “malah wong dulu bosnya JFC aja kecopetan, Pak Yantonya. Jadinya abis JFC itu yang rame bukan hotel bukan restoran, kantor polisi! Berbaris gitu rapi, lapor kehilangan, jadi di selokan banyak dompet”.
Gambar 5.9. Pos Polisi di Jl. Sultan Agung [Sumber: Dokumentasi Pribadi, 7 Mei 2014]
5.2.1.2. Pengaruh Dimensi Vitality Secara Permanen 5.2.1.2.1. Pujasera (Pusat Jajanan Selera Rakyat), Restoran, dan Kafe Para pengusaha juga melihat peluang adanya JFC bagi keberlangsungan usaha kuliner di Jember. Menurut Bapak Job Pamungkas, pujasera yang kemudian
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
79
bertambah di Kabupaten Jember merupakan salah satu multiplier effect yang ditimbulkan oleh JFC. Para pengusaha ini melihat bagaimana Kabupaten Jember makin terkenal dengan adanya event ini sehingga banyak wisatawan yang mulai banyak berdatangan ke Jember menjadi peluang bisnis kuliner. Selain itu menurut Bapak Bambang Susilo, sejak tahun 2008, terdapat 7 Pujasera baru di Kabupaten Jember, diantaranya di selatan Alun-Alun Kota Jember, 2 buah pujasera Jl. PB Sudirman, Jl. PB Sudirman (di depan GPdI Eklesia), Jl. PB. Sudirman (Sebelah kodim 0824), Jl. Gajah Mada, dan di sebelah Pusat Perbelanjaan Roxy. Keberadaan pujasera-pujasera baru ini masih berada dalam lingkungan Wilayah Kota Administratif Jember, yang menjadi pusat kegiatan di Kabupaten Jember. Merebaknya pusat kuliner ini kemudian berbanding lurus dengan fakta di lapangan bahwa jumlah pajak yang disetor ke Dinas Pendapatan Kabupaten Jember juga mengalami peningkatan. Diketahui bahwa JFC yang diadakan pada Bulan Agustus di tahun 2011 membantu meningkatkan jumlah setoran pajak yang cukup besar yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.5. Jumlah Setoran Pajak Restoran dan Kafe Juli-Agutus 2011 No.
Restoran/Kafe
1.
Setoran Pajak Restoran (dalam Rupiah) Juni
Juli
Agustus
Pizza HUT
60.997.921
61.504.111
74.564.487
2.
KFC
6.670.050
3.747.800
3.199.900
3.
CFC
4.982.218
6.041.135
7.253.174
4.
Taman Mangli Indah
9.655.910
9.563.675
11.061.325
5.
Sari Utama
41.557.285
46.786.287
43.635.752
6.
Ayam bakar “Wong Solo”
7.488.166
9.048.012
9.326.615
7.
Mawar
7.482.500
8.551.800
10.556.850
8.
New Lambauw
2.064.000
2.429.000
2.239.500
9.
Wande Echo
1.156.139
1.148.033
1.187.974
10.
Lestari
6.276.425
7.034.400
5.431.520
11.
Radio Cafe 96.2
2.052.300
2.101.810
1.908.650
12.
Campus Resto
1.596.967
1.385.082
1.333.678
13.
Dandee’s Fried Chicken
1.045.350
1.013.170
1.005.481
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
80
No.
Restoran/Kafe
14.
Setoran Pajak Restoran (dalam Rupiah) Juni
Juli
Agustus
Cafe Gunung Gumitir
6.769.325
6.854.739
4.116.660
15.
Quick Chicken
1.009.048
1.010.020
1.005.481
16.
Depot Jawa Timur
3.017.500
3.101.450
2.794.660
17.
The Coffee Shop
3.226.280
3.165.620
1.505.174
18.
Taman Salero I
2.510.000
2.694.000
2.738.500
19.
Ikan Kakar Legian
5.064.010
5.280.791
5.612.520
20.
Bebek Goreng H. Slamet
2.581.950
2.584.450
2.505.050
177.205.394
185.045.385
193.071.030
Total
[Sumber: Dinas Pendapatan Kabupaten Jember Tahun 2011 dalam Prasetio (2012)]
Restoran juga mulai merebak di Kabupaten Jember. Salah satu yang mendapat sorotan warga adalah restoran Pizza Hut yang berada di Jl. PB. Sudirman, tepat di utara Alun-Alun Kota Jember. Restaurant yang berdiri sejak tahun 2008 ini memang terlihat tidak pernah sepi di hari-hari pada umumnya dan menjadi sangat ramai ketika event JFC berlangsung. Lokasi penempatan restaurant ini mengambil tempat yang strategis karena berada di jalan utama tempat berlalu-lalangnya kendaraan umum. Jl. PB. Sudirman yang hanya satu arah di mulai dari Pasar Gebang hingga pertigaan di utara Alun-Alun Kota Jember menyebabkan restoran Pizza Hut menjadi salah satu bentukan gedung yang eye-catching. Selain itu keberadaannya di utara Alun-Alun juga menyebabkannya menjadi tempat kuliner yang mudah ditemukan bagi penonton JFC.
Gambar 5.10. Restoran Pizza HUT di Jl. PB. Sudirman [Sumber: Dokumentasi Pribadi, 7 Mei 2014]
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
81
Kafe-kafe di Kabupaten Jember juga mulai bermunculan sejak Jember menjadi pusat sorotan dunia akibat event JFC. Menurut Bapak Job Pamungkas, keberadaan JFC turut membawa perubahan dengan dirasakannya banyak kafe-kafe yang bermunculan di Jember. “Tapi semenjak JFC itu, disini kafe banyak. Kafe itu ada wifi-nya, dikasi viewer gitu ya, jadi kadang kafe itu dipake sama komunitas fotografi, komunitas macemmacem lah ya untuk mereka itu sekedar kongko gitu.”
Menurutnya lebih lanjut, kafe yang mulai banyak di Kabupaten Jember misalnya kafe kolong di Jl. Mastrip (Kelurahan Sumbersari), DejaVu Kafe dan Kafe Cabe di Jl. Kalimantan (Kelurahan Sumbersari), dan Kafe stak di Jl. Sultan Agung (sebelah toko Syafia di rute JFC). Keberadaan kafe-kafe ini masih berdekatan dengan jantung Kabupaten Jember yakni Alun-Alun Kota Jember. Kafe Kolong berjarak ± 1 km, sedangkan DejaVu Kafe dan Kafe Cabe berjarak ± 1,5 km dari Alun-Alun Kota Jember. Untuk Kafe Kolong, DejaVu Kafe, dan Kafe Cabe, ketiganya berada di kawasan Universitas Jember. Pada hari-hari pada umumnya, ketiga kafe ini umum didatangi oleh mahasiswa/i, baik dari Universitas Jember maupun universitas lainnya. Secara garis besar, pembentukan pujasera, rumah makan, dan kafe merupakan efek berantai dari JFC guna menunjang ketahanan hidup masyarakat, yakni di bidang pangan. Pembangunan ini berada di Wilayah Kota Administratif Jember, yang menjadi pusat keramaian masyarakat dan kegiatan JFC.
(a)
(b)
Keterangan: (a) = Pujasera “Dapur Coklat” Keterangan: (b) = Pujasera “PB. Sudirman”
Gambar 5.11. Pujasera di Jl. PB. Sudirman [Sumber: Dokumentasi Pribadi, 7 Mei 2014]
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
82
5.2.1.2.2. Hotel Di Kabupaten Jember terdapat beberapa hotel baru yang turut membantu mengakomodasi jumlah kunjungan ke Jember. Hal ini tidak dipungkiri merupakan salah satu pengaruh dari dicanangkannya BBJ (Bulan Berkunjung ke Jember, yang kini berganti nama menjadi Jember Multi Event) mulai dari tahun 2007 (Majalah Halo Jember, 2013: 29). Hotel-hotel tersebut diantaranya Royal Hotel Jember (2011), eBizz Hotel (2012), Aston Jember Hotel and Conference Center (2013). Selain itu ada juga satu hotel yang di tahun 2014 kemungkinan akan memulai pembangunannya di Kabupaten Jember, yakni Hotel Ibis. Management hotel ini saat ini sedang mencari lokasi untuk pembangunan hotel tersebut. Pembangunan hotel menjadi marak ada di Kabaupaten Jember karena besarnya potensi di Kabupaten Jember baik dalam hal bisnis maupun pariwisata. Salah satu hotel yang dibangun di Jember adalah Aston Jember Hotel and Conference Center yang berlokasi di Jl. Sentot Prawirodirjo, Kelurahan Jember Kidul. Aston merupakan hotel bintang 4 pertama yang dianggap “berani” untuk masuk ke Jember. Hotel yang tergolong baru, yakni mulai beroperasi pada tahun 2013 ini mengaku ada banyak alasan mengapa Aston berani untuk berinvestasi di Jember. Seperti wawancara dengan Sdri. Novy Natalia Tejo, beliau mengatakan bahwa tujuan membangun Hotel Aston di Kabupaten Jember adalah karena banyaknya potensi yang ada di Kabupaten Jember, dari segi bisnis, dan wisata, termasuk JFC itu sendiri. Kunjungan di Hotel Aston pada bulan-bulan biasa umumnya bersifat untuk bisnis, sedangkan di bulan-bulan JFC sejumlah 90% tamu datang untuk menyaksikan JFC. Mencermati hal ini, Dinas PU Cipta Karya juga menyatakan bahwa keberadaan hotel-hotel baru di Jember memang diharapkan unuk mengakomodasi para tamu-tamu atau turis-turis domestik dan mancanegara agar tidak kesulitan mencari tempat menginap ketika event JFC berlangsung.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
83
Gambar 5.12. Aston Jember Hotel and Conference Center [Sumber: http://www.aston-international.com/ diakses 2 Juni 2013]
5.2.1.2.3. Mall Pengaruh JFC jelas terlihat pengaruhnya pada pembangunan di Kabupaten Jember. Salah satu pengaruh yang terlihat mencolok adalah pembangunan mall di Jl. Gajah Mada. Lokasi yang sedang dilakukan pembangunan seluas 1,2 Ha ini menurut sumber terkait akan menjadi mall, Rumah Sakit Siloam, serta Universitas Pelita Harapan (UPH) yang diperkirakan akan dibangun sejumlah lima belas lantai. Pembangunan skala besar ini terlihat signifikan ada di Kabupaten Jember, seperti diketahui bahwa di Kabupaten Jember belum terdapat mall sebelumnya, juga Rumah Sakit Siloam yang sebelumnya hanya terdapat di kotakota besar di Indonesia, demikian juga Universitas Pelita Harapan yang cabangnya hanya terdapat di Tanggerang dan Surabaya yang diketahui sebagai wilayah dengan pembangunan yang pesat. Pertumbuhan investasi di Kabupaten Jember sudah mulai dilirik pangsa pasarnya karena banyaknya aset yang dapat dikembangkan, baik tembakau, kopi dan kakao, edamame (kacang kedelai hijau/Glycin max (L) Merrill), terutama JFC yang menjadi pemicu banyaknya wisatawan yang datang ke Jember.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
84
(a)
(b)
Keterangan: (a) = Pembangunan Mall seluas 1,2 Ha Keterangan: (b) = Pembersihan Jalan oleh Pekerja Gambar 5.13. Kondisi Pembangunan Mall di Jl. Gajah Mada [Sumber: Dokumentasi Pribadi, 7 Mei 2014]
5.2.1.2.4. Pusat Oleh-Oleh Khas Jember Keberadaan JFC kemudian membawa pengaruh juga terhadap pusat oleh–oleh khas Jember. Menurut Delly, warga Kelurahan Banjarsengon, keberadaan JFC juga turut meningkatkan keberadaan industri oleh-oleh yang ada di Kabupaten Jember. Suwar-suwir misalnya, yang dulu menurutnya jarang diproduksi dan hampir tidak ada, kembali banyak di jual di toko oleh-oleh khas Jember di Jl. Trnojoyo dan Jl. Gajah Mada. Banyaknya wisatawan yang menonton JFC dianggap tentu akan membeli oleh-oleh dari Jember sebagai buah tangan ketika pulang ke daerah asalnya, seperti suwar-suwir dan prol tape. Banyaknya pengunjung yang datang ke Jember setelah event JFC digelar juga kemudian membangkitkan pusat oleh-oleh khas Jember di daerah perkotaan Jember. Menurut Bpk. Bambang dari BAPPEKAB Jember, tempat oleh-oleh turut merasakan pengaruh dari JFC. Terdapat 10 toko oleh-oleh yang kemudian bermunculan di Kabupaten Jember, yakni 2 buah toko di Jl. Bengawan Solo, Kelurahan Sumbersari, 2 toko di Jl. Trunojoyo, dan 6 toko di Jl. Gajah Mada. Keseluruhan pusat oleh-oleh ini berdiri di Wilayah Kota Administratif Jember sebagai kawasan yang ramai dengan penduduk ketika event JFC digelar.
5.2.2. Dimensi Sense (Rasa) Sense diartikan sebagai suatu derajat dimana lingkungan dapat dengan jelas dirasakan dan secara mental dibedakan. Dalam hal ini, akan dilihat dimana saja
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
85
tempat-tempat yang mendapatkan asosiasi dari JFC, yang mana terlihat dari tampilan dan fungsinya dalam konteks yang membentuk Kota Karnaval.
