PENDIDIKAN KARAKTER DISIPLIN PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN
ARTIKEL PENELITIAN
Oleh WAHYUNI NIM. F54009010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2014
1
2
PENDIDIKAN KARAKTER DISIPLIN PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN Wahyuni, Muhamad Ali, Halida Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Email :
[email protected] Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pendidikan karakter disiplin pada anak usia usia 5-6 tahun TK Daarul Jannah Pontianak Timur. Metode penelitian ini adalah deskriptif dan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Sampel penelitian ini adalah 2 orang guru dan 22 anak yang terdapat di kelas B2. Hasil analisis data menunjukkan pendidikan karakter disiplin pada anak usia 5-6 tahun TK Daarul Jannah Pontianak Timur cukup baik di mana cara guru menerapkan pendidikan karakter disiplin pada anak dapat melalui RKH dengan strategis pendekatan langsung dan pembiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang dan cara guru membiasakan perilaku disiplin pada anak dengan cara melakukan berbaris sebelum masuk kelas, menyimpan sepatu, berdoa saat sebelum dan sesudah melakukan kegiatan dan menyimpan barang setelah bermain. Kata Kunci: Pendidikan ,Karakter, Disiplin, Anak Abstract: The aim of this research is to describe character education discipline in children aged 5-6 years at daaruljannahkindergarten at the east ofpontianak.the method of this research is descriptive researchand using qualitativeapproach. This research sample is 2 teachers and 22 children in class B2. Results of the analysis of the data shows the character education discipline in children aged 5-6 years at TK DaarulJannah East Pontianak is good enough where the way of teachers implement character education discipline in children may be through strategic direct approach with RKH and conditioning is done repeatedly and how teachers get used to conduct discipline in children by way of doing lined up before entering the class, store shoes, praying before and after running errands and keep after the play. Keyword : education, character, discipline, children
Z
aman sekarang banyak sekali masalah moral yang meminta perhatian terutama bagi para pendidik, ulama, masyarakat dan orang tua. Kegagalan dalam membangun karakter dengan indikator perilaku, dapat disaksikan pada siaran-siaran televisi maupun surat kabar. Setiap manusia pada dasarnya memiliki potensi untuk berkarakter sesuai dengan fitrah penciptaan manusia saat dilahirkan, akan tetapi dalam kehidupannya kemudian memerlukan proses panjang pembentukan karakter melalui pengasuhan dan pendidikan sejak 1
usia dini. Oleh karena itu, pendidikan karakter sebagai usaha aktif untuk membentuk kebiasaan baik, perlu ditanamkan terus sebagai sifat kebaikan anak sejak kecil. Pendidikan karakter harus dibangun sejak dini. Karena, lebih mudah membentuk karakter anak. Sebab, anak lebih cepat menyerap perilaku dari lingkungan sekitarnya. Pada usia ini, perkembangan mental berlangsung sangat cepat. Oleh karena itu, lingkungan yang baik akan membentuk karakter yang positif. Thomas Lickona menjelaskan bahwa karakter terdiri atas 3 bagian yang saling terkait, yaitu pengetahuan tentang moral (moral knowing), perasaan tentang moral (moral feeling) dan perilaku bermoral (moral behavior). Artinya, manusia yang berkarakter adalah individu yang mengetahui tentang kebaikan (knowing the good), menginginkan dan mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan kebaikan (acting the good). Pendidikan karakter bukan saja dapat membuat seorang anak mempunyai akhlak yang mulia, tetapi juga dapat meningkatkan keberhasilan akademiknya. Anak-anak yang berkarakter baik adalah mereka yang mempunyai kematangan emosi dan spiritual tinggi, dapat mengelola stresnya dengan lebih baik, yang akhirnya dapat meningkatkan kesehatan fisiknya. Pembentukan karakter atau akhlak mulia dalam membangun sebuah masyarakat yang tertib, aman dan sejahtera, maka nilai-nilai karakter (akhlak mulia) menjadi fondasi penting bagi terbentuknya sebuah tatanan masyarakat yang beradab dan sejahtera. Menurut Noor (dalam Tri Wirawati, 2012:1), fokus pendidikan ada tiga, yaitu membangun pengetahuan, membangun keterampilan, dan membangun karakter. Pada hakikatnya, pendidikan dilaksanakan bukan sekedar untuk mengejar nilai-nilai, melainkan memberikan pengarahan kepada setiap orang agar dapat bertindak dan bersikap benar sesuai dengan kaidah dan spirit keilmuan yang dipelajari. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang System Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1, menyatakan bahwa : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritua keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kedisiplinan, dan kecerdasan.” Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratinya menuju kearah peradaban yang manusiawi dan lebih baik. Karakter merupakan salah satu aspek kepribadian manusia yang diyakini dapat berubah. Pembangunan karakter menjadi suatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia itu sendiri baik dalam skala indIvidu maupun skala bangsa.
