perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH EKSTRAK DAUN SALAM [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] TERHADAP PENURUNAN KADAR LDL KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
TAUFIQO NUGRAHA S G0008173
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Pengaruh Ekstrak Daun Salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] terhadap Penurunan Kadar LDL Kolesterol Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Taufiqo Nugraha S, Nim: G0008173, Tahun: 2011 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari Selasa, Tanggal 11 Oktober 2011
Pembimbing Utama Nama : Endang Ediningsih, dr., MKK NIP : 19530805 198702 2 001
(…………………………)
Pembimbing Pendamping Nama : Nur Hafidha Hikmayani, dr., M.ClinEpid NIP : 19761225 200501 2 001 (…………………………) Penguji Utama Nama : Endang Sri Hardjanti, dr., P. Fark., M.Or NIP : 19471007 197611 2 001
(…………………………)
Anggota Penguji Nama : Enny Ratna S., drg. NIP : 19521103 198003 2 001
(…………………………)
Surakarta,……………… Ketua Tim Skripsi
Dekan FK UNS
Muthmainah, dr., M.Kes NIP 19660702 199802 2 001
Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp. PD-KR-FINASIM NIP 19510601 197903 1 002
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 11 Oktober 2011
Taufiqo Nugraha S NIM : G0008173
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Taufiqo Nugraha S, G0008173, 2011. Pengaruh Ekstrak Daun Salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] terhadap Penurunan Kadar LDL Kolesterol Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus). Surakarta. Fakultas Kedokteran UNS. Oktober 2011. Tujuan: Untuk mengetahui apakah pemberian ekstrak daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] dapat menurunkan kadar LDL kolesterol darah tikus putih (Rattus norvegicus). Metode: Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorik dengan pretest and posttest with control group design. Subjek penelitian berupa 30 ekor tikus putih jantan galur Wistar, berat badan ± 200 gram, umur ± 3 bulan, dibagi menjadi 5 kelompok dengan randomisasi. Kelompok I (kontrol negatif), kelompok II (kontrol positif), kelompok III, IV, dan V (ekstrak daun salam dosis I, II dan III). Semua kelompok diadaptasi selama seminggu, diberi pakan hiperkolesterolemik selama 28 hari. Setiap air minum diberi Propiltiourasil 0,01 %. Setelah diberikan pakan hiperkolesterolemik, semua kelompok diberi perlakuan selama 7 hari dan diberi pakan biasa, untuk kelompok II ditambah simvastatin 0,8 mg/200 gr BB/hari, kelompok III, IV, dan IV ditambah ekstrak daun salam berturut-turut 180 mg, 360 mg, 720 mg/200 gr BB/hari. Pada hari ke-36 dan ke-44 dilakukan pemeriksaan LDL darah tikus putih dengan metode spectrophotometry. Data dianalisis secara statistik dengan uji Anova dan dilanjutkan dengan uji post hoc LSD. Hasil: Terdapat perubahan rerata penurunan kadar LDL kolesterol darah tikus putih antara kelima kelompok (p < 0,001). Penurunan kadar LDL pada kelompok negatif berbeda secara signifikan dari kelompok lain. Tidak ada perbedaan yang signifikan kelompok kontrol positif dan kelompok ekstrak daun salam. Simpulan: Pemberian ekstrak daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] dapat menurunkan kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) model hiperkolesterolemia. Ketiga dosis ekstrak daun salam yang diuji ekuipotensi dengan simvastatin.
Kata Kunci: Ekstrak daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp], LDL,Tikus Putih
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Taufiqo Nugraha S, G0008173, 2011. Effects of Bay Leaf [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] Extract on Decreasing Blood LDL Cholesterol Levels in Wistar Rats (Rattus norvegicus). Surakarta. Medical Faculty of Sebelas Maret University. October 2011. Objective: The objective of this experiment was to study whether bay leaf [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] extract can lower blood LDL cholesterol levels in Wistar rats (Rattus norvegicus). Methods: This study was a laboratory experiment using pretest and posttest with control group design. Samples were 30 male Wistar rats, weighed ± 200 gram and aged ± 3 months old. Samples were randomised into 5 groups. Group I was negative control, group II was positive control, while group III, IV and V were bay leaf extract groups of first, second and third dose, respectively. All groups were adapted for a week and were fed up with hypercholesterolemic diet for 28 days. Prophylthiouracyl 0,01 % was added into drinking water. Treatments were allocated for 7 days and regular food was given simultaneously ad libitum. Group II received 0.8 mg/200 gr BW/day simvastatin, whereas group III, IV, and IV received bay leaf extract at dose of 180, 360 and 720 mg/200 gr BW/day, respectively. At day 36 and 44, blood specimens were collected for LDL measurements using spectrophotometry method. Statistical analysis to measure LDL cholesterol levels decrease was performed using Analysis of Variance followed by LSD post hoc tests. Results: There were significant differences in LDL cholesterol levels decreases in Wistar rats (Rattus norvegicus) across groups (p < 0,001). LDL cholesterol level decrease in negative control group differed significantly from those of other groups. No significant differences were found between positive control group and other bay leaf extract groups. Conclusion: Bay leaf [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] extract could lower blood LDL cholesterol levels in hypercholesterolemic Wistar rats (Rattus norvegicus). All doses of bay leaf extract tested were equipotent to simvastatin.
Keywords: Bay leaf [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] extract, LDL, Wistar rats
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Ekstrak Daun Salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] terhadap Penurunan Kadar LDL Kolesterol Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus)”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan baik atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis secara pribadi mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, yaitu: 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp. PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Endang Ediningsih, dr., MKK, selaku Pembimbing Utama yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan pengarahan kepada penulis. 4. Nur Hafidha Hikmayani, dr., M.ClinEpid, selaku Pembimbing Pendamping sekaligus sebagai Validator Tim Skripsi yang telah memberikan petunjuk, saran, dan bimbingan demi penulisan skripsi ini. 5. Endang Sri Hardjanti, dr., P. Fark, M. OR, selaku Penguji Utama yang berkenan menguji dan memberikan masukan yang berharga dalam penulisan skripsi ini. 6. Enny Ratna S., drg., selaku Anggota Penguji yang berkenan menguji dan memberikan pengarahan serta saran demi kelancaran penulisan skripsi ini. 7. Seluruh Dosen, Staf Bagian Farmakologi dan Bagian Skripsi FK UNS. 8. Papa (Sjafiul Sjachril), mama (Yusdah S) dan kakak (Gunawan Adi Saputra, Doni Ikhsan, Linda Septriana S) yang selalu mendukung, memberikan doa, cinta, semangat, bimbingan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 9. Teman-teman angkatan 2008 FK UNS atas semangat dan dukungannya. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan tenaga, waktu, dorongan dan semangat dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Penulis mengharapkan kritik yang membangun, saran, dan pengarahan yang berguna demi kebaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis tapi juga semua pihak. Surakarta, 11Oktober 2011
Taufiqo Nugraha
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
PRAKATA .........................................................................................................
vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL................................................................................................
ix
DAFTAR GRAFIK..............................................................................................
x
DAFTAR SINGKATAN......................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................
xii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah................................................................
1
B. Perumusan Masalah ……………………………………………..
5
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………..
5
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………
5
BAB II. LANDASAN TEORI…..………………………………………………
6
A. Tinjauan Pustaka …..…………………………………………….
6
1. Daun Salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] …………..
6
a. Taksonomi ...…………..…...................................................
6
b. Deskripsi……………...…......................................................
6
c. Kandungan Zat.....................……..…....................................
8
2. Kolesterol ……………….….....................................................
8
3. Low Density Lipoprotein (LDL)……........................................ 10 a. Sifat dan Fungsi LDL. ……………….….............................
10
b. Metabolisme LDL……………………..….…...............….... 11 4. Pengaruh Pemberian Daun Salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) terhadap Kadar LDL Darah…...……….…….
13
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Kolesterol ….……
15
6. Ekstrak Daun Salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp]….. 17
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Simvastatin………...................………………........................
18
8. Propiltiourasil.......................………...……………………….
20
9. Tikus Putih (Rattus norvegicus)…...………………………...
21
B. Kerangka Pikir…….....……………………………………………
23
C. Hipotesis…….……...............………..……………………………
24
BAB III. METODE PENELITIAN…………........................................................
25
A. Jenis Penelitian…………..…………………………………………
25
B. Lokasi Penelitian…………...………………………………………
25
C. Subjek Penelitian……......…………………………………………
25
D. Besar Sampel……….……………………………………………… 25 E. Teknik Sampling…………………………………………………… 26 F. Rancangan Penelitian………………………………………………
26
G. Identifikasi Variabel………….…………………………………….
27
H. Definisi Operasional Variabel…………..………………………….
28
I. Penghitungan Dosis………………………………………………..
34
J. Alat-Alat dan Bahan Penelitian……...……….……………………
35
K. Cara Kerja…………………………................................................
36
L. Alur Penelitian…………………………………………………..…
41
M. Analisis Data…………......………………………………………...
42
BAB IV. HASIL PENELITIAN…………….…………………………………… 43 BAB V. PEMBAHASAN………………………….……………………………
51
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN………………………..…………………..
57
DAFTAR PUSTAKA………………………………………..…………………… 59 LAMPIRAN
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kandungan Zat dalam Daun Salam …....………………………….………… 8 Tabel 2. Karakteristik LDL Kolesterol…....…………………………………….…… 11 Tabel 3. Batasan Kadar LDL Kolesterol Darah ....…………………………..……… 13 Tabel 4. Hasil Pengukuran Kadar LDL (mg/dl) Pretest Tikus Putih ……………… 43 Tabel 5. Hasil Pengukuran Kadar LDL (mg/dl) Posttest Tikus Putih ……………… 45 Tabel 6. Hasil Penurunan Kadar LDL (mg/dl) Tikus Putih Selama Perlakuan……… 46 Tabel 7. Hasil Uji Post Hoc Rerata Penurunan Kadar LDL Antarkelompok ……….. 48 .
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tanaman Salam ………….…………………………………………........... 6 Gambar 2. Daun Salam …………………………....…………...………………...….. 7 Gambar 3. Kolesterol dan Transportasi Lemak oleh Lipoprotein….…….................. 12 Gambar 4. Kerangka Pikir …....……………………………………………….……. 23 Gambar 5. Rancangan Penelitian .........………………………………………..…… 26 Gambar 6. Alur Penelitian …………............……………………………….……… 41 Gambar 7. Rerata Kadar LDL Darah Tikus Putih Sebelum dan Setelah Perlakuan… 45 Gambar 8. Rerata Penurunan Kadar LDL Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Selama Perlakuan ……………………………………………………… 47
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN
Anova
: Analysis of Variance
Apo A-I
: Apolipoprotein A-I
Apo B-100
: Apolipoprotein B-100
Apo E
: Apolipoprotein E
BR II
: Broiller II
DNA
: Deoxyribonucleic Acid
HDL
: High Density Lipoprotein
HMG-KoA reduktase : Hydroxyl Metylglutaryl CoA Reductase IDL
: Intermediate Density Lipoprotein
LCAT
: Lecithin-cholesterol acyltranferase
LDL
: Low Density Lipoprotein
LPL
: Lipoprotein Lipase
PJK
: Penyakit Jantung Koroner
SKRTN
: Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional
SREBP-1
: Sterol Regulatory Element Binding Proteins-1
VLDL
: Very Low Density Lipoprotein\
WHO
: World Health Organization
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Data Biologis Tikus Putih
Lampiran 2.
Komposisi Pakan Broiller II
Lampiran 3.
Tabel Konversi Dosis Manusia dan Hewan
Lampiran 4.
Data Ekstrak Daun Salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp]
Lampiran 5.
Cara Pengukuran Kadar LDL
Lampiran 6.
Laporan Hasil Sebelum Perlakuan (Pretest)
Lampiran 7.
Laporan Hasil Setelah Perlakuan (Posttest)
Lampiran 8.
Hasil Perhitungan Uji Normalitas, Uji Homogenitas dan Uji Anova Rerata Kadar LDL Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Pretest
Lampiran 9.
Hasil Perhitungan Uji Normalitas, Uji Homogenitas, dan Uji Anova Rerata Penurunan Kadar LDL Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Selama Perlakuan.
