e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
PENERAPAN METODE DEMONSTRASI MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL JURU PENCAR DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK Ni Luh Gede Karwina Putri1, Desak Putu Parmiti2, Nice Maylani Asril3 1,3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2 Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan sosial emosional melalui penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisional juru pencar dengan media audio visual pada anak di kelompok B1 TK Negeri Pembina Kecamatan Tegallalang tahun pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah 14 orang anak kelompok B1 TK Negeri Pembina Kecamatan Tegallalang. Data kemampuan sosial emosional anak dikumpulkan menggunakan metode observasi dengan instrumen berupa lembar observasi. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata persentase kemampuan sosial emosional anak pada siklus I adalah sebesar 68,36 % yang berada pada kategori sedang. Pada siklus II rata-rata persentase kemampuan sosial emosional anak mengalami peningkatan menjadi sebesar 82,14 % yang berada pada kategori tinggi. Dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi melalui permainan tradisional juru pencar dengan media audio visual dapat meningkatkan kemampuan sosial emosional anak di kelompok B1 TK Negeri Pembina Kecamatan Tegallalang tahun pelajaran 2014/2015.
Kata-kata kunci : metode demonstrasi, permainan tradisional juru pencar, media audio visual, kemampuan sosial emosional, anak usia dini Abstract This research was aimed at finding out the improvement of social emotional ability through the implementation of demonstration method through “juru pencar” traditional games with the media audiovisual toward the children of group B1 TK Negeri Pembina Kecamatan Tegallalang academic year 2014/2015. This study was a classroom action research which was done in two cycles. The subject of this research were fourteen children from B1 group in TK Negeri Pembina Kecamatan Tegallalang academic years 2014/2015. Data collected by using the method of observation with instrument in the from of observation sheet. Data were analyzed using descriptive statistic analysis and descriptive quantitative analysis. The result showed the average percentage of social emotional ability of children in the first cycle of 68,36% wich is in the medium category. In the second cycle the average percentage of social emotional ability of children increased to 82,14% in the which is at a high category. It can be concluded that the method of demonstration through “juru pencar” traditional games with the media audiovisual can be increase social emotional ability of children in group B1 TK Negeri Pembina Kecamatan Tegallalang in academic year 2014/2015. Keywords: demonstration method, “juru pencar” traditional games, audiovisual media, social emotional ability, early childhood.
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
PENDAHULAN Pendidikan memiliki peranan penting dalam membentuk kepribadian manusia. Melalui pendidikan inilah kepribadian manusia dapat dibentuk agar sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Agar pendidikan benar-benar berperan mencerdaskan kehidupan bangsa, maka semua unsur yang terkait (peserta didik, tenaga pendidik, orang tua, masyarakat, pemerintah, pencipta lapangan kerja dan sebagainya) harus turut berperan aktif dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan harus ditingkatkan sejalan dengan arus perkembangan modernisasi yang dilakukan mulai dari sejak anak usia dini. Di dalam Depdiknas (2009) menyatakan, pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam Sistem Pendidikan Nasional adalah Suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai berusia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan, untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan untuk anak usia dini harus mengikuti sifat dan karakter anak, dalam upaya membantu perkembangan anak secara menyeluruh dan bukan sekedar mengajar, tetapi melalui pembelajaran yang dialami oleh anak (Depdiknas, 2005). Pendidikan anak usia dini sangat penting, karena melalui pemberian stimulus yang tepat dapat membantu pertumbuhan dan pekembangan anak. Salah satu pemberi stimulasi tersebut adalah guru. Guru sangat mempengaruhi kualitas dan keberhasilan peserta didik dalam mencapai tahap perkembangan anak. Guru sebagai fasilitator harus mampu
