LAPORAN AKHIR
PENDAMPINGAN PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) PADI 7 LOKASI DI PROVINSI ACEH
PENELITI UTAMA IR. M. NASIR ALI
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya penyusunan Laporan Akhir Tahun Kegiatan Pendampingan SL-PTT Padi di Provinsi Aceh tahun 2012 yang dilaksanakan di 7 Kabupaten di Provinsi Aceh. Terlaksananya kegiatan ini tidak terlepas dari dukungan dan peran aktif seluruh Dinas/Instansi yang terkait, petani kooperator dan penyuluh/peneliti yang ada di BPTP Aceh. Namun demikian kami menyadari dalam pelaksanaan kegiatan ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dimasa yang akan datang. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan yang dilanjutkan dengan penyusunan laporan tengah tahun ini, kami ucapkan terimakasih dan semoga laporan ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Banda Aceh, Desember 2012 Penanggung Jawab,
Ir. M. Nasir Ali NIP. 19580808 197903 1 005
2
RINGKASAN 1.
Judul RDHP
:
Pendampingan Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi 7 lokasi dengan Peningkatan Produksi Mencapai 15% di Provinsi Aceh
2.
Unit Kerja
:
Balai Pengkajian Darussalam
3.
Lokasi
:
Provinsi Aceh
4.
Agroekosistem
:
Lahan sawah dan lahan kering
5.
Status
:
Baru
6.
Tujuan
:
Melaksanakan pendampingan pada SL dan LL padi 7 lokasi dengan cara apresiasi, demplot, pelatihan dan bimbingan penerapan PTT untuk mempercepat adopsi inovasi teknologi
7.
Keluaran
:
-
Terlaksananya pendampingan SL dan LL padi 7 lokasi
-
Teradopsinya inovasi teknologi PTT padi
-
Peningkatan produktivitas padi 15% di unit LL
-
Diperolehnya model pendampingan yang efektif spesifik lokasi Terjadinya percepatan penerapan inovasi teknologi yang mampu meningkatkan produksi padi 1 ton/ha pada lokasi LL dan 0,5 ton/ha pada lokasi SL
Teknologi
Pertanian
Nanggroe
Aceh
8.
Hasil
:
-
9.
Prakiraan Manfaat
:
Petani memahami dan menerapkan SL-PTT padi
10.
Prakiraan Dampak
:
-
Peningkatan produktivitas dan pendapatan petani
-
Berlanjut dan berkembangnya program SL-PTT serta meningkatnya muatan inovasi SL-PTT di tingkat penyuluh dan petani
11.
Prosedur
:
12. 13.
Jangka Waktu Biaya
: :
Pendampingan SL-PTT dilaksanakan di SL-PTT Padi 7 lokasi pada 7 kabupaten di Provinsi Aceh. Setiap lokasi/kabupaten didampingi dan dikawal oleh LO (Liason Officer) yang dibantu oleh TPG (Tenaga Pengembangan Gapoktan) dari BPTP NAD. Kegiatan pendampingan SL-PTT meliputi: a) apresiasi teknologi PTT, b) demplot penerapan PTT, c) pelatihan tenaga khusus, dan d) bimbingan penerapan PTT. Cakupan kegiatan tersebut, meliputi: (a) koordinasi dengan pemerintah kabupaten, (b) membantu dalam pelaksanaan kegiatan KKP (Kajian Kebutuhan dan Peluang) untuk menggali potensi dan permasalahan di lokasi SL-PTT, (c) melaksanakan apresiasi teknologi PTT, (d) melaksanakan bimbingan penerapan PTT, (e) pelaksanaan dempolot PTT, (f) melaksanakan pelatihan tenaga khusus tenaga BPTP NAD, serta g) monitoring dan evaluasi kegiatan pendampingan SLPTT. Pendampingan melibatkan dinas terkait, petugas lapang, dan gapoktan/kelompok tani secara partisipatif dan jika perlu outsourching dari perguruan tinggi. 1 Tahun Rp 413.800.000,- (empat ratus tiga belas juta delapan ratus ribu rupiah)
3
SUMMARY 1.
Title
:
Field School Assistance Program of Integrated Crop Management (SL-PTT) Rice, seven Location Achieving Production Increase 15% in the Province of NAD
2.
Implementation Unit
:
Assessment Institute for Agriculture Technology (AIAT NAD)
3.
Location
:
Aceh Province
4.
Agroecosystem
:
Wet land and dry land
5.
Status
:
New
6.
Objectives
:
Implement technical assistance to SL and LL Rice 7 Location by way of appreciation, demplot, training and guidance to accelerate the application of PTT technology innovation adoption
7.
Output
:
implementation of assistance SL and LL Rice 7 location PTT technological innovation Teradopsinya rice Increased productivity of rice in the unit 15% LL The acquisition of effective mentoring model specific location
8.
Outcome
:
The occurrence of the acceleration of the implementation of technological innovations that could improve rice production of 1 ton/ha in LL locations and 0.5 tons / ha in SL location
9.
Expected benefit
:
Farmers understand and apply the SL-PTT rice
10.
Expected impact
:
- Increase productivity and income of farmers - Continued development of programs and SL-PTT and the increased load SL-PTT innovation at the level of extension and farmers
11.
Procedure
:
SL-PTT assistance implemented in the SL-PTT Rice 7 districts in Aceh province. Each location/district accompanied and escorted by the Coordinator (regional coordinator), aided by MDG (Manpower Development Gapoktan) of AIAT NAD. Assistance activities SL-PTT include: a) appreciation PTT technology, b) implementation demplot PTT, c) training a special force, and d) implementation guidance PTT. The scope of these activities include: (a) coordination with district governments, (b) assist in the implementation of the Research Needs and Opportunities activities to explore the potential and problems of the SL-PTT locations, (c) implement appreciation PTT technology, (d) implementing guidance PTT application, (e) implementation of the PTT dempolot, (f) conduct special training of personnel AIAT NAD, and g) monitoring and evaluation of mentoring activities SLPTT. Assistance involving relevant agencies, field officers, and gapoktan / participatory farmer groups and, if necessary outsourching from college.
12.
Duration
:
1 Year
13.
Budget
:
IDR 413.800.000
4
DAFTAR ISI Hal HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................
i
KATA PENGANTAR .............................................................................................
ii
RINGKASAN .....................................................................................................
iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................
iv
I.
PENDAHULUAN..........................................................................................
1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................
1
1.2. Tujuan .............................................................................................
3
1.3. Keluaran yang diharapkan ..................................................................
3
1.4. Hasil Yang Diharapkan .......................................................................
4
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak ..........................................................
4
II.
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................
5
III.
PROSEDUR................................................................................................
10
3.1. Ruang Lingkup Kegiatan ....................................................................
10
3.2. Pendekatan ......................................................................................
10
3.3. Pola Pendampingan ...........................................................................
10
3.4. Komponen Teknologi PTT Jagung .......................................................
11
3.5. Bahan ..............................................................................................
12
3.6. Teknik Diseminasi .............................................................................
12
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................
13
4.1. Hasil .................................................................................................
13
4.2. Pembahasan ......................................................................................
20
KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................
22
5.1. Kesimpulan.........................................................................................
22
5.2. Saran .................................................................................................
22
Kinerja Hasil Kegiatan ...............................................................................
23
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................
24
LAMPIRAN ........................................................................................................
24
IV.
V.
VI.
5
I. PENDAHULUAN
1. 1. Latar belakang Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai pemenuh kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam negeri yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan berkembangnya industri pangan dan pakan. Sehingga dari sisi Ketahanan Pangan Nasional fungsinya menjadi amat penting dan strategis. Komoditi padi berperan untuk memenuhi kebutuhan pokok karbohidrat masyarakat, sedangkan jagung, kedelai dan kacang tanah terutama untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri pangan olahan dan pakan. Sasaran produksi padi nasional tahun 2011 adalah 70,59 juta ton GKG atau meningkat 5,54% dibandingkan sasaran produksi sebelumnya, sasaran tanam 13,41 juta ha, sasaran panen 13,13 juta ha dengan sasaran produktivitas 53,77 ku/ha. Upaya peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai yang terfokus pada penerapan SL-PTT tahun 2010 telah berhasil menjadi pemicu dalam meningkatkan produksi padi 5,91%, jagung 11,34% kedelai 26,97% dan kacang tanah 1,92% (ARAM 2009). (Dirjen Tanaman Pangan, 2010). Guna merealisasikan tiga keluaran tersebut, sebelas rencana aksi telah disiapkan
dalam
pencapaiannya,
diantaranya:
(1)
Pendampingan
SL-PTT
mendukung P2BN melalui penyediaan benih sumber dan teknologi pupuk organik, 10 varietas sangat genjah, benih sumber (padi, jagung, kedelai) kelas BS 60 ton dari 100 varietas, dan FS 100 ton dari 100 varietas; (2) Pendampingan PSDS, penyediaan jantan unggul, twinning technology, dan aplikasi teknologi pakan murah mendukung swasembada daging sapi; penyediaan 5 bangsa ternak baru, 3 varietas tanaman pakan unggul spesifik lokasi dan 14 teknologi veteriner berupa teknologi diagnosis, vaksin, epidomiologi, dan strategi pengendalian penyakit hewan strategis; (3) Pendampingan dan penyediaan benih sumber hortikultura mendukung pengembangan kawasan hortikultura, tersedianya 27 varietas unggul baru buah dan 60 varietas unggul baru tanaman hias (Badan Litbang, 2009). Balai Besar Penelitian Tanaman Padi telah menginisiasi aplikasi SL-PTT lahan sawah irigasi sejak 1999 di Sukamandi, peningkatan hasil padi yang diperoleh dengan penerapan SL-PTT berbeda menurut tingkat dan skala luasan usaha. Pada tingkat penelitian dan demontrasi dengan luasan terbatas (1,0-2,5 ha) melalui model
6
SL-PTT hasil padi dapat meningkat rata-rata 37% (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2009). Provinsi Aceh merupakan sentra produksi tanaman pangan (padi) dalam pemenuhan kebutuhan pangan, pakan dan industri nasional yang setiap tahunnya terus meningkat. Sekitar 16,6% kebutuhan beras nasional dipenuhi dari Provinsi Aceh, dengan rerata produktivitas 4,6 ton/ha (Dinas Pertanian TPH Prov. Aceh, 2009). Produktivitas padi Provinsi Aceh mengalami peningkatan dari 4,26 ton per hektar pada 2008, meningkat jadi 4,32 ton per hektar pada 2009 atau meningkat sebesar 1,37 persen, sedangkan target peningkatan pada tahun 2012 sebesar 6,08% atau 4,6 ton per hektar (BPS, 2011). Padi sebagai salah satu komoditi pangan yang mempunyai potensi produksi dan pekembangan yang cukup tinggi di Provinsi Aceh. Ketersediaan lahan sawah potensial ada seluas 408.486 ha tersebar pada 21 kabupaten/kota. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap musim tanam Aceh membutuhkan benih padi 12,25 juta ton dengan perhitungan kebutuhan benih 30 kg/ha. (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. Aceh, 2011). Peningkatan produktivitas tanaman padi antara lainnya disebabkan antara lain curah hujan dan persediaan pupuk yang cukup serta penggunaan bibit semakin berkualitas. Luas panen meningkat sebesar 5,87 persen dibandingkan tahun 2011. Ini disebabkan sudah berfungsinya irigasi secara baik di beberapa daerah seperti Kabupaten Pidie, Pidie Jaya, Aceh Utara, Aceh Timur dan Aceh Barat. Dengan berfungsinya irigasi tersebut, dan didukung curah hujan yang cukup, maka pemanfaatan lahan dapat lebih optimal, khususnya lahan yang sebelumnya tidak terairi. Selain itu peningkatan indeks penanaman (IP) di beberapa daerah, telah melakukan penanaman 2-3 kali setahun juga memberikan kontribusi bagi peningkatan produktivitas padi di Aceh (BPS, 2009). BPTP Aceh merupakan salah satu lembaga pelayanan teknis dibawah BBP2TP yang turut berperan dalam menghasilkan inovasi teknologi sekaligus berfungsi sebagai penyebar informasi teknologi hasil pengkajian kepada pengguna melalui kegiatan desiminasi. Penelitian/pengkajian yang diimplementasikan dalam bentuk ”Sekolah Lapang (demplot)” akan lebih bersifat lokal spesifik, dinamis dan partisipatif dimana petani terlibat langsung sejak perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengembangannya. Petani dapat mengadopsi secara parsial atau paket spesifik tergantung kemampuan petani. Dengan pendekatan seperti ini
7
teknologi hasil penelitian akan cepat sampai dan diadopsi petani karena paket tersebut sudah teruji langsung di lapangan. Salah satu kegiatan diseminasi yang akan dilaksanakan dalam upaya meningkatkan adopsi teknologi yaitu kegiatan SL-PTT. Sekolah Lapang ini diharapkan dapat memberi suatu daya tarik tesendiri terhadap petani dalam memecahkan masalah. Dengan pendekatan SL-PTT juga diharapkan petani dapat berpartisipasi aktif sejak perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan menentukan paket yang terbaik. SL-PTT yang nantinya diharapkan dapat ditiru dan diadopsi oleh pengguna secara berkelanjutan. Pendampingan SL-PTT dilakukan BPTP Aceh bertujuan agar teknologi Badan Litbang Pertanian dapat diterapkan secara optimal dalam SL-PTT, sehingga pelaksanaan PTT lebih berkualitas dalam mendukung pencapaian tujuan dan sasaran peningkatan produksi padi. Sasaran pendampingan teknologi pada 7 lokasi di Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur dan Aceh Barat dengan total unit SL-PTT 1.800 unit. Kegiatan pendampingan oleh BPTP Aceh dalam bentuk: Juknis PTT dan SLPTT; Sebagai narasumber pada pelatihan SL-PTT untuk 1.789 pemandu lapang (PL) II di setiap kabupaten/kota; Demonstrasi Plot PTT dilakukan pada lahan seluas 0,25 ha di luar Laboratorium Lapangan (LL) dalam Sekolah Lapangan (SL) pada dua titik per kabupaten untuk menguji paket teknologi lengkap PTT. Lahan SL yang luasnya 24 ha dijadikan lahan perluasan inovasi teknologi yang dikembangkan dalam LL dan lahan demplot. Penyelenggaraan pendampingan di SL dilakukan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Penyebarluasan inovasi dilakukan melalui Display VUB seluas 2,00 ha dengan intoduksi masing-masing tiga varietas unggul baru (VUB) padi yang berproduksi tinggi dan satu varietas pembanding yang telah digunakan petani secara luas. Laboratorium Lapangan (LL) adalah kawasan/areal yang terdapat dalam kawasan SL-PTT yang berfungsi sebagai percontohan, temu lapang, tempat belajar dan tempat praktek penerapan teknologi yang disusun dan diaplikasikan bersama oleh kelompoktani/petani (Dirjen Tanaman Pangan, 2010). Koordinasi tim stuktural pendamping di tingkat provinsi terdiri dari Kadistan sebagai ketua, BPTP Aceh sebagai sekretaris dan Bakoorluh sebagai wakil ketua serta anggotanya Dinas/instansi terkait. Penunjukkan Liason Officer (LO) di 18 kabupaten dilakukan berdasarkan keputusan kepala BPTP Aceh sebanyak 18 orang LO. Pelaporan pelaksanaan pendampingan oleh tim BPTP Aceh dilakukan secara berjenjang oleh LO melalui pengumpulan data di tingkat desa, kecamatan dan
8
kabupaten, ditembuskan kepada tim teknis di provinsi dan kabupaten. BPTP Aceh juga menyampaikan laporan berkala kepada BBP2TP. Pendekatan ini diharapkan akan berhasil meningkatkan pendapatan petani yang didukung oleh semua pihak terkait. Koordinasi antara tim teknis, LO dengan unsur lainnya menjadi faktor kunci keberhasilan. Oleh karena itu jalinan kerjasama dengan semua pihak terkait terus dibina dan ditingkatkan intensitasnya. (Dirjen Tanaman Pangan, 2010). Diharapkan dengan penerapan SL-PTT padi pada di Provinsi Aceh mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil usahatani, meningkatkan efisiensi biaya usahatani dengan penggunaan teknologi yang tepat untuk masing-masing lokasi, serta terjaganya kesehatan lingkungan tumbuh pertanaman dan lingkungan kehidupan secara keseluruhan. 1. 2. TUJUAN 1. Melakukan Pendampingan Teknologi pada SL-PTT Padi (1.800 unit LL) di Provinsi Aceh.
