JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 060885 MEDAN Oleh Kula Ginting1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri 060885 Medan setelah penerapan pembelajaran CTL. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan dalam empat kali pertemuan. Masing-masing siklus terdiri atas empat langkah yaitu: (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. Data observasi siswa dan guru dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan lembar observasi keaktifan siswa dan guru, Adapun hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis deskriptif. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa : 1) penerapan pembelajaran CTL dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan peningkatan sebesar 58,17%, 2) penerapan pembelajaran CTL dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa sebesar 19,72%. Kata kunci : PTK, CTL, hasil belajar, aktivitas belajar Pendahuluan Permasalahan kenakalan remaja tidak terlepas dari rendahnya pendidikan moral bagi anak mulai dari usia dini hingga beranjak remaja. Kurangnya pendidikan moral di rumah dan perilaku orang tua yang tidak bisa dijadikan teladan, ditambah lagi lingkungan yang tidak kondusif bagi perkembangan perilaku anak, adalah beberapa faktor yang menjadi penyebab kenakalan remaja. Sekolah sebagai rumah kedua bagi anak, memiliki peran penting membentuk karakter anak sejak dini mulai sejak anak di bangku sekolah dasar. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi 1
Kula Ginting, Dosen Universitas Terbuka. Medan
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
1
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut.Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Salah satu upaya untuk menerapkan pendidikan karakter di sekolah adalah dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran di kelas di setiap mata pelajaran. IPS sebagai salah satu mata pelajaran yang dipelajari di SD menjadi mata pelajaran yang paling potensial dan paling mudah untuk diintegrasikan dengan nilai-nilai karakter. Hal ini dikarenakan mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya, yaitu lingkungan masyarakat tempat anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. IPS dibelajarkan di sekolah dasar, dimaksudkan agar siswa menjadi manusia dan warga negara yang baik, seperti yang diharapkan oleh dirinya, orang tua, masyarakat, dan agama. Pembelajaran IPS sebagai salah satu program pendidikan yang membina dan menyiapkan peserta didik sebagai warga negara yang baik dan memasyarakat diharapkan mampu mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat sehingga siswa mempunyai bekal pengetahuan dan keterampilan dalam melakoni kehidupan di masyarakat.. Pada kenyataannya, selama ini mata pelajaran IPS yang diajarkan di sekolah dasar, masih belum memberikan hasil yang memuaskan baik dari segi hasil belajar
IPS
siswa,
maupun
pengintegrasian
nilai-nilai
karakter
dalam
pembelajaran di kelas. Hal ini juga dialami di SD Negeri 060885 yang beralamat di Jalan Jamin Ginting Medan. Hasil belajar IPS yang diperoleh siswa masih rendah. Pemilihan model pembelajaran di kelas juga belum memaksimalkan pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam pembelajaran. Nilai-nilai karakter
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
2
JURNAL TEMATIK
hanya
tertuang
ISSN : 1979-0633
dalam
RPP
namun,
masih
sangat
kurang
dalam
pengimplementasian di kelas. Berdasarkan data nilai ulangan harian dan nilai rata-rata ujian semester mata pelajaran IPS kelas V SD Negeri 060885 Medan hasil belajarnya masih rendah. Data menunjukkan bahwa pada Tahun Pelajaran 2008/2009 sampai 2011/2012 hasil rata-rata nilai ujiannya masih belum menunjukkan peningkatan, seperti terlihat dalam Tabel 1. Tabel 1.Hasil Semester Mata Pelajaran IPS SD Negeri 060885 Medan Tahun 2008/2009 2009/2010 2010/2011 2011/2012
Perolehan nilai 59 60 61 59
Kemudian dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan sebelum penulis melaksanakan penelitian terhadap beberapa murid kelas V SD diperoleh bahwa siswa memiliki minat belajar yang rendah pada mata pelajaran IPS.Karena pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang banyak menghafal fakta-fakta, banyak tugas, tidak variatif dan membosankan. Selain itu aktivitas siswa di kelas juga masih tergolong rendah. Siswa pada umumnya lebih banyak diam dan hanya mendengarkan penjelasan guru. Jika diberikan pertanyaan oleh guru lebih banyak siswa memilih diam dan tidak berani menjawab dan mengemukakan pendapat. Ketika diberi kesempatan untuk bertanya, biasanya tidak ada siswa yang bertanya. Ketika siswa diberi tugas, kebanyakan siswa cenderung memilih mencontek temannya daripada bertanya dan berdiskusi dengan teman untuk menyelesaikan tugasnya. Masih rendahnya hasil belajar IPS disebabkan oleh masih dominannya pengajaran menghafal daripada pembelajaran yang menekankan pada kemampuan siswa untuk memproses sendiri pemahaman suatu materi. Selama ini, minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS masih tergolong sangat rendah. Hal ini dapat dilihat pada sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran tidak fokus dan sulit berkonsentrasi.