menciptakan suasana proses pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Kegiatan pembelajaran yang baik untuk anak usia dini lebih mengutamakan kegiatan bermain seraya belajar. Bermain mampu meningkatkan motivasi anak dan secara spontan melalui bermain anak dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangannya. Aspek-aspek perkembangan anak usia dini yaitu aspek perkembangan nilai moral dan agama, perkembangan sosial emosional, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, dan perkembangan fisik/motorik (Depdiknas, 2009). Salah satu bagian esensial dalam perkembangan anak usia dini adalah perkembangan sosial emosional. Perkembangan sosial emosional memiliki keterkaitan satu sama lain. Hurlock (1978:250) menyatakan bahwa perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Perkembangan sosial terjadi ketika anak mampu berinteraksi dengan lingkungan. Anak dapat belajar bergaul dan bertingkah laku melalui lingkungan sosialnya. Anak secara tidak langsung akan menggungkapkan perasaannya melalui emosi. Menurut Santrock (2007:6) emosi merupakan perasaan atau afeksi yang timbul ketika seseorang sedang berada dalam suatu keadaan atau suatu interaksi yang dianggap penting olehnya. Anak akan mengungkapkan emosinya saat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Oleh karena itu, perkembangan sosial emosional anak harus dikembangkan. Perkembangan anak terjadi secara berkesinambungan yang berarti bahwa tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahap selanjutnya (Depdiknas, 2009). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 19 sampai dengan 22 November 2014 terhadap anak kelompok B1 di TK Negeri Pembina Kecamatan Tegallalang, ditemukan bahwa pada kemampuan sosial emosional anak masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari indikator pada format penilaian bahwa, 12 orang anak mendapat nilai bintang dua (**)
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
mulai berkembang dan hanya 2 orang anak lainnya mendapat nilai bintang tiga (***) berkembang sesuai harapan sedangkan harapan ketuntasan dari kemampuan sosial emosional yaitu memperoleh bintang empat (****) berkembang sangat baik. Setelah ditelusuri penyebab masalah ini, dapat diketahui bahwa penyebab utama rendahnya kemampuan sosial emosional anak adalah kurangnya antusias anak untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan metode yang diterapkan guru masih monoton yaitu guru hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas pada setiap pembelajaran dan kurangnya media yang dapat menunjang proses kegiatan belajar dalam meningkakan kemampuan sosial emosional anak. Berdasarkan permasalah tersebut, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran di kelompok B1 TK Negeri Pembina Kecamatan Tegallalang perlu dilakukan perbaikan dalam rangka membantu anak meningkatkan kemampuan sosial emosionalnya. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki metode pembelajaran yang digunakan. Metode pembelajaran yang relevan dengan hal tersebut adalah metode demonstrasi. Melalui metode ini, anak diharapkan mampu mengikuti kegiatankegiatan yang mendukung kemampuan sosial emosional anak dan memberikan kesempatan kepada semua anak untuk ikut berperan dalam proses pembelajaran. Metode demonstrasi merupakan suatu cara penyajian pembelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan secara langsung kepada anak tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari (Sumantri, dalam Roestiyah, 2001:82). Penyajian metode demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru walaupun dalam proses demonstrasi peran anak hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Pada umumnya setiap metode pembelajaran bertujuan untuk membantu melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Menurut Sagala (2011:211) metode demonstrasi
bertujuan untuk memperlihatkan proses terjadinya suatu pristiwa sesuai materi ajar, cara penyampaiannya, dan kemudahan untuk dipahami oleh anak dalam pengajaran di kelas. Metode demostrasi juga dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Metode demonstrasi dapat menjadikan proses pembelajaran lebih terarah pada materi yang akan disampaikan. Metode ini dapat memberikan pengalaman baru untuk menguasai pembelajaran sehingga hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri anak dan menjadikan anak lebih aktif untuk mengikuti kegiatan pembelajaran (Mursitho ,2011:23). Penerapan metode demonstrasi ini dilakukan dalam permainan tradisional juru pencar. Menurut Windhu dkk (2002:154), “juru pencar merupakan suatu permainan yang menirukan kegiatan para nelayan menangkap ikan”. Permainan tradisional juru pencar dapat diberikan sebagai sarana belajar untuk anak. Permainan tradisional juru pencar akan menuntut anak untuk dapat berinteraksi dengan teman bermainnya, sehingga dapat mengembangkan perkembangan sosial anak. Selain itu, anak akan mampu mengungkapkan perasaan yang dialaminya saat berinteraksi dengan teman bermainnya. Melalui hal tersebut anak secara tidak langsung akan mampu mengembangkan kemampuan sosial emosionalnya. Metode demonstrasi melalui permainan tradisional juru pencar akan mudah dilaksanakan oleh anak bila dibantu dengan media. Media yang digunakan untuk membantu metode demonstrasi melalui permainan tradisional juru pencar adalah media audio visual. Asyhar (2011:45) menyatakan, media audio visual adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan pengelihatan sekaligus dalam suatu proses atau kegiatan. Media audio visual yang dapat digunakan sebagai perantara pesan dalam pembelajaran yang melibatkan pendengaran dan pengelihatan adalah video. Sebelum memainkan permainan tradisional juru pencar dalam penelitian ini, anak terlebih dahulu menyimak video yang diputarkan oleh guru.
