JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI Volume 7,Nomor 2 Halaman 102-113
Mei 2015
PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS PADA MODEL PROBLEM BASED LEARNING DISERTAI MIND MAP DENGAN KELAS KONVENSIONAL PADA SISWA KELAS X IPA SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/ 2014 THE DIFFERENCES OF ANALYTICAL THINKING SKILLS IN PROBLEM BASED LEARNING MODEL EQUIPPED BY MIND MAP WITH CONVENTIONAL CLASS TOWARDS SCIENCE FIRST GRADE STUDENTS OF SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA IN THE ACADEMIC YEAR 2013/2014 Henri Nelista Mei Dawatia, Puguh Karyantob, Bowo Sugihartoc a)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email:
[email protected] b) Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email:
[email protected] c) Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email:
[email protected]
ABSTRACT- The research aims to find out the differences of the analytical thinking skills in Problem Based Learning model equipped by Mind Maps with conventional class towards science first grade students of SMA Al Islam 1 Surakarta in the academic year 2013/2014. The research was quasi-experimental research with posttest only non-equivalent control group design. The population of the research was all of science first grade students SMA Al Islam 1 Surakarta in the academic year 2013/1014. The techniques of collecting data are test and nontest methods. The form of test method is essay, whereas the forms of non-test method are documentation and observation sheets. Data were analyzed by T-test, Kolmogorof-Smirnov test, and Levene's test with SPSS 16. The results show that there are some differences in the analytical thinking skills in Problem Based Learning model equipped by Mind Maps with conventional class towards science first grade students of SMA Al Islam 1 Surakarta in the academic year 2013/2014. The application of the learning model of Problem Based Learning equipped by Mind Map has the higher average than the application of conventional methods. The observation results indicate the resemblance of Problem Based Learning with the Mind Map syntax. The result of the T-test shows a significant difference (sig <0.05) towards the analytical thinking skills between the control class and the experimental class T-test value is 0.009. The results of this study can be concluded that there are some differences in the analytical thinking skills towards Problem Based Learning model equipped by Mind Maps with conventional class towards science first grade students of SMA Al Islam 1 Surakarta in the academic year 2013/2014. Referring to the differences of the analytical thinking skills mean, the application of Problem Based Learning model equipped by Mind Maps can affect the analytical thinking skills students to be better.
Keywords: analytical thinking skills, problem based learning, mind map
102
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI Volume 7,Nomor 2 Halaman 102-113
Mei 2015
mengajar ialah berusaha secara aktif untuk
PENDAHULUAN Kurikulum
2013
merupakan
mengembangkan dirinya dibawah guru.
pengembangan Kurikulum KTSP 2006 yang
Salah satu model pembelajaran yang
mencakup kompetensi sikap, pengetahuan,
dapat
dan
terpadu.
masalah dan bermakna kepada siswa adalah
Kurikulum KTSP dikembangkan menjadi
model PBL. Menurut Savery (2006) PBL
Kurikulum
pemikiran
adalah pembelajaran yang berpusat pada
depan persepsi
peserta didik dengan pendekatan yang
keterampilan
secara
2013
didasari
tentang tantangan
masa
masyarakat, perkembangan
pengetahuan
menyuguhkan
memberdayakan
dan pedagogi, kompetensi masa depan, dan
melakukan
fenomena
teori
negatif
yang
mengemuka.
dan
praktik,
pengetahuan
perubahan
yang
Standar
mengembangkan
Kompetensi
Lulusan,
Proses,
masalah
Standar
isi,
Standar
dan
Standar
Penilaian
(Kemendikbud, 2013). Standar
peserta
penelitian,
Kurikulum 2013 terdiri dari 4 elemen meliputi
berbagai
serta
didik
untuk
mengintegrasikan dan
menerapkan
keterampilan kelayakan
yang
situasi
untuk
pemecahan
ditemukan.