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
3
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Hasil Belajar IPS Biggs seperti yang dikutip Syah (2008:67) mendefinisikan belajar dalam tiga rumusan yaitu rumusan kuantitatif, rumusan institusional dan kualitatif. Secara kuantitatif belajar adalah kegiatan pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Belajar dipandang dari sudut seberapa banyak materi yang dikuasai siswa. Secara intitusional belajar dipandang sebagai proses validasi terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah dipelajari. Ukurannya adalah semakin baik mutu mengajar guru maka semakin baik pula mutu hasil belajar siswa. Sedangkan secara kualitatif belajar adalah proses memperoleh arti dan pemahaman serta cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar di sini difokuskan pada tercapainya daya fikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan tertentu dalam dirinya, di mana proses belajar merupakan suatu proses berubahnya tingkah laku tertentu secara relatif menetap sebagai adanya sejumlah pengalaman dan perubahan tingkah laku tersebut disebabkan oleh interaksi individu yang bersangkutan dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku diperoleh dengan adanya usaha. Perubahan perilaku ini dapat bersifat aktual, yaitu yang tampak tetapi juga bersifat potensial, tidak menampak pada saat itu, tetapi akan tampak di lain kesempatan. Perubahan perilaku baik yang bersifat aktual maupun yang bersifat potensial merupakan hasil belajar yang terjadi melalui pengalaman. Reber seperti yang dikutip Syah (2008:66) membatasi belajar dengan dua definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan. Istilah ini lebih sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif. Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Dalam definisi ini terkandung empat istilah yang penting dalam memahami makna belajar yaitu : (1) relatively permanent (yang secara umum menetap), (2) response potentiality (kemampuan bereaksi), (3) reinforced (yang diperkuat), dan (4) practice (latihan). Hasil belajar merupakan segala upaya yang menyangkut aktivitas otak (proses berfikir) terutama dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Proses
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
4
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
berfikir ini ada enam jenjang, mulai dari yang terendah sampai dengan jenjang tertinggi. Bloom mengklasifikasikan ranah kognitif menjadi enam kategori, yaitupengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation) (Bloom : 1979). IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan (BSNP, 2006: 159). Sehingga dapat disimpulkan hasil belajar IPS siswa adalah perolehan yang dicapai secara maksimal oleh siswa berupa pengetahuan seseorang setelah mengikuti proses belajar IPS pada materi Proklamasikan Kemerdekaan dan Perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan yang diukur dengan menggunakan tes hasil belajar. 2. Hakikat Aktivitas Belajar Aktivitas belajar diartikan sebagai suatu kegiatan yangdilakukan oleh siswa dalam pelaksanaan prosespembelajaran, siswa berkerja atau berperan aktif dalampembelajaran, sehingga dengan demikian siswa tersebutmemperoleh pengetahuan, pengalaman, pemahaman danaspek-aspek lain tentang apa yang ia lakukan. Sudjana (1990:3) mengungkapkan bahwa tidak ada satu teori pengajaran pun yang tidak mengembangkan aktivitas belajar siswa. Menurut Sriyono (dalam Sulastri, 2009:12) aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Sriyono juga mengungkapkan bahwa aktivitas siswa merupakan kegiatan atau prilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Menurut Mujiman (2007:119) belajar aktif menuntutkegiatan pembelajaran lebih dari itu. Secara fisik siswadituntut untuk melakukan kerja individual, kerja kelompok,diskusi, dan kegiatan gabungan dari metode ceramah. Secaramental belajar aktif juga menuntut pembelajar untukmelakukan kegiatan kognitif yang Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
5
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
lebih tinggi, yaituanalisis, sintesis dan dan evaluasi. Ciri–ciri fisik dan mentaldapat menumbuhkan ciri kualitas yaitu presistensi,keterarahan menuju tujuan, dan belajar aktif kreativitas.Sehingga dapat disimpulkan bahwa ciri–ciri aktivitas adalahciri fisik, ciri mental, dan ciri kualitas. Aktivitas belajar siswa mencakup dua aspek yang tidak terpisahkan yaitu aktivitas mental dan aktivitas motorik. Dengan kata lain aktivitas menatal dapat dikatakan sebagai aspek afektif dan aktivitas motorik dapat dikatakan sebagai aspek psikomotor. Kedua aspek tersebut berkaitan satu sama lain. Dalam setiap pembelajaran selalu ada aktivitas belajar, hanya saja kadar keaktifannya yang berbeda-beda. Kadar keaktifan ini rentangnya dari yang terendah yaitu mendengar sampai yang tertinggi yaitu mengambil keputusan. Kadar keaktifn siswa ditentukan oleh dua faktor yaitu : a. Faktor Eksternal Faktor eksternal berkenaan dengan karakteristik tujuan instruksional dan karakteristik bahan pengajaran, yang keduanya mendasari stimulasi guru dalam membelajarkan siswa. Faktor eksternal dalam konteks ini adalah kualitas program pembelajaran. Variabel yang berkenaan dengan karakteristik tujuan instruksional adalah kemampuan yang harus dicapai siswa. Kemampuan ini tercermin dalam aspek kognitif seperti hapalan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Karakteristik materi bahan pengajaran yang berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa berkenaan dengan sifat materi yang harus dipelajari siswa, seperti fakta, konsep, prinsip, prosedur dan generalisasi. Stimulasi guru berkenaan dengan apa yang dilakukan oleh guru dalam upayanya membelajarkan siswa. b. Faktor Internal Faktor internal yang berpengaruh terhadap kadar aktivitas belajar siswa tidak terlepas dari kemampuan, minat dan motivasi belajar siswa itu sendiri. Faktor kemampuan siswa sekalipun berbeda satu sama lain, melalui optimalisasi kegiatan belajar dapat dikembangkan untuk menunjang optimalisasi aktivitas belajar. Kemampuan tersebut adalah intelektual, emosional, sosial dan motorik. Kemampuan intelektual tampak dalam daya nalar siswa pada saat memecahkan masalah. Kemampuan emosional terlihat dalam sikap, toleransi dan
