9 PENGARUH APLIKASI JAMUR Trichoderma spp. DAN SERASAH DALAM MENINGKATKAN KETAHANAN TERINDUKSI TANAMAN VANILI TERHADAP PENYAKIT BUSUK BATANG FUSARIUM EFFECT OF Trichoderma spp. FUNGI AND MANURE APPLICATIONS IN IMPROVING INDUCED RESISTANCE OF VANILLA PLANT TO FUSARIUM VINE-ROT DISEASE I Made Sudantha Fakultas Pertanian Universitas Mataram
ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO07 dan endofit T. viride isolat ENDO-06 dan seresah tanaman dalam meningkatkan ketahanan terinduksi tanaman vanili terhadap penyakit busuk batang Fusarium. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Mataram menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) yang terdiri dua faktor. Sebagai Petak Utama adalah serasah tanaman terdiri atas tiga aras, yaitu serasah daun gamal, serasah daun lamtoro dan serasah daun kopi. Sebagai Anak Petak adalah jamur Trichoderma spp. terdiri atas empat aras, yaitu: tanpa jamur jamur Trichoderma spp., dengan jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO-07, dengan jamur endofit T. viride isolat ENDO-06, dan campuran jamur T. harzianum SAPRO-07dan T. viride ENDO-06. Hasil penelitian menujukkan bahwa: Aplikasi jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO-07, endofit T. viride isolat ENDO-06, dan campuran kedua jamur antagonis ini, dan pemberian serasah daun gamal, serasah daun lamtoro dan serasah daun kopi efektif mengendalikan penyakit busuk batang dan dapat meningkatkan ketahanan terinduksi tanaman vanili terhadap penyakit busuk batang Fusarium. ABSTRACT This research was aimed to know application effect of T. harzianum isolate SAPRO-07 and T. viride isolate ENDO-06 fungi and manure in improving induced resistanceof vanilla plant to vine rot disease. This research applied experimental methods conducted at the Plantation Experiment of the Faculty Agriculture, Mataram University. This research applied Split Plot Design with two factors. As the main plots were plants manure consisting of three levels: gamal leaf, lamtoro leaf and coffee leaf. As sub plots were Trichoderma spp. fungi consisting four levels: without Trichoderma spp. fungi, T. harzianum isolate SAPRO-07 fungus, T. viride isolate ENDO-06 fungus, and mixture of the T. harzianum isolates SAPRO-07 and T. viride isolate ENDO-06. Results indicated that application of T. harzianum isolate SAPRO-07 fungus, T. viride isolate ENDO-06 fungus, and the mixture of both antagonistic fungi, and manure of gamal leaf, lamtoro leaf and coffee leaf were effective in controlling vine rot disease and in improving induced resistance of vanilla plant to Fusarium vine rot disease. __________________________________ Kata kunci: saprofit, endofit, Trichoderma Keywords: saprophytic, endophytic, Trichoderma
PENDAHULUAN Daerah pengembangan dan produksi vanili (Vanilla planifolia Andrews) di Indonesia saat ini adalah Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan. Data dari Ditjen Perkebunan Deptan tahun 2001 luas areal penanaman vanili di Indonesia sekitar 15.937 ha. Diperkirakan saat ini luas areal
penanaman vanili tinggal 50% dan sebagaian besar dalam keadaan rusak dan kurang produktif, salah satu penyebabnya adalah adanya serangan jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae yang menyebabkan penyakit busuk batang. Keadaan ini terlihat dari jumlah ekspor vanili pada tahun 2001 hanya 339 ton polong kering dengan nilai US$ 5.497.000. Jumlah ekspor tersebut berkurang 53,50% dibandingkan dengan tahun 1998, yaitu 729 ton polong kering dengan nilai US$ 8.764.000 (Ruhnayat, 2004). Agroteksos Vol. 20 No.1, April 2010
10 Khusus NTB luas areal penanaman vanili pada tahun 2003 yaitu 534,60 ha yang tersebar di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Lombok Barat (Kecamatan Gangga dan Narmada), Kabupaten Lombok Tengah (Kecamatan Batukliang) dan Kabupaten Lombok Timur (Kecamatan Pringgajurang). Akibat serangan penyebab penyakit busuk batang vanili sekitar 93,00 ha tanaman vanili dalam keadaan rusak dan kurang produktif (Balai Laboratorium Perlindungan Tanaman Perkebunan NTB, 2003). Penyakit ini menyebabkan kerusakan pada tanaman vanili di Desa Banok Kabupaten Lombok Timur mencapai 100 % (Sudantha, 2007). Jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae menyerang semua bagian tanaman mulai dari akar, batang, daun dan buah. Infeksi kebanyakan dimulai dari stek tanaman karena jamur sudah terinfestasi di dalam tanah dan dilanjutkan menyerang pada akar dan batang, sedang serangan pada daun dan buah bersumber dari percikan air atau peralatan yang sudah terinfeksi. Menurut Hadisutrisno (dalam Redaksi Trubus, 2004), 7 – 32 % bibit stek terkontaminasi oleh jamur ini, walaupun tanaman induknya tidak menunjukkan gejala serangan. Pada tanaman dewasa tingkat kematian akibat serangan jamur ini mencapai 50 – 100 %, memperpendek umur produksi dari 10 kali panen menjadi dua kali bahkan tidak dapat berproduksi (Hadisutrisno, 2005). Selain itu, menyebabkan produktivitas tanaman vanili menjadi rendah yaitu berkisar antara 0,2 – 0,5 kg polong kering per pohon, padahal potensinya dapat mencapai 1,0 – 1,5 kg polong kering per pohon (Ruhnayat, 2004). Sampai saat ini penyakit busuk batang vanili merupakan salah satu penyakit pada tanaman vanili yang sulit dikendalikan, karena jamur F. oxysporum f. sp. vanillae memiliki struktur bertahan berupa klamidospora yang dapat bertahan dalam tanah sebagai saprofit dalam waktu relatif lama sekitar tiga sampai empat tahun walau tanpa tanaman inang (Sukamto dan Tombe, 1995; Nurawan, Tombe dan Matsumoto, 1995). Selain itu menurut Hadisutrisno (2005), sulitnya pengendalian penyakit ini disebabkan karena penularannya melalui stek yang sudah terinfeksi, sehingga penyebarannya menjadi cepat dan meluas. Ruhnayat (2004) mengatakan bahwa sampai saat ini belum ditemukan klon vanili yang tahan atau toleran terhadap penyakit ini. Berdasarkan hasil isolasi pada jaringan tanaman vanili sehat di kebun vanili Pulau Lombok NTB ditemukan 19 isolat jamur endofit yang bersifat antagonistik terhadap jamur F. oxysprorum f. sp. vanillae secara in-vitro. Dari Sudantha : Pengaruh Aplikasi Jamur...
