Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
PENGARUH CSR TERHADAP REPUTASI DAN KINERJA DENGAN ACTIVIST TARGETING SEBAGAI VARIABEL MODERATOR PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN DI INDONESIA Kasan Mulyono
[email protected] Manager Social Responsibility, PT Newmont Nusa Tenggara
ABSTRAK: Penelitian ini mengkaji 19 perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2012. Literatur menunjukkan bahwa TSP memiliki pengaruh signifikan terhadap reputasi perusahaan (Fombrun & Shanley, 1990). Namun pelbagai survei menunjukkan reputasi buruk industri pertambangan Indonesia meskipun program TSP yang mahal telah dilakukan. Diduga TSP tidak efektif dalam membentuk reputasi perusahaan karena diperlemah oleh kampanye LSM (activist targeting) terhadap perusahaan. Indeks GRI digunakan dalam penilaian kinerja TSP. Reputasi perusahaan diukur dengan coefficient of media favourableness. Activist targeting diukur dengan intensitas aksi kampanye aktivis terhadap perusahaan. Kinerja perusahaan diukur dengan lima indikator yakni harga saham, net profit margin, earning per share, return on assets dan return on equity. Hasil penelitian ini adalah (1) Tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh signifikan terhadap reputasi perusahaan; (2) Activist Targeting sebagai variabel moderator berpengaruh tidak signifikan sebagai pemoderasi terhadap hubungan antara TSP dan reputasi perusahaan; (3) TSP berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan; dan (4) Reputasi perusahaan sebagai variabel antara berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Untuk penelitian di masa mendatang disarankan untuk menguji hubungan antara activist targeting dengan reputasi perusahaan dan kinerja perusahaan. Untuk memperkuat pengembangan model, perlu juga ditambahkan variabel kinerja perusahaan di masa lalu, variabel faktor eksternal perusahaan, dan variabel kondisi pasar saham. Kata kunci: tanggung jawab sosial, reputasi, activist targeting, kinerja perusahaan
ABSTRACT: This study examines 19 mining companies in Bursa Efek Indonesia 2010-2012. The literature shows that TSP has a significant effect on the company's reputation (Fombrun & Shanley, 1990). However, various surveys show a bad reputation Indonesian mining industry despite an expensive TSP program has 68
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
been carried out. TSP allegedly not effective in shaping the company's reputation because it is weakened by the NGO campaign (targeting activist) against the company. GRI indices used in the assessment of the performance of the TSP. The company's reputation is measured by the coefficient of media favourableness. Activist targeting measured by the intensity of the campaign by activists against the company. The company's performance is measured by five indicators, namely stock prices, net profit margin, earnings per share, return on assets and return on equity. Results of this study were (1) Corporate social responsibility is a significant effect on the company's reputation; (2) Activist Targeting as a moderator variable is not significant as a moderating effect on the relationship between the TSP and the reputation of the company; (3) TSP no significant effect on the performance of the company; and (4) the company's reputation as an intermediate variable significantly influence the company's performance. For future studies it is advisable to examine the relationship between activist targeting the company's reputation and corporate performance. To strengthen the development of the model, should also be added the variable performance of the company in the past, variable external factors, and the variable stock market conditions. Key words: social responsibilty, reputation, activist targeting, firm performance. perusahaan
PENDAHULUAN Tanggung jawab sosial perusahaan (TSP) telah menjadi permasalahan yang strategis bagi perusahaan-perusahaan pertambangan Indonesia. TSP tidak saja menjadi kewajiban hukum yang harus dipenuhi oleh perusahaanperusahaan pertambangan, namun telah lebih dipandang sebagai kebutuhan perusahaan untuk mencapai keberlanjutan usahanya di tengah meningkatnya pengharapan pemangku kepentingan. TSP dipandang sangat penting perannya bagi perusahaan untuk mempertahan izin sosial untuk beroperasi dan meningkatkan daya saing. Pemerintah juga memberikan perhatian yang besar bagi kinerja TSP pada perusahaan pertambangan dengan melakukan penilaian dan penghargaan. Porter dan Kramer (2006) mengatakan bahwa TSP telah menjadi prioritas yang tidak bisa dihindari bagi para pemimpin bisnis di pelbagai negara.
69
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
Pertambangan merupakan industri yang memiliki tantangan-tantangan sosial yang relatif lebih kompleks di banding industri lainnya. Sejarah masa lalu yang kurang baik dan karakteristik yang tidak ramah lingkungan dan sosial membuat reputasi industri pertambangan relatif kurang. Reputasi industri pertambangan yang buruk didapati di Amerika (Inereactive, 2013), Australia (Tuck, 2007) maupun Indonesia (McMahon, 2012). Keadaan ini ini berlaku meskipun industri pertambangan berkontribusi sekitar 5% sampai 6% dari produk nasional brutto total Indonesia pada 2011 dan 2012, dan menyumbang lebih dari 17% pendapatan ekspor
(PwC, 2013). Keadaan ini berlaku
meskipun industri pertambangan menginvestasikan anggaran yang besar untuk program TSP. Salah satu faktor yang diduga menyebabkan buruknya reputasi perusahaan pertambangan adalah gencarnya kampanye antitambang yang dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) nasional seperti WALHI dan JATAM dan internasional seperti Friends of the Earth yang kuatir akan dampak sosial dan budaya dari kegiatan pertambangan (Remy, 2002). Tentu saja keadaan ini bertentangan dengan fakta empiris umumnya bahwa TSP memiliki pengaruh positif terhadap reputasi perusahaan (Fombrun & Shanley, 1990) dan bahwa salah satu pertimbangan perusahaan melakukan kegiatan TSP adalah untuk mendapatkan reputasi dan legitimasi (Kurucz, 2008).
TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN Tujuan sebuah perusahaan tidak semata-mata untuk memperkaya para pemegang saham dengan maksimisasi laba namun juga untuk menciptakan kesejahteraan bagi para pemangku kepentingan yang lebih luas melalui maksimisasi kekayaan (Pamarasivan &
Subramanian, 2009). Namun
perusahaan dalam menjalankan kegiatan dan membuat keputusan bisnis harus mempertimbangkan masalah baik buruk atau etika (Moon, 2003). Ada empat teori tanggung jawab sosial (TSP) arus utama kontemporer yakni: 1) Teori Corporate Social Performance, 2) Teori Shareholder Value atau Fiduciary Capitalism, 3) Stakeholder Theory; dan 4) Teori Corporate Citizenship (Mele, 2008). Dalam penelitian ini, penulis memilih Stakeholder 70
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
Theory sebagai landasan teori karena teori ini berakar dari teori etika dan dinilai paling sesuai untuk landasan teori bagi penelitian ini. Teori pemangku kepentingan mempertimbangkan perorangan dan kelompok dengan kepentingan dalam perusahaan. Dalam pengertian yang umum, pemangku kepentingan adalah kelompok-kelompok atau peroranganperorangan yang mendapatkan manfaat atau mendapatkan bahaya dari tindakan perusahaan. Dari perspektif ini, maka TSP bermakna perusahaan memiliki sebuah tanggung jawab kepala kelompok-kelompok konstituen dalam masyarakat di luar pemegang saham dan di luar yang ditentukan oleh hukum atau kesepakatan dengan serikat pekerja (Mele, 2008). Freeman dan para kolaborator bersikeras bahwa tanggung jawab sesungguhnya adalah menciptakan nilai bagi para pemangku kepentingan atau stakeholder, termasuk masyarakat lokal. Freeman dan Velamuri (2006) menyatakan bahwa tujuan utama tanggung jawab sosial perusahaan adalah untuk menciptakan nilai bagi pemangku kepentingan dengan memenuhi tanggung jawab perusahaan kepada mereka, tanpa memisahkan bisnis dari etika. Menurut teori pemangku kepentingan, perusahaan adalah sebuah sistem para pemangku kepentingan yang beroperasi dalam sebuah sistem yang lebih besar lagi yakni masyarakat tuan rumah yang memberikan infrastruktur legal dan pasar bagi kegiatan perusahaan. Tujuan perusahaan adalah untuk menciptakan kekayaan atau nilai bagi para pemangku kepentingan dengan mengubah kepentingan mereka menjadi barang dan jasa (Mele, 2008). Dalam teori pemangku kepentingan, perusahaan harus dikelola untuk memberikan manfaat bagi para pemangku kepentingannya yakni pelanggan, pemasok,
pemilik,
karyawan
dan
masyarakat
setempat
dan
untuk
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Struktur pengambilan keputusan didasarkan pada diskresi manajemen puncak dan tata kelola perusahaan, dan sering dinyatakan bahwa tata kelola tersebut harus memasukkan perwakilan pemangku kepentingan. Secara luas, teori stakeholder ini dapat dianggap sebagai sebuah teori TSP karena teori ini memberikan 71
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
kerangka kerja normatif bagi perusahaan yang bertanggung jawab terhadap masyarakat (Mele, 2008). Definisi TSP menurut ISO 26000 Guidance on Social Responsibility adalah tanggung jawab sebuah perusahaan atas dampak keputusan dan kegiatannya terhadap masyarakat dan lingkungan, melalui perilaku yang transparan dan etis yang berkontribusi bagi pembangungan berkelanjutan, kesehatan
dan
kesejahteraan
masyarakat;
dengan
mempertimbangkan
pengharapan pemangku kepentingan; dilaksanakan dengan mematuhi hukum yang berlaku dan sesuai dengan norma dan perilaku internasional; dan diintegrasikan di seluruh perusahaan dan dipraktikkan dalam hubunganhubungan perusahaan (ISO, 2010).
REPUTASI PERUSAHAAN Fombrun dan van Riel (1997) memerikan reputasi dari perspektif enam bidang kajian akademis yang berbeda yakni akuntansi, ekonomi, pemasaran, perilaku organisasi, sosiologi dan strategi. Paradigma reputasi dikelompokkan dalam tiga aliran yakni evaluatif, impresional dan relasional (Chun, 2005). Reputasi merupakan “sebuah representasi kolektif atas tindakan-tindakan perusahaan di masa lalu dan hasil-hasil yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghadirkan hasil yang bernilai bagi banyak pemangku kepentingan. Reputasi mengukur kedudukan relatif perusahaan baik di kalangan karyawan dan juga kalangan eksternal dengan para pemangku kepentingan, baik dalam lingkungan kompetitif maupun kelembagaan (Fombrun & Riel, 1996). Sementara itu Deephouse (2000) mengajukan sebuah teori dan pendekatan yang berbeda yang dia sebut reputasi media. Reputasi media sebuah perusahaan diperikan sebagai penilaian keseluruhan sebuah perusahaan yang disajikan dalam media. Penilaian ini merupakan hasil dari aliran ceritacerita media tentang sebuah perusahaan. Informasi yang dilaporkan di media berasal dari banyak narasumber. Siaran pers perusahaan adalah salah satunya, dan banyak perusahaan memiliki 72
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
bagian hubungan masyarakat yang memberikan aliran informasi yang terusmenerus kepada media. Pemangku kepentingan adalah narasumber berita lainnya. Para perorangan menulis karya opini dan surat kepada redaksi. Pemerintah dan lembaga pemeringkat khusus, seperti Moody’s atau Council on Economic Priorities, menilai perusahaan-perusahaan dan mengeluarkan penilaian mereka dalam siaran-siaran pers. Narasumber ketiga adalah pekerja media. Pewarta menulis berita dan karangan khas menggunakan pelbagai narasumber dan para redaktur dan kolumnis menulis mengenai perusahaan (Deephouse, 2000).
