Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 21 November 2015 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor
PENERAPAN PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENGATASI MISKONSEPSI SISWA PADA PELAJARAN FISIKA DI SMA ZUMAROH*, SUGIANTO, S. LINUWIH Prodi Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang Kampus Sekaran, Kel. Sekaran, Kec. Gunung Pati, Kota Semarang 50229, Indonesia Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan adanya pengurangan miskonsepsi siswa pada pelajaran fisika dan pengaruh pendekatan Konflik Kognitif dalam mengatasi miskonsepsi dibandingkan pendekatan Konvensional Ceramah. Penelitian yang dilakukan menggunakan desain penelitian True Experimental Design dengan bentuk pretest-posttest control group design. Pengambilan data menggunakan metode dokumentasi dan metode tes dengan bentuk pilihan ganda dua tingkat (multiple choice two-tier). Teknik analisis data menggunakan uji-t satu pihak, uji n-gain, dan analisis per item soal data posttest. Hasil analisis data derajat miskonsepsi dengan uji-t menunjukkan bahwa thitung < ttabel, maka rata-rata miskonsepsi kelas eksperimen lebih kecil dari kelas kontrol. Dari hasil uji n-gain untuk kelas kontrol diperoleh n-gain sebesar 0,17 (rendah) dan kelas eksperimen sebesar 0,35 (sedang). Pada analisis per item soal data posttest diperoleh penurunan miskonsepsi kelas eksperimen sebesar 49,24% sedangkan kelas kontrol sebesar 17,66%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan Konflik Kognitif mempunyai pengaruh yang signifikan dalam mengurangi miskonsepsi siswa pada pelajaran fisika. Kata kunci : Konflik Kognitif, Miskonsepsi, Pemahaman Konsep Abstract. This research was aimed to decrease student’s misconceptions and to determine whether or not a Cognitive Conflict approach has a significant influence than Speech Conventional approach. This research was used True Experimental Design with pretest-posttest control group design. Collecting data used documentation method and multiple choice tests with two levels (two-tier multiple choice). Data were analyzed using t-test one hand, the n-gain test, and analysis of data per item about posttest. Results of the data analysis of the degree of misconceptions by t-test showed that t count < t table, then the average misconceptions experiment class is smaller than the control class. From the test results for the n-gain control class derived n-gain of 0.17 (low) and the experimental class of 0.35 (moderate). In the analysis of data per item about posttest obtained experimental class misconceptions decrease of 49.24% while the control class is 17.66%. It can be concluded that the Cognitive Conflict approach has a significant effect in reducing misconceptions students in physics. Keywords : Cognitive Conflict, Misconceptions, Understanding Concepts
1. Pendahuluan Fisika merupakan salah satu cabang ilmu alam yang dipandang penting untuk diajarkan karena fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari dan membekali peserta didik berupa pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki *
email :
[email protected] FP-68
Penerapan Pendekatan Konflik Kognitif melalui Metode Inkuiri Terbimbing …
FP-69
jenjang pendidikan yang lebih tingi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Siswa dituntut dapat menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai ketrampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi [5]. Berdasarkan obeservasi yang dilakukan peneliti di SMA 2 Kudus kelas X peminatan M-IPA, peneliti menemukan bahwa fisika masih dipandang sebagai pelajaran yang sulit dipahami. Siswa cenderung hanya menerima dan mengingat tanpa memahami maksud dan tujuan dari proses pembelajarantersebut, sehingga berdampak pada pencapaian hasil belajar yang tidak sesuai dengan harapan menjadi tanda bahwa siswa mengalami kesulitan belajar. Suwarto (dalam Handayani) [3] menyatakan bahwa siswa dapat mengalami kesulitan belajar secara kompleks dan banyak faktor yang menyebabkan hal itu terjadi. Salah satu bentuk kesulitan belajar adalah miskonsepsi. Penelitian tentang miskonsepsi dalam fisika sebagaimana yang dikemukakan oleh Berg [1] bahwa siswa tidak memasuki pelajaran fisika dengan kepala kosong yang dapat diisi