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
Video tersebut dapat dijadikan contoh oleh anak untuk bermain dalam permainan tradisional juru pencar mengingat bahwa anak usia dini masih berpikir secara konkrit. Metode demonstrasi melalui permainan tradisional juru pencar dengan media audio visual ini dapat menarik perhatian dan minat anak dalam mengikuti pembelajaran, sehingga anak mampu bermain sesuai dengan skenario dalam permainan tradisional juru pencar. Apabila metode demonstrasi melalui permainan tradisional juru pencar dengan media audio visual diterapkan dengan baik, maka cendurung terjadi peningkatan kemampuan sosial emosional pada anak di kelompok B1 TK Negeri Pembina Kecamatan Tegallalang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan sosial emosional anak setelah diterapkan metode demonstrasi melalui permainan tradisional juru pencar dengan media audio visual pada anak di kelompok B1 TK Negeri Pembina Kecamatan Tegallalang tahun pelajaran 2014/2015. METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Agung (2010:2) menyatakan bahwa, penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakantindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Rancangan penelitian ini dimulai dari yang pertama yaitu perencanaan. Pada tahap ini peneliti menyusun untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran. Kedua yaitu tahap pelaksanaan. Tahap ini peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan rancangan kegiatan yang telah dipersiapkan. Rancangan kegiatan yang digunakan adalah metode demonstrasi melalui permainan tradisional juru pencar dengan media audio visual untuk menangangi rendahnya kemampuan sosial emosional anak. Ketiga yaitu pengamatan atau observasi. Pada tahap ini dilakukan pencatatan terhadap prilaku anak saat bermain permainan tradisional juru pencar
dan mencatat hal-hal yang muncul di luar perencanaan tindakan. Hasil pencatatan ini merupakan catatan kecil sebagai acuan dalam melaksanakan tindakan siklus II. Sedangkan evaluasi dilaksanakan pada setiap akhir pertemuan. Keempat yaitu refleksi. Refleksi dilakukan untuk melihat, mengkaji, dan mempertimbangkan dampak dari tindakan penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisional juru pencar berbantuan media audio visual yang diberikan. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti bersama guru dapat melakukan perbaikan kekurang-kurangan dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada refleksi ini adalah peneliti mengkaji dan merenungkan hasil penelitian terhadap pelaksanaan tindakan tersebut dengan tujuan jika terjadi hambatan, akan dicari pemecahan masalahnya untuk direncanakan tindakan pada siklus selanjutnya. Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan n
Pengamatan
?