Model
pembelajaran berbasis masalah memiliki sejumlah karateristik yang membedakannya
2013
dengan model pembelajaran yang lainnya
dan
yaitu pembelajaran bersifat student centered,
yang
pembelajaran terjadi pada kelompok kecil,
semula terfokus pada kegiatan eksplorasi,
dosen atau guru berperan sebagai fasilitator
elaborasi, dan konfirmasi, pada kurikulum
dan moderator, masalah menjadi fokus dan
2013
kegiatan
merupakan sarana untuk mengembangkan
mengolah,
keterampilan problem solving, informasi
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.
baru diperoleh dari belajar mandiri (self
Kegiatan
directed learning) (Barrows, 1996).
menggunakan kontekstual.
Proses
kurikulum
pendekatan Proses
dilengkapi
mengamati,
saintifik
Pembelajaran
dengan
menanya,
proses
pembelajaran
tersebut
menunjukkan bahwa proses pembelajaran
Kelebihan PBL diantaranya adalah
berorientasi kepada siswa (student active
membantu
learning). Menurut Gulo (2008) Peran
keterampilan
peserta didik di dalam proses belajar
menyelesaikan masalah, mempelajari peran
dalam berpikir,
mengembangkan keterampilan
orang dewasa dan menjadi pebelajar yang 103
Henri Nelista Mei Dawati – Perbedaan Kemampuan Berpikir Analitis pada Model Problem Based Learing disertai Mind Map dengan Kelas Konvensional pada Siswa Kelas X IPA SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 mandiri (Arends, 2008). PBL mendasarkan
Mind
psikologi kognitif sebagai basis teoritisnya.
menempatkan informasi ke dalam otak dan
Fokus model PBL tidak banyak pada
mengambil informasi dari otak. Mind Map
pengerjaan tugas yang diberikan pada siswa,
mempunyai peran besar dalam proses
tetapi pada cara berfikir siswa selama
pemetaan
mereka mengerjakannya (Sugiyanto, 2009).
memudahkan dalam mengingat, sehingga
Selain memiliki kelebihan, Problem Based
Learning
memiliki
beberapa
kelemahan. Menurut Sanjaya (2006) siswa
Map
juga
memudahkan
pikiran-pikiran
dalam
kita
yang
memungkinkan kita menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal.
tidak memiliki minat apabila masalah yang
Model PBL disertai Mind Map dapat
dipelajari sulit dipecahkan, keberhasilan
membantu siswa dalam mengembangkan
pembelajaran
solving
kemampuan berpikirnya. Salah satu tujuan
membutuhkan waktu lama dalam tahap
pembelajaran dari banyak bidang studi
persiapan, tanpa pemahaman siswa terhadap
adalah meningkatkan kemampuan siswa
pemecahan suatu masalah yang sedang
dalam menganalisis materi pelajaran. Siswa
dipelajari membuat siswa tidak tertarik
mempunyai
untuk
analitis
melalui
problem
mempelajarinya,
dan
persiapan
daya
baik
pembelajaran yang kompleks meliputi alat,
membedakan,
problem dan konsep.
mengatribusikan
Pencapaian
hasil
belajar
kemampuan
apabila
berpikir
mereka
mengorganisasikan, suatu
dapat dan
permasalahan
yang
pembelajaran dalam proses kognitifnya.
optimal diperlukan suatu alat pendidikan
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009)
ataupun media pembelajaran. Salah satu
dalam proses menganalisis siswa harus
media pembelajaran yang dapat dikonstruk
memiliki pengetahuan, pemahaman, dan
oleh siswa adalah peta pikiran (Mind Map).
penerapan tertentu.