Lampiran 10. Hasil Uji Post Hoc Rerata Penurunan Kadar LDL Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Selama Perlakuan. Lampiran 11. Surat Ijin Pemesanan Ekstrak Lampiran 12. Surat Ijin Penelitian Lampiran 13. Surat Ijin Pengukuran Sampel Lampiran 14. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian Lampiran 15. Surat Keterangan Pelaksanaan Ekstraksi Lampiran 16. Prosedur Ekstraksi Daun Salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] Lampiran 17. Ethical Clearance Lampiran 18. Dokumentasi
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat didapat berdasarkan pengalaman dan ketrampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Kumalasari, 2006). Penggunaan tanaman herbal sebagai obat telah diterima secara luas hampir seluruh negara di dunia. Bahkan di Afrika, sebanyak 80 % dari populasi menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer (WHO, 2003). Faktor pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal di berbagai negara adalah usia harapan hidup yang lebih panjang pada saat prevalensi penyakit kronik meningkat, adanya kegagalan penggunaan obat untuk penyakit tertentu serta semakin luas akses informasi mengenai obat herbal di seluruh dunia (Sukandar, 2006). Obat herbal dapat digolongkan sebagai pengobatan tepat guna karena bahan-bahan yang digunakan terdapat di sekitar masyarakat sehingga mudah didapat, murah dan memiliki efek samping yang relatif sedikit. Satu tanaman obat bisa memiliki efek farmakologi lebih dari satu (Kumalasari, 2006). Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai obat tradisional adalah daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp]. Hal ini disebabkan tanaman ini commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
memiliki berbagai kandungan senyawa kimia yang dapat memberikan manfaat terutama untuk kebutuhan pengobatan tradisional. Daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] merupakan salah satu tumbuhan yang diduga memiliki kandungan antioksidan yang cukup banyak, salah satunya kandungan flavonoid berupa quercetin. Kandungan flavonoid tersebut dapat memberikan efek penghambatan aktivitas oksidasi Low Density Lipoprotein (LDL) sehingga dapat dimanfaatkan dalam pengobatan aterosklerosis (American Heart Association, 2009). Zino et al. (1997) menjelaskan bahwa perkembangan penyakit aterosklerosis dapat diperlambat atau bahkan dicegah dengan cara mengkonsumsi antioksidan. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRTN), dalam 10 tahun terakhir angka kejadian penyakit kardiovaskuler cenderung mengalami
peningkatan.
Hasil
SKRTN
2001
menunjukkan
penyakit
kardiovaskuler menempati urutan tertinggi sebagai penyebab kematian di Indonesia menggeser penyakit infeksi (Anwar, 2004; Sianturi, 2004). Hal ini seiring dengan kemajuan teknologi dan sistem informasi yang memungkinkan orang cenderung mengubah gaya hidupnya, antara lain mengkonsumsi makanan cepat saji yang kaya kolesterol dan garam, kebiasaan dan gaya hidup seperti merokok, mengkonsumsi alkohol, dan kurang aktivitas atau kurang berolahraga (Guyton dan Hall, 2007a; Syukra, 2010). Penyebab penyakit kardiovaskuler bersifat multifaktorial, salah satunya adalah adanya aterosklerosis. Tingginya kadar Low Density Lipoprotein (LDL) dan rendahnya kadar High Density Lipoprotein (HDL) merupakan salah satu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
faktor risiko terjadinya aterosklerosis. Beberapa penelitian epidemiologi dan klinis mengungkapkan bahwa risiko penyakit jantung meningkat dengan kadar plasma dari total kolesterol dan kadar LDL yang tinggi (Nabel, 2003; Guyton dan Hall, 2007a). Menurut Brunzell (2005), menurunkan kadar LDL darah dapat mengurangi risiko penyakit jantung koroner (PJK) hingga 50 %. Beberapa obat seperti golongan statin memang telah terbukti dapat menurunkan kadar kolesterol darah yang tinggi. Meski demikian, obat-obatan kimia memiliki lebih banyak efek samping sehingga masyarakat berusaha untuk mencari pengobatan lain yang dirasa lebih aman. Dalam sebuah penelitian terungkap bahwa statin sebagai terapi hiperkolesterolemia dapat menimbulkan berbagai efek samping seperti sindrom hepatitis, miopati, dan sindrom hipersensitivitas (Knopp, 1999; Suyatna, 2007; Katzung, 2010). Kondisi ini mendorong masyarakat untuk mulai mencoba mengkonsumsi tumbuhan obat yang memiliki efek menurunkan kadar kolesterol darah. Perilaku masyarakat yang demikian ini dapat diterima dalam dunia kesehatan, karena telah dilaporkan dalam sebuah penelitian bahwa mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran dapat meningkatkan kadar antioksidan di dalam darah. Hal ini akan mengurangi risiko kanker sel epitel, penyakit jantung koroner dan stroke (Zino et al., 1997). Di masyarakat pemanfaatan daun salam sebagai obat alternatif saat ini masih sangat terbatas. Daun salam hanya dikenal sebagai bahan penyedap masakan, tetapi belum banyak yang menggunakan daun salam ini sebagai alternatif terapi terutama untuk mencegah kadar kolesterol darah yang tinggi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Penelitian tentang herba daun salam terutama dalam menurunkan kadar LDL kolesterol darah tikus putih masih terbatas. Berbagai penelitian tentang herba daun salam yang telah dilakukan di antaranya ekstrak etanol daun salam secara in vivo dapat menurunkan kadar asam urat pada tikus putih (Utami, 2008; Januarti, 2010). Penelitian yang sejenis oleh Studiawan dan Santosa (2005) membuktikan bahwa estrak daun salam dapat menurunkan kadar glukosa pada mencit. Penelitian lainnya mengenai ekstrak daun salam (Eugenia polyantha) dapat menurunkan kadar LDL darah tikus putih (Pidrayanti, 2008). Penelitian peneliti ini menggunakan metode yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pidrayanti (2008), di antaranya dalam metode ekstraksi, lamanya penelitian, jumlah sampel dan kelompok yang digunakan. Kandungan flavonoid (terutama quercetin) di dalam daun salam diduga dapat menurunkan kolesterol darah karena bersifat antioksidan. Untuk mendapatkan kandungan flavonoid dan senyawa lain dalam herba daun salam dapat dipisahkan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut etanol sehingga dihasilkan senyawa-senyawa aktif dalam ekstrak herba daun salam yang berkhasiat sebagai antioksidan. Peneliti menggunakan obat simvastatin (golongan statin) sebagai kontrol positif mengingat persamaan mekanisme kerja dengan quercetin yaitu dalam menghambat enzim HMG-KOA reduktase (enzim utama yang mendukung sintesis kolesterol) sehingga lebih mudah membandingkan kedua efek tersebut. Adapun hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih (Rattus norvegicus) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
karena memiliki kedekatan ciri/sifat yang diteliti dengan manusia terutama dalam metabolisme kolesterol (Wart, 2004). Dengan cara ini, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh ekstrak daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] terhadap penurunan kadar LDL kolesterol darah tikus putih (Rattus norvegicus). B. Perumusan Masalah Apakah pemberian ekstrak daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] dapat menurunkan kadar LDL kolesterol darah tikus putih (Rattus norvegicus)? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemberian ekstrak daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] dapat menurunkan kadar LDL kolesterol darah tikus putih (Rattus norvegicus). D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang pengaruh pemberian ekstrak daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] terhadap penurunan kadar LDL kolesterol darah tikus putih (Rattus norvegicus).
2.
Manfaat praktis Sebagai dasar penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian ekstrak daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] terhadap penurunan kadar LDL kolesterol darah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Daun Salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] a. Taksonomi Menurut Dalimartha (2005), daun salam mempunyai taksonomi sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Magnoliopsida (Dicotyledoneae)
Sub kelas
: Dialypetalae
Ordo
: Myrtales
Famili
: Myrtaceae
Genus
: Syzygium
Spesies
: Syzygium polyanthum
Authority
: (Wight) Walp.
Sinonim
: Eugenia polyantha Wight, Eugenia lucidula miq
b. Deskripsi
commit to user Gambar 1. Tanaman Salam (Dalimartha, 2005) 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
Gambar 2. Daun Salam Daun salam memiliki berbagai nama daerah, di antaranya: gowok (Sunda), manting (Jawa), meselangan/ubar serai (Melayu), Indonesian bayleaf/Indonesian laurel/Indian bayleaf (Inggris) dan Indonesische lorbeerblatt (Jerman) (Dalimartha, 2005; Tarmizi, 2010). Salam tumbuh liar di hutan dan pegunungan tetapi dapat ditanam di pekarangan dan sekitar rumah. Pohon tinggi mencapai 25 m dengan arah tumbuh batang tegak lurus (erectus), berkayu (lignosus) biasanya keras dan kuat, bentuk batangnya bulat (teres) dan permukaan batangnya beralur (sulcatus). Akar termasuk akar tunggang (radix primaria) dan menunjang batang dari bagian bawah ke segala arah. Daun tunggal, letak berhadapan, panjang rangka daun 0,5-1 cm. Helaian daun berbentuk lonjong sampai elips atau bundar telur (ovatus), ujung meruncing, pangkal daun tumpul (obtusus), tepi rata, pertulangan menyirip (penninervis), permukaan atas licin berwarna hijau tua, permukaan bawah berwarna hijau muda, panjang 5-15 cm, lebar 3-8 cm, jika diremas berbau harum. Buah bulat berdiameter 8-9 mm, buah muda berwarna hijau, setelah masak menjadi merah gelap, rasanya agak sepat. Biji bulat diameter sekitar 1 cm, berwarna cokelat. commit to user Salam ditanam untuk diambil daunnya sebagai pelengkap bumbu dapur,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
sedangkan kulit pohonnya digunakan sebagai bahan pewarna jala atau anyaman bambu. Buahnya dapat diperbanyak dengan biji, cangkok atau stek (Dalimartha, 2005; Tarmizi, 2010). c. Kandungan Zat Dalam beberapa penelitian, daun salam mengandung sejumlah zat kimia. Kandungan kimia tersebut di antaranya berupa minyak atsiri (0.05%), flavonoid, asam sitrat dan eugenol (Dalimartha, 2005). Selain itu, daun salam juga mengandung selenium, vitamin A, vitamin C, dan vitamin E yang berfungsi sebagai antioksidan (Asiamaya, 2007). Daun salam juga mengandung tannin, saponin dan niasin (Vitamin B3) yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah (Dalimartha, 2005; Asiamaya, 2007). Tabel 1. Kandungan Zat dalam Daun Salam Zat
Kandungan per 100 g porsi makanan
Serat
26.3 g
Selenium
2,8 mg
Niasin
2.005 mg
Vitamin A
6185 IU
Vitamin C
46.53 mg
Vitamin E
1.768 mg
(Asiamaya, 2007) 2. Kolesterol Kolesterol merupakan suatu molekul lemak yang terdapat di membran plasma pada semua sel mamalia (Byfield et al., 2004). Lebih dari separuh kolesterol tubuh berasal dari sintesis oleh tubuh sendiri (sekitar 700 mg/hari) yang disebut kolesterol endogen dan sisanya dikenal sebagai kolesterol commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
eksogen yang berasal dari makanan sehari-hari (Mayes, 2003a; Guyton dan Hall, 2007a). Kolesterol berperan sebagai prekursor semua senyawa steroid lainnya di dalam tubuh, seperti kortikosteroid, hormon seks, asam empedu dan vitamin D. Sintesis kolesterol terbesar terjadi di dalam hati dan 10 % lainnya terjadi di usus (Mayes, 2003a). Sintesis kolesterol di hati diatur sebagian oleh aliran masuk kolesterol makanan dalam bentuk sisa kilomikron yang kaya kolesterol. Keseimbangan kolesterol pada umumnya dipertahankan di dalam jaringan melalui faktorfaktor yang menyebabkan meningkatnya kolesterol (misalnya sintesis, ambilan lewat reseptor LDL atau reseptor scavanger, hidrolisis ester kolesteril) dan faktor yang menyebabkan hilangnya kolesterol (misalnya sintesis steroid, pembentukan ester kolesteril, dan pengangkutan balik kolesterol melalui HDL) (Mayes, 2003a). Pengikatan dan pengangkutan kolesterol di dalam tubuh dilakukan oleh suatu partikel di dalam plasma yang disebut lipoprotein (Wormser, 2004). Protein pada lipoprotein dikenal sebagai apolipoprotein yang bertanggung jawab terhadap pengangkutan lipid dan kolesterol (Richardson et al., 2005). Apolipoprotein bertindak sebagai protein pemindah lipid dan sebagai ligan untuk interaksi dengan reseptor lipoprotein dalam jaringan, misalnya Apo B-100 dan Apo E untuk reseptor LDL serta Apo A-I untuk reseptor HDL (Mayes, 2003b; Genzyme Corp., 2010). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