5.2.2.1. Pengaruh Dimensi Sense Secara Temporal 5.2.2.1.1. Alun-Alun Kota Jember
Gambar 5.14. Persentase Lokasi yang Mendapat Sense JFC menurut Persepsi Masyarakat Kabupaten Jember [Sumber: Pengolahan Data, 2014]
Berdasarkan gambar di atas, Alun-alun Kota Jember dapat disebut sebagai pusat dari event JFC karena memiliki persentase terbesar dalam persepsi responden (46%) sebagai lokasi yang mendapat sense karnaval. Hal ini tidak dipungkiri karena alun-alun digunakan sejak tahun 2003 sebagai lokasi pembuka (grand opening) JFC mengingat letaknya yang berada di jantung Kabupaten Jember. Selain itu, alun-alun juga menjadi lokasi utama JFC karena karakter tempat (alun-alun) yang sesuai dengan karakter event. Alun-alun Kota Jember mendapat label sebagai lokasi utama kegiatan JFC secara tidak langsung dipengaruhi adanya kesesuaian antara ciri-ciri (feature) lokasi yang dibentuk dari alun-alun itu sendiri dan acara karnaval. Kegiatan JFC yang merupakan karnaval fashion yang identik dengan acara yang grand (besar), ramai, dan modern ini memiliki karakter yang sesuai (in-line) apabila ditempatkan di alun-alun yang dikenal keramaiannya. Alun-alun Kota Jember yang disediakan oleh pemerintah Kabupaten Jember sebagai pusat kegiatan dan keramaian bagi warga, baik rekreasi keluarga, kegiatan olehraga, hingga perdagangan yang umum
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
86
dilakukan pada malam hari ini membentuk karakter tempat yang sesuai sebagai lokasi utama kegiatan JFC. Pemilihan lokasi kegiatan JFC akan berbeda apabila grand opening karnaval dilakukan di aula pesantren. Karakter lokasi aula pesantren sebagai tempat beribadah tidak sesuai dengan acara JFC yang ramai dan modern, sehingga kesesuaian antara lokasi dan event yang diselenggarakan menjadi penting dalam membangun sense suatu tempat akibat pengaruh event yang diselenggarakan didalamnya. Adanya kesesuaian karakter antara lokasi dan event yang diadakan juga mempengaruhi masyarakat untuk datang menyaksikan JFC. Seperti contoh apabila pembukaan JFC diadakan di aula pesantren, sense karnaval tidak akan sekuat apabila dilakukan di alun-alun sehingga jumlah masyarakat yang menyaksikannya juga akan berbeda karena dipengaruhi oleh persepsi atas karakter lokasi yang terbentuk. Dengan demikian diketahui bahwa alun-alun menjadi tempat yang cukup berpengaruh dalam membangun keberlangsungan JFC selama 12 tahun ini, baik sebagai tempat pembukaan JFC, garis awal karnaval, serta berbagai kegiatan JFC lainnya yang digelar dalam rangkaian Jember Multi Event. Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pihak JFC terbagi menjadi exhibition dan karnaval. Exhibition ini mencakup painting, photo, dan culinary exhibition, yang mana tidak hanya dimeriahkan oleh pemrakarsa JFC saja namun juga oleh banyak studio lukis, studio foto, maupun restoran. Mereka yang membuka stand seperti culinary exhibition kemudian semua kegiatannya bertemakan JFC, seperti yang dilakukan oleh Anzu Sushi dan Aston Hotel. Kedua perusahaan di bidang kuliner ini membuka booth makanan bertema JFC misalnya di tahun 2013 yang disesuaikan dengan tema defile JFC yakni octopus. Selain exhibition, karnaval JFC sendiri yang dilakukan setelah acara tersebut termasuk kids, artwear, dan grand carnival. Penggunaan Alun-alun Kota Jember selama 12 tahun sebagai pusat kegiatan JFC menyebabkan tempat ini mendapat sense tersendiri sebagai ruang JFC. Hal ini diakibatkan karena secara terus menerus alun-alun digunakan untuk acara pameran, latihan, hingga show sehingga mendapat label dari masyarakat Kabupaten Jember sebagai lokasi JFC. Selain itu, pembukaan JFC sendiri yang dilakukan di Alun-Alun menyebabkan lokasi ini menjadi penting bagi
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
87
keberlangsungan JFC karena digunakan sebagai lokasi utama dalam pentonton VIP menyaksikan JFC.
5.2.2.1.2. Jl. Sultan Agung, Jl. Gajah Mada, dan Jl. Nusantara Jl. Sultan Agung dan Jl.Gajah Mada sudah dikenal warga sejak tahun 2003 sebagai rute yang dilalui karnaval JFC. Rute sepanjang 3,6 km ini digunakan sebagai jalur utama JFC karena jalur ini memiliki lebar yang memungkinkan untuk menampung orang banyak. Fungsinya sebagai jalur utama kendaraan yang menghubungkan antar Kabupaten seperti Lumajang, Bondowoso, dan Banyuwangi, dan keberadaannya di dekat Alun-Alun Kota Jember sebagai pusat Kabupaten Jember memungkinkan untuk dicapai warga dari seluruh pelosok Kabupaten Jember maupun luar kabupaten. Jl. Sultan Agung merupakan kawasan perdagangan, terlihat dengan adanya banyak pertokoan, pusat perbelanjaan, hotel, dan kafe di sepanjang ruas jalan. Lebar jalan sekitar 8 – 12 m ini dijadikan sebagai rute karnaval dengan menggunakan lebar sekitar 2-6 m. Pengunjung yang berdesak-desakan kadang hanya menyisakan sekitar 2 m lebar jalan untuk para talent sehingga mereka kadang hanya berjalan saja tanpa melakukan atraksi seperti menari. Penuhnya ruas jalan ini dengan warga yang kurang tertib menyebabkan ruas jalan menjadi sangat sempit bagi para talent meskipun sudah diberikan besi pembatas. Hal ini tidak hanya terjadi di Jl. Sultan Agung namun juga di Jl. Gajah Mada. Jl. Gajah Mada juga merupakan salah satu jalan utama, dengan lebar kedua ruas jalan sekitar 8 m. Lokasinya yang strategis sebagai jalan arteri penghubung antar kabupaten menyebabkan adanya banyak bangunan di kiri-kanan jalan seperti restoran, perusahaan negara maupun swasta, masjid, pertokoan, sekolah, dan lainnya termasuk kawasan mall yang sedang dibangun. Perbedaan yang mencolok antara Jl. Sultan Agung dan Jl. Gajah Mada adalah di Jl. Gajah Mada terdapat double way sebagai pembatas kedua ruas jalan. Double way berguna dalam mengurangi angka kecelakaan, serta sebagai estetika kota karena ditanami tanaman oleh Dinas PU Cipta Karya Kabupaten Jember. Keberadaannya yang strategis sebagai jalur penghubung antar kota, keberadaannya di pusat kota Jember,
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
88
serta jalan yang dianggap cukup lebar untuk menampung penonton JFC kemudian menetapkan Jl. Gajah Mada sebagai jalur catwalk JFC.
(a)
(b)
Keterangan: (a) = Ruas Jl. Sultan Agung Keterangan: (b) = Ruas Jl. Gajah Mada Gambar 5.15. Kondisi Jl. Sultan Agung dan Jl. Gajah Mada [Sumber: Dokumentasi Pribadi, 22 April 2014]
Jl. Nusantara yang menghubungkan Jl. Gajah Mada dengan Gedung Serbaguna GOR Kota Jember tidak hanya dipenuhi oleh prasarana olahraga namun juga terdapat Hotel Bintang Mulia. Di Jl. Nusantara ini menurut para responden, penonton JFC nya tidak seramai di Alun-Alun Kota Jember, Jl. Raya Sultan Agung, maupun Jl. Gajah Mada sehingga masyarakatnya lebih tertib. Hal ini diakibatkan di ruas jalan ini, para talent JFC sudah terlihat lelah yang ditunjukkan dengan makeup yang sudah agak luntur dan hanya sedikit talent yang memberikan atraksi dengan menari. Seperti halnya Jl. Gajah Mada, di tengah ruas Jl. Nusantara juga dibentuk double way sebagai pembatas kedua arus kendaraan serta tanaman yang mempercantik Kota Jamber.
(a)
(b)
Keterangan: (a) = Ruas Jl. Nusantara Keterangan: (b) = Hotel Bintang Mulia
Gambar 5.16. Kondisi Jl. Nusantara [Sumber: Dokumentasi Pribadi, 22 April 2014]
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
89
5.2.2.1.3. Gedung Serbaguna Gelanggang Olahraga Kota Jember (GOR Jember) Gedung Serbaguna GOR Kota Jember digunakan selama 12 tahun terakhir sebagai titik perhentian terakhir JFC sehingga menjadi salah satu lokasi yang mendapatkan sense JFC. Pemilihan Gedung Serbaguna GOR Jember sebagai tempat pemberhentian adalah karena halaman GOR Jember dianggap cukup luas untuk menampung model dan warga Jember yang hendak menyaksikan penutupan JFC. Setelah karnaval sejauh 3,6 km dilakukan, mereka pada akhirnya menutup acara dengan membaca doa bersama dan acara pun dibubarkan di halaman Gedung Serbaguna GOR yang juga dinamakan GOR Kaliwates ini Selain digunakan sebagai tempat akhir JFC, Gedung Serba Guna GOR Jember juga digunakan untuk berbagai kegiatan seni di Jember, seperti misalnya Exhibition Expo 2010 yang diselenggarakan oleh Pemkab Jember pada 29 Oktober – 14 November 2010. Exhibition Expo 2010 ini dilakukan dalam rangka mempromosikan produk-produk maupun wisata unggulan Kabupaten Jember, termasuk kesenian JFC. Menurut Bapak Job Pamungkas, penggunaan Gedung Serbaguna GOR Kota Jember sebagai lokasi pameran seni dikarenakan Jember sendiri tidak memiliki tempat sebagai wadah acara seni seperti misalnya rumah budaya. Selain itu, lokasinya yang berada di kawasan Kota Jember dan daya dukung bangunan
yang
luas
menjadikannya
baik
digunakan
sebagai
lokasi
penyelenggaraan kesenian.
Gambar 5.17. Gedung Serbaguna GOR Kota Jember [Sumber: Dokumentasi Pribadi, 7 Mei 2014]
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
90
5.2.2.1.4. Aston Jember Hotel and Confrence Centre Aston Hotel juga merupakan suatu tempat yang disosiasikan dengan JFC baik secara temporal maupun permanen. Secara temporal, Aston Hotel di waktu ketika event JFC berlangsung pada awal tahun operasinya (2013), memiliki fungsi sebagai tempat konfrensi pers JFC. Konfrensi pers yang juga menghadirkan para talent ke Aston Hotel dan marching band di luar hotel menjadi hiburan tersendiri bagi tamu hotel lainnya maupun warga sekitar yang kemudian datang berfoto bersama. Selain itu, selama event ini berlangsung, pihak Aston Hotel juga mendukung JFC dengan penggunaan aksesoris topi bagi staff yang berada di front liner serta pemasangan banner di depan hotel sesuai dengan tema JFC di tahun tersebut beserta logo Aston. Penggunaan aksesoris serta pengadaan banner mengenai JFC menunjukan bahwa Aston Hotel pada hari-hari ketika event ini berlangsung turut mendukung kegiatan unggulan Pemerintah Kabupaten Jember ini. Identitas JFC yang terlihat ada di Aston Hotel menurut Sdri. Novy Natalia Tejo memang dilakukan agar mereka yang datang ke Aston Hotel turut merasakan suasana JFC dalam membentuk image Jember sebagai Kota Karnaval.