1. 3. Keluaran Yang Diharapkan -
Terlaksananya Pendampingan Teknologi pada SL-PTT Padi (1.800 unit LL) di Provinsi Aceh.
-
Teradopsinya inovasi teknologi PTT padi.
-
Diperolehnya model pendampingan yang efektif spesifik lokasi.
1.4. Hasil yang Diharapkan -
Terjadinya
percepatan
penerapan
inovasi
teknologi
yang
mampu
meningkatkan produksi padi 1 ton/ha pada lokasi LL dan 0,5 ton/ha pada lokasi SL. 1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak 1. Diharapkan terjadi percepatan penyebaran teknologi PTT dari BPTP Aceh ke petani peserta kemudian berlangsung difusi secara alamiah dari alumni SL-PTT kepada petani di sekitarnya. 2. Berlanjut dan berkembangnya program SL-PTT di wilayah kegiatan dan pelaku lainnya. 3. Meningkatnya muatan inovasi dalam program SL-PTT di tingkat penyuluh dan petani.
9
4. Menjaga keberlanjutan produksi padi sebagai penyangga keamanan pangan nasional, serta mampu meningkatkan pendapatan usahatani rumah tangga petani.
II. TINJAUAN PUSTAKA Program Pendampingan Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi di 7 Lokasi dengan Peningkatan Produksi Mencapai 15% di Provinsi Aceh model atau konsep baru diseminasi teknologi yang dipandang dapat mempercepat penyampaian informasi dan bahan dasar inovasi baru yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian dan diharapkan dapat berfungsi sebagai jembatan penghubung langsung dengan pelaku agribisnis dan pengguna inovasi (Badan Litbang Pertanian, 2009). Program Badan Litbang Pertanian 5 tahun mendatang secara nasional adalah peningkatan upaya penelitian dan pengembangan bidang pertanian yang mampu menciptakan benih unggul dan hasil penelitian lainnya menuju kualitas dan produktivitas hasil pertanian nasional yang tinggi. Program ini nantinya mempunyai tiga keluaran yaitu: (1) meningkatnya ketersediaan benih dan bibit sumber tanaman/ternak; (2) meningkatnya ketersediaan paket teknologi budidaya tanaman, ternak, pengelolaan lahan dan pupuk; dan (3) meningkatnya ketersediaan teknologi, mekanisasi dan pascapanen. Berdasarkan hasil penerapan SL-PTT tahun 2009, maka pada tahun 2010 fokus kegiatan tersebut akan dilanjutkan dan diperluas menjadi seluas 2.650.000 hektar untuk padi non hibrida, padi hibrida, padi gogo dan jagung hibrida. Untuk areal kedelai seluas 250 ribu hektar dan ditambah satu komoditi lainnya yaitu kacang tanah seluas 50 ribu hektar. Pelaksanaan SL-PTT tahun 2010 akan mendapat fasilitasi/dukungan penyediaan benih padi non hibrida, padi hibrida, padi gogo, jagung hibrida, kedelai dan kacang tanah melalui Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) dari PSO seluas 2,95 juta hektar (Dirjen Tanaman Pangan, 2010). Sejak lebih dari satu dekade yang lalu sebahagian lahan sawah mengalami penurunan produktivitas, sebagaimana tercermin pada laju pelandaian produksi padi. Puslitbang tanaman pangan telah berupaya menghasilkan inovasi penigkatan produksi padi melalui penelitian secara intensif telah dihasilkan inovasi SL-PTT. SLPTT merupakan Sekolah Lapangan bagi petani dalam menerapkan berbagai teknologi usahatani melalui penggunaan input produksi yang efisien dan menurut
10
spesifik lokasi sehingga mampu menghasilkan produktivitas tinggi untuk menunjang peningkatan produksi secara berkelanjutan. Dalam SL-PTT petani dapat belajar langsung
di
lapangan
melalui
pembelajaran
dan
penghayatan
langsung
(mengalami), mengungkapkan, menganalisis, menyimpulkan dan menerapkan (melakukan/ mengalami kembali), menghadapi dan memecahkan masalah-masalah terutama dalam hal teknik budidaya dengan mengkaji bersama berdasarkan spesifik lokasi (Dirjen Tanaman Pangan, 2010). Melalui penerapan SL-PTT petani akan mampu mengelola sumberdaya yang tersedia (varietas, tanah, air dan sarana produksi) secara terpadu dalam melakukan budidaya di lahan usahataninya berdasarkan kondisi spesifik lokasi sehingga
petani
menjadi
lebih
terampil
serta
mampu
mengembangkan
usahataninya dalam rangka peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai. Namun demikian wilayah di luar SL-PTT akan tetap dilakukan pembinaan peningkatan produksi sehingga produksi dan produktivitas tahun 2010 dapat meningkat(Dirjen Tanaman Pangan, 2010). Pada prinsipnya SL-PTT adalah pendekatan dalam budidaya yang mengutamakan pengelolaan tanaman, lahan, air, dan organisme pengganggu tanaman (OPT) secara terpadu. SL-PTT adalah kombinasi teknologi pilihan yang penerapannya disesuaikan dengan kondisi dan potensi setempat. Pada dasarnya SL-PTT bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau strategi bahkan filosofi bagi peningkatan produksi melalui cara mengelola tanaman, tanah air, dan unsur hara serta organisme pengganggu tanaman secara holistik dan berkelanjutan (Dirjen Tanaman Pangan, 2010).
11
III. PROSEDUR PELAKSANAAN
3.1. Ruang Lingkup Kegiatan Lingkup kegiatan berada di 7 kabupaten di Provinsi Aceh, dilaksanakan di SL-PTT Padi (1.800 unit), akan dilakukan pendampingan SL-PTT oleh BPTP Aceh bekerjasama dengan penyuluh (PPL). Masing-masing lokasi/kabupaten didampingi dan dikawal oleh LO (koordinator wilayah) yang dibantu oleh TPG (Tenaga Pengembangan Gapoktan) dari BPTP Aceh. Model SL-PTT untuk komoditas padi sawah di suatu wilayah dapat berbeda dengan di wilayah lain, bergantung pada masalah yang akan diatasi. Langkah pertama dalam mengembangkan suatu model yaitu: (1) mengidentifikasi masalah di suatu tempat, (2) mengidentifikasi ketersediaan sumber daya dan lingkungan fisik maupun biologi, (3) mengidentifikasi teknologi-teknologi yang tersedia untuk suatu ekosistem, dan (4) mempelajari keterkaitan dan sistem di antara teknologi lain yang tersedia dengan sosial budaya petani (Kartaatmadja dan Fagi, 2000). Dari hasil identifikasi permasalahan yang telah dilakukan dapat disimpulkan masalah-masalah utama yang ditemukan di desa contoh. Dari sini dapat diidentifikasi teknologiteknologi yang tersedia serta teknologi yang perlu dikembangkan lebih lanjut dalam Demonstrasi Plot. Cakupan kegiatan, meliputi: (a) koordinasi BPTP Aceh dengan pemerintah daerah/kabupaten, (b) membantu kegiatan Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP) untuk menggali potensi dan permasalahan di lokasi SL-PTT, (c) apresiasi teknologi PTT, (d) bimbingan penerapan PTT, (e) demfarm PTT, f) melatih tenaga inti pelaksana, serta g) monev pendampingan SL-PTT. Penyebaran materi SL-PTT melalui bimbingan di lapangan kepada penyuluh di lokasi-lokasi demoplot dan dilakukan sebanyak 15% dari lokasi demfarm melalui pertemuan kelompok berturutturut untuk lokasi SL-PTT padi. Pendampingan akan dilakukan dari bulan Maret hingga Desember 2012. 3.2. Pendekatan Agar komponen teknologi yang dipilih sesuai dengan kebutuhan setempat, maka proses pemilihan atau perakitan teknologi didasarkaan pada hasil analisis potensi, kendala dan peluang atau dikenal dengan Participatory Rural Appraisal (PRA). Dari hasil PRA teridentifikasi masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi. Untuk memecahkan masalah yang ada dipilih teknologi yang akan diintroduksikan, baik dari komponen teknologi dasar maupun pilihan.
12
Komponen teknologi pilihan dapat menjadi komponen teknologi dasar jika hasil PRA memprioritaskan penerapan komponen teknologi tersebut untuk pemecahan masalah utama di wilayah setempat (Suryana A, dkk, 2008). PRA akan dilaksanakan di salah satu desa dalam kabupaten sasaran oleh tim peneliti dari berbagai disiplin ilmu yang telah mendapatkan pelatihan PRA sebelumnya dan dilaksanakan bersama-sama dengan petani dan PPL di tingkat kecamatan. Dalam kegiatan ini fokus identifikasi dilakukan terhadap:
Karakterisasi lokasi, mencakup validasi peta desa, peta topografi dan hidrologi, peta usaha industri rumah tangga, peta sumberdaya, kalender musim, rangking matriks, sejarah desa, penggunaan tenaga kerja berdasarkan gender, dan arus sumberdaya.