GERAKAN SOSIAL Kegiatan
aktivis
berkampanye
menyasar
perusahaan-perusahaan
pertambangan (activist targeting) merupakan salah satu bentuk gerakan sosial. Menurut Ructh (1998) protes kolektif adalah segala bentuk aktivitas kelompok yang direncanakan dan dilaksanakan oleh aktor-aktor non-negara untuk menyatakan perbedaan dan ketidaksepakatan atas sesuatu secara terbuka di publik (Situmorang, 2013). Pola hubungan antara LSM-LSM dengan perusahaan ekstraktif bisa dikelompokkan menjadi empat kategori yakni konfrontasi, komunikasi, konsultasi dan kooperasi (Nelson, 2007). Dalam penelitian ini activist targeting diartikan sebagai gerakan protes kolektif oleh aktor-aktor non negara yang direncanakan
dan
dilaksanakan
untuk
menyatakan
perbedaan
dan
ketidaksepakatan secara terbuka di publik atas keberadaan, kebijakan dan praktik korporasi pertambangan.
KINERJA PERUSAHAAN Kinerja perusahaan mengacu pada hasil akhir proses manajemen dalam kaitannya dengan tujuan perusahaan. Kinerja perusahaan adalah kemampuan organisasi untuk mencapai tujuan-tujuannya dengan menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif. Ada perspektif yang berbeda dalam pengukuran kinerja perusahaan dalam literatur manajemen strategik. Kinerja perusahaan 73
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
terdiri dari kinerja operasional dan keuangan. Kinerja operasional mencakup: pangsa pasar, mutu produk, dan efektivitas pemasaran. Kinerja keuangan dibagi menjadi dua sub-kategori yakni: kinerja berbasis pasar (misalnya harga saham, pembayaran dividen dan laba per saham) dan kinerja berbasis akuntansi (misalnya laba atas aset dan laba atas modal). Konsep kinerja perusahaan dalam literatur akunting biasanya mengacu pada aspek-aspek finansial seperti laba, return on assets (ROA) dan nilai tambah ekonomi (EVA), yang disebut hasil akhir atau bottom line. Kaplan dan Norton menemukan pengukuran kinerja perusahaan yang diperluas yang disebut balanced scorecard, di mana gagasan intinya adalah mengimbangi dominasi aspek finansial dan nonfinansial dalam kinerja perusahaan (Fauzi, Svensson, Rahman, 2010). Pengukuran kinerja perusahaan yang berkaitan dengan investor pada umumnya menggunakan metode EBITDA (earning before interest tax, depreciation, and amortization), EVA (economic value added), FCF (free cash flow), SVA (shareholder value added), CVA (cash value added), dan CFROI (cash flow return on investment) (Wibisono, 2006).
PENGARUH TSP TERHADAP REPUTASI Ada hubungan positif antara CSR dan reputasi perusahaan (Stuebs & Sun, 2011; Ali dan Ali, 2011; Peloza, 2005; Siltaoja, 2006; Assiouras, Ozgen dan Skourtis, 2013). Selain bertindak sebagai sumber keunggulan kompetitif yang baru, investasi CSR juga berguna untuk melindungi keunggulan kompetitif yang telah dimiliki melalui mekanisme reputasi (Peloza, 2005). CSR memiliki efek moderasi pada hubungan antara CSR dan atribusi kesalahan, evaluasi merek dan keinginan untuk membeli (Assiouras, Ozgen, Skourtis, 2013).
PENGARUH ACTIVITIST TARGETING TERHADAP HUBUNGAN ANTARA TSP DAN REPUTASI Belum ditemukan kajian terdahulu yang memperlakukan activist targeting sebagai variabel pemoderasi terhadap hubungan antara TSP dan 74
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
reputasi perusahaan. Penelitian terdahulu yang ada yaitu penelitian yang mengkaji hubungan antara activist targeting, TSP dan reputasi. Penelitianpenelitian terdahulu menunjukkan bahwa semakin baik TSP dan reputasi perusahaan, maka semakin tinggi kemungkinan perusahaan menjadi sasaran aksi LSM (King dan McDonnell, 2012).
PENGARUH TSP TERHADAP KINERJA Roman, dkk. (1999) yang mengkaji studi-studi sebelumnya mendapati bahwa 33 studi menunjukkan hubungan yang positif antara Corporate Social Performance (CSP) dan Corporate Financial Performance (CFP); 14 studi yang menunjukkan tidak ada efek atau tidak konklusif, dan hanya 5 studi yang mendapati hubungan negatif antara CSP dan CFP. Hubungan positif antara TSP dan kinerja juga ditemui dalam penelitian Setiawan dan Tjang (2012); Ehsan dan Kaleem (2012); Turcsanyi dan Sisaye (2013); Mardiandari dan Rustiyaningsih (2013); dan Poddi dan Vergalli (2009). Namun, sebaliknya ada juga penelitian yang mendapati hubungan negatif antara TSP dan kinerja keuangan. Miron & Petrache (2012) mendapati bahwa kinerja sosial perusahaan yang meningkat tidak serta merta menyebabkan kinerja keuangan yang lebih baik, ceteris paribus. Seifert, Morris, dan Sara (2004) mendapati tidak ada pengaruh signifikan dari kedermawanan perusahaan terhadap laba perusahaan.