5.2.2.1.5. Kota Jember Sejumlah 10% responden menyatakan bahwa JFC terjadi di Kota Jember. Menurut Arifianto (2010), kota secara fisik diartikan sebagai area yang terdiri atas bangunan-bangunan yang saling berdekatan yang berada di atas tanah atau dekat dengan tanah, instalasi-instalasi di bawah tanah dan kegiatan-kegiatan di dalam ruangan “kosong” di angkasa. Konteks Kota Jember tidak meliputi keseluruhan Wilayah Kota Administratif Jember di Kecamatan Sumbersari, Kaliwates, dan Patrang karena di ketiga kecamatan tersebut tidak seluruhnya berupa area dengan bangunanbangunan yang saling berdekatan seperti penjelasan sebelumnya. Konteks Kota Jember ini berada di kelurahan-kelurahan yang menjadi ruang bagi pusat perdagangan, pemerintahan, perkantoran, hingga pusat kegiatan yang menjadi pusat keramaian.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
91
Menurut para responden, konteks kota Jember sebagai lokasi JFC dikarenakan kanaval ini sendiri berlokasi di pusat keramaian di Kabupaten Jember, yakni lokasi-lokasi yang dipenuhi masyarakat ketika event tersebut berlangsung. Selain itu, berdasarkan teori dimensi kinerja, dalam sense terdapat elemen struktur, yakni bagaimana suatu objek dapat dikenali sebagai lokasi keberadaan JFC (sense of orientation). Oleh sebab itu maka kawasan di Kota Jember yang menjadi patokan atau navigasi dalam mencapai JFC selain mengacu pada lokasi yang digunakan sebagai rute JFC (Alun-Alun Kota Jember, Jl. Sultan Agung, Jl. Gajah Mada, Jl. Nusantara, dan Gedung Serbaguna GOR Kota Jember), juga terwakili oleh lokasi perbelanjaan (Toko Niko, Syafia, Matahari, Golden Market), Kantor Bupati Jember, dan masjid (Masjid Baitul Amin dan Al-Huda). Lokasi perbelanjaan mendapat sense sebagai kota karena banyak masyarakat yang ketika event JFC berlangsung maupun berakhir, diselingi dengan melakukan kegiatan berbelanja. Pusat perbelanjaan yang dijadikan patokan atau navigasi dari JFC misalnya Toko Niko dan Syafia di Jl. Sultan Agung (Kelurahan Kepatihan), Carrefour (Kelurahan Kaliwates) dan Roxy Square (Kelurahan Sempusari) di Jl. Hayam Wuruk, Matahari di Jl. Diponegoro (Kelurahan Kepatihan), dan Golden Market di Jl. Trunojoyo (Kelurahan Kepatihan). Selain lokasi perbelanjaan, Kantor Bupati menjadi lokasi yang mendapatkan sense JFC karena event bertaraf internasional ini memiliki panggung utama di Alun-Alun Kota Jember yang berlokasi di utara Kantor Bupati Jember (Kelurahan Jemberlor). Panggung ini tidak hanya sebagai lokasi pembuka event ini namun juga sebagai lokasi runway utama bagi para fotografer maupun tamu undangan. Masjid juga menjadi titik-titik yang digunakan sebagai navigasi dalam menyaksikan JFC. Terdapat 2 masjid yang memiliki sense lokasi JFC ketika kegiatan ini berlangsung, yakni Masjid Al-Huda di Jl. Gajah Mada (Kelurahan Jember Kidul) dan Masjid Jami’ Al Baitul Amien di barat laut Alun-Alun Kota Jember (Kelurahan Jemberlor). Seperti halnya lokasi perbelanjaan dan Kantor Bupati Jember, kedua masjid ini juga menjadi patokan dalam menyaksikan JFC, dimana responden mengaku sudah mencapai Kota Jember ketika sudah sampai di lokasi tersebut diakibatkan mereka juga kadang menyaksikan JFC di sekitar titik-
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
92
titik lokasi ini. Selain karena lokasinya yang strategis sehingga menjadi patokan warga dalam menyaksikan JFC, kegiatan shalat yang dilakukan oleh sebagian besar penonton JFC yang adalah masyarakat Kabupaten Jember yang muslim menyebabkan kedua lokasi ini mendapat pengaruh JFC karena adanya nilai fungsional masjid ketika event ini berlangsung.
(a)
(b)
(c)
Keterangan: (a) = Toko Nico Jember Keterangan: (b) = Pusat Busana Muslin Syafia Keterangan: (c) = Masjid Al-Huda Gambar 5.18. Bangunan di Kota Jember yang Mendapat Sense Kota Karnaval [Sumber: Dokumentasi Pribadi, 7 Mei 2014]
5.2.2.2. Pengaruh Dimensi Sense Secara Permanen 5.2.2.2.1. House of Dynand Fariz House of Dynand Fariz merupakan rumah mode yang berkiblat pada tren fesyen dunia sekaligus menjadi kantor JFC. Kantor JFC yang mengatur kegiatan-kegiatan teknis karnaval berada di peringkat ketiga (12%) dalam persepsi masyarakat setelah Alun-Alun Kota Jember (46%) dan Gedung Serbaguna GOR Jember (23%). Hal ini menyatakan banyaknya responden yang tidak mengetahui lokasi kantor JFC itu sendiri sehingga lebih cenderung melihat karnaval yang digelar di sepanjang Alun-Alun Kota Jember hingga Gedung Serbaguna GOR Kota Jember. Rumah mode yang beralamat di Jl. Gunung Batu Permai Bl A/1-B, Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Sumbersari ini sehari-harinya ramai dengan berbagai kegiatan yang berbau mode, misalnya menerima menjahit pakaian maupun kegiatan-kegiatan JFC seperti pelatihan-pelatihan (in house training) Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
93
hingga pembuatan dan penjualan souvenir JFC. Pelatihan yang dilakukan kurang lebih 2x seminggu ini, baik perancangan busana, fashion runway, fashion dance, presenter, rias dan make up ditangani langsung oleh pihak JFC. Umumnya kegiatan pelatihan di rumah mode yang berada di belakang Kantor Radio Republik Indonesia (RRI) ini berakhir hingga pukul 16.00 WIB namun dapat menjadi lebih larut tergantung kegiatan yang dilakukan. Misalnya seperti pelatihan Jember Fashion Carnaval Marching Band yang dapat mencapai pukul 19.00 WIB pada hari-hari biasa ketika event JFC sedang tidak berlangsung atau menjadi sangat ramai ketika menjelang atau berlangsungnya event tersebut.
Gambar 5.19. Persiapan Karnaval di House of Dynand Fariz [Sumber: titik0km.com, diakses 7 Juni 2014 pukul 01.03 WIB]
5.2.2.2.2. Alun – Alun Kota Jember Alun-Alun Kota Jember selama 12 tahun terakhir menjadi pusat dari kegiatan JFC. Alun-Alun Kota Jember tidak hanya dipenuhi oleh kegiatan JFC ketika event ini berlangsung namun secara tetap melalui pelatihan Jember Fashion Carnaval Marching Band (JFC Marching Band) dan presentasi kostum maupun art wear yang kerap dilakukan di lokasi ini. Penggunaan alun-alun sebagai lokasi kegiatan tersebut sepeti sudah dijelaskan sebelumnya, dikarenakan oleh sifatnya yang sesuai dengan event JFC. Keramaian yang ditimbulkan oleh pelatihan marching band dan presentasi kostum sesuai ditempatkan di lokasi yang memang disediakan oleh Pemerintah Kota Jember sebagai prasarana kegiatan masyarakat.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
94
(b)
(a)
Keterangan: (a) = Presentasi Grand Costume JFC Keterangan: (b) = JFC Marching Band mengiringin presentasi JFC Gambar. 5.20. Presentasi JFC di Alun-Alun Kota Jember [Sumber: Dokumentasi Pribadi, 4 Mei 2014]
Alun-alun Kota Jember dijadikan tempat pelatihan JFC Marching Band yang biasanya dilakukan 2-3 kali seminggu di sebelah selatan Alun-Alun, terutama di malam hari. JFC Marching Band yang berlatih di malam hari ini kemudian juga menjadi hiburan tersendiri dalam meramaikan suasana malam di Alun-Alun. Selain sebagai tempat latihan, presentasi kostum maupun art wear yang dilakukan dua kali setiap bulannya juga kerap dilakukan di Alun-Alun setiap hari Minggu pagi pukul 06.30 – 08.00 WIB. Pemilihan hari Minggu dan di jam-jam tersebut dipengaruhi oleh kegiatan yang sedang berlangsung di sekitar Alun-Alun Kota Jember saat itu. Kegiatan ini mencakup olahraga yang dilakukan masyarakat Kabupaten Jember maupun kegiatan car free day. Car free day yang berlangsung di sepanjang Jl. Sultan Agung, Jl. PB Sudirman, Jl. Sudirman I, Jl. Ahmad Yani, dan Jl. RA. Kartini yang dimulai dari pukul 05.00 – 09.00 WIB kemudian membuka peluang bagi Pemerintah Kabupaten Jember untuk menjadikan ruas jalan Sultan Agung hingga alun-alun menjadi lokasi berjualan. Akibat lokasi yang strategis dan pemilihan waktu yang tepat tersebut menjadikan banyak masyarakat kemudian dapat menyaksikan sosialisasi JFC yang pada awalnya hanya bertujuan untuk berbelanja.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
95
Gambar 5.21. Pasar Kaget di Jl. Sultan Agung [Sumber: Dokumentasi Pribadi, 4 Mei 2014]
5.2.2.2.3. Aston Jember Hotel and Conference Center Hotel Aston yang dibangun pada tahun 2013 ini memiliki suatu kekhasan dalam menimbulkan sense Kota Karnaval. Identitas JFC yang terlihat melalui kostumnya yang unik ditunjukkan melalui keberadaan prototype JFC di lobi utama hotel Aston. Hal ini menyebabkan setiap tamu yang masuk ke dalam Hotel Aston akan melihat prototype bertemakan Venice tersebut sehingga menyebabkan tamu yang hadir mengambil kesempatan dengan berfoto bersama patung tersebut. Selain itu, lukisan 3 dimensi yang bertemakan Kanvas dan Tibet juga menimbulkan sense akan JFC yang mana menghiasi dinding Aston Hotel ketika tamu hotel ini hendak masuk ke dalam Sapphire Ballroom maupun Sapphire Meeting Room. Menurut Sdri. Novy Natalia Tejo, keberadaan patung dan lukisan yang memberikan nuansa JFC tersebut adalah keinginannya sendiri. Hal ini dipengaruhi oleh kedekatannya dengan JFCC yang mana Ia pernah melakukan magang maupun menjadi fotografer JFC. Alasannya meletakan prototype dan lukisan tersebut adalah agar mereka yang datang ke hotel berbintang 4 ini bisa merasakan sense JFC yang melambangkan Kota Karnaval di Kabupaten Jember.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
96
(a)
(b)
(c)
Keterangan: (a) = Prototype JFC Defile Venice Keterangan: (b) = Lukisan 3D JFC Defile Kanvas Keterangan: (c) = Lukisan 3D JFC Defile Tibet Gambar 5.22. Prototype dan Lukisan 3D Tema JFC di Hotel Aston [Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2 Mei 2014]
5.2.2.2.4. Rumah Sakit Bina Sehat Sejak tahun 2013, RS. Bina Sehat turut memeriahkan JFC dengan menghadirkan ambulan yang bergambar defile-defile JFC. Terdapat 2 unit ambulan emergency dan 1 unit mobil ambulan transportasi yang bertama-kan JFC, dengan mengambil defile tahun 2013 yakni Venice dan Kanvas. Adanya ambulan ini merupakan wujud dukungan RS. Bina Sehat terhadap JFC. JFC yang sudah menjadi pelopor fashion karnaval modern di Indonesia ini diharapkan makin diperkenalkan melalui ambulan yang melintasi kawasan kabupaten Jember maupun luar kota ini. Selain keberadaan ambulan bertemakan JFC, pada lobi RS. Bina Sehat juga terdapat prototype karnaval ini. Berdasarkan wawancara dengan pegawai rumah sakit tersebut, prototype tersebut dibuat sendiri oleh pegawai RS. Bina Sehat. Kurang lebih terdapat 3 buah patung JFC tersebut, yakni 2 buah di lokasi resepsionis dan 1 buah di dekat ruang tunggu pasien. Selain dalam mendukung program Pemerintah Kabupaten dalam memperkenalkan icon Jember ini ke seluruh lapisan masyarakat, diharapkan juga suasana karnaval terasa di RS. Bina Sehat. Pasien yang sakit dan tidak dapat menyaksikan JFC kemudian dapat merasakan suasana karnaval di rumah sakit ini.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
97
(a)
(b)
Keterangan: (a) = Ambulan Tema JFC Defile Kanvas Keterangan: (b) = Prototype JFC Buatan Pegawai RS. Bina Sehat Gambar 5.23. Ambulan dan Prototype JFC di RS. Bina Sehat [Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2 Mei 2014]
5.2.3. Dimensi Fit (Kesesuaian) Dimensi fit melihat bentukan yang ditimbulkan akibat pengaruh JFC, yakni hal-hal yang kemudian disesuaikan dengan adanya event tahunan ini.
5.2.3.1. Pengaruh Dimensi Fit Secara Temporal 5.2.3.1.1. Penutupan Jalan Jalur karnaval JFC yang adalah jalur utama perjalanan antar kota ditutup dalam rangka karnaval dengan catwalk terpanjang di dunia ini. Penutupan jalan dimulai pukul 10.00 WIB ketika kegiatan karnaval dilakukan, baik kids, artwear, maupun grand carnival. Menurut Dinas Perhubungan Kabupaten Jember, jalur yang ditutup dalam rangka menunjang event ini antara lain: A. Pada jalur rute peserta JFC pada jalan utama ke akses 1.
Simpang 3 pada mulut Gg. Dahlok/Jl. Sultan Agung.
3.
Simpang 3 pada mulut Jl. Diponegoro/Jl. Sultan Agung.
4.
Simpang 3 pada mulut Jl. Samanhudi/Jl. Sultan Agung.
5.
Simpang 3 pada mulut Jl. Kenanga/Jl. Gajah Mada.
6.
Simpang 3 pada mulut Jl. Cokroaminoto/Jl. Gajah mada.
7.
Simpang 3 pada mulut Jl. Gajah mada/Masjid Al Huda.
8.
Simpang 3 pada mulut Jl. Kertanegara/Jl. Gajah mada.
9.
Simpang 3 pada mulut Jl. Jayanegara/Jl. Gajah mada.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
98
10. Simpang 3 pada mulut Jl. Sentot Prawiryodirjo/Jl. Gajah mada
B. Lingkar Dalam 1.
Simpang 3 Hotel Nusantara
2.
Simpang 4 SMP 2 Jember
3.
Simpang 3 Citarum (Belakang BRI)
4.
Simpang 3 Jl. Gatot Subroto/Jl. A.Yani
5.
Simpang 3 Jl. Dewi Sartika/Jl. Gatot Subroto
6.
Simpang 3 Jl. Pantisiwi
7.
Simpang 4 Jl. Kartini
8.
Simpang 3 Gg. Dahlok/Jl. Gatot Subroto
9.