Dengan elektroforesis, lipoprotein dibedakan menjadi 5 golongan besar, yaitu kilomikron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Intermediate Density Lipoprotein (IDL), Low Density Lipoprotein (LDL), dan High Density Lipoprotein (HDL) (Suyatna, 2007). 3. Low Density Lipoprotein (LDL) a. Sifat dan Fungsi LDL Low Density Lipoprotein (LDL) merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar pada manusia untuk disebarkan ke seluruh jaringan tubuh (Gropper et al., 2005; Suyatna, 2007). LDL sering disebut sebagai kolesterol jahat karena efeknya yang aterogenik (mudah melekat pada dinding pembuluh darah), sehingga dapat menyebabkan penumpukan lemak dan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis). Kadar LDL di dalam darah sangat tergantung dari lemak yang masuk. Semakin tinggi lemak yang masuk, semakin menumpuk pula LDL. Hal ini disebabkan karena LDL merupakan lemak jenuh yang tidak mudah larut (Mayes, 2003b; Suyatna, 2007).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
Karakterisitik LDL kolesterol dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 2. Karakteristik LDL Kolesterol Karakteristrik
Keterangan
Sumber
VLDL (Very Low Density Lipoprotein)
Densitas
1.019-1.063 (g/ml)
Komposisi
21 % protein, 79 % lipid
Komponen lipid utama
Kolesterol
Apolipoprotein
B-100, E
Sintesis
Intravaskuler
(Mayes, 2003b; Suyatna, 2007) b. Metabolisme LDL Kolesterol terkemas dalam kilomikron di usus dan dalam Very Low Density Lipoprotein (VLDL) di hati. LDL merupakan derivat VLDL. Perubahan VLDL menjadi LDL terjadi dengan adanya bantuan enzim tertentu. VLDL akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL) segera setelah keluar dari hati dan masuk ke dalam sirkulasi, sehingga akan terbentuk Intermediate Density Lipoprotein (IDL). IDL akan mengalami hidrolisis lagi dan terbentuklah Low Density Lipoprotein (LDL). LDL kemudian akan diambil oleh reseptor LDL dalam hati dan jaringan ekstrahepatik (Mark et al., 2000; Mayes, 2003b). Pengambilan LDL dari sirkulasi terutama melalui reseptor LDL di permukaan sel. Hampir semua jaringan tubuh mampu mensintesis reseptor LDL dan hepar merupakan organ dengan aktivitas reseptor paling tinggi (Marks et al., 2000; Mayes, 2003b). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Gambar 3. Kolesterol dan Transportasi Lemak oleh Lipoprotein (Wormser, 2004) LDL berfungsi mengirimkan kolesterol ke jaringan ekstrahepatik seperti sel korteks adrenal, ginjal, otot, dan limfosit. Sel tersebut mempunyai reseptor LDL di permukaannya. Di dalam sel, LDL melepaskan kolesterol untuk pembentukan hormon steroid dan sintesis dinding sel. Sel fagosit dari sistem retikuloendotel menangkap dan memecah LDL. Bila sel-sel mati maka kolesterol terlepas dan diikat oleh HDL. Enzim Lecithin-cholesterol acyltranferase (LCAT) menyebabkan kolesterol berikatan dengan asam lemak, dikembalikan ke VLDL dan LDL. Sebagian diangkut ke hati dan diekskresi ke empedu (Suryaatmaja dan Silman, 2006).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Batasan kadar LDL kolesterol darah dirangkum dalam Tabel 2. Tabel 3. Batasan Kadar LDL Kolesterol Darah Kadar LDL (mg/dl)
Klasifikasi
< 100
Optimal
100-129
Mendekati optimal
130-159
Batas normal tertinggi
160-189
Tinggi
> 190
Sangat tinggi
(LIPI, 2009) Konsumsi kolesterol melebihi batas normal dapat mempertinggi kadar LDL darah. LDL telah diprediksikan sebagai penyebab PJK dalam berbagai penelitian. Kadar LDL yang tinggi memudahkan terjadinya aterosklerosis. Penurunan kadar LDL darah dengan terapi statin mengurangi risiko PJK hingga 50 %. Obat statin bekerja dengan cara menghambat sintesis kolesterol dalam hati, dengan menghambat enzim HMG-KoA reduktase. HMG-KoA reduktase adalah enzim utama yang mendukung sintesis kolesterol di hati (Brunzell, 2005). 4. Pengaruh Pemberian Daun Salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] terhadap Kadar LDL Darah Penurunan kadar kolesterol serum dengan pemberian ekstrak daun salam diduga karena mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan (Dalimartha, 2005). Senyawa tersebut mempunyai efek terhadap perbaikan lipid serum, modifikasi LDL teroksidasi, dan kecepatan metabolisme basal. Salah satu kandungan flavonoid yang terdapat pada daun salam adalah quercetin. Quercetin dapat menghambat oksidasi LDL yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
telah dimodifikasi makrofag, yaitu dengan mengurangi kandungan αtocofherol yang terkandung dalam partikel LDL (Peluso, 2006). Quercetin dapat menghambat sekresi dari Apo B-100 ke intestinum, sehingga jumlah Apo B-100 akan mengalami penurunan. Apo B-100 dikenal sebagai pembentuk VLDL dan LDL (Mayes, 2003a). Quercetin juga bekerja dalam menghambat HMG-KoA reduktase dan absorbsi kolesterol di saluran pencernaan (Eun et al., 2010). Kandungan quercetin yang tinggi dalam suatu makanan dapat memodulasi aktivitas dari platelet untuk mencegah timbulnya penyakit kardiovaskuler (Boyer dan Liu, 2004). Namun dalam sebuah penelitian lainnya menggunakan apel disebutkan bahwa quercetin tidak dapat bekerja sendiri sebagai antioksidan. Untuk dapat menjalankan fungsinya sebagai antioksidan, quercetin dibantu dengan senyawa-senyawa antioksidan lain yang terkandung di dalam apel tersebut (Duarte et al., 2001; Boyer dan Liu, 2004). Mekanisme tanin dalam daun salam terhadap kolesterol yaitu bereaksi dengan protein mukosa dan sel epitel usus sehingga menghambat penyerapan lemak (Hagerman, 2002). Syzygium polyanthum mengandung saponin yang berfungsi mengikat kolesterol dengan asam empedu sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol (Michael, 2007). Daun salam memiliki banyak kandungan vitamin yang merupakan antioksidan. Niasin merupakan bagian dari vitamin B kompleks yang disebut vitamin B3, bersifat larut air dan alkohol. Niasin menekan aktivitas enzim lipoprotein lipase (Dalimartha, 2008) sehingga menurunkan produksi VLDL commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
di dalam hepar dan dapat menghambat mobilisasi lemak sehingga produksi trigliserida, kolesterol total, dan kolesterol LDL dapat turun (Khomsan, 2001). Selain itu, Niasin juga berperan dalam merangsang pembentukan prostaglandin I2, yaitu hormon yang membantu mencegah pengumpulan agregasi trombosit. Dengan demikian, niasin dapat memperkecil proses aterosklerosis dan akhirnya memperkecil kemungkian terjadinya serangan jantung (Khomsan, 2001). Kandungan vitamin A, E dan C serta selenium juga berfungsi sebagai antioksidan (Dewoto, 2007). Aktivitas vitamin C dalam melindungi jantung sebagai berikut (Khomsan, 2001; Lam, 2002): a. Mencegah kerusakan endotel yang secara normal mengawali respon radang dan adhesi lipoprotein. b. Menghancurkan plak yang ada dengan mengikatkan pada lipoprotein dan mengeluarkannya dari tubuh. c. Membangun kolagen dan meningkatkan elatisitas pembuluh darah. Serat (terutama yang larut air) menghambat absorbsi lemak maupun kolesterol dalam usus besar, sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah. Di dalam saluran pencernaan, serat larut akan mengikat asam empedu untuk keluar bersama tinja (Khomsan, 2001). 5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Kolesterol a. Diet tinggi lemak jenuh dan kolesterol, meningkatkan kadar kolesterol darah (Guyton dan Hall, 2007a). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
b. Hormon tiroid menginduksi peningkatan jumlah reseptor LDL di sel hati, yang akan meningkatkan kecepatan sekresi kolesterol di dalam empedu sehingga meningkatkan jumlah kolesterol yang hilang melalui feses (Mayes, 2003b; Guyton dan Hall, 2007b). c. Faktor genetik, misalnya pada hiperkolesterolemia familial (Guyton dan Hall, 2007a). d. Penyakit hati, menimbulkan kelainan pada kolesterol darah karena hati merupakan tempat degradasi insulin, sehingga bila hati rusak, jumlah insulin akan meningkat sehingga akan menurunkan kolesterol darah. Selain itu, hati juga merupakan tempat sintesis kolesterol sehingga penyakit hati dapat menurunkan kadar kolesterol (Guyton dan Hall, 2007a). e. Hormon insulin menurunkan konsentrasi kolesterol darah, karena insulin akan meningkatkan pemakaian glukosa oleh sebagian besar jaringan tubuh, sehingga akan mengurangi pemakaian lemak (Mayes, 2003b). f. Hormon estrogen meningkatkan laju kecepatan metabolisme lemak dan juga menyebabkan peningkatan jumlah simpanan lemak dalam jaringan subkutan (Guyton dan Hall, 2007c). g. Stres meningkatkan pengeluaran hormon kortisol yang akan meningkatkan mobilisasi lemak dari jaringan lemak dan konsentrasi asam lemak bebas di dalam darah (Guyton dan Hall, 2007a). h. Obstruksi empedu yang tidak diobati dapat meningkatkan kolesterol plasma (Guyton dan Hall, 2007a). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
6. Ekstrak Daun Salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Departemen Kesehatan RI, 1995). Ekstraksi adalah penarikan zat aktif yang diinginkan dari bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih sehingga zat aktif yang diinginkan dapat larut. Sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi dipilih berdasarkan kemampuan pelarut dalam melarutkan jumlah maksimum zat aktif yang dinginkan larut dan seminimum mungkin untuk unsur yang tidak diinginkan. Zat aktif dari tanaman obat yang secara umum sama sifat kimianya, mempunyai sifat kelarutan yang sama dan dapat diekstraksi dengan pelarut tunggal atau campuran (Ansel, 1989). Sistem ekstraksi yang digunakan untuk menyari zat aktif dalam daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] yaitu sistem penyarian dengan metode maserasi dengan pelarut etanol 70 %. Pada akhir ekstraksi akan didapatkan ekstrak kental daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp]. Pelarut etanol dipilih karena etanol tidak menyebabkan pembengkakaan membran sel, sehingga memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut. Dengan etanol kadar 70 % volume dapat dihasilkan bahan aktif yang optimal, karena bahan pengotor hanya larut dalam skala kecil (Voigt, 1994). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
7. Simvastatin Simvastatin termasuk kelompok obat statin. Statin merupakan salah satu obat antihiperlipidemia yang paling efektif dan aman. Obat ini terutama efektif dalam menurunkan kolesterol (Suyatna, 2007). Simvastatin mampu menurunkan kadar serum kolesterol, LDL, trigliserida dan VLDL dalam darah. Simvastatin bekerja dengan cara menghambat sintesis kolesterol dalam hati, dengan menghambat enzim HMG-KoA reduktase. HMG-KoA reduktase adalah enzim utama yang mendukung sintesis kolesterol di hati dengan cara berikatan dengan mengubah HMG-KoA menjadi mevalonat. Ketika simvastatin hadir dengan konsentrasi lebih dari konsentrasi substrat (HMG-KoA) maka HMG-KoA reduktase akan lebih cenderung berikatan dengan simvastatin sehingga jumlah dan frekuensi sintesis kolesterol tereduksi. Jika konsentrasi simvastatin cukup banyak untuk berikatan dengan HMG-KoA reduktase maka asam mevalonat yang merupakan senyawa antara biosintesis kolesterol tidak akan terbentuk sehingga pembentukan kolesterol menjadi terhambat (Suyatna, 2007; Katzung 2010). Akibat penurunan sintesis kolesterol ini, Sterol Regulatory Element Binding Proteins-1 (SREBP-1) yang terdapat pada membran dipecah oleh protease, lalu diangkut ke nukleus. Faktor-faktor transkripsi kemudian akan berikatan dengan gen reseptor LDL, sehingga terjadi peningkatan sintesis reseptor
LDL.