Identifikasi dan analisa permasalahan
Persepsi petani mengenai permasalahan dan akar permasalahan
Peluang mengatasi permasalahan Bentuk dukungan yang akan dilakukan BPTP Aceh adalah sebagai berikut:
a. Penyediaan benih sumber padi dilakukan pada seluruh lokasi LL padi 1800 unit. b. Display VUB padi, dilakukan pada 36 unit LL dengan luasan masing-masing 2,00 ha. Kegiatan Display VUB ini menerapkan teknik praktek lapang bersama dengan petani kooperator yang juga diikuti oleh petani sekitarnya. Varietas yang diuji dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah: (1) padi tipe baru (PTB) dataran rendah yaitu Inpari 1, 3, 6, 10 dan 13, Inpago dan Ciherang. Komponen teknologi yang digunakan didasarkan kepada hasil assessment dengan petani pada waktu pelaksanaan PRA. Dosis pupuk standar yang digunakan adalah berdasarkan hasil analisis tanah di lokasi kegiatan. Untuk mengukur keakuratan penggunaan pupuk Urea digunakan alat Bagan Warna Daun (BWD). Dalam pelaksanaan pengkajian dilakukan monitoring/pengamatan terhadap serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Apabila terdapat serangan maka dilakukan pengendalian hama dengan menggunakan pestisida kimia. Demikian pula pada komoditas jagung, kedelai dan kacang tanah, komponen tekonologi yang akan diterapkan berdasarkan hasil analisis PRA. c. Penyediaan informasi, juklak, juknis, dan prototipe SL-PTT padi bagi Pemandu Lapangan II dan III di seluruh lokasi demfarm (1.800 unit). d. Pelatihan tenaga inti dan pendamping dari 7 kabupaten, sebanyak 4.200 orang dengan memberikan materi peningkatan produksi melalui penerapan SL-PTT. Pelatihan petugas SL-PTT dilaksanakan di Provinsi dan Kabupaten/Kota,
13
secara berurutan yang dimulai dari pelatihan Pemandu Lapangan (PL) II di Provinsi dan terakhir pelatihan Pemandu Lapangan (PL III) di Kabupaten/Kota. Perserta pelatihan Pemandu Lapangan adalah PPL, Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) dan Pengawas Benih Tanaman (PBT) dengan materi pelatihan meliputi tatacara pelaksanaan SL-PTT dan dititikberatkan pada praktek lapangan. Narasumber adalah PL I, para ahli dari lingkup Dinas Pertanian Provinsi, BPTP dan pakar dari perguruan tinggi. e. Teknologi & tool spesifik lokasi SL-PTT diterapkan pada seluruh lokasi LL sedangkan lokasi SL-PTT padi iharapkan dapat mengikutinya melalui kegiatan diseminasi yang dilaksanakan oleh BPTP Aceh. Seluruh unit LL akan mendapatkan teknologi PTT dan SL diharapkan mampu menerapkan di lokasinya masing-masing. f.
Kegiatan monitoring dilaksanakan secara periodik mulai dari persiapan sampai dengan panen oleh petugas Pusat, Provinsi dan Kabupaten, yang meliputi perkembangan pelaksanaan SL-PTT, hasil yang telah dicapai, pemecahan permasalahan dan lain-lain. Evaluasi juga dilaksanakan oleh petugas Pusat, Provinsi dan Kabupaten, setelah seluruh rangkaian kegiatan dalam SL-PTT selesai dilaksanakan. Evaluasi meliputi: 1) Komponen kegiatan pelaksanaan SL-PTT, 2) Tingkat pencapaian sasaran areal dan hasil, 3) Kenaikan produktivitas di lokasi LL dan SL, dan 4) Penerapan komponen teknologi PTT dan lain-lain. Adapun monitoring dan evaluasi penerapan teknologi (on going) dilaksanakan oleh BPTP Aceh pada seluruh lokasi kegiatan (7 kabupaten).
3.3. Struktur Organisasi Pola pendampingan yang akan dilaksanakan oleh BPTP Aceh tersebut dapat pula dilihat pada Gambar 1, berikut:
Displ ay VUB Gambar 1. Struktur Pola Pendampingan BPTP NAD pada SL-PTT Padi 2 Ha 14
Adapun pendekatan dalam pelaksanaan pendampingan SL-PTT tahun 2011 yang akan dilakukan terlihat pada jadual kegiatan berikut ini: Table 1. Operasionalisasi Pendampingan SL-PTT OPERASIONALISASI PENDAMPINGAN SLPTT Bulan NO
KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 1 2
A KOORDINASI DAN SOSIALISASI A.1. Koordinasi dengan Pusat A.2. Sosialisasi hasil koordinasi dengan Pusat A.3. Koordinasi dengan Provinsi: Prioritas lokasi pendampingan A.4. Sosialisasi hasil Koordinasi dengan Provinsi A.5. Koordinasi dengan Kabupaten A.6. Sosialisasi hasil koordinasi dengan Kabupaten B MANAJEMEN PELAKSANAAN B.1. Membentuk Tim Inti Pelaksana di BPTP Aceh (koordinator program PJ SLPTT, penyuluh dan peneliti senior) B.2. Sinergi kegiatan * B.3. Membentuk LO di setiap kabupaten ** B.4. Tim Inti Pelaksana melakukan konsolidasi B.5. Pertemuan rutin bulanan B.6. Menyusun mekanisme kerja antar tim * = Tim Inti pelaksana mengkoordinasikan seluruh kegiatan SLPTT program dan sumber lain yang mendukung SL-PTT ** = LO mengkoordinasikan seluruh kegiatan di seluruh kabupaten tsb
15
BULAN NO
KEGIATAN 1 2 3 4 5 6
7
8
9 10 11 12
C OPERASIONALISASI C.1. Penyediaan benih sumber VUB C.2. Display VUB C.3. penyediaan informasi, juklak, juknis dan prototype C.4. Pelatihan pendamping dan pengawalan lapangan C.5. Teknologi dan tool spesifik lokasi D MONITORING DAN EVALUASI D.1. Pendokumentasian setiap kegiatan D.2. Pencatatan setiap pelaksanaan kegiatan D.3. Database pendampingan D.4. Penyusunan Instrumen (form) pengukuran capaian dan evaluasi kegiatan D.5. Pelaporan
16
Tabel 2. Cakupan Kegiatan dan Kapasitas Pelaksanaan SL PTT 2012 SL-PTT Tahun 2012 KEGIATAN Padi 1. Demplot di LL
Padi Sawah : 5 VUB padi (Inpari 7,10,13,20), Inpara 5, inpago dan pembanding Ciherang di 7 Kab/kota)
2. Cetak materi penyuluhan dan distribusi book booklet inotek 3. Pelatihan 14 tenaga inti dan PPL 7 Kab (4.200 orang) 4. Apresiasi kelompok tani 5. Bimbingan lapang
- SL-PTT Padi (2000 eks) - Sistem Tanam Legowo (2000 eks) - Kalender Tanam (400 eks) - Pengendalian HPT (1000 eks) Dijadualkan sesuai kondisi kesiapan daerah masing-masing dan berjenjang
Dijadualkan sesuai kondisi kesiapan daerah masing-masing 7 kab
3.4. Pengamatan Pengamatan hasil panen dilakukan secara ubinan 2 m x 5 m, yaitu di lokasi SL-PTT sebanyak 2 ubinan panen, di lokasi demoplot (LL) masing-masing varietas 1 ubinan panen (8 ubinan panen per lokasi) dan 2 lokasi di luar areal SL-PTT masing-masing 5 ubinan panen. Hasil gabah ditimbang dalam bentuk kering panen. Hasil panen masing-masing dibandingkan antar varietas yang dicoba dalam LL, kemudian dibandingkan antara hasil panen di LL dengan SL-PTT, hasil panen di SL-PTT dengan non SL-PTT dan antara hasil panen di LL dengan demplot LL, serta mencatat setiap kegiatan usahatani yang bersifat teknis maupun non teknis dalam pelaksanaan SL-PTT (Tabel 2). Adapun pengamatan untuk Display VUB kegiatan SL-PTT padi meliputi; (1) Komponen pertumbuhan dan (2) Komponen hasil.
17
Tabel 3. Pengamatan Kegiatan SL-PTT Kegiatan Nama lokasi : Provinsi Aceh Ekoregion : lahan sawah dan lahan kering Keragaan Agronomi : Tinggi tanaman Jumlah anakan Jumlah malai per rumpun Jumlah bulir per malai
LL
DEMPLOT LL
SL-PTT
NON SL-PTT
Record data oleh PPL dan dianalisis oleh LO (BPTP Aceh)
Record data oleh PPL dan dianalisis oleh LO (BPTP Aceh)
Record data oleh PPL dan dianalisis oleh LO BPTP Aceh)
Record data oleh PPL dan dianalisis oleh LO (BPTP Aceh)
Pengamatan PHT : - Jenis OPT dan persentase tingkat serangan - Pengendalian OPT yang dilakukan petani
Record data oleh PPL dan dianalisis oleh LO (BPTP Aceh)
Record data oleh PPL dan dianalisis oleh LO (BPTP Aceh)
Record data oleh PPL dan dianalisis oleh LO (BPTP Aceh)
Record data oleh PPL dan dianalisis oleh LO (BPTP Aceh)
Keragaan Sosial Ekonomi: Analisis R/C ratio dan analisis marginal B/C ratio (MBCR).
Record data oleh PPL dan dianalisis oleh LO (BPTP Aceh)
Record data oleh PPL dan dianalisis oleh LO (BPTP Aceh)
Record data oleh PPL dan dianalisis oleh LO (BPTP Aceh)
Record data oleh PPL dan dianalisis oleh LO (BPTP Aceh)
Pelaksanaan Panen dan Pasca panen: - Produksi, umur panen, jumlah tenaga kerja dan harga GKP - Kegiatan pasca panen yang dilakukan petani
Record data oleh PPL dan dianalisis oleh LO (BPTP Aceh)
Record data oleh PPL dan dianalisis oleh LO (BPTP Aceh)
Record data oleh PPL dan dianalisis oleh LO (BPTP Aceh)
Record data oleh PPL dan dianalisis oleh LO (BPTP Aceh)
Penerapan komponen teknologi SL-PTT (%)
Record data oleh PPL dan dianalisis oleh LO (BPTP Aceh)
Record data oleh PPL dan dianalisis oleh LO (BPTP Aceh)
Record data oleh PPL dan dianalisis oleh LO (BPTP Aceh)
Record data oleh PPL dan dianalisis oleh LO (BPTP Aceh)
18
a.
Analisis Data Data agronomis ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Analisis tingkat
efisiensi usahatani PTT, digunakan indikator imbangan penerima dan biaya, atau analisis R/C ratio. Untuk mengukur tingkat keunggulan model PTT dapat digunakan analisis marginal B/C ratio (MBCR). 3.6. Bahan dan Alat Pelaksanaan Bahan dan alat yang digunakan berupa juklak, juknis, dan CD teknologi PTT, benih, PUTS, PUTK, ATK, saprodi, cangkul, pisau, gembor, meteran, tali ajir, handspayer dan alat lapangan lain yang diperlukan. 3.7. Komponen Teknologi Unggulan PTT 3.7.1. Komoditas Padi 1. Penggunaan varietas unggul baru (VUB) berlabel yang berdaya hasil tinggi, bernilai ekonomi tinggi. 2. Pemupukan berimbang dengan penggunaan pupuk secara berimbang dan sesuai kebutuhan tanaman spesifik lokasi. 3. Penggunaan pupuk organik berupa kompos dan pupuk kandang sebagai penyedia hara dan pembenah tanah. 4. Penggunaan alat mesin (alsin) berupa alat pra panen dan pasca panen untuk menekan kerusakan hasil. 5. Pengairan dan pompanisasi dengan pemanfaatan air irigasi, air hujan, embung, sumur pantek, dan sumber air permukaan (sungai, danau, sumur buatan). 6. Penggunaan benih bermutu dengan varietas unggul akan menghasilkan daya perkecambahan yang tinggi dan seragam, tanaman yang sehat dengan perakaran yang baik, tanaman tumbuh lebih cepat, tahan terhadap hama dan penyakit, berpotensi hasil tinggi dan mutu hasil yang lebih baik. 7. Penanaman yang tepat waktu, serentak dan jumlah populasi yang optimal dapat menghindari serangan hama dan penyakit, menekan pertumbuhan gulma, memberikan pertumbuhan tanaman yang sehat dan seragam serta hasil yang tinggi. 8. Pemberian pupuk secara berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara tanah dengan prinsip tepat jumlah, jenis, cara, dan waktu aplikasi sesuai dengan jenis tanaman akan memberikan pertumbuhan yang baik dan meningkatkan kemampuan tanaman mencapai hasil tinggi.