Gambar 1. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto dkk, 2012:16) Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelompok B1 TK Negeri Pembina Kecamatan Tegallalang tahun pelajaran 2014/2015. Subjek penelitian ini berjulmah 14 orang dengan 8 orang lakilaki dan 6 orang perempuan. Metode pengumpulan data digunakan teknik observasi. Peneliti mengobservasi proses pembelajaran yang berlangsung ketika menggunakan metode demonstrasi melalui permainan tradisional juru pencar dengan media audio visual untuk
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
meningkatkan kemampuan sosial emosional anak. Agung (2010:54) menyatakan bahwa metode observasi adalah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Setelah data terkumpul menggunakan metode observasi maka dilakukanlah teknik analisis data. Teknik analisis data menggunakan Analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Menurut Agung (2014:110) metode analisis statistik deskriptif adalah suatu cara pengolahan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang selanjutnya dianalisis dan disajikan ke dalam rumus-rumus statistik deskriptif seperti, tabel distribusi frekuensi, menghitung mean, menghitung modus, menghitung median, menyajikan data ke dalam grafik polygon. Sedangkan teknik analisis deskriptif kuantitatif akan digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya hasil penelitian yang akan dikonversikan dengan PAP skala lima. Hal ini didukung oleh teori menurut Agung (2014:110) menyatakan metode analisis deskriptif kuantitatif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyususn secara sistematis dalam bentuk angka-angka atau persentase, mengenai suatu objek yang dteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum. Tingkatan hasil belajar dan keaktifan belajar anak dapat ditentukan dengan membandingkan M (%) atau ratarata persen ke dalam PAP skala lima dengan kreteria sebagai berikut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Data kemampuan soaial emosional melalui permainan tradisional juru pencar dengan media audio visual yang diperoleh pada penelitian di siklus I akan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, yaitu menghitung mean (M), menghitung Median (Me), dan menghitung Modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa mean (M)= 19,14, median (Me)= 19,00, dan modus (Mo)=18,00. Data tersebut selanjutnya disajikan ke dalam grafik polygon.
Tabel 1. Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Tingkatan Hasil Kemampuan Sosial Emosional anak
Berdasarkan perhitungan dari grafik Polygon diatas terlihat Mo < Me < M (18,00 < 19,00 < 19,14), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data kemampuan sosial emosional anak pada siklus I merupakan kurva juling positif. Dengan demikian dapat diinterpretaskan bahwa skor kemampuan sosial emosional anak di kelompok B1 TK Negeri Pembina Kecamatan Tegallalang cenderung rendah. Untuk menentukan tingkat kemampuan sosial emosional anak pada kelompok B1 dihitung dengan membandingkan rata-rata M (%) dengan kriteria Penilaian Acuan
Persentase
Kreteria Kemampuan sosial emosional anak
90-100 Sangat Tinggi 80-89 Tinggi 65-79 Sedang 55-64 Rendah 0-54 Sangat Rendah (Agung, 2010:16)
6
f
5 4 3 2 1 0 17
18
19
Mo = 18,00
20
21
X
M = 19,14 Me = 19,00
Gambar 2. Grafik Polygon Data Hasil Kemampuan Sosial Emosional Anak Pada Siklus I
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
Patokan (PAP) skala lima dan hasil yang didapat pada M% = 68,36% yang berada pada tingkat penguasaan 65-79% yang berarti bahwa hasil kemampuan sosial emosional anak pada siklus I berada pada kreteria sedang. Dari hasil pengamatan dan temuan penulis selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa kendala yang menyebabkan perkembangan sosial emosional anak berada pada kategori rendah. Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti saat pelaksanaan siklus I yang pertama ada beberapa anak yang terus melanggar peraturan peraturan permainan, kedua ada anak cendeung susah diatur sehingga sering membuat keributan dan menganggu teman-temannya pada saat penerapan kegiatan, ketiga ada satu atau dua orang anak saat berperan sebagai ikan tidak mau menghindar saat hendak ditangkap oleh juru pencar. Berdasarkan kendala-kendala tersebut diberikanlah solusi untuk mengatasi permasalahan pertama yaitu guru menjelaskan kembali mengenai peraturan permainan tradisional juru pencar agar anak lebih mengerti dan tidak ada anak yang melanggar peraturan lagi. Permasalahan kedua guru menunjuk anak yang suka mengganggu temannya untuk menjawab pertanyaan tentang kegiatan yang dilakukan agar anak tersebut merasa selalu diperhatikan. Selain itu, guru juga harus selalu berada di sekitar anak tersebut dan menegur anak ketika anak sudah mulai mengganggu temannya. Permasalahan ketiga yaitu guru menjelaskan kembali tentang permainan yang akan dilakukan dan memutarkan kembali video dari permainan tersebut. Hal ini bertujuan untuk memperjelas lagi tentang tugas dari masing-masing peran dalam permainan. Penelitian yang dilakukan pada siklus II menggunakan metode, permainan, dan media yang sama. hasil analisis data diperoleh bahwa mean (M)= 23,00, median (Me)= 23,00, dan modus (Mo)=24,00. Data tersebut selanjutnya disajikan ke dalam grafik polygon. Berdasarkan perhitungan dari grafik Polygon diatas terlihat Mo > Me > M (23,00 > 23,00 > 24,00), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data
kemampuan sosial emosional anak pada siklus II merupakan kurva juling negatif. Dengan demikian dapat diinterpretaskan bahwa skor kemampuan sosial emosional anak di kelompok B1 TK Negeri Pembina Kecamatan Tegallalang cenderung tinggi. Dalam menentukan tingkat kemampuan sosial emosional anak pada kelompok B1 dihitung dengan membandingkan rata-rata M (%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima dan hasil yang didapat pada M% = 82,14% yang berada pada tingkat penguasaan 80-89% yang berarti bahwa hasil kemampuan sosial emosional anak pada siklus II berada pada kreteria tinggi. 6 5 4 3 2 1 0
f
21
22
23
24
M = 23,00
25
X
Mo = 24,00 Me = 23,00
Gambar 3. Grafik Polygon Data Hasil Kemampuan Sosial Emosional Anak Pada Siklus II Proses perbaikan yang dilakukan dalam proses pembelajaran telah memberikan peningkatan yang sigifikan terhadap kemampuan sosial emosional anak. Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan meliputi diantaranya: yang pertama secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan harian yang telah dipersiapkan oleh peneliti sesuai dengan indikator yang dikembangkan dalam penelitian ini, sehingga kemampuan sosial emosional anak dapat tercapai dengan optimal; kedua pada siklus II tidak ada anak yang melanggar peraturan
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
permainan lagi karena anak sudah paham tentang peraturan dalam permainan tradisional juru pencar; ketiga anak yang awalnya belum terlalu paham dengan peran yang didapat dalam permainan pada siklus I, tetapi pada siklus II anak sudah mampu dan paham terhadap peran yang didapatkan oleh anak dalam permainan; keempat anak sudah mampu bermain dengan baik karena guru menjelaskan lebih menarik dan lebih rinci tentang permainan tradisional juru pencar sambil memutarkan kembali video permainannya. Selain itu, anak menjadi lebih antusias untuk mengikuti permainan karena anak sudah lebih memahami tentang permainan tradisional juru pencar dan tidak ada anak yang suka mengganggu temannya lagi. Secara umum proses pembelajaran dengan penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisional juru pencar dengan media audio visual untuk meningkatkan kemampuan sosial emosional anak sudah berjalan dengan baik.Hal ini dapat terlihat dari adanya peningkatan rata-rata persentase (M%) kemampuan sosial emosional anak dari siklus I ke siklus II, sehingga peneliti memandang penelitian ini sampai disiklus II dan tidak dilanjutnya ke siklus berikutnya. Penyajian data diatas memberikan gambaran bahwa penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisional juru pencar dengan media audio visual dapat meningkatkan kemampuan sosial emosional anak. Hal ini terlihat pada saat analisis data mengenai kemampuan sosial emosional anak meningkat dari siklus I menuju siklus II. Pembahasan Berdasarkan analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase kemampuan sosial emosional pada anak kelompok B1 TK Negeri Pembina Kecamatan Tegallalang pada penerapan siklus I sebesar 68,36 % yang berarti tergolong pada kategori sedang dan berada pada rentangan 65-79. Peningkatan terjadi pada siklus II dengan rata-rata persentase yang diperoleh sebesar 82,14% yang menunjukkan kemampuan sosial emosional anak
