PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DENGAN MEDIA PHYSICS HEARTS CARD PADA MATERI MOMENTUM DAN IMPULS
Oleh, Lilis Sugiyarni NIM: 192009016
TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2014
i
ii
iii
iv
PESAN “ Sahabat adalah Cinta , tiada Kata Seindah Persahabatan”
So Remember Me I Will Remember You
v
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Skripsi ini ditulis dan disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Fisika di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Penulis menyadari penuh, bahwa keberhasilan yang dicapai untuk menyelesaikan tugas akhir ini tidak lepas dari dukungan serta bantuan dari berbagai pihak disekitar penulis yang sangat penulis hormati, kasihi dan sayangi. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Keluarga tercinta Bapak, Ibuk dan semua saudaraku yang sangat penulis cintai. Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku dan keluarga. Terima kasih atas semua dukungan dan doanya. 2. Ibu Marmi Sudarmi selaku pembimbing I dan Ibu Debora Natalia Sujidto selaku pembimbing II yang penulis hormati yang sudah bersedia menyediakan waktu, tenaga, membimbing, memotivasi penulis dengan penuh kesabaran dalam penyusunan skripsi sampai selesai, serta maaf jika saat bimbingan membuat kesal Ibu. 3. Kepala SMA Islam Sudirman Ambarawa dan Ibu Aidat selaku guru bidang studi fisika yang penulis hormati yang sudah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengambil sampel untuk penelitian. 4. Siswa kelas XI IPA I SMA Islam Sudirman Ambarawa yang sudah mau menjadi sampel dan terimakasih atas kerjasamanya selama penelitian. 5. Segenap Dosen Pengajar Pogram Studi Pendidikan Fisika, terima kasih atas semuanya yang penulis dapatkan selama perkuliahan. 6. Laboran Fisika UKSW. Mas Tri, Pak Tafip dan Mas Sigit terima kasih untuk bantuannya selama ini. 7. Sahabat yang selalu berada disamping penulis untuk selalu menolong dan mendukung penulis, Erma, Tiyas, Devi, Yanti, Marta, Sahidah, Septri, Shinta, Riska. Terima kasih untuk segalanya, kau sahabat terbaik yang selalu ada untukku saat suka dan duka. 8. Teman-teman pendidikan fisika angkatan 2009. kebersamaannya dan kerja samanya selama 4 tahun ini.
Terima
kasih
atas
9. Adik-adik dan kakak angkatan Pendidikan Fisika yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu namanya terima kasih atas dukungan dan bantuannya.
10. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu namanya yang turut dan terlibat dalam penyusunan tugas akhir ini.
vi
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun penulis harapkan dari pembaca untuk hasil yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Apabila ada kata-kata yang kurang berkenan, penulis minta maaf. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan dan semoga kita semua selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. Salatiga, Januari 2014
Penulis
vii
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DENGAN MEDIA PHYSICS HEARTS CARD PADA MATERI MOMENTUM DAN IMPULS
Lilis Sugiyarni, Marmi Sudarmi, Debora Natalia Sudjito Program studi Pendidikan Fisika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana Jln. Diponegoro 52 – 60 Telp.(0298)7100396 Salatiga 50711 Salatiga Jawa Tengah Email :
[email protected] ABSTRAK Dalam kegiatan belajar mengajar, penggunaan metode ceramah di sekolah-sekolah saat ini masih mendominasi. Selain itu penerapan sistem rangking yang masih diterapkan disekolah memunculkan sikap individual dan kompetisi negatif diantara siswa tanpa adanya kerja sama. Mengingat pentingnya sikap kerja sama, menciptakan pembelajaran kreatif dan menyengankan maka dibutuhkan metode pembelajaran yang mencangkup hal tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan menerapan Pembelajaran Kooperatif tipe TGT dengan media physics hearts card untuk meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa dengan mengembangkan permainan physics hearts card pada bagian konsolidasi. Metode penelitian yang dipakai adalah PTK. Sampel yang digunakan siswa SMA kelas XI, dengan materi momentum dan impuls. Penelitian ini diawali dengan pembelajaran sesuai RPP kemudian pada tahap konsolidasi siswa melakukan tournament menggunakan permainan physics hearts card. Dalam permainan semua siswa berpasangan mengerjakan soal dengan berdiskusi antar pasangana dan berdiskusi dengan pasangan lain saat membacakan jawabannya dalam satu tim. Pada akhir pembelajaran guru memberika tes evaluasi kepada semua siswa untuk mengetahui hasil belajar siswa dan kuisioner untuk mengetahui tanggapan siswa tentang metode pembelajaran yang diberikan. Hasil penelitian didapatkan 94 % siswa mendapat nilai 7 untuk tes. Selain itu pada aspek afektif kelas mencapai batas kriteria yang ditentukan yaitu 70% siswa melakukan kegiatan kerjasama dengan baik.
Kata kunci : Cooperative learning, TGT, Hearts card. I.