19 isolat jamur endofit tersebut ada salah satu isolat yaitu T. viride isolat ENDO-06 yang berpotensi untuk dikembangkan karena secara in-situ efektif menekan pertumbuhan jamur F. oxysprorum f. sp. vanillae dan meningkatkan ketahanan terinduksi terhadap penyakit busuk batang. Selain itu jamur endofit ini dapat memacu pertumbuhan vegetatif stek dan tanaman vanili klon Timbenuh, dan jamur endofit ini dapat tumbuh dengan baik pada SERASAH daun kopi, lamtoro, kemiri dan gamal (Sudantha dan Abadi, 2006). Pada percobaan pengomposan serasah daun kopi, lamtoro, kemiri dan gamal ternyata jamur endofit ini dapat mempercepat proses pengomposan (Abadi dan Sudantha, 2007). Dari 19 jenis jamur saprofit yang terdapat di rhizosfer tanaman vanili sehat, ternyata ada 12 jenis jamur Trichoderma spp. efektif menekan pertumbuhan jamur F. oxysporum f. sp. vanillae secara in-vitro, dan ada satu isolat yaitu T. harzianum isolat SAPRO-09 yang berpotensi untuk dikembangkan karena efektif mengendalikan penyakit busuk batang secara in-situ (Sudantha dan Abadi, 2007). Diduga jamur ini dapat memacu pembungaan lebih awal pada bibit vanili klon Timbenuh. Windham et al. (1986) pernah melaporkan bahwa jamur T. harzianum dapat meningkatkan perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman. Tronsmo dan Dennis (1977 dalam Cook dan Baker, 1983) melaporkan bahwa penyemprotan konidia jamur T. viride dan T. polysporum untuk melindungi tanaman strawberi dari penyakit busuk, dapat memacu pembungaan lebih awal. Ketahanan terinduksi merupakan ketahanan tanaman terhadap infeksi patogen karena tanaman telah terinfeksi oleh mikroorganisme lain sebelumnya, baik dari jenis yang sama maupun dari jenis lain (Abadi, 2003). Jamur endofit adalah jamur yang hidup di dalam jaringan tanaman sehat tanpa menyebabkan gejala atau kerusakan pada tanaman inang (Petrini dan Petrini, 1985 dalam Davis et al., 2003), sedang jamur saprofit atau saproba antagonis adalah jamur yang hidup pada sisasisa bahan organik dan mempunyai kemampuan menekan pertumbuhan jamur patogen tular tanah (Abadi, 2003). Menurut Ghimire dan Hyde (2004) terdapat hubungan antara jamur endofit dan saprofit yaitu jamur saprofit pada serasah daun dapat berasal dari endofit. Ketahanan terinduksi pada berbagai tanaman karena keberadaan jamur endofit telah banyak dilaporkan. Di Thailand dilaporkan terdapat 61 taksa endofit pada tanaman pisang (Musa sp.) (Photita et al., 2001 dalam Lumyong, Lumyong dan Hyde, 2004), 96 taksa endofit pada bambu
11 (Bambusa sp.) (Lumyong et al., 2000 dalam Lumyong et al., 2004), pada tanaman palm terdapat 39 taksa endofit (Techa, 2001 dalam Lumyong et al., 2004) dan pada tanaman anggrek ditemukan lima taksa endofit (Busarkum, 2002 dalam Manoch, 2004). Di Panama, pada dua jenis tanaman hutan tropika yaitu Heisteria concinna (Olacaceae) dan Ouratea lucens (Ochanaceae) ditemukan 347 taksa jamur endofit (Arnold et al., 2000) dan pada tanaman kakao ditemukan tujuh taksa jamur endofit (Arnold et al., 2003). Sedang di Indonesia, Irawati (2005) melaporkan bahwa jamur Rhizoctonia sp. ditemukan pada akar tanaman vanili sehat, namun belum dimanfaatkan untuk pengendalian penyakit. Sulistyowati, Deci dan Gendall (2005) melaporkan bahwa jamur endofit Trichoderma asperellum yang diisolasi dari jaringan batang jeruk bertindak sebagai antagonis terhadap jamur Phytophthora spp. dan Diplodia spp. Budi, Mariana dan Rachmadi (2005) mengatakan bahwa jamur endofit Penicillium spp, Gliocladium spp. dan Trichoderma spp. yang ditemukan pada jaringan batang dan akar padi rawa pasang surut dapat menekan kejadian penyakit yang disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani sampai 80%. Hasil isolasi dari jaringan tanaman vanili sehat ditemukan jamur endofit Trichoderma sp., Cladosporium sp., Rhizoctonia sp. dan Penicillium sp. (Sudantha dan Abadi, 2006). Mekanisme antagonisme jamur endofit dalam menekan perkembangan patogen sehingga tanaman menjadi tahan karena antibiosis. Petrini (1993) melaporkan bahwa jamur endofit menghasilkan alkaloid dan mikotoksin sehingga memungkinkan digunakan untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Menurut Dahlam, Eichenseer dan Siegel (1991), dan Brunner dan Petrini (1992), jamur endofit menghasilkan senyawa aktif biologis secara invitro antara lain alkaloid, paxillin, lolitrems dan tetranone steroid. Selain itu menurut Photita (2003 dalam Lumyong et al., 2004), jamur endofit antagonis mempunyai aktivitas tinggi dalam menghasilkan enzim yang dapat digunakan untuk mengendalikan patogen. Jamur endofit Neotyphodium sp. menghasilkan enzim β-1,6-glucanase yang menyerupai enzim yang sama yang dihasilkan oleh jamur Trichoderma harzianum dan T. virens (Moy et al., 2002). Penelitian tentang jamur saprofit antagonis untuk pengendalian patogen tular tanah yang menyerang berbagai tanaman di Indonesia telah banyak dilakukan, namun penggunaannya di lapangan masih terbatas dalam skala percobaan. Abadi (1987) melaporkan bahwa Trichoderma
harzianum, T. viride dan Penicillium citrinum merupakan jamur yang bersifat antagonistik terhadap Ganoderma boninense pada kelapa sawit. Arifin, Dahlan dan Dahlan (1989) juga melaporkan bahwa jamur Trichoderma spp. merupakan jamur antagonis yang berpotensi mengendalikan jamur G. pseudoferrum pada tanaman teh. Sastrahidayat (1991) mengatakan bahwa jamur Haplosporella sp dan Trichoderma sp. mempunyai tingkat antagonistik yang tinggi terhadap jamur F. oxysporum f. sp. vanillae pada tanaman vanili. Jamur saprofit antagonis dapat menekan jamur patogen tular tanah melalui tiga mekanisme, seperti jamur T. viride mampu hidup sebagai mikoparasit yang dapat melakukan penetrasi ke miselium dan klamidospora jamur patogen sehingga terjadi lisis dan pengkristalan, menghasilkan antibiotik (gliotoksin dan viridin) yang dapat menghambat pertumbuhan jamur patogen, dan mempunyai kemampuan tumbuh yang lebih cepat sehingga terjadi persaingan dalam ruang dan nutrisi dengan jamur lainnya (Baker dan Cook, 1982). Penggunaan jamur saprofit untuk pengendalian patogen tular tanah secara in-vitro tidak selalu diikuti dengan efektivitas di lapang. Hal ini tergantung dari kemampuan jamur saprofit dan patogen tular tanah dalam interaksinya beradaptasi dengan kondisi lingkungan mikro tanah terutama pH tanah. Arifin et al. (1989) mengemukakan bahwa pada pH 6,5 – 6,8 terjadi penekanan aktivitas antagonistik dari jamur Trichoderma sp., sementara itu jamur Ganoderma sp. justru pertumbuhannya optimal. Menurut Sastrahidayat (1990), aktivitas jamur saprofit dalam tanah dapat meningkat dengan penambahan bahan organik ke dalam tanah. Beberapa hasil percobaan ditemukan bahwa isolat jamur saprofit yang berasal dari suatu daerah mempunyai daya antagonistik yang berbeda apabila digunakan pada daerah lain. Sebagai contoh, Sukamto dan Tombe (1995) melaporkan bahwa isolat Trichoderma sp. asal Manado lebih mampu menghambat pertumbuhan jamur F. oxysporum f. sp. vanillae dibandingkan dengan isolat asal Bali. Elfina et al. (2001) juga melaporkan bahwa di Sumatera Barat, isolat jamur T. harzianum yang diisolasi dari Koto Tuo Sawahlunto mempunyai kemampuan antagonistik yang lebih tinggi dari pada isolat yang berasal dari Koto Kaciak, Koto Bukit Tinggi dan Gantiang Padang Panjang dalam menekan jamur Sclerotium rolfsii pada tanaman cabai. Widayastuti, Sumardi dan Hidayat (1998) menemukan bahwa isolat jamur Trichodema sp. yang berasal dari Jambi mempunyai daya antagonistik yang lebih tinggi Agroteksos Vol. 20 No.1, April 2010