tergolong pada kreteria tinggi dan berada pada rentanga 80-89. Oleh kerena itu, pada siklus II kemampuan sosial emosional anak dikatakan berhasil meningkat sesuai dengan kriteria yang diharapkan. Peningkatan kemampuan sosial emosional anak dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 13,78. Hasil penelitian ini dapat membuktikan bahwa penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisional juru pencar dengan media audio visual dapat meningkatkan kemampuan sosial emosional anak. Peningkatan kemampuan sosial emosional anak dapat dilihat dari kemajuan perkembangan anak pada setiap pertemuan pembelajaran. Pada pertemuan pertama anak terlihat masih bingung pada saat guru mengajak anak untuk melakukan permainan tradisional juru pencar seperti yang dicontohkan dalam video. Pertemuan selajutnya anak juga masih terlihat belum paham tentang permainan tradisional juru pencar, karena itulah anak masih terus melanggar peraturan permainan dan anak yang berperan sebagai ikan tidak mau menghindar saat hendak ditangkap oleh juru pencar. Selanjutnya guru berupaya untuk mengatasi kendala-kendala yang menghambat kegiatan dengan memutarkan kembali video permainannya serta menjelaskan kembali dengan lebih menarik dan lebih rinci menganai permainan tradisional juru pencar, cara memainkanya, tugas dari peran juru pencar dan ikan, dan aturan permainnya sehingga anak dapat memahami permainan dengan baik. Upaya yang telah dilakukan tersebut sependapat dengan Suryani (dalam Agung, 2012:60) yang menyatakan guru mejelaskan secara terinci tahap demi tahap kegiatan akan mempermudah anak memahami kegiatan yang diberikan. Penggunaan cara tersebut terlihat efektif karena selama pertemuan siklus I dilakukan anak terlihat lebih antusias dan lebih memahami permainan tradisional juru pencar. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan pada perkembangan sosial emosional anak, sehingga pada siklus I kemampuan sosial emosional anak dibandingkan dengan sebelum penelitian telah mengalami peningkatan dari kreteria rendah menjadi sedang.
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
Berbeda halnya dengan pertemuan siklus I, pada pertemuan siklus II anak sudah terbiasa dengan kegiatan permainan tradisional juru pencar, sehingga guru hanya bertugas untuk memaksimalkan kemampuan sosial emosional anak. Anak sudah lebih paham tentang permainan tradisional juru pencar dibandingkan pada siklus I. Peningkatan perkembangan pada anak sudah terlihat baik pada siklus II, hal tersebut dibuktikan dengan hasil evaluasi dan analisis siklus II yang menunjukkan bahwa kemampuan sosial emosional anak telah berada pada kreteria tinggi. Selain itu, peningkatan kemampuan sosial emosional anak juga disebabkan oleh anak masih berpikir secara konkret. Anak akan mudah mempelajari informasi baru dengan bantuan media yang memenuhi syarat dari segi kejelasan sehingga dapat membantu mempercepat proses belajar anak yang masih konkret dalam berpikir (Zaman, dkk, 2008:4.23). Hal tersebut tentunya didukung oleh peran guru di dalam penyampaian informasi kegiatan pembelajaran kepada anak dengan metode demonstrasi melalui permainan tradisional juru pencar dengan media audio visual. Media audio visual yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa video. Video baik digunakan sebagai contoh dalam melakukan permainan terdisional juru pencar karena anak usia dini masih berpikir secara konkret. Penggunaan video dalam kegiatan demonstrasi melalui permainan tradisional juru pencar akan mendukung kemampuan sosial emosional anak. Hal ini dikarenakan metode demonstrasi dengan media audio visual berupa video dapat mempermudah anak untuk memahami permainan tradisional juru pencar tersebut. Pada pelaksanaan metode demonstrasi, guru menjelaskan permainan tradisional juru pencar dengan video. Guru memperlihatkan secara langsung permainan tradisional juru pencar melalui video sehingga dapat mempermudah dan menarik minat anak untuk melakukan permainan tersebut. Karena, video dapat menyajikan materi secara detail sehingga anak mudah mengerti dan memahami materi pembelajaran yang diberikan (Asyhar, 2011:46). Berdasarkan hal tersebut video dapat membantu anak untuk