PENDAHULUAN Dalam kegiatan belajar mengajar, penggunaan metode ceramah di sekolahsekolah saat ini masih mendominasi. Menurut Muhibbin Syah (2000), metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Penggunaan metode ceramah yang terlalu lama saat proses pembelajaran mengakibatkan siswa menjadi bosan dan tidak ada kerjasama atau interaksi yang terjalin antar siswa. Menurut Sriyono (1992), guru hendaknya menciptakan suasana kerjasama antar siswa sehingga pelajalan yang diberikan lebih efektif dan efisien. Selain itu penerapan sistem rangking yang masih diterapkan disekolah memunculkan sikap individual dan kompetisi negatif diantara siswa tanpa adanya kerja sama. Hal tersebut mengakibatkan rendahnya kemampuan siswa saat bersosialisasi di lingkungan 1
masyarakat. Mengingat pentingnya sikap kerja sama dan menciptakan suasana belajar yang menyengankan maka dibutuhkan metode pembelajaran yang mencangkup hal tersebut. Metode tersebut adalah cooperative learning. Guru dapat menggunakandan dan mengembangkan metode cooperatif learning yang telah ditemukan oleh para ahli, tetapi masalahnya guru kesulitan dalam mengembangkan metode cooperatif learning dan membuat RPPnya. RPP model cooperative learning sudah banyak dikembangkan oleh beberapa mahasiswa pendidikan fisika UKSW diantaranya model Group Investigation oleh Sahidah, model TGT (Teams Game Tournament) oleh Rahayu. Untuk melengkapi RPP cooperative learning yang telah dibuat. Dalam penelitian ini dibuat RPP metode Cooperative Learning (CL) tipe Team Games Tournament (TGT) dengan media Physics Hearts Card agar siswa dapat bekerja sama dalam sebuah permainan untuk memecahkan masalah mengenai materi momentum dan impuls. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat desain cooperative learning tipe TGT dengan media Physics Hearts Card yang dapat memberikan pengaruh dalam menumbuhkan sikap kerja sama antar siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa. Manfaat penelitian ini bagi guru adalah membantu mengembangkan metode yang sudah ada serta memberikan contoh penerapan metode Cooperative Learning (CL) tipe TGT dengan media Physic Hearst Card dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada materi momentum dan impuls. Sedangkan manfaat bagi siswa adalah menumbuhkan sikap kerja sama antar siswa dalam belajar dan minat belajar untuk berfikir kreatif. II.
BAHAN DAN METODE
a. Cooperative Learning (CL) tipe Teams Games Tournament (TGT) Cooperatif Learning (CL) adalah motode pembelajaran dimana siswa belajar bersama dalam kelompok. Dimana didalam kelompok akan tumbuh rasa saling membantu, toleransi, tanggung jawab, menghargai pendapat satu sama lain. Metode CL membantu peserta didik dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya dalam bermasyarakat. Guru didalam CL sebagai moderator dan fasiitator. Salah satu tipe metode CL adalah Teams Games Tournament (TGT) dimana didalam TGT terdiri 5 komponen utama, yaitu: presentasi didepan kelas, belajar dengan tim, permainan, pertandingan dan penghargaan kelompok. b. Permainan kartu remi (hearts card) sebagai media pembelajaran Permainan kartu remi (hearts card) adalah permainan yang dimainkan empat orang. Permainan hearts dapat ditemukan di dalam komputer. Dalam penelitian ini mengadopsi permainan kartu remi pada umumnya, namun terdapat beberapa modifikasi untuk kepentingan pembelajaran yaitu dalam setiap selesai satu babak permainan semua pemain mengerjakan soal. Perangkat permainan ini diantaranya satu set kartu remi, kartu soal, dan kartu jawaban. Kartu soal berisi soal-soal fisika yang sesuaikan dengan pokok bahasan atau kompetensi yang akan dipelajari, sedangkan kartu jawaban berisi serangkaian kunci jawaban sesuai dengan kartu soal yang tersedia.
2
c. Metode Pembelajaran Kooperatif Physics Hearts Card Game ‘Physics Hearts Card Game” merupakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan menggunakan media permainan satu set kartu remi yang dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Langkah–langkah pembelajaran secara umum : 1. Melakukan pembelajaran sesuai RPP dengan metode discovery. 2. Pada bagian konsolidasi siswa melakukan tournament mengunakan physics hearts card. Guru membentuk siswa menjadi 4 kelompok dan menunjuk 2 siswa sebagai juri, lihat gambar 1. Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Juri A1A2 A3A4
B1B2 B3B4
C1C2 C3C4
D1D2 D3D4
A3
A3
A3
A3
E1 E2
Gambar1. Posisi siswa saat dalam kelompok A3 ke tim 1 dan tim 2 untuk mengikuti 3. Setiap kelompok mengirimkan 2 anggotanya pertandingan, lihat gambar 2.
Gambar 2. Posisi siswa saat pertandingan. Langkah Permainan Perhatikan Tim 1: a. Juri mengocok satu set kartu remi dan membagikan kepada pasangan pemain A1A2, B1B2, C1C2 dan D1D2 sampai kartu habis, sehingga setiap pasang pemain mendapat 13 kartu remi. b. Pasangan pemain yang memiliki kartu keriting angka 2 misalnya A1A2, meletakkan kartu tersebut di meja permainan. c. Pemain disebelah kirinya mengeluarkan kartu keriting dengan angka yang berbeda, apabila tidak memiliki kartu keriting boleh mengeluarkan kartu lain. Sampai pasangan keempat yang mengeluarkan kartu. d. Juri menentukan pasangan pemain yang berhak mengambil keempat kartu yang ada di meja permainan (pemain yang mengambil kartu tersebut mendapat bonus tambahan 5 poin). Caranya pasang pemain yang mempunyai kartu paling besar di meja meja permainan. Keempat kartu tersebut tidak dapat digunakan lagi dalam permainan. e. Juri memberikan soal yang sama kepada A1A2, B1B2, C1C2 dan D1D2. - A1A2, B1B2, C1C2 dan D1D2 berdiskusi mengerjakan soal dalam waktu 1-3 menit. - Setelah semua selesai mengerjakan soal, setiap pasangan pemain membacakan jawabannya.
