PENGARUH INKUBASI DOLOMIT TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH DAN ERAPAN FOSFOR PADA ULTISOL DARMAGA
ANGGIAT MANGAPUL RUMAHORBO
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Inkubasi Dolomit terhadap Sifat Kimia Tanah dan Erapan Fosfor pada Ultisol Darmaga adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2016
Anggiat Mangapul Rumahorbo NIM A14090001
ABSTRAK ANGGIAT MANGAPUL RUMAHORBO. Pengaruh Inkubasi Dolomit terhadap Sifat Kimia Tanah dan Erapan Fosfor pada Ultisol Darmaga. Dibimbing oleh ARIEF HARTONO dan SYAIFUL ANWAR Pengapuran merupakan salah satu upaya meningkatkan pH tanah. pH tanah adalah salah satu sifat tanah yang dapat mempengaruhi ketersediaan hara, aktivitas mikroorganisme, dan Kapasitas Tukar Kation. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inkubasi dolomit terhadap sifat kimia tanah dan erapan fosfor (P) pada Ultisol Darmaga. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga ulangan. Dosis dolomit yang diberikan adalah setara dengan 0 x Al-dapat ditukar (dd) (kontrol), 0.5 x Al-dd, 1.0 x Al-dd, dan 1.5 x Al-dd. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian dolomit nyata meningkatkan pH tanah dan nyata menurunkan Al-dd tanah. Pemberian dolomit pada tanah tidak berpengaruh terhadap Kapasitas Tukar Kation tanah. Pada kation-kation basa dapat ditukar, dolomit nyata meningkatkan Ca-dd, Mg-dd, Na-dd tanah, tetapi tidak berpengaruh terhadap K-dd tanah. Pemberian dolomit juga meningkatkan secara nyata kejenuhan basa tanah. Secara umum pemberian dolomit setara dengan 1.5 x Al-dd memberikan hasil terbaik untuk perbaikan sifat kimia tanah di atas. Untuk erapan P, pemberian dolomit menaikkan erapan maksimum P pada perlakuan 0.5 x Al-dd akan tetapi menurunkan erapan maksimum pada perlakuan 1.5 x Al-dd. Semua perlakuan dolomit menaikkan energi ikatan P dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Dengan demikian perlakuan dolomit pada Ultisol Darmaga memperbaiki beberapa sifat kimia tanah akan tetapi tidak selalu menurunkan erapan maksimum P. Kata kunci: dolomit, erapan fosfor, sifat kimia tanah, Ultisol Darmaga
ABSTRACT ANGGIAT MANGAPUL RUMAHORBO. Effect of Dolomite Incubation to the Soil Chemical Properties and Phosphorus Sorption on Darmaga Ultisol Soil. Supervised by ARIEF HARTONO and SYAIFUL ANWAR Liming is one of the ways to increase soil pH. Soil pH one of the soil chemical affecting the availability of nutrients, microorganisms activities, and Cation Exchange Capacity (CEC). The objective of the research was to evaluate the effect of dolomite incubation to the soil chemical properties and phosphorus (P) sorption on Ultisol Darmaga. This experiment design was completely randomized design with three replications. The rates of dolomite were equivalent to 0 x Al-dd (exchangeable) (control), 0.5 x Al-dd, 1.0 x Al-dd, and 1.5 x Al-dd. The results showed that dolomite significantly increased soil pH and decreased Al-dd. Dolomite application did not affect the CEC. As for basic cations, application of dolomite increased significantly the contents of exchangeable Ca, exchangeable Mg, and exchangeable Na but it did not affect the exchangeable K. The application of dolomite increased significantly the soil base saturation. In general, the application of dolomite with the rate of 1.5 x Al-dd was the best treatments to improve the soil chemical properties above. As for P sorption, the application of dolomite with the rate of 0.5 x Al-dd increased P sorption maximum but decreased P sorption maximum with the rate of 1.5 x Al-dd. All treatments of dolomite increased P bonding energy compared to control. The results suggested that the application of doloimite on Ultisol Darmaga improved some soil chemical properties but increased or decreased P sorption maximum. Keywords :
dolomite, phosphorus sorption, soil chemical properties, Ultisol Darmaga
PENGARUH INKUBASI DOLOMIT TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH DAN ERAPAN FOSFOR PADA ULTISOL DARMAGA
ANGGIAT MANGAPUL RUMAHORBO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
Judul Skripsi
: Pengaruh Inkubasi Dolomit terhadap Sifat Kimia Tanah dan Erapan Fosfor pada Ultisol Darmaga
Nama
: Anggiat Mangapul Rumahorbo
NIM
: A14090001
Disetujui oleh
Dr Ir Arief Hartono, MSc Agr Pembimbing I
Dr Ir Syaiful Anwar, MSc Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Baba Barus, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala karunia-Nya sehingga sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengaruh Inkubasi Dolomit terhadap Sifat Kimia Tanah dan Erapan Fosfor pada Ultisol Darmaga” Terima Kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Arief Hartono, MSc Agr selaku dosen pembimbing skripsi pertama yang senantiasa memberikan bimbingan, nasihat, dan motivasi selama penelitian sampai penulisan skripsi. Terima kasih kepada Dr Ir Syaiful Anwar, MSc selaku dosen pembimbing skripsi kedua atas bimbingan dan berbagai saran dalam penyempurnaan penulisan skripsi. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr Ir Untung Sudadi, MSc selaku dosen penguji atas kritik, saran, dan masukan dalam perbaikan skripsi. 2. Kedua orang tua yaitu Togar Rumahorbo dan Purnama pasaribu atas doa, dukungan dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan S1 ini. 3. Rudy, Azrizal, Robi, Bang Rhoma, Bang Ian dan Julian yang senantiasa membantu penulis dalam melakukan penelitian dan menyusun skripsi. 4. Novia, Wida dan seluruh rekan-rekan MSL 46 atas doa, batuan dan kebersamaannya. 5. Yemima sinaga atas semua semangat dan motivasi selama penelitian. 6. Seluruh staf Laboratorium dan staf Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 7. Adik-adikku, Ria Rumahorbo, Daniel Rumahorbo, dan Tio Rumahorbo atas doa dan semangat yang kalian berikan. 8. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membacanya.
