Pendekatan Pembelajaran1 Oleh Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd
2
A. Pengantar Ada beberapa asumsi yang akan dijadikan dasar dalam mengantarkan makalah ini, yaitu : 1. Setiap kita pernah dan selalu akan mengadakan proses belajar, kegiatan belajar itu dapat berupa menunut ilmu di kampus, melihat situasi di kampung, kontemplasi, dsb. 2. Kegiatan belajar yang kita tempuh mempunyai satu tujuan yang hanya kita sendiri (Allah SWT sudah dengan sendirinya) mengetahui. 3. Dalam menempuh tujuan itu ada beberapa cara yang telah digunakan, yang pada intinya untuk mencapai keberhasilan. Berdasarkan asumsi-asumsi yang ada, maka tulisan ini tidak hendak untuk menggurui, akan tetapi lebih merujuk pada kehendak menempatkan posisi diri sebagai subyek belajar dalam kerangka pengabdian pada Allah, Swt.
B. Pointer 1. Belajar itu apa ? Konsep umum yang ada, belajar adalah kegiataan untuk memperoleh tambahan pengetahuan, nilai dan ketrampilan. Dalam rumusan lain disebut sebagai usaha mengembangkan perilaku peserta didik. 2. Perilaku apa yang berubah ?, konsep Bloom mengajukan 3 domain sebagai perilaku yang wajib berubah (cognitif, afectif, psikomotor, Tatang M Amirin menambah dengan belief domain). 3. Tujuan umum belajar akan mengarah pada 3 domain yang ada, belief domain merupakan azas utama dalam belajar.
1
Makalah disampaikan pada acara Breifing untuk Pembina Keagamaan Mahasiswa Baru UII tahun 1999/2000 yang diselenggarakan LPPAI UII Ahad, 24 Oktober 1999 2 Dosen Jurusan Tarbiyah FIAI UII Yogyakarta
4. Belief domain, --Tatang M Amirin mengartikannya sebagai ranah keyakinan, penulis lebih setuju jika diartikan ranah keimanan---. Bahwa proses belajar harus didasari rasa iman bahwa hal tersebut merupakan amanah Allah SWT (konsep Iqro dalam Al Qur'an), amanah Rosul (hadits-hadits rosul), serta penunaian janji kepada orang tua (ingat orang beriman harus penuhi janji). 5. "janji adalah hutang" (pepatah). Bagi orang muslim menunaikan janji adalah satu kewajiban. Kegagalan dalam belajar merupakan pengkhianatan padaa janji, di sisi lain mengecewakan orang tua. (Ingat konsep surga di bawah telapak kaki Ibu, hadits). 6. bagaimana belajar yang baik?, sampai saat ini belum ada kepastian tentang hal-hal yang dikatakan sebagai cara belajar yang baik, solusinya belajarlah sesuai dengan minat dan kemampuan anda (sesuai mood). 7. Menempuh ujian sebagai pemenuhan janji, suatu keharusan namun perlu diingat dalam menempuh ujian harus mengembalikan kepada Allah (Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun), dengan proses lurus (tidak nyontek, ataupun nyaplak).
C. Konsep Mengajar-Belajar Dalam belajar suatu saat orang akan duduk menjadi orang yang memberi materi, walaupun demikian konsep yang ada pengajar tersebut juga masih melakukan belajar dengan situasi yang baru. Asumsi
proses
belajar
mengajar
oleh
Roger
Boshier
yang
patut
dipertimbangkan: 1. Kita tidak dapat mengajar orang lain secara langsung, kita hanya dapat membantu belajarnya. Hipotesa ini ditarik dari dalil-dalil dalam teori kepribadian, yaitu setiap individu hidup dalam dunia pengalaman yang selalu berubah di mana dirinya sendiri adalah sebagai pusat. Dan semua orang mereaksi seperti dia mengalami dan mengartikan pengalaman itu. Ini berarti bahwa dia menekankan makna (meaning) yang datang dari dalam dirinya sendiri, dan individu berbuat atau meresponse seperti makna yang dimiliki. Dengan begitu belajar adalah belajar sendiri dan yang tahu seberapa jauh dia telah menguasai sesuatu yang dipelajari adalah dirinya sendiri. Dengan hipotesa semacam ini maka dalam kegiatan belajar keterlibatan siswa secara aktif mempunyai kedudukan sangat penting dan mendalam.