Simpang 3 Hotel Mars (menuju Jl. Sultan Agung)
11. Simpang 3 Jl. Samanhudi (menuju Jl. Sultan Agung ) 12. Simpang 4 Jl. HOS Cokroaminoto 13. Simpang 3 Jl. A.Yani/Jl. Ciliwung (menuju Alun-Alun Kota Jember) 14. Simpang 3 Jl. Kenanga/Jl. Bungur (menuju Jl. Gajah Mada) 15. Simpang 3 SPBU Kenanga (menuju Jl. Gajah Mada) 16. Simpang 3 Pasar Gebang (menuju Jl. Gajah Mada)
C. Lingkar Luar 1.
Simpang 3 Jl. Kartini/Jl. Trunojoyo
2.
Simpang 3 Jl. Diponegoro/Trunojoyo (menuju Pusat Perbelanjaan Matahari)
3.
Simpang 4 Jl. Samanhudi (menuju Jl. Sultan Agung)
4.
Simpang 3 Jl. Sentot Prawiryodirjo/Jl. KH. Shidiq
5.
Simpang 4 Bundaran DPR (menuju Jl. PB Sudirman)
Penutupan jalan ini selain dilakukan karena catwalk terpanjang di dunia ini memang menggunakan rute dari Alun-Alun hingga GOR Kaliwates, hal ini juga dilakukan dalam menjaga kenyamanan dan keselamatan mereka yang memadati arena karnaval. Dengan penutupan jalan kemudian diharapkan penonton,
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
99
fotografer, hingga pedagang-pedagang aman dari kendaraan yang hendak melintasi jalur utama penghubung segitiga emas Kabupaten Jember.
5.2.3.1.2. Perubahan Rute Jalan Penutupan jalan pada akhirnya berujung pada perubahan rute kendaraan (lihat Lampiran XVI). Mereka yang hendak menuju ke daerah lain di kawasan Besuki tidak dapat menggunakan jalur utama ketika event ini berlangsung. Perubahan rute jalan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Jember adalah sebagai berikut: 1.
Arus lalu lintas dari arah Patrang/Geladak Kembar menuju arah Mangli/Tawang Alun Sebelum: Jl. A. Yani→Jl. Trunojoyo→Jl. Gajah Mada→ Jl. Hayam Wuruk→Mangli→Tawang Alun Perubahan: Jl. A. Yani→Jl. Trunojoyo→Jl. KH. Shiddiq→ Jl. Agus Salim→Jl. Imam Bonjol→Jl. Raya Mangli→ Tawang Alun
2.
Arus lalu lintas dari arah Mangli menuju arah Geladak Kembar/RRI Sebelum: Jl. Raya mangli→Jl. Hayam Wuruk→Jl. Gajah Mada→Jl. Sultan Agung→Jl. Ahmad Yani→Gladak Kembar→RRI Perubahan: Jl. Raya Mangli→Jl. Hayam Wuruk→RS PTP Kaliwates (putar balik)→Jl.
Imam
Bonjol→Teuku
Umar→
Jl.
Suprapto→Gladak
Kembar→RRI
3.
Arus lalu lintas dari arah Mangli menuju arah SMP 2/Patrang Sebelum: Jl. Raya Mangli → JL. Hayam Wuruk → Jl. Gajah Mada → Jl. Sultan Agung → Jl. PB. Sudirman → SMP 2 → Patrang Perubahan: Jl. Raya Mangli → Jl. Hayam Wuruk → Jl. Gajah Mada → Masjid Al-Huda → Jl. Melati → Jl. Kenanga → Manggar (Patrang)
4.
Arus lalu lintas dari arah Gebang menuju arah Gajah Mada Sebelum: Jl. Kacapiring→Jl. Melati→Jl. Gajah Mada Perubahan: Jl. Kacapiring→Jl. Teratai→Jl. Gajah Mada
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
100
5.2.3.2. Pengaruh Dimensi Fit Secara Permanen 5.2.3.2.1. Pemotongan Jl. Gajah Mada Salah satu permasalahan yang terjadi setiap tahunnya akibat JFC adalah kemacetan karena penonton yang memadati lokasi karnaval dan akibat penutupan dan pengalihan jalan. Hal ini juga terjadi di Jl. Gajah Mada tepat di depan perumahan The Argopuro yang berjarak 450 m dari Jl. Nusantara. Keberadaan double way yang melintas tepat di depan gapura perumahan elit ini menyebabkan mereka yang hendak keluar atau masuk perumahan harus memutar kendaraannya terlebih dahulu karena perpotongan jalannya yang berjarak sekitar 50 m dari depan gapura ke arah timur (arah GOR). Hal yang sama juga terjadi di Jl. Imam Bonjol yang berada di seberang Perumahan The Argopuro. Putaran jalan yang dipenuhi oleh banyaknya penonton maupun pedagang kaki lima kemudian memperlambat laju kendaraan dan menimbulkan macet, terutama bagi pengguna kendaraan roda empat. Meninjaklanjuti masalah kemacetan ini maka Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Kabupaten Jember memutuskan untuk memotong double way di depan gapura The Argopuro dan Jl. Imam Bonjol serta meletakan lampu lalu lintas di kiri dan kanan jalan (lihat Gambar 5.23 dan Lampiran XVIII). Hal ini kemudian memperbaiki sistem lalu lintas di Jl. Gajah Mada dan mengurangi kemacetan bagi mereka yang hendak menuju/keluar The Argopuro atau Jl. Imam Bonjol ketika event JFC berlangsung. Selain itu, penempatan lampu lalu lintas juga diharapkan mengurangi angka kecelakaan. Lampu lalu lintas sebelumnya yang berada di simpang empat Mangli dengan jarak yang cukup jauh dari simpang empat Gajah Mada ini menimbulkan risiko kecelakaan. Mereka yang datang dari arah Mangli dengan kecepatan tinggi dapat diperlambat dengan adanya lampu lalu lintas ini.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
101
(a)
(b)
Keterangan: (a) = Kondisi Sebelum Pemotongan Jl. Gajah Mada Keterangan: (b) = Kondisi Sesudah Pemotongan Jl. Gajah Mada Gambar 5.24. Kondisi Sebelum dan Sesudah Pemotongan Jl. Gajah Mada [Sumber: Pengolahan Data, 2014]
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
102
5.2.3.2.2. Penanaman Tanaman Bakung-Bakungan di Double Way Gajah Mada Dinas PU Cipta Karya juga melihat pengaruh yang diakibatkan oleh JFC setelah event tersebut berakhir. Pengaruh yang ditimbulkan oleh JFC tidak hanya pengaruh yang positif namun juga negatif. Penonton yang memadati tepi jalur karnaval, dimulai dari Alun-Alun Kota Jember hingga GOR Kaliwates, membawa kerusakan bagi trotoar dan penghijauan yang ditanam oleh Dinas Pekerjaan Umum. Penonton yang memadati sepanjang ruas Jl. Sultan Agung dan JL. Gajah Mada ini bersinggungan dengan tanaman perdu dan bunga-bungaan di sekitar arena karnaval sehingga selalu membawa kerusakan bagi tanaman yang memang tidak tahan dengan gesekan manusia yang berlebihan. Akibat besarnya animo warga untuk menyaksikan event ini, Dinas PU belum memiliki soluasi yang signifikan bagaimana agar Kota Jember tetap terlihat hijau meskipun terus bersinggungan dengan masyarakat setiap tahunnya. Menurut Andrias dari Dinas PU Cipta Karya, tanaman-tanaman yang mengalami kerusakan terutama di double way Gajah Mada belum memiliki solusi. Saat ini solusi yang ada hanya penanaman tanaman bakung-bakungan. Selain indah dan tidak berbahaya bagi masyarakat, jenis tanaman ini akan mudah bersemi dalam waktu 2– 3 minggu apabila dipelihara melalui penyiraman tanaman. Animo warga yang besar ini menurut Andrias menyebabkan warga membawa tikar dari rumah untuk duduk-duduk di tepi jalan. Hal ini sesuai dengan hasil survey dimana terdapat seorang responden di Kelurahan Bangsalsari yang mengaku bahwa Ia beserta keluarga dan tetangganya sangat tertarik dengan keberadaan JFC. Loyalitasnya dalam menyaksikan JFC ditunjukkan dengan berangkat menonton JFC sejak pukul 09.00 WIB sementara acara JFC sendiri pada umumnya baru dimulai pada pukul 13.00 WIB. Hal ini menyebabkannya membawa tikar untuk duduk menunggu event ini dimulai. Hal ini yang kemudian menimbulkan kerusakan pada tanaman double way setiap tahunnya.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
103
(a)
(b)
Keterangan: (a) = Kerusakan Tanaman dan Trotoar di Double Way Arah GOR Jember (Timur) Keterangan: (b) = Kerusakan Tanaman dan Trotoar di Double Way Arah Mangli (Barat)
Gambar 5.25. Kerusakan Trotoar dan Tanaman di Double Way Gajah Mada [Sumber: Dokumentasi Pribadi, 7 Mei 2014]
5.2.4. Dimensi Access (Akses) Dimensi akses melihat lokasi yang mempermudah dalam mencapai arena karnaval, baik lokasi yang kerap digunakan maupun yang dibangun guna menjangkau kawasan tersebut.
5.2.4.1. Pengaruh Dimensi Access Secara Temporal 5.2.4.1.1. Terminal di Kabupaten Jember Terminal-terminal dalam lingkup Kabupaten Jember, yakni Terminal Tawang Alun, Arjasa, dan Pakusari juga mendapat pengaruh dari JFC ketika event internasional ini berlangsung. Terminal yang menjadi prasarana kendaraan umum wisatawan dari luar Wilayah Kota Administratif Jember ini kemudian mendapatkan penumpang yang cukup banyak oleh karena wisatawan dari luar Kabupaten Jember maupun penduduk Kabupaten Jember yang hendak menyaksikan JFC. Terminal-terminal ini banyak digunakan oleh wisatawan maupun penduduk Kabupaten Jember dalam menyaksikan JFC karena kemudahan dalam menggunakan moda transportasi kendaraan umum. Kendaraan umum yang selalu tersedia karena banyaknya macam dan unit menyebabkan mereka yang hendak
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
104
menuju pusat Kabupaten Jember tidak harus menunggu waktu keberangkatan yang terjadwal. Selain itu, kendaraan umum juga langsung mengantarkan penumpang ke lokasi terdekat penutupan jalan yang dapat disesuaikan dengan keinginan mereka masing-masing.
Gambar 5.26. Terminal Tawang Alun Kabupaten Jember [Sumber: Dokumentasi Pribadi, 7 Mei 2014]
5.2.4.1.2. Stasiun Jember Kereta api menjadi salah satu moda transportasi yang digunakan untuk menyaksikan JFC. Penggunaan moda transportasi kereta api menjadi salah satu opsi yang diperhitungkan karena meskipun memiliki jadwal tertentu, pemberhentian di Stasiun Jember yang berjarak sekitar ± 500 m dari Alun-Alun Kota Jember memudahkan mereka yang hendak menyaksikan JFC. Jarak Stasiun Jember yang berlokasi di Jl. Dahlia, Kelurahan Jember Lor, Patrang ini terhitung dekat dari jantung Kabupaten Jember. Hal ini mengingat Jl. Dahlia berada di persimpangan Jl. PB. Sudirman dengan Stasiun Jember yang berjarak ± 100 m dari jalan arteri ini. Jl. PB. Sudirman yang mengalami penutupan (SMAN 2 Jember) berjarak ± 300 m dari Jl. Dahlia. Selain itu, Jl. PB. Sudirman yang penuh dengan pedagang dan penonton yang hendak menyaksikan JFC di arena karnaval menyebabkan tidak adanya kendaraan umum yang dapat masuk ke area ini. Oleh sebab ini lah Stasiun Jember diperhitungkan sebagai prasarana menyaksikan JFC karena jaraknya yang dekat. Stasiun Jember yang melayani perjalanan ke dalam dan luar daerah di Provinsi Jawa Timur membawa kemudahan tersendiri bagi masyarakat di luar
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
105
kabupaten. Rute perjalanan ini menyebabkan tidak hanya masyarakat Jember saja yang dapat menyaksikan JFC melainkan juga wisatawan domestik.
Gambar 5.27. Stasiun Jember [Sumber: jaringnews.com, diakses 6 Juni 2014 pukul 13.22 WIB]
5.2.4.2. Pengaruh Dimensi Access Secara Permanen 5.2.4.2.1. Bandara Notohadinegoro Bandara di Kabupaten Jember, yakni Bandara Notohadinegoro di Desa Wirowongso, Ajung, mulai mendapakan penanganan lebih lanjut. Bandara yang pernah beroperasi sekitar 6 bulan ini di tahun 2007 dan terbengkalai hingga tahun 2014, pada Maret 2014 mendapat kunjungan dari PT. Garuda Indonesia wilayah Surabaya.
PT.