PENGARUH REPUTASI TERHADAP KINERJA Roberts & Dowling (2002) mendapati bahwa perusahaan dengan reputasi yang relatif bagus, lebih bisa mempertahankan hasil laba yang berkelanjutan dari waktu ke waktu. Preston
dan
O'Bannon
(1997)
menyimpulkan bahwa ada hubungan positif antara kinerja sosial dan kinerja keuangan pada perusahaan besar A.S. dan karena itu secara umum sejalan dengan teori pemangku kepentingan. Taghian, D’Souza, dan Polonsky (2010); Orlitzky dan Benjamin (2001); Kotha & Rindova (2000) Tracey (2014); dan
75
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
Smets (2008) mendapati hubungan yang positif antara reputasi perusahaan dan kinerja perusahaan.
METODE Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan pertambangan mineral dan batubara yang terdaftar pada Bursa Saham Indonesia pada periode 2010 – 2012 sebanyak 26 perusahaan. Sampel penelitian ini adalah 19 perusahaan pertambangan mineral dan batubara yang terdaftar pada Bursa Saham Indonesia pada 2010 – 2012. Data diambil dari laporan tahunan perusahaan dan/atau laporan keberlanjutan perusahaan yang tersedia di website Bursa Efek Indonesia dan di website perusahaan. Laporan ini kemudian dianalisis menggunakan indeks Global Reporting Initiative (GRI). GRI merupakan panduan pelaporan yang paling terdepan saat ini. Panduan GRI jauh melewati pelaporan-pelaporan sebelumnya karena memasukkan kriteria keuangan dan sosial. Penambahan kriteria inilah yang membedakan laporan ‘keberlanjutan’ dari laporan lingkungan langsung lainnya (Morhardt, Baird & Freeman, 2002). Skoring menggunakan panduan yang dikembangkan oleh Morhardt, Baird dan Freeman (2002) yang secara sistematis mengidentifikasi setiap item dalam dokumentasi GRI. Nilai pada masing-masing topik adalah sebagai berikut: 0, tidak disebutkan; 1, disebut secara singkat; 2, lebih rinci tetapi hanya memberikan karakterisasi pada fasilitas yang dipilih saja atau menggunaan metrik perbandingan sendiri; 3, metrik seluruh perusahaan secara absolut atau relatif yang dapat dibandingkan dengan perusahaan lain (Morhardt, Baird & Freeman, 2002). Untuk mengumpulkan sampel kegiatan aksi aktivis LSM, pertama dikumpulkan informasi mengenai kampanye LSM yang ditujukan kepada perusahaan-perusahaan sampel dalam bentuk siaran-siaran pers atau petisipetisi yang terekam di website LSM bersangkutan atau di website jaringannya. Kedua dikumpulkan informasi mengenai kegiatan unjuk rasa yang ditujukan
76
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
kepada perusahaan-perusahaan sampel selama 2010 – 2012 yang terekam di website media. Data tentang reputasi perusahaan diambil dari pemberitaan tentang perusahaan yang dimuat di portal berita detik.com dan kompas.com. Berita media yang terkait dengan perusahaan dipilih yang paling relevan secara isi di mana nama perusahaan sampel secara spesifik disebut dalam judul berita dan perusahaan sampel menjadi subyek utama dalam sebuah pemberitaan. Merujuk pada Deephouse (2000) pengkodean artikel melibatkan identifikasi dan penilaian unit rekaman. Riset ini menetapkan unit rekaman sebagai evaluasi atas sebuah perusahaan pada satu tulisan tunggal. Setiap unit rekaman dinilai sebagai positif (favourable), negatif (unfavourable) atau netral (neutral), mengikuti praktik umum dalam riset media. Unit-unit perekaman diagregasi menjadi ukuran tahunan yang sesuai dengan analisis statistik. Setiap berita diberikan bobot yang sama dalam pengukuran. Variabel yang didapatkan disebut coefficient of media favorableness. Rumusnya adalah:
(f2 - fu)/(total)2 bila f>u; Coefficient of media
0 bila f - u;
favorableness
(fu - u2)/(total)2 bila u>f;
Di mana f = jumlah rekaman unit yang favorable atau positif untuk seluruh perusahaan tambang sampel pada tahun tertentu; u = jumlah rekaman unit yang unfavorable atau negatif untuk seluruh perusahaan tambang sampel pada tahun tertentu; dan total = jumlah unit rekaman untuk seluruh perusahaan tambang pada tahun tersebut. Rentang koefisien variabel ini adalah (-1, 1) di mana 1 menunjukkan semua liputan yang positif; -1 menunjukkan semua liputan yang negatif, dan 0 menunjukkan keseimbangan antara keduanya dalam setahun (Deephouse, 2000). Data tentang kinerja perusahaan diambil dari laporan tahunan perusahaan yang telah diaudit dan Laporan Perusahaan yang disajikan oleh Bursa Efek Indonesia dan dimuat di situs website Bursa Efek Indonesia. 77
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
Analisis jalur merupakan suatu metode penelitian yang utamanya digunakan untuk menguji kekuatan dari hubungan langsung dan tidak langsung di antara berbagai variabel. Analisis jalur merupakan sarana yang dapat membantu peneliti, dengan menggunakan data kuantitatif yang bersifat korelasional untuk menjelaskan proses yang bersifat kausal. Analisis jalur juga memperkirakan besarnya pengaruh antara variabel yang satu terhadap variabel lain dalam suatu hipotesis kausal (Sadjojo, 2011). Pendekatan Partial Least Square (PLS) digunakan dalam penelitian ini. PLS merupakan metoda untuk memprediksi konstruk dalam model dengan banyak faktor dan hubungan kolinier. PLS merupakan teknik statistik multivariate yang melakukan perbandingan antara multiple eksogen dan endogen variabel dengan banyak indikator (Latan & Ghozali, 2012).