Mind Map membantu mengatur informasi menjadi “terpetakan” yang memungkinkan siswa untuk mengingat informasi lebih lanjut dalam jangka waktu yang lama
METODE PENELITIAN Penelitian
yang
dilaksanakan
merupakan penelitian deskriptif kuantitatif
(Ruffini, 2008). Menurut Buzan (2007) 104
Henri Nelista Mei Dawati – Perbedaan Kemampuan Berpikir Analitis pada Model Problem Based Learing disertai Mind Map dengan Kelas Konvensional pada Siswa Kelas X IPA SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 yang menggunakan metode eksperimen
model pembelajaran PBL disertai Mind Map
semu (Quasi exsperimental research).
menggunakan angket keterlaksanaan sintaks
Rancangan penelitian adalah posttest
Problem Based Learning disertai Mind Map.
only non-equivalent control group dengan
Metode
menggunakan kelas eksperimen (model PBL
mendapatkan data sekunder berupa data
disertai Mind Map) dan kelas control (kelas
nilai ulangan akhir semester I mata pelajaran
konvensional).
Biologi siswa kelas X IPA SMA Al Islam 1
Populasi
dalam
penelitian
adalah
seluruh siswa kelas X IPA SMA Al Islam I Surakarta
tahun
digunakan
untuk
Surakarta yang akan digunakan untuk menguji keseimbangan kemampuan awal.
2013/2014.
Validasi instrumen penelitian dengan
Teknik pengambilan sampel dengan cluster
uji validitas dan reliabilitas. Validitas isi dan
sampling, terpilih kelas X IPA 3 sebanyak
validitas konstruk dilakukan oleh telaah ahli.
31 siswa sebagai kelas kontrol dan X IPA 4
Teknik analisa data terdiri dari uji prasyarat
sebanyak
dan uji hipotesis. Uji prasyarat meliputi uji
31
pelajaran
Dokumentasi
siswa
sebagai
kelas
eksperimen.
normalitas
dan
uji
homogenitas.
Uji
Variabel penelitian terdiri dari variabel
normalitas menggunakan uji Kolmogorof
bebas yaitu model PBL disertai Mind Map
Smirnov dan uji homogenitas menggunakan
dan variabel terikat yaitu kemampuan
uji
berpikir analitis.
menggunakan uji t. Semua uji dibantu
Metode pengumpulan data meliputi
Levene’s.
Sedangkan
uji
hipotesis
program SPSS 16.
metode tes dan non tes. Metode tes digunakan untuk mengambil data primer
HASIL DAN PEMBAHASAN
yaitu data kemampuan berpikir analitis yang
Hasil kemampuan berpikir analitis
dicerminkan dari hasil belajar siswa ranah
siswa
diukur
dari
hasil
posttest
kognitif. Metode tes berupa tes uraian yaitu
menggunakan tes tertulis yang diambil
tes berbentuk soal- soal uraian. Metode non
setelah kegiatan pembelajaran. Data hasil
tes meliputi metode observasi dan metode
kemampuan berpikir analitis didapatkan
dokumentasi. Metode observasi digunakan
melalui posttest yang terdiri dari 6 butir soal
untuk mengukur keterlaksanaan sintaks
essay dengan tipe soal C4. 105
Henri Nelista Mei Dawati – Perbedaan Kemampuan Berpikir Analitis pada Model Problem Based Learing disertai Mind Map dengan Kelas Konvensional pada Siswa Kelas X IPA SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 Hasil kemampuan berpikir analitis
adalah membedakan 67,88, mengatribusikan
siswa menunjukkan nilai rata-rata kelas
56,85, mengorganisasi 52,82.
eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol,
Hasil analisis pengaruh penerapan model
rata-rata kelas eksperimen 68,23 sedangkan
pembelajaran PBL disertai Mind Map
kelas kontrol 61,06. Keadaan tersebut
terhadap kemampuan berpikir analitis siswa
menunjukkan bahwa penerapan model PBL disertai Mind Map mampu meningkatkan kemampuan berpikir analitis siswa.