Garuda
Indonesia
melakukan
pengecekan
untuk
dapat
menginvestasikan maskapai komersil Citilink di bandara ini. Menurut Bapak Otto dari BAPPEKAB Jember, keberadaan bandara merupakan suatu usaha untuk mengatasi keterisolasian Kabupaten Jember dari kota-kota lainnya. Prasarana transportasi ini diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang ada di Jember, mengingat banyaknya potensi yang dapat dikembangkan, baik untuk bisnis maupun wisata. Pernyataan ini juga mendapatkan konfirmasi dari Bapak Job Pamungkas, menurutnya pembangunan kembali bandara ini kemungkinan merupakan efek berantai dari adanya JFC. Letak Kabupaten Jember yang berada di selatan Pulau Jawa dengan jarak ± 300 km dari Ibukota Provinsi Jawa Timur, Surabaya, sulit untuk dicapai dari
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
106
kota-kota besar lainnya di Jawa Timur. Kendaraan yang dapat digunakan untuk mencapai kabupaten ini antara lain bus kota maupun kereta api yang memakan waktu antara 4-8 jam dari Surabaya. Banyak pengunjung Kabupaten Jember baik dari dalam maupun luar Jawa Timur yang menggangap perjalan ke Kabupaten Jember memakan waktu yang cukup lama. Lebih lanjut menurut Dinas PU Cipta Karya, akses menuju ke Jember tergolong susah, dan keberadaan bandara ini juga tidak menutup kemungkinan melakukan penerbangan luar negeri karena pengaruh JFC. Dengan adanya bandara ini, wisatawan dari luar kota dan luar negeri dapat dengan mudah menuju Kabupaten Jember dalam menyaksikan karnaval internasional ini mengingat pengunjung yang tidak hanya berasal dari Kabuapaten Jember.
5.2.5. Dimensi Control (Kendali) Dimensi control melihat perubahan pada pemukiman warga akibat pengaruh JFC yang mana dilakukan atas keinginannya warga sendiri dalam menyokong brand Kota Karnaval. Hal ini kemudian dilakukan umumnya untuk alasan warga yang bersifat personal.
5.2.5.1. Pengaruh Dimensi Control Secara Temporal 5.2.5.1.1. Batik Bertemakan JFC Di Kelurahan Jember Lor, Kecamatan Patrang terdapat suatu sentra batik Jember bernama Rumah Batik Rolla. Sentra Batik yang berada di Jl. Mawar ini menjadi berkembang juga semenjak adanya JFC karena batik Jember juga dijadikan oleh-oleh bagi para wisatawan. Yang menjadi menarik dari sentra batik ini adalah dibuatnya batik tema JFC disaat sebagian besar sentra batik hanya membentuk motif tembakau. Batik motif JFC ini mulai terkenal sejak tahun 2013 dan dibuat berdasarkan selera masyarakat dan tren budaya yang sedang berkembang.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
107
Gambar 5.28. Batik Bertemakan JFC [Sumber: http://cakfatah.wordpress.com/2013/01/29/batik-adalah-identitas/, diakses 24 Mei 2014 pukul 18.09 WIB]
Pembuatan batik bertemakan JFC ini termasuk dalam dimensi control karena tujuannya yang untuk bisnis. Wisatawan yang hadir dengan tujuan utama menyaksikan JFC menyebabkan oleh-oleh lebih diminati dibanding dengan yang lain yang tidak memuat unsur JFC. Hal ini kemudian yang menjadi peluang bisnis sentra batik ini ketika event JFC digelar.
5.2.5.1.2. Peningkatan Kunjungan Lokasi Wisata di Kabupaten Jember Kehadiran JFC di tengah-tengah Kabupaten Jember tidak hanya membawa dampak positif terhadap perkembangan hotel, rumah makan, maupun tempat perbelanjaan. Hal ini juga dialami oleh lokasi pariwisata di Jember. Seperti wawancara dengan Ibu Deta Iramakasih dari Sie. Pemasaran Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jember, wisatawan yang datang ke Kabupaten Jember selain menyaksikan JFC juga akan mengunjungi lokasi pariwisata di Kabupaten Jember lainnya. Tempat wisata yang mengalami kunjungan ketika event JFC berlangsung misalnya Tanoker. Wisata egrang yang terletak di Desa Lodeokombo, Lodokombo ini melihat peluang dengan adanya JFC. Tempat wisata yang terkenal dengan festival egrang ini kemudian memperbaharui sistem wisatanya. Waktu pelaksaan festival kemudian dirubah mendekati waktu keberlangsungan JFC, misalnya di tahun 2014, Festival Tanoker dilakukan pada 23 Agustus 2014
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
108
sementara JIE (JFC International Event) dilangsungkan pada 20 – 24 Agustus 2014. Akibat pengaruh ini, wisata Tanoker yang unik dengan mengangkat kesenian daerah menjadi ramai dengan wisatawan dan fotografer. Oleh sebab itu, daerah Tanoker pun melakukan perbaikan fasilitas, terutama rumah makan dan tempat tinggal bagi pengunjung wisata ini. Dengan demikian, diketahui bahwa pengaruh dari JFC dapat mencapai lokasi sejauh 25 km dari pusat Kota Jember.
5.2.5.2. Pengaruh Dimensi Control Secara Permanen 5.2.5.2.1. Desain JFC di Lingkungan Masyarakat Kabupaten Jember Modifikasi lingkungan bertemakan JFC juga dilakukan oleh warga Kabupaten Jember sendiri, misalnya di Jl. Letjen Soeprapto, Kelurahan Kebonsari, Sumbersari. Masyarakat di RW 1 Dusun Krajan ini tidak hanya melihat JFC sebagai suatu kegiatan tahunan yang biasa, namun mereka menunjukkan dukungannya dengan poster di lingkungannya yang mulai diletakkan sejak tahun 2012. Desain yang sudah terpasang selama hampir 2 tahun ini menunjukkan bahwa warga daerah ini mendukung keberlangsungan JFC sehingga melakukan perubahan terhadap lingkungan tempat tinggalnya.
Gambar 5.29. Poster JFC di Dinding Pemukiman Kelurahan Kebonsari [Sumber: Dokumentasi Pribadi, 24 April 2014]
Hal yang serupa juga terlihat di Jl. S. Parman, Kelurahan Karangrejo, Sumbersari. Pada daerah ini terdapat poster yang memuat gambar kostum JFC pada
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
109
sebuah salon. Menurut Bpk. Hendy dari pihak JFC, kegiatan JFC memang bertujuan untuk melahirkan pemuda/i yang kreatif di bidang seni. Mereka yang melakukan in-house training di House of Dynand Fariz kemudian banyak yang keluar dari kegiatan karnaval ini dan membuka usaha di bidang seni seperti layaknya salon di Kelurahan Karangrejo tersebut.
Gambar 5.30. Poster Salon dengan Gambar JFC di Jl. S. Parman, Kelurahan Karangrejo [Sumber: Dokumentasi Pribadi, 24 April 2014]
Tabel 5.6. Kinerja Kota Berdasarkan Kategori Wilayah Dimensi Kinerja
Obyek yang Dipengaruhi
Kategori Wilayah
Obyek yang Kecamatan
(Temporal)
Dipengaruhi
Kecamatan
(Permanen)
Kota
Pembantu
Administratif
Bupati
Patrang, Kaliwates, Sumbersari, Ajung,
Vitality
Hotel dan Penginapan
Pakusari, Sukorambi,
Hotel
Puger,
Kaliwates, Sumbersari
Arjasa, Rambipuji, Tanggul, Wuluhan Rumah Makan Tenda
Kaliwates, Sumbersari
Pujasera, Restoran, dan Kafe
Kaliwates,
Sumbersari
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
110
Dimensi Kinerja
Obyek yang Dipengaruhi
Kecamatan
(Temporal) Kaliwates,
Parkir
Sumbersari
Pos Polisi
Kaliwates
Kota Jember
Dipengaruhi
Kecamatan
(Permanen)
Tempat
Alun-Alun
Kategori Wilayah
Obyek yang
Sumbersari
Calon mall
Kaliwates
Pusat Oleh-
Kaliwates,
Oleh
Sumbersari
Alun-Alun Kota Jember
Kota
Pembantu
Administratif
Bupati
Sumbersari
Sumbersari
Jl. Gajah
Sense
Mada, Sultan
Kaliwates,
House of
Agung, dan
Sumbersari
Dynand Fariz
GOR Jember
Kaliwates
RS. Bina Sehat
Kaliwates
Hotel Aston
Kaliwates
Hotel Aston
Kaliwates
Nusantara
Kota Jember
Penutupan Jalan Fit Perubahan Rute Jalan
Kaliwates,
Kaliwates, Sumbersari, Patrang
Access
Batik Tema Control
JFC Wisata Tanoker
Gajah Mada Tanaman di
Sumbersari,
double way
Patrang
Gajah Mada
Pakusari, Arjasa
Stasiun
Perempatan Jl.
Kaliwates,
Kaliwates, Terminal
Sumbersari
Bandara Notohadinegoro
Kaliwates
Kaliwates
Ajung
Sumbersari Pemukiman Patrang
Warga dengan
Sumbersari
Desain JFC
Ledokombo
Keterangan = Pengaruh secara Temporal = Pengaruh secara Permanen
[Sumber: Pengolahan Data, 2014]
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
111
Berdasarkan tabel sebelumnya diketahui bahwa jangkauan kinerja kota yang dipengaruhi konteks Kota Karnaval berbeda berdasarkan kinerja temporal maupun permanen. Untuk kinerja secara temporal, pengaruh yang ditimbulkan lebih tersebar di beberapa kelurahan (lihat lampiran XIX). Hal ini terlihat dari hotel dan penginapan, terminal, dan tempat wisata yang berada di Wilayah Pembantu Bupati yang dipengaruhi JFC. Hal ini membuktikan bahwa pengaruh JFC terhadap Kabupaten Jember ketika event ini digelar cukup besar akibat pengaruh animo masyarakat. Besarnya persentase responden yang loyal terhadap JFC pada pembahasan sebelumnya mempengaruhi lokasi-lokasi di Kabupaten Jember sehingga jangskauannya tidak hanya berada di wilayah Kota Administratif Jember yang menjadi lokasi kegiatan JFC melainkan tersebar di kabupaten ini. Untuk pengaruh yang ditimbulkan ketika event ini tidak sedang berlangsung, keberadaannya didominasi di Wilayah Kota Administratif Jember, dengan terdapat 1 obyek di luar wilayah tersebut (Kecamatan Ajung) (lihat lampiran XX). Hal ini menunjukkan bahwa meskipun event ini tidak sedang berlangsung, sense akan Kota Karnaval masih terasa di Kabupaten Jember. JFC bukan hanya menjadi event yang terbentuk karena rutinitas, melainkan menjadi bagian dalam identitas Kabupaten Jember. Hal ini menyebabkan banyaknya lokasi yang terbentuk dan memodifikasi daerahnya akibat pengaruh JFC, yang kemudian menjadi penyokong brand Kota Karnaval bagi Kabupaten Jember.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
112
BAB 6 KESIMPULAN
Persepsi masyarakat Jember terhadap JFC sebagai produk sosial brand Kota Karnaval cukup baik (positif) dan mendukung. Sebagian besar masyarakat Jember menyukai dan
setuju dengan event ini, hal ini dilihat dari tingkat loyalitas
responden dalam menyaksikan JFC yang cukup besar, yakni 42% dari keseluruhan responden. Persepsi responden berbeda berdasarkan kemudahan responden dalam menyaksikan karnaval, terutama dari segi jarak dan ketersediaan kendaraan. Selain itu persepsi ini juga dipengaruhi oleh konteks hiburan menurut masing-masing responden. Wilayah kota karnaval temporal dan permanen berada di Wilayah Kota Administratif dan Pembantu Bupati Jember. Wilayah kota karnaval temporal memiliki jangkauan yang lebih besar, dengan titik terjauh pada Hotel Leoshinta di Kecamatan Puger. Sedangkan wilayah kota karnaval permanen didominasi di Wilayah Kota Administratif Jember, terutama Kecamatan Kaliwates dan Sumbersari yang menjadi arena karnaval dan pusat kegiatan di Kabupaten Jember. Wilayah permanen ini memiliki titik terjauh di Bandara Notohadinegoro di Desa Wonosari, Kecamatan Ajung.
112
Universitas Indonesia
Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
113
DAFTAR PUSTAKA Adibah, Farah. (2006). Karnaval sebagai Media Komunikasi (Membaca Jember Fashion Carnaval sebagai Sebuah Resistensi Budaya). Tesis. Universitas Indonesia, Depok. Agusta, Ivanovich. (2005, 11 Oktober 2005). Metode Kualitatif. Makalah disampaikan dalam Lokakarya Metode Kualitatif, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta.
Diunduh
13
Februari
2014
pukul
15.04
WIB,
dari
http://ivanagusta.files.wordpress.com/2009/04/ivan-metode-kualitatif.pdf. Ali, Amar Akbar. (2009). Identitas Kota, Fenomena dan Permasalahannya. Ruang. 1 (1), 55–59. Diunduh 9 Februari 2014 pukul 20.19 WIB, dari http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/RUANG/article/view/723/622. Aprianto, Tri Chandra. (2011). Dekolonisasi Perkebunan di Jember Tahun 1930an–1960an. Tesis. Universitas Indonesia, Depok. Diakses 13 Juni 2014 pukul 14.02 WIB, dari http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20251696T%2028645-Dekolonisasi%20perkebunan-full%20text.pdf. Arifianto, Eko. (2010). Mengukur Kinerja Kota-Kota di Indonesia dengan Pendekatan City Development Index (CDI): Kajian Studi pada 32 Kota di Pulau Jawa Tahun 2008. Tesis. Universitas Indonesia, Depok. Diakses 25 Juli 2014 pukul 21.18 WIB, dari http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/131609T%2027560-Mengukur%20kinerja-Tinjauan%20literatur.pdf. Aston International. (2014). Aston Jember Hotel & Conference Center. Diakses 2 Juni 2013 pukul 17.09 WIB, dari http://www.astoninternational.com/eng/ hotel-detail /92/aston-jem0ber-hotel-conference-center. BAPPEKAB Jember. (2013). Buku Profil Hasil Pembangunan Kabupaten Jember. Jember: Pemerintah Kabupaten Jember. BPS Kabupaten Jember. (2014). Jember Dalam Angka 2013. Diakses 21 Maret 2014 pukul 12.03 WIB, dari http://jemberkab.bps.go.id/?hal=publikasi_ detil &id=1. BPS Kabupaten Jember. (2014). Kepadatan Penduduk, Sex Ratio dan Laju Pertumbuhan Penduduk (Series Tahun) Tahun 2013. Diakses 11 Maret 2014 pukul
11.05
WIB,
dari
http://jemberkab.bps.go.id/index.php?hal=
tabel&id=5.