mempermudah memahami permainan tradisional juru pencar. Selain itu, Sanjaya (2010:152) menyatakan bahwa metode demonstrasi dapat mempermudah anak untuk memahami dengan lebih jelas dan konkret tentang kegiatan pembelajaran yang diberikan serta dapat membuat pembelajaran menjadi menarik. Hal ini membuat kegiatan demonstrasi melalui permainan tradisional juru pencar dengan video dapat menstimulasi perkembangan sosial emosional anak. Kondisi ini sesuai dengan pendapat Sujiono (2009:145) yang menyatakan bahwa kegiatan permainan dapat mengembangkan perkembangan sosial emosional anak. Hurlock (1978:325) juga menyatakan permainan dalam suatu kelompok dapat mendukung perkembangan sosial emosional anak karena permainan tersebut melibatkan interaksi anak dengan teman sebanyanya. Selain itu, melalui bermain juga menuntut anak untuk berkumpul dengan teman bermainnya (Taro, 2010). Serta Taro juga menyatakan melalui permainan tradisional anak mendapatkan kesempatan untuk belajar dari pengalamannya, dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, berpikir, bergaul, bergerak, melatih perhatian, dan mengembangkan emosi. Hal ini dikarenakan kegiatan demonstrasi melalui permainan tradisional juru pencar dengan media audio visual berupa video akan melibatkan anak secara langsung dalam melaksanakan permainan tradisional juru pencar tersebut. Hal ini terlihat pada saat penerapan metode demonstrasi dengan tema pekerjaan. Anak-anak sangat antusias untuk melakukan permainan tradisional juru pencar seperti yang dicontohkan dalam video. Antusias yang ditunjukan anak seperti anak mau melakukan peran sebagai ikan maupun sebagai juru pencar. Anak juga mampu memainkan perannya dengan baik dan mampu menyelesaikan tugas berdasarkan peran yang didapat. Selain itu, antusias anak dapat terlihat dari semangat dan kegembiraan anak dalam melakukan permaian. Antusias anak inilah yang mendukung peningkatan kemampuan sosial emosional anak. Hal ini tentunya juga sangat dipengaruhi oleh peran guru dalam
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
penyampaian kegiatan pembelajaran dengan metode demonstrasi melalui permainan tradisional juru pencar dengan media audio visual berupa video. Penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisional juru pencar dengan media audio visual berupa video ini juga mampu mendorong anak untuk bertanggung jawab, percaya diri, pantang menyerah, mentaati peraturan, bekerjasama, dan mampu mengekspresikan emosinya dengan cara yang wajar, dengan demikian kemampuan sosial emosional anak dapat meningkat. Guru juga sudah mampu dalam mengatasi permasalahan atau kelemahan dari medode demonstrasi, permainan tradisional juru pencar, dan media audio visual. Hal tersebut dikarenakan guru sudah sertifikasi sehingga guru sudah memiliki ketrampilan dalam menerapkan metode demonstrasi melalui permainan tradisional juru pencar dengan media audio visual sehingga dapat mengingkatkan kemampuan sosial emosional anak. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Harly, Syukri, dan Yuniarn (2013) yang menunjukkan bahwa permainan tradisional mampu meningkatkan perkembangan sosial emosional anak. Selain itu, penelitian Hadayani (2013) yang menunjukkan bahwa permainan tradisional mampu meningkatkan sikap sosial anak kelompok B Taman Kanak-Kanak Astiti Dharma Penatih Denpasar. Penelitian lain yang mendukung yaitu dari penelitian Aga, Samidi, dan Sujana (2013) yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan kemampuan sosial emosional anak dari siklus I ke siklus II melalui penggunaan media animasi. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisional juru pencar dengan media audio visual dapat meningkatkan kemampuan sosial emosional anak kelompok B1 di TK Negeri Pembina Kecamatan Tegallalang tahun pelajaran 2014/2015. Hambatan dalam penelitian ini adalah sulitnya mengembangkan tema dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan
menggunakan metode demonstrasi melalui permainan tradisional juru pencar dengan media audio visual hanya cocok diterapkan pasa saat tema pekerjaan. Hal ini dikarenakan metode demonstrasi melalui permainan tradisional juru pencar dengan media audio visual mengenalkan pada anak tentang pekerjaan seorang juru pencar atau nelayan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dapat disimpulkan penerapan bahwa metode demonstrasi melalui permainan tradisional juru pencar dengan media audio visual dapat meningkatkan kemampuan sosial emosional anak kelompok B1 di TK Negeri Pembina Kecamatan Tegallalang tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data pada siklus I sebesar 68,36 % yang termasuk pada kategori sedang dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 82,14 % yang berada pada kategori tinggi. Jadi peningkatkan kemampuan sosial emosional anak dari siklus I ke siklus II sebesar 13,78%. Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. Pertama, bagi guru, hendaknya menerapkan metode demonstrasi melalui permainan tradisional juru pencar dengan media audio visual sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang menarik untuk meningkatkan kemampuan sosial emosional anak. Untuk mendukung pelaksanaan penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisional juru pencar dengan media audio visual tersebut, perlu ditingkatkan inovasi permainan tradisional lebih bervariasi dan menunjang. Agar penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisional juru pencar dengan media audio visual menjadi optimal, maka dalam penerapannya harus membuat persiapan yang matang serta didukung oleh situasi kondisi sekolah. Kedua, bagi kepala sekolah, hendaknya memberi pemahaman kepada guru kelas untuk menerapkan berbagai strategi pembelajaran terutama
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
melalui permainan tradisional, agar tidak terjadi kejenuhan pada anak saat proses kegiatan berlangsung. Ketiga, bagi peneliti selanjutnya yang berminat terhadap penelitian sejenis, dapat mengembangkan penelitian menggunakan variasi permainan tradisional lain yang masih belum tergali manfaatnya atau mengadakan penelitian lebih lanjut untuk dapat meningkatkan kriteria tinggi menjadi sangat tinggi. Penelitian ini juga dapat ditindaklanjuti sebagai upaya pelestarian permainan tradisional yang merupakan warisan budaya bangsa. DAFTAR PUSTAKA Agung, A.A. Gede. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan, Suatu Pengantar. Singaraja: FIP Undiksha Singaraja -------.2014. Metodologi Penilitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha. Arikunto, Suharsimi., Suhardjono., Supardi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Cetakan ke-12. Jakarta: PT Bumi Aksara. Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada -------. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Asyhar, Rayandra. 2011. Mengembangkan Pembelajaran. Jakarta: Persada.
Kreatif Media Gaung
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak. Edisi Ke-6. Terjemahan Meitasari Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih. Child Development. Jakarta: Erlangga. Latif,
Mukhtar., Zubaidah., Rita., Zukhairina., Afandi, Muhamad. 2013. Pendidikan Anak Usia Dini (Teori dan
Aplikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Mursitho, Joko. 2011. Mengajar Dengan Sukses. Jakarta: Pustaka Tunasmedia. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, 2009. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sadiman, Arief S. 2009. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatnya. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Edisi ke-11. Jilid 2. Terjemahan Mila Rachmawati dan Anna Kusumawati. Child Development. Jakarta: Erlangga. Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sudjana, Nana dan Ahmad Rafai. 2005. Metode Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensido. Sujiono, Yuliani Nurani. 2011. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks. Taro, Made. 2002. Permainan Tradisional Bali. Bali: Dinas Pendidikan Propinsi Bali. -------, 2010. Bunga Rampai Permainan Tradisional Bali. Bandung: Graha Bandung Kencana.
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
Windhu, Oka., Purnata, Made., Gianyar, Wayan., Mas I Ketut. 2002. Permainan Rakyat Daerah Bali. Bali: Badan Pengembangan Kebudayaan Dan Pariwisata. Wiyani, Novan Ardy. 2014. Mengelola & Mengembangkan Sosial & Emosional Anak Usia Dini: Panduan Bagi Orangtua & Pendidik PAUD. Yogyakarta: Ar-ruzz Media. -------, 2014. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gava Media. Yusuf, Syamsu., Sugandhi M. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Cetakan ke-3. Jakarta: PT Raja Grafindo. Zaman, Badru., Asep, Hery H., Cucu, Eliuawati. 2008. Media dan Sumber Belajar TK. Jakarta: Universitas Terbuka.