2
Dalam hal ini, pendidik membantu watak peserta didik agar senantiasa positif. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan caranya berperilaku, berbicara, ataupun menyampaikan materi, bertoleransi, serta berbagai hal yang terkait. Dalam penerapan pendidikan karakter, faktor yang harus dijadikan sebagai tujuan adalah terbentuknya kepribadian peserta didik supaya menjadi manusia yang baik. Ratna Megawangi (2007 : 107), mengemukakan “pendidikan karakter adalah sebuah usaha mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga anak-anak dapat memberikan konstribusi yang positif pada lingkungannya.” Pendidikan karakter bagi anak usia dini adalah untuk menanamkan nilainilai kebaikan supaya dapat menjadi kebiasaan ketika kelak dewasa atau pada jenjang pendidikan selanjutnya. Adapun, nilai-nilai karakter yang harus diajarkan kepada peserta didik sejak lahir adalah sifat dapat dipercaya, disiplin. jujur, rasa hormat dan perhatian, peduli, tanggung jawab, ketulusan, berani, tekun, visioner, adil dan punya integritas. Oleh sebab itu, penyelenggaraan pendidikan karakter disekolah hendaknya berpijak pada nilai-nilai karakter dasar tersebut. Anak usia dini merupakan masa yang tepat untuk melakukan pendidikan. Sebab, pada masa ini anak sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang luar biasa. Anak juga belum memiliki pengaruh negative yang banyak dari luar atau lingkungannya sehingga orangtua maupun pendidik akan jauh lebih mudah dalam mengarahkan dan membimbing anak maupun anak didiknya, terutama dalam penanaman dan pembinaan nilai-nilai pendidikan karakter. Menurut Mulyasa (dalam Muhammad Fadlillah & Lilif Mualifatu Khorida, 2013:44), pendidikan karater bagi anak usia dini mempunyai makna yang lebih tinggi dari pendidikan moral karena kebiasaan tentang berbagai perilaku yang baik dalam kehidupan sehingga anak memiliki kesadaran dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehiduoan sehari-hari. Pendidikan karakter disiplin ini sudah seharusnya dikenalkan pada anak dari sejak dini. Disiplin ini adalah membiasakan diri mematuhi peraturan atau kesepakatan yang ada dan melakukan suatu perbuatan yang baik. Pengembangan karakter dapat dilakukan melalui pendidikan, baik pendidikan formal disekolah, pendidikan nonformal dimasyarakat maupun pendidikan informal didalam keluarga. Pada lembaga formal atau sekolah pendidikan karakter terbentuk melalui kegiatan modeling oleh guru-guru warga sekolah. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 7 Maret 2013 di Taman Kanak-Kanak Daarul Jannah Pontianak Timur, terlihat masih ada anak belum berperilaku displin pada tata tertib sekolah. Dari 23 orang anak : terdapat 6 orang anak yang tidak mau ikut berbaris, terdapat 4 anak yang tidak mau membaca doa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan dan 3 orang anak tidak mau ikut merapikan dan menyimpan barang pada tempatnya. Padahal perilaku tersebut adalah salah satu perilaku yang penting untuk diperbaiki agar anak kelak dapat berkembang menjadi pribadi yang baik.