12 dibandingkan dengan berasal dari Yogyakarta, Gunung Kidul dan isolat Promot (USA) terhadap jamur akar putih (Rigidoporus microporus) pada tanaman Acacia mangium. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO-07 dan endofit T. viride isolat ENDO-06 dan seresah tanaman dalam meningkatkan ketahanan terinduksi tanaman vanili terhadap penyakit busuk batang Fusarium METODE PENELITIAN Rancangan percobaan Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Mataram menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dengan yang terdiri dua faktor, yaitu: Sebagai Petak Utama: Serasah pohon pelindung (S) terdiri atas tiga aras: s1 = serasah daun pohon gamal s2 = serasah daun pohon lamtoro s3 = serasah daun pohon kopi Sebagai Anak Petak: aplikasi jamur Trichoderma spp. (A) terdiri atas empat aras: a1 = tanpa jamur Trichoderma spp. a2 = dengan jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO-07 a3 = dengan jamur endofit T. viride isolat ENDO-06 a4 = campuran jamur T. harzianum SAPRO-07dan T. viride ENDO-06 Perlakuan merupakan kombinasi dari serasah daun dan aplikasi jamur Trichoderma spp. yang masing-masing diulang tiga kali, sehingga terdapat 36 unit percobaan. Penempatan anak petak ke dalam petak utama ditata menurut Rancangan Acak Kelompok. Persiapan dan pelaksanaan percobaan Persiapan bibit vanili dilakukan 2 bulan sebelum percobaan dimulai dengan memilih stek klon vanili Timbenuh yang paling peka terhadap jamur F. oxysporum f.sp. vanillae. Untuk perlakuan e2 dengan cara infestasi jamur saprofit di sekitar rhizosfer, perlakuan dan e3 dengan cara merendam pangkal stek vanili dengan jamur endofit selama 30 menit, sedang untuk e4 dengan dengan cara infestasi jamur saprofit di sekitar rhizosfer dan dengan cara merendam pangkal stek vanili dengan jamur endofit selama 30 menit.
Sudantha : Pengaruh Aplikasi Jamur...
Pengolahan lahan untuk percobaan dilakukan bersamaan dengan persiapan bibit, lahan dicangkul sampai kedalaman 20 – 30 cm, kemudian dibuat petak percobaan dengan ukuran 1,5 x 5,0 m2, dibuat parit antar petak selebar 30 cm dan antar blok 60 cm. Setelah itu ditanami pohon pelindung/panjat dengan jarak tanam sesuai dengan jarak tanam vanili yaitu 1,0 x 1,5 m2, kemudian dibuatkan lubang tanam berukuran 40 x 40 x 40 cm3 posisinya sebelah Barat pohon pelindung/panjat dengan jarak 10 cm. Setiap lubang tanam diberikan pupuk dasar yaitu urea 20 g, SP36 40 g, KCl 60 g dan kompos 5 kg. Oleh karena populasi jamur F. oxysporum f.sp. vanillae di kebun vanili tidak mencapai 10 x 10 4 propagul/g tanah maka akan dilakukan inokulasi dengan suspensi spora pada kerapatan 107/ml ke dalam tanah yang ditanami vanili sebanyak 100 ml suspensi konidia/lubang tanam. Setelah bibit vanili berumur 2 bulan dipindahkan ke lubang tanam di petak percobaan, kantung plastik dibuka secara hatihati agar tanahnya tetap utuh. Setiap lubang tanam ditanami satu bibit vanili, selanjutnya lubang tanam ditutup dengan tanah dan dibuatkan guludan. Pemberian serasah pohon pelindung sebagai mulsa disesuaikan dengan perlakuan dengan cara ditaburkan disekeliling daerah perakaran tanaman selebar guludan melingkari pohon panjat. Pengamatan perubah (1). Masa inkubasi, pengamatan dilakukan setiap hari sampai timbulnya gejala pertama. (2). Panjang pembusukan pada batang dilakukan pada umur enam minggu setelah tanam. Untuk menilai tingkat ketahanan terinduksi bibit vanili terhadap penyakit busuk batang maka dibuat kriteria reaksi ketahanan (Sudantha, 2007) seperti yang tampak pada Tabel 1. Data semua hasil pengamatan dianalisis secara statistik menggunakan Analisis Keragaman pada taraf nyata 0,05, kemudian apabila antar perlakuan berbeda nyata (signifikan) yang ditunjukkan dengan F hitung ≥ F tabel maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur dengan taraf nyata yang sama. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan rata-rata masa inkubasi penyakit busuk batang dan panjang pembusukan batang vanili disajikan pada Tabel 2 dan 3.
13 Tabel 1. Reaksi ketahanan bibit vanili terhadap penyakit busuk batang No. 1 2 3 4 5 6
Persentase panjang pembusukan pada batang (P) Tidak terinfeksi 1 % < P ≤ 10 % 11 % < P ≤ 30 % 31 % < P ≤ 60 % 61 % < P ≤ 80 % 81 % < P ≤ 100 %
Reaksi ketahanan Sangat Tahan Tahan Agak Tahan Agak Peka Peka Sangat Peka
Tabel 2. Rata-rata masa inkubasi penyakit busuk batang sebagai akibat aplikasi jamur Trichoderma spp. dan serasah daun tanaman No.