2. Seseorang belajar dengan penuh makna hanya apabila sesuatu yang dia pelajari bermanfaat (terlibat) dalam pengaturan dan pengembangan struktur dirinya. Hipotesa ini menekankan pentingnya program belajar yang relevan dengan kebutuhan siswa, yaitu belajar yang bermanfaat bagi dirinya. Dan tentunya mempersoalkan kebiasaan belajar dengan matapelajaran yang dipaksakan di atas dirinya, sehingga seolah-olah dirinya tidak berarti. 3. Hipotesa ketiga dan keempat dikelompokkan jadi satu yaitu: pengalaman yang apabila diassimilasikan akan menimbulkan perubahan dalam organisasi diri maka cenderung untuk dihambat melalui penolakan atau pembolakan simbolisasi, dan 4. Struktur dan organisasi diri kelihatan kaku dalam situasi terancam, dan dia akan mengendorkan ikatan itu apabila bebas penuh dari ancaman. Ini berarti bahwa pengalaman yang dianggap tidak sesuai dengan dirinya hanya dapat diassimilasikan apabila organisasi diri itu dikendorkan dan diperluas untuk memasukkan pengalaman itu. Hipotesa ini menunjukkan realita bahwa belajar kerapkali menimbulkan rasaa tidak aman bagi siswa (siswa mrasa tertekan), namun selanjutnya menganjurkan pentingnya membeikan iklim yang aman, penerimaan, dan saling membantu dengan kepercayaan dan tanggungjawab siswa. 5. Hipotesa kelima ini adalah perluasan hipotesa ketiga dan keempat untuk praktek pendidikan yaitu : situasi pendidikan yang secara efektif meningkatkan belajar yang bermanfaat adaalah di mana ancaman (rasa tidak aman) mengenai diri siswa dihilangkan sekecil mungkin, dan perbedaan persepsi dari setiap siswa diberi perlindungan. Ini berarti bahwa disamping perlunya pemberian iklim belajar yang aman bagi siswa juga perlu pengembangan otonomi individu, menjamin perbedaan pendapat dan persepsi dari setiap siswa. (Dikutip dari sodiq A. Kuntoro, 1983: 64-64).
D. Pendekatan Pembelajaran Andragogi sebagai istilah baru yang populer sekarang ini sebenarnya merupakan istilah yang sudah lalam dikenal di Eropa. Andragogi berasal dari bahasa Yunani :
aner artinya dewasa dan agogus yang artinya memimpin. Dari arti harafiahnya maka andragogi mempunyai makna sebagai seni dan pengetahuan mengajar orang dewasa, namun mengingat pengertian orang dewasa sebagai individu yang self directing maka dalam andragogi yang lebih penting adalah kegiatan belajar dari siswa bukan kegiatan mengajar guru. Sodiq A. Kuntoro cederung memberikan arti andragogi sebagai seni dan pengetahuan membelajarkan orang dewasa 1983: 68). Dalam kaitannya dengan kegiatan proses belajar mengajar di manapun, maka konsep andragogi lebih tepat untuk diterapkan dalam setiap pemberian materi. Dengan kata lain oraang yang berdiri di muka bukan merupakan penentu utama kegiatan belajar, akan tetapi lebih merupakan patner belajar. Konsep andragogi mempunyai makna dialogis antar individu yang terlibat dalam proses belajar mengajar. Makna lain adalah adanya pembebasan dan demokratisasi dalam belajar-mengajar (bukan mengajar belajar). Sehingga dalam kegiatan belajar mengajar tersebut harus dihindari adanya "pemaksaan konsep" dari individu satu terhadap individu lain. Konsep andragogi ini menuntut adanya kesiapan diantara kedua belah pihak, baik pengajar ataupun mereka yang belajar. Dari sisi pengajar jelas bahwa pembukaan forum dialog merupakan syarat adanya kegiatan ini, artinya pengajar bukan mengajar siswa kelas satu SD yang perlu dituntun dari a sampai z. Akan tetapi lebih menjurus kepada fasilitator yang siap memberi arahan manakala diperlukan. Selain itu konsep andragogi dapat membebaskan orang yang belajar dari rasa "sub-ordinatnya" terhadap pengajar , sehingga berbagai macam ketakutan tidak timbul manakala bertemu dalam satu forum ajar-mengajar Dari sisi penerima materi , harus perlu siap untuk menerima kondisinya yang baru sebagai patner belajar, bukan lagi sebagai obyek belajar seperti saat ini. Mahasiswa berfikir aktif untuk dapat berdialog. Demikian sekedar acuan pemikiran, semoga dapat memberi sedikit gambaran tentang peran masing-masing di antara pengajar dan subyek yang belajar . Sehingga konsep yang kita pancangkan adalah konsep jadi, bukan konsep setengah matang karena ketidak-siapan satu pihak. (Muhammad Idrus 24101999)
Pendekatan Pembelajaran
Oleh Drs. Muhammad Idrus, M.Pd
Disampaikan dalam acara briefing Pembina Keagamaan Mahasiswa Baru UII Tahun 1999/2000 Ahad, 24 Oktober 1999
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA LEMBAGA PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA ISLAM (LPPAI)
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 1999