dengan pengetahuan fisika. Siswa sudah memiliki intuisi dan “teori siswa” mengenai peristiwa-peristiwa fisika dalam kehidupan sehari-hari. Belum tentu intuisi dan teori yang terbentuk begitu benar. Rupanya kebanyakan siswa secara konsisten mengembangkan konsep fisika yang salah secara tidak sengaja terus menerus mengganggu pelajaran fisika. Salah konsep yang terus menerus tersebut jika selalu muncul dan sulit diperbaiki maka akan menjadi miskonsepsi. Berg [1] mendefinisikan miskonsepsi sebagai pertentangan atau ketidakcocokan antara konsepsi yang dipahami siswa dengan konsepsi para fisikawan. Biasanya miskonsepsi menyangkut kesalahan siswa dalam pemahaman hubungan antar konsep. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep dan mengatasi miskonsepsi siswa pada mata pelajaran fisika adalah Konflik Kognitif. Seperti teori ilmuwan dalam fisika, “teori siswa” juga dapat diuji. Misalnya siswa diminta untuk berhipotesis, kemudian diminta untuk demonstrasi atau praktikum. Jika hasil yang didapat tidak sesuai dengan hipotesis mereka, maka siswa akan menghadapi Konflik Kognitif yang dapat menghasilkan perubahan jaringan konsep dalam jaringan otak siswa. Perubahan jaringan konsep inilah yang akan mendorong siswa untuk mengasimilasikan dan mengakomodasikan pengetahuan baru yang didapat. Menurut Supliadi [8] ketika pengetahuan seseorang bertambah maka akan terjadi keseimbangan kognitif yang lebih tinggi melalui asimilasi dan akomodasi. Secara spesifik Euwe Van Den Berg dalam penelitiannya menyatakan bahwa pendekatan Konflik Kongnitif dalam pembelajaran fisika cukup efektif untuk mengatasi miskonsepsi pada siswa dalam rangka membentuk keseimbangan ilmu yang lebih tinggi. Pendekatan Konflik Kognitif adalah seperangkat kegiatan pembelajaran dengan mengkomunikasikan dua atau lebih rangsangan berupa sesuatu yang berlawanan atau berbeda kepada peserta didik agar terjadi proses internal yang intensif dalam rangka mencapai keseimbangan ilmu pengetahuan yang lebih tinggi [6].
F
FP-70
Zumaroh dkk
Salah satu metode pembelajaran yang dapat membantu pendekatan Konflik Kognitif mengatasi miskonsepsi dan menguatkan konsep siswa pada pelajaran fisika adalah Metode Inkuiri Terbimbing (Guided-Inquiry Method). Pada pelaksanaannya, sebelum menerapkan metode Inkuiri Terbimbing, pembelajaran diawali dengan memberikan peragaan fisika sederhana untuk mengetahui pengetahuan siswa yang mengalami miskonsepsi. Dalam menunjukkan konsep yang sebenarnya, maka siswa akan mengalami Konflik Kognitif dalam otaknya antara konsepsi yang dimiliki dengan konsepsi baru dari peragaan tersebut. Dalam hal ini guru akan mudah mengatasi miskonsepsi dengan metode Inkuiri Terbimbing. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk menentukan adanya pengurangan miskonsepsi siswa pada pelajaran fisika dan (2) pengaruh pendekatan Konflik Kognitif dalam mengatasi miskonsepsi dibandingkan pendekatan Konvensional Ceramah. 2. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA 2 Kudus pada semester 2 Tahun Ajaran 2014/2015. Subjek penelitian terdiri atas dua kelas yaitu kelas XI MIA 1 sebagai kelas kontrol dan kelas XI MIA 3 sebagai kelas eksperimen. Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah alat-alat optik. Desain penelitian yang digunakan adalah True Experimental Design dengan bentuk Pretest-Posttest Control Group Design yaitu desain penelitian yang membagi subyek penelitian menjadi dua kelas yaitu kels kontrol dan kelas eksperimen. Metode peengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan dokumentasi dan tes. Metode tes digunakan untuk mengukur aspek kognitif siswa. Tes yang digunakan adalah tes Pilihan Ganda Dua Tingkat (Multiple Choice Two-Tier). Analisis data kuantitatif digunakan untuk menganalisis peningkatan hasil pemahaman siswa dan penurunan miskonsepsi. Perbedaan skor pretest dan posttest diuji signifikansi statistiknya dengan uji-t, sedangkan penurunan miskonsepsi diukur dengan uji n-gain dengan kategori tinggi (g>0,7), sedang (0,3
Penerapan Pendekatan Konflik Kognitif melalui Metode Inkuiri Terbimbing …
FP-71
3. Hasil dan Pembahasan Hasil analisis data tahap awal sebelum penelitian yang diperoleh dari nilai fisika semester gasal kelas X peminatan M-IPA Tahun dapat dilihat pada gambar 1.