Bogor, Agustus 2016
Anggiat Mangapul Rumahorbo
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Ultisol
2
Dolomit
2
Fosfor
2
Erapan Fosfor
3
Persamaan Langmuir
3
BAHAN DANMETODE
4
Tempat dan Waktu Penelitian
4
Bahan dan Alat
4
Metode Penelitian
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Pengaruh Dolomit terhadap pH Tanah
6
Pengaruh Dolomit terhadap Al yang Dapat Dipertukarkan (Al-dd)
7
Pengaruh Dolomit terhadap KTK tanah
8
Pengaruh Dolomit terhadap Ca-dd tanah
8
Pengaruh Dolomit terhadap Mg-dd tanah
9
Pengaruh Dolomit terhadap K-dd tanah
9
Pengaruh Dolomit terhadap Na-dd tanah
9
Pengaruh Dolomit terhadap Kejenuhan Basa (KB)
10
Pengaruh Dolomit terhadap Erapan Fosfor
10
KESIMPULAN DAN SARAN
13
Kesimpulan
13
Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
13
LAMPIRAN
15
RIWAYAT HIDUP
18
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Karakteristik dolomit Perlakuan dosis dolomit Deret konsentrasi P dalam larutan 0.01 mol L-1 CaCl2·2H2O Pengaruh dosis dolomit terhadap pH tanah Pengaruh dosis dolomit terhadap Al-dd Pengaruh dosis dolomit terhadap KTK tanah Pengaruh dolomit terhadap Ca-dd tanah Pengaruh dolomit terhadap Mg-dd tanah Pengaruh dolomit terhadap K-dd tanah Pengaruh dolomit terhadap Na-dd tanah Pengaruh dolomit terhadap KB tanah Nilai parameter erapan P
4 5 6 7 7 8 8 9 9 10 10 13
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5
Sebaran data percobaan erapan P dan persamaan Langmuir pada masing-masing perlakuan Persamaan linier erapan P pada perlakuan kontrol menggunakan persamaan Langmuir Persamaan linier erapan P pada perlakuan 0.5 x Al-dd menggunakan persamaan Langmuir Persamaan linier erapan P pada perlakuan 1.0 x Al-dd menggunakan persamaan Langmuir Persamaan linier erapan P pada perlakuan 1.5 x Al-dd menggunakan persamaan Langmuir
11 11 11 12 12
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8
Analisis ragam pengaruh dolomit terhadap pH Tanah Analisis ragam pengaruh dolomit terhadap Al-dd tanah Analisis ragam pengaruh dolomit terhadap KTK tanah Analisis ragam pengaruh terhadap Ca-dd Tanah Analisis ragam pengaruh terhadap Mg-dd tanah Analisis ragam pengaruh terhadap K-dd tanah Analisis ragam pengaruh terhadap Na-dd tanah Analisis ragam pengaruh dolomit terhadap KB tanah
16 16 16 16 17 17 17 17
PENDAHULUAN Latar Belakang Potensi sumberdaya lahan Indonesia sangat besar. Indonesia memiliki wilayah daratan sekitar 188 juta ha, terdiri atas 148 juta ha lahan kering dan sisanya berupa lahan basah termasuk lahan rawa (gambut, pasang surut, dan lebak) (Rochayati et al. 2009). Curah hujan yang relatif tinggi di sebagian besar wilayah Indonesia mengakibatkan tingkat pencucian basa-basa di dalam tanah cukup intensif, sehingga kandungan basa-basa rendah, tanah menjadi masam, dan kekurangan berbagai unsur hara. Rendahnya kesuburan tanah tersebut ditunjukkan oleh kation-kation basa (Ca, Mg, K, dan Na) dan KTK tanah yang umumnya berstatus rendah serta tingginya kelarutan Al, Fe dan Mn yang dapat meracuni tanaman. Rochayati et al. (2009) menyatakan bahwa 103 juta ha atau sekitar 69.5% dari total lahan kering Indonesia merupakan lahan kering masam. Tanah-tanah ini berasal dari berbagai bahan induk yang mengalami pelapukan lanjut dan pencucian yang intensif. Masalah yang dihadapi tanah-tanah tersebut adalah rendahnya kesuburan tanah karena umumnya didominasi oleh tanah-tanah masam seperti Ultisol, Oxisol, dan Inceptisol. Salah satu upaya perbaikan tanah tersebut adalah dengan memberikan bahan amelioran seperti pengapuran pada tanah-tanah masam. Pengapuran merupakan salah satu upaya meningkatkan pH tanah. pH tanah adalah salah satu sifat tanah yang dapat mempengaruhi ketersediaan hara, aktivitas mikroorganisme, dan KTK tanah. Kualitas kapur tergantung pada 1) daya netralisasi, 2) kandungan Mg, 3) derajat kehalusan, 4) reaktivitas, dan 5) kelembaban (Tisdale et al. 1985). Dolomit termasuk mineral karbonat. Mineral dolomit murni secara teoritis mengandung 46% MgCO3 atau 21.9% MgO dan 54% CaCO3 atau 30.4% CaO. Dolomit di alam jarang yang murni karena umumnya mineral ini selalu terdapat bersama-sama dengan batu gamping, kuarsa, pirit, dan lempung. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian kapur pada tanah Oxic Dystrudepts meningkatkan pH tanah, meningkatkan kadar Ca, Mg dan KB tanah, serta menurunkan kadar Al-dd tanah (Wigena 2001; Bahtiar 2008). Dengan demikian, penambahan dolomit diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dan memperbaiki kesuburan tanah. Salah satu unsur hara yang sangat penting yang dapat dipengaruhi oleh pemberian dolomit adalah fosfor (P). Kebutuhan hara P dalam tanah meskipun lebih sedikit dibanding hara N dan K, tetapi merupakan unsur hara penting pada awal pertumbuhan tanaman. Hubungan antara hara P yang diambil oleh tanaman dan yang dierap tanah merupakan faktor penting dalam membuat rekomendasi pemupukan (Anggria et al. 2009)
2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi pengaruh dolomit terhadap pH tanah, Al yang dapat ditukar (Al-dd), Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah, kation-kation basa dapat ditukar (Ca-dd, Mg-dd, K-dd dan Na-dd), kejenuhan basa dan erapan P.
TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol merupakan ordo tanah yang mendominasi tanah-tanah masam di Indonesia. Menurut Soepardi (1983), Ultisol merupakan jenis tanah dengan bahan induk tuf masam, batuan pasir, endapan pasir masam pada daerah bertopografi bergelombang sampai berbukit dengan ketinggian lebih dari 25 m diatas permukaan laut, dan berada di daerah dengan curah hujan antara 2500-3500 mm per tahun. Ultisol memiliki fraksi klei yang berupa mineral klei tipe 2:1, 1:1, dan Gibsit. Ultisol mengalami pencucian yang tinggi, horizon B bertekstur berat karena mengandung klei yang tinggi, kandungan bahan organik dan hara makro rendah (Ca, N, P, dan K), dan pH tanah berkisar 3.5 – 5.0 (Hardjowigeno 1985). Rendahnya kandungan bahan organik pada Ultisol karena pencucian berlangsung intensif serta kesuburan alaminya hanya bergantung pada bahan organik di lapisan atas. Jika Ultisol didominasi mineral klei kaolinit dan memiliki bahan organik yang rendah maka nilai kapasitas tukar kationnya relatif rendah. Oleh karena itu, peningkatan kesuburan Ultisol dapat dilakukan melalui pemberian amelioran seperti kapur dan bahan organik serta pemupukan (Prasetyo dan Suriadikarta 2006). Dolomit Dolomit (Ca,Mg) CO3 memiliki jumlah Ca dan Mg yang relatif seimbang, tetapi kadang kala ada satu elemen yang lebih besar persentasenya dari pada yang lain. Besi dan mangan terkadang ditemukan dalam jumlah rendah dalam dolomit. Bentuk dolomit yang paling umum dalam grup kecil ialah kristal rhombohedral dengan lengkungan, nampak seperti pelana. Dolomit memiliki sifat tembus transparan dan tembus cahaya dalam pecahan yang tipis serta memiliki ketahanan yang rapuh. Menurut Jones (1979), batu kapur dolomit ialah bahan yang efektif untuk memperbaiki atau mencegah kekurangan magnesium sebaik menurunkan kemasaman tanah dan memenuhi kebutuhan akan kalsium. Fosfor Fosfor (P) merupakan unsur esensial yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang relatif banyak karena unsur ini secara langsung bertanggung jawab baik dalam proses metabolisme energi maupun sebagai aktivator berbagai enzim (Soepardi 1983). P Inorganik terdapat dalam tiga bentuk yaitu H2PO4-, HPO42-, dan PO43-. P umumnya diserap oleh tanaman dalam bentuk ion ortofosfat primer H2PO4- atau ortofosfat sekunder HPO42- sedangkan PO43- lebih sulit diserap oleh
3 tanaman. Bentuk yang paling dominan dari ketiga fosfat tersebut dalam tanah bergantung pada pH tanah (Engelstad 1997). Pada keadaan ekstrim masam dijumpai senyawa H3PO4 dan pada keadaan ekstrim basa dijumpai anion PO43(Bohn et al. 1979). P terlarut terbagi atas fosfat organik dan fosfat inorganik yang terdiri atas ortofosfosfat dan polifosfat (McKelvie 1999). P terdapat dalam air sebagai ortofosfat. Ortofosfat merupakan bentuk fosfat yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tanaman. Sumber fosfat dalam tanah bersasal dari pupuk buatan, pupuk kandang, sisa tanaman dan pupuk hijau, dan senyawa alamiah baik organik dan inorganik yang sudah ada dalam tanah (Soepardi 1983). Erapan Fosfor Uji erapan fosfor (P) digunakan untuk menunjukkan hilangnya P dari bentuk larutan. Erapan P merupakan proses penting dalam tanah yang mempengaruhi ketersediaan P. Erapan P di dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah : (1) hidrus oksida besi dan aluminium, (2) kadar klei, dan (3) bahan organik (Leiwakabessy et al. 2003). Menurut Hartono et al. (2005), oksida Fe dan Al yang tinggi dapat meningkatkan erapan P pada tanah lahan kering masam di Indonesia. Erapan P menghasilkan senyawa-senyawa yang kurang larut pada tanah-tanah yang didominasi oleh oksida Fe dan Al serta memiliki mineral klei silikat kaolinit. Pada tanah-tanah yang didominasi oleh mineral-mineral tersebut terbentuk senyawa-senyawa Fe-P dan Al-P (Sanchez 1976). Persamaan Langmuir Persamaan Langmuir pada mulanya diturunkan dari erapan gas oleh zat padat. Proses penurunan persamaan didasarkan atas tiga asumsi. Asumsi pertama adalah energi erapan tetap konstan dan tidak tergantung pada penutupan permukaan (permukaan dianggap merupakan suatu permukaan homogen). Asumsi kedua adalah erapan terjadi pada tapak-tapak spesifik tanpa terjadi interaksi diantara molekul-molekul yang tererap, dan asumsi ketiga adalah erapan maksimum yang mungkin tercapai berasal dari suatu lapisan molekul tunggal pada seluruh permukaan reaktif zat tererap (Bohn et al. 1979). Persamaan Langmuir ditulis sebagai berikut :
Persamaan Langmuir dalam bentuk linier adalah sebagai berikut:
Dimana q (mg kg-1) adalah P yang dierap, C (mg L-1) adalah konsentrasi P dalam larutan kesetimbangan, KL(L mg-1) adalah energi ikatan, dan b (mg kg-1) adalah erapan maksimum.
