PENGARUH INVESTASI DALAM NEGERI DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP PDB INDONESIA Oleh : T. Iskandar Ben Hasan & Fajrizal Fitra (Dosen Fakultas Ekonomi dan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh) ABSTRACT This study aimed to determine the effect of the money supply and investment in Indonesia's Gross Domestic Product. The research was conducted in Indonesia by using secondary data period of 1990 to 2011 are sourced from Bank Indonesia and the Central Bureau of Statistics. Data were analyzed with descriptive and quantitative approaches through the presentation and preparation of the data into the table. This study used multiple linear regression test. The results showed that based on the t-test at 95 percent confidence level is known that the money supply has positive and significant impact on Indonesia's GDP, whereas no significant investment. Value of determination (R2) of 0.9426 means that the change in the dependent variable (the Indonesian economy) can be explained by the independent variables (the money supply and investment) of 94.26 percent, while the rest is explained by other factors outside of the study. Increasing the money supply by Rp 1 billion, it will raise the GDP of Indonesia at Rp 1.82 billion, assuming other factors remain. Keywords: Gross domestic product, total money supply, investment. PENDAHULUAN Kegiatan ekonomi di suatu negara adalah tercapainya kesejahteraan masyarakat. Pencapaian kesejahteraan tersebut salah satunya dapat dicapai melalui peningkatan pendapatan masyarakat. Dengan pendapatan yang lebih tinggi maka masyarakat akan mampu mengkonsumsi lebih banyak yang artinya akan lebih terpuaskan. Kesejahteraan masyarakat juga dapat dilihat dari ketersediaan barang publik yang dibangun oleh pemerintah. Kegiatan perekonomian suatu negara seyogyanya harus meningkat setiap tahun. Peningkatan ini dapat diukur melalui pendekatan perhitungan Produk Dometik Bruto (PDB) atau Produk Nasional Bruto (PNB). Pertumbuhan kedua indikator tersebut dikatakan pertumbuhan ekonomi. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional maka setiap sektor perekonomian harus berproduksi lebih cepat dan banyak dari tahun sebelumnya. PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). PDB berbeda dari PNB karena memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di negara tersebut. Sehingga PDB hanya menghitung total produksi dari
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
suatu negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak. Sebaliknya, PNB memperhatikan asal usul faktor produksi yang digunakan. Ada beberapa instrumen yang dapat digunakan oleh Bank Indonesia untuk memacu kegiatan perekonomian, salah satunya adalah jumlah uang beredar di negara tersebut. Jumlah uang beredar juga dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Uang yang memiliki fungsi untuk transaksi, akan mempengaruhi kegiatan ekonomi di suatu negara. Menurut Arief (1996:207) Jumlah uang beredar mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi di suatu negara. Seperti yang dikemukakan kelompok monetaris, bahwa jumlah uang beredar berperan penting dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi yang berasal dari sektor moneter. Jika uang beredar banyak maka akan terjadi banyak transaksi ekonomi. Kegiatan tranasaksi ekonomi ini akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Teori Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diukur dari pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang merupakan indikator pendapatan nasional. Pengertian 1