3
METODE Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam pemecahan masalah penelitian. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah berbentuk deskriptif, yaitu menggambarkan kenyataan yang ada atau tidak ada dilapangan. Nawawi (1986) menyatakan bahwa “Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek peneliti pada sekarang ini berdasarkan fakta yang ada dilapangan.” Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis data dilakukan bersama dengan pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif dan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, bukan angka-angka. Subyek dalam penelitian ini adalah Guru yang berjumlah 2 (dua) orang yang akan diwawancarai tentang pendidikan karakter disiplin pada anak usia 5-6 tahun dan peserta didik Taman Kanak-kanak Daarul Jannah Pontianak Timur yang berjumlah 22 orang kelas B2 akan diobservasi pendidikan karakter disiplin pada anak usia 5-6 tahun. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif mengikuti langkah-langkah berikut: (1) reduksi data, (2) penyajian data dan (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi (Nasution, 2003:129 dan Sugiyono, 2008:91). Proses analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data (Sugiyono, 2008:90). Ketiga macam kegiatan analisis yang disebutkan di muka saling berhubungan dan berlangsung terus selama penelitian dilakukan (Nasution, 2003:130). Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 4 tahap analisis data yaitu sebagai berikut. Reduksi Data Menurut Sugiyono (2008:92) “mereduksi data berarti merangkum, memilih halhal pokok, memfokuskan hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya”. Dari lokasi penelitian , data lapangan dituangkan dalam uraian laporan yang lengkap dan terinci. Adapun data yang akan dikumpulkan adalah pendidikan karakter disiplin pada anak usia 5-6 tahun. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, mencari data lagi bila diperlukan. Penyajian Data Sugiyono (2010:95) mengatakan bahwa penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat. Selanjutnya Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2008:95) menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Berdasarkan pendapat di atas, maka penyajian data dalam laporan penelitian pendidikan karakter disiplin pada anak usia 5-6 tahun mengikuti alur tersebut yaitu menyajikan data dengan teks yang bersifat naratif, table, dan bagan yang dibentuk secara sederhana dan terpadu dengan maksud pembaca dapat mengerti apa yang terjadi.
4
Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan proses perumusan makna dari hasil penelitian pendidikan karakter disiplin pada anak usia 5-6 tahun yang diungkapkan dengan kalimat yang singkat-padat dan mudah dipahami, serta dilakukan dengan cara berulangkali melakukan peninjauan mengenai kebenaran dari peyimpulan itu, khususnya berkaitan dengan relevani dan konsistensinya terhadap judul, tujuan dan fokus penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TK Daarul Jannah yang berlokasi di jalan Jl. H. Rasuna Said Kelurahan Tanjung Hulu Kecamatan Pontianak Timur Kota Pontianak Privinsi Kalimantan Barat. Peneliti mengadakan wawancara dengan guru kelas, menyusun pedoman observasi berupa check list dan catatan lapangan serta dokumentasi. Berikut ini