Peningkatan
reseptor
LDL
dengan
afinitas
tinggi
meningkatkan katabolisme LDL oleh hati, sehingga mengurangi simpanan commit to user LDL plasma (Suyatna, 2007; Katzung, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
Pemberian statin peroral pada hewan dan diduga juga pada manusia diabsorbsi sebanyak 30 %. Obat ditemukan dalam plasma dalam bentuk metabolit aktif atau inaktif setelah metabolisme lintas pertama di hati. Sebagian besar metabolit statin terikat protein plasma (Suyatna, 2007). Kebanyakan produk degradasi diekskresi melalui feses dan kurang dari 10 % dalam urin. Kadar puncak dalam plasma terlihat 2-4 jam setelah pemberian tunggal. Sesudah tiga hari dengan pemberian satu kali sehari akan dicapai kadar yang mantap yaitu satu setengah kali kadar puncak pemberian tunggal. Kadar yang lebih tinggi bisa dicapai dengan pemberian statin bersama makanan (Suyatna, 2007). Umumnya statin ditoleransi baik oleh pasien. Efek samping obat statin pada umumnya ringan berupa gangguan saluran cerna, sakit kepala dan kemerahan. Statin dosis tinggi dapat menimbulkan katarak pada mata anjing namun belum pernah dilaporkan terjadi pada manusia. Simvastatin dikontraindikasikan pada wanita hamil karena punya efek teratogenik pada hewan (Suyatna, 2007). Gejala hipersensitivitas dapat terjadi pada semua obat penghambat reduktase (Katzung, 2010). Dosis efektif simvastatin pada manusia adalah 5-80 mg/hari. Dosis maksimal simvastatin yang digunakan pada manusia adalah 80 mg/hari. Sediaan simvastatin berupa tablet 5, 10, 20 dan 40 mg (Suyatna, 2007; Katzung, 2010). Pengobatan hiperkolesterolemia digunakan dosis awal simvastatin sebesar 40 mg/hari peroral pada waktu malam hari (The McGraw-Hill Companies, 2009; Katzung, 2010). Hal ini diperkuat dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
sebuah penelitian oleh Jensen et al. (2004) yang menyebutkan bahwa untuk mendapatkan kadar kolesterol total < 5,0 mmol/L dan kolesterol LDL < 3,0 mmol/L digunakan simvastatin mulai dari dosis 40 mg/hari. Jika tidak memenuhi kadar yang diinginkan maka dinaikkan menjadi 80 mg/hari. 8. Propiltiourasil Propiltiourasil merupakan antitiroid yang bekerja dengan cara mengambat sintesis hormon tiroksin secara langsung. Obat ini menghambat proses pengikatan (inkorporasi) yodium pada residu tirosil dari tiroglobulin dan menghambat proses penggabungan dari gugus yodotirosil untuk membentuk yodotironin. Selain menghambat sintesis hormon, propiltiourasil ternyata juga menghambat deyodinasi tiroksin menjadi triyodotironin di jaringan perifer (Suherman dan Elysabeth, 2007). Propiltiourasil pada penelitian digunakan karena tikus putih cenderung hipertiroid sehingga relatif resisten terhadap perubahan profil lipid (Mayes, 2003b; Suherman dan Elysabeth, 2007). Hormon tiroid akan mengaktifkan hormon sensitif lipase sehingga proses katabolisme lipid dalam tubuh tikus tinggi. Induksi hiperkolesterol dengan pakan hiperkolesterolemik dipermudah dengan menurunkan aktivitas hormon tiroid pada tikus putih.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
9. Tikus Putih (Rattus norvegicus) a. Taksonomi Menurut Sugiyanto (1995), taksonomi tikus putih yaitu : Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Mammalia
Ordo
: Rodentia
Famili
: Muridae
Sub famili
: Murinae
Genus
: Rattus
Spesies
: Rattus norvegicus
Strain
: Wistar
b. Morfologi Tikus Wistar adalah galur outbreed tikus albino dari spesies Rattus norvegicus. Tikus ini memiliki ciri-ciri, seperti lebar kepala, panjang telinga, dan panjang ekor kurang dari panjang tubuhnya. Tikus ini merupakan tikus pertama yang dikembangkan sebagai tikus percobaan. Tikus ini lebih aktif dibanding jenis galur lain (Isroi, 2010). c. Sifat-Sifat Tikus putih merupakan hewan yang paling banyak digunakan dalam penelitian terutama dalam percobaan toksisitas. Hal tersebut disebabkan antara tikus putih dan manusia mempunyai fisiologi dan anatomi yang commit to user hampir sama, begitu juga dalam proses biokimia dan biofisiknya (Koeman,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
1987). Bahkan kemiripannya tidak hanya terbatas pada struktur genomnya saja, tetapi sampai tingkat Deoxyribonucleic Acid (DNA) sequense (Wart, 2004). Tikus putih jantan digunakan sebagai binatang percobaan karena tikus putih jantan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih stabil. Tikus putih jantan tidak dipengaruhi oleh adanya siklus menstruasi dan kehamilan seperti pada tikus betina. Tikus jantan juga mempunyai kecepatan metabolisme obat yang lebih cepat dan kondisi biologis tubuh yang lebih stabil dibanding tikus betina (Sugiyanto, 1995). Tikus relatif resisten terhadap infeksi dan sangat cerdas. Tikus ini dapat bertahan hidup 2-3 tahun, bahkan sampai 4 tahun (Lampiran 1). Tikus tidak begitu bersifat fotofobik seperti halnya mencit dan kecenderungan untuk berkumpul dengan sesamanya tidak begitu besar. Sifat yang membedakan tikus dari hewan percobaan lain, yaitu bahwa tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat
esofagus
bermuara
ke
dalam
lambung
(Smith
dan
Mangkoewidjojo, 1988). Tikus laboratorium jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan. Tikus dapat tinggal sendirian dalam kandang, dengan syarat dapat melihat dan mendengar tikus lain. Hewan ini lebih besar dibandingkan mencit sehingga untuk percobaan laboratorium tikus lebih menguntungkan daripada mencit (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
B. Kerangka Pikir
Perlakuan
Simvastatin
Ekstrak herba daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp]
Quercetin
· Sekresi Apo B-100 · HMG-KoA reduktase · Absorbsi kolesterol
Tanin
Absorbsi lemak
Saponin
Mengikat kolesterol dengan asam empedu
Niasin
Serat HMG-KoA Reduktase
· Enzim lipoprotein lipase
Absorbsi lemak
· Mobilisasi lemak
Kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus)
Variabel terkendali : · Makanan · Jenis kelamin · Umur · Berat Badan ·
Variabel tak terkendali : · Faktor genetik · Gangguan fungsi empedu · Gangguan fungsi lipase · Stres · Fungsi hati · Hormonal Gambar 4. Kerangka Pikir
Keterangan :
: memicu atau meningkatkan : menghambat atau menurunkan : mengandung : perlakuan dengan pemberian commit to user : berpengaruh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
C. Hipotesis Pemberian ekstrak daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] dapat menurunkan kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian bersifat eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitian pre and posttest with control group design (Taufiqurahman, 2009). B. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di tiga tempat yaitu Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada (UGM), Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dan Laboratorium Klinik Rahanu, Surakarta. C. Subjek Penelitian Subjek penelitian berupa 30 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan, strain Wistar, berat badan ± 200 gram, dan berumur ± 3 bulan. Tikus putih diperoleh dari Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. D. Besar Sampel Besar sampel tiap kelompok dihitung dengan rumus Federer, di mana (t) merupakan jumlah kelompok dan (n) adalah jumlah sampel setiap kelompok. Rumus yang digunakan yaitu (n-1) (t-1) > 15 (Arkeman, 2006): Dengan jumlah kelompok sebanyak 5 (t = 5) dalam penelitian ini, maka sampel minimal yang dibutuhkan perkelompok adalah sebagai berikut: (n-1) (5-1)
> 15 commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
4n – 4
> 15
n
> 4,75
Dari perhitungan di atas jumlah sampel yang digunakan minimal 5 ekor tikus putih per kelompok. Selama penelitian kemungkinan tikus mengalami kematian dan sakit cukup besar sehingga jumlah sampel ditambah satu ekor. Jadi peneliti menggunakan 6 ekor tikus putih per kelompok dalam penelitian ini. E. Teknik Sampling Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling sesuai dengan kriteria hewan uji. Sampel dibagi dalam 5 kelompok, di mana tiap kelompok terdiri 6 ekor tikus putih. Kelompok 1 merupakan kelompok kontrol negatif, kelompok 2 merupakan kelompok kontrol positif sedangkan kelompok 3, 4, dan 5 adalah kelompok yang diberi perlakuan. Pembagian sampel tiap kelompok dilakukan menggunakan teknik randomisasi dengan pengundian (Taufiqurahman, 2009). F. Rancangan Penelitian P1
L1
T1
P2
L2
T2
P3
L3
T3
K4
P4
L4
T4
K5
P5
L5
T5
K1 K2
Induksi kolesterol
S
K3
R
28 hari
Gambar 5. Rancangan Penelitian Keterangan : S R
: Jumlah sampel tikus putih (Rattus norvegicus) commit to user : Randomisasi
Analisis statistik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
K1
: Kelompok kontrol negatif
K2
: Kelompok kontrol positif
K3
: Kelompok ekstrak daun salam dosis I
K4
: Kelompok ekstrak daun salam dosis II
K5
: Kelompok ekstrak daun salam dosis III
P1
: Pengukuran kadar LDL pada plasma darah K1 pretest
P2
: Pengukuran kadar LDL pada plasma darah K2 pretest
P3
: Pengukuran kadar LDL pada plasma darah K3 pretest
P4
: Pengukuran kadar LDL pada plasma darah K4 pretest
P5
: Pengukuran kadar LDL pada plasma darah K5 pretest
L1
: Perlakuan pada K1
L2
: Perlakuan pada K2
L3
: Perlakuan pada K3
L4
: Perlakuan pada K4
L5
: Perlakuan pada K5
T1
: Pengukuran kadar LDL pada plasma darah K1 posttest
T2
: Pengukuran kadar LDL pada plasma darah K2 posttest
T3
: Pengukuran kadar LDL pada plasma darah K3 posttest
T4
: Pengukuran kadar LDL pada plasma darah K4 posttest
T5
: Pengukuran kadar LDL pada plasma darah K5 posttest
G. Identifikasi Variabel 1. Variabel bebas : ekstrak daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp]. 2. Variabel terikat : penurunan kadar LDL darah tikus putih. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
3. Variabel luar
:
a. Variabel terkendali
: jenis makanan, umur, berat badan dan jenis kelamin tikus putih.