pendapatan menurut Todaro (1994; 74) adalah tingkat kemakmuran suatu negara yang diukur dengan Gross Domestik Product. Jumlah seluruh produk yang dihasilkan oleh seluruh penduduknya, sehingga tingkat pendapatan perkapita dapat diketahui dengan membagi jumlah GDP yang dicapai dengan jumlah penduduk dan ini tidak menjamin kemakmuran masyarakat. Ada beberapa teori pertumbuhan ekonomi, yaitu (Mustofa, 2007:10): 1. Teori Pertumbuhan Ekonomi HarrodDomar Dua tokoh ini memiliki pendapat dasar tentang pembangunan, khususnya pada dimensi ekonomi. Investasi menjadi persoalan penting bagi Domar dan Harrod dalam tiap proses pembangunan di sebuah negara. Dapat juga dikatakan bahwa mereka menekankan bahwa investasi adalah standar keberhasilan dalam proses pembangunan. Formulasi asumsi tersebut secara kausalitas dapat dijelaskan ketika ada peningkatan investasi dalam sebuah negara, maka akan muncul sekian banyak variasi jenis usaha baru yang akan membuka penerimaan tenaga kerja baru. Jika semakin banyak angkatan kerja yang telah bekerja dan memiliki penghasilan, maka angka pengangguran akan terkurangi dan diganti dengan angkatan kerja produktif. Jika produktifitas masyarakat meningkat, maka kemampuan memenuhi kebutuhan hidup juga meningkat. Jika kebutuhan telah terpenuhi, maka itulah yang disebut dengan kemakmuran yang menjadi tujuan modernisasi. 2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Solow-Swan Menurut teori ini garis besar proses pertumbuhan mirip dengan teori HarrodDomar, dimana asumsi yang melandasi model ini yaitu: 1. Tenaga kerja (atau penduduk) tumbuh dengan laju tertentu,misalnya P per tahun. 2. Adanya fungsi produksi Q = f (K, L) yang berlaku bagi setiap periode. 3. Adanya kecenderungan menabung (prospensity to save) olehmasyarakat yang dinyatakan sebagai proporsi (s) tertentu darioutput (Q). Tabungan masyarakat S =
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
sQ; bila Q naik S juga naik,dan sebaliknya. 4. Semua tabungan masyarakat di investasikan S = I =∆K. Sesuai dengan anggapan mengenai kecenderungan menabung, maka dari output disisakan sejumlah proporsi untuk ditabung dan kemudian diinvestasikan. Dengan begitu maka terjadi penambahan stok kapital. 3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Max Weber Weber menemukan bahwa Kapitalisme di Eropa dapat berkembang karena nilainilai asketis dalam doktrin Protestan. Peringatan untuk tidak cepat berpuas diri akan keberhasilan yang telah didapatkan adalah asumsi dasar dari pemikiran ini. Hipotesis utama Kapitalisme adalah penguasaan modal sebesar-besarnya. Artinya, tiap subyek manusia yang menganut ideologi pembangunan ini diasumsikan akan terus berupaya untuk menguasai modal agar dapat menentukan penguasaan ekonomi olehnya. Ia akan berusaha untuk terus mendapatkan modal yang dapat menguasai kebutuhan orang banyak. Salah satu upaya menguasai modal adalah dengan menekankan hidup sederhana dan memperbanyak saving sumber dana material agar nantinya akan dapat dijadikan modal usaha baru atau memperbesar usaha ekonomi yang telah dilakukan. 4. Teori Pertumbuhan Ekonomi Rostow Sebagai seorang ekonom positivistik, WW Rostow memiliki tiga asumsi dasar yang tertuang dalam bukunya The Stages of Economic Growth: a Non-Communist Manifesto. Pertama, Rostow berpendapat bahwa pembangunan adalah sebuah proses linier yang memerlukan perencanaan matang dalam tiap segi pembangunannya, bukan proses gradual yang zig-zag tanpa arah tertentu. Kedua, pembangunan juga berarti kemampuan ekonomi, maka untuk mencapai kemandirian ekonomi, sebuah negara harus melalui lima tahapan pembangunan. Ketiga, jika dalam modernisasi, sebuah negara tidak mencapai tahapan-tahapan tersebut secara linier, maka pembangunan yang dilakukannya telah gagal. Artinya, kegagalan pembangunan adalah kegagalan melewati lima tahapan pembangunan tersebut.