19
9. Pemberian air pada tanaman secara efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah merupakan faktor penting bagi pertumbuhan dan hasil tanaman yaitu air sebagai pelarut sekaligus pengangkut hara dari tanah ke bagian tanaman. Kebutuhan akan air disetiap stadia
tanaman
berbeda-beda,
pemberian
air
secara
tepat
akan
meningkatkan hasil dan menekan terjadinya stres pada tanaman yang diakibatkan karena kekurangan dan kelebihan air. 10. Perlindungan
tanaman
dilaksanakan
untuk
mengantisipasi
dan
mengendalikan serangan OPT tanaman dengan meminimalkan kerusakan atau penurunan produksi akibat serangan OPT. Pengendalian dilakukan berdasarkan prinsip dan strategi pengendalian hama terpadu (PHT). Khususnya pengendalian dengan pestisida merupakan pilihan terakhir bila serangan OPT berada diatas ambang ekonomi. Penggunaan pestisida harus memperhatikan jenis, jumlah dan cara penggunaannya sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku sehingga tidak menimbulkan resurjensi atau resistensi OPT atau dampak lain yang merugikan lingkungan. 11. Penanganan panen dan pasca panen akan memberikan hasil yang optimal jika panen dilakukan pada umur dan cara yang tepat yaitu tanaman dipanen pada masak fisiologis berdasarkan umur tanaman, kadar air dan penampakan visual hasil sesuai dengan diskripsi varietas. 12. Pemanenan dilakukan dengan sistem kelompok yang dilengkapi dengan peralatan dan mesin yang cocok sehingga menekan kehilangan hasil. Hasil panen dikemas dalam wadah dan disimpan di tempat penyimpanan yang aman dari OPT dan perusak hasil lainnya sehingga mutu hasil tetap terjaga dan tidak tercecer (Pusbangluhtan, 2008).
3.8. Teknik Diseminasi Pengembangan
informasi
pertanian
merupakan
kegiatan
untuk
menyebarluaskan teknologi dan informasi pertanian kepada pengguna yang tersebar secara luas, yang dilakukan
melalui penggunaan berbagai media
komunikasi, baik media cetak maupun media elektronik (Anonimous, 2001). Tersedianya berbagai informasi teknologi pertanian yang dikemas dalam berbagai bentuk media komunikasi diharapkan mampu mempercepat penyampaian informasi teknologi kepada pengguna agar mereka tahu, mau dan mampu menggunakan
20
inovasi tersebut dalam meningkatkan produksi dan produktivitas usahatani guna meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Berkaitan dengan hal tersebut maka teknologi maupun capaian hasil yang telah diperoleh dari penerapan teknologi PTT tersebut perlu disampaikan kepada petani dan pengambil kebijakan di daerah, maka dalam kegiatan ini BPTP Aceh juga membuat prototipe teknis penerapan teknologi PTT ke dalam bentuk demfarm dan berbagai media komunikasi lainnya. Luas satu unit SL-PTT padi adalah berkisar 25 ha, satu unit LL seluas minimal 1 hektar. Areal yang digunakan sebagai unit SL-PTT akan mendapat bantuan benih, pupuk urea, NPK dan pupuk organik. Kegiatan diseminasi yang akan dilaksanakan oleh BPTP Aceh dalam bentuk: 1) Display VUB, yang dibuat dengan luas 2,00 ha, 2) Penyampaian informasi teknologi PTT padi kepada petani di lokasi LL dan SL dengan cara pemberian leaflet SL-PTT Padi, brosur pupuk organik (5.800 eks), deskripsi varietas (1.800 eks), leaflet pengendalian HPT (4.800 eks) dan CD PTT padi (100 pcs). Adapun penyampaian teknologi PTT melalui penyuluhan dan bimbingan kepada penyuluh pendamping dan Pemandu Lapangan menjadi fokus pada kegiatan diseminasi dengan target 60% dari jumlah lokasi demfarm LL.
21
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI
4.1. Kabupaten Aceh Besar
Peta Kabupaten Aceh Besar LETAK GEOGRAFIS Kabupaten Aceh Besar terletak di ujung barat daya Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan merupakan titik awal dari Banda Aceh menuju daerah Aceh dan Sumatera lainnya. Sebelum dimekarkan di akhir tahun 70an, ibukota Aceh Besar adalah kota Banda Aceh, kemudian kota Banda Aceh berpisah menjadi kotamadya sehingga ibukota Aceh Besar pindah ke daerah Jantho di pegunungan Seulawah. Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Aceh Besar terletak 5,2 – 5,8 LU 9,50 – 95,8 BT, dengan sisi barat,timur dan utaranya dibatasi dengan Samudera Hindia, Selat Malaka dan Teluk Benggala, yang memisahkannya dengan Pulau Weh, tempat di mana kota Sabang berada. Sedangkan untuk wilayah darat, Aceh Besar berbatasan dengan kota Aceh Banda Aceh di sisi utara, Kabupaten Jaya Aceh Jaya di sebelah barat daya, serta Kabupaten Pidie di sisi selatan dan tenggara.
Sebelah Utara
: Selat Malaka / Kota Banda Aceh
Sebelah Selatan
: Kabupaten Aceh Jaya
22
Sebelah Timur
: Kabupaten Pidie
Sebelah Barat
: Samudra Indonesia
Pemerintahan Nama Bupati
: Mukhlis Basyah
Nama Wakil Bupati
: Drs. Syamsul Rizal, M.Kes
Nama Ibukota
: Kota Jantho
Luas Wilayah
: 297.412 Ha
Jumlah Penduduk
: 301.746 Jiwa
Jumlah Desa
: 596 Desa
Jumlah Kelurahan
: 5 kelurahan
Jumlah Kecamatan
: 23 kecamatan
Kecamatan Aceh Besar terbagi atas kecamatan-kecamatan sebagai berikut: Baitussalam, Darul Imarah, Darul Kamal, Darussalam, Indrapuri, Ingin Jaya, Krueng Barona Jaya, Kuta Baro, Kuta Cot Glie, Kota Jantho, Kuta Malaka, Lembah Seulawah, Lhoknga, Leupung, Lhoong, Mesjid Raya, Montasik, Peukan Bada, Pulo Aceh, Seulimeum, Simpang Tiga, Suka Makmur dan Blang Bintang Potensi Alam Perkebunan
: Lada, Jahe, Rambutan
Pertanian
: Padi Hibrida, Palawija
Kehutanan
: Kapas, Jati Super
Perikanan
: Ikan Mas, Ikan Gerapu, Lele, Rumput laut
Pariwisata
: Wisata pantai, wisata alam, Wisata Budaya/ kesenian
23
4.2. Kabupaten Pidie
Peta Kabupaten Pidie
LETAK
GEOGRAFIS
Nama Daerah : Kabupaten Pidie Letak Daerah : 04,30o - 04,60o Lintang Utara 95,75o - 96,20o Bujur Timur Luas Daerah : 3.562,14 Km2 Batas-batas Daerah
Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat
: Selat Malaka : Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Jaya : Kabupaten Pidie Jaya : Kabupaten Aceh Besar
Daerah Meliputi: A. Dataran Rendah Pantai B. Dataran Tinggi Lembah Tangse dan Geumpang Banyaknya Kecamatan Banyaknya Mukim Banyaknya Ø Gampong Definitif Ø Gampong Non Defenitif
: 23 : 94 : 730 :1
24
4.3. Kabupaten Pidie Jaya
Peta Kabupaten Pidie Jaya Kabupaten Pidie Jaya adalah salah satu kabupaten di Aceh, Indonesia. Ibukotanya adalah Meureudu. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007 pada tanggal 2 Januari2007. Kabupaten Pidie Jaya terdiri delapan Kecamatan, yakni Kecamatan Bandar Baru dengan Ibukotanya Lueng Putu, Kecamatan Pante Raja ibukotanya Keude Pante Raja, Kecamatan Trieng Gadeng Ibukotanya Trieng Gadeng, Kecamatan Meureudu Ibukotanya Meureudu, Kecamatan Meurah Dua Ibukotanya Simpang Puet, Kecamatan Ulim Ibukotanya Keude Ulim, Kecamatan Jangka Buya Ibukotanya Jangka Buya, Kecamatan Bandar Dua Ibukotanya Ulee Gle. Kabupaten Pidie Jaya adalah 1 dari 16 usulan pemekaran kabupaten/kota yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat pada tanggal 8 Desember2006. Batas Wilayah Utara
Selat Malaka
Selatan Kecamatan Tangse, Geumpang dan Mane, Kabupaten Pidie Barat
Kecamatan Glumpang Tiga, Glumpang Baro, dan Kembang Tanjong, Kabupaten Pidie
Timur
Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen
25
Wilayah Administratif Kabupaten Pidie Jaya terbagi dalam delapan (8) kecamatan dan 222 gampoeng. Berikut ini merupakan daftar kecamatan yang ada di Kabupaten Pidie Jaya beserta luas dan jumlah mukim dan gampoeng yang dimilikinya.
Kecamatan
Ibukota
Luas Luas Luas Laut 4 Persentase Darat Total Mukim Gampoeng Mil (Km2) (%) (Km2) (Km2)
Bandar Dua
Ulee Glee
176,26 -
176,26 14,99
5
45
223,64 57,60
281,24 24,19
8
43
29,64
2
18
Bandar Baru Leung Putu
Jangka Buya Jangka Buya 7,88
21,76
2,55
Meurah Dua
Meurah Dua
276,20 16,00
292,20 25,13
3
19
Meureudu
Meureudu
139,14 17,60
156,74 13,48
7
30
Pante Raja
Pante Raja
13,80
26,24
40,04
2
10
Trienggadeng Trienggadeng 76,19
51,81
128,00 11,01
5
27
Ulim
19,84
60,73
5
30
Ulim
40,89
3,44
5,22
Tofografi Secara topografi Kabupaten Pidie Jaya berada pada ketinggian 0,80 m s/d 125,0 m di atas permukaan laut dengan tingkat kemiringan lahan antara 0 sampai 40%, dimana untuk kota kota kecamatan seperti Panteraja, Treinggadeng, dan Meureudu berada dipesisir pantai laut Malaka. Secara keseluruhan Kabupaten Pidie Jaya rawan terhadap banjir dan erosi. Kecamatan Ulee Glee yang merupakan wilayah yang berada ditempat yang lebih tinggi dari daerah lainnya dan wilayah selatan dari kecamatan Bandar Baru, Panteraja, Trienggadeng dan Merah Dua dari Kabupaten Pidie Jaya juga merupakan kawasan hutan yang selama ini terjadi penebangan hutan yang tidak terkendalinya dan kurang berhasilnya reboisasi kawasan hutan berpotensi untuk terjadinya erosi. Dari klasifikasi lereng, Kabupaten Pidie Jaya merupakan daerah dataran tinggi yang memiliki daerah kelas lereng lebih besar dari 40 % dan daerah pesisir pantai yang memiliki klasifikasi lereng 0 - 3 %. Bila dilihat dari jenis tanah kabupaten Pidie Jaya, jenis tanah podzolit merah kuning merupakan jenis terluas dengan beberapa jenis tanah lainnya. Keadaan tanah efektif di Kabupaten Pidie Jaya mencapai 94,78 % untuk kedalaman lebih dari 90 cm, sedangkan sisanya 5,22 % tersebar ke dalaman lainnya.