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
6
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
tenggang rasa sesama siswa dalam melaksankan tugas-tugas belajarnya. Kemampuan sosial tampak dalam interaksi sosial, tanggung jawab bersama dan partisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Kemampuan motorik tampak dalam keterampilan siswa dalam melaksanakan proses belajar mengajar dan penggunaan hasil belajarnya. 3. Hakikat Model Pembelajaran CTL Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk tujuan belajar tertentu (Aunurrahman, 2009:146). Empat premis tentang model pembelajaran yaitu : 1). model memberikan arah persiapan dan implementasi kegiatan pembelajaran. Karena itu model pembelajaran lebih bermuatan praktis implementatif daripada bermuatan teori, 2). meskipun terdapat sejumlah model pembelajaran yang berbeda, namun pemisahan antara satu model dengan model yang lain tidak bersifat deskrit. Joyce dkk (2009) mengungkapkan bahwamodel pembelajaran adalah deskripsi suatu lingkungan pembelajaran yang disusun berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, pembelajaran di kelas, kelompok belajar, dan latihan-latihan untuk mendisain instruksional berbagai materi pelajaran, program multimedia, serta program-program pembelajaran melalui komputer. Dengan dipersiapkannya berbagai kebutuhan pembelajaran bagi pembelajar, memungkinkan terwujudnya kondisi belajar atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada diri pembelajar. Pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen pembelajaran. Menurut Sa’ud
(2008:168)
komponen-komponen
pembelajaran
CTL
melandasi
pelaksanaan proses pembelajaran kontekstual yang memiliki tujuah komponen yaitu : 1) konstruktivisme, 2) inkuiri, 3) bertanya, 4) masyarakat belajar, 5) pemodelan, 6) refleksi dan 7) penilaian sebenarnya. a) Konstruktivisme (constructivism) Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi.Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran.Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
7
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat. Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu (Suparno, 1996: 7). Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan.Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan keadaan keseimbangan (Poedjiadi, 1999: 61). Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami
bahwa pada tahap tertentu cara
maupun kemampuan anak
mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak. b) Menemukan (Inquiry) Menemukan merupakan bagian inti kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual.Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi dari hasil menemukan sendiri (Wijaya, 1992). Guru merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan. Siklus Inquiry meliputi: observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data dan penyimpulan c) Bertanya (Qustioning) Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya (Hasibuan, 1994). Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: 1). menggali informasi, baik administrasi maupun akademis, 2) mengecek pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon siswa, 4). mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang telah diketahui siswa, 6). memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki, 7). membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, 8). menyegarkan kembali pengetahuan siswa. d) Masyarakat belajar (Learning Community) Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas kontekstual, pelaksanaan
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
8
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok-kelompok belajar.Kelompok belajar dibagi dalam kelompok yang anggotanya heterogen.Kelompok bervariasi bentuknya, baik anggota, dan jumlahnya. e) Pemodelan (Modelling) Pada proses pembelajaran untuk
memperoleh keterampilan atau
pengetahuan tertentu ada model yang dapat ditiru. Guru dapat menjadi model dengan melakukan demonstrasi cara mengoperasikan sebuah alat ukur, misalnya. Ketika guru mendemonstrasikan cara mengoperasikan alat ukur itu, siswa mengamati (Dahar, 1989). Jadi ada model yag bisa ditiru dan diamati siswa sebelum mereka sendiri mengoperasikan sebuah alat ukur. Dalam strategi kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Seorang siswa dapat ditunjuk untuk memberikan contoh kepada teman-temannya cara mengoperasikan sebuah alat ukur. f) Refleksi (reflection) Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau cara berfikirkebelakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru. Refleksi adalah respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan yang dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan demikian, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya. g) Penilaian Sebenarnya (Authentic Assesment) Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar dapat memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru dapat segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
9
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
