PENDIDIKAN JASMANI MELALUI OUTBOND Tutur Jatmiko* Abstrak Gerak memegang peranan yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Pendidikan Jasmani memegang peranan penting dalam pembentukan manusia seutuhnya. Pendidikan Jasmani harus meningkatkan penyajian mutu bidang studi berupa kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas jasmani dan aspek psikologis. Outbound adalah kegiatan yang dilakukan di alam bebas, dengan permainan di dalamnya terdapat berbagai filosofi, simulasi kehidupan, olah pikir, studi kasus, bermain peran, dan praktik langsung dengan pendekatan melalui pengalaman (experiential learning), dan penuh dengan kegembiraan. Dalam outbound terdapat permainan-permainan yang melibatkan aktivitas gerak, berfikir, emosional, dan sosial sebagai bagian pembentukan watak dan karakter seseorang. Permainan outbond dapat dikategorikan berdasarkan jumlah pemain dan sifat permainannya. Kata kunci : Pendidikan Jasmani, Outbond
Motion play a part very vital in human life. Physical Education play a part important in forming of human being as intact as. Physical Education have to improve presentation of study area quality in the form of ability participate in physical activity and psychological aspect. Outbound is activity which free nature, with games in it there are various philosophy, life simulation, process to think, case study, playing at role, and direct practice with approach experience (learning experiential), and full of gladness;joy. In outbound there are games entangling motion activity, thingking, emotional, and social as part of forming of someone character and. Games of outbond can be categorized pursuant to amount of players and character of its game. Key words : Physical education, outbond
1. Pendahuluan Gerak memegang peranan yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Sejak lahir, anak-anak hingga dewasa perkembangan gerak sangat mempengaruhi perkembangan secara fisik, intelektual, sosial adan emosional. Dilain pihak kemajuan teknologi membawa dampak perubahan sikap manusia dari banyak gerak kepada sikap sedikit gerak atau bahkan sikap diam. Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan proses metabolisme tubuh sehingga terjadi penurunan kesegaran jasmani, yang nantinya menimbulkan penyakit Hipokenetik, yaitu penyakit yang timbul karena
1
kurang gerak seperti jantung koroner, hipertensi, obesitas, kecemasan dan depresi, lower back pain, persendian dan tulang. Dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 4 disebutkan bahwa ; Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman, bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Pendidikan Jasmani memegang peranan penting dalam pembentukan manusia seutuhnya. Namun demikian keberadaan Pendidikan Jasmani masih dianggap kurang penting dibandingkan bidang studi yang lain.... Pendidikan Jasmani sering dicap sebagai pelajaran
yang
membosankan, menghambur-hamburkan waktu
dan
menggangu intelektual anak ( Suherman, 2004 ). Selain itu Soepartono ( 2005 ) menyatakan bahwa saat ini Pendidikan asmani masih dianggap sebagai kegiatan bagi orang - orang yang tidak mempunyai pekerjaan dan atlet dianggap sebagai sekelompok masyarakat dengan intelegensi rendah. Anggapan ini bertentangan dengan strategis Pendidikan Jasmani yaitu mengembangkan kemampuan fisik, psikomotorik, sosial dan emosional. Mengingat luasnya cakupan Pendidikan Jasmani, maka banyak pakar yang telah mencoba memberikan rumusan pengertian sesuai dengan sudut pandang masingmasing, diantaranya ; (1) Pendidikan Jasmani menuju keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa dan merupaka suatu usaha untruk membuat bangsa Indonesia, menjadi bangsa yang sehat dan kuat lahir batin, diberikan disegala jenis sekolah ( UU Pokok Pendidikan dan Pengajaran No,12 tahun 1954 Bab VI Pasal 9 ) (2) Pendidikan Jasmani adalah olahraga yang dilakukan semata-mata tidak untuk mencapai suatu prestasi, terutama dilakukan disekolah-sekolah, terdiri atas latihan-latihan tanpa alat, latihan-latihan dengan alat dilakukan didalam ruangan dan lapangan terbuka ( Ensiklopedia Indonesia ) (3) Menurut SK Menpora No. 053 A/ MENPORA/ 1994 ” Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan yang dilakukan secara sadar dan sistematis melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh kemampuan