HASIL DAN PEMBAHASAN Subyek penelitian ini adalah 19 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2010 – 2012. Seluruh perusahaan tersebut pada 2012 memiliki 51.552 karyawan dan kapitalisasi pasar Rp275,7 triliun yang merupakan 7% dari kapitalisasi pasar BEI Rp 4.163 triliun. Dalam tahun 2010 - 2012, jumlah anggaran TSP pada seluruh perusahaan yang menyampaikan laporannya adalah Rp1,31 triliun. Perusahaan dengan anggaran TSP tertinggi dalam tiga tahun adalah PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk yakni Rp333,84 miliar, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk Rp315,33 dan PT Bumi Resources Tbk Rp202,74 miliar (dua tahun). Variabel tanggung jawab sosial perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan 3 indikator yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan, dan kinerja sosial. Dalam indeks GRI, kinerja ekonomi terdiri dari dua aspek; kinerja lingkungan terdiri dari 9 aspek dan kinerja sosial terdiri dari 8 aspek dengan total 94 indikator. Namun, dalam penelitian ini dua aspek dikecualikan karena kurang relevan dengan industri pertambangan. Statistik deskriptif ketiga indikator tersebut pada perusahaan selama periode tahun 2010 – 2012 disajikan pada Tabel 1. 78
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
Variabel activist targeting dalam penelitian ini diukur dengan 2 indikator, yaitu siaran pers LSM menyerang perusahaan dan demo menyerang perusahaan. Statistik deskriptif kedua indikator tersebut pada perusahaan selama periode tahun 2010 – 2012 disajikan pada Tabel 2. Variabel reputasi perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan coefficient of media favorableness. Statistik deskriptif coefficient of media favorableness pada perusahaan selama periode tahun 2010 – 2012 disajikan pada Tabel 3. Variabel kinerja perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan 5 indikator, yaitu share price, NPM, EPS, ROA, dan ROE. Statistik deskriptif variabel kinerja perusahaan pada perusahaan selama periode tahun 2010 – 2012 disajikan pada Tabel 4.
Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Reputasi Perusahaan Dari uji statistik diketahui pengaruh variabel TSP terhadap reputasi perusahaan adalah sebesar 0,232 dengan nilai T-statistics sebesar 2,7053, dimana nilai T-statistics tersebut lebih besar dari 1,96. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa TSP berpengaruh signifikan terhadap reputasi perusahaan, semakin bagus kinerja TSP maka reputasi perusahaan di media juga akan semakin baik. Dengan demikian, hipotesis pertama yang menyatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan (TSP) berpengaruh signifikan terhadap reputasi perusahaan adalah diterima.
Pengaruh Activist Targeting Terhadap Hubungan Antara TSP dan Reputasi Perusahaan Pengaruh interaksi TSP activist targeting terhadap reputasi perusahaan adalah sebesar 0,028 dengan nilai T-statistics sebesar 0,2198, dimana nilai Tstatistics tersebut lebih kecil dari 1,96. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa TSP activist targeting berpengaruh tidak signifikan terhadap reputasi perusahaan, artinya activist targeting tidak signifikan memoderasi pengaruh 79
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
kinerja TSP terhadap reputasi perusahaan di media. Dengan demikian, hipotesis kedua yang menyatakan bahwa activist targeting memoderasi pengaruh TSP terhadap reputasi perusahaan adalah tidak diterima.
Pengaruh TSP Terhadap Kinerja Perusahaan Dari uji statistik diketahui pengaruh variabel TSP terhadap kinerja perusahaan adalah sebesar 0,0289 dengan nilai T-statistics sebesar 0,2448, dimana nilai T-statistics tersebut lebih kecil dari 1,96 sehingga disimpulkan bahwa TSP berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan. Dengan demikian, hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa TSP berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan adalah tidak diterima. Dalam penelitian ini memang kinerja TSP perusahaan tambang adalah 1,02 dalam skala 0 – 3 (0-1 buruk, 1,1 – 2 sedang, 2,1 – 3 baik) yang berarti masuk kategori kurang/sedang. Jadi, meskipun kinerja TSP kurang/sedang, namun kinerja perusahaan dalam bidang keuangan adalah tinggi sehingga bisa disimpulkan kalau kinerja TSP tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Pengaruh Reputasi Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan Berdasarkan penghitungan koefisien kebaik-burukan media didapatkan koefisien sebesar 0,19 yang berarti secara umum reputasi perusahaan sampel adalah sedikit positif. Sementara selama periode penelitian, kinerja perusahaan mengalami peningkatan sebesar 86%. Dari tabel 5.12 diketahui pengaruh variabel reputasi perusahaan terhadap kinerja perusahaan adalah sebesar 0,3243 dengan nilai T-statistics sebesar 2,6979, di mana nilai T-statistics tersebut lebih besar dari 1,96. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa reputasi perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan, semakin bagus reputasi perusahaan di media maka kinerja perusahaan akan meningkat. Dengan demikian, hipotesis keempat yang menyatakan bahwa reputasi perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan adalah diterima. 80
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
Dari empat hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, hanya dua hipotesis yang diterima (signifikan) yakni i) TSP berpengaruh signifikan terhadap reputasi perusahaan; dan ii) Reputasi perusahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Apabila dirumuskan dalam bentuk diagram sebagai temuan model yang dimulai dari kinerja tanggung jawab sosial (kinerja ekonomi, kinerja lingkungan, kinerja sosial) yang baik akan menciptakan reputasi perusahaan yang baik melalui pemberitaan-pemberitaan yang positif yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan berita-berita negatif sehingga koefisien kebaik-burukan media adalah positif; sehingga reputasi perusahaan yang baik akan berpengaruh terhadap terhadap kinerja perusahaan yang dibuktikan dengan indikator harga saham, laba per saham (EPS), marjin laba bersih (NPM), laba atas aktiva (ROA) dan laba atas modal (ROE). Sehingga secara skematik, konstruk pengaruh temuan model ditampilkan dalam gambar berikut ini.