adalah petikan wawancara yang dilakukan dengan Ibu Hanifah A. Ma selaku wali kelas kelompok B2 Taman Kanak-Kanak Daarul Jannah Pontianak Timur. Peneliti Menurut ibu, Apakah perlu dilakukan berbaris pada saat masuk kelas? Guru Kelas Perlu. Agar masuk kelasnya tidak berebutan. Peneliti Apakah ada anak yang tidak mau ikut berbaris? Guru Kelas Ada yang mau ikut ada juga yang tidak mau ikut. Peneliti Jika ada anak yang tidak mau berbaris, apa yang ibu lakukan? Guru Kelas Merangkul dan mengajaknya untuk berbaris. Peneliti Apakah ada anak yang tidak menyimpan sepatu pada tempatnya? Guru Kelas Namanya juga anak, pasti ada yang mau menuruti dan ada juga yang tidak mau menuruti. Peneliti Jika ada anak yang tidak mau menyimpan sepatu pada tempatnya apa yang ibu lakukan? Guru Kelas Memanggil anak tersebut dan menyuruhnya untuk menyimpannya sendiri. Peneliti Apakah ada anak yang tidak mau ikut berdoa? Guru Kelas Sebagian ada yang mau berdoa sebagian ada juga yang tidak berdoa mereka sibuk bermain sama temannya. Peneliti Jika ada, apa yang ibu lakukan? Guru Kelas Menyuruhnya berdoa sendiri dalam kelompok kecil. Peneliti Ketika selesai melakukan kegiatan apakah anak ikut merapikan dan menyimpan barang pada tempatnya? Guru Kelas Ada yang ikut ada juga yang tidak ikut. Peneliti Bagaimana cara ibu mengajak anak agar mau ikut merapikan dan menyimpan barang pada tempatnya? Guru Kelas Mengajaknya dengan cara bersama-sama 5
Peneliti Guru Kelas
Peneliti Guru Kelas Peneliti Guru Kelas Peneliti Guru Kelas Peneliti Guru Kelas Peneliti Guru Kelas Peneliti Guru Kelas Peneliti Guru Kelas
merapikannya. Tema apa saja yang dapat menerapkan kedisiplinan pada anak? Semua tema dapat digunakan untuk menerapkan kedisiplinan pada anak. Tema tersebut disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu agar anak bisa berperilaku disiplin. Apakah dengan tema yang dipilih dapat menerapkan disiplin pada anak? Iya. Strategi apa yang digunakan untuk menerapkan disiplin pada anak? Strategis yang digunakan saya adalah melalui pendekatan langsung kepada anak. Apakah dengan strategi yang dipilih dapat menerapkan disiplin pada anak? Iya. Bagaimana cara ibu membiasakan berbaris pada anak? Menurut saya, terlebih dahulu saya menjelaskan pada anak sebelum masuk harus berbris dahulu agar saat tertib. Bagaimana cara membiasakan menyimpan sepatu pada tempatnya? Degan cara memberitahukan dengan meyimpan sepatu tempatnya akan menjadi rapi dan agar pulang sekolah anak mudah mencari sepatu. Bagaimana cara membiasakan anak melakukan kegiatan berdoa sebelum dan sesudah belajar? Saya memberitahukan kepada anak jika tidak berdoa sebelum belajar, sulit mengingat pelajaran yang telah disampaikan Bagaimana cara ibu membiasakan kepada anak untuk menyimpan barang pada tempatnya? Dengan mengajaknya bersama-sama merapikannya
Berikut petikan wawancara penulis dengan ibu Oktaviani Wulandari S.Pd yang merupakan guru pendamping tentang Pendidikan Karakter Disipliin pada Anak Usia 5-6 Tahun di Taman Kanak-Kanak Daarul Jannah Pontianak Timur. Peneliti Menurut ibu, apakah perlu dilakukan berbaris pada saat masuk kelas? Guru Pendamping Sangat perlu karena dengan adanya berbaris kita dapat melatih kedisiplinan pada anak dan saat masuk kelas anak akan rapi dengan adanya berbaris sebelum masuk kelas.
