PROCCEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
PENELITIAN ASPEK KONSERVASI BAHAN GALIAN DI WILAYAH BEKAS TAMBANG DI PANGARAYAN KABUPATEN KAMPAR, RIAU Rudy Gunradi Kelompok Program Penelitian Konservasi, Pusat Sumber Daya Geologi
ABSTAK Kegiatan suatu usaha pertambangan yang telah berhenti oleh sebab habisnya cadangan ekonomis maupun karena masalah lainnya seringkali meninggalkan bahan galian yang mungkin masih memiliki potensi ekonomis. Lokasi penelitian termasuk kedalam Kabupaten Kampar. Secara geografis terletak antara 100o 39’ 59” – 100o 56’ 18” BT dan antara 0o 15’ 27” – 0o 30’ 57” LU. Di aliran S. Rambai, S. Pinggir dan S. Lo telah dilakukan penambangan timah oleh PT. Timah dan rakyat. Wilayah pertambangan PT. Timah lebih terkonsentrasi di hulu S. Rambai dan di hulu S. Pinggir, sedangkan di hilir S. Pinggir dan S. Lo di sekitar Desa Koto Ranah penambangan dilakukan oleh rakyat. Di hulu S. Rambai pada wilayah bekas penambangan PT. Timah jumlah aluvial tersisa hanya 30% dan di aliran S Pinggir dan S. Lo sampai dengan Desa Koto Ranah jumlah aluvial sisa penambangan rakyat sekitar 50%. Hasil analisis mineralogi butir dari konsentrat dulang menunjukkan jumlah rata-rata butir kasiterit di dalam aluvial di ketiga aliran sungai tersebut sebesar 154,41 gr/m3 dan di dalam tailing sisa pengolahan sebesar 48,423 gr/m3. Hasil evaluasi sumberdaya tereka kasiterit di dalam endapan aluvial sisa penambangan di Hulu S. Ranah, S. Pinggir dan S. Lo disekitar Desa Koto Ranah sebesar 123,9 ton dan kasiterit di dalam tailing sisa pengolahan sebesar 45,4 ton. Mineral ikutan ekonomis yang terdapat dalam endapan aluvial dan tailing seperti zirkon jumlahnya relatif sedikit dan tidak ekonomis untuk diusahakan.
LATAR BELAKANG
Kegiatan suatu usaha pertambangan yang telah berhenti oleh sebab habisnya cadangan ekonomis maupun karena masalah lainnya dan ditambang dengan produksi yang besar seringkali meninggalkan bahan galian yang mungkin masih memiliki potensi ekonomis pada saat sekarang maupun pada masa mendatang. Pada umumnya usaha pertambangan tidak mengolah bahan galian lain dan mineral ikutan, sehingga tidak
memperhatikan peningkatan nilai tambah suatu bahan galian pada suatu lokasi tambang. Disamping pada kegiatan pertambangan yang resmi, kondisi ini umum terjadi pada kegiatan Penambangan Tanpa Izin (PETI) karena cara mengelola bahan galian tidak secara sistematis dan optimal sesuai dengan kaidah konservasi bahan galian. Penelitian aspek konservasi bahan galian di wilayah bekas tambang merupakan salah 1
PROCCEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
satu kegiatan untuk memperoleh data tentang penerapan aspek-aspek konservasi pada pengelolaan bahan galian di Indonesia. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi sumberdaya dan pemanfaatan bahan galian di daerah tersebut secara tepat dan optimal. Maksud dari penelitian ini yaitu melakukan inventarisasi potensi bahan galian pada bekas tambang di daerah penelitian dengan tujuan agar bahan galian tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan sesuai dengan kaidah konservasi bahan galian dan berguna bagi kepentingan masyarakat luas. LOKASI PENELITIAN
Lokasi penelitian termasuk kedalam Kabupaten Kampar, dengan jarak ± 100 km dari Kota Pekanbaru. Secara geografis 100o 56’ terletak antara 100o 39’ 59” – 18” BT dan antara 0o 15’ 27” – 0o 30’ 57” LU. Daerah penelitian dapat dicapai dengan cara menggunakan pesawat terbang reguler dari Jakarta-Pekanbaru atau kendaraan roda empat/bis dari Bandung, dilanjutkan dengan kendaraan roda empat dari Pekanbaru ke lokasi penelitian.. Peta lokasi dapat dilihat pada Gambar1.
GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Geologi Hasil pemetaan penyelidik terdahulu geologi daerah penelitian disusun oleh batuan yang umurnya bervariasi dari Paleozoikum hingga Resen. Bagian terbesar daerah kegiatan merupakan suatu seri batuan sedimen berumur PermoKarbon yang sebagian mengalami malihan derajat rendah. Seri batuan ini merupakan suatu endapan marine shelf sediments yang membentuk pegunungan berarah NW-SE dimana setempat-setempat diisi oleh endapan
sedimen berumur endapan sedimen berumur Tersier. Formasi yang tertua yaitu Formasi Bohorok (Pub) yang disusun oleh batupasir wacke dan konglomerat. Selanjutnya secara menjari diendapkan Anggota Tanjung Pauh (Pkut) yang didominasi oleh batuan malihan berupa muskovit, klorit dengan lineasi yang kuat. Intrusi batuan granitik yaitu Granit Ginti (MPlgt) dan Granit Pulaugadang (Mplpg) diduga terjadi pada masa Mesozoikum. Di lapangan pengaruh intrusi ini dapat terlihat dengan adanya gejala malihan sentuh pada batuan yang diterobosnya yaitu batuan sedimen yang berumur Permo-Karbon. Garnit Ginti berupa granit dan pegmatit turmalin dan Granit Pulaugadang terdiri dari granit berfoliasi dan granit genes. Sesudah suatu perioda yang ditandai dengan adanya pengangkatan, perlipatan intrusi batuan beku serta erosi batuan Pra-Tersier kemudian disusul oleh pembentukan batuan sedimen berumur Tersier yang diawali dengan pengendapan breksi dan konglomerat pada bagian dasarnya. Seri batuan sedimen Tersier dimulai dari yang tertua yaitu Formasi Pematang (Tipe) yang berumur antara Eosen-Oligosen dicirikan oleh satuan batuan breksi-konglomerat dengan sisipan batupasir, batulempung, batulanau dan dan batulumpur, formasi ini diendapkan dalam lingkungan pengendapan air tawar. Di atas Formasi Pematang diendapkan secara tidak selaras Formasi Sihapas (Tms) yang berumur Miosen Bawah dan satuan batuan yang membentuknya terdiri dari konglomerat, batupasir, batulanau, batulanau dan serpih. Lingkungan pengendapan pada formasi ini bervariasi mulai dari fluviatile, Iacrustine, deltaic hingga neritic. Di atas Formasi Sihapas secara selaras diendapkan Formasi Telisa (Tmt) yang berumur Miosen-Tengah. Formasi ini dibentuk oleh satuan batuan serpih, batulanau, batulempung, napal dan batupasir glaukonit dan diendapkan dalam lingkungan pengendapan marine yang 2
PROCCEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
dicirikan dengan adanya fosil foram dan plankton. Formasi Petani (Tup) yang berumur Pliosen diendapkan diduga tidak selaras di atas Formasi Telisa yang dibentuk oleh satuan batuan serpih dengan sisipan batupasir dan batulanau, formasi ini diendapkan dalam lingkungan pengendapan yang bervariasi dari fluviatile hingga litoral. Batuan vulkanik (Qtv) berkomposisi antara andesit dan basalt diduga berumur Mio-Pliosen, batuan ini menutupi Formasi Bohorok dan Formasi Sihapas. Batuan Kuarter umumnya berupa endapan aluvial yang terdiri dari kerikil, pasir dan lempung. Peta geologi regional daerah kegiatan dapat dilihat pada Gambar 2 Mineralisasi di daerah kegiatan dapat dibagi menjadi dua jenis mineralisasi yaitu mineralisasi sulfida dan mineralisasi oksida.
Ketebalan endapan aluvial di hulu sungai bervariasi antara 1 - 2 m, dan di hilir sungai sungai bervariasi antara 2 - 3 m, tergantung posisi ketinggian endapan aluvial tersebut diendapkan. Untuk mengetahui jumlah sumber daya/ cadangan timah dan recovery penambangan maupun pengolahan di daerah penelitian telah dilakukan penyontohan endapan aluvial dan tailing pengolahan dengan cara pendulangan dan selanjutnya dianalisis mineralogi butirnya. Wilayah pertambangan PT. Timah lebih terkonsentrasi di hulu S. Rambai dan di hulu S. Pinggir, sedangkan di hilir S. Pinggir dan S. Lo di sekitar Desa Koto Ranah penambangan dilakukan oleh rakyat. Di Hulu S. Rambai di wilayah bekas penambangan PT. Timah, endapan aluvial yang tersisa sebesar 30% dan di aliran S. Pinggir dan S. Lo bekas penambangan rakyat sebesar 50%.