kemacetan belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, maka assesment tidak dilakukan di akhir periode pembelajaran, tetapi dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran. Karakteristik penilaian sebenarnya : (1) dilaksanakan selama dan sesudah prosespembelajaran, (2) yang diukur adalah keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta, (3) berkesinambungan, (4) terintegrasi, dan (5) dapat digunakan sebagai umpan balik (feed back). Hal-hal yang dapat digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa adalah : laporan, pekerjaan murah, presentasi, demonstrasi, jurnal, hasil tes tulis, dan karya tulis. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan tindakan kelas. Penelitian ini mengadaptasi model yang digambarkan oleh Kemmis dan Taggart (1990:14). Prosedur penelitian ini menggunakan model penelitian Kemmis dan Taggart yang merupakan alur pelaksanaan tindakan yang berlangsung dalam siklus yang diulang. Tiap siklus terdiri atas rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi dan membuat rencana ulang pada siklus berikutnya dalam sebuah bentuk kerjasama antara peneliti dan pendamping. Berdasarkan pembelajaran yang dibuat pada tahap perencanaan, pada saat pelaksanaan tindakan, peneliti mengobrservasi tindakan yang dilakukan siswa dan motivasi siswa terhadap tindakan tersebut. Hasil observasi selanjutnya dianalisis oleh guru untuk mengetahui berhasilnya tindakan pada masing-masing siklus. Jika hasil dari analisis tersebut tidak menunjukkan keberhasilan, maka guru merencanakan tindakan untuk siklus yang berikutnya. Keputusan ini ditentukan berdasarkan kriteria sukses yang telah dibuat pada tahap perncanaan. Penelitian ini berlangsung di dalam kelas saat kegiatan proses pembelajaran berlangsung. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan melalui tahap-tahap, perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Untuk data belajar tersebut, diberikan tes pada setiap akhir siklus tindakan. 1. Perencanaan (Planning) Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan dapat dilihat dalam Tabel 2. Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
10
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
No Kegiatan 1 Mempersiapkan bahan ajar 2 Menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan skenario model CTL 3 Menyusun instrumen penelitian yang terdiri dari lembaran observasi aktivitas guru dan siswa di kelas, dan instrumen penilaian hasil belajar IPS 4 Menyiapkan alat bantu yang diperlukan 2. Tindakan (Action) Pelaksanaan tindakan di kelas dapat dilihat dalam Tabel 3. berikut :Tabel 3 Tahapan Pelaksanaan Model Pembelajaran CTL (Sa’ud, 2008 :173) No
Kegiatan
1
Invitasi
Kegiatan -
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran Guru menjelaskan pentingnya materi Guru memancing pertanyaan dan pendapat siswa tentang materi (brain storming) 2 Eksplora - Guru memberi permasalahan kepada siswa untuk dipecahkan - Siswa mengumpulkan berbagai sumber si - Siswa dalam kelompok melakukan investigasi, berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan 3 Penjelasa - Setiap kelompok diberi kesempatan untuk menampilkan hasil diskusi n dan Kelompok lain terlibat aktif memberi pendapat Solusi - Guru membimbing dan memberi umpan balik terhadap kegiatan presentasi kelompok 4 Pengamb - Setiap kelompok diberi kesempatan untuk memberi pertanyaan kepada guru tentang hal-hal yang masih belum dimengerti ilan Guru menanggapi dan juga memberi kesempatan kepada siswa Tindakan lain untuk memberi tanggapan terhadap pertanyaan yang muncul - Guru memberi umpan balik - Guru dan siswa membuat rangkuman - Melakukan tes 3. Observasi (Observation) Observasi dilakukan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Objek yang diamati meliputi aktivitas guru dalam melaksanakan skenario pembelajaran selama belajar mengajar serta aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Pengamatan dilakukan berdasarkan lembaran observasi dan catatan lapangan yang telah disediakan sebelumnya. Kegiatan yang dilakukan pada tahap observasi adalah seperti pada Tabel 4. berikut :
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
11
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
No Kegiatan 1 Mempersiapkan lembar observasi guru dan siswa 2 Melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa 3 Mencatat segala kegiatan guru dan siswa berdasarkan panduan observasi 4. Refleksi Refleksi dilakukan untuk melihat keseluruhan proses pelaksanaan tindakan dan hasil belajar siswa pada siklus pertama yang dilaksanakan oleh guru berdasarkan skenario pembelajaran. Refleksi diperoleh dari hasil observasi, dan catatan lapangan. Refleksi dilakukan berdasarkan hasil analisis data observasi di dalam kelas. Refleksi dilakukan mengarah kepada perbaikan tindakan selanjutnya. Sebagai pelengkap untuk kriteria telah ditentukan, dalam refleksi juga dilakukan penilaian terhadap proses pembelajaran Kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi adalah seperti terlihat pada Tabel 5. berikut : No 1 2 3 4
Kegiatan Mengumpulkan hasil observasi, hasil tes dan catatan lapangan Menganalisis hasil tes, observasi dan catatan lapangan Menilai dan mengevaluasi hasil tes, obsrvasi dan catatan lapangan Menyimpulkan poin-poin yang akan menjadi pertimbangan pada rencana tindakan siklus selanjutnya jika hasil belajar belum tuntas
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sesuai yang dinyatakan oleh Kunandar (2008:125) yaitu dapat dilakukan melalui: (1) tes, (2) observasi, (3) wawancara, (4) diskusi antara teman sejawat untuk refleksi hasil siklus PTK. Sedangkan alat yang digunakan antara lain: (1) tes yakni tes yang disusun dalam bentuk tes objektif, (2) lembaran observasi (3) catatan lapangan. Analisis Data Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif yang bersifat kualitatif. Analisis reflektif ini diperoleh alternatif solusi untuk menentukan rencana tindakan yang akan diterapkan pada siklus penelitian tindakan berikutnya.