2
dan ketrampilan jasmani, pertumbuhan fisik, kecerdasan dan pembentukan watak. Gagasan pengembangan jasmani sebagai tujuan pendidikan sudah lama dikenal, sebagaimana pandangan Plato pada zaman Yunani yang beranggapan bahwa pengembangan jasmani merupakan tujuan pendidikan yang menentukan. Akan tetapi diikuti dengan penilaian bahwa jasmani yang terlatih dengan baik bukanlah akhir dari tujuan, tetapi hanya sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang terakhir. Plato berpendapat bahwa jasmani yang terlatih lebih cocok ditunjukkan oleh jiwa yang besar daripada jasmani yang tidak terlatih, sehingga pelatihan jasmani digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan akhlak, moral dan spiritual individu (SIOEDENTOP, 1980). Seperti motto yang sudah dikenal sejak dahului : ”Orandum at u sit man sana in corpore sano”. Apabila diterjemahkan secara bebas artinya : ” Berdo’alah semoga dalam jasamani yang kuat bersemayam jiwa yang besar”. Bukan terpotong seperti yang kita dengar ” man sana in corpore sano”. Sayangnya Pendidikan Jasmani yang diwariskan nenek moyang kita hanya berkaitan dengan kegiatan yang mengandung arti jasmaniah, karena kegiatannya yang menonjol pada saat itu bercorak jasmaniah. Apabila jiwa dan raga dianggap sebagai kesatuan dari 2 unsur yang terpisah, maka Pendidikan Jasmani dianggap sebagai pendidikan untuk jasmani ; seperti halnya pendidikan mental yang bersifat ekslusif, sesuai dengan pandangan yang baru, secara alami manusia dipandang sebagai individu yang utuh. Sehingga Pendidikan Jasmani dianggap sebagai pendidikan melalui jasmani ( William, 1989). Dengan pandangan ini, maka Pendidikan Jasmani berkaitan dengan dan untuk memperoleh tangggapan emosional, hubungan pribadi, perilaku kelompok, pembelajaran sosial, mental intelektual dan keluaran estetika dengan tidak mengabaikan pengembangan kekuatan otot, tulang, dan persendian, untuk melakukan ketrampilan gerak, serta untuk meningkatkan kesegaran jasmani. Menyadari tentang keberadab manusia seutuhnya dan ketergantungan terhadap lingkungan, maka sewajarnya apabila Pendidikan Jasmani dianggap sebagai pendidikan melalui jasmani dan oleh karena itu Pendidikan Jasmani tidak hanya teknik pelatihan jasmani tetapi juga berkaitan dengan pembelajaran yang menumbuhkembangkan pribadi manusia seutuhnya, sehingga akan tampak janggal apabila kita membatasai tujuan dan manfaat pendidikan jasmani hanya pada hasil pembelajaran yang bersifat jasmaniah, karena tujuan yang lain akan selalu muncul.
3
Dalam pandangan modern pendidikan manusia seutuhnya adalah pendidikan yang menempatkan aspek jasmaniah secara tepat sehingga dapat mengembangkan daya intelektual, sosial, emosional, dan estetika pribadi. Penekanan Pendidikan Jasmani terhadap manusia seutuhnya mempunyai resiko diabaikan karena tuntutan intelektual dan karena kompensasi masyarakat modern yang memberi penghargaan ketrampilan intelektual yang lebih tinggi daripada ketrampilan jasmaniah meskipun harus menanggung resiko. Demikian akan lebih parah lagi akibanya apabila dalam usaha meningkatkan daya dan kekuatan jasmaniah tanpa dilandasi pandangan yang manusiawi - seperti halnya merobotkan manusia. Diharapkan manusia modern menyadari bahwa kegiatan dan fasilitas hidup mereka dipengaruhi oleh pelatihan, dan Pendidikan Jasmani sehingga disamping faktor keturunan dan nutrisi. Pendidikan Jasmani yang dilakukan secara tepat dan teratur akan merupakan wahana yang penting dalam membantu meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai modal dasar pembangunan.