SIMPULAN TSP memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap reputasi perusahaan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Ini berarti bahwa semakin bagus kinerja tanggung jawab sosial perusahaan maka semakin bagus pula reputasi perusahaan. Kinerja tanggung jawab sosial yang bagus telah mendorong adanya pemberitaan-pemberitaan yang bagus dengan menonjolkan penghargaan-perhargaan yang diraih perusahaan dalam bidang TSP dari pemerintah maupun pihak lainnya serta pujian dan penerimaan dari masyarakat dan pemangku kepentingan utama lainnya. Meskipun ada juga berita-berita negatif terkait dengan kegiatan tanggung jawab sosial akibat adanya keluhan dari pemangku kepentingan tentang pelaksanaan kegiatan tanggung jawab sosial yang tidak aspiratif dan tidak sesuai dengan harapan pemangku kepentingan. Activist
targeting
atau
serangan
aktivis
terhadap
perusahaan
pertambangan tidak berpengaruh signifikan terhadap hubungan antara TSP dan reputasi perusahaan pada perusahaan pertambangan yang menjadi sampel 81
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
penelitian ini. Ini berarti bahwa kampanye-kampanye dan aksi-aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh aktivis lembaga swadaya masyarakat, mahasiswa maupun masyarakat tidak memperlemah hubungan TSP terhadap reputasi perusahaan. Meskipun frekuensi serangan aktivis terhadap perusahaan cukup intensif, hal tersebut tidak secara signifikan bisa memengaruhi kuatnya pengaruh kinerja tanggung jawab sosial terhadap reputasi perusahaan. Ini terjadi karena intensitas dan magnitude pengaruh program tanggung jawab sosial terhadap pembentukan opini masih lebih kuat ketimbang pengaruh serangan aktivis. Tanggung jawab sosial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Ini berarti program tanggung jawab sosial tidak secara langsung berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan dalam jangka pendek. Ini karena tanggung jawab sosial berpengaruh signifikan terhadap reputasi perusahaan dan reputasi perusahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Jadi, pengaruh tanggung jawab sosial terhadap kinerja adalah tidak langsung dan tidak dalam jangka pendek. Memang di satu sisi, secara keuangan jangka pendek, kegiatan tanggung jawab sosial menambah biaya dan mengurangi keuntungan perusahaan. Namun di sisi lain, dengan kegiatan tanggung jawab sosial juga bisa mengurangi biaya karena bisa mengurangi gangguan-gangguan masyarakat terhadap operasional perusahaan dan juga menciptakan nilai sinergisitas dalam masyarakat sehingga perusahaan dan masyarakat sama-sama mendapatkan manfaat. Reputasi perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Ini berarti semakin baik reputasi perusahaan maka semakin baik pula kinerja perusahaan. Indikator-indikator kinerja keuangan yakni net profit margin, earning per share, return on asset dan return on equity mengalami kenaikan pada periode penelitian. Sehingga secara umum, kinerja perusahaan pada periode penelitian mengalami kenaikan 86%. Hanya harga saham yang mengalami penurunan sebesar 13% namun masih cukup stabil di harga ratarata Rp 5634 dan tidak terjadi fluktuasi yang signifikan dari 2010 sampai 2012. Banyak penyebab turunnya harga saham. Selain masalah-masalah fundamental yang tidak bisa diatasi oleh perusahaan seperti masalah harga 82
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
komoditas batubara, nikel dan emas yang mengalami banyak penurunan, masalah tata kelola perusahaan juga berpengaruh terhadap harga saham. Saham PT Bumi Resources adalah yang paling besar mengalami penurunan dari Rp 3025 pada 2010 menjadi Rp 787 pada 2012 atau turun 74%. Selain harga batubara yang turun dari US$118,4 per ton pada 2011 menjadi US$95,48 per ton pada 2012, dan tren turun pada 2013 sampai harga US$82,92 per ton; juga karena permasalahan-permasalahan hutang perusahaan, dugaan pelanggaran pajak, konflik dengan Bumi plc dan imbas permasalahan Lapindo yang belum tuntas, turut memengaruhi reputasi PT Bumi Resources dan pada akhirnya memengaruhi harga saham dan kinerja keuangan lainnya. Penelitian juga perlu dilakukan dengan rentang waktu yang lebih lama antara 5 – 10 tahun untuk mendapatkan hasil yang lebih komprehensif. Dalam model yang dibuat dalam penelitian ini, hasil perhitungan nilai Q2 sebesar 0,0868 artinya besarnya keragaman data penelitian yang dapat dijelaskan oleh model adalah 8,68%. Berdasarkan hasil ini, maka model penelitian ini masih perlu dikembangkan dalam penelitian selanjutnya dengan menambahkan variabel-variabel yang juga memiliki kontribusi dalam meningkatkan kinerja perusahaan, maupun dengan menambah variabel-variabel yang dapat memoderasi
pengaruh
TSP
terhadap
reputasi
perusahaan.
Perlu
dipertimbangkan untuk memasukkan variabel kinerja perusahaan di masa lalu, variabel faktor eksternal perusahaan, dan variabel kondisi pasar saham untuk lebih memperkuat model yang akan dikembangkan. Untuk meningkatkan efektivitas program tanggung jawab sosial perusahaan,
penulis
menyarankan
hal-hal
berikut kepada
perusahaan
pertambangan: 1.