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
12
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
Analisis data yang dilakukan secara kualitatif yaitu analisis menurut Kunandar(2008:101) merunjuk pada proses interaktif yang menyeluruh meliputi: (1) reduksi data, (2) penyajian data, (3) penarikan kesimpulan.
Hasil Penelitian 1. Siklus I a. Perencanaan Pada siklus I pokok bahasan yang disampaikan adalah mengenai “Proklamasi Kemerdekaan Indonesia”. Sebelum melaksanakan perlakuan peneliti mempersiapkan beberapa hal yang diperlukan selama pelaksanaan tindakan seperti : 1. Menyusun
rencana
pembelajaran
berupa
silabus
dan
RPP
dengan
menggunakan skenario model CTL 2. Menyusun instrumen penelitian berupa lembar observasi aktivitas guru dan siswa yang akan diisi oleh observer 3. Menyusun intrumen tes hasil belajar IPS 4. Menyiapkan alat dan bahan belajar berupa buku, LKS, lembar tugas individu, powerpoint, dan infocus b. Pelaksanaan tindakan Tindakan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan pada minggu pertama dan kedua bulan April 2013. Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut: 1. Melaksanakan skenario pembelajaran yang direncanakan 2. Mengelompokkan siswa 3. Guru menyampaikan materi pembelajaran IPS yang melibatkan aktivitas siswa. Dalam kegiatan ini guru menggunakan pendekatan pembelajaran CTL 4. Pemberian tugas kelompok Tindakan pada siklus I dilaksanakan dalam empat kali pertemuan.Setiap pertemuan dibagi dalam tiga empat fase yaitu fase invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi, pengambilan tindakan. Dalam tahap invitasigurumenjelaskan terlebih dahulu kepada siswa tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan tersebut. Tujuan pembelajaran tidak hanya disampaikan tetapi juga dituliskan di papan tulis agar mudah di ingat oleh siswa.Selanjutnya guru menjelaskan Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
13
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
pentingnya materi “Persiapan kemerdekaan Indonesia dan perumusan dasar negara” dengan memberi contoh-contoh nyata dan dikaitkan dengan kehidupan keseharian siswa.Tahap selanjutnya adalah guru melakukan brain storming dengan siswa. Guru memancing pertanyaan dan pendapat siswa tentang materi yang akan dibahas. Siswa dimotivasi agar berani menyampaikan pendapat maupun pertanyaan yang muncul di benak mereka.Sebelum melangkah ke tahap selanjutnya, guru bersama siswa membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 5 orang/ kelompok.Setiap kelompok dibagi secara heterogen dan acak. Tahap selanjutnya adalah tahap eksplorasi. Kelompok-kelompok yang sudah dibagi akan mulai bekerja dalam kelompoknya. Guru membagi-bagikan lembar tugas kelompok yang berisi permasalahan yang akan dipecahkan dan didiskusikan oleh kelompok. Tahap selanjutnya adalah tahap penjelasan dan solusi.Pada tahap ini semua kelompok sudah selesai berdiskusi dan masing-masing kelompok sudah mempersiapkan bahan presentasinya. Tahap yang terakhir adalah tahap pengambilan tindakan.Pada tahap ini setiap kelompok diberi kesempatan untuk memberi pertanyaan kepada guru tentang hal-hal yang masih belum dimengerti dari materi dan diskusi yang sudah dilakukan. Guru menanggapi sekaligus mendorong setiap siswa yang punya tanggapan atas pertanyaan temannya untuk menyampaikan pendapatnya. Guru memberi umpan balik terhadap pembelajaran hari itu, membimbing siswa membuat rangkuman dan melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang ditulis di dalam jurnal harian mereka. Selanjutnya guru memberikan tes tulis kepada siswa. Pertemuan kedua hingga pertemuan keempat dilakukan dengan tahapan kegiatan yang serupa dengan pertemuan pertama hanya berbeda dari segi materi yang disampaikan.Pada pertemuan ke empat siswa diberi tes hasil belajar. c. Observasi Observasi dilakukan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung di kelas.Observasi yang dilakukan meliputi kegiatan guru dan kegiatan siswa.