b. Variabel tak terkendali : variasi genetik, stres (kondisi psikologis), gangguan fungsi empedu, gangguan fungsi lipase, penyakit hati dan hormon-hormon lain. H. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Bebas: Ekstrak daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] Ekstrak daun salam adalah ekstrak yang berasal dari hasil ekstraksi tanaman daun salam dengan metode maserasi dan digunakan pelarut berupa etanol 70 %. Ekstraksi dilakukan di LPPT Universitas Gadjah Mada, Jl. Kaliurang Km. 4, Jogjakarta. Daun salam didapat dari pemesanan di LPPT UGM tersebut. Daun yang digunakan berupa daun yang segar, berwarna hijau, permukaan daun utuh dan diambil 3-5 lembar dari pucuk. Dalimartha (2005) mengemukakan bahwa untuk menurunkan kadar kolesterol yang tinggi pada manusia digunakan daun salam sebanyak ± 10 gr/hari. Peneliti menggunakan dosis bertingkat pada ekstrak daun salam sebesar 0,18 gr/200 gr BB/hari untuk dosis I. Sedangkan untuk dosis II, digunakan dosis sebesar 0,36 gr/200 gr BB/hari. Untuk dosis III, digunakan dosis sebesar 0,72 gr/200 gr BB/hari. Alat ukur yang digunakan berupa timbangan digital dengan satuan miligram. Skala pengukuran variabel ini adalah ordinal. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
2. Variabel Terikat: Penurunan kadar LDL darah tikus putih Penurunan kadar LDL darah adalah selisih kadar kolesterol LDL hewan uji yang diukur sebelum dan sesudah pemberian ekstrak daun salam setelah subjek dipuasakan selama 12 jam yang dinyatakan dalam satuan mg/dl. Pengukuran kadar LDL sebelum dan sesudah perlakuan dilakukan dengan mengambil darah tikus putih ± 1 ml melalui saccus medianus orbitalis dengan pipet hematokrit, lalu darah ditampung dalam tabung sentrifuge. Darah dipusingkan selama 15-20 menit dengan kecepatan 3000 rpm dan diambil serumnya. Serum darah yang telah diambil kemudian dilakukan pengukuran kadar lipid profil tikus putih dengan menggunakan Spektrofotometri Stardust. Kadar LDL darah tikus putih dihitung berdasarkan Kadar = Kadar Kolesterol Total – :Kadar HDL – (Kadar Trigliserida/5) rumusLDL Friedwald yaitu sebagai berikut Perhitungan kadar LDL sebelum dan sesudah perlakuan dilakukan setelah mengukur kadar kolesterol total, HDL dan trigelserida tikus putih. Selanjutnya pengukuran kadar LDL sebelum dan setelah perlakuan memungkinkan diukurnya penurunan kadar LDL akibat pemberian perlakuan. Pengukuran kadar LDL dilakukan di Laboratorium Klinik Rahanu, Surakarta. Skala pengukuran variabel ini adalah rasio. 3. Variabel Luar Terkendali a. Makanan Makanan adalah variabel luar yang sepenuhnya dapat dikendalikan dengan cara pemberian makanan sama besar, jenis yang sama, dan waktu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
pemberian sama. Makanan yang diberikan selama penelitian terdiri dari dua jenis, yaitu : 1) Makanan hiperkolesterolemik Pemberian makanan hiperkolesterolemik (induksi kolesterol) dilakukan selama 28 hari sebelum perlakuan dengan ekstrak daun salam dan simvastatin diberikan. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu dengan metode pemberian pakan yang sama, dalam 4 minggu sudah didapatkan rerata kadar kolesterol yang tinggi dan sudah dinyatakan hipekolesterolemik. Hasil rerata kadar kolesterol yang didapat dari induksi pakan hiperkolesterol sebesar 106 mg/dl. Jadi telah didapat kondisi hiperkolesterolemia, karena kadar normal kolesterol tikus putih adalah 10-54 mg/dl (Aini et al., 2003). Pemberian makanan hiperkolesterolemik setiap kelompok dibuat sama jenisnya berdasarkan panduan pengujian fitofarmaka yaitu menggunakan serbuk kolesterol 1 %, kuning telur bebek 5 %, lipid hewan (lemak babi) 10 %, minyak goreng (minyak kelapa) 1 % ditambah makanan standar sampai 100 % (Phyto Medica, 1993). Makanan hiperkolesterolemik diberikan 2,5 ml dua kali sehari pada setiap pukul 07.00 WIB dan 16.00 WIB dengan melalui sonde lambung. 2) Makanan standar Makanan standar tikus putih adalah Broiller II (BR II). Pakan standar BR II (Lampiran 2) disediakan setiap kandang tikus putih sebanyak 25 mg/hari. Tikus dibiarkan makan pakan standar sesuai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
keinginannya (ad libitum). Makanan standar diberikan selama penelitian. b. Jenis kelamin tikus putih Pada penelitian dipilih tikus putih berjenis kelamin jantan karena kondisi biologis tikus putih jantan lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh siklus menstruasi maupun kehamilan sehingga dapat memberikan hasil penelitian yang lebih stabil. Tikus jantan dan tikus betina memiliki perbedaan respon terhadap induksi kolesterol. Tikus yang dipakai pada penelitian ini adalah tikus jantan supaya sampel bersifat homogen dan terhindar dari pengaruh hormon estrogen (Sugiyanto, 1995). c. Umur tikus putih Umur hewan coba mempunyai pengaruh penting. Kolesterol total darah pada tikus umur 6 minggu akan meningkat, kemudian menurun beberapa minggu. Kolesterol total dapat mencapai kadar minimum pada umur 12 minggu, setelah itu meningkat lagi (Kritchevsky, 1996). Untuk mengendalikan variabel ini, digunakan tikus putih berumur ± 3 bulan untuk membuat sampel homogen dan menghindari variasi kadar kolesterol darah karena faktor umur. d. Berat badan tikus putih Berat badan tikus putih yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah ± 200 gram dengan toleransi 20 % sehingga berat badan tikus putih yang dipakai sekitar 160-240 gram yang merupakan berat badan ideal untuk penelitian (Suhardjono, 1995). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
2. Variabel Luar Tak Terkendali a. Variasi genetik Heterogenitas genetik dapat berpengaruh terhadap perbedaan tingkat respon pada makanan. Salah satu variasi genetik yang telah ditemukan terkait metabolisme lipoprotein adalah polimorfisme Apo E (Gibney et al., 2002). Apo E berperan dalam pembersihan LDL dan trigliserida dari sirkulasi (Marks et al., 2000). Untuk mengatasi hal ini dilakukan randomisasi tikus putih dari galur sama, sehingga persebaran faktor genetik diharapkan dapat homogen. Variabel ini tidak dapat dikendalikan secara mutlak. b. Penyakit hati Hati merupakan tempat metabolisme utama dari kolesterol. Selain itu, hati juga sebagai organ dengan aktivitas reseptor LDL terbesar. Penyakit hati pada tikus putih merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan karena sulitnya pendeteksian dini dan membutuhkan pemeriksaan yang mahal. Untuk menghindari pengaruh penyakit hati, digunakan tikus yang sehat. c. Stres Stres merupakan variabel yang tidak dapat dikendalikan secara mutlak karena tidak mungkin dapat dihindarkan pada tikus yang mendapat perlakuan. Pemberian perlakuan yang berulang kali dalam jangka waktu lama dapat mempengaruhi kondisi psikologis tikus putih. Keadaan stres memacu produksi hormon epinefrin, norepinefrin, kortikotropin dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
glukokortikoid yang akan mengaktifkan hormon peka lipase trigelserid yang memecah trigelserid dan meningkatkan asam lemak bebas (Guyton dan Hall, 2007a). Pengaruh stres dapat dikurangi dengan adanya waktu adaptasi sebelum percobaan, pemberian kandang yang terpisah, makan dan minuman serta pencahayaan yang cukup. d. Gangguan fungsi empedu Gangguan fungsi empedu akan menghambat emulsifikasi lemak dan absorbsinya. Gangguan fungsi empedu pada Rattus norvegicus sulit dideteksi dan membutuhkan pemeriksaan yang mahal, oleh karena itu menjadi faktor yang tidak dapat dikendalikan. e. Gangguan fungsi lipase Gangguan fungsi lipase akan mengganggu proses produksi LDL. Gangguan fungsi lipase pada Rattus norvegicus sulit dideteksi dan membutuhkan pemeriksaan yang mahal, oleh karena itu menjadi faktor yang tidak dapat dikendalikan. f. Hormonal Sistem hormonal sangat berpengaruh pada pengaturan kadar kolesterol darah. Dalam keadaan normal, bermacam-macam hormon tertentu disekresi dalam tubuh yang nantinya dapat mempengaruhi metabolisme kolesterol darah. Salah satu hormon yang mempengaruhi metabolisme kolesterol adalah hormon tiroid. Dalam keadaan normal, tikus putih bersifat hipertiroid, sehingga untuk meminimalkan pengaruh hipertiroid pada tikus putih tersebut diberikan propiltiourasil 0,01 % pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
air minum tikus (Phyto Medica, 1993; Mayes, 2003b; Suherman dan Elysabeth, 2007). Faktor hormonal ini tidak dapat dikendalikan sepenuhnya karena sulit dideteksi dan membutuhkan pemeriksaan yang mahal. I.
Penghitungan Dosis 1. Ekstrak daun salam Untuk menurunkan kadar kolesterol yang tinggi digunakan daun salam sebanyak ± 10 gr pada manusia (Dalimartha, 2005). Konversi dosis untuk manusia dengan berat badan (BB) 70 kg pada tikus dengan BB 200 gr adalah 0,018 (Lampiran 3). Dosis I
= 0,018 x 10 gr/hari = 0,18 gr/hari = 180 mg/200 gr BB/hari
Dosis II
= 2 x dosis I = 2 x 180 mg/ 200 gr BB/hari = 360 mg/200 gr BB/hari
Dosis III
= 2 x dosis II = 2 x 360 mg/200 gr BB/hari = 720 mg/200 gr BB/hari
2 Simvastatin Dosis
yang
digunakan
manusia
sebagai
pengobatan
hiperkolesterolemia adalah 40 mg/hari (Jensen et al., 2004; The McGraw-Hill commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Companies, 2009). Dosis yang diberikan pada tikus setelah dikonversi menjadi: Dosis simvastatin pada tikus putih
= 0,018 x 40 mg/hari = 0,72 mg/200 gr BB/hari ≈ 0, 8 mg/200 gr BB/hari
Jadi, simvastatin diberikan untuk tikus dengan dosis 0,8 mg/200 gr BB/hari bersama dengan makanan tikus. Simvastatin yang dipakai dalam percobaan berupa simvastatin generik Dexamedica dalam bentuk tablet 10 mg yang diberikan melalui sonde lambung. Alat ukur yang digunakan adalah timbangan digital dengan satuan miligram. J.
Alat-alat dan Bahan Penelitian 1. Alat-alat yang digunakan a.
Kandang hewan percobaan
b.
Sentrifuge
c.
Pipa kapiler/pipet hematokrit
d.
Tabung sentrifuge
e.
Bekker glass
f.
Timbangan digital
g.
Spektrofotometri Stardust
h.
Sonde lambung
i.
Pipet ukur
j.
Cawan petri commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
2. Bahan-bahan yang digunakan a.
Ekstrak daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp]
b.
Makanan standar (pelet BR II)
c.
Makanan hiperkolesterolemik
d.
Tablet simvastatin
e.