4
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian inkubasi dolomit dengan tanah Ultisol, analisis sifat tanah setelah inkubasi, dan erapan P dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pengambilan contoh tanah dan persiapan contoh tanah dilakukan pada bulan Maret 2015. Inkubasi tanah dilakukan pada 9 April sampai dengan 23 April 2015 dan percobaan erapan dilakukan pada bulan September 2015 Sampai Februari 2016 Bahan dan Alat Bahan-bahan penelitian Bahan amelioran yang dicobakan adalah dolomit. Karakteristik dolomit disajikan pada Tabel 1 Tabel1 Karakteristik dolomit Parameter CaO MgO Daya netralisasi Silika Kasar Fe₂O₃ + Al₂O₃ Pb Cd As Hg Kadar Air Kehalusan: 25 mesh 80 mesh
satuan % % % % % % % % % %
Nilai * 40.0 19.0 119** 1.06 2.77 0.77
% %
100 93
*Hasil analisis laboratorium pengujian Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan **hasil perhitungan berdasarkan data kadar CaO dan MgO
Metode Penelitian Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan tiga ulangan. Dosis dolomit adalah 0 x Al-dd (kontrol), 0.5 x Al-dd, 1.0 x Al-dd, dan 1.5 x Al-dd. Nilai Al-dd tanah adalah 20.5 cmol+/kg tanah. Dolomit mempunyai Daya Netralisasi 119%. Asumsi berat jenis tanah adalah 1 g/cm3 maka pada 5 kg tanah dalam keadaan berat kering mutlak (BKM) nilai 1 x Al-dd adalah 43.1 g. Oleh karena itu masing-masing perlakuan dolomit dengan dosis yang setara 0 x Al-dd, 0.5 x Al-dd, 1.0 x Al-dd dan 1.5 x Al-dd adalah 0 g, 21.5 g, 43.1 g, dan 64.6 g per 5 kg BKM tanah. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali, sehingga terdapat 12 satuan percobaan. Pada analisis erapan P diambil secara acak dua
5 ulangan untuk masing-masing perlakuan sehingga dalam analisis erapan P ada 8 satuan percobaan Analisis pH, Al-dd, KTK, kation-kation basa Ca-dd, Mg-dd, K-dd dan Nadd dilakukan setelah dua minggu inkubasi. Masing-masing dosis perlakuan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Perlakuan dosis dolomit No Perlakuan g/5 kg BKM tanah 0 x Al-dd (kontrol) 1 0 0.5 x Al-dd 21.5 2 1.0 x Al-dd 43.1 3 1.5 x Al-dd 64.6 4 BKM= Bobot kering mutlak
Persiapan contoh tanah Contoh tanah yang digunakan dalam pengujian dolomit ini adalah tanah Ultisol Darmaga, Bogor, yang telah dibersihkan dari batu, akar, dan kotoran lain. Kemudian contoh tanah tersebut dikeringudarakan dan diayak dengan ayakan 2mm. Pelaksanaan Percobaan Pengujian Lima kilogram (5kg) contoh tanah kering mutlak (BKM) yang telah diayak dicampur dengan dolomit sesuai perlakuan. Tanah yang sudah tercampur dolomit sesuai masing-masing perlakuan dimasukan dalam pot-pot yang terbuat dari plastik kapasitas 5 kg tanah. Seluruh pot berjumlah 12 pot dalam pot tersebut terdiri dari (4 perlakuan x 3 ulangan). Setelah pengisian campuran tanah dan dolomit dalam pot-pot tersebut selesai, maka perlahan-lahan diberi air sampai 80% dari kapasitas lapang. Pot-pot tersebut diinkubasi selama 2 minggu. Pemilihan waktu 2 minggu berdasarkan kebiasaan di lapang bahwa lama inkubasi pemberian amelioran dolomit adalah 2 minggu. Kelembaban pot-pot percobaan dipertahankan dengan menambahkan aquadest setiap 2 hari selama masa inkubasi. Pengambilan Contoh Tanah Untuk Analisis Setelah masa inkubasi, contoh tanah di pot diambil dengan menggunakan paralon setinggi pot percobaan dengan diameter 2 cm. Contoh tanah secara komposit diambil di lima titik. Contoh tanah komposit dicampur secara merata didalam plastik kemudian dikeringudarakan. Parameter yang Diamati Parameter sifat kimia yang diamati setelah selesai inkubasi 2 minggu adalah pH, Al-dd, KTK, dan kation-kation basa tanah Ca, Mg, K, Na, kejenuhan basa dan erapan P.