2
Manifestasi pembangunan sebagai sebuah tahapan dan upaya yang linier, Rostow mengajukan gagasan tentang lima tahapan pembangunan ekonomi sebagai berikut, (Mustofa, 2007:25): a) Masyarakat Tradisional b) Masyarakat Pra Lepas Landas c) Masyarakat Lepas Landas d) Masyarakat Bergerak ke Arah Dewasa e) Masyarakat Konsumsi Massal Tinggi 5.Teori David Mc.Clellan Pemikiran McClelland ini berlanjut dengan pengajuan konsep need for achievement (n-Ach) atau keinginan mencapai prestasi tinggi. Jika di suatu negara, banyak warga negaranya yang 13 memiliki need for achievement ini, maka akan dapat dipastikan bahwa negara tersebut akan mengalami peningkatan ekonomi secara drastis. Sebaliknya, jika sedikit orang yang memiliki dorongan berprestasi di suatu negara, maka dapat dipastikan bahwa negara tersebut akan mengalami kemerosotan ekonomi. Teori Jumlah Uang Beredar Menurut Mankiw (2003:73), uang adalah persedian asset yang dapat dengan segera digunakan untuk melakukan teransaksi. Seiring dengan berkembangnya kehidupan masyarakat, maka uang sebagai alat pembayaran yang sah dalam masyarakat memiliki beberapa fungsi, yaitu: a. Penyimpan nilai (store of value). Uang adalah cara mengubah daya beli dari masa kini ke masa depan. Sebagai alat yang bernilai, uang juga memungkinkan setiap hasil produksi atau aktivitas peningkatan dan atau penciptaan nilai tambah tersimpan dalam bentuk asset yang sangat likuid yang nilai nominalnya tidak akan berubah. Bahkan jika hasil produksi tersebut disimpan dalam bentuk uang, dapat digunakan untuk menambah penghasilan tanpa bekerja. b. Unit hitung (unit of account) Uang memungkinkan seluruh barang dan jasa dapat dinilai dengan satuan uang. Sebagai satuan hitung artinya uang dapat memberikan harga suatu komoditas berdasarkan satu ukuran umum. c. Uang sebagai alat tukar (medium of change)
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
Uang sebagai alat tukar mempunyai arti bahwa para pelaku ekonomi menerima uang untuk dapat digunakan sebagai alat untuk membeli barang atau jasa yang dijual. Sebagi alat tukar, uang akan membuat kegiatan ekonomi semakin mudah dan efisien karena para pelaku ekonomi dapat melakukan teransaksi kapan saja, dimana saja, dan dengan siapa saja. d. Uang sebagai standar pembayaran di masa yang akan datang (standar of deffered payment). Banyak sekali kegiatan ekonomi yang balas jasanya tidak diberikan pada saat itu juga, melainkan di waktu kemudian. Karena berfungsi sebagai standar pembayaran di masa mendatang, uang sangat efektif dan efisien jika digunakan untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, terutama melalui kebijakan moneter (perkreditan). Penawaran uang (money supply) dalam teori moneter mempunyai arti yang sama dengan jumlah uang beredar. Pada zaman standar emas, penawaran uang hanya bisa ditambah dengan menaikan jumlah produksi emas. Penawaran uang tidak bisa ditambah menurut kehendak pemerintah, tetapi dibatasi oleh adanya biaya untuk menambah uang tersebut. Bila harga emas tinggi maka penawaran uang semakin banyak dan selanjutnya akan menurunkan harga emas atau menaikan harga-harga barang lain. Keadaan sebaliknya terjadi kalau harga emas terlalu rendah. Jumlah uang beredar mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi di suatu negara. Seperti yang dikemukakan kelompok monetaris, bahwa jumlah uang beredar berperan penting dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi yang berasal dari sektor moneter (Arief, 1996:207). Jumlah uang beredar (money supply) di Indonesia didefinisikan sebagai tagihan masyarakat terhadap sektor perbankan dan terbatas pada jumlah antara uang kartal dan uang giral. Ini berarti Indonesia menganut jumlah uang beredar M1 (narrow money), dimana uang kuasi yang berupa deposito berjangka (time deposits) dan tabungan/simpanan berjangka (saving