2. Tinjauan Pendidikan Jasmani dari Tujuan dan Fungsi Anggapan Pendidikan Jasmani sebagai kegiatan bagi orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan dan atlet sebagai sekelompok masyarakat dengan intelegensi rendah serta dicap sebagai pembelajaran yang membosankan, menghamburhamburkan waktu dan menggangu intelektual anak harus dihilangkan karena Pendidikan Jasmani menempati bagian yang strategis untuk mengembangkan ketrampilan fisik, psikomotorik, sosial dan emosional. Hal ini dapat dilihat dari tujuan dan fungsi Pendidikan Jasmani. Tujuan Pendidikan Jasmani adalah : (1) Meletakkan landasan karakter yang kuat, melalui internalisasi nilai dalam Pendidikan Jasmani. (2) Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi, dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan agama. (3) Menumbuhkembangkan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas ajar Pendidikan Jasmani. (4) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, kerjasama, percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani, permainan dan olahraga. (5) Mengembangkan kertampilan gerak dan ketrampilan berbagai macam permainan dan olahraga, seperti ; permainan dan olahraga, aktivitas
4
pengembangan diri, uji diri/senam, aktivitas ritmik, aquatik, dan pendidikan luar kelas ( Outdoor Education ). (6) Mengembangkan ketampilan pengelolaan diri dalam upaya pengelolaan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga. (7) Mengembangkan kertampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain. (8) Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat. (9) Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat kreatif.
Adapun fungsi Pendidikan Jasmani adalah sebagai berikut : (1) Aspek Organis : menjadikan fungsi sistem tubuh lebih baik, meningkatkan kekuatan otot, daya tahan kardiovaskuler, dan fleksibilitas. (2) Aspek Neuromuskuler : meningkat keharmonisan fungsi syaraf-syaraf dan otot, memgembangkan ketrampilan lokomotor, non lokomotor, manipulatif, ketepatan, irama, power, kecepatan reaksi, kelincahan, berbagai kertampilan olahraga dan ketrampilan rekreasi. (3) Aspek Peseptual : mengembangkan kemampuan menerima dan membedakan isyarat, kemampuan ruang dan koordinasi, gerak visual, keseimbangan tubuh, dominasi, lateralitas, dan image tubuh. (4) Aspek Kognitif : mengembangkan kemampuan mengeksplorasi, menemukan sesuatu, memahami, memperoleh pengetahuan dan membuat keputusan. Meningkatkan pengetahuan, peraturan permainan keselamatan dan estetika serta penggunaan strategi dan teknik. Memgembangkan pengetahuan bagaimana fungsi tubuh, pemahaman untuk memecahkan masalah-masalah, perkembangan melalui aktivitas gerak. (5) Aspek Sosial : menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan, mengembangkan kemampuan, membuat keputusan dalam situasi kelompok, belajara berkomunikasi, dan tukar pikiran dengan orang lain, mengembangkan kepribadian, sikap dan nilai-nilai positif dalam masyarakat. (6) Aspek Emosional : mengembangkan respons yang sehat terhadap aktivitas jasmani dan rekreasi yang positif sebagai penonton, memberikan saluran untuk
5
mengekspresikan diri dan kreatifitas, menghargai pengalaman estetika dari berbagai aktivitas yang relevan.