Nilai Rata-rata Semester Gasal
70 68 66 Nilai Rata-rata
64 62 60 X MIA 1
X MIA 2
X MIA 3
Gambar 1. Nilai rata-rata mata pelajaran fisika semester gasal kelas X peminatan M-IPA tahun pelajaran 2014/2015
Hasil Belajar
Hasil analisis data akhir merupakan hasil pengujian terhadap data yang diperoleh dari tes hasil belajar yang diberikan pada dua kelas sampel setelah diberi perlakuan yang berbeda. Pada penelitian ini, data yang diperoleh yaitu data hasil belajar dan derajat miskonsepsi sebelum perlakuan (pretest) dan hasil belajar dan derajat miskonsepsi setelah perlakuan (posttest). 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Pre-test
Post-test
Gambar 2. Perbandingan hasil belajar sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan
Derajat Miskonsepsi
50 40 30
Kelas Kontrol
20
Kelas Eksperimen
10 0 Pre-test
Post-test
Gambar 3. Perbandingan derajat miskonsepsi sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan
Hasil analisis kenormalan pretest dari kelas eksperimen diperoleh sebesar 0,600 dan harga dengan dk=6-3=3 dan taraf signifikansi 5% adalah 7,81. Hasil analisis kenormalan derajat miskonsepsi dari kelas eksperimen
F
FP-72
Zumaroh dkk
sebesar 7,341 dan harga dengan dk=6-3=3 dan taraf signifikansi 5% adalah 7,81. Hasil analisis kenormalan pretest dari kelas kontrol diperoleh sebesar 2,485 dan harga dengan dk=6-3=3 dan taraf signifikansi 5% adalah 7,81. Hasil analisis kenormalan derajat miskonsepsi dari kelas kontrol sebesar 2,409 dan harga dengan dk=6-3=3 dan taraf signifikansi 5% adalah 7,81. Hasil analisis uji normalitas derajat miskonsepsi sampel setelah posttest dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Analisis Uji Normalitas Derajat Miskonsepsi Kelas Eksperimen Kontrol
Kriteria 4,24 2,82
7,81 7,81
Normal Normal
Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh diperoleh untuk setiap data lebih kecil dari , hal ini berarti data tersebut berdistribusi normal. Karena data berdistribusi normal maka uji selanjutnya menggunakan statistik parametrik. Berdasarkan hasil uji t derajat miskonsepsi diperoleh dan dengan taraf signifikansi 5%, dk =26+26–2=50 diperoleh , dengan demikian , maka Ho diterima. Oleh karena Ha ditolak berarti ratarata miskonsepsi kelas eksperimen lebih kecil daripada kelas kontrol. Dengan demikian pendekatan Konflik Kognitif mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap miskonsepsi fisika. Hasil analisis uji normalitas data posttest sampel setelah dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Analisis Uji Normalitas Data Posttest Kelas Eksperimen Kontrol
4,716 6,251
7,81 7,81
Kriteria Normal Normal
Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh diperoleh untuk setiap data lebih kecil dari , hal ini berarti data tersebut berdistribusi normal. Karena data berdistribusi normal maka uji selanjutnya menggunakan statistik parametrik. Berdasarkan hasil uji perbedaan dua rata-rata data posttest diperoleh dan dengan taraf signifikansi 5%, dk =26+26-2=50 diperoleh . Dengan demikian , maka hipotesis Ho ditolak. Oleh karena Ho ditolak berarti rata-rata gain kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Dengan demikian pendekatan Konflik Kognitif mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar fisika.