3
deposits) bukan merupakan komponen jumlah uang beredar, melainkan hanya sebagai likuiditas perbankan (Boediono, 1982:65). Uang logam (coin money) dan uang kertas (paper money) disebut sebagai uang kartal (currency) yang merupakan uang pemerintah atau Bank Sentral tanpa bunga. Uang logam merupakan bagian terkecil dari uang kartal, sedangkan uang kertas merupakan bagian yang besar dari uang kartal. Semua uang kartal diedarkan atau dikeluarkan oleh Bank Sentral yaitu Bank Indonesia dengan otoritas pemerintah yaitu Departemen Keuangan. Uang giral (demand deposits) merupakan simpanan uang oleh individu, perusahaan, badan pemerintahan, dan badanbadan lainnya pada suatu bank umum yang dapat ditarik setiap saat dengan menulis cek (Sukirno, 2008:422). Cek merupakan perintah oleh pemilik simpanan giro tersebut kepada bank untuk membayar kepadanya atau pihak lain yang ditunjukannya dan dituliskan pada cek tersebut. Dornbusch (1997:151) memberikan definisi tentang jumlah uang beredar dalam arti sempit sebagai berikut: a. M1 merupakan penjumlahan antara currency (C) yang dipegang masyarakat dengan demand deposits (D), dengan formula sebagai berikut: M1 = C + D b. M2 adalah M1 ditambah tabungan deposit berjangka (time deposits/ TD) dan tabungan (saving deposits/ SD) pada bank- umum. M2=M1 + TD + SD c. M3 adalah M2 ditambah tabungan, deposit berjangka pada lembagalembaga bukan bank. d. M4 adalah M3 ditambah sejumlah sertifikat deposit yang dapat dinegosiasikan. Teori Investasi Modal merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam melaksanakan pembangunan. Modal dapat dinyatakan sebagai semua kekayaan yang dipakai baik langsung ataupun tidak langsung dalam proses produksi. Dalam hal ini modal dapat dibedakan atas modal konkrit yang mempermasalahkan benda-
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
benda sebagai modal dan modal abstrak yang membicarakan nilai dari benda-benda modal tersebut. Tersedianya modal dalam jumlah besar tidak secara otomatis akan menggerakkan roda pembangunan suatu negara atau daerah. Akan tetapi modal harus dimanfaatkan melalui penanaman modal produktif yang memberikan harapan keuntungan yang besar (profitable investment opportunities). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa penanaman modal adalah segala pengeluaran yang dilakukan pemerintah maupun pihak swasta guna membeli barangbarang modal aktivitas produksi lebih lanjut, (Sukirno, 2008:121). Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran dan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian, (Sukirno, 2008:121). Investasi menghubungkan masa kini dengan masa depan. Investasi menghubungkan pasar uang dengan pasar barang. Dan fluktuasi investasi berpengaruh besar pada siklus bisnis, (Dornbusch, 2004:331). Dalam makroekonomi, investasi memiliki arti yang lebih sempit, yang secara teknis berarti arus pengeluaran yang menambah stok moda fisik. Dengan kata lain, investasi adalah jumlah yang dibelanjakan sektor bisnis untuk menambah stok modal dalam periode tertentu, (Nanga, 2005:123). Dari segi kepemilikan modal, investasi dibagi atas dua yakni: 1. Penanaman Modal Asing. Menurut Undang-undang No.1 Tahun 1967, penanaman modal hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modalnya, (Anoraga, 1995:48). 2. Penanaman Modal Dalam Negeri. Pengertian PMDN yang tercantum dalam Undang-undang No. 6 Tahun 1968 yaitu: bagian dari kekayaan masyarakat