3
A1A2, B1B2, C1C2 dan D1D2 berhak menyanggah atau menyetujui jawaban masing –masing pasangan dan juri bertindak sebagai hakim saat jalannya diskusi. - Jika jawaban keempat pasangan pemain salah atau dalam waktu 1-3 menit tidak bisa menjawab soal maka juri akan menjelaskan jawabannya sesuai kunci jawaban yang diberikan oleh guru. - Juri mencatat poin yang didapat setiap pasangan. Jawaban benar mendapat 20 poin dan jawaban salah o poin. Pasangan pemain yang menyimpan keempat kartu memulai permainan baru dengan meletakkan kartu sembarang di meja permainan. Juri memberikan soal yang sama kepada A1A2, B1B2, C1C2 dan D1D2. Demikian seterusnya sampai 13 kartu yang dimiliki setiap pasangan pemain habis. Permainan yang sama berlaku untuk tim 2. Juri merekap poin yang didapat tiap kelompok misalnya untuk kelompok 1 poin yang didapat A1A2 dengan A3A4 dijumlahkan. Kelompok yang mendapat poin tertinggi sebagai pemenang dan mendapat hadiah. -
f. g. h. i. j.
d. Penelitian tindakan kelas (PTK) Metode penelitian yang dipakai adalah PTK guru sebagai peneliti. Penelitian Tindakan Kelas memiliki peranan penting untuk meningkatkan mutu pendidikan. Tujuan keberhasilan PTK dilaksanakan dalam empat tahapan yaitu planing, action, observation dan reflection. Manfaat dari hasil PTK adalah sebagai inovasi pendidikan yang tumbuh dari bawah dan pengembangan kurikulum [6]. e. Momentum dan Impuls Momentum dan impuls merupakan besaran vektor. F v1
v2
Δt Gambar 3. Benda bermassa m dipukul dengan gaya F . Dalam selang waktu singkat
t , kecepatan benda berubah dari v1 menjadi v2 . Sesuai dengan Hukum II Newton:
Jika, a
F. t m. v
v v Jadi F m . t t F . t m. v I p I (Impuls). p (Perubahan Momentum).
4
Keterangan: F = gaya (Newton), m = massa (kg), a = percepatan (m/ s2), v = kecepatan ( m/s), t = waktu (sekon), I = impuls (N.s),
p =perubahan momentum (kg m/s).
f.
Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah PTK. Sampel yang digunakan adalah siswa kelas XI SMA yang berjumlah 18 siswa. Materi semester yang dipilih adalah momentum dan impuls. Alat pengumpul data yang digunakan yaitu : (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode discovery CL tipe TGt, (2) Perangkat permainan Physics Hearts Card Game, (3) Lembar penilaian afektif siswa sebagai komponen CL, (4) Soal evaluasi (Post Test) yang diberikan pada akhir pembelajaran, (5) Kuesioner untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan. Data yang dikumpulkan terdiri dari: (1) Isian lembar penilaian afektif siswa, (2) Jawaban post test siswa, (3) Hasil isian lembar kuesioner siswa. Penelitian ini memiliki 3 prosedur, yaitu : Tahap Perencanaan, perangkat – perangkat pembelajaran yang disiapkan adalah RPP materi momentum dan impuls, permainan physics hearts card game beserta kartu soal dan kunci jawaban, lembar penilaian afektif siswa, lembar evaluasi (post test), dan lembar kuesioner. Tahap Pelaksanaan, kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai RPP, permainan physics hearts card dilaksanakan di bagian konsolidasi dan diamati oleh observer yang bertugas mengisi lembar penilaian afektif tiap siswa. Setelah pembelajaran berakhir, guru memberikan lembar evaluasi (post test) kepada setiap siswa untuk mengukur keberhasilan pemahaman siswa pada materi yang telah diterima saat proses pembelajaran. Pada akhir pertemuan, guru memberikan kuesioner kepada siswa guna mengetahui tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan. Tahap Refleksi, hasil evaluasi (post test) dijadikan patokan tingkat keberhasilan pembelajaran. Jika 70% siswa sudah memenuhi standar nilai minimal 70, maka pembelajaran dinyatakan berhasil. Untuk hasil penilaian afektif, jika rata-rata keaktifan kelas mencapai minimal 70% siswa melakukan aspek afektif, maka penelitian ini dihentikan. Untuk hasil kuisioner, bila 70% siswa menjawab dengan respon positif, maka metode CL dinyatakan berhasil. Jika kriteria keberhasilan penelitian belum tercapai, maka penelitian diulang sampai kriteria yang ditentukan tercapai. III.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2013, di SMA Islam Sudirman Ambarawa. Sampel penelitian adalah 18 siswa kelas XI. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dilampirkan pada paper ini menggunakan metode discovery
5