113
Universitas Indonesia
Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
114
BPS Kabupaten Jember. (2014). Pengumpulan Data Statistik Hotel dan Akomodasi Lainnya.
Diakses
16
Juni
2014
pukul
09.08
WIB,
dari
http://jemberkab.bps.go.id/?hal=kegiatan_detil&id=7. Braund, Michael James. (2008). The Structures of Perception: An Ecological Perspective. The Structures of Perception. 2 (1), 123–144. Diunduh 19 Februari 2014 pukul 10.26 WIB, dari http://www.kritike.org/journal/issue _3/braund_june2008.pdf. Bungin, Burhan. (2005). Metode Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa. Chandon, P. (2013). Note on Measuring Brand Awareness, Brand Image, Brand Equity, and Brand Value. Fountainebleau: INSEAD. Diunduh 7 Maret 2014 pukul 8.25 WIB, dari https://flora.insead.edu/fichiersti_wp/inseadwp2003/ 2003-19.pdf. Eitel. & Spiekermann. (2007). Identity and the Place Branding Process. Building Reputation–Communicating Identity. Berlin:
Identity Lab. Diunduh
10 Maret 2014 pukul 4.28 WIB, dari http://www.identity-lab.de/ Publikationen/Place%20Branding_E_final_160607.pdf. Fajrin, Hasina. Dekonstruksi dalam Novel Laskar Pelangi. Makassar: Balai Bahasa Ujung Pandang. Diunduh 8 April 2014 pukul 08.11 WIB, dari http://www.researchgate.net/publication/258283997_Deconstruction_on_La skar_Pelangi_Novel. Fattah, Zaenul. (2013). Batik adalah Identitas. Diakses 24 Mei 2014 pukul 18.09 WIB, dari http://cakfatah.wordpress.com/2013/01/29/batik-adalah-identitas/. Filmer, AR. (2006). Theoretical Framework & Research Design. Backstage Space: The Place of the Performer. 3 (2), 15 – 51. Cambridge: Cambridge University Press. Halo Jember. “Hotel dan Kuliner Dongkrak Pertumbuhan Wisata Jember.” Halo Jember Edisi XI 2013: 28-19. Heding, Tilde., Knudtzen, Charlotte F., dan Bjerre, Mogens. (2009). Brand Management: Research, Theory, and Practice. London: Routledge. Diunduh 12
Maret
2014
pukul
16.06
WIB,
dari
www.tccim.ir/images/
docs/10%20Brand%20Management.pdf.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
115
Jannah, Raudlatul. (2010). Jember Fashion Carnaval (JFC), Identitas Kota Jember, dan Diskurs Masyarakat Jaringan. Tesis. Universitas Indonesia, Depok. Jember Media. (2013). JFC (Jember Fashion Carnaval) Tahun 2013 di Kabupaten Jember. Diakses 6 Juni 2014 pukul 13.22 WIB, dari http://www.garuda timurnews.com/2013/09/jfc-jember-fashion-carnaval-tahun-2013.html. JFCC. (2013). Galeri Foto Regular Event Untuk JFC-XII. Diakses 3 Juni 2014 pukul 18.45 WIB, dari http://www.jemberfashioncarnaval.com/main.php? com=gallery&ids=Regular%20Event. Johnson, R. Burke., Onwuegbuzie, Anthony J., dan Turner, Lisa A. (2007). Toward a Definition of Mixed Methods Research. Journal of Mixed Methods Research. 1 (2), 112 – 133. Diunduh 12 Maret 2014 pukul 7.40 WIB, dari https://drupal.coe.unt.edu/sites/default/files/24/59/Johnson%20 Burke%20Mixed%20 Methods%20Research.pdf. Kavaratzis, M., dan Ashworth, G.J. (2006). City Branding: An Effective Assertion of Identity or a Transitory Marketing Trick?. Place Branding and Public Diplomacy. 96 (5), 506 – 514. Oxford: Blackwell Publishing Ltd. Diunduh 11 Maret 2014 pukul 0.43 WIB, dari http://bestplaceinstytut.org/www/wpcontent/uploads/2010/09/Kavaratzis-Ashworth-2005-TESG.pdf. Kemendagri. Profil Kabupaten Jember. Diakses 12 Juni 2014 pukul 07.24 WIB melalui http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/35/ name/jawa-timur/detail/3509/jember). Kementrian Agama. Daftar Alamat Pondok Pesantren Tahun 2008/2009. Diakses 13 Juni 2014 pukul 17.08 WIB, dari
http://pendis.kemenag.go.id/file/
dokumen/pontren-35a.pdf. Lefebvre, Henri. (2007). The Production of Space (Donald Nicholson-Smith, Penerjemah). Victoria: Blackwell Publishing. Diunduh 30 Maret 2014 pukul 21.51 WIB, dari
http://faculty.georgetown.edu/irvinem/theory/
Lefebvre-Production-of-Space-excerpts-1.pdf. Lynch, Kevin. (1981). A Theory of Good City Form. Cambridge: Massachusetts Institute of Technology (MIT). Nazir, Mohammad. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
116
Niar, Wulandari. (2011). Pengaruh Strategi Komunikasi Pemasaran Terhadap Perilaku Pembelian Konsumen di Matahari Departement Store Mal Ratu Indah. Skripsi. Universitas Hasanuddin, Makassar. Diunduh 22 Maret 2014 pukul 16.08 WIB, dari http://repository.unhas.ac.id/. Nuttavuthisit, Krittinee. (2007). Branding Thailand: Correcting the Negative Image of Sex Tourism. Place Branding and Public Diplomacy. 3 (1), 21–30. London: Macmillan Publishers Ltd. Paradiso Magazine. (2013). 6 Provinsi Siap Kembangkan Wisata Karnaval. Diakses 6 Juni 2014 pukul 21.03 WIB, dari http://paradiso.co.id/2013/12/12/6provinsi-siap-kembangkan-wisata-karnaval/#more-6178. Pemerintah Kabupaten Jember. Selayang Pandang. Diakses 12 Juni 2014 pukul 21.47 WIB, dari http://jemberkab.go.id/selayang-pandang/. Prasetio, Endy Eko. (2012). Pengaruh Kegiatan JFC (Jember Fashion Carnaval) terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata di Kabupaten Jember. Skripsi. Sekolah Tinggi Pariwisata Jember. Rachmahana, Ratna Syifa’a. (2008). Psikologi Humanistik dan Aplikasinya dalam Pendidikan. El Tarbawi. 1 (1), 99 – 114. Diunduh 16 Februari 2014 pukul 3.46 WIB, dari http://fis.uii.ac.id/images/el-tarbawi-vol1-no1-2008-08rachmahana.pdf. Rahardjo, Christianto P. (2006, 11 Oktober 2005). Pendhalungan: Sebuah ‘Periuk Besar’ Masyarakat Multikultural. Makalah disampaikan dalam Jelajah Budaya, Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, Yogyakarta. Rangkuti, Freddy. (2004). The Power of Brands. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Rettie, Ruth. (2004). Using Goffman’s Frameworks to Explain Presence and Reality. 7th Annual International Workshop on Presence. Norwalk: Kingston University. Diunduh 9 Maret 2014 pukul 6.41 WIB, dari http://eprints. kingston.ac.uk/2098/1/Rettie.pdf. Setyawan, Ig. Dodiet Aditya. (2010). Populasi dan Sample Session 1. Surakarta: Politeknik Kesehatan Surakarta. Diunduh 24 Maret 2014 pukul 09.57 WIB, dari http://adityasetyawan.files.wordpress.com/2010/10/populasi-dan-sampe l-session-11.pdf.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
117
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sulipan. (2009). Penelitian Deskriptif Analitis: Berorientasi Pemecahan Masalah. Diunduh 11 Maret 2014 pukul 2.05 WIB, dari www.ktiguru.net/file.php/1/ moddata/data/3/9/46/Penelitian_Deskriptif_Analitis.pdf. Tashakkori, Abbas., dan Teddlie, Charles. (2002). Handbook of Mixed Methods in Social & Behavioral Research (Daryatno, Penerjemah). Los Angeles: Sage Publications, Inc. Tika, Moh. Pabundu. (1997). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Titik0km. (2013). Defile Mantan Pasien Bibir Sumbing di JFC 12. Diakses 16 Juni 2014 pukul 22.36 WIB, dari http://www.titik0km.com/defile-mantan-pasienbibir-sumbing-di-jfc-12.html#ixzz34ohchQ9Q. Tri. (2011). Perlunya “City Branding” untuk Rejang Lebong. Diakses 3 Juni 2014 pukul 22.31 WIB, dari http://www.rejanglebongkab.go.id/perlunya-citybranding-untuk-rejang-lebong/. Wang, Yingxu. (2007). On the Cognitive Processes of Human Perception with Emotions, Motivations, and Attitudes. Cognitive Informatics and Natural Intelligence. 1 (4), 1–13. Yuli, Aditya. (2011). City Branding sebagai Strategi Pengembangan Pariwisata ditinjau dari Aspek Hukum Merek (Studi Kasus City Branding Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Daerah Tujuan Wisata Unggulan di Indonesia). Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTY. 5 (1), 50–68. Diunduh 11 Maret 2014 pukul 0.11 WIB, dari www.unwahas.ac.id/publikasiilmiah/index.php/ QISTIE/article/download/600/717. Yulianti, Ike. (2008). Pengaruh Brand Image terhadap Pembentukan Brand Equity (Studi pada Kentucky Fried Chicken Jakarta). Skripsi. Universitas Indonesia, Depok. Diunduh 5 Maret 2014 pukul 16.00 WIB, dari http://lontar.ui.ac.id/ file?file=digital/124526-SK-Kom%20001%202008%20Yul%20P-Pengaruh %20brand-Literatur.pdf.
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
118
LAMPIRAN
118
Universitas Indonesia
Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
119
LAMPIRAN 1. Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN DATA RESPONDEN Nama: Tahun Lahir: 19_____ Jenis Kelamin: P/L* Alamat: Pendidikan Terakhir: Pekerjaan Saat ini: Agama: Ras/Suku: Lama Tinggal di Jember:
Di:
1.
Apakah nama karnaval yang ada di Kabupaten Jember?
2.
Jika menjawab JFC, langsung ke pertanyaan 3. Jika Tidak, tahukah Anda karnaval lain? (Ya/Tidak)*
3.
Apakah Anda tahu Jember dijuluki Kota Karnaval? (Ya/Tidak)* Jika Ya, dari mana Anda mengetahui julukan tersebut?
4.
Dari mana Anda pertama kali mengetahui JFC?
5.
Siapakah pemrakarsa JFC?
6.
Pagelaran JFC diadakan di Jember dalam rangka
7.
Sudah berapa lama JFC diadakan?
8.
Dari daerah mana sajakah peserta JFC?
9.
Dari daerah mana sajakah penonton JFC?
pada bulan
tahun
10. Adakah hal-hal yang menginforamasikan adanya JFC di daerah ini? (misalnya spanduk, baliho, dsb.) Ya/Tidak* Jika Tidak, dimanakah Anda pernah melihat spanduk JFC?
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
120
11. Apakah JFC unik menurut Anda? (Ya/Tidak)* Jika Ya, apakah keunikannya? 12. Apakah JFC menjadi produk lokal Jember? (Ya/Tidak)* 13. Adakah wilayah lain yang memiliki kemiripan karnaval seperti JFC? (Ya/Tidak)* (Jika ada, lanjutkan ke pertanyaan No. 17, jika tidak, lanjutkan ke pertanyaan No. 18) 14. Daerah manakah yang memiliki kemiripan karnaval dengan JFC? Anda lebih suka datang ke JFC atau karnaval kota lain? (JFC/Karnaval Kota Lain)* Alasan: 15. Apakah JFC bersifat terlalu ke barat-baratan? (Ya/Tidak*) Alasan: 16. Seberapa sering Anda menonton JFC? Selalu menonton | (Sampai Acara Selesai/Tidak*) Beberapa kali: kali | (Sampai Acara Selesai/Tidak*) Tidak pernah 17. Adakah sosialisasi dari tokoh masyarakat atau pihak penyelenggara JFC ke daerah ini? (Ada/Tidak)* 18. Bagaimana kinerja pihak terkait dalam menyelenggarakan kegiatan ini? 19. Apakah dampak positif yang Anda rasakan dari JFC? 20. Apakah dampak negatif yang Anda rasakan dari JFC? 21. Sesuaikah karnaval ini diterapkan di Jember? (Sesuai/Tidak)* Alasan: 22. Sesuaikah Jember dijuluki Kota Karnaval? (Sesuai/Tidak)* Alasan: 23. Puaskah Anda dengan kegiatan karnaval ini? (Puas/Tidak)* Alasan:
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
121
24. Akses menuju lokasi JFC Jarak : Parkir/turun di
km Moda Transportasi:
25. Adakah kerabat yang menjadi peserta JFC? (Ya/Tidak)* 26. Pernah kah Anda mengajak kerabat untuk menyaksikan JFC? (Ya/Tidak)* 27. Dimanakan lokasi perubahan infraskruktur semenjak penyelenggaraan JFC? (misalnya perubahan jenis pekerjaan, perbaikan jalan, dsb.) Pembangunan rumah makan, hotel: Keamanan: Kebersihan: Perbaikan akses: Pembangunan/perbaikan tempat dalam mendukung kegiatan karnaval: 28. Apakah kata yang menggambarkan JFC?* Meriah Biasa Saja Sumpek Penyimpangan Membosankan Lainnya:
29. Apakah Anda memasang TV/TV kabel?* Jika memasang, apa alasan Anda tetap menyaksikan JFC secara langsung?
30. Ke mana sajakah Anda biasanya melakukan rekreasi? (misalnya alun-alun, dll) 1. _________________________________________________________ 2. _________________________________________________________ 3. _________________________________________________________
Keterangan: *Pilih salah satu
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
122
LAMPIRAN II. Daftar Pondok Pesantren di Kabupaten Jember No.