Perlu meningkatkan kinerja di bidang ekonomi, lingkungan dan sosial secara nyata dalam program TSP sesuai panduan ISO 26000 dan melaporkannya menggunakan panduan GRI;
2.
Meningkatkan reputasi perusahaan dengan program komunikasi yang efektif yang menonjolkan kinerja TSP;
83
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
3.
No. 1 Juni 2015
Meningkatkan hubungan-hubungan konsultatif dan kooperatif dengan para pemangku kepentingan utama. Salah
satu
tantangan terbesar perusahaan pertambangan adalah
menangani aspek sosial terutama yang terkait dengan masyarakat setempat. Untuk membantu perusahaan pertambangan menangani aspek sosial, penulis menyarankan hal-hal berikut kepada pemerintah: 1.
Menerbitkan panduan program TSP untuk perusahaan pertambangan;
2.
Menjadi mediator dalam konflik-konflik antara LSM dan perusahaan. Dipahami bahwa LSM antitambang memiliki ideologi prolingkungan
yang bertentangan dengan eksistensi dan karakteristik mendasar perusahaan pertambangan dan karenanya LSM memiliki gerakan-gerakan untuk mencegah dibukanya operasi tambang dan menyerang operasi tambang yang sudah berjalan. Agar kampanye LSM lebih efektif, penulis menyarankan hal-hal berikut kepada LSM: 1.
Selain menempuh pendekatan konfrontatif, LSM perlu mencari cara-cara agar bisa menempuh pendekatan konsultatif, komunikatif dan kooperatif dengan
perusahaan-perusahaan
pertambangan
sehingga
bisa
meningkatkan saling pemahaman dan mencapai hasil-hasil hubungan yang yang terbaik untuk semua pihak. 2.
LSM perlu mencegah tindakan-tindakan anarkis dan kekerasan seperti pembakaran dan pengrusakan yang selama ini sering terjadi karena hal tersebut selain akan merugikan banyak pihak juga akan memberikan citra yang buruk terhadap gerakan LSM yang sebenarnya memiliki tujuan mulia.
DAFTAR PUSTAKA Ali, Imran. (2011). Influence of Corporate Social Responsibility on Development of Corporate Reputation and Customer Purchase Intentions. Romanian Review of Social Sciences (2011), No.1 Alamat website: rrss.univnt.ro
84
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
Bursa Efek Indonesia. (2014). IDX Statistics 2012. Alamat website: www.idx.co.id Chun, Rosa. (2005). Corporate reputation: Meaning and measurement. International Journal of Management Reviews Volume 7 Issue 2 pp. 91– 109 Crane, Andrew. (2008). The Oxford Handbook of Corporate Social Responsibility. New York: Oxford University Press. Deephouse, David L. (2000). Media Reputation as a Strategic Resource: An Integration of Mass Communication and Resource-Based Theories. Journal of Management 2000, Vol. 26, No. 6, 1091–1112 Detik.com.
(2014).
Situs
berita
online
detik.com.
Alamat
website
www.detik.com Fauzi, Hasan. Svensson, Goran. Rahman, Abdul Rahman. (2010). “Triple Bottom Line” as “Sustainable Corporate Performance”: A Proposition for
the
Future.
Open
Access
Sustainability.
Alamat
website:
www.mdpi.com/journal/sustainability Fombrun, Charles & Riel, Cees Van. (1997). The Reputational Landscape. Corporate Reputation Review Volume 1 Numbers 1 and 2. Freeman, R. Edward. (1994). Stakeholder Theory of the Modern Corporation. General Issues in Business Ethics. Global Reporting Initiative. (2002). GRI Sustainability Reporting Guideline. Alamat website: www.globalreporting.org Global Reporting Initiative. (2011). Sustainability Reporting Guidelines & Mining and Metals Sector Supplement. Alamat website: www.gri.org Hartzman, Laura P. & Derjardins, Joe. (2011). Etika Bisnis. Pengambilan Keputusan untuk Integritas Pribadi dan Tanggung Jawab Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga. Interactive, Harris. (2013). The Harris Poll 2013 RQ® Summary Report. A Survey of the U.S. General Public Using the Reputation Quotient®. Rochester: Harris Interactive.
85
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
International Standard Organisation. (2010). ISO 26000:2010, Guidance on social
responsibility.