dan Cooperative Learning tipe TGT (teams game tournament) dengan media Physics Hearts Card. a. Kegiatan awal Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan guru membentuk siswa menjadi 4 kelompok (lihat gambar 1). Guru memberikan motivasi dengan memberi pertanyaan kepada siswa “pernahkah kalian melihat kecelakaan di mana mobil bertabrakan dengan motor?”, semua siswa menjawab (pernah). Kemudian guru bertanya “mana yang lebih parah?” semua siswa menjawab (motor). Guru menginformasikan kepada siswa, ketika mobil dan motor bergerak, keduanya memiliki momentum. Saat mobil dan motor bertabrakan, masing-masing mendapat impuls. Kemudian guru memunculkan masalah yaitu “bagaimana hubungan momentum dan impuls?”. Beberapa siswa memberikan hipotesanya. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa siswa yang mengerti maksud dari perumusan masalah yang diberikan. Jadi disimpulkan bahwa pemberian motivasi, perumusan masalah, dan hipotesa, membuat siswa terlibat secara aktif. b. Kegiatan Inti Pada kegiatan inti dilakukan pembelajaran kooperatif. Guru menulis di papan tulis (lihat gambar 3). Guru menugaskan setiap kelompok berdiskusi menemukan hubungan momentum dan impuls dengan menurunkan persamaan Hukum 2 Newton. Semua siswa dalam kelompok terlibat aktif berdiskusi untuk menemukan kesimpulan dari perumusan masalah yang diberikan oleh guru. Perwakilan setiap kelompok untuk membacakan hasil diskusinya. Dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa siswa lebih tertarik mengikuti pembelajaran secara berkelompok. c. Kegiatan Akhir Setelah kegiatan pembelajaran materi momentum dan impuls selesai, di bagian konsolidasi, siswa mengikuti tournament dalam bentuk permainan physics heart card yang berisi soal-soal tentang materi momentum dan impuls. Pembelajaran diakhiri dengan evaluasi (post test) dan pemberian lembar kuesioner. d. Konsolodasi ( Permainan Physics Hearts Card) Pada bagian konsolidasi dilakukan pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media physics hearts card. Tiap kelompok mengirimkan 2 anggotanya ke tim 1 dan tim 2 untuk mengikuti pertandingan (lihat gambar 2). Permainan dilakukan sesuai aturan physics hearts card yang telah dijelaskan oleh guru saat siswa duduk berkelompok. Juri mengocok kartu remi dan membagi kepada keempat pasangan pemain. Pasangan pemain yang mempunyai kartu keriting angka 2 meletakkan kartu di atas meja, ketiga pasang yang lain mengeluarkan kartu keriting dengan angka yang berbeda. Apabila tidak punya kartu keriting, boleh mengeluarkan kartu lain. Juri membagikan soal yang sama kepada 4 pasang pemain. Soal dikerjakan dengan cara berdiskusi dengan pasangan masing – masing dalam batasan waktu tertentu. Setelah selesai mengerjakan soal, setiap pasangan pemain membacakan jawaban mereka. Pasangan lain dalam satu tim berhak
6
menyetujui atau menyanggah jika tidak sependapat. Juri bertugas memandu kegiatan permainan, menjelaskan jawaban sesuai kunci jawaban yang diberikan guru, mengoreksi jawaban, dan mencatat poin tiap pasang pemain. Poin yang diperoleh tiap pasangan dalam tim 1 akan dijumlah dengan poin yang didapat pasangan dalam tim 2 sesuai kelompoknya. Kelompok dengan perolehan poin tertinggi yang keluar sebagai pemenang. Perolehan point tiap pasang dalam tim dan kelompok dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perolehan skor tiap pasangan dalam tim dan kelompok No Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jumlah Bonus Point POIN AKHIR
TOTAL POIN
A1A2 B1B2 20 20 0 20 20 20 20 20 20 20 20 20 0 0 0 20 20 20 0 0 20 20 20 20 20 20 180 220 25 15 205 235 Kelompok 1 A1A2 A3A4 205 220 425
TIM 1 C1C2 20 0 20 20 20 20 20 0 20 20 20 20 20 220 15 235
D1D2 20 20 20 20 20 20 0 20 20 20 20 20 20 240 10 250
Kelompok 2 B1B2 B3B4 235 230 465
TIM 2 A3A4 B3B4 C3C4 D3D4 20 20 20 20 0 0 0 0 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 0 0 20 0 0 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 200 220 240 220 20 10 20 15 260 235 220 230 Kelompok 3 Kelompok 4 C1C2 C3C4 D1D2 D3D4 235 260 250 235 495
PEMENANG
485
KELOMPOK 3
Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa yang menjadi pemenang adalah kelompok 3 yang terdiri dari siswa C1C2 dan C3C4. Penentu kemenangan permainan physics hearts card adalah menjawab semua soal dengan benar. Soal no 1, 4, 5, dan 6 adalah jenis soal hafalan; soal no 1, 2, 7 dan 8 adalah jenis soal prediksi; soal no 9 dan 10 adalah jenis soal terapan; dan soal no 11, 12, dan 13 jenis soal analisa. Kebanyakan pasangan pemain mendapat 0 poin saat menyelesaikan soal no 2, 7, 8 dan 10. Kebanyakan pasangan pemain menjawab salah soal jenis konsep dan prediksi daripada jenis analisa. Hal ini menjadi catatan untuk lebih memperhatikan semua siswa saat guru menjelaskan materi yang berhubungan dengan terapan dan prediksi sehingga siswa dapat memahami konsep dengan benar. Semua pasang pemain terlihat sangat kompak dengan pasangannya masing-masing dalam mengatur strategi bermain untuk mendapat poin bonus. Dapat dilihat tabel 1 kolom bonus, poin yang didapat masing-masing pemain tidak terlampau jauh. Selama permainan berlangsung, guru berkeliling untuk memantau jalannya permainan dan membantu juri apabila kesuitan menjelaskan kunci