6
Pengukuran Erapan Fosfor Penetapan erapan Fosfor (P) menggunakan metode Fox dan Kamprath (1970). Untuk percobaan erapan P digunakan 2 ulangan untuk masing-masing perlakuan sebanyak 3 g contoh tanah yang telah diinkubasi, kemudian dimasukkan ke dalam tabung sentrifus dan ditambahkan P dalam larutan 0.01 mol L-1 CaCl2. P yang ditambahkan berupa deret konsentrasi P dari 0 mg L-1 sampai dengan 300 mg P L-1. Deret konsentrasi P yang ditambahkan disajikan pada Tabel 3. Tabung sentrifuse dikocok selama 30 menit pada pagi dan sore hari, masingmasing 30 menit selama 6 hari. Kemudian, tabung sentrifus disentrifuse selama 15 menit dengan kecepatan 2500 rpm dan selanjutnya disaring. 5 mL larutan dimasukkan kedalam tabung reaksi dan tambahkan 1 mL larutan Murphy dan Riley (1962) dan absorban diukur dengan menggunakan UV-VIS Spectrophotometer pada panjang gelombang 660 nm. Tabel 3 Deret konsentrasi P dalam larutan 0.01 mol L-1 CaCl2·2H2O Konsentrasi P (mg L-1)
No.tabung 1
0
2
20
3
40
4
60
5
100
6
140
7
200
8
240
9
300
Pengolahan dan Analisis Data Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh berbagai dosis dolomit terhadap perubahan pH, Al-dd, KTK, kation-kation yang dapat ditukar Ca, Mg, K, Na tanah dan parameter erapan P. Analisis ragam dilakukan menggunakan program MINITAB 14. Untuk perlakuan yang nyata diuji lanjut dengan Tukey (5%).
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Dolomit terhadap pH Tanah Hasil analisis ragam menunjukkan dolomit berpengaruh sangat nyata terhadap pH tanah (Tabel Lampiran 1). Uji lanjut disajikan pada Tabel 4. Pemberian dolomit pada dosis 1.0 x Al-dd dan 1.5 x Al-dd nyata meningkatkan pH tanah dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Semakin tinggi dosis dolomit maka semakin meningkat nilai pH tanah.
7 Tabel 4 Pengaruh dosis dolomit terhadap pH tanah Perlakuan 0 x Al-dd (kontrol) 0.5 x Al-dd 1.0 x Al-dd 1.5 x Al-dd
pH (H₂O) * 4.12a 4.36ab 4.64bc 5.04c
*Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Tukey P < 0.05
Reaksi dolomit untuk meningkatkan pH tanah adalah dengan reaksi netralisasi ion H+ oleh ion OH-. Reaksi dolomit dengan tanah masam dapat diilustrasikan sebagai berikut (Tisdale et al. 1985) : (Ca, Mg) CO3 + H2O Mg2+ atau Ca2+ + HCO3- + OHH+ (larutan tanah) + OHH2O Kecepatan kenaikan pH tanah tergantung pada kelarutan dolomit menghasilkan ion OH-. Semakin banyak dolomit yang larut dan menghasilkan ion OH- maka semakin tinggi kenaikan pH tanah (Tidale et al. 1985). Pengaruh Dolomit terhadap Al yang Dapat Dipertukarkan (Al-dd) Hasil analisis ragam menunjukkan dolomit berpengaruh sangat nyata terhadap Al-dd (Tabel Lampiran 2). Uji lanjut disajikan pada Tabel 5. Pemberian dosis dolomit 0.5 x Al-dd sudah menurunkan Al-dd secara nyata lebih dari 60% Al-dd tanah kontrol. Walaupun demikian dosis 1.5 x Al-dd adalah perlakuan yang terbaik karena dapat menurunkan Al-dd ke level mendekati nol (Tabel 5). Tabel 5 Pengaruh dosis dolomit terhadap Al-dd Perlakuan (Setara Al-dd cmol/kg) Al-dd tanah (cmol/kg) * 0 x Al-dd (kontrol) 20.7a 0.5 x Al-dd 7.96b 1.0 x Al-dd 3.35c 1.5 x Al-dd 0.30d *Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Tukey P < 0.05
Al adalah unsur yang bersifat toksik bagi tanaman. Al yang terjerap pada komplek jerapan disebut dengan Al-dd karena bisa dipertukarkan dengan kation lain. Semakin tinggi nilai Al-dd maka dapat dikatakan bahwa tanah relatif tidak subur. Al dapat meningkatkan kemasaman tanah melalui reaksi hidrolisis. Menurut Anwar dan Sudadi (2013) netralisasi Al-dd oleh kapur kalsit adalah sebagai berikut: H2O CaCO3 Ca2+ + CO322CO3 + 2H2O H2CO3 + 2OH3OH- + AlX Al(OH)3 + X3(Al-dd) 3-
koloid 2+
2X + 3Ca
3CaX2 Ca-dd
8 Pengapuran dengan dolomit akan menghasilkan reaksi akhir dengan Mg sebagai berikut. 2X3- + 3Mg2+ 3MgX2 Mg-dd
Penelitian ini menunjukan pemberian dolomit menurunkan Al-dd sekaligus meningkatkan Ca-dd dan Mg-dd. Pengaruh Dolomit terhadap KTK tanah Hasil analisis ragam menunjukkan dolomit tidak berpengaruh nyata terhadap KTK tanah. (Tabel Lampiran 3). Dari hasil analisis ragam, pemberian dolomit tidak berpengaruh nyata terhadap KTK tanah. Hal ini diduga karena Ultisol darmaga didominasi oleh mineral klei tipe 2:1. Muatan mineral klei 2:1 adalah muatan yang berasal dari substitusi isomorfik. Oleh karena itu peningkatan pH yang disebabkan oleh pemberian dolomit tidak meningkatkan nilai KTK tanah. Tabel 6 Pengaruh dosis dolomit terhadap KTK tanah Perlakuan KTK Tanah (cmolc/kg) * 0 x Al-dd (kontrol) 34.1a 0.5 x Al-dd 33.8a 1.0 x Al-dd 34.2a 1.5 x Al-dd 33.2a *Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Tukey P < 0.05