http://www.iso.org/iso/discovering_iso_26000.pdf diakses 28
Website Maret
2012. King, Brayden G. dan McDonnell, Mary-Hunter. (2012). Good Firms, Good Targets: The Relationship between Corporate Social Responsibility, Reputation, and Activist Targeting.Northwestern University.Social Science Electronic Publishing, Inc. Electronic copy available at: http://ssrn.com/abstract=2079227 Kompas.com. (2014). Situs berita online Kompas.com. Alamat website: www.kompas.com Latan, Hengky & Ghozali, Imam. (2012). Partial Least Square Konsep, Metode dan Aplikasi Menggunakan Program WarpPLS 2.0. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Mardiandari, Putri & Rustiyaringsih, Sri. (2013). Tanggung Jawab Sosial dan Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur Go Publik di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset Manajemen dan Akuntansi. Vol. I No. 1. Februari 2013. Morhardt, J. Emil; Baird, Sarah; Freeman, Kelly. (2002). Scoring Corporate Environmental and Sustainability Reports Using GRI 2000, ISO14031 and Other Criteria. Corporate Social Responsibility and Environmental Management Corp. Soc. Responsib. Environ. Mgmt 9, 215–233 (2002). Published online in Wiley InterScience (www.interscience.wiley.com). Nelson, Jane. (2007). The Operation of NGOs in a World of Corporate and Other Codes of Conduct. Corporate Social Responsibility Initiative, Working Paper No. 34. Cambridge, MA: John F. Kennedy School of Government, Harvard University. Peloza, John. (2005). Corporate Social Responsibility as Reputation Insurance. This paper is posted at the eScholarship Repository, University of California. http://repositories.cdlib.org/crb/wps/24
86
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
Poddi, Laura dan Vergalli, Sergio. (2009). Does Corporate Social Responsibility Affect the Performance of Firms? Discussion Paper n. 0809 AISSEC, XVII Scientific Conference, University of Perugia, June, 25 – 27, 2009 Porter, Michael E. & Kramer, Mark R. (2006). Strategy & Society. The Link between Competitive Advantage and Corporate Social Responsibility. Harbard Business Review Edition December 2006. Preston, Lee E;O'Bannon, Douglas P. (1997). The corporate social-financial performance relationship. Business and Society; Dec 1997; 36, 4; ProQuest Sociology pg. 419 PricewaterhouseCoopers. (2013). MineIndonesia 2013. 11th Annual Review of Trends in the Indonesian Mining Industry. http://www.pwc.com.au/asiapractice/indonesia/assets/publications/mineIndonesia-May-2013.pdf Diakses 2 Maret 2014. Remy, Felix. (2002). “Mining and Development” “Large Mines and Local Communities:
Forging
Partnerships,
Building
Sustainability.
Washington DC: International Finance Corporation. Roman, Ronald dkk. (1999). The relationship between social and financial performance. Business and Society; Mar 1999; 38, 1; ProQuest Sociology pg. 109 Roberts, Peter W. & Dowling, Grahame R. (2002). Corporate Reputation and Sustained Superior Financial Performance. Strategic Management Journal Strat. Mgmt. J., 23: 1077–1093 (2002). Published online 19 September 2002 in Wiley InterScience (www.interscience.wiley.com). DOI: 10.1002/smj.274 Setiawan,
Evelyn.
Gupta
Janet,
Tjiang.
(2012).
Corporate
Social
Responsibility, Financial Performance, and Market Performance: Evidence from Indonesian Consumer Goods Industry. Alamat website: http://www.wbiconpro.com/107-Evelyn.pdf
87
No. 1 Juni 2015
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
Smets, Michael. (2008). Reputation and Performance in Large Firms. http://www.sbs.ox.ac.uk/sites/default/files/Novak_Druce/Doc/Reputation %20and%20performance%20in%20large%20law%20firms.pdf Siltaoja, Marjo Elisa. (2006). Value Priorities as Combining Core Factors Between TSP and Reputation – A Qualitative Study. Journal of Business Ethics (2006) 68:91–111 Springer 2006 DOI 10.1007/s10551-006-90424 Situmorang, Abdul Wahid. (2013). Dinamika Protes Kolektif Lingkungan Hidup di Indonesia (1996 – 2011).Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Stuebs, Marty & Sun, Li. (2011). Corporate Social Responsibility and Firm Reputation.
Hankamer
School
of Business,
Baylor
University.
http://ssrn.com/abstract=1863343 Tracey, Patrick N. (2014). Corporate reputation and financial performance: Underlying dimensions of corporate reputation and their relation to sustained financial performance PhD Thesis (Corporate Reputation). Queensland
University
of
Technology.
Brisbane,
Australia.
http://eprints.qut.edu.au/67787/ Tuck, Jacqueline. (2007). Stakeholder Priorities v Industry Perception: Reputations and Relationships in the Australian Mining Industry. Victoria: School of Business, Centre for Regional Innovation and Competitiveness, University of Ballarat, Mt Helen. Turcsanyi, Jessica & Sisaye, Seleshi. (2013). Corporate social responsibility and its link to financial performance Application to Johnson & Johnson, a pharmaceutical company. World Journal of Science, Technology and Sustainable Development Vol. 10 No. 1, 2013 pp. 4-18 Emerald Group Publishing Limited Alamat website: www.emeraldinsight.com/20425945.htm Wibisono, Dermawan. (2006). Manajemen Kinerja, Konsep, Desain, dan Teknik Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
88
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
LAMPIRAN
Tabel 1. Deskripsi Variabel TSP Periode Tahun 2010 - 2012
Kinerja Ekonomi
2010 1,20
2011 1,43
2012 1,26
Tahun 20102012 1,30
Kinerja Lingkungan
0,96
0,99
0,88
0,94
Kinerja Sosial
0,80
0,87
0,79
0,82
Tahun
Indikator
Tabel 2. Deskripsi Variabel Activist Targeting Periode Tahun 2010 – 2012 Tahun
Indikator
Mean Tahun 2010-2012
Siaran Pers LSM
2010 0,16
2011 0,11
2012 0,16
0,14
Demo LSM
0,95
1,16
2,11
1,4
Tabel 3. Deskripsi Reputasi Perusahaan Periode Tahun 2010 – 2012 Tahun
Indikator coefficient favorableness
of
2010
2011
0,21
0,13
2012
Mean Tahun 20102012
media 0,24
0,19
Tabel 4. Deskripsi Kinerja Perusahaan Periode Tahun 2010 – 2012 Tahun
Indikator 2010
2011
2012
Mean Tahun 2010-2012
Share Price (Rp)
6290
5141
5470
5634
NPM (%)
12
15
17
14
EPS (Rp)
201,57
499,81
405,00
368,79
ROA (%)
11,87
16,52
15,41
14,60
ROE (%)
-25,26
27,31
43,36
15,14
89
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
Gambar 1. Temuan Model Pengaruh TSP, Reputasi Perusahaan dan Kinerja Perusahaan
90