7
jawaban kepada 4 pasang pemain dalam satu tim serta mengendalikan suasana kelas supaya tetap tenang dan kondusif. Ada 2 observer yang membantu guru untuk penilaian afektif tiap siswa. Berikut adalah hasil penilaian afektif dari masing-masing tim dan pembahasannya. Tabel 2. Hasil Penilaian Afektif TIM 1 Kegiatan
No
1
2
3 Diskusi Pasangan
4
5
6
Diskusi Kelompok
7
8
9
1 Juri
2 3
Jenis Aktivitas
Saling berdiskusi mengatur strategi dalam bermain Mengemukakan pendapat kepada pasangan tentang soal yang didapatkan Bertanya kepada pasangan jika tidak mengerti tentang soal yang didapatkan Menanggapi pasangan yang menyampaikan pendapat tentang soal yang didapatkan Menjelaskan kepada pasangan yang bertanya tentang soal yang didapatkan Menjelaskan jawaban soal setelah diskusi pasangan kepada pasangan lain dlm kelompok. Menanggapi penjelasan jawaban soal dari pasangan lain dalam kelompok Bertanya tentang jawaban soal yang dijelaskan oleh pasangan lain Menjawab pertanyaan dari pasangan lain Mengatur jalannya permainan Memimpin jalannya diskusi Menjelaskan jawaban soal yang
TIM 2
A1 A2 B1 B2 C1 C2 D1 D2 Juri A3 A4 B3
B4 C3 C4 D3 D4 Juri
Siswa yg mengiku ti aktivitas (%) 100
100
-
88
100
100
100
-
-
-
-
-
-
-
-
-
75
-
-
-
63
-
-
75
100 -
50 100
8
benar sesuai kunci Bersikap adil dalam mengatur 4 permainan dan memberi skor Jumlah aktivitas yang diikuti individu 8 7 6 7 9 9 7 8 3 7 7 9 9 9 9 9 9 4 Prosentase keaktifan individu (%) 89 78 67 78 100 100 78 89 75 78 78 100 100 100 100 100 100 100 Prosentase keaktifan pasangan (%) 84 73 100 84 78 100 100 100 Prosentase keaktifan tim (%) 83 96 Prosentase keaktifan kelas (%) 89
Data aktivitas setiap tim dapat dianalisa sebagai berikut : Dalam Diskusi Pasangan : 1. Saling berdiskusi mengatur strategi dalam bermain. Semua pasang pemain di tim 1 dan tim 2 melakukan “diskusi mengatur stategi dalam bermain”. Hal tersebut dikarenakan dalam aturan permainan physics hearts card disebutkan bahwa bagi pemain yang mengeluarkan kartu dengan angka paling besar di antara pemain lain saat permainan berlangsung mendapat bonus poin. 2. Mengemukakan pendapat kepada pasangan tentang soal yang didapat. Semua siswa melakukan diskusi “mengemukakan pendapat kepada pasangan tentang soal yang didapatkan”. Dapat disimpulkan bahwa setiap pasang pemain kedua tim saling berkeja sama dan berdiskusi saat menyelesaikan soal. 3. Inisiatif bertanya kepada pasangan jika tidak mengerti tentang soal yang didapat. Siswa A2 tidak melakukan “inisiatif bertanya kepada pasangan jika tidak mengerti tentang soal yang didapat”. Karena siswa A2 sudah paham tentang maksud dari soal tersebut sehingga tidak bertanya kepada A1. Sedangkan siswa A1 yang bertanya kepada siswa A2. Siswa A2 dapat menjelaskan soal tersebut dengan jelas kepada siswa A1 (siswa yang sudah paham menjelaskan siswa yang belum paham tentang soal yang didapat). Jadi dapat disimpulkan ke 2 tim sudah melakukan kegiatan diskusi dengan baik. 4. Menanggapi pasangan yang menyampaikan pendapat tentang soal yang didapat. Semua pasang pemain di tim 1 dan tim 2 melakukan diskusi “menanggapi pasangan yang menyampaikan pendapat tentang soal yang didapat”. Pendapat-pendapat didiskusikan bersama untuk memecahkan soal sehingga saat menjawab soal tidak mengalami kesulitan. 5. Kemauan menjelaskan kepada pasangan yang bertanya tentang soal yang didapat. Semua siswa melakukan diskusi “kemauan menjelaskan kepada pasangan yang bertanya tentang soal yang didapat”. Siswa yang sudah paham maksud soal menjelaskan kepada siswa yang belum mengerti tentang soal yang didapat. Karena setiap siswa harus dapat menjelaskan jawaban soal kepada pasang pemain lain, maka dapat disimpulkan bahwa semua siswa dapat berkerja sama dengan baik bersama pasangan masing-masing. Dalam Diskusi Kelompok : 1. Aktif menjelaskan jawaban soal setelah diskusi pasangan kepada pasangan lain dan juri dalam tim.