Penerapan Pendekatan Konflik Kognitif melalui Metode Inkuiri Terbimbing …
FP-73
n-gain
Uji n-gain dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah peningkatan pemahaman konsep dari hasil belajar pendekatan Konflik Kognitif lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hasil uji n-gain pada penelitian dapat dilihat pada Gambar 4. 0,4 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 0,05 0
Rata-rata gain dinormalisasi
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Gambar 4. Perbandingan rata-rata gain dinormalisasi kelas eksperimen dan kelas kontrol
Uji rata-rata gain dinormalisasi ini menggunakann data posttest. Berdasarkan hasil uji rata-rata gain dinormalisasi data post-test diperoleh untuk kelas kontrol dan untuk kelas eksperimen. Hal ini menunjukkan bahwa skor rata-rata gain normalisasi kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Dengan demikian pendekatanKonflik Kognitif melalui metode Inkuiri Terbimbing mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar fisika. Hasil posttest antara siswa yang mendapatkan pembelajaran pendekatan Konflik Kognitif melalui metode Inkuiri Terbimbing dengan siswa yang mendapat pembelajaran pendekatan Konvensional Ceramah ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-Rata Persentase Posttest Pemahaman Siswa yang Mendapatkan Pembelajaran Pendekatan Konflik Kognitif dan Siswa yang Mendapat Pembelajaran Pendekatan Ceramah No.
Derajat Pemahaman
1. 2. 3.
Memahami Miskonsepsi Tidak Memahami
Rata-rata (%) Eksperimen 53,85 22,75 23,30
Kontrol 36,92 35,38 27,69
Berdasarkan Tabel 3. diperoleh miskonsepsi yang terjadi pada siswa yang diajarkan dengan pendekatan Konflik Kognitif sebesar 22,75, lebih kecil dibandingkan dengan miskonsepsi yang terjadi pada siswa yang diberi perlakuan berupa pembelajaran dengan metode diskusi yang besarnya 35,38. Hal ini karena pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Konflik Kognitif dapat membantu proses asimilasi sehingga dapat membentuk keseimbangan ilmu yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Berg [1] bahwa metode Konflik Kognitif dalam pembelajaran akan sangat membantu proses asimilasi menjadi lebih efektif dan bermakna dalam pergulatan intelektualitas siswa.