Variabel
F
P-value
Kriteria
Uji KBA
0,584
0,009
yang
terdiri
dari
membedakan,
tiga
aspek
mengorganisasi,
yaitu
p-value
H0 ditolak
< 0,05
Sedangkan perbandingan rata-rata nilai kemampuan berpikir analitis siswa
Keputusan
menggunakan uji-t secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.
dan
mengatribusikan antara kelas kontrol dan
Tabel 1
Hasil Uji Hipotesis Perbedaan KBA
antara Model PBL disertai Mind Map dengan
kelas eksperimen menunjukkan hasil rata-
kelas konvensiuonal
rata nilai setiap aspek kemampuan berpikir analitis pada kelas eksperimen lebih tinggi
Berdasarkan hasil analisis statistik
daripada kelas kontrol. Rata- rata nilai aspek
menunjukkan bahwa model PBL disertai
kemampuan berpikir analitis tertinggi pada
Mind
kelas
kemampuan berpikir analitis siswa. Maka
eksperimen
didapat
pada
aspek
Map
mampu
meningkatkan
membedakan yaitu sebesar 74,6, sedangkan
model
terendah pada aspek mengatribusikan yaitu
mempengaruhi kemampuan berpikir analitis
sebesar 60,89. Berdasarkan urutan rata-rata
siswa.
nilai aspek kemampuan berpikir analitis
PBL
disertai
Mind
Map
Pelaksanaan model PBL disertai
pada kelas eksperimen dari yang tertinggi ke
Mind
terendah
74,6,
observasi keterlaksanaan sintaks. Hasilnya
mengatribusikan
menunjukkan bahwa seluruh sintaks model
60,89. Sedangkan pada kelas kontrol secara
PBL disertai Mind Map telah terlaksana. Hal
berurutan dari yang tertinggi ke terendah
tersebut menunjukkan bahwa guru telah
adalah
mengorganisasi
membedakan 62,1,
Map
dikontrol
melalui
lembar
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan 106
Henri Nelista Mei Dawati – Perbedaan Kemampuan Berpikir Analitis pada Model Problem Based Learing disertai Mind Map dengan Kelas Konvensional pada Siswa Kelas X IPA SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 sintaks pembelajaran tersebut. Aktivitas siswa
turut
mendukung
Pemberian
motivasi
dilakukan
kegiatan
melalui video tentang kerusakan lingkungan,
pembelajaran sehingga model PBL disertai
seperti video peristiwa kabut asap, banjir,
Mind Map dapat terlaksana dengan baik.
dan gunung meletus. Hal tersebut dilakukan
Proses
pembelajaran
dengan
agar pembelajaran didasarkan pada standar
menggunakan model PBL disertai Mind
proses kurikulum 2013 yang menggunakan
Map
pendekatan saintifik dan kontekstual yang
dilaksanakan
dalam
tiga
kali
pertemuan. Penerapan model PBL pada
meliputi
proses
mengamati,
menanya,
kelas eksperimen disesuaikan dengan sintaks
mencoba,
PBL yang dirujuk dari Arends (2008).
mengkomunikasikan. Proses pembelajaran
menalar,
dan
Sebelum memasuki sintaks pertama,
pada tahap pemberian motivasi didapatkan
pada awal pembelajaran guru memberikan
kegiatan mengamati oleh siswa, sehingga
apersepsi
siswa dapat menentukan objek atau data
dan
memberikan
motivasi
dengan
pertanyaan.
cara
Apersepsi
mengenai
dilakukan dengan mengaitkan materi yang
observasi.
dipelajari sebelumnya dengan materi yang
permasalahan
Sintaks pertama dalam model PBL
akan dipelajari, yaitu mengaitkan antara
yaitu
materi
permasalahan
ekosistem
lingkungan kehidupan kepada
yang
yang
dengan
Pertanyaan berkaitan
sehari-hari
mengembangkan
kerusakan
berkaitan
sehari-hari.
siswa
kehidupan
dengan
bertujuan
kemampuan
yang akan di
memberikan kepada
orientasi siswa.
tentang Siswa
di
arahkan untuk menganalisis masalah yang
guru
berkaitan dengan kerusakan lingkungan.