Nama Pondok Pesantren (PP)
Alamat
Kecamatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.
PP. Al–Falah PP. As–Sunniyah PP. Darul Falah PP. Darul Falah PP. Darul Qoror PP. As-Sunniyyah PP. Al–Ikhwaniyyah I PP. Al–Ikwaniyyah II PP. Al–Ma'unah PP. Al–Mubarokah PP. Al–Muafy PP. An–Nur PP. Darul Hikmah PP. Darul Muqomah PP. Darut Tholibin Barokah Al PP. Mathlabul Ulum A–Falah PP. Miftahul Huda PP. Miftahul Ulum PP. Miftahul Ulum PP. Nahdlotul Muta'allimin PP. Nahdlotul Tholibin PP. Nahdlotut Tholibin PP. Ngashor PP. Qothrotul Ulum PP. Safiiyah Al–Hasani PP. Salafiyyah Darun Najah PP. Tsamrotul Afkar
28.
PP. Al–Falah
29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41.
PP. Al–Basyiriyah PP. Al–Ikhsaniyah PP. Al–Mubarok I PP. Al–Mubarok II PP. Al–Mubarokah PP. Al–Munawiri PP. Bustanul Ulum PP. Bustanul Ulum PP. Darul Falah PP. Mambaul Huda PP. Misbahul Hidayah PP. Syuhada Darul Muhibbin PP. Al–Falah Putri
Jl. Sumeru, Dusun Ponjen Lor Jl. KH. Jauhari Zawawi Jl. KH. Hasyim No. 58, Desa Cakru Jl. Dewi Sartika Dusun Gondangrejo, Desa Cakru Dusun Kapitan RT 02/RW 03 Dusun Bendorejo, Desa Karangrejo Dusun Bendorejo, Desa Karangrejo Jl. Garuda No. 12 Jl. Ky. Muafy Abdullah Dusun Jeni Desa Tembokrejo Desa Tembokrejo Desa Purwo Asri Jl. Umbulsari No. 3, Dusun Krebet Desa Kepanjen Desa Karangrejo Desa Kepanjen Jl. Merak 125, Dusun Krebet Dusun Jatiagung Dusun Krajan Desa Tembokrejo Dusun Jatiagung, Desa Gumukmas Desa Karangrejo Dusun Sambileren Pur Desa Bagorejo Dusun Kerebet, Desa Gumukmas Dusun Kalimalang, Desa Mojomulyo Dusun Krajan Desa Mojosari Jl. Bagon No. 50, Desa Suling Jl. Bagon No. 50, Desa Suling Dusun Suling, Desa Bagon Desa Kasiyan Desa Mlokorejo Dusun Kalimalang, Desa Mojosari Dusun Penitik, Desa Wonosari Jl. Sukodirjo No. 13 Gadung Angkasiyan Jl. Adi Darmo, Desa Puger Kulon Dusun Kepel, Desa Ampel
Kencong
Gumukmas
Puger
Wuluhan
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
123
No.
Nama Pondok Pesantren (PP)
Alamat
42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66.
PP. Al–Mubarok PP. Al–Qona'ah PP. Al–Hikam PP. Al–Islah PP. Al–Khanief PP. Al–Muta'allimin PP. Baitussalim PP. Darul Falah PP. Darul Huda PP. Darus Salam PP. Darussalam PP. Mambaul Ulum PP. Nahdatul Arifien PP. Nurul Huda PP. Tarbiyatul Ulum PP. Al–Khairiyah PP. Baitul Hikmah PP. Al–Amin PP. Al–Azhar PP. Al–Fagiri PP. Al–Hidayah PP. Al–Huda PP. Al–Ikhlas Darun Najah PP. Al–Qur'an Nurul Islam PP. Bahrul Ulum PP. Bustanul Mubtadi'in Al– Ans PP. Bustanul Ulum PP. Darul Ulum PP. Darul Ulum Assurur PP. Falah PP. Miftahul Ulum I PP. Miftahul Ulum II PP. Miftahul Ulum Sabar Maju PP. Misbahul Falah PP. Nurul Ihsan PP. Taman Giri PP. Tarbiyatus Sibyan PP. Al–Huda PP. Al–Ishlah PP. Al–Muhajirin PP. Al–Qohiriyah Badruttamam PP. As–Salam
Dusun Tegal Banteng, DesaKesilir Wuluhan Dusun Langon, Desa Andongsari Desa Sumberejo Jl. Cemara 125, Desa Sentong Jl. Mangunsarkoro Dusun Krajan, Desa Andongsari Jl. Cut Nyak Dien No. 2 Jl. Kotta Blater No. 59 Jl. Dewi Sartika Dusun Pontang Tengah Jl. SMPN 2 No. 49, Desa Sambrang Desa Sumberejo Jl. Raden Fatah RT 3/RW 3 Dusun Pontang Tengah Dusun Kauman Jl. KH. Abdur Rahman 132 Dusun Garahan Jati Dusun Darungan Utara Dusun Krajan Jl. PTPN XII, Dusun Silosanen Dusun Kebun Langseb Desa Karangharjo Desa Silo Dusun Sumber Lanas Barat
67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83.
Kecamatan Wuluhan
Ambulu
Tempurejo
Dusun Garahan Krajan Jl. PTPN XII SDN Sukmo Ilang Dusun Kebun Langseb Jl. Banyuwangi Jl. KH. Syamsul Arifin 2 Jl. Simpang Partelon Silo Jl. Simpang Partelon Silo Desa Pace Sokmoilang Dusun Karang Tengah Dusun Sumber Lanas Timur Jl. Taman Giri Jl. Barat Lapangan Dusun Krajan Dusun Klayu RT 02/RW 06 Jl. Tanjung Sari 9 Desa Mrawan–Pring Tali Jl. Sunan Ampel Dusun Krajan, Desa Sidomukti
Silo
Mayang
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
124
No.
Nama Pondok Pesantren (PP)
84. 85. 86. 87. 88.
PP. Bahri Yatunnafi'ah I PP. Bahri Yatunnafi'ah II PP. Darussalam PP. Makarimal Akhlak PP. Miftahul Ulum
89.
PP. Mu Darul Mukhlishin
90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110. 111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. 118. 119. 120. 121. 122. 123.
PP. Nurul Rohman PP. Nurul Ulum PP. Raudhlatul Jannah PP. Salafiyah DU PP. Sirojul Ulum PP. Walisongo PP. Al–Ahmad Assadali PP. Al–Fattah PP. Al–Ahmad Assadali PP. Mambaul Ulum PP. Salafiyah Syafiiyah PP. Ummul Qurro PP. Addinyati PP. Al–Ishlah PP. Darussalam PP. Jam'iyatul Mubtadi'in PP. Kertonegoro PP. Manbaul Ulum PP. Raudlatut Tholabah PP. Raudlatut Mubtadiin PP. Raudlatut Tholabah PP. Raudlatut Tholabah Putri PP. Ar–Raudhotul Najah PP. As–Shafa PP. Baitul Amin Barokah PP. Darul Hikam PP. Mambaul Ulum PP. Miftahul Ulum PP. Miftahul Ulum PP. Nurul Wajid PP. Nurul Yaqin PP. Roudhotul Ulum PP. Sabilal Muhtadin Putri PP. Salafiyah Al–Falah
124. PP. Salafiyah Al–Mukhtar 125. PP. Syarif Hidayatullah
Alamat
Kecamatan
Dusun Ledok Dusun Ledok Desa Sidomukti Desa Tegalwaru Jl. Pahlawan, Dusun Ledok Jl. KH. Abdullah No. 4, Desa Tegalan Dusun Klayu Desa Sumber Kejayan Desa Tegalrejo Jl. PDP, Desa Sumberwadung Jl. Sumber Wadung No. 1 Dusun Seputih Dusun Bulangan Dusun Mandigu Jl. Bulangan Lengkong Desa Karang Kedawung Desa Lengkong Dusun Krajan Jl. A. Yani 164 Desa Jenggawah Jl. Diramuddin No.7 Jl. Kata Blater Jl. Nusa Indah 128 Jl. Temporejo 27 Jl. Balung Kebonsadeng Jl. Dewi Sartika Darussalam Dusun Kebonsadeng Dusun Kebonsadeng Dusun Gendir, Desa Karangpring Utara Perundin Dusun Ganding, Desa Karangpring Dusun Krajan Jl. Gurami, Desa Dukuh Mencek Jl. Manggis Jl. Ampo Dusun Pakel, Desa Karangpring Jl. Bandeng Jl. Mujjahir No. 21 Desa Karangpring Dusun Krajan, Desa Cempakaan Dusun Nogo Sari, Desa Curah Dami Desa Manggisjatian
Mayang
Mumbulsari
Jenggawah
Sukorambi
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
125
No.
Nama Pondok Pesantren (PP)
126. PP. Al–Ikhlash 127. PP. Al–Ithobah 128. PP. Al–Misri 129. PP. Al–Muhajir 130. 131. 132. 133. 134. 135. 136. 137.
PP. An–Nur PP. An-Nur HA PP. Annuriyyah PP. Darul Lughan Wadda ' wah PP. Darul Ulum PP. Hubbul Qur'an PP. Kasyiful Ulum PP. Mamba'ul Ulum
138. PP. Nurul Huda 139. PP. Raudhatul Athfal 140. PP. Salafiyah Kasyiful Ulum 141. 142. 143. 144. 145. 146. 147. 148. 149.
PP. Sirajul Anwar PP. Al–Hasaniyah PP. Al–Istiqomah PP. Al–Multazam PP. Baitul Arqom PP. Balung Kidul As–Salafi PP. Bustanul Ulum PP. Hikmatul Hasan PP. Sunan Gunung Jati
150. PP. Al–Islah 151. PP. Asy-Syihabiyah 152. PP. Darul Muttaqin 153. PP. Fatihul Ulum 154. 155. 156. 157.
PP. Miftahul Ulum PP. Al–Hafidiyah PP. Al–Wafa PP. Arriayah
158. PP. Azzakkiah 159. 160. 161. 162. 163. 164.
PP. Darus Salamah I PP. Darus Salamah II PP. Darussalam PP. Fatikhul Ulum PP. Hasbunallah PP. Miftahul Huda
Alamat
Kecamatan
Jl. Pemuda 31 Dusun Curah Banteng Desa Curahmalang Dusun Gayam RT 01/RW 01, Desa Kaliwining Desa Rambigundam Desa Rambigundam Jl. Darmawangsa 84 JL. PP. Sirotul Anwar Jl. R. Sanadin Jl. Gumuk Bago Jl. KH. Alwi. No. 1 Jl. Rengganis Dusun Gumuk Limo, Desa Nogosari Dusun Jereng Barat Jl. Khalwino Rowo, Desa Tamturmbsen Jl. Sirojul Anwar Desa Balung Wetan Kali Desa Gumelar Jl. Jawa Jl. Karang Duren No. 32 Jl. Pesatren Jl. Sholehuddin No. 11 Jl. H. Syahid No. 73 Desa Curah Lele Dusun Curah Putih, Desa Tegal Wangi Jl. KH. Syihabuddin No. 1 Dusun Umbulrejo Jl. Khrofii No. 4, Dusun Blokmundu, Desa Mondokrejo Dusun Krajan Lor, Desa Yosorati Dusun Krajan Kidul, Desa Yosorati Jl. Taman Dusun Krajan Lor, Desa Yosorati Dusun Gelang Paci, Desa Gelang RT 2/RW 2 Dusun Krajan Jl. Merdeka Raya Jl. Merdeka Raya Desa Lahajar Desa Jatiroto Desa Jatiroto
Rambipuji
Balung
Umbulsari
Sumber Baru
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
126
No.
Nama Pondok Pesantren (PP)
165. PP. Miftahul Ulum I 166. PP. Miftahul Ulum II 167. PP. Miftakhul Ulum 168. PP. Miftakhul Ulum 169. PP. Nurul Jamil Putra 170. PP. Nurul Jamil Putri 171. 172. 173. 174. 175.