Pengaruh Dolomit terhadap Ca-dd tanah Hasil analisis ragam menunjukkan dolomit berpengaruh sangat nyata terhadap Ca-dd (Tabel Lampiran 4). Uji lanjut disajikan pada Tabel 7. Hasil analisis keberagaman menunjukkan bahwa dolomit secara sangat nyata berpengaruh terhadap nilai Ca tanah. Semakin tinggi dosis dolomit semakin tinggi nilai Ca-dd dalam tanah. Nilai Ca-dd tertinggi ditunjukkan oleh dosis 1.5 x Al-dd. Peningkatan Ca-dd tanah setelah pemberian dolomit disebabkan oleh dolomit mengandung Ca dengan kadar dalam bentuk CaO 40%. Ca adalah unsur makro yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang relatif banyak. Ca sangat berperan dalam pembentukan dan perkembangan sel. Lebih spesifik Ca berperan dalam pembentukan dinding sel. membentuk senyawa kalsium pektat (Tisdale et al. 1985). Ritchey et al. (2004) menyatakan pemberian bahan amelioran yang mengandung Ca dan Mg memperbaiki tingkat kesuburan tanah dan pertumbuhan clover. Tabel 7 Pengaruh dolomit terhadap Ca-dd tanah Perlakuan Ca tanah (cmolc/kg) * 0 x Al-dd (kontrol) 1.30a 0.5 x Al-dd 5.17b 1.0 x Al-dd 6.30bc 1.5 x Al-dd 8.04c *Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Tukey P < 0.05
9 Pengaruh Dolomit terhadap Mg-dd tanah Hasil analisis ragam menunjukkan dolomit berpengaruh sangat nyata terhadap Mg-dd (Tabel Lampiran 5). Uji lanjut disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 menunjukkan bahwa dolomit secara sangat nyata meningkatkan Mg-dd tanah. Tabel 8 menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis dolomitmaka semakin tinggi Mg-dd tanah. Dosis 1.5 x Al-dd menghasilkan nilai Mg-dd tanah yang paling tinggi. Kenaikan Mg-dd dalam tanah memberikan hal yang positif bagi meningkatnya kesuburan tanah. Mg diperlukan tanaman dalam pembentukan klorofil daun. Meningkatnya proses fotosintesis daun akan meningkatkan produksi tanaman. Tabel 8 Pengaruh dolomit terhadap Mg-dd tanah Perlakuan Mg tanah (cmolc/kg) * 0 x Al-dd (kontrol) 0.94a 0.5 x Al-dd 7.69b 1.0 x Al-dd 10.4c 1.5 x Al-dd 13.8d *Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Tukey P < 0.05
Pengaruh Dolomit terhadap K-dd tanah Hasil analisis ragam menunjukkan dolomit tidak berpengaruh nyata terhadap K-dd (Tabel Lampiran 6). Hasil analisis ragam pengaruh dolomit terhadap K-dd tanah disajikan pada tabel 9. Pemberian dolomit tidak nyata berpengaruh terhadap nilai K-dd tanah. Pengaruh yang tidak nyata ini karena memang dolomit tidak mengandung K. Tabel 9 Pengaruh dolomit terhadap K-dd tanah Perlakuan
K tanah (cmolc/kg) *
0 x Al-dd (kontrol) 0.5 x Al-dd 1.0 x Al-dd 1.5 x Al-dd
0.36 0.35 0.34 0.33
*Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Tukey P < 0.05
Pengaruh Dolomit terhadap Na-dd tanah Hasil analisis ragam menunjukkan dolomit berpengaruh nyata terhadap Kdd (Tabel Lampiran 7). Uji lanjut disajikan pada Tabel 10. Pemberian dolomit berpengaruh nyata terhadap nilai Na-dd tanah. Pengaruh nyata terjadi pada perlakuan 0.5 x Al-dd dan 1.0 x Al-dd tetapi pada perlakuan 1.5 x Al-dd tidak berpengaruh nyata terhadap kontrol. Sementara nilai tengah setiap perlakuan 0.5 x Al-dd dan 1.5 x Al-dd memberikan hasil yang paling tinggi dimana nilai tersebut berbeda nyata dengan kontrol.
10 Tabel 10 Pengaruh dolomit terhadap Na-dd tanah Perlakuan Na tanah (cmolc/kg) * 0 x Al-dd (kontrol) 0.32a 0.5 x Al-dd 0.38b 1.0 x Al-dd 0.38b 1.5 x Al-dd 0.35ab *Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Tukey P < 0.05
Pengaruh Dolomit terhadap Kejenuhan Basa (KB) Hasil analisis ragam menunjukkan dolomit berpengaruh sangat nyata terhadap K-dd (Tabel Lampiran 8). Uji lanjut disajikan pada Tabel 11. Pemberian dolomit berpengaruh nyata terhadap nilai KB tanah. Perlakuan 1.5 x Al-dd memberikan nilai KB yang paling tinggi. Nilai KB yang tinggi menunjukkan ketersediaan basa-basa yang tinggi. Tabel 11 Pengaruh dolomit terhadap KB tanah Perlakuan KB tanah (cmolc/kg) * 0 x Al-dd (kontrol) 8.58a 0.5 x Al-dd 40.1b 1.0 x Al-dd 51.0c 1.5 x Al-dd 67.9d *Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Tukey P < 0.05
Pengaruh Dolomit terhadap Erapan Fosfor Faktor-faktor yang mempengaruhi proses erapan antara lain jenis adsorben, jenis zat yang tererap, konsentrasi zat yang tererap, luas permukaan adsorben dan suhu. Persamaan yang digunakan untuk mensimulasi erapan P dalam percobaan ini adalah persamaan Langmuir. Data erapan P dapat disimulasikan dengan baik oleh persamaan Langmuir. Nilai R2 persamaan Langmuir berkisar dari 0.9525 sampai dengan 0.985.