dengan
Masalah tersebut menjadi focal point dalam
untuk
pembelajaran selanjutnya dan memberikan
berpikir
arahan pada tahap selanjutnya. Masalah
analitis siswa. Hal tersebut sejalan dengan
tersebut
pendapat Anderson (1989) yang menemukan
mengembangkan
bahwa pada pertanyaan faktual lebih efektif
solving (Barrows, 1996). Awalnya guru
untuk
mengembangkan
meningkatkan
kemampuan siswa.
pencapaian
sebagai
sarana
untuk
keterampilan
problem
kemampuan
berpikir
analistis siswa dengan menyajikan dua kasus faktual
yaitu kasus
antara meletusnya 107
Henri Nelista Mei Dawati – Perbedaan Kemampuan Berpikir Analitis pada Model Problem Based Learing disertai Mind Map dengan Kelas Konvensional pada Siswa Kelas X IPA SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 Gunung Kelud dengan aktivitas siswa dalam
mengalami proses pembelajaran dengan
membuang air detergen ke selokan disertai
melibatkan lingkungan secara langsung,
dengan pertanyaan- pertanyaan lanjutan.
sehingga
Pertanyaan tersebut dapat mengantarkan
memahami
siswa
mengkonstruksi
menyusun
pemikirannya
pertanyaan
dalam
berkaitan
dengan
yang
memudahkan konsep
siswa
dalam
pembelajaran
pengetahuannya
dan secara
aktif. Hal tersebut sejalan dengan teori
masalah kerusakan lingkungan. Pertanyaan
konstruktivisme
dalam pemikiran siswa muncul dikarenakan
melandasi
siswa mengalami proses pengolahan berpikir
menekankan pada kebutuhan siswa untuk
analitis
menginvestigasi
karena
siswa
mengidentifikasi
mencoba
hubungan
antara
meletusnya Gunung Kelud dengan aktivitas siswa
membuang
yang
PBL
yaitu
lebih
model
lingkungannya
dan
mengkonstruksikan pengetahuannya secara mandiri. Tahap orientasi selanjutnya adalah
mengidentifikasi dampak dan penyebabnya.
guru meminta siswa mengajukan pertanyaan
Hal
penelitian
atau permasalahan yang didapatkan dari
Widodo (2006) yang mengatakan bahwa
pengamatan lingkungan sekitar sekolah.
sebagian pihak berpendapat bahwa gurulah
Menurut
yang harus banyak bertanya sebab dengan
lingkungan banyak hal yang dapat dipelajari
demikian
oleh siswa. Merujuk pada lingkungan belajar
sesuai
guru
mendorong
detergen,
teori
serta
tersebut
air
sebagai
dengan
bisa
membimbing
siswa
untuk
dan
berpikir.
siswa,
Slameto
beberapa
siswa
di
dalam
mengajukan
Selanjutnya, guru membimbing siswa dalam
pertanyaan
merumuskan
tujuan
pembelajaran
permasalahan yang mereka ajukan. Guru
berdasarkan
pertanyaan
yang
mengajak
telah
dirumuskan siswa dalam pikirannya. Tahap selanjutnya, guru meminta siswa
melakukan
siswa
menanggapi
untuk
rumusan
mendiskusikan
rumusan permasalahan yang diusulkan siswa melalui
diskusi
kelas.
Guru
sebagai
pengamatan
fasilitator dalam pembelajaran membantu
mengenai
siswa memilah masalah yang berkaitan
kerusakan lingkungan disekitar lingkungan
dengan materi kerusakan lingkungan secara
sekolah. Pengamatan dilakukan agar siswa
jelas, sehingga tujuan pembelajaran PBL
disekitar
untuk
dan
(2003)
lingkungan
sekolah
108
Henri Nelista Mei Dawati – Perbedaan Kemampuan Berpikir Analitis pada Model Problem Based Learing disertai Mind Map dengan Kelas Konvensional pada Siswa Kelas X IPA SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 tercapai.