26
4.4. Kabupaten Aceh Bireuen
Peta Kabupaten Aceh Bireuen
Kabupaten Bireuen adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Aceh. Menjadi kabupaten otonom sejak tahun 2000 sebagai hasil pemekaran dari kabupaten Aceh Utara. Kabupaten ini terkenal dengan julukan kota juangnya. Letak Geografis & Batas Administrasi 090 20’ – 970 21 BT dan 40 54’ – 050 18’ LU
Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka Sebelah Timur dengan Kabupaten Aceh Utara Sebelah Selatan dengan Kabupaten Bener Meriah Sebelah Barat dengan Kabupaten Pidie
Kabupaten Bireuen yang terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undangundang Nomor 48 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Bireuen dan Kabupaten Simeulue (Lembar Negara Tahun2000 Nomor 75, Tambahan Lembar Negara Nomor 3963). Kabupaten ini memiliki Luas wilayah 1.901,21 Km2. Pada Tahun 2006, secara administratif Kabupaten Bireuen ini terdiri dari 17 Kecamatan, 70 Mukim serta 559 Desa dan 2 Kelurahan. Jumlah penduduk pada Tahun 2006 sebanyak 354.763 jiwa yang terdiri dari 174.258 laki-laki dan 180.505 perempuan dengan rasio jenis kelamin sebesar 0,97 atau dengan kata lain pada setiap seratus penduduk perempuan terdapat 97 orang. Rata-rata kepadatan penduduk untuk setiap kilometer persegi adalah 187 jiwa. Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk yang terendah adalah Pandrah 83 jiwa perkilometer persegi sedangkan kepadatan yang tertinggi terdapat di Kecamatan Peusangan yang mencapai 43.625
27
jiwa perkilometer persegi dan hampir seluruh penduduk Kabupaten Bireuen beragama Islam yakni mencapai 99,58 persen. Seiring meningkatnya pertumbuhan ekonomi, pendapatan regional perkapita juga mengalami peningkatan. Berdasarkan harga berlaku, pada Tahun 2006 pendapatan regional perkapita Bireuen mencapai 7.670.272,74 rupiah yang mengalami peningkatan sebesar 9,72 persen di banding tahun lalu. Rata-rata pendapatan regional perkapita Kabupaten Bireuen relatif membaik. Pemerintahan Nama Bupati
: Ruslan M. Daud
Nama Wakil Bupati
: Ir. Mukhtar Abda, M.Si
Nama Ibukota
: Bireuen
Luas Wilayah Jumlah Penduduk
: 1.901.21 Km (190.121 Ha) : 350.504 Jiwa
Jumlah Desa
: 539 Desa
Jumlah Kelurahan
: 2 kelurahan
Jumlah Kecamatan
: 17 kecamatan
Kabupaten Bireuen terdiri dari 17 kecamatan sebagai berikut: Gandapura, Jangka, Jeunib, Jeumpa, Juli, Kota Juang, Kuala, Kuta Blang, Makmur, Pandrah, Peudada, Peusangan, Peusangan Selatan, Peusangan Siblah Krueng, Peulimbang, Samalanga, Simpang Mamplam 4.5. Kabupaten Aceh Utara
Peta Kabupaten Aceh Utara
28
Kabupaten Aceh Utara adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia. Ibukota kabupaten ini dipindahkan dari Lhokseumawe ke Lhoksukon, menyusul dijadikannya Lhokseumawe sebagai kota otonomi. Kabupaten ini tergolong sebagai kawasan industri terbesar di provinsi ini dan juga tergolong industri terbesar di luar pulau Jawa, khususnya dengan dibukanya industri pengolahan gas alam cair PT. Arun LNG di Lhokseumawe pada tahun 1974. Di daerah wilayah ini juga terdapat pabrik-pabrik besar lainnya: Pabrik Kertas Kraft Aceh, pabrik Pupuk AAF (Aceh Asean Fertilizer) dan pabrik Pupuk Iskandar Muda (PIM). Letak Geografis & Batas Administrasi Pada garis 96,20%-97,21% BT dan 4,54%-518%BU
Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka Sebelah Selatan berbatasan dengan kabupaten Aceh Tengah Sebelah Barat berbatasan dengan kabupaten Bireuen Sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten Aceh Timur
Pemerintahan Nama Bupati
: Muhammad Thaib
Wakil Bupati
: Drs. Muhammad Jamil, M.Kes
Nama Ibukota
: Lhoksukon
Luas Wilayah
: 3.477,92
Jumlah Penduduk
: 471.555 Jiwa
Jumlah Desa
: 851 Desa
Jumlah Kelurahan
: 2 kelurahan
Jumlah Kecamatan
: 22 kecamatan
Jumlah Kemukiman
: 58 kemukiman
Kecamatan Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Aceh Utara adalah sebagai berikut: Baktiya, Baktiya Barat, Banda Baro, Cot Girek, Dewantara, Geureudong Pase, Kuta Makmur, Langkahan, Lapang, Lhoksukon, Matang Kuli, Meurah Mulia, Muara Batu, Nibong, Nisam, Nisam Antara, Paya Bakong, Pirak Timu, Samudera, Sawang, Seunudon, Simpang Keuramat, Syamtalira Aron, Syamtalira Bayu, Tanah Luas, Tanah Jambo Aye dan Tanah Pasir
29
Potensi Alam Perkebunan Karet, KelapaDalam, Kelapa Hybrida, Kelapa Sawit, Kopi, Cengkeh, Pinang, Kakao, Kemiri, Lada, Sagu, Aren, Nilam dan Kunyit. Pertanian Kedelai,Jagung,Kacang Jeruk.
Tanah,Rambutan,Durian,Langsat,Mangga,Pisang
dan
Perikanan Udang Windu,Ikan Teri,Ikan Tuna,Ikan Kakap,Ikan Bandeng,Ikan Kerapu dan Kepiting. Peternakan Sapi,Kerbau,Kambing,Domba,Ayam danItik. Perindustrian Gas Alam Cair,Pupuk dan Kertas Pariwisata Wisata Alam
Pantai Krueng Geukuh Pantai Sawang Air Terjun Blang kolam Air Terjun Seumirah
Wisata Spiritual
Museum Malikussaleh Makam Malikussaleh Rumah Cut Meutia
30
4.6. Kabupaten Aceh Timur
Kabupaten Aceh Timur adalah sebuah kabupaten yang berada di sisi timur provinsi b. Kabupaten ini juga termasuk kabupaten kaya minyak selain Aceh Utara dan Aceh Tamiang. Kawasan ini juga termasuk basis Gerakan Aceh Merdeka sebelum diberlakukannya Darurat Militer sejak Mei 2003. Sebelum penerapan Darurat Militer ini, kawasan Aceh Timur termasuk kawasan hitam, terutama di kawasan Peureulak dan sekitarnya. Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Aceh Timur terletak pada posisi 3.45 - 5.15 Lintang Utara dan 97.18 98.15 Bujur Timur, dengan batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka Sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten Langkat (Sumatera Utara) Sebelah Barat berbatasan dengan kabupaten Aceh Timur Sebelah Selatan berbatasan dengan kabupaten Aceh Tenggara dan Aceh Tengah.
31
Pemerintahan Bupati
: Hasballah M. Thaib
Ibu kota
: Idi Rayeuk Luas 6.906 km²
Luas daerah
: 6.906 km²
Kecamatan
: 21
Desa/kelurahan
: 580
Kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Timur diantaranya adalah: Banda Alam, Birem Bayeun, Darul Aman, Darul Iksan, Idi Rayeuk, Idi Tunong Indra Makmur, Julok, Madat, Nurussalam, Pante Beudari, Peudawa, Peureulak, Peureulak Barat, Peureulak Timur, Rantau Selamat, Ranto Peureulak, Serba Jadi, Simpang Jernih, Simpang Ulim dan Sungai Raya. Potensi Alam Aceh Timur telah beroperasi industri kayu lapis (Plywood), Pabrik Lem, Pabrik Kertas, Pabrik Minyak Kelapa Sawit dsb. Komoditi perkebunan terdiri dari
: Kelapa Sawit, Karet, Kelapa ,Kopi , Nilam, Cacao
Komoditi Pertanian terdiri dari
: Padi, Palawija dan lain-lain
32
4.7. Kabupaten Aceh Barat
Kabupaten Aceh Barat adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Sebelum pemekaran, Aceh Barat mempunyai luas wilayah 10.097.04 km² atau 1.010.466 Ha dan merupakan bagian wilayah pantai barat dan selatan kepulauan Sumatera yang membentang dari barat ke timur mulai dari kaki gunung Geurutee (perbatasan dengan Aceh Besar) sampai ke sisi Krueng Seumayam (perbatasan Aceh Selatan) dengan panjang garis pantai sejauh 250 km. Sesudah dimekarkan luas wilayah menjadi 2.927,95 km². Bupati H T Alaidinsyah (H.TITO) ( 8-Oktober-2012 - Sekarang)
Program Strategis Pembangunan Daerah Pembangunan Kabupaten Aceh Barat mencakup semua kegiatan pembangunan daerah dan sektoral yang dikelola oleh pemerintah bersama masyarakat. Titik berat pembangunan diletakan pada bidang ekonomi kerakyatan melalui peningkatan dan perluasan pertanian dalam arti luas sebagai pengerak utama pembangunan yang saling terkait secara terpadu dengan bidang-bidang pembangunan lainnya dalam suatu kebijakan pembangunan. maka ditetapkan prioritas pembangunan sebagai berikut : 1. Meningkatkan pelaksanaan Syariat Islam, peran ulama dan adat istiadat. 2. Peningkatan Sumber Daya Manusia.
33
3. Pemberdayaan ekonomi masyarakat. 4. Meningkatakan aksesibilitas daerah. 5. Meningkatkan pendapatan daerah. Kecamatan Antara tahun 2000 s.d. 2003 Kabupaten Aceh Barat sejak tahun 2000 - 2003 terbagi menjadi 3 Daerah Tingkat II, yakni: 1. 2. 3. 4.
Aceh Barat dengan ibu kota Meulaboh Aceh Jaya dengan ibu kota Calang Nagan Raya dengan ibu kota Sukamakmue Simeulue dengan ibu kota Sinabang
Sejak pemekaran 2003 Semenjak pemekaran wilayah, Kabupaten Aceh Barat berkurang lebih dari separuh wilayahnya dan kecamatan yang tersisa adalah sebagai berikut: Arongan Lambalek, luas 130,06 km
2
(4,44% luas Aceh Barat) (27 desa/kelurahan) Bubon, luas 129,58 km2 (4,43% luas Aceh Barat) (17 desa/kelurahan) Johan Pahlawan, luas 44,91 km2 (1,53% luas Aceh Barat) (21 desa/kelurahan) Kaway XVI, luas 510,18 km2 (62 desa/kelurahan) Meureubo, luas 112,87 km2 (26 desa/kelurahan) Pantai Ceureumen, luas 490,25 km2 (25 desa/kelurahan)
Panton Reu, luas 83,04 km2 (19 desa/kelurahan) Samatiga, luas 140,69 km2 (32 desa/kelurahan) Sungai Mas, luas 781,73 km2 (18 desa/kelurahan) Woyla (43 desa/kelurahan) Woyla Barat, luas 123 km2 (24 desa/kelurahan) Woyla Timur, luas 132 km2 (26 desa/kelurahan)
Geografi Sebelum pemekaran, Kabupaten Aceh Barat mempunyai luas wilayah 10.097.04 km² atau 1.010.466 hektare dan secara astronomi terletak pada 2°00'-5°16' Lintang Utara dan 95°10' Bujur Timur dan merupakan bagian wilayah pantai barat dan selatan kepulauan Sumatera yang membentang dari barat ke timur mulai dari kaki Gunung Geurutee (perbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar) sampai kesisi Krueng Seumayam (perbatasan Aceh Selatan) dengan panjang garis pantai sejauh 250 Km. Sesudah pemekaran letak geografis Kabupaten Aceh Barat secara astronomi terletak pada 04°61'-04°47' Lintang Utara dan 95°00'- 86°30' Bujur Timur dengan luas wilayah 2.927,95 km² dengan batas-batas sebagai berikut:
34
Utara
Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Pidie
Selatan Samudra Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya Barat
Samudera Indonesia
Timur
Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Nagan Raya
35
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Pelaksanaan pendampingan SL-PTT telah berjalan sangat baik, hal ini ditunjukkan oleh respon masyarakat yang sangat tinggi. Pendampingan SL-PTT pada tahun 2012 di Provinsi Aceh dilakukan oleh BPTP sebanyak 7 kabupaten yaitu; Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur dan Aceh Barat. Kegiatan SL-PTT di setiap Kabupaten sudah selesai dilaksanakan dengan baik dan telah memberikan hasil yang nyata dilapangan. Hasil PRA Ie Alang, Kuta Cot Glie, Aceh Besar Kuta Cot Glie adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, Indonesia. Kecamatan ini adalah kecamatan baru hasil Pemekaran dari Kecamatan Indrapuri. Kecamatan Kuta Cot Glie mempunyai dua kemukiman dengan jumlah desa/kelurahan 32, dimana salah satu desa yaitu Desa Ie Alang merupakan desa binaan BPTP dengan kegiatan Program pengembangan Sekolah Lapang pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi sawah. Luas potensi lahan sawah di Ie Alang 186 ha. Bale Busu, Mutiara, Pidie Mutiara merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, Indonesia. Kecamatan ini adalah kecamatan sentra produksi padi di Kabupaten Pidie. Dari sejumlah desa di kecamatan ini terdapat desa Bale Busu dengan luas lahan sawah 106 Ha. Desa ini merupakan salah satu desa yaitu yang mendapatkan program kegiatan pendampingan SL-PTT padi sawah. Meunasah Raya, Meurah Dua, Pidie Jaya Meurah Dua adalah kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh. Kecamatan ini adalah termasuk kawasan sentra produksi padi dengan luas lahan sawah 87 ha. Salah satu desa dalam kecamatan ini merupakan desa binaan BPTP Aceh dalam mengembang sektor pertanian yakni tanaman pangan/padi di bawah program SLPTT.