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
14
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
Aktivitas siswa yang diamati sepanjang proses pembelajaran di kelas adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Mendengarkan penjelasan Memberi pertanyaan dan pendapat Mendengarkan instruksi guru Mengumpulkan berbagai literatur dari berbagai sumber Sedangkan aktivitas guru yang diamati selam proses pembelajaran adalah sebagai berikut : 1. Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa 2. Menjelaskan pentingnya materi kepada siswa 3. Memancing pertanyaan dan pendapat siswa tentang materi 4. Menjelaskan permasalahan yang akan didiskusikankelompok d. Refleksi Berdasarkan hasil obsevasi observer 1 dan 2 tindakan pada siklus I yang diperoleh dari pertemuan 1 hingga pertemuan 4 pada pembelajaran yang dilaksanakan belum dikatakan berhasil atau belum mencapai target yang diharapkan. Dari hasil observasi aktivitas siswa dalam melakukan item-item perilaku yang ingin dimunculkan belum sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditentukan. Temuan-temuan dalam pembelajaran pada siklus I setelah didiskusikan dengan observer antara lain: 1. Hasil belajar siswa belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Skor rata-rata adalah 19,50 atau jika dikonversikan ke nilai maka nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 65. Jumlah siswa yang memperoleh hasil belajar di atas rata-rata dan di rentang rata-rata adalah sebesar 70%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa belum tuntas dan penelitian dilanjutkan ke siklus II. 2. Pengamatan terhadap aktivitas guru menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas guru masih tergolong rendah, yaitu pada pertemuan pertama 62,86%, pertemuan kedua sebesar 61,43, pertemuan ketiga sebesar 64,29% dan pada pertemuan keempat sebesar 62,86%. Sehingga rata-rata aktivitas siklus I adalah 62,86%. 3. Pengamatan terhadap aktivitas siswa diperoleh bahwa aktivitas siswa juga tergolong masih kurang yaitu pertemuan pertamayaitu pada pertemuan pertama 61,5%, pada pertemuan kedua 62,6%, pada pertemuan ketiga sebesar
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
15
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
64,6% dan pertemuan terakhir sebesar 66,2%. Sehingga aktivitas rata-rata siswa siklus I adalah 63,7%. 4. Sebagian siswa masih malu untuk mengajukan pendapat 5. Masih banyak siswa yang kurang memperhatikan instruksi guru sehingga guru harus mengulang-ulang instruksi Setelah pengamat dan peneliti berdiskusi maka langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mengatasi kendala pembelajaran adalah: 1) Guru harus lebih memotivasi siswa agar memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat terutama di awal pembelajaran. 2) Guru harus memahami bagaimana kondisi akademik siswa (subjek penelitian) secara detail. 3) Guru harus lebih menguasai kelas agar siswa tidak bermain pada saat pembelajaran berlangsung. 4) Guru memberikan metode pembelajaran yang mengakomodir seluruh siswa. Diskusi kelompok dengan menyiapkan satu lembar kerja kelompok diasumsikan kurang mampu memfasilitasi belajar siswa. Karena hanya beberapa orang saja di dalam kelompok yang fokus membahas tugas kelompok. Sedangkan siswa lainnya (terkhusus laki-laki)
teralihkan
perhatiannya dengan bermain. Perbaikan kedepannya, agar semua siswa di dalam kelompok mempunyai lembar kerja sendiri. Sehingga semua anggota kelompok mempunyai aktivitas dan tanggung jawab yang sama dalam menyelesaikan tugasnya. 5) Guru harus sering memberi bimbingan dan mengingatkan setiap siswa agar terlibat aktif dalam kelompok. 2. Siklus II 1. Perencanaan Pada siklus II pokok bahasan yang disampaikan adalah mengenai “Perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan”. Sebelum melaksanakan perlakuan peneliti mempersiapkan beberapa hal yang diperlukan selama pelaksanaan tindakan seperti : 1. Menyusun
rencana
pembelajaran
berupa
silabus
dan
RPP
dengan
menggunakan skenario model CTL Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
16
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
2. Menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi aktivitas guru dan siswa yang akan diisi oleh observer 3. Menyusun intrumen tes hasil belajar IPS 4. Menyiapkan alat dan bahan belajar berupa buku, LKS, lembar tugas individu dan kelompok, powerpoint, in focus, media berupa peta pikiran 2. Pelaksanaan tindakan Tindakan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan pada minggu ketiga dan keempat bulan April 2012. Pada dasarnya kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II hampir serupa dengan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus I hanya pada siklus II diberi tambahan kegiatan-kegiatan sebagai perbaikan dari siklus I yang diperoleh dari hasil refleksi yaitu beberapa langkah berikut : 1. Guru membawa media berupa gambar/poster dan gambar peta pikiran yang menggambarkan materi yang akan dibahas. Media ini ditampilkan di fase invitasi untuk brain storming yang lebih baik. Media ini diharapkan akan membuat siswa lebih termotivasi dan memunculkan banyak tanggapan dan pertanyaan dari siswa. 2. Guru menyediakan lembar kerja bagi kelompok dan juga lembar kerja bagi masing-masing individu dalam kelompok. Hal ini bertujuan agar semua anggota kelompok mempunyai aktivitas dan tanggung jawab yang sama dalam menyelesaikan tugasnya. 3. Guru ikut membantu kelompok dalam memilih literatur dan sumber yang cocok untuk memperoleh informasi dalam memecahkan permasalahan dalam diskusi kelompok. Tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam empat kali pertemuan.Seperti pertemuan-pertemuan dalam siklus I, kegiatan yang dilakukan guru pada siklus II hampir serupa dengan siklus I. Dalam tahap invitasigurumenjelaskan terlebih dahulu kepada siswa tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan tersebut. Tujuan pembelajaran tidak hanya disampaikan tetapi juga dituliskan di papan tulis agar mudah di ingat oleh siswa. Selain dituliskan di papan tulis, guru juga mengintruksikan siswa untuk menuliskannya di buku jurnal harian siswa agar siswa terus mengingat apa sebenarnya tujuan mereka mempelajari materi tersebut.