Aquades ditambah propiltiourasil 0,01 %
K. Cara Kerja 1. Persiapan a. Kandang tikus disiapkan dengan alas tripleks. Tikus putih (Rattus norvegicus) sebanyak 30 ekor diadaptasikan selama 7 hari dan diberi makan pelet BR II (25 mg/hari) serta aquades (± 20-45 ml/hari) yang ditambah propiltiourasil 0,01% ad libitum. Masa adaptasi ini membiasakan tikus pada lingkungan laboratorium yang digunakan. Selain itu, masa adaptasi ini dapat dilakukan pengamatan apakah tikus tersebut dapat terus digunakan untuk percobaan atau tidak (Smith dan Mankoewidjojo, 1988). b. Subjek penelitian dibagi menjadi 5 kelompok dengan teknik randomisasi. Masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus putih (Rattus norvegicus). Kelompok penelitian terdiri dari kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif, dan kelompok yang diberi ekstrak daun salam dosis I, II dan III. c. Pembuatan ekstrak daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] dilakukan di LPPT Universitas Gadjah Mada (Lampiran 4). Daun salam diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan etanol. Hasil ekstraksi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
kemudian disimpan di dalam almari pendingin. Pembuatan ekstrak daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] dosis I dengan cara mencampurkan 18 gr daun salam dalam 100 ml aquades dan CMC 1 % secukupnya agar serbuk ekstrak daun salam tidak mengendap. Dosis II sama dengan dosis I hanya saja daun salam yang dicampurkan sebanyak 36 gr sedangkan untuk dosis III dicampurkan 72 gr daun salam. Jadi 1 ml suspensi mengandung 0,18 gr, 0,36 gr, dan 0,72 gr ekstrak daun salam. d. Pembuatan serbuk simvastatin dengan cara menghaluskan tablet simvastatin 10 mg menjadi serbuk ditambah 12,5 ml aquades dan CMC 1% secukupnya agar serbuk simvastatin tidak mengendap. Jadi 1 ml suspensi mengandung 0,8 mg simvastatin. e. Pembuatan suspensi pakan hiperkolesterolemik dilakukan setiap tiga hari sekali dengan mencampur 5 ml kuning telur bebek, 10 ml lemak babi, 1 ml minyak kelapa, dan 0,1 gr serbuk kolesterol sehingga didapatkan suatu campuran berbentuk cair. f. Pemberian pakan hiperkolesterolemik kepada masing-masing kelompok tikus selama 28 hari yang diberikan pada pukul 07.00 WIB dan 16.00 WIB dengan melalui sonde lambung sebanyak 2,5 ml. g. Sesudah induksi hiperkolesterolemik, tikus dipuasakan selama ± 12 jam. Hal ini dilakukan agar darah yang didapatkan dari tikus merupakan darah yang mengandung kolesterol basal (kolesterol yang dihasil dari dalam tubuh), bukan kolesterol dari luar. Kemudian diambil darahnya ± 1 ml melalui saccus medianus orbitalis dengan menggunakan pipa kapiler. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Setelah pipa kapiler ditusukkan di daerah saccus medianus orbitalis kemudian darah mengalir ke dalam pipa kapiler. Darah disentrifuge selama 15-20 menit dengan kecepatan 3000 rpm dan diambil serumnya. Serum darah yang telah diambil kemudian dilakukan pengukuran kadar lipid profil dengan metode direk menggunakan Spektrofotometri Stardust (Lampiran 5). Setelah didapatkan kadar lipid profil (HDL, trigliserida dan kolesterol total) dilakukan perhitungan kadar LDL dengan menggunakan rumus Friedwald. 2. Pemberian Perlakuan a. Kelompok I
: Kelompok kontrol negatif
Tikus diberikan pakan sederhana (pelet BR II) sebanyak 25 mg/hari serta aquades sebanyak 20-40 ml/ hari ad libitum selama 1 minggu. b. Kelompok II : Kelompok kontrol positif Tikus diberikan pakan sederhana (pelet BR II) sebanyak 25 mg/hari serta aquades sebanyak 20-40 ml/ hari ad libitum selama 1 minggu. Pada pukul 16.000 WIB diberikan pelet yang telah dicampur dengan suspensi simvastatin 1 ml (mengandung simvastatin 0,8 mg/200 gr BB/hari) sehingga menjadi homogen yang diberikan melalui sonde lambung. c. Kelompok III : kelompok ekstrak daun salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp] dosis I Tikus diberikan pakan sederhana (pelet BR II) sebanyak 25 mg/hari serta aquades sebanyak 20-40 ml/ hari ad libitum selama 1 minggu. Pada pukul 16.000 WIB diberikan suspensi berupa pelet dan ekstrak daun salam 180 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
mg/200 gr BB/hari dalam aquades dan CMC 1 %, dicampur kemudian diaduk sehingga menjadi suspensi yang homogen dan dilakukan melalui sonde lambung. d. Kelompok IV : kelompok ekstrak daun salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp] dosis II Tikus diberikan pakan sederhana (pelet BR II) sebanyak 25 mg/hari serta aquades sebanyak 20-40 ml/ hari ad libitum selama 1 minggu. Pada pukul 16.000 WIB diberikan suspensi berupa pelet dan ekstrak daun salam 360 mg/200 gr BB/hari dalam aquades dan CMC 1 %, dicampur kemudian diaduk sehingga menjadi suspensi yang homogen dan dilakukan melalui sonde lambung. e. Kelompok V : kelompok ekstrak daun salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp] dosis III Tikus diberikan pakan sederhana (pelet BR II) sebanyak 25 mg/hari serta aquades sebanyak 20-40 ml/ hari ad libitum selama 1 minggu. Pada pukul 16.000 WIB diberikan suspensi berupa pelet dan ekstrak daun salam 720 mg/200 gr BB/hari dalam aquades dan CMC 1 %, dicampur kemudian diaduk sehingga menjadi suspensi yang homogen dan dilakukan melalui sonde lambung. Kelima kelompok diberi minum aquades yang ditambahkan propiltiourasil. Air minum propiltiourasil 0,01 % (100 mg propiltiourasil dalam 1 L aquades) tersebut disediakan dalam tempat air minum tikus dan diberikan secara libitum (Phyto Medica, 1993). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
3. Sesudah Perlakuan a. Sesudah perlakuan tikus dipuasakan selama ± 12 jam. Kemudian diambil darahnya ± 1 ml melalui saccus medianus orbitalis dengan menggunakan pipa kapiler. Setelah pipa kapiler ditusukkan di daerah saccus medianus orbitalis kemudian darah mengalir ke dalam pipa kapiler. Darah disentrifuge selama 15-20 menit dengan kecepatan 3000 rpm dan diambil serumnya. Serum darah yang telah diambil kemudian dilakukan pengukuran kadar lipid profil dengan metode direk menggunakan Spektofotometri stardust. Setelah didapatkan kadar lipid profil (HDL, trigliserida dan kolesterol total) dilakukan perhitungan kadar LDL dengan menggunakan rumus Friedwald. b. Membandingkan selisih kadar LDL pretest dan posttest tiap kelompok dan mengolah dan menganalis data hasil pemeriksaan kadar LDL plasma.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
L. Alur Penelitian Tikus Putih Purposive sampling Sampel (30 ekor tikus putih) Adaptasi diberi pakan pelet dan aquades (hari ke 1-7) Randomisasi
Kelompok
Kelompok
Kelompok
Kelompok
Kelompok
kontrol negatif
kontrol positif
perlakuan I
perlakuan II
perlakuan III
Induksi kolesterol 28 hari (hari ke 8-35) Puasakan ± 12 jam Pengukuran kadar LDL pretest (hari ke-36) Pakan pelet (hari ke 37-43)
Pakan pelet dan simvastatin 0,8 mg/200 gr BB/hari dalam suspensi 1 ml (hari ke 37-43 )
Pakan pelet dan ekstrak daun salam 180 mg/200 gr BB/hari dalam suspensi 1 ml (hari ke 37-43)
Pakan pelet dan ekstrak daun salam 360 mg/200 gr BB/hari dalam suspensi 1 ml (hari ke 37-43)
Puasakan ± 12 jam Pengukuran kadar LDL posttest (hari ke-44) Perhitungan selisih kadar LDL pretest dan posttest Analisis statistik commit to user Gambar 6. Kerangka Alur Penelitian
Pakan pelet dan ekstrak daun salam 720 mg/200 gr BB/hari dalam suspensi 1 ml (hari ke 37-43)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
M. Analisis Data Data yang diperoleh akan dianalisis secara statistik dengan uji normalitas dan uji homogenitas dilanjutkan dengan uji Anova (Analysis of Variance) bila syaratnya terpenuhi dan uji Kruskal-Wallis jika syarat uji Anova tidak terpenuhi. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang didapat mempunyai distribusi normal. Data berdistribusi normal dianggap mempunyai sebaran data yang normal sehingga dapat mewakili populasi. Normalitas data disajikan secara deskriptif menggunakan histogram atau melihat selisih mean dan median. Secara analitik, normalitas data diuji dengan uji Shapiro-Wilk karena sampel berukuran kecil (kurang dari 30) dan sebaran normal ditunjukkan dengan nilai p > 0,05. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah varians populasi homogen atau tidak. Suatu data dikatakan memiliki varians yang homogen jika nilai p > 0,05 (Riwidikdo, 2009). Jika hasil uji Anova menunjukkan nilai yang signifikan maka dilanjutkan dengan uji post hoc. Uji Anova adalah uji untuk membandingkan rerata lebih dari dua kelompok, sedangkan uji post hoc membandingkan antarkelompok. Uji Kruskal-Wallis adalah salah satu uji alternatif non-parametrik dan jika hasilnya signifikan maka dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney yang digunakan untuk membandingkan median antarkelompok (Riwidikdo, 2009).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
Setelah dilakukan penelitian mengenai pemberian ekstrak daun salam terhadap penurunan kadar LDL kolesterol darah tikus putih di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran UNS dan Laboratorium Klinik Rahanu, didapatkan data kadar LDL sebagai berikut. A. Kadar LDL Pretest Sebelum dilakukan perlakuan, kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) dihitung dengan menggunakan rumus Friedwald. Data yang didapat dari perhitungan kadar LDL ini ditetapkan sebagai data pretest (Lampiran 6). Hasil pemeriksaan kadar LDL yang dilakukan sebelum perlakuan (pretest) disajikan dalam Tabel 4 berikut ini: Tabel 4. Hasil Pengukuran Kadar LDL (mg/dl) Pretest Tikus Putih
Kelompok
Rerata ± simpang baku (mg/dl)
Kontrol (-)
69,1 ± 8,1
Median (minimal – maksimal) (mg/dl) 70,0 (57,8 – 77,0)
Kontrol (+)
66,4 ± 13,9
63,2 (51,4 – 89,2)
Salam dosis I
62,3 ± 6,2
64,4 (53,4 – 69,0)
Salam dosis II
63,4 ± 13,1
63,4 (50,4 – 83,0)
Salam dosis III
65,6 ± 11.9
60,2 (56,6 – 86,0)
Dari Tabel 4 di atas tampak bahwa rerata kadar LDL kolesterol sebelum perlakuan cukup berbeda antar kelima kelompok, demikian pula untuk mediannya.
commit to user
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
Untuk tiap kelompok, rerata dan mediannya tidak terlalu jauh perbedaannya. Hasil uji normalitas kadar LDL pretest tikus putih (Lampiran 8) pada kelima kelompok menunjukkan p > 0,05. Hal ini menunjukkan data yang didapat berdistribusi normal. Dari hasil uji homogenitas kadar LDL pretest tikus putih (Lampiran 8) didapatkan nilai p = 0,791 (p > 0,05) yang menunjukkan varians data antarkelompok homogen. Analisis data dilanjutkan dengan menggunakan uji Anova karena syarat melakukan uji Anova terpenuhi, yaitu data mempunyai distribusi normal dan varians antarkelompok homogen. Hasil uji Anova data pengukuran LDL kolesterol sebelum perlakuan (pretest) menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan, yaitu didapatkan nilai p = 0,880 (p > 0,05) (Lampiran 8). Hal ini mengindikasikan bahwa penelitian dapat dilanjutkan dengan memberikan perlakuan. Dengan demikian, diharapkan hasil penelitian murni disebabkan oleh pengaruh pemberian perlakuan terhadap tikus putih (Rattus norvegicus). B. Kadar LDL Posttest Setelah diberikan perlakuan selama satu minggu, kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) kembali dihitung menggunakan rumus Friedwald. Data yang didapat dari perhitungan kadar LDL ini ditetapkan sebagai data posttest (Lampiran 7). Hasil pemeriksaan kadar LDL yang dilakukan sesudah perlakuan (posttest) disajikan dalam Tabel 5 berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Tabel 5. Hasil Pengukuran Kadar LDL (mg/dl) Posttest Tikus Putih Rerata ± simpang baku
Kelompok
(mg/dl)
Median (minimal – maksimal) (mg/dl)
Kontrol (-)
76,0 ± 8,5
80,6 (62,6 – 82,4)
Kontrol (+)
22,3 ± 3,0
22,0 (18,8 – 25,6)
Salam dosis I
29,8 ± 9,7
28,8 (20,4 – 44,4)
Salam dosis II
28,1 ± 8,9
22,8 (21,2 – 41,0)
Salam dosis III
26,6 ± 4,5
28,4 (19,0 – 30,6)
Diagram batang dalam Gambar 7 menunjukkan perbandingan rerata kadar LDL darah tikus putih sebelum perlakuan dan setelah perlakuan.
Gambar 7.
Rerata Kadar LDL Darah Tikus Putih Sebelum dan Setelah Perlakuan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
C. Penurunan Kadar LDL Data pretest kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) dan posttest kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) yang didapat kemudian dihitung besar penurunannya untuk masing-masing kelompok. Hasil penurunan kadar LDL merupakan selisih antara kadar LDL pretest dengan kadar LDL posttest (kadar pretest dikurangi kadar posttest) yang disajikan dalam Tabel 6 berikut : Tabel 6. Hasil Penurunan Kadar LDL (mg/dl) Tikus Putih Selama Perlakuan
Kelompok
Rerata ± simpang baku (mg/dl)
Median (minimal – maksimal) (mg/dl)
Kontrol (–)
-7,0 ± 3,5
-5,8 (-12,4 – -3,6)
Kontrol (+)
44,2 ± 11,8
41,2 (32,6 – 64,2)
Meniran Dosis I
32,4 ± 10,2
35,6 (20,0 – 45,8)
Meniran Dosis II
35,3 ± 7,5
31,2 (28,8 – 44,8)
Meniran Dosis III
39,0 ± 9,5
37,0 (31,8 – 55,4)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Diagram batang dalam Gambar 8 menunjukkan rerata penurunan kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) selama perlakuan.