3. Tinjauan Pendidikan Jasmani dari Sudut Media dan Evaluasi. Tanggapan negatif terhadap Pendidikan Jasmani tidak sepenuhnya benar jika mengacu pada tujuan dan fungsi Pendidikan Jasmani diatas disertai implementasi yang baik. Hal ini dibutuhkan dalam pendidikan jasmani untuk meningkatkan penyajian mutu bidang studi itu dalam kurikulum sekolah. Bila praktik yang ini dilaksanakan, maka bidang studi itu bukan hanya menghasilkan pengajaran berupa kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas jasmani, tetapi juga terhadap aspek psikologis yaitu pengembangan emosi, sosial dan kognitif. Selain itu bidang studi itu juga mendorong perkembangan hak asasi manusia, fairplay, kepedulian dan apresiasi, terhadap lingkungan dan seperangkat kemungkinan dalam perkembangan yang bersifat menyeluruh ( holistik). Oleh karena itu, media Pendidikan Jasmani dalam pelaksanaannya melalui aktivitas jasmani atau psikomotorik, yang dilaksanakan baik didalam ruangan maupun diluar ruangan. Media Pendidikan Jasmani yang selama ini digunakan adalah lapangan olahraga, gedung olahraga, kolam renang, dan ruangan kelas untuk materi teori. Praktik yang baik dalam Pendidikan Jasmani berupaya untuk mencapai tujuan yang mengandung nilai : (1) Perkembangan kemampuan gerak yang efektif. (2) Hak Asasi Manusia (3) Ketrampilan hidup, ketrampilan membuat keputusan (4) Pemilihan karier (5) Pendidikan perdamaian (6) Partisipasi rekreasi (7) Aspek keselamatan ( Safety ) (8) Kemungkinan mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang efektif, hidup sehat sejahtera paripurna ( Health and Well Being ) (9) Fitness (10) Perencanaan Cross Curricular (11) Eksplorasi ketrampilan sosial.
6
Akan tetapi munculnya tanggapan negatif terhadap Pendidikan Jasmani tidak dapat sepenuhnya disalahkan bila melihat pelaksanaannya selama ini mulai dari tingkat pendidikan dasar hingga menengah. Dimana Pendidikan Jasmani hanya berkaitan dengan kegiatan yang mengandung arti jasmaniah karena kegiatan yang menonjol bercorak jasmaniah. Kegiatan jasmaniah yang dimaksud adalah mengacu pada olahraga prestasi dan populer seperti bolavoli, sepakbola, atletik, renang dan bulutangkis. Dalam implementasi kegiatan Pendidikan Jasmani, olahraga populer tersebut tidak diberikan dalam bentuk modifikasi sebagai bentuk pengenalan dan filosofi permaianan olahraga itu sendiri sebagai bagian dari dasar pengembangan jasmani dan rohani untuk membentuk ketrampilan gerak dan fisik, intelektual, sosial, emosional dan estetika pribadi. Akan tetapi justru pembelajaran yang dilakukan mengacu pada teknik dan cara bermain seperti yang diterapkan dalam pelatihan olahraga prestasi. Situasi ini semakin parah dengan tidak ditunjang perlengkapan yang memadai, sehingga semakin tidak efektif pembelajaran yang dilakukan. Dan pada kenyataannya juga ditunjang oleh rendahnya kualitas sumber daya manusia pengajar Pendidikan Jasmani dalam melaksanakan Pendidikan Jasmani dan evaluasinya. Terpinggirnya status Pendidikan Jasmani dilingkungan pendidikan, banyak dipengaruhi oleh persepsi yang berbeda antara pembuat kebijakan, warga masyarakat ( orang tua ), pemimpin informal ( opinion leader ), kalangan pendidikan itu sendiri, dan bahkan dikalangan pemangku profesi dibidang pendidikan dan olahraga. Persepsi itu juga terkait dengan sikap yang terbentuk oleh nilai yang menjadi rujukan masyarakat pada umumnya. Ditengah perubahanan orientasi nilai, yang tidak saja berkenaan dengan apa yang dianggap paling bermakna dalam hidup, tetapi juga tentang tujuan hidup. Sungguh tidak mungkin dipungkiri bahwa nilai-nilai material kian menonjol dan kemampuan untuk memperoleh hal itu merupakan tujuan yang lebih utama; akibatnya prestasi akademik dan kemampuan memperoleh pendidikan yang lebih baik menjadi fokus perhatian orang tua, pendidikan dipandang sebagai mobilitas sosial, guna memperbaiki kondisi hidup. Adanya anggapan bahwa Pendidikan Jasmani tidak memiliki kandungan akademik, hanya dipengaruhi oleh proses penyelenggaraan pendidikan jasmani yang kurang mampu membangkitkan proses ajar. Bahkan juga terjadi proses penangkalan dalam hal tujuan yang dicapai, yakni hanya memperoleh tataran kasar dari domain psikomotorik. Sedangkan pengembangan dimensi kepribadian dan watak masih jauh