9
100
Semua siswa melakukan diskusi “aktif menjelaskan soal setelah diskusi pasangan kepada pasangan lain dan juri dalam tim” dengan baik. Karena saat mereka selesai mengerjakan soal dalam aturan permainan physics hearts card tiap pasang pemain wajib menjelaskan jawaban soal kepada pasangan lain. 2. Aktif menanggapi penjelasan jawaban soal dari pasangan lain dalam kelompok. Siswa A1, B1, D1, dan D2 tidak melakukan diskusi “aktif menanggapi penjelasan jawaban soal dari pasangan lain dalam kelompok”. Siswa tersebut mempunyai akademik yang sedang sehingga mungkin merasa kurang percaya diri tentang pendapatnya dan takut salah apabila menanggapi penjelasan dari siswa lain. Siswa tersebut hanya berani menanggapi jawaban atau pendapat saat diskusi dengan pasangannya. 3. Inisiatif bertanya tentang soal yang dijelaskan oleh pasangan lain. Siswa A2, A3, A4, B1, B2, dan D1 tidak melakukan diskusi “inisiatif bertanya tentang soal yang dijelaskan pasangan lain”. Karena siswa tersebut mungkin sudah paham atau mengerti maksud soal yang didapat, sehingga tidak melakukan kegiatan tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa semua siswa aktif melakukan kegiatan diskusi. 4. Kemauan menjawab pertanyaan dari pasangan lain. Siswa A3, A4, B1 dan B2 tidak melakukan kegiatan diskusi “kemauan menjawab pertanyaan dari pasangan lain”. Walaupun siswa A3, A4, B1, dan B2 tidak melakukan kegiatan diskusi tersebut tetapi mereka melakukan kegiatan diskusi pasangan yang lain dengan baik. Hal tersebut menunjukkan mereka sudah bisa bekerja sama dengan temannya tetapi harus ditingkatkan lagi. JURI : E2 dapat memimpin jalannya diskusi dengan baik dan komunikatif karena melakukan semua kegiatan afektif yang diamati, sehingga dapat memimpin jalannya pertandingan dan menjelaskan jawaban soal dengan baik. Jadi pertandingan di tim 2 berjalan dengan baik dan tercipta interaksi yang komunikatif antar pasangan pemain. Berbeda dengan juri tim 1 yaitu siswa E1. Siswa E1 kurang tegas saat memimpin jalannya pertandingan sehingga belum melaksanakan “aktivitas memimpin jalannya diskusi” dengan baik. Walaupun E1 belum tegas saat memimpin jalannya permainan tapi saat permainan berlangsung keempat pasangan pemain di tim 1 melakukan diskusi pasangan dan kelompok dengan baik. Jadi dapat disimpulkan siswa E1 sudah melakukan kegiatan afektif dengan baik tetapi harus ditingkatkan lagi. Efektivitas keaktifan kelompok dikategorikan sebagai berikut: Tabel 3. Kategori keaktifan tim % Keaktifan ≤ 60 61-80 81-100
Keaktifan Kurang aktif Aktif Sangat Aktif
10
Tim 1 -
Tim 2 -
√ -
√
Berdasarkan Tabel 3, dapat disimpulkan bahwa masing-masing tim memiliki keaktifan yang tinggi. Hal ini menunjukkan kegiatan pembelajaran dengan media permainan yang digunakan dapat membuat siswa saling bekerja sama dengan temantemannya, sehingga dari keaktifan siswa dalam berpasangan maupun berkelompok untuk tim 1 dan tim 2 mendapatkan prosentase keaktifan kelas diatas 75%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode Pembelajaran Kooperatif tipe TGT dengan media Physics Hearts Card berhasil membuat siswa aktif bekerja sama. e. Hasil dan Pembahasan Evaluasi : Untuk mengukur pemahaman masing-masing siswa terhadap materi yang dipelajari, dilakukan evaluasi (post test) tertulis secara individu. Tabel 4. Distribusi Penilaian Evaluasi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Siswa Abdul Aldi Aprida Dani Ahmad Ema Amalia Endah Erwinda Eti Kharis Meia Setyo
Nilai
No
Nama siswa
Nilai
90 70 60 90 95 85 90 90 80 85
11 12 13 14 15 16 17 18
Novita Noviya Puspita Shintya Dewi Siska Tri Anisa Tri Mukti Vivi Septri
70 95 90 90 85 90 90 85
Nilai rata – rata
85
Batas Ketuntasan Minimal = 70 % siswa mendapat nilai diatas 70. Berdasarkan Tabel 4, prosentase keberhasilan dari siswa yang memahami materi diperoleh sebesar 94 %. Hal ini menunjukkan kegiatan kerja sama pada permainan yang dilakukan siswa telah berhasil membuat siswa memahami materi cukup baik. Kesalahan pada saat mengerjakan soal evaluasi hampir sama dengan kesalahan ketika mengerjakan soal pada permainan. Beberapa siswa kurang teliti dalam mengerjakan jenis terapan dan prediksi. f.
Hasil Kuesioner Untuk mengetahui penilaian siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan, pengumpulan data dilakukan dengan memberikan pertanyaan kuesioner kepada 18 orang siswa (sampel yang dipakai). Mayoritas siswa memberi respon positif terhadap pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media physics hearts card. Alasannya siswa tertarik dengan metode pembelajaran tersebut karena hal baru bagi mereka. Biasanya siswa hanya mendengarkan guru berbicara di depan dalam penyampaian materi saja, namun saat itu bisa belajar sambil bermain dan belajar berkelompok memudahkan memahami materi daripada belajar sendiri. Hal ini menunjukkan 18 siswa mendapat pengalaman belajar baru dan memudahkan proses belajar dengan bekerjasama bersama teman. Sebagai guru kita harus kreatif dengan 11
memanfaatkan dan mengembangkan metode yang sudah ada untuk penunjang proses belajar mengajar dengan tujuan memudahkan siswa memahami materi yang kita sampaikan. IV. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media Physics Herats Card dalam pembelajaran fisika berhasil dan dapat memberikan pengaruh dalam pengembangan sikap afektif siswa di antaranya muncul sikap kerjasama satu sama lain yang dapat dilihat di penilaian tabel afektif, juga membuat suasana belajar yang menyenangkan. Yang dapat dilihat di jawaban kuisioner. Secara kognitif siswa dapat memahami materi mengenai momentum dan impuls dengan baik karena 94% siswa dapat menjawab post test dengan benar. Penelitian ini dihentikan karena pada aspek afektif kelas mencapai batas kriteria yang ditentukan yaitu 70% siswa sudah melakukan kegiatan kerjasama dengan baik. DAFTAR PUSTAKA [1] Hewitt, P. G. 1985. Conceptual Physics. Boston: Brown and Company. [2] Ismail, Andang. 2010. Education Games. Yogyakarta: Pilar Media. [3] Ilahi, M. T. 2012. Pembelajaran Discovery Strategy dan Mental Vocational Skill. Jogjakarta: Diva Press. [4] Kunandar. 2001. PTK Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. [5] Rohman, Agus. 2013. Model Kooperatif Tipe TGT. [Online]http://mahirbelajar.wordpress.com/2013/04/23/model-kooperatif-tipe-tgtteams-games-tournament-2/. [6] Wiraatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya. [7] Young, H. D. dan Freedman, R. A. 2002. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid Satu. Jakarta: Penerbit Erlangga.