Gambar 8. Rerata Penurunan Kadar LDL Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Selama Perlakuan
Gambar 8 menunjukkan bahwa kelompok kontrol positif mengalami rerata penurunan kadar LDL darah tikus putih yang paling banyak sebesar 44,2 mg/dl. Kelompok ekstrak daun salam dosis I, II dan III masing-masing menunjukkan rerata penurunan kadar LDL sebesar 32,4 mg/dl, 35,3 mg/dl, dan 39,0 mg/dl. Sedangkan selisih kadar LDL kelompok kontrol negatif sebelum dan sesudah perlakuan sebesar -7,0 mg/dl mengindikasikan bahwa kadar LDL sesudah perlakuan justru lebih tinggi dibandingkan kadar sebelum perlakuan sehingga tidak dijumpai adanya penurunan kadar LDL selama perlakuan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Analisis statistik rerata penurunan kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) selama perlakuan adalah dengan uji normalitas, uji homogenitas, kemudian uji Anova (jika syarat terpenuhi). Hasil uji normalitas dan homogenitas (Lampiran 9) menunjukkan p > 0,05 sehingga dapat dikatakan data berdistribusi normal dan homogen yang kemudian dilanjutkan dengan uji Anova. Hasil uji Anova (Lampiran 9) menunjukkan p = 0,000 (p < 0,001) sehingga dapat dikatakan terdapat perbedaan rerata penurunan kadar LDL yang signifikan di antara kelima kelompok. Uji Anova dilanjutkan dengan uji post hoc (Lampiran 10) untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan rerata penurunan kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) yang signifikan. Hasil uji post hoc selengkapnya dirangkum dalam Tabel 7. Tabel 7. Hasil Uji Post Hoc Rerata Penurunan Kadar LDL Antarkelompok Perbandingan Kelompok
Beda Rerata
Nilai p
Penurunan Kadar LDL (mg/dl) Kontrol (-) vs Kontrol (+)
-51,1
0,000
Kontrol (-) vs Salam Dosis I
-39,4
0,000
Kontrol (-) vs Salam Dosis II
-42,2
0,000
Kontrol (-) vs Salam Dosis III
-46,0
0,000
Kontrol (+) vs Salam Dosis I
11,7
0,052
Kontrol (+) vs Salam Dosis II
8,9
0,133
Kontrol (+) vs Salam Dosis III
5,1
0,378
Salam Dosis I vs Salam Dosis II
-2,8
0,622
Salam Dosis I vs Salam Dosis III
-6.6
0,259
Salam Dosis II vs Salam Dosis III commit to user
-3,8
0,515
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Dari hasil uji post hoc didapatkan nilai p untuk perbandingan penurunan kadar LDL darah tikus putih antara kelompok kontrol (-) dengan kontrol (+) sebesar p = 0,000 (p < 0,001), sehingga perbedaan rerata penurunan kadar LDL darah tikus putih antara kedua kelompok tersebut signifikan secara statistik. Sedangkan dari hasil uji post hoc didapatkan nilai untuk perbandingan penurunan kadar LDL darah tikus putih antara kelompok kontrol (-) dengan salam dosis I, II dan III masing-masing sebesar p = 0,000 (p < 0,001), sehingga hipotesis penelitian ini diterima karena terdapat perbedaan rerata penurunan kadar LDL darah tikus putih yang signifikan secara statistik antara kelompok tersebut. Dengan kata lain, pemberian ekstrak daun salam dosis I, II dan III dapat menurunkan kadar LDL darah tikus putih secara signifikan dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan perlakuan. Nilai p dari uji post hoc untuk perbandingan rerata penurunan kadar LDL darah tikus putih antara kelompok kontrol (+) dengan salam dosis I, II dan III sebesar p > 0,005 mengindikasikan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata penurunan kadar LDL darah tikus putih yang signifikan secara statistik antara kelompok kontrol positif dengan ketiga dosis ekstrak daun salam. Perbandingan rerata penurunan kadar LDL darah tikus putih antara kelompok salam dosis I dengan salam dosis II dan III masing-masing menunjukkan nilai p > 0,05 yang mengindikasikan tidak adanya perbedaan pengaruh dosis I dengan dosis II dan III terhadap rerata penurunan kadar LDL darah tikus putih. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Hal serupa juga ditunjukkan untuk perbandingan kelompok salam dosis II dan III di mana nilai p > 0,05 pada uji post hoc yang menandakan bahwa kedua dosis ekstrak daun salam tersebut mempunyai pengaruh yang sama (tidak berbeda signifikan secara statistik) terhadap rerata penurunan kadar LDL darah tikus putih.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PEMBAHASAN
Hasil pengukuran rerata kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) sebelum perlakuan (pretest) dari kelima kelompok dianalisis menggunakan uji Anova, begitu juga selisih rerata kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) posttest dan pretest. Hasil pengujian rerata kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) pretest tidak digunakan untuk pengambilan simpulan melainkan digunakan untuk menentukan layak tidaknya pemberian perlakuan pada hewan coba. Pemberian perlakuan tidak dapat dilakukan jika kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus)
pretest
kelima
kelompok
hewan
coba
setelah
induksi
diet
hiperkolesterolemik memiliki perbedaan yang signifikan secara statistik. Dalam penelitian ini, induksi diet hiperkolesterolemik dapat dikatakan berhasil karena analisis kadar LDL pretest menunjukkan hasil yang homogen sehingga tidak akan merancukan hasil pemberian perlakuan selanjutnya. Pemberian pakan hiperkolesterolemik selama 28 hari berupa serbuk kolesterol 1 %, kuning telur bebek 5 %, lemak babi 10 %, minyak kelapa 1 % dan ditambah makanan standar sampai 100 % beserta pemberian propiltiourasil 0,01 % (satu liter air terlarut 100 mg propiltiourasil) dalam tempat air minum tikus meningkatkan kadar kolesterol darah tikus putih (Rattus norvegicus) sebelum perlakuan. Hal ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aini et al. (2003). Peningkatan kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) ini disebabkan karena tingginya kandungan asam lemak dan kolesterol dalam minyak babi, minyak commit to user 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
kelapa dan kuning telur bebek sehingga absorbsi kolesterol di usus meningkat. Peningkatan absorbsi kolesterol di usus menyebabkan peningkatan sintesis LDL di hepar sehingga terjadi peningkatan kadar LDL dalam darah tikus putih (Rattus norvegicus) (Aguila et al., 2002; Xia et al., 2010). Pemberian propiltiourasil bertujuan menurunkan produksi hormon tiroid pada tikus yang cenderung tinggi sehingga kondisi hiperkolesterolemia tercapai lebih cepat (Mayes, 2003b). Penelitian oleh Abdelbaky et al. (2009) menggunakan pakan hiperkolesterolemik berupa campuran dari diet basal, 1 % kolesterol dan 10 % lemak tersaturasi tanpa pemberian propiltiourasil pada tempat air minum tikus ternyata membutuhkan waktu yang lebih lama (yaitu 8 minggu) untuk meningkatkan kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus). Berdasarkan penelitian ini dapat dikatakan bahwa peningkatan kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) yang diberi pakan campuran berupa serbuk kolesterol 1 %, kuning telur bebek 5 %, lemak babi 10 %, minyak kelapa 1 % dan ditambah makanan standar sampai 100 % beserta pemberian propiltiourasil 0,01% ternyata lebih cepat dan efektif. Rerata penurunan kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) pada kelompok yang diberi obat simvastatin (kontrol positif) jauh lebih rendah dibanding kelompok kontrol negatif. Hal ini membuktikan bahwa pemberian simvastatin selama 7 hari dengan dosis 0,8 mg/200 gr BB/ hari dapat menurunkan kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) secara signifikan dibandingkan kelompok yang tidak diberi obat tersebut. Penurunan kadar LDL darah tikus putih kelompok kontrol positif diakibatkan oleh simvastatin yang bekerja dengan menghambat aktivitas enzim HMG-KoA reduktase sehingga proses pembentukan LDL oleh hati terganggu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
dan terjadi penurunan produksi LDL oleh hati (Suyatna, 2010; Katzung, 2010). Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Rajyalakshmi et al. (2009) yang menggunakan dosis simvastatin lebih tinggi yaitu 80 mg/kg atau sekitar 1,44 mg/200 gr BB/hari dengan waktu pemberian selama 7 hari. Menurut The McGraw-Hill Companies (2009), pengobatan hiperkolesterolemia memerlukan dosis awal simvastatin sebesar 40 mg/hari peroral pada waktu malam hari. Hal ini sesuai dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Jensen et al. (2004) yang menyebutkan bahwa untuk mendapatkan kadar normal kolesterol total < 5,0 mmol/L dan LDL < 3,0 mmol/L digunakan simvastatin mulai dari dosis 40 mg/hari. Jika tidak memenuhi kadar yang diinginkan maka dinaikkan menjadi 80 mg/hari. Pemberian ekstrak daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] dalam penelitian ini dapat menurunkan kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) secara signifikan. Meskipun demikian, efek penurunan ekstrak daun salam tersebut relatif lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol positif, namun secara statistik tidak
didapatkan
perbedaan
yang
bermakna.
Dengan
kata
lain,
efek
antihiperkolesterolemia ketiga dosis ekstrak daun salam setara dengan simvastatin. Berdasarkan hasil penelitian ini juga terlihat bahwa penurunan kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) paling besar terjadi pada kelompok yang diberi ekstrak daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] dosis III (720 mg/200 gr BB/hari). Pemberian ekstrak daun salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp] dosis II (360 mg/200 gr BB/hari) menghasilkan penurunan kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) lebih besar daripada kelompok yang mendapatkan ekstrak daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] dosis I (180 mg/200 gr BB/hari). Hasil commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar dosis ekstrak daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] yang diberikan, semakin besar pula penurunan kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus). Akan tetapi, hubungan doseresponse tersebut secara statistik tidak signifikan. Semakin tinggi dosis ekstrak daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] yang digunakan, maka asumsinya kandungan zat aktif juga makin banyak, sehingga kemampuan untuk menurunkan kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) seharusnya juga makin besar dibandingkan dosis yang lebih kecil. Secara umum, hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Pidrayanti (2008) yang menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun salam (Eugenia polyantha) selama 15 hari dapat menurunkan kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) secara signifikan. Penelitian ini menggunakan metode yang berbeda dari penelitian yang dilakukan oleh Pidrayanti (2008), di antaranya yaitu: metode esktraksi yang digunakan berupa soxhletasi. Metode soxhletasi yang menggunakan panas dikhawatirkan dapat merusak senyawa-senyawa yang tidak tahan dan tidak stabil terhadap suhu yang tinggi. Perbedaan lainnya dalam proses induksi kolesterol di mana Pidrayanti (2008) menggunakan BR II (pakan standar) dan lemak 10 % selama 15 hari dan tanpa menggunakan propiltiourasil dalam menginduksi kolesterol pada tikus putih. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Abdelbaky et al. (2009) menggunakan pakan hiperkolesterolemik berupa campuran dari diet basal, 1 % kolesterol dan 10 % lemak tersaturasi tanpa pemberian propiltiourasil pada tempat air minum tikus ternyata membutuhkan waktu yang lebih lama (yaitu 8 minggu) untuk meningkatkan kadar LDL darah tikus putih (Rattus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
norvegicu) sehingga dikhawatirkan induksi pakan hiperkolesterolemik yang dilakukan oleh Pidrayanti (2008) belum mencapai kadar hiperkolesterolemia tikus putih yang diinginkan. Penelitian Pidrayanti (2008) menggunakan waktu perlakuan yang cukup lama (selama 15 hari). Secara fisiologis, tikus putih relatif resisten terhadap perubahan lipid dikarenakan tikus putih cenderung hipertiroid. Hal ini dikhawatirkan penurunan kadar LDL yang terjadi bukan hanya disebabkan oleh efek ekstrak daun salam tetapi juga karena sifat tikus putih yang cenderung hipertiroid apalagi tanpa pemberian propiltiourasil (anti tiroid) dalam air minum tikus putih. Di samping itu, kelemahan pada penelitian Pidrayanti (2008) tidak adanya kontrol positif pada kelompok sampel sehingga tidak bisa membandingkan efektivitas esktrak daun salam dengan obat yang sudah terbukti menurunkan kadar LDL darah. Secara teori, kandungan daun salam berupa quercetin memiliki mekanisme kerja yang serupa dengan simvastatin dalam menurunkan kadar LDL darah tikus putih. Senyawa lain yang terdapat di dalam ekstrak daun salam (seperti tanin, saponin dan niasin) seharusnya juga memperkuat kerja dari quercetin. Akan tetapi, hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun salam mempunyai efek yang lebih kecil dibanding simvastatin dalam menurunkan kadar LDL darah tikus putih meskipun secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini disebabkan oleh beberapa kemungkinan di antaranya kandungan quercetin dalam daun salam yang relatif sedikit sehingga efek kerja yang ditimbulkan kurang optimal, adanya pengaruh senyawa aktif lain (seperti tanin, saponin dan niasin) yang terlalu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