Aplikasi jamur saprofit dan endofit Trichoderma spp.
1. 2.
Tanpa jamur Trichoderma sp. Dengan jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO-07 Dengan jamur endofit T. viride isolat ENDO-06 Sinergisme jamur T. harzianum SAPRO-07dan T. viride ENDO-06
3. 4.
Rata-rata masa inkubasi penyakit busuk batang (hari) Serasah daun Serasah daun Serasah daun Kopi Gamal Lamtoro 8,67 9,67 14,00 * * * *
*
*
*
*
*
Keterangan: *) tanaman vanili tidak terinfeksi penyakit busuk batang sampai minggu setelah tanam stek vanili.
berumur delapan
Tabel 3. Rata-rata panjang pembusukan pada batang vanili karena penyakit busuk batang sebagai akibat aplikasi jamur Trichoderma spp. dan serasah daun tanaman No.
Aplikasi jamur saprofit dan endofit Trichoderma spp.
1.
Tanpa jamur Trichoderma sp.
2.
Dengan jamur saprofit Trichoderma harzianum isolat SAPRO-07 Dengan jamur endofit Trichoderma viride isolat ENDO-06 Sinergisme jamur T. harzianum SAPRO-07dan T. viride ENDO-06
3. 4.
Rata-rata panjang pembusukan pada batang (%) Serasah daun Serasah daun Serasah daun Kopi Gamal Lamtoro 27,33 b*) 14,67 a 14,00 a B**) B B 0,00 a 0,00 a 0,00 a A A A 0,00 a 0,00 a 0,00 a A A A 0,00 a 0,00 a 0,00 a A A A
Keterangan: data 0 artinya tanaman vanili tidak terinfeksi penyakit busuk batang sampai berumur delapan minggu setelah tanam stek vanili (pada analisis keragaman data ditransformasikan dalam Arcsin √ x + 0,5 *) Angka-angka pada setiap baris yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada p ≤ 0,05. **) Angka-angka pada setiap kolom yang diikuti oleh huruf kapital yang sama tidak berbeda nyata pada p ≤ 0,05. Pada Tabel 2 dan 3 terlihat bahwa aplikasi jamur saprofit dan endofit Trichoderma spp. dan pemberian serasah daun tanaman berpengaruh terhadap masa inkubasi penyakit busuk batang dan panjang pembusukan pada batang. Aplikasi jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. viride isolat ENDO-06
serta campuran kedua jamur antagonis ini efektif mengendalikan penyakit busuk batang, sehingga tidak menimbulkan gejala baik pada medium tanah yang diberikan serasah daun gamal, lamtoro dan kopi. Pada kontrol, semua tanaman vanili terinfeksi oleh penyakit busuk batang baik pada medium tanah yang diberikan serasah daun Agroteksos Vol. 20 No.1, April 2010
14 kopi, serasah daun lamtoro dan serasah daun gamal, hanya saja panjang pembusukan penyakit busuk batang yang terjadi bervariasi yaitu pemberian serasah daun kopi menyebabkan pembusukan pada batang lebih pendek dibandingkan dengan serasah daun lamtoro dan serasah daun gamal, masing-masing 27, 33 %, 14,67 % dan 14,00 %. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aplikasi jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. viride isolat ENDO-06 serta campuran kedua jamur antagonis ini dan pemberian serasah daun gamal, serasah daun lamtoro dan serasah daun kopi dapat meningkatkan ketahanan terinduksi tanaman vanili terhadap penyakit busuk batang Fusarium. Adanya kenyataan bahwa aplikasi jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. viride isolat ENDO-06 serta campuran kedua jamur antagonis ini disertai pemberian seresah daun gamal, daun lamtoro dan daun kopi dapat meningkatkan terinduksi tanaman vanili terhadap penyakit busuk batang disebabkan karena jamur ini dapat memperbanyak diri dengan cepat di dalam jaringan dan dapat pula beradaptasi dengan cepat pada ketiga serasah daun tersebut. Pada jaringan tanaman vanili dan di rhizosfer jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. viride isolat ENDO-06 efektif mengendalikan jamur F. oxysporum f. sp. vanillae. Abadi dan Sudantha (2007) melaporkan bahwa secara invitro jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO07 dan jamur endofit T. viride isolat ENDO-06 efektif menghambat pertumbuhan jamur F. oxysporum f. sp. vanillae secara fisik (kompetisi ruang dan mikoparasit) dan mengeluarkan antibiotik. Hasil yang sama juga dilaporkan oleh Abd-El Moity dan Shatla (1981), Trichoderma spp. merupakan mikoparasit yang dapat melakukan penetrasi ke miselium dan sclerotia jamur S. rolfsii sehingga terjadi lisis dan pengkristalan. Lebih lanjut Papavizas (1985) menyatakan bahwa mekanisme mikoparasitisme dimulai dengan pelunakan sel inang oleh enzim yang dihasilkan oleh mikoparasit sebelum kerusakan dan kematian sel inang. Menurut Hadar et al. (1979), jamur T. harzianum memproduksi enzim ekstra selluler ß-(1,3) glucanase dan chitinase yang mampu merusak dinding sel R. solani. Cook dan Baker (1983) mengatakan bahwa strain tertentu dari Trichoderma menghasilkan antibiotik viridin yang dapat menghambat pertumbuhan jamur lain. Elfina et al. (2001) juga melaporkan bahwa jamur T. harzianum mengeluarkan senyawa anti
Sudantha : Pengaruh Aplikasi Jamur...