Siswa
mengkonstruksi
telah
mencoba dari
terjadi interaksi sosial dengan teman lain.
melalui
Interaksi sosial tersebut dapat memacu
lingkungan sekitar. Hal tersebut dikarenakan
terbentuknya ide baru dan meningkatkan
siswa telah mengalami proses penemuan
perkembangan
yang
tersebut sesuai dengan teori belajar Vigotsky
penemuan
pengetahuannya
melalui diskusi dalam kelompok sehingga
yang
selanjutnya
informasi
yang
kemampuan
didapatkan
mencoba di
mengaitkan
dapatkan
kognitifnya
intelektual
siswa.
Hal
pada
yang menekankan pentingnya aspek sosial
sehingga
belajar. Kaitannya dengan PBL dalam hal
pembelajaran serasa bermakna bagi siswa.
memecahkan
Hal tersebut sejalan dengan teori belajar
mendorong siswa belajar berkolaborasi.
bermakna Ausubel bahwa belajar bermakna
Kemudian, dengan adanya diskusi kelompok
merupakan dikaitkannya informasi baru
akan melatih siswa untuk bekerjasama
pada konsep yang relevan yang terdapat
dalam pemecahan masalah dan memberi
pada struktur kognitif siswa. Selain itu
kesempatan
sejalan dengan teori belajar Bruner yang
mengungkapkan ide-ide kreatifnya. Hal
berkeyakinan bahwa pembelajaran sejati
tersebut merupakan salah satu keuntungan
terjadi melalui penemuan pribadi yang
dari pembelajaran PBL sebagaimana yang
melibatkan keterlibatan aktif siswa dalam
dijelaskan oleh Hasanah (2013) bahwa
proses belajar.
keuntungan lain dari PBL adalah siswa
Sintaks
kedua
permasalahan
pada
mereka
yang
untuk
adalah
dapat bersikap terbuka dalam menerima
mengorganisasikan siswa untuk meneliti.
semua pengalaman, tidak tergantug pada
Pelaksanaan sintaks ini siswa diberikan LKS
orang lain, dan kreatif dalam mencari
oleh guru. LKS berisi kolom-kolom langkah
pemecahan masalah.
metode ilmiah mulai dari rumusan masalah
Sintaks ketiga adalah membantu
sampai kesimpulan. Siswa berkelompok
investigasi mandiri dan kelompok. Guru
yang terbagi secara heterogen berdasarkan
membimbing siswa untuk memulai kajian
rumusan masalah yang disepakati bersama
literatur, mengorganisasi data pada LKS,
dalam diskusi kelas sebelumnya, kemudian
dan menarik kesimpulan dari hasil diskusi
siswa
masing- masing kelompok, Merujuk pada
diminta
untuk
mengerjakannya
109
Henri Nelista Mei Dawati – Perbedaan Kemampuan Berpikir Analitis pada Model Problem Based Learing disertai Mind Map dengan Kelas Konvensional pada Siswa Kelas X IPA SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 pelaksanaan sintaks tersebut, guru hanya
dari
berperan
sehingga
mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok
pemecahan masalah bertumpu pada siswa,
dengan menggunakan media PPT dan video,
sehingga siswa harus lebih aktif daripada
kemudian ditanggapi oleh kelompok lain.
guru. Pada tahap tersebut, siswa mengalami
Proses
proses menalar melalui pengorganisasian
mengungkapkan pendapatnya dan melatih
data yang didapatkan dari kajian literatur
rasa percaya diri siswa. Berdasarkan hasil
dan internet dilanjutkan menyimpulkan hasil
penelitian
Margendoller,
diskusi
Bellisimo
(2006)
sebagai
bersama
fasilitator
anggota
kelompok,
semua
tersebut
kelompok.