6
Peneliti Guru Pendamping Peneliti Guru Pendamping Peneliti Guru Pendamping Peneliti Guru Pendamping
Peneliti Guru Pendamping Peneliti Guru Pendamping
Peneliti Guru Pendamping Peneliti Guru Pendamping
Peneliti Guru Pendamping Peneliti Guru Pendamping
Apakah ada anak yang tidak mau ikut berbaris? Ada. Jika ada, anak yang tidak mau berbaris, apa yang ibu lakukan? Saya mencoba untuk menegurnya dan memberi penjelasan kepada anak kalau tidak berbaris belum bisa masuk kelas. Apakah ada anak yang tidak menyimpan sepatu pada tempatnya? Ada. Jika ada anak yang tidak mau menyimpan sepatu pada tempatnya apa yang ibu lakukan? Sebelumnya masuk kelas terlebih dahulu saya jelaskan sepatu disimpan pada tempatnya jika ada yang tidak menyimpan sepatu pada tempatnya maka ibu akan panggil namanya. Apakah ada anak yang tidak mau ikut berdoa? Ada. Jika ada, apa yang ibu lakukan? Membuat kelompok kecil dan mengajaknya untuk berdoa. Terkadang saya memeberi hukuman yaitu dengan menjadi pemimpin untuk temannya kitika berdoa Ketika selesai melakukan kegiatan apakah anak ikut merapikan dan menyimpan barang pada tempatnya? Ada yang ikut merapikan dan ada juga yang tidak ikut malah langsung duduk. Bagaimana cara ibu mengajak anak agar mau merapikan dan menyimpan barang pada tempatnya? Mengajak anak bersama-sama dan menyanyikan lagu beres-beres jika masih ada yang duduk pada saat merapikan saya rangkul anak tersebut agar anak tersebut mau ikut. Tema apa saja yang digunakan untuk menerapkan perilaku disiplin pada anak? Tidak ada karena dalam semua tema itu dapat menerapkan kedisiplinan pada anak. Apakah dengan tema yang dipilih dapat menerapkan disiplin pada anak? Semua tema disini dapat menerapkan disiplin pada anak. dikegiatan awal kita bimbing anak untuk berbaris, berdoa masuk kelas secara teratur dikegiatan inti disini kita melihat kedisiplinan anak dalam mendegarkan guru dan kegiatan akhir kita melihat ketika anak merapikan barang.
7
Peneliti Guru Pendamping Peneliti Guru Pendamping Peneliti Guru Peneliti
Peneliti Guru Pendamping Peneliti Guru Pendamping Peneliti Guru Pendamping Peneliti Guru Pendamping
Strategi apa yang digunakan untuk menerapkan disiplin pada anak? Saya menggunakan strategi pembiasaan. Apakah dengan strategi yang dipilih dapat menerapkan disiplin pada anak? Karena dengan strategi pembiasaan ini yang dilakukan secara berulang-ulang maka akan menjadi suatu kebiasaan pada anak. Bagaimana cara ibu membiasakan berbaris pada anak? Dengan cara memberi penjelasa kalau berbaris itu sangat perlu biar saat masuk kelas tidak ada yang berebutan. Saya juga beritahukan kepada anak yang tidak mau berbaris tidak doperbolehkan masuk kelas sebelum ikut berbaris. Bagaimana cara membiasakan anak menyimpan sepatu pada tempatnya? Dengan cara memberitahu kalau sepatunya rapi anakanak saat pulang tidak akan tertukar sama temannya. Bagaimana cara ibu membiasakan anak melakukan kegiatan berdoa sebelum dan sesudah belajar? Dengan cara bergantian menjadi pemimpin saat berdoa dan menjelaskan kalau tidak berdoa apa yang kita pelajari hari ini sulit untuk kita serap. Bagaimana cara ibu mengatasi membiasakan yang tidak mau berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan? Dengan cara mengajaknya bersama-sama dan menjelaskan perlunya berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. Bagaimana cara ibu membiasakan kepada anak untuk menyimpan barang pada tempatnya. Dengan mengajaknya bersama-sama merapikannya.