11 2500
P yang dierap (mg kg-1)
2000
1500
Kontrol 0.5xdd
1000
1xAldd 1.5xAldd
500
0 0
3
6
9
12
15
P dalam Larutan (mg L-1)
Gambar 1 Sebaran data percobaan erapan P dan persamaan Langmuir pada masing-masing perlakuan
Ulangan 1
Ulangan 2
Gambar 2 Persamaan linier erapan P pada perlakuan kontrol menggunakan persamaan Langmuir
Ulangan 1
Ulangan 2
Gambar 3 Persamaan linier erapan P pada perlakuan 0.5 x Al-dd menggunakan persamaan Langmuir
12
Ulangan 1
Ulangan 2
Gambar 4 Persamaan linier erapan P pada perlakuan 1.0 x Al-dd menggunakan persamaan Langmuir
Ulangan 1
Ulangan 2
Gambar 5 Persamaan linier erapan P pada perlakuan 1.5 x Al-dd menggunakan persamaan Langmuir Tabel 12 menunjukan perlakuan kontrol yang tidak diberi dolomit memiliki erapan maksimum P (b) sebesar 1833 mg kg-1. Perlakuan 0.5 x Al-dd memiliki erapan maksimum P sebesar 1909 mg kg-1 yang nilainya lebih besar dibandingkan dengan kontrol. Pada perlakuan 1.0 x Al-dd erapan maksimum fosfor sebesar 1833 mg kg-1 sama besarnya dengan nilai erapan maksimum pada kontrol. Perlakuan 1.5 x Al-dd memiliki erapan maksimum fosfor sebesar 1547 mg kg-1 nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan nilai kontrol yang tidak diberi dolomit. Tabel 12 juga menunjukan konstanta energi ikatan (KL) pada perlakuan kontrol sebesar 0.42 L mg-1. Dari Tabel 12 didapat bahwa perlakuan yang diberi dolomit lebih tinggi nilai konstanta energi ikatan dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Nilai konstanta energi ikatan perlakuan 0.5 x Al-dd sebesar 1.75 L mg-1. Nilai konstanta energi ikatan perlakuan 1.0 x Al-dd sebesar 1.62 L mg-1. dan nilai konstanta energi ikatan perlakuan 1.5 x Al-dd sebesar 0.72 L mg-1. Besarnya konstanta energi ikatan pada tanah Ultisol Darmaga disebabkan oleh tingginya kadar liat pada tanah Ultisol. seperti yang dijelaskan oleh Havline et al. (2004). Tanah dengan kadar liat yang tinggi akan mengikat P lebih banyak dari pada tanah dengan kadar liat rendah. Meningkatnya erapan maksimum dan energi ikatan P karena terjadi polimerisasi Al hidroksida. Al hidroksida ini menjadi tapak erapan baru sehingga menaikkan erapan P. Konstanta energi ikatan P yang naik juga dipengaruhi Muatan permukaan koloid tanah menjadi lebih negatif setelah penambahan dolomit (Haynes 1991).
13 Tabel 12 Nilai parameter erapan P Langmuir Perlakuan (Setara Al-dd)
b
KL -1
0 0.5 1.0 1.5
(mg kg )
(L mg-1)
1833 1909 1833 1547
0.42 1.75 1.62 0.72
R2 0.965 0.981 0.982 0.926
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian dolomit meningkatkan pH tanah. peningkatan pH tanah tertinggi pada perlakuan 1.5 x Al-dd. Pemberian dolomit juga dapat menurunkan Al-dd tanah. Penurunan Al-dd tanah tertinggi pada perlakuan 1.5 x Al-dd. Pemberian dolomit pada tanah tidak berpengaruh terhadap KTK tanah. Dolomit dapat meningkatkan Ca-dd. Mg-dd. Na-dd tanah. tetapi tidak berpengaruh terhadap K-dd tanah. Kejenuhan Basa juga meningkat dengan pemberian dolomit pada tanah. Untuk erapan P, pemberian dolomit menaikkan erapan maksimum P pada perlakuan 0.5 x Al-dd akan tetapi menurunkan erapan maksimum pada perlakuan 1.5 x Al-dd. Semua perlakuan dolomit menaikkan energi ikatan P dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Dengan demikian perlakuan dolomit pada Ultisol Darmaga memperbaiki beberapa sifat kimia tanah akan tetapi tidak selalu menurunkan erapan maksimum P. Saran Perlu dilakukan percobaan percobaan lebih lanjut dengan penanaman tanaman agar dapat diketahui apakah ada peningkatan unsur hara yang diserap tanaman dan peningkatan produksi tanaman dengan menggunakan penambahan dolomit.
DAFTAR PUSTAKA Anggria L. Kasno A dan Rochayati S. 2009. Analisis Erapan P tanah pada berbagai konsentrasi CaCl2. didalam: Makalah Seminar dan Lokakarya Nasional Inovasi Sumberdaya Lahan; 2009 November 24-25; Bogor. Indonesia. Bogor (ID): Balai Penelitian Tanah. Anwar S dan Sudadi U. 2013.Kimia Tanah. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian. IPB. ISBN 978-979-25-4983-6 Bahtiar M. 2008. Pengaruh bahan organik dan Kapur Terhadap Sifat-sifat Kimia Tanah Ultisol dari Jasinga [Skripsi].Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Bohn H L. McNeal B L. and O’Connor G A. 1979. Soil Chemistry. New York: J Wiley. 247-271 p.