Mineralisasi sulfida terdiri dari mineral-mineral pirit, galena dan kalkopirit. Mineralisasi pirit sangat umum dijumpai pada daerah-daerah yang mengalami gangguan tektonik seperti oleh perlipatan atau sesar. Mineralisasi-mineralisasi pirit ini umumnya didapati mengisi retakan-retakan pada batuan sebagai generasi epigenetik.
PT. Timah melakukan penambangan tahun 1972 dan setelah itu penambangan dilakukan oleh beberapa kelompok penambang secara ilegal. Karena cadangan sulit untuk ditingkatkan dan saat itu harga timah merosot tajam, maka penambangan timah di daerah penelitian terhenti.
Mineralisasi oksida yang utama adalah kasiterit, mineralisasi ini berasosiasi dengan urat-urat kuarsa-kasiterit yang mengisi rekahan-rekahan pada pada Granit Ginti. Gejala ubahan yang teramati pada daerah sekitar kontak urat-urat tersebut di antaranya ialah greisenisasi, pengersikan dan kaolinisasi.
EVALUASI
Bahan Galian Bahan galian yang cukup potensial yang terdapat di daerah penelitian dan sudah dikenal sejak jaman Belanda adalah timah aluvial. Sebaran endapan aluvial hanya terbatas sepanjang aliran sungai yang relatif kecil. Dari pengamatan di lapangan di bagian hulu sungai lebar endapan aluvial sekitar 200 m dan di bagian hilir 300 m.
Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya, wilayah pertambangan PT. Timah lebih terkonsentrasi di hulu S. Rambai dan di hulu S. Pinggir, sedangkan di hilir S. Pinggir dan S. Lo di sekitar Desa Koto Ranah penambangan dilakukan oleh rakyat. Di Hulu S. Rambai di wilayah bekas penambangan PT. Timah, endapan aluvial yang tersisa sebesar 30% dan di aliran S. Pinggir dan S. Lo bekas penambangan rakyat sebesar 50%. Ketebalan endapan aluvial di hulu sungai bervariasi antara 1 - 2 m, dan di hilir sungai sungai bervariasi antara 2 - 3 m, tergantung posisi ketinggian endapan aluvial tersebut diendapkan. Hasil pengukuran luas sebaran aluvial di lapangan dan selanjutnya diproses dengan 3
PROCCEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Program Map Info untuk dapat dihitung jumlah sebaran aluvial dan tailing (Gambar 4). Dari hasil analisis mineralogi butir diketahui konsentrasi rata-rata kasiterit yang terdapat pada endapan aluvial dan tailing.
Hasil perhitungan dari data tersebut di atas dapat diketahui sumber daya kasiterit yang terdapat pada masing-masing aliran sungai seperti terlihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.
Tabel 4.1. Perhitungan Jumlah Aluvial dan Tailing di Wilayah Bekas Tambang Daerah
Hulu S. Rambai S. Pinggir S. LO
Luas Aluvial (Ha)
Ketebalan Rata-Rata (m)
Jumlah Aluvial (m3)
Jumlah Tailing (m3)
22,68
1,5
102.060
238.140
41,61 28,44
2 2
416.100 284.400
416.100 284.400
Konsentrasi Rata-Rata Kasiterit dalam Aluvial (gr/m3)
Konsentrasi Rata-Rata Kasiterit dalam Tailing (gr/m3)
154,4123455
48,42350833
Tabel 4.1. Jumlah Sumber Daya Tereka Kasiterit di Wilayah Bekas Tambang Daerah Hulu S. Rambai S. Pinggir S. Lo JUMLAH
Kasiterit dalam Aluvial (Ton) 15,759 64,251 43,915 123,925
Mineral ikutan ekonomis yang terdapat dalam endapan aluvial dan tailing seperti zirkon jumlahnya relatif sedikit, hasil analisis mineralogi butir mineral zirkon hanya ditemukan di 4 lokasi yaitu di lokasi KMP 5 P, KMP 7 P, KMP 8 P dan KMP 25 P. Hasil analisis mineral zirkon dalam konsentrat dulang terbesar hanya di lokasi KMP 25 P sebesar 0,013 kg/m3, jumlah mineral zirkon sebesar tersebut masih sangat kecil dibandingkan konsentrasi rata-rata mineral zirkon yang ekonomis untuk ditambang yaitu sebesar 2 kg/m3. Pola dan sistim penambangan terutama pada penambangan kasiterit oleh rakyat yang ada tidak sistimatis dan tidak didasarkan hasil eksplorasi yang baik yang menyebabkan banyak lokasi bukaan tambang yang tidak berhasil dan banyak menyisakan bahan galian tertinggal.