melatih
PBL
Siswa
siswa
untuk
Maxwell, efektif
&
dalam
Pengorganisasian data diperoleh siswa dari
menumbuhkan kepercayaan diri siswa dalam
berbagai pengetahuan baru siswa yang
menyelesaikan masalah Keterkaitan dengan
didapatkan
dalam
PBL bahwa siswa akan memiliki rasa
memori otak yang kemudian akan berelasi
percaya diri karena mereka telah memahami
dengan pengetahuan siswa yang telah
konsep melalui pengalaman dan berusaha
didapatkan sebelumnya.
memecahkan masalah karena pembelajaran
kemudian
Akhir
disimpan
pembelajaran
pada
berdasarkan permasalahan yang didapatkan
pertemuan pertama siswa diberikan tugas
sendiri, sehingga diskusi dapat berjalan
oleh guru. Penugasan bertujuan agar siswa
dengan baik dan lancar. Hal tersebut sesuai
berhasil dalam proses belajarnya. Alhasil
dengan pendapat Arends (2008) bahwa salah
siswa dapat menghasilkan hasil karya dari
satu keuntungan PBL yaitu siswa menjadi
memanfaatkan berbagai limbah disekitar
trampil dalam menyelesaikan permasalahan
lingkungan hidup mereka. Hal tersebut
serta meningkatkan kemampuan berpikir
sesuai dengan pendapat Slameto (2003)
kritis, sebab siswa harus mencari solusi
bahwa mengerjakan tugas mempengaruhi
terhadap masalah yang nyata.
hasil belajar. Sintaks mengembangkan
Sintaks kelima adalah menganalisis keempat dan
adalah
dan
mengevaluasi
proses
mengatasi
mempresentasikan
masalah. Guru membantu siswa untuk
artefak dan exhibit. Guru membimbing
melakukan refleksi terhadap investigasinya
siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi
dan proses yang mereka gunakan. Guru 110
Henri Nelista Mei Dawati – Perbedaan Kemampuan Berpikir Analitis pada Model Problem Based Learing disertai Mind Map dengan Kelas Konvensional pada Siswa Kelas X IPA SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 meminta siswa merekonstruksikan pikiran
penguatan dari guru sebagai fasilitator pada
dan kegiatan mereka selama fase pelajaran.
proses pembelajaran. Pada tahap ini guru
Siswa
dan
berperan dalam meluruskan pemahaman dan
kegiatan mereka dengan memikirkan kapan
pengetahuan siswa yang belum terkonstruksi
mereka
dengan baik.
merekonstrusikan
mulai
yakin
pikiran
terhadap
solusi
permasalahan kerusakan lingkungan yang
Tahap
penerapan
Mind
Map
mereka temukan di sekitar lingkungan
dilaksanakan pada pertemuan ketiga setelah
sekolah, kapan mereka mulai yakin terhadap
guru mereview materi pembelajaran. Guru
solusi yang mereka berikan, mengapa
meminta siswa membuat catatan berupa
mereka
Mind Map pengetahuan siswa yang didapat
menolak
mengapa mereka dalam
penjelasan mengubah
menyelesaikan
kerusakan lingkungan.
tertentu, pikirannya
permasalahan Menurut Savery
dari
awal
sampai
akhir
pembelajaran.
Tujuan guru meminta siswa membuat Mind Map
yaitu
sebagai
pendukung
(2006) dalam proses menganalisis apa yang
pengembangan kemampuan berpikir analitis
telah dipelajari selama proses mengatasi
siswa melalui penerapan model PBL dalam
masalah dan diskusi tentang konsep dan
menemukan dan mengembangkan ide atau
prinsip-prinsip yang dipelajari, peserta didik
gagasan hasil pemikirannya menjadi sebuah
akan sangat dekat dengan rincian langsung
catatan yang akan mempermudah mereka
dari masalah dan solusi yang diajukan.
dalam belajar. Semua siswa telah membuat
Evaluasi
terhadap
permasalahan
Mind Map dengan pola yang berbeda-beda
kerusakan lingkungan menjadi peran bagi
pada setiap siswa sesuai dengan kemampuan
guru untuk mengarahkan dan membimbing
berpikirnya masing-masing. Hal tersebut
siswa dalam memperoleh solusi yang tepat
sesuai dengan pendapat Ngalimun (2012)
untuk menyelesaikan masalah kerusakan
bahwa Mind Map sangat cocok untuk
lingkungan serta mendorong siswa untuk
mereview pengetahuan awal siswa.