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
17
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
Hasil pengolahan data menunjukkan untuk siklus II memiliki skor minimum 20; skor maksimum 28; skor rata-rata 24,83; modus 24,59; median 24,77; standar deviasi 2,41 dan varians 5,82.Gambaran tentang distribusi frekuensi data siklus I
No 1 2 3 4 5 Jumlah
Kelas Interval 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
fi 3 5 11 6 5 30
fi relatif 10,00 16,67 36,67 20,00 16,67 100
Berdasarkan Tabel 4.13. dapat dijelaskan bahwa skor rata-rata berada pada kelas interval 24 - 25, yang artinya sebanyak 36,67% skor siswa berada pada skor rata-rata, 26,67% berada di bawah skor rata-rata dan 36,67% berada di atas skor rata-rata. 3. Observasi Observasi yang dilakukan pada siklus II serupa dengan yang dilakukan pada siklus pertama. Observasi dilakukan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung di kelas.Observasi yang dilakukan meliputi kegiatan guru dan kegiatan siswa. Aktivitas siswa yang diamati sepanjang proses pembelajaran di kelas adalah sebagai berikut: 4. Refleksi Berdasarkan hasil obsevasi observer 1 dan 2 tindakan pada siklus II pada pembelajaran yang dilaksanakan mengalami peningkatan terutama aktivitas bertanya dan menjawab siswa. Dari hasil observasi aktivitas siswa dalam melakukan item-item perilaku yang ingin dimunculkan sudah sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditentukan. Temuan-temuan dalam pembelajaran pada siklus II setelah didiskusikan dan dicocokan dengan observer antara lain: 1.
Hasil belajar IPS siswa sudah menunjukkan hasil yang memuaskan. Skor rata-rata adalah 24,83 dan jika dikonversi ke nilai maka nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 82,78. Jumlah siswa yang memperoleh hasil belajar
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
18
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
pada rentang skor 24 - 25 adalah sebesar 36,37%. Siswa yang memperoleh hasil belajar di atas rata-rata adalah 36,67%. Sedangkan siswa yang memperoleh hasil di bawah rata-rata sebesar 26,67%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa sudah tuntassehingga penelitian berhenti hingga di siklus II. 2.
Pengamatan terhadap aktivitas guru menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas guru sudah tergolong baik, yaitu pada pertemuan pertama 75,71%, pertemuan kedua sebesar 77,14, pertemuan ketiga sebesar 80% dan pada pertemuan keempat sebesar 82,86%. Sehingga rata-rata aktivitas siklus II adalah 78,93%.
3.
Pengamatan terhadap aktivitas siswa diperoleh bahwa aktivitas siswa juga tergolong baik yaitu pertemuan pertama 70,5%, pada pertemuan kedua 75,1%, pada pertemuan ketiga sebesar 77,9% dan pertemuan terakhir sebesar 81,5%. Sehingga aktivitas rata-rata siswa siklus II adalah 76,3%.
4.
Sebagian besar siswa sudah berani untuk mengajukan pendapat dan ide yang mereka miliki
Pembahasan Penerapan pembelajaran CTL di kelas VSD Negeri 060885 Medan dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa dan meningkatkan aktivitas siswa di kelas. Beberapa temuan dalam penelitian siklus 1 dan 2 yang telah dijabarkan sebelumnya menunjukkan bahwa hasil belajar dan aktivitas seperti dijelaskan sebagai berikut : 1. Hasil belajar siswa meningkat dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus 1 adalah 65, kemudian pada siklus ke dua meningkat menjadi nilai ratarata yang diperoleh siswa adalah 82,78. 2. Pengamatan terhadap aktivitas guru menunjukkan bahwa aktivitas meningkat dari siklus 1 ke siklus 2. Pada siklus 1 guru sudah menjalankan pembelajaran sesuai dengan sintaks pembelajaran CTL. Namun pada siklus 1 guru masih belum mampu mengelola waktu untuk setiap tahapan dengan baik sehingga pada tahap-tahap akhir tidak dilaksanakan dengan maksimal. Selain itu, guru masih kaku dan belum berimprovisasi dalam melaksanakan pembelajaran karena belum terbiasa dengan pembelajaran CTL. Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
19
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
3. Aktivitas siswa dalam kelas meningkat dari siklus 1 ke siklus 2. Pada siklus 1 sebagian siswa masih malu untuk mengajukan pendapat, masih banyak siswa yang kurang memperhatikan instruksi guru sehingga guru harus mengulangulang instruksi. Dalam kegiatan diskusi, sebagian siswa tidak ikut terlibat aktif dalam kegiatan diskusi, hanya menunggu temannya saja. dalam kegiatan kelompok. Hasil
penelitian
yang
diperoleh
mendukung
penelitian-penelitian
sebelumnya tetang penerapan pembelajaran CTL, seperti penelitian Oka (2009) yang menyimpulkan bahwa pembelajaran CTL dapat meningkatkan aktivitas siswa seperti mendengarkan penjelasan, menyampaikan ide, menganalisis masalah, dan aktivitas diskusi. Dalam penelitian ini juga terlihat bahwa aktivitas siswa meningkat terutama aktivitas dalam menyampaikan ide dan pendapat dan aktivitas diskusi. Hasil seperti ini juga diperoleh dalam penelitian Uzwardani (2011) menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa dalam proses pembelajaran CTL keaktivan siswa dalam berdiskusi meningkat dan hasil belajar mengalami peningkatan sebesar 88,6% untuk siswa yang tuntas belajarnya. Pembelajaran CTL, mengajak siswa untuk aktif di kelas.Pembelajaran lebih berpusat pada siswa dibandingkan guru. Guru hanya berperan sebagai pembimbing dan motivator. Dalam pembelajaran CTL siswa dituntut mampu menganalisis dan memecahkan permasalahan yang diberikan baik secara individu maupun kelompok.Selain itu, siswa dilatih bekerjasama dan bertanggungjawab dalam kelompoknya. Pembelajaran CTL memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri dan menemukan pengetahuannya sendiri sehingga pembelajaran menjadi bermakna