F
FP-74
Zumaroh dkk
Suparno (2013) [7] menyatakan bahwa pengetahuan yang sudah dipunyai guru fisika tidak dapat begitu saja dipindahkan ke dalam otak siswa, namun dikonstruksi sendiri oleh siswa. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih ada guru fisika dalam proses belajar mengajar dengan cara memindahkan pengetahuan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa, dengan demikian siswa dianggap sebagai penerima pengetahuan yang pasif. Hal ini mengakibatkan dalam pembelajaran siswa merasa bosan bahkan jenuh. Kondisi yang seperti ini sudah pasti tidak dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika apalagi menerapkan konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari. Siswa akan cenderung menghafal materi yang diberikan oleh guru. Pada kelas eksperimen siswa dituntut aktif dalam pembelajaran. Peneliti menerapkan pendekatan Konflik Kognitif melalui metode Inkuiri Terbimbing. Metode Inkuiri Terbimbing dapat digunakan untuk membantu siswa dalam proses asimilasi. Inkuiri Terbimbing memberikan siswa pengalaman yang nyata dan aktif sehingga siswa dapat mengaitkan konsep dasar yang sudah ada dengan konsep baru berdasarkan pemahaman sendiri tentunya dengan bimbingan pendidiknya. Siswa menjadi memiliki pemahaman yang lebih terhadap konsep yang dipelajari melalui metode Inkuiri Terbimbing. Melalui metode Inkuiri Terbimbing ini, siswa dapat berperan aktif, kreatif, dan berfikir kritis terhadap proses pengamatan sehingga pembelajaran akan semakin bermakna. Adanya kegiatan demonstrasi dan eksperimen membuat siswa semangat mengikuti pelajaran. Apalagi dalam silabus kurikulum 2013 pada materi alat optik, siswa dituntut untuk dapat menciptakan produk pada akhir pembelajaran. Pada awal pertemuan peneliti menemukan adanya miskonsepsi bahwa siswa menganggap adanya kesamaan prinsip kerja mikroskop dan teropong. Dalam hal ini, peneliti menggunakan metode Inkuiri Terbimbing dengan produk akhir siswa diajak berkreasi untuk membuat teropong sederhana dan memaparkan prinsip kerja teropong yang mereka buat. Tentunya hal ini dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa sehingga berpengaruh terhadap pengurangan miskonsepsi yang dialami siswa. Setidaknya siswa sekarang dapat merasakan sendiri bagaimana prinsip kerja teropong, cara membuat teropong yang baik dan benar, serta siswa memiliki pengalaman pembelajaran yang bermakna. Pada kelas kontrol, sebagian besar siswa sangat hiperaktif sehingga sering berbicara sendiri dengan temannya saat pembelajaran. Meskipun dalam pembelajaran pada kelas kontrol tidak selalu dengan ceramah bahkan diselingi juga oleh tanya jawab dan diskusi, namun sebagian besar siswa tidak tertarik dan memilih untuk bercanda dan berbicara sendiri dengan temannya. Siswa yang aktif hanya siswa tertentu saja sehingga sebagian besar siswa kurang mampu menyelesaikan atau menguasai materi yang disampaikan. Nilai post-test kelas kontrol juga hanya mengalami sedikit peningkatan, sehingga hasil belajar yang diperoleh kurang maksimal.
Penerapan Pendekatan Konflik Kognitif melalui Metode Inkuiri Terbimbing …
FP-75
Seperti pada penelitian Kang et al. (2010) [4] yang meneliti bahwa Konflik Kognitif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan konsep siswa. Penelitian Toka & Askar (2002) [9] juga menunjukkan Konflik Kognitif lebih baik dalam mengurangi miskonsepsi. Persentase derajat pemahaman siswa yang terdiri dari memahami, miskonsepsi, dan tidak memahami pada data pretest dan posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen secara keseluruhan siswa pada kelas eksperimen mengalami penurunan miskonsepsi yang cukup signifikan. Hal ini didukung juga dengan hasil uji n-gain kelas eksperimen sebesar 0,35 berkategori sedang dan penurunan derajat miskonsepsi dari 40,88% menjadi 22,75%. Namun, tidak semua soal pada instrumen dapat menurunkan miskonsepsi siswa dengan baik. Ada beberapa soal yang tidak menurunkan miskonsepsi, ada beberapa soal yang menurunkan