14 Engelstad O P. 1997. Teknologi Dan Penggunaan Pupuk. Edisi Ke – 3. UGMPress. Yogyakarta. Fox R L and Kamprath E J. 1970. Phosphate sorption isotherm for evaluating the phosphate requirement of soil. Soil Sci. Soc. Am. Proc.. 34 : 902-907. Hardjowigeno S. 1985. Klasifikasi Tanah dan Lahan. Institut Pertanian Bogor. Bogor Hartono A. Funakawa S and Kosaki T. 2005. Phosphorus sorption-desorption characteristics of selected acid upland soils in Indonesia. Soil Sci. Plant Nutr. 51: 787-799. Havlin J L. Beaton J D. Tisdale S L. and Nelson W L. 2004.Soil Feltility and Fertilizer 7th Edition. New Jersey (US): Peerson Prentice Hall. Haynes R J and Naidu R. 1991.Effects of lime additions on the availability of phosphorus and sulphur in some temperate and tropical acid soils.Plant Soil Interaction at Low pH. 45:267-274. Jones U S. 1979. Fertilizers and Soil Fertility.Reston Publishing Company. Inc. Virginia. Leiwakabessy F M. Wahjudin U M. dan Suwamo. 2003. Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. McKelvie I D. 1999. Phosphate. Handbook of Water Analysis. New York. Marcel Dekker. Inc. New York. 273-295 p. Murphy J and Riley J P. 1962. A modified single solution method for determination of phosphate in natural waters. Anal. Chim. Acta. 27 : 31-36. Prasetyo B H dan Suriadikarta D A. 2006. Karakteristik. potensi. dan teknologi pengolahan tanah ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 25(2):39-46. Ritchey K D. Belesky D P and Holforson J J. 2004. Soil Properties and Clover Establishment Six Year After Surface Application of Calcium-rich by Products. Agron. J. 96 : 1531-1539. Rochayati S. Teddy M dan Kasno A. 2009. Pemanfaatan fosfat alam untuk lahan kering masam. Fosfat Alam: Pemanfaatan Pupuk Fosfat Alam Sebagai Sumber Pupuk P.Bogor (ID): Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Sanchez P A. 1976. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Terjemahan J.T. Jayadinata. 1992. ITB. Bandung Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tisdale S L. Nelson W L and Beaton J D. 1985.Soil Fertility and Fertilizers.4th edition. New York (US): Mac Millan. Wigena I G P. 2001. Pengaruh Pengapuran terhadap Perlaku Sulfat dan Fosfat pada Oxic dystrudept dalam Kaitannya dengan Pertumbuhan [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Bogor.
15
LAMPIRAN
16 Tabel Lampiran 1 Analisis ragam pengaruh dolomit terhadap pH Tanah Sumber
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
P
15.37
0.001
Perlakuan
3
1.3944
0.4648
Galat
8
0.2419
0.0302
Total
11
1.6364
S = 0.1739 R-Sq = 85..22% R-Sq(adj) = 79.67%
Tabel Lampiran 2 Analisis ragam pengaruh dolomit terhadap Al-dd tanah Sumber
Derajat Jumlah Bebas Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
P
Perlakuan
3
506.59
168.86
155
0.000
Galat
8
8.70
1.09
Total
11
515.29
S = 1.043 R-Sq = 98.31% R-Sq(adj) = 97.68%
Tabel Lampiran 3 Analisis ragam pengaruh dolomit terhadap KTK tanah Sumber
Derajat Jumlah Kuadrat Bebas Kuadrat Tengah
Perlakuan
3
1.749
0.583
Galat
8
6.813
0.852
Total
11
8.562
F
P
0.68
0.586
S = 0.9229 R-Sq = 20.43% R-Sq(adj) = 0.00%
Tabel Lampiran 4 Analisis ragam pengaruh terhadap Ca-dd Tanah Sumber
Derajat Jumlah Bebas Kuadrat
Kuadrat Tengah
Perlakuan
3
53.892
17.964
Galat
8
4.836
0.605
Total
11
58.728
S = 0.7775 R-Sq = 91.77% R-Sq(adj) = 88.68%
F 29.72
P 0.000
17 Tabel Lampiran 5 Analisis ragam pengaruh terhadap Mg-dd tanah Sumber
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Perlakuan
3
12437.3
4145.8
Galat
8
461.1
57.6
Total
11
12898.5
F
P
71.92
0.000
S = 7.592 R-Sq = 96.42% R-Sq(adj) = 95.08%
Tabel Lampiran 6 Analisis ragam pengaruh terhadap K-dd tanah Sumber
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F 1.19
Perlakuan
3
0.001692
0.000564
Galat
8
0.003800
0.000475
Total
11
0.005492
P 0.374
S = 0.02179 R-Sq = 30.80% R-Sq(adj) = 4.86%
Tabel Lampiran 7 Analisis ragam pengaruh terhadap Na-dd tanah Sumber
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
P
5.14
0.029
Perlakuan
3
0.006167
0.002056
Galat
8
0.003200
0.000400
Total
11
0.009367
S = 0.02 R-Sq = 65.84% R-Sq(adj) = 53.02%
Tabel Lampiran 8 Analisis ragam pengaruh dolomit terhadap KB tanah Sumber
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Perlakuan
3
5613.8
1871.3
120
Galat
8
124.6
15.6
Total
11
5738.4
S = 3.947 R-Sq = 97.83% R-Sq(adj) = 97.01%
P 0.000
18
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Limapuluh. Kabupaten Batubara. Sumatera Utara pada tanggal 9 Desember 1990 dari pasangan Bapak Togar Rumahorbo dengan Ibu Purnama Pasaribu dan merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Penulis mulai menempuh pendidikan menengah pertama di SLTA Methodist II Rantauprapat dan lulus tahun 2006. Pendidikan menengah atas dijalani penulis di SMAN 2 Rantau utara dari tahun 2006 sampai 2009. Lulus dari SMA tahun 2009 penulis diterima di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur undangan seleksi masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa. penulis berkesempatan menjadi anggota himpunan mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT) IPB.Koordinator komisi persekutuan (PMK) pada tahun 2011 sampai 2012. Ketua rapat Konformitas PMK IPB.Ketua Retreat Komisi Persekutuan.