PP. Raudlatul Muta’allimim VI PP. Raudlatul Muta'allimin I PP. Raudlatul Mutaalimin II PP. Raudlotul Ulum PP. Riyadlus Sunnah
176. PP. Roudhatul Jannah 177. 178. 179. 180. 181. 182. 183.
PP. Roudlhotut Tholabah PP. Sabilul Muttaqin PP. Salafiyah As–Sofwaniyah PP. Salafiyah Riyadhus Sholihi PP. Tarbiyatul Aulaad PP. Al–Majidi I PP. Al–Majidi II
184. PP. Bustanul Ulum 185. 186. 187. 188. 189. 190. 191. 192. 193. 194. 195. 196. 197. 198. 199. 200. 201. 202. 203.
PP. Darul Muthohirin PP. Darus Salam I PP. Darus Salam II PP. Fatihul Ulum PP. Miftahul Ulum PP. Nurul Huda PP. Sunan Drajat PP. Al–Azhari PP. Al–Marhamah PP. Al–Furqon PP. Al–Amin PP. Al–Hasan PP. Al–Hikmah PP. Darus Salam PP. Fathul Mu'in PP. Mambaul Ulum II PP. Miftahul Ulum I PP. Miftahul Ulum Kemiri PP. Nahdlatul Arifin
Alamat
Kecamatan
Dusun Karang Anom, Desa Karang Bayar Dusun Krajan Desa Karang Bayat Dusun Lanasan Desa Gelang Dusun Gondosari, Desa Rowo Tengah Dusun Gondosari, Desa Rowo Tengah Dusun Pali Jl. PTPN XII Karang Anom Dusun Gelang Paci, Desa Gelang Dusun Krajan Dusun Darungan Dusun Gondosari, Desa Rowo Tengah Dusun Krajan Dusun Mangis, Desa Karang Bayat Dusun Krajan Kidul Desa Pakeman Desa Rowo Tengah Desa Selodakon Desa Selodakon Dusun Tegal Paron, Desa Selodakon Jl. Pemandian No. 48 Dusun Penggungan Dusun Klatakan Jl. Raya Jember Desa Sumber Wringin Desa Karang Anyar Jl. HOS. Cokrominoto Jl. Argopuro No. 9 Jl. Sumber Gebang, Desa Langkap Dusun Kemundungan Dusun Karang, Desa Kebun Sulo Jl. Tropong Bintang Dusun Badean, Desa Surut Jl. Dinoyo Gebang Dusun Plalangan Jl. KH. Musyarrat Syafi’i No. 1 Dusun Mencek Desa Serut Jl. KH. A. Yasin No. 2 Desa Kemuningsari Lor
Sumber Baru
Tanggul
Bangsalsari
Panti
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
127
No.
Nama Pondok Pesantren (PP)
Alamat
204. 205. 206. 207. 208. 209. 210. 211. 212. 213. 214. 215.
PP. Nurul Ulum PP. Raudlatul Ulum PP. Al–Amien PP. Baitur Rahman PP. Hujjatul Islam I PP. Hujjatul Islam II PP. Raudlhotul Islam Barokatul PP. Roudlatul Ulum PP. Al–Azizul Jabbar PP. Aly Mabrur PP. Habiburrahman PP. Miftahul Hasan PP. Miftahul Ulum Al–Aziz Al J PP. Miftahul Ulum Putri PP. Nururrahman PP. Sunan Giri PP. Al–Absani PP. Al–Mubarok PP. Bahrul Ulum I PP. Bahrul Ulum II
Jl. Rajawali Dusun Gaplek, Desa Suci Jl. KH. Abdurrahman No. 35 Jl. Cempaka RT 04 Dusun Bendelan Dusun Bendelan Jl. Himalaya Jl. Argopuro No. 134, Desa Kamal Jl. Borobudur No. 2 Jl. Supriyadi No. 94, Desa Patemon Desa Plalangan Jl. PB. Sudirman
216. 217. 218. 219. 220. 221. 222. 223.
224. PP. Darul Hidayah 225. 226. 227. 228. 229. 230. 231. 232. 233. 234. 235. 236. 237. 238. 239. 240. 241. 242. 243. 244. 245.
PP. Miftahul Ulum I PP. Miftahul Ulum II PP. Miftahus Sa'adah II PP. Nurul Imam PP. Yanabiul Ulum PP. Zainul Muain PP. Bahjatul Ulum PP. Baiturrahman PP. Bustanul Ulum PP. Bustanul Ulum PP. Darul Hikmah PP. Darus Sa'adah Al Karim PP. Darus Salam PP. Manbaul Ulum PP. Manhadlul Ubbad PP. Miftahul Ulum I PP. Miftahul Ulum II PP. Muslimin I PP. Muslimin II PP. Najatus Sholihin PP. Nurul Muhajirin
Kecamatan Panti
Arjasa
Pakusari
Jl. Borobudur No. 4 Desa Kertosari Dusun Parasian, Desa Jatian Desa Subo Desa Sbr. Ketempa Jl. Imam Bonjol Desa Sukoreno Dusun Krajan Dusun Karang Peton, Desa Glagah Wero Jl. Diponogoro Gg. Pesantren Desa Glagah Rejo Durun Krajan RT 02/RW 02 Dusun Krajan RT02/RW01 Dusun Jambungan, Desa Plalangan Desa Kalisat Desa Sukowono Jl. Maesan No. 50 Desa Arjasa Jl. Kalisat Desa Sumberwaru Desa Sumberwaru Dusun Tanggor, Desa Sukosari Desa Sukosari Desa Kampung Tengah Dusun Krajan Klole Desa Sukorejo Desa Dwh. Mangli Jl. Sukma No. 67 Jl. Sukma No. 67 Dusun Kojuk Jl. Imam Sukarto No. 46
Kalisat
Sukowono
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
128
No.
Nama Pondok Pesantren (PP)
246. PP. Salafiyah Syafiyah Nurul 247. PP. Zaidul Ali 248. PP. Al–Majid 249. 250. 251. 252. 253. 254. 255. 256.
PP. Al–Badri PP. Al–Qolam PP. An–Nuriyah PP. Bahrul Ulum PP. Darul Khairat PP. Miftahul Ulum I PP. Miftahul Ulum II PP. Nurul Manan
257. PP. Saadatul Darain 258. PP. Alkholiliyah 259. 260. 261. 262. 263. 264. 265. 266. 267. 268. 269. 270. 271. 272. 273. 274. 275. 276. 277. 278. 279. 280. 281.
PP. As–Surur PP. Asy–Syifa PP. Az–Zayadi PP. Baitul Azhar PP. Darul Ulum Assurur PP. Fatihul Ulum PP. Mabdaul Ulum PP. Miftahul Ulum PP. Miftahul Ulum PP. Miftakhul Ulum I PP. Miftakhul Ulum II PP. Mikhrajul Ulum PP. Nurul Anwar PP. Nurul Iman PP. YPP Nurul Islam Al– Hamidy PP. Al–Mubarok I PP. Darul Falah PP. Al–Falah PP. Al–Islah PP. Al–Islah PP. Al–Mubarok II PP. Al–Qodiri PP. Al–Marhamah
282. PP. Hidayatul Muta’allimin 283. PP. Miftahul Ulum 284. PP. Riyadlul Qoriin
Alamat
Kecamatan
Jl. Sumber Kalong No 26 Dusun Krajan RT 02/02 Dusun Karang Tengah, Desa Rowosari Dusun Rowo Desa Sumber Bulus Desa Sumber Salak Dusun Karang Bireh Dusun Karang Bireh Barat Dusun Kopang, Desa Slateng Jl. Cenderawasih No. 17 Desa Sukogidri Desa Lembengan No. 119 RT 03/RW 09 Dusun Sadengan Barat, Desa Rowo Tengah Jl. Cendrawasih Jl. Ledokombo No. 9 Dusun Krajan Desa Sumber Pakem Desa Cumedak Dusun Semer RT 04/RW 02 Desa Lumbung Desa Rowosari Desa Pringgondani Dusun Panggung Tinggi, Paleran Dusun Panggung Tinggi, Paleran Jl. Raung Dusun Paleran Jl. Raung Dusun Paleran Desa Randu Agung RT 02/RW 01
Sukowono
Ledokombo
Sumberjambe
Desa Jambearum Jl. Jasa Lafiah Jl. Curah Udang Desa Wirowongso Jl. Argopuro No.65 Jl. PTPN XII Desa Kendal Dusun Semboro Lor, Semboro Jl. Jasa Lafiah Jl. Otista Jl. PTPN II Dusun Kandangan, Desa Pondok Dalem Dusun Rowotengu, Desa Sidomulyo Jl. Otista No. 50
Ajung
Semboro
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
129
No.
Nama Pondok Pesantren (PP)
285. PP. Al–Hikmah 286. PP. Mabdaul Ma'arif 287. PP. Nurul Khotib 288. PP. Nurul Mubin 289. PP. Salafiyah Nurul Huda 290. PP. Al–Hidayah 291. 292. 293. 294. 295. 296. 297. 298. 299. 300. 301. 302. 303. 304. 305. 306. 307. 308. 309.
PP. Al–Hikmah PP. As–Sholihin Suger Kidul PP. Fatahillah PP. Mahfilud Duror I PP. Mahflud Duror Asshoihin PP. Mahfud Durror VI PP. Mambaul Ulum PP. Mifatkhul Ulum PP. Misbahul Ulum PP. Nahdlatul Ulum I PP. Nahdlatul Ulum II PP. Nurul Hidayah PP. Nurul Iman PP. Raudlotul Jannah PP. Salafiyah Mahfluddurrah PP. El–Aniesah PP. Miftahul Ulum PP. Al–Baitul Rahman PP. Al–Aziz
Alamat
Kecamatan
Jl. PB. Sudirman No. 1 Jl. Wahid Hasyim No. 35 Jl. Guntur No. 16 Dusun Sari Agung, Desa Padomasan Dusun Semboro Lor Dusun Tegal Batu, Desa Suko Jember Jl. KH. Bukhori No. 11 Jl. Melati II Jl. PB. Sudirman No. 94 Jl. Bondowoso Jl. Melati III Desa Suger Kidul RT 01/RW 01 Desa Plalangan Jl Imam Bonjol No. 48 Jl. PB Sudirman Desa Suko Jember Jl. PB. Sudirman No. 17 Desa Suko Jember Dusun Cangkring Desa Sukowiryo Dusun Leles Desa Suger Kidul JL. Imam Bonjol No. 178 Jl. Imam Bonjol No. 48 Dusun Mojan Jl. Merak No. 2
Jombang
Jelbuk
Sumbersari Kaliwates Patrang
[Sumber: http://pendis.kemenag.go.id/]
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
LAMPIRAN III. Peta Lokasi Pengambilan Titik Sampel
Universitas Indonesia
130
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
Universitas Indonesia
LAMPIRAN IV. Peta Sebaran Responden dengan Brand Association Orisinalitas
131
Universitas Indonesia
Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
Universitas Indonesia
LAMPIRAN V. Peta Sebaran Responden dengan Brand Association Menarik
132
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
Universitas Indonesia
LAMPIRAN VI. Peta Sebaran Responden dengan Brand Association Terkenal
133
Universitas Indonesia
Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
134
LAMPIRAN VII. Jumlah Peserta JFC ke-13 per April 2014
Kabupaten Jember Kecamatan Jumlah Ajung 3 Ambulu 2 Arjasa 2 Balung 15 Gumuk Mas 1 Kalisat 4 Kaliwates 33 Ledokombo 2 Mumbulsari
1
Pakusari Patrang Rambipuji Silo Sukorambi Sumberjambe Sumbersari Wuluhan Jumlah
1 22 2 1 3 1 23 2 118
Luar Kabupaten Jember Daerah Jumlah Banyuwangi 1 Bondowoso 4 Jakarta Selatan 1 Lumajang 3 Malang 1 Probolinggo 4 Situbondo 2 Surabaya 2 Madagascar, 1 Afrika
19
137
[Sumber: Jember Fashion Carnaval Council]
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
Universitas Indonesia
LAMPIRAN VIII. Peta Sebaran Responden dengan Brand Association Mendukung Kerabat
135
Universitas Indonesia
Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
Universitas Indonesia
LAMPIRAN IX. Peta Sebaran Responden dengan Perceived Quality Positif
136
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
LAMPIRAN X. Peta Sebaran Responden dengan Perceived Quality Negatif
Universitas Indonesia
137
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
Universitas Indonesia
LAMPIRAN X. Peta Sebaran Responden yang Tidak Menyaksikan JFC
138
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
Universitas Indonesia
LAMPIRAN XII. Peta Sebaran Responden dengan Tingkat Loyalitas Setia (Loyal)
139
Universitas Indonesia
Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
Universitas Indonesia
LAMPIRAN XIII. Peta Sebaran Responden dengan Tingkat Loyalitas Tinggi
140
Universitas Indonesia
Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
LAMPIRAN XIV. Peta Sebaran Responden dengan Tingkat Loyalitas Sedang
Universitas Indonesia
141
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
LAMPIRAN XV. Peta Sebaran Responden dengan Tingkat Loyalitas Rendah
Universitas Indonesia
142
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
Universitas Indonesia
LAMPIRAN XVI. Peta Perubahan Rute Jalan Akibat Pengaruh JFC
143
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
LAMPIRAN XVII. Peta Sebaran Hotel di Kabupaten Jember
Universitas Indonesia
144
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
145
LAMPIRAN XVIII. Kondisi Jl. Gajah Mada setelah Pemotongan Double Way
(a)
(b) Keterangan: (a) = Perempatan Argopuro Keterangan: (b) = Titik Perputaran Kendaraan Sebelum Pemotongan Jalan
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
Universitas Indonesia
LAMPIRAN XIX. Wilayah Kota Karnaval Secara Temporal
146
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
LAMPIRAN XX. Wilayah Kota Karnaval Secara Permanen
Universitas Indonesia
147
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014
LAMPIRAN XXI. Wilayah Kota Karnaval
Universitas Indonesia
148
Universitas Indonesia Pengaruh Jember..., Kartika Eka Prasetya Efrianie, FMIPA UI, 2014