mengusulkan perubahan solusi terhadap
Serangkaian kegiatan yang telah
permasalahan lingkungan sekitar. Evaluasi
dilakukan guru dan siswa dalam proses
pada tahap tersebut bermanfaat bagi siswa,
pembelajaran dengan menerapkan model
karena siswa membutuhkan pembenaran dan
PBL disertai Mind Map menimbulkan 111
Henri Nelista Mei Dawati – Perbedaan Kemampuan Berpikir Analitis pada Model Problem Based Learing disertai Mind Map dengan Kelas Konvensional pada Siswa Kelas X IPA SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 interaksi yang baik antara guru dan siswa.
rerata antara penerapan model PBL disertai
Siswa mendapatkan pengalaman yang baru
Mind Map dengan kelas konvensional
dalam
tersebut,
terhadap kemampuan berpikir siswa kelas X
untuk
IPA SMA Al Islam 1 Surakarta. Penerapan
kerusakan
model PBL disertai Mind Map mempunyai
lingkungan. Pemahaman siswa dapat dilihat
rerata lebih tinggi dibanding penerapan
dari tes evaluasi yang diberikan oleh guru,
metode
terhadap jawaban soal uraian yang tepat atau
perbedaan rerata tersebut, penerapan model
belum tepat.
PBL
proses
sehingga
pembelajaran
mendukung
memahami
materi
siswa
tentang
Hasil tes evaluasi siswa di akhir pertemuan, secara kuantitatif
didapatkan
konvensional.
disertai
Mind
Merujuk
Map
pada
dapat
mempengaruhi kemampuan berpikir siswa menjadi lebih baik.
rata-rata kelas eksperimen 68,23 sedangkan kelas
kontrol
menunjukkan berpikir
61,06. bahwa
analitis
Secara hasil
siswa
deskriptif
kemampuan pada
kelas
eksperimen yang menerapkan model PBL disertai Mind Map lebih baik daripada kelas kontrol
yang
menerapkan
metode
konvensional dengan ceramah. Berdasarkan uraian hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa model PBL disertai Mind Map dapat
DAFTAR PUSTAKA Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2010). Kerangka Landasan Untuk PEMBELAJARAN, PENGAJARAN, DAN ASESMEN Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR. Arends, R. I. (2008). LEARNING TO TEACH Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
meningkatkan kemampuan berpikir analitis siswa.
Dengan
demikian,
model
PBL
disertai Mind Map efektif untuk pencapaian kemampuan berpikir analitis siswa.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan
bahwa
terdapat
perbedaan
Barrows, H. (1996). New direction for teaching and learning "Problem Based Learning medichine and beyond : A brief overview. Jossey Bass Publishers. Buzan, T. (2013). Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 112
Henri Nelista Mei Dawati – Perbedaan Kemampuan Berpikir Analitis pada Model Problem Based Learing disertai Mind Map dengan Kelas Konvensional pada Siswa Kelas X IPA SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 Dimyati, & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Gulo, W. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grasindo. Hasanah, & Setyaningrum, Y. (2013). Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian Kompetensi. Jakarta: Prestasi Pustaka Jakarta. Margendoller, J. R., Maxwell, N. L., & Bellisimo, Y. The Effectiveness of Problem Based Instruction : A Comparative Study of Instructional Methods and Student Characteristics. Interdisciplanary Journal of Problem Based Learning , 1. Ngalimun. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Ruffini, M. F. (2008, April). Using E-Maps to Organize and Navigate Webbased Content. Interactive Educational Multimedia , 87-89. Savery, J. R. (2006). Overview of Problembased Learning: Definitions and Distinctions. Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning , 1 (1).
113