12
L A M P I R A N 13
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Nama Sekolah
: SMA
Kelas / Semester
: X1/1
Mata Pelajaran
: Fisika
Jumlah Pertemuan
: 1 x Pertemuan
A. Standar Kompetensi Menunjukkan hubungan antara konsep impuls dan momentum untuk menyelesaikan masalah tumbukan. B. Kompetensi Dasar Menunjukkan hubungan antara konsep impuls dan momentum untuk menyelesaikan masalah tumbukan. C. Indikator Pencapaian Kompetensi Siswa mampu : 1. Memformulasikan konsep impuls dan momentum, keterkaitan antar keduanya, serta aplikasinya dalam kehidupan
D. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat : 1. Memformulasikan konsep impuls dan momentum, keterkaitan antar keduanya, serta aplikasinya dalam kehidupan. E. Nilai PBKB 1. Jujur 2. Kreatif 3. Komunikatif F. Materi Pembelajaran Momentum dan Impuls G. Metode Pembelajaran Discovery H. Kegiatan Pembelajaran
14
EKSPLORASI Motivasi Guru bertanya kepada siswa. Pernahkah kalian melihat kecelakaan di TV dimana mobil bertabrakan dengan motor? (pernah). Mana yang lebih parah/hancur keadaannya ? (motor) Info ”ketika mobil dan motor bergerak, mobil dan motor memiliki momentum. Ketika kedua kendaraan tersebut bertabrakan mendapat implus”. Perumusan masalah 1 Bagaimana hubungan momentum dan implus ? Hipotesa .......................... Diskusi Guru mengawali pebelajaran dengan diskusi. Sebuah benda bermassa m kita pukul dengan gaya . Pukulan kita berlangsung dalam selang waktu singkat , mengubah kecepatan benda dari v1 menjadi v2 seperti ditunjukkan gambar dibawah ini :
Sesuai dengan Hukum II Newton:
Jika , a
Info:
v t
I (Impuls)
artinya jika kita memberi gaya kepada suatu benda yang massanya m dalam waktu tertentu maka benda tersebut akan mengalami perubahan momentum.
15
Keterangan : I
F m a v
= Impuls (N.s) = perubahan momentum (kg m/s) = momentum (kg m/s) = gaya (N) = selang waktu (s) = massa benda (kg) = percepatan benda(m/s2) = kecepatan benda (m/s)
Dari contoh-contoh berikut mana yang memiliki momentum lebih besar. 1. Anjing besar atau anjing kecil yang sedang berlari dengan kecepatan yang sama. 2. Sebuah truk berat yang sedang diam atau anak kecil yang sedang bergerak dengan sepatu roda. 3. Sebuah sepeda motor atau sebuah mobil xenia yang melaju dengan kecepatan yang sama. 4. Seekor ikan yang berenang dengan cepat atau seekor kepiting yang sedang diam. Kegiatan Menunjukkan Adanya Momentum Sebuah sepeda dan truk menabrak tembok, kedua kendaraan tersebut sedang bergerak dengan sangat kencang dengan kecepatannya sama besar. Keterangan : 1. Dari kejadian kedua kendaraan tersebut yang mempunyai momentum besar dapat dilihat dari kerusakan tembok yang ditimbulkan oleh kendaraan tersebut. Dari kejadian kedua kendaraan tersebut mana yang mengakibatkan tembok rusak parah?(Truk). 2. Jadi momentum truk > momentum sepeda.