4
Indonesia termasuk hak-hak dan benda yang dimilikii oleh negara maupun swasta asing yang berdomisili di Indonesia yang disahkan/diatur oleh ketentuan pasal 2 UU penanaman Modal Asing Wayan (2002) dalam penelitiannya yang berjudul Efektifitas Kebijakan Moneter dan Fiskal di Indonesia menyimpulkan bahwa kebijakan moneter lebih efektif daripada kebijakan kebijakan fiskal. Utami dan rahayu, (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Peranan Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi Dan Nilai Tukar Dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi menyimpulkan bahwa perubahan profitabilitas, suku bunga, inflasi dan nilai tukar mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham badan usaha selama periode krisis ekonomi. Secara parsial hanya suku bunga dan nilai tukar mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap harga saham selama periode krisis ekonomi tersebut. Prayitno dan Sandjaya (2002) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia Sebelum Dan Sesudah Krisis: sebuah analisis ekonometrika menyimpulkan bahwa sebelum krisis hasil menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah secara signifikan berpengaruh positif terhadap jumlah uang beredar (M2),15 cadangan devisa tidak signifikan terhadap jumlah uang beredar. Sedangkan angka pengganda uang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah uang beredar. Sesudah krisis, pengeluaran pemerintah secara signifikan berpengaruh positif terhadap jumlah uang beredar sedangkan cadangan devisa dan (money multiplier) tidak signifikan. Untuk seluruh waktu analisa, pengeluaran pemerintah dan cadangan devisa berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap jumlah uang beredar sedangkan angka pengganda uang tidak signifikan. METODE PENELITIAN Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Ekonomi Moneter. Penelitian ini membahas tentang pengaruh jumlah uang beredar dan investasi terhadap Produk
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
Domestik Bruto Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder dalam bentuk data runtun waktu (time series), yang bersumber dari berbagai instansi terkait antara lain: Badan Pusat Statistik (BPS) Nanggroe Aceh Darussalam, Perpustakaan Universitas Syiah Kuala, dan Kantor Bank Indonesia (BI) Cabang Banda Aceh, serta penulis juga mengambil bahan bacaan dari beberapa majalah dan situs. Data yang digunakan adalah data dari tahun 1990 sampai tahun 2011. Untuk mengetahui hasil penelitian ini, digunakan perhitungan analisis linear berganda (Gujarati, 2001: 95) dengan formula sebagai berikut: Y = β0 + β1X1 + β2X2 +ei Dima na : Y = Variabel terikat X1,X2= Variabel bebas β0 = Konstanta β1,β2 = Parameter ei = Standar error Untuk memudahkan dalam menganalisis, maka penulis menformulasikan model ini menjadi: Pe = β0 + β1 Ms + β2 I + ei di mana : Pe = PDB Indonesia Ms = Jumlah uang beredar I = Investasi 0,....β2 = Koefisien estimasi ei = Standar error HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia, 1990-2011 Perkembangan perekonomian dihitung berdasarkan perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) dan Produk National Bruto (PNB). Angka laju pertumbuhan ekonomi dihitung dengan menggunakan data PDB atau PNB atas dasar harga konstan (BPS, 2007 : 95). Melalui Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa pada tahun 1998 dan 1999, pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi yang sangat dalam dari tahun sebelumnya. Pada tahun 1998, pertumbuhan ekonomi 13,13 persen. Pertumbuhan PDB yang menunjukan angka minus disebabkan krisis moneter yang diikuti krisis ekonomi dunia yang berimbas juga terhadap Indonesia. Negara-negara berkembang mengalami kemunduran ekonomi pada tahun 1998 5