bagi
siswa.Keberanian
untuk
menyampaikan
pendapat
juga
dikembangkan.Keterampilan siswa untuk berkomunikasi melalui diskusi seperti bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat di latih dan dikembangkan melalui diskusi kelas. Siswa yang lebih cerdas dan berani tampil akan membuat siswa lain termotivasi untuk berani tampil juga dan berbagi ide dan pendapat sehingga pengetahuan menjadi lebih berkembang. Kesuksesan lebih mudah dicapai oleh
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
20
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
para anggota kelompok yang bekerja sama dari pada kesuksesan yang diraih seseorang yang berusaha sendiri. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa hasil belajar meningkat dan aktivitas meningkat.Berdasarkan hasil tes awal dan siklus II dapat dilihat peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa sebagai berikut : a. Peningkatan hasil belajar IPS (Xrata-rata2 – Xrata-rata0)/Xrata-rata0 x 100% = (24,83 – 15,70)/15,70 = 58,17% b. Peningkatan aktivitas rata-rata siswa siklus I ke siklus II dapat dilihat dalam Tabel 8. berikut : Rata-Rata Aktivitas
Siklus I (%)
Siklus II (%)
Peningkatan (%)
Guru
62,86
78,93
26
Siswa
63,7
76,3
19,72
Daftar Pustaka Aini, Qurratul. 2009. Penerapan CTL untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa kelas IV SDN Tangkilsari I Kec Tajinan Kabupaten Malang pada Pembelajaran Sains Bahasan Energi dan Perubahannya. Skripsi. Malang : UNM Arikunto, S. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta : Bumi Aksara Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta BSNP. 2006. Peraturan Mendiknas. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan 2006. Jakarta : Depdiknas Bloom, Benjamin S, et al. 1979. Taxonomy of Educational Objectives Book I Cognitive Domain. London : Longman Group LTD Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga Dimyati. 1994. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. Fajar, Arnie. 2004. Portofolio dalam pembelajaran IPS, Bandung: Remaja Rosdakarya. Hamalik, Umar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara Hasibuan. 1994. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya Joyce, B. 2009. Models of Teaching,Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Kemmis, S & R. Mc. Taggart. 1990. The Action Research Planner. Victoria : Deakin University Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada Mabroer, Akhmad. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatid Tipe STAD untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Fisika Kelas X-
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
21
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
C Semester Genap Thun Pelajaran 2005/2006 di SMAN I Lembang. Skripsi.Bandung. UPI Mujiman, Haris. 2007. Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri. Yogyakarta : Pustaka Belajar Oka, Anak Agung. 2009. Peningkatan Aktivitas Belajar dan Penguasaan Konsep Ekosistem Melalui Pembelajaran Kontekstual di SMA Teladan 1 Metro. Skripsi.FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Poedjiadi, A. 1999. Pengantar Filsafat Ilmu bagi Pendidik. Bandung : Cendrawasih Pulungan, Anni H, dkk. 2005. Pengaruh Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Pemahaman Membaca Siswa. Medan : FBS UNIMED Rusyan, Tabrani, dkk. 1989. Pendekatan Proses Belajar Mengajar. Bandung : Rosdakarya Sabil, Husni. 2011. Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching dan Learning (CTL) pada Materi Ruang Dimensi Tiga Menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (MPBM) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNJA.Skripsi.Jambi : Universitas Jambi Saidihardjo & Sumadi HS. 1996. Konsep Dasar Ilmu Pengatahuan Sosial. Yogyakarta : FIP IKIP Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta Sa’ud, Udin Saefudin. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung : Alfabeta Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta Sudjana. 1990. Teknik Analisis Data Kualitatif. Bandung : Tarsito Sulastri, Elis. 2009. Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Skripsi. Bandung. UPI Sumaatmaja, N. 1984. Metodologi pengajaran IPS. Bandung. Alumni Suparno. 1996. Filsafat Konstruktivis dalam Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius Susan, C, Marilyn L, dan Tony, T. 1995. Learning to Teach in the Secondary School. London : Routledge Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada Uzwardani, Rivan. 2011. Penerapan CTL (Contextual Teaching anda Learning) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa kelas V pada Pembelajaran Sains “Sifat Cahaya” di SDN Pohsangit Ngisor Kabupaten Probolinggo. Skripsi. Malang : UNM Wijaya, C. Rusyan, T. 1992. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
22