Observasi dilaksanakan pada tanggal 29 April sampai tanggal 17 Mei 2013. Di TK Daarul Jannah Pontianak Timur jadwal masuk sekolah tepat pada jam 07.15 WIB. Jadwal masuk ditandai dengan dibunyikannya lonceng/kerincingan oleh kepala sekolah, guru atau karyawan. Adapun kegiatan rutin yang biasa dilakukan pihak guru sebelum masuk ke dalam kelas, anak-anak berbaris di depan kelas masing-masing kelompok. Kegiatan berbaris dilakukan oleh Ibu Hanifah dan Ibu Oktaviani Wulandari terhadap anak di kelompok B2 agar mereka menjadi tertib. Dalam kegiatan berbaris guru mengisinya dengan kegiatan menyanyi lagu “lonceng berbunyi dan jalan ditempat”. Saat berbaris ada sebagian anak yang barisannya tidak rapi,yang bermain sendiri dengan teman sebayanya. Kemudian diakhiri dengan salam dan masuk ke kelas. Sebelum masuk kelas anak-anak melepaskan sepatu dan menyimpan sepatu pada rak sepatu.
8
Ada beberapa anak yang tidak menyimpan sepatu pada tempatnya, beberapa anak tersebut menyimpannya dengan sembarangan dan ada juga yang cara melempar sepatu. Ketika kejadian itu berlangsung salah satu guru kelompok B2 langsung memanggil bebarapa anak tersebut dan menyuruhnya merapikan sepatu pada tempatnya dan setelah dirapika barulah mereka dipersilahkan masuk kekelas. Setelah anak-anak masuk kelas kegiatan selanjutnya adalah menyanyi lagu-lagu anak, membacakan doa dan surah-surah pendek dalam Al-Quran. Setelah itu kegiatan diisi dengan menyanyi lagu-lagu anak, membacakan doa dan surah-surah pendek dalam Al-Quran Kemudian diikuti dengan salam pembuka oleh guru. Setelah salam dibuka, guru menanyakan kabar anak, dan mengabsen anak. Pada saat kegiatan berdoa berlangsung ada salah satu anak yang tidak mau ikut berdoa. Ibu hanifah langsung mendekati anak yang tidak mau berdoa dan menanyakan mengapa tidak ikut berdoa? anak itu hanya terdiam dan ibu hanifah langsung membujuk anak itu tetapi anak itu masih saja diam dan tidak mau ikut berdoa. Ibu Hanifah langsung merangkul anak tersebut dan membuat kelompok kecil agar anak itu mau berdoa sementara anak yang lain melanjutkan berdoa yang dibimbing oleh guru pendamping yaitu ibu Oktaviani Wulandari. Selanjutnya adalah masuk kegiatan inti, pada saat saat peneliti melakukan observasi kegiatan inti saat itu adalah kegiatan berhitung. Sebelum berhitung guru meminta anak untuk duduknya menghadakan kepapan tulis. Ini dilakukan agar semua anak bisa menyimak, melihat apa yang guru jelaskan didepan walaupun ada beberapa anak yang tidak menyimak saat kegiatan berhitung berlangsung. Bagi anak yang tidak menyimak ibu hanofah langsung memanggil anak tersebut untuk maju dan meminta anak tersebut untuk mengisi angka yang sudah guru tuliskan dipapan tulis. Selanjutnya jam menunjukkn pukul 09.00 WIB ini menandakan bahwa kegiatan inti telah selsai dan anak dipersilahkan untuk istirahat. Pada saat istirahat anak ada yang bermain di dalam kelas dan ada anak yang bermain di luar kelas. Setelah selesai bermain anak masuk kembali untuk makan, sebelum makan anak cuci tangan kemudian berdoa sebelum makan yang di pimpin oleh salah satu anak, setelah itu makan bersama dan berdoa setelah makan bersama-sama. Sebelum membaca doa sesudah makan guru meminta anak untuk merapikan mainan apada tempatnya. menyimpan tempat makanan dalam tas masing-masing dan memungut sisa makanan yag ada dilatai dan membuangnya di tempat sampah walaupun masih ada anak yang tidak mau melakukan kegiatan tersebut guru tetapa masih bisa mengendalikannya guru merangkul anak dan mengajak anak untuk bersama-sama merapikan, menyimpan, membuang samapah dengan diiringi lagu “beres-beres”.setelah jam istrahat usai selanjutnya kegiatan akhir dimana Kegiatan akhir ini guru menanyakan kaegiatan yang dilakukan hari ini dari awal mauk sampai pulang sekolah. Setelah itu dilanjutkan penyampaian kegiatan besok, berdoa, menyanyikan lagu “mari pulang” selajutnya diahiri dengan salam dan pulang.