36
Keurumbok, Kuta Blang, Bireuen Kuta Blang adalah merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh. Kecamatan ini adalah kecamatan sentra produksi padi di Kabupaten Bireuen. Dari sejumlah desa di kecamatan ini terdapat desa Kerumbok dengan luas lahan sawah 98 Ha. Desa ini merupakan salah satu desa yaitu yang mendapatkan program kegiatan pendampingan SL-PTT padi sawah. Matang Panyang, Baktya, Aceh Utara Baktya merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh. Kecamatan ini adalah kecamatan penghasil padi di Kabupaten Aceh Utara. Dari sejumlah desa di kecamatan ini terdapat desa Matang Panyang dengan luas lahan sawah 98 Ha. Untuk mengembangkan sektor pertanian khususnya tanaman pangan/padi Desa ini menjadi desa Binaan BPTP Aceh yang mendapatkan program kegiatan pendampingan SL-PTT padi sawah. Pucok Alue Barat, Simpang Ulim, Aceh Timur Simpang Ulim merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh. Kecamatan ini adalah kecamatan penghasil padi di Kabupaten Aceh Timur. Dari sejumlah desa di kecamatan ini terdapat desa Pucok Alue Barat dengan luas lahan sawah 184 Ha. Untuk mengembangkan sektor pertanian khususnya tanaman pangan/padi Desa ini menjadi desa Binaan BPTP Aceh yang mendapatkan program kegiatan pendampingan SL-PTT padi sawah. Pucok Alue Barat, Simpang Ulim, Aceh Timur Woyla merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Kecamatan ini adalah kecamatan penghasil padi di Kabupaten Aceh Barat. Dari sejumlah desa di kecamatan ini terdapat desa Blang Cot Rubek dengan luas lahan sawah 162 Ha. Untuk mengembangkan sektor pertanian khususnya tanaman pangan/padi Desa ini menjadi desa Binaan BPTP Aceh yang mendapatkan program kegiatan pendampingan SL-PTT padi sawah.
37
5.2. Pembahasan Program pendampingan SL-PTT padi pada 7 lokasi di Provinsi Aceh, setiap program SL-PTT tersebut terdiri 25 ha dan didalamnya terdapat 1 ha laboratorium lapang (LL) sebagai tempat petani belajar, menganalisa setiap masalah dan memecahkan masalah secara bersama. Dalam kegiatan SL-PTT adanya program Display Varietas Unggul Baru (VUB), yaitu kegiatan demontrasi di lapangan. Ketika kegiatan berjalan dilakukan pelatihan petani oleh BPTP dan Dinas Pertanian Kabupaten. Selain itu adanya kegiatan temu lapang (field day) atau hari tani. Kegiatan SL-PTT 2012 telah berjalan sangat baik, mulai perencanaan, persiapan, hingga persemaian. Ada beberapa kabupaten yang bergeser jadwal tanam karena kekurangan air. Hal ini disebabkan terjadinya kekeringan panjang di provinsi Aceh pada umumnya. 5.3. Struktur Operasional Pendampingan Penanggung jawab pelaksanaan SL-PTT tingkat pusat adalah Direktur Jenderal Tanaman Pangan, operasional tingkat nasional SL-PTT padi dan jagung adalah Direktur Budidaya Serealia berkedudukan di POSKO I. Penanggung jawab pelaksanaan SL-PTT di tingkat Provinsi adalah Kepala Dinas Pertanian Provinsi, operasional pelaksanaan SL-PTT di tingkat provinsi adalah
Kepala
Sub
Dinas
yang
membidangi
produksi
tanaman
pangan
berkedudukan di POSKO II. Penanggung jawab pelaksanaan SL-PTT di tingkat Kabupaten.Kota adalah Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, operasional pelaksanaan SL-PTT di tingkat kabupaten/kota adalah Kepala Sub Dinas/Kepala Bidang yang membidangi produksi tanaman pangan berkedudukan di POSKO III. Penanggung jawab pelaksanaan SL-PTT di tingkat kecamatan adalah KCD sedangkan penanggung jawab teknis di setiap kecamatan adalah coordinator penyuluh/Kepala BPP setempat dan di tingkat desa/unit SL-PTT adalah Pemandu Lapanhan/Penyuluh Pertanian dibantu POPT dan PBT tingkat kecamatan/desa. Dalam
melaksanakan
kegiatan
PL
berkedudukan
di
POSKO
IV/V
(kecamatan/desa). Operasional SL-PTT dilakukan secara lengkap sebagaimana terlihat pada Gambar 2 berikut:
38
Gambar 2. Skema Operasional SL-PTT
39
5.4. Tenaga Pelaksana Susunan penanggung jawab kegiatan Pendampingan Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) di Provinsi Aceh. Tenaga pelaksana terbagi menjadi : (1) Tenaga inti, (2) Liason Officer (LO), dan (3) PPL, sebagai berikut :
1. Tenaga Inti Pelaksana Khusus (TIPK) : Table 6. Tenaga Inti Pelaksana Khusus (TIPK) Jabatan Fungsional/ Bidang Keahlian Pembina/Agronom i
Jabatan dalam Kegiatan Penanggu ng Jawab
Ir. Chairunas, MS/ 19551010 198203 1 001
Peneliti Madya/Budidaya
Anggota
3
Ir. M. Ferizal, M.Sc/ 19650219 199203 1 002
Peneliti Non Klas/ Sosial Ekonomi Pertanian
Anggota
4
PM
No
Nama/NIP
1
Ir. M. Nasir Ali/ 19580808 197903 1 005
2
Uraian Tugas Mengkoordinir kegiatan mulai perencanaan sampai laporan - Mengolah dan menganalisis data - Mengumpulk an data - Menyusun proposal dan laporan - Menyiapkan segala bentuk administrasi kegiatan
Alokasi Waktu (Jam/Mg) 40
20
20
Nomor HP Penanggung Jawab Kegiatan: 081360004107 a. Tim Teknis SLPTT di BPTP NAD Nama No. 1. Ir. Chairunas, MS 2. Ir. M. Ferizal, M.Sc 3. Ir. M. Nasir Ali
Jabatan Ketua Sekretaris Anggota
b. Tim Pelaksana Kesekretariatan SLPTT di Propinsi NAD Nama No. Jabatan 1. Drs. Syukri Hasan Kepala Sekretariat 2. Eka Fitria, SP Sekretaris 3. Husaini Yusuf Anggota
40
2. Liason Officer (LO)SL-PTT pada Masing-Masing Kabupaten di Provinsi Aceh Berikut ini daftar nama dan nomor HP Pemandu SL-PTT setiap kabupaten, sedangkan lebih lengkap lokasi, nama dan nomor HP PPL pendamping dapat dilihat pada lampiran. Table 8. Nama pendamping SL-PTT 2012 No
Nama Kabupaten
Nama
Nomor HP
Bidang Keahlian
1
2
3
4
5
1
Aceh Besar
Ir. Syarifah Raihanah
081360606309
Peternakan
2
Pidie
Irhas, A.Md
085260173785
Ilmu Tanah
3
Pidie Jaya
Cut Nina Herlina, S.Pi
08126911871
Perikanan
4
Bireuen
Ir. Elviwirda
08126919084
Peternakan
5
Aceh Utara
Ir. Nani Yunizar
081377101454
Peternakan
6
Aceh Timur
Bardi Ali, S.Pt
081269813181
Peternakan
7
Aceh Tamiang
Abdul Azis, S.Pi
085260407202
Perikanan
8
Aceh Tengah
Ir. Khalid
081397633628
Budidaya
9
Bener Meriah
Ir. Amir Hamzah
081360022798
Budidaya
10
Aceh Tenggara
M. Ramlan, SP
085361603975
Budidaya
11
Gayo Luwes
Zulkifli Umar, SP
085260029749
Budidaya
12
Aceh Jaya
Drs. Adi Hidayat
08126912171
Mekanisasi
13
Aceh Barat
Eka Fitria, SP
081213140301
Sosek
14
Nagan Raya
Ir. Anwar Budiman
08126945147
Budidaya
15
Aceh Barat Daya
Mehran, SP
082367568391
Budidaya
16
Aceh Selatan
Firdaus, SP, M.Si
085261524222
Hama penyakit
17
Simeulue
M. Yusuf Ali
085260456631
Budidaya
18
Aceh Singkil
Emlan Fauzi, SP
081269330436
Sosek
41
3. PPL di lokasi SL-PTT No 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Kabupaten
Penanggung Jawab Kabupaten (Dinas Pertanian)
2
Pidie Aceh Besar Pidie Jaya Aceh Timur Bireuen Aceh Utara Aceh Tamiang Bener Meriah Aceh Selatan Aceh Barat Aceh Jaya Aceh Barat Daya Nagan Raya Aceh Singkil Simeuleu Aceh Tengah Gayo Lues Aceh Tenggara
Nomor HP
3
4
Ir. Fakhruddin Jufri, SP Ir. M. Nasir Ir. Syawal, MP Ir. Ali Basyah Ir. M. Jamil Mustafa, SP Uug Wahyudi Suparlan Ir. Rizal M. Jufri,SP Mustafa Ir. Bunaiya Emlan Ir. Ibrahim Ali Piah Zulkifli Fakhri, SP
081360819892 08126930505 08126910284 085262786030 081360313637 081376766022 085270159928 085276739162 081360001961 081360173785 085260109715 085270511830 081360017731 081269330436 081362897604 085275077108 085260029749 085260893499
4. Pelatihan Petani dan Temu Lapang Untuk meningkatkan pemahaman tentang SL-PTT yang lebih focus ke LL petugas pendamping dipandu untuk dapat melakukan mengumpulkan data dan informasi tentang kegiatan SL-PTT dari kelompok tani pelaksana. Adapun kabupaten pelaksana SL-PTT adalah sebagaimana table dibawah ini: Pendampingan SL-PTT 2012 di Provinsi Aceh dilakukan pada semua kabupaten pelaksana program SL-PTT. Pada semua kabupaten pendampingan dilakukan pelatihan, pelatihan berjenjang dan pada akhir kegiatan dilakukan temu lapang. Adanya kegiatan temu lapang (field day) atau hari tani yang diikuti petani pelaksana, petani sekitar, penyuluh pertanian lapangan, kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), Badan Pelaksana Penyuluhan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan tokoh masyarakat. Untuk meningkatkan pemahaman tentang SL-PTT yang lebih focus ke LL petugas pendamping dipandu untuk dapat melakukan mengumpulkan data dan informasi tentang kegiatan SL-PTT dari kelompok tani pelaksana. Adapun kabupaten pelaksana SL-PTT adalah sebagaimana tabel dibawah ini:
42
5. Kegiatan Pelatihan Petani SL-PTT 2012 No
Kabupaten
Jumlah peserta (org)
1
Aceh Besar
70
2
Pidie
68
3
Pidie Jaya
52
4
Bireuen
80
5
Aceh Utara
64
6
Aceh Timur
57
7
Aceh Barat
52
Jumlah
443
Keterangan Petani, Kontak tani, Pengurus Kelompok
6. Kegiatan Workshop SL-PTT No
Kabupaten
Jumlah peserta (org)
1
Aceh Besar
45
2
Pidie
40
3
Pidie Jaya
50
4
Bireuen
46
5
Aceh Utara
52
6
Aceh Timur
46
7
Aceh Barat
43
Jumlah
322
Keterangan Petani, Kontak tani, Pengurus Kelompok/ PPL
43
7. Kegiatan Temu Lapang - Materi o SL-PTT Padi o Sistem tanam legowo tanaman padi sawah o Panen dan Pasca panen o Rencana Tindak Lanjut No
Kabupaten
Jumlah peserta (org)
Keterangan
1
2
3
4 Petani, Kontak tani, Pengurus Kelompok/petugas lapang (PPL) dan pihak terkait lainnya
1
Aceh Besar
356
2
Pidie
286
3
Pidie Jaya
866
4
Bireuen
342
5
Aceh Utara
247
6
Aceh Timur
1130
7
Aceh Barat
145
Jumlah
3372
8. Lokasi Display Varietas Unggul Baru (VUB) No
Kabupaten
Kecamatan
Desa
Varietas
Keterangan
1
2
3
4
5
6
1
Aceh Besar
2
Kuta Cot Glie
Ie Alang
Mutiara
Balai Busu
Meurah Dua
Meunasah Raya
Inpari 10, 20
Kuta Blang
Kerumbok
Inpari 10, 20
Baktya
Matang Panyang
Inpari 10, 20
SP. Ulim
Pucok Alue Barat
Inpari 10, 20
Woyla
Blang Cot Rubek
Inpari 10, 20
Pidie 3 Pidie Jaya 4
Bireuen
5 Aceh Utara 6 Aceh Timur 7
Aceh Barat
Inpari 10, 20 Inpari 7, 10, 20
44
Materi pelatihan yang disampaikan yaitu komponen teknologi meliputi: Varietas unggul baru (VUB), pemupukan berimbang/rekomendasi pemupukan, pupuk organik, Alat mesin pertanian, Pengairan berkala/intermitten, Pengendalian OPT, Penanganan panen dan pasca panen 9. Produktivitas Hasil Display VUB Pada unit areal SL-PTT dilaksanakan pembuatan percontohan (Display Varietas VUB) bagi petani peserta dan disediakan benih unggul bermutu dengan harapan dengan adanya display VUB dapat mempercepat alih teknologi. Pengambilan data hasil di beberapa kabupaten dengan produktivitas sebagaimana tertera pada tabel 10 dibawah ini. Tabel 10. Produktivitas Padi Hasil Display VUB Kegiatan Pendampingan SLPTT Padi 7 Lokasi di Provinsi Aceh Hasil/Ha Kabupaten/varietas No Keterangan (ton) 1 2 3 4 1 Aceh Besar Gabah kering giling - -Inpari-10 7,8 kadar air 14%. - -Inpari-20 7,2 - -Ciherang 7,2 2 Pidie - -Inpari -7 7,6 - -Inpari-10 7,9 - -Inpari-20 7,6 -Ciherang 7,4 3 Pidie Jaya -Inpari-10 8,2 -Inpari-20 7,4 -Ciherang 7,6 4 Bireuen -Inpari-10 7,6 -Inpari-20 7,4 -Ciherang 7,0 5 Aceh Utara -Inpari-10 7,8 -Inpari-20 7,5 -Ciherang 6,9 6 Aceh Timur -Inpari-10 7,8 -Inpari-20 7,7 -Ciherang 7,6 7 Aceh Barat -Inpari-10 7,2 -Inpari-20 7,0 -Ciherang 6,2 Rata-rata 7,4