akibat dari krisis ekonomi. Krisis ekonomi ini mulai pulih pada tahun 1999. Hal ini dapat dilihat dari mulai tumbuhnya perekonomian Indonesia menjadi 1,75 persen, di mana nilai PDB mulai naik dari Rp 1.314.216 miliar menjadi Rp 1.389.770 miliar. Selama tahun 2000, perekonomian Indonesia menunjukkan proses pemulihan yang semakin mantap dengan sumber pertumbuhan yang semakin seimbang. Tetapi belum seluruh sektor/kegiatan memberikan sumbangan positif terhadap pertumbuhan PDB yang mencapai 3,93 persen. Pemulihan ekonomi terus dilakukan sejak krisis ekonomi pada tahun 1998. Pemulihan ekonomi terus dirasakan walaupun pada tahun 2001 hanya sebesar 3,83 persen. Tahun 2002, pertmbuhan ekonomi mulai naik kelmbali karena kondisi ekonomi lebih baik. Tahun 2002, ekonomi Indonesia tumbuh menjadi 4,31. PDB dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia, 1990-2011 PDB Pertumbuhan Tahun (Rp-miliar) PDB (%) 1990 949.634 6,95 1991 1.015.634 6,95 1992 1.081.244 6,46 1993 1.151.244 6,47 1994 1.238.249 7,56 1995 1.340.142 8,23 1996 1.444.141 7,76 1997 1.512.853 4,76 1998 1.314.216 -13,13 1999 1.337.216 1,75 2000 1.389.770 3,93 2001 1.442.985 3,83 2002 1.505.216 4,31 2003 1.577.171 4,78 2004 1.656.517 5,03 2005 1.750.815 5,69 2006 1.847.127 5,50 2007 1.964.327 6,35 2008 2.082.456 6,01 2009 2.178.850 4,63 2010 2.313.838 6,20 2011 2.463.242 6,46 Sumber: Badan Pusat Statistik, (diolah), 2012
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
Pada tahun 2004 sampai 2006, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada angka 5 persen. Kondisi ini menunjukkan perekonomian yang mulai stabil dan membaik walaupun belum mampu memenuhi target pertumbuhan ekonomi pemerintah yang sebesar 6 persen. Target pertumbuhan 6 persen juga belum mampu dicapai pada tahun 2006. Pada tahun 2006 pertumbuhan ekonomi hanya 5,50 persen. Pertumbuhan pada angka 6 persen mulai terjadi hingga tahun 2007 yaitu sebesar 6,35 persen. Pada akhir tahun 2011, nilai pertumbuhan ekonomi mencapai 6,46 persen. Besarnya pengaruh jumlah uang beredar dan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dianalisis dengan menggunakan model regresi linear berganda. Berdasarkan hasil analisis diperoleh model regresi sebagai berikut : Pe = 0,11162E+16 + 1,8209 Ms + 1,8948 I koefisien-koefisien yang dapat diinterpretasikan sebagai berikut : 1. Konstanta (β0) sebesar 0,11162E+16 artinya apabila variabel jumlah uang beredar dan investasi sama dengan nol (0) maka nilai PDB Indonesia sebesar Rp 1.116,2 triliun. 2. Koefisien regresi untuk jumlah uang beredar (β1) adalah 1,8209 artinya apabila terjadi kenaikan jumlah uang beredar di Indonesia sebesar Rp 1 maka akan menaikan PDB di Indonesia sebesar Rp 1,8209, dengan asumsi suku bunga dianggap konstan dan faktor-faktor lain juga tetap. Atau dapat dikatakan jika terjadi peningkatan jumlah uang beredar sebesar Rp 1 miliar maka akan menaikan PDB Indonesia sebesar Rp 1.820,9 juta. 3. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,9426 memiliki arti bahwa perubahan variabel terikat (perekonomian Indonesia) mampu dijelaskan oleh variabel bebas (jumlah uang beredar dan investasi) sebesar 94,26 persen, sedangkan selebihnya dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar penelitian ini, seperti kurs, keamanan, dan ekspor. 4. Hasil uji-t dengan tingkat signifikan 95 persen menunjukkan bahwa jumlah uang beredar berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
6
ekonomi, sedangkan investasi berpengaruh signifikan.