16
17
Kesimpulan : a. Suatu benda yang mengalami perubahan momentum jika benda diberi impuls dalam waktu yang pendek menghasilkan gaya besar. b. Suatu benda yang mengalami perubahan momentum jika benda diberi impuls dalam waktu yang panjang menghasilkan gaya kecil. KONFIRMASI Terapan momentum dan Implus dalam kehidupan sehari-hari: 1. Petinju mengenakan sarung tinju dengan spon yang tebal supaya waktu kontaknya lebih lama saat memukul lawan sehingga menghasilkan gaya yang kecil dan tidak membahayakan lawan. 2. Helm pengendara motor diberi lapisan lunak di dalamnya dengan tujuan memperpanjang waktu kontak ketika terjadi tabrakan. Sehingga saat terjadi kecelakaan pengendara motor tidak mengalami luka parah. KONSOLIDASI Physics Hearts Card Game 1. Pada bagian konsolidasi dilakukan kegiatan permainan Physics Hearts Card: - Guru membentuk siswa menjadi 4 kelompok dan menunjuk 2 siswa sebagai juri seperti gambar dibawah ini: Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Juri
-
A1 A2
B1 B2
C1 C2
D1 D2
E1
A3 A4
B3 B4
C3 C4
D3 D4
E2
Setiap kelompok mengirimkan 2 anggotanya ke tim 1 dan tim 2 untuk mengikuti pertandingan seperti gambar dibawah ini :
18
PERHATIKAN TIM 1 : 1. Juri mengocok kartu remi dan membagikan kepada pasangan A1A2, B1B2, C1C2 dan D1D2 sampai kartu habis, sehingga setiap pasang pemain mendapat 13 kartu remi. 2. Pasangan pemain yang memilki kartu keriting angka 2 misalnya A1A2, meletakkan kartu tersebut di meja permainan. 3. Pemain disebelah kirinya mengeluarkan kartu keriting dengan angka yang berbeda, apabila tidak memiliki kartu keriting boleh mengeluarkan kartu lain. Sampai pasangan keempat yang mengeluarkan kartu. 4. Juri menentukan pasangan yang berhak mengambil keempat kartu yang ada di meja permainan (pemain yang mengambil kartu tersebut mendapat bonus tambahan 5 poin). Caranya pasangan yang kartu keriting yang dikeluarkan dengan angka paling besar berhak menyimpan kartu tersebut dan keempat kartu tersebut tidak boleh digunakan lagi dalam permainan. 5. Juri memberikan soal yang sama kepada A1A2, B1B2, C1C2 dan D1D2. a. A1A2, B1B2, C1C2 dan D1D2 berdiskusi mengerjakan soal dalam waktu 1-3 menit. b. Setelah semua selesai mengerjakan soal, tiap pasangan pemain membacakan jawabannya. c. A1A2, B1B2, C1C2 dan D1D2 berhak menyanggah atau menyetujui jawaban masing –masing pasangan dan juri bertindak sebagai hakim saat jalannya diskusi. d. Jika jawaban keempat pasangan salah atau dalam waktu 1-3 menit tidak bisa menjawab soal maka juri menjelaskan jawabannya sesuai kunci jawaban yang diberikan oleh guru. e. Juri mencatat poin yang didapat setiap pasangan. Jawaban benar mendapat 20 poin dan jawaban salah o poin. 6. Pasangan pemain yang menyimpan keempat kartu memulai permainan baru dengan meletakkan kartu sembarang di meja permainan. 7. Juri memberikan soal yang sama kepada A1A2, B1B2, C1C2 dan D1D2. Demikian seterusnya sampai 13 kartu yang dimiliki setiap pasangan pemain habis. 8. Permainan sama berlaku untuk tim 2. 9. Juri merekap poin yang didapat setiap kelompok misalnya untuk kelompok 1 poin yang didapat A1A2 dengan A3A4 dijumlahkan. 10. Kelompok yang mendapat poin tertinggi sebagai pemenang dan mendapat hadiah. 11. Saat permainan Physics Hearts berlangsung siswa diamati oleh observer untuk mengisi lembar afektif siswa. 12. Setelah kegiatan permainan Physics Hearts selesai semua siswa mengerjakan tes evaluasi dan mengisi lembar kuisioner.
19
SOAL PERMAINAN 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7.
8. 9. 10. 11. 12. 13.
Momentun dan impuls termasuk besaran vektor, jelaskan! Apakah tubuh yang bergerak memiliki impuls, jelaskan! Apakah tubuh yang bergerak memiliki momentum, jelaskan! Mana yang memiliki momentum lebih besar: Sebuah truk berat yang sedang diam atau anak kecil yang sedang bergerak dengan sepatu roda. Mana yang memiliki momentum lebih besar : Anjing besar atau anjing kecil yang sedang berlari dengan kecepatan sama. Bola kasti dipukul menggunakan pemukul kayu. a. Benda mana yang mengalami perubahan momentum? b. Pada peristiwa mana yang menunjukkan impuls? Dengan impuls yang sama, Toro menendang sebuah bola sepak dan sebuah bongkahan batu. Mengapa kaki Toro merasa sakit ketika menendang bongkahan batu daripada saat menendang bola sepak? Apa yang terjadi jika sabuk pengaman pada mobil terbuat dari bahan yang kaku (tidak elastis)? Mengapa atlit tinju diberi sarung tinju saat pertandingan? Mengapa helm pengendara motor diberi lapisan lunak didalamnya? Berapa besarnya momentum dari 10000 kg truk dengan laju 20 m/s? Sebuah bola dipukul dengan gaya 50 Newton dengan waktu 0,1 sekon. Berapa besar Impus pada bola tersebut? Sebuah bola sepak massanya 4 kg menggelinding ke arah timur dengan kelajuan 2 m/s, ditendang dalam waktu 0,1 sekon. Sehingga kecepatannya bertambah menjadi 8 m/s pada arah yang sama. Tentukan gaya yang diberikan kaki penendang terhadap bola.
20
SOAL EVALUASI 1. Mana yang memiliki momentum lebih besar : Sebuah truk berat yang sedang diam atau anak kecil yang sedang bergerak dengan sepatu roda. 2. Mengapa helm pengendara motor diberi lapisan lunak didalamnya? 3. Apa yang terjadi jika sabuk pengaman pada mobil dibuat dari bahan yang kaku (tidak elastis)? 4. Berapa besarnya momentum dari 500 kg sepeda motor dengan laju 20 m/s. 5. Sebuah benda bermassa 3 kg diberi gaya konstan 12 N sehingga kecepatannya bertambah dari 10 m/s menjadi 18 m/s. Hitung impuls yang bekerja pada benda.
21
FOTO PROSES PEMBELAJARAN
22