45
10. Rekomendasi VUB Padi Berdasarkan hasil display varietas unggul baru, uji adaptasi varietas dan demoplot di lahan petani dengan benih unggul bermutu untuk mempercepat alih teknologi direkomendasikan beberapa varietas untuk dikembangkan. Adapun komoditi dan kabupaten pelaksana sebagaimana tabel berikut ini. Tabel 11. Rekomendasi Varietas Unggul Baru (VUB) komposit per-kabupaten Komoditi Padi di Provinsi Aceh. No Kabupaten Padi keterangan 1
Aceh Besar
Inpari-10, Inpari-20 dan Ciherang
2
Pidie
Inpari-10, Inpari-20 dan Ciherang
3
Pidie Jaya
Inpari-10, Inpari-20 dan Ciherang
4
Bireuen
Inpari-10, Inpari-20 dan Ciherang
5
Aceh Utara
Inpari-10, Inpari-20 dan Ciherang
6
Aceh Timur
Inpari-10, Inpari-20 dan Ciherang
7
Aceh Tamiang
Inpari-10, Inpari-20 dan Ciherang
8
Aceh Jaya
Inpari-10, Inpari-20 dan Ciherang
9
Aceh Barat
Inpari-10, Inpari-13 dan Ciherang
10
Nagan Raya
Inpari-10, Inpari-3 dan Ciherang
11
Aceh Barat Daya
Inpari-10, Cigeulis dan Ciherang
12
Aceh Selatan
Inpari-10, Inpari-20 dan Ciherang
13
Bener Meriah
Inpari-10, Inpari-13 dan Ciherang
14
Aceh Tengah
Inpari-10, Inpari-13 dan Ciherang
15
Gayo Lues
Inpari-10, Inpari-20 dan Ciherang
16
Aceh Tenggara
Inpari-10, Inpari-20 dan Ciherang
17
Singkil
Inpara-5,dan Ciherang
18
Simeulue
Inpari-10, Inpari-13 dan Ciherang
Rekomendasi Pemupukan Rekomendasi Pemupukan N,P,K berdasarkan target hasil pada tanaman padi sawah specifik lokasi per kecamatan di provinsi Aceh hasil analisa tanah untuk
46
program sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT) padi sawah sebagaimana terlampir pada lampiran 1. Tabel 13. Hasil Pengamatan Kegiatan SL-PTT Kegiatan Nama lokasi : Provinsi Aceh Ekoregion : lahan sawah dan lahan kering Keragaan Agronomi : Tinggi tanaman Jumlah anakan Jumlah malai per rumpun Jumlah bulir per malai Pengamatan PHT : - Jenis OPT dan persentase tingkat serangan - Pengendalian OPT yang dilakukan petani Keragaan Sosial Ekonomi: Analisis R/C ratio dan analisis marginal B/C ratio (MBCR). Pelaksanaan Panen dan Pasca panen: - Produksi, umur panen, jumlah tenaga kerja dan harga GKP - Kegiatan pasca panen yang dilakukan petani Penerapan komponen teknologi SL-PTT (%)
LL
Lahan sawah
110 26 19 134
DEMPLOT LL Lahan sawah 110 26 19 134
SL-PTT
Lahan sawah 110 26 19 134
NON SLPTT Lahan sawah 107 26 19 104
Tikus
Tikus
Tikus/3
Tikus/5
Racun
Racun
Racun
Racun
1,7
Benih Bermutu
1,7
Benih Bermutu
1,5
1,2
Benih Bermutu
Benih biasa
47
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
1. Pelaksanana pendampingan SL-PTT sudah terlaksana pada semua lokasi melalui pelatihan, display varietas ungul baru, temu lapang dan media massa baik media tulis maupun elektronik. 2. Pelaksanaan display VUB terlaksana dengan baik di tujuh lokasi dengan uji VUB di 18 kabupaten kota. 3. Pelaksanaan pelatihan untuk dapat meningkatkan ketrampilan dan alih teknologi disampaikan kepada pemandu lapang/petugas baik melalui pelatihan pelatihan berjenjang maupun media massa. 4. Penggunaan Varietas Unggul Baru (VUB) atau inovasi lainnya mampu mendukung peningkatan produksi padi apabila tersosialisasi dengan baik, terutama melalui pelatihan, pertemuan kelompok untuk petugas dan petani di lapangan. 5. Dari hasil analisa usahatani padi sawah pada pendampingan SL-PTT R/C Rasio nya adalah 1,5 (layak diusahakan). Sedangkan hasil analisa usahatani pada perlakuan petani hasil R/C Rasio yang didapat adalah 1,2. Hal ini membuktikan bahwa usahatani padi dengan mengikuti program SL-PTT lebih menguntungkan dibandingkan perlakuan petani (non SL-PTT). 5.2. Saran Pengembangan padi pada musim tanam kering/rendengan khususnya pada lahan irigasi diperlukan penyesuaian dengan iklim dan perlu kesesuaian penggunaan varietas yang adaptif.
48
VI. KINERJA HASIL KEGIATAN Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Pengembangan Terpadu (SL-PTT) padi di Aceh pada umumnya berjalan mendekati baik, yang dimulai dari koordinasi Dinas/Instansi terkait baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota, terutama dalam penentuan/penetapan lokasi. Khusus dalam pendampingan/pengawalan teknologi dalam usahatani telah dilakukan perakitan beberapa komponen teknologi budidaya melalui pendekatan pemilihan teknologi PTT baik itu teknologi dasar maupun teknologi pilihan sesuai kebutuhan lokasi dengan memperhatikan aspek lingkungan atau sumberdaya yang tersedia, sehingga diperoleh teknik budidaya yang spesifik lokasi, upaya ini dilakukan untuk pencapaian peningkatan produktivitas jagung hibrida >10%. Selanjutnya lokasi Display VUB di Aceh adalah Kabupaten Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Aceh TImur dan Aceh Barat dengan luasan masingmasing 2,0 ha. Diperlukan dukungan kebijakan infrastruktur yang memadai terutama perbaikan saluran air dan tersedianya varietas unggul baru (VUB) padi, serta saprodi lainnya yang tepat waktu maupun permodalan sekaligus penjaminan pemasaran hasil. Keluaran yang diperoleh dari kegiatan ini adalah inovasi dalam mewujudkan SL-PTT padi di agroekologi lahan sawah irigasi, sehingga dapat dilakukan secara optimal. Manfaat dari kegiatan ini adalah terjadi sinkronisasi dan inovasi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) dalam meningkatkan produksi, terutama pengembangan varietas-varietas padi yang adaptif. Namun demikian, dampak dari kegiatan tersebut baru dapat dilihat pada musim tanam berikutnya.
49
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2001. Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan Diseminasi Teknologi Informasi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. Badan Pusat Statistik, 2009. Statistik Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2009. Deskripsi Varietas Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan Litbang, 2009. Rencana Stretegis Departemen Pertanian 2009-2014. Departemen Pertanian. Balitsereal, 2010. Teknologi PTT Jagung pada Lahan Sawah Sub-optimal. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind//index.php?option=com_content&t ask=view&id=47&Itemid=137 (diakses tanggal 20 Maret 2010) Balitkabi, 2010. Deskripsi Varietas Unggul Kacang Tanah 1950 - 2008. http://balitkabi.litbang.deptan.go.id/images/PDF/deskripsi%20kacang%20ta nah.pdf (diakses tanggal 20 Maret 2010). Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Aceh, 2008. Laporan Tahunan 2007 Provinsi Aceh. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. Aceh, 2009. Laporan Tahunan 2008 Provinsi Aceh. Dirjen Tanaman Pangan, 2010. Pedoman Pelaksanaan SL-PTT Padi, Jagung, Kedelai dan Kacang Tanah 2010. Kementerian Pertanian. Jakarta. Kartaatmadja, S dan A.M. Fagi. 2000. Pengelolaan Tanaman Terpadu: Konsep dan Penerapan. Dalam Prosiding Tonggak Kemajuan Teknologi Produksi Tanaman Pangan. Konsep dan Strategi Peningkatan Produksi Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. Hal. 75-89. Pusbangluhtan, 2008. Pedoman Umum Sekolah Lapangan PTT Padi. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian. Departemen Pertanian. Suryana A, dkk. 2008. Panduan Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu Kedelai. Departemen Pertanian.
50
Lampiran 1 : DAFTAR RISIKO BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
UNIT KERJA/UPT NAMA PIMPINAN NIP KEGIATAN TUJUAN KEGIATAN
: : : : :
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH Ir. T. Iskandar, MSi 19580121 198303 1 001 Pendampingan SL-PTT Padi 7 Lokasi 1. CPCL 2. Penanaman 3. Pemeliharaan 4. Panen
No 1.
Risiko Petani Kurang Koperatif
Penyebab Kelompok yang kurang aktif atau belum mantap
Dampak Informasi tidak sampai (terputus) terutama teknologi anjuran sehingga kegiatan usahatani kurang baik
2.
Distribusi Benih
Keterlambatan pengiriman benih ke petani
3.
Lahan tidak memenuhi Persyaratan Tumbuh
Keterbatasan lahan/lokasi atau pengelolaan lahan yang kurang sempurna
Panen dan jadwal tanam sehingga mengganggu pertumbuhan/perkembangan tanaman Pertumbuhan tanaman yang kurang optimal
4.
Pertumbuhan vegetatif kurang baik
Karena Banjir, kurang memperhatikan pengelolaan lahan, kurang unsur hara atau air serta serangan hama penyakit
Produktivitas menjadi berkurang
Disusun: Desember 2012 Penjab Kegiatan:
Ir. M. Nasir Ali NIP. 19580808 197903 1 005
51
Lampiran 2 : PENANGANAN RESIKO BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN UNIT KERJA/UPT NAMA PIMPINAN NIP KEGIATAN TUJUAN KEGIATAN
: : : : :
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH Ir. T. Iskandar, MSi 19580121 198303 1 001 Pendampingan SL-PTT Padi 7 Lokasi 1. CPCL 2. Penanaman 3. Pemeliharaan 4. Panen Penyebab
Dampak
Upaya Penanganan Benah kelompok dan meningkatkan intensitas pembinaan oleh Dinas/Instansi terkait
No
Resiko
1.
Petani Kurang Koperatif
Kelompok yang kurang aktif atau belum mantap
Informasi tidak sampai (terputus) terutama teknologi anjuran sehingga kegiatan usahatani kurang baik
2.
Distribusi Benih
Keterlambatan pengiriman benih ke petani
Panen dan jadwal tanam sehingga mengganggu pertumbuhan/perke mbangan tanaman
Penyediaan benih sesuai dengan kebutuhan (kuantitas/kualitas) dan mantapkan jadwal tanam
3.
Lahan tidak memenuhi Persyaratan Tumbuh
Keterbatasan lahan/lokasi atau pengelolaan lahan yang kurang sempurna
Pertumbuhan tanaman yang kurang optimal
Penekanan pada pengolahan tanah dan penggunaan pupuk terutama pupuk organik
4.
Pertumbuhan vegetatif kurang baik
Produktivitas menjadi berkurang
Pengolahan tanah sempurna dan penambahan unsur hara dan air serta pengendalian OPT secara terpadu
5.
Terlambat Panen
Kualitas kurang baik, kurang memperhatikan pengelolaan lahan, kurang unsur hara atau air serta serangan hama penyakit Kurang memahami cara pengelolaan pasca panen
Kualitas dan kuantitas produksi menjadi berkurang
Informasi petugas lapangan mengenai penanganan pasca panen Disusun: Desember 2012 Penjab Kegiatan : Ir. M. Nasir Ali NIP. 19580808 197903 1 005
52
Lampiran 4. Rekapitulasi produktivitas hasil padi kegiatan SL-PTT 2012
No.