tidak
PENUTUP Hasil pengujian hipotesis menunjukkan hasil bahwa dari dua variabel yang diuji pengaruhnya terhadap PDB Indonesia diketahui bahwa jumlah uang beredar berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan investasi tidak berpengaruh signifikan. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,9426 memiliki arti bahwa perubahan variabel terikat (PDB Indonesia) mampu dijelaskan oleh variabel bebas (jumlah uang beredar dan investasi) sebesar 94,26 persen, sedangkan selebihnya dijelaskan oleh faktorfaktor lain di luar penelitian ini, seperti kurs, keamanan, dan ekspor. REFERENSI Arifin,Syamsul. (1998). Efektifitas Kebijakan Suku Bunga Dalam Rangka Stabilisasi Rupiah di Masa Krisis. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Desember 1998. Arief, Sritua. (1996). Teori Ekonomi Mikro dan Makro Lanjutan. Erlangga, Jakarta Atmadja, Surja Adwin. (2002).” Analisa Pergerakan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Setelah Diterapkannya Kebijakan Sistem Nilai Tukar Mangambang Bebas di Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4, No. 1, hal 69-78. Bank Indonesia. (2008) Laporan Perekonomian Indonesia. Bank Indonesia, Jakarta. Bagus, Ida Putu Purbadharmaja. (2006). Implikasi Variabel Pengeluaran Dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Bali.Buletin Studi Ekonomi Volume 11 Nomor 1 Tahun 2006. Boediono. (1982). Teori Moneter. BPFE17 UGM, Yogyakarta. Darmansyah. (2005). Dampak Krisis terhadap Permintaan Uang di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
Universitas Muhammadiyah, Surakarta. Dornbusch, R dan Stanley Fisher. (1997). Macroeconomics. Terjemahan Julius A, Mulyadi, Erlangga, Jakarta. Gazi, Md. dan Salah Uddin. (2003). ”Relationship between Interest Rate and Stock Price: Empirical Evidence from Developed and Developing Countries”. International Journal of Business and ManagementVol. 4, No. 3, 2003. Gujarati, Damodar. (2001). Ekonometrika Dasar. Alih bahasa oleh Zain, Sumarno. Erlangga, Jakarta. Mahmud, Syamsudin. (2004). Teori Moneter dan Ekonomi Indonesia. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Mankiw, Gregory, N. (2003). Teori Makro Ekonomi. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Mulyono, Joko. (1996). Perhitungan Pendapatan Nasional, LP3ES, Erlangga, Jakarta. Mundaca, Gabriela. (2002). “Central Bank Interventions and Exchange Rate Band Regimes”. Journal of International Money and Finance, 20, hal 677-700. Nanga, Muana. (2005). Makroekonomi : Teori, Masalah, dan Kebijakan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Prayitno, Lily ; Heny Sandjaya dan Richard Llewelyn. (2002). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia Sebelum Dan Sesudah Krisis: Sebuah Analisis Ekonometrika. Jurnal Manajemen &Kewirausahaan Vol. 4, No. 1, Maret 2002: 46–55. Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra. Pratono, A. Hery dan Soedarjanto. (2001). Kausalitas Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. FE Universitas Surabaya, Jawa Timur. Putu, dkk.(2008). Determinan Investasi di Indonesia.Buletin Studi Ekonomi Volume 13 Nomor 2 Tahun 2008. Sinungan, Muchdarsyah. (1995). Uang dan Bank. Bhinneka Cipta
7
Jakarta.September 2003: 123– 13. Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra. Winardi. (1992). Kamus Ekonomi. Alumni: Bandung. Sukirno, Sadono. (2006). Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Todaro, M.P. (2000). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi ketujuh, Alih bahasa : Drs. Haris Munandar, MA. Jakarta: Penerbit Erlangga. Utami, Mudji dan Mudjilah Rahayu. (2003). Peranan Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi Dan Nilai Tukar Dalam
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol. 5, No.2, Ulfa, Almizan. (2003). ”Indonesia Satu dan Stabilitas Kurs Rupiah: Analisis Stabilitas Exchange Rates Indonesia Pasca Krisis 1997”. Jurnal Keuangandan Moneter. Vol 6 No. 2, hal 21-43. Wayan, I Suparta.(2002). Efektifitas Kebijakan Moneter dan Fiskal di Indonesia.Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vil. 1, No. 3 Desember 2002.
8