7
dari memadai, dan bahkan terlalaikan. Kondisi tersebut terkait pula, dengan dengan lainnya yakni ketersediaan tenaga guru spesialisasi dibidang Pendidikan Jasmani yang demikian parah terjadi dijenjang pendidikan Sekolah Dasar. Ketersediaan tenaga dan rendahnya standar kompetensi ini sangat mudah dipahami, karena terkait pula dengan proses pendidikan, para jabatan dan pembinaan pada masa menjabat. Dilain pihak, prakondisi lingkungan, baik fisik maupun sosial sangat tidak mendukung. Fasilitas olahraga dan perlengkapannnya sangat minim bahkan tidak cukup untuk melaksanakan kurikulum yang sudah ada. Kepemimpinan kepala sekolah dalam banyak kasus, juga tidak mendukung karena kebijakan pada taraf sekolah lebih banyak terfokus pada peningkatan mutu bidang studi lainnya. Melihat uraian tentang tujuan dan fungsi tujuan Pendidikan Jasmani, seharusnya sistem penilaian pendidikan jasmani tidak berdasarkan kemampuan /prestasi siswa dalam melakukan suatu cabang olahraga, tetapi juga harus meliputi aspek kognitif dan afektif. Dengan diterapkannya Kurikulum Berbasis Kompetensi, alternatif sistem penilaian yang bisa diterapkan dalam Pendidikan Jasmani adalah penilaian PORTOFOLIO, yaitu kumpulan hasil kerja siswa untuk suatu tujuan tertentu, yang menggambarkan upaya, kemajuan, dan prestasi siswa dalam bidang tertentu. Proses pengumpulan harus melibatkan partisipasi siswa, terutama dalam menentukan materi, petunjuk pemilihan dan bukti-bukti refleksi diri siswa. Instrumen yang digunakan berupa lembar kerja, laporan siswa, karya siswa dan lain-lain. Potrofolio dalam Pendidikan Jasmani cenderung menggunakan portofolio proses, adalah berisi seluruh keseluruhan tahapan dari proses belajar siswa. Dalam kegiatan pembelajaran, perilaku masing-masing siswa dapat diamati dan dicatat. siapa yang mandiri, cepat menyesuaikan diri dengan tugas baru, penakut, kreatif dan sebagainya. Hasil pengamatan pada masing-masing map siswa tersebut digunakan untuk membantu perkembangan siswa. Untuk melakukan penilaian portofolio, salah satu cara disarankan adalah melalui observasi/pengamatan tentang kemampuan siswa selama pembelajaran. Kegiatan yang diobservasi dirangkum didasarkan indikator tiap-tiap kompetensi. Pengamatan dilakukan untuk setiap pertemuan. Alat pengamatan menggunakan lembar check list yang berisi daftar kegiatan yang dijabarkan pada indikator sesuai kompetensi yang dicapai. Aspek yang dinilai sebaiknya mencerminkan aspek
8
pengetahuan, aspek kebudaran siswa, prestasi kecabangan ( teknik dasar dan prestasi olahraga ). Aspek –aspek ini dijabarkan dalam indikator penilaian. Selama ini evaluasi Pendidikan Jasmani lebih condong pada prestasi yang diraih peserta didik dalam cabang olahraga yang telah diajarkan dan dijadikan item tes, tanpa memperhatikan perkembangan gerak dan fisik, sosial dan emosionalnya. Nilai Pendidikan Jasmani yang diperoleh, berupa angka-angka yang dicapai siswa dalam suatu tes praktik dan teori yang diberikan, dengan secara tidak langsung mengabaikan perkembangan lain lain terjadi dalam proses pembelajaran yang dialami peserta didik sejak pertemuan awal hingga akhir pelajaran Pendidikan Jasmani.