mikroba yang mampu menghambat pertumbuhan jamur S. rolfsii. Lebih lanjut Abadi dan Sudantha (2007) melaporkan bahwa jamur endofit Trichoderma sp. ENDO-02 (T. koningii) dapat tumbuh lebih baik pada medium serasah daun kopi, lamtoro dan Gamal dengan populasi lebih tinggi dibandingkan pada medium serasah daun dadap dan kakao. Bharat et al. (1988) melaporkan bahwa jamur Trichoderma sp. Pada Gambar 1 menggambarkan tanaman vanili sehat yang diperlakukan dengan jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. viride isolat ENDO-06 disertai dengan pemberian serasah daun kopi, sedang pada tanaman kontrol yang tidak diperlakukan dengan jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. viride isolat ENDO-06 dan tidak diberikan serasah daun kopi menujukkan gejala penyakit busuk batang. Gambar 2 adalah jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. viride isolat ENDO-06 yang digunakan untuk meningkatkan ketahanan terinduksi tanaman vanili terhadap penyakit busuk batang. Hal yang menyebabkan tanaman vanili menjadi tahan setelah diperlakukan dengan jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. viride isolat ENDO-06 serta campuran kedua jamur antagonis ini diduga erat kaitannya dengan kemampuan jamur ini melakukan kolonisasi dengan cepat di dalam jaringan batang vanili, setelah perlakuan jamur ini langsung dapat masuk ke dalam jaringan batang melalui sistem transpotasi air lewat xilem, kemudian memperbanyak diri di dalam jaringan tersebut secara cepat. Di dalam jaringan mekanisme antagonisme jamur ini dalam menekan jamur F. oxysporum f. sp. vanillae diduga sama seperti yang terjadi secara in-vitro. Abadi dan Sudantha (2007) melaporkan bahwa mekanisme antagonisme jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. viride isolat ENDO-06 terhadap jamur F. oxysporum f. sp. vanilla dengan cara mikoparasit, antibiosis dan kompetisi ruang. Kaitan dengan ketahanan terinduksi, Abadi (2003) melaporkan bahwa ketahanan terinduksi dapat terjadi karena tanaman telah terinfeksi oleh mikroorganisme lain sebelumnya, baik dari jenis yang sama maupun dari jenis lain. Lebih lanjut Guest (2005) mengatakan bahwa ketahanan terinduksi terjadi karena kombinasi dari rintangan pasif dengan respon lokal karena adanya peristiwa matinya sel dan akumulasi antibiotik yang dapat berupa fitoaleksin.
15
Tanaman vanili sehat
Tanaman vanili sakit
Gambar 1. Tanaman vanili sehat sebagai akibat perlakuan jamur T. harzianum isolat SAPRO-07 dan endofit T. viride isolat ENDO-06 dan dan tanaman vanili sakit pada perlakuan kontrol
Koloni jamur T. viride isolat ENDO-06
Koloni jamur T. harzianum isolat SAPRO-07
Morfologi jamur T. viride isolat ENDO-06
Morfologi jamur T. harzianum isolat SAPRO-07
Gambar 2. Koloni dan morfologi jamur saprofit dan endofit Trichoderma spp. yang digunakan untuk meningkatkan ketahanan terinduksi tanaman vanili terhadap penyakit busuk batang Fusarium
Agroteksos Vol. 20 No.1, April 2010
16 KESIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: Aplikasi jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO-07, jamur endofit T. viride isolat ENDO-06 dan campuran kedua jamur antagonis ini, dan pemberian serasah daun gamal, serasah daun lamtoro dan serasah daun kopi efektif mengendalikan penyakit busuk batang dan dapat meningkatkan ketahanan terinduksi tanaman vanili terhadap penyakit busuk batang Fusarium. Saran Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat disarankam hal-hal sebagai berikut: 1.
2.
Untuk meningkatkan ketahanan terinduksi bibit dan tanaman vanili terhadap penyakit busuk batang, maka perlu penggunaan campuran jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. viride isolat ENDO-06 dengan cara perendaman stek batang dan perlakuan medium tanah. Serasah daun gamal, serasah daun lamtoro dan serasah daun kopi merupakan substrat yang baik untuk pembiakan jamur Trichoderma spp., sehingga dianjurkan ketiga tanaman tersebut digunakan sebagai pohon panjatan dan pelindung untuk tanaman vanili. UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih penulis ucapkan kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Ditjen Dikti dan Ketua Lembaga Penelitian Universitas Mataram yang telah memberikan dana Penelitian Fundamental sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian No: 028/SP2H/PP/DP2M/III/2008 tanggal 6 Maret 2008, sehingga sebagian dari data digunakan untuk menulis karya ilmiah ini. DAFTAR PUSTAKA Abadi, A. L. 1987. Biologi Ganoderma boninense Pat. Pada Kelapa Sawit (Elaes guineensis Jacq) dan Pengaruh Beberapa Mikroba Tanah Antagonistik Terhadap Pertumbuhannya. Fakultas Pasca Sarjana IPB. Disertasi (tidak dipublikasikan). 147 hal.