miskonsepsi siswa tetapi tidak cukup signifikan, bahkan ada juga soal yang justru menaikkan miskonsepsi siswa. Pada kelas eksperimen, untuk soal nomor 19, tidak mengalami penurunan atau kenaikan miskonsepsi. Sedangkan pada soal nomor 9, 13, 18, 23, 25, dan 27 justru terjadi peningkatan miskonsepsi. Dalam hal ini peningkatan miskonsepsi tertinggi terdapat pada soal nomor 18. Hal ini disebabkan siswa beranggapan bahwa sinar-sinar hasil pembiasan yang membentuk bayangan oleh lensa negatif dilihat di depan mata, tentu hal ini tidak benar karena seharusnya bayangan yang dilihat berada di depan lensa negatif tersebut. Sebagai hasil dari penelitian, peneliti menyadari bahwa hasil yang dicapai belum maksimal sepenuhnya. Pada kelas eksperimen ketuntasan klasikal siswa hanya 35% dan kelas kontrol 0%. Hal ini dikarenakan dalam mengurangi miskonsepsi peneliti hanya memiliki waktu 2 minggu. Sedangkan kita ketahui bahwa miskonsepsi bukanlah hal yang mudah untuk dikurangi apalagi dihilangkan. Akan tetapi setidaknya miskonsepsi yang berkurang pada kelas eksperimen sudah baik sehingga dapat dikatakan bahwa pendekatan Konflik Kognitif memiliki pengaruh yang signifikan dalam mengurangi miskonsepsi siswa. Tidak ada metode mengajar yang paling baik karena setiap metode mengajar memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun dalam pemilihan metode hendaknya disesuaikan dengan situai dan kondisi serta pokok bahasan yang akan disampaikan. Oleh karena itu, guru harus cermat dalam menentukan metode belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan penerapan pendekatan Konflik Kognitif menunjukkan mengalami lebih sedikit miskonsepsi dibandingkan dengan pembelajaran Konvensional pada kelompok kontrol.
F
FP-76
Zumaroh dkk
4. Kesimpulan Pendekatan Konflik Kognitif dapat mengurangi miskonsepsi siswa pada pelajaran fisika. Dalam hal ini terlihat adanya penurunan rata-rata miskonsepsi siswa pada kelas eksperimen sebanyak 42,67%. Penurunan rata-rata miskonsepsi siswa pada kelas kontrol sebanyak 18,07%. Berdasarkan perhitungan uji gain dinormalisasi menyatakan nilai n-gain kelas eksperimen sebesar 0,35 (sedang) sedangkan nilai n-gain kelas kontrol sebesar 0,17 (rendah). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata pemahaman konsep siswa kelas eksperimen lebih besar daripada pemahaman konsep siswa kelas kontrol. Ucapan terima kasih Ucapan terimakasih ditujukan kepada Jurusan Fisika Universitas Negeri Semarang yang telah membantu untuk pelaksanaan penelitian ini dan dosen-dosen pembimbing peneliti yang telah memberikan saran dan bantuan selama penelitian ini. Daftar Pustaka 1. Berg, E.V.D. 1991. Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana. 2. Hake, R. R. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. Dept. of Physics, Indiana University 24245 Hatteras Street, Woodland Hills, CA, 91367 USA. 3. Handayani, S.L. 2014. Pengembangan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Tiga Tingkat untuk Menentukan Profil Miskonsepsi Siswa SMA Materi Optik. Tesis. Semarang : Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang. 4. Kang, H., Scharmann, L.C., Kang, S., Noh, T. 2010. Cognitive Conflict and Situational Interest as Factors Influencing Conceptual Change. International Journal of Environmental and Science Education, 5 (4), 383-405. 5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. 2006. Jakarta. 6. Sugiyanta. 2008. Pendekatan Konflik Kognitif dalam Pembelajaran Fisika. Widyaiswara LPMP DIY. 7. Suparno, P. 2013. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta : Grasindo. 8. Supliadi. 2011. Penerapan Strategi Konflik Kognitif dalam Pembelajaran Listrik Dinamis. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang. 9. Toka, Y., & Peter A. 2002. The Effect of Cognitive Conflict and Conceptual Change Text on Student’s Achievement Related to First Degree Equation with One Unknown. International Journal Hacettepe Universitesi Egitim Fakultesi Dergisi, 23, 211-217.