9
Pembahasan Perilaku Disiplin pada Anak Usia 5-6 Tahun di Taman Kanak-Kanak Daarul Jannah Pontianak Timur berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap guru sebagai informan, baik itu guru yang merupakan wali kelas maupun guru yang berperan sebagai guru pendamping di kelas, dapat diketahui bahwa sebagian besar guru mengatakan bahwa perilaku disiplin anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Daarul Jannah Pontianak Timur sangatlah memerlukan peran orang tua dan guru dalam membimbing anak tersebut. hal ini berhubungan dengan pendapat yang diutarakan oleh Aunilah (2011:155) bahwa “Peran orang tua dalam membentuk karakter sekaligus menanamkan nilai-nilai pendidikan merupakan faktor-faktor yang sangat menentukan”. Senada dengan pendapat tersebut, maka orang tua ikut andil dalam pendidiakan karakter disiplin anak. Kerjasama antara orang tua dan guru sangatlah penting dalam memegang peranan yang penting dalam menumbuhkan perilaku yang baik kepada anak. Membiasakan anak bersikap disiplin dalam segala hal akan membuat anak kelak mudah dalam menempatkan dirinya dimanapuan anak berada. Artinya sebagai orang tua maupun guru dapat menanamkan pendidikan disiplin kepada anak sejak dini dan pata memberikan bekal kepada buah hatinya sesuatu hal yang tidak ternilai bagi anak dikemudian hari. Dalam perilaku disiplin ini guru mengajarkan anak pada saat berbaris, membaca doa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan dan menyimpan barang pada tempatnya. Cara Guru Menerapkan Perlaku Disiplin di Taman Kanak-Kanak Daarul Jannah Pontianak Timur berrdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap guru sebagai informan, baik itu guru yang merupakan wali kelas maupun guru yang berperan sebagai guru pendamping di kelas, dapat diketahui bahwa sebagian besar guru mengatakan bahwa Semua tema dapat digunakan untuk menerapkan kedisiplinan anak. Tema pembelajaran dipilih mulai dari tema yang terdekat dengan anak baru kemudian ke tema yang terjauh dengan anak. Pemecahan tema menjadi sub-sub tema, dilakukan guru dengan mengadakan raker (rapat kerja) yang dibuat oleh guru dan kepala sekolah yang membahas tentang pemecahan tema selama satu semester. Adapun strategi yang digunakan adalah melalui pendekatan langsung dan strategi pembiasaan karena dengan adanya pendekatan langsung dan strategi pembiasaan yang dilakukan secara berulangulang maka akan menjadi suatu kebiasaan pada anak. Jadi, Cara Guru Menerapkan Perilaku Disiplin di Taman Kanak-Kanak Daarul Jannah Pontianak Timur dapat menggunakan semua tema terutama tema yang dekat dengan perkembangan anak dan dapat juga menggunakan permen 58 tahun 2009. Dalam menerapkan perilaku disiplin guru menggunakan strategi pendekatan langsung dan pembiasan yang dilakukan secara berulang-ulang. Langkah-langkah yang dilakukan Guru dalam Membiasakan Perilaku Disiplin di Taman Kanak-Kanak Daarul Jannah Pontianak Timur berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap guru sebagai informan, baik itu guru yang merupakan wali kelas maupun guru yang berperan sebagai guru pendamping di kelas, dapat diketahui bahwa sebagian besar guru mengatakan bahwa langkah- langkah yang dilakukan dalam membiasakan perilaku disiplin pada anak dengan membiasakan berbari didepan kelas sebelum masuk kelas,
10