Kabupaten
Jumlah unit SL yang didamping
Produktifitas Rata-rata (Ton GKP/Ha) SL
LL
Non-SL
1
ACEH BESAR
240
6,7
7,2
6,3
2
PIDIE
288
6,8
7,5
5,9
3
PIDIE JAYA
144
7,3
8,2
7,0
4
BIREUEN
138
6,6
7,0
6,0
5
ACEH UTARA
300
6,2
6,9
5,5
6
ACEH TIMUR
288
5,3
7,5
5,0
7
ACEH TAMIANG
96
5,3
6,2
5,0
8
ACEH JAYA
50
4,9
6,1
4,8
9
ACEH BARAT
36
4,3
5,2
4,0
10
NAGAN RAYA
50
7,4
7,7
6,0
11
A. BARAT DAYA
50
6,0
6,9
5,1
12
ACEH SELATAN
40
5,7
6,1
4,4
13
SINGKIL
10
3,6
4,3
3,0
14
SIMEULUE
10
2,2
4,5
1,9
15
ACEH TENGGARA
30
7,1
7,8
6,1
16
GAYO LUES
10
5,2
6
4,7
17
ACEH TENGAH
10
4,5
5,6
4,0
18
BENER MERIAH Produksi rata-rata
10
5,5
6,4
4,2
1800
5,6
6,5
4,9
Disusun: Desember 2012 Penjab Kegiatan: Ir. M. Nasir Ali NIP. 19580808 197903 1 005
53
Lampiran 5. Penggunaan Varietas di Provinsi Aceh Tahun 2012 No Kecamatan Varietas Keterangan 1.
Aceh Besar
Inpari-10, Inpari-20 dan Ciherang
2.
Pidie
Inpari-10, Inpari-20 dan Ciherang
3.
Pidie Jaya
Inpari-10, Inpari-20 dan Ciherang
4.
Bireuen
Inpari-10, Inpari-20 dan Ciherang
5.
Aceh Utara
Inpari-10, Inpari-20 dan Ciherang
6.
Aceh Timur
Inpari-10, Inpari-20 dan Ciherang
Aceh Tamiang
Inpari-10, Inpari-20, cibogo dan Ciherang
8.
Aceh Jaya
Inpari-10, Inpari-20 dan Ciherang
9.
Aceh Barat
Inpari-10, Inpari-13 dan Ciherang
7.
10. Nagan Raya Aceh Barat
11. Daya
Inpari-10, Inpari-3 dan Ciherang Inpari-10, Cigeulis dan Ciherang
12. Aceh Selatan
Inpari-10, Inpari-20 dan Ciherang
13. Bener Meriah
Inpari-10, Inpari-13 dan Ciherang
14. Aceh Tengah
Inpari-10, Inpari-13 dan Ciherang
15. Gayo Lues
Inpari-10, Inpari-20 dan Ciherang
16. Aceh Tenggara Inpari-10, Inpari-20 dan Ciherang 17. Singkil
Inpara-5,dan Ciherang
18. Simeulu
Inpari-10, Inpari-13 dan Ciherang
Sumber : ....................................
Disusun: Desember 2012 Penjab Kegiatan: Ir. M. Nasir Ali NIP. 19580808 197903 1 005
54
Dokumentasi:
55
56
Lampiran:1 Rekomendasi Pemupukan N, P dan K Berdasarkan Target Hasil Pada Padi Sawah Spesifik Lokasi Per Kecamatan di Provinsi Aceh
Kabupaten
Aceh Besar
Pidie
Kecamatan Lhoong Lhoknga Indrapuri Seulimeum Mesjid Raya Darussalam Kuta Baro Montasik Ingin Jaya Suka Makmur Darul Imarah Peukan Bada Pulo Aceh Luepung Ota Cot Glie Lembah Seulawah Baitussalam Krueng Barona Jaya Kota Malaka Simpang Tiga Darul Kamal Geumpang Meureudu Bandar Dua Ulim Trieng Gadeng Banda Baru Glumpang Tiga
Target Hasil 6 ton Urea NPK (15:15:15) 180 140 240 120 180 140 240 120 240 120 240 120 120 160 240 120 0 0 0 0 240 120 120 160 120 160 120 160 120 210 120 210 120 210 120 210 120 210
KCL 0 40 0 40 20 40 0 0 70 70 70 20 20 20 20 20
REKOMENDASI PUPUK Target Hasil 7 ton Target Hasil 8 ton Urea KCL Urea NPK (15:15:15) NPK (15:15:15) 240 140 0 310 140 300 120 40 370 120 240 140 0 310 140 300 120 370 120 300 120 370 120 300 120 40 370 120 180 160 20 250 160 300 120 40 370 120 60 0 0 130 0 60 0 0 130 0 300 120 370 120 180 160 70 250 160 180 160 70 250 160 180 160 70 250 160 180 210 20 250 210 180 210 20 250 210 180 210 20 250 210 180 210 20 250 210 180 210 20 250 210
KCL 0 40 0 40 20 40 0 0 70 70 70 20 20 20 20 20
Target Hasil 9 ton Urea 380 150 440 130 380 150 440 130 440 130 440 130 320 170 440 130 200 0 200 0 440 130 320 170 320 170 320 170 320 220 320 220 320 220 320 220 320 220
NPK (15:15:15)
KCL 0 40 0 40 20 40 0 0 70 70 70 20 20 20 20 20
57
Mutiara Tiro/Truseb Tangse Titeu Keumala Sakti Mila Padang Tiji Delima Indrajaya Peukan Baro Kembang Tanjung Simpang Tiga Kota Sigli Pidie Batee Muara Tiga Manee Meurah Dua Jangka Buya Gelumpang Baro Pante Raja Mutiara Barat Grong-grong Mutiara Timur
180 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 180 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 180
190 210 210 210 210 210 210 210 210 210 210 190 210 210 210 210 210 210 210 210 210 210 190
0 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 0 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 0
240 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 240 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 240
190 210 210 210 210 210 210 210 210 210 210 190 210 210 210 210 210 210 210 210 210 210 190
0 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 0 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 0
310 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 310 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 310
190 210 210 210 210 210 210 210 210 210 210 190 210 210 210 210 210 210 210 210 210 210 190
0 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 0 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 0
380 320 320 320 320 320 320 320 320 320 320 380 320 320 320 320 320 320 320 320 320 320 380
200 220 220 220 220 220 220 220 220 220 220 200 220 220 220 220 220 220 220 220 220 220 200
0 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 0 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 0
Pidie Jaya
58
Bireuen
Aceh Utara
Aceh Timur
Samalanga Pandrah Jeuneib Peudada Juli Jeumpa Jangka Peusangan Makmur Ganda Pura Sawang Nisam Kuta Makmur Syamtalira Bayu Meurah Mulia Matangkuli Cot Girek Tanah Jambo Aye Seunudon Baktiya Lhok Sukun Tanah Luas Samudera Syamtalira Aron Tanah Pasir Muara Batu Dewantara Nibong Baktiya Barat Langkahan Paya Bakong Serbajadi Birem Bayeum Rantau Selamat
180 180 120 180 180 180 180 180 180 180 180 240 240 240 180 180 240 240 180 120 180 180 240 240 180 180 240
190 190 210 190 190 190 190 190 190 140 140 120 120 120 140 140 120 120 140 160 140 140 120 120 140 140 120
0 0 20 0 0 0 0 0 50 70 -
240 240 180 240 240 240 240 240 240 240 240 300 300 300 240 240 300 300 240 180 240 240 300 300 240 240 300
190 190 210 190 190 190 190 190 190 140 140 120 120 120 140 140 120 120 140 160 140 140 120 120 140 140 120
0 0 20 0 0 0 0 0 50 70 -
310 310 250 310 310 310 310 310 310 310 310 370 370 370 310 310 370 370 310 250 310 310 370 370 310 310 370
190 190 210 190 190 190 190 190 190 140 140 120 120 120 140 140 120 120 140 160 140 140 120 120 140 140 120
0 0 20 0 0 0 0 0 50 70 -
380 380 320 380 380 380 380 380 380 380 380 440 440 440 380 380 440 440 380 320 380 380 440 440 380 380 440
200 200 220 200 200 200 200 200 200 150 150 130 130 130 150 150 130 130 150 170 150 150 130 130 150 150 130
0 0 20 0 0 0 0 0 50 70 -
59
Aceh Barat
Peureulak Rantau Peureulak Idi Rayeuk Darul Aman Nurussalam Julok Simpang Ulim Sungai Raya Peureulak Timur Peureulak Barat Peudawa Banda Alam Idi Tunong Indra Makmur Pante Bidari Simpang Jernih Madat Langsa Timur Langsa Barat Langsa Kota Johan Pahlawan Sama Tiga Woyla Kaway XVI Sungai Mas Bubon Arongan Lambek Woyla Barat Woyla Timur Meureuba Pante Ceureuremen
180 180 240 240 240 240 240 180 180 240 240 240 240 240 180 180 180 120 180 180 180 180 120 120
140 140 120 120 120 120 120 140 140 120 120 120 120 120 140 140 140 160 140 140 140 140 160 160
50 0 20 0 0 0 0 20 20
240 240 300 300 300 300 300 240 240 300 300 300 300 300 240 240 240 180 240 240 240 240 180 180
140 140 120 120 120 120 120 140 140 120 120 120 120 120 140 140 140 160 140 140 140 140 160 160
50 0 20 0 0 0 0 20 20
310 310 370 370 370 370 370 310 310 370 370 370 370 370 310 310 310 250 310 310 310 310 250 250
140 140 120 120 120 120 120 140 140 120 120 120 120 120 140 140 140 160 140 140 140 140 160 160
50 0 20 0 0 0 0 20 20
380 380 440 440 440 440 440 380 380 440 440 440 440 440 380 380 380 320 380 380 380 380 320 320
150 150 130 130 130 130 130 150 150 130 130 130 130 130 150 150 150 170 150 150 150 150 170 170
50 0 20 0 0 0 0 20 20
60
61
Lampiran: 2
Analisis Usahatani Padi MH : 2011/2012 (SL-PTT) Luas : 1,0 ha No. Uraian Rincian Biaya 1. Benih 2.
Satuan xxxxx
Volume xxxxxxx
Harga xxxxxxx
Nilai xxxxxxx
Kg
25
6.000
150.000
Kg
200
2.000
400.000
Kg Kg
100 -
2.100 -
210.000 -
Kg
50
6.000
300.000
Kg
40
2.400
Kg
-
-
96.000 -
Kg Liter
300 -
1.000 -
300.000 -
Liter HOK
1 -
80.000 -
80.000 -
HOK
6
50.000
300.000
M2
10.000
150
1.500.000
HOK
30
50.000
1.500.000
HOK
5
50.000
250.000
HOK
8
50.000
400.000
HOK
8
50.000
400.000
MT
1
200.000
200.000
HOK
20
50.000
1.000.000
Kg
420
4.000
1.680.000
HOK
8
50.000
400.000
M2
10.000 10%
933 -
9.330.000
Pupuk An-Organik : Urea SP-36 ZA KCL NPK Pupuk Organik : Pupuk Kandang Kompos
3. 4.
Pupuk Cair Pestisida Tenaga Kerja : a. Persemaian b. Pengolahan Lahan c. Penanaman dan penyulaman d. Penyiangan e. Pemupukan f. PHT g.Pengairan h. Panen i. Paska Panen (7 % hasil) j. Pengangkutan
5.
Sewa Lahan
6.
Biaya Lainnya Rp
1.849.600
62
Total Biaya
-
18.496.000
Rp Produksi Kg Total Pendapatan
7.000 -
Rp Keuntungan
Rp
R/C Rasio
4.000 28.000.000 28.000.000 9.504.000 1,5
63
Lampiran: 3
Analisis Usahatani Padi MH : 2011/2012 (Perlakuan Petani) Luas : 1,0 ha No. Uraian Rincian Biaya 1. Benih 2.
Satuan xxxxx
Volume xxxxxxx
Harga xxxxxxx
Nilai xxxxxxx
Kg
60
6.000
360.000
Kg
300
2.000
600.000
Kg Kg
150 -
2.100 -
315.000 -
Kg
50
6.000
300.000
Kg
40
2.400
Kg Kg Liter
-
-
96.000 -
Liter HOK
1 -
80.000 -
80.000 -
HOK
6
50.000
300.000
M2
10.000
150
1.500.000
HOK
30
50.000
1.500.000
HOK
15
50.000
750.000
HOK
8
50.000
400.000
HOK
8
50.000
400.000
MT
1
200.000
200.000
HOK
20
50.000
1.000.000
Kg
420
4.000
1.680.000
HOK
8
50.000
400.000
M2
10.000 10%
933 -
9.330.000
Pupuk An-Organik : Urea SP-36 ZA KCL NPK
3. 4.
Pupuk Organik : Pupuk Kandang Kompos Pupuk Cair Pestisida Tenaga Kerja : a. Persemaian b. Pengolahan Lahan c. Penanaman dan penyulaman d. Penyiangan e. Pemupukan f. PHT g.Pengairan h. Panen i. Pasca Panen (7 % hasil) j. Pengangkutan
5.
Sewa Lahan
6.
Biaya Lainnya Total Biaya
Rp Rp
1.921.100 -
-
64
19.211.000 Produksi Kg Total Pendapatan
6.000 -
4.000 -
24.000.000
Rp Keuntungan
Rp
R/C Rasio
24.000.000
4.789.000 1,2
65