Sudantha : Pengaruh Aplikasi Jamur...
Abadi, A. L. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan I Edisi Pertama. Bayumedia Publishing dan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang Jawa Timur – Indonesia. 137 hal. Abadi, A. L. dan I. M. Sudantha. 2007. Pengembangan dan Aplikasi Jamur Endofit Trichoderma sp. Untuk Meningkatkan Ketahanan Terinduksi Tanaman Vanili terhadap Penyakit Busuk Batang Fusarium. Laporan Penelitian Hibah Bersaing DP2M DIKTI. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. 93 hal. Abd-El Moity, H. and M. N. Shatla.1981. Biological Control of White Rot Disease of Onion (Sclerotium cepivorum) by Trichoderma harzianum. Phytopathologiche Zeitschrift 100: 29 - 35. Arifin, I. S., B. Dahlan dan U. Dahlan. 1989. Potensi Antagonisme Jamur Tanah pada Areal tanaman Teh terhadap Jamur Ganoderma pseudoferrum in-vitro. Kongres Nasional X PFI, Denpasar Bali. Arnold, A. E., Z. Maynard, G. S. Gilbert, P. D. Coley and T. A. Kursar. 2000. A Tropical Fungal Endophytes Hyperdiverse ?. (Abstract). http://www.ingentaconnect.com/;isesionid= m0ca7cutigbp.victoria, (19 Maret 2005). Arnold, A. E., L. C. Mejia, D. Kyllo, E. I. Rojash, Z. Maynard, N. Robbins and E. A. Herre. 2003. Fungal Endophytes Limit Pathogen Damage In a Tropical Tree. PNAS vol. 100 No. 26: 15649 – 15654. Published online: Balai Laboratorium Perlindungan Tanaman Perkebunan NTB, 2003. Laporan Tahunan Balai Laboratorium Perlindungan Tanaman Perkebunan NTB. Tahun 2003. Mataram. Baker, K. F. and R. J. Cook. 1982. Biological Control of Plant Pathogens. The American Phytopathology Society. Minnessota. 433 p. Bharat, R., R. S. Upadhayay and A. K. Srivastava. 1988. Utilization of Cellulose and Gallic Acid by Litter Inhabiting Fungi and Its Possible Implication in Litter Decomposition of A Tropical Deciduous Forest, Pedobiologia. Dept. Bot. Banaes Hindu University, Varanasi, India. Budi, I. S. Mariana and Rachmadi. 2005. Exploration of Tidal Swamp Rice Endophytic Fungi from South Kalimantan and Biological Control of Rhizoctonia
17 solani. In Program and Abstract The 1st International Conference of Crop Security, Brawijaya University, Malang, September 20th – 22nd, 2005. 264 p. Brunner, F. and O. Petrini. 1992. Taxonomic Studies of Xylaria jenis and Xylariaceous Endophytes by Izozyme Electrophoresis. Mycological Research 96: 723 – 733. Cook, R. J. and K. F. Baker. 1983. The Nature and Practice of Biological Control of Plant Pathogens. The American Phytopathol. Society, St. Paul MN. 539 p. Dahlam, D. L., H. Eichenseer and M. R. Siegel. 1991. Chemical Perspectives on Endophyte-Grass Interaction and Their Implications to Insect Herbivory. In Barbosa, P., V. A. Krichil and C. G. Jones (Ed). Microbial Mediation of PlantHerbivore Interaction, Jhon Wiley & Sons Inc., New York: 227 – 252. Davis, E. C., J. B. Franklin, A. J. Shaw and R. Vilgalys. 2003. Endophytic Xylaria (Xylariaceae) Among Liverworts and Angiospermae: Phylogenetics, Distribution, and SymSAPROis. American Journal of Botany 9 (11): 1661 – 1667. Elfina, Y., Mardinus, T. Habazar dan A. Bachtiar. 2001. Studi Kemampuan Isolatisolat Jamur Trichoderma spp. yang Beredar di Sumatera Barat untuk Pengendalian Jamur Patogen Sclerotium rolfsii pada Bibit Cabai. Dalam Purwantara, A. et al. (Penyunting), Prosiding Kongres Nasional XVI dan Seminar Ilmiah PFI, di Bogor. 167 - 173. Ghimire, S. R. and K. D. Hyde, 2004. Fungal Endophyt. In Varma, A., L. Abboot, D. Werner and R. Hampp (Ed.), Plant Surface Microbiology Springer-Verlag, Berlin: 281 – 292. Guest, D. 2005. Induced Disease Resistance in Plants. In Program and Abstract The 1st International Conference of Crop Security 2005, Brawijaya University, Malang, September 20th – 22nd, 2005. 264 p. Hadar, Y.; I Chet and Y. Henis. 1979. Biological Control of Rhizoctonia solani Damping-Off with Wheat Bran Culture of Trichoderma harzianum. Phytopathology 69 ; 64 - 69. Hadisutrisno, B. 2005. Budidaya Vanili Tahan Penyakit Busuk Batang. Penerbit Penebar Swadaya, Depok. 87 p.