menyimpan sepatu pada tempatnya, berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan agar anak dapat terbiasa. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti secara umum dapat disimpulkan bahwa perilaku disiplin pada anak usia 56 tahun di Taman Kanak-Kanak Daarul Jannah Pontianak Timur sudah cukup baik dalam berbaris, membaca doa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan dan menyimpan barng pada tempatnya. Akan tetapi, dalam perilaku disiplin ini sangatlah memerlukan peran orang tua dan guru dalam membimbing anak tersebut. Kerjasama antara orang tua dan guru sangatlah penting dalam memegang peranan yang penting dalam menumbuhkan perilaku disiplin yang baik kepada anak. Membiasakan anak bersikap disiplin dalam segala hal akan membuat anak kelak mudah dalam menempatkan dirinya dimanapun anak berada. Artinya sebagai orang tua maupun guru dapat menanamkan pendidikan karakter disiplin kepada anak sejak dini dan pata memberikan bekal kepada buah hatinya sesuatu hal yang tidak ternilai bagi anak dikemudian hari. Cara Guru Menerapkan Perilaku Disiplin di Taman Kanak-Kanak Daarul Jannah Pontianak Timur adalah Dengan semua tema dapat digunakan untuk menumbuhkan kedisiplinan anak. Tema pembelajaran dipilih mulai dari tema yang terdekat dengan anak baru kemudian ke tema yang terjauh dengan anak. guru juga menggunakan strategi pendekatan langsung dan strategi pembiasaan karena dengan adanya pendekatan langsung dan strategi pembiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang maka akan menjadi suatu kebiasaan pada anak. Langkah-langkah yang dilakukan Guru dalam Membiasakan Perilaku Disiplin di Taman Kanak-Kanak Daarul Jannah Potianak Timur adalah : (1) Membiasakan anak berbaris sebelum masuk kelas. (2)Membiasakan menyimpan sepatu pada tempatnya. (3) Membiasakan berdoa sesudah dan sebelum melakukan kegiatan. (4) Membiasakan merapikan barang sesudah bermain. Dengan membiasakan anak. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah penulis uraikan di atas, penulis ingin memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak – pihak yang berkepentingan dalam pendidikan karakter disiplin anak yang penulis ajukan di akhir penelitian ini. Adapun saransaran tersebut adalah sebagai berikut : (1) Pendidikan sangat berperan penting dalam perkembangan anak dimana dalam hal ini diperlukan karja sama antara orang tua anak dan guru dalam pendidikan karakter disiplin anak. (2) Dalam memberikan pendidikan karakter disiplin pada anak guru menggunakan strategi pendekatan dan pembiasaan yang dilakukan secara berulang- ulang dalam menerapkan pendidikan karakter disiplin anak. (3) Guru sebaiknya meemberikan pengertian kepada anak dengan menjelaskan arti penting berperilaku disiplin dalam setiap kegiatan yang dilakukan. (4) Diharapkan untuk guru tidak terlalu memanjakan anak hanya karena takut anak menangis. (5) Sebaiknya dalam
11
pendidikan karakter disiplin ini biasakan anak untuk melakukan hal yang mudah. Seperti berbaris, menyimpan sepatu, berdoa dan merapikan barang setelah bermain. DAFTAR RUJUKAN Aunillah, Nurla Isna. (2011). Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Laksana. Depdiknas. (2003). Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas. Jakarta: Depdiknas. Fadlillah, Muhammad dan Lilif Mualifatu Khorida. 2013. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Lickona, Thomas. 2013.Pedidikan Karakter. Bandung: Nusa Indah. Megawangi, Ratna. (2007). Pendidikan Karakter. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation. Nasution. 2003. Metode Research. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Penerbit Alfabeta, Bandung. Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Wirawati, Tri. 2012. Pembelajaran Tematik dalam Mengembangkan Kemandirian pada Anak Usia 5-6 Tahun diTK Islam Al-Kautsar Pontianak. Skripsi. Pontianak: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura.
12