4. Kegiatan Alam Bebas ( Outbound ) sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Jasmani Menelaah tujuan dan fungsi Pendidikan Jasmani adalah untuk mengembangkan ketrampilan gerak dan fisik, sosial, emosional dan kepribadian yang didalamnya dilaksanakan adalah pembelajaran melalui aktivitas jasmani bukan aktivitas untuk jasmani. Media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani tidak hanya melalui kegiatan yang berkaitan dengan olahraga prestasi yang populer saja, akan tetapi dapat juga dengan menggunakan media permainan-permainan tradisional. Dari permainan-permainan itu sendiri diajarakan pula filosofi permainan itu sebagai bagian pembelajaran sosial dan emosional. Yang mengajarkan nilai-nilai sosial dan emosional seperti kerjasama, saling menghargai, fairplay, keberanian, kejujuran dan nilai-nilai lainnya. Selain media tersebut diatas kegiatan alam bebas atau outbound, dapat digunakan sebagai salah satu media pembelajaran Pendidikan Jasmani. Outbound adalah kegiatan yang dilakukan dialam bebas, dengan permainan didalamnya terdapat berbagai filosofi, simulasi kehidupan, olah pikir, studi kasus, bermain peran, dan praktik langsung dengan pendekatan melalui pengalaman ( experiential learning ), dan penuh dengan kegembiraan ( Ganet, 2006 : 1 ). Dalam kegiatan outbound, paradigma
pembelajaran
yang
diterapkan
adalah
berpusat
pada
peserta,
mengembangkan kreativitas peserta, kondisi menyenangkan, mengembangkan beragam kemampuan, menyediakan pengalaman belajar yang beragam, belajar melalui berbuat konstekstual, pendidikan adalah proses memanusiawikan manusia kembali, serta meliputi tiga kelompok belajar yaitu ; kesadaran magis, kesadaran naif, kesadaran kritis ( Suyatno, 2006 : 2 ).
9
Adapun prinsip outbound atau kegiatan alam bebas, alam digunakan sebagai sumber belajar, didalamnya terdapat simulasi kehidupan dalam skala mikro, memperoleh pengalaman sebelum apa yang dilakukan itu namanya apa, mendapatkan kegembiraan dan kesenangan, mendapatkan tantangan untuk mengaktualisasikan diri, mencoba sesuatu yang baru dengan bereksperimen, berintergrasi dengan kelompok, peserta sebagai subjek bukan objek, pendidik sebagai fasilitator/pemandu kegiatan dan kegiatan ini terpola atau terstruktur dengan baik. Dalam outbound terdapat permainan-permainan yang melibatkan aktivitas gerak, berfikir, emosional, dan sosial sebagai bagian pembentukan watak dan karakter seseorang. Permainan dalam outbound menurut Indriani (2006) dapat dikategorikan permainan berdasarkan jumlah pemain dapat dibagai dalam 3 kelompok yaitu ; (1) Permainan bersama ( ice breaking ); (2) permaian individu dan (3) permainan kelompok. Selain itu dalam kegiatan Outbound permainan juga dapat dikategorikan berdasarkan sifat permainannya yaitu ; (1) fun game ; (2) low impact ; (3) high impact. Pelaksanaan game outbound, biasanya diberitahukan terlebih dahulu filosofi dan peraturan permainan, untuk kemudian dilaksanakan dan diberikan evaluasi setiap individu dalam permainan tersebut. Contoh permainan dalam outbound berdasarkan jumlah pemain dan sifatnya ; bermainan bersama dan fun game : (1) say bus ; (2) kata Simon ;(3) gempa bumi;(4) klabangman; (5) missing palace ; dan (6) dogy Voice. Berikut filosofi
dan peraturan permainan dalam kegiatan outbound.