Irawati, A. F. C. 2005. Characterization and Hypovirulent Test of Rhizoctonia sp. from Heahlty Vanilla Roots. Paper Presented on The 1st International Conference of Crop Security 2005, Brawijaya University, Malang, September 20th – 22nd, 2005. 17 p. Lumyong, S., P. Lumyong and K. D. Hyde, 2004. Endophytes. In Jones, E. B. G., M. Tantichareon and K. D. Hyde (Ed.), Thai Fungal Diversity. Published by BIOTEC Thailand and Biodiversity Research and Training Program (BRTI/TRF. Biotec). 197 – 212. Manoch, L. 2004. Soil Fungi. In Jones, E. B. G., M. Tantichareon and K. D. Hyde (Ed.), Thai Fungal Diversity. Published by BIOTEC Thailand and Biodiversity Research and Training Program (BRTI/TRF. Biotec). 141 – 154. Moy, M., H. M. Li, R. Sullivan, J. F. White Jr, and F. C. Belanger. 2002. Endophytic Fungal β-1,6-Glucanase Expression in the Infected Host Grass. Plant Physiol. Vol. 130: 1298 – 1308. http://www.plantphysiol.org/cgi/content/ful l/130/3/1298, (18 Maret 2005). Nurawan, A., M. Tombe dan K. Matsumoto. 1995. Penelitian Daya Antagonisme Isolat Bakteri yang Diisolasi dari Rhizosfera Berbagai Jenis Tanaman Terhadap Patogen Busuk Batang Vanili. Dalam Parman et al. (Penyunting), Peran Fitopatologi dalam Pembangunan Pertanian Berkelanjutan di Kawasan Timur Indonesia. Risalah Kongres Nasional XIII dan Seminar Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia di Mataram. 356 – 359. Papavizas, G. C. 1985. Trichoderma and Gliocladium: Biology, Ecology and Potential for Biocontrol. Ann. Rev. Phytopathology 23: 23 - 54. Petrini, O. 1993. Endophyt of Pteridium spp.: Some Considerations for Biological Control. Sydowia 45: 330 –338. Redaksi Trubus, 2004. Panduan Praktis: Vanili Kiat bebas Busuk Batang. Penerbit Majalah Trubus, Jakarta. 16 hal. Ruhnayat, A. 2004. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Bertanam Vanili Si Emas Hijau nan Wangi. Agromedia Pustaka, Jakarta. 51 hal.
Agroteksos Vol. 20 No.1, April 2010
18 Sastrahidayat, I. R. 1990. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penerbit Usaha Nasional Surabaya- Indonesia. 366 hal. Sastrahidayat, I. R. 1991. Penggunaan Energi Sinar Matahari dan Mikroorganisme Untuk Menanggulangi Serangan Fusarium batatis var. vanillae Penyebab Penyakit Busuk Batang pada Tanaman Vanili di Pesemaian. Dalam Sarbini, G. et al. (Penyunting), Prosiding Kongres Nasional XI dan Seminar Ilmiah PFI di Ujung Pandang. 201 – 206. Sudantha, I. M. dan A. L. Abadi. 2006. Biodiversitas Jamur endofit Pada Vanili (Vanilla planifolia Andrews) dan Potensinya Untuk Meningkatkan Ketahanan Vanili Terhadap Penyakit Busuk Batang. Laporan Kemajuan Penelitian Fundamental Tahun Anggaran 2006 Direktorat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat DIKTI. Sudantha, I. M. 2007. Karakterisasi dan Potensi Jamur Endofit dan Saprofit Antagonistik Sebagai Agens Pengendali Hayati Jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae pada Tanaman Vanili di Pulau Lombok NTB. Disertasi Program Doktor Ilmu Pertanian pada Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang. 259 hal. Sudantha, I. M. Dan A. L. Abadi. 2007. Sinergisme Jamur Saprofit dan Endofit Antagonistik Dalam Meningkatkan Ketahanan Terinduksi Bibit Vanili
Sudantha : Pengaruh Aplikasi Jamur...
Terhadap Penyakit Busuk Batang Fusarium. Laporan Penelitian Fundamenatal DP2M DIKTI. Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Mataram 105 hal. Sukamto dan M. Tombe. 1995. Antagonisme Trichoderma viride terhadap Fusarium oxysporum f. sp. vanillae secara In-Vitro. Dalam Parman et al. (Penyunting), Peran Fitopatologi dalam Pembangunan Pertanian Berkelanjutan di Kawasan Timur Indonesia. Risalah Kongres Nasional XIII dan Seminar Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia di Mataram. 600 – 604. Sulistyowati, L., N. F. Deci and A. R. Gendall. 2005. Isolation and Sequencing of Chitinase and Glucanase Genes of Endophytic Trichoderma asperellum from Citrus Stem. In Program and Abstract The 1st International Conference of Crop Security 2005, Brawijaya University, Malang, September 20th – 22nd, 2005. 264 p. Widyastuti, S. M., Sumardi dan N. Hidayat. 1998. Kemampuan Trichoderma spp. untuk Pengendalian Hayati Jamur Akar Putih pada Acacia mangium secara In-vitro. Buletin Kehutanan No. 36. 24 – 38. Windham, M., Y. Elad and R. Baker. 1986. A Mechanism of Increased Plant Growth Induced by Trichoderma spp. Phytopathology 76: 518 – 521.