kecil dalam memperkuat kerja quercetin, serta mampu atau tidaknya metode ekstraksi yang dipilih dalam menarik senyawa aktif daun salam yang berfungsi dalam menurunkan kadar LDL darah tikus putih. Di samping itu, daun salam sebagai tanaman obat memiliki senyawa-senyawa lain yang mungkin bisa melawan atau menutupi efek dari quercetin dan senyawa aktif lainnya yang diduga mampu menurunkan kadar LDL darah tikus putih (efek antagonis metabolit sekunder).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Pemberian ekstrak daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] mampu menurunkan kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) model hiperkolesterolemia. Dosis ekstrak daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] sebesar 180, 360 dan 720 mg/200 gr BB/hari mempunyai daya menurunkan kadar LDL kolesterol darah tikus putih (Rattus norvegicus) sebanding dengan simvastatin dosis 0,8 mg/200 gr BB/hari (ekuipotensi). Peningkatan dosis ekstrak daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] menunjukkan efek penurunan kadar LDL darah tikus putih yang sebanding, namun hubungan dose-response tersebut secara statistik tidak signifikan. B. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang rentang dosis yang efektif dan aman berupa pemberian dosis minimal ekstrak daun salam yang ekuipotensi dengan simvastatin dan dosis maksimal yang lebih baik dari simvastatin namun tidak menimbulkan efek toxic dalam menurunkan kadar LDL darah tikus putih. 2. Perlu dilakukan penelitian dengan metode yang lebih baik, jangka waktu yang lebih lama dan sampel yang lebih banyak agar pengaruh ekstrak daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] terhadap penurunan kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) terlihat lebih jelas. commit to user
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
3. Perlu dilakukan penelitian serupa pada hewan uji dengan tingkatan lebih tinggi agar dapat diketahui pengaruh ekstrak daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] terhadap penurunan kadar LDL darah sebelum diujikan pada manusia. 4. Perlu dilakukan penelitian mengenai identifikasi senyawa pada daun salam yang dapat menurunkan kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Abdelbaky M.S., Elmehiry H.F., Ali N.K.M. 2009. Effect of some citrus peels on hypercholesterolemic rats. Proceedings of The 1st Internastional and 4th Arab Annual Scientific Conference. Egypt: Mansoura University, pp : 16261639. Aguila M.B., Loureiro C.C., Pinheiro A. da R., Mandarim-de-Lacerda C.A. 2002. Lipid metabolism in rats fed diets containing different types of lipids. Arq. Bras. Cardiol. 78:32-38. Aini Y.N., Suranto., Ratna S. 2003. Pembuatan kefir susu kedelai (Glycine max (L.) Merr) dengan variasi kadar susu skim dan inokulum. Biosmart vol.5. 2:8993. American Heart Association. 2009. Phytochemicals and Cardiovasculer Disease. http://www.americanheart.org/presenter.jhtml?identifier=4722. (8 Februari 2011). Ansel H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, pp: 605-619. Anwar T.B. 2004. Dislipidemia Sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3503/1/gizi-bahri3.pdf. (8 Februari 2011). Arkeman H.D. 2006. Efek vitamin C dan E terhadap sel goblet saluran nafas pada tikus akibat pajanan asap rokok. Universal. 25:62. Asiamaya. 2007. Daun Salam. http://www.asiamaya.com/nutrients/daunsalam.htm. (17 Februari 2011). Boyer J. and Liu R.H. 2004. Apple phytochemicals and their health benefits. Nutrition Journal. 3:5. Brunzell J.D. 2005. Increased ApoB in small LDL particles predicts premature coronary artery disease. AHA J. 25:247-475. Byfield F.J., Espinoza H.A., Romanenko V. G., Rothblat G.H. and Levitan I. 2004. Cholesterol depletion increases membrane stiffness of aortic endothelial cells. Biophysical Journal. 8:3336-3343. commit to user 59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Dalimartha S. 2005. Salam (Syzygium polyanthum [Wight.] Walp.). http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=1024&tbl=alternatif (17 Februari 2011). Dalimartha S. 2008. Pilih Bahan Pengikat Lemak. http://www.kimiafarmaapotek.com/index.php?option=com_content&view= article&id=828:-pilih-bahan-pengikat-lemak&catid=216:kesehatanumum&Itemid=97. (20 Februari 2011). Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Depkes RI, p: 7. Dewoto H.R. 2007. Vitamin dan mineral. In : Ganiswara S.G., Setyabudy R., Nafrialdi, Elysabeth. (eds). Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Teraupetik FK UI, pp: 769-793. Duarte J., Palencia R.P., Vargas F., Ocete M.A., Vizcaino F.P., Zarzeolu A., et al. 2001. Antihypertensive effects of the flavonoid quercetin in spontaneously hypertensive rats. British Journal of Pharmacology. 133:117-124. Eun K.K., Dae Y.L., Hyungjae L., Dae O.K., Nam I.B., Young E.K., et al. 2010. Flavonoids from the buds of Rosa damascena inhibit the activity of 3hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme a reductase and angiotensin Iconverting enzyme. J. Agric. Food Chem. 58(2):882–886. Genzyme Corp. 2010. Lipoprotein Metabolism. http://www.directldl.com/healthcare/dldl_healthcare_lipoprotein.asp (14 Februari 2011). Gibney M.J.,Vorster H.H., Kok F.J. 2002. Introduction to Human Nutrition. Oxford: Blackwell Science, pp: 92-114. Gropper S.S., Smith J.L., Groff J.L. 2005. Advanced Nutrition and Human Metabolism. 4th ed. USA: Thomson Wadsworth, p: 158. Guyton A.C. and Hall J.E. 2007a. Metabolisme lemak. In : Luqman Y.R., Huriawati H., Andita N., Nanda W. (eds). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC, pp: 882-894. Guyton A.C. and Hall J.E. 2007b. Hormon metabolik tiroid. In : Luqman Y.R., Huriawati H., Andita N., Nanda W. (eds). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC, pp: 982-983 Guyton A.C. and Hall J.E. 2007c. Fisiologi wanita sebelum kehamilan dan hormonhormon wanita. In : Luqman Y.R., Huriawati H., Andita N., Nanda W. commit to userEdisi 11. Jakarta: EGC, p: 1071 (eds). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
Hagerman A.E. 2002. Tannin Chemeistry. http://www.users.muohio.edu/hagermae/tannin.pdf (18 Februari 2011).
Isroi.
2010. Tikus Untuk Penelitian di Laboratorium. http://isroi.wordpress.com/2010/03/02/tikus-untuk-penelitian-dilaboratorium/ . (15 Februari 2011).
Januarti S.E. 2010. Efek Fraksi Kloroform Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight.) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pada Mencit Putih (Mus musculus) Jantan Galur Balb-C yang Diinduksi Kalium Oksonat. http://etd.eprints.ums.ac.id/8645/2/K100040241.pdf. (7 Februari 2011). Jensen O.L., Thayssen P., Pedersen K.E., Stender S., Haghfelt T. 2004. Regression of coronary atherosclerosis by simvastatin: a serial intravascular ultrasound study. Circulation. 110:265-270. Katzung B.G. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi X. Jakarta: EGC, pp; 575-588. Khomsan A. 2001. Empat Serangkai Penggempur Kolesterol. http://anekaplanta.wordpress.com/2008/02/29/empat-serangkaipenggempur-kolesterol/ (20 Februari 2011). Knopp R.H. 1999. Drug treatment of lipid disorders. New England Journal of Medicine. 341:498-511. Koeman J.H. 1987. Pengantar Umum Toksikologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, pp: 77-78. Kritchevsky D. 1996. Animal technique for evaluating hypocholestrolemic drugs. In: John, H.N. (eds). Animal and Clinical Pharmacologic Technique in Drug Evaluation. New york: John Wiley and Sons Inc, pp: 193-197. Kumalasari L.O. 2006. Pemanfaatan obat tradisional dengan pertimbangan manfaat dan keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. III:1 Lam
M. 2002. Vitamin C Therapy in Cardiovasculer Disease. http://www.drlam.com/opinion/vitamin_C_therapy_in_cardiovascular_disea se.cfm (12 Februari 2011).
LIPI.
2009. Kolesterol Tinggi. http://www.bit.lipi.go.id/pangankesehatan/documents/artikel_kolesterol/kolesterol_tinggi.pdf. (17 Februari 2011). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Marks D.B., Marks A.D., Smith, C.M. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah Pendekatan Klinis. Jakarta: EGC, pp: 482-486. Mayes P.A. 2003a. Sintesis, pengangkutan, dan ekskresi kolesterol. In: Murray R.K., Granner D.K., Mayes P.A., Rodwell V.W. (eds). Biokima Harper. Edisi 25. Jakarta: EGC, pp: 270-281. Mayes P.A. 2003b. Pengangkutan dan penyimpanan lipid. In: Murray R.K., Granner D.K., Mayes P.A., Rodwell V.W. (eds). Biokima Harper. Edisi 25. Jakarta: EGC, pp: 254-269. Michael W.D. 2007. Saponin. http://mikro.magnet.ffu.edu/fitochemical/8page/saponin.html (20 Februari 2011). Nabel E.G. 2003. Cardiovascular disease-review article. New England Journal of Medicine. 349:60-72. Peluso M.R. 2006. Flavonoid Attenuate Cardoivascular Disease, Inhibit Phosphodiesterase, and Modulate Lipid Homostatis in Adipose Tissue and Liver. http://ebm.rsmjournals.com/cgi/content/full/231/8/1287 (15 februari 2011). Phyto Medica. 1993. Anti hiperlipidemia. Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitofarmaka dan Pengujian Klinik. Jakarta, pp: 38-45. Pidrayanti L.T.M.U. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Salam (Eugenia polyantha) Terhadap Kadar LDL Kolesterol Serum Tikus JAntan Galur Wistar Hiperlipidemia. http://eprints.undip.ac.id/24181/1/Luh_Tut.pdf (6 Agustus 2011) Rajyalakhsmi G., Reddy A.R.N., Rajesham V.V. 2009. A comparative antihyperlipidemic activity of atorvastatin with simvastatin in rats. The Internet Journal of Pharmacology. 6: 1531-2976. Richardson P.E., Machekar M., Dashti N., Jones M.K., Beigneux A., Young S.G., et al. 2005. Assembly of lipoprotein particles containing apolipoprotein-B: structural model for the nascent lipoprotein particle. Biophy. J. 88(4):27892800. Riwidikdo H. 2009. Statistik Kesehatan. Edisi 3. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press, pp: 125-140. Sianturi G. 2004. Anggur Merah Baik untuk Jantung. http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews.cgi?newsid1081996147,6751. (11 Februari 2011). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
Smith J.B. and Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Edisi 1. Jakarta: Universitas Indonesia, pp: 37-57. Studiawan H. and Santosa M.H. 2005. Uji Aktivitas Penurun Kadar Glukosa Darah Ekstrak Daun Eugenia polyantha pada Mencit yang Diinduksi Aloksan. http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/MKH-21-2-15.pdf. (7 Februari 2011). Sugiyanto. 1995. Petunjuk Praktikum Farmasi Edisi IV. Jogjakarta : Laboratorium Farmasi dan Taksonomi UGM, pp: 11-12. Suhardjono D. 1995. Percobaan Hewan Laboratorium. Yogyakarta: Laboratorium Farmasi dan Taksonomi UGM. Suherman S.K. and Elysabeth. 2007. Hormon tiroid dan antitiroid. In: Gunawan S.G., Setiabudy R., Nafrialdi, Elysabeth. (eds). Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, pp: 433445. Sukandar E.Y. 2006. Tren dan Paradigma Dunia Farmasi, Industri-Klinik-Teknologi Kesehatan. http://itb.ac.id/focus/focus_file/orasi-ilmiah-dies-45.pdf. (10 Februari 2011). Suryaatmadja M. and Silman E. 2006. Diagnosa laboratorium kelainan lemak darah. CDK. 30:14-16. Suyatna F. D. 2007. Hipolipidemik. In: Gunawan S.G., Setiabudy R., Nafrialdi, Elysabeth. (eds). Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, pp: 373-388. Syukra
A.N. 2010. Penyakit Jantung Koroner. http://www.scribd.com/doc/38610400/Penyakit-Jantung-Koroner-Teori. (8 Februari 2011).
Tarmizi. 2010. Daun Salam (Daun Salam Obat Diare, Kencing Manis, Maag, Mabuk Alkohol, Kudis dan Gatal). http://kimia.unp.ac.id/?p=593 (17 Februari 2011). Taufiqurahman M.A. 2009. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan. Cetakan 2. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press, pp: 99-109. The McGraw-Hill Companies. 2009. Nursing Spectrum Drug Handbook: Simvastatin. http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/simvastatin (16 Maret 2011). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Utami I.W. 2008. Efek Fraksi Air Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight.) terhadap Penurunan Kadar Asam Urat pada Mencit Putih (Mus musculus) Jantan Galur Balb-C yang Diinduksi Kalium Oksonat. http://etd.eprints.ums.ac.id/8645/2/K100040082.pdf. (7 Februari 2011). Voigt R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, pp: 564-75. Wart P. 2004. Rats! Rodents and Human are Similiar. Washington: Well Source, Inc. WHO.
2003. Traditional Medicine. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs134/en. (10 Februari 2011).
Wormser H. 2004. Lipoprotein Metabolism. http://www.slidefinder.net/l/lipoprotein_metabolism_henry_wormser_profe ssor/29654275. (14 Februari 2011). Xia D., Wu X., Yang Q., Gong J., Zhang Y. 2010. Anti-obesity and hypolipidemic effects of a functional formula containing Prumus mume in mice fed highfat diet. Afr. J. Biotechnol. 9(16): 2463-2467. Zino S., Skeaff M., Williams S., Mann J. 1997. Randomised controlled trial of effect of fruit and vegetable consumption on plasma concentration of lemaks and antioxidant. BMJ. 314:1787.
commit to user