Permainan kata Simon ; filosofi : (1) melatih konsentrasi ; (2) melatih secara cepat untuk mengambil keputusan ; (3) Menjalankan perintah dengan tepat dan benar ; (4) melatih kejujuran ; (5) memecah kebekuan suasana ( ice breaking ). Sedangkan peraturan bermain dalam permainan ini adalah : (1) Peserta duduk melingkar atau bebas ; (2) peserta wajib menjalankan perintah apabila diawali dengan ”Kata Simon”, begitu juga sebaliknya.(3) Apabila ada peserta melakukan kesalahan dan jujur atas kesalahannya maka harus mengambil jarak dari peserta lainnya serta tidak diperkenankan untuk ikut dalam permainan. Selain permainan bersama dan fun game, berikut contoh permainan individu dan bersifat high impact adalah : (1) jembatan Birma ; (2) jaring debarkasi ; (3) bamboo crazy ;(4) spoting ; dan (5) flying fox. Jenis-jenis permainan tersebut diatas memerlukan aktivitas fisik, keberanian, ketenangan dan konsentrasi. Setelah permain bersama dan individu bersifat fun game dan high impact, berikut permaian kelompok
10
dan low impact : (1) spidernet ; (2) step by step ; (3) tali ruwet ; (4) a frame ; (5) titanic ; dan (6) water fall. Berikut contoh permainan, filosofi dan cara bermain spidernet. Filosofi :(1) membangun team work ; (2) membantu rekan dalam melakukan pekerjaan sulit ;(3) mencapai target secara bersama-sama ;(4) belajar mempercayai rekan kerja ;dan (5) membuat perencanaan kerja yang baik. Cara bermain : (1) Setiap peserta wajib melewati lubang asarang laba-laba, 1 lubang hanya boleh dilewati 1 orang ; (2) untuk melewati lubang harus dibantu oleh anggota kelompok lain dengan cara digendong atau dibopong ; (3) peserta yang membantu maupun yang melewati tidak boleh menyentuh tali Memperhatikan dari contoh dan penjelasan tersebut, secara ringkas mengenai outbound dengan permainan yang didalamnya terdapat aktivitas yang melibatkan fisik, intelegensi, mental, sosial dan emosional peserta, diharapkan dapat melatih ketrampilan gerak dan fisik, sosial, emosional dan pembentukan watak peserta. Sesuai dengan tujuan dan fungsi dalam Pendidikan Jasmani.
11
DAFTAR RUJUKAN Abdulah K, Hermanu & Soepartono.1998. Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Depdikbud IKIP Surabaya Ancok, Jamaludin,. 2003. Outbound Management Training. Jogyakarta. UII Press. Badono, AR., 2006. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Di Sekolah. Bahan Seminar Olahraga ”Problematika Pendidikan Olahraga dan Bidang Olahraga Prestasi Di Jawa Timur”. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur. Indriani, Puspita,. 2006. Menyusun Dan Membuat Game Outbound. Bahan TOT Olahraga Dominan Sports Outbound Nasional. Mojokerto. FIK UNESA – Deputi Industri Olahraga Menegpora Nugroho, Yokhanan. 2006. Kinerja Teknis Perangkat SDM dalam Outbound. Bahan TOT Olahraga Dominan Sports Outbound Nasional. Mojokerto. HRD Indonesia. FIK UNESA – Deputi Industri Olahraga Menegpora Nurhasan,dkk.2005. Petunjuk Praktis Pendidikan Jasmani. Surabaya.University Press Unesa. Soendoro.2003. Penilaian Penjas Menggunakan Potofolio Proses ( Sebuah Alternatif ). Bahan Seminar Nasional Kurikulum Berbasis Kompetensi PenjasOr. FIK Unesa. Soepartono.2005. Pendidikan jasmani dan Olahrag Di era Masyarakat Modern. Pengukuhan Guru Besar FIK Unesa.Unipress. Suyatno. 2006. Menyusun Program Outbound. Bahan TOT Sports Outbound Nasional. Mojokerto. FIK UNESA Olahraga Menegpora Suyatno.2006. Metode Pembelajaran Outbound. Bahan TOT Sports Outbound Nasional. Mojokerto. FIK UNESA Olahraga Menegpora
Olahraga Dominan – Deputi Industri Olahraga Dominan – Deputi Industri
Yuswanto, 2006. Menyusun Rencana Strategis dan Proposal Outbound Training. Bahan TOT Olahraga Dominan Sports Outbound Nasional. Mojokerto. FIK UNESA – Deputi Industri Olahraga Menegpora Yuswanto, 2006. Teknik Evaluasi Outbound Training. Bahan TOT Olahraga Dominan Sports Outbound Nasional. Mojokerto. FIK UNESA – Deputi Industri Olahraga Menegpora
12