Kasiterit dalam Tailing (Ton) 11,532 20,149 13,772 45,452
Disamping itu menyebabkan kerusakan lingkungan berupa kerusakan bentang alam, tingginya tingkat pelumpuran sungai.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian aspek konservasi bahan galian di wilayah bekas tambang di daerah penelitian dapat ditarik kesimpulan : 1. Potensi endapan timah terletak di aliran S. Rambai, S. Pinggir dan S. Lo di sekitar Desa Koto Ranah. 2. Wilayah pertambangan PT. Timah lebih terkonsentrasi di hulu S. Rambai dan di hulu S. Pinggir, sedangkan di hilir S. Pinggir dan S. Lo di sekitar Desa Koto Ranah penambangan dilakukan oleh rakyat. Di Hulu S. Rambai. 4
PROCCEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
3. Potensi endapan timah di daerah ini terbatas, mengingat endapan aluvial sebagai tempat kedudukan edapan timah relatif sedikit karena berada di hulu-hulu sungai. 4. Di hulu S. Rambai pada wilayah bekas penambangan PT. Timah jumlah aluvial tersisa hanya 30% dan di aliran S Pinggir dan S. Lo sampai dengan Desa Koto Ranah jumlah aluvial sisa penambangan rakyat sekitar 50%. 5. Hasil analisis mineralogi butir dari konsentrat dulang menunjukkan jumlah rata-rata butir kasiterit di dalam aluvial di ketiga aliran sungai tersebut sebesar 154,41 gr/m3 dan di dalam tailing sisa pengolahan sebesar 48,423 gr/m3. 6. Hasil evaluasi sumberdaya tereka kasiterit di dalam endapan aluvial sisa penambangan di Hulu S. Ranah, S. Pinggir dan S. Lo disekitar Desa Koto Ranah sebesar 123,9 ton dan kasiterit di dalam tailing sisa pengolahan sebesar 45,4 ton. 7. Mineral ikutan ekonomis yang terdapat dalam endapan aluvial dan tailing seperti zirkon jumlahnya relatif sedikit dan tidak ekonomis untuk diusahakan. 8. Banyaknya butir kasiterit pada tailing sisa pengolahan rakyat, menggambarkan sistim pengolahan yang tidak sempurna (recovery pengolahan rendah), salah satunya diakibatkan oleh disain sluice box yang tidak sempurna. 9. Pola dan sistim penambangan terutama pada penambangan timah oleh rakyat yang ada tidak sistimatis dan tidak didasarkan hasil eksplorasi yang baik yang menyebabkan banyak lokasi bukaan tambang yang tidak berhasil dan banyak menyisakan bahan galian tertinggal. Disamping itu menyebabkan kerusakan lingkungan berupa kerusakan bentang alam, tingginya tingkat pelumpuran sungai.
10. Pada saat ini areal di sekitar potensi endapan timah dikembangkan menjadi perkebunan sawit, kondisi ini mempersulit pengembangan pertambangan timah di daerah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Abdurrohman, 1973, Laporan Pendahuluan Endapan Bijih Timah Putih di Daerah Pasir Pangarayan, Rokan dan Bangkinang, Provinsi Riau, Dinas Eksplorasi, Seksi Mineral Logam, Direktorat Geologi, No. G.E. 1053. Bambang Setiawan, Endang Suwargi, 1983, Prospek Timah dan Minerl Logam Lainnya di Daerah Lipat Kain – Muara Mahat, Kabupaten Kampar Provinsi Riau, Direktorat Geologi. Brouwer, H. A. , 1915, On The Granitic Area Of Rokan ( Middle Sumatera) a Contact Phenomenon In the Surrounding Schist, Proc. Koninkl. Akad Wetensch, Amsterdam 17, 1190 1902 Clarrke M. C.G., W. Kartawa, A. Djunudin, E. Suganda, M. Bagdja, 1982, Peta Geologi Lembar Pakanbaru, Sumatera, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Mertosono & G. A. S. Nayoan, 1974, The Tertiary Basinal Area of Central Sumatera, PT. Caltex dan Pertamina PT. Oxalis Subur, 2005, Studi Pengembangan dan Pemanfaatan Bahan Galian Timah dan Mineral Ikutannya di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
5
PROCCEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Gambar 2. Peta Geologi Daerah Penelitian
6
PROCCEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Gambar 3. Peta Lokasi Penyontohan
Gambar 4. Peta Sebaran Aluvial di Wilayah Bekas Tambang
7